Strategi untuk Mengatur Beban Kerja Karyawan dan Mengurangi Stres
Mengatur beban kerja karyawan penting dilakukan oleh perusahaan. Karena jika tidak, karyawan akhirnya burnout dan bisa memengaruhi produktivitasnya.
Tapi, bukankah manajemen seperti ini seharusnya menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing?
Ya iya sih, karyawan juga wajib mengelola waktu dengan baik, agar performa kerja bisa dijaga. Namun, jika tidak ada dukungan dari perusahaan, ya karyawan akan sulit juga melakukan manajemen ini.
Apa lagi, beban kerja akan selalu diberikan oleh perusahaan, bukan? Karena itu, mengatur beban kerja karyawan juga menjadi bagian kewajiban dari perusahaan.
Table of Contents
Apa Pengertian Beban Kerja Karyawan dan Apa Dampaknya?
Beban kerja merujuk pada jumlah tugas, tanggung jawab, dan ekspektasi yang diberikan kepada seorang karyawan atau tim dalam periode waktu tertentu. Ini mencakup segala sesuatu mulai dari tugas sehari-hari, proyek, batas waktu yang harus dipenuhi, hingga tujuan jangka panjang yang perlu dicapai.
Beban kerja dapat berfluktuasi berdasarkan banyak faktor, seperti permintaan pasar, tenggat waktu proyek, atau perubahan dalam struktur organisasi. Idealnya, beban kerja seharusnya seimbang. Artinya karyawan memiliki sumber daya, waktu, dan dukungan yang cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka tanpa mengalami stres berlebihan atau kelelahan kerja.
Ketika beban kerja ini melebihi kapasitas atau waktu yang tersedia, maka bisa menimbulkan stres. Stres ini bukan hanya tentang perasaan kewalahan atau tekanan untuk memenuhi tenggat waktu, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap kesehatan mental dan fisik. Kondisi seperti kecemasan, depresi, kelelahan, bahkan masalah kesehatan jangka panjang bisa muncul sebagai konsekuensi.
Oleh karena itu, memahami dinamika beban kerja dan stres tidak hanya penting untuk menjaga efisiensi dan produktivitas, tetapi juga esensial untuk kesejahteraan jangka panjang.
Mengatur beban kerja karyawan yang efektif penting untuk memastikan produktivitas, mempertahankan kesejahteraan karyawan, dan menghindari kelelahan.
Strategi yang Bisa Dilakukan oleh Perusahaan untuk Mengatur Beban Kerja Karyawan dan Mencegah Stres
Untuk mengatur beban kerja karyawan dan mencegah stres, perusahaan dapat mengadopsi berbagai strategi efektif. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat diimplementasikan.
Penilaian dan Pemetaan Beban Kerja Secara Berkala
Perusahaan harus secara rutin menilai dan memetakan beban kerja setiap karyawan untuk memastikan distribusi tugas yang adil dan realistis. Hal ini akan dapat membantu mengidentifikasi kelebihan beban kerja yang mungkin terjadi, dan memungkinkan penyesuaian sebelum masalah stres muncul.
Penerapan Fleksibilitas Kerja
Perusahaan juga bisa menawarkan jam kerja fleksibel, opsi kerja dari rumah, atau model kerja hibrid, sehingga dapat membantu karyawan mengelola tugas mereka lebih efektif. Fleksibilitas ini memungkinkan karyawan untuk bekerja pada jam-jam di mana mereka merasa paling produktif dan dapat mengurangi stres terkait dengan keseimbangan kehidupan kerja.
Memberikan Waktu Istirahat yang Cukup
Perusahaan juga bisa mendorong karyawan untuk mengambil istirahat teratur dan memastikan mereka memiliki waktu luang yang cukup penting untuk pemulihan mental dan fisik. Istirahat yang cukup dapat meningkatkan konsentrasi dan mencegah kelelahan.
Jadi, ya, kalau karyawan lagi cuti, jangan di-WA terus ya.
Delegasi Tugas yang Efektif
Perusahaan memperkenalkan budaya kerja yang memungkinkan delegasi tugas bisa dilakukan secara merata dalam tim. Dengan mengatur beban kerja karyawan yang lebih merata, perusahaan bisa memastikan bahwa tugas diberikan sesuai dengan keahlian dan kapasitas karyawan. Dengan demikian, kelebihan beban bisa dicegah.
