Apa Itu Property Bubble? Pengertian dan Penyebabnya
Pernah dengar istilah property bubble? Bukan, bukan kayak film Up yang rumahnya dikasih balon terus terbang itu.
Property bubble adalah kondisi saat harga properti naik terlalu cepat dan terlalu tinggi, sampai enggak masuk akal. Hingga di titik tertentu, tiba-tiba harga ini “meletus” dan bikin nilainya anjlok.
Fenomena property bubble sering bikin banyak orang terjebak dalam situasi keuangan yang sulit. Kalau ini terjadi, pasti deh banyak yang kena imbasnya. Terutama mereka yang lagi proses KPR.
Untuk memahami lebih lanjut, penting tahu apa sebenarnya yang menyebabkan fenomena ekonomi ini bisa terjadi.
Table of Contents
Apa Itu Property Bubble?
Suka main gelembung sabun enggak? Memang lucu kan? Tapi, gelembung sabun itu bisa pecah kapan saja.
Kayak gitu juga dengan property bubble ini. Kondisi ini terjadi ketika harga properti naik gila-gilaan, jauh melampaui nilai sebenarnya. Biasanya ini terjadi karena permintaan yang tinggi, spekulasi, atau orang berlomba beli properti dengan harapan harga terus naik.
Sayangnya, seperti halnya gelembung sabun, gelembung harga ini enggak bertahan selamanya. Ketika pecah, harga properti bisa anjlok drastis dan bikin banyak orang, terutama yang telanjur investasi, gigit jari.
Makanya, istilah ini sering jadi momok di dunia investasi properti, karena efeknya bisa besar dan nggak jarang bikin ekonomi ikut gonjang-ganjing.
Baca juga: Membangun Rumah Impian dengan Rencana Keuangan yang Realistis
Penyebab Property Bubble
Prinsip ekonomi menyebutkan, bahwa ketika demand naik sementara supply stagnan, maka harga barang juga akan ikut terkerek. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya property bubble ini.
Namun, enggak hanya itu. Ada beberapa hal lainnya yang juga bisa memicunya, bahkan membuatnya lebih parah.
1. Demand Naik
Permintaan pasar yang melonjak terjadi saat banyak orang berlomba-lomba membeli properti, entah untuk tempat tinggal atau investasi. Akibatnya, harga pun meroket karena properti jadi rebutan.
Kalau stoknya sedikit, situasi makin kacau—mirip seperti barang diskon yang diburu ramai-ramai, tapi dalam skala yang jauh lebih mahal.
2. Suku Bunga Rendah
Suku bunga rendah bikin pinjaman rumah terasa lebih ringan, jadi makin banyak orang tertarik mengajukan KPR. Dengan cicilan yang lebih terjangkau, daya beli naik. Hal ini kemudian membuat permintaan properti melonjak. Akibatnya, harga properti pun ikut terkerek, karena semua berlomba beli mumpung bunganya masih ramah di kantong.
3. Aturan Longgar
Standar kredit yang longgar bikin bank lebih gampang kasih pinjaman, bahkan ke orang-orang dengan risiko finansial tinggi. Dengan syarat yang enggak terlalu ketat, jumlah pembeli properti jadi naik drastis. Akhirnya, permintaan membludak dan harga properti ikut melesat karena pasar jadi makin ramai.
4. Spekulasi
Spekulasi pasar terjadi ketika investor berburu properti bukan untuk dihuni, tapi untuk dijual lagi saat harga naik. Harapan akan keuntungan besar menciptakan permintaan semu, yang bikin harga properti terus meroket tanpa alasan ekonomi yang solid. Ujung-ujungnya, pasar bisa jadi terlalu panas dan rentan ambruk.
5. Kebijakan Pemerintah
Adanya insentif pajak atau program subsidi rumah juga sering kali bikin properti terasa lebih terjangkau. Akhirnya, memancing banyak orang untuk beli rumah, sehingga permintaan melonjak. Tapi kalau pasokan properti enggak seimbang, harga bisa naik terus tanpa kontrol, menciptakan risiko lonjakan yang enggak stabil.
Dampak yang Bisa Terjadi jika Property Bubble Terjadi
Fenomena ini pernah terjadi di Amerika Serikat pada 2007-2008. Dimulai dengan lonjakan harga rumah yang enggak wajar saat itu, ditambah dengan suku bunganya sangat rendah dan kebijakan kredit yang begitu longgar, property bubble burst terjadi dan bikin orang sebumi kalang kabut.
Banyak pemilik rumah terjebak dalam utang lebih besar daripada nilai rumah mereka. Bank yang memberi pinjaman subprime mulai kolaps karena gagal bayar meningkat tajam.
Kalau di skala rakyat jelata macam kita ini, apa dampaknya. Ya, banyak juga, yang paling jelas adalah dua hal ini.
1. Beban Utang Meningkat
Beban utang meningkat ketika harga properti anjlok setelah bubble pecah, sementara cicilan KPR tetap jalan. Akibatnya, nilai pasar rumah bisa lebih rendah dari total utang yang harus dibayar.
Situasi ini disebut negative equity, di mana pemilik rumah terjebak membayar pinjaman untuk properti yang nilainya sudah jatuh. Beban finansial ini bikin sulit untuk menjual properti atau beralih ke investasi lain, sehingga keuangan pribadi jadi terganggu. Risiko gagal bayar juga meningkat, memperburuk kondisi keuangan secara keseluruhan.
2. Rencana Keuangan Bisa Berubah
Rencana keuangan bisa saja berubah, ketika dana besar dialokasikan untuk membeli properti yang nilainya merosot atau sulit dijual setelah bubble pecah. Uang yang seharusnya bisa dialihkan untuk tujuan penting seperti tabungan pendidikan anak, dana pensiun, atau investasi lain jadi terkunci.
Mau ngarepin keuntungan? Yawong, nilainya anjlok banget. Hal ini bakal bikin stres, apalagi kalau kebutuhan mendesak muncul. Selain itu, beban cicilan dan biaya perawatan properti makin mempersempit ruang gerak keuangan. Rencana jangka panjang bisa saja berantakan.
Cara Antisipasi Efek Property Bubble
Sebenarnya, ketika kita sedang KPR itu memang ada sejumlah risiko yang harus di-manage. Salah satunya ya kalau terjadi property bubble ini. Tapi, tak perlu khawatir. Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan, agar bisa mengantisipasi efek dari gelembung harga properti ini. Yah, setidaknya bikin efeknya enggak terlalu “dalam”.
1. Riset dengan Cermat
Riset pasar dengan teliti penting untuk memahami kondisi harga di lokasi yang diincar. Cek tren harga beberapa tahun terakhir, bandingkan dengan wilayah sekitarnya. Cari tahu apakah kenaikan harga wajar atau cuma akibat spekulasi.
Hindari membeli saat harga sedang melonjak tajam tanpa alasan kuat, seperti pengembangan infrastruktur atau fasilitas baru, untuk menghindari risiko membayar lebih mahal dari nilai sebenarnya.
2. Pastikan Rumah Sepadan dengan Harganya
Pertimbangkan nilai fundamental dengan memastikan harga rumah sebanding dengan fasilitas yang ditawarkan, lokasi strategis, dan kondisi pasar di area tersebut. Lakukan perbandingan harga dengan properti serupa di sekitar untuk menghindari overpricing. Jangan mudah tergoda oleh promosi besar-besaran atau tren pasar sementara yang belum tentu mencerminkan nilai asli properti tersebut.
3. Pastikan Cicilan sesuai Kemampuan
Hindari kredit berlebihan dengan memastikan jumlah pinjaman sesuai dengan kondisi keuangan. Hitung cicilan bulanan agar tetap nyaman dan enggak membebani pengeluaran rutin.
Aturannya tahu kan? Cicilan utang itu sebaiknya enggak melebihi 30% dari penghasilan bulanan. Ini cicilan untuk semua utang ya.
Dengan begitu, stabilitas keuanganmu tetap terjaga. Juga sekaligus ada ruang untuk kebutuhan lain, seperti tabungan, investasi, atau dana darurat.
Baca juga: Sri Mulyani: Generasi Muda Akan Sulit Membeli Rumah di Tahun 2022 ke Depan
4. Dana Darurat Harus Siap
Siapkan dana darurat sebagai langkah perlindungan finansial jika terjadi hal tak terduga. Ya termasuk penurunan nilai properti ini, atau juga kebutuhan mendesak lainnya.
Cadangan ini sebaiknya cukup untuk menutup biaya hidup dan kewajiban keuangan, termasuk cicilan, selama 3–6 bulan. Dengan dana darurat yang aman, risiko keuangan lebih mudah dikelola tanpa harus menjual properti di saat yang kurang menguntungkan.
Nah, sudah paham kan, tentang apa itu property bubble?
Memahami property bubble penting untuk menghindari risiko keuangan yang bisa muncul di masa depan. Dengan mengenali pengertiannya dan faktor penyebabnya, keputusan investasi properti bisa dilakukan dengan lebih bijak.
Selalu lakukan riset, periksa kondisi pasar, dan pertimbangkan kemampuan finansial sebelum membeli. Jangan sampai terjebak hype dan akhirnya menyesal belakangan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengenal Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Hari Tua (JHT): Apa Perbedaannya?
