Saham untuk Pemula: 7 Jenis yang Harus Kamu Ketahui
Memulai investasi saham untuk pemula sering terasa rumit. Pertama, saham dikatakan berisiko tinggi, sehingga enggak semua orang bisa toleran. Dua, ada banyak pilihan jenis saham yang tersedia, tetapi enggak semuanya cocok untuk langkah awal. Pemahaman dasar sangat penting agar investasi berjalan lancar dan terhindar dari risiko besar.
Jenis saham yang sesuai dapat membantu mencapai tujuan keuangan dengan lebih efektif. Apalagi kalau kamu adalah investor pemula.
Memilih saham yang tepat juga memberi peluang belajar memahami pola pasar. Mengenal berbagai jenis saham menjadi langkah awal yang bijak sebelum memulai perjalanan investasi.
Table of Contents
Jenis Saham untuk Pemula
Memahami jenis saham untuk pemula itu penting dilakukan sebelum kamu mulai berinvestasi. Pasalnya, setiap saham punya karakteristik dan keunggulan yang berbeda, sehingga penting untuk memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan.
So, berikut adalah beberapa jenis saham untuk pemula, yang bisa direkomendasikan untuk langkah awal yang lebih percaya diri.
1. Saham Blue Chip
Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan besar, mapan, dan memiliki reputasi baik di industrinya. Saham ini biasanya dimiliki oleh perusahaan dengan kinerja keuangan stabil, pendapatan konsisten, dan manajemen yang tepercaya.
Keunggulan utama saham untuk pemula jenis ini adalah tingkat risiko yang relatif rendah dibandingkan jenis saham lain, meskipun ya tetap relatif tinggi juga. Saham jenis ini juga sering memberikan dividen secara teratur, sehingga cocok bagi investor yang mencari return dari dividen.
Baca juga: Belajar Saham untuk Pemula: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
2. Saham Dividen
Saham dividen adalah jenis saham yang rutin memberikan bagian laba perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Biasanya, saham ini berasal dari perusahaan yang stabil, sudah mapan, dan memiliki arus kas yang baik.
Bedanya dengan saham blue chip apa? Ya, bisa jadi saham dividen adalah saham blue chip juga. Pengotak-kotakan saham ini memang enggak ada patennya.
Keunggulan utama saham dividen adalah potensi pendapatan pasif yang stabil, terlepas dari fluktuasi harga saham di pasar. Saham ini cocok untuk pemula karena cenderung memiliki risiko lebih rendah dibandingkan saham pertumbuhan, sambil tetap memberikan manfaat berupa penghasilan tambahan dari dividen.
3. Saham Pertumbuhan
Saham pertumbuhan adalah jenis saham untuk pemula, dari perusahaan yang diproyeksikan memiliki peningkatan pendapatan atau laba lebih cepat dibandingkan rata-rata industri. Perusahaan ini biasanya fokus pada ekspansi bisnis, inovasi, atau penetrasi pasar baru.
Keunggulan saham pertumbuhan terletak pada potensi kenaikan harga yang signifikan dalam jangka panjang. Namun, biasanya saham ini enggak ada dividen, karena laba perusahaan diinvestasikan kembali untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya.
Bagi pemula, saham pertumbuhan cocok jika memiliki toleransi risiko yang moderat dan tujuan investasi jangka panjang. Memulai dengan memahami tren pasar dan memilih perusahaan dengan fundamental kuat dapat membantu mengelola risiko sambil meningkatkan peluang keuntungan, sehingga investasi dapat dimulai dengan lebih percaya diri.
4. Saham Syariah
Saham syariah adalah jenis saham untuk pemula yang memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam, seperti tidak terlibat dalam bisnis yang dilarang, termasuk riba, perjudian, atau produksi barang haram. Saham ini dipantau oleh OJK untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan Islam.
Keunggulan saham syariah adalah transparan, karena perusahaan dalam kategori ini harus memiliki laporan keuangan yang jelas dan sesuai dengan syariat. Saham ini cocok untuk pemula, terutama yang ingin berinvestasi sambil memenuhi ajaran agama.
5. Saham Indeks
Saham indeks adalah jenis saham yang tergabung dalam suatu indeks pasar saham, seperti Indeks LQ45 atau IDX30 di Indonesia. Indeks ini mencerminkan kinerja sekelompok saham unggulan berdasarkan kriteria tertentu, seperti likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar, atau kinerja keuangan yang baik.
Saham indeks biasanya diupdate secara berkala oleh BEI. Kayak LQ45 akan ada update setiap enam bulan sekali.
Keunggulan saham indeks adalah diversifikasi otomatis, karena investasi tersebar di beberapa perusahaan yang tergabung dalam indeks tersebut. Saham untuk pemula cuku menguntungkan dari segi manajemen risiko konsentrasi pada satu perusahaan, sembari tetap mendapatkan eksposur terhadap saham-saham berkualitas.
6. Saham Konsumen
Saham konsumen adalah jenis saham dari perusahaan yang bergerak di sektor barang dan jasa kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, minuman, produk rumah tangga, dan perawatan pribadi. Permintaan terhadap produk ini cenderung stabil, bahkan saat kondisi ekonomi berfluktuasi, karena produknya merupakan kebutuhan dasar masyarakat.
Keunggulan saham konsumen adalah stabilitas pendapatan perusahaan yang tinggi, sehingga risikonya relatif rendah. Saham ini cocok untuk pemula karena memberikan peluang keuntungan yang cukup konsisten dengan tingkat fluktuasi harga yang moderat.
7. Saham Energi Terbarukan
Nah, saham yang terakhir ini juga bisa jadi pilihan saham untuk pemula. Saham energi terbarukan adalah saham dari perusahaan yang berfokus pada pengembangan dan produksi energi ramah lingkungan, seperti tenaga surya, angin, biomassa, atau hidroelektrik.
Sektor ini memiliki prospek cerah seiring meningkatnya kesadaran global terhadap keberlanjutan dan peralihan dari energi fosil. Tapi, kamu wajib aware dan belajar lebih banyak, lantaran fluktuasi harga bisa cukup tinggi.
Baca juga: 32 Istilah Bursa Saham yang Harus Diketahui Setiap Investor Pemula
Memahami berbagai jenis saham untuk pemula seperti di atas dapat membantumu menentukan langkah yang lebih bijak dalam investasi. Pilihan yang tepat dapat membuka peluang keuntungan sambil meminimalkan risiko. Memahaminya juga bikin langkah awal investasi saham kamu enggak rumit.
Mau tahu lebih banyak lagi tentang saham?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pengin Jadi Orang Mapan, Tumbuhkan Asetmu
Siapa yang enggak mau jadi orang mapan? Kayaknya sih semua orang juga mau mapan. Buktinya, banyak orang tua yang pengin punya mantu idaman yang mapan. Betul enggak nih?
Yah, menjadi orang mapan memang sering dianggap sebagai tujuan hidup yang ideal. Tapi, kayak apa sih “mapan” itu? Apa ciri-ciri orang mapan itu?
Table of Contents
Ciri-Ciri Orang Mapan
Sebenarnya, enggak pernah ada definisi jelas seperti apa orang mapan itu. Bisa dibilang relatif. Seperti halnya orang kaya. Definisi kaya memang tak pernah jelas kan? Kaya itu yang bagaimana? Sekadar punya uang banyak?
Sama juga, orang mapan itu seperti apa? Apakah punya pekerjaan tetap sudah bisa langsung dianggap sebagai mapan?
Kalau melihat di sekitar kita, mungkin bisa didefinisikan bahwa ciri-ciri orang mapan itu di antaranya adalah:
- Stabil secara finansial, memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, bahkan bisa menabung dan berinvestasi secara rutin.
- Punya aset yang berkembang, seperti properti, investasi, atau tabungan yang terus bertambah nilainya.
- Punya manajemen utang yang baik, mampu mengelola utang dengan bijak, termasuk membayar cicilan tepat waktu.
- Memiliki tujuan keuangan yang jelas, seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau investasi untuk masa depan.
- Sudah memiliki asuransi atau dana darurat yang cukup untuk menghadapi risiko tak terduga.
- Mampu membantu orang lain atau berdonasi tanpa mengorbankan kestabilan keuangannya.
- Punya gaya hidup sesuai kemampuan, enggak boros, dan dapat menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan.
Nah, gimana, apakah kamu setuju dengan ciri-ciri orang mapan seperti yang digambarkan di atas?
Kalau dilihat-lihat, ada satu ciri yang terutama sangat mendefinisikan arti mapan itu sendiri, yakni punya aset yang berkembang.
Setiap orang boleh saja memiliki standar berbeda tentang kemapanan, tetapi indikator utamanya adalah pertumbuhan aset dari tahun ke tahun. Pasalnya, pertumbuhan ini mencerminkan keberhasilan dalam mengelola keuangan dan membuat keputusan finansial yang tepat.