Pelatihan Manajemen Waktu dan Prioritas
Perusahaan juga sebaiknya menyediakan pelatihan dan sumber daya untuk mengatur beban kerja karyawan dan membantu karyawan mengelola waktu. Dengan demikian, prioritas bisa ditetapkan dengan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi stres.
Keterampilan seperti ini akan dapat membantu karyawan fokus pada tugas yang paling penting dan mengelola tenggat waktu dengan lebih efektif.
Komunikasi Terbuka dan Dukungan Manajemen
Ciptakan lingkungan kerja yang positif adalah penting, sehingga karyawan merasa nyaman berbicara tentang beban kerja dan stres mereka dengan pihak manajemen.
Manajemen sebaiknya responsif terhadap umpan balik dan bersedia untuk menyesuaikan ekspektasi atau menyediakan dukungan tambahan bila diperlukan.
Pengakuan dan Penghargaan
Mengakui dan memberi penghargaan kepada karyawan atas kerja keras dan pencapaian mereka dapat meningkatkan moral dan motivasi, serta mengurangi perasaan tidak dihargai yang dapat berkontribusi pada stres.
Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini, perusahaan tidak hanya dapat mengatur beban kerja karyawan dengan lebih efektif. Namun, juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung dan sehat, di mana stres dapat diminimalkan.
Financial Training sebagai Bagian dari Strategi Mengatur Beban Kerja Karyawan
Financial training dapat menjadi komponen integral dari strategi mengatur beban kerja karyawan dengan beberapa cara. Utamanya, dengan memberikan karyawan alat dan pengetahuan untuk mengelola keuangan pribadi mereka, stres keuangan bisa ditekan sehingga tidak mengganggu kinerja.
Berikut adalah beberapa cara financial training dapat dimasukkan ke dalam strategi perusahaan.
1. Mengurangi Stres Keuangan
Dengan memberikan pelatihan tentang pengelolaan keuangan pribadi, investasi, perencanaan pensiun, dan penganggaran, karyawan menjadi lebih kompeten dalam mengelola keuangan mereka.
Secara langsung, hal ini dapat mengurangi stres keuangan, yang sangat bisa membebani karyawan di tempat kerja. Dengan begitu, memungkinkan mereka untuk fokus lebih baik pada tugas mereka.
2. Peningkatan Produktivitas
Karyawan yang tidak dibebani oleh kekhawatiran keuangan cenderung lebih fokus, mindful, dan produktif. Financial training membantu menciptakan stabilitas keuangan yang dapat memperkuat konsentrasi karyawan pada pekerjaan mereka, bukan pada masalah keuangan pribadi.
3. Membangun Kepuasan dan Loyalitas Kerja
Menawarkan financial training menunjukkan bahwa perusahaan peduli dengan kesejahteraan keseluruhan karyawan, bukan hanya kinerja mereka di tempat kerja. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja, memperkuat loyalitas karyawan, dan mengurangi tingkat turnover.
4. Mendukung Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang keuangan pribadi, karyawan dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana tentang karier dan kehidupan pribadi mereka. Mereka dapat memilih manfaat dari berbagai produk keuangan yang tepat, berinvestasi dalam rencana pensiun, atau menyeimbangkan pekerjaan dengan kebutuhan keuangan lainnya.
5. Integrasi dengan Manfaat Karyawan
Financial training dapat diintegrasikan dengan program manfaat karyawan yang ada, seperti rencana pensiun atau asuransi kesehatan. Dengan demikian, perusahaan juga dapat membantu karyawan memanfaatkan sepenuhnya manfaat tersebut, yang akhirnya dapat meningkatkan nilai manfaat karyawan dan memperkuat pengelolaan keuangan pribadi.
6. Pengembangan Budaya Perusahaan yang Mendukung
Memasukkan financial training ke dalam program pengembangan karyawan mendukung penciptaan budaya perusahaan yang positif. Di budaya yang seperti ini, kesejahteraan karyawan akan dianggap sebagai prioritas. Hal ini tentu saja dapat mengurangi stres keseluruhan dan meningkatkan kesejahteraan.