Kalau kamu seorang karyawan, mungkin kamu sudah tahu kalau kamu punya hak dana pensiun melalui Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP). Kamu mungkin juga sudah lihat setiap bulan ada potongan untuk keduanya. Tapi, apakah kamu sudah tahu dengan jelas, apa perbedaan di antara keduanya?
JHT dan JP sama-sama dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan. Setiap karyawan yang bekerja di perusahaan wajib diikutsertakan dalam program ini. Tujuan keduanya sama-sama untuk melindungi pekerja dari risiko finansial di masa depan (baca: masa pensiun).
Nah, agar semakin paham manfaatnya, kamu perlu tahu perbedaan di antara keduanya. Pasalnya, JHT dan JP ini punya tujuan, manfaat, hingga mekanisme yang berbeda. Dengan memahaminya, kamu pun bisa membuat rencana keuangan yang lebih baik dan lebih pas dengan kebutuhanmu.
Table of Contents
Beda Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun
So, untuk memahami peran masing-masing program, penting mengetahui perbedaan mendasar antara Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun. Apa saja?
1. Tujuan
Jaminan Hari Tua ada agar nantinya peserta bisa punya uang tunai ketika sudah mau pensiun, atau ketika berhenti bekerja dengan alasan lainnya. Program ini adalah tabungan wajib yang dapat membantu pekerja memenuhi kebutuhan finansial di masa tua atau ketika tidak lagi mampu bekerja.
Sementara itu, Jaminan Pensiun dirancang untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta yang kehilangan atau berkurang penghasilannya karena pensiun. Dengan adanya JP, peserta diharapkan tetap bisa punya pendapatan tetap untuk memenuhi kebutuhan rutinnya.
Baca juga: Pensiun PNS, Harus Disiapkan Sejak Kapan?
2. Manfaat
Di JHT, peserta akan menerima uang tunai yang merupakan akumulasi dari seluruh iuran yang telah dibayarkan ditambah hasil pengembangannya. Manfaat ini dapat dicairkan secara sekaligus atau sebagian, bergantung pada kondisi dan kebutuhan peserta.
Sementara itu, JP akan dicairkan setiap bulan dan dibayarkan pada peserta atau ahli warisnya. Ada beberapa kategori, yakni pensiun hari tua, pensiun cacat, pensiun janda/duda, pensiun anak, dan pensiun orang tua.
3. Ketentuan Pencairan
Manfaat Jaminan Hari Tua akan dicairkan sekaligus seluruhnya ketika peserta sudah mencapai 56 tahun, mengalami cacat total tetap, meninggal dunia, mengundurkan diri, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), atau meninggalkan Indonesia untuk selamanya.
Namun, jika memang dibutuhkan, JHT juga bisa dicairkan sebagian. Syaratnya sudah jadi peserta minimal 10 tahun, dengan jumlah pencairan maksimal 10% untuk persiapan pensiun atau maksimal 30% untuk pembiayaan perumahan. Pengambilan sebagian ini hanya dapat dilakukan satu kali.
Sementara itu, manfaat Jaminan Pensiun dibayarkan setiap bulan ketika peserta mulai masuk usia pensiun, meninggal dunia, dan cacat total.
4. Batas Upah
Program Jaminan Hari Tua enggak ada batas atas upah sebagai dasar perhitungan iuran. Artinya, berapa pun besaran upah yang diterima pekerja, iuran JHT dihitung berdasarkan persentase tetap dari total upah tersebut. Besaran iuran JHT adalah 5,7% dari upah sebulan, dengan rincian 3,7% ditanggung oleh pemberi kerja dan 2% oleh pekerja.
Berbeda dengan JHT, program Jaminan Pensiun memiliki batas atas upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran. Per Maret 2024, batas atas upah untuk JP ditetapkan sebesar Rp10.042.300 per bulan. Artinya, kalau upah pekerja melebihi angka tersebut, perhitungan iuran JP tetap didasarkan pada batas atas tersebut. Besaran iuran JP adalah 3% dari upah, dengan rincian 2% ditanggung oleh pemberi kerja dan 1% oleh pekerja.
5. Ketentuan Iuran
Program Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun ini juga memiliki ketentuan iuran yang berbeda, baik dalam persentase maupun pembagian tanggungannya antara pemberi kerja dan pekerja. Nah, supaya lebih jelas, berikut adalah rinciannya, beserta contoh perhitungannya.
Jaminan Hari Tua
Persentase Iuran: Total iuran JHT adalah 5,7% dari upah bulanan pekerja.
Upah yang dijadikan dasar perhitungan iuran JHT mencakup gaji pokok dan tunjangan tetap.
Pembagian Tanggungan:
- Pemberi Kerja: Menanggung 3,7% dari upah sebulan.
- Pekerja: Menanggung 2% dari upah sebulan.
Contoh Perhitungan:
Mawar memiliki upah bulanan sebesar Rp10.000.000, maka perhitungan iuran JHT-nya adalah sebagai berikut:
- Iuran yang Ditanggung Pemberi Kerja: 3,7% x Rp10.000.000 = Rp370.000
- Iuran yang Ditanggung Pekerja: 2% x Rp10.000.000 = Rp200.000
- Total iuran JHT per bulan untuk pekerja tersebut adalah Rp570.000.
Jaminan Pensiun
Persentase Iuran: Total iuran JP adalah 3% dari upah bulanan pekerja.
Untuk perhitungan iuran JP, terdapat batas atas upah yang dijadikan dasar perhitungan. Per Maret 2024, batas atas upah tersebut adalah Rp10.042.300. Artinya, jika upah pekerja melebihi angka ini, perhitungan iuran JP tetap didasarkan pada Rp10.042.300.
Pembagian Tanggungan:
- Pemberi Kerja: Menanggung 2% dari upah sebulan.
- Pekerja: Menanggung 1% dari upah sebulan.
Contoh Perhitungan:
Andi mendapatkan upah bulanan Rp8.000.000, maka perhitungan iuran JP-nya adalah sebagai berikut:
- Iuran yang Ditanggung Pemberi Kerja: 2% x Rp8.000.000 = Rp160.000
- Iuran yang Ditanggung Pekerja: 1% x Rp8.000.000 = Rp80.000
- Total iuran JP per bulan untuk pekerja tersebut adalah Rp240.000.
Sementara itu, Diana mendapatkan upah bulanan Rp15.000.000, maka perhitungan iuran JP-nya adalah sebagai berikut:
- Iuran yang Ditanggung Pemberi Kerja: 2% x Rp10.042.300 = Rp200.846
- Iuran yang Ditanggung Pekerja: 1% x Rp10.042.300 = Rp100.423
- Total iuran JP per bulan untuk pekerja tersebut adalah Rp301.269.
Nah, jelas kan?
Perlu dicatat bahwa batas atas upah untuk perhitungan iuran JP dapat berubah setiap tahun mengikuti tingkat inflasi umum tahun sebelumnya.
Baca juga: Ini 4 Dampak Terbesar Persiapan Masa Pensiun yang Mepet, Jangan Menunda!
6. Pekerja Lepas
Nah, selain yang sudah dibahas di atas, ada satu hal lagi yang perlu dipahami mengenai JHT dan JP ini.
Jaminan Hari Tua dapat dimiliki oleh pekerja lepas, karena program ini terbuka untuk peserta bukan penerima upah (BPU). Jadi, buat kamu yang berprofesi sebagai pekerja mandiri, freelancer, atau pekerja di luar hubungan kerja, bisa banget memanfaatkan JHT ini sebagai program dana pensiunmu.
Kamu bisa mendaftar secara mandiri ke BPJS Ketenagakerjaan dan membayar iuran sesuai ketentuan. Dasar perhitungan iuran didasarkan pada upah yang dilaporkan oleh peserta dengan persentase tertentu.
Berbeda dengan JHT, Jaminan Pensiun enggak tersedia untuk pekerja lepas. Program JP ini dibuat khusus untuk pekerja penerima upah dengan hubungan kerja formal dengan pemberi kerja. Iuran JP juga melibatkan kontribusi dari pemberi kerja, sehingga enggak bisa berlaku bagi pekerja yang bekerja secara mandiri.
Nah, gimana? Cukup jelas kan, penjelasannya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Membangun Rumah Impian dengan Rencana Keuangan yang Realistis
Punya—baik membeli ataupun membangun—rumah impian bisa jadi adalah salah satu tujuan keuangan terbesar dalam hidup. Prosesnya butuh rencana yang matang, agar hasilnya sesuai harapan dan tetap realistis secara finansial.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan, mulai dari memilih lokasi hingga memastikan ada duitnya. Setiap langkah akan membawa dampaknya masing-masing. Kecil besar, akan memengaruhi hasil penampakan rumah dan kenyamanan kita saat menghuninya. Betul?
Table of Contents
Tahapan Membangun Rumah Impian
Selain membeli, kita bisa mewujudkan cita-cita punya rumah impian dengan membangunnya. Keduanya sih sama-sama berat. Apalagi dari sisi finansial.
So, perencanaan keuangan menjadi koentji penting dalam hal ini. Kalau kamu bisa membuat perencanaan yang baik, pembangunan rumah pasti dapat berjalan lancar dan menghasilkan tempat tinggal yang nyaman serta sesuai keinginan.
