3 Hal Keuangan Pemuda Mandiri
Kemarin kita memperingati 90 tahun lahirnya Hari Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda merupakan satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pemuda saat masa itu memiliki peran penting dalam sejarah berdirinya Republik Indonesia. Pemuda juga adalah penggerak perubahan bangsa. Generasi muda harus bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik dengan terus menghidupi Sumpah Pemuda.
Untuk Indonesia yang lebih baik dan kuat secara keuangan, pemuda masa kini harus menjadi pemuda yang mandiri. Setidaknya, ada 3 hal agar kita bisa menjadi anak muda yang mandiri, yaitu:
Bayar Biaya Hidupmu Sendiri. Kamu sudah bekerja? Itu artinya kamu punya sumber pernghasilan untuk membayarkan semua kebutuhanmu. Walaupun kamu belum menikah dan masih tinggal dengan orangtua, seharusnya kamu juga turut andil membantu membayarkan pengeluaran yang terjadi di rumah orangtumu. Mengapa begitu? Karena walaupun kamu tinggal secara gratis, sebenarnya ada biaya seperti listrik atau gaji Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang bisa kamu bantu bayarkan. Saat kamu berhasil membayarkan sendiri hidupmu itu artinya kamu sedang pegang kendali penuh.
Bayar Utangmu Sendiri. First jobber biasanya tenggelam dalam euphoria kepemilikan kartu kredit sehingga kurang bijak menggunakannya. Akhirnya, ada sebagian anak muda yang penggunaan kartu kreditnya dibayarkan oleh orangtuanya. Masa sih kamu enggak kasihan dengan orangtuamu kalau harus terus menerus menjadi beban mereka? Padahal mereka seharusnya menikmati masa tuanya dengan damai setelah bersusah payah mengurus kamu sejak bayi. Sebelum menggunakan kartu kredit untuk transaksi di dalam kehidupanmu, pastikan kamu memiliki uang untuk melunasinya saat tagihan tiba. Berani GESEK harus berani BAYAR SENDIRI!
baca juga: Firstjobber bisa mandiri!
Punya properti pertama. Memiliki properti pertama merupakan langkah penting dalam mewujudkan kemadirian finansial. Punya rumah atau apartemen bukan semata gaya-gayaan tetapi memiliki properti pertama itu tandanya kamu resmi berdiri di atas kakimu sendiri dan mengatur hidupmu sendiri. Namun, komitmen untuk memiliki properti itu cukup tinggi sehingga banyak anak muda yang memilih untuk tetap tinggal bersama orangtua. Tidak masalah juga kalau masih ingin tinggal bersama orangtua tapi jangan terlena, kumpulkan DP untuk rumah pertamamu!
baca juga: Kamu Mampu Beli Properti!
Mari jadi bagian dari kekuatan bangsa dan terus follow instagram QM Financial serta twitter @QM_Financial. Ada juga #FinClic dan IG Live yang seru setiap Senin!
– Honey Josep –
Solusi Problem Keuangan Generasi Langgas
Halo generasi langgas (millenials)!
Apakah kamu senang berbelanja barang-barang bagus tapi diam-diam ketakutan karena tidak punya tabungan?
Apakah kamu merasa memiliki pendapatan tapi selalu kehabisan uang di akhir bulan?
Apakah kamu merasa sulit sekali menabung?
Sesekali, coba deh periksa kembali apa yang menjadi gaya hidupmu. Jangan-jangan, kamu termasuk bagian dari fenomena generasi langgas yang sanggup bergaya hidup layaknya kalangan jetset, tapi selalu mengeluh kekurangan uang.
Millenials memang dikenal sebagai kaum yang kerap mengikuti gaya hidup kekinian. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut dapat menunjang karier mereka dan dapat membuka peluang networking yang lebih baik. Apalagi kalau mereka mempunyai bisnis atau bekerja di bidang pemasaran. Mereka percaya bahwa lifestyle yang up to date akan memudahkan untuk mendapatkan penghargaan saat bertemu dengan mitra yang memiliki prospek.
Pada kenyataannya, memang benar gaya hidup demikian dapat memengaruhi dan menunjang karier seseorang. Namun ironisnya, di tengah kemampuan untuk bergaya layaknya kelas jetset, banyak generasi langgas yang selalu mengeluh kekurangan uang. Baru seminggu gajian, dompet sudah menipis dan langsung gesek kartu kredit untuk mencukupi kebutuhannya.
Inilah yang menjadi dilema bagi generasi langgas. Mereka ingin menjalani hidup sesuai keinginan mereka, tapi di saat yang bersamaan merasa frustasi karena selalu kehabisan uang. Tidak hanya itu, mereka pun menolak menurunkan standar gaya hidupnya karena gengsi dan takut dibilang culun punya (cupu).
Berikut ini ada beberapa tips dari lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto yang dapat dijadikan solusi untuk mengatasi problem keuangan yang dihadapi oleh generasi langgas.
Pertama, Jangan bersikap cuek terhadap jumlah pendapatan dan pengeluaranmu. Ketahui berapa jumlah pendapatan yang kamu miliki setiap bulan. Setelah itu, buatlah komposisi pengeluaran bulananmu. Hal ini bermanfaat untuk modal dasar perbaikan kondisi keuanganmu.
Kedua, Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan artinya prioritas dan harus segera dipenuhi sedangkan keinginan bisa kamu tunda.
