Pensiun dan Tinggal di Rumah Jompo Tak Selalu Buruk, Bahkan Bisa Jadi Pension Dream!
Namanya rumah jompo, yang kemudian terbayangkan pasti adalah sebuah bangunan lawas, tenang, dan sejenisnya. Betul? Penghuninya, sudah pasti, mereka yang sudah lanjut usia dan sudah pensiun dari apa pun profesi mereka sebelumnya.
Mindset kita sendiri juga yang menganggap, bahwa orang-orang yang tinggal di panti jompo adalah mereka yang tidak punya keluarga. Atau, misalnya punya keluarga, ya pasti keluarganya tinggal jauh. Di lain kota, lain provinsi, bahkan mungkin lain pulau dan negara.
Konotasi rumah jompo kadang juga terasa negatif di satu dan lain waktu. Ada anggapan, bahwa anak yang tega membiarkan orang tuanya untuk tinggal di rumah jompo adalah anak yang tak mau berbakti pada orang tua. Parahnya lagi, kadang anak dianggap “membuang” orang tuanya di rumah jompo. Ckckck.
Benarkah demikian?
Rumah Jompo = Rumah Pensiun
Sebenarnya, hal ini digeneralisasi saja. Ada cerita nih. Seorang teman mengaku, bahwa ibunya sendirilah yang meminta untuk tinggal di rumah jompo. Si teman, yang juga sudah berkeluarga sendiri ini, tentu saja kaget ketika mendengar permintaan sang ibu. Ia merasa gagal jadi anak.
Melihat gelagat anaknya yang shock, si ibu justru menghiburnya. Beliau bilang, bahwa beliau tidak mau mengganggu kehidupan anaknya yang sudah berkeluarga, meskipun keluarga anaknya sangat baik padanya.
Sebelumnya, sang ibu adalah seorang perempuan karier yang sukses. Dana pensiunnya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, bahkan ketika sang suami meninggal dunia jauh sebelumnya. Bisa dibilang, ia adalah pensiunan mandiri dan sejahtera.
Keluarga anaknya dianggapnya keluarga sendiri, tetapi ia ingin juga memberi ruang lebih leluasa—baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk keluarga anaknya. Karena itu, ia meminta untuk tinggal di rumah jompo saja.
Karena dana pensiunnya mencukupi, tentu saja rumah jompo yang dipilihnya bukan rumah jompo sembarangan. Rumah jompo yang dipilihnya bahkan mirip seperti resort hotel; lengkap dengan halaman berpohon palem dan danau buatan.
Niqmat mana lagi yang hendak didustakan, hidup di tempat yang nyaman seperti itu?
Ada lagi nih cerita. Kamu tahu NH Dini? Beliau adalah seorang penulis novel veteran legendaris, yang sudah tutup usia tahun 2018 yang lalu. Meski beliau memiliki dua anak yang bersedia merawat, tapi NH Dini memilih untuk menjual seluruh harta yang dimilikinya, dan hidup di rumah jompo. Di rumah jompo tersebut, kesehatannya justru sangat baik. Sayangnya, beliau mengalami kecelakaan hingga wafat.
Perawatnya mengaku, bahwa Ibu NH Dini tinggal di rumah jompo atas pilihannya sendiri karena ingin tetap hidup mandiri, dan tak mau merepotkan keluarganya.
See? Tak selamanya tinggal di rumah jompo itu berarti “terbuang”. Justru di sana, sebagian dari pensiunan ini bisa hidup di dunianya sendiri yang nyaman.
Kuncinya: Pensiun Sejahtera
Bukan, artikel ini bukan ditulis dengan maksud untuk memprovokasi keributan seputar gaya hidup dan keuangan kok. Justru, artikel ini ingin mengajak kamu untuk mempersiapkan masa pensiun dengan lebih baik. Karena, soal nyaman enggak nyaman hidup kita di masa pensiun, semua tergantung pada persiapan kita menghadapi masa pensiun.
Kuncinya memang pada masa persiapan yang panjang. Banyak hal memang harus disiapkan. Dengan demikian, nantinya, ketika kamu benar-benar pensiun, kamu bisa mewujudkan apa pun pension dreams kamu.
Tinggal di rumah jompo tidak selalu buruk, bahkan bisa jadi salah satu pension dreams. Bahkan, bagi sebagian orang, justru dianggap nyaman. Anak-anak tak “terbebani”, orang tua juga punya ruang gerak sendiri. Soal kesehatan juga lebih terjamin, karena banyak tenaga caregiver yang siap 24 jam di sana. Selain itu, yang lebih penting, kita bisa memutus rantai sandwich generation!
Coba bayangkan seperti ibu si teman di atas. Setiap pagi, beliau bangun di paviliun yang menyerupai cottage di Bali loh! Caregiver-nya selalu siap membantunya menjalani hari-hari, sejak beliau bangun sampai tidur lagi di malam hari.
Dan tentu saja, kalau mau nyaman, biayanya juga sepadan. Begitu juga kalau kita ingin tinggal di rumah jompo untuk melewati masa pensiun. Nah, masalahnya, kita siap atau enggak?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gagal Pensiun Sejahtera, Apa Sebabnya?
Merencanakan masa depan itu bukan kewajiban sih. Namun, kalau kita pengin nantinya punya hidup yang berkualitas, kita sebaiknya menyiapkan diri agar dapat pensiun sejahtera.
