Merencanakan Masa Depan dengan Gaji Pertama: Cara Bijak Mengelola Keuangan
Gimana rasanya punya gaji pertama? Seneng, pastinya!
Terus sekarang gimana? Apa yang harus dilakukan dengan gaji pertama? Beli semua yang kamu pernah pengin tapi susah karena belum berpenghasilan? Mau traktir orang-orang rumah dan teman?
Eits, sebentar. Gaji pertama memang jadi momen penting yang menandai awal kemandirian finansial. Menerima gaji pertama memberikan perasaan bangga dan kepuasan. Tapi enggak cuma itu. Punya gaji artinya kamu sekarang punya tanggung jawab baru untuk mengelolanya.
Merencanakan masa depan dengan bijak sejak gaji pertama akan memberikan manfaat jangka panjang. Dengan pengelolaan yang tepat, gaji pertama bisa menjadi fondasi kuat untuk mencapai tujuan keuangan dan stabilitas finansial di masa depan.
Table of Contents
Kelola Gaji Pertama agar Manfaatnya Didapat untuk Jangka Panjang
Yes, setuju kan, kalau mendapatkan gaji pertama membawa tanggung jawab baru? Untuk memastikan gaji pertama memberikan manfaat jangka panjang, penting untuk memiliki strategi pengelolaan keuangan yang tepat. Berikut beberapa cara bijak dalam mengelola gaji pertama agar manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang.
1. Buat Anggaran
Buat anggaran bulanan untuk mengatur keuangan dengan baik. Tentukan terlebih dahulu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi. Catat semua pengeluaran dan pemasukan secara rinci agar mudah memantau aliran uang.
Evaluasi pengeluaran bulanan untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Jangan lupa untuk menyisihkan sebagian pendapatan sebagai tabungan. Dengan begitu, anggaran akan membantu mengontrol keuangan dan mencegah pengeluaran yang tidak perlu.
Rencanakan anggaran dengan realistis, sesuaikan dengan penghasilan yang diterima. Jika ada sisa uang, gunakan untuk tujuan lain seperti hiburan atau dana darurat. Tetap disiplin dalam mengikuti anggaran yang telah dibuat.
Baca juga: Bagaimana Mengembangkan Karier dan Keuangan, Mulai dari Gaji Kecil
2. Tradisi Traktir Teman
Tradisi traktir teman-teman atau orang-orang di rumah dengan gaji pertama sih boleh saja. Hal ini sering dianggap sebagai cara untuk merayakan pencapaian dan berbagi kebahagiaan. Bisa jadi momen spesial yang mempererat hubungan dengan teman-teman kamu juga kan?
Namun, penting juga untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan. Pastikan traktiran tetap dalam batas anggaran yang telah direncanakan. Jangan sampai merayakan terlalu berlebihan hingga mengorbankan kebutuhan penting atau tabungan.
Cara sederhana bisa dipilih, seperti traktir makanan ringan atau minuman. Yang terpenting adalah momen kebersamaan dan apresiasi atas dukungan orang-orang terdekatmu ini kan? Seimbang antara merayakan dan menjaga keuangan tetap sehat adalah kunci utamanya.
3. Langsung Bagi ke Pos-Pos
Sudah punya anggaran, langsung bagi ke pos-posnya. Kamu bisa pakai old school: sistem amplop.
Bagi gaji ke dalam beberapa amplop sesuai dengan kategori pengeluaran, seperti makanan, hiburan, transportasi, dan tabungan. Ini membuat pengeluaran lebih terkontrol dan jelas. Atau kalau kamu sudah pakai aplikasi, sekarang banyak aplikasi yang menerapkan semacam kantun-kantung simpanan tersendiri.
Kamu juga bisa buat beberapa rekening bank untuk tujuan berbeda, seperti satu untuk pengeluaran harian, satu untuk tabungan, dan satu lagi untuk investasi. Ini membantu memisahkan uang sesuai dengan fungsinya.
