Cara Mengatur Ulang Anggaran Setelah Pengeluaran Lebaran Membengkak
Mengatur anggaran setelah Lebaran memang sering jadi tantangan tersendiri. Banyak orang baru sadar dompet mulai tipis setelah euforia bagi-bagi THR, belanja baju baru, sampai mudik ke kampung halaman.
Rasanya semua pengeluaran waktu itu seperti sah-sah saja. Baru setelah momen libur selesai, mulai kelihatan repotnya. Tagihan datang. Tabungan berkurang. Saldo rekening ikut-ikutan tiris.
Situasi kayak gini sebenarnya wajar. Namanya juga momen spesial yang enggak datang tiap bulan. Tapi tetap saja, kondisi keuangan perlu dibereskan lagi supaya enggak makin berantakan. Perlu cara yang pas biar perlahan bisa balik ke ritme normal.
Enggak perlu panik, enggak harus langsung ekstrem. Semua bisa diatur pelan-pelan, asal tahu caranya.
Table of Contents
Cara Mengatur Anggaran Setelah Lebaran

Lebaran memang selalu seru. Tapi habis itu, banyak orang baru sadar: kok saldo tinggal segini? Kok tabungan jebol? Kok malah muncul utang baru?
Tenang. Kondisi kayak gini tuh wajar banget. Yang penting, jangan panik. Masih bisa kok disiasati. Ini cara mengatur anggaran setelah pengeluaran Lebaran kebablasan.
1. Cek Kondisi Dompet dan Rekening Secara Jujur
Langkah mengatur keuangan yang pertama ini simpel tapi kadang suka bikin nyesek: cek semua sisa uang yang ada. Lihat saldo rekening. Cek e-wallet. Hitung uang tunai di dompet. Kalau ada utang, catat juga. Termasuk cicilan kartu kredit, paylater, atau uang yang masih harus dibayar ke orang lain.
Jangan cuma mengira-ira ya. Harus jelas angkanya. Karena ini bakal jadi dasar buat mengatur keuangan kembali ke depannya. Intinya, berani jujur sama kondisi sendiri itu langkah awal buat pulih.
Baca juga: Financial Check-Up setelah Lebaran, Bonus Template Cash Flow
2. Catat Semua Pengeluaran Selama Lebaran
Ini langkah mengatur keuangan yang penting banget. Coba ingat-ingat dan tulis semua pengeluaran selama momen Lebaran kemarin.
Mulai dari:
- THR untuk keluarga
- Ongkos mudik
- Oleh-oleh dan hampers
- Jajan dan makan di luar
- Beli baju baru
- Dekorasi rumah
- Sedekah atau zakat tambahan
- Sampai yang receh kayak parkir, bensin, atau tips-tips kecil
Kenapa harus dicatat? Supaya tahu sebenarnya bocor paling besar itu di mana. Jangan-jangan bukan di THR, tapi malah di makan-makan terus selama liburan. Atau mungkin ongkos mudik ternyata gede banget.
Catatan ini juga berguna buat evaluasi nanti. Tahun depan bisa jadi bahan pelajaran.
3. Utamakan Kebutuhan Pokok Dulu, Sisanya Belakangan
Setelah tahu sisa uang dan sudah tahu ke mana aja perginya, sekarang saatnya bikin prioritas mengatur keuangan. Fokus ke pengeluaran paling penting dulu. Yang wajib-wajib saja. Biasanya ini meliputi:
- Makan sehari-hari
- Bayar listrik, air, internet
- Transportasi buat kerja
- Cicilan rumah atau kendaraan
- Biaya sekolah anak kalau ada
- Dan tagihan lain yang nggak bisa ditunda
Kalau dana tinggal mepet, hal-hal kayak nongkrong, belanja online, atau pesan makanan bisa dipending dulu. Yang penting kebutuhan pokok aman.

4. Rem Dulu Semua Pengeluaran Nggak Penting
Ini saatnya latihan ngerem gaya hidup. Bukan berarti pelit atau enggak boleh senang-senang. Tapi lebih ke sadar diri saja: uang lagi terbatas.
Biasakan masak sendiri di rumah. Bawa bekal kalau perlu. Batasi nongkrong atau hangout yang enggak perlu. Kalau biasanya weekend selalu makan di luar, coba skip dulu sebulan. Cari hiburan yang murah atau gratis. Kayak nonton YouTube, baca buku, main bareng keluarga, atau olahraga ringan di rumah.
Intinya: belajar puas dengan yang ada dulu. Sampai kondisi keuangan mulai stabil lagi.
5. Susun Ulang Pos Tabungan dan Dana Darurat
Kalau kemarin sempat ambil dana darurat atau kuras tabungan, enggak masalah. Itu memang fungsinya. Tapi sekarang waktunya memikirkan cara isi ulang lagi.
Enggak usah langsung besar. Enggak usah maksa. Sisihkan aja sedikit-sedikit. Misalnya Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per minggu. Atau berapa pun yang realistis.
Yang penting rutin dan konsisten. Karena tabungan dan dana darurat itu kayak bumper keuangan. Kalau diisi terus, nanti bakal lega sendiri rasanya.
6. Cari Penghasilan Tambahan Kalau Memungkinkan
Kalau kondisi benar-benar seret, enggak ada salahnya cari pemasukan tambahan. Enggak perlu langsung mikir kerjaan besar. Mulai dari hal kecil aja dulu. Bisa jual barang bekas yang masih bagus. Bisa buka pre-order makanan ringan. Bisa ambil kerjaan freelance. Atau bantu orang lain yang butuh jasa tertentu.
Misalnya jago desain, tawarkan bikin poster atau feed Instagram. Jago nulis, cari project kecil-kecilan. Jago masak, coba jualan makanan online. Lumayan banget buat nutup kebutuhan sementara.

7. Evaluasi Pola Belanja Lebaran Kemarin
Terakhir, jangan lupa evaluasi. Lihat lagi pola belanja saat Lebaran kemarin. Tulis aja jujur-jujuran: mana yang memang perlu, mana yang sebenarnya nggak harus ada.
Kadang bukan soal uangnya kurang. Tapi memang cara belanjanya yang kurang terkontrol. Dari evaluasi ini, bisa banget disusun strategi buat Lebaran tahun depan. Misalnya mulai siapkan THR sejak jauh-jauh hari. Atau bikin bujet khusus hampers beberapa bulan sebelum puasa.
Makin sadar pola belanja, makin gampang juga mengatur uang ke depannya.
Baca juga: Contoh Financial Planning Pribadi yang Cocok untuk Semua Orang
Mengatur anggaran setelah pengeluaran Lebaran memang butuh usaha ekstra. Tapi bukan berarti mustahil. Justru dari momen inilah biasanya orang jadi lebih peka sama pola belanja dan cara pakai uang.
Enggak apa-apa kalau kemarin sempat kebablasan. Yang penting sekarang sudah tahu apa yang harus dibenahi. Mulai pelan-pelan saja. Kuncinya konsisten, sabar, dan nggak gampang tergoda beli ini-itu lagi.
Lama-lama kondisi keuangan pasti bisa pulih dan kembali stabil seperti semula.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Strategi Mengelola Pesangon PHK agar Tidak Cepat Habis
Mendapatkan pesangon PHK bisa jadi momen yang campur aduk. Di satu sisi, ada rasa lega karena punya uang cadangan. Tapi di sisi lain, ada kekhawatiran soal masa depan.
Kalau tidak dikelola dengan baik, uang pesangon PHK ini bisa cepat habis tanpa disadari. Apalagi kalau gaya hidup masih sama seperti saat masih bekerja. Makanya, penting untuk mengatur pesangon dengan strategi yang tepat agar cukup untuk kebutuhan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Table of Contents
Mengelola Pesangon PHK

