Cara Menabung Lagi Setelah Ramadan dan Lebaran Usai
Lebaran sudah lewat, Ramadan juga sudah selesai. Tapi ada satu PR besar yang sering muncul setelah momen-momen itu: isi dompet mulai menipis. Banyak orang mulai cari cara menabung lagi setelah pengeluaran membengkak untuk mudik, belanja baju baru, atau bagi-bagi THR.
Wajar, sih. Namanya juga momen setahun sekali. Tapi kalau enggak segera dipulihkan, kondisi keuangan bisa makin seret sampai akhir bulan.
Yang jadi tantangan, semangat menabung itu biasanya ikut hilang bareng habisnya uang. Padahal justru setelah Lebaran, keuangan butuh perhatian ekstra. Enggak cukup cuma berharap saldo rekening tiba-tiba penuh lagi. Harus ada usaha nyata buat perlahan-lahan memperbaiki keadaan.
Kabar baiknya, semua itu bisa dimulai dari hal simpel dan kecil dulu.
Table of Contents
Cara Menabung Lagi Sehabis Lebaran

Supaya keuangan bisa balik stabil, ada beberapa cara menabung yang bisa dicoba pelan-pelan setelah Lebaran. Enggak perlu langsung besar atau ribet. Yang penting konsisten dan sesuai kemampuan. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa mulai dilakukan.
1. Cek Kondisi Keuangan Terbaru
Langkah pertama yang paling penting dalam cara menabung lagi ini adalah jujur sama kondisi keuangan sendiri. Setelah Ramadan dan Lebaran selesai, biasanya uang tabungan atau saldo rekening enggak lagi setebal awal bulan puasa. Jadi, coba cek dulu semuanya.
Lihat sisa uang di rekening, uang tunai, dompet digital, sampai sisa emas atau aset lain kalau ada. Dari sini bakal kelihatan, apakah kondisi masih aman atau harus mulai berhemat ketat. Jangan asal jalan saja tanpa tahu posisi keuangan sekarang ada di level mana.
Baca juga: Tip Menabung Konsisten untuk Tujuan Jangka Panjang di Tahun 2025
2. Catat Semua Pengeluaran Selama Ramadan dan Lebaran
Kadang kita enggak sadar, ternyata pengeluaran paling besar itu justru datang dari hal kecil tapi sering. Misalnya, beli takjil tiap sore, ngasih THR ke banyak orang, atau ongkos mudik.
Nah, coba luangkan waktu sebentar buat mencatat semua itu. Urutkan dari pengeluaran terbesar sampai terkecil. Dengan begini, bisa ketahuan pola borosnya di mana. Ini penting buat bahan evaluasi, supaya ke depannya bisa lebih hati-hati saat ada momen besar seperti Ramadan lagi.
3. Kembali ke Anggaran Harian
Setelah tahu kondisi keuangan dan catatan pengeluaran, saatnya kembali bikin batasan. Salah satu cara paling sederhana adalah bikin anggaran harian. Misalnya, sehari maksimal keluar Rp50 ribu untuk makan dan jajan. Kalau lagi enggak ada kebutuhan penting, ya usahakan enggak melebihi angka itu. Selisihnya, tabung.
Cara menabung kayak gini memang enggak langsung bikin kamu kaya. Tapi setidaknya bisa bantu menjaga sisa uang tetap aman sampai gajian berikutnya.

4. Mulai Menabung dari Nominal Kecil
Cara menabung yang benar itu enggak perlu langsung pasang target besar. Mulai saja dari nominal kecil, misalnya Rp10 ribu atau Rp20 ribu sehari. Yang penting rutin dan konsisten.
Karena intinya, kebiasaan itu lebih berharga daripada angka. Kalau langsung dipaksa menabung besar, justru nanti malah cepat menyerah. Mending kecil tapi jalan terus, lama-lama juga akan terkumpul.
5. Manfaatkan Sisa THR atau Uang Kaget
Kalau masih ada sisa THR, angpau, atau bonus lainnya, usahakan jangan langsung dihabiskan. Ini kesempatan bagus buat memperbaiki tabungan yang sempat terkuras. Sisihkan sebagian buat ditabung atau masuk ke dana darurat. Sisanya boleh dipakai buat kebutuhan penting.
Intinya, jangan tergoda untuk langsung belanja lagi hanya karena merasa masih ada ‘jatah’ sisa Lebaran. Karena setelah Lebaran lewat, kebutuhan hidup jalan terus seperti biasa.
6. Puasa Belanja untuk Sementara
Setelah fase banyak belanja selama Ramadan dan Lebaran, enggak ada salahnya masuk ke fase menahan diri. Coba mulai puasa belanja. Enggak perlu lama-lama, cukup sebulan pertama setelah Lebaran.
Gunanya buat memberi waktu keuangan pulih lagi. Biasanya, godaan paling besar itu datang dari diskon atau promo. Tapi ingat, bukan berarti semua promo harus diburu. Prioritaskan kebutuhan, bukan keinginan.
7. Buat Target Tabungan Jangka Pendek
Supaya lebih semangat menabung lagi, coba bikin target kecil dulu. Misalnya, ingin mengumpulkan Rp1 juta dalam waktu sebulan. Dengan cara menabung kayak gini, prosesnya jadi terasa lebih ringan dan realistis.
Setiap kali target tercapai, beri apresiasi kecil buat diri sendiri. Bisa dengan nonton film favorit atau makan enak sekali-sekali. Tapi tetap, jangan sampai apresiasi ini malah lebih mahal daripada tabungan itu sendiri.

8. Evaluasi Gaya Hidup
Terakhir, coba perhatikan lagi pola hidup sehari-hari. Apakah selama Ramadan sering beli makanan di luar? Apakah saat Lebaran lebih sering pesan online daripada masak sendiri?
Nah, setelah momen-momen itu lewat, saatnya kembali ke kebiasaan hemat. Masak sendiri lebih murah. Bawa bekal lebih aman. Jalan kaki lebih sehat. Hal kecil seperti ini lama-lama punya efek besar buat keuangan. Apalagi kalau sudah dijadikan kebiasaan.
Baca juga: Tanggal Tua VS Tanggal Muda: Apa yang Perlu Dilakukan Supaya Semua Tanggal Jadi Baik?
Pada akhirnya, cara menabung setelah Ramadan dan Lebaran memang butuh proses. Enggak bisa langsung balik seperti sebelum momen pengeluaran besar kemarin.
Tapi bukan berarti nggak mungkin. Justru dari kondisi inilah kebiasaan keuangan sehat bisa mulai dibangun lagi. Mulai saja dari langkah paling sederhana dulu. Lama-lama, kalau sudah terbiasa, menabung setelah Lebaran enggak lagi terasa berat.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menabung Sejak Dini untuk Lebaran: Strategi Keuangan agar Tidak Keteteran Tahun Depan
Lebaran selalu identik dengan pengeluaran besar. Mulai dari mudik, THR keluarga, sampai belanja keperluan hari raya. Tanpa perencanaan yang matang, keuangan bisa kacau setelahnya. Makanya, kudu punya tabungan Lebaran sejak dini agar hari raya tahun depan lebih tenang.
Banyak orang baru sadar pentingnya menabung ketika bulan Ramadan sudah dekat. Akibatnya, pengeluaran jadi tidak terkontrol dan tabungan habis dalam sekejap. Padahal, jika dipersiapkan lebih awal, beban keuangan bisa lebih ringan.
Kuncinya adalah konsisten menyisihkan uang sedikit demi sedikit. Dengan cara yang tepat, tabungan Lebaran bisa terkumpul tanpa mengganggu kebutuhan sehari-hari.
Table of Contents
Siap Tabungan Lebaran Tahun Depan dengan Strategi Keuangan Ini!

1. Tentukan Target Tabungan Lebaran
Mulai dengan menghitung semua kebutuhan saat Lebaran tahun ini. Cermati berapa biaya untuk THR keluarga, zakat, pakaian baru, transportasi mudik, hingga hidangan Lebaran yang sudah keluar.
Cek satu per satu, lalu buat daftar prioritas agar tahu mana yang wajib dan mana yang bisa dikurangi. Setelah itu, tentukan jumlah uang yang harus disiapkan.
Misalnya, jika total kebutuhan Lebaran Rp6 juta, berarti setiap bulan perlu menabung Rp500.000. Dengan target yang jelas, tabungan Lebaran bisa dimulai dengan lebih mudah dan terarah.
Baca juga: Lebaran Hemat: Tip Atur Bujet untuk Silaturahmi dan Open House
2. Gunakan Rekening Khusus atau Amplop Digital
Pisahkan uang tabungan Lebaran dari rekening utama. Bisa dengan membuka rekening baru tanpa kartu ATM agar tidak mudah tergoda untuk mengambilnya. Jika tidak mau ribet, bisa pakai fitur kantong tabungan di e-wallet atau aplikasi perbankan digital.
Alternatif lain, gunakan metode amplop digital dengan setiap pengeluaran memiliki pos masing-masing. Dengan cara ini, uang tabungan tetap aman dan tidak tercampur dengan kebutuhan sehari-hari.
3. Menabung Secara Bertahap
Jangan tunggu bulan Ramadan untuk mulai menabung. Mulai dari sekarang dengan jumlah yang kecil tapi rutin. Misalnya, jika butuh Rp6 juta, berarti hanya perlu menabung Rp500 ribu per bulan atau Rp125 ribu per minggu.
Dengan sistem ini, beban tabungan Lebaran jadi lebih ringan karena terbagi dalam waktu yang lebih lama. Kalau ada pemasukan lebih, bisa langsung ditambahkan agar target tercapai lebih cepat.
4. Manfaatkan Sistem Menabung Harian atau Mingguan
Kalau merasa menabung bulanan terlalu berat, coba metode harian atau mingguan. Misalnya, setiap hari menyisihkan Rp20 ribu, atau setiap minggu Rp140 ribu. Jumlahnya kecil, tapi kalau konsisten, hasilnya tetap besar.
Bisa pakai stoples di rumah untuk menabung manual atau memanfaatkan fitur autodebet di aplikasi keuangan. Yang penting, buat sistem yang nyaman dan mudah dilakukan setiap hari.