Nah, untuk membantumu, berikut langkah-langkah membuat perencanaan pembangunan rumah impian sekaligus keuangannya. Kamu bisa menyesuaikannya dengan situasi dan kondisimu ya.
Baca juga: Kredit Pemilikan Rumah dan 5 Fakta Plus Minus yang Mesti Diketahui
1. Pilih Lokasi dan Desain
Lokasi adalah koentji. Kalau kamu sudah punya tanah sebelumnya, langkah pertama ini bisa diskip.
Nah, buat yang masih dalam tahap mencari lokasi, langkah pertama ini sangat penting. Lokasi yang kamu pilih sebaiknya dengan mempertimbangkan kemudahan akses dan dekat dengan fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan untuk mendukung kenyamanan sehari-hari. Selain itu, pastikan lingkungan sekitar aman dan sesuai dengan kebutuhan keluarga.
Setelah lokasi ditentukan, langkah berikutnya adalah merancang desain rumah yang ideal. Untuk membantumu, kamu bisa berkonsultasi dengan yang lebih profesional untuk memastikan desain rumah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia.
Tentukan juga rincian seperti jumlah kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur, dan ruang lainnya yang sesuai dengan kebutuhan keluarga, sehingga rumah tidak hanya estetis tetapi juga fungsional.
2. Identifikasi Komponen Biaya
Komponen biaya ini adalah hal yang sangat penting saat membuat rencana pembangunan rumah impian. Kamu bisa mulai dengan memeriksa harga tanah di lokasi yang diinginkan. Pasalnya, faktor seperti aksesibilitas, fasilitas sekitar, dan kondisi lingkungan dapat memengaruhi nilai lahan secara signifikan.
Next, hitung biaya konstruksi. Di Indonesia, setelah melalui penelusuran, salah satu situs jasa kontraktor menyebutkan bahwa biaya ini berkisar antara Rp2 juta hingga Rp7 juta per meter persegi, tergantung pada kualitas bahan dan desain yang dipilih.
Lalu, jangan lupa memasukkan biaya perizinan, seperti pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), yang tarifnya bervariasi di setiap daerah sesuai dengan luas bangunan dan lokasi. Selain itu, alokasikan anggaran untuk kebutuhan interior, termasuk furnitur, peralatan dapur, dan perlengkapan lainnya, yang sering kali membutuhkan biaya tambahan.
Sebagai langkah antisipasi, siapkan dana cadangan sekitar 10-20% dari total biaya untuk mengatasi pengeluaran tak terduga, seperti kenaikan harga material atau perubahan desain di tengah proses pembangunan.
3. Tentukan Sumber Dana
Setelah identifikasi komponen biaya rumah impian sudah lengkap, selanjutnya kamu perlu memikirkan dari mana sumber dana yang bisa dimanfaatkan.
Yang pertama, pastinya dari tabungan pribadi. Sumber dana ini dapat digunakan untuk menutupi sebagian atau seluruh biaya, tetapi ingat, pastikan tetap menyisakan dana darurat setelah anggaran dialokasikan agar keuangan tetap aman.
Kalau tabungan saja enggak cukup, ada alternatif pinjaman bank. Ada beberapa bank di Indonesia yang menawarkan produk kredit khusus untuk membiayai pembangunan rumah di atas tanah milik pribadi. Nama produknya Kredit Bangun Rumah, atau sejenisnya. Kamu bisa pilih produk pinjaman dengan suku bunga kompetitif. Bandingkan penawaran dari berbagai bank untuk mendapatkan cicilan yang sesuai dengan kemampuan finansial.
Sebagai gambaran, beberapa bank menawarkan kredit jenis ini dengan suku bunga tetap sekitar 5% per tahun. Kamu bisa menggabungkan sumber dana tabungan pribadi dan pinjaman, agar beban utang berkurang tetapi fleksibilitas anggaran tetap terjaga.
4. Buat Rencana Keuangan yang Realistis
Jika kebutuhan dana sudah tersolusikan, kamu bisa mulai menyusun rincian anggaran yang mencakup daftar pengeluaran untuk membangun rumah impian kamu. Susun berdasarkan prioritas, seperti pembelian tanah, material bangunan, dan upah tenaga kerja.
Selama proses pembangunan, catat pengeluaran secara real-time. Kamu bisa mencatatnya secara konvensional dengan buku akuntansi, atau bisa juga menggunakan aplikasi. Dengan mencatatnya, kamu bisa memastikan semua pengeluaran sesuai rencana.
Jika terjadi perubahan signifikan pada harga material atau biaya konstruksi, sesuaikan anggaran agar tetap relevan dan mampu mengakomodasi kebutuhan tanpa mengganggu kestabilan keuangan.
Baca juga: Karyawan Gaji UMR Pengin Beli Rumah? Kenapa Enggak?
Membangun rumah impian membutuhkan perencanaan keuangan yang matang agar langkah jadi lebih terarah. Dengan rencana yang realistis, hasilnya pasti enggak akan bohong; bisa memenuhi kebutuhan akan tempat berlindung yang baik, sekaligus tetap dalam batas kemampuan finansial.
Semua usaha yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan tempat tinggal yang nyaman dan sesuai harapan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pentingnya Kesehatan Mental dalam Mengelola Keuangan Pribadi Karyawan
Siapa nih yang masih belum percaya bahwa kesehatan mental itu ada hubungannya dengan pengelolaan keuangan pribadi?
Kesehatan mental itu punya peran penting dalam segala aspek hidup, termasuk dalam hal keuangan. Bisa dikatakan begini. Jika ada masalah keuangan, kesehatan mental bisa terpengaruh. Kesehatan mental terpengaruh, akhirnya membuat kita enggak bisa membuat keputusan keuangan yang baik.
Akibatnya, muncullah masalah keuangan yang lebih besar lagi. Begitu terus ra uwis uwis.
Table of Contents
Hubungan Antara Kesehatan Mental dan Pengelolaan Keuangan Pribadi Karyawan
Apalagi bagi karyawan, kesehatan mental jelas memiliki pengaruh langsung terhadap keuangan pribadinya. Tekanan pekerjaan acap menjadi penyebab kondisi kesehatan mental karyawan menurun. Akhirnya bisa memengaruhi performa, yang jadinya ngefek juga ke keuangan pribadinya.
So, seimbang secara mental itu jadi kunci. Karena bagaimanapun, tekanan pekerjaan itu akan selalu ada. Sebagai karyawan, kita “hanya” bisa membuatnya seimbang.
Nah, ayo kita lihat, sejauh mana hubungan antara kesehatan mental dapat memengaruhi pengelolaan keuanganmu, yang kemudian bisa ngefek ke stabilitas hidup secara keseluruhan.
1. Kemampuan Mengambil Keputusan
Enggak ada orang yang bisa mengambil keputusan dengan bijak kalau kondisi mentalnya buruk. So, kesehatan mental yang baik akan membuatmu bisa berpikir jernih. Kamu bisa mempertimbangkan berbagai opsi, dan membuat keputusan finansial berdasarkan analisis yang logis.
Kondisi mental yang stabil juga membantu mengurangi pengaruh emosi negatif, seperti kecemasan atau ketakutan, yang dapat menyebabkan keputusan tergesa-gesa atau tidak rasional. Dengan mental yang sehat, fokus terhadap tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang menjadi lebih terarah. Dengan begitu, alokasi dana untuk kebutuhan, tabungan, dan investasi dapat dilakukan dengan strategi yang tepat.
Baca juga: Persiapan Keuangan dan Mental saat Usia Pensiun Karyawan Swasta Tiba
2. Pengendalian Pengeluaran
Kondisi mental yang stabil memungkinkanmu lebih bijak dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan, sehingga pengeluaran dapat dikelola secara lebih terarah. Kesehatan mental yang baik juga bisa membantumu mengurangi dorongan untuk belanja impulsif yang biasanya kamu lakukan karena pelarian dari stres atau emosi negatif.
Dengan kestabilan emosi, prioritas pengeluaran bisa lebih jelas. Uang yang kamu punya bisa digunakan untuk hal-hal yang benar-benar penting.
3. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Yang ini seharusnya gampang dijelaskan. Kalau kamu punya kondisi mental yang buruk, mana mungkin bisa mikirin masa depan?
Dengan kesehatan mental yang baik, akan mudah bagi untuk disiplin dan konsisten dalam menjalankan rencana keuangan jangka panjang. Kamu bisa menetapkan tujuan keuangan secara realistis. Kamu bisa pengin punya rumah, pengin punya pendidikan tinggi, juga pengin anakmu sekolah di sekolah terbaik, bahkan kamu bisa membayangkan pension dreams kamu seperti apa.
Kamu juga siap menghadapi tantangan keuangan, seperti misalnya kalau ternyata investasimu belum sesuai harapan pertumbuhannya, atau tiba-tiba ada pengeluaran tak terduga. Kamu tetap bisa manage, tanpa kehilangan fokus pada tujuan hidup terbesarmu.
4. Produktivitas Kerja
Kesehatan mental yang baik juga akan bisa membuatmu fokus pas kerja. Kamu bisa efisien dan kreatif.