Aset yang terus bertambah memberikan keamanan finansial untuk menghadapi kebutuhan masa depan, seperti pendidikan, kesehatan, atau pensiun, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pendapatan aktif.
Selain itu, kalau asetnya bertumbuh, itu artinya yang bersangkutan mampu memanfaatkan penghasilannya secara efisien dan punya kemampuan berinvestasi. Kondisi ini membantu menciptakan cadangan keuangan yang dapat diandalkan saat menghadapi situasi darurat atau peluang besar.
Aset yang berkembang juga memberikan fleksibilitas dalam mengambil keputusan hidup, seperti memulai bisnis, mengejar pendidikan lebih tinggi, atau pensiun lebih awal.
Nah, jadi sekarang sudah tahu ya, gimana caranya mencari tahu apakah seseorang itu bisa dibilang mapan atau enggak. Coba tanyakan asetnya.
Baca juga: 8 Aset yang Bekerja untuk Kita dan Bisa Mendatangkan Penghasilan
Cara Menumbuhkan Aset agar Cita-Cita Mapan Tercapai
Terus, kalau cita-citanya pengin jadi orang mapan dengan aset yang bertumbuh, gimana caranya? Yuk, kita lihat.
1. Buat Rencana Keuangan
Rencana keuangan adalah kunci untuk mencapai segala jenis cita-cita, termasuk jadi orang mapan. So, tentukan tujuan keuanganmu berdasarkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dengan begitu, kamu pun dapat lebih mudah menyusun prioritas dan menentukan langkah yang sesuai.
Rencana keuangan yang baik mencakup alokasi penghasilan, pengelolaan pengeluaran, dan strategi menabung atau berinvestasi. Misalnya, untuk jangka pendek, fokus pada pengelolaan dana darurat dan pembayaran utang berbunga tinggi. Untuk jangka menengah, alokasikan sebagian dana ke investasi rendah hingga menengah risiko.
Sedangkan untuk jangka panjang, pilih instrumen investasi yang dapat memberikan hasil optimal seperti saham atau properti. Langkah ini memastikan aset bertambah sesuai target yang telah ditetapkan.
2. Pilih Instrumen Investasi sesuai Profil Risiko dan Kebutuhan
Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda. Hal ini dapat memengaruhi jenis investasi yang ideal. Kalau enggak sesuai, aset akan sulit bertumbuh. Jadi, coba cari tahu profil risikomu sendiri, sebelum menentukan instrumen investasinya ya.
Selain menyesuaikan dengan profil risiko, kebutuhan juga menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan. Misalnya, untuk kebutuhan jangka pendek, hasil akan lebih optimal dengan reksa dana pasar uang.
Diversifikasi investasi juga penting untuk meminimalkan risiko, misalnya dengan mengalokasikan dana ke berbagai sektor atau jenis aset. Dengan strategi ini, pertumbuhan aset untuk jadi orang mapan akan lebih stabil dan terencana.
3. Kelola Utang
Mengelola utang dengan bijak adalah kunci untuk memastikan aset dapat terus bertumbuh. So, pembayaran utang harus jadi prioritas.
Hindari mengambil utang konsumtif yang enggak signifikan untuk tujuan jangka panjang. Jadi, jika memang harus berutang, pastikan utang tersebut digunakan untuk hal produktif.
Selalu evaluasi kemampuan membayar cicilan dengan mempertimbangkan rasio utang terhadap pendapatan. Rasio ideal adalah maksimal 30% dari total penghasilan bulanan. Dengan pengelolaan yang cermat, utang dapat menjadi alat keuangan yang mendukung pertumbuhan aset, bukan menjadi beban yang menghambatnya.
4. Tingkatkan Pendapatan
Meningkatkan pendapatan juga perlu, sehingga mempercepat pertumbuuhan asetmu. Jadi, mulailah dengan mengeksplorasi peluang pekerjaan sampingan yang sesuai dengan keterampilan. Pekerjaan tambahan ini juga dapat membuka peluang baru untuk memperluas jaringan profesional loh.
Gunakan pendapatan tambahan ini secara bijak, untuk mencapai cita-cita jadi orang mapan dengan lebih cepat. Alokasikan sebagian untuk investasi atau menambah aset produktif.
5. Lindungi Aset dengan Asuransi
Last but not least, penting juga bagi kamu untuk melindungi aset dengan asuransi. Asuransi memberikan perlindungan terhadap kerugian finansial akibat berbagai kejadian, seperti bencana alam, kecelakaan, kerusakan properti, atau masalah kesehatan yang membutuhkan biaya besar.
Tanpa asuransi, biaya tak terduga ini dapat mengganggu keuangan. Boro-boro bisa tercapai cita-cita jadi orang mapan. Bisa jadi aset malah berkurang kalau kamu enggak punya asuransi.
Baca juga: Aset Finansial: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Aset Riil yang Perlu Diketahui
Jadi orang mapan itu bukan cuma soal penghasilan, tetapi bagaimana mengelola dan menumbuhkan aset dengan bijak. Dengan langkah yang tepat, kestabilan keuangan dan masa depan yang lebih cerah dapat dicapai.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Manajemen Stres Finansial: Cara Mengatasi Kekhawatiran Keuangan di Usia 20-an
Stres! Ya, hari gini, siapa sih yang enggak stres? Apalagi kalau soal keuangan. Rasa-rasanya kok, mau usaha seberapa pun, uang itu selalu enggak cukup. Relate kan? Makanya, kamu perlu tahu nih cara manajemen stres, terutama yang berkaitan dengan finansial.
Pasalnya, usia kamu masih 20-an. Sebagian besar dari kamu barangkali saat ini masih belum ada tanggungan, sebagian lagi mungkin adalah sandwich generation. Jalanmu masih panjang, mimpimu masih banyak. Stres jangan sampai jadi hambatan.
Terus, gimana caranya ya?
Table of Contents
Manajemen Stres Keuangan untuk Si 20-an
Mengalami stres masalah keuangan sepertinya sih hal yang wajar terjadi apalagi di zaman sekarang. Tuntutan hidup semakin tinggi, sementara sumber daya masih saja terbatas. Buat kamu yang usianya masih 20-an dan sudah stres, nah, jangan dibiarkan berlama-lama stresnya. Karena waktu kamu masih panjang, masih banyak juga kesempatan yang harus kamu manfaatkan.
Setiap masalah selalu ada solusi. Begitu juga dengan masalah keuangan. Untuk tahu solusinya, maka kamu harus tahu juga akar penyebabnya.
Stres keuangan yang muncul bisa disebabkan banyak hal, setiap orang juga bisa mengalami penyebab yang berbeda. Buat kamu si 20-an, yang paling umum terjadi, stres keuangan muncul karena merasa gaji enggak cukup, kebanyakan utang, banyak mau, ada kebutuhan mendadak yang tak direncanakan, dan sejenisnya. Relate?
Nah, kalau relate, maka manajemen stres keuangan yang perlu kamu lakukan adalah seputar hal-hal tersebut juga. Seperti ini penjelasannya.
1. Stres karena Gaji Enggak Pernah Cukup
Kamu si usia 20-an biasanya masih level entry sekarang. Maka, rasanya wajar jika gaji juga menyesuaikan. Namun, sebenarnya, akar permasalahannya bukanlah pada nominal gaji yang kecil. Tetapi, pada pengeluaranmu.
Membuat anggaran bulanan membantu mengontrol pengeluaran dan memastikan pemasukan digunakan secara optimal. Prioritaskan kebutuhan pokok dulu, seperti makanan, transportasi, dan tagihan. Baru kemudian alokasikan sebagian untuk tabungan dan dana hiburan secukupnya agar tetap seimbang tanpa membebani kondisi keuangan.
Baca juga: Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
2. Stres karena Sering Ada Kejadian Tak Terduga
Yah, namanya hidup, kadang ada saja surprise-surprise kecil terjadi di sana-sini. Tapi kadang surprise-nya bikin kaget juga. Apalagi kalau menyangkut keuangan, sementara kita tahu persis kalau keuangan kita terbatas.
Memprioritaskan dana darurat bisa jadi solusi manajemen stres keuangan yang penting di sini. So, usahakan untuk dapat menyisihkan 10-20% dari pemasukan setiap bulan. Dana darurat ini memang idealnya 3 – 6 bulan pengeluaran besarannya. Namun, kalau kamu masih belum mampu, kamu enggak harus langsung memenuhinya. Yang penting, ada saja dulu.
Simpan di rekening terpisah ya, supaya enggak menggoda untuk dipakai. Dana darurat memang “dana nganggur”. Dana yang enggak boleh dipakai sembarangan.
