Jokowi: Rakyat Harus Lebih Banyak Belanja – Begini Cara Belanja Hemat tanpa Kalang Kabut
Beberapa waktu yang lalu, Presiden Jokowi mendesak agar masyarakat mau belanja lebih banyak demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Tak berarti Presiden mengajak kamu untuk boros sih. Pernyataan beliau didasari oleh data bahwa ada sebanyak Rp690 triliun tabungan bank mengendap di tahun 2022. Ini artinya masyarakat kita terlalu banyak menabung, dan lupa belanja.
Loh, bukannya bagus ya kalau kita rajin menabung, dan mengurangi belanja? Bukannya itu kan yang terus disarankan oleh perencana-perencana keuangan?
Well, enggak gitu juga sih, tapi. Faktanya, negara ini tuh butuh peredaran uang yang lancar agar ekonomi terus bergerak. Menabung memang bagus, tetapi uang tidak akan bergerak kalau hanya ‘ngendon’ di tabungan. Berbeda dengan misalnya kamu investasikan. Nah, investasi ini adalah uang yang bergerak. Menabung artinya kamu hanya menaruh uang di rekening, uangnya dianggurin saja.
Masih belum paham?
Yuk, kita lihat penjelasannya.
Belanja Membuat Pertumbuhan Ekonomi Menjadi Lebih Baik

Masih diungkapkan oleh Presiden Jokowi, pada 2022, konsumsi masyarakat atau rumah tangga adalah sebesar 4,93 persen. Pemerintah berharap, agar konsumsi masyarakat tahun ini bisa meningkat sebesar 5,4 persen hingga 2024.
Jika hal ini terjadi, otomatis pertumbuhan ekonomi juga akan terakselerasi. Karena itu, yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat sebaiknya ya didorong.
Saat tabungan banyak di bank, maka itu artinya kita sedang banyak menahan diri; nggak belanja; nggak kulineran; nggak healing-healing. Nah, hal ini jika berlarut-larut bisa membuat perekonomian terhenti lo!
Belanja menciptakan permintaan di pasar
Belanja masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional karena dapat menciptakan permintaan di pasar.
Ketika masyarakat membelanjakan uang mereka untuk membeli barang dan jasa, ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi permintaan yang ada. Dengan meningkatkan produksi, maka akan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi dalam masyarakat.
Belanja meningkatkan pendapatan banyak pihak
Dalam skala yang lebih besar, belanja masyarakat juga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional melalui mekanisme multiplier effect.
Ketika masyarakat membelanjakan uang mereka, maka uang tersebut akan beredar di dalam perekonomian dan meningkatkan pendapatan perusahaan, pekerja, dan pemerintah. Pendapatan yang meningkat ini akan mendorong konsumsi lebih lanjut dan menghasilkan lebih banyak pendapatan di dalam perekonomian. Ini akan menciptakan efek domino yang pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas ekonomi nasional.
Belanja memperbaiki neraca perdagangan
Selain itu, belanja masyarakat juga dapat memperbaiki neraca perdagangan suatu negara. Jika masyarakat membelanjakan uang mereka untuk membeli barang dan jasa buatan dalam negeri, maka ini akan meningkatkan permintaan untuk barang dan jasa lokal, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.
Hal ini akan mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan ekspor dalam negeri, yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
So, sampai di sini paham ya, bahwa untuk memaksimalkan potensi spending money masyarakat sebagai faktor penentu pertumbuhan ekonomi nasional, penting bagi pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan dan stabilitas dalam perekonomian, dan memberikan insentif bagi masyarakat untuk spending lebih banyak.
Belanja Tanpa Kalang Kabut

Tapi ya gimana ya, Pak? Mau belanja itu sekarang juga waswas, karena kondisi perekonomian ke depan itu kok ya masih gelap. Bahkan kemarin juga ada prediksi resesi kan?
Mungkin kamu adalah salah satu yang berpikir demikian.
Ya, pemikiranmu itu betul. Meski sangat dianjurkan agar pertumbuhan ekonomi negara kita membaik, tetapi ya tetap harus dilakukan dengan bijak. Seneng-seneng aja sih, tapi kalau cash flow terus kacau dan duitnya terus habis, gimana?
Ada beberapa strategi yang dapat membantu kita belanja banyak tanpa menguras dompet dan pada saat yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Gimana caranya?
Buatlah daftar belanjaan dan anggaran yang realistis
Sebelum membeli barang atau jasa, buatlah daftar belanjaan dan tetapkan anggaran yang realistis sesuai dengan perencanaan keuangan yang sudah kita buat, penghasilan dan kebutuhan kita. Dengan cara ini, kita dapat menghindari pemborosan dan memastikan bahwa apa yang kita beli sesuai dengan anggaran.
Pilih barang yang berkualitas
Memilih barang atau jasa berkualitas memang memerlukan biaya lebih tinggi, tetapi hal ini justru bisa membantu kita menghemat uang dalam jangka panjang.
Barang berkualitas cenderung lebih tahan lama dan memerlukan biaya perbaikan atau penggantian yang lebih sedikit, sehingga dapat membantu kita menghemat uang dalam jangka panjang.
Manfaatkan promo dan diskon
Cari tahu tentang promo dan diskon dari toko atau penyedia jasa yang kita pilih.
Dengan memanfaatkan promo dan diskon yang tersedia, kita dapat menghemat uang dan pada saat yang sama masih bisa membeli barang atau jasa yang kita butuhkan.

Gunakan kartu kredit dengan bijak
Jika kita menggunakan kartu kredit untuk belanja, pastikan untuk membayar tagihan secara penuh setiap bulan untuk menghindari biaya bunga yang tinggi.
Selain itu, cari tahu tentang program cashback atau rewards dari kartu kredit kita yang dapat membantu kita menghemat uang atau mendapatkan keuntungan tambahan.
Prioritaskan produk lokal
Ketika membeli barang atau jasa, prioritaskan produk dalam negeri untuk membantu meningkatkan ekonomi lokal dan memperkuat pasar dalam negeri. Ini dapat membantu membangun industri dalam negeri yang lebih kuat dan pada saat yang sama membantu kita memenuhi kebutuhan kita.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat belanja banyak tanpa membuat dompet kita jebol dan pada saat yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Gimana? Sudah siap mau belanja sekarang?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Resesi Ekonomi Global Mengancam di 2023: Apa yang Harus Kita Lakukan?
Upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi yang dilakukan sejak tahun 2021 ternyata harus menemui perkembangan yang cukup suram sampai dengan hari ini. Resesi ekonomi global akhirnya diprediksi datang di tahun 2023.
Bak efek domino, satu hal memicu hal lain dan kemudian memberikan dampak pada masalah yang lain lagi, dunia akhirnya berada di ambang krisis. Apalagi saat artikel ini ditulis, The Fed telah kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga 0.75%, menjadi 3.00% – 3.25%. Angka ini adalah yang tertinggi sejak 2008.
Efek Domino Resesi Ekonomi Global: Perang, Krisis Pangan, Krisis Energi, dan Inflasi
Inflasi yang naik tak terkendali disebut menjadi penyebab mengapa bank sentral AS menaikkan suku bunga ini.

Sementara, sejumlah bank sentral negara lain di dunia juga sudah menaikkan bunga acuannya. Di antaranya:
- Bank sentral Kanada menaikkan suku bunga acuan dari 0.5% menjadi 1%, akibat inflasi negara tersebut melonjak ke 5.7%, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak, gas, dan bahan makanan efek perang Ukraina dan Rusia.
- Bank sentral Sri Lanka juga menaikkan suku bunga acuan menjadi 14.5%, demi menjaga rupee yang amblas 35% satu bulan terakhir. Efeknya pasokan bahan makanan menipis di negara tersebut, sementara warganya juga harus melalui hari-hari tanpa listrik hingga berhari-hari.
- Bank sentral Korea Selatan meningkatkan suku bunga acuannya dari 1.25% menjadi 1.5%, untuk mengatasi laju inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga komoditas yang masih merupakan buntut dampak perang Rusia dan Ukraina.
Bank Dunia akhirnya juga menurunkan prediksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia, dari 6.1% menjadi “hanya” 3.2%, akibat adanya penurunan daya beli rumah tangga dan kebijakan moneter AS yang lebih ketat. Ditambah lagi masalah ekonomi yang juga melanda Tiongkok akibat pembatasan pandemi yang berkepanjangan dan krisis properti yang seakan tak berujung. Eropa pun masih dan diprediksi akan terus terkena imbas langsung dari perang Ukraina dan Rusia.
Karena itu, Bank Dunia memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi hanya akan maksimal 2.9% saja di tahun 2023 nanti.

