Apa Itu Retensi Karyawan dan Mengapa Hal Ini Sangat Penting?
Retensi karyawan adalah salah satu aspek krusial dalam manajemen sumber daya manusia yang berfokus pada upaya untuk mempertahankan karyawan berbakat agar tetap bekerja di perusahaan dalam jangka waktu yang panjang.
Dalam dunia bisnis yang kompetitif saat ini, menjaga karyawan agar tetap loyal dan termotivasi enggak hanya membantu perusahaan mengurangi biaya rekrutmen dan pelatihan. Namun, juga memastikan bahwa perusahaan dapat terus beroperasi dengan efisiensi tinggi dan produktivitas yang optimal.
Ketika karyawan merasa dihargai dan mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan mereka, mereka cenderung lebih produktif dan berkomitmen pada tujuan perusahaan.
Nah, makanya, retensi karyawan ini akan selalu dianggap penting bagi HR. Agar dapat mengelola sumber daya manusia ini dengan baik, setiap orang dalam perusahaan wajib paham, setidaknya tahu, mengenai retensi karyawan ini.
Table of Contents
Retensi Karyawan Adalah Hal Penting bagi Perusahaan
Retensi karyawan adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan karyawan agar tetap bekerja di perusahaan tersebut dalam jangka waktu yang panjang.
Cakupannya bisa mulai dari strategi sampai praktik, yang tujuannya satu: meningkatkan kepuasan dan keterlibatan karyawan. Hasil dari upaya ini adalah karyawan betah karena mereka merasa dihargai, dan tidak akan mencari pekerjaan di tempat lain lagi.
Beberapa elemen kunci retensi karyawan adalah sebagai berikut:
- Kompensasi dan benefit
- Lingkungan kerja
- Pengembangan karier
- Work-life balance
- Penghargaan dan pengakuan
Baca juga: Menggali Hubungan antara Retensi Karyawan dan Kesejahteraan Finansial
Pentingnya Retensi Karyawan
Setelah memahami konsep dasar retensi karyawan, penting untuk mengeksplorasi lebih dalam alasan mengapa retensi karyawan sangat krusial bagi kesuksesan jangka panjang sebuah perusahaan.
Berikut adalah beberapa poin penting yang menjelaskan mengapa perusahaan perlu fokus pada retensi karyawan.
1. Mengurangi Biaya Rekrutmen dan Pelatihan
Mempekerjakan dan melatih karyawan baru memerlukan biaya yang besar. Dengan mempertahankan karyawan yang ada, perusahaan dapat menghemat biaya ini.
2. Meningkatkan Produktivitas
Karyawan yang bertahan lebih lama cenderung lebih produktif karena mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih dalam mengenai pekerjaan yang mereka lakukan dan perusahaan tempat mereka bekerja.
3. Memperkuat Budaya Perusahaan
Karyawan yang bertahan lama akan dapat membantu membangun dan memperkuat budaya perusahaan yang positif dan stabil.
4. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Karyawan yang berpengalaman akan mampu memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan, meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Dengan menerapkan strategi retensi yang efektif, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi karyawan, meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan, dan mencapai tujuan bisnis yang lebih baik.
Mengelola Retensi Karyawan dari Sisi Keuangan
Nah, karena QM Financial selalu ngomongin soal keuangan, maka bahas pengelolaan retensi karyawan juga dari sisi keuangan ya.
Mengelola retensi karyawan dari sisi keuangan bisa dengan melakukan beberapa strategi yang dibuat untuk tujuan agar karyawan merasa dihargai dan termotivasi, sekaligus menjaga keseimbangan anggaran perusahaan.
Berikut adalah beberapa cara untuk mengelola retensi karyawan dari sisi keuangan.
1. Memberikan Kompensasi yang Kompetitif
Lakukan peninjauan gaji secara berkala untuk memastikan bahwa gaji yang ditawarkan kompetitif dibandingkan dengan pasar. Dengan begitu, karyawan bisa dicegah dari perasaan undervalued hingga mereka “terpaksa” mencari peluang di tempat lain.
Lalu soal bonus dan insentif nih, akan sangat baik kalau dibuat rencananya juga. Berikan bonus berdasarkan kinerja individu dan tim. Sementara insentif bisa berupa bonus tahunan, bonus proyek, atau insentif penjualan.
2. Menyediakan Benefit Tambahan
Salah satu benefit yang “wajib” diberikan pada karyawan terkait retensi adalah asuransi kesehatan. Umumnya, perusahaan akan secara otomatis mengikutsertakan karyawannya di BPJS Kesehatan, karena ini adalah hal wajib yang diatur oleh pemerintah.
Nah, di samping itu, jika memang perlu, cek kembali apakah BPJS Kesehatan sudah cukup? Tawarkan paket asuransi kesehatan yang komprehensif untuk karyawan dan keluarga mereka. Dengan upaya ini, perusahaan enggak cuma dianggap perhatian terhadap kesejahteraan karyawan tetapi juga menunjukkan bahwa perusahaan peduli pada kesehatan mereka. Bahkan sampai keluarganya juga.
Benefit kedua yang wajib juga diberikan adalah program jaminan pensiun. Ada Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan sebagai salah satu opsi. Perusahaan juga bisa menambahkan program lain, misalnya DPLK atau DPPK.
Berikan juga cuti berbayar yang cukup sesuai hak karyawan yang sudah diatur dan disepakati, termasuk cuti tahunan, cuti sakit, dan cuti khusus seperti cuti melahirkan atau cuti ayah.
3. Fleksibilitas dan Work-Life Balance
Jika memungkinkan, implementasikan jadwal kerja yang fleksibel, termasuk opsi untuk bekerja dari rumah. Fleksibilitas ini dapat meningkatkan kepuasan karyawan tanpa biaya tambahan yang signifikan loh!
Jika memang memungkinkan lagi, adopsi kebijakan remote working untuk mengurangi kebutuhan ruang kantor dan biaya operasional lainnya, sambil memberikan karyawan lebih banyak kebebasan. Seperti QM Financial, yang enggak punya kantor fisik. Sesekali perlu juga sih meeting sambil meetup, yang biasanya malah lebih seru.
4. Pemberian Pelatihan atau Kelas
Sediakan anggaran untuk pelatihan dan pengembangan keterampilan. Utamanya kelas keuangan. Kenapa?
Memberikan kelas keuangan dapat memiliki dampak signifikan terhadap retensi karyawan. Kelas keuangan yang baik enggak akan hanya membantu karyawan dalam mengelola keuangan pribadi mereka dengan lebih efektif, tetapi juga menunjukkan bahwa perusahaan peduli terhadap kesejahteraan mereka secara menyeluruh.
Ketika karyawan merasa bahwa perusahaan mereka memberikan dukungan dalam aspek kehidupan yang penting seperti keuangan pribadi, mereka cenderung merasa lebih dihargai.
Selain itu, karyawan yang memiliki keterampilan manajemen keuangan yang baik cenderung mengalami stres yang lebih rendah terkait masalah keuangan. Stres yang berkurang ini bisa meningkatkan produktivitas dan fokus mereka di tempat kerja.
Dengan memberikan kelas keuangan, perusahaan membantu karyawan mengembangkan keterampilan yang berguna seumur hidup. Pada gilirannya nanti, hal ini dapat meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan.
So, bisa dikatakan bahwa kelas keuangan ini adalah investasi yang cerdas dalam pengembangan karyawan. Pasalnya, enggak hanya meningkatkan kesejahteraan saja, tetapi juga mendukung tujuan retensi perusahaan.
5. Pengelolaan Anggaran yang Efisien
Prioritaskan pengeluaran perusahaan pada area yang memberikan dampak terbesar terhadap retensi, seperti pelatihan, kesehatan, dan kesejahteraan karyawan. Lakukan analisis biaya-benefit secara berkala untuk memastikan bahwa investasi dalam retensi karyawan memberikan hasil yang diinginkan.