3. Stres karena Utang
Utang memang jadi momok banget akhir-akhir ini, ya kan? Pinjol, paylater, cicilan kendaraan, cicilan iPhone, semua numpuk.
Mengurangi utang konsumtif adalah langkah penting untuk manajemen stres keuangan. Hindari mengambil utang untuk kebutuhan yang enggak mendesak, seperti gadget terbaru atau liburan mewah, agar tidak menambah beban keuangan.
Kalau memang sekarang lagi ada tanggungan cicilan, coba prioritaskan pelunasannya dulu dan jangan menambah utang baru, agar stres keuanganmu tak semakin parah.
Lakukan pembayaran secara terencana dengan mengalokasikan dana khusus setiap bulan, sehingga utang berkurang secara konsisten tanpa mengganggu kebutuhan lainnya.
4. Stres karena Enggak Bisa Punya Tabungan
Nah, ini harus dicari lagi sih akar masalahnya di mana. Solusi manajemen stres keuangannya bisa saja membuat anggaran, seperti di poin pertama di atas. Kamu juga bisa mengatasinya dengan membuat tujuan keuangan.
Menetapkan tujuan keuangan yang jelas membantu mengarahkan pengelolaan keuangan secara terencana. Tentukan tujuan jangka pendek seperti menabung atau dana darurat, jangka menengah seperti biaya pendidikan, dan jangka panjang seperti membeli rumah.
Dengan adanya tujuan, apalagi yang terukur dan spesifik, bisa membuatmu termotivasi untuk disiplin dalam menabung dan mengatur prioritas keuangan.
5. Stres karena Terlalu Boros
Ini bisa saja berkaitan dengan stres keempat di atas. Karena boros, kamu jadi enggak bisa punya tabungan, gaji tak pernah cukup, dan sebagainya.
Untuk manajemen stres ini, coba sekarang direview lagi pengeluarannya. Coba cek, pos mana saja sih yang terlalu berlebihan? Mungkin kamu banyak pengeluaran karena adanya tekanan sosial? Karena sering FOMO? Karena pengin standar hidup orang lain, padahal sebenarnya kamu enggak mampu?
Menerapkan gaya hidup sederhana membantu menjaga keuangan tetap stabil dengan memprioritaskan kebutuhan utama dibanding keinginan yang enggak penting. Hindari tekanan sosial untuk mengikuti tren konsumtif yang boros, seperti membeli barang mahal demi status.
Jangan FOMO-an. Fokus saja pada jalan kamu sendiri, tak perlu membandingkan diri dengan orang lain.
6. Stres secara Mental
Mengelola kesehatan mental penting untuk menjaga fokus dan pengambilan keputusan finansial yang bijak. Lakukan aktivitas yang meredakan stres, seperti berolahraga, bermeditasi, atau menyalurkan hobi. Berbicara dengan orang terpercaya atau profesional juga membantu mengatasi tekanan emosional. Kesehatan mental yang terjaga menciptakan pola pikir positif, sehingga lebih mudah mengatur keuangan secara terencana dan menghadapi tantangan finansial dengan tenang.
7. Stres karena Butuh Uang Banyak
Ya, kadang memang kita sudah atur anggaran, sudah berusaha hemat, uang tetap saja terasa kurang untuk memenuhi kebutuhan yang banyak. Maka, solusi manajemen stres untuk masalah ini adalah dengan menambah sumber pendapatan.
Mengembangkan sumber pendapatan tambahan bisa dilakukan dengan mencari pekerjaan sampingan, seperti freelance atau part-time, atau memulai bisnis kecil sesuai minat dan keahlian.
Pendapatan tambahan enggak hanya meningkatkan pemasukan, tetapi juga memberikan rasa aman secara finansial, terutama untuk memenuhi kebutuhan mendesak atau menambah tabungan. Langkah ini juga dapat membuka peluang baru untuk pengembangan karier atau keterampilan.
Baca juga: Sudah Saatnya Kita Perhatikan Kesehatan Mental, Fisik, dan Finansial secara Seimbang
Nah, ingat, bahwa enggak pernah ada satu solusi untuk semua masalah keuangan. Kalau kata dokter, mengobati penyakit itu harus sesuai gejalanya. Begitu juga dengan keuangan. Gejalanya apa, masalahnya pada apa, maka di situ juga kamu harus mencari solusi untuk manajemen stres keuanganmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cara Mengidentifikasi Lifestyle Inflation dalam Kehidupan Sehari-hari
Kadang secara enggak sadar, ternyata lifestyle inflation sedang terjadi. Ini tuh paling sering kejadian kalau penghasilan kita juga naik perlahan. Akhirnya, karena “ada”, tiba-tiba saja pola pengeluaran berubah. Entah posnya bertambah, atau nominalnya yang berubah.
Lifestyle inflation ini kalau enggak terkendali, bisa menggoyang rencana keuangan loh!
Table of Contents
Apa Itu Lifestyle Inflation?
Lifestyle inflation adalah peningkatan gaya hidup seiring dengan bertambahnya penghasilan. Pengeluaran cenderung meningkat untuk memenuhi keinginan baru, bukan kebutuhan, sehingga penghasilan tambahan enggak digunakan untuk menabung atau berinvestasi.
Akibatnya, meskipun pendapatan naik, kemampuan keuangan tuh tetep saja, enggak bertambah, karena pengeluaran terus mengikuti. Lebih fatal lagi, kadang malah melebihi kenaikan penghasilan tersebut.
Kalau kita enggak hati-hati, keuangan secara keseluruhan bisa goyah. Apalagi kalau ternyata kenaikan penghasilan itu sifatnya hanya sementara. Misalnya, secara kebetulan, kita ditunjuk untuk memimpin divisi tertentu, yang ada durasi jabatannya. Saat memimpin divisi itu, ada tambahan tunjangan yang kita terima. Jabatan tersebut hanya kita pegang selama 5 tahun. Setelah masa jabatan habis, tunjangan pun enggak lagi ada.
Terus, apa kabar pengeluaran yang tadinya sudah ada? Padahal, menurunkan standar hidup itu enggak semudah saat menaikkannya.
Fenomena ini dapat menghambat pencapaian tujuan keuangan jangka panjang. Nah, karena itu, kamu harus tahu nih ciri-ciri sedang terjadi lifestyle inflation, agar kamu bisa jadi lebih waspada akan pengeluaran tambahan yang “mendadak” ada ini.
Baca juga: 5 Cara Agar Gaya Hidup Sejalan dengan Gaji
Ciri-Ciri Sedang Terjadi Lifestyle Inflation
1. Besar Pasak daripada Tiang
Besar pasak daripada tiang, alias pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan adalah tanda utama gaya hidup yang enggak sehat secara finansial. Kalau hal ini kamu alami, maka kamu harus langsung waspada bahwa lifestyle inflation sedang terjadi.
Kondisi ini—jika dibiarkan berlarut-larut—bisa membuatmu bergantung pada utang atau kartu kredit. Bahkan kamu bisa terjebak menggunakan keduanya untuk menutupi kebutuhan harian.
Pastinya, ke depan akan semakin berat kalau enggak segera dikendalikan. Kebiasaan ini dapat menumpuk beban finansial, terutama dengan adanya bunga atau biaya tambahan dari utang. Dalam jangka panjang, situasi ini berpotensi menghambat kemampuan untuk menabung, berinvestasi, atau mencapai tujuan keuangan lainnya.
2. Keinginan Menjadi Kebutuhan
Dalam keuangan kita diajarkan untuk memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan. Keinginan boleh saja dipenuhi, asalkan kebutuhan sudah mencukup terlebih dulu. Yang masuk daftar keinginan adalah hal-hal atau barang yang sebelumnya dianggap sebagai kemewahan atau bersifat tersier. Misalnya seperti gadget keluaran terbaru, makan di restoran mahal, nonton konser, dan sejenisnya.
Ketika hal-hal yang bersifat tersier ini lantas dianggap sebagai kebutuhan pokok—yang kalau enggak dipenuhi, kita merasa jadi “terancam”—maka waspadalah, karena itu sudah jadi tanda-tanda lifestyle inflation.
Pola ini mencerminkan gaya hidup yang semakin meningkat seiring waktu. Jika enggak dikendalikan, kecenderungan ini dapat memengaruhi prioritas keuangan. Akhirnya hal ini bisa membuat pengeluaran enggak lagi sejalan dengan kemampuan, dan mengorbankan alokasi untuk hal yang lebih penting lainnya.
3. Frekuensi Belanja Meningkat
Meningkatnya frekuensi pembelian juga bisa menjadi salah satu indikator lifestyle inflation. Kebiasaan ini biasanya muncul ketika barang baru dianggap lebih menarik meski barang lama masih berfungsi dengan baik.
