Siasat Bertahan Hingga Gajian Berikutnya Tiba
Masih di pertengahan bulan namun kamu sudah kuatir kalau keuangan menipis tidak mampu membuatmu bertahan hingga akhir bulan? Kalau kamu sering mengalami hal ini, mungkin ada yang salah dengan pengaturan keuanganmu. Di masa seperti inilah kamu ditantang untuk berpikir lebih keras bagaimana cara mengelola sisa-sisa uang agar dapat bertahan hidup hingga tanggal gajian tiba. Anjuran untuk hidup hemat memang terasa mengganggu dan menyebalkan tapi apa daya hal tersebut harus tetap kamu lakukan.
Gaji Dirahasiakan atau Tidak? Berikut 3 Pertimbangannya!
Sudah beberapa hari ini, dunia media sosial diramaikan oleh gaji. Kalau tak salah, keramaian ini awalnya berasal dari diskusi alokasi gaji pertama. Dari sini kemudian ada beberapa orang yang dengan terbuka dan sukarela membocorkan angka gaji yang mereka terima, hingga akhirnya yang menjadi topik hangat adalah apakah sebaiknya angka gaji dirahasiakan atau tidak?
Seperti biasa, para netizen punya pendapat sendiri-sendiri. Kubu terbelah. Ada yang berpendapat bahwa gaji itu boleh saja tidak dirahasiakan. Dengan berbagi, siapa tahu kita mendapat insight yang lebih baik. Sedangkan yang lain bilang, bahwa seharusnyalah gaji dirahasiakan, karena gaji adalah urusan pribadi. Nggak patut rasanya kalau digembar-gemborkan.
Gaji Oh Gaji
![Gaji Dirahasiakan atau Tidak? Berikut 3 Pertimbangannya! Apa Sih Beda Gaji dan Income?](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2022/09/gaji-karyawan-dan-income-960x640.jpg)
Hmmm, kalau dilihat-lihat, berbagai pendapat di atas datang dari para penerima gaji ya? Bagaimana dengan para pemberi gaji, alias para bos, pengusaha, dan pihak perusahaan–dalam hal ini diwakili oleh HRD? Apakah menurut mereka, seharusnya gaji dirahasiakan ataukah angka-angka itu layak diperbincangkan secara terbuka?
Sebenarnya ada banyak hal yang memengaruhi besaran gaji ini, sehingga gaji seharusnya tak hanya dilihat sebagai deretan angka semata yang tertulis di atas kertas, yang kemudian bisa disebutkan angkanya di media sosial.
Dalam besaran gaji, ada penghargaan dari perusahaan terhadap pekerjanya. Dalam angka gaji, ada keringat dan pembelajaran terus menerus dari seorang karyawan. Ingat, bahwa dalam komponen gaji sendiri ada banyak elemen yang memengaruhi juga, sehingga bisa saja satu karyawan dengan lainnya berbeda angka gaji, padahal posisinya sama. Beban divisi dan individual saja bisa berbeda.
Apakah adil jika karyawan yang punya tanggung jawab lebih besar, mampu menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien, dibayar dengan angka yang sama dengan karyawan lain yang kurang perform meski posisinya sama? Rasanya tidak.
Namun, biasanya perusahaan memang punya kebijakan sendiri-sendiri. Seperti halnya kepribadian karyawan juga bisa berbeda-beda. Ada yang terbuka, ada yang lebih suka menjaga privacy demi etika.
Tetapi, lain pihak, informasi angka gaji ini juga penting didapatkan oleh karyawan, untuk mengetahui apakah mereka ini sudah diberi imbalan yang sesuai dengan keluaran kerja yang mereka hasilkan.
Jadi, gimana dong?
Setidaknya ada 3 hal yang menjadi pertimbangan, apakah perlu gaji dirahasiakan atau tidak, terlepas dari kebijakan perusahaan dan pendapat masing-masing individu karyawannya.
Perlukah Gaji Dirahasiakan? 3 Pertimbangan:
![Gaji Dirahasiakan atau Tidak? Berikut 3 Pertimbangannya! Gaji Dirahasiakan atau Tidak? Berikut 3 Pertimbangannya!](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2019/06/gaji-dirahasiakan.jpg)
1. Motivasi atau demotivasi?
Sebagian orang berpendapat, bahwa nggak perlulah gaji dirahasiakan. Dengan berbagi angka gaji, kita jadi tahu, apakah kita sudah dibayar sesuai dengan porsinya. Dan, dengan mengetahui gaji sesama karyawan lainnya–terutama yang berkaitan dengan insentif–motivasi untuk bekerja lebih keras akan timbul. Harapannya, kalau karyawan yang kurang perform tahu bahwa ada karyawan lain yang digaji lebih besar karena bisa memberikan kontribusi lebih banyak, maka ia akan termotivasi untuk bisa lebih baik lagi.
Masalahnya, siapa yang bisa menjamin karyawan tersebut bisa termotivasi dengan baik lalu bisa meningkatkan kinerjanya? Menurut seorang HRD staf yang sempat diinterview, bisa saja yang terjadi adalah sebaliknya. Si karyawan malah terdemotivasi, hingga malah timbul perasaan negatif terhadap perusahaan. Yang lebih parah lagi, malah jadi krisis kepercayaan diri pada karyawan sehingga ada berbagai dampak kurang baik untuk perkembangan ke depannya.
Pastinya, hal ini harus dicegah kan? Nah, salah satu pencegahannya adalah memilah informasi apa yang sebaiknya di-share dengan karyawan secara terbuka, dan mana yang sebaiknya dibicarakan dalam kalangan terbatas. Kalau soal gaji, ada yang menyarankan, kalau fixed pay lebih baik tetap menjadi privacy masing-masing, namun variable pay bisa dibicarakan dengan lebih terbuka di antara karyawan.
2. Apakah menimbulkan ketidaknyamanan?
Salah satu hal lagi yang bisa menjadi bahan pertimbangan, apakah perlu gaji dirahasiakan antar karyawan, atau bahkan antarteman (termasuk disebar di media sosial) adalah apakah akan menimbulkan ketidaknyamanan atau tidak.