Jangan sampai pesangon PHK hanya numpang lewat di rekening. Harus ada rencana yang jelas supaya uangnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.
So, kamu bisa memulai dari beberapa langkah sederhana seperti mulai dari menyusun anggaran, membatasi pengeluaran, sampai mencari cara untuk menambah pemasukan. Dengan langkah yang tepat, pesangon bisa jadi penyelamat keuangan selama masa transisi, bukan sekadar uang pegangan sementara.
Berikut langkah-langkah mengelola pesangon PHK agar tak cepat habis, dan bisa bermanfaat optimal.
1. Buat Prioritas Pengeluaran
Jangan langsung tergoda belanja. Ingat loh, uang pesangon PHK bukan uang kaget, bukan menang lotere ya. Hitung total pesangon, lalu pisahkan untuk kebutuhan utama seperti makan, sewa, listrik, dan cicilan. Pastikan yang wajib terpenuhi dulu sebelum memikirkan pengeluaran lain.
Setelah kebutuhan utama, sisihkan sebagian ke rekening khusus yang enggak mudah diakses agar tetap aman. Dana ini berguna untuk biaya hidup selama mencari pekerjaan baru atau menghadapi situasi tak terduga, seperti biaya kesehatan atau kebutuhan mendesak lainnya. Idealnya, alokasikan dana yang cukup untuk bertahan setidaknya tiga hingga enam bulan ke depan.
Baca juga: Bangkit Setelah Menjadi Korban PHK, Ini yang Harus Kamu Lakukan
2. Gunakan Secara Bertahap
Atur penggunaannya seperti gaji bulanan, misalnya dengan membagi total pesangon untuk beberapa bulan ke depan. Buat anggaran sederhana agar pengeluaran tetap terkontrol dan dana bisa bertahan lebih lama.
Jika perlu, pisahkan uang di rekening berbeda atau gunakan fitur tabungan berjangka biar enggak mudah tergoda menggunakannya untuk hal yang kurang penting. Dengan cara ini, keuangan tetap stabil selama masa transisi sebelum mendapatkan pekerjaan baru.
3. Kurangi Pengeluaran Tidak Mendesak
Saat menerima pesangon PHK, godaan untuk belanja besar bisa muncul, tapi sebaiknya tahan diri. Hindari membeli barang yang enggak benar-benar dibutuhkan, makan di tempat mahal, atau liburan mewah.
Fokus pada pengeluaran penting agar pesangon bisa bertahan lebih lama. Jika ada sesuatu yang diinginkan, tunda dulu dan pertimbangkan kembali apakah benar-benar perlu.
4. Lunasi atau Restrukturisasi Utang
Jika masih memiliki utang, cek dulu mana yang berbunga tinggi, seperti kartu kredit atau pinjaman online. Lalu, prioritaskan untuk dilunasi lebih dulu, biar nggak jadi beban keuangan.
Kalau pesangonnya nggak cukup untuk melunasi semuanya, cari opsi restrukturisasi. Kamu bisa coba negosiasi cicilan lebih ringan atau perpanjangan tenor agar pembayaran lebih terjangkau. Jangan sampai pesangon habis untuk kebutuhan lain sementara utang terus menumpuk.

5. Cari Penghasilan Tambahan
Jangan hanya mengandalkan pesangon PHK, sekarang juga kamu harus cari cara agar tetap ada pemasukan. Manfaatkan keahlian yang dimiliki, misalnya dengan mencari pekerjaan freelance, membuka jasa kecil-kecilan, atau menjual produk online.
Jika punya keterampilan menulis, desain, atau editing, coba cari proyek di platform freelance. Kalau suka memasak atau punya hobi tertentu, bisa dijadikan bisnis kecil dari rumah.
Selain menambah penghasilan, ini juga bisa jadi peluang karier baru. Yang penting, pilih pekerjaan yang fleksibel dan enggak butuh modal besar.
6. Pertimbangkan Asuransi Kesehatan
Jika sebelumnya asuransi kesehatan ditanggung oleh perusahaan, segera cari alternatif perlindungan setelah terkena PHK. Biaya medis bisa menjadi beban besar kalau enggak ada jaminan kesehatan.
Pertimbangkan untuk membeli asuransi mandiri dengan premi yang sesuai kemampuan atau manfaatkan BPJS Kesehatan sebagai opsi yang lebih terjangkau. Jangan sampai dana pesangon habis hanya karena harus membayar biaya pengobatan yang mendadak. Pilih asuransi dengan cakupan manfaat yang memadai agar tetap terlindungi tanpa membebani keuangan.
7. Evaluasi dan Sesuaikan Rencana Keuangan
Mengelola pesangon PHK bukan hanya soal membuat anggaran di awal, tapi juga memastikan penggunaannya tetap sesuai rencana. Pantau pengeluaran secara berkala, catat setiap transaksi, dan evaluasi apakah dana masih cukup untuk jangka waktu yang ditargetkan.
Kalau ada pengeluaran tak terduga atau pemasukan tambahan, sesuaikan anggaran agar tetap seimbang. Jika pesangon mulai menipis lebih cepat dari perkiraan, cari cara untuk menghemat atau menambah penghasilan. Fleksibilitas dalam mengatur keuangan akan membantu menghadapi situasi tak terduga tanpa menguras dana lebih cepat dari yang seharusnya.

8. Investasikan Sebagian Dana
Last but not least—dan kalau memang memungkinkan—agar pesangon enggak habis begitu saja, alokasikan sebagian ke investasi yang aman dan mudah dicairkan.
Pilihan seperti deposito atau reksa dana pasar uang bisa menjadi opsi karena risikonya rendah dan dana tetap bisa diakses saat dibutuhkan. Hindari investasi yang terlalu berisiko atau yang mengunci dana dalam jangka panjang, terutama jika belum ada penghasilan tetap.
Mulai dengan nominal kecil, dan pahami instrumennya. Pastikan investasi sesuai dengan kebutuhan keuangan jangka pendek maupun menengah.
Baca juga: 2 Cara Menentukan Besarnya Bonus Karyawan yang Diterima dari Perusahaan
Mengelola pesangon PHK dengan bijak bisa membantu bertahan lebih lama di masa transisi. Jangan terburu-buru menghabiskannya tanpa rencana.
Setiap keputusan keuangan sekarang akan berpengaruh ke kondisi finansial ke depan. Dengan strategi yang tepat, pesangon bisa jadi penyelamat, bukan sekadar uang yang cepat habis. Yang penting, gunakan dengan cermat dan tetap disiplin agar keuangan tetap aman sampai ada sumber penghasilan baru.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Cara Mengidentifikasi Lifestyle Inflation dalam Kehidupan Sehari-hari
Kadang secara enggak sadar, ternyata lifestyle inflation sedang terjadi. Ini tuh paling sering kejadian kalau penghasilan kita juga naik perlahan. Akhirnya, karena “ada”, tiba-tiba saja pola pengeluaran berubah. Entah posnya bertambah, atau nominalnya yang berubah.
Lifestyle inflation ini kalau enggak terkendali, bisa menggoyang rencana keuangan loh!
Table of Contents
Apa Itu Lifestyle Inflation?

Lifestyle inflation adalah peningkatan gaya hidup seiring dengan bertambahnya penghasilan. Pengeluaran cenderung meningkat untuk memenuhi keinginan baru, bukan kebutuhan, sehingga penghasilan tambahan enggak digunakan untuk menabung atau berinvestasi.
Akibatnya, meskipun pendapatan naik, kemampuan keuangan tuh tetep saja, enggak bertambah, karena pengeluaran terus mengikuti. Lebih fatal lagi, kadang malah melebihi kenaikan penghasilan tersebut.
Kalau kita enggak hati-hati, keuangan secara keseluruhan bisa goyah. Apalagi kalau ternyata kenaikan penghasilan itu sifatnya hanya sementara. Misalnya, secara kebetulan, kita ditunjuk untuk memimpin divisi tertentu, yang ada durasi jabatannya. Saat memimpin divisi itu, ada tambahan tunjangan yang kita terima. Jabatan tersebut hanya kita pegang selama 5 tahun. Setelah masa jabatan habis, tunjangan pun enggak lagi ada.
Terus, apa kabar pengeluaran yang tadinya sudah ada? Padahal, menurunkan standar hidup itu enggak semudah saat menaikkannya.
Fenomena ini dapat menghambat pencapaian tujuan keuangan jangka panjang. Nah, karena itu, kamu harus tahu nih ciri-ciri sedang terjadi lifestyle inflation, agar kamu bisa jadi lebih waspada akan pengeluaran tambahan yang “mendadak” ada ini.
Baca juga: 5 Cara Agar Gaya Hidup Sejalan dengan Gaji
Ciri-Ciri Sedang Terjadi Lifestyle Inflation