5. Kurangi Pengeluaran yang Tidak Perlu
Lihat lagi kebiasaan belanja sehari-hari. Kalau ada yang memang bisa dikurangi, coba deh diatur lagi. Terutama pengeluaran yang sebenarnya bisa ditunda atau dihindari.
Misalnya, kurangi makan di luar dan lebih sering masak di rumah. Itung-itung bisa sekalian lebih banyak makan makanan sehat. Uang yang biasanya dipakai untuk hal-hal ini bisa langsung dialihkan ke tabungan Lebaran.
6. Gunakan THR Tahun Ini sebagai Modal Awal
Kalau masih ada sisa THR tahun ini, jangan langsung dihabiskan. Sisihkan sebagian untuk tabungan Lebaran tahun depan.
Misalnya, simpan Rp500 ribu hingga Rp1 juta sebagai modal awal. Dengan begitu, jumlah yang harus ditabung setiap bulan jadi lebih kecil. Cara ini juga bisa mengurangi beban finansial di bulan Ramadan nanti.
7. Manfaatkan Promo dan Diskon Jauh-Jauh Hari
Tidak perlu menunggu mendekati Lebaran untuk belanja kebutuhan. Banyak toko mengadakan diskon besar di akhir tahun, Harbolnas, atau momen-momen promo lainnya. Manfaatkan kesempatan ini untuk membeli barang dengan harga lebih murah.
Misalnya, beli baju Lebaran di Desember atau beli tiket mudik saat promo awal tahun. Dengan belanja lebih awal, bisa menghindari lonjakan harga saat mendekati Lebaran.
8. Investasikan Dana Tabungan untuk Pertumbuhan
Daripada uang tabungan hanya disimpan di rekening biasa, coba taruh di tempat yang bisa berkembang. Bisa pakai deposito, reksa dana pasar uang, atau tabungan berjangka.
Keuntungan dari investasi ini bisa menambah saldo tabungan tanpa harus menambah setoran. Tapi tetap pilih instrumen yang aman dan bisa dicairkan kapan saja saat dibutuhkan. Terutama pas menjelang Lebaran.
9. Gunakan Anggaran dan Catatan Keuangan
Agar tidak kebablasan, buat catatan khusus untuk tabungan dan pengeluaran Lebaran. Bisa menggunakan aplikasi keuangan atau mencatat manual di buku.
Dengan pencatatan yang rapi, bisa tahu apakah target tabungan sudah sesuai rencana atau belum. Jika ada kekurangan, bisa segera menyesuaikan strategi sebelum terlambat.

10. Siapkan Alternatif Sumber Dana Tambahan
Jika tabungan terasa kurang, cari cara menambah pemasukan. Bisa dengan jualan online, kerja freelance, atau mengikuti program cashback dan reward dari transaksi harian. Uang tambahan ini bisa langsung dialihkan ke tabungan Lebaran. Dengan cara ini, target tabungan bisa lebih cepat tercapai tanpa harus mengorbankan pengeluaran lain.
Baca juga: Tanggal Tua VS Tanggal Muda: Apa yang Perlu Dilakukan Supaya Semua Tanggal Jadi Baik?
Memulai tabungan Lebaran enggak perlu ribet. Yang penting, mulai sejak dini, buat sistem yang nyaman, dan disiplin dalam menjalankannya. Dengan begitu, Lebaran tahun depan bisa dinikmati dengan tenang tanpa khawatir keuangan berantakan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mencapai Keseimbangan Antara Menabung dan Gaya Hidup di Tahun 2025
Mengatur keuangan di tengah tren gaya hidup yang terus berubah itu memang bisa jadi tantangan tersendiri. Banyak orang pengin bisa menikmati hidup, tapi juga sekaligus pengin ngirit. Sayangnya, keinginan untuk mengikuti tren bisa jadi bablas. Jadi lupa deh menabung.
Ya, sebenarnya sih bukan berarti kudu pelit atau hidup serba terbatas. Hanya saja harus paham, bahwa seimbang adalah koentji.
Kita bisa memenuhi kebutuhan dan tetap menikmati hidup. Jadi, jangan sampai lupa sisihkan dana untuk tabungan dan investasi. Dengan langkah yang tepat, gaya hidup tetep bisa kok jalan tanpa mengorbankan stabilitas keuangan.
Table of Contents
Seimbangkan Menabung dengan Gaya Hidup
Menyeimbangkan kebutuhan finansial dengan gaya hidup sehari-hari itu butuh strategi yang tepat. Biar keuangan tetap sehat, penting untuk tahu kapan harus menahan diri dan kapan bisa menikmati hasil kerja keras.
Menabung memang wajib, tapi menikmati hidup juga penting supaya hidup enggak berat-berat amat. Berikut beberapa cara praktis buat menjaga keseimbangan itu tanpa harus merasa serba terbatas.

1. Gunakan Aturan 40/30/20/10 yang Fleksibel
Mengatur keuangan itu enggak harus ribet. Pakai saja aturan 40/30/20/10 ala QM Financial yang sederhana dan gampang diterapkan. Anggaran ini membantu memastikan kebutuhan terpenuhi, utang terkendali, gaya hidup tetap jalan, dan tabungan masa depan aman.
Pertama, alokasikan 40% dari penghasilan untuk kebutuhan utama. Ini termasuk bayar tagihan bulanan, belanja harian, transportasi, atau biaya lain yang wajib dikeluarkan. Intinya, uang ini dipakai buat kebutuhan dasar biar hidup tetap nyaman.
Kemudian, sisihkan 30% untuk cicilan utang. Kalau punya cicilan KPR, kredit kendaraan, atau kartu kredit, pastikan Enggak lebih dari batas ini. Kalau cicilan terlalu besar, coba kurangi pengeluaran lain supaya utang nggak membebani keuangan.
Selanjutnya, gunakan 20% untuk kebutuhan gaya hidup. Ini bagian buat senang-senang—nongkrong di kafe, nonton film, atau traveling. Tapi ingat, jangan sampai over budget ya. Sesuaikan dengan anggaran supaya nggak mengganggu kebutuhan lain.
Terakhir, sisihkan 10% untuk investasi. Investasi ini penting buat masa depan. Bisa mulai dari yang sederhana seperti emas, reksa dana, atau saham. Nggak harus besar, yang penting konsisten.
Kalau dapat bonus atau pemasukan tambahan, utamakan buat nambah tabungan atau dana darurat. Jangan buru-buru dipakai buat belanja. Dengan cara ini, keuangan lebih stabil dan tetap bisa menikmati hidup tanpa khawatir masa depan.
Baca juga: Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah
2. Prioritaskan Pengeluaran Berdasarkan Nilai
Nggak semua pengeluaran punya dampak yang sama. Fokuskan uang ke hal yang benar-benar bermanfaat atau bikin bahagia lebih lama. Misalnya, investasi kesehatan, kursus skill baru, atau pengalaman seperti traveling, biasanya lebih berkesan dibanding beli barang yang jarang dipakai.
Coba evaluasi pengeluaran rutin. Kalau ada yang nggak terlalu penting atau jarang digunakan mending dikurangi. Pengeluaran yang punya nilai jangka panjang bakal bikin hidup lebih nyaman tanpa perlu merasa boros. Jadi, pilih-pilih pengeluaran yang memang worth it ya.
3. Tetapkan Tujuan Keuangan yang Realistis
Punya tujuan keuangan itu penting, tapi ingat, kudu sesuai kemampuan. Mulai dengan target menabung jangka pendek seperti dana darurat atau liburan, lalu lanjut ke target jangka panjang seperti beli rumah atau pensiun.
Sesuaikan target dengan pendapatan. Jangan memaksakan menabung besar kalau penghasilan pas-pasan. Yang penting konsisten, meskipun jumlahnya kecil. Lebih baik nabung sedikit tapi rutin daripada besar sekali lalu berhenti di tengah jalan.
Ingat, keuangan sehat itu soal proses, bukan paksaan.
4. Cari Hiburan yang Low-Cost
Seru-seruan nggak selalu harus mahal. Banyak hiburan low-cost yang tetap bikin happy tanpa bikin kantong bolong.
Coba ikut acara komunitas gratis seperti festival atau pameran lokal. Atau, kalau butuh refreshing, staycation di dalam kota juga oke—lebih hemat tapi tetap bisa recharge energi.
Bahkan hal simpel seperti masak sendiri di rumah bisa jadi aktivitas seru, apalagi kalau bareng keluarga atau teman. Yang penting, cari hiburan yang bikin senang tanpa bikin keuangan kacau.