Satu contoh saja. Dalam satu perusahaan, satu divisi, bisa saja (dan boleh saja) perusahaan memperkerjakan dua karyawan atau lebih, dengan gaji yang berbeda. Apa yang membuat berbeda? Banyak hal, misalnya saja senioritas ataupun performa kerja, belum lagi kalau ada kebijakan-kebijakan lain dari perusahaan yang tergantung pada kondisi dan situasi perusahaan itu sendiri.
Jika kemudian perusahaan memutuskan agar besaran gaji dirahasiakan, maka bisa jadi maksudnya supaya tidak terjadi perselisihan ataupun persaingan tidak sehat antar karyawan. Sudah pasti, perusahaan mana pun ingin agar karyawannya bisa bekerja sama dan bersinergi demi mencapai tujuan bersama bukan?
Begitu juga kalau di pihak para karyawan sendiri. Memang adalah hak masing-masing untuk tetap pengin gaji dirahasiakan, atau dengan senang hati membaginya dengan orang lain. Yang pasti harus dipertimbangkan adalah apakah akan menimbulkan ketidaknyamanan di depan, baik bagi orang lain maupun bagi diri sendiri?
3. Tujuan informasi
Ada kalanya karyawan memang butuh informasi angka gaji orang lain. Untuk apa? Misalnya untuk negosiasi gaji dengan atasan. Dengan data angka gaji yang real dan list tanggung jawab yang jelas, pastinya karyawan akan bisa berargumen lebih baik mengapa seharusnya ia naik gaji.
Kalau tujuan informasinya untuk riset seperti ini, pastinya sah-sah saja jika karyawan yang bersangkutan bertanya angka gaji pada karyawan lain ataupun pada teman yang posisi dan tanggung jawabnya sama dan bekerja di perusahaan lain. Tapi bukan berarti angka gaji disebutkan secara terbuka juga, melainkan melalui obrolan pribadi. Lewat jalur pribadi WhatsApp, misalnya.
Jadi, apa nih yang bisa kita simpulkan?
Well, gaji dirahasiakan atau tidak, itu kembali ke pribadi masing-masing sih. Namun, sebaiknya pertimbangkan dengan saksama, karena topik gaji ini memang sensitif–setidaknya di Indonesia. Dengan mempertimbangkan 3 hal di atas, pastinya kita semua bisa memutuskan dengan bijak, apakah sebaiknya gaji dirahasiakan atau tidak.
Bagi pihak perusahaan dan pemberi gaji, sebaiknya juga tetap bijak menentukan sikap. Akan lebih bagus jika karyawan diberikan edukasi yang baik mengenai pengelolaan keuangan yang baik, agar bisa mengalokasikan gaji masing-masing dengan bijak pula. Jika karyawan bisa mengelola gaji dengan baik, mereka tidak akan merasa gaji kurang, sehingga kecenderungan untuk membanding-bandingkan gaji satu sama lain pun akan bisa dikurangi.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Hal Penting tentang Kompensasi Karyawan yang Harus Diketahui Semua Orang
Sudah banyak hal sudah kita bahas; gaji, berbagai benefit yang diberikan oleh kantor, THR alias tunjangan hari raya, hingga company trip. Yups, kita sudah banyak membahas mengenai kompensasi karyawan.
So, dalam artikel ini kita akan bahas kompensasi karyawan secara keseluruhan, mulai dari pengertian hingga faktor-faktor yang memengaruhi pemberian kompensasi ini. Shall we?
Pengertian Kompensasi Karyawan
Kompensasi karyawan secara singkat bisa didefinisikan sebagai segala bentuk imbalan atas hasil kerja yang sudah diberikan oleh karyawan kepada perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pastinya tujuan diberikannya kompensasi karyawan ini adalah sebagai penghasilan dari karyawan sebagai individu yang berhak atas penghidupan yang layak, dan sebagai ikatan kerja sama antara perusahaan dan karyawan. Pemberian kompensasi ini juga merupakan pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap karyawan, seperti yang sudah diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan yang disahkan oleh pemerintah.
Tujuan lainnya dari kompensasi karyawan antara lain:
- Memberikan motivasi lebih pada karyawan untuk memberikan hasil yang terbaik.
- Mencegah karyawan meninggalkan pekerjaannya.
- Memperbaiki dan meningkatkan disiplin kerja karyawan
- Bisa menjadi standar kualitas dan prestasi kerja
Jadi, segala macam–baik yang kasatmata ataupun tidak kasatmata–bentuk imbalan buat kita yang sudah bekerja di kantor itu bisa disebut sebagai kompensasi karyawan.
Lo, kok ada kasatmata tak kasatmatanya? Iya, bener kok itu. Mari kita lihat ke beberapa bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan.
Beberapa Bentuk Kompensasi Karyawan yang Diberikan oleh Perusahaan
Ada beberapa bentuk kompensasi karyawan yang diterimakan. Apa saja? Mari kita lihat.
1. Kompensasi langsung
Kompensasi karyawan ini adalah bentuk kompensasiyang langsung bisa dirasakan oleh karyawan. Biasanya juga disebut dengan kompensasi finansial, lantaran kompensasi ini diberikan dalam bentuk uang.
Kompensasi langsung ini berupa:
- Upah yang dibayarkan secara harian, ataupun gaji yang dibayarkan per bulan.
- Tunjangan-tunjangan, yang diberikan rutin–baik yang dihitung per kehadiran maupun yang tidak. Seperti tunjangan jabatan, tunjangan makan, transportasi, dan lain sebagainya.
- Reward dan bonus, yang diberikan tidak setiap bulan. Seperti Tunjangan Hari Raya, bonus tahunan, dan lain sebagainya.
- Insentif, yang diberikan pada karyawan khusus karena sudah memenuhi standar target kerja tertentu. Misalnya komisi untuk para sales yang mampu meraih angka deals tertentu.