1. Besar Pasak daripada Tiang
Besar pasak daripada tiang, alias pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan adalah tanda utama gaya hidup yang enggak sehat secara finansial. Kalau hal ini kamu alami, maka kamu harus langsung waspada bahwa lifestyle inflation sedang terjadi.
Kondisi ini—jika dibiarkan berlarut-larut—bisa membuatmu bergantung pada utang atau kartu kredit. Bahkan kamu bisa terjebak menggunakan keduanya untuk menutupi kebutuhan harian.
Pastinya, ke depan akan semakin berat kalau enggak segera dikendalikan. Kebiasaan ini dapat menumpuk beban finansial, terutama dengan adanya bunga atau biaya tambahan dari utang. Dalam jangka panjang, situasi ini berpotensi menghambat kemampuan untuk menabung, berinvestasi, atau mencapai tujuan keuangan lainnya.
2. Keinginan Menjadi Kebutuhan
Dalam keuangan kita diajarkan untuk memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan. Keinginan boleh saja dipenuhi, asalkan kebutuhan sudah mencukup terlebih dulu. Yang masuk daftar keinginan adalah hal-hal atau barang yang sebelumnya dianggap sebagai kemewahan atau bersifat tersier. Misalnya seperti gadget keluaran terbaru, makan di restoran mahal, nonton konser, dan sejenisnya.
Ketika hal-hal yang bersifat tersier ini lantas dianggap sebagai kebutuhan pokok—yang kalau enggak dipenuhi, kita merasa jadi “terancam”—maka waspadalah, karena itu sudah jadi tanda-tanda lifestyle inflation.
Pola ini mencerminkan gaya hidup yang semakin meningkat seiring waktu. Jika enggak dikendalikan, kecenderungan ini dapat memengaruhi prioritas keuangan. Akhirnya hal ini bisa membuat pengeluaran enggak lagi sejalan dengan kemampuan, dan mengorbankan alokasi untuk hal yang lebih penting lainnya.
3. Frekuensi Belanja Meningkat
Meningkatnya frekuensi pembelian juga bisa menjadi salah satu indikator lifestyle inflation. Kebiasaan ini biasanya muncul ketika barang baru dianggap lebih menarik meski barang lama masih berfungsi dengan baik.
Contohnya adalah sering mengganti gadget, pakaian, atau peralatan rumah tangga hanya karena ingin mengikuti tren terbaru. Kebiasaan ini enggak hanya meningkatkan pengeluaran, tetapi juga tak ramah lingkungan.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengurangi kemampuan menabung dan membuat keuangan lebih rentan terhadap situasi darurat.
4. FOMO
Tuntutan gaya hidup sosial yang kemudian menjadi FOMO juga sering menjadi pemicu utama lifestyle inflation. Dorongan untuk mengikuti tren atau memenuhi ekspektasi lingkungan sekitar, seperti beli barang yang viral dan mahal yang sebenarnya enggak perlu-perlu amat dapat memengaruhi keputusan finansial.
Kebiasaan ini biasanya dipicu oleh kebutuhan akan pengakuan atau rasa ingin diterima dalam lingkungan sosial tertentu. Akibatnya, pengeluaran meningkat bukan karena kebutuhan, tetapi demi menjaga citra di mata orang lain.
Jika dibiarkan, hal ini dapat menguras tabungan, mengurangi alokasi investasi, dan memperburuk kondisi keuangan jangka panjang.

5. Aset Enggak Bertumbuh
Menurunnya nilai tabungan dan investasi menjadi salah satu dampak nyata dari lifestyle inflation. Gaji sih naik, penghasilan bertambah, tapi ternyata enggak ada pertumbuhan signifikan dalam aset. Ini juga tanda-tanda kamu harus waspada.
Coba cari penyebabnya. Bisa jadi karena sebagian besar pendapatan dialokasikan untuk memenuhi gaya hidup yang terus berkembang. Ketika prioritas beralih ke pengeluaran konsumtif, potensi keuntungan dari investasi atau tabungan menjadi terabaikan. Akhirnya tujuan jangka panjang ya tinggal wacana saja.
6. Uang Tambahan untuk Konsumtif
Menggunakan uang tambahan untuk konsumsi mungkin saja wajar. Tetapi sebenarnya, bisa jadi tanda lifestyle inflation loh.
Ketika bonus, insentif, atau penghasilan tambahan langsung dihabiskan untuk belanja, liburan, atau hiburan, peluang untuk memperkuat keuangan jangka panjang akan terlewatkan. Padahal, penghasilan ekstra yang dapat dialokasikan untuk menambah tabungan, melunasi utang, atau berinvestasi, yang bikin kita lebih cepat mencapai tujuan keuangan.
Kebiasaan ini enggak cuma menghambat pertumbuhan finansial, tetapi juga menciptakan pola konsumsi impulsif yang sulit dikendalikan jika terus dibiarkan.
Baca juga: 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet
Memahami tanda-tanda lifestyle inflation penting untuk menjaga keuangan tetap sehat. Dengan mengenali pola pengeluaran yang enggak terkendali, langkah pencegahan bisa segera dilakukan untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Hobi yang Menghasilkan: Mengubah Kegemaran Menjadi Pendapatan
Apa hobimu? Setiap orang memang seyogyanya memiliki hobi. Selain bisa menjadi pelepas penat dari rutinitas, hobi juga bisa dikaryakan agar menghasilkan. Hobi yang menghasilkan apa? Uang, tentu saja.
Pastinya, kalau punya hobi yang menghasilkan seperti ini, manfaatnya akan luar biasa, bukan?
So, buat kamu yang saat ini pengin mendapatkan penghasilan tambahan atau sampingan dan kebetulan juga punya hobi, ada beberapa langkah nih yang mesti kamu lakukan sebelum akhirnya bisa membuat kegemaranmu menjadi pendapatan. Simak sampai selesai ya.
Table of Contents
Cara Membuat Hobi yang Menghasilkan

1. Identifikasi Hobi
Identifikasi hobi yang memiliki potensi pasar. Ini penting ya karena kalau mau laku, ya pasti harus ada pasarnya. Di sini, kamu mesti melakukan evaluasi dan analisis untuk memahami apakah kegemaranmu dapat diterima dan dicari oleh konsumen.
Lakukan riset pasar untuk mengerti seberapa besar permintaan terhadap produk atau jasa yang berkaitan dengan hobi kamu. Misalnya, jika hobi kamu adalah fotografi, cari tahu berapa banyak orang atau perusahaan yang membutuhkan jasa fotografi untuk acara tertentu, produk, atau sebagai bagian dari layanan konten digital.
Baca juga: Mengungkap Potensi Penghasilan Sebagai Content Creator di Indonesia
2. Meningkatkan Keterampilan
Karena kamu suka, maka kamu menjadi ahli. Di situlah kelebihan menekuni hobi. Namun, ketika kamu ingin memiliki hobi yang menghasilkan, maka kualitas karyamu juga harus diupgrade sesuai pasar.
So, adalah penting bagi kamu untuk mulai meningkatkan keahlian dalam hobi tersebut. Dengan demikian, kamu akan bisa bersaing di pasar dan memberikan nilai terbaik kepada pelanggan atau klien.
Kamu bisa ikut beragam workshop atau kelas, baca buku, dan yang pasti latihan terus. Mintalah feedback dari para profesional di bidangmu atau melalui komunitas online. Feedback ini bisa sangat berharga untuk menunjukkan area yang perlu kamu tingkatkan dan memvalidasi kemajuan kamu.
Jika relevan, pertimbangkan untuk mendapatkan sertifikasi profesional. Dengan begitu, tak hanya keahlian kamu yang meningkat, tetapi juga kredibilitas kamu di mata klien atau pelanggan.

3. Bikin Portofolio
Membuat portofolio yang kuat akan menjadi modal untuk mengembangkan hobi yang menghasilkan ini. Portofolio memungkinkan calon klien atau pembeli untuk melihat langsung kualitas dan gaya pekerjaanmu.
Saring dan pilih pekerjaan yang paling mencerminkan keahlian dan gaya unik kamu. Kualitas harus diutamakan daripada kuantitas; pilihlah pekerjaan yang membuat kamu bangga dan yang paling baik menurutmu.
Tampilkan berbagai aspek dari hobi kamu. Misalnya, jika kamu fotografer, sertakan berbagai jenis fotografi seperti potret, lanskap, dan acara untuk menunjukkan kemampuan adaptasi dan keberagaman gaya kamu.
Pastikan portofolio kamu disajikan dengan cara yang profesional. Gunakan platform yang tepat, seperti website pribadi, album digital, atau platform online seperti Behance atau LinkedIn. Desain harus rapi dan mudah untuk dilihat-lihat.
Portofolio juga harus selalu diperbarui dengan karya terbaru dan terbaik yang kamu punya. Dengan begitu, kamu menunjukkan diri kalau aktif dan terus berkembang dalam bidangmu.
4. Tentukan Model Bisnis
Tentukan cara-cara potensial untuk membuat hobi yang menghasilkan uang. Masih dalam contoh fotografi, selain menjual jasa, kamu juga bisa menjual foto-foto kamu sebagai stok foto di website-website penyedia foto. Kayak iStockphoto atau Shutterstock dan sejenisnya. Kamu juga bisa mengadakan kursus dan workshop fotografi berbayar.
Tentukan harga yang kompetitif tetapi juga mencerminkan nilai dari pekerjaan kamu. Jangan pakai harga teman ya. Pertimbangkan biaya produksi, waktu, dan persaingan dalam penetapan harga ini.
Rencanakan bagaimana kamu akan memasarkan produk atau jasa. Misalnya, kamu bisa menggunakan strategi promosi di media sosial, iklan online, atau kolaborasi dengan influencer dan merek lain.