Yes, jangan lupa sisihkan sekitar 20-30% dari gaji untuk tabungan atau investasi. Ini bisa membantu dalam membangun dana darurat atau tujuan keuangan jangka panjang.
4. Pahami Cara Kerja Utang dengan Baik
Pasti kamu akan mendapatkan banyak tip, agar menghindari atau menjauhi utang. Well, sebenarnya lebih penting buat kamu untuk paham cara kerja utang.
Utang enggak selalu merugikan, hanya kamu harus paham cara kerjanya. Utang juga memiliki manfaat, terutama untuk membeli aset yang nilainya bertumbuh seiring waktu. Memulai pengumpulan aset sejak gaji pertama bisa menjadi langkah cerdas untuk masa depan finansial.
Memahami hal ini sejak awal adalah langkah yang bijak. Yang paling penting, pastikan utang digunakan untuk tujuan produktif, bukan konsumtif. Yang harus dihindari adalah utang konsumtif yang hanya membebani keuangan tanpa memberikan nilai tambah. Ingat, berani utang juga harus berani bayar.
5. Punyai Tujuan Keuangan
Tentukan tujuan keuangan dengan jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya, tujuan jangka pendek bisa berupa liburan atau membeli gadget baru, sementara tujuan jangka panjang dapat berupa membeli rumah.
Menentukan tujuan ini membantu memberikan arahan dan motivasi dalam mengelola keuangan. Ketika memiliki tujuan yang spesifik, akan lebih mudah untuk menyisihkan uang dan mengatur pengeluaran.
6. Bijak Belanja
Belanja bijak merupakan keterampilan penting untuk menjaga kestabilan keuangan. Hindari pembelian impulsif dengan selalu membuat daftar belanja sebelum pergi ke toko atau berbelanja online.
Bandingkan harga dari berbagai penjual untuk mendapatkan penawaran terbaik. Fokus pada kebutuhan utama dan hindari godaan untuk membeli barang yang hanya berdasarkan keinginan semata.
Sisihkan sebagian kecil dari gaji untuk membeli sesuatu yang diinginkan sebagai penghargaan atas kerja keras. Tetapkan batasan anggaran yang wajar untuk pengeluaran ini agar enggak mengganggu alokasi untuk kebutuhan pokok dan tabungan.
7. Edukasi Diri
Edukasi finansial adalah kunci untuk membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas dan aman. Terus belajar tentang manajemen keuangan melalui berbagai sumber, seperti yang QM Financial punya. Ada artikel, podcast, channel YouTube, Instagram, TikTok, dan kelas-kelas keuangan. Pilih topik yang relevan, yang kamu butuhkan dari level yang paling basic.
Pengetahuan yang baik akan membantu mengidentifikasi peluang dan menghindari risiko dalam pengelolaan keuangan. Dengan terus belajar, akan lebih mudah membuat keputusan yang bijaksana dan strategis untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang.
Baca juga: Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
Merencanakan masa depan dengan gaji pertama adalah langkah penting dalam mencapai stabilitas finansial. Dengan mengelola keuangan dengan bijak sejak awal, peluang untuk mencapai tujuan jangka panjang akan semakin besar. Gaji pertama bukan hanya pencapaian, tetapi juga fondasi kuat untuk masa depan yang lebih baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menjaga Kesehatan Keuangan Generasi Z
Menjaga kesehatan keuangan menjadi aspek krusial bagi generasi Z yang mulai memasuki dunia kerja dan kehidupan mandiri saat ini.
Kesehatan keuangan ini enggak hanya soal punya cukup uang untuk kebutuhan sehari-hari saja lo. Namun, juga tentang bagaimana mengelola pengeluaran, menabung, dan merencanakan masa depan dengan bijak.
Apalagi nih, tantangan finansial di era digital semakin kompleks dengan adanya berbagai pilihan investasi, peluang penghasilan tambahan, dan godaan konsumsi yang terus meningkat.