Baca juga: Mengapa Kepuasan Kerja Menjadi Faktor Penting dalam Meningkatkan Retensi Karyawan?
So sampai di sini, kita jadi paham ya. Bahwa memahami dan mengelola retensi karyawan adalah langkah esensial untuk mencapai keberhasilan jangka panjang bagi setiap perusahaan.
Melalui berbagai strategi seperti memberikan kompensasi yang kompetitif, menyediakan benefit tambahan, mendukung pengembangan karier, serta menawarkan kelas keuangan, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung kesejahteraan karyawan.
Dengan demikian, perusahaan tidak hanya mampu mengurangi biaya yang terkait dengan turnover karyawan, tetapi juga meningkatkan produktivitas, memperkuat budaya perusahaan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pada akhirnya, investasi dalam retensi karyawan adalah investasi dalam masa depan perusahaan itu sendiri, yang memastikan kelangsungan dan kesuksesan dalam menghadapi tantangan bisnis yang terus berkembang.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Menggali Hubungan antara Retensi Karyawan dan Kesejahteraan Finansial
Jika mencari tantangan yang paling signifikan dalam dunia industri dan bisnis saat ini, maka salah satu jawabannya adalah retensi karyawan. Kapasitas untuk mempertahankan karyawan telah menjadi faktor keberhasilan perusahaan yang tidak dapat disepelekan.
Tidak dimungkiri, kepergian karyawan dapat menurunkan etos kerja dan memicu lebih banyak lagi karyawan yang meninggalkan perusahaan. Selain itu, pergantian karyawan yang terlalu sering bisa juga membuat pelanggan bertanya-tanya, kenapa mereka harus berurusan dengan orang yang berbeda-beda saat menggunakan produk atau jasa dari perusahaan.
Hal ini perlu diperhatikan jika perusahaan tetap ingin kompetitif dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Perlu diingat bahwa mempertahankan karyawan bukan hanya bermanfaat untuk perusahaan, melainkan juga bagi karyawan itu sendiri.
Apa yang Dimaksud dengan Retensi Karyawan?
Sebelum mengenal konsep retensi karyawan lebih dalam, penting sekali menggali pengertian dari istilah tersebut.
Retensi adalah usaha untuk mempertahankan pekerja yang berbakat dan produktif untuk meminimalkan pergantian karyawan dengan cara menumbuhkan situasi kerja yang positif.
Hal ini memungkinkan karyawan untuk lebih aktif terlibat dan mencurahkan kompetensinya dengan maksimal. Bukan cuma itu, retensi karyawan juga diwujudkan melalui apresiasi, pemberian gaji yang kompetitif, dan mendorong work life balance di kalangan karyawan.
Dampak Retensi Karyawan pada Keuangan Perusahaan
Retensi karyawan memberikan pengaruh yang cukup besar pada eksistensi perusahaan. Beberapa dampak yang ditimbulkan jika perusahaan menerapkan strategi ini di antaranya sebagai berikut.
1. Menghemat Waktu dan Uang
Salah satu benefit yang paling realistis dari retensi pekerja adalah penghematan waktu dan uang.
Merekrut dan melatih pekerja baru nyatanya menjadi proses yang mahal dan memakan banyak waktu. Bayangkan jika perusahaan berkali-kali harus merekrut, mewawancara, dan melatih pekerja baru di posisi yang sama. Kasus ini patut dihindari dengan berfokus mempertahankan karyawan yang sudah lama.
2. Meningkatkan Produktivitas
Pergantian pekerja juga dapat berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan. Masalah ini secara tidak langsung bisa menghambat alur kerja, sehingga kinerja karyawan lainnya bisa saja ikut menurun.
Dengan mempertahankan karyawan, maka stabilitas dan produktivitas di perusahaan bisa lebih tercapai.
3. Meningkatkan Wawasan dan Keterampilan Karyawan
Semakin lama karyawan bekerja di perusahaan, maka pengalaman dan wawasannya seputar bidang yang digelutinya akan semakin bertambah. Hal ini membuat karyawan tersebut lebih berharga dan patut dipertahankan.
Oleh karena itu, mempertahankan karyawan yang berpengalaman akan membantu menjaga kinerja dan memastikan perusahaan tetap kompetitif.
4. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Dampak yang cukup bermanfaat dari adanya retensi karyawan adalah membuat pelanggan lebih loyal terhadap brand perusahaan. Pelanggan yang menerima pelayanan dari karyawan berpengalaman akan merasa lebih puas dan bukan tidak mungkin akan merekomendasikan orang-orang terdekatnya untuk memakai produk atau jasa yang sama.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Retensi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi retensi, sehingga perlu dipertimbangkan secara matang oleh perusahaan. Beberapa faktor tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Humanisasi
Karyawan adalah makhluk sosial yang mendambakan ruang kerja nyaman dan mampu membuat mereka merasa diterima dan dihargai. Hal ini akan mendorong karyawan untuk mengerahkan seluruh potensinya saat bekerja.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang suportif, maka dapat meminimalkan waktu untuk memikirkan tentang pergantian karyawan.
2. Pengakuan Kerja
Karyawan cenderung peka terhadap perlakuan baik atau buruk dari atasan maupun rekan-rekan kerjanya.
Hal ini menggambarkan bahwa menghargai keberadaan karyawan sangat penting untuk membuat mereka lebih merasa diakui dan didengarkan. Oleh karena itu, perlakuan kerja kepada karyawan perlu diperhatikan untuk membuat karyawan tetap merasa betah bekerja di perusahaan.
3. Pelatihan yang Berkelanjutan
Telah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa “peluang untuk berkembang” merupakan faktor penting untuk membuat karyawan tetap bertumbuh di perusahaan.
Pelatihan dapat berbentuk workshop, seminar, atau pendampingan merupakan upaya berinvestasi kepada karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan peduli dengan peningkatan skill karyawan agar lebih profesional.
Contoh Program Kesejahteraan Perusahaan yang Mendukung Retensi
Ada beberapa contoh program kesejahteraan perusahaan yang mendukung retensi karyawan. Beberapa program tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Kompensasi dan Benefit yang Kompetitif
Kompensasi dan benefit yang kompetitif merupakan kunci utama mempertahankan karyawan. Ini bukan hanya tentang gaji, melainkan juga asuransi kesehatan, tunjangan pensiun, dan masih banyak lagi.
Memberikan gaji dan tunjangan yang kompetitif secara tidak langsung menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen terhadap kesejahteraan dan profesionalitas karyawan.
2. Pengakuan dan Penghargaan
Bayangkan jika karyawan sudah bekerja dengan begitu keras untuk mencapai target perusahaan. Namun, atasan justru bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu. Hal ini tentu membuat karyawan merasa tidak dihargai, apalagi diapresiasi.
Jika masalah itu terjadi, maka karyawan cenderung akan kehilangan motivasi dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, perusahaan dapat menyusun program penghargaan untuk mengapresiasi kinerja para karyawan yang kompeten. Contoh upaya yang bisa dilakukan adalah merayakan pencapaian individu dan tim, memberikan bonus, menawarkan voucher liburan, atau waktu libur tambahan.
3. Jenjang Karier yang Jelas
Salah satu pertimbangan karyawan dalam mempertahankan pekerjaannya adalah jenjang karier di perusahaan. Pasalnya, banyak di antara karyawan yang bekerja tidak hanya karena faktor gaji, melainkan juga karena perkembangan karier.
Oleh karena itu, pastikan agar perusahaan memberikan jenjang karier yang jelas untuk mendukung perkembangan potensi karyawan. Hal ini akan membuat karyawan lebih termotivasi untuk mencapai tingkatan atau jabatan tertentu dalam perusahaan.
4. Pemberian Pelatihan
Untuk mendorong perkembangan karyawan, penting juga untuk memberikan berbagai pelatihan yang relevan dengan kompetensi karyawan, termasuk juga kelas keuangan atau financial training.