5. Atur Keuangan
Nah, karena sekarang kamu sudah menekuni hobi yang menghasilkan, maka kamu perlu juga mengelola keuangannya supaya nantinya bisa berkembang dengan baik.
Ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan terkait pengaturan keuangan ini, di antaranya:
- Buat Catatan Keuangan: Catat semua transaksi keuangan, baik pemasukan dari penjualan produk atau jasa maupun pengeluaran seperti bahan baku, peralatan, atau biaya promosi.
- Gunakan Software Akuntansi: Pertimbangkan menggunakan software akuntansi atau aplikasi keuangan untuk memudahkan pencatatan dan monitoring keuangan. Hal ini akan dapat membantu kamu dalam mengelola anggaran dan memantau arus kas.
- Pisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis: Buat rekening bank terpisah untuk bisnis kamu. Ini memudahkan pelacakan penghasilan dan pengeluaran bisnis serta menjaga agar keuangan pribadi tidak tercampur dengan bisnis.
- Buat Anggaran: Tentukan anggaran bulanan untuk operasional dan biaya lainnya. Ini akan membantu kamu dalam membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.
- Evaluasi Keuangan Secara Berkala: Lakukan evaluasi bulanan atau triwulanan untuk memahami kinerja keuangan bisnis kamu. Dengan begitu, kamu bisa tahu apa saja yang sudah oke, dan mana yang perlu ditingkatkan.
Baca juga: Jadi Orang Introver Bisa Bikin Kaya! Emang Iya?
Mengubah hobi menjadi sumber penghasilan adalah proses yang membutuhkan komitmen dan kerja keras. Dengan langkah yang sistematis mulai dari mengidentifikasi potensi pasar hingga mengelola keuangan dengan baik, hobi yang menghasilkan bisa menjadi kenyataan.
Setiap langkah yang diambil bertujuan untuk memperkuat keahlian dan menampilkan pekerjaan terbaik dalam portofolio yang menarik. Dengan strategi yang tepat, transisi dari kegiatan yang menyenangkan menjadi bisnis yang menguntungkan bukan hanya impian. Terlebih, hal ini menawarkan kesempatan untuk bekerja dengan passion dan membangun karier yang memuaskan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Usaha Sampingan untuk Karyawan dengan Waktu Terbatas
Menjalankan usaha sampingan untuk karyawan dengan waktu terbatas bisa menjadi tantangan tersendiri. Namun, ada banyak pilihan usaha yang dapat dilakukan tanpa mengganggu pekerjaan utama.
Dengan memilih usaha yang tepat, karyawan bisa mendapatkan penghasilan tambahan dan memanfaatkan waktu luang dengan produktif.
Table of Contents
Pentingnya Punya Usaha Sampingan untuk Karyawan

Tapi, kenapa sih punya usaha sampingan untuk karyawan itu penting? Padahal, hanya punya waktu yang terbatas. Beberapa hal berikut ini menjadi alasan utamanya.
1. Pendapatan Tambahan
Usaha sampingan bisa memberikan tambahan pendapatan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menabung, atau investasi. Hal ini juga sangat membantu terutama jika gaji utama dirasa kurang mencukupi.
2. Keamanan Finansial
Memiliki lebih dari satu sumber pendapatan bisa memberikan keamanan finansial yang lebih baik. Artinya, di sini kamu sedang mendiversifikasi penghasilanmu, sehingga risiko keuangan menjadi lebih ringan. Hal ini akan kerasa banget terutama dalam situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau ada pengeluaran mendadak.
3. Pengembangan Keterampilan
Usaha sampingan untuk karyawan itu bisa membantu mengembangkan keterampilan baru yang mungkin enggak didapatkan di pekerjaan utama. So, hal ini ya bisa saja menjadi nilai tambah buat karier masing-masing.
4. Kreativitas dan Kepuasan Pribadi
Ya kadang kita memang bekerja di bidang atau industri yang bukan passion. Adanya usaha sampingan untuk karyawan ini bisa menjadi media penyaluran kreativitas atau passion yang tertunda. Hasilnya enggak melulu materi lo, tetapi lebih ke kepuasan pribadi dan mengurangi stres.
5. Jaringan dan Peluang
Usaha sampingan untuk karyawan bisa membuka peluang untuk membangun jaringan profesional baru. Hal ini bisa bermanfaat untuk karier di masa depan atau membuka jalan untuk peluang bisnis lainnya.
6. Persiapan Pensiun
Memulai usaha sampingan bisa menjadi langkah awal untuk mempersiapkan masa pensiun. Ketika sudah enggak bekerja lagi, usaha sampingan ini bisa menjadi dana pensiun, bahkan sumber pendapatan utama.
Dengan manajemen waktu yang baik dan memilih usaha yang sesuai dengan minat serta kemampuan, karyawan bisa menjalankan usaha sampingan tanpa mengorbankan pekerjaan utamanya.
Baca juga: Karyawan Mempunyai Penghasilan Tambahan? Inilah 5 Alasan Mengapa Sebaiknya Diperbolehkan
7 Usaha Sampingan untuk Karyawan

Berikut adalah tujuh usaha sampingan untuk karyawan yang bisa dikerjakan, meski dengan waktu terbatas.
1. Jasa Penulisan atau Penerjemahan
Menawarkan jasa penulisan artikel, blog, atau konten lainnya secara freelance bisa menjadi pilihan usaha sampingan untuk karyawan yang fleksibel dan menguntungkan. Kegiatan ini bisa kamu lakukan dari rumah dan disesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki.
Selain itu, kalau kamu punya kemampuan dalam bahasa asing, menyediakan layanan penerjemahan juga bisa menjadi alternatif yang menjanjikan. Keduanya bisa dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia, tanpa mengganggu pekerjaan utama. Keterampilan menulis dan bahasa asing yang baik bisa menjadi modal utama dalam menjalankan usaha ini.
2. Dropshipping
Dropshipping adalah model bisnis yang memungkinkan penjualan produk tanpa perlu menyimpan stok barang. Dalam bisnis ini, kamu hanya perlu memasarkan produk dari supplier kepada calon pembeli. Ketika ada pesanan yang masuk, supplier yang akan langsung mengirimkan produk tersebut ke pelanggan. Dengan demikian, kamu enggak perlu khawatir tentang penyimpanan atau pengelolaan inventaris.
Bisnis dropshipping dapat dijalankan sepenuhnya secara online, sehingga sangat fleksibel dari sisi jam kerja. Usaha ini ideal bagi kamu yang memiliki waktu terbatas tetapi ingin menjalankan usaha sampingan yang efisien dan minim risiko. Platform e-commerce dan media sosial bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan produk kepada target pasar yang lebih luas.
3. Jasa Desain Grafis
Jasa desain grafis bisa menjadi usaha sampingan untuk karyawan yang menjanjikan. Menawarkan jasa pembuatan logo, brosur, atau desain media sosial bisa menarik banyak klien dari berbagai sektor bisnis.
Memanfaatkan platform freelance seperti Upwork, Fiverr, atau 99designs dapat membantu dalam mencari klien potensial. Selain itu, kamu juga bisa menggunakan media sosial dan portofolio online untuk memamerkan karya dan menarik lebih banyak pelanggan.
Setiap proyek desain bisa dikerjakan sesuai dengan jadwal yang dimiliki. Selain itu, terus mengasah keterampilan desain dan mengikuti tren terbaru dalam desain grafis bisa meningkatkan daya tarik dan nilai jasa yang ditawarkan.
4. Menjadi YouTuber atau Podcaster
Menjadi YouTuber atau Podcaster bisa menjadi usaha sampingan untuk karyawan yang menguntungkan. Buat konten video atau audio sesuai minat dan keahlian di waktu luang.
Penghasilan dapat diperoleh dari iklan atau sponsor. Kunci sukses adalah konsistensi, interaksi dengan audiens, dan peningkatan kualitas konten. Dengan internet yang semakin mudah diakses, usaha bisa menjadi pilihan fleksibel dan kreatif.
Baca juga: Kalkulasi Gaji YouTuber Pemula: Memulai Karier di YouTube dengan Benar
5. Affiliate Marketing
Affiliate marketing adalah model bisnis yang memungkinkanmu untuk memperoleh komisi dari setiap penjualan produk yang berhasil direferensikan. Program afiliasi ini memungkinkan promosi produk melalui berbagai platform seperti blog, media sosial, atau kanal YouTube. Saat seseorang membeli produk melalui link afiliasi yang dibagikan, komisi akan diterima dari penjualan tersebut.
Affiliate marketing ini memang lagi ngehits sekarang. Kebanyakan jualan dari ecommerce yang memang sudah besar.
Waktunya fleksibel dan bisa dilakukan kapan saja, membuatnya cocok sebagai usaha sampingan. Enggak perlu modal besar juga, hanya keterampilan dalam membuat konten yang menarik dan kemampuan memasarkan produk dengan baik. Dengan strategi yang tepat, affiliate marketing bisa menjadi sumber penghasilan tambahan yang signifikan.

