Kadang kita sering mendengar, ada orang yang menyebut gaji karyawan, ada pula yang menyebut income. Apakah gaji dan income ini hal yang sama, ataukah berbeda ya?
Gaji dan income, atau yang kalau dialihbahasakan menjadi penghasilan, ini sekilas terlihat sama, tapi sebenarnya ada perbedaan dari keduanya yang perlu dipahami. Secara umum gaji lebih sesuai diberikan untuk seorang karyawan perusahaan atau pemerintah yang nominalnya pasti setiap bulan atau per tahunnya. Sedangkan penghasilan lebih sesuai diberikan kepada pelaku bisnis yang pendapatannya tidak bisa dihitung secara pasti setiap harinya atau bulannya.
Simak lebih jelasnya uraian berikut ini.
Perbedaan Gaji dan Income
Jika digali lebih dalam, perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari sisi pengertian, sumber, dan cara perhitungannya.
Apa Itu Gaji?
Gaji biasanya berkaitan dengan keuangan dari hasil kerja aktif atau jasa yang jangka waktunya berperiode. Maksudnya, seperti gaji karyawan yang merupakan jumlah uang yang diterima perusahaan dari hasil menukarkan pikiran, tenaga, dan waktu kita untuk bekerja demi kepentingan perusahaan itu sendiri, yang kita terima secara teratur dalam periode tertentu. Misalnya, per bulan, per minggu, bahkan ada yang perhitungannya per tahun. Nah, perusahaan membayar gaji karyawan dari hasil penjualan produk pada pelanggan.
Gaji karyawan biasanya diperhitungkan berdasarkan standar UMR, yang kemudian ditambah dengan berbagai hal lain. Misalnya seperti tunjangan kinerja, transportasi, uang makan, uang kehadiran, dan sebagainya. Dengan demikian, gaji karyawan itu bisa dibilang terdiri atas gaji pokok—yang jumlahnya tetap—dan benefit lain, yang besarannya bisa berubah tergantung kebijakan perusahaan.
Apa Itu Income?
Nah, berbeda dengan gaji, income itu berkesan lebih luas maknanya.
Gaji bisa jadi termasuk penghasilan. Sementara, ada juga sumber penghasilan yang lain, misalnya hasil dari berbisnis, hasil investasi, hasil menyewakan properti, dan sebagainya.
So, kalau ditanya, berapa penghasilanmu? Maka, kamu boleh saja menjawab, penghasilanmu sekian juta rupiah, termasuk di dalamnya gaji, hasil investasi, hasil side hustle, dan berbagai jenis pemasukan lain yang kamu miliki.
Nah, terasa kan perbedaan gaji dan income, sampai di sini?
Sama-sama merupakan pemasukan, baik gaji karyawan maupun income dari berbagai sumber ini harus dikelola dengan baik. Pasalnya, kalau enggak, ya bisa membuat kondisi keuangan kita jadi tak sehat. Indikasinya, kamu punya gaji berapa pun, penghasilan sebesar apa pun, pada akhirnya ya tetap mengalami kesulitan keuangan.
Lalu, bagaimana cara mengelola keuangan dari gaji karyawan dan income ini? Yuk, simak tip-tip berikut ini.
Cara Mengelola Gaji Karyawan dan Income
1. Atur Skala Prioritas
Skala prioritas harus diatur dalam pengelolaan gaji karyawan dan income yang kamu punya, demi menghindari uang yang habis tanpa jejak sebelum gajian lagi. Pun berguna untuk menghindari perilaku konsumtif setelah mendapatkan gaji atau penghasilan. Kamu bisa mulai dengan membuat daftar kebutuhan yang harus dipenuhi, ditunda, dan mana yang tidak diperlukan.
Skala prioritas ini juga membantu keuangan lebih tertata dan cukup efektif untuk menahan keinginan konsumtif dan boros.
2. Menentukan Jumlah Anggaran
Menentukan jumlah anggaran adalah langkah berikutnya setelah kamu mengatur skala prioritas. Hal ini memudahkan kamu dalam membagi jumlah uang sesuai dengan bujet yang ada. Misalnya kamu membuat pembagian Rp2 juta untuk kebutuhan pokok, Rp1 juta untuk cicilan, dan Rp500 ribu untuk kebutuhan sekunder.