7. Kustomisasi dan Tertarget
Financial training dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik berbagai kelompok karyawan. Berdasarkan usia, tingkat karier, atau tujuan keuangan, dan sebagainya, sehingga membuatnya relevan bagi karyawan.
Dengan cara-cara ini, financial training tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan literasi keuangan tetapi juga sebagai strategi komprehensif yang mendukung pengelolaan beban kerja yang efektif, mengurangi stres, dan mengatur beban kerja karyawan.
Nah, bagaimana? Tertarik untuk memberikan financial training untuk karyawan?
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Penyebab Karyawan Resign: 48% Bilang Tak Sesuai Ekspektasi
Di dalam perusahaan, barangkali kita pernah menemui bahwa begitu susah mempertahankan karyawan. Meski tak selalu berarti negatif, namun banyak dan seringnya karyawan resign bisa jadi indikasi bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Rasanya tak mungkin kan ya, karyawan resign tanpa alasan?
Banyaknya atau seringnya karyawan resign akan memberikan dampak bagi perusahaan. Apalagi jika kemudian perusahaan harus kehilangan karyawannya yang dianggap berkualitas bahkan yang sangat diandalkan secara tiba-tiba.
Tentu hal ini bisa dibilang, perusahaan telah kehilangan salah satu aset berharganya.
Pada beberapa kasus mungkin penyebab karyawan resign adalah alasan pribadi. Misalnya, pengin lebih berkembang, pengin fokus pada keluarga, dan berbagai alasan pribadi lain, yang notabene tidak ada hubungannya dengan kondisi perusahaan.
Namun, bisa jadi juga kasus penyebabnya adalah faktor internal dari perusahaan. Berikut ini adalah penyebab karyawan resign yang sering terjadi, dan juga menurut beberapa survei terbaru.
Penyebab Karyawan Resign
1. Pekerjaan tidak sesuai harapan
Menurut survei baru oleh ThriveMap yang berbasis di London, sebanyak 48% pekerja meninggalkan pekerjaan mereka karena pekerjaan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan harapan mereka. Ketika ditanya apa yang berbeda dari harapan, responden mengutip tanggung jawab pekerjaan (59%), lingkungan kerja (42%), jam kerja atau pola shift (35%) dan gaji atau tunjangan (29%). ThriveMap mensurvei 1.000 pekerja penuh waktu.
Wah, menarique juga ya hasil surveinya.
Jadi penasaran nih. Tanggung jawab pekerjaan, jam kerja, dan gaji seharusnya adalah hal-hal yang yang sudah jelas di awal, dalam arti ini seharusnya merupakan kesepakatan bersama antara perusahaan dan karyawan di awal mulai bekerja, bukan?
Kalau karyawan resign karena alasan-alasan di atas, bisa diartikan bahwa ada kesepakatan yang dilanggar dong ya?
2. Kurangnya penghargaan
Sudah seharusnya, karyawan berusaha menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik. Di artikel sebelumnya, tentang kepuasan karyawan disebutkan, bahwa penghargaan merupakan hal pertama yang paling diharapkan oleh karyawan dari perusahaan, yang dapat memengaruhi tingkat kepuasan kerja mereka.
Well, memang sudah seharusnya, untuk menghasilkan pekerjaan yang baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan, mereka mengeluarkan banyak tenaga dan pikiran. Oleh sebab itu, akan layak dan pantas jika perusahaan mengenali kontribusi yang mereka buat.
Jika mereka merasa kurang dihargai, maka ini bisa menjadi penyebab karyawan resign.
Sebenarnya, penghargaan ini bisa dimulai dari hal-hal kecil kok, misalnya memberikan pujian kepada mereka, membuat tempat kerja mereka semakin nyaman untuk bekerja, atau bertanya pada mereka, dukungan apa yang mereka butuhkan agar proses kerjanya lebih baik.
Reward tidak harus berupa barang atau kenaikan gaji. Bahkan, bisa diberikan dalam bentuk kompensasi nonfinansial berupa training-training yang dapat bermanfaat bagi mereka.