Ada banyak hal yang mesti dipikirkan untuk merencanakan hari tua. Nggak hanya menabung dan membangun aset aktif, tetapi juga berkaitan dengan berbagai kebiasaan keuangan pun harus disiapkan. Nah, yang terakhir ini justru yang sering dilupakan atau diabaikan.
Dilansir dari situs bisnis.com, data Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) menyebutkan bahwa hanya sekitar 9% dari masyarakat yang dapat menikmati masa pensiun sejahtera. Sementara 18% lainnya harus kembali bekerja di masa pensiun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Nah, yang miris ada fakta bahwa sebanyak 73% masyarakat bergantung pada orang lain—terutama anak-anak mereka—di masa pensiunnya.
Waduh, itu bukan angka prevalensi yang menyenangkan, kan ya?
Lalu, apa ya yang menyebabkan kita jadi gagal pensiun sejahtera?
Mari kita lihat, beberapa sebab yang bisa jadi alasan mengapa orang jadi sulit mewujudkan rencana pensiun sejahtera dan tak bisa mendapatkan kebebasan finansial di hari tuanya.
Penyebab Gagal Pensiun Sejahtera
1. Pasrah
Yah, ini sih seperti terlihat sepele, tapi dampaknya bisa panjang banget.
Kita mesti ingat, bahwa saat kita gagal merencanakan, maka kita berarti sudah berencana untuk gagal. Tapi itulah yang banyak terjadi. Banyak orang yang masih lebih fokus pada kebutuhan yang ada di masa sekarang, ketimbang pusing memikirkan masa depan. Jadinya ya, pasrah sajalah nanti gimana.
Pasrah di masa sekarang, itu artinya kita akan menjadi beban orang lain nantinya. Jika sekarang kita bisa begitu produktif dan mandiri, kenapa tak mandiri juga nanti di usia senja?
Jadi, ayo, rencanakan untuk pensiun sejahtera, alih-alih berencana untuk gagal.
2. Lifestyle
Bukan masalah selalu menyalahkan gaya hidup yang dijalani orang di zaman sekarang semata juga. Tetapi, kita harus mengakui realitanya, bahwa memang kadang kita terlalu fokus pada apa yang ada sekarang.
Mumpung masih muda, you only live once, fenomena FOMO, adalah beberapa ungkapan, alasan, dan contoh mengapa kita jadi mengesampingkan perencanaan masa depan dan lebih memilih menikmati masa sekarang.
Sebenarnya, tak ada yang salah dengan memiliki berbagai macam lifestyle. Apalagi buat kamu yang memang masih berusia muda. Jalan hidup toh masih panjang. Tapi, kamu perlu waspada. Pasalnya, waktu itu berjalan nggak berhenti, dan kadang kita enggak ngerasa. Tahu-tahu 15 tahun berlalu, dan kita sudah semakin mendekati masa pensiun.
So, boleh saja menikmati hasil kerja kerasmu sekarang, tapi jangan sampai lupa membuat rencana untuk masa depan. Kalau bisa menikmati masa pensiun sejahtera, bukan tak mungkin kamu juga bisa meneruskan berbagai lifestyle yang sekarang kamu anut kan?
3. Salah perhitungan
Ada juga yang sebenarnya sudah aware akan pentingnya merencanakan dana pensiun. Pengin bisa pensiun sejahtera nantinya, nggak bergantung pada anak-anak. Sudah berusaha menyisihkan penghasilan, dikumpulkan dalam rekening.
Tapi ternyata, setelah masa pensiun tiba, perhitungannya luput!
Nah, ini bisa jadi banyak hal sih yang menjadi penyebabnya. Bisa saja:
- Salah menghitung kebutuhan pensiun. Mungkin dalam bayangan, bisalah ya lebih hemat karena toh anak-anak sudah bisa mandiri. Tapi, ternyata ada kondisi lain yang memengaruhi.
- Salah memilih instrumen. Instrumen yang kita manfaatkan untuk membangun dana pensiun memang harus sesuai dengan tujuannya. Kalau tidak, imbal hasil bisa jadi kurang maksimal. Hal ini erat kaitannya juga dengan jangka waktu. Kalau salah memilih, kita bisa gagal pensiun sejahtera.
- Tidak memperhitungkan inflasi. Yes, inflasi itu nyata. Apa yang bisa kita beli dengan uang Rp100.000 sekarang, belum tentu bisa kita beli di harga yang sama di masa depan nanti. . Kalau tak diperhitungkan, bisa berakibat kita gagal pensiun sejahtera.
4. Masih terlibat utang
Nah, ini juga masalah keuangan yang sebenarnya terjadi di masa sekarang, yang dampaknya bisa panjang sampai masa pensiun tiba.
Idealnya, saat kita mulai memasuki usia pensiun, saat itu pula kita sudah tak memiliki utang apa pun lagi—baik utang produktif, apalagi utang konsumtif. Karenanya, adalah penting untuk memastikan bahwa semua utang sudah terselesaikan sebelum kita pensiun, karena untuk mencicil utang paling baik adalah dengan menggunakan uang hasil bekerja secara aktif.
Saat kita sudah masuk usia pensiun, kita hanya bisa mengandalkan sumber pemasukan dari aset aktif ataupun dana pensiun saja. Sungguh bukan kondisi yang sehat jika kita masih juga harus punya beban di masa purnabakti tersebut.
Nah, setelah melihat beberapa hal yang bisa menjadi penyebab gagal pensiun sejahtera di atas, lalu sekarang bagaimana dengan kondisimu? Apakah kamu saat ini sedang berada dalam kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan gagal pensiun sejahtera di atas?