5. Gunakan Sistem Amplop Digital
Biar keuangan lebih terkontrol, coba pakai sistem amplop digital. Caranya, pisahkan rekening untuk tabungan, kebutuhan sehari-hari, dan gaya hidup. Jadi, nggak bakal kecampur dan lebih mudah mengatur pengeluaran.
Sekarang banyak e-wallet atau fitur tabungan otomatis di bank yang bisa bantu bikin amplop digital ini. Setiap bulan, alokasikan uang ke “amplop” sesuai kebutuhan. Hasilnya? Keuangan jadi rapi dan nggak gampang kebobolan buat hal-hal nggak penting.
6. Pilih Hobi yang Produktif
Punya hobi itu penting, tapi bakal lebih bermanfaat kalau bisa sekalian ngasih nilai tambah. Misalnya, ikut kelas online gratis buat nambah skill atau bersepeda yang bikin badan sehat.
Kalau bisa, pilih hobi yang juga menghasilkan pendapatan tambahan, seperti fotografi, desain, atau jualan online. Jadi, selain buat refreshing, hobi juga bisa bantu keuangan lebih stabil.
7. Manfaatkan Promo dan Diskon dengan Bijak
Promo dan diskon itu menguntungkan kalau dipakai dengan cara yang tepat. Gunakan untuk kebutuhan rutin, seperti belanja bulanan, pulsa, atau perawatan kendaraan.
Tapi, jangan kalap hanya karena lihat harga miring. Kalau barangnya nggak benar-benar dibutuhkan, itu tetap pemborosan. Jadi, sebelum checkout, tanya dulu ke diri sendiri, “Butuh atau cuma tergoda aja nih?”
8. Sisihkan Dana Gaya Hidup dengan Kesadaran
Gaya hidup itu penting, tapi harus ada batasnya. Buat anggaran khusus setiap bulan untuk nongkrong, hiburan, atau belanja. Kalau udah dekat limit, tahan dulu pengeluaran dan tunda ke bulan depan. Biar nggak kalap, tetap enjoy, tapi keuangan juga nggak berantakan. Intinya: mindful!

9. Batasi Lifestyle Inflation
Pendapatan naik? Jangan buru-buru upgrade gaya hidup. Hindari langsung beli barang mahal atau sering nongkrong di tempat fancy hanya karena merasa punya uang lebih.
Lebih baik, prioritaskan tambahan penghasilan untuk tabungan dan investasi. Dengan begitu, kondisi keuangan makin kuat, dan nggak kebingungan kalau ada kebutuhan mendadak di masa depan. Nikmati kenaikan pendapatan dengan bijak, bukan sekadar untuk gaya-gayaan.
Baca juga: Tanggal Tua VS Tanggal Muda: Apa yang Perlu Dilakukan Supaya Semua Tanggal Jadi Baik?
Seimbang antara menabung dan menjaga gaya hidup itu bisa kok diusahakan. Bukan hal yang mustahil. Kuncinya ada di cara mengatur prioritas dan membuat keputusan finansial dengan lebih sadar.
Nikmati hidup secukupnya, tapi jangan lupa amankan masa depan. Dengan langkah yang tepat, keuangan tetap stabil tanpa harus mengorbankan kebahagiaan sehari-hari.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
6 Situasi Love-Hate Relationship dengan Uang yang Sering Terjadi
Uang merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan modern yang memiliki peran kompleks dan sering kali ambigu dalam kehidupan kita sehari-hari. Fenomena ini menciptakan apa yang sering disebut sebagai love-hate relationship atau hubungan cinta-benci dengan uang. Fenomena ini bisa kita rasakan ketika kita mendapatkan emosi positif dan negatif yang intens terhadap uang secara bersamaan.
Di satu sisi, uang bisa menjadi sumber kebahagiaan, keamanan, dan kebebasan, memungkinkan kita untuk memenuhi kebutuhan, mewujudkan impian, dan menikmati kehidupan. Di sisi lain, uang juga bisa menjadi sumber stres, kecemasan, dan konflik, baik internal maupun dalam hubungan dengan orang lain.
Table of Contents
Pengaruh Love-Hate Relationship dengan Uang

Love-hate relationship ini bukan sekadar fenomena psikologis yang semata. Bahkan, hal ini bisa memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kesehatan finansial kita.
Cara kita merasakan dan berinteraksi dengan uang dapat memengaruhi keputusan finansial yang kita buat, dari pengelolaan pengeluaran sehari-hari hingga strategi investasi jangka panjang. Misalnya, ada di antara kamu yang merasa bahagia banget ketika belanja, di saat yang sama mungkin kamu juga sulit menabung untuk tujuan finansial jangka panjang. Sementara itu, ada orang yang terlalu fokus berhemat, hingga enggak punya kesempatan untuk menikmati hidup.
Memahami dinamika hubungan kita dengan uang adalah langkah pertama untuk mengelolanya dengan lebih bijak. Dengan menyadari emosi dan pola pikir yang mendasari perilaku finansial kita, kita bisa mengambil langkah-langkah untuk menyeimbangkan antara mengejar kebahagiaan jangka pendek dan keamanan jangka panjang.
Pada akhirnya nanti, dengan kebijakan pengelolaan keuangan yan baik, kita pun mampu membuat keputusan finansial yang lebih sehat, mengurangi stres yang berkaitan dengan uang, dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.
6 Love-Hate Relationship dengan Uang yang Sering Terjadi
So, setidaknya ada enam situasi love-hate relationship dengan uang yang umum terjadi. Menariknya, kita sering kali enggak menyadarinya. Seperti apa saja?

1. Happy saat Belanja, Menyesal Setelahnya
Bagi banyak orang, berbelanja merupakan aktivitas yang lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan. Banyak yang bilang, belanja itu bikin bahagia, bahkan terapi.
Konon, saat kita membeli sesuatu yang sangat diinginkan, ada ledakan endorfin—hormon kebahagiaan—yang membuat kita feel better. Mood menjadi lebih baik, sehingga pembelian impulsif semakin menjadi.
Namun, enggak jarang kesenangan belanja ini segera digantikan oleh perasaan bersalah atau menyesal setelah belanja. Apalagi ketika kita mengevaluasi pembelian dan dampaknya terhadap keuangan, kita jadi sadar bahwa pengeluaran tersebut sebenarnya enggak perlu atau berlebihan. Situasi ini menjadi semakin rumit ketika melibatkan aktivitas utang untuk belanja. Love-hate relationship-nya semakin menjadi deh.
2. Merasa Aman saat Menabung, sekaligus Merasa Tak Bebas Menikmati Hidup
Menabung itu adalah salah satu aktivitas keuangan yang penting, karena terkait dengan keamanan dan kesehatan keuangan kita sendiri. Punya tabungan yang cukup artinya kita siap menghadapi berbagai situasi, baik saat ini, masa mendatang, bahkan ketika ada ketidakpastian.
Biasanya, ketika melihat saldo rekening bertambah, kita juga merasa semakin aman. Perasaan ini diperkuat oleh prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik yang sering diajarkan kepada kita: pentingnya memiliki dana darurat, pentingnya persiapan untuk masa pensiun, dan kebutuhan untuk menjadi bebas finansial.
Namun, untuk bisa menabung, kadang kita memang perlu “mengorbankan” beberapa hal. Misalnya, mengurangi nongkrong dengan teman-teman, mengurangi belanja, mengurangi self-reward, dan sebagainya.
Karena banyak membatasi diri, akhirnya kita pun merasa terkekang oleh “aturan” yang kita buat sendiri. Banyak hal yang enggak bisa kita lakukan. Of course, hal ini akan berdampak pada kesehatan mental kita.
3. Senang Punya Penghasilan Besar, tetapi Tekanan Meningkat
Siapa sih yang enggak pengin punya gaji besar? Rasanya pasti puas, dan yang pasti merasa energi yang dikeluarkan jadi tak sia-sia. Betul?
Gaji besar sering dianggap sebagai pengakuan atas kerja keras dan pencapaian. Namun enggak cuma berhenti di situ. Gaji besar juga (akhirnya) membuka peluang untuk dapat meningkatkan gaya hidup, investasi, dan pengalaman yang mungkin sebelumnya enggak terjangkau.
Penghasilan yang lebih tinggi juga memberikan rasa aman yang lebih besar. Kita bisa jadi menabung lebih banyak, menekan peluang berutang, dan bisa memenuhi beragam kebutuhan dengan lebih baik.
Tapi gaji besar juga umumnya datang dengan pressure pekerjaan yang lebih tinggi. Tanggung jawabnya lebih besar, bahkan kadang menuntut lebih banyak energi dan waktu. Kadang, semakin tinggi jabatan, semakin besar gaji, waktu untuk kebersamaan dengan orang-orang tercinta juga semakin berkurang.
4. Senang Bisa Berinvestasi, tetapi sekaligus Takut Rugi
Semakin banyak kita belajar keuangan, semakin kenal dengan beragam produk yang bisa dimanfaatkan, mendorong kita untuk bisa berinvestasi lebih banyak lagi.
Bagi banyak orang, berinvestasi melambangkan peralihan dari sekadar menyimpan uang menjadi aktif mengembangkannya. Sebuah proses yang “berisiko”, bukan?
Apalagi semua orang juga tahu, bahwa kondisi pasar bisa sangat berfluktuasi dan tidak dapat diprediksi. Bahkan investasi yang paling direncanakan sekalipun bisa berakhir dengan kerugian, karena berbagai sebab. Ditambah lagi, enggak semua penyebab itu bisa kita kontrol atau kelola risikonya.
5. Antusias saat Mengajukan Pinjaman Uang, tetapi Bingung ketika Harus Mengembalikan
Hingga muncullah fenomena yang berutang justru lebih galak daripada yang menagih utang.
Mengambil utang memang enggak dilarang. Untuk kondisi-kondisi tertentu, berutang bisa menjadi sarana untuk mencapai tujuan yang mungkin enggak dapat kita capai dengan dana yang tersedia saat ini. Misalnya seperti membeli rumah, atau bahkan memulai bisnis.
Pada saat pengajuan pinjaman disetujui, kita pun merasa lega dan antusias. Rasanya, kita telah diberi kesempatan untuk bergerak maju dengan rencana atau keinginan kita, dan masa depan tampak lebih cerah karena kemungkinan-kemungkinan baru yang terbuka.
Namun, kegembiraan ini cepat berubah menjadi tekanan ketika tiba saatnya untuk memenuhi kewajiban pembayaran. Ketegangan dan kecemasan muncul saat kita dihadapkan dengan realitas cicilan bulanan yang harus dibayar setiap bulannya.
Beban ini menjadi lebih berat jika kondisi finansial kita mengalami perubahan yang enggak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, pengurangan pendapatan, atau keadaan darurat finansial lainnya. Apa yang awalnya tampak sebagai langkah maju dalam mencapai tujuan bisa menjadi beban yang menekan. Enggak hanya pada keuangan kita tetapi juga pada kesejahteraan emosional dan mental.