Saat seorang karyawan terampil mengelola keuangan pribadinya, maka ia tak perlu mengkhawatirkan kondisi keuangan dan dapat fokus pada pekerjaan dengan lebih baik. Dengan begitu, produktivitas meningkat, dan akhirnya juga berpengaruh pada retensi karyawan perusahaan itu sendiri.
Retensi karyawan merupakan usaha perusahaan yang visioner untuk mempertahankan pekerja yang kompeten dan profesional. Hal ini mampu memberikan dampak yang positif untuk pertumbuhan bisnis dalam jangka panjang.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
1-2-3 Cara Karyawan Biasa Punya Mimpi Besar
Sebagai karyawan biasa, mungkin gaji atau penghasilan kita memang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yah, kadang kepikirannya, mau mimpi apa ya, gaji pas-pasan begini?
Eits, jangan dulu pesimis dong! Karyawan biasa kan sekarang, nanti pastinya kamu juga akan mengalami peningkatan karier hingga akhirnya bisa sesuai dengan kompetensimu.
Dan, asal kamu tahu ya. Bahwa jenjang karier dan mimpi itu nggak saling berhubungan. Mimpi besar, nggak perlu menunggu sampai karier memuncak kok. Kamu bahkan bisa mulai merencanakan mimpi besarmu sedari sekarang. Justru, kalau kamu baru mulai merencanakan ketika karier sudah ada di puncak, bisa jadi malahan terlambat.
Jadi, apa sih mimpi besarmu? Wait, sebelum kamu jawab, sembari saja kamu ikuti beberapa tip mewujudkan mimpi meskipun kamu “hanyalah” karyawan biasa.
Wujudkan Mimpi Karyawan Biasa
1. Tentukan mimpi dan titik berangkat
Nah, mari kita kembali lagi ke pertanyaan di atas: Apa sih mimpi besarmu? Mimpi yang akan menjadi tujuan finansialmu.
Punya rumah di tengah kota Jakarta? Mau sekolahkan anak di sekolah bertaraf internesyenel? Punya dana pensiun yang cukup dan bisa hidup sejahtera?
Nah, kalau kamu punya mimpi-mimpi seperti itu, itu sudah betul. Jadi, jangan jadikan “mau jadi kaya” sebagai mimpimu ya. “Kaya” itu bukan merupakan tujuan finansial, karena tak memberikan arah yang jelas. Buatlah daftar mimpimu yang spesifik, realistis, sesuai dengan kebutuhan, dan terukur.
Jika sudah ada daftar tujuan, sekarang tentukan dari mana kamu mau. Ibarat mau pergi ke Raja Ampat, kamu berangkat dari mana? Titik keberangkatan akan menentukan ongkos perjalananmu. Titik berangkat mencapai mimpi ini penting, karena dengan tahu dari mana kita berangkat, kita bisa cari tahu jalannya.
Bagaimana caranya menentukan titik berangkat? Dengan mengetahui kondisi keuanganmu sekarang; berapa penghasilanmu, dan berapa pengeluaranmu. Adalah penting bagi kamu untuk mengetahui pola penghasilan dan pengeluaran ini, agar kemudian kamu bisa membuat rencana keuangan yang lebih pasti.
Ada keuntungan tersendiri menjadi karyawan biasa, yaitu penghasilannya tetap; tetap waktunya, relatif tetap pula nominalnya. Jadi, seharusnya, mencari pola ini bukan hal yang sulit untuk kamu lakukan.
2. Susun prioritas
Bisa jadi, kamu punya lebih dari satu mimpi. Berbekal dengan pola pengeluaran dan pemasukan yang sudah kamu miliki, susunlah prioritasmu.
Ingat, setiap orang punya linimasa masing-masing, sehingga berbeda prioritas itu hal yang biasa. Tak perlu kamu berpikir, ‘Duh temanku yang satu ini sudah pergi ke 7 benua, aku kok belum bisa ya?’ Bisa jadi, prioritas kalian berbeda. Kamu ada prioritas dana pendidikan anak—misalnya—yang harus segera disiapkan karena dalam 3 tahun lagi, anakmu sudah harus masuk playgroup. Sedangkan temanmu memang memprioritaskan mimpi travelingnya, karena dia toh masih single.
Biasanya, ada 3 kebutuhan terbesar yang harus diprioritaskan oleh seorang karyawan biasa, yaitu dana darurat, dana pendidikan, dan dana pensiun.
Harus tiga itu ya? Enggak harus, maka dari itu, susunlah prioritasmu sendiri. Bisa jadi beda, yang penting sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisimu.
Setelah ada prioritas, maka akan lebih mudah bagimu untuk membuat rencana keuangan yang lebih realistis dan komprehensif, meliputi menjaga cash flow agar tetap positif, mengelola utang, berinvestasi, dan memiliki proteksi yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Evaluasi
Jangan lupakan evaluasi ya. Lakukanlah secara berkala selama perjalananmu mewujudkan mimpi.
Mengapa sih perlu melakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan kita? Karena kehidupan terus berubah. Tujuan finansial pun bisa menyesuaikan, prioritas harus disusun ulang.
Jadi, mengubah rencana dong! Ya, enggak apa. Hal tersebut wajar terjadi kok, kamu harus bersiap untuk menghadapi situasi hidup yang selalu dinamis.
Nah, bagaimana? Bisa kan, sebagai karyawan biasa, kamu punya mimpi besar? Yang penting sih, harus sesuai kondisi dan kemampuan ya. Adalah penting bagi kita untuk nggak halu, supaya kita tetap realistis dan tujuan finansial pun bisa berhasil dicapai dengan baik.
Cara menyusun rencana untuk mewujudkan mimpi karyawan biasa ini bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Selama Pandemi COVID-19, 81% Karyawan Mengaku Telah Mendapatkan Support yang Baik dari Perusahaan
Tidak terasa pandemi COVID-19 telah berlangsung satu tahun lebih sejak diumumkannya kasus pertama yang terjadi di Indonesia oleh Presiden Jokowi. Dari Wuhan, Tiongkok, COVID-19 telah menyebar ke berbagai negara termasuk di Indonesia. Indonesia memiliki kasus COVID-19 yang terus meningkat, bahkan kini telah menembus akumulasi kasus satu juta orang telah terinfeksi.
Selama pandemi COVID-19, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan untuk mengendalikan penyebarannya. Salah satunya dengan menetapkan protokol kesehatan dan juga kebijakan work from home.
Pada akhirnya, dampak akibat pandemi ini pun terasa sampai ke berbagai bidang. Tidak hanya kesehatan, ekonomi dan kesehatan mental juga berdampak. Karyawan perusahaan adalah salah satu kelompok masyarakat yang ikut terdampak cukup parah oleh adanya pandemi ini. Beberapa karyawan harus work from home (WFH) atau bekerja dengan shift yang berbeda dari biasanya karena adanya ketentuan pembatasan jumlah karyawan perusahaan yang ada dalam ruangan.
Bagaimana Kondisi Karyawan Selama Pandemi COVID-19?
Menurut survei yang dilakukan pada perusahaan Edenred dalam laporan yang disebut “Power up your people: Your blueprint for peak performance in 2021”, dari 2000 orang yang melakukan jajak pendapat, hampir dua pertiga atau 64% karyawan perusahaan menyatakan bahwa mereka bekerja di rumah dalam 12 bulan terakhir. Ini menunjukkan hasil yang cukup berbeda jika dibandingkan survei pada awal 2020 yang memperoleh hasil lebih banyak karyawan perusahaan yang bekerja di luar rumah yaitu sekitar 61%.
Bekerja di situasi seperti ini ternyata membuat mental dari karyawan perusahaan mengalami gangguan. Berdasarkan hasil survei, seperempat jumlah responden yang berstatus karyawan ini menginginkan bantuan terkait kesejahteraan mental mereka, sementara 17% membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan diri dengan kembali ke kantor di masa depan.
Dari pihak perusahaan sendiri, tidak perlu overthinking apakah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan terkait operasional kerja selama ini masih belum tepat atau masih kurang membantu karyawan perusahaan saat WFH.