Jika iya, yuk, sebelum terlambat, segera buat rencana pensiun yang komprehensif. Manfaatkan waktu selagi muda dan produktif. Meski gaji kamu rasakan kecil, tapi dengan perencanaan yang baik, siapa pun bisa kok pensiun sejahtera.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Kapan Sih, Usia Pensiun yang Paling Ideal Itu?
Usia pensiun itu paling ideal usia berapa ya? 50 tahun? 60 tahun?
Well, untuk pegawai negeri tetap sih sudah diatur melalui UU Pasal 3 ayat 2 PP No. 32 Th 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, yang diubah menjadi PP No. 65 tahun 2008, yaitu 56 tahun.
Tapi sebenarnya, soal pensiun ini nggak melulu soal angka usia, melainkan lebih ke siap enggak kita istirahat, dan menjadi tidak produktif? Karena, “menjadi tidak produktif” ini tuh sesuatu yang besar loh. It’s a big thing!
Satu, yang biasa sibuk lalu enggak sibuk, ini suatu perubahan besar. Dua, menjadi tidak produktif berarti tidak menghasilkan. Bekalnya sudah siap belum, Bos?
Ya, karena begitulah faktanya. Mau pensiun usia 50, 60, itu sekadar angka. Yang lebih penting: mari kita siapkan sejak dini. Sejak kita diterima bekerja. Karena untuk mempersiapkan hal besar seperti pensiun—another our stage of life (last one?)—waktulah yang akan menjadi partner kita.
Mengapa Perlu Menyiapkan Diri untuk Pensiun?
Karena pensiun nggak cuma soal liburan setiap hari. Liburan aja perlu siap-siap, betul? Perlu cari tahu ongkos PP, ongkos hotel, bikin initerary, dan seterusnya.
Pensiun apa lagi dong? It’s another stage of life yang harus kita jalani loh.
Kalau kita tak siap pensiun, jangankan liburan setiap hari, buat makan saja bisa-bisa harus cari dulu lagi uangnya. Kebayang nggak, sudah nggak punya energi, eh masih harus qerja bagai quda.
Mau mulai usia pensiun berapa pun, bisa saja kita jalani. Tapi membuat batasan waktu itulah intinya. Agar kita jadi tahu, sampai kapan kita punya kesempatan untuk mempersiapkan diri.
3 Golongan Usia Pensiun
Kurang dari 65 Tahun
Sebenarnya, dan pada umumnya, saat tubuh sudah memasuki usia 60 tahun, maka tubuh pun sudah mulai mengalami kemunduran. BPS sendiri memiliki data dan menggolongkan usia produktif orang Indonesia itu di usia 14 – 64 tahun.
So, mungkin enggak tepat usia 60 tahun juga sih, tergantung kondisi tubuh kita sendiri juga—pun tergantung kebiasaan sehat yang kita punya. Namun, umumnya usia 60 tahun ini, tubuh sudah mulai protes kalau diajak gerak terlalu cepat.
So, coba deh, yang sekarang sudah berusia 40 tahun, ritme kerja sudah mulai berubah, betul? So, ketentuan usia pensiun untuk PNS di 56 tahun sepertinya sih sudah pas. Tubuh masih cukup kuat untuk melakukan ini itu, meski tak gaspol seperti sebelumnya. Seenggaknya, masih bisa wira-wiri urus tetek bengek persiapan untuk benar-benar pensiun. Betul?
65 – 70 Tahun
Di AS, penetapan rata-rata usia pensiun adalah 65 tahun untuk pria, dan 63 tahun untuk perempuan. Namun, kalau dirata-rata, umumnya orang-orang Amerika sana menyatakan retire ketika berusia 67 tahun.
Untuk AS, angkatan kerjanya rata-rata memang sudah siap penghasilan pensiunnya di usia 60 ke atas. Mereka punya banyak program pensiun, ada 401k plans, 403b plans, employee stock ownership plans, Roth IRA, dan segala macamnya, yang bisa dipilih. Dan di usia 60 ke ataslah, dana pensiun mulai bisa dicairkan sesuai perjanjian untuk dipakai hidup para pensiunan.
Kalau di Indonesia, kita juga ada Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan, dan beberapa program pensiun lain yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan seperti DPLK dan DPPK. Kita juga bisa membuat dana pensiun mandiri dengan memanfaatkan beragam instrumen.
PNS tetap dibatasi usianya untuk pensiun di usia 56 tahun. Namun, ada sebagian profesi di Indonesia yang masih menjalani pekerjaannya di usia 65 tahun ke atas, antara lain para peneliti dan dosen—terutama para guru besar alias profesor.
Lebih dari 70 Tahun
Biasanya sih, ini akan dijalani oleh mereka yang memang bekerja untuk passion-nya. Bahkan konon, nggak ada batasan usia untuk menjalani passion. Betul tidak? Betul, asal kondisi tubuh masih memungkinkan, it’s fine!
Ada keuntungan juga sih kalau kamu memutuskan untuk pensiun di usia 70 tahun: waktunya akan lebih panjang. Lumayanlah ya, buat nambah-nambah bekal sedikit.
Nah, jadi gimana? Kamu memutuskan usia pensiun berapa?
Ya, akhirnya kembali lagi seperti yang sudah disebutkan di awal sih: sebenarnya lebih ke seberapa siap kamu menjalaninya? Sudah punya bekal seberapa?