6. Jualan Online di Marketplace
Jualan online di marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan sejenisnya adalah cara yang efektif untuk memulai usaha sampingan untuk karyawan. Menjual produk tertentu, baik yang dibuat sendiri atau didapatkan dari supplier, juga bisa menjadi pilihan.
Proses jual beli di marketplace sangat fleksibel, memungkinkan transaksi dilakukan kapan saja sesuai dengan waktu luang. Platform ini menyediakan berbagai fitur yang memudahkan pengelolaan toko online, mulai dari upload produk, pengaturan harga, hingga manajemen pesanan. Selain itu, dukungan logistik yang sudah terintegrasi mempermudah pengiriman barang kepada pembeli.
7. Jasa Fotografi
Jasa fotografi juga bisa jadi pilihan. Menawarkan jasa pemotretan untuk berbagai acara seperti prewedding, ulang tahun, atau foto produk bisa menjadi sumber penghasilan tambahan yang menjanjikan. Selain itu, kamu juga bisa menjual foto-foto hasil hunting di berbagai penyedia foto dengan royalti. Sebut saja seperti di Shutterstock, iStockphoto, dan sejenisnya.
Keterampilan fotografi yang baik dan peralatan yang memadai memungkinkan menghasilkan foto berkualitas tinggi yang diminati banyak orang.
Nah, cukup banyak ide usaha sampingan untuk karyawan yang bisa dilakukan. Semoga ide-ide ini dapat membantu kamu menemukan usaha sampingan yang sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang kamu miliki ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
Gaji UMR Jakarta sering dianggap tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di “mantan” ibu kota ini, banyak pekerja merasa kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-hari meskipun sudah bekerja keras. Realitas ini memicu pertanyaan, mengapa gaji yang seharusnya cukup untuk hidup layak di Jakarta justru terasa kurang?
Kehidupan di Jakarta memang penuh tantangan, dan biaya hidup yang tinggi adalah salah satu faktornya. Dari biaya perumahan hingga kebutuhan sehari-hari, semuanya terasa mahal. Namun, ada banyak aspek lain yang turut memengaruhi kesulitan finansial para pekerja di Jakarta. Apa saja faktor-faktor yang membuat gaji UMR Jakarta seakan tak pernah cukup?
Table of Contents
Gaji UMR Jakarta Tak Cukup, Apa Sebabnya?

Berdasarkan informasi yang ada di laman BPS, gaji UMR Jakarta untuk 2024 adalah Rp5.067.381. Beberapa faktor yang membuat gaji UMR (Upah Minimum Regional) di Jakarta dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya antara lain sebagai berikut.
1. Tingginya Biaya Hidup di Jakarta
Jakarta adalah salah satu kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia. Dikutip dari salah satu artikel di CNBC, berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) terbaru yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik RI pada tahun 2022, rata-rata total biaya hidup per rumah tangga di Jakarta mencapai Rp14,88 juta. Ini adalah angka tertinggi, melebihi Bekasi, Surabaya, Depok, Makassar, dan kota-kota lainnya.
Karena itu, di sini, harga sewa tempat tinggal, makanan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari lainnya lebih mahal dibandingkan kota-kota lain. Jadi, tinggal di Jakarta membutuhkan biaya yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Setiap tahun, inflasi membuat harga barang dan jasa semakin mahal. Ini berarti kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, transportasi, dan lain-lain, terus naik harganya. Sayangnya, kenaikan UMR ini tidak selalu mengikuti kenaikan harga-harga ini. Jadi, meskipun gaji naik, daya beli tetap saja tidak cukup untuk menutupi semua kebutuhan yang semakin mahal.
3. Kebutuhan Transportasi
Banyak pekerja di Jakarta sebenarnya tinggal di daerah sekitar seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Setiap hari, mereka harus mengeluarkan uang cukup banyak untuk biaya transportasi pulang-pergi kerja. Biaya transportasi yang tinggi ini membuat sisa uang mereka berkurang, sehingga daya beli untuk kebutuhan lain seperti makanan, sewa tempat tinggal, dan kebutuhan sehari-hari menjadi terbatas.
Baca juga: 5 Cara Menghemat Pos Pengeluaran Transportasi saat Berangkat Kerja untuk Karyawan di Jakarta

4. Kebutuhan Perumahan
Sebagai efek domino, biaya sewa rumah atau kontrakan di Jakarta juga sangat mahal. Akibatnya, banyak pekerja terpaksa mencari tempat tinggal yang jauh dari tempat kerja mereka agar bisa mendapatkan sewa yang lebih terjangkau.
Namun, tinggal jauh dari tempat kerja berarti mereka harus mengeluarkan lebih banyak uang dan waktu untuk transportasi setiap hari. Jadi, meskipun mereka bisa menghemat uang sewa, mereka tetap harus mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi, dan waktu mereka juga banyak terbuang di jalan.
5. Banyaknya Godaan yang Sulit Dikendalikan
Selain masalah gaji, banyaknya godaan yang sulit dikendalikan juga membuat gaji UMR di Jakarta terasa tidak cukup. Misalnya, ada banyak orang yang tergoda untuk mengambil pinjaman online dengan bunga tinggi. Mereka mungkin berpikir ini solusi cepat untuk masalah keuangan, tapi malah jadi beban tambahan yang harus dibayar tiap bulan.
Ada juga yang terlibat dalam judi online dengan harapan bisa cepat kaya, padahal penghasilan mereka masih pas-pasan. Alih-alih membantu, kebiasaan ini malah memperburuk situasi keuangan.
Godaan-godaan seperti ini, jika tidak dikelola dengan baik, bisa membuat penghasilan yang sudah terbatas jadi semakin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6. Kurangnya Keterampilan Mengelola Keuangan
Selain tingginya biaya hidup, kebiasaan atau kurangnya keterampilan dalam mengelola keuangan juga bisa membuat gaji UMR di Jakarta terasa tidak cukup. Banyak orang mungkin belum terbiasa membuat anggaran bulanan atau memprioritaskan pengeluaran mereka.
Kadang-kadang, pengeluaran untuk hal-hal yang kurang penting bisa menguras gaji lebih cepat dari yang diperkirakan. Kurangnya pengetahuan tentang cara menabung atau investasi juga bisa membuat seseorang sulit mengatur keuangannya dengan baik, sehingga gaji yang diterima tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan.

7. Kurangnya Kesempatan Mendapatkan Penghasilan Tambahan
Selain gaji UMR yang tidak cukup, kurangnya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan sampingan atau tambahan juga menjadi masalah. Banyak pekerja di Jakarta hanya mengandalkan satu sumber penghasilan, yaitu gaji UMR mereka.
Karena pekerjaan utama sudah menyita banyak waktu dan tenaga, mereka kesulitan mencari peluang untuk pekerjaan sampingan. Padahal, memiliki penghasilan tambahan bisa sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mahal. Dengan hanya mengandalkan satu gaji, mereka sering kali kesulitan menabung atau menghadapi pengeluaran tak terduga.
Baca juga: Punya Penghasilan Sampingan Selain Pekerjaan Utama, Mengapa Penting?
Gaji UMR Jakarta sering dianggap tak cukup untuk memenuhi kebutuhan karena berbagai faktor yang kompleks. Meski demikian, ada harapan untuk perbaikan. Dengan kebijakan yang tepat dan kesadaran akan pentingnya manajemen keuangan, tantangan ini dapat diatasi. Memahami penyebabnya adalah langkah pertama menuju solusi yang lebih baik, sehingga kehidupan di Jakarta bisa lebih sejahtera bagi para pekerjanya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Usaha Sampingan Karyawan yang Tidak Akan Mengganggu Pekerjaan Utama
Memiliki sumber pendapatan tambahan merupakan tujuan yang diimpikan oleh banyak orang, tak terkecuali para karyawan yang notabene sudah memiliki penghasilan tetap. Hal ini bisa dicapai melalui usaha sampingan karyawan.
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif dan tuntutan hidup yang semakin meningkat, banyak karyawan yang mencari peluang untuk memiliki usaha sampingan. Namun, sering kali mereka ragu-ragu karena takut usaha tersebut akan mengganggu kinerja mereka dalam pekerjaan utama. Apakah kamu mengalami masalah yang sama? Wajar, kendati demikian, sebenarnya, ada sejumlah usaha sampingan yang dapat dikerjakan karyawan tanpa mengganggu pekerjaan utamanya.
Untuk memulai usaha sampingan, penting untuk memilih usaha yang sesuai dengan minat dan kemampuan, sekaligus tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan sehingga bisa dijalankan di sela-sela waktu luang. Beberapa contoh usaha sampingan yang populer di kalangan karyawan adalah menjalankan bisnis online, menulis, atau bahkan berinvestasi.
Pada akhirnya, usaha sampingan bukan hanya tentang mencari penghasilan tambahan, tetapi juga tentang bagaimana memanfaatkan waktu dan kemampuan yang dimiliki sebaik-baiknya.
Ide Usaha Sampingan Karyawan yang Tidak Mengganggu Pekerjaan Utama