Ketiga, Jangan mudah berhutang. Bagaimana kalau kamu harus berutang? Kalau harus berutang maka pastikan penggunaan utang tersebut harus sesuai dengan tujuan. Sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan membayar dalam waktu tertentu. Jangan sekali-kali berhutang untuk kebutuhan konsumtif seperti belanja, foya-foya apalagi demi gengsi.
Keempat, Jaga Lifestyle! Millenials kerap memiliki hasrat untuk selalu menjadi yang terdepan ketika sudah berkaitan dengan liburan, teknologi, fesyen dan gadget. Boleh kok liburan kemana saja dan kapan saja, kamu juga boleh kok beli gadget apapun yang kamu mau, asal ada uangnya! Kalau belum ada uangnya, ya nabung dulu. Jadi, apakah kamu termasuk generasi langgas yang bergaya hidup ‘kaya’ tapi sebenarnya ‘miskin’ di kantong? Bila ya, segera ubah gaya hidupmu dan mulailah bijaksana dalam mengatur keuangan agar kamu bisa hidup mapan dan nyaman di hari tua.
Nita Kurniawati
5 Hal Perencanaan Keuangan Pengantin Baru
“Welcome to our lives together”
Ada rasa lega yang terlepaskan saat acara pernikahan saya selesai digelar pada waktu itu. Kami resmi menjadi suami istri yang sah di mata hukum negara dan agama. Saya dan suami memasuki kehidupan di mana kami akan bersama-sama selama puluhan tahun dan jutaan jam melakukan segala sesuatu berdua termasuk hal keuangan.
Manurut saya, setidaknya ada 5 hal perencanaan keuangan pengantin baru yang penting untuk diperhatikan:
Berbagi Peran Keuangan. Saya mau bertanya nih, “Siapakah di antara kamu yang sudah ngobrol soal kebiasaan keuangan bersama pasangan bahkan sebelum menikah?” atau “Buat kamu yang sudah menikah, apakah kamu sudah ngobrol perihal uang dengan pasangan?”
Ngobrolin keuangan dengan pasangan itu ada triknya lho!
Kejujuran dan keterbukaan di segala hal termasuk keuangan merupakan kunci rumah tangga yang langgeng. Sebagai suami istri, sebaiknya kita saling tahu penghasilan masing-masing agar dapat merencanakan hidup masa depan bersama dengan berbagi peran keuangan.
Baca juga: #BiasaJadiBaik: Ngobrolin Uang Bersama Pasangan
Kamu harus menetukan siapa yang berperan besar untuk mengurus keuangan keluarga. Lazimnya gaya yang dipilih kebanyakan ‘mama bos’ di mana suami menyerahkan semua penghasilannya untuk dikelola istri. Ada juga yag berbagi peran seimbang karena sama-sama bekerja seperti untuk cicilan utang dan pengeluaran pribadi merupakan tanggung jawab suami sedangkan istri bertugas untuk mengelola pos sisa pengeluaran yang lain seperti menabung dan pengeluaran rutin. Atau ada juga yang berperan sebagai papa bos? Apapun peran keuangan yang kamu pilih, pastikan kamu ngobrol dengan pasanganmu secara jujur!
Baca juga: Yuk, gandengan tangan untuk kebahagiaan bersama, dimulai dari bicara tentang keuangan!
Membayar Utang Bersama
Kalau kamu berpikir bahwa menikah merupakan salah satu solusi keuanganmu, sebaiknya kamu berpikir ulang. Kenapa? Karena menurut Undang-Undang (UU) Perkawinan tahun 1974: Harta dan Utang yang dihasilkan saat menikah merupakan milik bersama. Kecuali diatur dalam perjanjian (pisah harta) melalui perjanjian pranikah atau perjanjian paska menikah. Itu artinya kalau kamu tidak memiliki pre atau postnuptial aggrement, utangmu menjadi utang pasanganmu dan sebaliknya!
Baca juga: Harta Utang Pasutri
Yuk ngobrol serba terbuka dengan pasangan bagaimana kalian akan bekerja sama membayarkan utang yang terjadi di dalam kehidupan rumah tanggamu!
Baca juga: Atas Nama Cinta
Memiliki Properti Bersama
Saya masih ingat saat berpacaran dengan mantan pacar yang kini menjadi suami, saya sedang dalam tahap mau membeli rumah pertama saya sendiri. Ternyata walaupun memiliki DP rumah yang cukup, ada biaya lain yang mengikuti seperti biaya akad kredit dan lainnya. Saya cukup panik saat itu karena akad kredit akan berlangsung dalam waktu dekat tapi dananya tidak ada. Akhirnya saya bercerita kepada pacar saya saat itu dan dia memberikan bantuan suntikan dana untuk akad. Inilah properti pertama kami bersama. Walau kami tidak menempati rumah mungil itu yang 2 tahun lagi akan lunas KPR-nya, rumah tersebut kami sewakan yang nilainya cukup untuk membayar cicilan setiap bulannya. Kami memilih tinggal di pondok mertua indah karena mama mertua yang sudah sepuh sehingga kami merasa perlu tinggal bersama agar ada yang menjaga beliau. Bila kamu juga seperti keluarga saya yang tinggal bersama mertua, jangan sampai terlena ya…. Kamu harus tetap mengumpulkan DP untuk rumah pertamamu, your own nest!