6. Rasa Aman Punya Asuransi, Frustrasi dengan Premi dan Klaim
Asuransi merupakan instrumen keuangan yang dirancang untuk memberikan perlindungan. Baik itu asuransi kesehatan, kendaraan, properti, atau jenis asuransi lainnya.
Tujuan semua asuransi itu sama, yakni untuk mengurangi beban finansial yang dapat timbul akibat kejadian tak terduga. Kepemilikan atas polis asuransi menawarkan ketenangan pikiran, mengetahui bahwa dalam situasi darurat, kita enggak akan dibiarkan menghadapi kesulitan finansial sendirian.
Kepastian ini sangat penting, memberikan rasa aman yang memungkinkan kita untuk lebih bebas menikmati kehidupan sehari-hari tanpa khawatir akan risiko finansial dari kemungkinan bencana.
Namun, pengalaman memiliki asuransi juga enggak selalu bebas dari frustrasi. Salah satunya adalah besarnya premi yang harus dibayarkan secara berkala.
Premi asuransi, terutama untuk polis dengan cakupan luas atau jumlah pertanggungan tinggi, bisa menjadi beban finansial yang cukup signifikan. Bagi sebagian orang, rasanya kayak “buang-buang uang” saja, apalagi kalau ternyata enggak ada klaim.
Frustrasi ini juga sering muncul saat proses klaim, yang bisa terasa rumit dan melelahkan. Ada banyak persyaratan dokumen yang harus disiapkan, prosedur klaimnya sendiri juga membingungkan, sudah begitu, klaimnya ditolak.
Begitulah, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui love-hate relationship dengan uang yang cukup rumit.
Dari situasi ketika kita merasa bahagia karena bisa membeli sesuatu yang diinginkan hingga perasaan stres karena tekanan finansial, love-hate relationship dengan uang adalah bagian alami dari kehidupan modern.
So, penting bagi kita untuk memahami dinamika ini agar dapat mengelola keuangan dengan lebih baik dan mencapai keseimbangan yang lebih sehat dalam hubungan kita dengan uang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Orang Indonesia Sulit Nabung, Cuma Bisa 3% dari Gaji, Kok Bisa?
Orang Indonesia ternyata beneran sulit nabung!
Kok bisa?
Di salah satu berita, terungkap bahwa di Indonesia, rasio tabungan terhadap produk domestik bruto (PDB) berada pada angka yang cukup rendah, yaitu hanya 20%. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara seperti Malaysia dan Australia, di mana rasio tabungan mereka mencapai 80% dan 175% dari PDB masing-masing.
Fakta ini mengungkapkan bahwa banyak orang di Indonesia masih sulit nabung dan belum menyisihkan cukup dari penghasilan mereka untuk tabungan. Bahkan, rata-rata, masyarakat hanya mampu menabung sekitar 3% saja dari gaji bersih mereka.
Padahal, untuk memastikan kondisi keuangan yang sehat, dianjurkan untuk menabung minimal 10% dari penghasilan bersih.
Bahkan, ketika melihat ke dalam dana pensiun, angkanya pun menunjukkan kecenderungan yang sama. Porsi tabungan untuk dana pensiun di Indonesia hanya mencapai 6% dari PDB, menandakan bahwa persiapan untuk masa depan, khususnya pensiun, masih belum menjadi prioritas bagi banyak orang.
Table of Contents
Penyebab Sulit Nabung

Mengapa orang Indonesia sulit nabung? Dalam artikel terkait enggak dijelaskan sih. Tetapi, bisa jadi karena alasan-alasan berikut ini.
1. Fokus pada Keinginan Saat Ini
Banyak orang lebih mementingkan membeli barang-barang seperti gadget, tas, atau baju terbaru daripada menabung. Karena barang-barang ini bisa dilihat dan dirasakan, sementara tabungan hanya berupa angka.
2. Pengeluaran Setara Penghasilan
Kebiasaan menghabiskan seluruh penghasilan untuk memenuhi keinginan membuat enggak ada sisa uang untuk ditabung. Boro-boro nabung, ada yang sampai berutang demi keinginan tersebut.
3. Dampak FOMO
Informasi yang cepat beredar membuat orang ingin selalu mengikuti tren terbaru, sering kali mengabaikan kebutuhan utama. Akibatnya, uang yang seharusnya bisa ditabung, malah terpakai.
4. Tanpa Tujuan Finansial
Enggak punya tujuan finansial bisa membuat kondisi keuangan menjadi enggak stabil dan tak terarah, mirip dengan berkendara tanpa tujuan yang jelas.
Cara Efektif supaya Enggak Sulit Nabung dari Gaji
Memang, ada banyak strategi menabung yang sebenarnya bisa dilakukan. Namun, katanya tetep aja sulit nabung. So, ini ada beberapa cara alternatif agar bisa menabung lebih banyak yang barangkali belum pernah dicoba.

1. Challenge Tabungan
Coba bikin tantangan tabungan untuk kamu taklukkan sendiri. Misalnya, bikin tantangan 52 minggu yang memungkinkanmu menabung Rp1.000 lebih banyak setiap minggu. Atau, bisa juga tantangan sebaliknya, dimulai dengan jumlah yang besar dan berkurang setiap minggu. Ini membuat proses menabung lebih interaktif dan menyenangkan.
2. Tabungan “Tidak Terlihat”
Setiap kali kamu mendapatkan uang dalam bentuk kembalian saat berbelanja, simpan uang koin atau uang kertas kecil tersebut ke dalam tabungan. Cara ini membuat kamu “enggak sadar” menabung karena jumlahnya yang kecil setiap kali.
3. Hentikan atau Kurangi Kebiasaan Mahal
Identifikasi satu atau dua kebiasaan mahal yang kamu miliki. Misalnya minum kopi mahal setiap hari, merokok, atau membeli makanan siap saji. Lalu, hentikan atau kurangi secara signifikan. Alokasikan uang yang biasanya digunakan untuk kebiasaan tersebut ke dalam tabungan.
4. Round-Up Savings
Kamu suka belanja online? Di beberapa platform ecommerce, kamu bisa saja membulatkan nominal checkout ke atas. Selisihnya kemudian dipakai sebagai tabungan, seperti emas digital.
Nah, ini juga bisa menjadi jalan ninja menabung tanpa effort berlebihan kan? Misalnya, jika kamu membeli sesuatu seharga Rp49.500, aplikasi akan membulatkannya menjadi Rp50.000 dan Rp500 akan langsung disimpan ke dalam tabungan emas digital.
5. Tabungan Reward
Setiap kali kamu melakukan kegiatan tertentu—misalnya berolahraga, membaca buku, atau menyelesaikan tugas rumah tangga—sisihkan jumlah uang tertentu ke dalam tabungan. Anggaplah ini sebagai “reward” atas hal baik yang sudah kamu lakukan. So, dengan begini enggak cuma bisa bikin kamu nabung, tapi juga mendukung punya kebiasaan baik. Oke banget kan?