Lingkungan mental yang positif mengurangi risiko kelelahan, stres, atau kehilangan motivasi, sehingga kinerja tetap optimal meskipun menghadapi tekanan pekerjaan. Dengan produktivitas yang tinggi, peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih tinggi juga jadi lebih bagus.
Selain itu, mental yang sehat juga membuatmu mampu membangun hubungan kerja yang baik, dengan rekan kerja, dengan atasan, dan semua yang ada di kantor.
5. Manajemen Stres
Kesehatan mental yang baik memberikan kemampuan untuk mengelola stres secara lebih efektif. Termasuk ketika ada tekanan muncul. Misalnya seperti utang, pengeluaran mendadak, atau tiba-tiba mengalami penurunan atau kehilangan penghasilan.
Dengan mental yang sehat, kamu dapat menghadapi masalah keuangan tanpa merasa kewalahan. Kamu pun dapat mencari solusi dengan tenang dan logis.
6. Mencegah Kesalahan Keuangan
Dengan kesehatan mental yang terjaga, kamu bisa menekan risiko melakukan kesalahan finansial yang bisa berdampak jangka panjang. Kamu bisa mengelola kewajiban finansial dengan baik. Kayak enggak pernah lupa bayar cicilan, enggak utang sembarangan, dan tahu betul apa syarat utang sehat.
Dengan menjaga kesehatan mental, risiko kesalahan seperti salah hitung anggaran atau memilih utang berbunga tinggi dapat diminimalkan, sehingga stabilitas finansial lebih terjamin.
7. Dukungan Lingkungan Kerja
Nah, dari sisi perusahaan juga sama. Perusahaan yang peduli terhadap kesehatan mental karyawan akan dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung produktivitas dan kesejahteraan karyawannya.
Dukungan ini dapat berupa program kesehatan mental, fleksibilitas kerja, akses ke konseling, atau pelatihan pengelolaan stres. Lingkungan kerja yang sehat membantu karyawan tetap fokus, mengurangi risiko kelelahan, dan meningkatkan kepuasan kerja. Dengan begitu, produktivitas meningkat. Penghasilan yang stabil akibat produktivitas meningkat pada akhirnya juga akan membuat karyawan semakin bagus kinerjanya.
Perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk membantu karyawan mengelola tekanan pekerjaan secara efektif turut mendorong stabilitas finansial. Karyawan dapat lebih optimal dalam merencanakan dan mengelola keuangan. Dukungan semacam ini juga menciptakan loyalitas dan rasa aman, yang berkontribusi pada keseimbangan mental dan finansial jangka panjang.
Baca juga: Tak Hanya Butuh Seminar Keuangan, Karyawan Juga Butuh 7 Hal Ini
So, gimana? Setuju kan, bahwa menjaga kesehatan mental adalah langkah penting untuk mencapai keseimbangan dalam hidup dan keuangan. Dengan kondisi mental yang terjaga, pengelolaan keuangan menjadi lebih terarah, efektif, dan mendukung kestabilan finansial jangka panjang.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Pengin Jadi Orang Mapan, Tumbuhkan Asetmu
Siapa yang enggak mau jadi orang mapan? Kayaknya sih semua orang juga mau mapan. Buktinya, banyak orang tua yang pengin punya mantu idaman yang mapan. Betul enggak nih?
Yah, menjadi orang mapan memang sering dianggap sebagai tujuan hidup yang ideal. Tapi, kayak apa sih “mapan” itu? Apa ciri-ciri orang mapan itu?
Table of Contents
Ciri-Ciri Orang Mapan
Sebenarnya, enggak pernah ada definisi jelas seperti apa orang mapan itu. Bisa dibilang relatif. Seperti halnya orang kaya. Definisi kaya memang tak pernah jelas kan? Kaya itu yang bagaimana? Sekadar punya uang banyak?
Sama juga, orang mapan itu seperti apa? Apakah punya pekerjaan tetap sudah bisa langsung dianggap sebagai mapan?
Kalau melihat di sekitar kita, mungkin bisa didefinisikan bahwa ciri-ciri orang mapan itu di antaranya adalah:
- Stabil secara finansial, memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, bahkan bisa menabung dan berinvestasi secara rutin.
- Punya aset yang berkembang, seperti properti, investasi, atau tabungan yang terus bertambah nilainya.
- Punya manajemen utang yang baik, mampu mengelola utang dengan bijak, termasuk membayar cicilan tepat waktu.
- Memiliki tujuan keuangan yang jelas, seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau investasi untuk masa depan.
- Sudah memiliki asuransi atau dana darurat yang cukup untuk menghadapi risiko tak terduga.
- Mampu membantu orang lain atau berdonasi tanpa mengorbankan kestabilan keuangannya.
- Punya gaya hidup sesuai kemampuan, enggak boros, dan dapat menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan.
Nah, gimana, apakah kamu setuju dengan ciri-ciri orang mapan seperti yang digambarkan di atas?
Kalau dilihat-lihat, ada satu ciri yang terutama sangat mendefinisikan arti mapan itu sendiri, yakni punya aset yang berkembang.
Setiap orang boleh saja memiliki standar berbeda tentang kemapanan, tetapi indikator utamanya adalah pertumbuhan aset dari tahun ke tahun. Pasalnya, pertumbuhan ini mencerminkan keberhasilan dalam mengelola keuangan dan membuat keputusan finansial yang tepat.
Aset yang terus bertambah memberikan keamanan finansial untuk menghadapi kebutuhan masa depan, seperti pendidikan, kesehatan, atau pensiun, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pendapatan aktif.
Selain itu, kalau asetnya bertumbuh, itu artinya yang bersangkutan mampu memanfaatkan penghasilannya secara efisien dan punya kemampuan berinvestasi. Kondisi ini membantu menciptakan cadangan keuangan yang dapat diandalkan saat menghadapi situasi darurat atau peluang besar.
Aset yang berkembang juga memberikan fleksibilitas dalam mengambil keputusan hidup, seperti memulai bisnis, mengejar pendidikan lebih tinggi, atau pensiun lebih awal.
Nah, jadi sekarang sudah tahu ya, gimana caranya mencari tahu apakah seseorang itu bisa dibilang mapan atau enggak. Coba tanyakan asetnya.
Baca juga: 8 Aset yang Bekerja untuk Kita dan Bisa Mendatangkan Penghasilan
Cara Menumbuhkan Aset agar Cita-Cita Mapan Tercapai
Terus, kalau cita-citanya pengin jadi orang mapan dengan aset yang bertumbuh, gimana caranya? Yuk, kita lihat.
1. Buat Rencana Keuangan
Rencana keuangan adalah kunci untuk mencapai segala jenis cita-cita, termasuk jadi orang mapan. So, tentukan tujuan keuanganmu berdasarkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dengan begitu, kamu pun dapat lebih mudah menyusun prioritas dan menentukan langkah yang sesuai.
Rencana keuangan yang baik mencakup alokasi penghasilan, pengelolaan pengeluaran, dan strategi menabung atau berinvestasi. Misalnya, untuk jangka pendek, fokus pada pengelolaan dana darurat dan pembayaran utang berbunga tinggi. Untuk jangka menengah, alokasikan sebagian dana ke investasi rendah hingga menengah risiko.
Sedangkan untuk jangka panjang, pilih instrumen investasi yang dapat memberikan hasil optimal seperti saham atau properti. Langkah ini memastikan aset bertambah sesuai target yang telah ditetapkan.
2. Pilih Instrumen Investasi sesuai Profil Risiko dan Kebutuhan
Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda. Hal ini dapat memengaruhi jenis investasi yang ideal. Kalau enggak sesuai, aset akan sulit bertumbuh. Jadi, coba cari tahu profil risikomu sendiri, sebelum menentukan instrumen investasinya ya.
Selain menyesuaikan dengan profil risiko, kebutuhan juga menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan. Misalnya, untuk kebutuhan jangka pendek, hasil akan lebih optimal dengan reksa dana pasar uang.
Diversifikasi investasi juga penting untuk meminimalkan risiko, misalnya dengan mengalokasikan dana ke berbagai sektor atau jenis aset. Dengan strategi ini, pertumbuhan aset untuk jadi orang mapan akan lebih stabil dan terencana.
3. Kelola Utang
Mengelola utang dengan bijak adalah kunci untuk memastikan aset dapat terus bertumbuh. So, pembayaran utang harus jadi prioritas.
Hindari mengambil utang konsumtif yang enggak signifikan untuk tujuan jangka panjang. Jadi, jika memang harus berutang, pastikan utang tersebut digunakan untuk hal produktif.
Selalu evaluasi kemampuan membayar cicilan dengan mempertimbangkan rasio utang terhadap pendapatan. Rasio ideal adalah maksimal 30% dari total penghasilan bulanan. Dengan pengelolaan yang cermat, utang dapat menjadi alat keuangan yang mendukung pertumbuhan aset, bukan menjadi beban yang menghambatnya.
4. Tingkatkan Pendapatan
Meningkatkan pendapatan juga perlu, sehingga mempercepat pertumbuuhan asetmu. Jadi, mulailah dengan mengeksplorasi peluang pekerjaan sampingan yang sesuai dengan keterampilan. Pekerjaan tambahan ini juga dapat membuka peluang baru untuk memperluas jaringan profesional loh.