Baca juga: Siap Pindah Dari Pondok Mertua Indah
Memiliki Proteksi. Perencanaan keuangan tidak lengkap tanpa proteksi. Di masa produktif, saat kita berjuang mencapai berbagai tujuan finansial, bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti sakit dan kematian. Risiko inilah yang kita alihkan ke perusahaan asuransi. Setiap orang wajib memiliki asuransi kesehatan. Selain asuransi kesehatan, ada beberapa asuransi penting di dalam keuangan seperti asuransi rumah, asuransi kendaraan dan asuransi jiwa. Asuransi jiwa hanya diwajibkan bagi pencari nafkah utama keluarga.
Baca juga: Asuransi untuk jaga diri dan Asuransi seharusnya tidak jadi beban
Membuat Dana Pensiun. “Duh baru juga menikah sudah harus banget mikirin pensiun?” Mungkin itu yang terbersit di pikiran banyak pengantin baru. Pensiun merupakan periode di mana kita sudah berhenti bekerja hanya untuk sesuap nasi. Kalau pun kita ingin bekerja di masa tua, seharusnya bukan persoalan uang tapi tentang kebutuhan jiwa. Membuat Dana Pensiun yang nilainya raksasa sebaiknya sejak mulai menikah karena akan memperingan jumlah investasi setiap bulan yang akan dilakukan. Bahkan Investasi untuk Dana Pensiun: Mulai Dengan Setengah Harga Sepatumu http://qmfinancial.com/2018/03/investasi-untuk-dana-pensiun-mulai-dengan-setengah-harga-sepatumu/
Jangan biarkan beban hidupmu saat pensiun nanti menjadi beban yang harus ditanggung anak-anak kelak. Kita harus memutus sandwich generation untuk Indonesia yang kuat!
Baca juga: 5 Alasan kamu perlu Dana Pensiun
Selamat merencanakan kehidupan rumah tangga dengan keuangan yang kuat ya!
– Honey Josep –
Kebiasaan Mengatur Uang Yang Baik dimulai dari Keluarga Yang Mulai Berinvestasi
Apakah kamu tahu, bahwa kebiasaan kita setiap sehari mempengaruhi kebiasaan mengelola keuangan keluarga?
Mulai dari bangun pagi hari, siang dan malam hari. Pengeluaran kecil sehari-hari yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi cashflow. Contohnya jajan pagi sarapan, ngopi-ngopi di cafe setelah makan siang, bahkan pergi ke mal setelah pulang kantor. Lalu kalau kita tidak mengerem pengeluaran harian tersebut, apa kabar investasi?
Populasi Indonesia sebanyak 267.498.464 orang (menurut data PBB pada 3 Oktober 2018) dan rata-rata usianya 28 tahun, namun pengetahuan dan inklusi untuk berinvestasi masih sangat rendah.
Bursa Efek Indonesia pada Minggu, 7 Oktober 2018, di Summarecon Mall Bekasi mengadakan Indonesia Investment Festival (INVESTIVAL) 2018.
Acara ini mengusung judul ‘Yuk Nabung Saham’, yang merupakan kampanye persuasif kepada masyarakat untuk berinvestasi secara berkala di pasar modal.
Ligwina Hananto, lead trainer dari QM Financial menjadi narasumber dalam acara INVESTIVAL yang bertema “Creating Good Financial Habits For Family : Start Investing!”
Ligwina Hananto memaparkan kebiasaan mengatur keuangan harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga terdekat. Kontrol yang baik dalam pengeluaran sehari-hari dapat membuat kita mulai tergerak dalam berinvestasi. Kenapa begitu? Karena setiap bulan penghasilan dapat bersisa sehingga kita dapat memulai untuk menabung dan berinvestasi. Jumlah menabung VS Investasi sangat jauh perbedaan jumlahnya, karena dengan berinvestasi ada pilihan jangka panjang atau jangka pendek . Namun untuk risiko dalam berinvestasi juga lebih tinggi.
Sebelum berinvestasi harus memikirkan hal berikut:
- Risiko. Jangan hanya membayangkan return yang akan kita dapat dalam berinvestasi, namun kita juga harus memikirkan seperti apakah risiko terburuk yang terjadi jika kita melakukan investasi. Apakah sudah siap dengan kehilangan modal? Seberapa besar kesiapan Anda dalam kehilangan modal? Sampai sepuluh persen, dua puluh persen, lima puluh persen atau sampai hilang semuanya?
- Tujuan Finansial. Tujuan sangatlah penting dalam memulai berinvestasi, karena dari tujuan finansial yang ingin dicapai kita dapat memilih produk investasi yang tepat. Apakah menabung saja sudah cukup? Atau memang perlu berinvestasi?
- Hasil Investasi. Nah ini yang utama, kita harus melihat kinerja dari investasi yang akan kita tanam, bagaimana cara kerja manajer investasi. Kita harus memikirkan perlu tidak untuk investasi di produk yang akan kita pilih. Sebaiknya pelajari juga risiko yang akan muncul, dan jangan malas untuk membandingkan dengan produk lain.