Survei menunjukkan bahwa secara keseluruhan, karyawan puas dengan dukungan yang diberikan untuk mengelola keseimbangan kehidupan kerja (73%), kerja kolaboratif (72%) dan kesejahteraan fisik (71%). Dalam laporan tersebut juga menyatakan bahwa 8 dari 10 pekerja perusahaan, atau sejumlah 81%, mengatakan bahwa pemilik perusahaan telah melakukan upaya yang baik untuk mendukung mereka selama setahun terakhir.
Kepedulian Perusahaan terhadap Kondisi Karyawan Adalah Penting
Direktur SDM Edenred UK, Alisdair Seenan berpendapat, jika perusahaan sudah berusaha membuat kebijakan-kebijakan selama WFH, maka juga harus dipastikan bahwa karyawan dan organisasi perusahaan berada di posisi yang baik untuk berkembang meskipun saat ini sedang ada pandemi COVID-19.
Peduli dengan karyawan perusahaan pastinya merupakan hal yang wajib dilakukan, dan nggak hanya ketika pandemi saja. Namun, selama pandemi, perusahaan memang sebaiknya lebih peduli, karena kondisi kesehatan mental karyawan bisa menjadi kurang stabil, akibat dari kondisi yang mengharuskan mereka bekerja dengan lingkungan kerja yang berbeda dari biasanya. Suasana di rumah atau kos tentunya akan berbeda dengan suasana di perusahaan. Ada kemungkinan karyawan perusahaan akan merasa terganggu ketika sedang bekerja.
Jika perusahaan dapat memberikan dukungan yang baik, maka tentunya akan ada banyak manfaat juga yang didapat. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan adalah citra perusahaan semakin baik di mata karyawan dan juga calon karyawan berikutnya.
Survei menyebutkan bahwa 29% karyawan lebih positif memandang organisasi perusahaan mereka karena kebijakan-kebijakan atau tindakan-tindakan yang diambil perusahaan selama setahun terakhir.
Jika citra perusahaan baik maka tentu saja hal ini dapat membuat karyawan perusahaan semakin loyal. Loyalitas karyawan perusahaan akan berdampak baik bagi perusahaan. Karyawan perusahaan yang memiliki loyalitas tinggi akan bekerja lebih produktif, dan menambah dedikasi terhadap perusahaan. Mereka akan berpikir banyak kali untuk meninggalkan perusahaan, meskipun di luar sana banyak tawaran yang lebih menggoda.
Berdasarkan survei, sebanyak 24% mengatakan bahwa karyawan perusahaan cenderung akan lebih rela mendedikasikan dirinya untuk bekerja bagi kepentingan bersama, ketika perusahaan juga mau melakukan banyak investasi dalam mendukung karyawan.
Karyawan yang merasa bahagia akan bekerja dengan baik. Jadi sangat penting untuk memberikan dukungan bagi perusahaan karyawan.
Cara untuk Memberi Dukungan Lebih bagi Karyawan
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberikan dukungan kepada karyawan selama pandemi COVID-19 masih berlangsung.
Salah satunya dengan memberikan training keuangan untuk meningkatkan literasi finansial karyawan.
Mengapa training ini penting?
Pandemi COVID-19 memang memberikan dampak cukup kuat, terutama dari segi keuangan. Mungkin karyawan sekarang harus bekerja dari rumah—yang berarti ada beberapa insentif yang masih belum mereka dapatkan seperti ketika sebelum pandemi terjadi. Dinas luar berkurang, gaji yang harus dikurangi karena ada variabel komponen yang disesuaikan, dan seterusnya.
Mau tak mau, hal ini akan memengaruhi keseimbangan cash flow karyawan, sementara kebutuhan tetap meningkat. Karyawan harus disiapkan untuk menghadapi situasi krisis, karena situasi seperti ini akan berpeluang untuk terus terjadi. Jika karyawan tidak siap, apalagi tanpa disertai keterampilan pengelolaan keuangan yang mumpuni, bisa jadi karyawan akan menemui masalah keuangan.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Kepuasan Kerja Karyawan: Mengapa Penting dan Bagaimana Cara Meningkatkannya?
2016, Society for Human Resource Management (SHRM) melakukan survei atas kepuasan kerja karyawan dalam penelitian yang bertajuk Employee Job Satisfaction and Engagement Survey.
Dalam penelitian ini akhirnya fakta terungkap, bahwa ada beberapa hal terpenting yang berkontribusi besar terhadap tingkat kepuasan kerja karyawan. Gampangannya begini: kalau beberapa aspek ini dipenuhi atau terpenuhi, maka akan sangat besar kemungkinan karyawan akan enjoy bekerja di suatu perusahaan.
Aspek yang Memengaruhi Kepuasan Kerja Karyawan
Apa saja aspek tersebut? Yah, sebenarnya sih ada 43 aspek dengan 37 faktor yang berpengaruh sih, tapi supaya enggak kepanjangan, kita fokus saja ke 10 teratas ya.
Aspek tersebut meliputi:
- Penghargaan oleh perusahaan: 67%
- Kompensasi dan gaji: 63%
- Bentuk imbalan lain: 60%
- Keamanan kerja: 58%
- Kepercayaan antara karyawan dan manajemen: 55%
- Kesempatan untuk mempergunakan keterampilan dan keahlian: 55%
- Stabilitas finansial perusahaan: 53%
- Hubungan karyawan dengan supervisor: 53%
- Rasa aman, tanpa kecemasan terhadap kekerasan: 50%
- Apresiasi ide oleh atasan: 49%
Sampai di sini, apakah ada sesuatu yang menarik?
Iya, ternyata bukan gaji yang jadi faktor penentu kepuasan kerja karyawan yang pertama, melainkan penghargaan. Meskipun iya, gaji ada di urutan kedua, tetapi faktanya banyak karyawan sebenarnya lebih mementingkan rasa dihargai oleh perusahaan, alih-alih pemberian gaji.
So, mungkin ini berarti gaji kecil nggak masalah, toh dengan keterampilan pengelolaan uang yang benar, pasti bisalah dipakai buat hidup. Gitu ya? Hazek.
Anyway, lalu bagaimana dengan di perusahaan yang ada di Indonesia? Apakah di perusahaanmu juga ada survei tingkat kepuasan kerja karyawan? Kalau iya, bagaimana hasilnya? Kalau belum, penasaran enggak, pengin mengetahui seberapa senang karyawan bekerja di perusahaan?
Definisi dan Pentingnya Kepuasan Kerja Karyawan
Kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai kebahagiaan karyawan dalam bekerja dan kepuasan karyawan dalam memenuhi kebutuhan mereka saat bekerja. Tidak hanya gaji dan tunjangan, ada banyak faktor yang memengaruhi kepuasan kerja.
Dari sisi karyawan sendiri, tak ada yang memungkiri bahwa setiap orang pasti ingin nyaman dalam bekerja dan mendapatkan kepuasan ketika melakukan setiap jenis pekerjaannya.
Pada akhirnya, kepuasan kerja karyawan dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Sayangnya, kepuasan kerja ini agak sulit dilihat secara kasatmata lantaran nggak semua karyawan mau terbuka. Bisa jadi memang kurang kesempatan untuk mengungkapkan apa yang menjadi hambatan mereka dalam bekerja, atau juga si karyawan sendiri yang merasa sungkan karena satu dan lain sebab.
Akan terlambat untuk bertindak, ketika lantas ada beberapa karyawan yang tiba-tiba mengajukan resign karena tidak mendapatkan kepuasan kerja, padahal sebelumnya tak menunjukkan tanda-tanda bahwa ada rasa kurang nyaman dalam bekerja.
Tentunya, turn over karyawan yang terlalu tinggi berdampak kurang baik untuk perusahaan, bukan?
Selain memengaruhi kinerja karyawan, kepuasan kerja juga akan memengaruhi branding perusahaan, baik secara internal atau eksternal. Karyawan yang merasa puas bekerja di perusahaan akan bangga akan tempatnya bekerja, dan memiliki kepercayaan tinggi saat membicarakan tempat kerjanya itu.