Contohnya adalah sering mengganti gadget, pakaian, atau peralatan rumah tangga hanya karena ingin mengikuti tren terbaru. Kebiasaan ini enggak hanya meningkatkan pengeluaran, tetapi juga tak ramah lingkungan.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengurangi kemampuan menabung dan membuat keuangan lebih rentan terhadap situasi darurat.
4. FOMO
Tuntutan gaya hidup sosial yang kemudian menjadi FOMO juga sering menjadi pemicu utama lifestyle inflation. Dorongan untuk mengikuti tren atau memenuhi ekspektasi lingkungan sekitar, seperti beli barang yang viral dan mahal yang sebenarnya enggak perlu-perlu amat dapat memengaruhi keputusan finansial.
Kebiasaan ini biasanya dipicu oleh kebutuhan akan pengakuan atau rasa ingin diterima dalam lingkungan sosial tertentu. Akibatnya, pengeluaran meningkat bukan karena kebutuhan, tetapi demi menjaga citra di mata orang lain.
Jika dibiarkan, hal ini dapat menguras tabungan, mengurangi alokasi investasi, dan memperburuk kondisi keuangan jangka panjang.
5. Aset Enggak Bertumbuh
Menurunnya nilai tabungan dan investasi menjadi salah satu dampak nyata dari lifestyle inflation. Gaji sih naik, penghasilan bertambah, tapi ternyata enggak ada pertumbuhan signifikan dalam aset. Ini juga tanda-tanda kamu harus waspada.
Coba cari penyebabnya. Bisa jadi karena sebagian besar pendapatan dialokasikan untuk memenuhi gaya hidup yang terus berkembang. Ketika prioritas beralih ke pengeluaran konsumtif, potensi keuntungan dari investasi atau tabungan menjadi terabaikan. Akhirnya tujuan jangka panjang ya tinggal wacana saja.
6. Uang Tambahan untuk Konsumtif
Menggunakan uang tambahan untuk konsumsi mungkin saja wajar. Tetapi sebenarnya, bisa jadi tanda lifestyle inflation loh.
Ketika bonus, insentif, atau penghasilan tambahan langsung dihabiskan untuk belanja, liburan, atau hiburan, peluang untuk memperkuat keuangan jangka panjang akan terlewatkan. Padahal, penghasilan ekstra yang dapat dialokasikan untuk menambah tabungan, melunasi utang, atau berinvestasi, yang bikin kita lebih cepat mencapai tujuan keuangan.
Kebiasaan ini enggak cuma menghambat pertumbuhan finansial, tetapi juga menciptakan pola konsumsi impulsif yang sulit dikendalikan jika terus dibiarkan.
Baca juga: 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet
Memahami tanda-tanda lifestyle inflation penting untuk menjaga keuangan tetap sehat. Dengan mengenali pola pengeluaran yang enggak terkendali, langkah pencegahan bisa segera dilakukan untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cara Bahas Dana Pensiun bareng Pasangan
Kita dan pasangan kita pastinya pengin menua bersama. Masalahnya, mau menua bersama seperti apa? Pasti maunya sih menua dengan nyaman, aman, sehat, dan sejahtera. Ya kan? Karena itu, obrolan soal dana pensiun kudu dilakukan.
Mempersiapkan dana pensiun adalah langkah penting untuk menjamin masa depan yang nyaman. Perencanaan ini menjadi lebih efektif jika dilakukan bersama pasangan, karena melibatkan tanggung jawab bersama dalam mengatur keuangan rumah tangga.
Namun, membahas topik ini memang cukup sensitif. Enggak semenyenangkan bahas liburan juga. Perbedaan pandangan sedikit saja, atau perbedaan prioritas finansial satu saja, bisa menjadi pemicu konflik.
So, butuh pendekatan yang tepat, agar jalannya diskusi bisa lancar dan mengakomodasi semua keinginan serta pension dreams yang diinginkan.
Table of Contents
Bahas Dana Pensiun dengan Pasangan
Ya, mau tak mau memang tak bisa dihindari sih. Membahas keuangan sama pasangan itu ibaratnya memang jadi bagian dari kehidupan berumah tangga, sejak pertama kali ijab qobul diucapkan. Kompromi selalu diperlukan, baik membahas masalah yang sekarang ada ataupun ketika membahas masa depan.
Biar sama-sama enak, ada sedikit trik yang bisa diterapkan untuk bisa bahas dana pensiun bareng pasangan. Apa saja?
1. Waktu yang Tepat
Timing yang tepat akan dapat menjadi titik awal obrolan yang lancar. Jadi, pilih waktu dengan saksama, saat suasana hati tenang dan tidak terganggu oleh pekerjaan atau aktivitas lain. Contohnya kayak setelah makan malam atau di akhir pekan. Pastikan tempatnya juga nyaman, bebas gangguan, dan mendukung suasana diskusi yang rileks. Hindari membahas topik ini saat sedang lelah, stres, atau terburu-buru.
Baca juga: 10 Masalah Keuangan untuk Kamu Bahas Bersama Pasangan!
2. Mulai dengan Santai
Mulailah dengan obrolan santai tentang impian masa depan, terutama ketika menjalani masa pensiun nanti. Misalnya, bahas mau tinggal di mana, aktivitas apa yang ingin dilakukan, atau gaya hidup seperti apa yang dibayangkan, dan sebagainya.
Gunakan pendekatan positif agar pembicaraan terasa nyaman dan enggak menimbulkan tekanan. Hindari langsung masuk ke topik angka atau keuangan.
3. Diskusikan berdasarkan Data
Biar semakin realistis, diskusinya pakai data. Jadi, siapkan data-data relevan yang bisa jadi bahan diskusi. Misalnya seperti estimasi biaya hidup di masa pensiun, inflasi, dan perkiraan kebutuhan dana berdasarkan gaya hidup yang diinginkan.
Gunakan alat seperti kalkulator pensiun atau referensi dari sumber tepercaya untuk membantu menghitung jumlah yang dibutuhkan, sehingga pembicaraan lebih terarah dan berbasis fakta.
Kalau kamu ikutan kelas Dana Pensiun QM Financial sih, ada tuh toolsnya di Excel yang akan diberikan gratis. Mau? Cek jadwalnya kalau gitu ya.
4. Tentukan Tujuan Bersama
Bahas secara spesifik target yang ingin dicapai, seperti berapa besar tabungan pensiun yang dibutuhkan atau kapan waktu ideal untuk pensiun. Tentukan target dana pensiun yang realistis berdasarkan kebutuhan dan situasi keuangan saat ini.
Diskusikan prioritas utama, goals-nya mau apa saat pensiun nanti? Misalnya, pengin memastikan keamanan finansial atau mendukung kebutuhan keluarga di masa depan. Dengan adanya goals ini, rencana yang dibuat akan lebih terfokus dan selaras.
5. Bikin Rencananya
Identifikasi bersama semua sumber dana yang tersedia, seperti tabungan, investasi, atau program pensiun yang diikuti, entah itu BPJS Ketenagakerjaan atau mungkin DPPK atau DPLK.
Evaluasi apakah sumber-sumber tersebut sudah memadai atau perlu ditingkatkan untuk mendukung kebutuhan di masa pensiun. Bahas pula peluang menambah pendapatan, seperti melalui bisnis atau investasi tambahan, agar rencana lebih kokoh.
Bikin rencana konkret, seperti alokasi anggaran, jenis investasi, atau menambah kontribusi ke dana pensiun.
6. Hindari Nada Menghakimi
Nah, ini yang paling penting sepertinya. Jaga komunikasi tetap positif dengan menghargai setiap pandangan atau kebiasaan finansial yang berbeda.
Alihkan fokus dari mencari kesalahan menuju mencari solusi bersama yang dapat diterima kedua pihak. Gunakan bahasa yang membangun dan hindari nada menyalahkan untuk menjaga suasana tetap kondusif.
Contoh nada yang sebaiknya dihindari, misalnya:
- “Kamu kan dulu boros, makanya kita jadi begini.”
- “Kok tabungan pensiunmu segitu aja sih? Harusnya lebih!”
- “Aku udah bilang dari dulu, kamu nggak pernah dengar.”
Nada seperti ini cenderung menyalahkan, menimbulkan rasa bersalah, atau memperburuk suasana diskusi.
Sebaiknya gunakan nada misalnya:
- “Bagaimana kalau kita evaluasi pengeluaran supaya tabungan pensiun lebih cepat bertambah?”
- “Kalau menurutmu, apa cara terbaik untuk mengoptimalkan investasi pensiun kita?”
- “Kita sama-sama punya tujuan yang sama. Mungkin kita bisa cari cara untuk mencapainya lebih efektif.”
Nah, nada-nada tersebut lebih enak didengar, menyiratkan bahwa si penanya lebih terbuka untuk kerja sama dan kompromi, sehingga mendorong solusi bersama tanpa menyinggung perasaan pasangan.