Semoga bemanfaat ☺
Mia Damayanti
Komponen Dana Pendidikan Konvensional
Bulan Oktober biasanya merupakan momen di mana orangtua sedang sibuk melakukan kunjungan open house sekolah yang menjadi pilihan untuk menyekolahkan anak. Selain open house, sekolah konvensional juga membuka pendaftaran penerimaan siswa baru beserta dengan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dan salah satunya, pembayaran uang masuk atau uang pangkal.
baca juga: Sudah Siapkah Dana Pendidikan Anak?
Tidak berhenti di uang pangkal, ada banyak uang-uang lainnya yang perlu dipersiapkan setiap tahunnya saat anak sudah mulai bersekolah.
Ingin tahu biaya apa saja yang terjadi saat anak mulai bersekolah? Saya membaginya menjadi 2, pengeluaran tahunan dan bulanan.
TAHUNAN
- Uang Pendaftaran dan daftar ulang. Beberapa sekolah memberlakukan uang pendaftaran sebagai ganti pembelian formulir saat tahun pertama masuk jenjang pendidikan. Beberapa sekolah juga memberlakukan uang daftar ulang setiap tahun yang nilainya di kisaran ratusan ribu rupiah.
- Uang Pangkal Masuk. Ini merupakan uang yang dibayarkan sekali saja saat tahun pertama di setiap jenjang pendidikan. Biaya masuk ini digunakan oleh sekolah untuk membangun dan melengkapi sarana penunjang pendidikan. Uang Pangkal perlu dipersiapkan semenjak anak lahir karena jumlahnya yang besar. Contohnya, anak saya yang bungsu akan bersekolah jenjang TK A pada Juli 2019 di umurnya yang hampir 4 tahun. Uang Pangkal yang ditetapkan sebesar Rp5.150.000. Maka uang pangkal tersebut saya siapkan dengan menabung sebesar Rp150.000 selama 36 bulan sejak si bungsu lahir. Akan berbeda untuk jenjang Universitas yang tidak lagi bisa dikejar hanya dengan menabung karena jumlahnya yang besar!
- Uang Seragam dan buku. Setiap memasuki jenjang pendidikan baru, murid diharuskan membeli seragam yang dipakai berbeda-beda setiap harinya. Ada seragam putih merah, putih biru, putih abu, seragam pramuka, batik dan seragam muslim untuk sekolah yang kebanyakan siswanya beragama Islam. Biaya buku juga tergolong mahal karena untuk buku pelajaran, setiap sekolah memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Ada juga sekolah yang memasukan komponen biaya buku kedalam uang daftar ulang namun ada juga sekolah yang membebaskan murid untuk membeli buku pelajaran di luar sekolah.
- Uang Kegiatan. Biasanya komponen biaya ini merupakan biaya untuk kegiatan selama satu tahun yang terdiri atas kegiatan ekstrakurikuler, acara seni dan fieldtrip.
BULANAN
- Uang SPP bulanan. Uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan yang dibayarkan setiap bulan seharusnya diambil dari pos pengeluaran rutin setiap bulannya. Idealnya, uang SPP bulanan ini tidak melebihi 10% dari penghasilan setiap bulannya agar masih ada sisa penghasilan yang bisa digunakan untuk pengeluaran lainnya.
- Uang Les. Biaya ini merupakan pilihan bagi orangtua apakah butuh untuk memasukkan anak kedalam les. Apabila dirasa perlu untuk memberikan les kepada anak maka biayanya tidak boleh melebihi 10% dari penghasilan setiap bulannya. Saya sendiri tidak memberikan les untuk anak karena melihat jadwal sekolah anak yang padat serta uang SPP bulanan sudah mencapai 10% dari penghasilan saya.
- Biaya transportasi. Salah satu alasan mencari sekolah yang dekat dengan rumah adalah agar anak tidak kelelahan di dalam perjalanan menuju sekolah serta biaya transportasi dapat ditekan. Banyak sekali alternatif yang dapat dipilih orangtua berkenaan dengan biaya transportasi menuju sekolah. Pilihan pertama, anak bisa berangkat bersama orangtua sehingga hanya perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk pulang dari sekolah. Alternatif kedua, jika ada teman anak yang rumahnya berdekatan, kita bisa melakukan car pooling dan berbagi biaya bahan bakar bersama-sama. Alternatif lainnya, bisa menggunakan jasa transportasi online atau bahkan membayar antar jemputan sekolah.
- Biaya makan siang. Saat ini sekolah banyak yang menjalankan proses belajar mengajar melebihi jam 12:00 siang sehingga anak perlu dibekali dengan makan siang. Beberapa sekolah menyiapkan makan siang bagi murid dan biayanya disatukan dengan uang SPP bulanan. Ada juga sekolah yang bekerja sama dengan katering dan orangtua bisa berlangganan sendiri dan pembayaran diberikan langsung kepada pemilik katering. Bisa juga membuatkan bekal makan siang yang tentunya lebih hemat.
Nah kalau melihat begitu banyaknya komponen biaya pendidikan anak, tentunya akan sangat bijak kalau orangtua bisa menyiapkan dana pendidikan anak sedini mungkin.
-Honey Josep-
5 Hal Keuangan The Grown Ups
Saya ingat benar saat hari wisuda S1 tiba, rasanya bahagia karena sudah menyelesaikan tanggung jawab sekolah tinggi kepada orangtua. Dan, sejak hari itu saya mulai membangun kehidupan saya sendiri.
Apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Selesai kuliah, bekerja di perusahaan yang punya reputasi baik dan mulai meniti karir. Belum lagi ditambah dengan perasaan bangga bisa menghasilkan uang yang seringkali membuat grown ups, mereka yang berusia 20-30 tahun terlena dengan semboyan, “Muda foya foya, Tua kaya raya!”
But hey! Semboyan di atas adalah kesalahan terbesar yang pernah dinyatakan di bumi! Bukan berarti grown ups tidak boleh senang-senang menikmati hasil kerja kerasnya namun ada baiknya kamu the grown ups mengetahui lima hal tentang perencanaan keuangan untuk golongan yang berumur 20-30 tahun:
- Memulai Karir. Buat kamu yang fresh graduate, kamu mulai belajar menghasilkan uang. Selain menghasilkan uang, pastikan kamu juga punya tujuan mengenai karirmu.
Baca juga: Pentingnya Belajar Menghasilkan Uang
- Menabung minimal 10%. Walau kamu boleh menikmati gaji sendiri dengan memberikan self reward, tapi ingat kalau gajimu bukan hanya untuk hidup satu hari. Sisihkan di awal gajian minimal sebesar 10% dari penghasilanmu untuk tujuan keuangan finansial yang dasar seperti Dana Darurat, Dana Pensiun atau bahkan Dana Kepemilikan Rumah.
Baca juga: Atur Uang Sejak Muda
- Down Payment Rumah Pertama. Memiliki rumah pertama bisa jadi sebuah pencapaian besar bagi the grown ups. Jangan biarkan gaya hidup yang tinggi membuat kamu tidak memiliki rumah saat kehidupan berubah, misalnya memiliki keluarga.
Baca juga: Kamu Mampu Kok Memiliki Properti
- Investasi senilai harga sepatumu. Saya biasanya memberikan self reward bagi diri sendiri berupa sepatu yang nyaman yang bernilai ratusan ribu rupiah hingga jutaan di waktu tertentu, misalnya naik gaji, naik jabatan atau mendapatkan bonus tahunan. Tapi tahu kah kamu kalau nilai sepatumu itu bisa dipakai untuk memulai tujuan finansialmu yang lebih besar seperti DP Rumah Pertama, Dana Menikah atau Dana Pensiun.
Baca juga: Investasi Mulai Setengah Harga Sepatumu!
- Liburan VS Belanja. Punya penghasilan sendiri tentunya sah sah saja menggunakan uang untuk liburan atau belanja. Agar keuangan the grown ups bisa kuat untuk membiayai liburan atau belanja dan mungkin keduanya, buat saja tujuan keuangan yang berjudul Dana Liburan atau Dana Belanja.
Baca juga:
Semoga dengan memperhatikan kelima hal di atas, keuangan the grown ups bisa menjadi kuat dan terhindar dari jerat sandwich generation.
Terus bekali diri dengan belajar keuangan secara mandiri. Kini kamu bisa belajar finansial dari mana saja melalui Financial Clinic Online Series (FCOS) dengan aplikasi zoom. QM Financial menyediakan beragam topik finansial yang bisa kamu pilih. Untuk pilihan kelas dan jadwal lengkapnya, kunjungi event.qmfinancial.com.
Honnie Joseph
Atur Uang Generasi Langgas
Generasi Langgas.
Pasti kalian sudah sering mendengar kata tersebut, tapi apakah kalian tahu apa dan siapa generasi langgas itu? Generasi Langgas atau yang biasa kita kenal dengan sebutan millenials adalah mereka yang lahir dalam kurun waktu mulai tahun 1980 sampai dengan tahun 1996.
Mengapa penting mengajarkan edukasi finansial bagi generasi langgas?
Karena menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, penduduk Indonesia adalah sebanyak 267juta jiwa dengan persentase individu produktif 50% dan anak 50%. Tentunya 11 tahun yang akan datang, persentase tersebut akan berubah sehingga pada tahun 2030, Indonesia akan memiliki jumlah invividu produktif sebanyak 68%.
Generasi inilah yang nantinya akan produktif untuk menghasilkan uang.
baca juga: Pentingnya Belajar Menghasilkan Uang
Tentu saja harapannya, millenials tidak hanya pintar menghasilkan uang tapi juga bijak menyimpan uangnya sehingga penting sekali bagi generasi langgas untuk memiliki kebiasaan keuangan yang baik.
Generasi Langgas VS Generasi X dalam mengatur keuangan
Ada perbedaan mencolok dari cara generasi X mengatur uangnya dibandingkan generasi langgas. Menurut lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto yang memperkenalkan Financial Clinic di radio untuk pertama kalinya pada tahun 2006, generasi X merasa ketakutan kalau diberitahu kalau tidak bisa menabung akan menderita saat pensiun nanti. Namun sebaliknya, bagi generasi langgas, mereka merasa hidup mereka baik-baik saja walau tidak bisa menabung toh masih bisa ngopi. Enggak punya kendaraan? Jangan khawatir, ada transportasi dengan basis online application. Enggak punya rumah? Buat apa punya rumah kalau sering pergi liburan? Mau makan, tinggal order delivery! Serba praktis!
Sebenarnya, kebutuhan dan kegelisahan generasi langgas masih sama dengan generasi sebelumnya hanya saja cara pendekatannya yang berbeda. Generasi langgas tidak mempan ditakut-takuti seperti generasi X. Mereka lebih membutuhkan positive encouragement dengan instant reward.