Berikut adalah beberapa ide usaha sampingan karyawan yang bisa dipertimbangkan untuk bisa memberikan penghasilan tambahan.
1. Bisnis Online
Berbagai jenis bisnis online seperti menjual produk atau layanan melalui platform e-commerce dapat dilakukan di waktu luang. Kamu bisa menjual berbagai produk, seperti pakaian, alat rumah tangga, kosmetik, atau produk lainnya yang diminati oleh konsumen.
2. Menjadi Penulis Lepas (Freelance Writer)
Kalau kamu memiliki bakat menulis, menjadi penulis lepas bisa menjadi pilihan yang baik. Kamu bisa menulis artikel, blog, atau konten lainnya untuk berbagai perusahaan atau individu. Bergabunglah dengan komunitas-komunitas penulis yang sering berbagi job, atau platform-platform freelancer yang sering menawarkan job menulis.
3. Bisnis Makanan
Kamu bisa memulai bisnis makanan seperti menjual kue atau makanan lainnya yang bisa dibuat di rumah. Kamu juga bisa membuat makanan ringan atau camilan dan menjualnya secara online, atau berdasarkan PO.

4. Menjadi Influencer atau Content Creator
Jika kamu memiliki kemampuan khusus atau pengetahuan yang bisa dibagikan, menjadi influencer atau content creator bisa menjadi pilihan usaha sampingan karyawan juga lo. Kamu bisa membuat konten yang menarik di berbagai platform media sosial seperti YouTube, Instagram, atau TikTok.
5. Investasi
Kamu bisa berinvestasi di berbagai instrumen seperti saham, obligasi, reksa dana, atau properti. Meski ini memerlukan pengetahuan dan risiko, tapi investasi bisa memberikan penghasilan pasif jika dikelola dengan baik.
6. Dropshipping
Bisnis model ini tidak memerlukan stok barang, jadi cocok banget sebagai usaha sampingan karyawan dan kamu tidak perlu mengganggu pekerjaan utama. Kamu hanya perlu berkomunikasi dengan supplier dan konsumen untuk setiap kali ada pesanan masuk.
7. Menjadi Tutor Online
Jika kamu memiliki keahlian khusus seperti bahasa asing, matematika, fisika, atau lainnya, kamu bisa menjadi tutor online.
Pilihlah usaha sampingan yang sesuai dengan minat dan kemampuan. Jangan lupa untuk tetap menjaga keseimbangan antara pekerjaan utama dan usaha sampingan agar tidak mengganggu produktivitas di tempat kerja.
Trik Menjaga Keseimbangan antara Pekerjaan Utama dan Usaha Sampingan untuk Karyawan

Berikut beberapa trik untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan utama dan usaha sampingan karyawan yang bisa dilakukan.
Pengaturan Waktu yang Efektif
Buatlah jadwal yang rinci tentang kapan kamu bekerja pada pekerjaan utama dan kapan kamu mengurus usaha sampingan. Hindari mengerjakan usaha sampingan selama jam kerja agar tidak mengganggu produktivitas pekerjaan utama kamu sebagai karyawan.
Maksimalkan Waktu Luang
Manfaatkan waktu luang seperti saat istirahat siang atau malam hari untuk mengurus usaha sampingan kamu. Kamu juga bisa memanfaatkan hari libur untuk fokus pada usaha sampingan.
Prioritaskan tugas
Sebisa mungkin, prioritaskan tugas yang penting dan mendesak. Jika ada tugas dari pekerjaan utama yang harus diselesaikan, kerjakanlah itu terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke usaha sampingan.
Outsource atau Delegasikan Tugas
Jika kewalahan, pertimbangan untuk outsource atau delegasikan beberapa tugas dalam usaha sampingan karyawan kamu. Misalnya, jika kamu memiliki toko online, kamu bisa mempertimbangkan menggunakan jasa pengiriman barang yang sekaligus bisa memberikan layanan pengepakan untuk meringankan beban kerjamu.
Pilih Usaha Sampingan yang Tidak Terlalu Menguras Waktu dan Tenaga
Sebisa mungkin, pilih usaha sampingan yang sesuai dengan passion kamu dan tidak memerlukan waktu dan tenaga yang banyak.
Penggunaan Teknologi
Manfaatkan teknologi untuk mempermudah usaha sampingan kamu. Misalnya, gunakan aplikasi manajemen waktu atau aplikasi penjadwalan untuk membantumu untuk mengatur waktu dan tugas.
Istirahat yang Cukup
Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan dan mendapatkan istirahat yang cukup. Jika kamu merasa lelah atau stres, beristirahatlah dan mulailah bekerja lagi saat kamu sudah merasa lebih baik.
Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa sukses dalam usaha sampingan karyawan membutuhkan komitmen, disiplin, dan pengelolaan waktu yang baik. Kamu harus dapat membagi waktu antara pekerjaan utama dan usaha sampingan dengan cermat, tanpa mengorbankan kinerja di tempat kerja.
Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan dan kesejahteraan kamu sendiri juga ya. Dengan perencanaan yang matang dan sikap yang positif, usaha sampingan karyawan bisa menjadi sumber pendapatan tambahan yang berkelanjutan, dan bahkan bisa membuka peluang baru yang mungkin enggak pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Teruslah berinovasi dan mencari peluang, karena dalam dunia bisnis, kesempatan bisa datang kapan saja dan dari mana saja.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Tip Mengatur Keuangan Mahasiswa LPDP
Sebagai mahasiswa LPDP, mengatur keuangan dengan baik adalah suatu hal yang sangat penting untuk menjamin kelancaran masa studi dan meraih tujuan akademik yang diinginkan.
Iya, jadi seorang mahasiswa penerima beasiswa dan bantuan keuangan dari LPDP itu enggak mudah, gaes! Butuhkan kedisiplinan dan pengelolaan keuangan yang baik agar nggak sampai mengalami kesulitan keuangan selama menjalani studi. Apalagi yang merantau, ke luar negeri lagi.
So, dalam artikel ini akan dibahas beberapa cara yang dapat membantu mahasiswa LPDP dalam mengatur keuangan mereka dengan baik, sehingga dapat memaksimalkan penggunaan dana yang diterima dan meraih sukses dalam karier akademiknya.
Apa Itu LPDP?

LPDP merupakan kependekan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, yang merupakan lembaga negara Indonesia yang bertanggung jawab untuk memberikan beasiswa dan pengelolaan dana pendidikan bagi mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan S2 atau S3 baik di dalam negeri maupun luar negeri.
LPDP dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pemberian beasiswa bagi mereka yang berprestasi dan memiliki potensi untuk berkontribusi dalam pembangunan Indonesia di masa depan. Selain memberikan beasiswa, LPDP juga memberikan program bantuan keuangan seperti pinjaman untuk mahasiswa yang membutuhkan untuk mendukung kegiatan akademik mereka lo!
Untuk lebih lengkap dan detailnya, kamu bisa langsung cek saja ke situs resmi LPDP ya.
Gimana, apakah ada di antara kamu yang sekarang merupakan salah satu penerima beasiswa LPDP ini? Atau, mungkin kamu adalah salah satu pengincarnya? Atau malah alumni?
Komponen Utama Keuangan Mahasiswa LPDP

Hidup di rantau sebagai mahasiswa itu memang enggak mudah. Termasuk bagi para mahasiswa LPDP. So, kamu memang perlu tahu nih, cara untuk mengatur keuangan agar bisa survive. Nah, tapi sebelumnya, coba kenali dulu komponen utama dalam keuangan mahasiswa LPDP, sehingga kamu nanti akan tahu apa yang perlu diatur prioritasnya.
Biaya Hidup
Biaya hidup adalah pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam menyelesaikan program studi mereka. Biaya hidup ini terdiri dari biaya kuliah, biaya akomodasi, biaya makan, biaya transportasi, biaya kesehatan, dan biaya lain-lain seperti buku dan kegiatan sosial.
Nah, LPDP memberikan dana beasiswa bagi mahasiswa untuk membantu menutupi biaya hidup ini selama masa studi mereka.
Sumber Pendapatan
Sumber pendapatan mahasiswa LPDP terdiri dari beasiswa, pinjaman, dan penghasilan tambahan.
Beasiswa dari LPDP dapat digunakan untuk menutupi biaya hidup dan keperluan akademik lainnya. Selain itu, mahasiswa LPDP juga dapat mengajukan pinjaman dari LPDP untuk memenuhi kebutuhan keuangan mereka. Mahasiswa LPDP juga dapat mencari sumber pendapatan tambahan dengan bekerja paruh waktu, magang, atau mengikuti program pengembangan karir yang disediakan oleh kampus mereka.
Cara Mengatur Keuangan Mahasiswa LPDP