7. Evaluasi
Tetapkan waktu secara rutin, misalnya setiap enam bulan atau setahun sekali, untuk mengevaluasi perkembangan rencana dana pensiun. Tinjau apakah target sudah mendekati, strategi berjalan efektif, atau perlu penyesuaian berdasarkan perubahan kondisi keuangan atau prioritas. Pembahasan berkala membantu menjaga komitmen dan memastikan tujuan tetap relevan.
Baca juga: Dana Pensiun: Pengertian, Fungsi, Persiapan, dan Cara Mengumpulkan Secara Efektif
Membahas dana pensiun dengan pasangan membutuhkan komunikasi yang terbuka dan kerja sama yang baik. Dengan pendekatan yang tepat, diskusi ini bisa menjadi langkah awal menuju masa depan yang lebih terencana dan tenang.
Nah, sekarang PR pertama adalah membuat waktu yang tepat untuk mulai diskusi. Paling enak, kapan nih?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Saat Belajar Investasi
Belajar investasi itu penting demi mencapai tujuan keuangan. Namun, prosesnya ya enggak mudah. Banyak tantangannya, dan menuntutmu untuk paham semuanya dengan baik.
Pasalnya, tanpa pemahaman yang cukup dan persiapan yang tepat, risiko kesalahan dapat meningkat. Apalagi kalau kamu adalah pemula yang baru mengenal dunia investasi. So, memahami hal-hal mendasar sangat penting sebelum mulai berinvestasi.
Kesalahan kecil yang tampak sepele bisa berdampak besar pada hasil investasi. Banyak pemula terjebak karena kurang paham, kurang informasi, atau terlalu percaya pada mitos investasi.
Akhirnya, kesalahan ini menghambat pertumbuhan dana, bahkan bisa membuatmu merugi. Akhirnya lagi, motivasi untuk belajar dan berkembang pasti juga akan turun.
Jadi, mengetahui apa saja yang harus dihindari menjadi langkah awal untuk meraih hasil yang lebih optimal.
Table of Contents
Kesalahan Umum saat Belajar Investasi
Kita memang belajar dari kesalahan. Begitu juga saat belajar investasi. Kamu bisa belajar dari kesalahanmu sendiri, atau belajar dari kesalahan orang lain. Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi saat seseorang belajar investasi—mungkin di antaranya ada yang kamu lakukan juga.
1. Tergoda Janji Keuntungan Cepat
Siapa sih yang enggak pengin cepat kaya? Kalau bikin konten dengan kata kunci ‘cara cepat kaya’ saja langsung laris manis diserbu pembaca. Padahal isinya ya begitulah.
Salah satu janji keuntungan cepat yang sering wira-wiri saat belajar investasi adalah iming-iming investasi bodong. Biasanya ada embel-embelnya tanpa risiko, yang seharusnya menjadi tanda bahaya.
Kurangnya pemahaman tentang bagaimana investasi bekerja dapat membuatmu mudah percaya pada klaim tidak realistis. Skema semacam ini sering menggunakan strategi “FOMO” (Fear of Missing Out). Dengan strategi ini, kamu lantas merasa harus segera bergabung untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
Akibatnya, dana yang diinvestasikan berisiko hilang sepenuhnya karena skema tersebut biasanya ilegal atau enggak ada basis aset nyata. Penting untuk selalu memeriksa legalitas investasi. Salah satunya memastikan perusahaan terdaftar di OJK atau Bappebti, dan memahami risiko sebelum mengambil keputusan.
Baca juga: Investasi Bodong: 3 Langkah untuk Menghindari Jebakannya
2. Enggak Punya Tujuan Keuangan Jelas
Belajar investasi tanpa tujuan yang spesifik bisa bikin strategi investasimu jadi enggak terarah. Ketika tujuan keuangan enggak jelas, maka kamu akan sulit menentukan instrumen investasi yang sesuai.
Selain itu, ketiadaan tujuan juga menyulitkan untuk mengukur keberhasilan investasi, sehingga progres keuangan enggak akan bisa terpantau dengan baik. Keputusan investasi juga pasti cenderung asal-asalan atau ikut-ikutan.
Untuk menghindari hal ini, tetapkan tujuan yang spesifik. Ingat, #tujuanloapa? Juga harus terukur, realistis, dan ada jangka waktunya. Dengan demikian, investasi dapat lebih terarah dan peluang mencapai target finansial menjadi lebih besar.
3. Menggunakan Uang Darurat untuk Investasi
Mengalokasikan dana darurat untuk investasi adalah keputusan berisiko tinggi. Dana darurat dirancang untuk kebutuhan mendesak, sehingga seharusnya selalu likuid dan mudah diakses.
Jika dana ini diinvestasikan, apalagi pada instrumen berisiko tinggi atau jangka panjang, ada kemungkinan kehilangan akses cepat saat kondisi darurat muncul. Selain itu, jika nilai investasi menurun, dana tersebut mungkin enggak akan cukup untuk menutupi kebutuhan mendesak.
Kesalahan belajar investasi ini sering terjadi karena keinginan untuk mendapatkan imbal hasil lebih besar tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Tapi tenang. Ada solusinya kok. Kamu hanya perlu memisahkan dana darurat dari dana lain-lainnya dan menyimpannya di instrumen yang berbeda. Dengan begitu, dana darurat tetap tersedia saat dibutuhkan, dan investasi dapat berjalan sesuai rencana tanpa mengorbankan keamanan finansial.
4. Gampang Menyabotase Rencana Keuangannya Sendiri
Kesalahan belajar investasi ini terjadi ketika kamu tergoda menggunakan dana investasinya untuk keperluan lain. Contohnya, misalnya gadget terbaru sudah diluncurkan. Meski smartphone yang kamu punya masih bagus, kamu pengin indent juga. Biar sama kayak teman-temanmu.
Karena belum gajian, bonus juga belum cair, pakai dulu deh dana investasi yang ada. Akhirnya, kamu pun mencairkan investasi yang bahkan belum menunjukan performa bagus. Masih rugi, sudah dicairkan demi gadget baru.
Kebiasaan seperti ini biasanya muncul dari kurangnya komitmen terhadap tujuan keuangan jangka panjang atau tidak adanya batasan yang jelas antara uang untuk investasi dan pengeluaran lainnya. Akibatnya, investasi tidak berjalan sesuai rencana, target keuangan sulit tercapai, dan potensi keuntungan jangka panjang menjadi terhambat.
Untuk mengatasi ini, penting menetapkan strategi yang jelas. Yang pertama harus dilakukan adalah memisahkan rekening untuk investasi, membuat anggaran yang ketat, dan menghindari akses mudah ke dana investasi.
Selain itu, selalu ingat tujuan keuangan yang ingin dicapai agar fokus tetap terjaga. Membiasakan disiplin keuangan adalah kunci belajar investasi yang sukses.
5. Belajar dari Sumber yang Tidak Kredibel
Zaman sekarang memang banyak sekali hal baru yang bisa kamu pelajari, dengan gratis, tak terbatas waktu dan ruang juga. Saking luasnya kesempatan, kadang kita juga enggak bisa memfilter, mana sumber yang bisa dipercaya dan yang enggak.
Ya itu juga banyak terjadi belakangan ini. Padahal, mengandalkan informasi dari sumber yang tidak terpercaya dapat menyesatkan dan meningkatkan risiko kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi.
Sumber yang enggak kredibel, seperti grup diskusi tanpa moderator ahli, konten viral di media sosial tanpa dasar yang jelas, atau promosi dari individu tanpa sertifikasi, informasinya lebih sering enggak akuratnya dibanding benernya.
Hati-hati deh! Informasi semacam ini bisa membuatmu salah memahami risiko, potensi keuntungan, atau cara kerja suatu produk investasi.
So, buat belajar investasi, mending belajar dari sumber yang sudah tepercaya. Misalnya seperti baca-baca artikel QM Financial di sini, atau dengerin podcast, tonton video di channel YouTube QM Financial, dan follow akun-akun media sosialnya di Instagram, TikTok, sampai Threads.
Dengan begitu, pengetahuan yang diperoleh lebih akurat dan dapat mendukung proses belajar investasi jangka panjang kamu.
Baca juga: Belajar Saham untuk Pemula: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
Belajar investasi membutuhkan kesabaran dan disiplin untuk menghindari kesalahan yang dapat merugikan. Dengan pemahaman yang lebih baik, peluang untuk mencapai tujuan keuangan akan semakin besar. Melangkah dengan hati-hati dan terus meningkatkan pengetahuan menjadi kunci keberhasilan dalam perjalanan investasi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Dana Kesehatan Lebih Penting dari yang Kamu Kira
Pernah enggak kamu sakit dan dirawat di rumah sakit? Coba cek, berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan kalau harus dirawat di rumah sakit? Banyak kan? Apalagi kalau perlu tindakan-tindakan medis tertentu, atau harus pakai ICU, atau dokter spesialis. Karena itu dana kesehatan itu enggak kecil.