Kalau masih bingung, mending belajar ngulik dana pensiun saja dulu, sebelum benar-benar memutuskan usia pensiun kamu.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pensiun di usia 40? Kenapa Tidak?
Jarang ditemui ada orang yang dengan bernyali memutuskan untuk pensiun di usia 40. Jika ini jadi cita-citamu, simak triknya di sini.
Pensiun Sejahtera di Usia 50 Tahun? Bisa Dong!
Dengan memastikan hal-hal ini telah dipenuhi dengan baik, maka goals untuk bisa pensiun sejahtera di usia 50 tahun bukan jadi impian semata lagi.
The 4% Rule untuk Dana Pensiun? Cocokkah Diterapkan di Indonesia?
Seberapa banyakkah kebutuhan kita untuk hidup sejahtera di masa pensiun nanti? Seberapa banyakkah kita harus memiliki dana agar masa pensiun terjamin? Pernahkah kalian menghitungnya?
Kalau kamu secara khusus pernah mempelajari bagaimana membangun dana pensiun, kamu pasti pernah juga mendengar mengenai the 4% rule.
Apa Itu The 4% Rule?
Rule 4% merupakan aturan praktis yang banyak dipergunakan untuk menghitung seberapa banyak kita–sebagai pensiunan nanti–harus menarik uang secara rutin dari rekening pensiun setiap tahun.
Tujuan aturan ini adalah supaya kita dapat menjaga aliran pemasukan yang stabil, sekaligus menjaga saldo rekening dana pensiun kita tetap aman. Pemasukan yang akan kita dapatkan dari dana pensiun ini berupa penarikan dari bunga dan dividen dari investasi yang kita miliki.
4% Rule ini sejarahnya dibuat dengan menggunakan data historis pengembalian saham dan obligasi selama periode 50 tahun, dari 1926 hingga 1976 di Amerika Serikat. Sebelum diubah menjadi 4% Rule, para ahli keuangan memberikan standar sebesar 5% sebagai jumlah yang aman bagi pensiunan untuk menarik dana pensiunnya untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap tahunnya.
Sebentar, jadi ini aturan asalnya dari Amerika Serikat?
Betul, dari Amerika Serikat. Tiga orang profesor di bidang keuangan dari Universitas Trinity membuat penelitian tentang dana pensiun, yang menganggap bahwa selama kurun waktu 15 – 30 tahun, tingkat pengembalian investasi rerata akan sangat kecil kemungkinannya kurang dari 4% setahun. Angka ini didapatkan dari asumsi imbal investasi rata-rata biasanya berkisar pada angka 7% per tahun. Dengan asumsi inflasi 3% per tahun, maka ketemulah selisih di antaranya yaitu 4%.
Karena itu aturan ini disebut juga dengan The Trinity Study.
Cara Menghitung Dana Pensiun dengan 4% Rule
Rumusnya adalah:
Dana pensiun = Pengeluaran tahunan x 25
Pengeluaran tahunan didapat dari pengeluaran rutin bulanan dikalikan 12. Angka 25 diperoleh dari 100% dibagi 4%.
Begini contohnya.
Asumsi pengeluaran rutin kamu setiap bulan Rp5 juta (kita pakai angka yang bulat dan bersih ya, supaya gampang), sehingga dengan demikian pengeluaran tahunan menjadi Rp60 juta.
Maka, dana pensiun yang harus kamu siapkan adalah:
Rp60 juta x 25 = Rp1.500.000.000
Nah, dari sini artinya, dengan imbal hasil minimal 4% per tahun, kamu bisa mengambil dana sebagai “gaji” untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa pensiun tanpa harus menggerus pokok pensiunanmu.
Angka ini adalah angka minimum aman. Artinya, kalau kamu mau lebih aman lagi, kamu bisa saja menentukan angka rate yang lebih kecil, sehingga nominal dana pensiunmu akan lebih besar.
Apakah Bisa Diterapkan di Indonesia?
Seperti yang kamu tahu, aturan ini “lahir” di Amerika Serikat. Tentunya, standar yang dipakai adalah standar taraf hidup orang Amerika. Apakah cocok juga untuk diterapkan di Indonesia?
Indonesia adalah negara yang masih berkembang–meski oleh Donald Trump sempat disebut sebagai negara maju. Pertumbuhan ekonominya berlari lebih kencang, dengan tingkat inflasi yang bisa saja lebih tinggi dari 4%. Masalah ekonomi di Indonesia belum terlalu stabil, sestabil negara adidaya seperti AS.
Jadi, balik lagi, apakah 4% rule cocok diterapkan di Indonesia?
Hmmm, kenapa enggak cari tahu saja di kelas Dana Pensiun QM Financial?
Masih Diperdebatkan
Yes, angka 4% rule ini masih diperdebatkan, tak hanya di Indonesia tetapi secara global. Angka-angka di atas muncul ketika kondisi ekonomi stabil, baik-baik saja, tanpa fluktuasi yang berarti. Tapi, siapa yang bisa menjamin?
Masalah akan muncul ketika terjadi hal-hal yang bisa memengaruhi kondisi ekonomi dunia. Seperti perang, pandemi, dan sebagainya.
Faktanya, aturan 4% rule muncul saat bahan bakar fosil masih sangat murah. Ini tentu tidak relevan dengan kondisi sekarang, yang stoknya di bumi tinggal setengah. Belum lagi jika ada krisis bahkan resesi ekonomi yang terjadi akibat COVID-19. Tentulah akan memengaruhi nilai investasi kita.