Efek Resesi Ekonomi 2023 yang Bisa Terjadi pada Indonesia
Kalau secara global, kita akan diprediksi masuk ke resesi ekonomi, lantas efek apa yang akan kita alami atau rasakan di Indonesia?
Perlu kamu tahu, bahwa kalau dunia mengalami resesi ekonomi itu belum pasti juga sampai ke Indonesia. Mungkin ada efek, tetapi bisa saja tidak terlalu dalam. Saat diserang pandemi tahun 2020, kita juga mengalami resesi ekonomi, tetapi malah termasuk salah satu negara yang bisa bangkit lebih dulu.
So, prediksi resesi ekonomi ini baik banget jika pengin kamu ikuti beritanya, tetapi hal seperti ini ada di luar kendali kita. Akan lebih baik, jika kita fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan sebagai individu untuk menghadapi prediksi ini, yaitu beradaptasi dengan kondisi.
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk siap menghadapi kemungkinan buruk, apa pun itu.

Bersiap Menghadapi Kemungkinan Buruk
1. Atur cash flow
Cash flow adalah kunci segala situasi. Apa pun kondisinya, jika kita bisa menjaga agar cash flow tetap positif, maka sebenarnya, katakanlah, 80% masalah sudah teratasi.
So, mau ada resesi ekonomi atau tidak, cash flow harus tetap positif. Dan, kamu pasti sudah hafal betul step by step menjaga cash flow tetap positif:
- Lakukan financial checkup, cari di mana celah yang bisa diperbaiki
- Jaga pengeluaran agar tetap hemat, tetapi tidak pelit.
- Tetap belanja tapi lakukan dengan bijak, karena belanja rumah tangga dan pribadi merupakan tulang punggung perekonomian kita.
- Tambah penghasilan, mulai dari fokus supaya naik gaji, atau lakukan side hustle ataupun berbisnis sampingan.
Jadi, ingat ya, prinsipnya. Apa pun kondisinya, jaga cash flow tetap positif, apa pun caranya. Kalau negatif, hentikan dulu investasi, belanja yang tak perlu, restrukturisasi cicilan, dan lakukan berbagai upaya untuk mengembalikan dulu cash flow ke positif. Baru kemudian kamu bisa menentukan anggaran lagi.
2. Tetap menabung dan berinvestasi
Yes, tetap menabung dan berinvestasi, dengan catatan cash flow sudah positif.
Fokus tujuan menabung dan investasi sudah bukan lagi yang serbacuan atau yang bisa instan bikin kaya, tetapi yang bisa melayani kebutuhan kamu dan sesuai dengan kondisi terkini. Ingat, bahwa kemampuan finansialmu mungkin juga akan menurun jika terjadi krisis. So, ada baiknya disesuaikan.
Belanja jangan halu, investasi jangan asal.
3. Pastikan punya dana darurat
Dana darurat lagi-lagi akan jadi pos yang sangat penting ke depannya. So, ayo dicek, bagaimana kondisinya saat ini. Mungkin mumpung masih ada waktu, ada baiknya kamu bersiap. Bisa saja kamu turunkan prioritas keinginan lain, agar dana yang kamu punya bisa dialihkan ke dana darurat dulu sekarang.
So, nanti kalau benar-benar resesi ekonomi datang sesuai prediksi, dana daruratmu sudah lumayan memadai.
4. Tunda pembelian besar yang belum mendesak
Misalnya kalau kamu pengin ganti kendaraan, atau berencana untuk merenovasi rumah yang bersifat dekorasi, ataupun berbagai keinginan lain yang butuh dana yang besar, tundalah dulu jika memang tidak terlalu mendesak.
Pasalnya, dalam kondisi yang serba tidak pasti ini, kita harus menyesuaikan prioritas lagi. Lebih baik fokus dulu pada berbagai kebutuhan esensial. Mengapa? Ya, seperti yang sudah dijabarkan di poin pertama di atas: untuk menjaga cash flow tetap positif dan stabil.
5. Berhati-hati mengambil cicilan
Utang akan menjadi beban yang cukup berat kalau kita harus menghadapi krisis keuangan. So, akan lebih baik jika kamu mulai berhati-hati jika ingin mengambil cicilan di saat sekarang. Mulai dari kartu kredit, paylater, dan berbagai kemudahan pinjaman itu harus mulai diwaspadai.
Ingat prinsipnya kan: jaga cash flow positif, dan lebih baik fokus ke kebutuhan esensial lebih dulu.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kita lakukan agar tetap survive melewati krisis atau resesi ekonomi yang diprediksikan datang. Yok bisa yok!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Heboh Nasabah Robek Buku Tabungan, Memangnya Seberapa Tekor sih Nabung di Bank?
Baru-baru ini ramai di media sosial video seorang pria yang merobek buku tabungan di kantor sebuah bank terkenal. Video pun viral seiring komentar netizen yang mahabenar. Yang paling menarik perhatian adalah curhatan si pelaku perobekan, katanya setengah mati cari uang, nabung di bank saldo berkurang.
Menurut ceritanya, ketika ia mengisi saldo Rp2.200.000, saat dicek kembali ternyata sudah berkurang menjadi Rp2.070.000. Ke mana sisanya?

Nabung di Bank? Pahami Ini!
Nah, masalah nabung di bank ini ternyata juga enggak semua orang paham. Banyak yang punya anggapan, bahwa kita nabung di bank mirip dengan sekadar menitipkan uang. Padahal, ada beberapa kebijakan yang harus dipahami juga untuk bisa menaruh uang di bank ini.
Biaya admin
Di bank, sebagai nasabah, kita akan dikenai biaya admin. Setiap bank punya kebijakan sendiri. Rata-rata sih mengenakan biaya admin tabungan antara Rp10.000 hingga Rp12.500.
Selain biaya admin, ada juga biaya lain, yaitu biaya kartu. Besarnya juga berbeda antara satu bank dengan yang lain. Kartu ini juga ada beberapa jenis, biasanya sih ada silver dan gold, atau bisa juga memakai istilah lain, tetapi kriterianya sama. Setiap jenis kartu juga berbeda biaya kartunya. Yang fasilitasnya lebih banyak, sudah pasti biaya juga akan menyesuaikan.
Nah, kalau kamu menarik uang di teller, di bawah jumlah tertentu, ada bank yang juga menerapkan biaya admin. Mau tutup rekening? Ada biaya admin juga. Apalagi kalau kayak masnya, yang merobek buku tabungan. Sudah tahu belum ya, kalau mengganti buku tabungan yang rusak itu juga ada biaya adminnya? Biasanya sih sebesar Rp25.000. Lha, makin tekor dong ya?
Bunga tabungan
Banyak dari kita yang termotivasi untuk nabung di bank karena adanya bunga dari dana kita yang mengendap. Sayangnya, banyak yang kurang paham juga di sini.
Memang akan ada bunga yang diberikan kalau kita memiliki dana mengendap di bank, tapi ada nominal minimalnya. Ada yang Rp1 juta, ada juga nominal yang lain. Rata-rata bunga tabungan bank adalah 0% jika berada di bawah nominal minimal ini. Kemudian untuk rentang nominal tertentu baru deh ada bunga beneran, biasanya nol koma sekian persen. Begitu terus dengan rentang nominal berikutnya yang lebih tinggi.
Mari hitung biaya admin vs bunga tabungan
Misalnya, nasabah menabung Rp2 juta, asumsi biaya administrasi adalah Rp12.000. Lalu, ada biaya kartu—misalnya silver—sebesar Rp2.000. Total adalah Rp14.000. Ini belum termasuk kalau kita transfer antarbank, atau transaksi lewat agen, beli token, dan sebagainya. Akan selalu ada biaya transaksi.
Lalu, mari kita hitung bunganya. Kita asumsikan bunga untuk nominal tabungan Rp1 juta hingga Rp50 juta adalah 0.7% per tahun. Dan ingat, bahwa ada pajak penghasilan atas simpanan sebesar 20% yang diberlakukan juga. So, agar bunganya bisa menutup biaya admin yang kita asumsikan Rp14.000 itu, si nasabah harus memiliki setidaknya tabungan Rp30 juta-an. Kalau saldonya kurang dari Rp30 juta, maka nominalnya akan berkurang.