3. Kurangnya kepedulian dari perusahaan
Sudah jadi kewajiban perusahaan untuk peduli pada karyawan.
Pembiasaan untuk saling menyapa dan mengobrol antarkaryawan bisa jadi budaya yang baik di perusahaan. Tak hanya antara rekan kerja, tetapi juga yang melibatkan jajaran manajer bahkan sampai direksi.
Ketahui sedetail mungkin mengenai kondisi karyawan, dan tunjukkan sikap simpati. Tanyakan kabar mereka, dan juga kesulitan apa saja yang mereka hadapi dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Kemudian, upayakanlah solusi untuk membantu mereka.
4. Partner yang tidak setara
Karyawan yang berkualitas adalah karyawan yang memiliki sifat profesionalisme dan menghargai kerja keras. Biasanya, karyawan yang seperti ini memang menuntut partner yang bisa bersikap sama dengannya.
Maka, sudah menjadi tugas perusahaan untuk memberikan partner kerja yang setara dan sevisi untuk karyawannya.
Memang tugas yang berat, karena harus berurusan dengan banyak kepala dan kepribadian. Namun, dengan pendekatan personal dan monitoring yang simultan, pada akhirnya hal ini juga akan bisa tercapai.
Berikan pelatihan yang sesuai bagi mereka yang dirasa memang masih kurang kompetensinya, agar dapat “mengejar” ketertinggalannya. Dengan demikian, karyawan akan merasa di-support untuk berkembang, dan tidak menjadi alasan karyawan resign lagi.
5. Beban kerja yang terlalu banyak
Salah satu penyebab karyawan resign adalah beban kerja yang terlalu banyak.
Karyawan yang berkualitas memang akan selalu berusaha menyelesaikan tugasnya dengan baik. Namun ini memang menjadi alasan mengapa beban kerjanya juga menjadi berlebihan.
Tidak ada yang bisa disalahkan juga sih, karena dari sisi perusahaan tentulah meminta hasil yang baik demi kelancaran bisnis. Namun, jika berlebihan, maka akan membuat karyawan burnout dan akhirnya berpengaruh pada produktivitasnya.
Kesimpulan
Itulah beberapa penyebab mengapa karyawan resign.
Hmmm, kalau ditelusur lagi, beberapa masalah sepertinya bisa diatasi dengan satu solusi yang sama, yaitu mengadakan pelatihan sesuai kebutuhan mereka. Salah satu pelatihan yang bisa diberikan pada karyawan dan dapat bermanfaat besar bagi mereka adalah training keuangan.
Training keuangan yang akan membuat karyawan belajar untuk mengelola keuangan pribadinya sendiri ini punya banyak manfaat, di antaranya:
- Karyawan akan terbebas dari masalah keuangan, sehingga bisa lebih fokus pada pekerjaan dan lebih produktif
- Dapat memberi kesempatan pada karyawan untuk mencapai mimpi-mimpi mereka untuk kehidupan yang lebih baik dengan gaji yang sudah mereka terima
- Memberi mereka kesiapan untuk pensiun sejahtera.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Penyebab Stres di Tempat Kerja yang Harus Diwaspadai
Kadang kita memang belum bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passion. Dream job, begitu istilahnya, yaitu pekerjaan yang bisa kita lakukan dengan hati senang. Sebenarnya hal ini enggak masalah. Banyak kok karyawan yang harus melakukannya, tapi toh mereka sukses dan mampu meraih jenjang karier yang tinggi. Tapi, yang merasa gagal dan akhirnya merasakan stres di tempat kerja tak kurang banyaknya.
Kadang kita memang tidak bisa memilih pekerjaan, bukan? Setiap orang mungkin akan memilih pekerjaan dengan tingkat stres kecil tapi digaji mahal, kalau memang boleh memilih. Tapi enggak semua punya privilege itu. Bagaimanapun, yang sering terjadi adalah demi KPR yang harus lunas lebih cepat, maka kita pun harus beqerja bagai quda, apa pun deh asal halal.