Mereka akan membicarakan hal-hal positif mengenai apa yang dirasakan selama bekerja kepada orang-orang yang mereka temui setiap hari.
Dengan demikian, dari beberapa fakta tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa saat kepuasan kerja karyawan tinggi maka loyalitas karyawan juga tinggi.
Cara Mengukur Tingkat Kepuasan Kerja Karyawan
Ketika berbicara mengenai kepuasan kerja karyawan, maka aspek terpenting adalah karyawan itu sendiri. Karena itu, survei pada karyawan bisa menjadi cara terbaik untuk mengukur tingkat kepuasan kerja mereka di perusahaan yang bersangkutan.
Berikut beberapa tip membuat survei untuk mengukur tingkat kepuasan kerja karyawan:
- Siapkan beberapa pertanyaan mengenai berbagai aspek terkait perusahaan, misalnya seperti sejauh apa mereka memahami cara kerja manajemen, juga pemahaman atas visi dan misi perusahaan, dan juga tentang motivasi mereka bekerja di perusahaan terkait.
- Jenis pertanyaannya bisa yang menggunakan angka untuk mengukur tingkat kepuasan, misalnya jawaban disediakan dari skala 1 sampai dengan 5 untuk beberapa macam pertanyaan.
- Sediakan pula beberapa pertanyaan yang memungkinkan untuk open question, artinya pertanyaan yang memungkinkan karyawan mengeluarkan pendapat mereka.
- Buatlah pertanyaan yang sejelas mungkin, sehingga karyawan dapat memahaminya dengan cepat dan jelas.
Salah satu pertanyaan yang harus ada adalah pertanyaan mengenai masalah dan kesulitan mereka saat sedang melaksanakan tugas masing-masing; cari tahu kendalanya di mana, dan apakah solusinya bisa datang dengan cepat.
Juga, tanyakan, jenis pengembangan diri seperti apa yang mereka butuhkan, sehingga mampu mendukung meningkatkan kepuasan kerja mereka.
Salah satu jenis pengembangan diri karyawan yang bisa ditawarkan oleh perusahaan agar dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan adalah training keuangan.
Mengapa Training Keuangan?
Karena bisa dilihat sendiri kan, bahwa kompensasi dan gaji merupakan salah satu faktor penentu kepuasan kerja karyawan. Tentu saja, hal ini harus lebih didukung lagi dengan memberikan bekal keterampilan pengelolaan keuangan yang lebih baik, agar nantinya tak hanya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di masa sekarang, tetapi juga dapat menjamin masa depan mereka nantinya. Seperti dana pensiun, misalnya.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Terapkan Work From Home, Ini 5 Tip untuk Perusahaan
Work from home merupakan salah satu metode kerja yang akhir-akhir ini–mau enggak mau–diterapkan oleh sebagian besar perusahaan. Agak mendadak sih, sebagai akibat dari merebaknya pandemi virus corona yang menuntut kita untuk lebih banyak tinggal di rumah demi memutus mata rantainya.
Sementara, sebagian perusahaan yang lain memang sudah mulai menerapkan fleksibilitas jam kerja–karyawan boleh bekerja dari mana saja, namun tetap terpantau–sebagian perusahaan yang lain tampak belum siap.
Rasanya wajar saja sih kalau enggak siap, karena untuk bisa work from home diperlukan banyak sekali penyesuaian, dan enggak setiap perusahaan cocok dengan metode kerja seperti ini.
So, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yang sekarang “terpaksa” harus menggunakan metode work from home, setidaknya sampai pandemi virus corona dinyatakan berakhir.
5 Tip Perusahaan Agar Metode Work From Home Bisa Efektif
1. Buat prosedur yang jelas
Pastikan ada prosedur yang jelas terkait operasional-operasional yang ada, mencakup jam kerja, kapan karyawan harus stand by, bagaimana arus pelaporan, bagaimana saat harus meeting, bagaimana komunikasinya jika ada masalah ataupun update terbaru terkait pekerjaan, bagaimana jika ada pengiriman barang, dan seterusnya.
Dengan prosedur yang jelas, meski jarak jauh, operasional perusahaan akan berjalan seperti biasa. Pastikan setiap karyawan memahami prosedur ini, dan mintalah mereka berkomitmen meski tidak ada pengawasan secara langsung.
Inilah saatnya menjadi karyawan yang bertanggung jawab terhadap tugas dan wewenang masing-masing.
2. Siapkan infrastruktur yang lengkap
Setiap perusahaan barangkali memang memiliki prosedur operasional yang berbeda-beda, karenanya infrastrukturnya pun bisa berbeda satu sama lain. Namun, pada dasarnya, perusahaan akan membutuhkan:
- Sarana untuk menyimpan dokumen secara online yang bisa diakses oleh semua karyawan, ataupun terpisah masing-masing divisi, sehingga transfer dokumen akan lebih lancar. Beberapa cloud server yang bisa dan umum dimanfaatkan misalnya OneDrive, Google Drive, Dropbox, dan lain sebagainya.
- Sarana untuk meeting, dari mulai chatting berjemaah sampai untuk conference call. Beberapa tools yang bisa digunakan: Zoom, WhatsApp, Skype, Google Hangout, dan sebagainya.
- Sarana untuk manajemen proyek, yang dapat dimanfaatkan untuk memonitor kinerja dan menyampaikan ide-ide, seperti Trello, Asana, Slack, dan sebagainya.
Sebenarnya, setiap jenis pekerjaan operasional selalu ada tools-nya di jagat maya ini. Coba googling untuk menemukan yang paling cocok dipakai.
3. Temukan metode komunikasi yang efektif
Saat ini, WhatsApp memang jadi andalan banyak orang untuk bisa berkomunikasi satu sama lain secara daring, terutama saat work from home. So, siap-siaplah untuk penambahan jumlah grup menyesuaikan jenis dan divisi pekerjaan masing-masing ya.
Aplikasi-aplikasi project management, seperti Trello, Slack, dan sebagainya itu, biasanya juga memiliki fitur group chat yang juga bisa dimanfaatkan untuk komunikasi lo. Begitu juga dengan Google Drive.
Tentukan mana yang paling sesuai dengan model pekerjaan perusahaan, dan pastikan semua karyawan bisa mempergunakannya.
4. Adakan briefing di awal dan akhir hari
Briefing di awal dan akhir hari akan membantu pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dengan lebih efektif.
Di awal hari, tanyakan to do list untuk masing-masing karyawan di hari itu. Pastikan semua orang jelas akan tugas dan wewenang masing-masing. Di akhir hari, briefing bisa diarahkan untuk mendapatkan laporan dan update terkait pekerjaan masing-masing. Pastikan setiap bagian lancar proses pekerjaannya, dan jika ada masalah bisa dievaluasi.
Tentu saja, briefing ini juga bisa diadakan sewaktu-waktu, asalkan sudah memiliki metode komunikasi yang efektif.
5. Tunjangan transportasi/makan alihkan ke tunjangan komunikasi
Ketika karyawan harus work from home, maka perusahaan memang bisa saja memotong tunjangan transportasi atau makan, yang biasanya dihitung per kehadiran.
Namun, jangan lupa, bahwa sekarang karyawan harus memiliki kuota internet yang cukup untuk bisa bekerja secara remote. So, ada baiknya tunjangan transportasi ataupun makan dialihkan ke tunjangan komunikasi ini. Dengan demikian, karyawan bisa melaksanakan tugasnya dengan lancar, seperti halnya ketika mereka harus hadir di kantor.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa dipersiapkan dan dilakukan oleh pihak perusahaan selama harus work from home.
Sementara karyawan berada di rumah, pihak perusahaan juga dapat terus memberikan training pada karyawan yang dilakukan secara daring. Salah satunya adalah training keuangan. QM Financial akan dengan senang hati membantu untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan keuangan karyawan, dengan kelas-kelas online-nya.