Tip supaya Enggak Rugi Nabung di Bank
Jadi, nabung di bank, rugi dong ya? Ya, enggak gitu juga. Kita harus selalu melihat sesuatu dari 2 sisi.
Memang ada biaya ini itu untuk nabung di bank, tapi coba kamu lihat lagi, manfaatnya kan juga sangat besar buat kamu. Wajar jika bank menarik biaya atas jasanya. Bagaimanapun, bank itu merupakan bisnis, sehingga wajar bagi mereka untuk juga mendapatkan imbalan dari jasanya.
Lagi pula, nabung di bawah kasur juga ada “biaya”-nya. Biayanya bernama rayap.
Jadi, gimana? Tetap nabung di bank dong. Setidaknya, kamu harus bisa memanfaatkannya seoptimal mungkin. Berikut tip yang bisa kamu coba.
1. Anggaplah sebagai pengeluaran
Biaya admin dan sebagainya ini adalah biaya yang wajar muncul saat kita menukar manfaat dengan jasa layanan. Jadi, perhitungkan biaya-biaya kecil ini dalam pengeluaranmu.
Misalnya, setiap kali kamu membayar listrik, misalnya, ada biaya admin yang muncul. Catatlah pembayaran tagihan listrik yang sudah ditambahkan dengan biaya adminnya, jangan hanya biaya listrik tagihan dari PLN saja. Anggap saja, itu sebagai ongkos pengganti kamu ngantre di kantor PLN untuk bayar tagihan. Toh lebih praktis dan mudah kalau membayar via aplikasi bank kan?
Dengan demikian, saat membuat anggaran, kamu juga memperhitungkan biaya-biaya admin ini juga. Coba hitung berapa total biaya admin yang kamu keluarkan dalam sebulan untuk berbagai transaksi. Maka buatlah bujet yang sebesar itu juga.
2. Sebisa mungkin hindari transfer antarbank
Sebisa mungkin hindari transfer antarbank, yang biaya adminnya juga cukup mahal.
Sekarang ada aplikasi yang memungkinkanmu untuk bisa transfer antarbank tanpa biaya admin. Memang ada kode cantiknya, tapi kode cantik di akhir nominal ini pada waktunya nanti bisa ditarik kembali. Lagi pula, kode cantiknya juga jauh lebih kecil ketimbang biaya admin transfer antarbank. Jadi, ya, lumayan untuk bisa memangkas potongan.

3. Mulai investasi
Dari kasus ini, kita belajar bahwa nabung di bank itu baik. Tetapi, enggak cukup. Kita harus mulai belajar berinvestasi.
Ada kok, investasi “rasa” tabungan, misalnya reksa dana pasar uang. Ada biaya adminnya, tetapi imbal hasilnya juga jauh lebih besar daripada tabungan rekening biasa. Risiko tentu saja ada—namanya juga investasi. Tapi, masih relatif sangat rendah jika dibandingkan instrumen yang lain. Mau mencairkan? Memang butuh waktu sedikit, tetapi relatif mudah juga.
Punya rekening tabungan di bank itu perlu, karena bisa dimanfaatkan sebagai media penerima penghasilan ataupun untuk belanja. Tapi, untuk menabung, kamu perlu punya rekening khusus.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Karyawan 37 Industri Indonesia Naik Gaji Lebih dari 40% YoY, Yuk, Dikelola dengan Baik!
Sudah tahu belum? Berdasarkan data laporan oleh JobStreet, karyawan di 37 industri dari Indonesia naik gaji hingga mencapai 40% year on year pada kuartal I-III/2021 ini loh! Dan, kondisi ini mengalahkan prevalensi kenaikan gaji karyawan di negara Asia lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Hong Kong.
Adapun data laporan pekerjaan dalam negeri ini diungkap oleh Data Indonesia berdasarkan laporan dari situs JobStreet, sebuah situs lowongan kerja yang sangat populer. Tercatat secara lengkap nih, 46,3% pekerjaan mengalami peningkatan gaji, 18,9% pekerjaan tidak mengalami perubahan, dan 34,8% pekerjaan mengalami penurunan gaji.
Berdasarkan data yang sama, terungkap juga industri perbankan dan keuangan menjadi peringkat teratas terkait persentase karyawan yang naik gaji, yaitu sebesar 52%. Disusul dengan industri asuransi yang memiliki persentase sebesar 50%, dan industri pertambangan mengalami kenaikan sebesar 49%.
Nah, bagaimana menurut kamu? Apakah kamu merupakan salah satu karyawan yang naik gaji tahun ini? Pastinya kenaikan gaji membuatmu merasa senang, bukan?
Yah, memang naik gaji akan membuat hati pekerja kantoran mana pun senang, karena hasil kerja keras yang dilakukan telah diapresiasi dengan baik. Akan tetapi, kenaikan gaji juga harus diikuti dengan peningkatan dalam mengelolanya, lho. Jangan sampai kamu terjebak di dalam kondisi naik gaji, lifestyle juga naik. Alih-alih bisa menambah tabungan dan investasi, malah belanja konsumtif yang bertambah.

Tip Mengelola Keuangan Saat Naik Gaji
Di bawah ini, ada beberapa cara yang bisa kamu ikuti untuk mengelola keuangan ketika kamu naik gaji.
Melacak pengeluaran
Melacak pengeluaran dapat berdampak besar bagi kehidupan dan keuanganmu. Hal ini dilakukan supaya kamu dapat memantau ke mana saja uang keluar, dan barang apa saja yang kamu beli—benar-benar kebutuhan atau bukan? Pasalnya, meski naik gaji, sebisa mungkin lifestyle jangan terlalu banyak ikut naik juga.
Dengan memantau kebiasaan belanja, kamu bisa mengetahui pemicu timbulnya kebiasaan belanja yang dapat menguras isi dari tabunganmu. Kamu juga bisa menuliskan daftar belanja sebagai patokan kamu supaya nggak keluar dari batas pengeluaran. Dengan begitu, kamu bisa membatasi pengeluaran dan bisa melacak kegiatan belanja dengan mudah.
Biasakan langsung menabung dan investasi
Ketika kamu menerima gaji, biasakan untuk langsung memasukkan dana ke tabungan menggunakan fitur menabung otomatis. Fitur ini akan membantu kamu menyisihkan uang untuk ditabung secara teratur, nggak pakai lupa lagi.
Aturlah waktu yang sesuai untuk mengaktifkan fitur ini, setidaknya sebulan sekali ada pemasukan ke rekening tabungan. Dan, lakukan di awal bulan, atau setelah menerima gaji.
Menabung juga dilakukan secara bertahap, lho. Maksudnya, jika kamu naik gaji dengan jumlah yang lebih besar dari sebelumnya, kamu bisa menambah jumlah uang untuk ditabung. Ingat kan, kalau minimal pos investasi dan tabungan itu adalah 10%? Jadi, ya harus disesuaikan ya. Syukur-syukur sih bisa lebih besar dari 10%.
Dengan begitu, kamu bisa mengontrol jumlah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan.