Nah, kalau kamu adalah kebetulan karyawan yang tak punya privilege untuk bisa bekerja sesuai passion, maka waspadai situasi ini karena rentan akan terjadi stres di tempat kerja. Tentu saja, hal ini kemudian membawa efek kurang baik untuk semuanya; untuk perusahaan dan untuk kita sendiri sebagai karyawan.
Agar kamu bisa terbebas dari stres di tempat kerja, maka yuk kita lihat beberapa penyebab stres yang mungkin terjadi, agar kemudian bisa diambil langkah antisipasinya.
5 Penyebab Stres di Tempat Kerja
1. Beban kerja
Setiap karyawan–dengan jabatan dan wewenang masing-masing–pasti punya beban kerja sendiri-sendiri pula, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, pun sudah diatur dalam perjanjian kerja. Namun, terkadang dalam praktiknya, sering terjadi beban kerja menjadi berlebih atau bertambah dari yang disepakati di awal.
Salah satu penyebab beban kerja bertambah adalah kurangnya sumber daya manusia yang dipunyai oleh perusahaan, akibatnya ada beberapa karyawan yang harus merangkap-rangkap tugasnya. Bisa dibilang, satu orang karyawan harus mengerjakan pekerjaan dua tiga orang sekaligus.
Kalau sudah begini, hampir bisa dipastikan, stres di tempat kerja akan mulai membayangi. Kapasitas setiap manusia itu terbatas. Karena itu, hal ini harus disadari oleh HR atas setiap karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Dengan demikian, jika memang kekurangan SDM, HR bisa memetakan kebutuhan dan mempertimbangkan apakah perlu merekrut karyawan baru agar kinerja dan produktivitas bisa diperbaiki.
2. Konflik dengan rekan kerja
Dalam suatu perusahaan, kita akan bekerja secara tim. Artinya, kita akan bekerja bersama orang lain yang ditunjuk oleh perusahaan, yang pekerjaan dan tugasnya akan berhubungan dengan kita, baik langsung maupun tak langsung.
However, namanya juga orang, kadang ada enggak cocoknya. Ada saja yang bisa membuat konflik. Bisa berhubungan dengan sikap profesionalitas, hingga masalah pribadi. Maunya sih tetap profesional, tapi kalau sulit bekerja sama dan ini terjadi secara terus menerus ya susah juga kan?
Hal ini juga rentan mengakibatkan stres di tempat kerja. Ya gimana enggak, setiap kali harus bersinggungan dengan rekan kerja yang sulit diajak kerja sama, kita pasti sudah terbebani oleh konflik yang terjadi. Padahal sudah ada beban kerja yang harus ditanggung. Stres berlipat-lipat kan?
3. Merasa diri kurang berkembang
Ada kalanya karyawan mengalami stres di tempat kerja karena merasa dirinya kurang dihargai, kurang diapresiasi, hingga kurang bisa mengembangkan dirinya sendiri.
Biasanya sih yang terjadi adalah usulan-usulan yang tak pernah bisa diterima, kurang bisa memberikan pendapat sebebas-bebasnya, dan berbagai hambatan lainnya.
Memang kasus seperti ini biasa terjadi saat kita menjadi ikan kecil di kolam besar. Akan tetapi, kalau hal ini terus-terusan terjadi, akibatnya karyawan pasti merasa kurang bisa mengembangkan diri dan berujung stres di tempat kerja.
4. Kurang komunikasi
Kurangnya komunikasi juga bisa menjadi salah penyebab terbesar munculnya stres di tempat kerja. Misalnya saja, antara atasan dan bawahan. Instruksi-instruksi yang kurang jelas yang disampaikan oleh atasan pada bawahan bisa berefek pada terjadinya stres di tempat kerja ini.
Tak hanya dari atasan kepada bawahan, komunikasi yang kurang antara rekan kerja juga bisa menjadi masalah besar yang akhirnya membuat kinerja keseluruhan terganggu.
5. Masalah keuangan pribadi
Nah, penyebab stres di tempat kerja yang kelima ini juga sangat umum terjadi, yaitu karyawan mengalami masalah keuangan pribadi yang membuatnya jadi enggak fokus dan akhirnya produktivitas berkurang.
Salah satunya adalah ketika yang bersangkutan terlilit utang pada rentenir. Nggak hanya si karyawan yang bersangkutan saja sih yang bakalan stres, kalau sudah mulai meneror kantor maka pasti akan berdampak juga bagi yang lain.