- Fasilitas yang disediakan untuk memperlancar kerja karyawan
2. Kompensasi tidak langsung
Kompensasi karyawan tidak langsung merupakan kompensasi atau imbalan yang secara tidak langsung dirasakan oleh karyawan, meliputi benefit atau manfaat, dan pelayanan atau service.
Kompensasi tidak langsung ini bisa saja dalam bentuk finansial maupun kompensasi nonfinansial.
Kompensasi karyawan tidak langsung dalam bentuk finansial merupakan kompensasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup karyawan. Misalnya pemberian asuransi kesehatan yang akan memberikan perlindungan pada para karyawan dan juga anggota keluarganya, penyertaan karyawan di program dana pensiun, tunjangan perumahan, fasilitas peminjaman dana dengan bunga rendah, dan lain sebagainya.
Ada pula kompensasi karyawan tidak langsung yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi karyawan, misalnya seperti tunjangan pendidikan untuk meraih gelar lebih tinggi, pemberian training-training yang sesuai dengan kebutuhan karyawan, dan lain sebagainya.
Sedangkan, kompensasi karyawan tidak langsung nonfinansial bisa diberikan dalam bentuk liburan bareng, pemberian hak cuti–termasuk hak cuti hamil bagi karyawan wanita–pemakaian kendaraan kantor dalam car ownership program, ataupun pemenuhan fasilitas kantor terbaik agar karyawan semakin nyaman dalam bekerja.
Kriteria Pemberian dan Faktor yang Memengaruhi Kompensasi Karyawan
Kompensasi untuk karyawan ini memang merupakan kewajiban perusahaan dan menjadi hak bagi para karyawan. Namun, pemberian dan besarannya tentu ada aturannya.
Pemberian kompensasi karyawan ini seharusnya:
- Memadai, dalam arti harus memperhatikan tingkat taraf hidup normal yang berlaku saat itu, dan memenuhi aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
- Adil, dalam artian setiap karyawan berhak mendapatkan kompensasi tergantung jabatan, beban kerja dan tanggung jawab masing-masing.
- Efektif, dalam arti tidak berlebihan, seimbang dengan kinerja dan gaji/upah yang berlaku.
- Aman, dalam artian, kompensasi karyawan ini diberikan untuk membangkitkan rasa aman dan nyaman karyawan dalam bekerja sehari-harinya.
Lalu, faktor apa saja yang biasanya memengaruhi besaran kompensasi karyawan yang diberikan oleh perusahaan ini? Ada beberapa, mari kita lihat.
- Kemampuan untuk membayar. Ini menjadi faktor utama pastinya. Perusahaan pasti tidak akan membayar kompensasi melebihi kemampuan.
- Produktivitas dan kinerja karyawan, tentunya yang produktivitasnya lebih tinggi akan mendapatkan kompensasi yang lebih banyak ketimbang yang lainnya.
- Posisi, jabatan, dan beban kerja, semakin tinggi jabatan, semakin banyak beban kerja maka kompensasi yang diterima juga semakin besar.
- Peraturan pemerintah, yang berupa penetapan UMR dalam suatu wilayah.
Nah, sudah tahu serba-serbi kompensasi karyawan–mulai dari pengertian, jenis dan bentuknya, serta faktor-faktor yang memengaruhi pemberian dan besarannya–sekarang saatnya kita untuk tahu bagaimana cara terbaik untuk mengolah semua bentuk kompensasi itu, sehingga kita bisa memanfaatkannya untuk menaikkan kualitas hidup kita.
Untuk membantu karyawan Anda agar dapat mengoptimalkan kompensasi dan benefit yang didapat dari perusahaan, Anda dapat mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Masalah Keuangan yang Umum Dihadapi oleh Karyawan
Namanya manusia, tak pernah luput dari permasalahan hidup. Dan, sepertinya masalah hidup yang paling rumit–yang paling banyak bikin stres–adalah kalau kita punya masalah keuangan. Ironisnya, ini kadang justru membelit dan terjadi pada kita yang punya penghasilan tetap dan cukup, seperti para karyawan.
Kalau dilogika, para pekerja atau karyawan seharusnya tak perlu punya masalah keuangan. Berbeda dengan mereka yang tak punya pekerjaan tetap, yang memang harus ekstra mengatur keuangan agar bisa survive sampai saatnya dapat uang lagi tiba.
Logikanya, seorang karyawan yang mendapatkan gaji teratur, dengan besaran yang juga teratur, akan lebih mudah mengelola keuangannya, seandainya ia sedikit saja punya pengetahuan literasi keuangan.
Tapi kenyataannya, data menunjukkan bahwa 1 dari 5 karyawan terlilit masalah keuangan hingga ketidakhadiran meningkat dan produktivitas kerja menurun. Ini angka prevalensi yang sangat memprihatinkan. Memang angka ini adalah angka hasil penelitian Virginia Tech Study di Amerika, tapi bukan tak mungkin terjadi juga di Indonesia.
Apa saja sih masalah keuangan yang sering terjadi pada karyawan hingga bisa memengaruhi kinerja mereka di kantor? Mari kita lihat.
5 Jenis Masalah Keuangan yang Sering Terjadi pada Karyawan Hingga Memengaruhi Kinerja di Kantor
1. Gaji yang tak pernah cukup
Rasa-rasanya gaji berapa saja yang diterima tak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, boro-boro buat liburan atau gadget baru. Terima gaji di tanggal 1, langsung habis di tanggal 4 setelah membayar semua tagihan dan cicilan, juga untuk memenuhi undangan ngopi cantik dan ganteng di kafe bareng teman-teman atau untuk beli sepatu dan tas.
Masalah keuangan yang satu ini bisa saja terjadi pada karyawan mana pun–dari mulai level OB sampai manajer. Bahkan faktanya, saat gaji sudah naik pun, lifestyle juga meningkat sehingga akhirnya ini seperti lingkaran yang tak ada habisnya. Mbulet.