Gunakan pendapatan tambahan ini secara bijak, untuk mencapai cita-cita jadi orang mapan dengan lebih cepat. Alokasikan sebagian untuk investasi atau menambah aset produktif.
5. Lindungi Aset dengan Asuransi
Last but not least, penting juga bagi kamu untuk melindungi aset dengan asuransi. Asuransi memberikan perlindungan terhadap kerugian finansial akibat berbagai kejadian, seperti bencana alam, kecelakaan, kerusakan properti, atau masalah kesehatan yang membutuhkan biaya besar.
Tanpa asuransi, biaya tak terduga ini dapat mengganggu keuangan. Boro-boro bisa tercapai cita-cita jadi orang mapan. Bisa jadi aset malah berkurang kalau kamu enggak punya asuransi.
Baca juga: Aset Finansial: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Aset Riil yang Perlu Diketahui
Jadi orang mapan itu bukan cuma soal penghasilan, tetapi bagaimana mengelola dan menumbuhkan aset dengan bijak. Dengan langkah yang tepat, kestabilan keuangan dan masa depan yang lebih cerah dapat dicapai.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Pembuatan Perencanaan Keuangan Harus Realistis? Ini Alasannya
Memahami mengapa pembuatan perencanaan keuangan harus realistis adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan finansial. Perencanaan yang realistis membantu mencapai target yang masuk akal dan dapat dicapai, sehingga memberikan rasa aman dan kestabilan dalam jangka panjang. Rencana yang terlalu ambisius seringkali membawa risiko dan kekecewaan yang enggak perlu.
Keuangan yang terencana dengan baik mencerminkan kondisi yang stabil dan berkelanjutan. Realistis dalam merencanakan keuangan berarti mempertimbangkan segala kemungkinan, termasuk kejadian tak terduga yang bisa mempengaruhi situasi finansial.
Dengan demikian, perencanaan yang tepat dapat membantu menghindari berbagai masalah keuangan yang mungkin timbul.
Table of Contents
Jadi, Mengapa Pembuatan Perencanaan Keuangan Harus Realistis?
Yah, namanya manusia. Adalah sifat dasar kita untuk banyak maunya. Pengin ini pengin itu, pengin mencapai ini, pengin punya itu. Wajar kok, dan enggak apa sama sekali.
Hanya saja, kita kudu menyadari bahwa yang namanya sumber daya itu terbatas. Terutama uang. Memang sih, ada yang punya privilege lebih, tapi kan enggak semua orang begitu. Bahkan yang punya privilege dan enggak punya, lebih banyak yang enggak punya kan?
Lantas, yang enggak punya privilege apa iya mau nyerah?
Enggak dong. Salah satu cara agar kita bisa mencapai ini itu meski sumber daya terbatas adalah dengan membuat rencana keuangan.
Nah, di sinilah kita tetap harus realistis.
Baca juga: Pentingnya Perencanaan Keuangan untuk Ibu Rumah Tangga
Mengetahui mengapa pembuatan perencanaan keuangan harus realistis menjadi langkah awal dalam memastikan tujuan keuangan kita tercapai. Perencanaan yang tepat dan masuk akal membantu mengatur keuangan dengan lebih baik dan meminimalkan risiko.
Ada beberapa alasan penting yang membuat perencanaan realistis sangat diperlukan. Coba yuk, kita lihat satu per satu.
1. Biar Enggak Terlalu Kecewa
The highest we fly, the hardest we fall.
Katanya sih begitu.
Punya banyak cita-cita itu wajar. Tetapi, menghindari kekecewaan juga sangat penting, termasuk dalam perencanaan keuangan. Jika target yang ditetapkan terlalu ambisius atau enggak realistis, ketidakmampuan untuk mencapainya dapat menyebabkan rasa frustrasi dan penurunan motivasi.
Dengan membuat rencana yang realistis dan dapat dicapai, setiap pencapaian yang berhasil diraih akan bikin kita termotivasi untuk lebih baik lagi. Selain itu, rencana yang realistis membantu menjaga semangat dan komitmen dalam mengelola keuangan, sehingga tujuan finansial dapat dicapai dengan lebih efektif dan berkelanjutan.
2. Biar Masuk Akal dan Sesuai Kemampuan
Punya rencana yang masuk akal dan sesuai kemampuan adalah koentji. Rencana yang realistis lebih mudah dicapai karena sesuai dengan kondisi keuangan kita saat ini. Hal ini membuat rencana tersebut lebih praktis dan dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan tekanan atau beban berlebih.
Dengan rencana yang sesuai dengan kemampuan finansial, pengelolaan keuangan menjadi lebih stabil dan tujuan dapat dicapai dengan lebih efisien. Ini juga membantu menjaga motivasi dan disiplin dalam jangka panjang.
3. Lebih Gampang Disiplin
Rencana yang realistis itu bikin kita jadi lebih mudah untuk disiplin keuangan. Kalau targetnya realitis, enggak ngadi-adi, dan masuk akal, kita juga jadi lebih mudah buat tetap fokus dan enggak gampang menyerah.
Hal ini akhirnya juga bikin kita lebih semangat buat mengatur anggaran dan pengeluaran. Jadinya, keuangan kita jadi lebih stabil dan teratur.
4. Lebih Mudah Menyiapkan Dana Darurat
Yah, namanya juga hidup. Pasti ada saja kondisi darurat terjadi di tengah jalan. Jika perencanaan keuangan kita realistis, kita juga bisa memprediksikan risiko dengan baik. Kita tahu berapa banyak harus menyiapkan dana darurat.
Dengan manajemen yang baik, kalau ada kejadian tak terduga, kita tetap siap dan aman secara finansial. Jadi, memastikan ada dana darurat bisa membantu menjaga stabilitas keuangan saat situasi genting mendadak muncul.
5. Manajemen Risiko
Merancang keuangan dengan realistis bisa mengurangi risiko. Rencana yang terlalu ambisius bisa bikin kondisi finansial jadi enggak stabil dan rentan. Sebaliknya, rencana yang lebih masuk akal bisa memberikan rasa aman dan kestabilan jangka panjang.
Dengan begitu, kita jadi lebih siap menghadapi berbagai tantangan keuangan tanpa perlu khawatir. Stabilitas keuangan yang tercapai juga membantu menjaga ketenangan pikiran dan kepercayaan diri dalam mengelola keuangan.
Memahami mengapa pembuatan perencanaan keuangan harus realistis membantu dalam mencapai kestabilan dan keamanan finansial. Dengan menetapkan target yang masuk akal dan dapat dicapai, perencanaan keuangan menjadi alat yang efektif untuk menghadapi tantangan dan perubahan tak terduga.
Maka, penting untuk selalu menilai kemampuan dan kondisi keuangan secara objektif agar perencanaan yang dibuat benar-benar bermanfaat dan memberikan hasil yang diharapkan.
Baca juga: Langkah-Langkah Perencanaan Keuangan di Usia 20-an untuk Masa Depan yang Aman
Nah, pengin tahu gimana caranya membuat perencanaan keuangan yang realistis?
Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Fenomena Kelas Menengah yang Turun Kelas: Apa yang Bisa Dipelajari?
Menurut laporan BBC Indonesia, pada 2019, Indonesia memiliki 57,33 juta penduduk kelas menengah yang berkontribusi sebesar 43,3% terhadap total konsumsi rumah tangga. Menariknya, jumlah ini menurun menjadi 48,27 juta orang pada 2023, dengan kontribusi konsumsi hanya sebesar 36,8%.
Menurut laporan terbaru, tahun ini, jumlah penduduk kelas menengah kembali turun menjadi 47,85 juta orang, yang setara dengan 17,13% dari total populasi. Padahal, diharapkan proporsi kelas menengah mencapai sekitar 70% dari total populasi pada 2045, demi bisa mendapatkan predikat negara maju.
Penurunan ini terjadi karena dampak pandemi Covid-19, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Pandemi ini telah memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.
Table of Contents
Apa Sih yang Dimaksud Kelas Menengah?
Kelas menengah di Indonesia menempati posisi di antara kelas bawah dan atas. Mereka enggak sekaya sultan, tetapi di atas kertas, cukup untuk hidup layak. Sementara, berbagai laporan dan studi menawarkan parameter yang berbeda-beda untuk mendefinisikan kelas menengah, sehingga jumlahnya berkisar antara 30 juta hingga ratusan juta orang.
Merangkum dari artikel Asumsi.co, pada 2010, Asian Development Bank mendefinisikan kelas menengah di Indonesia sebagai kelompok masyarakat yang mengeluarkan US$2-20 per hari. Nah, jumlahnya ternyata mencapai 46,58% dari total populasi, atau sekitar 102,7 juta jiwa. Meski secara ekonomi dianggap aman, kelas menengah ini bukan sultan. Sebanyak 90% dari mereka menghabiskan kurang dari US$20 per hari.
Sementara itu, Global Wealth Report 2015 menggunakan parameter dari Amerika Serikat, mendefinisikan kelas menengah sebagai mereka yang memiliki kekayaan US$50.000-500.000, menghasilkan persentase hanya 4,4%.