Nah, sudah tahu apa saja komponennya, sekarang saatnya mengatur keuanganmu. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatur keuangan bagi mahasiswa LPDP.
1. Membuat Rencana Anggaran
Buatlah rencana anggaran bulanan yang jelas dan detail. Tulis semua pemasukan dan pengeluaran yang akan diterima dan dibutuhkan dalam satu bulan.
Prioritaskan kebutuhan yang paling penting, seperti biaya hidup dan biaya kuliah, dan sisihkan uang untuk keperluan yang kurang penting. Pastikan untuk mempertimbangkan pengeluaran yang tidak terduga seperti biaya kesehatan atau kebutuhan mendadak.
2. Prioritaskan Kebutuhan Pokok
Prioritaskan kebutuhan pokok seperti makan, tempat tinggal, transportasi, dan biaya kuliah sebelum mengeluarkan uang untuk keperluan yang kurang penting. Pastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pemasukan dan selalu sisakan dana cadangan untuk kebutuhan mendadak.
3. Cari Sumber Penghasilan Tambahan
Selain beasiswa dan pinjaman dari LPDP, carilah sumber pendapatan tambahan seperti bekerja paruh waktu, magang, atau mengikuti program pengembangan karier.
Jangan lupa untuk mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut agar tidak mengganggu kinerja akademik.
4. Menabung dan Mengelola Utang dengan Baik
Jika ada uang yang tersisa setelah memenuhi semua kebutuhan, sisihkan sedikit uang untuk menabung dan mengatasi kebutuhan mendatang. Jangan gunakan uang tabungan untuk kebutuhan yang kurang penting.
Jika terpaksa meminjam uang, pastikan untuk mengelola utang dengan baik dan bayar tepat waktu untuk menghindari bunga yang membengkak.
5. Manfaatkan Fasilitas dan Program yang Tersedia
Manfaatkan fasilitas dan program yang disediakan oleh LPDP dan kampus seperti perpustakaan, laboratorium, dan kegiatan sosial yang tidak memerlukan biaya tambahan. Jangan terlalu banyak mengeluarkan uang untuk kegiatan sosial yang tidak perlu dan fokuslah pada tujuan akademik.
Itu dia beberapa tip mengatur keuangan untuk mahasiswa LPDP. Dengan mengikuti beberapa tip di atas, mahasiswa LPDP dapat mengatur keuangan mereka dengan baik dan memastikan penggunaan dana yang efektif dan efisien.
Dalam mengejar tujuan akademik dan masa depan yang lebih baik, mahasiswa LPDP harus memiliki kemampuan mengatur keuangan yang baik agar tidak mengalami kesulitan keuangan selama menjalani studi. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi mahasiswa LPDP untuk belajar keuangan dengan mengikuti kelas atau seminar mengenai manajemen keuangan, agar dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik dalam mengatur keuangan mereka dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Dia Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi yang Mudah Dilakukan
Masih bingung bagaimana contoh perencanaan keuangan pribadi yang benar itu? Seperti apa?
Yes, perencanaan keuangan pribadi itu penting. In fact, setiap orang seharusnya punya perencanaan keuangan masing-masing. Pasalnya, dengan adanya perencanaan keuangan, kita jadi lebih mudah juga untuk merencanakan tujuan hidup kita. Mimpi-mimpi dan cita-cita juga mungkin banget diwujudkan dengan adanya perencanaan keuangan ini. Pokoknya, apa yang kayaknya enggak terjangkau, ternyata bisa direalisasikan dengan rencana keuangan.
Tool terbaik banget deh, buat kamu yang pengin hidup meningkat kualitasnya dari waktu ke waktu.
Bingung gimana bikinnya? Jangan. Dalam artikel kali ini, kita akan belajar bersama mengenai cara membuat sekaligus melihat contoh perencanaan keuangan pribadi yang paling sederhana.

Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi yang Paling Sederhana
Untuk bisa membuat perencanaan keuangan pribadi, ada beberapa komponen dan langkah yang perlu diperhatikan.
1. Tujuan keuangan
Tujuan keuangan harus ditentukan pertama kali, karena inilah nanti yang akan menjadi target rencana keuanganmu. Seperti yang biasa QM Financial tanyakan di setiap kesempatan, #TujuanLoApa?
So, mari kita lihat penerapannya dalam contoh perencanaan keuangan pribadi.
Misalnya, sebut saja Mawar, seorang karyawan yang baru bekerja 1 tahun lamanya, mempunyai beberapa tujuan keuangan di antaranya: biaya menikah, beli rumah, dan beli mobil. Mawar berencana untuk menikah 3 tahun lagi, beli rumah 5 tahun lagi dengan KPR—yang berarti ia harus menyiapkan DP rumah, dan beli mobil secara cash 6 tahun lagi.
Setelah melakukan survei, dan diperhitungkan dengan Future Value dari inflasi rata-rata, maka Mawar pun membuat contoh perencanaan keuangan pribadi berikut ini untuk ke-3 tujuan keuangannya.
Tujuan keuangan | Target nominal (Rp) | Jangka waktu | Tabungan per bulan (Rp) |
Biaya menikah | 100.000.000 | 3 tahun (36 bulan) | 2.778.000 |
DP rumah (target harga Rp500 juta) | 75.000.000 (15% harga rumah) | 5 tahun (60 bulan) | 1.250.000 |
Beli mobil | 200.000.000 | 6 tahun (72 bulan) | 2.778.000 |
4.028.000 |
Nah, kamu bisa mengganti tujuan dan angka sesuai keinginanmu ya.

2. Pemasukan
Mari kita selanjutnya cek pemasukan. Dengan begini, kita tahu seberapa sebenarnya kemampuan finansial kita, dan kemudian kalau memang kurang, kita harus melakukan apa.
Masih dengan contoh Mawar saja.
Mawar—sebagai karyawan entry level—mendapatkan gaji sebesar Rp5.5 juta. Sementara, selain bekerja di kantornya pada jam kerja, Mawar juga bekerja sambilan sebagai tutor les privat untuk anak-anak usia SD di malam hari dan weekend. Penghasilan sampingannya ini tidak tentu, tergantung berapa anak yang diajar. Jika dirata-rata, Mawar bisa mengumpulkan penghasilan sebesar Rp 1.750.000 per bulan.
Dengan demikian, komposisi pemasukan Mawar dalam contoh perencanaan keuangan pribadi miliknya adalah seperti berikut ini.
Sumber penghasilan | Nominal (Rp) |
Gaji tetap | 5.000.000 |
Penghasilan tambahan (rata-rata) | 1.750.000 |
Total | 6.750.000 |
Buat rencana
Dari tujuan yang sudah ditentukan dan melihat sumber penghasilan, Mawar lantas memutuskan untuk menggunakan gaji tetapnya sebagai sumber dana tujuan keuangannya, dan menggunakan sisa dari gaji tetap tersebut ditambah dengan penghasilan tambahan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Untuk kebutuhan rutin = (5.000.000 – 4.028.000) + 1.750.000
= 972.000 + 1.750.000
= 2.722.000
Untuk saat ini, kebetulan Mawar masih tinggal di rumah orang tua, belum ada utang apa pun, dan bukan merupakan sandwich generation. Untuk mengatur cash flow, Mawar membagi pos pengeluarannya menjadi 60% kebutuhan rutin (makan, minum, pulsa, transportasi, skincare, dan lain sebagainya), 20% lifestyle (jajan, beli buku, dan sebagainya), dan 10% tabungan dana darurat.
Dengan demikian, skema anggaran dalam contoh perencanaan keuangan pribadi Mawar adalah sebagai berikut.
Rutin | Rp1.633.200 |
Lifestyle | Rp544.400 |
Dana darurat | Rp272.200 |
Di sini, kamu juga bisa mengubah komponennya sesuai kebutuhanmu ya.
Jika ternyata besar pasak daripada tiang, maka kamu bisa mengatasinya dengan:
- Mengatur dan menekan lagi pengeluaranmu, berhemat, dan menyusun prioritas lagi
- Menurunkan target tujuan keuangan. Misalnya dalam contoh perencanaan keuangan pribadi ini, biaya menikah mungkin tidak harus Rp100 juta. Bikin private party saja, undangan diundang secara virtual. Dan berbagai opsi lain.
- Menambah penghasilan