2. Utang
Memang kadang utang itu perlu, apalagi jika kita pengin punya sesuatu yang bisa menolong hidup kita tapi bernilai tinggi, di luar jangkauan. Rumah, misalnya.
Namun, karena kurangnya pengetahuan akan literasi keuangan, utang akhirnya membelit hidup karyawan dan menjadi masalah keuangan yang kalau didiamkan saja bisa membuat karier hancur.
Survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin memberikan fakta, bahwa dari seluruh karyawan yang mempunyai masalah keuangan pribadi, 66%-nya ternyata dalam bentuk utang–baik itu utang produktif maupun utang konsumtif.
Oke, kalau utang produktif sih mungkin masih tak menjadi masalah, apalagi jika memang kondisi keuangan pada dasarnya sehat dan sudah diperhitungkan pula sejak perencanaan. Tapi, utang konsumtif ini yang biasanya membuat para karyawan mati kutu–mulai dari utang KTA, kartu kredit, hingga utang pembelian kendaraan.
3. Dana pensiun
Dana pensiun juga menjadi salah satu masalah keuangan yang umum terjadi pada karyawan, lantaran pada umumnya banyak karyawan yang tidak siap untuk pensiun–atau setidaknya, tidak siap untuk pensiun sejak dini.
Padahal kebutuhan dana pensiun ini sangatlah besar, apalagi jika kita menginginkan masa pensiun yang sejahtera. Yah, paling tidak nggak terlalu kontras deh dengan lifestyle yang kita jalani saat masih bekerja.
Menurut para ahli keuangan, untuk bisa menikmati masa pensiun yang sejahtera ini, kita setidaknya harus punya dana sebesar 70 – 80% dari penghasilan kita selama bekerja setiap bulannya. Jadi, kalau terbiasa hidup dengan penghasilan Rp10 juta per bulan, misalnya, maka agar bisa pensiun sejahtera kita harus mempunyai dana sebesar Rp7 juta per bulan selama masa pensiun.
Padahal kalau sudah pensiun, kita mungkin tidak akan punya penghasilan tetap. Mampukah kita membiayai hidup kita nanti?
4. Jaminan kesehatan dan proteksi lainnya
Banyak karyawan yang hanya mengandalkan asuransi dari BPJS Kesehatan untuk menjamin kesehatan mereka dan juga keluarga. Ini nggak salah sih, malah memang inilah yang disarankan.
Namun, akan lebih baik jika para karyawan juga punya asuransi yang dibeli sendiri dari swasta. BPJS Kesehatan memang sudah lengkap cakupan asuransinya, akan tetapi ada beberapa aspek dari asuransi kesehatan dari swasta yang juga menguntungkan. Salah satunya adalah soal antrean dan birokrasi yang panjang.
Tapi, asuransi kesehatan swasta kan mahal? Nah, itulah masalahnya. Jika karyawan punya pengetahuan literasi keuangan yang baik, tentu hal ini tidak akan menjadi masalah. Dengan pengelolaan cash flow yang baik, karyawan pasti akan bisa mengalokasikan sedikit dari gajinya untuk membayar premi asuransi kesehatan swasta.
Proteksi lain yang sering belum dipunyai oleh karyawan adalah asuransi jiwa. Padahal ini juga penting banget, apalagi jika si karyawan merupakan tulang punggung keluarga.
5. Ketagihan akan sesuatu
Nah, masalah keuangan yang kelima ini ada kaitannya dengan poin pertama di atas, yaitu tentang kebutuhan lifestyle.
Semakin ke sini, orang memang sadar akan kebutuhan untuk hidup bahagia. Banyak di antara kita yang punya hobi atau kegemaran tertentu, yang kita lakukan karena kita memang suka melakukannya. Tak jarang, hobi atau kegemaran ini juga menyedot sebagian besar uang gaji yang dihasilkan dari bekerja bertahun-tahun.
Solusi untuk kelima jenis masalah keuangan para karyawan di atas sebenarnya cukup sederhana, yaitu pengetahuan mengenai literasi keuangan yang lebih menyeluruh. Mulai dari mengerti dan bisa merencanakan tujuan keuangan sendiri, bisa membuat anggaran dan disiplin melakukannya.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan bagi karyawan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
3 Strategi Sehat Finansial
Selama ini, citra yang terbentuk jika bekerja di bank adalah berpendapatan besar. Anggapan tersebut menimbulkan asumsi bahwa dengan besarnya pendapatan maka pengelolaan keuangan pribadi akan menjadi lebih mudah sehingga sehat finansial terwujud. Tetapi pada kenyataannya, profesional muda mengalami kesulitan mengelola keuangan pribadi yang disebabkan oleh gaya hidup konsumtif.
Happy International Mother’s Day!
Ibu merupakan perempuan terpenting di dalam kehidupan kita. Karena sosok ibu merupakan segalanya bagi kita, kamu pasti mengalami kesulitan untuk menemukan hadiah yang berkesan bagi ibu di International Mother’s Day yang jatuh setiap tanggal 8 Mei. Ada beberapa siasat finansial untuk memberikan hadiah bagi ibu di hari khusus ini,
Ini Dia 10 Pekerjaan Bergaji Besar dengan Tingkat Stres Paling Kecil
Mau punya pekerjaan bergaji besar tanpa stres? Nggak perlu jawab, “Emang kerja di perusahaan bokap lo?”, karena ternyata memang ada beberapa pekerjaan bergaji besar dengan tingkat stres yang kecil. Mupeng nggak tuh?
Sebulan yang lalu–di awal Maret 2019–situs Business Insider merilis artikel yang berisi daftar 33 jenis pekerjaan bergaji besar dengan tingkat stres yang minim.
Daftar ke-33 jenis pekerjaan ini didapatkan dari data Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat yang dikumpulkan oleh ONet Online, biro ketenagakerjaan resmi yang berada di bawah Departemen Ketenagakerjaan langsung.