Makanya enggak heran, banyak orang yang mendadak miskin ketika ada anggota keluarga—atau dirinya sendiri—harus sakit dan perlu dirawat. Ada yang harus jual rumah, jual sawah, mobil, dan aset lainnya untuk menutup biaya rumah sakit ini. Sedihnya lagi, ada yang sampai utang ke pinjol untuk bayar ongkos rumah sakit.
Yah, namanya sakit, kapan datangnya kita enggak pernah tahu. Memangnya ada orang yang mau sakit? Kita juga enggak bisa menghindarinya kan? Mencegah bisa, tapi kalau sudah datang, ya mau enggak mau, kita hanya bisa berobat.
Table of Contents
Dana Kesehatan Kenapa Harus Ada?
Namanya musibah. Kapan saja bisa tiba-tiba datang. Kalau datang, enggak pakai izin dulu. Kita hanya bisa punya pilihan untuk mempersiapkan diri sebelum musibah datang. Inilah pentingnya dana kesehatan.
Tapi kan, sudah ada asuransi kesehatan? Sudah ada BPJS Kesehatan? Apakah masih perlu punya dana kesehatan lagi?
Ya, meskipun sudah memiliki asuransi kesehatan, menyiapkan dana kesehatan khusus tetap penting. Berikut alasan-alasannya.
1. Asuransi Memiliki Cakupan Terbatas
Asuransi kesehatan itu punya batasan. Seperti batasan plafon, jenis perawatan yang di-cover, dan berbagai kebijakan lain. Nah, kalau ternyata kita butuh, terus gimana dong?
Ya, di sinilah dana kesehatan tambahan menjadi penting untuk dipakai menutup biaya-biaya yang enggak tercover oleh asuransi tersebut. Dengan begitu, kita enggak perlu ganggu tabungan, atau harus nyairin investasi, bahkan sampai utang.
Baca juga: Cara Perencanaan Keuangan untuk Perawatan Kesehatan Rutin Keluarga
2. Mengantisipasi Pengeluaran Saat Klaim Ditolak atau Dibatasi
Ya namanya asuransi, ada peluang klaim ditolak. Atau bisa juga dibatasi, karena klaim memang ada syarat dan ketentuannya. Seperti misalnya ada kondisi pre-existing atau ketentuan lainnya.
Kalau ditolak, ya mau enggak mau, kita harus mengeluarkan biaya sendiri. Kalau dana kesehatan sudah siap, pastinya enggak bikin kita kelabakan. Enggak harus mencairkan investasi, enggak harus utang juga.
3. Menutupi Biaya Self-Payment atau Co-Payment
Kadang juga ada asuransi kesehatan tertentu yang menerapkan sistem self-payment atau co-payment, yang membuat sebagian biaya perawatan harus ditanggung sendiri oleh pemegang polis. Artinya, meskipun asuransi menanggung sebagian besar biaya, masih ada porsi pengeluaran yang perlu dibayar mandiri. Ya uang dari mana kalau bukan dari dana kesehatan kan?
So, memang kudu ada cadangan untuk menutupi pengeluaran tersebut, sehingga perawatan bisa dijalani tanpa tekanan finansial tambahan. Dengan dana tambahan ini, biaya yang tidak di-cover oleh asuransi dapat ditangani tanpa mengganggu anggaran atau tabungan lain.
4. Menghadapi Masa Tunggu Asuransi
Pada banyak produk asuransi kesehatan, terdapat masa tunggu sebelum manfaat perlindungan dapat digunakan, terutama untuk penyakit tertentu atau kondisi pre-existing yang memerlukan waktu sebelum klaim bisa diajukan. Selama masa tunggu ini, jika ada kebutuhan medis yang mendesak, biaya pengobatan harus ditanggung sendiri.
Dengan memiliki dana kesehatan khusus, kebutuhan biaya selama masa tunggu ini dapat terpenuhi. Dana tambahan ini berperan penting untuk menjamin akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkan, bahkan sebelum manfaat asuransi mulai aktif sepenuhnya.
5. Perlindungan untuk Anggota Keluarga yang Tidak Tercover
Yah, idealnya memang semua anggota keluarga harus tercover asuransi, kayak BPJS Kesehatan. Tapi, mungkin ada kondisi tertentu yang enggak memungkinkan. Misalnya kayak orang tua belum sempa disertakan.
Dalam situasi ini, biaya perawatan ya kudu ditanggung secara mandiri. So, dana ini memberikan jaminan ekstra agar kesehatan seluruh keluarga terjaga, meskipun mereka enggak tercakup dalam perlindungan asuransi formal.
6. Mengurangi Beban Biaya Lain Saat Sakit
Ketika sakit, selain biaya medis, sering muncul pengeluaran tambahan yang tak terduga, seperti transportasi untuk berobat, biaya hidup ekstra selama pemulihan, tambahan nutrisi yang bergizi, hingga hilangnya penghasilan kalau enggak bisa kerja.
Pengeluaran-pengeluaran ini bisa membebani kondisi finansial, terutama jika berlangsung dalam jangka waktu lama. Dengan adanya dana kesehatan khusus, beban biaya tambahan ini dapat ditanggulangi tanpa harus menguras tabungan atau aset lain.
Dana ini berperan sebagai penyangga finansial yang membantu menjaga kestabilan ekonomi keluarga selama masa sakit, sehingga pemulihan dapat berlangsung dengan lebih tenang tanpa tekanan biaya tambahan.
Baca juga: Trik Memilih Asuransi Kesehatan Terbaik
Dana kesehatan dalam financial planning dapat dianggap sebagai “self-insure,” yaitu perlindungan mandiri untuk diri sendiri dan keluarga. Menyiapkannya secara bertahap dengan mengalokasikan sebagian investasi rutin sangat penting. Tujuan seperti dana liburan atau rumah idaman memang lebih seru, tetapi mikirin dana kesehatan juga penting, karena mampu memberikan ketenangan sekaligus menjaga stabilitas finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menikmati Hobi Sepak Bola dan Lomba Lari Tanpa Menguras Dompet
Menikmati hobi sepak bola dan ikut lomba lari itu enggak selalu harus mahal loh, packbapack. Ada banyak cara untuk menjalani kedua hobi ini tanpa menguras kantong, mulai dari memilih tempat latihan yang tepat hingga memanfaatkan peralatan bekas yang masih layak pakai.
Dengan sedikit kreativitas dan perencanaan, pengalaman berolahraga bisa terasa seru dan tetap ramah di dompet.
Table of Contents
Hobi Sepak Bola dan Lari, Tetap Atur Duitnya
Sepak bola dan lari adalah aktivitas yang tak hanya menyehatkan tetapi juga mudah diakses. Melalui strategi hemat, bapack-bapack pencinta olahraga ini bisa kok tetap menjaga kesehatan dan stamina tanpa terbebani pengeluaran yang berlebihan.
Ini dia beberapa hal yang bisa dilakuakan oleh bapack-bapack yang punya hobi sepak bola dan ikut lomba lari, supaya keuangan tetap terkontrol.
1. Buat Anggaran Khusus
Tentukan anggaran khusus untuk hobi sepak bola dan lari dengan cara menyisihkan sebagian kecil dari pendapatan setiap bulan. Menetapkan anggaran bulanan bisa membantumu mengatur pengeluaran untuk kebutuhan hobi, sehingga tidak mengganggu prioritas keuangan lainnya.
Untuk memulai, tentukan jumlah maksimal yang bisa digunakan tanpa mengorbankan kebutuhan utama, seperti tagihan, tabungan, atau investasi. Sebagai contoh, alokasikan 5-10% dari pendapatan untuk membeli perlengkapan, membayar biaya acara, atau kegiatan lainnya terkait hobi.
Selain itu, buatlah catatan pengeluaran terkait hobi ini untuk memantau dan menilai apakah anggaran tersebut cukup atau perlu disesuaikan. Dengan adanya anggaran, hobi bisa dinikmati secara teratur dan tetap terkendali, tanpa khawatir mempengaruhi stabilitas finansial.
Baca juga: Mengelola Hobi dan Keuangan: Tips untuk Bapak Muda Pencinta Olahraga
2. Nonton Pertandingan Langsung? Bisa Diatur!
Kalau kayak sekarang, lagi ada pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia antara Timnas Indonesia dengan Jepang dan Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, gimana dong biar enggak boncos? Yang hobi sepak bola pasti ngebet banget pengin nonton kan?
Ada beberapa cara:
- Pastikan membeli tiket melalui kanal resmi untuk menghindari penipuan. Pilih kategori tiket yang sesuai dengan anggaran. Misalnya, kategori Upper Garuda lebih terjangkau dibandingkan kategori Premium.