Contohnya, generasi langgas mudah sekali mendapatkan respon secara instant melalui media sosial. Kalau dulu, generasi X harus keluar masuk perlombaan atau festival untuk masuk dapur rekaman. Sekarang, cukup unggah kemampuan bernyanyi d media sosial, apabila mendapat “likes” atau “view” dengan jumlah fantastis, generasi langgas bisa jadi selebritis dengan mudahnya.
Itulah juga yang menyebabkan generasi langgas lebih tertarik untuk berinvestasi saham secara langsung dibandingkan investasi sedikit-sedikit secara berkala di reksadana. Bila berinvestasi saham secara langsung, kemungkinan untuk mendapatkan imbal hasil 30% dalam sehari amat sangat mungkin terjadi. Padahal, berinvestasi saham secara langsung juga memungkinkan investor untuk mengalami kerugian (loss) lebih dari 30% dalam sehari.
baca juga: Siap Nabung Saham
Sebenarnya, saat mengatur keuangan yang terpenting bukanlah imbal hasil dari tabungan atau investasi.
Masa sih? Coba deh baca kalimat ini dengan suara lantang, “Saya tidak butuh return!”
Bagaimana rasanya? Beneran enggak butuh return? Tidak menarik?
Filosofi “Saya tidak butuh return!” yang mau diajarkan Ligwina adalah bahwa kita tidak usah terburu-buru ingin mendapatkan imbal hasil besar dalam sekejap, memiliki apartemen atau rumah ataupun portofolio yang banyak. Yang paling terpenting adalah saat uang dibutuhkan untuk tujuan finansial tertentu, tersedia dengan jumlah yang cukup dan semua ada prosesnya. Ada proses untuk tujuan finansial yang membutuhkan imbal hasil tinggi atau bisa juga dengan hanya menabung.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan generasi langgas untuk memiliki kekuatan finansial seperti generasi sebelumnya:
- Pencatatan Arus Kas. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat melihat pola keuangan yang dimiliki. Misalnya, setiap bulan dengan penghasilan Rp5juta, dipakai sehari-hari Rp3juta tetapi hanya bisa menabung Rp500ribu. Secara di atas kertas, harusnya kamu memiliki Rp2juta untuk ditabung, tetapi nyatanya hanya bisa menabung Rp500ribu, kemana larinya uang Rp1.500.000 milikmu?
- Alokasi uang. Di QM Financial, ada 5 kategori alokasi uang seperti Cicilan Utang (maks. 30% dari penghasilan), Pengeluaran Rutin, Sosial, Menabung, dan Gaya Hidup. Dua kategori pengeluaran yang selalu ada pada semua orang namun jumlahnya berbeda adalah Cicilan Utang dan Pengeluaran Rutin. Bagi generasi langgas yang seringkali keluar masuk pekerjaan baru, kedua pengeluaran ini harus dipastikan dibayar tepat waktu walau sedang tidak berpenghasilan.
- Batasi Cicilan Utang. Ligwina kuatir kalau first jobber sudah memiliki cicilan utang seperti menyarankan membeli rumah. Memang memiliki properti tidak pernah salah karena keterbatasan lahan dibandingkan dengan jumlah penduduk di masa datang. Tapi coba deh beneran dicek kembali, apakah millenials mampu secara finansial dan mental untuk berkomitmen membeli properti. Kalaupun belum siap berkomitmen untuk membelinya, jangan lalai, tetap kumpulkan down payment untuk pembelian properti. Generasi langgas punya kecenderungan untuk menunda pembelian property karena biasanya menikah saat sudah matang dan lebih memilih tinggal bersama orangtua sebelum menikah. Pikirkan kalau ingin berhutang, kamu hanya memiliki ruang 30% dari penghasilan untuk membayar beban cicilan.
- Tujuan Menabung. Orang yang memiliki kondisi keuangan yang sehat akan mampu untuk menabung. Semakin besar komposisi menabung dari cicilan utang maka kondisi keuangannya kuat. Mereka yang kesulitan menabung biasanya tidak punya target dan tujuan finansial di masa depan. Oleh karena itu, buatlah tujuan yang ingin dicapai di masa mendatang
- Beraksi. Semua langkah-langkah di atas tidak akan menjadi apa-apa kalau tidak dilakukan! Sekarang saatnya kamu menjadi generasi langgas yang mandiri dan kuat secara finansial.
Apakah kamu sebagai generasi langgas sudah siap untuk memiliki kekuatan finansial? Terapkan langkah-langkah di atas dan terus follow instagram QM Financial serta twitter @QM_Financial. Ada juga #FinClic dan IG Live yang seru setiap Senin!
-Honey Josep-
Work Life Balance
Menghadapi masalah di kantor mempunyai pengaruh buruk bagi kesehatan apabila kurang waktu olahraga karena kesibukan yang padat, sering makan sembarangan dan tidak membuat rencana keuangan.
Bagaimana cara agar bisa mencapai work-life balance tersebut ?
Pada tanggal 29 Oktober 2018, Sehati by WeCare mengadakan Wealth & Wellness Workshop agar bisa mencapai work-life balance. QM Financial diundang oleh Sehati, sebagai narasumber ‘Sehat Keuangan Untuk Profesional Muda’ di acara tersebut yang dilaksanakan CoCoWork d.Lab, Jakarta Pusat.