Sila hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
3 Tipe Burnout yang Bisa Terjadi pada Setiap Karyawan dan Bagaimana Solusinya
Adalah biasa bagi para karyawan kalau mengalami kejenuhan saat bekerja, atau yang sekarang populer dengan istilah burnout. Penyebab burnout bisa berbeda-beda, meski akhirnya “hasilnya” sama: nggak fokus dan nggak produktif selama bekerja. Penyebab burnout ini akhirnya “melahirkan” beberapa tipe burnout.
Hmmm, kalau dipikir-pikir ya, mana ada kerja yang bener-bener bebas masalah, yang santuy abuis tanpa beban kerja, tanpa stres? Iya nggak sih? Dari rutinintas yang dilakukan setiap hari saja, kita akhirnya bisa merasakan jenuh. Coba saja melakukan aktivitas yang sama terus, tanpa ada masalah sama sekali setiap hari, setiap jam. Rasanya bosen juga kan?
So, burnout itu biasa. Wajar terjadi, pada siapa saja, di mana saja, kapan saja. Tapi kalau dibiarkan berlama-lama, itu dia yang enggak sehat untuk kesehatan mental. Dibiarkan lebih lama lagi? Wah, makin parah deh.
Jadi gimana dong? Ya, harus segera diatasi, sebelum memengaruhi kinerja kita di kantor. Jangan sampai nih, bonus melayang hanya karena kita yang enggak bisa memenuhi target deh. Bisa kacau kan, tujuan finansial yang sudah dibikin bareng di kelas-kelas finansial online QM Financial kemarin? DP rumah pertama jadi mundur, enggak jadi liburan ke Eropa, nggak jadi nonton konser Shawn Mendes … Aduh!
Tapi, harus diatasi dari mana dulu? Well, kita bisa mulai dari mencari penyebabnya.
Berikut adalah beberapa tipe burnout yang biasa dialami oleh para karyawan berdasarkan penyebabnya
1. Burnout karena beban kerja
Tipe burnout pertama ini sebenarnya juga bukan hal yang istimewa. Sudah lumrah kalau beban kerja memang tinggi maka kita pun kecapekan, apalagi kalau kita juga punya gaji besar. Besaran gaji biasanya memang berbanding lurus dengan wewenang dan tanggung jawab.
Karena itu, seharusnya kita sudah tahu solusi terbaik untuk mengatasi burnout akibat beban kerja yang luar biasa itu. Ambil cuti sejenak, lalu liburan. Atau manfaatkan saja weekend-nya. Sesekali pergi keluar kota, melipir ke daerah-daerah pinggiran menikmati suasana berbeda.
Enggak perlu jauh-jauh juga kan? Kalau kebetulan kerjanya di Jakarta, ya cari saja lokasi wisata sekitaran Jabodetabek. Yang murah meriah banyak, bahkan ada juga yang gratis tiket masuk. Lokasi wisata alam, misalnya, seperti curug-curug atau taman kekinian yang instagrammable.
Alokasikan sedikit anggaran agar bisa melakukan quick escape seperti ini di akhir pekan.
2. Burnout karena kurang tantangan
Nah, tipe burnout ini nih yang sempat disebutkan di atas. Burnout karena kurang tantangan, setiap hari terlalu stagnan saja kerjanya. Jenis-jenis pekerjaan yang rentan burnout karena kurang tantangan seperti ini biasanya adalah pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan paper works atau administrasi.
Sesuatu yang terjadi terus menerus, stagnan, tanpa masalah sama sekali memang bisa banget menimbulkan kebosanan. Jangan dikira deh, kerjaan yang tampaknya enggak ada masalah itu enak. Tantangannya saja yang beda.
Nah, kalau sudah begini, terus gimana?
Well, ya coba mencari cara atau celah supaya bisa mengatasi tipe burnout yang kedua ini. Kalau dari pengalaman dan pengamatan teman-teman yang sempat dan masih bekerja sebagai staf administrasi, biasanya mereka mengatasi kejenuhan kerja dengan cara mencari celah untuk side job, atau usaha sampingan. Misalnya saja, ke kantor sambil jualan–entah keripik, atau camilan, atau apa pun deh.
Hanya saja untuk punya side job ini ada beberapa etika terhadap pekerjaan utama yang harus diperhatikan ya, utamanya mengenai fokus dan produktivitas. Jangan sampai, karena punya pekerjaan atau usaha sampingan, tugas utama malah jadi terbengkalai.
Dan yang paling penting, apakah pihak perusahaan memang mengizinkan kita untuk melakukan side job? Nah, ini yang perlu dicari tahu lebih dulu ya.
3. Burnout karena masalah di luar pekerjaan
Tipe burnout ketiga adalah kejenuhan kerja akibat hal-hal yang justru terjadi di luar area kerja. Seperti apa misalnya? Keuangan.
Masalah keuangan yang membelit para karyawan bisa menjadi satu alasan besar mengapa produktivitas menurun dan jadi sering lost focus. Bahkan survei dari International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin membuktikan lo, bahwa 1 dari 5 pekerja mengalami stres di kantor bukan lantaran work load atau beban kerja mereka yang tinggi, melainkan disebabkan oleh masalah keuangan. Surprise-nya lagi, 66% pekerja yang bermasalah dengan produktivitas itu ternyata mengalami masalah utang.
Aduh! Padahal hal ini pastinya enggak perlu terjadi kan? Memang sih, utang itu ada perlunya juga, tapi tujuannya untuk apa dulu dong? Utang apa? Apakah memenuhi syarat utang sehat? Jangan-jangan malah enggak tahu kalau utang itu punya 3 syarat supaya tetap sehat?
Tipe burnout ketiga ini solusinya ya hanya satu: tambah wawasan literasi keuangan pribadi. Bisa diberikan secara kolektif, bareng-bareng karyawan lain dalam satu perusahaan dalam bentuk training keuangan, atau ikutan saja kelas finansial online QM Financial.
Kalau dalam bentuk training keuangan, QM Financial punya program #QMTraining yang interaktif dengan silabus yang komprehensif. Bisa disesuaikan dengan kebutuhan karyawan. Untuk kelas finansial online, siapa pun bisa ikutan, di mana pun mereka berada. Tinggal pilih saja sesuai kebutuhan.
Ketiga tipe burnout di atas sebaiknya sih jangan dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi, karena kalau semakin menumpuk, maka bisa saja ini berarti kita menyimpan bom waktu. Akibatnya, karier kita bisa terancam lo.
Jadi, yuk, mau belajar finansial apa hari ini?
Gagal Meraih Promosi, Apa yang Harus Dilakukan Kemudian?
Barangkali kamu merasa layak untuk mendapatkan promosi jabatan atas kerja keras selama ini. Ternyata oh ternyata, malah teman kerja lain yang meraih promosi yang selama ini kamu incar. Terpukul? Pastinya. Kecewa? Wajar.
Kekecewaan itu bisa dipahami kok. Bayangkan, selama ini kamulah yang melakukan pekerjaan yang dihindari semua orang di kantor. Semua tugas kamu selesaikan dengan baik, bahkan sampai nggak ada lagi waktu buat sekadar kongko, nongkrong bareng sahabat-sahabat di warung kopi langganan. Weekend saja direlakan untuk bekerja, ketimbang piknik bareng keluarga lo!
Dan ternyata, gagal meraih promosi. Pastinya perasaan yang ada sekarang kayak lagi dicurangi, atau diperlakukan tak adil oleh perusahaan.
Sebenarnya situasi ini lazim saja terjadi di dunia karier. Mari kita lihat apa yang bisa kamu lakukan untuk kemudian bisa bangkit lagi meski pernah gagal meraih promosi seperti yang diharapkan.
3 Hal yang harus segera dilakukan jika gagal meraih promosi
1. Tenangkan diri
Hal pertama yang bisa dilakukan saat menerima kabar bahwa kita gagal meraih promosi yang selama ini diincar adalah menenangkan diri, dan berhenti mengasihani diri sendiri.