Untuk masalah kelima ini, segeralah cari bantuan untuk mengatasinya. Langkah terpenting yang harus dilakukan untuk mengatasi stres di tempat kerja yang diakibatkan oleh masalah keuangan pribadi ini adalah dengan segera mengadakan training keuangan bagi para karyawan.
So, yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan untuk membantu karyawan terbebas dari masalah keuangan pribadi, agar bisa menunjukkan kinerja positif selama di kantor. Sila WA ke 0811 1500 688. Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Nah, itu dia 5 penyebab stres di tempat kerja yang umumnya terjadi. Ada banyak penyebab stres lain yang mungkin juga bisa menyebabkan karyawan menjadi menurun kinerjanya. Pihak HR-lah yang harus melakukan investigasi menyeluruh, dan kemudian bisa merumuskan tindakan apa saja yang perlu diambil untuk mengatasi stres di tempat kerja ini.
Ketika Semangat Kerja Karyawan Menurun, Mungkin 5 Hal Inilah Penyebabnya
Pernah terbangun di pagi hari dan merasa sangat berat untuk ngantor? Sampai-sampai rasanya harus menyeret badan keluar rumah? Kalau iya, wah, sepertinya semangat kerja kita memang sedang menurun tuh.
Memang sih, setiap orang punya waktunya sendiri. Namanya juga manusia, ada kalanya dapat tampil prima tapi tak jarang juga kondisinya menurun. Namun, jangan biarkan penurunannya seperti orang yang lagi terjun payung. Bisa-bisa jadi kalah bersaing dari rekan lain dan gagal mencapai promosi, atau malah kena ancaman PHK? Aduh, jangan sampai deh.
Nah, semangat kerja yang terjun bebas yang sering dirasakan oleh karyawan ini sebenarnya gejala umum saja sih. Wajar terjadi.
Yang harus kita lakukan adalah mencari penyebabnya, agar kemudian kita bisa mengantisipasinya dan bisa mencari solusi yang tepat agar semangat kerja tak tiarap selamanya. Coba cek 5 kemungkinan penyebab semangat kerja menurun ini. Mungkin salah satunya sedang dialami.
5 Penyebab Semangat Kerja Karyawan Menurun
1. Beban berlebihan
Kita menangani banyak pekerjaan, sementara waktu yang tersedia hanya sedikit. Plus, tiada dukungan atau bantuan yang membuat kita seperti kehabisan tenaga. Akibatnya, kualitas dan semangat kerja pun menurun.
Untuk yang seperti ini solusinya sebenarnya sederhana saja. Kita bukan superhero yang dapat mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Jadi, setiap pagi sebelum mulai bekerja, luangkanlah waktu sekitar 10 menit untuk mengelompokkan tugas menurut skala prioritas.
Jangan lupa, lengkapi dengan deadline sekalian juga. Tuliskan di atas post-it, lalu tempelkan di tempat yang terlihat. Fungsi utamanya adalah sebagai reminder agar kita selalu berada di jalur pekerjaan yang benar.
2. Kurang wewenang
Kita berada dalam posisi harus memikul tanggung jawab besar tapi tidak disertai wewenang dalam membuat keputusan. Misalnya, adanya campur tangan atasan yang berlebihan sampai ke urusan teknis, standard operating procedure (SOP) yang terlalu kaku, beban kerja yang melebihi job desc, dan sebagainya. Ibaratnya, mau maju perang, tapi sendirian sedangkan musuhnya banyak. Tak heran semangat kerja pun menurun drastis.
Memang sulit ya, berkata ‘tidak’, apalagi pada atasan. Kita–sebagai seorang karyawan–pasti takut dinilai tidak kompeten, atau malah takut mendapatkan sanksi.
Namun, sesekali berkata ‘tidak’ akan membuat kita tetap waras lo!
Yang perlu kita lakukan adalah mencoba mengutarakan apa yang menjadi keberatan kita secara halus. Misalnya, kita bisa mengingatkan pada atasan bahwa tugas yang kita kerjakan sebenarnya di luar wewenang yang kita punya. Jika sudah mengutarakan keberatan, dan atasan masih saja memercayakan tugas tersebut, maka mintalah semua support yang dibutuhkan. Katakan dengan baik, dan atasan pasti tak akan keberatan.