Dalam data tersebut dikemukakan, bahwa pekerjaan-pekerjaan yang masuk ke dalam daftar ini rata-rata menawarkan gaji sebesar USD75,000 per tahun. Ini artinya kalau dirupiahkan menjadi sekitar Rp787 M per tahun, yang berarti gaji tersebut diterimakan sekitar Rp65 juta/bulan.
Untuk tingkat stresnya sendiri, ONet mempunyai standar angka di rentang 0 (tingkat stres paling rendah) hingga 100 (tingkat stres paling tinggi). However, kalau dilihat-lihat di daftarnya sih nggak ada juga yang punya skor tingkat stres 0. Paling rendah adalah 53.
Yah, meski datanya merupakan gambaran data tenaga kerja di Amerika Serikat, tapi sepertinya ini menarik banget untuk dibahas. Karena ya, they’re such dream jobs–pekerjaan bergaji besar, tingkat stresnya kecil pula. Siapa sih yang nggak mau punya pekerjaan semacam ini? Iya nggak?
Tapi, kita nggak akan bahas ke-33 pekerjaan bergaji besar tersebut semuanya sih. Mari kita tengok yang berada di 10 besar saja. Shall we?
10 Pekerjaan Bergaji Besar dengan Tingkat Stres yang Paling Kecil
1. Materials scientists
Tingkat stres: 53
Gaji yang diterima per tahun: USD 101,910
Materials scientis mengerjakan berbagai penelitian terkait struktur dan sifat kimia berbagai bahan alami dan sintetis atau komposit.
2. Mathematicians
Tingkat stres: 57
Gaji yang diterima per tahun: USD 104,700
Mathematicians bertugas melakukan penelitian dalam matematika dasar atau dalam penerapan teknik matematika untuk sains, manajemen, dan bidang lainnya.
3. Ekonom (economists)
Tingkat stres: 59
Gaji yang diterima per tahun: USD 112,650
Ekonom melakukan penelitian, menyiapkan laporan, atau merumuskan rencana untuk mengatasi masalah ekonomi terkait dengan produksi dan distribusi barang dan jasa atau kebijakan moneter dan fiskal.
4. Statisticians
Tingkat stres: 59
Gaji yang diterima per tahun: USD 88,980
Tugasnya mengembangkan atau menerapkan teori dan metode matematika atau statistik untuk mengumpulkan, mengatur, menafsirkan, dan merangkum data numerik untuk memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pihak lain yang membutuhkan.
5. Geografer
Tingkat stres: 59
Gaji yang diterima per tahun: USD 76,750
Geografer bertugas mempelajari sifat dan penggunaan area permukaan bumi, yang menghubungkan dan menafsirkan berbagai interaksi fenomena fisik dan budaya yang terjadi.
6. Fisikawan
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 123,080
Fisikawan melakukan penelitian terhadap fenomena fisik, mengembangkan teori berdasarkan pengamatan dan eksperimen, serta menyusun metode untuk menerapkan hukum dan teori fisik.
7. Chemical engineers (teknisi kimia)
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 112,430
Teknisi kimia bertugas mendesain peralatan-peralatan yang akan digunakan di pabrik kimia, serta merancang desain proses produksti untuk membuat bahan dalam industri kimia dan produk.
8. Political scientists
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 112,030
Para ilmuwan di bidang politik ini akan mempelajari asal, pengembangan, dan pengoperasian sistem politik untuk digunakan oleh para praktisi politik di negara tertentu.
9. Software Application Developers (Pengembang Aplikasi Software)
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 106,710
Pengembang aplikasi software akan mengembangkan, membuat, dan memodifikasi perangkat lunak aplikasi komputer umum atau program utilitas khusus.
10. Materials engineers
Tingkat stres: 61
Gaji yang diterima per tahun: USD 98,610
Materials engineers mengevaluasi bahan serta mengembangkan mesin dan proses untuk memproduksi bahan untuk digunakan dalam produk dengan harus memenuhi spesifikasi desain dan kinerja khusus.
Setelah materials engineers, masih ada analisis operasi penelitian (research operation analysts), para dosen pascasarjana, para ilmuwan astronomi, hidrolog, dokter gigi, teknisi hardware komputer, para ilmuwan biologi dan kimia, hingga art directors.
Hmmm, kalau dilihat-lihat, banyak pekerjaan bergaji besar ini yang area kerjanya di seputar ilmu-ilmu murni, penelitian, akademisi, dan angka-angka ya? Mungkinkah karena tidak terlalu banyak berhubungan langsung dengan manusia sebagai objek langsung? Ya, bisa jadi juga, karena angka-angka itu nggak pernah bohong dan nggak akan mungkin komplen kan?
Untuk Indonesia sendiri, pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan bergaji besar di antaranya adalah ahli teknik perminyakan, dokter spesialis, ahli konstruksi, ahli teknik informatika dan informasi, pengacara, hingga marketing. Data ini pernah dirilis oleh Kelly Services, sebuah perusahaan jasa lowongan kerja paling populer di Indonesia. Tapi tidak disebutkan apakah pekerjaan bergaji besar tersebut mempunyai tingkat stres yang kecil, seperti halnya data dari ONet di atas.
Jadi, bagaimana denganmu? Apakah pekerjaanmu saat ini termasuk dalam daftar di atas? Senangnya kalau punya pekerjaan bergaji besar! Tinggal masalahnya adalah bisakah kita mengelola gaji besar kita itu dengan benar, sehingga tujuan keuangan kita tercapai?
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan edukasi keuangan di perusahaan tempat kamu bekerja. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.
Karyawan Mengajukan Naik Gaji, Pihak Perusahaan Sebaiknya Pertimbangkan 5 Hal Ini
Sesuai dengan Undang-Undang no. 13 tahun 2003, perusahaan wajib memberikan gaji pada karyawan sesuai dengan UMR setempat, jabatan, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. Kebijakannya tentu berbeda, namun mempunyai dasar hukum yang sama. Salah satu hal terkait mengenai gaji dan upah karyawan ini yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan adalah kapan saatnya karyawan naik gaji.
Memang tak mudah untuk memutuskannya. Hal ini terkait banyak sekali faktor, di antaranya laba bisnis perusahaan, dan juga peluangnya di masa depan.