Jika sudah ditentukan, kamu harus tegas dan disiplin pada diri sendiri untuk tidak melebihi anggaran yang telah ditentukan tiap posnya. Hindari menyabotase anggaran yang sudah kamu buat sendiri, karena akibatnya bisa mengganggu kebutuhan yang lain.
3. Bijak berutang
Utang yang diputuskan tanpa perhitungan yang matang tak jarang menjadi perusak cash flow keuangan. Misalnya, utang kartu kredit yang sebenarnya bisa bermanfaat jika digunakan dengan tepat. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, kartu kredit malah digunakan untuk hedon atas nama YOLO, wah, bisa-bisa utang menumpuk dan bergulung-gulung pada akhirnya.
Hati-hati dalam memutuskan untuk berutang. Ingat kan, ada 3 syarat utang sehat. Penuhilah syarat-syarat tersebut, agar nantinya keuangan enggak jadi bermasalah.
4. Tekan latte factor
Tahu kan, apa itu latte factor? Yes, pengeluaran-pengeluaran kecil yang kalau diakumulasikan jumlahnya jadi sangat besar.
Beberapa contoh latte factor ini misalnya kebiasaan jajan kopi di coffee shop putri duyung setiap hari. Kebiasaan pesan makanan online berulang kali dalam satu hari, dan sebagainya.
Boleh saja kok, punya latte factor. Tapi anggarkan, dan jangan sampai mengeluarkan uang lebih daripada anggarannya. Kamu bisa atur jadwal yang tepat, misalnya sebulan dua kali nongkrong di kafe, atau seminggu sekali saja jajan kopi putri duyungnya, selebihnya bawa kopi sendiri dari rumah. Di hari Senin saja, kamu pesan makanan online-nya. Setelahnya, kamu lebih baik membawa bekal dari rumah, selain hemat bonusnya juga sehat.
5. Sisihkan untuk masa depan
Menabung setiap bulannya sangat bermanfaat di kemudian hari. So, sebaiknya sisihkan sebagian gaji karyawan dan income di awal untuk investasi dan tabungan.
Saat ini sudah banyak bank yang menyediakan tabungan yang dengan transfer otomatis alias autodebet jika kamu merasa repot menyisihkan uang. Hal ini akan membuat kamu lebih disiplin dalam menabung dan berinvestasi setiap bulannya.
Pastikan pilih bank yang bisa melayani kebutuhanmu ini.
Nah, itu dia perbedaan mendasar mengenai gaji dan income. Bagaimana, apakah kamu setuju dengan perbedaan tersebut? Ataukah, kamu punya definisi yang lain?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
QM Financial
Related Posts
8 Comments
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] penting dalam mandiri secara finansial adalah memiliki pendapatan, penghasilan, atau income sendiri dari pekerjaan yang dijalani. Artinya, kamu memiliki gaji atau pendapatan yang mampu […]
[…] merasa tak dapat mengendalikan pengeluaran pasca habis gajian. Ternyata, reaksi seseorang terhadap gaji yang baru diterima bisa menggambarkan tipe-tipe perilaku konsumtif dan bagaimana cara seseorang […]
[…] tidak mengelola penghasilan yang masuk, kamu akan menghabiskan lebih banyak uang untuk berbelanja barang-barang yang tidak […]
[…] pendapatan memang penting, tetapi jangan lupa untuk membahagiakan diri sendiri. Pekerjaan dan kehidupan […]
[…] antara nilai finansial langsung dari gaji dan benefit nonfinansial seperti asuransi kesehatan, bonus, dan fleksibilitas kerja, mendorong kita […]
[…] namanya juga karyawan yang mengandalkan gaji kan? Gaji yang didapat dari hasil kerja keras, ya sebisa mungkin bisa memberikan manfaat yang banyak. Apalagi […]
[…] Penghasilan. Mulailah dengan mencatat semua sumber penghasilan bulanan secara total, termasuk gaji, bonus, pendapatan sampingan, atau pendapatan pasif […]
[…] Penghasilan yang lebih tinggi juga memberikan rasa aman yang lebih besar. Kita bisa jadi menabung lebih banyak, menekan peluang berutang, dan bisa memenuhi beragam kebutuhan dengan lebih baik. […]