Tip Mengalokasikan Kenaikan Gaji untuk Investasi dan Tabungan
Kenaikan gaji itu momen yang patut disyukuri. Tapi kalau nggak dikelola dengan benar, bisa jadi cuma lewat sebentar tanpa bekas. Padahal, ini kesempatan bagus buat memperbaiki keuangan dan memperkuat tabungan serta investasi.
Jangan sampai gaji naik, tapi utang atau pengeluaran juga ikut naik. Sebaliknya, manfaatkan momen ini untuk membuat perubahan yang lebih berarti dalam hidup. Salah satu caranya adalah dengan mengatur alokasi yang pas sejak awal.
Table of Contents
Tip Mengalokasikan Kenaikan Gaji untuk Investasi dan Tabungan

Mengalokasikan kenaikan gaji itu nggak perlu rumit, cukup disiplin dan konsisten. Berikut beberapa cara cerdas yang bisa dicoba.
1. Jangan Langsung Naikkan Gaya Hidup
Kebanyakan orang langsung tergoda buat beli barang-barang baru setelah ada kenaikan gaji. Padahal, kalau gaya hidup langsung ikut naik, yang ada cuma senang sesaat.
Coba pertahankan dulu pola pengeluaran sebelumnya selama beberapa bulan. Ini jadi cara paling simpel buat mengukur seberapa besar kebutuhan sebenarnya.
Kalau ada sisa yang konsisten tiap bulan, baru bisa dialokasikan ke hal lain. Menunda kenaikan gaya hidup juga bantu menjaga ritme keuangan tetap sehat. Ingat, tujuan jangka panjang lebih penting dari kepuasan instan. Lagi pula, rasanya lebih tenang punya simpanan ketimbang barang yang cepat bosan.
Baca juga: Gaji Tidak Naik, Tapi Biaya Hidup Meningkat: Cara Bertahan Tanpa Terjerat Utang
2. Terapkan Rumus 4-3-2-1 Versi Baru
Rumus ini populer karena mudah dipahami, tapi fleksibel banget buat disesuaikan. Biasanya, kita menerapkannya 40% kebutuhan rutin, 30% cicilan, 20% lifestyle, dan 10% investasi. Nah, sekarang dengan kenaikan gaji, misalnya, bisa diubah jadi 40% untuk kebutuhan, 30% cicilan, 20% investasi, dan 10% sisanya untuk lifestyle.
Dengan kenaikan gaji, kamu bisa memperbesar bagian investasi tanpa merasa terbebani. Selalu prioritaskan alokasi untuk masa depan di awal, bukan sisa akhir bulan.
Kalau kamu masih tinggal bersama keluarga dan pengeluaran kecil, manfaatkan situasi ini untuk menabung lebih besar. Simpan juga catatan alokasi gaji biar bisa dievaluasi setiap saat. Strategi ini bikin pengeluaran tetap terkendali dan tujuan keuangan makin dekat. Intinya, pakai rumus yang paling realistis sesuai kondisi pribadi.
3. Buat Pos Khusus Investasi
Salah satu trik biar nggak gampang tergoda adalah pisahkan rekening harian dan rekening investasi. Begitu gaji masuk, langsung kirim sebagian ke rekening khusus ini. Anggap saja rekening ini nggak bisa disentuh kecuali untuk keperluan investasi.
Cara ini bantu menjaga konsistensi dan mencegah dana terpakai buat hal-hal impulsif. Bahkan lebih bagus kalau rekening ini tidak pakai kartu ATM atau mobile banking. Sekalian, jadi motivasi buat benar-benar komitmen menumbuhkan aset.
Kamu juga bisa otomatisasi setoran rutin ke platform investasi biar lebih praktis. Dengan begitu, alokasi investasi tetap jalan meskipun kamu lagi sibuk.

4. Naikkan Setoran Rutin
Kalau sebelumnya sudah punya jadwal investasi bulanan, coba tingkatkan nominalnya sedikit saat ada kenaikan gaji. Misalnya, yang tadinya Rp500 ribu per bulan bisa naik jadi Rp750 ribu.
Selisih kecil tiap bulan kalau dikumpulkan bertahun-tahun bisa jadi besar. Kenaikan ini juga bisa menyesuaikan dengan tujuan keuangan yang ingin dikejar. Misalnya ingin dana rumah, pensiun, atau pendidikan anak, tinggal tentukan target lalu sesuaikan setoran.
Konsistensi jauh lebih penting daripada besarannya. Jadi jangan tunggu punya uang sisa baru investasi. Justru dengan memprioritaskan investasi duluan, keuangan jadi lebih terarah.
5. Sisihkan untuk Dana Darurat
Dana darurat kadang suka terlupakan, padahal ini penting banget. Fungsi utamanya buat jaga-jaga kalau terjadi hal tak terduga seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau butuh biaya besar mendadak.
Idealnya, jumlah dana darurat sekitar 3–6 kali pengeluaran bulanan. Kalau belum sampai target itu, kenaikan gaji bisa dimanfaatkan untuk mempercepat pengisian.
Simpan di tempat yang mudah diakses tapi nggak gampang diambil, seperti rekening khusus atau e-wallet tanpa kartu. Jangan dicampur dengan dana harian supaya nggak tergoda pakai.
Begitu dana darurat tercapai, kamu bisa fokus sepenuhnya ke investasi. Ini fondasi penting sebelum membangun kekayaan jangka panjang.
6. Diversifikasi Portofolio
Kenaikan gaji juga bisa jadi peluang buat memperluas jenis investasi. Kalau selama ini cuma di satu instrumen, seperti reksa dana saja, coba tambah saham, emas, atau SBN.
Diversifikasi ini penting untuk mengurangi risiko dan menjaga nilai aset tetap tumbuh stabil. Nggak harus langsung banyak, kamu mulai sedikit dulu sambil belajar karakteristik tiap instrumen.
Banyak platform sekarang yang menyediakan edukasi gratis dan minim modal awal. Dengan mencoba berbagai jenis, kamu juga jadi lebih paham mana yang cocok dengan profil risikomu.
Jangan lupa pantau kinerja tiap portofolio secara berkala. Jadi bukan cuma nabung, tapi juga tumbuh cerdas.

7. Evaluasi Setiap 3 Bulan
Alokasi gaji sebaiknya nggak dianggap fix selamanya. Kondisi hidup bisa berubah, begitu juga kebutuhan dan prioritas.
Maka dari itu, penting buat cek ulang setiap tiga bulan. Lihat apakah persentase untuk investasi dan tabungan sudah optimal atau masih bisa ditingkatkan. Kadang, pengeluaran juga bisa ditekan kalau ada pengingat rutin seperti ini.
Evaluasi juga bantu kamu menyadari kemajuan dan memperbaiki kesalahan. Bisa pakai spreadsheet sederhana atau aplikasi keuangan yang mudah dibaca. Dengan evaluasi rutin, kamu jadi tahu arah keuangan dan bisa ambil langkah yang lebih tepat ke depan.
Baca juga: Kenapa Gaji Kecil sementara Orang Lain Bisa Bergaji Besar?
Kenaikan gaji bukan sekadar soal angka yang bertambah di slip penghasilan, tapi juga soal keputusan keuangan yang makin besar tanggung jawabnya. Momen ini bisa jadi titik balik buat memperbaiki kebiasaan, menata ulang prioritas, dan mulai membangun masa depan yang lebih aman.
Asal dikelola dengan bijak, tambahan penghasilan bisa berdampak panjang. Jadi, jangan buru-buru habiskan untuk hal-hal yang cepat habis juga. Ambil waktu untuk merencanakan, sisihkan secara konsisten, dan nikmati hasilnya pelan-pelan.
Gaji naik, tapi ketenangan hati juga ikut naik. Itu baru namanya benar-benar untung.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Tip Maksimalkan Hasil dari Training Keuangan Online
Sekarang makin banyak orang ikut training keuangan agar lebih pinter mengatur duit. Mulai dari yang pengin belajar budgeting, investasi, sampai bebas dari utang.
Tapi meskipun akses ke materinya gampang, kadang hasilnya juga kurang maksimal. Bukan karena kelasnya jelek, tapi sering kali caranya ikut belajar yang kurang tepat.
Biar ilmu yang didapat enggak cuma numpuk di catatan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Cara belajarnya, kebiasaan setelah kelas, sampai gimana mengolah informasi yang didapat. Semua itu punya pengaruh besar ke hasil akhirnya.
Table of Contents
Sudah Ikut Training Keuangan Online, Ini Cara Maksimalin Hasilnya

Kalau sudah ikut training keuangan, langkah selanjutnya adalah gimana cara mengolah semua ilmu yang didapat jadi sesuatu yang benar-benar berguna.
Sayangnya, banyak yang berhenti setelah kelas selesai, tanpa benar-benar menerapkannya ke kehidupan sehari-hari. Padahal, biar hasilnya terasa, training keuangan butuh ditindaklanjuti dengan cara belajar yang tepat dan konsisten.
Berikut beberapa cara sederhana tapi efektif buat bantu maksimalin hasilnya.
1. Tentukan Tujuan Jelas Sebelum Mulai
Sebelum ikut training keuangan, coba pikirkan dulu: mau belajar apa? Mungkin pengin bisa atur gaji bulanan, belajar investasi, atau keluar dari utang. Tujuan yang jelas akan bantu kamu bisa milih materi yang paling relevan. Jadi enggak asal belajar semua hal tapi enggak ada yang nempel.
Kalau tujuannya cuma “biar ngerti keuangan”, itu terlalu luas. Coba persempit. Misal, “aku mau tahu cara mulai investasi reksa dana”.
Dengan begitu, fokus belajar bisa lebih terarah. Dan hasilnya juga lebih terasa, karena sesuai dengan masalah nyata yang sedang dihadapi.
Baca juga: Blueprint of Your Money dan 5 Elemen Paling Prinsip yang Ada di Dalamnya
2. Pilih Kelas yang Sesuai dengan Level dan Kebutuhan
Banyak kelas keuangan online ditawarkan, tapi enggak semuanya cocok. Begitu juga di QM Financial. Jadi, cek dulu isi kelasnya. Kan, di setiap penawaran, akan ada tuh deskripsi kelasnya akan bahas apa. Mulai dari yang paling basic seperti Blueprint of Your Money, sampai yang langsung masuk ke topik lanjutan.
Kalau masih pemula, jangan langsung ambil kelas advanced. Akan lebih baik kalau ambil dari yang basic dulu. Baru seiring waktu dan kebutuhan, kamu ambil kelas-kelas lanjutannya.