- Gunakan transportasi umum seperti MRT. Ada gratis MRT loh, dari dan ke GBK. Kamu bisa cek update-nya di Instagram resmi Timnas. Dengan begitu, kamu enggak hanya hemat, tapi juga menghindari kemacetan di sekitar GBK.
- Kalau tiket stadion terlalu mahal atau sudah habis, pertimbangkan untuk mengikuti acara nonton bareng di kafe atau tempat umum lainnya. Kadang ada tempat-tempat tertentu menyediakan nobar dengan biaya yang lebih terjangkau atau bahkan gratis.
3. Mau Ikut Lomba Lari? Bisa Juga!
Ikuti lomba lari gratis atau yang memiliki biaya pendaftaran rendah biar hobi larimu tetap terjangkau. Banyak komunitas atau perusahaan yang mengadakan lomba lari secara gratis atau dengan biaya pendaftaran yang terjangkau. Biasanya juga ada bonus kaus, nomor dada, dan bahkan medali untuk para finisher.
Selain menambah pengalaman, mengikuti lomba seperti ini juga memberikan kesempatan untuk berkenalan dengan sesama pelari dan merasakan suasana kompetisi yang menyenangkan tanpa harus membayar mahal. Dan, jangan lupa, biasanya juga ada doorprize!
Yang penting, pilih-pilih saja. Jika beruntung, ada lomba yang didukung oleh sponsor yang memberikan promo atau vocer diskon khusus. Kadang ya lumayan buat beli perlengkapan yang dibutuhkan.
4. Ikut Komunitas Lokal
Ikut komunitas lokal bisa memberi banyak keuntungan bagi penggemar hobi sepak bola dan lari. Selain bisa berbagi pengalaman dan tip latihan, bergabung dalam komunitas memungkinkan akses pada informasi yang berguna, seperti program diskon khusus untuk anggota, promosi perlengkapan olahraga, atau event-event berhadiah yang hanya diketahui komunitas.
Dalam komunitas sepak bola, sering kali ada peluang untuk berbagi biaya sewa lapangan mini soccer, sehingga bermain rutin bisa lebih terjangkau. Untuk lari, beberapa komunitas juga mengatur sesi latihan bersama, di mana peserta bisa memanfaatkan fasilitas tertentu secara gratis atau dengan biaya yang lebih rendah.
Selain itu, anggota komunitas bisa saling memotivasi dan menjaga konsistensi latihan, sehingga menikmati hobi ini jadi lebih mudah dan hemat.
5. Beli Barang Second-hand
Pertimbangkan untuk membeli peralatan second-hand yang masih dalam kondisi baik untuk menghemat pengeluaran. Terutama pada barang-barang yang harganya tinggi jika dibeli baru, seperti sepatu olahraga, bola, atau pakaian khusus.
Banyak toko online, pasar barang bekas, atau komunitas olahraga yang menjual perlengkapan bekas dengan harga lebih murah tetapi tetap berkualitas. Beberapa perlengkapan olahraga bekas bahkan hanya digunakan sesekali oleh pemilik sebelumnya sehingga kondisinya masih sangat bagus.
Saat membeli, periksa kondisi barang dengan cermat, terutama bagian penting seperti sol sepatu atau jahitan pada pakaian. Cek apa masih kuat dan nyaman kalau dipakai.
Selain itu, jangan ragu untuk mencari rekomendasi dari komunitas atau teman yang memiliki pengalaman membeli peralatan second-hand, karena ini bisa membantu menemukan penjual tepercaya dan mendapatkan harga terbaik.
Membeli barang bekas juga mendukung gaya hidup berkelanjutan, mengurangi konsumsi berlebih, dan tetap memungkinkan menikmati hobi tanpa membebani anggaran.
Baca juga: Hobi yang Menghasilkan: Mengubah Kegemaran Menjadi Pendapatan
Menikmati hobi sepak bola dan lomba lari tidak harus mahal jika diatur dengan bijak. Dengan pilihan tepat dan strategi hemat, kedua hobi ini bisa tetap seru dan terjangkau.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Dampak Inflasi dan Deflasi: Bagaimana Keduanya Memengaruhi Kehidupan Sehari-hari
Inflasi dan deflasi ini sebenarnya hal yang wajar terjadi di setiap negara. Malahan kalau enggak ada keduanya, berarti ekonominya enggak bertumbuh. Yang menjadi perhatian adalah keduanya memang harus terkendali.
Keduanya adalah fenomena ekonomi yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari, karena bisa memengaruhi harga barang dan jasa, yang kemudian berimbas pada daya beli dan pola konsumsi.
Ketika inflasi terjadi, harga-harga naik, sementara deflasi menyebabkan harga turun. Meskipun tampak sederhana, dampaknya pada ekonomi rumah tangga bisa sangat kompleks.
Memahami efek inflasi dan deflasi penting untuk mengelola keuangan secara bijak. Kenaikan dan penurunan harga enggak cuma bisa memengaruhi biaya hidup, tetapi juga dapat berdampak pada strategi pengelolaan aset, investasi, dan tabungan. Keduanya menuntut langkah-langkah berbeda agar keuangan tetap stabil.
Table of Contents
Apa Itu Inflasi dan Deflasi?
Untuk memahami dampak inflasi dan deflasi pada keuangan pribadi, ada baiknya untuk tahu dulu definisi keduanya.
Dikutip dari Bank Indonesia, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu, yang menyebabkan penurunan daya beli uang. Ketika inflasi terjadi, setiap unit mata uang dapat membeli lebih sedikit barang dan jasa dibandingkan sebelumnya. Inflasi diukur dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga dari sekumpulan barang dan jasa yang mewakili konsumsi rumah tangga.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Termasuk di dalamnya adalah kenaikan biaya produksi, peningkatan permintaan barang dan jasa, atau kebijakan moneter yang meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Sementara itu, deflasi adalah penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu, yang menyebabkan peningkatan daya beli uang. Ketika deflasi terjadi, harga barang dan jasa turun, sehingga konsumen dapat membeli lebih banyak dengan jumlah uang yang sama.
Ya, kedengerannya sih bagus ya bisa bikin harga barang turun. Namun, deflasi yang terus menerus bisa berdampak negatif pada perekonomian. Salah satunya karena konsumen dan bisnis bisa menunda pembelian, berharap harga akan terus turun, yang pada akhirnya malahan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Mengenal Time Value of Money
Inflasi dan Deflasi di Indonesia
Nah, ini nih yang kemarin sempat seru dibahas. Indonesia sempat mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut hingga September 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi sebesar 0,12% pada September 2024, menjadikan inflasi tahunan sebesar 1,84%.
Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami deflasi sebesar 0,59% dan memberikan andil deflasi 0,17%. Komoditas seperti bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras menjadi penyumbang utama deflasi. Hal ini menandakan situasi ekonomi Indonesia yang mengkhawatirkan.
Namun, dikutip dari Tempo, setelah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024, Indonesia mencatat inflasi sebesar 0,08 persen pada Oktober 2024. Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan, dari 105,93 pada September 2024 menjadi 106,01 pada Oktober 2024, dengan inflasi tahunan mencapai 1,71 persen (year on year/yoy).
Apa Pengaruh Inflasi dan Deflasi terhadap Keuangan Pribadi Kita?
Nah, jadi kerasa kan, deflasi lima bulan saja, bisa bikin orang jadi makan tabungan. Kalau lebih lama, ya semakin fatal dampaknya.
Inflasi dan deflasi masing-masing memang memiliki dampak signifikan pada keuangan pribadi. Apa saja?
1. Inflasi
Kenaikan harga barang dan jasa akibat inflasi mengurangi daya beli. Nilai uang menurun, sehingga biaya kebutuhan pokok, transportasi, dan lainnya menjadi lebih mahal. Jika pendapatan juga enggak naik seiring inflasi, anggaran pribadi pasti akan tertekan.
Inflasi juga bisa memengaruhi tabungan dan investasi. Aset yang enggak menghasilkan bunga atau imbal hasil yang signifikan, seperti tabungan bank biasa, bakalan kehilangan nilai. Sebaliknya, investasi dalam saham atau properti bisa mengimbangi inflasi karena nilai aset cenderung naik.
2. Deflasi
Harga yang menurun akibat deflasi meningkatkan daya beli uang, tetapi berpotensi menunda konsumsi karena harapan harga akan terus turun. Penundaan ini bisa memperlambat perputaran ekonomi, yang dapat menyebabkan penurunan upah atau bahkan PHK di beberapa sektor, memengaruhi pendapatan pribadi.
Karena itu, kemarin banyak diberitakan, kalau masyarakat makan tabungan. Hal tersebut bisa terjadi akibat kenaikan upah pekerja terlalu kecil, efek suku bunga tinggi, serta lapangan kerja terbatas di sektor formal.