Fatma Dewi Vidiasih Wulansari, trainer QM Financial yang akrab dipanggil Wulan menerangkan bahwa profesional muda harus menghadapi kenyataan kondisi keuangannya. Mengapa demikian? Karena profesional muda biasanya tidak memperhatikan cashflow bulanan serta membedakan kebutuhan dengan keinginan.
baca juga: Atur Uang buat Milenial
Untuk mengecek kesehatan tubuh, kita bisa melakukan medical check up. Hasil dari pengecekan tersebut tertera di dalam laporan laboratorium itulah yang membuktikan apakah kita dalam kondisi sehat atau tidak. Sedangkan untuk membuktikan kondisi keuangan sehat atau tidak, kita bisa melakukan financial check up.
Faktor indikator kondisi keuangan sehat, yaitu :
1. Punya harta (total aset positif, setelah dikurangi total utang). Punya harta tersebut adalah mempunyai aset aktif yang dapat menghasilkan diluar penghasilan bulanan, seperti rumah kontrakan, apartemen yang disewa, tanah perkebunan atau sawah yang menghasilkan.
baca juga: Khawatir Gak Siap Pensiun?
2. Masih ada sisa uang yang ditabung. Dari penghasilan bulanan yang didapatkan setelah dikurangi pengeluaran rutin dan cicilan setiap bulanan masih ada sisa untuk ditabung atau diinvestasikan.
baca juga: Financial Planning for Millenials
3. Rasio keuangan yang sehat. Rasio keuangan yang sehat dari penghasilan adalah total cicilan utang 30%, menabung 10%, aset lancar minimal 4X pengeluaran bulanan. Aset lancar adalah aset yang mudah dicairkan seperti reksadana, tabungan, emas, dan uang tunai.
baca juga: Karyawan bisa gampang atur keuangan
Apabila sudah memenuhi indikator kondisi keuangan sehat maka dapat mencapai langkah selanjutnya, yaitu mencapai Tujuan Finansial, ada beberapa langkah mencapainya :
- Financial Check Up. Financial check up sebaiknya dilakukan selama 1 tahun sekali. Apabila sudah menikah, sebaiknya dilakukan berdua dengan pasangan. karena bisa mendiskusikan bersama pengeluaran dan pemasukan secara bersama.
baca juga: Kapan Perlu Financial Check Up?
- Keuangan Sehat. Bagaimana agar mencapai keuangan sehat? Sebaiknya catat semua pengeluaran selama satu bulan dan ke atm 1 minggu sekali. Hal ini dimaksudkan agar dapat melihat pola pengeluaran selama satu bulan. Sehingga apabila ada pengeluaran yang bisa diminimalisasi jumlahnya dapat menambah porsi sisa penghasilan yang dapat ditabung atau diinvestasikan.
baca juga: Greatest Weakness
- Tujuan Finansial. Setelah keuangan sudah sehat tentukan tujuan finansialmu, sesuai kebutuhan. Misalnya traveling, hobi jalan-jalan bisa dijadikan salah satu tujuan finansial. Jadi, enggak perlu berhutang untuk melakukannya.
baca juga: Tujuan Lo Apa?
- Cara Mencapai. Bagaimana cara mencapai tujuan finansialnya bisa menabung atau berinvestasi selama jangka waktu yang telah ditentukan.
baca juga: Memilih Produk yang melayani Tujuan Finansial
Nah, para profesional muda, apakah kamu sudah mencapai indikator kondisi keuangan sehat dan menuju tujuan finansial ? Karena dengan keuangan yang sehat kita bisa menjadi kuat untuk orang lain.
baca juga: “When we are (financially) stronger, we can be stronger for others for longer period of time” – Ligwina Hananto
Semoga bermanfaat!
Mia Damayanti
Sehat Tanpa Kuras Kantong
Mens sana in corpore sano
Tentunya kita sudah sering mendengar semboyan tersebut bahwa di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.
Untuk memiliki tubuh yang sehat, tentunya harus dimulai dari makan makanan sehat dan berolahraga. Selain itu, ingat juga untuk melakukan health check up minimal setahun sekali.
baca juga: Financial Plan for Millenials
Gaya hidup sehat bagi sebagian orang dinilai cukup “mahal”. Benarkah demikian?
Beberapa tahun belakangan, saya mulai mengikuti gaya hidup sehat yang berkembang di masyarakat.
Dan berikut tips agar tetap sehat tanpa menguras kantong:
Pilih olahraga yang mudah dan disukai. Bagi saya, olahraga termudah yang bisa dilakukan adalah jogging. Peralatannya pun murah, Anda hanya memerlukan sepasang sepatu khusus lari, kaos dan celana lari. Tidak perlu membeli sepatu lari yang mahal terutama bagi pelari yang baru mulai berolahraga.
coba baca: Berolahraga Meski Tak Bersama
Gym Membership VS Online Tutorial. Buat kalian yang serius untuk mulai berolahraga mungkin akan merasakan kebutuhan untuk menggunakan personal trainer. Bijaklah memilih gym membership karena biaya keanggotaannya cukup menguras kantong. Pastikan saat membeli gym membership, lokasi pusat kebugaran dekat dengan lokasi aktivitas sehari-hari agar memungkinkan Anda untuk menggunakannya sesering mungkin.