3. Ikuti Kelas Secara Aktif dan Konsisten
Jangan cuma jadi penonton pasif saat training keuangan berlangsung. Saat ikut kelas, coba catat poin penting. Kalau di QM Financial, ada grup alumninya. Jangan lupa untuk aktif di sana ya.
Luangkan waktu rutin untuk baca ulang materi yang biasanya dibagikan dalam bentuk handout. Baca juga artikel-artikel di web QM Financial, tonton video-videonya di YouTube, sampai dengerin podcastnya.
Jangan nunggu mood datang. Belajar keuangan butuh kebiasaan, bukan cuma semangat sesaat. Kalau ada simulasi, kamu bisa ikut kerjakan. Karena lewat praktik itu justru kita jadi lebih paham. Konsistensi kecil lebih baik daripada belajar maraton tapi cuma sekali.
4. Langsung Praktikkan Ilmu yang Dipelajari
Teori keuangan itu akan cepat lupa kalau enggak langsung dicoba. Misalnya habis belajar bikin anggaran, langsung aja praktik di gaji bulan ini.
Enggak harus sempurna dulu, yang penting mulai dulu. Nanti bisa dibenahi pelan-pelan. Praktik juga bantu melihat mana bagian yang masih bingung.
Kadang pas ikut kelas, semua terasa masuk akal. Tapi pas coba sendiri, baru deh kelihatan tantangannya. Dari situ justru kita belajar lebih dalam. Jangan tunggu semua modul selesai baru praktik.
5. Bangun Kebiasaan Refleksi dan Evaluasi
Setelah belajar, coba ambil waktu buat berpikir, “Apa yang udah aku pahami?” dan “Apa yang masih bikin bingung?”
Hal kayak gini kelihatannya sepele, tapi penting banget. Refleksi bikin kita sadar, oh ternyata selama ini keliru hitung pengeluaran misalnya. Evaluasi juga bantu lihat apakah ilmunya udah berdampak ke kehidupan sehari-hari. Misal, jadi lebih hemat, atau enggak impulsif lagi pas belanja.
Dari situ, bisa tahu bagian mana yang perlu diulang atau diperdalam. Jangan cuma puas sudah selesai nonton video. Belajar yang baik itu bukan soal selesai, tapi soal paham dan bisa diterapkan.

6. Kumpulkan dan Susun Materi dalam Catatan Pribadi
Setiap kali dapat materi baru, langsung saja dicatat. Enggak usah menunggu lengkap dulu. Bisa pakai buku tulis, notes digital, atau bahkan spreadsheet.
Bikin ringkasan dengan gaya bahasa sendiri biar lebih gampang dimengerti. Jangan cuma copy-paste dari slide atau video. Kalau perlu, kasih contoh kasus dari pengalaman pribadi.
Dengan begitu, catatannya jadi lebih hidup dan aplikatif. Saat lupa sesuatu, tinggal buka catatannya. Catatan pribadi juga bisa jadi bahan belajar jangka panjang.
Baca juga: 9 Istilah Keuangan Pribadi Paling Sederhana yang Harus Dipahami
Training keuangan bukan cuma soal duduk manis dan dengar materi, tapi soal gimana ilmu itu bisa beneran dipakai dalam hidup sehari-hari. Supaya hasilnya maksimal, perlu usaha lebih dari sekadar ikut kelas. Konsistensi, praktik langsung, dan refleksi jadi kunci penting.
Dengan pendekatan yang tepat, training keuangan bisa jadi titik balik buat kelola uang lebih bijak. Enggak harus langsung jago, yang penting terus jalan pelan-pelan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Saja Komponen Pesangon PHK yang Harus Diterima Karyawan?
Kabar PHK pasti bukan hal yang menyenangkan, apalagi kalau datang tiba-tiba tanpa persiapan. Tapi di balik situasi itu, penting banget buat tahu hak-hak yang seharusnya diterima, terutama soal pesangon PHK. Jangan sampai karena kurang informasi, hak yang mestinya bisa didapat justru terlewat atau dipotong sepihak.
Banyak yang masih bingung soal apa aja isi kompensasi setelah PHK. Padahal, setiap karyawan punya hak atas beberapa jenis pembayaran yang jumlahnya bisa lumayan besar. Supaya nggak salah langkah, yuk pahami dulu dasar-dasarnya sebelum membahas rinciannya lebih jauh.
Table of Contents
Komponen Pesangon PHK

Sebelum menghitung total pesangon PHK yang seharusnya diterima, penting buat tahu dulu apa saja komponen yang membentuknya. Soalnya, pesangon PHK itu bukan cuma soal gaji bulanan yang dikalikan sekian, tapi ada bagian-bagian lain yang saling melengkapi.
Berikut ini komponen utamanya yang wajib dipahami agar tidak ada hak yang terlewat.
1. Uang Pesangon (UP)
Uang Pesangon PHK adalah kompensasi utama yang wajib dibayarkan perusahaan kepada karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tujuannya adalah memberikan jaminan finansial sementara setelah berakhirnya hubungan kerja, sehingga karyawan punya waktu dan ruang untuk mencari pekerjaan baru atau mempersiapkan transisi karier.
Besarnya uang pesangon PHK ini ditentukan oleh lama masa kerja karyawan di perusahaan tersebut, dan dihitung berdasarkan gaji bulanan terakhir yang terdiri dari upah pokok ditambah tunjangan tetap.
Berikut ketentuan besar uang pesangon berdasarkan masa kerja:
- Masa kerja < 1 tahun: 1 bulan upah
- Masa kerja 1–2 tahun: 2 bulan upah
- Masa kerja 2–3 tahun: 3 bulan upah
- Masa kerja 3–4 tahun: 4 bulan upah
- Masa kerja 4–5 tahun: 5 bulan upah
- Masa kerja 5–6 tahun: 6 bulan upah
- Masa kerja 6–7 tahun: 7 bulan upah
- Masa kerja 7–8 tahun: 8 bulan upah
- Masa kerja ≥ 8 tahun: 9 bulan upah
Contoh Perhitungan Uang Pesangon
Misalnya, seorang karyawan bekerja selama 4 tahun 3 bulan di sebuah perusahaan dan menerima gaji bulanan sebesar Rp6.000.000 (sudah termasuk tunjangan tetap).
Karena masa kerjanya masuk kategori 4–5 tahun, maka besar uang pesangon yang berhak diterima adalah:
5 bulan × Rp6.000.000 = Rp30.000.000
Jadi, karyawan tersebut berhak atas uang pesangon sebesar Rp30.000.000.
Jika masa kerja karyawan adalah 8 tahun atau lebih, maka haknya adalah:
9 bulan × Rp6.000.000 = Rp54.000.000
Baca juga: Menghadapi PHK dengan Bijak: Langkah Awal Mengelola Keuangan

2. Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK)
UPMK adalah bentuk apresiasi dari perusahaan kepada karyawan yang telah bekerja dalam jangka waktu tertentu. UPMK diberikan saat karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja, sebagai tambahan dari uang pesangon PHK.
Nilainya ditentukan berdasarkan lamanya masa kerja, dan besarannya lebih tinggi untuk karyawan yang mengabdi lebih lama. Komponen ini menunjukkan bahwa loyalitas dan durasi kerja dihargai dalam bentuk kompensasi finansial.
Perhitungan UPMK mengikuti ketentuan berikut:
- Masa kerja 3–6 tahun: 2 bulan upah
- Masa kerja 6–9 tahun: 3 bulan upah
- Masa kerja 9–12 tahun: 4 bulan upah
- Masa kerja 12–15 tahun: 5 bulan upah
- Masa kerja 15–18 tahun: 6 bulan upah
- Masa kerja 18–21 tahun: 7 bulan upah
- Masa kerja 21–24 tahun: 8 bulan upah
- Masa kerja ≥24 tahun: 10 bulan upah
Perlu dicatat, bahwa karyawan dengan masa kerja kurang dari 3 tahun tidak mendapatkan UPMK.
Contoh Perhitungan Uang Penghargaan Masa Kerja
Misalnya, karyawan bekerja selama 10 tahun 5 bulan dan gaji terakhirnya (termasuk tunjangan tetap) adalah Rp7.500.000 per bulan.
Berdasarkan masa kerja tersebut, ia masuk kategori 9–12 tahun, sehingga UPMK-nya adalah:
4 bulan × Rp7.500.000 = Rp30.000.000
Jadi, karyawan tersebut akan menerima Rp30.000.000 sebagai Uang Penghargaan Masa Kerja, selain dari uang pesangon dan uang penggantian hak (UPH).