But, the bottom line is, menyiapkan dana pensiun itu penting, dan lebih baik lagi kamu siapkan sejak sekarang. Mengapa?
Simak video berikut ini yuk!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi, terutama menyiapkan dana pensiunmu sejak dini! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kesalahan Investasi yang Sering Terjadi Hingga Tujuan Keuangan Pun Sulit Tercapai
Kita sudah tahu, bahwa investasi merupakan kendaraan yang akan mengantar kita untuk mencapai tujuan finansial. Ya, kurang lebih seperti mobil yang kita miliki, atau si babang ojek online yang kalau dipanggil selalu bertanya balik, sudah sesuai aplikasi ya? Namun, ibarat salah memilih kendaraan–mau pergi Jakarta-Bali, malah manggilnya babang ojek alih-alih pesan tiket pesawat–maka kesalahan investasi membuat kita sulit untuk bisa mencapai tujuan keuangan.
Memang, investasi akan sulit dilakukan jika tanpa bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup. Karena itu, tak bosan-bosannya QM Financial mengajak kamu untuk belajar dulu sebelum mulai benar-benar berinvestasi. Kamu bisa belajar dari artikel-artikel yang ada di situs ini, atau bisa juga dari YouTube.
Salah satunya dengan menonton video berikut ini nih.
Yes, berinvestasi memang enggak bisa dipisahkan dari analisis terlebih dahulu. Salah mengambil keputusan bisa memicu terjadinya kesalahan investasi sehingga hasilnya kurang optimal. Akibatnya, tujuan keuangan tidak tercapai. Lebih nyesek lagi, kalau dananya juga entah ke mana, nggak ketahuan rimbanya. Duh!
Berikut ini beberapa kesalahan investasi yang sering dilakukan sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan keuangan kita.
1. Hanya ikut-ikutan
Akhir-akhir ini, saat artikel ini ditulis (apalagi sesaat sebelum pandemi corona terjadi beberapa bulan yang lalu), memang semakin banyak orang yang sharing mengenai betapa investasi dapat “menyelamatkan” hidup mereka. Akhirnya banyak yang tergiur untuk ikut menceburkan diri ke kolam investasi, tetapi sayangnya mereka tidak berbekal pelampung dan ilmu berenang yang cukup.
Si itu bisa pensiun dini dengan sejahtera dengan hasil investasinya, maka banyak orang mengikuti cara si itu berinvestasi. Sayangnya, mereka abai, bahwa sebenarnya personal finance is very personal. Apa yang dilakukan orang lain bisa saja tidak sesuai ketika kita terapkan pada kondisi kita sendiri.
Akibatnya, kita melakukan kesalahan investasi yang cukup fatal. Kita kelelep di kolam investasi, karena sudah memilih instrumen yang kurang tepat hanya karena orang lain punya instrumen yang sama.
2. Lupa atau meleset ketika memperhitungkan jangka waktu
Waktu adalah teman terbaik ketika kita mau berinvestasi demi tujuan finansial tertentu. Kealpaan kita memperhitungkan jangka waktu investasi akan menjadi kesalahan investasi yang cukup fatal.
Kesalahan memperhitungkan jangka waktu ini bisa dalam bentuk salah proyeksi, atau malah menyepelekan sehingga menunda-nunda investasi. Keduanya akan membuat tujuan finansial sulit untuk dicapai.
Selalulah mulai sejak dini, meskipun juga tak pernah ada kata terlambat. Ini lebih baik daripada tidak berinvestasi untuk tujuan keuangan ke depannya.
3. Tidak didiversifikasikan
Ketika kamu sebagai investor menempatkan seluruh dana investasi pada satu instrumen saja, itu menjadi kesalahan investasi yang juga akan berakibat fatal. Beberapa akibat yang bisa terjadi: risiko yang terlalu besar ataupun target dana tidak tercapai.
Misalnya saja, untuk dana pensiun yang butuh sekian miliar, kamu hanya berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang, dengan risiko relatif rendah tetapi imbal yang juga terbatas. Memang mungkin dari segi risiko kerugian nominal bisa ditekan, karena risiko seperti gagal bayar atau fluktuasi harga tidak terlalu signifikan di instrumen reksa dana ini. Tetapi rendah risiko juga berarti memberikan imbal yang terbatas. Bisa jadi, ketika waktunya tiba bagi kamu untuk memperoleh hasil investasi yang sudah sekian lama, jumlahnya tidak mencukup untuk menutup biaya hidup di masa pensiun.
Lain halnya, jika kamu mendiversifikasikan portofolio, baik ke instrumen risiko minim dan juga instrumen agresif, peluang untuk sukses mencapai tujuan keuangan akan lebih besar.
Diversifikasi, selain perlu dilakukan untuk manajemen risiko, juga penting untuk memperbesar peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, dengan horizon yang sesuai target.
4. Malas melakukan review berkala
Kesalahan investasi selanjutnya yang sering terjadi adalah alpa untuk melakukan review secara berkala. Merasa sudah aman, dan bisa konsisten, lantas kita lupa melakukan review rencana keuangan yang sudah dibuat.
Padahal, misalnya saja seperti saat ini, ketika pasar modal sedang naik turun, instrumen investasi–terutama yang agresif–pasti juga mengikuti naik turunnya harga pasar. Tak hanya itu. Instrumen yang dianggap minim risiko seperti deposito pun bisa berubah, jika pemerintah, dalam hal ini melalui Bank Indonesia, memutuskan untuk menyesuaikan suku bunganya.