Mengurangi belanja impulsif
Pernah tidak kamu merasa ingin belanja begitu menerima gaji? Yang tadinya ada di keranjang belanja langsung di-checkout-in semua.
Yah, sepertinya sih banyak nih yang punya kebiasaan ini, ya kan?
Yah, boleh saja, tapi jangan berlebihan sampai lupa untuk menyisihkan sebagian uang kamu untuk ditabung.
Sebenarnya, ada cara yang tepat untuk mengurangi kebiasaan belanja impulsif saat menerima gaji ini. Ini beberapa di antaranya:
- Buat rekening khusus belanja. Transfer sebagian gaji kamu ke rekening ini sesuai persentase pengeluaran semampu kamu. Lalu belanjakan uangnya sampai habis. Kalau habis, ya sudah, tunggu sampai rekeningnya ditopup lagi bulan depan.
- Tentukan satu hari dalam seminggu untuk tidak membelanjakan uang sepeser pun. Jika berhasil, secara bertahap tambahlah satu hari lagi.
Biasakan masak di rumah
Hayo, siapa yang sehari lima kali pesan layanan antar makanan atau camilan? Atau, setiap after hours nongkrong di café?
Rata-rata dari sekian banyak orang tidak sadar bahwa mereka telah mengeluarkan pengeluaran yang sangat banyak untuk delivery order atau nongkrong di café. Sadarkah kamu, bahwa untuk delivery order melalui apps, merchant sudah menaikkan dulu harga makanannya sekian persen untuk komisi aplikasi? Belum lagi ada biaya ongkos kirim dan juga platform fee. Setelah dihitung-hitung, ada loh sampai dua kali lipat harga aslinya kalau kita membeli langsung di warungnya.
Mungkin kalau dihitung total selisih harga tersebut sekarang, kamu sudah memiliki tabungan yang lebih dari cukup.
Yah, boleh saja sih pesan makanan online sesekali. Apalagi kalau lagi ribet banget, sehingga enggak sempat masak. Tapi, ada baiknya dikendalikan lagi. Masa naik gaji, malah jadi habis buat pesan makanan online, sedangkan investasinya masih sama saja?
Coba deh, mulai masak di rumah dan membeli bahan-bahan dengan harga terjangkau. Atau jika kamu tidak memiliki waktu untuk memasak, kamu bisa membeli makan langsung saja di warung makan. Kalau memang pengin banget pesan makanan online, kamu bisa melakukannya setidaknya seminggu atau sebulan sekali saja.

Mengendalikan utang
Apakah kamu tahu ada cara untuk mengendalikan kebiasaan berutang, termasuk menggunakan kartu kredit? Hal yang bisa kamu lakukan adalah selalu memastikan besaran pengeluaran dari kartu kredit dan limitnya.
Biasakan untuk menggunakan kartu kredit untuk kebutuhan mendesak saja dan jangan terlalu bergantung dengan kartu kredit. Jika bisa, buat limit kartu kredit lebih sedikit sehingga kamu bisa mengontrol pengeluaran. Bayarlah segera hingga lunas, sehingga kamu tak perlu membayar bunga apalagi denda.
Nah, dari sini mengerti kan, cara yang harus kamu lakukan untuk mengelola uang dari naik gaji?
Meskipun kamu menerima lebih banyak daripada jumlah gaji sebelumnya, sebaiknya tetap dikelola dengan lebih baik lagi. Di sinilah arti bersyukur atas gaji yang kamu terima.
Ya, sesekali kamu bisa membeli apapun yang kamu sukai. Namun, kamu harus ingat bahwa menabung untuk mempersiapkan masa depan itu penting. Jangan sampai kamu kehabisan uang hanya karena kebiasaan kamu berbelanja dan menyesal di akhir.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Yang Bergaji 40 Juta Pun Terasa Berat, Ini Contoh Perencanaan Keuangan Sandwich Generation
Topik tentang sandwich generation memang selalu menarik, betul kan? Salah satu alasannya karena relate terhadap banyak orang. Lalu, pengin tahu enggak, gimana cara mengatur keuangan sandwich generation? Syukur-syukur kalau ada contoh perencanaan keuangan yang bisa dipakai untuk para sandwich generation dengan gaji berapa pun.
Yes, sandwich generation mendeskripsikan diri mereka sebagai pihak yang harus menanggung biaya hidup diri sendiri dan keluarganya, plus generasi di atasnya, yaitu orang tua. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah karena tidak siapnya generasi orang tua untuk hidup mandiri saat pensiun.
Tapi, mengapa hal ini menjadi masalah besar?
Dalam artikel kali ini, kita akan bahas soal sandwich generation, tip mengelola keuangannya, serta ada sedikit contoh perencanaan keuangan yang sesuai.

Data-Data Prevalensi Sandwich Generation
Dari data survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2017, 77.82% sumber pembiayaan rumah tangga para lanjut usia ternyata ditopang oleh anggota keluarga lain yang bekerja. Sementara, Survei Ekonomi Nasional yang sama-sama diadakan tahun 2017 menyatakan bahwa sebesar 62.64% lanjut usia di Indonesia tinggal bersama anak cucu mereka.
Sejatinya, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Pusat Penelitian Pew di Amerika Serikat juga mencatat, bahwa satu dari 8 orang penduduk Amerika berusia 40 – 70 tahun harus membesarkan anak, sekaligus merawat orang tua mereka. Sementara, Carers UK pada surveinya tahun 2012 memberikan fakta bahwa ada sekitar 2.4 juta orang punya pos pengeluaran khusus untuk perawatan anak dan juga kerabat yang lebih tua ataupun difabel.
Beratnya beban sandwich generation tak jarang lantas membuat mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk tak bisa menabung secara rutin dengan nominal yang memadai. Jangankan memikirkan kebutuhan di masa depan, untuk kebutuhan di masa sekarang bisa saja dirasa cukup sulit.
Lalu, seperti apa contoh perencanaan keuangan untuk bisa mengatasi hal ini?

Beban para Sandwich Generation
Mengutip berita dari Kompas.id yang saat artikel ini ditulis sedang viral, ada beberapa kisah sandwich generation yang mengeluhkan beratnya hidup mereka.
Salah seorang di antaranya ada yang bergaji Rp11 juta. Alih-alih menggunakannya untuk “memanjakan diri”, sebanyak Rp4 juta diberikan sebagai uang bulanan orang tua. Sementara ia juga masih harus menanggung tagihan listrik, dan juga memberi uang saku adiknya. Dari Rp11 juta, ia hanya bisa menggunakan Rp3.5 juta untuk kebutuhan hidup. Uang Rp3.5 juta itu, Rp1.5 juta untuk kos, dan tersisa Rp2 juta saja untuk makan, transportasi, dan kebutuhan lain.
Seorang sandwich generation yang lain mengaku bergaji Rp40 juta. Disetorkan untuk keluarga besar sebesar Rp20 juta, yang dimanfaatkan untuk ongkos jalan-jalan sang ibu, kredit mobil sang ayah, kebutuhan keluarga besar, sampai uang sekolah keponakan. Ia sendiri “kebagian” Rp20 juta, yang lebih banyak dialokasikan ke tabungan hari tua, karena ia mengaku tak tertarik aset tak bergerak. Ia tak mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tetapi punya “ancaman” yang berbeda; ia sepertinya harus menunda cita-citanya untuk pensiun dini di usia 40 tahun.
Nah, bagaimana denganmu?
Yah, terlepas dari nominal gaji, kita sepakat bahwa perjuangan masing-masing individu itu berbeda. Begitu juga dengan sandwich generation. Meski kepepet, ya harus bisa survive. Yang satu terancam tak bisa memenuhi kebutuhan hidup, yang lain terancam pensiun dininya.
Yuk, simak terus untuk tahu contoh perencanaan keuangan yang tepat.