3. Uang Penggantian Hak
Uang Penggantian Hak (UPH) adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan yang di-PHK atas hak-haknya yang belum digunakan atau belum diberikan selama masa kerja.
Komponen ini bersifat melengkapi pesangon PHK dan penghargaan masa kerja. Biasanya terdiri dari hak-hak non-upah yang masih tertinggal, seperti sisa cuti, ongkos pulang, dan manfaat-manfaat lain yang diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan.
Berikut beberapa komponen umum dalam Uang Penggantian Hak:
- Sisa cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur
- Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya (terutama bagi yang berasal dari luar kota)
- Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan, yang dihitung sebesar 15% dari total uang pesangon (UP) dan uang penghargaan masa kerja (UPMK)
- Hak lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
Nilai UPH bersifat variatif karena tergantung kondisi dan hak masing-masing karyawan. Komponen “penggantian perumahan, pengobatan, dan perawatan” sebesar 15% adalah bagian yang paling umum dan hampir selalu dihitung.
Contoh Perhitungan Uang Penggantian Hak
Misalnya:
Gaji terakhir: Rp6.000.000
Masa kerja: 5 tahun 3 bulan → UP = 6 bulan gaji = Rp36.000.000
UPMK (untuk masa kerja 3–6 tahun): 2 bulan gaji = Rp12.000.000
Sisa cuti tahunan: 5 hari kerja (1 minggu) → diasumsikan 1/4 dari 1 bulan gaji = Rp1.500.000
Ongkos pulang: Rp1.000.000
Komponen penggantian 15% dari UP + UPMK:
15% × (Rp36.000.000 + Rp12.000.000) = 15% × Rp48.000.000 = Rp7.200.000
Total UPH:
Sisa cuti: Rp1.500.000
Ongkos pulang: Rp1.000.000
15% UP + UPMK: Rp7.200.000
Total UPH = Rp1.500.000 + Rp1.000.000 + Rp7.200.000 = Rp9.700.000
Jadi, karyawan tersebut menerima Rp9.700.000 sebagai Uang Penggantian Hak, di luar pesangon dan penghargaan masa kerja.
Baca juga: Karyawan Swasta: Pengertian, Keuntungan, dan Tip Menjadi yang Terbaik
Memahami komponen pesangon PHK bisa jadi langkah penting untuk menjaga hak saat hubungan kerja berakhir. Dengan tahu apa saja yang seharusnya diterima, karyawan bisa lebih siap menghadapi situasi sulit tanpa merasa dirugikan.
Setiap rupiah dari pesangon phk punya arti, apalagi jika jadi penopang hidup sementara sebelum dapat pekerjaan baru. Jadi, jangan ragu buat cek kembali hak yang tertulis dan pastikan semua perhitungannya masuk akal dan sesuai aturan.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perbedaan Trading dan Investasi Saham: Panduan untuk Pemula
Mau mulai terjun ke dunia pasar modal tapi masih bingung soal perbedaan antara trading dan investasi saham?
Tenang, kamu nggak sendirian. Banyak pemula merasa keduanya mirip, padahal pendekatannya beda jauh. Buat yang masih baru, memahami dasar-dasarnya bisa jadi langkah awal yang penting sebelum ambil keputusan.
Trading dan investasi saham memang sama-sama melibatkan pembelian saham, tapi tujuannya sangat berbeda. Cara menjalankannya pun nggak sama. Sebagian orang lebih cocok dengan ritme cepat ala trading, sementara yang lain nyaman dengan strategi tahan lama seperti investasi.
Table of Contents
Investasi Saham vs Trading: Apa Bedanya?

Sebelum memutuskan mau jadi trader atau investor, ada baiknya kenalan dulu dengan pengertian dasarnya. Trading saham adalah aktivitas beli-jual saham dalam jangka waktu pendek, biasanya cari untung dari perubahan harga harian. Sementara itu, investasi saham lebih fokus ke simpanan jangka panjang demi pertumbuhan nilai dan dividen.
Nah, supaya lebih paham, ayo belajar perbedaannya lebih jauh.
1. Perbedaan Tujuan
Trading:
Tujuan utama trading itu mengejar untung dalam waktu cepat. Trader beli saham ketika harganya rendah, lalu jual lagi begitu naik sedikit. Selisihnya jadi keuntungan. Fokus utamanya bukan pada kualitas perusahaan, tapi lebih ke momen. Selama harga naik, itu jadi peluang cuan. Jadi, orientasinya benar-benar jangka pendek dan cepat dapat hasil.
Investasi:
Sementara itu, investasi saham bertujuan membangun kekayaan jangka panjang. Investor beli saham karena percaya perusahaannya bagus dan akan berkembang. Keuntungan datang dari dua sisi: harga saham yang naik seiring waktu, dan pembagian dividen. Nggak buru-buru jual, karena percaya nilainya akan makin tinggi di masa depan.
Baca juga: Strategi Cara Main Saham Pemula agar Cepat Paham dan Berhasil
2. Perbedaan Waktu atau Durasi
Trading:
Trading dilakukan dalam waktu sangat singkat. Bisa hitungan menit, jam, atau beberapa hari. Ada yang fokus ke day trading (beli-jual di hari yang sama), ada juga yang tahan seminggu (swing trading). Tujuannya tetap sama: ambil untung dari pergerakan harga sesingkat mungkin. Trader harus cepat ambil keputusan karena pasar terus bergerak.
Investasi:
Investasi saham lebih ke jangka panjang. Bisa disimpan selama bertahun-tahun. Investor nggak panik kalau harga turun, karena percaya itu cuma sementara. Mereka lebih fokus ke pertumbuhan bisnis. Semakin lama disimpan, biasanya hasilnya makin kelihatan. Jadi, butuh kesabaran dan komitmen.
3. Perbedaan Analisis
Trader:
Trader lebih banyak pakai analisis teknikal. Artinya, mereka baca grafik harga saham, pola pergerakan, volume transaksi, dan indikator lainnya. Mereka nggak terlalu peduli bisnisnya bagus atau nggak. Yang penting, grafiknya kasih sinyal beli atau jual. Semua keputusan diambil berdasarkan data pergerakan harga.
Investor:
Investor lebih mengandalkan analisis fundamental. Mereka pelajari laporan keuangan, pendapatan, utang, dan potensi bisnis ke depan. Mereka juga lihat siapa manajemennya, seberapa kuat persaingan usahanya, dan arah pertumbuhan industrinya. Jadi, keputusan beli bukan cuma soal harga, tapi kualitas perusahaan secara menyeluruh.
4. Perbedaan Risiko
Trading:
Risiko trading tergolong tinggi. Karena waktu yang pendek dan pasar yang fluktuatif, salah ambil keputusan bisa bikin rugi besar dalam waktu singkat. Trader harus siap mental dan disiplin. Harus punya batas rugi, strategi keluar, dan nggak boleh emosional. Sekali lengah, bisa langsung tekor.
Investasi:
Risiko investasi saham relatif lebih rendah kalau dilakukan dengan perhitungan matang. Memilih perusahaan yang sehat, menyimpan saham dalam jangka panjang, dan diversifikasi bisa menurunkan risiko. Tapi tetap saja ada kemungkinan rugi, misalnya kalau beli saham perusahaan yang ternyata tidak berkembang. Intinya, risiko lebih bisa dikendalikan, asal sabar dan konsisten.

5. Perbedaan Kebutuhan Waktu dan Energi
Trading:
Trading butuh perhatian penuh. Harus sering buka aplikasi saham, lihat grafik, dan pantau berita pasar. Kalau nggak rajin mantau, bisa ketinggalan momen beli atau malah rugi besar. Cocok untuk yang punya banyak waktu dan siap aktif di pasar setiap hari.
Investasi:
Investasi saham jauh lebih santai. Cukup cek portofolio sesekali, misalnya sebulan sekali atau per tiga bulan. Fokusnya bukan reaksi cepat, tapi evaluasi berkala. Cocok buat yang kerja full-time atau nggak sempat mantengin pasar terus-menerus. Lebih tenang dan nggak makan banyak energi.
6. Perbedaan Psikologis
Trader:
Emosi bisa jadi musuh utama trader. Harus kuat mental, nggak panik saat harga anjlok, dan nggak serakah saat untung. Perlu kontrol diri dan strategi yang jelas. Kalau terlalu terbawa perasaan, bisa salah langkah. Trading cocok buat yang bisa berpikir cepat dan tetap tenang di tengah tekanan.
Investor:
Investor lebih butuh kesabaran. Harus bisa tahan godaan untuk jual cepat. Saat pasar turun, nggak langsung takut dan menjual semuanya. Mereka percaya pada potensi jangka panjang. Jadi, mentalnya harus tenang, yakin pada riset sendiri, dan nggak gampang terbawa arus.
7. Perbedaan Keuntungan
Trading:
Kalau strateginya tepat, trader bisa dapat untung besar dalam waktu singkat. Tapi, potensi ruginya juga tinggi. Keuntungan cepat ini sebanding dengan risiko yang besar. Harus punya sistem yang disiplin dan tahu kapan harus berhenti.
Investasi:
Keuntungan investasi saham datang perlahan tapi stabil. Harga saham bisa naik seiring waktu, dan investor juga bisa dapat dividen. Kalau sabar dan pilih perusahaan yang tepat, hasil akhirnya bisa lebih besar daripada trading. Cocok buat yang ingin membangun kekayaan secara bertahap dan lebih aman.