Bagaimanapun, adalah hak karyawan untuk meminta naik gaji. Tapi, tentunya, tidak serta merta diluluskan, bukan? Berikut ada beberapa hal yang penting untuk dipertimbangkan, jika dalam sebuah perusahaan, ada karyawan yang mengajukan proposal untuk naik gaji.
5 Hal Penting yang Menjadi Bahan Pertimbangan Jika Sekarang Sudah Waktunya Karyawan Naik Gaji
1. Kompetensi
Kompetensi karyawan biasanya menjadi bahan pertimbangan pertama jika ingin naik gaji. Tentunya, jika kompetensi dinilai kurang, kenaikan gaji dapat ditunda. Tapi jika memang kompetensi karyawan baik, didukung pula dengan etos kerja yang prima, maka tak ada alasan untuk tidak memberikan kenaikan gaji.
Kompetensi ini bisa diukur dengan target kerja yang bisa dicapai oleh karyawan yang bersangkutan selama kurun waktu tertentu, yang dievaluasi secara menyeluruh dengan sistem assessment. Perusahaan juga bisa mewawancarai rekan-rekan kerja, atasan, maupun bawahan mengenai track record masing-masing, untuk menjadi bahan pertimbangan. Tanyakan hal-hal seperti bagaimana sikap seorang karyawan, cara kerja, dan hasil kerja yang memengaruhi bagian yang lain, apakah memuaskan atau tidak, dan lain sebagainya.
Karyawan yang mempunyai kompetensi yang baik tentu berhak untuk naik gaji dibandingkan mereka yang biasa-biasa saja.
2. Standar gaji atau UMR
Sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan Pasal 90 ayat 1, UMR–atau Upah Minimum Regional–ditetapkan berdasarkan tingkat kelayakan hidup orang di suatu daerah, juga memperhitungkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Maka jika ingin memberikan kenaikan gaji, perusahaan selayaknya juga memperhatikan tingkat kenaikan UMR, agar kenaikannya jangan sampai lebih rendah daripada kenaikan UMR. Jadi, misalnya, tahun ini UMR daerah tertentu naik 20%, maka kenaikan gaji karyawan juga tak boleh kurang dari 20%.
Selain UMR, perusahaan juga harus memperhatikan gaji rata-rata yang diberikan oleh perusahaan lain dalam posisi yang kurang lebih sama. Jika di beberapa perusahaan lain, gaji rata-ratanya ternyata lebih tinggi ketimbang yang diberikan saat ini, maka ada baiknya mengabulkan permohonan naik gaji karyawan.
3. Inflasi
Setiap tahun, terjadi inflasi di Indonesia rata-rata sebesar 6%. Selain itu, juga ada angka pertumbuhan ekonomi yang rata-rata terjadi pada angka 5%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa seharusnya para karyawan bisa naik gaji setidaknya sebesar 11% setiap tahunnya, mengikuti inflasi dan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Nah, yang perlu diingat, bahwa besarnya kenaikan gaji akibat inflasi dan pertumbuhan ekonomi ini seharusnya berlaku di semua level posisi di perusahaan mana pun.
4. Masa kerja
Masa kerja juga menjadi bahan pertimbangan dalam perhitungan kenaikan gaji karyawan. Pastinya, mereka yang belum lama bekerja (apalagi jika masih dalam masa percobaan) akan naik gaji tapi tidak sebesar mereka yang sudah loyal dan lama bekerja di perusahaan tersebut.
Bisa juga terjadi, seorang karyawan naik gaji setelah ia ditawari untuk bekerja di perusahaan lain, padahal ia masih menduduki posisi karyawan tertentu di perusahaan yang lama. Jika ini yang terjadi, maka proses menaikkan gaji ini disebut sebagai proses retensi. Dalam hal ini, perusahaan tak hanya bisa menawarkan untuk naik gaji, tetapi juga bisa promosi jabatan. Keputusannya pastinya tergantung kebijakan perusahaan ya.
5. Pertimbangkan alternatif bonus
Ada kemungkinan, setelah dipertimbangkan masak-masak ternyata seorang karyawan tidak memenuhi persyaratan untuk bisa naik gaji. Lalu bagaimana? Berarti gagal dong, naik gaji?
Kalau kasusnya begini, perusahaan bisa memberikan alternatif berupa bonus. Ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan untuk bisa menentukan besaran bonus yang diberikan, yang juga sudah dibahas di sini.
Nah, demikian beberapa hal yang penting untuk menjadi bahan pertimbangan untuk perhitungan naik gaji bagi karyawan. Memang cukup kompleks ya? Tapi tentunya hal ini untuk kebaikan perusahaan, dan juga karyawan-karyawannya. Karena karyawan yang sejahtera menandakan perusahaan yang sehat.
Setelah kenaikan gaji diterimakan, maka tugas selanjutnya adalah mengajak para karyawan untuk mengelola keuangannya dengan benar, agar tak terjebak pada mindset “gaji naik, lifestyle naik”.
Yuk, berikan program edukasi keuangan bagi karyawan di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.
5 Komponen Gaji Karyawan yang Wajib Dicermati dan Diketahui
Setiap karyawan berhak menerima gaji. Gaji karyawan ini bisa saja berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung di mana ia bekerja, di bagian apa ia bekerja, lamanya bekerja, dan lain sebagainya. Banyak hal memang yang memengaruhi dasar perhitungan gaji karyawan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003,
Namun, yang pasti ada 5 komponen gaji karyawan yang biasanya tercakup setiap bulannya, yang wajib dicermati baik oleh perusahaan maupun oleh karyawan itu sendiri. Apa saja? Kita lihat yuk.
5 Komponen Gaji Karyawan yang Wajib Dicermati
1. Gaji pokok
Gaji pokok merupakan upah dasar yang diterima oleh karyawan, yang besarannya tidak boleh kurang dari 75% dari total gaji karyawan yang diterimakan. Hal ini juga diatur dalam undang-undang lo.