Bank Dunia, dalam laporan “Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class” pada 2020, mengaitkan kelas menengah dengan keamanan ekonomi. Yang masuk ke kelompok ini seharusnya adalah mereka yang terbebas dari risiko kemiskinan dan mampu membeli barang-barang di luar kebutuhan dasar, seperti hiburan, kendaraan pribadi, dan asuransi kesehatan.
Nah, kalau menurut definisi Bank Dunia, kelas menengah di Indonesia diukur dari pengeluaran bulanan sebesar Rp1,2 juta hingga Rp6 juta. Diperkirakan ada 52 juta orang yang masuk dalam kategori ini, atau sekitar 1 dari 5 penduduk Indonesia. Meskipun jumlah ini tumbuh sekitar 10% per tahun, pertumbuhan ini masih lebih lambat dibandingkan beberapa negara Asia lainnya.
Namun, batas bawah Rp1,2 juta itu dianggap rendah. Bahkan, UMP Jawa Tengah yang terendah di Indonesia masih di atas angka tersebut, yaitu Rp1,7 juta.
Survei menunjukkan bahwa hanya 1% dari kelas menengah yang menghabiskan lebih dari US$38 per hari, atau Rp6 juta per bulan. Makanan masih menjadi kebutuhan utama dengan porsi besar dalam pengeluaran mereka, mencapai 44% pada kelompok MC1 dan kurang dari 30% pada MC2.
Selain itu, meski menjadi bagian dari kelas menengah, banyak dari mereka yang belum mendapatkan akses sanitasi layak, air bersih, dan kualitas hunian yang baik. Menurut Bank Dunia, hanya 11% dari kelas menengah yang kebutuhan non-moneternya terpenuhi.
Pertanyaannya, jika kelas menengah saja hidup pas-pasan, bagaimana dengan kondisi kelas di bawahnya?
Baca juga: Kiat Mengatur Keuangan untuk Menghadapi Krisis
Pelajaran Keuangan yang Bisa Diambil dari Fenomena Menurunnya Kelas Menengah
Fenomena menurunnya kelas menengah memberikan banyak pelajaran penting tentang manajemen keuangan. Dari situasi ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memperkuat stabilitas finansial dan menghadapi tantangan ekonomi. Berikut adalah pelajaran keuangan yang bisa dipetik dari fenomena ini.
Pentingnya Dana Darurat
Situasi tak terduga seperti pandemi dapat mengguncang stabilitas keuangan secara drastis. Dana darurat berperan penting dalam menghadapi krisis ini agar kita enggak harus mengorbankan kebutuhan dasar.
Dengan dana cadangan yang memadai, kita dapat menangani pengeluaran mendadak seperti biaya medis atau kehilangan pekerjaan, dengan tetap memastikan kebutuhan utama tetap terpenuhi. Dana darurat memberi kita perlindungan finansial dan ketenangan pikiran di masa-masa sulit.
Diversifikasi Pendapatan
Mengandalkan satu sumber pendapatan bisa menjadi risiko besar dalam menjaga kestabilan finansial. Dengan memiliki lebih dari satu sumber penghasilan, kita bisa mengurangi dampak negatif jika terjadi kehilangan atau penurunan pendapatan utama.
Diversifikasi ini bisa dilakukan dengan memiliki pekerjaan sampingan, investasi, atau membuka usaha kecil. Dengan cara ini, kita lebih siap menghadapi berbagai situasi ekonomi dan mempertahankan kestabilan finansial. Diversifikasi penghasilan memberikan keamanan tambahan dan fleksibilitas dalam mengelola keuangan.
Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Merencanakan keuangan jangka panjang sangat penting untuk mencapai keamanan finansial. Mulailah dengan punya tabungan—meskipun bukan nominal yang ideal, seenggaknya harus punya dulu. Syukur-syukur bisa punya investasi investasi yang strategis juga, yang dapat memberikan perlindungan dan stabilitas finansial di masa depan.
Dengan perencanaan yang tepat, kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi tak terduga seperti krisis ekonomi atau pengeluaran darurat. Jadi, enggak perlu turun kelas kalau ada krisis.
Perencanaan jangka panjang juga membantu memastikan bahwa tujuan keuangan, seperti pendidikan anak atau dana pensiun, dapat tercapai dengan lebih efektif. Keamanan finansial yang didapatkan dari perencanaan ini memberikan ketenangan pikiran dan kesiapan untuk menghadapi berbagai kondisi ekonomi.
Hidup Hemat dan Bijak
Mengelola pengeluaran dengan bijak adalah kunci untuk menjaga kesehatan finansial. Penting untuk mengetahui prioritas, seperti kebutuhan pokok dan tabungan, serta menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Dengan cara ini, keuangan bisa tetap stabil dan terhindar dari utang.
Hidup hemat bukan berarti menekan semua keinginan, tetapi lebih kepada membuat keputusan keuangan yang cerdas dan terencana. Dengan begitu, kita bisa menabung lebih banyak, berinvestasi, dan menikmati kehidupan tanpa tekanan finansial yang berlebihan.
Hemat dan bijak dalam pengeluaran membantu mencapai tujuan finansial jangka panjang dan memberikan ketenangan pikiran.
Edukasi Keuangan
Memahami konsep dasar keuangan adalah langkah penting untuk membuat keputusan keuangan yang tepat. Pengetahuan tentang pengelolaan utang, investasi, dan perencanaan pensiun dapat membantu mengatur keuangan dengan lebih baik.
Dengan edukasi keuangan yang memadai, kita dapat menghindari jebakan utang, memilih investasi yang menguntungkan, dan merencanakan pensiun dengan bijak. Pemahaman ini enggak hanya meningkatkan kemampuan finansial tetapi juga memberikan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi ekonomi.
Edukasi keuangan membantu mencapai keamanan finansial yang lebih stabil dan masa depan yang lebih cerah.
Baca juga: Jokowi: Rakyat Harus Lebih Banyak Belanja – Begini Cara Belanja Hemat tanpa Kalang Kabut
Fenomena penurunan kelas menengah memberikan banyak pelajaran berharga. Memastikan adanya dana darurat, diversifikasi pendapatan, perencanaan keuangan jangka panjang, hidup hemat dan bijak, serta edukasi keuangan adalah langkah penting yang harus diterapkan. Dengan memahami dan menerapkan pelajaran ini, stabilitas finansial dapat lebih terjaga di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Ibu Rumah Tangga Wajib Belajar Manajemen Keuangan Pribadi?
Dalam keluarga, umumnya ibu rumah tanggalah yang mengambil peran penting dalam mengelola keuangan sehari-hari. Belajar manajemen keuangan pribadi menjadi kunci agar pengelolaan tersebut berjalan efisien dan efektif.
Tanpa keahlian ini, banyak peluang penghematan yang mungkin terlewat serta keputusan finansial yang kurang optimal.
Mempelajari dasar-dasar keuangan memungkinkan pengalokasian anggaran yang lebih bijaksana. Keahlian ini bukan cuma soal menghitung pengeluaran dan pemasukan, tetapi juga tentang merencanakan masa depan keluarga dengan lebih baik. Peran ini mendukung kelancaran keuangan keluarga, sekaligus menjamin kestabilan ekonomi dalam jangka panjang.
Table of Contents
Ibu Rumah Tangga Belajar Manajemen Keuangan Pribadi, Emang Wajib?
Ya wajib enggak wajib, tetapi ada banyak manfaat dan keuntungan kalau seorang ibu rumah tangga mau belajar manajemen keuangan pribadi. Enggak cuma buat keluarganya, tetapi juga buat diri sendiri loh.
1. Pengelolaan Anggaran Rumah Tangga
Belajar manajemen keuangan pribadi akan dapat membantu ibu rumah tangga untuk mengatur anggaran keluarga secara efektif. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang cukup, membuat rencana dan alokasi dana untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak, kebutuhan kesehatan, dan pengeluaran lainnya menjadi lebih mudah.
Pada akhirnya nanti, setiap pengeluaran dapat dipertanggungjawabkan dan diarahkan pada prioritas keluarga. Pemborosan pun bisa dihindari, penggunaan sumber daya keuangan keluarga bisa lebih maksimal.
Baca juga: Strategi Work Life Balance untuk Para Ibu
2. Pengambilan Keputusan Keuangan yang Lebih Baik
Jika seorang ibu rumah tangga sudah belajar manajemen keuangan pribadi dan paham dengan dasar-dasarnya, maka pengambilan keputusan keuangan pun bisa dilakukan dengan lebih baik. Ibu dapat mempertimbangkan banyak hal yang bisa membuat keputusan menjadi lebih tepat sasaran.
Selain itu, nantinya, ibu pun bisa melakukan review dan mengevaluasi berbagai opsi untuk pengeluaran, menentukan strategi investasi yang sesuai, dan menyusun rencana tabungan yang efektif.
3. Mencegah Utang
Dengan belajar manajemen keuangan pribadi, seorang ibu rumah tangga dapat mengidentifikasi kapan dan bagaimana menggunakan utang secara strategis tanpa membahayakan keuangan keluarga.
Pengetahuan ini sangat penting untuk mencegah pengambilan utang yang ennggak perlu, yang bisa membebani anggaran keluarga.
Nah, kalau memang sudah utang, dengan belajar keuangan, ibu pun bisa mengelolanya dengan efektif. Ibu dapat membuat rencana pembayaran cicilan sehingga enggak mengganggu kebutuhan lainnya dan menjaga agar keuangan keluarga tetap sehat.