8. Perbedaan Biaya Transaksi
Trading:
Karena sering beli dan jual, biaya transaksi yang dikeluarkan lebih besar. Setiap kali transaksi, ada fee broker yang harus dibayar. Kalau terlalu sering trading tanpa strategi, biaya ini bisa menggerus keuntungan. Jadi, perlu hitungan yang cermat.
Investasi:
Karena transaksinya jarang, biaya yang keluar juga lebih hemat. Biasanya beli sekali, lalu disimpan lama. Baru jual lagi nanti saat target sudah tercapai. Ini bikin biaya broker lebih efisien. Cocok buat yang ingin hasil maksimal tanpa banyak keluar ongkos.
Baca juga: Cek Khodam Keuangan dan Karakteristik Kepribadian
Memahami perbedaan antara trading dan investasi saham bisa membantu pemula menentukan langkah yang paling sesuai.
Setiap pilihan punya kelebihan dan tantangan masing-masing. Yang penting, sesuaikan dengan tujuan keuangan, waktu yang tersedia, dan kenyamanan dalam mengambil risiko. Mau bergerak cepat seperti trader atau tumbuh pelan tapi pasti seperti investor, keduanya bisa jadi jalan untuk meraih hasil—asal tahu cara mainnya dengan benar.
Yuk, belajar investasi dan mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Panduan Menggunakan Aplikasi Investasi Saham untuk Investor Pemula
Mulai tertarik mencoba investasi tapi belum tahu harus mulai dari mana? Sekarang sudah banyak cara yang lebih praktis, salah satunya lewat aplikasi investasi saham. Tinggal install, daftar, isi dana, dan kamu udah bisa beli saham dari smartphone.
Tapi walaupun kelihatannya simpel, tetap ada hal-hal penting yang perlu dipahami dulu sebelum asal klik beli.
Table of Contents
Panduan Aplikasi Investasi Saham yang Mudah

Banyak investor pemula yang langsung terjun tanpa arahan, padahal aplikasi itu cuma alat. Cara pakainya tetap butuh strategi biar nggak rugi di awal.
Nah, sebelum makin dalam, penting banget untuk tahu dulu seluk-beluk penggunaan aplikasinya. Pahami alurnya, biasakan diri dengan fitur-fiturnya, baru deh lanjut ke langkah berikutnya.
Setiap aplikasi investasi saham memang bisa punya tampilan dan alur yang beda-beda. Tapi secara umum, prinsip dasarnya hampir sama. Kalau ternyata ada aplikasi yang prosesnya terasa ribet atau bikin bingung, gak ada salahnya pindah ke yang lebih ramah pemula.
Sekarang pilihannya banyak, jadi tinggal cari yang paling cocok dan nyaman buat digunakan sehari-hari. Berikut ini panduan sederhananya, biar nggak bingung waktu mulai.
1. Pilih Aplikasi yang Terdaftar dan Sesuai Gaya Hidup
Langkah pertama yang sering diabaikan: pilih aplikasi investasi saham yang benar-benar aman. Pastikan aplikasinya terdaftar di OJK dan punya kerja sama resmi dengan sekuritas yang jelas.
Selain itu, sesuaikan dengan gaya penggunaannya. Kalau suka tampilan sederhana dan nggak bikin bingung, pilih yang navigasinya mudah. Ada juga aplikasi investasi saham yang lengkap dengan fitur belajar dan video edukasi.
Jadi bukan cuma buat beli saham, tapi juga buat paham cara kerjanya.
Baca juga: Portofolio Saham: Pengertian dan Cara Membangunnya untuk Pemula
2. Buka Rekening Saham Lewat Aplikasi
Setelah install aplikasinya, biasanya ada panduan buka rekening efek langsung di dalamnya. Proses ini perlu unggah dokumen seperti KTP dan selfie. Ada juga aplikasi investasi saham yang minta NPWP, tapi ada juga yang enggak.
Setelah itu, biasanya akan butuh verifikasi. Verifikasi umumnya butuh waktu 1–3 hari kerja. Setelah disetujui, akan ada notifikasi bahwa rekening efek dan rekening dana nasabah (RDN) sudah aktif. Dari sini, baru bisa mulai isi dana untuk beli saham.
3. Coba Fitur Simulasi (Kalau Ada)
Sebelum pakai uang beneran, lebih baik coba dulu simulasi yang disediakan. Beberapa aplikasi punya fitur ini, biasanya disebut trial trading atau semacamnya.
Simulasi ini sangat berguna buat belajar cara beli-jual dan lihat pergerakan harga. Nggak ada risiko rugi karena bukan uang sungguhan. Tapi tetap bisa merasakan proses transaksi dan belajar strategi dasar. Cocok banget buat yang masih takut salah langkah di awal.
4. Lakukan Top-Up Dana ke RDN
Setelah punya rekening RDN, isi saldo dulu sebelum bisa beli saham. Transfernya biasanya lewat virtual account, dan ada yang gratis biaya admin kalau lewat bank tertentu. Jumlah yang ditransfer bebas, bisa mulai dari Rp100 ribu.
Untuk pemula, sebaiknya jangan langsung banyak. Coba dulu nominal kecil sambil belajar. Anggap aja ini latihan, bukan uang yang harus balik cepat.
5. Mulai Beli Saham Bertahap
Jangan buru-buru beli saham yang lagi viral. Lebih aman mulai dari saham blue chip, seperti yang masuk indeks IDX30. Perusahaan-perusahaan ini biasanya punya kinerja stabil dan mudah dikenali.
Beli perlahan, misalnya 1 lot dulu, sambil pantau pergerakan harganya. Manfaatkan fitur watchlist untuk simpan daftar saham incaran. Dengan cara ini, investasi jadi lebih tenang dan nggak impulsif.

6. Manfaatkan Notifikasi dan Fitur Alarm Harga
Fitur notifikasi di aplikasi investasi saham bukan cuma pengingat. Gunakan untuk bantu ambil keputusan. Misalnya atur alarm saat harga turun ke level yang diincar. Atau saat harga naik dan bisa dijual untuk ambil untung. Jadi nggak perlu memantau layar terus.
Fitur ini juga bantu biar nggak panik atau terburu-buru ambil langkah. Semacam pengingat otomatis buat disiplin.
7. Cek Grafik dan Berita Langsung dari Aplikasi
Hampir semua aplikasi investasi saham sekarang punya grafik harga dan berita pasar. Grafik ini bisa bantu lihat tren naik-turun dalam jangka pendek maupun panjang. Ada juga indikator teknikal buat yang ingin belajar lebih lanjut.
Selain itu, baca berita yang relevan dengan saham yang dipegang. Jangan hanya lihat harga, tapi pahami juga faktor yang memengaruhinya. Dengan begitu, keputusan investasi jadi lebih bijak.
8. Rutin Review Portofolio
Setelah beli saham, jangan dibiarkan begitu saja. Luangkan waktu seminggu sekali untuk buka portofolio. Cek apa yang naik, apa yang turun, dan cari tahu alasannya. Bisa lewat grafik, berita, atau perbandingan dengan minggu sebelumnya.
Catat alasan beli dan apakah hasilnya sesuai harapan. Dari sini bisa belajar gaya investasi diri sendiri, apakah cenderung sabar atau mudah tergoda jual.
9. Update Pengetahuan Lewat Fitur Edukasi di Aplikasi
Beberapa aplikasi investasi saham punya menu belajar saham langsung dari aplikasinya. Bisa dalam bentuk artikel, video pendek, bahkan webinar.
Manfaatkan fitur ini buat terus update pengetahuan. Luangkan waktu sedikit tiap hari buat buka satu materi. Belajar dari aplikasi bikin prosesnya lebih ringan dan terintegrasi langsung. Jadi gak cuma praktik, tapi juga paham teori dasarnya.

10. Jangan Takut Salah, Tapi Jangan Sembarangan
Wajar kalau di awal sempat salah pilih saham atau telat jual. Semua investor pemula pernah melewati fase ini. Yang penting, jangan asal ambil keputusan tanpa alasan yang jelas. Pikirkan baik-baik sebelum beli atau jual.
Kalau salah, jadikan pelajaran, bukan bikin trauma. Pelan-pelan, kemampuan analisis dan insting investasi akan terbentuk sendiri.
Baca juga: Tanya Jawab tentang Pasar Modal #2: Ketika Krisis Pasar Datang
Pakai aplikasi investasi saham itu sebenarnya nggak serumit yang dibayangkan, asalkan tahu langkah dasarnya dan paham cara kerjanya.
Justru dengan aplikasi, proses belajar jadi lebih praktis karena semua fitur sudah ada dalam satu genggaman. Tinggal pilih yang paling sesuai, pelajari perlahan, dan mulai dari nominal kecil. Semakin sering dipakai, semakin terbiasa juga membaca pergerakan pasar dan ambil keputusan.
Intinya, nggak perlu buru-buru ahli — yang penting mulai dulu dengan cara yang aman dan masuk akal.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Panduan Cara Perencanaan Keuangan untuk Karyawan agar Tidak Boros
Punya penghasilan tetap tiap bulan bukan berarti bebas dari masalah keuangan. Justru sering kali, gaji rutin bikin terlena dan tanpa sadar habis sebelum waktunya. Di sinilah pentingnya memahami cara perencanaan keuangan sejak awal. Bukan buat mengekang diri, tapi supaya tahu batas dan bisa pakai uang dengan lebih bijak.
Hidup hemat bukan soal pelit atau menahan semua keinginan. Intinya ada di pengendalian dan keputusan yang sadar. Apalagi buat karyawan yang harus pintar atur pengeluaran harian, bayar cicilan, sampai tetap bisa nabung. Kalau keuangan berantakan, yang repot ya diri sendiri juga.
Table of Contents
Cara Perencanaan Keuangan Karyawan Aplikatif