Gaji pokok ini biasanya ditentukan dengan mengacu pada UMR–atau upah minimum regional–dan disesuaikan pula dengan jabatan, wewenang, tanggung jawab serta jabatan karyawan tersebut. Selain itu, juga ada pertimbangan terkait kompetensi karyawan, yang bisa memengaruhi besaran gaji yang akan diterimanya.
2. Tunjangan Tetap
Tunjangan adalah tunjangan atau benefit yang diberikan pada karyawan bersama gaji yang besarannya tidak berubah, dan diberikan secara terus menerus selama karyawan tersebut bekerja di perusahaan yang sama.
Salah satu bentuk tunjangan tetap ini adalah tunjangan jabatan, yaitu tunjangan yang diberikan pada karyawan yang memangku jabatan tertentu dalam perusahaan. Besaran tunjangan jabatan akan tidak berubah, selama karyawan tersebut duduk di posisi yang sama. Jika ia dipromosikan ataupun harus mengalami demosi, maka tunjangan jabatan bisa bertambah, berkurang, atau bahkan hilang.
Selain itu, ada juga beberapa tunjangan yang sebenarnya tidak tetap, tapi menjadi tunjangan tetap jika diberikan secara kontinyu, tanpa memperhatikan–misalnya–kehadiran karyawan. Tunjangan transportasi misalnya. Jika tunjangan transportasi diberikan berdasarkan kehadiran karyawan, maka tunjangan tersebut adalah tunjangan tidak tetap. Tetapi jika diberikan dalam jumlah yang sama setiap bulan, tanpa memperhatikan jumlah kehadiran karyawan, maka tunjangan ini masuk ke dalam tunjangan tetap.
3. Tunjangan Tidak Tetap
Berkebalikan dengan tunjangan tetap, tunjangan tidak tetap yang juga menjadi salah satu komponen gaji karyawan ini adalah tunjangan yang diberikan pada karyawan dengan memperhitungkan elemen-elemen tertentu sehingga besarannya bisa berubah setiap bulannya. Misalnya tergantung pada kehadiran karyawan, banyaknya laba yang bisa didapatkan oleh perusahaan, dan lain sebagainya.
Yang termasuk dalam tunjangan tidak tetap misalnya tunjangan transportasi dan tunjangan makan, yang dihitung berdasarkan presensi atau kehadiran karyawan di tempat kerja.
4. Uang Lembur
Selain adanya tambahan tunjangan tetap dan tidak tetap, ada uang lembur yang juga merupakan faktor penambah pada gaji karyawan.
Uang lembur adalah upah tambahan yang diberikan sebagai imbalan kerja yang dilakukan di luar jam kerja resmi. Uang lembur ini bisa diberikan setiap kali usai lembur, atau bisa juga ditambahkan ke dalam gaji karyawan yang diterima setiap bulan. Jumlah uang lembur yang diterima juga bisa berbeda-beda, tergantung jam lembur dan besaran yang disepakati.
5. Potongan
Selain beberapa faktor penambah, yang terdiri atas tunjangan-tunjangan dan uang lembur seperti yang dijelaskan di atas, ada pula faktor pengurang pada gaji karyawan.
Faktor pengurang ini biasanya adalah potongan pajak penghasilan atau PPh, iuran BPJS–baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Jaminan Hari Tua atau Jaminan Pensiun–, juga jika karyawan mempunyai cicilan utang pada perusahaan, misalnya cicilan KPR, utang kepemilikan kendaraan, hingga kasbon.
Selain yang sudah disebutkan di atas, kadang ada pula potongan gaji karyawan yang menjadi sanksi disiplin, lantaran karyawan yang bersangkutan melanggar peraturan perusahaan. Tentu besarannya tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan, dan juga ditentukan oleh besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan.
Selain kelima komponen di atas, ada pula bonus yang bisa menjadi faktor penambah gaji karyawan yang diterimakan. Misalnya seperti Tunjangan Hari Raya–atau THR, bonus insentif, bonus tahunan, hingga share profit. Kesemuanya besarannya berbeda-beda, tergantung kondisi dan kebijakan perusahaan masing-masing.
Nah, bagaimana? Sudah dicek slip gaji masing-masing? Apakah kelima (plus satu) komponen gaji karyawan di atas sudah termasuk di dalamnya?
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Beberapa Fakta Mengenai Kesenjangan Upah Karyawan Berdasarkan Gender yang Harus Diketahui
Kesenjangan atau ketidaksetaraan gender memang masih terjadi di mana-mana, sampai sekarang. Tak perlu jauh-jauh, ternyata kita juga bisa melihat ada juga masalah kesenjangan ini dalam sistem pemberian upah karyawan yang tak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga di seluruh dunia.
Kondisi Kesenjangan Upah Karyawan di Belahan Dunia Lain
Mari kita lihat kondisi kesenjangan upah karyawan yang terjadi di negara adidaya, Amerika Serikat. Ternyata, menurut survei terbaru, sejumlah besar pemilik bisnis pria tidak percaya bahwa perempuan layak mendapatkan upah yang sama dengan rekan-rekan mereka yang berjenis kelamin pria.
TSheets by Quickbook, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang employee scheduling and time tracking, melakukan survei terhadap 1.067 pemilik bisnis di seluruh Amerika untuk menentukan pandangan mereka tentang kesetaraan penerimaan upah.
Berdasarkan hasil survei yang dikumpulkan, hanya 60% saja dari seluruh pemilik bisnis laki-laki yang disurvei percaya, bahwa perempuan harus selalu menerima upah yang sama di tempat kerja, 24% lainnya mengatakan karyawan berjenis pria dan wanita tidak harus selalu menerima upah yang sama, sedangkan 16%-nya berkata bahwa mereka cenderung untuk skeptis terhadap permasalahan kesenjangan upah karyawan ini.