Bagi saya, karena olahraga yang saya tekuni adalah berlari maka saya tidak membutuhkan gym membership. Untuk jenis olahraga lainnya seperti yoga dan body toning, saya mengandalkan online tutorial.
baca juga: Gue pernah overweight dan turun 18 kilo!
Makanan sehat. Untuk memiliki gaya hidup yang sehat tentunya juga mengikutsertakan makanan. Kebanyakan orang berpikir memasak makanan sehat secara biaya cukup mahal. Iya mahal bila makanan yang dimasak menggunakan bahan impor padahal pangan lokal sangat terjangkau harganya.
baca juga: Choose your lifestyle, Chase your dream
Nah, terbukti kan kalau menjadi sehat tidak berarti harus menjadi bokek!
Honey Josep
Krisis dalam Bisnis
Apakah kamu pemilik bisnis? Pemilik bisnis seringkali dilihat orang lain itu, keren! Karena punya perusahaan sendiri, punya karyawan, dan menjadi bos.
baca juga: Bisnis yang Sukses!
Tapi apakah kamu tahu bahwa menjadi pemilik bisnis itu pusing loh! Memikirkan strategi bisnis agar perusahaan tetap berjalan, membayar gaji & THR karyawan dan pengeluaran-pengeluaran lain yang diperlukan dalam perusahaan.
baca juga: Harap Harap Cemas Bayar THR
Pemilik bisnis juga harus siap menghadapi krisis! Krisis dalam bisnis seperti apa? Mari kita cari tahu melalui artikel ini!
20 Agustus 2018, lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto diundang oleh perhimpunan Wali (perhimpunan waralaba dan lisensi indonesia) di Hotel Liberta Kemang yang dihadiri oleh para franchisor anggota Wali. Dalam kesempatan ini Ligwina Hananto, yang juga merupakan CEO QM Financial memaparkan mengenai krisis dalam usaha itu berawal dari pengelolaan keuangan dalam bisnis.
Pemahaman mengenai krisis dalam bisnis itu berbeda-beda bagi setiap pemilik usaha. Misalnya, krisis tidak bisa membayar gaji karyawan, krisis tidak ada untung, krisis kurangnya bahan pokok produksi dan lainnya. Namun krisis dalam bisnis dapat dicegah dengan memulai pengelolaan keuangan cashflow pribadi. Pebisnis tidak menyadari bahwa bisnis hanya merupakan salah satu elemen rencana keuangan, masih ada gambaran besar (big picture) dari elemen keuangan yaitu Blue Print Of Your Life Finance.
Apabila cashflow pribadi pemilik bisnis masih menyatu dengan cashflow keuangan dalam bisnisnya, maka kemungkinan besar krisis dalam bisnis akan melanda.
baca juga: Cari Uang Itu Gampang!
Agar terhindar dari kisis dalam bisnis, pengusaha harus memperhatikan hal berikut :
- Pisahkan Rekening Bisnis Dengan Rekening Pribadi. Ini salah satu hal yang terpenting untuk para pebisnis. Banyak pemilik usaha masih menggabungkan antara uang bisnis dan uang pribadi. Apabila hal tersebut terjadi, segeralah memisahkan antara rekening bisnis perusahaan dengan rekening pribadi. Hal ini dimaksudkan agar dapat terlihat secara terpisah yang mana pendapatan dan pengeluaran uang bisnis serta yang mana pemakaian uang pribadi.
- Punya Catatan Pengeluaran. Sama halnya dengan pengeluaran pribadi, pengeluaran dalam bisnis juga harus dicatat dan dibuat laporan keuangannya. Dengan pencatatan yang lengkap mengenai pengeluaran-pengeluaran dalam perusahaan dari jumlah yang besar sampai yang kecil tanpa terkecuali, pemilik usaha dapat melihat apakah bisnisnya meraih untung atau malah merugi.
- Anggaran Ongkos / Pengeluaran Tetap. Buatlah daftar yang termasuk pengeluaran tetap dalam bisnismu dan tentukan anggaran / ongkos pengeluaran tetap tesebut. Setiap bulannya ongkos pengeluaran tetap menjadi pengeluaran yang utama.
- Periksa Penjualan = Margin Positif. Periksa penjualan yang terjadi. Setiap bulan, hitung pendapatan dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran yang lainnya seperti ongkos kirim, makan, parkir dan lainnya. Apakah penjualan bisnis mempunyai margin positif atau negatif? Mudah-mudahan selalu positif!
- Hitung Profit. Nah Apabila penjualan sudah bermargin postif, hitung profit! Caranya Margin Positif tersebut/Laba Kotor di kurangi dengan pendapatan tetap setiap bulannya.
Semoga, dengan penerapan hal-hal di atas pemilik usaha dapat menghindari krisis dalam bisnis.
baca juga: Rumus Sakti Kelola Keuangan Bisnis
Namun yang tak kalah penting untuk menghindari krisis dalam bisnis adalah mempunyai tim yang solid. Dengan tim yang hebat, kerja seorang pembisnis akan lebih lancar. Perkembangan bisnis tidak saja terencana tetapi juga tereksekusi dengan baik.
baca juga: Tim Yang Solid
Ingin tahu bagaimana mengukur kinerja karyawan agar mempunyai tim yang solid? Ikuti #FinClicWorkshopBisnis modul Human Capital Management tanggal 20-21 Oktober 2018.
baca juga: Sumber Daya Manusia Tepat, Bisnis Kuat