Supaya nggak terus-menerus merasa gaji cuma numpang lewat, penting banget buat mulai terapkan cara perencanaan keuangan yang lebih aplikatif.
Bukan cuma teori, tapi langkah-langkah yang bisa langsung dijalani sehari-hari. Nggak perlu sistem ribet atau rumus keuangan yang bikin pusing—cukup kebiasaan kecil yang konsisten.
Berikut beberapa cara perencanaan keuangan yang bisa bantu karyawan lebih terarah dan nggak gampang boros.
1. Pahami Cash Flow Bulanan
Mulai dari langkah cara perencanaan keuangan yang paling praktis: buka aplikasi mobile banking, lalu unduh riwayat transaksi 3 bulan terakhir. Kalau belum pernah, duduklah satu jam dan fokus catat pengeluaran satu per satu. Termasuk transfer ke GoPay buat beli kopi, langganan Spotify, bayar laundry, atau isi token listrik.
Jangan cuma fokus ke pengeluaran besar, justru yang bikin bocor itu yang kecil tapi sering. Gunakan Excel atau aplikasi pencatat keuangan, tapi pastikan bisa filter kategori. Di minggu pertama, fokusnya bukan langsung hemat, tapi menyadari: uangmu paling banyak habis di mana?
Baca juga: Contoh Praktis Edukasi Literasi Keuangan untuk Karyawan di Tempat Kerja
2. Gunakan Metode Pengelolaan Uang yang Terpisah
Cara perencanaan keuangan dengan metode 4-3-2-1 itu sebenarnya sudah yang paling sederhana dan basic. Tapi, kalau metode ini juga masih terlalu abstrak untuk semua uang masuk dan keluar dari satu rekening, kamu bisa coba langsung bikin 3 rekening berbeda dengan fungsi spesifik:
- Rekening Gaji (Pasif): Jangan pakai untuk transaksi harian. Biarkan uang masuk ke sini saja.
- Rekening Harian: Buat belanja sehari-hari. Misalnya makan siang, isi bensin, beli galon, dan lain-lain. Tentukan limit per minggu atau per bulan dari rekening gaji dan top-up secukupnya.
- Rekening Nabung (Pasif): Tanpa kartu ATM. Untuk menyimpan dana darurat, tabungan liburan, atau DP rumah. Uangnya dipindah otomatis dari rekening gaji setelah gajian.
Teknis cara perencanaan keuangan yang bisa dilakukan, kamu bisa pakai fitur auto-transfer. Contoh: setiap tanggal 1, transfer Rp500 ribu ke rekening tabungan dan Rp2 juta ke rekening harian. Sisanya biarkan di rekening gaji untuk kebutuhan besar dan tidak rutin.
Gampang kan?
3. Buat Anggaran yang Nyata, Bukan Ideal
Contohnya gini. Selama ini kamu rutin pesan makan online tiga kali seminggu. Kamu merasa, pos ini terlalu boros, lalu kamu hilangkan di anggaran berikutnya. Nah, ini akan terasa berat di kamu. Yang ada, mungkin malah makin-makin deh.
Lebih realistis kalau kamu alokasikan misalnya dari Rp500 ribu per bulan menjadi Rp300 ribu khusus buat makan online untuk bulan ini. Dengan begitu, kamu tetap bisa jajan sesekali tanpa merasa bersalah, dan tetap dalam batas yang terkontrol.
Cara aplikatif lainnya: print template anggaran mingguan. Setiap kategori dikasih limit. Misal:
- Makan siang: Rp400 ribu per minggu
- Transport: Rp200 ribu per minggu
- Hiburan & langganan: Rp100 ribu per minggu
- Lain-lain: Rp100 ribu per minggu
Jangan tunggu akhir bulan untuk sadar boros. Pas sudah melebihi pos tertentu, tahan di minggu itu, jangan ambil dari pos lain.
4. Latihan Menunda Keinginan Beli
Trik cara perencanaan keuangan yang bagus: biasakan pakai “sistem keranjang tertunda”. Kalau lihat barang lucu di Tokopedia atau Shopee, jangan langsung checkout. Klik “Tambahkan ke Keranjang”, lalu diamkan 3 hari. Setelah itu, tanyakan 3 hal:
- Apakah barang ini masih kamu ingat tanpa lihat lagi?
- Apakah kamu masih butuh setelah 3 hari?
- Apakah ada barang serupa yang sudah kamu punya?
Kalau semua jawabannya nggak untuk dua pertanyaan pertama dan ya untuk pertanyaan terakhir, berarti itu cuma nafsu sesaat. Ini cara membiasakan otak membedakan impuls dan kebutuhan. Lama-lama terbiasa.
5. Sisihkan Tabungan di Awal, Bukan Akhir
Begitu gaji masuk, jangan tunggu ada sisa. Pindahkan langsung tabungan dan simpanan dalam waktu 5 menit pertama. Buat kamu yang sering pakai m-banking, langsung buka aplikasi dan transfer ke rekening lain yang nggak ada kartu ATM-nya.
Biar nggak lupa, aktifkan auto-transfer. Contoh:
- Tanggal 1: Rp1 juta otomatis pindah ke rekening tabungan.
- Tanggal 5: Rp200 ribu ke e-wallet buat dana darurat.
Simpan password rekening tabungan di tempat berbeda atau jangan login kecuali darurat. Biar nggak gatal lihat saldonya.

6. Batasi Cicilan dengan Aturan 1 Barang Produktif per Waktu
Kalau tergoda cicilan, tanya:
- Apakah barang ini bisa bantu kerja atau penghasilan?
- Bisa dipakai minimal 2 tahun?
- Kalau nggak punya ini, apakah kerjaan atau hidup terganggu?
Kalau jawabannya enggak semua, jangan cicil. Batasi diri: maksimal cuma boleh ada 1 cicilan konsumtif jalan dalam satu waktu. Cicilannya juga tidak boleh lebih dari 30% penghasilan kamu.
Jadi, kalau kamu sudah cicil motor, tahan dulu cicil iPhone versi terbarunya. Atau tunggu lunas dulu. Prioritaskan barang yang mempercepat produktivitas, bukan gaya.
7. Bangun Dana Darurat dari Uang Tambahan, Bukan Gaji Pokok
Mulai dari uang receh harian. Setiap ada uang Rp5 ribuan atau sisa jajan, langsung masukkan ke amplop atau e-wallet khusus. Jangan tunggu gaji cukup baru nabung darurat.
Kalau dapat cashback, fee freelance, atau THR, alokasikan 50% ke dana darurat. Simpan di aplikasi e-money atau rekening digital yang tanpa kartu. Ini menjaga supaya uang tetap mudah dicairkan saat darurat, tapi enggak gampang tergoda buat dipakai jajan.
8. Catat Pengeluaran Harian Tanpa Beban, Evaluasi Seminggu Sekali
Catat semua pengeluaran seperti curhat juga bisa jadi cara perencanaan keuangan yang jitu. Boleh ketik di Notes HP atau pakai Google Sheets. Jangan langsung analisis tiap hari. Simpan dulu, evaluasi nanti.
Setiap Minggu malam, buka catatan dan highlight pengeluaran yang nggak penting. Misalnya beli gorengan Rp10 ribu hampir tiap hari. Kalikan 30 hari, bisa habis Rp300 ribu. Evaluasi mingguan ini lebih efektif buat sadar kebiasaan tanpa menyalahkan diri.
9. Tentukan Satu Tujuan Keuangan Jangka Pendek yang Spesifik
Contoh: “Mau beli sepeda lipat seharga Rp2 juta dalam 3 bulan”. Artinya, kamu harus sisihkan Rp667 ribu per bulan. Buat visual reminder: tulis di sticky note dan tempel di dompet atau cermin. Bisa juga bikin progress bar di kertas, tiap nabung warnain.
Visual cara perencanaan keuangan kayak gini bantu otak tetap ingat tujuan, dan membuat menabung terasa seperti main game, bukan beban.

10. Jadwalkan Evaluasi Keuangan Bulanan Layaknya Jadwal Laporan Kantor
Pilih tanggal tetap. Misalnya, setiap tanggal 27 malam sebelum gajian. Anggap ini kayak rapat kecil bareng diri sendiri. Buka semua rekening, cek saldo, buka catatan pengeluaran, lalu tanya 3 hal:
- Apa yang boros bulan ini?
- Apa yang bisa ditekan bulan depan?
- Apakah tujuan keuangan kamu makin dekat?
Tulis evaluasi itu di satu halaman khusus (bisa tulis tangan). Nggak perlu panjang. Yang penting ada jejaknya. Semacam logbook perjalanan keuangan. Ini bukan cuma bikin sadar, tapi juga bisa dilihat kembali kalau semangat mulai drop.
Baca juga: 7 Soft Skill Karyawan yang Harus Selalu Ditingkatkan di Zaman Teknologi
Cara perencanaan keuangan yang tepat bisa bantu karyawan hidup lebih tenang dan nggak selalu waswas soal uang.
Gaji yang sama bisa terasa cukup kalau tahu cara atur dan cara perencanaan keuangan yang bagus, tapi bisa juga selalu kurang kalau dibiarkan tanpa rencana. Nggak harus sempurna dari awal, yang penting mulai dulu. Dari kebiasaan kecil yang konsisten, hasilnya akan terasa pelan-pelan.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang!
Yuk, belajar cara perencanaan keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai cara perencanaan keuangan, tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Itu Manajemen Keuangan Pribadi, dan Kesalahan Umum yang Biasa Terjadi
Mengatur uang bukan cuma soal berapa besar penghasilan, tapi juga bagaimana cara memanfaatkannya dengan tepat. Di sinilah pentingnya manajemen keuangan. Dengan manajemen keuangan yang baik, semua kebutuhan bisa terpenuhi tanpa bikin stres setiap akhir bulan.
Tapi sering kali, banyak orang merasa sudah cukup rapi keuangannya. Padahal kalau diteliti, masih ada kebiasaan kecil yang justru bikin boros diam-diam.
Table of Contents
Apa Itu Manajemen Keuangan Pribadi?