Review rencana keuangan–terkhusus yang terkait dengan investasi–sangat penting untuk dilakukan, agar kita bisa memastikan, bahwa investasi sudah on track. Jika ada sesuatu yang harus disesuaikan, kita juga jadi lebih awal aware sehingga dapat mengambil kebijakan penyesuaian juga.
5. Tidak berinvestasi
Nah, ini kesalahan investasi terbesar sih, yang seharusnya ada di poin pertama malahan ya. Merasa menabung saja cukup, enggak perlu investasi.
Well, ingat ya, bahwa inflasi itu bukan kaleng-kaleng. Inflasi itu nyata. Setiap tahun akan ada inflasi, yang peningkatannya lebih tinggi ketimbang bunga tabungan biasa. Lama-lama jumlah uang di tabungan sudah pasti tergerus, kalau tidak kamu “lindungi” dengan memanfaatkan instrumen investasi yang imbalnya lebih tinggi daripada inflasi.
Bukan berarti kamu enggak boleh punya tabungan sih. Tetapi untuk mencapai tujuan keuangan, tabungan kurang bisa optimal melayani.
Nah, masihkah kamu melakukan beberapa kesalahan investasi di atas? Ataukah, ada hal lain yang membuat tujuan keuanganmu menjadi tidak tercapai? Cerita sama QM Financial yuk, boleh ditulis di kolom komen ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Dana Pensiun Lembaga Keuangan: Beberapa Hal yang Harus Dipahami
Setiap orang yang hari ini produktif bekerja, pada akhirnya akan harus pensiun juga. Alasannya kurang lebih pasti juga sama, energi sudah berkurang, dan memang sudah waktunya beristirahat. Masalahnya, dengan kondisi sudah tidak produktif, padahal kebutuhan hidup akan terus ada, harus dengan apa para pensiunan menghidupi dirinya sendiri? Tentunya dengan dana pensiun.
Ada banyak cara untuk membuat atau membangun dana pensiun. Salah satunya adalah dengan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Tapi mengapa penting bagi kita untuk menyiapkan dana ini sekarang? Yuk, simak dulu video berikut ini.
Apa Sih Dana Pensiun Lembaga Keuangan?
Dana Pensiun Lembaga Keuangan, atau DPLK, merupakan program dana pensiun yang diselenggarakan oleh institusi keuangan sebagai opsi membangun dana pensiun bagi karyawan, pekerja lepas, atau perorangan mandiri lainnya, atau bisa juga dimanfaatkan oleh suatu perusahaan bagi karyawannya.
DPLK ini bisa dibilang bisa menjadi alternatif program pensiun selain Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan.
Penyelenggaran DPLK adalah bank ataupun perusahaan asuransi. So, jika kamu ingin ikut program ini, kamu bisa langsung mendatangi kantor bank ataupun perusahaan asuransi terdekat yang terpercaya di kotamu.
Manfaat Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Ada 2 manfaat yang bisa didapatkan dari program dana pensiun DPLK ini, yaitu:
Bagi pekerja:
- Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama pensiun
- Menjadi salah satu faktor pengurang pajak penghasilan PPh21 dengan hasil investasi bebas pajak.
- Besaran iuran fleksibel, bisa ditentukan sesuai kemampuan dan kebutuhan.
Bagi perusahaan yang mengikutsertakan karyawannya dalam program DPLK:
- Untuk meminimalkan risiko masalah keuangan lantaran menanggung jaminan pensiun karyawan yang jumlahnya cukup banyak
- Menjadi salah satu faktor pengurang pajak penghasilan badan atau usaha seperti yang diatur dalam PPh25
- Menjadi salah satu benefit kompensasi bagi karyawan
- Bisa lebih fokus pada hal penting lainnya, terkait strategi dan operasional bisnis
Kalau Sudah Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan, Apakah Masih Perlu Ikut Program DPLK?
Nah, ini pertanyaan terbesarnya, ya kan? Sebenarnya, hal ini sudah pernah dibahas juga dalam artikel lain di web ini, tentang cukup enggaknya dana pensiun hanya dengan JP dan JHT. Kamu bisa membacanya dengan lebih detail.
Perlu atau tidak, pada dasarnya, kembali ke kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Namun, pada kenyataannya, masih banyak yang mengeluhkan kurangnya uang pensiun padahal sudah diikutsertakan pada program dana pensiun pemerintah tersebut.
Hal ini tidak mengherankan sebenarnya, karena menurut aturannya, dengan program dari pemerintah ini, para pensiunnya “hanya” akan menerima 30% dari gaji terakhir mereka sebelum pensiun. Padahal untuk bisa pensiun sejahtera, dengan gaya hidup yang tak terlalu berbeda jauh dengan sebelumnya, kita akan memerlukan 70% dari gaji terakhir sebelum kita masuk ke masa pensiun.
Alhasil, uang bulanan pensiun tidak memadai untuk hidup sehari-hari, dan banyak para pensiunan yang pada praktiknya enggak dapat menikmati masa pensiunnya dengan beristirahat menikmati hasil jerih payah, namun justru harus kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Di sisi inilah, DPLK–atau program Dana Pensiun Lembaga Keuangan–bisa menjadi tambahan terhadap Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan.
Cara Menjadi Peserta Program DPLK
Kalau kamu bekerja di sebuah perusahaan, kamu tinggal tunggu saja pendaftaran kolektif yang biasanya diadakan oleh bagian HR. Jika belum, kamu sebenarnya bisa mengusulkannya juga loh.
