Kesenjangan atau ketidaksetaraan gender memang masih terjadi di mana-mana, sampai sekarang. Tak perlu jauh-jauh, ternyata kita juga bisa melihat ada juga masalah kesenjangan ini dalam sistem pemberian upah karyawan yang tak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga di seluruh dunia.
Kondisi Kesenjangan Upah Karyawan di Belahan Dunia Lain
Mari kita lihat kondisi kesenjangan upah karyawan yang terjadi di negara adidaya, Amerika Serikat. Ternyata, menurut survei terbaru, sejumlah besar pemilik bisnis pria tidak percaya bahwa perempuan layak mendapatkan upah yang sama dengan rekan-rekan mereka yang berjenis kelamin pria.
TSheets by Quickbook, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang employee scheduling and time tracking, melakukan survei terhadap 1.067 pemilik bisnis di seluruh Amerika untuk menentukan pandangan mereka tentang kesetaraan penerimaan upah.
Berdasarkan hasil survei yang dikumpulkan, hanya 60% saja dari seluruh pemilik bisnis laki-laki yang disurvei percaya, bahwa perempuan harus selalu menerima upah yang sama di tempat kerja, 24% lainnya mengatakan karyawan berjenis pria dan wanita tidak harus selalu menerima upah yang sama, sedangkan 16%-nya berkata bahwa mereka cenderung untuk skeptis terhadap permasalahan kesenjangan upah karyawan ini.
Sayangnya, itu tidak menjadi jauh lebih baik ketika para lady boss diikutsertakan dalam survei yang sama. Hanya 66% pemilik bisnis pada umumnya percaya perempuan harus selalu menerima upah yang sama di tempat kerja, sementara 20%-nya tidak percaya perempuan harus selalu menerima upah yang sama, dan 14% sisanya cenderung skeptis.
Bagaimana dengan Pihak Para Karyawan Sendiri?
Fakta lain ternyata juga berbicara, bahwa para karyawan sangat aware akan masalah perbedaan upah ini. Mereka tampaknya menyadari betul adanya praktik pembedaan upah karyawan yang diterima di tempat kerja.
Survei yang sama juga menyurvei 16.679 orang dewasa dan menemukan bahwa 43% karyawan pria dan 44% karyawan wanita telah menyadari bahwa mereka bekerja di suatu perusahaan yang mempraktikkan pembedaan upah karyawan berdasarkan gender.
Either merasa berlebih atau kekurangan, sebanyak 43% karyawan pria dan 47% karyawan wanita mengatakan bahwa mereka menerima perbedaan upah karena jenis kelamin mereka. Beberapa pemilik bahkan juga mengakui, bahwa faktor gender menjadi faktor penentu besaran upah yang mereka bayarkan kepada karyawan. Sekitar sepertiga dari semua pemilik bisnis itu mengaku dengan sengaja membayar gaji rendah berdasarkan gender.
Fakta yang lebih menyakitkan datang dari data survei yang berisi mengenai kondisi ibu bekerja. Menurut data dari National Women’s Law Center di Amerika, ibu yang bekerja berpenghasilan lebih rendah dari rata-rata karyawan perempuan dengan besar perbedaan diperkirakan sebanyak $18.000 per tahun.
Sebuah studi di Prancis 2017 juga menemukan fakta, bahwa ada kecenderungan pengurangan upah karyawan perempuan sebesar 3% untuk setiap anak yang dilahirkan dibandingkan dengan kolega mereka yang tidak memiliki anak.
Bagaimana dengan Kondisi Kesenjangan Upah Karyawan di Indonesia?
Kondisi kesenjangan upah karyawan perempuan di Indonesia juga tak terlalu berbeda.
Seperti yang sudah dilansir oleh situs tirto.id, dengan berdasar data dari Global Gender Gap Report, ada fakta bahwa tercatat dalam tahun 2017, estimasi penghasilan yang diperoleh pekerja laki-laki di Indonesia adalah sebesar $15.536, sedangkan perempuan hanya menerima total $7.632 saja dalam setahun.