4. Siap Menghadapi Kondisi Darurat
Dengan belajar manajemen keuangan pribadi yang baik, ibu rumah tangga pun siap menghadapi ketidakpastian dengan menyisihkan dana darurat. Dana ini sangat vital untuk mengatasi situasi mendesak seperti masalah kesehatan atau kehilangan pendapatan tiba-tiba tanpa harus mengganggu anggaran rutin keluarga.
Selain itu, perencanaan keuangan juga termasuk mengalokasikan dana untuk pendidikan anak dan persiapan pensiun. Dengan paham keuangan, ibu bisa memastikan bahwa keluarga memiliki sumber daya yang cukup untuk tujuan jangka panjang tanpa terbebani secara finansial di masa mendatang.
5. Mandiri
Belajar manajemen keuangan pribadi akan memberi kepercayaan diri bagi ibu rumah tangga untuk mandiri. Bukan berarti enggak butuh suami, tetapi bisa lebih berdaya.
Dengan begitu, enggak cuma mengurus kebutuhan sehari-hari, ibu juga bisa secara aktif ikut berperan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan keuangan yang lebih besar seperti investasi, tabungan jangka panjang, dan strategi pengeluaran.
Kemandirian ini dapat memperkuat posisinya dalam keluarga, memastikan bahwa keputusan keuangan mencerminkan kepentingan dan prioritas seluruh anggota keluarga.
6. Sebagai Bentuk Self Love
Adalah penting bagi ibu rumah tangga untuk belajar manajemen keuangan pribadi. Pasalnya, nantinya manfaat enggak hanya untuk keluarga tetapi juga untuk diri sendiri.
Dengan pengetahuan ini, ibu bisa menyeimbangkan kebutuhan keluarga dengan kebutuhan pribadi, memastikan bahwa keuangan pribadinya juga aman untuk kebutuhan masa depan seperti pensiun, perawatan kesehatan, dan sebagainya. Bahkan, enggak takut juga untuk punya keinginan, mimpi, cita-cita pribadi, seperti punya hobi atau pengin melanjutkan pendidikan.
Hal ini juga membantu mencegah situasi ketika ibu selalu memprioritaskan orang lain sementara kebutuhan dan keinginannya sendiri tidak terpenuhi. Manajemen keuangan yang efektif membantu ibu mengakui dan menghormati nilai penting dari pengelolaan keuangan pribadi sebagai bagian dari perawatan diri dan kemandirian.
Baca juga: Mengelola Keuangan Keluarga Tanpa Mengorbankan Kualitas Pendidikan Anak
Menutup pembahasan ini, jelas bahwa belajar manajemen keuangan pribadi bukan hanya kebutuhan, tetapi juga langkah strategis bagi ibu rumah tangga. Enggak hanya meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan harian, tetapi dengan belajar keuangan ibu akhirnya mampu memperkuat fondasi ekonomi keluarga.
Dengan kemampuan ini, keputusan keuangan menjadi lebih berwawasan, pengeluaran lebih terkontrol, dan masa depan keuangan keluarga menjadi lebih aman.
Untuk ibu rumah tangga yang serius ingin mengasah keterampilan ini, ada kesempatan emas menanti. Bergabunglah dengan QM Financial di “Finance Mastery Boot Camp” yang akan berlangsung pada 26-27 Oktober 2024 di LOOP HAUS, Jakarta. Acara ini adalah kesempatan sempurna untuk belajar dari dasar hingga lanjutan, bertemu dan berjejaring dengan para ahli keuangan.
Dengan sesi yang intensif selama dua hari, setiap peserta akan mendapatkan wawasan mendalam dan praktik langsung yang bisa langsung diterapkan. Segera amankan tempat dengan tarif Early Bird, dan jangan lewatkan kesempatan untuk berkonsultasi satu-satu tentang rencana keuangan pribadi. Daftarkan diri sekarang di bit.ly/QMFASTRACK dan jadilah pengelola keuangan keluarga yang mumpuni.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Belajar Arus Kas Penting untuk Keuangan Pribadi, dan Mulai dari Mana?
Memahami dan mengelola keuangan pribadi adalah kunci untuk menjalani hidup dengan baik. Belajar arus kas adalah salah satu bagian dari pengelolaan anggaran yang lebih efektif, memungkinkan pemantauan pemasukan dan pengeluaran dengan lebih teliti.
Kesadaran tentang penggunaan uang—ke mana saja uang pergi—dalam kehidupan sehari-hari dapat menghindarkanmu dari risiko keuangan yang enggak diinginkan.
Banyak orang sering kali terjebak dalam situasi finansial yang sulit karena enggak paham prinsip arus kas, atau cash flow ini. Padahal, pengetahuan ini tuh basic banget dalam keuangan.
Dengan belajar arus kas, kamu enggak hanya bisa mengurangi kemungkinan terlilit utang, tetapi kamu pun bisa membuat rencana keuangan yang komprehensif, yang nantinya akan berdampak baik dalam jangka panjang.
Pertanyaan besarnya adalah, dari mana sebaiknya memulai proses pembelajaran ini? Nah, coba yuk, kita bahas. Semoga bisa memberikan wawasan serta sumber daya tambahan yang dapat diakses untuk memulai perjalanan keuangan yang lebih terkontrol.
Table of Contents
Mengapa Belajar Arus Kas Itu Penting?
Belajar arus kas sangat penting untuk keuangan pribadi karena beberapa alasan utama. Coba kita lihat satu per satu.
1. Pengelolaan Keuangan
Belajar arus kas dan kemudian memahaminya dapat membantumu dalam mengelola pendapatan dan pengeluaran sehari-hari. Dengan mengetahui berapa banyak uang yang masuk dan keluar, kamu akan dapat membuat anggaran yang lebih efektif. Dengan tahu apa saja penggunaannya, kamu pun bisa menghindari kehabisan uang sebelum akhir bulan.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Kita Perlu Cek Cash Flow Berkala
2. Perencanaan Keuangan
Arus kas yang baik akan mempermudah pembuatan rencana keuangan jangka panjang, seperti untuk pendidikan, pembelian rumah, atau pensiun. Karena dengan tahu arus kas keuangan kita sendiri, kita bisa mengatur prioritas pengeluaran dan menabung atau berinvestasi dengan lebih teratur.
3. Menghindari Utang
Dengan memonitor arus kas, kamu bisa menghindari mengambil utang yang enggak perlu. Jika pengeluaran melebihi pendapatan, arus kas yang tercatat dengan baik akan memberikan peringatan secara dini. Dengan begitu, kamu pun dapat segera mengambil tindakan pengendalian, misalnya dengan mengurangi pengeluaran atau mencari sumber pendapatan tambahan.
4. Kesiapan Darurat
Dengan pemahaman yang baik tentang arus kas, kamu pun bisa lebih siap menghadapi situasi darurat finansial. Mengetahui seberapa banyak cadangan keuangan yang tersedia dan seberapa cepat bisa diakses itu penting banget loh, dalam menghadapi keadaan tak terduga.
5. Investasi yang Lebih Baik
Kalau kamu tahu kecukupan dana yang beredar melalui arus kas, kamu juga akan lebih mudah dalam mengambil keputusan investasi. Dengan pemahaman arus kas yang baik, kamu bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi atau menarik investasi tanpa mengganggu kestabilan keuangan.
So, secara keseluruhan, memahami arus kas memberikan kontrol yang lebih besar atas keuangan pribadi, mengurangi stres finansial, dan membantu mencapai tujuan keuangan yang lebih besar.
Mau Belajar Arus Kas, Mulai dari Mana?
Nah, sudah tahu pentingnya belajar arus kas, terus untuk memulai belajar arus kas dalam keuangan pribadi dari mana? Kamu bisa mencoba beberapa sumber dan metode berikut.
1. Buku Keuangan Pribadi
Cari buku yang fokus pada dasar-dasar manajemen keuangan pribadi. Buku-buku seperti “Rich Dad Poor Dad” oleh Robert Kiyosaki atau “The Total Money Makeover” oleh Dave Ramsey memberikan penjelasan yang baik tentang pentingnya arus kas.
2. Kursus Online
Platform seperti Udemy juga menawarkan kursus tentang dasar-dasar keuangan pribadi yang mencakup topik tentang arus kas. Sudah tahu belum, kalau QM Financial juga punya beberapa paket kursus di Udemy? Sudah dong ya.
3. Aplikasi Keuangan Pribadi
Gunakan aplikasi keuangan seperti Mint, YNAB (You Need A Budget), atau Quicken yang dapat membantumu melacak pemasukan dan pengeluaran serta memahami arus kasmu dalam praktik nyata. Dengan langsung praktik, kamu akan mendapat pelajaran langsung, bahkan dari kesalahan-kesalahanmu sendiri.
4. Blog dan Website Keuangan
Situs web seperti punya QM Financial ini, juga NerdWallet, Investopedia, dan The Simple Dollar menyediakan artikel dan panduan yang berguna tentang belajar arus kas dan keuangan pribadi secara umum. Kamu bisa mencari artikel yang sesuai dengan topik yang kamu pengin pelajari.