Tip dan Contoh Perencanaan Keuangan untuk Sandwich Generation
1. Tetapkan tujuan keuangan
Pertama, sebelum beranjak ke contoh perencanaan keuangan, tentu saja harus jawab dulu pertanyaan wajibnya: #TujuanLoApa? Dari sini, baru deh kamu bisa tarik ke belakang, untuk membuat perencanaan keuangannya.
Jadi misalnya, untuk si sandwich generation bergaji Rp11 juta, kamu bisa punya tujuan keuangan mengumpulkan dana darurat dulu, lalu dana menikah, dana liburan, dana apa pun juga boleh. Jika kamu sudah menikah, pastinya tujuan keuangan kamu akan berbeda dari yang lajang. So, sesuaikan dengan kondisimu ya.
2. Rumus cash flow 1 – 2 – 3 – 4
Setelah kamu memiliki tujuan keuangan, berikutnya ada contoh perencanaan keuangan. Kamu bisa memanfaatkan rumus cash flow ala QM Financial, yaitu rumus 1 – 2 – 3 – 4. Apa pun alokasinya, buatlah berdasarkan pola 1 – 2 – 3 – 4, sesuaikan dengan kondisimu. Karena kamu adalah sandwich generation, maka uang bulanan untuk membantu keluarga besar juga harus dimasukkan ke dalam rumus ini.
Contoh perencanaan keuangan untuk kamu yang bergaji Rp11 juta:
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp11 juta = Rp4.400.000
Nah, ini sebaiknya sih sudah termasuk tagihan listrik dan kebutuhan lainnya yang di luar untuk kebutuhanmu sendiri ya, agar bisa seimbang antara membantu keluarga tetapi juga tidak mengorbankan kebutuhan pribadi. - Kebutuhan rutin: 30% x Rp11 juta = Rp3.300.000, termasuk untuk uang kos, makan, dan transportasi.
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 20% x Rp11 juta = Rp2.200.000
- Lifestyle atau keperluan lainnya: 10% x Rp11 juta = Rp 1.100.000
Urutan dan nominalnya bisa kamu tukar dan sesuaikan, intinya adalah kamu menentukan prioritas.
Mari kita lihat contoh perencanaan keuangan untuk yang bergaji Rp40 juta.
Ini bisa jadi akan berbeda nih prioritasnya, meski sama-sama lajang. Mungkin rumus 1 – 2 – 3 – 4 juga kurang sesuai, karena yang bersangkutan mengaku tidak terlalu suka jajan, dan lebih suka mengalokasikan sebagian besar gaji untuk tabungan hari tua.
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000.
- Kebutuhan hidup dan lifestyle: 20% x Rp40 juta = Rp8.000.000
Mari kita asumsikan si kakak yang bergaji Rp40 juta ini sekarang berusia 30 tahun. Dengan berinvestasi sebesar Rp16.000.000 per bulan di instrumen reksa dana saja, jika ia berencana untuk pensiun dini di usia 40 tahun nanti, nilai investasinya akan bertumbuh pada kisaran Rp2 – 3 miliar. Ini tinggal disesuaikan dengan kebutuhannya, yang terlihat dari besaran pengeluaran setiap tahunnya, dan kemudian diperhitungkan dengan angka harapan hidup.

3. Diskusikan dengan anggota keluarga
Nah, terkait alokasinya, angka di atas hanyalah contoh perencanaan keuangan. Realisasinya, kamu tentunya harus berdiskusi dengan orang tua kamu.
Misalnya saja, untuk si kakak yang punya gaji Rp40 juta, mungkin jalan-jalan sang ibu bisa agak dikurangi. Cermati juga pos yang lainnya. Yang tak penting dan tidak urgent, bisa dikurangi atau dihilangkan. Jika kamu bisa menghemat pos lifestyle kamu, pastikan keluarga juga ikut berpartisipasi dalam upaya berhemat ini. Akan sangat lebih baik jika kamu tak sendirian dalam upaya ini.
Pastinya, mereka juga akan mengerti keadaannya jika memang kamu merasa kesulitan. Diskusikan juga dengan anggota keluarga lain yang memungkinkan. Intinya, berbagilah beban. Karena sebenarnya sebagai keluarga seharusnya kan saling bantu, bukan?
Pengin lebih banyak contoh perencanaan keuangan yang sesuai untukmu? Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
4 Hal Mengelola Keuangan yang Harus Diajarkan pada Anak: Tak Hanya Menabung Saja!
Siapa yang sudah diajarkan untuk suka menabung sejak kecil oleh orang tua? Sepertinya sih (hampir) semua ya? Karena menabung dipercaya akan sangat bagus untuk mengawali pembelajaran soal mengelola keuangan pada anak.
Memang, akan sangat baik adanya jika persoalan mengelola keuangan ini mulai diajarkan sejak dini pada anak-anak. Harapannya tentu saja, saat sudah dewasa nanti, mereka sudah memiliki kebiasaan keuangan baik sehingga dapat mensejahterakan diri mereka sendiri.
Faktanya, literasi keuangan memang merupakan salah satu dari enam literasi dasar yang harus dikuasai oleh siapa pun, agar dapat bertahan hidup. Dengan mempelajarinya, anak-anak diharapkan enggak akan madesu, alias masa depan suram.
Namun, sayang, pelajaran mengelola keuangan sejak dini ini kadang hanya berhenti di soal menabung saja. Padahal, ada banyak hal soal pengelolaan keuangan yang juga harus dikuasai, tak hanya soal menabung.
Lo, memangnya apa saja yang harus dipelajari oleh anak sejak dini dalam hal mengelola keuangan selain menabung? Ini dia.

Pelajaran Mengelola Keuangan yang Harus Dipelajari oleh Anak Sejak Dini
1. Menghasilkan uang
Bagaimana cara menghasilkan uang?
Anak-anak terbiasa mendapatkan uang dari orang tuanya. Tentu, ini bukan hal yang salah, karena mereka memang masih menjadi tanggung jawab orang tua masing-masing.
Namun, sering kali akhirnya juga terjadi, bahwa anak hanya tahu bahwa orang tua mendapatkan uang dari mesin ATM. Padahal, kita semua tahu, bahwa ada kerja keras dan keringat yang diperas untuk bisa mendapatkan uang yang kemudian bisa dikeluarkan oleh si mesin ATM.
Nah, di sinilah anak harus tahu.
Anak sebaiknya diperkenalkan pada konsep, bahwa untuk bisa menabung, kita harus mendapatkan uang dengan cara bekerja lebih dulu.
2. Belanja
Belanja juga merupakan salah satu hal mengelola keuangan yang juga penting banget untuk diajarkan pada anak sejak dini.
Pasalnya, keterampilan berbelanja dengan bijak, dalam hal ini mengeluarkan uang dengan penuh perhitungan, akan menjadi inti dari kesehatan cash flow mereka nantinya.

3. Berbagi
Kalau soal berbagi, sepertinya sudah banyak orang tua mengajarkannya pada anak sejak dini. Misalnya, anak-anak diajak berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung, mendonasikan mainan yang sudah tak dipakai tapi masih bagus, berdonasi untuk membantu korban bencana, dan seterusnya.
Sekolah-sekolah biasanya juga sudah memiliki kandungan pelajaran ini dalam kurikulumnya, sehingga anak seharusnya sudah tak asing lagi dengan aktivitas berbagi dengan sesama ini.
Sepertinya, tinggal diteruskan saja, dan ditingkatkan lagi sinerginya antara orang tua dan pihak sekolah sebagai pendidik formal anak-anak, untuk semakin meningkatkan semangat berbagi dengan sesama ini.
4. Menabung
Dan, akhirnya menabung.
Rasanya, menabung memang merupakan “level dewa”-nya dari tahap mendidik anak mengenai cara mengelola keuangan dengan baik. Pasalnya, ya mana ada orang bisa menabung kalau tidak bisa menghasilkan uang lebih dulu, dan juga memiliki kebiasaan belanja yang baik? Betul?
Di level dini, perlu juga untuk mengajarkan tak sekadar menyisihkan uang jajan, tetapi juga bahwa menabung itu juga harus punya tujuan. Mau buat apa tabungannya? Untuk beli buku komik kesukaannya? Untuk beli mainan? Untuk beli game card, Robux, dan semacamnya? Yes, sesuaikan dengan minat dan hobi anak, supaya mereka semakin semangat untuk mengumpulkan uang.
Kalau usia anak sudah cukup—sudah menginjak remaja, misalnya—orang tua juga bisa mulai memperkenalkan konsep investasi di sini. Dengan demikian, lagi-lagi tak sekadar menabung, tetapi anak juga mulai diajarkan mengenai konsep passive income.
Nah, dari keempat hal mengelola keuangan, mana nih yang belum diperkenalkan pada si kecil? Yang pertama, kedua, ketiga, atau menabung saja juga belum sempat diperkenalkan?