Table of Contents
Pentingnya Menjaga Kesehatan Keuangan bagi Gen Z
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang melek teknologi dan memiliki akses mudah ke beragam informasi. Dengan banyaknya tantangan yang ada, tak banyak gen Z yang bisa menjaga kesehatan keuangannya dengan baik. Padahal, hal ini penting banget.
Berikut adalah alasan mengapa menjaga keuangan yang sehat itu sangat penting bagi gen Z.
1. Kemampuan Menghadapi Ketidakpastian
Kesehatan keuangan memungkinkan generasi Z untuk lebih siap menghadapi situasi tak terduga. Karena situasi seperti ini bisa terjadi pada setiap orang. Misalnya saja seperti kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi, atau keadaan darurat kesehatan tanpa harus terjerat utang.
2. Mandiri Secara Finansial
Dengan mengelola keuangan dengan baik, generasi Z dapat mencapai kemandirian finansial lebih cepat. Bisa segera enggak bergantung pada orang tua atau pihak lain.
Baca juga: 61% Orang Tua Masih Support Finansial pada Anak Dewasa, Apa Kabar Kemandirian Finansial?
3. Masa Depan yang Lebih Baik
Kesehatan keuangan yang baik membuka jalan untuk investasi di masa depan, seperti membeli rumah, memulai bisnis, atau menyiapkan dana pendidikan bagi anak-anak.
4. Kesehatan Mental
Nah, ini nih. Memang cocok buat gen Z yang sedikit-sedikit bahas soal kesehatan mental. Tahukah kamu, bahwa masalah keuangan sering kali menjadi sumber stres. So, kalau kalau kamu pengin punya kesehatan mental yang baik, maka mulailah dengan membangun keuangan yang sehat.
Dijamin deh, langkah menyehatkan mental berikutnya akan lebih mudah.
5. Mencapai Tujuan Keuangan
Dengan keuangan yang sehat, gen Z di mana pun, dengan profesi apa pun, penghasilan berapa pun, akan dimungkinkan untuk lebih mudah mencapai tujuan finansial masing-masing. Mulai dari tujuan finansial jangka pendek, menengah, hingga panjang. Bahkan FIRE.
6. Pembentukan Kebiasaan Baik
Dengan mulai menjaga kesehatan keuangan sejak dini, generasi Z dapat membentuk kebiasaan finansial yang baik yang akan bermanfaat dalam jangka panjang. Bahkan sepanjang hidup.
7. Menghindari Jeratan Utang
Pengelolaan keuangan yang baik membantu generasi Z untuk menghindari utang berlebihan dan masalah kredit yang dapat membatasi peluang finansial di masa depan. Enggak ada lagi ditolak kerja karena BI Checking skornya tinggi.
Menjaga kesehatan keuangan adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan banyak manfaat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, bagi Generasi Z.
Syarat Keuangan Sehat bagi Gen Z
Nah, terus kalau memang keuangan yang sehat itu penting, lantas apa saja syaratnya? Kondisi seperti apa yang bisa disebut sebagai keuangan yang sehat untuk gen Z?
Berikut adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin memiliki kesehatan keuangan yang baik untuk gen Z:
- Pendapatan Stabil: Memiliki sumber pendapatan yang tetap dan memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta mencapai tujuan finansial jangka panjang.
- Anggaran yang Terencana: Menyusun dan mematuhi anggaran bulanan yang mencakup semua pengeluaran dan pendapatan. Hal ini akan dapat membantu mengontrol pengeluaran dan mengidentifikasi area di mana penghematan bisa dilakukan.
- Tabungan yang Cukup: Menyisihkan sebagian pendapatan secara rutin untuk ditabung. Idealnya, memiliki dana darurat yang setara dengan 3-6 bulan pengeluaran bulanan.
- Manajemen Utang yang Baik: Mengelola utang dengan bijak. Ini berarti membayar utang tepat waktu, menghindari utang konsumtif yang tidak perlu, dan memastikan total utang tidak melebihi kemampuan untuk membayar.