5. Workshop dan Seminar
Ikuti workshop atau seminar keuangan yang sering diselenggarakan oleh bank atau institusi keuangan. Ini bisa memberikan wawasan langsung dan nasihat dari para ahli.
QM Financial juga punya beragam kelas online yang akan membantumu menjadi perencana keuangan untuk diri dan keluarga sendiri loh. Ada beragam topik yang bisa kamu pilih, mulai dari yang basic sampai yang advanced. Belajar arus kas juga termasuk di dalamnya, ada kelas How to Manage Your Cash Flow. Kamu bisa cek jadwal dan segera daftar jika kelas tersedia.
Baca juga: Mengoptimalkan Manfaat dari Kelas Keuangan Online
Memulai perjalanan untuk belajar arus kas bisa jadi cukup menantang, tetapi manfaat jangka panjangnya tak terbantahkan.
Dengan alat dan sumber yang tepat, pengelolaan keuangan pribadi menjadi lebih terstruktur dan bisa lebih mudah dibuat rencana. Langkah-langkah kecil dalam memahami bagaimana uang bergerak dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk fondasi yang kuat untuk keputusan finansial di masa depan. Dengan demikian, keuangan pun jadi lebih aman dan masa depan lebih cerah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Langkah-Langkah Perencanaan Keuangan di Usia 20-an untuk Masa Depan yang Aman
Memasuki usia 20-an sering kali disertai dengan tantangan dan peluang baru, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi. Langkah-langkah perencanaan keuangan yang baik di usia ini adalah kunci untuk menjamin masa depan yang aman dan mandiri secara finansial.
Kenapa harus bikin rencana keuangan di usia 20? Karena dengan begitu, bukan hanya kamu bisa memperkuat kestabilan finansial, tetapi kamu juga lebih leluasa dalam mengambil keputusan hidup yang lebih besar.
Table of Contents
Langkah-Langkah Perencanaan Keuangan untuk Usia 20-an
Di tengah kesibukan dan berbagai godaan pengeluaran yang sering muncul di masa muda, penting untuk menyadari bahwa setiap pilihan finansial yang diambil dapat berdampak jangka panjang.
So, memulai dengan langkah-langkah perencanaan keuangan yang tepat akan membantu dan mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan yang akan datang. Ya masa sih, enggak mau punya mimpi, enggak mau punya cita-cita? Pengin liburan terus ke luar negeri, pengin lanjutkan pendidikan, pengin punya rumah, semua kan butuh modal.
Masa enggak mau bisa melakukan itu semua tanpa pusing mikirin duit?
Dengan membangun dasar yang kuat sejak dini, jalan menuju kebebasan finansial menjadi lebih terbuka dan terjangkau.
So, berikut adalah langkah-langkah perencanaan keuangan untuk kamu, si Usia 20-an yang kini sedang memulai hidup yang sebenarnya.
1. Membuat Anggaran
Bagi kamu yang berusia 20-an—dan mungkin belum berkeluarga—pembuatan anggaran bisa disesuaikan dengan prioritas dan gaya hidup yang kamu jalani. Misalnya saja, kamu bisa membagi pos sebagai berikut:
- Kebutuhan dasar: kos, makanan dan minuman, transportasi, dan utilitas
- Asuransi dan kesehatan
- Tabungan dan investasi, termasuk di dalamnya dana darurat
- Cicilan utang
- Gaya hidup, termasuk di dalamnya dana liburan, hobi, juga subscription kalau ada
- Pendidikan dan pengembangan diri, misalnya ikut kursus-kursus atau beli buku
Kalau sudah dibikin anggarannya, selanjutnya ya kudu disiplin dipatuhi ya. Karena ini tuh kunci langkah-langkah perencanaan keuangan secara efektif di usia muda. Kamu bisa pakai aplikasi keuangan supaya kebantu dalam melacak pengeluaran dan menjaga agar pengeluaran enggak melebihi pendapatan.
2. Sisihkan untuk Dana Darurat
Menyisihkan dana darurat adalah salah satu hal penting dalam langkah-langkah perencanaan keuangan, terutama untuk kamu yang masih berada di usia 20-an. Dana darurat berfungsi sebagai jaring pengaman finansial yang dapat membantu kamu menghadapi situasi tak terduga tanpa harus mengganggu tabungan atau investasi jangka panjang.
Idealnya, dana darurat harus mencakup biaya hidup 3-6 bulan. Bukan angka yang saklek, kamu bisa menyesuaikannya dengan kestabilan pekerjaan dan tanggungan yang kamu miliki. Tapi, kalau kamu bekerja di sektor yang fluktuatif atau sebagai freelancer, akan lebih bijak menyisihkan dana lebih besar.
Simpan dana darurat di tempat yang aman tetapi mudah diakses. Misalnya di rekening tabungan atau reksa dana pasar uang. Hindari menginvestasikan dana ini di instrumen dengan risiko tinggi atau akses yang sulit.
Mulai dengan menyisihkan sejumlah kecil dari setiap pendapatanmu sampai dana darurat mencapai jumlah yang ditargetkan. Anggap saja ini sebagai kebutuhan utama, bukan pilihan, sehingga kamu bisa konsisten nabungnya.
3. Mengelola Utang
Mengelola utang secara efektif adalah aspek kunci dalam langkah-langkah perencanaan keuangan. Pada tahap ini, mengelola utang dengan bijak dapat membantu menghindari akumulasi beban keuangan di kemudian hari.
Kalau memang perlu berutang, maka pembayaran cicilannya harus masuk ke dalam perencanaan keuangan sehari-hari. Membayar cicilan bukan dengan uang “sisa” kebutuhan, tetapi harus dialokasikan secara khusus. Maksimal sebesar 30% dari penghasilan total dalam sebulan.
Secara berkala evaluasi kemajuan kamu dalam mengelola utang dan sesuaikan strategi jika diperlukan. Termasuk di dalamnya, menyesuaikan jumlah yang dialokasikan untuk pembayaran utang jika pendapatan kamu berubah.
4. Punya Tujuan Jangka Panjang
Memiliki rencana jangka panjang seperti membeli rumah atau menyiapkan dana pensiun sangat penting, terutama bagi kamu yang masih berada di usia 20-an. Di usia ini, sering kali perencanaan jangka panjang terabaikan karena fokus pada kebutuhan dan keinginan sehari-hari.
Namun, kamu kan enggak hidup hari ini saja. Kamu juga pengin hidup nyaman sampai tua nanti kan? Karena itu, menetapkan tujuan jangka panjang dapat memberikan arah yang jelas dan motivasi untuk mengelola keuangan dengan lebih bijak.
Jadi, miliki beberapa tujuan jangka panjang. Pisahkan rencana keuangan untuk tiap tujuan jangka panjangmu itu. Misalnya, buat rekening tabungan atau investasi terpisah untuk dana pensiun dan pembelian rumah. Dengan begitu, kamu bisa memonitor kemajuannya. Kalau ada apa-apa, kamu juga bisa langsung aware.
Kamu mau soft saving? Soft saving atau menabung tanpa struktur yang ketat boleh saja, tetapi pastikan kamu tetap punya tujuan dan target jangka panjang. Sesuaikan jumlah tabungan setiap bulan berdasarkan kemampuan dan kebutuhan sehari-hari tanpa mengorbankan alokasi untuk masa depan.
Baca juga: Soft Saving ala Gen Z: Plus dan Minusnya
5. Investasi
Jika kamu sudah menetapkan tujuan jangka panjang, langkah-langkah perencanaan keuangan selanjutnya yang sangat penting adalah membuat rencana investasi.
Alasan utama mengapa investasi sangat direkomendasikan, terutama bagi kamu yang memiliki tujuan jangka panjang, adalah adanya keuntungan dari compound interest atau bunga berbunga. Hal ini yang enggak bisa kamu dapatkan dari tabungan biasa.
Compound interest adalah bunga yang dihitung dari jumlah pokok ditambah bunga yang telah diakumulasi sebelumnya. Dalam kata lain, ini adalah “bunga atas bunga” yang kamu peroleh dari investasi. Bunga ini adalah pengembalian yang kamu dapatkan, yang tumbuh secara eksponensial seiring waktu.
Pilihlah instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan jangka panjang dan profil risiko kamu. Misalnya, saham atau reksa dana saham bisa cocok untuk tujuan jangka panjang seperti pensiun, yang masih jauh, karena potensi pertumbuhan yang tinggi tetapi dengan risiko yang lebih besar. Obligasi atau reksa dana pendapatan tetap bisa lebih cocok untuk tujuan yang lebih dekat dan memerlukan stabilitas.
Baca juga: Gen Z Merapat! Ini Cara Belajar Keuangan Kekinian yang Paling Cocok buat Kamu!
Memulai langkah-langkah perencanaan keuangan di usia 20-an dengan tepat adalah investasi yang penting untuk masa depan. Dengan disiplin, kesabaran, dan konsistensi dalam menerapkan prinsip-prinsip keuangan yang telah dijelaskan, jalan menuju keamanan dan kemandirian finansial akan semakin terbuka lebar.
Melalui perencanaan yang matang, masa depan finansial yang stabil bukan hanya mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan. Gen Z bisa berdaya, enggak hanya jadi beban hidup orang tua.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!