3. Gaji tak sebanding
Coba cek, apakah gaji yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan volume pekerjaan? Skema insentif dari target yang ingin dicapai mungkin juga kurang sesuai dengan harapan.
Gaji yang tak sebanding memang bisa membuat semangat kerja menurun, apalagi jika tak terlalu banyak fasilitas yang juga diterima dari perusahaan, seperti tunjangan kesehatan, bonus, dan sebagainya.
Namun, hal ini juga perlu dicek ulang juga. Apakah memang gajinya yang tidak ideal, ataukah kita yang selalu merasa gaji tak cukup? Kalau kita yang selalu merasa gaji tak cukup, nah, berarti permasalahan ada pada diri kita sendiri.
Jika masalahnya adalah gaji yang memang tidak ideal, tidak sebanding dengan beban kerja, kita bisa membicarakannya dengan atasan. Negokan gaji, agar sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab yang dipikul.
Atau, bisa saja karena terjadi perubahan kebijakan yang lebih buruk dari kebijakan sebelumnya sehingga terasa merugikan. Misalnya, penundaan gaji, perubahan menjadi tenaga kontrak, pengurangan tunjangan, ditiadakannya bonus, dan sebagainya.
Yah, meski kalau permasalahannya adalah kebijakan, memang agak sulit Karena kalau kebijakan biasanya akan berlaku massal. Jadi, nggak cuma satu karyawan saja yang terimbas. Semua juga merasakannya. Kalau sudah begini, coba ajaklah beberapa orang untuk menghadap atasan dan membicarakannya bersama-sama. Carilah win win solution yang bisa mewadahi kebutuhan setiap orang.
4. Situasi kantor penuh konflik
Hubungan antar rekan kerja juga bisa memengaruhi semangat kerja. Mau tak mau, kita adalah makhluk sosial, jadi banyak terpengaruh juga oleh lingkungan.
Sering terjadi, pekerjaan di kantor tak kondusif lantaran terjadi pengotak-kotakan penugasan atau antar rekan kerja, yang akhirnya berefek pada meningkatnya isolasi sosial dalam lingkungan kerja. Misalnya, job desc yang terlalu kaku, gaya manajemen “devide et impera” yang suka memelihara konflik, dan sebagainya.
Dalam situasi yang penuh konflik antar rekan kerja memang agak sulit bagi kita untuk bisa bekerja sama. Namun, kalau memang masih betah, coba saja untuk abaikan. Atau, mungkin, kita bisa berinisiatif untuk menciptakan keakraban antar rekan kerja ini. Yang paling mudah adalah dengan mengajak rekan kerja untuk makan siang bersama, atau membuat acara makan bersama di kantor, have fun bareng.
5. Kita mengalami permasalahan keuangan pribadi
Sudah tahu belum, bahwa ada hubungan erat antara permasalahan keuangan pribadi karyawan dengan performa kerja di kantor?
Ada fakta yang menyebutkan, bahwa satu dari lima orang yang berstatus karyawan di dunia ini mengalami stres bukan karena beban kerja yang harus dipikul, melainkan disebabkan oleh permasalahan keuangan pribadi yang mereka alami di luar kantor.
Stres yang terjadi pada karyawan ini lantas menjadi penyebab semangat kerja dan produktivitas menurun, pun meningkatnya intensitas izin sakit.
Jadi, coba dicek. Apakah kita sekarang ini sedang mengalami masalah keuangan pribadi? Terlilit utang, atau ada pengeluaran ekstra yang tak bisa diatasi, ataukah ada yang lain? Jika memang kemudian ditemukan adanya permasalahan-permasalahan keuangan, coba fokuskan untuk menyelesaikannya terlebih dahulu.
Jika perlu, coba usulkan pada pihak HR di kantor untuk melaksanakan pelatihan pengelolaan keuangan untuk karyawan, karena karyawan yang bebas masalah keuangan akan menjadi aset berharga bagi bisnis dan perusahaan.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.