No worries! QM Financial punya program yang cocok nih sebagai media untuk memperkenalkan konsep mengelola keuangan pada anak. Namanya Program Jagoan Finansial untuk Anak dan Ortu. Silakan cek jadwalnya, dan segera daftar supaya enggak kehabisan tempat ya! Kapan lagi ada kelas keuangan untuk orang tua dan anak se-fun dan seinteraktif ini, ya kan?
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Trik Menabung Efektif di Tengah Krisis
Lagi krisis dan mesti tetap menabung? Bisa kok, bisa. Hanya saja memang butuh niat yang besar dan sedikit pengetahuan mengenai trik menabung yang efektif.
Di masa krisis begini, punya uang dalam bentuk cash akan lebih berguna ketimbang kamu menimbun barang-barang yang harganya bisa naik turun tak terkendali. Jadi, sebisa mungkin pertahankan jumlah cash keras yang kamu pegang, dan kendalikan rasio likuiditas asetmu. Selain menambah penghasilan, kamu juga harus bisa menabung–kalau bisa, lebih banyak lagi.
Lalu, gimana caranya bisa menabung, padahal lagi mengalami krisis keuangan? Jangankan memegang uang lebih, pemasukan bahkan berkurang di awal pandemi, dan sekarang belum juga pulih.
Tenang, makanya simak artikel trik menabung ini sampai selesai. Okay?
Trik Menabung Efektif di Tengah Krisis

1. Cek pos pengeluaran yang less priority
Trik menabung efektif pertama, kamu memang harus bisa memilah prioritas: mana yang harus didahulukan, mana yang bisa ditunda atau bahkan cut dan lupakan saja. Terutama di masa krisis begini dan terkait dengan keuangan.
Yang kamu butuhkan secara rutin setiap hari dan berhubungan dengan hajat hidup tentu harus didahulukan dibandingkan yang lain. Seperti makanan, pulsa (buat kerja), listrik, air, dan beberapa kebutuhan lain yang bisa berbeda satu orang dengan yang lainnya. Fokuslah pada kebutuhan ini dulu.
Yang lain, coba cermati. Mungkinkah ditunda? Mungkinkah cut saja? Kalau kamu merasa hidupmu akan baik-baik saja tanpa hal tersebut, maka sebenarnya hal itu enggak penting-penting amat dan bisa di-cut demi menambah tabungan.

2. Belanja bijak
Kunci trik menabung kedua adalah belanja dengan bijak, usahakan selalu ada uang sisa belanja setiap hari.
Nah, jadinya segala macam diskon dan promo seharusnya dimanfaatkan sedemikian rupa dengan cerdas di saat-saat ini. Diskon dan promo jangan sampai malah menjebak keuangan kita. Prinsipnya satu, belilah sesuai dengan kebutuhan.
Meski ditawari beli dua dapat tiga, tapi kalau memang butuhnya satu biji ya belilah sebiji saja, jangan tergoda beli dua. Tetapi, kalau di antara rak diskon, ada barang-barang yang kita butuhkan dan lebih murah, maka enggak ada salahnya memanfaatkan promo dan diskon yang ada.
Simpel kan?
Gantilah beberapa barang dengan barang subsitusi yang harganya lebih murah tetapi memiliki fungsi dan kualitas yang sama. Gantilah yang biasanya suka beli barang-barang impor menjadi produksi lokal. Bahkan kalau perlu, pindah tempat belanja dulu, mencari yang lebih murah.
Intinya, dapatkan sisa uang, sehingga dapat ditabung lebih banyak.

3. Jangan anggap remeh receh
Uang receh biasanya dianggap remeh. Kalau dapat kembalian dari warung berupa recehan, biasanya hanya digeletakkan di atas bufet atau meja begitu saja.
Padahal, recehan ini kalau dikumpulkan bisa jadi lumayan juga. Bahkan bisa banget ditopup ke reksa dana di akhir bulan loh!
Coba trik menabung receh berikut. Ada beberapa cara nih:
- Ambil wadah atau stoples kaca, dan jadikan sebagai wadah recehan setiap kali mendapatkannya. Intinya, jangan biarkan berceceran di mana-mana. Setiap kali ada receh mampir ke dompet, masukkan ke wadah ini. Lama-lama bisa banget dipakai untuk bayar parkir, lumayan enggak harus mengurangi uang belanja.
- Sediakan wadah khusus untuk menampung recehan di dekat pintu keluar. Setiap kali keluar rumah untuk keperluan apa pun, masukkan recehan ke dalam wadah ini. Anggap saja sebagai retribusi.
- Kumpulkan uang receh nominal sama. Misalnya Rp5.000-an, atau Rp10.000-an setiap kali kamu mendapatkannya. Sediakan wadah khusus, dan perlakukanlah layaknya koleksi yang sangat berharga. Lama-lama kamu bisa membeli saham blue chip 20 lot dengan tabungan receh ini loh!
Kamu juga bisa mencari trik menabung receh yang lain, yang lebih asyik. Boleh juga ditulis di kolom komen, supaya menambah dari 3 trik menabung di atas yang sudah disebutkan.
Menabung itu memang aktivitas yang menyenangkan, bukan malah membebani. Dengan demikian, carilah cara yang paling mudah sekaligus seru untuk melakukannya. Pasti kamu bisa mencari trik menabung yang efektif lainnya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
9 Cara Mengajarkan Uang pada Anak per Tahap
Now that anak-anak pada masih di rumah, sebenarnya ini adalah saat yang paling tepat untuk sekalian mengajarkan hal-hal yang tak pernah diajarkan di sekolah. Salah satunya, ini peluang untuk mengajarkan uang pada anak.
Kesalahan terbesar yang sering kita lakukan dari generasi ke generasi adalah tidak memberikan pendidikan mengenai konsep uang ini sejak dini pada anak-anak kita. Paling banter hanya memperkenalkan, ini duit seribuan, ini duit lima puluh ribuan, kita mesti menabung, tetapi jarang mengajarkan uang pada anak secara mendetail.
Mindsetnya, anak-anak belum nyampe-lah diajarin bikin anggaran, mikirin investasi, dan seterusnya. Padahal enggak juga. Anak-anak–apalagi anak zaman sekarang, para generasi alfa ini–sangat cerdas lo! Tinggal bagaimana kita saja yang mau enggak terlibat lebih banyak dalam hal ini, karena konsep uang seperti ini tidak akan diajarkan di sekolah.
So, mari kita rangkum, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengajarkan uang pada anak per tahapannya–mulai dari usia SD, SMP, hingga SMA. Karena seperti halnya sekolah, pengetahuan tentang konsep uang ini tetap harus diberikan berjenjang. Nggak bisa juga kalau sekaligus.
9 Tahapan Mengajarkan Uang pada Anak

Mengajarkan Uang pada Anak Usia SD
Di usia sekian, tentu saja cara mengajarkan uang pada anak harus basic dulu. Itu pun harus dirancang sedemikian rupa agar terasa fun dan tidak terkesan rumit. Kalau perlu, “samarkan” dengan permainan-permainan.
Kita bisa coba dengan:
Ajak membuat daftar belanja
Yes, ini salah satu to do list di masa-masa #dirumahaja sejak beberapa bulan lalu kan? Belanja jadi kebiasaan rutin yang “prosedur”-nya harus disesuaikan dengan kondisi yang baru terjadi. Ajak si kecil langsung terlibat dalam penyusunan daftar belanja, sekaligus membuat bujetnya.
Jelaskan, bahwa kita butuh daftar belanja agar bisa membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan dan agar lebih efisien dalam belanja.
Ajarkan konsep BBM (Belanja, Berbagi, dan Menabung).
Mulai dengan menghitung uang yang ada di dalam dompet, lalu dibagi dalam 3 kelompok besar: belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup, berbagi dengan sesama, dan menabung sebagian yang lain.
Dengan demikian, kita sudah mengajarkan tentang pembagian pos pengeluaran.
Beri anak tugas domestik, dan beri “gaji”.
Lalu, kita bisa ajarkan konsep pajak, misalnya nih, PPh kan 15%, nah kalau anak-anak ditarik saja 1 – 3% sudah cukup.
“Pajak” dari mereka ini menjadi uang belanja keluarga, dengan demikian mereka pun memberikan sebagian kecil “gaji” mereka untuk menambah menu makan keluarga. Hal ini mirip dengan konsep pajak penghasilan yang harus disetorkan oleh orang tuanya juga kepada negara.
Mengajarkan Uang pada Anak Usia SMP