Manajemen keuangan pribadi adalah proses mengatur dan mengelola uang yang dimiliki. Tujuannya agar bisa digunakan secara bijak dan efisien untuk memenuhi kebutuhan hidup, tujuan jangka pendek, maupun rencana jangka panjang.
Manajemen ini mencakup berbagai hal seperti membuat anggaran bulanan, mencatat pemasukan dan pengeluaran, menabung, berinvestasi, membayar utang, sampai mempersiapkan dana darurat dan pensiun. Kalau manajemen keuangan pribadi bagus, kondisi finansial pun bisa dijaga agar tetap sehat, stabil, dan bisa mendukung gaya hidup tanpa harus terjebak utang atau kekurangan dana di masa depan.
Meski terdengar sederhana, praktiknya tidak selalu mudah. Banyak orang masih sering melakukan kesalahan yang justru membuat keuangannya berantakan.
Baca juga: Apa Itu Investasi dan Apa Pentingnya untuk Masa Depan
Kesalahan Umum yang Sering Terjadi pada Manajemen Keuangan Pribadi

Mengatur uang memang kelihatannya gampang, tapi dalam praktiknya sering kali banyak yang keliru. Tanpa disadari, kebiasaan kecil bisa jadi penghambat buat mencapai kondisi finansial yang sehat.
Dalam manajemen keuangan, kesalahan seperti ini bisa berdampak jangka panjang kalau dibiarkan terus-menerus. Supaya lebih waspada, ada baiknya mengenali beberapa kesalahan umum yang sering terjadi saat mengelola keuangan pribadi.
1. Tidak Punya Anggaran Bulanan
Banyak orang merasa cukup asal tahu berapa penghasilannya setiap bulan. Tapi kenyataannya, tanpa rencana yang jelas, uang bisa habis entah ke mana. Pengeluaran kecil yang tampak sepele bisa jadi bocor halus kalau tidak dicatat.
Misalnya, beli kopi tiap hari, jajan iseng, atau ongkos transportasi yang tak pernah dihitung detail. Tanpa anggaran, sulit tahu batas. Akibatnya, gaji belum akhir bulan sudah habis duluan.
2. Gaya Hidup Melebihi Penghasilan
Begitu gaji naik, keinginan ikut naik. Mulai upgrade HP, langganan streaming, atau coba makanan kekinian tiap akhir pekan. Padahal, penghasilan yang bertambah seharusnya diikuti dengan prioritas yang lebih bijak.
Kalau tidak dikendalikan, ujung-ujungnya tetap hidup pas-pasan meski gaji sudah dua kali lipat. Gaya hidup yang terus naik tanpa kontrol bisa menggerus peluang untuk menabung atau investasi.
3. Tidak Punya Dana Darurat
Kondisi tak terduga bisa datang kapan saja. Motor mogok, orang tua sakit, atau mendadak harus resign dari kerjaan. Kalau tidak punya simpanan darurat, satu kejadian saja bisa bikin panik. Mau tidak mau harus berutang, padahal bunganya tinggi.
Dalam manajemen keuangan, dana darurat bukan cuma teori. Simpanan ini penting banget buat jaga-jaga kalau hal buruk terjadi. Minimal tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan, idealnya disimpan di tempat yang mudah diakses.
4. Terlalu Mudah Mengambil Utang Konsumtif
Paylater, cicilan nol persen, atau kartu kredit memang praktis. Tapi tanpa perhitungan, semua itu bisa jadi jebakan. Banyak orang asal gesek tanpa mikir cicilannya sanggup dibayar atau enggak. Utang konsumtif biasanya dipakai untuk hal-hal yang nilainya cepat turun, seperti gadget atau barang gaya-gayaan. Kalau sudah menumpuk, cicilan bulanan bisa lebih besar dari pemasukan. Ini yang bikin keuangan jadi sesak.
5. Menunda Investasi atau Perencanaan Masa Depan
Orang sering merasa masih muda, jadi santai saja dulu. Pikirnya, urusan investasi atau pensiun nanti saja.
Tapi kalau soal keuangan, semakin ditunda, makin banyak waktu dan peluang yang hilang. Padahal, makin awal mulai investasi, hasilnya akan jauh lebih besar karena efek compounding.
Manajemen keuangan bukan cuma buat yang sudah mapan. Justru lebih baik dimulai dari sekarang, meski jumlahnya kecil. Yang penting konsisten.

6. Tidak Mengevaluasi Pengeluaran Secara Rutin
Bulan demi bulan berlalu tanpa pernah dicek, uang habis terus tapi tidak tahu kenapa. Ini sering terjadi karena malas evaluasi.
Padahal, evaluasi pengeluaran bisa bantu menemukan kebiasaan yang merugikan. Misalnya langganan aplikasi yang sebenarnya jarang dipakai, atau belanja impulsif tiap gajian. Dengan rutin mengecek, bisa tahu mana yang harus dipangkas dan mana yang bisa dialihkan ke pos penting lain seperti tabungan.
7. Kurang Literasi Keuangan
Banyak orang bekerja keras cari uang, tapi tidak tahu cara mengelolanya. Akibatnya, salah ambil keputusan. Bisa tertipu investasi bodong, bisa juga asal pilih produk keuangan yang tidak sesuai kebutuhan.
Literasi keuangan itu penting, bahkan buat hal-hal dasar manajemen keuangan pribadi, seperti bikin anggaran, mengerti cara kerja bunga, atau paham perbedaan utang produktif dan konsumtif. Tanpa pengetahuan ini, susah buat maju secara finansial.
Baca juga: 5 Ciri Orang yang Bisa Jadi Contoh Well Literate secara Finansial
Punya manajemen keuangan yang baik bukan berarti harus selalu hidup serba hemat atau menahan diri terus-menerus. Intinya adalah tahu ke mana uang pergi dan bagaimana mengarahkannya sesuai tujuan.
Dengan memahami dasar-dasar manajemen keuangan dan menghindari kesalahan yang sering terjadi, langkah untuk punya kondisi finansial yang lebih stabil jadi jauh lebih realistis. Semua bisa dimulai dari kebiasaan kecil, asal konsisten dan dilakukan dengan sadar.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Dana Pensiun Lembaga Keuangan: Pengertian, Cara Daftar, dan Cara Mulai Investasi
Mempersiapkan masa pensiun sebaiknya nggak ditunda sampai tua. Semakin cepat dimulai, semakin ringan jalan ke depan. Salah satu cara yang banyak dipilih adalah ikut program dana pensiun lembaga keuangan. Skema ini cocok buat yang pengin punya tabungan hari tua tapi nggak terikat pada tempat kerja tertentu.
Banyak yang masih bingung, padahal sistemnya cukup fleksibel dan bisa diikuti siapa saja. Gak perlu jadi karyawan kantoran dulu baru bisa mulai. Selama ada niat dan penghasilan rutin, program ini bisa jadi solusi jangka panjang yang aman dan terukur.
Table of Contents
Dana Pensiun Lembaga Keuangan: Pengertian, Dasar Hukum, dan Ciri Khas

Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah program dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa. Tujuannya untuk memberikan manfaat pensiun bagi peserta yang bersumber dari iuran peserta dan/atau iuran pemberi kerja, yang dikelola dan diinvestasikan secara profesional.
Soal aturan mainnya, Dana Pensiun Lembaga Keuangan ini punya dasar hukum yang jelas. Payung utamanya ada di Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Di sinilah dijelaskan apa itu dana pensiun, siapa yang boleh mengelola, sampai bagaimana hak dan kewajiban para pesertanya.
Selain itu, sekarang yang mengawasi jalannya DPLK adalah OJK alias Otoritas Jasa Keuangan. Dulu, tugas ini sempat dipegang Bapepam-LK. Tapi setelah sistem keuangan Indonesia makin berkembang, pengawasan dana pensiun diserahkan ke OJK biar lebih terintegrasi dan profesional.
DPLK punya ciri khas yang bikin beda dari program pensiun lain. Pertama, yang boleh bikin DPLK itu cuma bank atau perusahaan asuransi jiwa. Bukan perusahaan biasa kayak DPPK, yang khusus dibentuk buat para karyawan internalnya.
Kedua, DPLK terbuka untuk siapa saja. Gak harus kerja di kantor atau jadi karyawan. Perorangan juga bisa ikut, selama mau rutin menyetor iuran.
Soal iuran, nggak ada angka yang mengikat. Besarnya bisa disesuaikan sendiri, tergantung kondisi keuangan masing-masing. Kalau lagi longgar, bisa ditambah. Kalau lagi ketat, bisa dikurangi.
Semua iuran yang terkumpul nggak cuma ditaruh begitu aja. Dana itu bakal dikelola dan diinvestasikan biar tumbuh dan menghasilkan keuntungan. Harapannya, saat pensiun nanti, peserta bisa menikmati hasilnya.
Nah, dana yang udah terkumpul itu bisa dicairkan ketika peserta sudah masuk usia pensiun. Umumnya di umur 55 atau 56 tahun. Tapi kalau peserta mengalami cacat tetap atau meninggal dunia, dana juga bisa dicairkan lebih awal.
Baca juga: 6+ Investasi Terbaik untuk Meningkatkan Uang Pensiun
Cara Memilih, Daftar, dan Mulai Investasi di Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Biar nggak bingung saat mulai, ada beberapa langkah penting yang perlu dipahami sebelum ikut dana pensiun lembaga keuangan. Mulai dari cara memilih program yang tepat, proses pendaftarannya, sampai bagaimana sistem investasinya bekerja.
1. Pilih DPLK yang Sesuai Kebutuhan
Langkah pertama, tentu pilih dulu dana pensiun lemvaga keuangan mana yang paling cocok. Sekarang sudah banyak pilihan dari bank dan perusahaan asuransi. Ada DPLK BRI, BNI, Mandiri, Manulife, dan masih banyak lagi. Masing-masing punya fitur dan skema yang sedikit berbeda.
Coba cari tahu dulu reputasi perusahaan pengelolanya. Apakah sudah punya izin resmi dari OJK? Bagaimana kinerja investasinya selama ini? Stabil atau naik-turun tajam? Hal-hal seperti ini penting buat jadi pertimbangan.
Jangan lupa juga cek biaya-biaya yang dikenakan. Misalnya, ada nggak biaya administrasi bulanan atau potongan saat mencairkan dana? Karena biaya ini nantinya akan berpengaruh ke total hasil yang diterima.
Kalau masih bingung, bisa juga lihat testimoni dari peserta lain atau tanya langsung ke customer service mereka. Semakin banyak informasi, makin mudah menentukan pilihan.
2. Perhatikan Profil Risiko dan Tujuan Pensiun
Setiap orang punya gaya investasi yang beda-beda. Ada yang nyaman ambil risiko tinggi demi hasil besar. Ada juga yang lebih tenang kalau dananya tumbuh pelan tapi stabil.
Nah, dana pensiun lembaga keuangan ini biasanya punya beberapa pilihan portofolio investasi. Mulai dari yang konservatif seperti deposito dan obligasi, sampai yang agresif seperti saham. Peserta bisa pilih sesuai dengan kenyamanan masing-masing.
Pertimbangkan juga tujuan pensiun. Mau punya dana pensiun yang cair sekaligus atau dikasih bulanan seperti gaji? Ini akan memengaruhi jenis investasi yang dipilih dan cara pencairannya nanti.
Intinya, semakin jelas tujuan dan batas risikonya, makin gampang mengelola dana pensiun dengan tenang.
3. Daftar ke DPLK Pilihan
Kalau sudah mantap dengan satu DPLK, saatnya daftar. Sekarang banyak yang sudah bisa dilakukan secara online. Tinggal buka website resmi atau aplikasi dari bank atau asuransi yang menyediakan dana pensiun lembaga keuangan ini. Tapi kalau lebih nyaman datang langsung ke kantor cabang juga nggak masalah.
Biasanya ada beberapa dokumen yang perlu disiapkan. Seperti fotokopi KTP, NPWP kalau ada, dan buku tabungan untuk autodebet iuran. Isi juga formulir pendaftaran dengan data diri dan pilihan jenis investasi.
Prosesnya nggak lama. Kalau semua data lengkap, umumnya akun DPLK bisa langsung aktif dan siap digunakan untuk mulai menabung pensiun. Well, ya bisa berbeda sih antara satu penyedia dengan yang lain. Coba riset ebih detail ya.
4. Tentukan Besaran Iuran
Setelah akun aktif, langkah berikutnya adalah menentukan berapa besar iuran bulanan. DPLK biasanya memberikan fleksibilitas di sini. Ada yang mulai dari Rp100.000 per bulan. Tapi boleh juga lebih besar kalau memang memungkinkan.
Besarnya iuran ini bisa disesuaikan dengan kemampuan. Yang penting konsisten. Kalau suatu saat kondisi keuangan berubah, biasanya masih bisa diubah besarannya—asal lapor dulu ke pengelola.
Ada juga opsi setor sekaligus (lumpsum) buat yang mau langsung simpan dana besar di awal. Tapi kebanyakan orang lebih nyaman pakai sistem cicilan bulanan karena terasa lebih ringan.