Namun, yang perlu diperhatikan dalam hal ini, bahwa perbedaan upah karyawan yang diterima tersebut tak murni disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin begitu saja. Ada beberapa faktor lain yang ikut memengaruhi mengapa upah karyawan perempuan jauh lebih rendah daripada upah karyawan laki-laki.
Beberapa Penyebab Terjadinya Perbedaan Upah Karyawan Perempuan dan Laki-laki di Indonesia
1. Perempuan lebih banyak bekerja di industri berupah rendah
Fakta membuktikan bahwa industri-industri yang dipilih oleh perempuan adalah sektor industri yang memberikan upah karyawan rendah, dibandingkan misalnya laki-laki yang menguasai sektor teknologi yang bisa memberikan upah tinggi.
Data terbaru menyebutkan bahwa tenaga kerja laki-laki menguasai 13 sektor pekerjaan, sementara tenaga kerja perempuan mendominasi empat sektor lainnya. Tiga sektor yang paling dikuasai oleh para pekerja laki-laki adalah sektor konstruksi (97,8%), transportasi dan pergudangan (95,4%), dan pertambangan dan penggalian (91,7%).
Sedangkan pekerja perempuan paling banyak bekerja di sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (66,8%), jasa pendidikan (60,7%), penyediaan akomodasi dan makan minum (55,7%), dan jasa lainnya (53,6%).
2. Komitmen terhadap keluarga
World Values Survey and Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) juga mengungkapkan fakta, bahwa di wilayah-wilayah tertentu, ada kecenderungan budaya yang menganggap bahwa selayaknya perempuan selalu berada dekat dengan keluarga, sehingga hal ini juga ikut memengaruhi terbatasnya perempuan untuk mengembangkan potensi diri dan berefek juga pada pendapatannya.
Selain itu, perempuan juga cenderung untuk memilih bekerja paruh waktu alih-alih purnawaktu, karena komitmen untuk merawat keluarga ini, baik untuk merawat anak maupun merawat orang tuanya. Hal ini semakin memperkuat fakta, bahwa banyak di antara kita yang terjebak dalam fase sandwich generation.
Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menyikapi Fakta Perbedaan Upah Karyawan Ini?
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Tambah jenjang pendidikan. Umumnya tingkat pendidikan seseorang memang memengaruhi jumlah upah karyawan yang diterima. Jadi, untuk mendapatkan kenaikan upah, maka raihlah pendidikan tinggi. Sembari kerja, kita dapat kuliah lagi, untuk mendapatkan promosi jabatan sehingga juga akan mendapatkan upah yang lebih baik.
- Memilih sektor kerja dengan upah yang baik. Misalnya saja, jangan takut untuk terjun ke sektor-sektor yang didominasi oleh karyawan laki-laki, seperti teknologi atau konstruksi.
- Berani negosiasi gaji atau upah. Ketahui standar gaji pada posisi yang sama di beberapa perusahaan lain, dan bandingkan. Jika ada peluang, negokan gaji dengan pihak perusahaan, setidaknya harus sesuai dengan keterampilan dan pengalaman yang kita punya.
- Berani bekerja full time, dan kelola waktu dengan baik, agar bisa menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.
- Bekali diri dengan berbagai ilmu literasi keuangan, agar selain bekerja, para karyawan perempuan ini juga bisa berinvestasi, mengelola utang dan arus kas, serta memiliki proteksi.
Tentunya besar harapan kita agar ke depannya, kesenjangan upah karyawan–terlebih yang disebabkan oleh perbedaan gender–ini bisa teratasi dengan baik.
Yuk, undang tim QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.
QM Financial
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] beban pikiran lantaran berperan ganda juga sebagai ibu rumah tangga, hingga masalah pelik semisal diskriminasi masalah gender, pun tingginya risiko mengalami sexual harrassment di lingkungan […]