Anak-anak di usia ini sudah sangat berkembang skill menghitung dan problem solving-nya. Jadi, cara mengajarkan uang pada anak di usia SMP ini juga bisa lebih sedikit rumit. Tapi, usahakan tetap fun ya.
Kita bisa mulai dengan:
Ajak bikin birthday budget
Yah, pesta ulang tahun di masa-masa begini sepertinya akan berbeda, ya kan? Karena itu, jika mereka akan segera berulang tahun, coba ajak mereka membuat bujetnya.
Kita enggak akan mengundang teman-temannya untuk datang ke rumah menghadiri pesta sih, tetapi bisa diganti dengan Zoom party. Sebagai ganti, kita bisa membuat hampers berisi snack atau semacamnya, untuk dikirimkan ke beberapa teman dekatnya dengan kurir. Buatlah bujet untuk pengadaan hampers ini.
Ajak garage sale
Remaja usia SMP biasanya sudah punya banyak barang “aneh”. Kadang ya mereka hanya sebentar aja hebohnya, habis itu bosan. Mereka trend-follower banget kan?
Karena itu, ajak si remaja menyusun rencana untuk garage sale. Mulai dari memilih barang-barang yang sudah enggak dipakainya lagi, lalu menentukan harga, dan kemudian mulai menjualnya. Online saja, bisa via Instagram atau marketplace. Lalu hitung hasilnya.
Mulai kenalkan konsep investasi
Investasi yang paling murah adalah reksa dana. Hanya dengan Rp100.000, kita sudah bisa mulai, dan waktunya pun fleksibel. Perkenalkan konsep ini pada si remaja.
Ajak mereka menabung dulu dari hasil “gaji” mereka di rumah dengan membantu pekerjaan rumah tangga, dan ketika sudah mencapai Rp100.000, mereka bisa menyetorkannya pada reksa dana.
Mengajarkan Uang pada Anak Usia SMA

Nah, ini bisa sedikit challenging, karena pemahaman mereka sudah sangat baik. Challenging karena mungkin mereka sudah punya pola pikir sendiri, so sebagai orang tua, kita akan lebih berperan sebagai teman diskusi, ketimbang “pendidik”.
Kita bisa mulai dengan:
Ajak bikin bujet hobi
Misalnya, kalau suka motor, ya coba bujetkan untuk semua keperluannya; mulai dari bensin, perawatan, printilan, termasuk pajaknya. That’s ok, jika kita yang masih menanggung hampir sebagian besar bujet, tapi setidaknya mereka lantas jadi aware, bahwa hobi itu juga butuh biaya yang enggak sedikit.
Ajak bikin bujet untuk kuliah
Terutama jika mereka ingin kuliah di kota lain. Batasi saja pada anggaran yang akan mereka perlukan sehari-hari, dan bulanannya. Misalnya, bujet untuk makan, transportasi, buku-buku, sampai uang kos.
Mulai perkenalkan side hustles
Ini juga bakalan berguna banget nanti saat mereka sudah mandiri; mendiversifikasikan pemasukan, selain mendiversifikasikan investasi.
Tapi, mesti diingat, di sini kita hanya memperkenalkan ya. Jangan sampai terus jadi dibilang “mengeksploitasi anak”. Bisa panjang urusannya. Sesuaikan dengan jadwal kegiatan si remaja dewasa, pun dengan minatnya.
Nah, gimana nih? Iya, ternyata mulai mengajarkan uang pada anak itu seharusnya memang dari hal-hal kecil sehari-hari saja kan?
Ada ide lain nggak nih? Kalau ada, bisa ditulis di kolom komen ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada juga kelas untuk keluarga loh! Stay tuned untuk jadwal-jadwal yang lain ya!
Itaewon Class: Belajar Keuangan untuk Menjamin Masa Depan Sendiri
Sudah nonton drama Korea, Itaewon Class? Saya sendiri sebenarnya bukan penggemar drama Korea garis keras, meski sudah menonton beberapa film Korea dan jadi favorit juga. Tetapi, ada yang istimewa dari drama Korea satu ini, yang membuat saya akhirnya meluangkan waktu untuk menontonnya, di sela-sela agenda nonton ulang serial Friends sejak season 1 episode 01.
Ya, ini adalah sebuah kisah perjuangan seseorang setelah keluar dari penjara, membangun bisnis selangkah demi selangkah, demi sebuah tujuan “mulia”.
Mengikuti perjalanan Park Saeroyi dalam Itaewon Class, ternyata ada banyak sekali pelajaran keuangan yang bisa kita ambil. Apa saja?
Belajar Keuangan dari Drama Korea Itaewon Class

1. Menabung!
Kita sudah sering mendapatkan nasihat, bahwa menabung itu penting. Sedikit-sedikit menjadi bukit.
Kalau masih perlu contoh, kita bisa melihat dari Park Saeroyi, yang alih-alih menghabiskan uang setelah ayahnya meninggal, dia justru menabung uang tersebut hingga mampu membeli sebuah gedung dan membangun DanBam, sebuah pub di kota Itaewon, demi bisa “mengalahkan” Jangga Co.
Ya, memang selalu ada motivasi di balik setiap hal baik sih. Saeroyi mungkin punya misi balas dendam, tetapi kita juga punya pandemi yang bisa jadi motivasi untuk mulai menabung hari ini lo. Nggak mau kan, jika terjadi hal seperti ini lagi ke depannya, dan kamu masih saja berkutat dengan kesalahan yang sama: Nggak punya dana darurat?
2. Hargai pekerjaanmu
Nggak masalah untuk bekerja di kapal penangkap ikan laut dalam, atau jadi waiter di restoran, kerjaan adalah kerjaan. Dan, dari drama Itaewon Class ini, kita bisa belajar menghargai setiap pekerjaan yang kita punya.
Ingat adegan ketika Saeroyi memberi Hyun-yi gajinya dua kali dan mendorong Hyun-yi untuk mau bekerja lebih keras? Atau mengapa Oh Soo-ah tidak meninggalkan Jangga Co.?
Ternyata, tidak ada pekerjaan untuk kecil atau terlalu besar kalau kamu tahu prioritas hidupmu.
Saat ini, mungkin kita enggak terlalu enjoy dengan pekerjaan yang kita miliki. Tapi, hey, at least kita punya pekerjaan kan? Banyak dari mereka yang kurang beruntung di luar sana; harus kehilangan pekerjaan akibat pandemi.
Seenggaknya, meski dipotong, bulan ini kita bisa membayar tagihan dan membeli barang yang kita butuhkan, bukan?

3. Miliki asuransi
Mr. Park, bapaknya Saeroyi, mendapat kecelakaan dan meninggal mendadak ketika Saeroyi masih terbilang remaja. Ternyata, beliau sudah menyiapkan asuransi yang kemudian bisa dipakai oleh Saeroyi untuk membangun masa depannya.
Hmmm, sudah mengikuti Itaewon Class sampai selesai, masa masih belum sadar juga akan arti pentingnya asuransi jiwa, kalau sudah begini?
Yuk, buat kamu yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga, coba deh, pikirkan orang-orang yang kamu cintai, yang hari ini menggantungkan hidupnya padamu. Masa sih, mau membiarkan mereka sedih berkepanjangan, susah sepanjang hidup? Contohlah Mr. Park.
4. Miliki tujuan keuangan jangka panjang
Park Saeroyi punya plan untuk 15 tahun ke depan lo!
Drama Itaewon Class mengajari kita untuk berpikir dan membuat rencana keuangan jangka panjang. Seperti Park Saeroyi yang tahu betul apa yang diinginkannya, dan kemudian menyusun rencana matang untuk mencapainya.
Nggak harus langsung rencana untuk 15 tahun ke depan juga kok. Kita bisa mulai dari bulan depan sebisa mungkin sudah enggak pakai dana darurat buat hidup lagi. Tahun depan, sudah bisa mengganti dana darurat yang sudah kepakai. Lima tahun lagi, sudah bisa membayar DP rumah, dan mulai membayar cicilan KPR, dan seterusnya.
Yang penting, tentukan judulnya, nominalnya, dan tentukan pula jangka waktunya. Dari situ, kita bisa merencanakan step by step untuk mewujudkannya. Just like Park Saeroyi.