- Investasi yang Tepat: Menginvestasikan sebagian dari pendapatan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Ini bisa berupa investasi di pasar saham, reksa dana, properti, atau instrumen investasi lainnya yang sesuai dengan profil risiko.
- Asuransi yang Memadai: Memiliki asuransi yang sesuai untuk melindungi dari risiko finansial yang tidak terduga, seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan asuransi lainnya yang relevan.
- Pensiun yang Terencana: Menyiapkan dana pensiun sejak dini untuk memastikan kenyamanan finansial di masa tua. Ini bisa melalui program pensiun perusahaan, tabungan pensiun, atau investasi lainnya yang ditujukan untuk masa pensiun.
- Pengelolaan Pengeluaran yang Bijak: Membuat keputusan pengeluaran yang bijak dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Menghindari pembelian impulsif dan memastikan pengeluaran sejalan dengan anggaran.
- Catatan Keuangan yang Rapi: Memiliki catatan keuangan yang rapi dan teratur untuk memantau arus kas, pengeluaran, utang, dan investasi. Ini membantu dalam membuat keputusan finansial yang lebih baik.
- Kebiasaan Menabung dan Berinvestasi: Membentuk kebiasaan menabung dan berinvestasi sejak dini untuk mencapai tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Baca juga: Cara Perencanaan Keuangan untuk Gen Z yang Pengin Mencapai Stabilitas Finansial
Dengan memenuhi syarat-syarat di atas, sebagai gen Z, kamu pasti bisa mencapai dan mempertahankan kesehatan keuangan dengan baik. Selain itu, kamu juga akan siap menghadapi berbagai tantangan finansial ke depannya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan untuk Keluarga Baru: Bagaimana Mengatur Anggaran dengan Gaji Kecil
Perencanaan keuangan menjadi fondasi penting bagi keluarga baru yang berusaha membangun kehidupan yang stabil dengan gaji kecil. Menghadapi tantangan ekonomi saat ini, kemampuan untuk mengelola anggaran secara efisien tidak hanya membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga dalam menyiapkan masa depan yang lebih cerah.
Dengan pendekatan yang tepat dan strategi yang bijaksana, mengatur dan membuat perencanaan keuangan keluarga bukanlah tugas yang mustahil kok. Bahkan dengan keterbatasan dana.
Jadi, apa yang harus dilakukan?
Table of Contents
Perencanaan Keuangan untuk Keluarga Baru dengan Gaji Kecil
Yang pertama harus diingat, bahwa nominal gaji sebenarnya bukan masalah. Prinsipnya, adalah pada pembagian dengan persentase. Dengan begitu, mau berapa pun nominalnya, kamu bisa melakukan perencanaan keuangan berdasarkan prioritas dan kondisimu.
Memahami Kondisi Keuangan Keluarga
Memahami kondisi keuangan keluarga adalah langkah pertama dan paling krusial dalam perencanaan keuangan, khususnya untuk keluarga baru yang mungkin berhadapan dengan tantangan mengatur anggaran dengan gaji kecil.
Berikut adalah beberapa langkah untuk membantu dalam proses ini:
- Catat Semua Sumber Penghasilan. Mulailah dengan mencatat semua sumber penghasilan bulanan secara total, termasuk gaji, bonus, pendapatan sampingan, atau pendapatan pasif lainnya.
- Lacak Pengeluaran. Gunakan buku catatan, spreadsheet, atau aplikasi pengelolaan keuangan untuk mencatat setiap pengeluaran. Ini termasuk tagihan tetap (seperti sewa, utilitas, asuransi) dan pengeluaran variabel (seperti makanan, transportasi, hiburan). Catat pengeluaran selama satu bulan penuh untuk mendapatkan gambaran yang akurat.
- Evaluasi Arus Kas. Bandingkan total pengeluaran dengan total penghasilan. Ini akan menunjukkan apakah kamu hidup di bawah, tepat pada, atau di atas kemampuan.