Jika merasa sangat kecewa dan emosional, cobalah untuk diam sejenak. Tak perlu banyak berkomentar dulu untuk menghindari perkataan-perkataan yang bisa menjadi bumerang bagi masa depan karier kita.
Meskipun rasanya pengin banget menyatakan bahwa perusahaan tempat kita bekerja itu melakukan kesalahan karena tak mempromosikan kita, tapi pastinya kita juga nggak ingin terlihat bak seorang trouble maker, kan? Bisa-bisa tak hanya gagal meraih promosi, karier kita pun jadi terancam karenanya.
2. Mengevaluasi diri
Setelah perasaan dan pikiran tenang, selanjutnya yang perlu kita lakukan jika gagal meraih promosi adalah mengevaluasi diri sendiri. Kita bisa mulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut untuk kita jawab sendiri:
- Apakah kita sadar bahwa ada orang lain yang juga berpeluang untuk meraih promosi, di samping diri kita sendiri?
- Seberapa pentingkah sih promosi ini bagi kita?
- Mengapa kita sangat menginginkankannya?
- Apa yang membuat kita sangat menginginkan promosi jabatan itu? Gaji naik? Atau gengsi semata? Ataukah ada alasan lain?
- Apakah kita tahu, kriteria apa saja yang diminta oleh perusahaan terkait promosi jabatan karyawan?
- Apakah kita satu-satunya karyawan yang tidak mendapatkan promosi ini?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan memudahkan kita untuk mengatur langkah berikutnya dengan lebih praktis. Kita juga bisa mendiskusikan kekecewaan ini dengan rekan senior yang kita percayai, yang jauh lebih paham mengenai kebijakan dan struktur organisasi perusahaan. Mungkin akan ada pencerahan, mengenai alasan mengapa kita gagal meraih promosi.
Jika merasa sudah siap, kita bisa menemui pihak manajemen ataupun pihak HR, untuk menanyakan, apa saja kekurangan yang harus kita perbaiki supaya bisa meraih promosi jabatan di kesempatan berikutnya. Siapkan hati, karena barangkali saja kita akan harus menerima beberapa kritik dan masukan. Bakalan nggak enak pastinya, tapi harus diterima, agar kita tahu kesalahan kita di mana. Betul nggak?
3. Upgrade diri
Setelah mengevaluasi diri, dan mendapatkan jawaban, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah upgrade diri sendiri. Misalnya, jika sikap kita kurang baik atau kurang bisa dikendalikan, kurang komunikatif, penampilan kurang baik, atau mungkin produktivitas kita yang rendah.
Temukan akar permasalahannya, dan kemudian work on it untuk memperbaikinya.
Jangan lengah, cek juga kondisi keuangan kita, karena hal ini bisa jadi adalah salah satu “pencuri” fokus dan konsentrasi kita bekerja hingga jadi kurang produktif atau bermasalah. So, selain memperbaiki sikap profesional, ada baiknya kita juga melakukan financial checkup.
Apalagi jika saat proses mengevaluasi diri sebelumnya, kita menginginkan untuk meraih promosi karena pengin gaji naik. Keinginan ini timbul karena gaji yang memang kecil, ataukah kita yang merasa gaji tak cukup? Kalau yang jadi alasan adalah yang terakhir, hmmm … mungkin ini saatnya kita ikutan kelas finansial online QM Financial deh.
Nggak cuma diajari untuk mengatur cash flow dan hal-hal mendasar mengenai keuangan pribadi, kita juga akan belajar berinvestasi, hingga bikin PLAN sendiri lo. Tinggal pilih saja sesuai kebutuhan. Yuk, WA aja ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info update-nya ya.
Mendingan Mana, Kerja di Perusahaan Besar atau Jadi Besar di Perusahaan Kecil? Berikut 4 Pertimbangannya
Sering kali di dunia kerja, kita mendengar pepatah (atau pertanyaan ya, tepatnya?), “Which one you choose: be a little fish in a big pond or be a big fish in a little pond?” Gampangnya, jika perusahaan dianalogikan sebagai sebuah kolam dan kita sebagai ikannya (karyawan), maka mana yang lebih enak? Menjadi ikan kecil di kolam besar atau jadi ikan besar di kolam kecil? Mau kerja di perusahaan besar dengan jabatan staf saja, ataukah memiliki jabatan tinggi di perusahaan kecil?
Jika dihadapkan pada dua pilihan itu, manakah yang akan kamu pilih? Jabatan tinggi di perusahaan besar? Well, amin! Tapi, sayangnya opsi itu tidak ada pada pilihan di atas. Lagi pula, jabatan tinggi di perusahaan besar itu berarti menjadi ikan besar di kolam besar, yang harus dilalui dengan menjadi ikan kecil dulu juga kan?
Dalam hidup, kita kadang memang harus memilih, sedangkan opsi yang tersedia nggak banyak. Termasuk dalam meniti karier, akan banyak pilihan-pilihan sulit seperti lebih memilih menjadi ikan besar di kolam kecil (jabatan tinggi di perusahaan kecil) ataukah menjadi ikan kecil di kolam besar (jabatan rendah di perusahaan besar).
Yang pasti, setiap opsi memiliki tuntutan, konsekuensi dan kompensasi masing-masing. Nah, mari kita lihat melalui beberapa aspek, siapa tahu nih, saat ini ada yang lagi bingung memutuskan jalan kariernya. Ya kan?
Mau milih kerja di perusahaan besar atau di perusahaan kecil? Berikut beberapa pertimbangannya.
1. Gengsi
Mungkin saat ini, kamu kerja di perusahaan besar nan mapan. Well, the good news is, di mata khalayak ramai, gengsi dan nilai dirimu bisa ikut terangkat. Kamu bisa memperkenalkan kantormu dengan percaya diri. Kalau Lebaran, kamu akan banyak ditanyai oleh saudara dan tetangga, gimana caranya bisa masuk perusahaan sebesar itu. Bahkan mungkin ada yang lantas mau nitip anaknya untuk kerja juga di kantormu.
Tapi sayang, gengsi tinggi ini kadang tak berbanding lurus dengan gaji yang diterima. Bisa jadi, setelah tengok kanan-kiri depan-belakang atas-bawah, kamu menemukan fakta bahwa ada jabatan serupa di perusahaan lain yang lebih kecil dengan gaji yang lebih besar.
Mau nego ulang gaji? Bisa saja, tetapi peluang untuk di-ACC sepertinya juga nggak terlalu besar, apalagi jika kita sendiri sebenarnya kompetensinya biasa aja. Singkatnya, bargaining power kita lemah, yang disebabkan oleh banyak faktor.
2. Prosedur
Kerja di perusahaan besar juga berarti akan banyak bersinggungan dengan prosedur panjang, yang kadang sangat rumit. Positifnya sih, setiap kewajiban, tugas, wewenang, dan hak masing-masing karyawan itu sangat jelas. Kita–sebagai karyawan (apalagi berjabatan rendah)–tinggal mengikuti saja. Kalau prosedur aman, maka posisi kita juga aman.
Ini juga termasuk semua paket kompensasi yang diterima oleh kita yang kerja di perusahaan besar, biasanya juga sudah fixed. Hitungannya jelas, dan sudah ada dalam sistem. Susah diutak-atik.
Namun, ini juga berarti, kerja di perusahaan besar itu sulit untuk melakukan perubahan sistem atau update kultur. Yah, kita semua tahu kan, kalau zaman itu berkembang. Kadang ada kemajuan dan update tertentu yang diperlukan oleh perusahaan untuk disesuaikan. Hal ini akan lebih sulit dilakukan kalau kita kerja di perusahaan besar.
Kalau kita adalah tipe karyawan yang sangat kreatif, dinamis, up-to-date, dan sangat berani ambil terobosan-terobosan baru, maka besar kemungkinan potensi kita akan kurang diakomodasi oleh perusahaan semacam ini. Apalagi kalau jabatan kita rendah.