Namun, jika kamu hendak menjadi peserta mandiri, kamu bisa datang langsung ke kantor penyelenggara DPLK, yakni bank ataupun perusahaan asuransi, untuk membuat rekening dana pensiun. Selanjutnya, prosedurnya kurang lebih sama dengan kalau kamu membuka rekening di bank; ada formulir yang harus diisi, memberikan kartu identitas, dan sebagainya.
Ketika keanggotaanmu sudah aktif, kamu akan memiliki kartu anggota DPLK, dan nanti akan berhak atas dana pensiun sesuai jumlah simpanan kamu.
Jika kamu terdaftar atas nama kantor, biasanya akan disepakati jumlah setoran per proporsinya; kantor sekian persen, dan kamu sekian persen. Namun, jika kamu adalah peserta mandiri, ya semuanya menjadi kewajibanmu pribadi. Setoran ini akan diminta setiap bulan, dan akan dicairkan menjelang pensiun.
Dana setoranmu akan diinvestasikan oleh penyelenggara DPLK ke instrumen tertentu, dengan–tentunya–risiko tetap pada peserta DPLK sebagai investor. Dana pensiun kelak adalah jumlah setoran ditambah dengan hasil investasi ini.
Nah, bagaimana? Tertarikkah kamu untuk membangun dana pensiunmu sendiri dengan DPLK? Atau, kamu butuh ilmu lebih banyak mengenai pengelolaan dana pensiun, yang salah satunya dapat diperoleh dengan DPLK?
Yuk, undang tim QM Financial untuk datang ke kantormu, dan adakan training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Langkah Merencanakan Pensiun Dini Seperti Raditya Dika
Raditya Dika merencanakan pensiun dini di usia 40 tahun.
Hal ini sempat disebutkan oleh Bang Radit juga saat menjadi panelis Financial Dialogue 02 di bulan Agustus lalu. Hmmm, apakah kamu memiliki mimpi yang sama dengan Raditya Dika? Pengin pensiun dini dan merasakan bebas finansial di usia 40 tahunmu nanti?
Bisa emang?
Ya, kenapa tidak?
Tapi beda dong, penghasilan Raditya Dika dan penghasilan kita?
Ya, memang beda. Semua ada dalam mindset kok.
Jadi, apa yang mesti kita lakukan agar dapat pensiun dini? Coba simak beberapa tip berikut ini ya.
5 Langkah Merencanakan Pensiun Dini
1. Rencanakan sejak dini
Yes, semua yang akan kamu dapatkan di masa depan, sejatinya adalah apa yang kamu rencanakan mulai sekarang. Pensiun juga tak harus menunggu usia tua lebih dulu. Kamu boleh-boleh saja merencanakan pensiun di usia 40 tahun.
Berapa usiamu saat ini? 20 tahun, 30 tahun? Berapa sisa waktu sampai dengan kamu berencana untuk pensiun dini?
Itulah waktumu untuk membangun dana pensiun dini. Itulah kesempatanmu untuk membuat rencana yang matang dengan target pensiun dini di usia 40 tahun. Jangan sia-siakan sumber daya yang ada untuk terlalu banyak keinginan yang kurang penting, yang tidak ada hubungannya dengan target hidupmu ini.
2. Hitung kebutuhanmu di masa pensiun
Menghitung kebutuhan hidup selama masa pensiun akan menjadi target nominal, dan nggak usah terlalu kaget akan nominal yang besar. Ya pasti akan besar, mengingat kamu akan berhenti “bekerja” di usia muda, dan akan punya waktu lebih panjang nantinya.
Perhitungan ini mungkin agak rumit. Kamu perlu tahu dulu besarnya kebutuhanmu saat sekarang, baru kemudian diproyeksikan sekian tahun ke depan, sesuai rencana pensiun dini kamu.
3. Tentukan produk investasi yang tepat
Jika hanya menabung penghasilan saja, maka sepertinya target akan cukup sulit untuk dicapai. Kamu harus berupaya dengan investasi juga. Nah, pemilihan instrumen investasi juga akan menentukan di sini.
So, belajarlah investasi dan coba pahami cara kerja instrumen-instrumen yang ada, agar kemudian kamu bisa memilih yang paling sesuai.
Satu hal yang harus kamu ingat, bahwa hukum high risk high return selalu berlaku pada instrumen apa pun. Manfaatkan skema compound interest, agar hasil investasimu bisa maksimal.
4. Pengelolaan optimal
Perencanaan tidak akan ada artinya tanpa ada pengelolaan maksimal mulai dari hal kecil dalam keseharian kita, sejak sekarang.
So, sudah punya target, sudah tahu punya berapa banyak waktu untuk menyiapkan diri pensiun dini, selanjutnya rencana diwujudkan dibarengi dengan menerapkan gaya hidup sesuai kemampuan. Kalau perlu, berhemat di sana-sini dengan mengurangi pengeluaran pada pos yang tidak terlalu penting.
5. Segera lunasi utang
Apalah arti pensiun dini, kalau saat kamu melakukannya kamu masih punya utang? Bukan pensiun yang ideal, sepertinya.
So, sebaiknya mulai dari sekarang, kelola utangmu dengan cermat. Buat skema cicilan yang masuk akal, perhatikan angka aman, dan disiplin membayar agar terhindar dari cost yang tak perlu ada.