6. Jual Barang yang Tidak Digunakan
Lakukan decluttering, dan jual barang-barang yang enggak lagi kamu gunakan atau butuhkan. Kamu bisa mengadakan garage sale di rumah, atau bisa juga secara online. Uang dari penjualan ini bisa langsung ditambahkan ke dalam tabungan kamu.
7. Ikuti Kelas Keuangan Pribadi
Investasikan waktu dan mungkin sedikit uang untuk mengikuti kursus keuangan pribadi. Pengetahuan dan keterampilan yang kamu peroleh dapat membantumu membuat keputusan keuangan yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tabunganmu.
Ya, kelas mana lagi kalau enggak FCOS-nya QM Financial?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Loud Budgeting: Tren Keuangan yang Lagi Viral di Kalangan Gen Z
Memasuki tahun 2024, terdapat tren baru di kalangan generasi muda yang berorientasi pada pendekatan keuangan yang lebih terbuka. Tren ini dikenal sebagai loud budgeting.
Gimana? Apakah kamu juga melihat tren ini berseliweran di media sosial kamu?
Konsep ini mulai menarik perhatian pada Desember 2023 yang lalu sebenernya, dipopulerkan oleh Lukas Battle. Dia ini seorang pengguna aktif TikTok, yang terkenal karena keputusannya untuk berbagi cara hidup hemat secara terbuka.
Fenomena ini dikatakan menggantikan tren quiet luxury yang sebelumnya mendominasi tahun 2023, tren yang memungkinkan seseoarang untuk menampilkan kemewahan tanpa kesan berlebihan. Flexing, tapi enggak sombong.
Table of Contents
Apa Itu Loud Budgeting?

Tren ini populer di kalangan anak gen Z. Memang kreatif mereka ini ya. Adanya media sosial juga ikut mendorong berbagai tren ini untuk viral sih. So, apa itu loud budgeting?
Seorang eksekutif perbankan pribadi dari NAB Bank Australia, Paul Riley, mengungkapkan dalam jurnalnya. Bahwa loud budgeting itu adalah strategi yang fokus pada pengaturan prioritas tujuan keuangan pribadi, penentuan batasan pengeluaran yang bijak, dan kenyamanan dalam berbagi dan mendiskusikannya secara terbuka dan jujur. Begitu menurut kutipan dari Business Insider.
Mengapa tren ini sampai muncul?
Alasan utama generasi muda Amerika mengadopsi dan membahas loud budgeting di TikTok berkisar pada keinginan untuk menghapus utang dan menabung demi kepemilikan rumah.
Esensi dari tren ini menekankan bahwa kecerdasan finansial merupakan aspek penting yang enggak boleh diremehkan. Sementara, alasan para pengikut tren ini untuk membagikan pengalaman ke publik adalah untuk menambahkan elemen akuntabilitas dan motivasi.
Jadi, ibaratnya, kalau banyak “saksi” yang tahu bahwa kita sedang melakukan penghematan, maka mereka akan ikut menyemangati dan memotivasi. Begitulah secara singkat dan jelasnya.
Sementara tahun lalu, netijen lebih cenderung untuk suka flexing berkedok sharing—pamcol, alias pamer colongan—misalnya seperti memposting foto-foto liburan atau nongkrong di kafe-kafe mahal. Kini para pengikut tren loud budgeting mengungkapkan bahwa tidak ada alasan untuk merasa malu atas penghematan yang dilakukan. Hal ini justru menegaskan bahwa berupaya menghemat uang merupakan pilihan yang sah dan positif.
Gimana Caranya Ikutan Tren Ini?

So, gimana, apakah kamu mau ikut tren loud budgeting ini, dan membagikan pengalamanmu untuk hidup lebih hemat?
Caranya sebenarnya gampang—bahkan mungkin di antara kamu ada yang sudah biasa melakukannya.
1. Menolak Ajakan Nongkrong
Yang jelas, untuk ikut loud budgeting, kamu harus tegaan. Tega untuk menolak ajakan nongkrong, ajakan window shopping (yang biasanya berujung belanja impulsif), menolak ajakan nonton setiap weekend, dan berbagai ajakan lainnya yang datang dari teman-teman.
Jadi antisos dong? Ya, enggak juga. Menolak ajakan bukan berarti lantas kamu antisos, mengisolasi diri, atau menolak berbagai bentuk interaksi sosial. Kamu hanya menerapkan pemilahan terhadap sesuatu dengan bijak, karena kamu hanya mau melakukan sesuatu yang memberikan nilai tambah atau manfaat untukmu dalam jangka panjang.
So, intinya bukan menolak ajakannya, tetapi menolak untuk mengeluarkan uang untuk hal-hal yang kurang berarti. Kamu tetap bisa melakukan hal-hal tersebut jika sudah kamu perhitungkan dengan cermat. Kamu mau nongkrong, kalau memang ada bujetnya. Mau nonton, kalau memang masih dalam anggaran. Belanja pun begitu, kamu mau asalkan semua sudah terencana dengan baik.
Kuncinya adalah kamu mau melakukan sesuatu yang enggak hanya menyenangkan, tetapi juga ekonomis dan tidak “membahayakan” rencana jangka panjang.
Dengan cara ini, kamu tidak saja dapat mengurangi pengeluaran kurang esensial loh. Kamu sekaligus bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya keuangan pribadi yang sehat, tanpa merasa terbebani oleh tekanan untuk selalu ikut serta dalam setiap ajakan.
2. Jangan Malu Mengakui kalau Masih Terbatas
Saat kamu ingin mengadopsi tren loud budgeting ini, maka mindset kamu terhadap keuangan pribadi mau tidak mau harus berubah. Kamu enggak boleh malu untuk mengakui keterbatasan finansial pada diri sendiri.
Artinya, kamu wajib mengakui secara terbuka kalau ada hal-hal yang belum bisa kamu capai karena keterbatasan dana. Ini harus kamu lakukan tanpa merasa rendah diri.
Dengan begitu, kamu akan lebih realistis terhadap kondisi yang ada, sehingga akhirnya kamu pun sadar, bahwa kamu perlu mengelola keuangan dengan lebih baik demi banyak tujuan yang ingin dicapai.
Dengan membebaskan diri dari tekanan untuk selalu tampil mampu secara finansial, kamu pun dapat lebih fokus pada pengelolaan keuangan yang cerdas. Kamu bisa mulai menabung, investasi, dan mengurangi utang. Hingga pada akhirnya, kamu bisa mengakui kondisi tanpa dibebani oleh rasa malu lagi.
Pendekatan seperti ini enggak hanya akan dapat memperkuat kesehatan finansial jangka panjang, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan emosional. Kamu pun akan merasa lebih puas dengan kemajuan yang dicapai dalam perjalanan keuanganmu.
3. Bagikan Proses dan Kemajuan
So prinsip dari loud budgeting adalah sharing dengan teman-temanmu, mengenai proses kemajuan keuangan dan hal-hal lain yang terkait. Maka, kamu bisa memanfaatkan beragam platform media sosial yang sudah menjamur saat ini, atau bisa juga kamu berbagi secara langsung.
Enggak sekadar pamer sih, tapi lebih pada membangun rasa tanggung jawab atas keputusan finansial yang diambil. Jadi, fungsinya sebagai reminder, bahwa setiap langkah, baik maju maupun terhambat, adalah bagian dari proses belajar dan pertumbuhan.
Lebih dari itu, dengan membagikan cerita dan pencapaian, kamu juga bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi orang lain yang mungkin berada dalam situasi serupa. Pada akhirnya, bisa saja kamu jadi punya teman seperjuangan, alias sparing partner, karena punya kondisi dan tujuan yang sama. Yang kayak begini, biasanya sih bisa saling menguatkan.
Dengan demikian, langkah ini tidak hanya meningkatkan kesadaran finansial pribadi tetapi juga membantu memperkuat hubungan sosial melalui nilai-nilai berbagi dan transparansi.

4. Atur Uangmu
So, pada akhirnya, ya lagi-lagi soal pengaturan keuangan. Karena, dengan keuangan yang dikelola dengan baik, kondisi dan situasi apa pun bisa teratasi dengan baik. Stabilitas dan kebebasan finansial pun bisa dicapai.
Jadi, untuk ikut tren ini, mulailah dengan menetapkan anggaran. Bikin catatan keuangan terkait pendapatan dan pengeluaran, lalu tetapkan prioritas. Identifikasi area yang dapat dikurangi, dan temukan peluang untuk menabung dan investasi lebih banyak.
Penting juga untuk memantau pengeluaran secara rutin untuk memastikan bahwa tetap berada dalam batas yang ditetapkan. Jika ada perubahan kondisi atau tujuan, enggak perlu panik dan langsung sesuaikan rencana.
Jangan lupa untuk membangun dana darurat, sehingga kamu akan punya jaring pengaman untuk menghadapi keadaan tak terduga tanpa harus tergantung pada utang.
Nah, gimana? Kamu tertarik untuk ikutan tren ini? Yah, selama membawa kebaikan, enggak ada salahnya juga untuk FOMO, ya kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cara Bijak Mengatur Keuangan Pribadi di Usia 20-an: Langkah Demi Langkah
Usia 20 itu rerata merupakan first jobber. Usia yang kata orang merupakan garis start untuk memasuki hidup yang sebenarnya. Tsah. Mulai punya tanggung jawab, mulai punya penghasilan sendiri, termasuk usia yang pas untuk mulai belajar cara bijak mengatur keuangan pribadi.
Memang, kondisi orang akan berbeda. Ada yang memang sudah melek sejak awal mengenai pentingnya mengelola keuangan, tetapi enggak sedikit juga penganut paham YOLO—alias you only live once. Alias, kita cuma hidup sekali, masa enggak mau senang-senang sih?
Ya, hidup memang cuma sekali. Tapi kalau dihabiskan hanya untuk senang-senang tanpa mau bijak memiliki rencana keuangan, pada akhirnya ya sama saja. You only live once, ketika kamu salah dan tidak tahu cara bijak mengatur keuangan, kamu juga enggak bisa mengulanginya lagi untuk memperbaiki kesalahan itu.
Jadi, mau pilih yang mana?
Table of Contents
Pentingnya Mengatur Keuangan Pribadi di Usia 20-an