Buat Daftar Prioritas
Bisa membedakan antara kebutuhan (seperti makanan, tempat tinggal, pakaian dasar) dan keinginan (seperti liburan, gadget terbaru) adalah penting. Untuk mulai membuat perencanaan keuangan keluarga dengan gaji kecil, kemampuan ini akan sangat berguna.
Fokuslah pada kebutuhan terlebih dahulu. Lalu, prioritaskan lagi berdasarkan urgensi dan kepentingannya. Urutkan pengeluaran berdasarkan yang paling penting dan mendesak. Misalnya, pembayaran KPR atau sewa rumah harus menjadi prioritas utama.
Selain pembayaran tagihan yang harus diprioritaskan, tabungan juga mesti dianggap sebagai kebutuhan bulanan, bukan hanya sesuatu yang kamu lakukan dengan uang sisa.
Identifikasi Pengeluaran yang Tak Perlu
Periksa catatan pengeluaran kamu dan identifikasi item yang mungkin tidak perlu atau berlebihan. Cari pola pengeluarannya, amati apakah ada kebiasaan pengeluaran yang sering terjadi, seperti makan di luar atau berbelanja impulsif.
Untuk lebih berhemat, kamu bisa mempertimbangkan berbagai opsi pengganti yang memungkinkanmu mengeluarkan uang lebih sedikit. Misalnya, ganti makan di luar dengan memasak di rumah, atau cari pilihan hiburan gratis atau lebih murah, ganti bahan makanan premium menjadi standar.
Membuat Anggaran yang Realistis
Membuat anggaran yang realistis adalah langkah penting dalam membuat perencanaan keuangan, terutama untuk keluarga baru dengan gaji kecil.
Kamu bisa menggunakan rumus 4-3-2-1 untuk membuat anggaran. 40% dari penghasilan dialokasikan untuk kebutuhan rutin, 30% untuk membayar utang, 20% untuk lifestyle, dan 10% untuk investasi atau menabung. Namun, angka ini tidak mutlak. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisi kamu.
Yang penting, pilah dan susun berdasarkan prioritasnya.
Contoh Anggaran untuk Keluarga dengan Gaji Kecil
Nah, yuk, sekarang kita pakai contoh saja biar lebih jelas.
Misalkan penghasilan bulanan bersih keluarga adalah Rp5.000.000. Dengan formula 4-3-2-1, maka anggaran bisa dibuat seperti berikut.
Rutin (40%) = Rp2.000.000
- Makanan dan kebutuhan rumah tangga = Rp1.300.000
- Transportasi = Rp400.000
- Tagihan utilitas (listrik, air, internet) = Rp300.000
Utang (30%) = Rp1.500.000 (KPR 20 tahun)
Lifestyle (20%) = Rp1.000.000
- Hobi ayah = Rp200.000
- Hobi ibu = Rp200.000
- Hiburan sekali seminggu = Rp600.000
Investasi (10%) = Rp500.000
- Reksa dana pasar uang = Rp200.000
- Reksa dana pendapatan tetap = Rp300.000
Ingat, anggaran ini adalah contoh dan harus disesuaikan berdasarkan situasi keuangan spesifik kamu. Kunci dari anggaran yang sukses adalah fleksibilitas dan kemampuan untuk menyesuaikan saat kondisi keuanganmu berubah.
Merencanakan Masa Depan
Salah satu aspek penting dalam perencanaan keuangan adalah merencanakan masa depan. Apalagi bagi keluarga baru.
Jangan tunggu sampai banyak uang atau kaya dulu untuk punya rencana masa depan, karena ya bakalan telat. Justru rencana masa depan dimulai begitu keluarga baru terbentuk.
Apa saja yang perlu direncanakan?
1. Asuransi
Memahami pentingnya asuransi untuk perlindungan keluarga adalah elemen penting dalam perencanaan keuangan yang bertanggung jawab. Asuransi membantu mengurangi dampak finansial yang mungkin muncul akibat kejadian-kejadian tersebut, yang seringkali terjadi tanpa peringatan.