Lengkapi Contoh Perencanaan Keuangan Pribadi dengan Investasi
Dalam membuat rencana keuangan, kita perlu mengusahakan agar tujuan bisa tercapai lebih cepat. Ya pastinya juga dengan memperhitungkan kemampuan ya.
Semakin cepat tercapai, maka kita bisa semakin berkurang bebannya. Kamu bisa lihat kan, bahwa tujuan keuangan Mawar saat ini baru sampai ke beli mobil. Belum mempersiapkan dana pendidikan anak, belum juga dana pensiun. Nah, masih banyak PR deh. So, semakin cepat tercapai, maka lebih cepat pula kita bisa membuat rencana keuangan lagi untuk tujuan yang lainnya.
Misalnya, untuk beli mobil 6 tahun lagi, Mawar memanfaatkan instrumen investasi yang cocok untuk jangka menengah. Untuk instrumen dengan imbal sebesar 8% seperti reksa dana pendapatan tetap, maka dalam 6 tahun, Mawar berpeluang mendapatkan total Rp261.832.971. Ini cukup banget kan, untuk membeli mobil dengan target Rp200 juta seperti yang direncanakan?
Sementara, jika Mawar “hanya” mengandalkan tabungan biasa sebesar Rp2.778.000 per bulan, setelah 6 tahun—jika bisa disiplin dan konsisten, Mawar akan mendapatkan Rp200.016.000. Wah, ini nanti belum termasuk biaya administrasi ini itu, atau jika ia juga pengin memodifikasi mobil barunya, ya bisa-bisa harus merogoh tabungan lagi.
Nah, namun harus ingat ya, bahwa setiap investasi akan datang bersama risiko. Untuk instrumen jangka menengah seperti reksa dana pendapatan tetap, risikonya memang tak setinggi saham, tetapi lebih tinggi daripada deposito, tabungan berjangka, ataupun jenis instrumen jangka pendek lainnya. Tetapi, untuk memastikan tujuan keuangan tercapai dengan baik, kita memang perlu menyesuaikannya. So, risiko harus dikelola dengan baik.
Demikian contoh perencanaan keuangan pribadi paling sederhana yang bisa kamu lihat. Boleh lo, kalau mau disontek. Sesuaikan jenis kebutuhannya dan juga besarnya nominal dengan kondisi masing-masing.
Mau belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi? Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pemotongan Gaji Karyawan: Bagaimana Harus Disikapi?
Sejak awal tahun 2021, wacana pemotongan gaji ASN dan TNI/Polri untuk zakat mulai bergulir. Dikabarkan, bahwa Bapak Presiden sendiri juga mendukung penuh hal ini. Rencananya, gaji PNS dulu yang akan dipotong, selanjutnya gaji para karyawan BUMN dan swasta.
Pemotongan gaji untuk zakat ini perhitungannya adalah setara dengan 85 gram emas, kurang lebih Rp85 juta per tahun, atau Rp7 juta per bulannya. Inilah yang menjadi dasar perhitungan pemotongan gaji untuk zakat sebesar 2.5%. Ini artinya, bagi yang memiliki gaji di bawah Rp7 juta, pemotongan gaji untuk zakat ini belum berlaku. Tidak wajib.
Lalu, apakah ini juga berlaku untuk karyawan nonmuslim? Tidak, tetapi mereka yang nasrani juga punya kewajiban sepersepuluhan, menurut agama yang dianut.
Pemotongan Gaji Tak Bisa Dihindari

Pemotongan gaji juga sempat menjadi kontroversi saat PP 25 tahun 2020 diteken. Dalam undang-undang tersebut, gaji para pekerja akan dipotong untuk tabungan Tapera, sebesar 3%. Meskipun pemotongan gaji ini tak hanya merupakan kewajiban karyawan sepenuhnya, lantaran dibagi dua dengan pemberi kerja, tetapi tetap saja terdengar protes dan nada-nada ketidaksetujuan di sana-sini.
Apalagi bagi para pekerja swasta mandiri, besaran iuran 3% akan langsung dipotong dan dibayarkan penuh oleh si pekerja tersebut sendiri. Perhitungannya kurang lebih mirip dengan perhitungan pajak, yakni mengambil total penghasilan selama setahun, dan kemudian diambil rata-rata per bulan.
Kedua jenis pemotongan gaji di atas tak sekaligus diterapkan, melainkan bertahap. Biasanya akan diberlakukan bagi ASN dulu, baru kemudian para pekerja sektor swasta menyusul.
So, pemotongan gaji ini—baik untuk zakat maupun untuk Tapera—cepat atau lambat akan diterapkan di semua sektor, sehingga tak mungkin dihindari lagi. Dan, bukan tak mungkin, akan ada pemotongan-pemotongan gaji lagi berikutnya.
Kena Pemotongan Gaji, Kita Harus Bagaimana?
Pemotongan gaji ini sudah pasti harus disikapi dengan bijak. Memang, ada dari kita yang merasa keberatan dengan berbagai alasan.
Misalnya pemotongan gaji untuk Tapera, karena mungkin yang bersangkutan tidak membutuhkan tabungan untuk beli rumah lagi, karena toh sekarang sudah punya rumah warisan yang bisa ditempati. Pemotongan sebesar 2.5% tentu nominalnya ya lumayan juga, bisa dipakai untuk kebutuhan lain yang lebih prioritas.
Tetapi, yah, kalau sudah diatur dan diketok palu oleh pemerintah, mau tak mau kita harus mendukungnya, bukan? Lihat sisi baiknya, jika nanti bisa beli rumah lagi, bisa saja rumah tersebut disewakan hingga bisa mendatangkan passive income buat kita. Lumayan juga, buat bekal masa pensiun.
So, mesti gimana dong, sekarang? Coba lihat beberapa poin berikut ya.

1. Lakukan financial check up
Pemotongan gaji sudah pasti akan memengaruhi cash flow kamu secara keseluruhan. Nggak perlu panik, lantaran gaji terasa semakin kecil sedangkan kebutuhan sama, bahkan mungkin bertambah seiring waktu. Yuk, diatur lagi.
Lakukan financial check up secara menyeluruh lagi. Cek rasio penghasilan dan pengeluaran, juga cek rasio yang menjadi sinyal kesehatan keuangan lainnya. Seperti rasio menabung dan investasi, rasio likuiditas, dan rasio utang. Jika semuanya masih dalam rasio yang wajar, sepertinya kamu tak perlu khawatir dengan adanya pemotongan gaji ini. Kamu bahkan bisa memasukkannya juga ke pos menabung dan investasi, dan ini berarti menambah rasio menabungmu kan?
Cek secara keseluruhan lagi ya, sehingga kamu bisa mendapatkan pola keuangan yang baru.
2. Lakukan penyesuaian penganggaran
Buat penyesuaian dengan penganggarananmu. Misalnya saja, kamu seorang freelancer, dan pengahsilan rata-ratamu setiap bulannya—katakanlah—Rp10 juta. Jika dipotong 3% untuk Tapera, maka itu berarti ada potongan sebesar Rp300.000, yang harus kamu tanggung sendiri. Jika perlu, adakah pos lain yang bisa kamu sesuaikan?
Setelah financial check up yang menggambarkan kesehatan keuanganmu setelah adanya pemotongan gaji di sana-sini ini, implementasikan dalam penganggaran. Sesuaikan prioritasnya.

3. Pastikan cicilan utang, dana darurat, dan proteksi tetap aman
Pos-pos yang wajib untuk tetap diamankan adalah cicilan utang, dana darurat, dan proteksi berupa asuransi.
Pastikan ketiganya tetap aman ya. Ini penting, karena kalau sampai terganggu, masalah yang lebih besar bisa jadi harus kamu hadapi ke depannya.
4. Jajaki kemungkinan penghasilan tambahan
Memang, besar ataupun kecil pemotongan gaji, tetap saja akan memengaruhi cash flow kamu. Namun, bukan berarti enggak bisa disesuaikan. Bagaimanapun, kita harus bertahan hidup kan?
Buat kamu para karyawan—baik ASN maupun swasta—jika sekarang belum pernah menjajaki peluang tambahan penghasilan, ini bisa jadi alasan untuk mulai nih. Kamu bisa mulai dengan mencari informasi, ada demand apa di sekitarmu.
Buat kamu para pekerja mandiri—meski sekarang belum diterapkan—juga mesti bersiap tuh. Terus semangat untuk cari proyekan ya. Atau, mungkin kamu bisa menyesuaikan juga tarif jasamu?

Kesimpulan
Yes, pemotongan gaji kadang memang tak bisa dihindari. Tapi, daripada mengeluh saja, akan lebih baik jika kamu mulai menyesuaikan lagi dengan pola anggaran dan pengeluaran. Ini akan jauh lebih efektif untuk mengatasi masalahmu.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah pada pengelolaan penghasilan atauupun masalah keuangan yang lain? Butuh training finansial, untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan karyawan? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.