Yes, mulai belajar cara bijak mengatur keuangan pribadi sejak dini itu baik. Sejak dini itu kapan? Ya, sejak kamu mulai punya penghasilan. Hal ini adalah langkah krusial yang menentukan kualitas hidup di masa depan.
Di usia ini, kamu sudah memulai karier, yang umumnya disertai dengan penghasilan tetap pertama. So, pengelolaannya bukan cuma soal bagaimana menyimpan uang saja, tapi juga tentang memahami cara mengalokasikannya untuk kebutuhan, keinginan, dan tabungan.
Mengelola keuangan pada usia ini juga berarti belajar untuk menyeimbangkan antara menikmati masa muda dan merencanakan masa depan finansial yang stabil.
Di sisi lain, tantangan finansial di usia 20-an itu memang cukup banyak. Mulai dari gaji awal yang masih belum seberapa, adanya tekanan untuk mengikuti gaya hidup, sampai soal menjadi sandwich generation.
Di saat yang sama, ini adalah masa ketika peluang untuk bertumbuh sangat besar. Mulai dari peluang investasi yang bisa dimulai dengan modal kecil, hingga kesempatan untuk menaikkan skor kredit yang akan sangat berguna di masa mendatang.
Dengan mengetahui cara bijak mengatur keuangan, si usia 20 akan dapat membangun fondasi keuangan yang kuat untuk masa depannya sendiri. Karenanya, memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan pribadi di usia 20-an bukan hanya penting, tapi juga menjadi kunci untuk masa depan yang lebih cerah dan terjamin.
Cara Bijak Mengatur Keuangan di Usia 20-an

1. Menetapkan Tujuan Keuangan
Tujuan lo apa? Kamu pengin apa di hidupmu nanti? Nah, inilah yang harus ditentukan pertama kali dalam cara bijak mengatur keuangan.
So, tentukan targetmu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Karena kamu berusia 20 tahun, kamu bisa mulai dari beberapa tujuan jangka pendek dulu. Enggak perlu ngadi-ngadi, kamu bisa mulai dari membangun dana darurat, menabung untuk liburan, sampai membeli gadget terbaru
Seiring waktu, kamu juga perlu menyusun tujuan jangka menengah hingga panjang. Misalnya mempersiapkan dana menikah, dana rumah, sampai dana pensiun.
Ingat, setiap tujuan harus ada judul, nominal, dan waktu. Tujuan yang jelas dan terukur memberikanmu arah yang jelas dalam membuat keputusan finansial sehari-hari, memastikan bahwa setiap pengeluaran atau investasi yang dilakukan selaras dengan apa yang ingin dicapai di masa depan.
2. Membuat Anggaran
Setelah menentukan tujuan, kamu bisa mulai melakukan proses cara bijak mengatur keuangan dengan mencatat secara jelas semua sumber pendapatan. Di dalamnya termasuk gaji, pendapatan sampingan, atau sumber lainnya.
Setelah mengetahui total pendapatan, langkah selanjutnya adalah mendokumentasikan semua pengeluaran, mulai dari biaya tetap seperti sewa rumah atau cicilan kendaraan, hingga pengeluaran variabel seperti makanan, hiburan, dan belanja.
Dengan memahami aliran masuk dan keluar uang secara detail, kamu dapat mengidentifikasi area di mana penghematan bisa dilakukan. Catatan ini juga akan membantumu memprioritaskan pengeluaran. Artinya kamu bisa memastikan kebutuhan wajib terpenuhi dulu, sebelum kamu memenuhi keinginan. Dalam jangka panjang, catatan ini akan menjadi alat penting dalam mencapai keseimbangan finansial dan mencapai tujuan finansial kamu.
3. Mengelola Utang
Usia 20 artinya juga kamu mulai berkenalan dengan utang. Umumnya sih, mulai pada punya kartu kredit.
Dalam menggunakan kartu kredit, bijaksana dan terkendali adalah kuncinya. Cara bijak mengatur keuangan termasuk di dalamnya menggunakan kartu kredit untuk transaksi yang kamu yakin bisa dibayar penuh setiap bulannya, sehingga menghindari akumulasi bunga. Memanfaatkan manfaat tambahan seperti poin reward atau cashback juga bisa menjadi strategi cerdas asalkan tidak mengundang pembelian impulsif.

4. Menabung dan Investasi
Untuk keduanya, kamu akan memerlukan disiplin dan konsistensi. Cara bijak mengatur keuangan terbaik adalah dengan menetapkan tujuan tabungan yang spesifik dan realistis, lalu secara rutin menyisihkan sebagian pendapatan ke dalam tabungan tersebut.
Sebuah metode efektif adalah dengan menggunakan prinsip “sisihkan di depan”, yaitu mengalokasikan sejumlah uang untuk ditabung segera setelah menerima penghasilan, sebelum uang tersebut digunakan untuk keperluan lain.
Sementara menabung fokus pada penyimpanan dan perlindungan aset, investasi bertujuan untuk pertumbuhan aset tersebut. Pengenalan dasar tentang investasi meliputi pemahaman terhadap pilihan investasi seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Mana yang bisa dimanfaatkan, nah, kamu perlu mengenali tujuan keuangan, jangka waktu investasi, serta toleransi risiko.
Ikut kelasnya saja, makanya! Biar dapat penjelasan langsung dari trainer tentang cara bijak mengatur keuangan, plus langsung berkenalan dengan berbagai produk keuangannya. Nggak pakai ribet.
5. Miliki Proteksi
Enggak harus semua jenis asuransi kamu miliki. Minimal kamu harus punya asuransi kesehatan dulu. Biasanya sih setiap perusahaan secara otomatis akan mengikutsertakan karyawannya di program asuransi milik pemerintah ini, karena memang sudah jadi aturannya. Mengapa asuransi ini penting? Karena risiko kesehatan bisa datang tiba-tiba dan biaya perawatan medis terus meningkat.
Selain itu, kamu juga bisa mempertimbangkan untuk punya asuransi jiwa, apalagi kalau misalnya kamu adalah tulang punggung keluarga besar alias menjadi sandwich generation. Asuransi ini penting untuk melindungi orang-orang yang kamu sayang,
Selain asuransi, proteksi juga mencakup dana darurat, yang berfungsi sebagai jaring pengaman finansial untuk menghadapi situasi tak terduga. Umumnya, dianjurkan untuk memiliki dana darurat setidaknya sejumlah 3 hingga 6 kali pengeluaran bulanan.
6. Optimalkan Penghasilan
Di usia 20-an, peluang karier dan pengembangan diri itu berlimpah. Jadi, jangan sia-siakan peluangmu, mumpung energi juga masih full.
So, jajaki apakah kamu bisa mendapatkan sumber pendapatan tambahan. Mungkin dengan melakukan pekerjaan sampingan atau hobi yang dapat menghasilkan uang, seperti freelance, menjual produk atau jasa secara online, atau bahkan mengikuti gig ekonomi.
Sumber pendapatan tambahan ini enggak hanya menambah pemasukan, tapi juga bisa menjadi jaring pengaman finansial jika terjadi masalah dengan pekerjaan utama.
Selain itu, berusaha mendapatkan promosi di tempat kerja adalah cara lain untuk meningkatkan penghasilan. Ini bisa dicapai dengan meningkatkan keterampilan dan kinerja, atau dengan mengambil peran dan tanggung jawab tambahan.
Nah, gimana nih kamu yang sekarang usia 20-an? Apakah beberapa cara bijak mengatur keuangan pribadi di atas sudah kamu lakukan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jokowi: Rakyat Harus Lebih Banyak Belanja – Begini Cara Belanja Hemat tanpa Kalang Kabut
Beberapa waktu yang lalu, Presiden Jokowi mendesak agar masyarakat mau belanja lebih banyak demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Tak berarti Presiden mengajak kamu untuk boros sih. Pernyataan beliau didasari oleh data bahwa ada sebanyak Rp690 triliun tabungan bank mengendap di tahun 2022. Ini artinya masyarakat kita terlalu banyak menabung, dan lupa belanja.
Loh, bukannya bagus ya kalau kita rajin menabung, dan mengurangi belanja? Bukannya itu kan yang terus disarankan oleh perencana-perencana keuangan?
Well, enggak gitu juga sih, tapi. Faktanya, negara ini tuh butuh peredaran uang yang lancar agar ekonomi terus bergerak. Menabung memang bagus, tetapi uang tidak akan bergerak kalau hanya ‘ngendon’ di tabungan. Berbeda dengan misalnya kamu investasikan. Nah, investasi ini adalah uang yang bergerak. Menabung artinya kamu hanya menaruh uang di rekening, uangnya dianggurin saja.
Masih belum paham?
Yuk, kita lihat penjelasannya.
Belanja Membuat Pertumbuhan Ekonomi Menjadi Lebih Baik