Nah, bagaimana? Siap untuk pensiun dini seperti Raditya Dika?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Atau, kamu ingin supaya kantor tempat kamu bekerja mengadakan financial training khusus untuk persiapan dana pensiun? QM Financial punya modul yang disusun secara komprehensif dan fun untuk sebuah training karyawan yang interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan loh! Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Langkah Menyiapkan Dana Pensiun di Masa Krisis
Masa pensiun tidak akan bisa diundur atau ditunda. Karena itu, meski krisis, menyiapkan dana pensiun is a must, apa pun caranya.
Tapi, sekarang kan lagi krisis. Portofolio kebakaran, dan kayaknya enggak akan segera pulih dalam waktu dekat. Apalagi banyak pakar yang menyebut akan datangnya resesi–malahan sebagian bilang, sekarang ini kita sudah berada di periode resesi.
Yah, memang begitulah adanya. Kita memang harus bersiap untuk masa krisis lebih panjang sekarang. Ditambah dengan resesi, maka sudah cukup alasan untuk tidakk menghambur-hamburkan uang yang kita miliki untuk sesuatu yang tidak esensial. Tetapi, dana pensiun ini penting. So, meski resesi atau krisis, kita harus tetap menyiapkannya.
Mengapa? Ya, karena seperti yang sudah ditulis di pembuka artikel ini; bahwa masa pensiun tidak akan dapat ditunda. Masa-masa kita tak produktif lagi itu tetap akan tiba, tak peduli kita lagi krisis atau enggak. Masa pensiun adalah keabsolutan, sehingga rencana pun harus segera dibuat untuk bisa menjalaninya dengan nyaman.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
Menyiapkan Dana Pensiun di Masa Krisis
1. Siapkan sejak dini
Rasanya tip-tip ini hanya diulang-ulang saja terus ya? Tapi, ya mau bagaimana lagi? Prinsip pengelolaan keuangan sebenarnya sama saja. Yang terus bisa diupdate adalah instrumen-instrumennya, dan penyesuaiannya dengan kondisi yang sering berubah dan berkembang. Tetapi, prinsipnya selalu sama.
Begitu juga dengan persiapan dana pensiun. Akan selalu lebih baik, jika kita menyiapkannya sejak dini. Sejak kita mulai masuk kerja dan mulai mendapat penghasilan sendiri.
Logikanya mudah. Semakin cepat disiapkan, beban untuk menyisihkan setiap bulannya juga semakin ringan. Lalu, kalau baru mulai menyisihkan sekarang, saat usia sudah 30-an atau 40-an, apakah itu berarti sudah terlambat? Nope, bagaimanapun, sudah mulai menyiapkan itu adalah hal yang sangat baik. Kapan pun. Tetapi, buat kamu yang masih di usia 20-an, sekaranglah saat terbaik untuk mulai menyiapkannya.
2. Kenali pengeluaran
Di masa krisis, akan lebih baik jika kita bisa menghemat dan hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan-kebutuhan yang esensial. Apa saja kebutuhan esensial itu? Misalnya saja pengeluaran untuk makan, transportasi, kesehatan, dan utilitas rumah (listrik, air, telepon, dan sebagainya). Cicilan utang sudah pasti masuk ke prioritas pengeluaran, dan tidak boleh diutak-atik.
Lalu, apa saja pengeluaran yang harus dihemat? Hal-hal tersier, seperti traveling, belanja baju (selama yang di lemari masih banyak), sepatu dan tas (apalagi kalau masih ada yang di dalam plastik dan belum pernah dipakai sejak dibeli), hangout bareng teman-teman, dan sejenisnya, bisa dikurangi dulu.
Memang, kita butuh hiburan sih. Bukan berarti pengeluaran untuk hiburan ini harus dihilangkan sama sekali juga, tetapi bisa diperhitungkan dalam anggaran dong. Buat bujet, dan patuhi. Itu saja prinsipnya.
Supaya apa? Supaya kita tetap ada dana yang bisa dianggarkan untuk dana pensiun, juga dana-dana untuk tujuan keuangan lain yang penting. Masa krisis boleh datang, tapi tujuan keuangan tetap harus jalan terus.
3. Sesuaikan dengan kondisi
Nah, ini adalah keharusan. Hanya kamu yang mengerti kondisimu sendiri, pun ketika kita berada di masa krisis keuangan.
Pos investasi memang penting, tetapi sangat bisa disesuaikan dengan kondisi. Ketika kamu kekurangan uang untuk operasional hidup sehari-hari, kamu bisa memotong pos investasi, dan mengalokasikan ulang uangmu untuk memperpanjang napas. Kamu juga bisa menghentikannya dulu, kalau perlu. Kebutuhan hidup tetap harus jadi list nomor satu.
Jadi, pertimbangkan urutan prioritasnya. Akan sangat baik, jika kamu tetap bisa menyiapkan dana pensiun, bahkan dari penghasilan yang menurun. Bagaimana membaginya, hanya kamu yang tahu, karena kamulah perencana keuangan untuk dirimu sendiri. Betul?
Yuk, gabung aja di kelas-kelas finansial online QM Financial, agar bisa belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi. Ada banyak topik yang dibahas, kamu bisa pilih sesuai kebutuhanmu. Karena menyiapkan dana pensiun enggak hanya soal bagaimana berinvestasi saja, tetapi harus mulai dari memiliki cash flow yang sehat. So, join the class, dan kelola uangmu dengan benar sejak awal.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.