Sayangnya, itu tidak menjadi jauh lebih baik ketika para lady boss diikutsertakan dalam survei yang sama. Hanya 66% pemilik bisnis pada umumnya percaya perempuan harus selalu menerima upah yang sama di tempat kerja, sementara 20%-nya tidak percaya perempuan harus selalu menerima upah yang sama, dan 14% sisanya cenderung skeptis.
Bagaimana dengan Pihak Para Karyawan Sendiri?
Fakta lain ternyata juga berbicara, bahwa para karyawan sangat aware akan masalah perbedaan upah ini. Mereka tampaknya menyadari betul adanya praktik pembedaan upah karyawan yang diterima di tempat kerja.
Survei yang sama juga menyurvei 16.679 orang dewasa dan menemukan bahwa 43% karyawan pria dan 44% karyawan wanita telah menyadari bahwa mereka bekerja di suatu perusahaan yang mempraktikkan pembedaan upah karyawan berdasarkan gender.
Either merasa berlebih atau kekurangan, sebanyak 43% karyawan pria dan 47% karyawan wanita mengatakan bahwa mereka menerima perbedaan upah karena jenis kelamin mereka. Beberapa pemilik bahkan juga mengakui, bahwa faktor gender menjadi faktor penentu besaran upah yang mereka bayarkan kepada karyawan. Sekitar sepertiga dari semua pemilik bisnis itu mengaku dengan sengaja membayar gaji rendah berdasarkan gender.
Fakta yang lebih menyakitkan datang dari data survei yang berisi mengenai kondisi ibu bekerja. Menurut data dari National Women’s Law Center di Amerika, ibu yang bekerja berpenghasilan lebih rendah dari rata-rata karyawan perempuan dengan besar perbedaan diperkirakan sebanyak $18.000 per tahun.
Sebuah studi di Prancis 2017 juga menemukan fakta, bahwa ada kecenderungan pengurangan upah karyawan perempuan sebesar 3% untuk setiap anak yang dilahirkan dibandingkan dengan kolega mereka yang tidak memiliki anak.
Bagaimana dengan Kondisi Kesenjangan Upah Karyawan di Indonesia?
Kondisi kesenjangan upah karyawan perempuan di Indonesia juga tak terlalu berbeda.
Seperti yang sudah dilansir oleh situs tirto.id, dengan berdasar data dari Global Gender Gap Report, ada fakta bahwa tercatat dalam tahun 2017, estimasi penghasilan yang diperoleh pekerja laki-laki di Indonesia adalah sebesar $15.536, sedangkan perempuan hanya menerima total $7.632 saja dalam setahun.
Namun, yang perlu diperhatikan dalam hal ini, bahwa perbedaan upah karyawan yang diterima tersebut tak murni disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin begitu saja. Ada beberapa faktor lain yang ikut memengaruhi mengapa upah karyawan perempuan jauh lebih rendah daripada upah karyawan laki-laki.
Beberapa Penyebab Terjadinya Perbedaan Upah Karyawan Perempuan dan Laki-laki di Indonesia
1. Perempuan lebih banyak bekerja di industri berupah rendah
Fakta membuktikan bahwa industri-industri yang dipilih oleh perempuan adalah sektor industri yang memberikan upah karyawan rendah, dibandingkan misalnya laki-laki yang menguasai sektor teknologi yang bisa memberikan upah tinggi.
Data terbaru menyebutkan bahwa tenaga kerja laki-laki menguasai 13 sektor pekerjaan, sementara tenaga kerja perempuan mendominasi empat sektor lainnya. Tiga sektor yang paling dikuasai oleh para pekerja laki-laki adalah sektor konstruksi (97,8%), transportasi dan pergudangan (95,4%), dan pertambangan dan penggalian (91,7%).
Sedangkan pekerja perempuan paling banyak bekerja di sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (66,8%), jasa pendidikan (60,7%), penyediaan akomodasi dan makan minum (55,7%), dan jasa lainnya (53,6%).
2. Komitmen terhadap keluarga
World Values Survey and Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) juga mengungkapkan fakta, bahwa di wilayah-wilayah tertentu, ada kecenderungan budaya yang menganggap bahwa selayaknya perempuan selalu berada dekat dengan keluarga, sehingga hal ini juga ikut memengaruhi terbatasnya perempuan untuk mengembangkan potensi diri dan berefek juga pada pendapatannya.
Selain itu, perempuan juga cenderung untuk memilih bekerja paruh waktu alih-alih purnawaktu, karena komitmen untuk merawat keluarga ini, baik untuk merawat anak maupun merawat orang tuanya. Hal ini semakin memperkuat fakta, bahwa banyak di antara kita yang terjebak dalam fase sandwich generation.
Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menyikapi Fakta Perbedaan Upah Karyawan Ini?
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Tambah jenjang pendidikan. Umumnya tingkat pendidikan seseorang memang memengaruhi jumlah upah karyawan yang diterima. Jadi, untuk mendapatkan kenaikan upah, maka raihlah pendidikan tinggi. Sembari kerja, kita dapat kuliah lagi, untuk mendapatkan promosi jabatan sehingga juga akan mendapatkan upah yang lebih baik.
- Memilih sektor kerja dengan upah yang baik. Misalnya saja, jangan takut untuk terjun ke sektor-sektor yang didominasi oleh karyawan laki-laki, seperti teknologi atau konstruksi.
- Berani negosiasi gaji atau upah. Ketahui standar gaji pada posisi yang sama di beberapa perusahaan lain, dan bandingkan. Jika ada peluang, negokan gaji dengan pihak perusahaan, setidaknya harus sesuai dengan keterampilan dan pengalaman yang kita punya.
- Berani bekerja full time, dan kelola waktu dengan baik, agar bisa menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.
- Bekali diri dengan berbagai ilmu literasi keuangan, agar selain bekerja, para karyawan perempuan ini juga bisa berinvestasi, mengelola utang dan arus kas, serta memiliki proteksi.
Tentunya besar harapan kita agar ke depannya, kesenjangan upah karyawan–terlebih yang disebabkan oleh perbedaan gender–ini bisa teratasi dengan baik.
Yuk, undang tim QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.