3. Spesialis atau serabutan?
Kerja di perusahaan besar dengan ratusan atau bahkan ribuan karyawan, setiap karyawan biasanya diarahkan untuk menjadi spesialis. Itulah sebabnya, dengan kerja di perusahaan besar, kita jadi berpeluang untuk lebih terampil di satu bidang atau keahlian tertentu setelah bekerja beberapa tahun.
Sementara jika kita kerja di perusahaan kecil, kadang kita dituntut untuk menguasai segala hal (karena jumlah sumber daya manusia yang masih terbatas)–dan jadilah serabutan. Positifnya, kita bisa menguasai banyak hal–jika semangat belajar kita memang tinggi. Hanya saja, ini juga bisa bikin kita jadi kurang fokus, hingga hasil kerja juga hanya so-so saja.
4. Promosi jabatan
Kerja di perusahaan kecil, persaingan untuk mendapatkan promosi atau naik jabatan relatif lebih mudah. Mereka yang bisa menunjukkan kinerja yang baik akan mudah terlihat, sehingga jalan untuk dipromosikan (dan naik gaji) lebih lapang.
Sementara, kalau kita kerja di perusahaan besar, persaingan ini akan lebih berat karena banyak kandidat lain yang selain banyak, mungkin juga lebih berkompeten. Ini akan membuat kita jadi lebih sulit “terlihat”.
Dan, biasanya sih persaingan-persaingan akan diikuti dengan politik kantor. Di sini kita tak bisa menjamin bahwa semua akan berjalan mulus dan baik-baik saja. Namanya politik, we never know kan? Memang, untuk bisa menjadi ikan besar di perusahaan besar, kompetensi saja nggak cukup. Kita butuh juga kematangan berpolitik dan berstrategi.
Nah, gimana nih sampai di sini? Sudah bisa menentukan jalan karier, mau kerja di perusahaan besar atau di perusahaan kecil?
Well, yang pasti sih, mau kerja di perusahaan besar atau kecil, karyawan mana pun harus belajar mengelola keuangannya dengan baik, baik dengan gaji besar ataupun kecil. Percuma saja kan, kerja dengan gaji besar tapi kita nggak bisa mengelolanya dengan baik?
Yuk, ikut kelas-kelas finansial online dari QM Financial, yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan. Follow juga Instagram QM Financial, karena banyak tip-tip keuangan yang dibagikan.
Promosi Karyawan dan 7 Hal yang Menjadi Pertimbangan Perusahaan
Di artikel yang lalu, kita sudah membahas mengenai promosi jabatan dari sisi karyawan. Nah, berlanjut nih kali ini, kita masih akan bahas mengenai promosi karyawan, tapi dari sisi perusahaan–yang umumnya diwakili oleh divisi HR.
Jadi, apa saja yang biasanya menjadi pertimbangan pihak perusahaan untuk memutuskan apakah sekarang saatnya memberikan promosi karyawan? Mari kita lihat satu per satu.
7 Hal yang umumnya menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk memberikan promosi karyawan
1. Loyalitas
Seorang karyawan yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap perusahaan, pastilah ia akan bertahan dalam kontribusinya untuk tugasnya dalam waktu yang lama. Semakin lama ia berkecimpung di bidang yang sama, di perusahaan yang sama, maka logikanya ia akan mencapai level keahlian tertentu.
Promosi karyawan yang diberikan pada karyawan yang loyal akan memberikan kesempatan regenerasi karyawan. Yang loyal dan ahli mendapatkan posisi jabatan lebih tinggi, sedangkan ada tenaga kerja baru yang akan menggantikannya di posisi sebelumnya.
Regenerasi berarti ada penyegaran baru, dan bisa jadi bisa mengubah konsep bisnis perusahaan ke arah yang lebih baik.
2. Motivasi
Inisiatif akan sangat diperlukan dalam team work. Kalau ada salah seorang atau beberapa karyawan yang kurang inisiatif, sudah pasti laju pekerjaan akan terhambat.
Agar selalu punya inisiatif, seorang karyawan harus mampu melakukan self-motivation. Kalau ia tidak bisa memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kinerja, wah … sudah pasti stuck deh. Satu orang karyawan stuck, yang lain akan kena juga imbasnya.
Karena itu self-motivation itu penting, agar karyawan mau berusaha untuk lebih baik lagi.
3. Solutif
Seseorang yang akan diserahi tanggung jawab dan wewenang lebih tinggi sudah pasti akan menghadapi permasalahan yang juga lebih kompleks dan rumit. Jika ia tidak punya kemampuan untuk mencari solusi yang terbaik untuk setiap masalah yang muncul, maka itu berarti ia tidak kompeten diserahi tanggung jawab yang lebih besar.
Tak hanya mampu menyelesaikan masalah, sikap solutif berarti juga harus kreatif, dan terbuka terhadap masukan dari orang lain.
4. Tingkat pendidikan
Ada perusahaan yang mensyaratkan tingkat pendidikan tertentu untuk bisa memberikan promosi karyawan ke jenjang karier yang lebih tinggi. Ini ada kaitannya dengan tingkat kompetensi karyawan itu sendiri juga. Harapannya–sudah pasti–dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, maka karyawan tersebut diharapkan punya pemikiran yang lebih baik.
Dengan pemikiran yang lebih baik, sudah pasti ia akan mampu diserahi tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi.
5. Komitmen secara profesional
Komitmen secara profesional ada kaitannya loyalitas karyawan, seperti yang sudah disebutkan di poin pertama di atas.
Jika seorang karyawan dianggap kurang menunjukkan komitmen secara profesional–sering bolos kerja, tidak membereskan pekerjaan sesuai target, ataupun melakukan tindakan indisipliner lainnya–pasti tidak akan dianggap layak untuk mendapatkan promosi jabatan.
Sudah bisa dibayangkan, nantinya saat ia mendapatkan tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar, ia juga nggak akan perform, kan? Jadi, wajar rasanya, jika perusahaan berpikir berkali-kali untuk memberikan promosi karyawan padanya.
6. Komunikasi yang baik
Tak hanya dibutuhkan keahlian tertentu untuk bisa mendapatkan promosi karyawan, keterampilan berkomunikasi juga menjadi salah satu hal pertimbangan penting bagi perusahaan.
Dan, nggak bisa dimungkiri ya, kalau soft skill yang berupa keterampilan berkomunikasi yang baik ini tidak dimiliki oleh semua orang. Kadang pun, satu orang bisa berkomunikasi dengan baik dengan si A, tapi tidak demikian halnya ketika ia harus berkolaborasi dengan si B.
Tak hanya mampu berkomunikasi dengan baik dengan sesama rekan kerjanya yang lain, seorang karyawan yang layak mendapatkan promosi adalah mereka yang juga bisa berkomunikasi dengan baik dengan pihak di luar perusahaan–terutama jika si karyawan tersebut nanti akan menangani pelanggan secara langsung, misalnya seperti di bagian marketing. Wah, kemampuan komunikasi menjadi pertimbangan utama deh.
7. Manajemen yang baik
Pastinya, kemampuan manajemen menjadi yang terpenting dari semua pertimbangan perusahaan untuk bisa memberikan promosi karyawan.
Tak hanya mampu mengelola kinerja dalam divisinya sendiri, seorang karyawan yang hendak dipromosikan juga harus punya manajemen diri pribadi yang baik. Karena jika tidak, hal ini akan berimbas pada kinerjanya secara profesional di kantor.
Apa contoh manajemen diri yang baik ini? Misalnya saja, kemampuan si karyawan untuk mengelola keuangan pribadinya. Kesehatan keuangan pribadi karyawan berkaitan erat dengan performa profesionalnya lo!
Itu dia 7 pertimbangan yang biasanya mendasari keputusan perusahaan untuk memberikan promosi karyawan.
Terkait dengan poin nomor 7, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk membantu karyawan Anda meningkatkan kemampuan manajemen pribadinya. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.