5. Mulai Setor dan Pantau Investasi
Kalau semua sudah jalan, tinggal rutin setor sesuai jadwal. Umumnya, dana akan langsung didebet dari rekening setiap bulan. Jadi kamu nggak perlu repot transfer manual.
Yang nggak kalah penting, jangan lupa pantau perkembangan investasinya. Dana pensiun lembaga keuangan biasanya memberikan laporan rutin setiap bulan atau triwulan. Bisa juga dicek lewat aplikasi, email, atau dikirim lewat pos.
Dari laporan itu, bisa kelihatan sejauh mana pertumbuhan dana pensiun. Kalau merasa kurang cocok dengan strategi investasinya, biasanya ada fitur switching. Jadi, peserta bisa pindah ke portofolio lain yang lebih sesuai.
Pantau terus dan evaluasi secara berkala. Karena kebutuhan dan kondisi keuangan bisa berubah, strategi pensiun juga sebaiknya ikut disesuaikan.
Baca juga: The 4% Rule untuk Dana Pensiun? Cocokkah Diterapkan di Indonesia?
Punya tabungan hari tua lewat dana pensiun lembaga keuangan bukan cuma soal siap pensiun, tapi juga tentang disiplin merancang masa depan.
Semakin dini mulai, semakin besar hasil yang bisa dinikmati nanti. Tinggal pilih program yang sesuai, daftar, lalu jalani dengan konsisten.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Itu Investasi dan Apa Pentingnya untuk Masa Depan
Apa itu investasi sering jadi pertanyaan awal buat siapa pun yang baru mulai tertarik ngatur keuangan. Istilahnya terdengar serius, padahal konsep dasarnya cukup simpel.
Intinya, ini soal bagaimana menggunakan uang yang dimiliki sekarang supaya bisa berkembang seiring waktu. Jadi bukan cuma disimpan, tapi diarahkan ke tempat yang punya potensi memberikan hasil lebih besar di masa depan.
Banyak orang mengira investasi itu cuma buat yang sudah kaya atau paham dunia keuangan. Padahal justru sebaliknya—investasi bisa dimulai siapa saja, asal tahu tujuannya. Yang penting bukan seberapa besar modalnya, tapi seberapa konsisten dan bijak cara menjalankannya.
Jadi, gak perlu tunggu nanti. Lebih baik paham dari sekarang.
Table of Contents
Apa Itu Investasi?

Apa itu investasi? Intinya adalah menyimpan uang atau aset sekarang, dengan harapan nilainya bisa bertambah di masa depan.
Jadi bukan cuma disimpan begitu saja, tapi ditaruh di tempat atau produk tertentu yang punya potensi menghasilkan keuntungan. Harapannya, nanti uang itu bisa balik lebih banyak dari jumlah awal.
Coba bayangkan punya Rp1 juta. Kalau cuma disimpan di celengan atau laci, ya jumlahnya akan tetap segitu juga. Tapi beda cerita kalau uang itu dipakai buat beli emas, reksa dana, atau saham. Nilainya bisa naik seiring waktu. Bisa jadi tahun depan jadi Rp1,1 juta atau bahkan lebih, tergantung pilihan investasinya.
Tentu saja hasilnya nggak selalu pasti. Tapi dengan strategi yang tepat dan pilihan yang sesuai, investasi bisa bantu keuangan berkembang. Itulah kenapa makin banyak orang mulai belajar memahami apa itu investasi—karena mereka pengin uangnya kerja juga, bukan cuma diam di tempat.
Baca juga: Pengertian Investasi dan Bedanya dengan Menabung
Apa Pentingnya Investasi untuk Masa Depan?

Setelah memahami apa itu investasi, pertanyaan berikutnya yang sering muncul biasanya: seberapa penting sih investasi dalam kehidupan sehari-hari?
Banyak orang masih ragu buat mulai, padahal manfaatnya bisa sangat besar untuk masa depan. Bukan cuma soal mengejar untung, tapi juga soal persiapan jangka panjang. Supaya lebih jelas, yuk bahas satu per satu alasan kenapa investasi layak jadi bagian dari rencana keuangan sejak sekarang.
1. Bantu Capai Tujuan Keuangan
Setiap orang pasti punya target keuangan. Bisa untuk beli rumah, modal usaha, biaya sekolah anak, atau sekadar jalan-jalan ke luar negeri. Semua butuh dana yang tidak sedikit. Kalau cuma mengandalkan tabungan biasa, butuh waktu lama buat ngumpulin. Belum lagi tergoda buat diambil duluan.
Nah, kalau paham apa itu investasi dan manfaatnya, dana untuk tujuan itu bisa diinvestasikan lalu tumbuh seiring waktu. Misalnya rutin investasi bulanan, nanti dalam beberapa tahun jumlahnya bisa cukup untuk wujudkan rencana-rencana besar. Jadi, nggak harus mulai dari nol setiap kali mau capai sesuatu.
2. Lindungi Nilai Uang dari Inflasi
Inflasi itu kondisi ketika harga barang dan jasa naik dari tahun ke tahun. Contohnya, uang Rp100 ribu dulu bisa belanja banyak, tapi sekarang jadi terasa pas-pasan.
Kalau uang cuma disimpan tanpa berkembang, nilainya lama-lama akan turun. Di sinilah investasi berperan. Dengan menempatkan uang di produk yang bisa bertumbuh, seperti saham atau reksa dana, nilai uang bisa naik dan menyesuaikan dengan kenaikan harga.
Jadi, uang tetap bisa digunakan dengan nilai yang sama atau bahkan lebih di masa depan.
3. Siapkan Dana Pensiun
Setiap orang pasti akan sampai di titik berhenti bekerja. Tapi kebutuhan sehari-hari tetap ada. Bayar listrik, beli makanan, biaya kesehatan, dan lain-lain. Kalau tidak disiapkan dari sekarang, masa pensiun bisa jadi masa yang berat.
Itulah pentingnya paham apa itu investasi dan tahu caranya. Investasi membantu membangun dana pensiun secara bertahap. Misalnya, dengan menyisihkan sebagian penghasilan ke instrumen investasi jangka panjang. Nanti saat waktunya pensiun tiba, hasil investasi itu bisa digunakan sebagai pengganti penghasilan. Jadi, tetap bisa hidup nyaman meski sudah tidak bekerja lagi.