Masih diungkapkan oleh Presiden Jokowi, pada 2022, konsumsi masyarakat atau rumah tangga adalah sebesar 4,93 persen. Pemerintah berharap, agar konsumsi masyarakat tahun ini bisa meningkat sebesar 5,4 persen hingga 2024.
Jika hal ini terjadi, otomatis pertumbuhan ekonomi juga akan terakselerasi. Karena itu, yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat sebaiknya ya didorong.
Saat tabungan banyak di bank, maka itu artinya kita sedang banyak menahan diri; nggak belanja; nggak kulineran; nggak healing-healing. Nah, hal ini jika berlarut-larut bisa membuat perekonomian terhenti lo!
Belanja menciptakan permintaan di pasar
Belanja masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional karena dapat menciptakan permintaan di pasar.
Ketika masyarakat membelanjakan uang mereka untuk membeli barang dan jasa, ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi permintaan yang ada. Dengan meningkatkan produksi, maka akan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi dalam masyarakat.
Belanja meningkatkan pendapatan banyak pihak
Dalam skala yang lebih besar, belanja masyarakat juga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional melalui mekanisme multiplier effect.
Ketika masyarakat membelanjakan uang mereka, maka uang tersebut akan beredar di dalam perekonomian dan meningkatkan pendapatan perusahaan, pekerja, dan pemerintah. Pendapatan yang meningkat ini akan mendorong konsumsi lebih lanjut dan menghasilkan lebih banyak pendapatan di dalam perekonomian. Ini akan menciptakan efek domino yang pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas ekonomi nasional.
Belanja memperbaiki neraca perdagangan
Selain itu, belanja masyarakat juga dapat memperbaiki neraca perdagangan suatu negara. Jika masyarakat membelanjakan uang mereka untuk membeli barang dan jasa buatan dalam negeri, maka ini akan meningkatkan permintaan untuk barang dan jasa lokal, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.
Hal ini akan mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan ekspor dalam negeri, yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
So, sampai di sini paham ya, bahwa untuk memaksimalkan potensi spending money masyarakat sebagai faktor penentu pertumbuhan ekonomi nasional, penting bagi pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan dan stabilitas dalam perekonomian, dan memberikan insentif bagi masyarakat untuk spending lebih banyak.
Belanja Tanpa Kalang Kabut

Tapi ya gimana ya, Pak? Mau belanja itu sekarang juga waswas, karena kondisi perekonomian ke depan itu kok ya masih gelap. Bahkan kemarin juga ada prediksi resesi kan?
Mungkin kamu adalah salah satu yang berpikir demikian.
Ya, pemikiranmu itu betul. Meski sangat dianjurkan agar pertumbuhan ekonomi negara kita membaik, tetapi ya tetap harus dilakukan dengan bijak. Seneng-seneng aja sih, tapi kalau cash flow terus kacau dan duitnya terus habis, gimana?
Ada beberapa strategi yang dapat membantu kita belanja banyak tanpa menguras dompet dan pada saat yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Gimana caranya?
Buatlah daftar belanjaan dan anggaran yang realistis
Sebelum membeli barang atau jasa, buatlah daftar belanjaan dan tetapkan anggaran yang realistis sesuai dengan perencanaan keuangan yang sudah kita buat, penghasilan dan kebutuhan kita. Dengan cara ini, kita dapat menghindari pemborosan dan memastikan bahwa apa yang kita beli sesuai dengan anggaran.
Pilih barang yang berkualitas
Memilih barang atau jasa berkualitas memang memerlukan biaya lebih tinggi, tetapi hal ini justru bisa membantu kita menghemat uang dalam jangka panjang.
Barang berkualitas cenderung lebih tahan lama dan memerlukan biaya perbaikan atau penggantian yang lebih sedikit, sehingga dapat membantu kita menghemat uang dalam jangka panjang.
Manfaatkan promo dan diskon
Cari tahu tentang promo dan diskon dari toko atau penyedia jasa yang kita pilih.
Dengan memanfaatkan promo dan diskon yang tersedia, kita dapat menghemat uang dan pada saat yang sama masih bisa membeli barang atau jasa yang kita butuhkan.

Gunakan kartu kredit dengan bijak
Jika kita menggunakan kartu kredit untuk belanja, pastikan untuk membayar tagihan secara penuh setiap bulan untuk menghindari biaya bunga yang tinggi.
Selain itu, cari tahu tentang program cashback atau rewards dari kartu kredit kita yang dapat membantu kita menghemat uang atau mendapatkan keuntungan tambahan.
Prioritaskan produk lokal
Ketika membeli barang atau jasa, prioritaskan produk dalam negeri untuk membantu meningkatkan ekonomi lokal dan memperkuat pasar dalam negeri. Ini dapat membantu membangun industri dalam negeri yang lebih kuat dan pada saat yang sama membantu kita memenuhi kebutuhan kita.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat belanja banyak tanpa membuat dompet kita jebol dan pada saat yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Gimana? Sudah siap mau belanja sekarang?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Resesi Ekonomi Global Mengancam di 2023: Apa yang Harus Kita Lakukan?
Upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi yang dilakukan sejak tahun 2021 ternyata harus menemui perkembangan yang cukup suram sampai dengan hari ini. Resesi ekonomi global akhirnya diprediksi datang di tahun 2023.
Bak efek domino, satu hal memicu hal lain dan kemudian memberikan dampak pada masalah yang lain lagi, dunia akhirnya berada di ambang krisis. Apalagi saat artikel ini ditulis, The Fed telah kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga 0.75%, menjadi 3.00% – 3.25%. Angka ini adalah yang tertinggi sejak 2008.
Efek Domino Resesi Ekonomi Global: Perang, Krisis Pangan, Krisis Energi, dan Inflasi
Inflasi yang naik tak terkendali disebut menjadi penyebab mengapa bank sentral AS menaikkan suku bunga ini.

Sementara, sejumlah bank sentral negara lain di dunia juga sudah menaikkan bunga acuannya. Di antaranya:
- Bank sentral Kanada menaikkan suku bunga acuan dari 0.5% menjadi 1%, akibat inflasi negara tersebut melonjak ke 5.7%, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak, gas, dan bahan makanan efek perang Ukraina dan Rusia.
- Bank sentral Sri Lanka juga menaikkan suku bunga acuan menjadi 14.5%, demi menjaga rupee yang amblas 35% satu bulan terakhir. Efeknya pasokan bahan makanan menipis di negara tersebut, sementara warganya juga harus melalui hari-hari tanpa listrik hingga berhari-hari.
- Bank sentral Korea Selatan meningkatkan suku bunga acuannya dari 1.25% menjadi 1.5%, untuk mengatasi laju inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga komoditas yang masih merupakan buntut dampak perang Rusia dan Ukraina.
Bank Dunia akhirnya juga menurunkan prediksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia, dari 6.1% menjadi “hanya” 3.2%, akibat adanya penurunan daya beli rumah tangga dan kebijakan moneter AS yang lebih ketat. Ditambah lagi masalah ekonomi yang juga melanda Tiongkok akibat pembatasan pandemi yang berkepanjangan dan krisis properti yang seakan tak berujung. Eropa pun masih dan diprediksi akan terus terkena imbas langsung dari perang Ukraina dan Rusia.
Karena itu, Bank Dunia memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi hanya akan maksimal 2.9% saja di tahun 2023 nanti.

Efek Resesi Ekonomi 2023 yang Bisa Terjadi pada Indonesia
Kalau secara global, kita akan diprediksi masuk ke resesi ekonomi, lantas efek apa yang akan kita alami atau rasakan di Indonesia?
Perlu kamu tahu, bahwa kalau dunia mengalami resesi ekonomi itu belum pasti juga sampai ke Indonesia. Mungkin ada efek, tetapi bisa saja tidak terlalu dalam. Saat diserang pandemi tahun 2020, kita juga mengalami resesi ekonomi, tetapi malah termasuk salah satu negara yang bisa bangkit lebih dulu.
So, prediksi resesi ekonomi ini baik banget jika pengin kamu ikuti beritanya, tetapi hal seperti ini ada di luar kendali kita. Akan lebih baik, jika kita fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan sebagai individu untuk menghadapi prediksi ini, yaitu beradaptasi dengan kondisi.
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk siap menghadapi kemungkinan buruk, apa pun itu.