Deflasi juga memengaruhi utang. Nilai utang relatif meningkat karena pendapatan mungkin menurun atau tetap stagnan, sehingga pelunasan utang menjadi lebih berat.
Apa yang Harus Kita Lakukan saat Inflasi dan Deflasi?
Nah, sekali lagi, inflasi dan deflasi yang terjadi di negara kita itu sebenarnya wajar. Namun, melihat apa dampaknya, ya pastinya kita berharap agar semua tetap terkendali.
Tapi, serahkan tugas itu pada pemerintah. Sementara itu, kita juga kudu punya sikap bijak agar keuangan tetap stabil selama terjadi fluktuasi kondisi ekonomi. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil.
1. Saat Inflasi:
- Perketat Anggaran: Fokus pada kebutuhan pokok dan batasi pengeluaran yang tidak penting untuk menjaga daya beli.
- Diversifikasi Investasi: Pilih instrumen yang memiliki imbal hasil lebih tinggi dari inflasi, seperti saham atau properti, agar nilai aset tidak tergerus.
- Hindari Utang Konsumtif: Biaya utang akan terasa lebih berat jika bunga meningkat. Prioritaskan pembayaran utang atau hindari penambahan utang.
- Pertimbangkan Penghasilan Tambahan: Memiliki sumber penghasilan tambahan dapat membantu menutup kenaikan biaya hidup.
2. Saat Deflasi:
- Jaga Likuiditas: Pastikan memiliki cadangan kas yang cukup untuk menghadapi potensi ketidakpastian, seperti penurunan pendapatan.
- Manfaatkan Harga Turun untuk Investasi: Ketika harga properti atau barang investasi turun, ini bisa menjadi peluang untuk membeli dengan harga lebih rendah.
- Kurangi Penundaan Pembelian Penting: Jika pembelian dibutuhkan segera, lakukan tanpa menunda terlalu lama supaya enggak menghambat kebutuhan sehari-hari.
- Lunasi Utang Lebih Cepat: Mengurangi beban utang selama deflasi sangat penting, karena nilai pembayaran utang akan terasa lebih berat jika pendapatan menurun.
Baca juga: Perencanaan Keuangan Jangka Pendek untuk Menghadapi Kemungkinan Kenaikan Inflasi
Mengelola anggaran dan berinvestasi dengan bijak dalam kondisi ekonomi yang dinamis adalah kunci menjaga kestabilan finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Keterima Tes CPNS? Berikut 7 Fakta Gaji ASN yang Mesti Dipahami
Lagi ramai-ramainya tes CPNS nih. Apakah kamu juga salah satu yang tertarik untuk bergabung menjadi “pelayan” masyarakat ini? Jika iya, kamu perlu tahu beberapa fakta terkait gaji ASN yang nantinya bakalan kamu terima, jika kamu berhasil lulus dan diterima sebagai aparatur sipil negara.
Konon, banyak orang yang tertarik untuk ikut tes CPNS karena banyaknya benefit yang ditawarkan sebagai kompensasi. Di antaranya tunjangan-tunjangan. Namun, apakah hanya itu komponen gaji ASN? Ternyata enggak juga. Selain ada penambahan, ternyata potongannya lumayan juga loh.
Coba yuk, kita telusuri bersama-sama dalam artikel berikut.
Table of Contents
Fakta-Fakta Gaji ASN yang Perlu Diketahui jika Sudah Dinyatakan Lulus Menjadi PNS
1. Penerimaan Gaji Pertama
Setelah diangkat sebagai CPNS, hak untuk menerima gaji ASN pertama pasti menjadi salah satu hal yang kamu tunggu-tunggu. Betul?
Gaji ini umumnya akan dibayarkan setelah kamu, sebagai CPNS, mulai menjalankan tugas sesuai dengan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT). Hal ini diatur dalam Peraturan Kepala BKN Nomor 9 Tahun 2012. Proses ini ternyata penting banget untuk memastikan bahwa gaji yang diterima sejalan dengan tanggung jawab yang diemban. Selain itu, juga untuk mendukung prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan ASN.
Baca juga: 5 Tujuan Keuangan yang Wajib Dimiliki oleh ASN/PNS
2. Tidak Langsung Jadi ASN
Setelah dinyatakan lulus tes CPNS, statusmu adalah Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Jadi enggak langsung berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN). Ada proses masa percobaan dan pembinaan dulu sebelum diangkat menjadi PNS.
Proses ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, yang menjelaskan tahapan pengangkatan CPNS menjadi PNS.
3. Besaran Gaji
Karena belum langsung berstatus ASN, maka gajinya juga belum dihitung gaji ASN. Gaji pokok bagi CPNS ditetapkan sebesar 80% dari gaji pokok PNS.
Besaran gaji pokok PNS ini enggak sama ya, melainkan ditentukan berdasarkan golongan dan masa kerja. Penggolongan ASN dimulai dari Golongan I hingga Golongan IV, dengan setiap golongan memiliki kisaran gaji yang berbeda-beda. Nah, selengkapnya kamu bisa intip saja di Peraturan BKN Nomor 1 Tahun 2024 ini.
4. Tunjangan
Selain gaji pokok, CPNS juga memiliki hak untuk menerima berbagai tunjangan yang berfungsi sebagai tambahan penghasilan. Tunjangan ini dapat meningkatkan total pendapatan bulanan dan mendukung kesejahteraan ASN.
Beberapa jenis tunjangan yang umum diberikan meliputi tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, dan tunjangan kinerja. Besarannya bervariasi juga, dan enggak sama satu dengan yang lainnya. Hal ini mencerminkan perbedaan dalam tingkat tanggung jawab dan kinerja yang diharapkan dari setiap jabatan.
5. Potongan Gaji ASN
Selain ada penambahan melalui tunjangan, ada juga potongan pada gaji ASN yang diterima. Di antaranya:
- Iuran Wajib Pegawai (IWP), yaitu iuran yang dipotong dari gaji ASN setiap bulannya, yang terdiri dari 3,25% untuk Tabungan Hari Tua dan 4,75% untuk premi pensiun.
- BPJS Kesehatan, yang iursan sebesar 5% dari gaji per bulan, dengan rincian 4% dibayar oleh pemberi kerja (pemerintah) dan 1% dibayar oleh peserta (dipotong dari gaji ASN).
- Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), dengan potongan sebesar 3% dari gaji, dengan rincian 2,5% ditanggung oleh pekerja dan 0,5% oleh pemberi kerja.
- Pajak Penghasilan (PPh 21), yang bersifat final, artinya pajaknya ditanggung oleh pemerintah.
- Potongan lain-lain, seperti iuran koperasi, asuransi, atau potongan disiplin. Besaran dan jenis potongan ini dapat berbeda-beda tergantung pada kebijakan instansi masing-masing.
Baca juga: Ada Berapa Jenis Potongan Gaji Karyawan? Sudah Tahu Semua Belum?
6. Kenaikan Gaji Berkala
Setelah resmi diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), setiap ASN berhak menerima kenaikan gaji berkala yang diatur dalam peraturan pemerintah. Kenaikan ini berlangsung setiap dua tahun sekali.
Kenaikan gaji ASN berkala ini ditentukan berdasarkan masa kerja dan golongan jabatan. Misalnya, PNS yang berada di Golongan I akan mengalami kenaikan gaji dengan besaran yang berbeda dibandingkan dengan PNS di Golongan IV.
Secara umum, mekanisme kenaikan gaji berkala diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
7. Pajak Penghasilan (PPh 21)
Gaji ASN akan dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh perorangan, termasuk gaji dan tunjangan yang diterima oleh ASN.
PPh 21 dihitung berdasarkan besaran gaji, dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti status perkawinan, jumlah tanggungan, dan penghasilan lainnya. Proses pemotongan pajak ini dilakukan secara otomatis oleh instansi tempat ASN bekerja sebelum gaji dibayarkan. Artinya gaji ASN yang diterima itu sudah bebas pajak, sudah gaji bersih.
Besaran pajak penghasilan yang dikenakan bersifat progresif, artinya semakin tinggi penghasilan, semakin besar persentase pajak yang harus dibayarkan. Untuk penghasilan di bawah batas tertentu, ASN bisa saja enggak dikenakan pajak, sementara penghasilan di atas batas tertentu akan dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi. So, ASN perlu memperhatikan batasan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Nah, dari semua fakta di atas, mana nih yang membuatmu terkezoet? Ya, semoga sih sudah enggak ada yang bikin surprise lagi ya, karena kamu sekarang sudah tahu fakta-faktanya.
Satu hal lagi yang perlu diketahui, bahwa gaji ASN seberapa pun yang penting adalah pengelolaannya. Percuma kamu punya gaji besar atau menerima tunjangan banyak, kalau enggak tahu cara mengelolanya dengan baik.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!