4. Bikin Uang Ikut “Kerja”
Selama ini mungkin kerja keras sudah dilakukan setiap hari. Tapi kalau uangnya cuma disimpan diam-diam di rekening, potensi untuk berkembang hilang begitu saja.
Investasi bisa bikin uang “kerja” sendiri. Misalnya, uang ditaruh di saham, reksa dana, atau properti, dan hasilnya bisa memberikan keuntungan berkala. Dengan begitu, ada tambahan penghasilan tanpa harus nambah waktu kerja. Prinsipnya, biarkan uang berkembang sendiri, sambil kamu fokus pada aktivitas lain.
5. Jadi Cadangan saat Kondisi Tak Terduga
Hidup kadang nggak bisa diprediksi. Bisa saja tiba-tiba kena musibah, kehilangan pekerjaan, atau butuh biaya pengobatan besar.
Saat situasi darurat muncul, punya simpanan dari hasil investasi bisa sangat membantu. Bukan berarti semua aset harus cair saat itu juga, tapi setidaknya ada cadangan yang bisa diandalkan. Apalagi kalau investasinya sudah dirancang jangka panjang, nilainya bisa cukup besar untuk menutupi kebutuhan mendesak. Jadi, tidak terlalu panik saat hal-hal tak terduga terjadi.
Baca juga: Aset Finansial: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Aset Riil yang Perlu Diketahui
Paham tentang apa itu investasi bukan cuma penting buat orang yang bergelut di dunia keuangan, tapi juga buat siapa pun yang ingin hidup lebih siap menghadapi masa depan.
Dengan mulai dari langkah kecil dan pilihan yang sesuai, investasi bisa jadi alat bantu untuk mewujudkan berbagai rencana jangka panjang. Semakin cepat mengenal dan memahaminya, semakin besar juga peluang untuk menikmati hasilnya di kemudian hari.
Yuk, belajar invetasi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Portofolio Saham: Pengertian dan Cara Membangunnya untuk Pemula
Ngomongin investasi saham, pasti nggak jauh-jauh dari yang namanya portofolio saham. Buat yang masih baru di dunia pasar modal, istilah ini mungkin terdengar ribet. Padahal, konsepnya cukup sederhana dan bisa dimulai siapa saja, bahkan dengan modal terbatas sekalipun.
Memahami portofolio saham itu penting sebelum mulai belanja saham ke sana-sini. Karena kalau asal beli tanpa strategi, hasilnya bisa bikin pusing sendiri. Jadi, sebelum terjun lebih dalam, ada baiknya kenalan dulu dengan konsep dasarnya dan kenapa hal ini perlu dipikirkan sejak awal.
Table of Contents
Apa Itu Portofolio Saham?

Portofolio saham adalah kumpulan saham yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga sebagai bagian dari strategi investasinya. Jadi bukan cuma satu jenis saham saja, tapi gabungan dari beberapa saham berbeda. Tujuannya supaya investasi lebih seimbang dan nggak terlalu berisiko.
Supaya lebih gampang dibayangkan, anggap saja portofolio saham itu kayak keranjang belanja di pasar. Tapi isinya bukan sayur atau buah, melainkan saham dari berbagai perusahaan. Misalnya, di dalam satu keranjang bisa ada saham dari perusahaan makanan, teknologi, perbankan, sampai energi. Semua saham itu disatukan dalam satu kumpulan. Nah, kumpulan itulah yang disebut portofolio.
Setiap orang bisa menyusun portofolio sesuai dengan tujuan investasinya. Ada yang fokus ke saham-saham yang rutin bagi dividen. Ada juga yang lebih suka saham yang harganya bisa naik cepat dalam jangka panjang. Ada pula yang gabung dua-duanya. Semua tergantung strategi dan toleransi risiko masing-masing.
Punya portofolio saham juga bikin lebih mudah mengevaluasi investasi. Dari situ, bisa kelihatan saham mana yang untung, mana yang rugi. Bisa juga jadi bahan pertimbangan buat jual, beli, atau nambah saham tertentu. Intinya, portofolio saham membantu investor tetap terarah dan nggak asal ambil keputusan.
Baca juga: Cara Bermain Saham dengan Aman di Tengah Fluktuasi Pasar
Contoh Portofolio Saham (Bukan Rekomendasi)

Setelah mengenal apa itu portofolio saham, mungkin masih muncul pertanyaan: bentuk nyatanya seperti apa, sih?
Wajar kalau masih bingung saat baru mulai. Melihat contoh portofolio saham bisa membantu membayangkan bagaimana cara menyusun alokasi investasi sesuai tujuan dan profil risiko.
Berikut contoh portofolio saham yang cocok untuk pemula dengan modal sekitar Rp3 juta, disusun berdasarkan sektor-sektor yang sedang populer dan memiliki prospek baik di tahun 2025.
1. BBCA (Bank Central Asia) – Sektor Perbankan
BBCA adalah salah satu bank swasta terbesar di Indonesia yang dikenal stabil dan rutin membagikan dividen. Dengan harga saham sekitar Rp9.000 per lembar, membeli 1 lot (100 lembar) memerlukan dana sekitar Rp900.000. Saham ini cocok untuk investor yang mencari kestabilan dan pendapatan pasif dari dividen.
2. ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur) – Sektor Konsumer
ICBP merupakan produsen makanan dan minuman terkemuka di Indonesia, seperti Indomie dan Pop Mie. Saham ini cenderung stabil dan memiliki prospek pertumbuhan yang baik, terutama karena permintaan produk konsumen yang tinggi. Dengan harga saham sekitar Rp11.500 per lembar, membeli 1 lot memerlukan dana sekitar Rp1.150.000.
3. ADRO (Adaro Energy Indonesia) – Sektor Energi
ADRO adalah perusahaan energi yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia, dengan bisnis di sektor batubara, energi, utilitas, dan infrastruktur pendukung. Saham ini menarik bagi investor yang ingin diversifikasi ke sektor energi. Dengan harga saham sekitar Rp2.600 per lembar, membeli 1 lot memerlukan dana sekitar Rp260.000.
4. AMRT (Sumber Alfaria Trijaya) – Sektor Ritel
AMRT adalah perusahaan yang mengelola jaringan minimarket Alfamart. Saham ini dikenal stabil dan memiliki pasar yang luas di Indonesia. Dengan harga saham sekitar Rp1.500 per lembar, membeli 1 lot memerlukan dana sekitar Rp150.000.
Dengan total investasi sekitar Rp2.460.000, dari Rp3 juta itu, kamu masih ada sisa dana yang bisa digunakan untuk biaya transaksi. Bahkan, bisa saja ditambahkan ke salah satu saham di atas sesuai dengan preferensi dan strategi investasi kamu.
Portofolio ini mencakup sektor perbankan, konsumer, energi, dan ritel, yang memberikan diversifikasi dan potensi pertumbuhan yang baik. Namun, selalu penting untuk melakukan riset lebih lanjut dan mempertimbangkan toleransi risiko pribadi sebelum berinvestasi.
Disclaimer ya:
Contoh portofolio saham di atas disusun hanya sebagai ilustrasi edukatif dan bukan merupakan ajakan atau rekomendasi untuk membeli saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan pertimbangkan profil risiko pribadi sebelum mengambil keputusan investasi.
Cara Membangun Portofolio Saham yang Seimbang untuk Pemula

Punya portofolio saham yang seimbang bisa jadi langkah awal yang penting buat siapa pun yang baru terjun ke dunia investasi. Bukan sekadar mengumpulkan saham sebanyak-banyaknya, tapi gimana caranya membangun kombinasi yang tepat sesuai tujuan dan kondisi keuangan.
Portofolio saham yang dirancang dengan bijak bisa bantu mengurangi risiko dan bikin investasi lebih tenang dijalani. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan pemula untuk mulai menyusun portofolio yang sehat dan realistis.
1. Tentukan Tujuan Investasimu Sejak Awal
Mulai dari sini dulu. Mau investasi buat jangka pendek atau jangka panjang? Buat dana pensiun, biaya pendidikan, atau cuma mencoba belajar saham?
Tujuan ini penting karena akan menentukan jenis saham yang sebaiknya dipilih. Misalnya, buat jangka panjang, lebih baik fokus ke saham-saham besar yang stabil. Tapi kalau jangka pendek, bisa pilih yang pergerakannya lebih agresif — asal siap mental.
2. Jangan Cuma Beli Satu Jenis Saham
Biar aman, jangan taruh semua modal di satu saham. Sebaiknya beli dari beberapa sektor berbeda, misalnya perbankan, konsumer, teknologi, energi, atau infrastruktur. Tujuannya buat menyebar risiko. Kalau satu sektor turun, sektor lain bisa jadi penyeimbang.
3. Kombinasikan Saham Defensif dan Saham Pertumbuhan
Saham defensif biasanya stabil, rutin kasih dividen, dan nggak terlalu terpengaruh kondisi ekonomi — contohnya saham dari sektor kebutuhan pokok atau perbankan besar. Saham pertumbuhan punya potensi naik tinggi, tapi risikonya juga lebih besar. Campurkan keduanya biar portofolio seimbang: ada yang aman, ada yang berani.
4. Sesuaikan dengan Modal dan Kemampuan
Nggak perlu langsung beli banyak. Mulai saja dari modal yang ada. Misalnya punya uang Rp3 juta, itu cukup kok untuk beli 3–4 saham yang berbeda. Fokus ke saham yang fundamentalnya bagus, bukan cuma ikut-ikutan tren. Gunakan dana sesuai kemampuan, jangan sampai maksa atau utang demi investasi.
5. Evaluasi secara Rutin
Portofolio itu bukan beli lalu ditinggal. Perlu dicek secara berkala, misalnya sebulan sekali. Lihat mana saham yang performanya baik, mana yang malah rugi terus. Dari situ bisa diputuskan: tahan, tambah, atau jual. Evaluasi rutin juga bantu tahu apakah portofolio masih sesuai dengan tujuan awal.
6. Jangan Buru-Buru Jual karena Panik
Harga saham memang naik-turun setiap hari. Tapi kalau saham yang dipilih fundamentalnya bagus dan kamu investasi untuk jangka panjang, sebaiknya tahan dulu. Panik jual saat harga turun justru bikin rugi. Investasi saham itu main sabar, bukan spekulasi cepat-cepat kaya.
Baca juga: Tanya Jawab tentang Pasar Modal #2: Ketika Krisis Pasar Datang
Portofolio saham yang seimbang artinya kamu punya campuran saham dari berbagai jenis, sektor, dan tujuan. Tujuannya bukan buat cuma cari untung besar dalam waktu singkat, tapi buat jaga kestabilan investasi jangka panjang.
Yuk, belajar investasi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!