5. Belajar investasi
Park Saeroyi memang punya mimpi besar. Tetapi mengingat latar belakangnya, dia tahu dia tidak akan bisa mendapatkan uang yang cukup untuk merealisasikan rencana 15 tahunnya itu.
So, Saeroyi pun belajar investasi. Ia berusaha mendiversifikasi asetnya dengan berinvestasi di saham.
Nggak pernah terlambat untuk belajar investasi. Lihat saja bagaimana Saeroyi mampu (secara realistis) menumbuhkan uangnya di Itaewon Class, dia mampu menyehatkan keuangannya dengan passive income.
Tapi, saham memang memiliki risiko yang cukup tinggi. Apalagi di masa-masa pandemi seperti ini. Karena itu, belajar, belajar, dan belajar. Pahami risikonya, berinvestasilah secara bijak.
Itu dia, beberapa pelajaran keuangan yang bisa kita dapatkan dari Itaewon Class. Kamu masih bisa menemukan pelajaran lain dari serial drama Korea ini? Yuk, share di kolom komen ya!
Buat yang belum nonton, boleh coba nonton deh. Seneng banget bisa menonton film atau serial yang bisa memberi insight soal hidup seperti Itaewon Class ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Dampak Corona Virus Sudah Sampai ke Kegiatan Ekonomi, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Dampak corona virus sudah membuat kegiatan ekonomi semakin lesu, apalagi setelah dinyatakan sebagai pandemic oleh WHO. Padahal itu saja belum sembuh dari efek dampak perang dagang yang pernah terjadi, dan juga akan terjadi.
Yah, namanya hidup di dunia ya, selalu ada ups dan downs. Hingga mungkin sekarang, dampak ekonomi yang lesu ini juga sudah kamu rasakan.
Iya, penyebaran corona virus ini seakan melumpuhkan berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan pariwisata, ekonomi, sampai politik, terhenti semua.
Tapi ya, gimana? Namanya juga hidup–lebih khusus lagi, bisnis. Sangat tergantung dengan apa yang terjadi di lingkungan. Nah, bisa jadi, hal ini memengaruhi bisnis perusahaan tempat kamu bekerja juga ya? Turut prihatin, dan mari kita berdoa: This too shall pass!
Sementara itu, kalau dampak corona virus ini sudah mulai kamu rasakan secara ekonomi, tenang. Sedih sih, pasti, tapi nggak usah sedih berlebihan. Yang pasti, kamu enggak sendirian. Banyak yang lain yang juga mengalami krisis yang sama. Tapi hidup harus tetap berjalan kan ya? Jadi, meski kamu kena dampak corona virus secara ekonomi, kamu tetap harus bisa “mengamankan” keuangan, sehingga kegiatan dan kebutuhan hidup tetap bisa dijalankan dan terpenuhi.
Lakukan 5 Hal ini Agar Meski Kena Dampak Corona Virus, Hidupmu Tetap Aman

1. Tetap pantau arus kas
Tetap tenang dan jangan panik. Itu adalah kunci. Memang sih, gampang diucapkan tetapi cukup sulit untuk dilakukan. Kalau negara sudah mengumumkan ini itu dalam kondisi darurat, maka ya wajar saja kita sebagai rakyat jadi histeris. Tapi, ayo, mulai dari diri kita sendiri, kita bisa kok tetap tenang.
Meski corona virus memberikan dampak yang luas, tapi kita harus tetap bersyukur–apalagi jika gaji masih bisa teratur. Setidaknya, pemasukan dan pengeluaran rutin masih bisa mengalir dengan baik.
Pantau terus arus kas kamu ya. Semoga sampai krisis berakhir, semua masih akan baik-baik saja. Kalau perlu, coba kurangi pos-pos yang kurang penting atau bisa ditunda. Prinsipnya, uang lebih lancar masuk, tapi makin kendalikan yang keluar.
2. Tunda dulu keinginan tersier
Liburan, gadget baru, beli weapon games, dan sebagainya, sebaiknya libur juga dulu deh. Setidaknya, sampai kondisi benar-benar kondusif.
Keinginan tersier ini biasanya muncul lantaran kita ingin memberi reward diri sendiri kan ya? Tapi, untuk sementara, enggak apa juga nggak memberi reward pada diri sendiri berupa barang-barang tersier. Toh kamu masih bisa memberi dirimu sendiri reward dalam bentuk lain.
Contohnya, istirahat yang cukup.
Hayo, kapan terakhir kali kamu mempunyai waktu istirahat yang cukup? Tidur 8 jam dalam sehari? Lagi pula, untuk menghadapi pandemic ini, tubuh kita harus kuat lo, yang salah satunya bisa dicapai dengan istirahat yang cukup.

3. Pastikan kamu tetap bisa menabung
Kamu sudah merencanakan banyak tujuan keuangan tahun ini? Tapi, sekarang terkendala, atau malah tertunda?
Jika demikian, kamu harus segera menjalankan plan B. Karena itu, penting untuk punya backup plan untuk hidup kita sendiri.
Seperti pengeluaran tahunan, misalnya, sebenarnya bukanlah termasuk kebutuhan yang mendadak. Bener nggak? Pengeluaran untuk pajak-pajak, hari raya, dan seterusnya ini bisa dibilang pengeluaran rutin juga kan? Karena setiap tahun pasti ada. Jadi, ada baiknya, meski kamu punya jatah bonus tahunan dari kantor tempat kamu bekerja, tapi kamu tetap menabung sedikit demi sedikit untuk memenuhi pengeluaran tahunan kamu.
Kalaupun nanti benar-benar dapat bonus, maka hal itu ya beneran jadi bonus. Kita jadi bisa mengurangi rasio utang, karena lantas bisa melunasi utang kartu kredit, misalnya.
Sementara, kalau kamu nggak dapat bonus tahun ini karena bisnis perusahaan lesu, pengeluaran tahunan tetap ter-cover dengan baik.
4. Pastikan posisi utang, asuransi, dan investasi aman
Nah, ini yang sudah disinggung di poin ketiga di atas. Pastikan posisi utang dan asuransi yang harus disetorkan aman.
Begitu juga dengan investasi, meski iklim investasi yang kemarin sudah cukup menyenangkan, jadi harus ikut terdampak oleh corona virus juga nih. Tapi tetap optimis ya. Ucapkan mantranya lagi: This too shall pass!
Yang pasti, cicilan utang, premi asuransi, dan tabungan/investasi ini adalah pos rutin. Jadi, seharusnya semua aman-aman saja, meski kali ini enggak bisa di-topup terlalu banyak.

5. Pertimbangkan untuk menambah penghasilan sampingan
Nah, sudahkah kamu kepikiran untuk menambah penghasilan? Mungkin dengan melakukan beberapa gigs sampingan, sesuai minatmu?
Lumayan membantu juga lo. Apalagi sekarang, banyak tawaran pekerjaan sampingan yang bisa dikerjakan secara online, jadi kamu enggak perlu keluar rumah kan? Bahkan bisa kamu lakukan di mana saja, sejauh nggak mengganggu pekerjaan utamamu. Coba deh cek ke beberapa marketplace freelancer, barangkali ada yang cocok.
Negara dan dunia memang sedang krisis lantaran corona virus, tapi tak mengapa. Kita hanya harus menyesuaikan diri. Tak perlu panik berlebihan, apalagi sampai menimbun barang-barang yang tak perlu.
Mari kita hadapi bersama, karena bersama kita bisa.
Kamu juga masih bisa tetap ikutan kelas-kelas finansial online QM Financial, karena kamu bisa mengikutinya dari mana saja. Hanya perlu download aplikasi Zoom saja. Cek jadwalnya, dan segera daftar sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.