Bersiap Menghadapi Kemungkinan Buruk
1. Atur cash flow
Cash flow adalah kunci segala situasi. Apa pun kondisinya, jika kita bisa menjaga agar cash flow tetap positif, maka sebenarnya, katakanlah, 80% masalah sudah teratasi.
So, mau ada resesi ekonomi atau tidak, cash flow harus tetap positif. Dan, kamu pasti sudah hafal betul step by step menjaga cash flow tetap positif:
- Lakukan financial checkup, cari di mana celah yang bisa diperbaiki
- Jaga pengeluaran agar tetap hemat, tetapi tidak pelit.
- Tetap belanja tapi lakukan dengan bijak, karena belanja rumah tangga dan pribadi merupakan tulang punggung perekonomian kita.
- Tambah penghasilan, mulai dari fokus supaya naik gaji, atau lakukan side hustle ataupun berbisnis sampingan.
Jadi, ingat ya, prinsipnya. Apa pun kondisinya, jaga cash flow tetap positif, apa pun caranya. Kalau negatif, hentikan dulu investasi, belanja yang tak perlu, restrukturisasi cicilan, dan lakukan berbagai upaya untuk mengembalikan dulu cash flow ke positif. Baru kemudian kamu bisa menentukan anggaran lagi.
2. Tetap menabung dan berinvestasi
Yes, tetap menabung dan berinvestasi, dengan catatan cash flow sudah positif.
Fokus tujuan menabung dan investasi sudah bukan lagi yang serbacuan atau yang bisa instan bikin kaya, tetapi yang bisa melayani kebutuhan kamu dan sesuai dengan kondisi terkini. Ingat, bahwa kemampuan finansialmu mungkin juga akan menurun jika terjadi krisis. So, ada baiknya disesuaikan.
Belanja jangan halu, investasi jangan asal.
3. Pastikan punya dana darurat
Dana darurat lagi-lagi akan jadi pos yang sangat penting ke depannya. So, ayo dicek, bagaimana kondisinya saat ini. Mungkin mumpung masih ada waktu, ada baiknya kamu bersiap. Bisa saja kamu turunkan prioritas keinginan lain, agar dana yang kamu punya bisa dialihkan ke dana darurat dulu sekarang.
So, nanti kalau benar-benar resesi ekonomi datang sesuai prediksi, dana daruratmu sudah lumayan memadai.
4. Tunda pembelian besar yang belum mendesak
Misalnya kalau kamu pengin ganti kendaraan, atau berencana untuk merenovasi rumah yang bersifat dekorasi, ataupun berbagai keinginan lain yang butuh dana yang besar, tundalah dulu jika memang tidak terlalu mendesak.
Pasalnya, dalam kondisi yang serba tidak pasti ini, kita harus menyesuaikan prioritas lagi. Lebih baik fokus dulu pada berbagai kebutuhan esensial. Mengapa? Ya, seperti yang sudah dijabarkan di poin pertama di atas: untuk menjaga cash flow tetap positif dan stabil.
5. Berhati-hati mengambil cicilan
Utang akan menjadi beban yang cukup berat kalau kita harus menghadapi krisis keuangan. So, akan lebih baik jika kamu mulai berhati-hati jika ingin mengambil cicilan di saat sekarang. Mulai dari kartu kredit, paylater, dan berbagai kemudahan pinjaman itu harus mulai diwaspadai.
Ingat prinsipnya kan: jaga cash flow positif, dan lebih baik fokus ke kebutuhan esensial lebih dulu.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kita lakukan agar tetap survive melewati krisis atau resesi ekonomi yang diprediksikan datang. Yok bisa yok!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Heboh Nasabah Robek Buku Tabungan, Memangnya Seberapa Tekor sih Nabung di Bank?
Baru-baru ini ramai di media sosial video seorang pria yang merobek buku tabungan di kantor sebuah bank terkenal. Video pun viral seiring komentar netizen yang mahabenar. Yang paling menarik perhatian adalah curhatan si pelaku perobekan, katanya setengah mati cari uang, nabung di bank saldo berkurang.
Menurut ceritanya, ketika ia mengisi saldo Rp2.200.000, saat dicek kembali ternyata sudah berkurang menjadi Rp2.070.000. Ke mana sisanya?

Nabung di Bank? Pahami Ini!
Nah, masalah nabung di bank ini ternyata juga enggak semua orang paham. Banyak yang punya anggapan, bahwa kita nabung di bank mirip dengan sekadar menitipkan uang. Padahal, ada beberapa kebijakan yang harus dipahami juga untuk bisa menaruh uang di bank ini.
Biaya admin
Di bank, sebagai nasabah, kita akan dikenai biaya admin. Setiap bank punya kebijakan sendiri. Rata-rata sih mengenakan biaya admin tabungan antara Rp10.000 hingga Rp12.500.
Selain biaya admin, ada juga biaya lain, yaitu biaya kartu. Besarnya juga berbeda antara satu bank dengan yang lain. Kartu ini juga ada beberapa jenis, biasanya sih ada silver dan gold, atau bisa juga memakai istilah lain, tetapi kriterianya sama. Setiap jenis kartu juga berbeda biaya kartunya. Yang fasilitasnya lebih banyak, sudah pasti biaya juga akan menyesuaikan.
Nah, kalau kamu menarik uang di teller, di bawah jumlah tertentu, ada bank yang juga menerapkan biaya admin. Mau tutup rekening? Ada biaya admin juga. Apalagi kalau kayak masnya, yang merobek buku tabungan. Sudah tahu belum ya, kalau mengganti buku tabungan yang rusak itu juga ada biaya adminnya? Biasanya sih sebesar Rp25.000. Lha, makin tekor dong ya?
Bunga tabungan
Banyak dari kita yang termotivasi untuk nabung di bank karena adanya bunga dari dana kita yang mengendap. Sayangnya, banyak yang kurang paham juga di sini.
Memang akan ada bunga yang diberikan kalau kita memiliki dana mengendap di bank, tapi ada nominal minimalnya. Ada yang Rp1 juta, ada juga nominal yang lain. Rata-rata bunga tabungan bank adalah 0% jika berada di bawah nominal minimal ini. Kemudian untuk rentang nominal tertentu baru deh ada bunga beneran, biasanya nol koma sekian persen. Begitu terus dengan rentang nominal berikutnya yang lebih tinggi.
Mari hitung biaya admin vs bunga tabungan
Misalnya, nasabah menabung Rp2 juta, asumsi biaya administrasi adalah Rp12.000. Lalu, ada biaya kartu—misalnya silver—sebesar Rp2.000. Total adalah Rp14.000. Ini belum termasuk kalau kita transfer antarbank, atau transaksi lewat agen, beli token, dan sebagainya. Akan selalu ada biaya transaksi.
Lalu, mari kita hitung bunganya. Kita asumsikan bunga untuk nominal tabungan Rp1 juta hingga Rp50 juta adalah 0.7% per tahun. Dan ingat, bahwa ada pajak penghasilan atas simpanan sebesar 20% yang diberlakukan juga. So, agar bunganya bisa menutup biaya admin yang kita asumsikan Rp14.000 itu, si nasabah harus memiliki setidaknya tabungan Rp30 juta-an. Kalau saldonya kurang dari Rp30 juta, maka nominalnya akan berkurang.

Tip supaya Enggak Rugi Nabung di Bank
Jadi, nabung di bank, rugi dong ya? Ya, enggak gitu juga. Kita harus selalu melihat sesuatu dari 2 sisi.
Memang ada biaya ini itu untuk nabung di bank, tapi coba kamu lihat lagi, manfaatnya kan juga sangat besar buat kamu. Wajar jika bank menarik biaya atas jasanya. Bagaimanapun, bank itu merupakan bisnis, sehingga wajar bagi mereka untuk juga mendapatkan imbalan dari jasanya.
Lagi pula, nabung di bawah kasur juga ada “biaya”-nya. Biayanya bernama rayap.
Jadi, gimana? Tetap nabung di bank dong. Setidaknya, kamu harus bisa memanfaatkannya seoptimal mungkin. Berikut tip yang bisa kamu coba.
1. Anggaplah sebagai pengeluaran
Biaya admin dan sebagainya ini adalah biaya yang wajar muncul saat kita menukar manfaat dengan jasa layanan. Jadi, perhitungkan biaya-biaya kecil ini dalam pengeluaranmu.
Misalnya, setiap kali kamu membayar listrik, misalnya, ada biaya admin yang muncul. Catatlah pembayaran tagihan listrik yang sudah ditambahkan dengan biaya adminnya, jangan hanya biaya listrik tagihan dari PLN saja. Anggap saja, itu sebagai ongkos pengganti kamu ngantre di kantor PLN untuk bayar tagihan. Toh lebih praktis dan mudah kalau membayar via aplikasi bank kan?
Dengan demikian, saat membuat anggaran, kamu juga memperhitungkan biaya-biaya admin ini juga. Coba hitung berapa total biaya admin yang kamu keluarkan dalam sebulan untuk berbagai transaksi. Maka buatlah bujet yang sebesar itu juga.
2. Sebisa mungkin hindari transfer antarbank
Sebisa mungkin hindari transfer antarbank, yang biaya adminnya juga cukup mahal.
Sekarang ada aplikasi yang memungkinkanmu untuk bisa transfer antarbank tanpa biaya admin. Memang ada kode cantiknya, tapi kode cantik di akhir nominal ini pada waktunya nanti bisa ditarik kembali. Lagi pula, kode cantiknya juga jauh lebih kecil ketimbang biaya admin transfer antarbank. Jadi, ya, lumayan untuk bisa memangkas potongan.

3. Mulai investasi
Dari kasus ini, kita belajar bahwa nabung di bank itu baik. Tetapi, enggak cukup. Kita harus mulai belajar berinvestasi.
Ada kok, investasi “rasa” tabungan, misalnya reksa dana pasar uang. Ada biaya adminnya, tetapi imbal hasilnya juga jauh lebih besar daripada tabungan rekening biasa. Risiko tentu saja ada—namanya juga investasi. Tapi, masih relatif sangat rendah jika dibandingkan instrumen yang lain. Mau mencairkan? Memang butuh waktu sedikit, tetapi relatif mudah juga.
Punya rekening tabungan di bank itu perlu, karena bisa dimanfaatkan sebagai media penerima penghasilan ataupun untuk belanja. Tapi, untuk menabung, kamu perlu punya rekening khusus.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!