Ada beberapa jenis asuransi yang perlu dipertimbangkan oleh setiap keluarga. Asuransi kesehatan adalah salah satu yang utama, menutupi biaya perawatan medis yang bisa sangat mahal. Asuransi jiwa menjadi penting terutama jika keluarga bergantung pada penghasilan dari satu anggota, menyediakan dukungan finansial jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Dalam memilih polis asuransi, sangat penting untuk menyesuaikannya dengan kebutuhan spesifik dan situasi finansial keluarga. Hal ini untuk memastikan bahwa perlindungan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan keluarga dan memberikan ketenangan pikiran dalam menghadapi ketidakpastian.
2. Biaya Pendidikan Anak
Merencanakan pendidikan anak merupakan bagian esensial dalam perencanaan keuangan keluarga. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengestimasi biaya pendidikan di masa depan, dengan mempertimbangkan faktor inflasi.
Pasalnya, inflasi ini dapat meningkatkan biaya pendidikan secara signifikan, sehingga penting untuk memahami proyeksi biaya tersebut dalam jangka panjang.
Mulailah menabung sejak dini, meskipun dengan nominal kecil untuk keperluan ini. Tabungan akan bertumbuh seiring waktu. Penting untuk memulai secepat mungkin, karena semakin cepat kamu mulai, semakin besar akumulasi dana yang terkumpul.
3. Menyiapkan Dana Pensiun
Mulai dengan melakukan kalkulasi kebutuhan pensiun. Perkirakan jumlah uang yang akan dibutuhkan untuk memenuhi gaya hidup yang diinginkan saat pensiun. Faktor-faktor seperti biaya hidup, rencana kesehatan, dan aktivitas rekreasi harus dipertimbangkan dalam perhitungan ini.
Sisihkan sebagian dari penghasilan secara rutin sesuai perhitungan yang sudah dilakukan. Pilih instrumen investasi yang tepat untuk memastikan pertumbuhan dana tersebut. Manfaatkan program pensiun yang tersedia, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun oleh kantor. Banyak dari program ini yang menawarkan manfaat tambahan yang bisa meningkatkan nilai dana pensiun kamu.
Diversifikasi sumber pensiun juga sangat penting. Jangan hanya mengandalkan satu sumber, seperti dana pensiun dari tempat kerja. Diversifikasi melalui berbagai jenis investasi akan mengurangi risiko dan meningkatkan potensi pertumbuhan dana pensiunmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 “Penyakit” yang Bikin Anak Muda Gagal dalam Perencanaan Keuangan
Jadi anak muda sekarang tuntutannya banyak. Betul? Dari mulai soal karier, jodoh, sampai soal perencanaan keuangan. Ya maklum sih, anak muda kan harapan bangsa. Tsah.
Iya, kok memang berat. Apalagi kalau dari si anak muda itu sendiri punya “penyakit”. Penyakit apa? Penyakit keuangan yang disebabkan oleh banyak hal. Ada yang memang literasinya kurang, atau ya karena memang merasa masih muda—masih berhak untuk senang-senang, menikmati hidup. Nanti ya dipikirkan nanti saja.
Pada akhirnya, kalau yang bersangkutan enggak sadar juga akan penyakitnya, boro-boro bisa membuat perencanaan keuangan, hidup pun hanya paycheck to paycheck. Memang tak semua gaya hidup paycheck to paycheck akibat adanya penyakit ini. Namun, yang punya penyakit berikut pada umumnya akan hidup paycheck to paycheck, terlilit utang, dan gagal dalam perencanaan keuangan untuk masa depannya sendiri.
Penyakit apa sajakah itu?
5 Penyakit yang Bikin Perencanaan Keuangan Gagal
1. Kebiasaan lapar mata
Lihat ini, beli. Lihat itu, eh lucu, beli. Belanja secara impulsif, menuruti kata hati dan keinginan, tanpa berpikir panjang.
Yang punya penyakit ini, jangankan bisa membuat perencanaan keuangan yang komprehensif. Sering sabotase tabungan sendiri malah. Uang yang dikumpulkan untuk apa, jadinya apa. Maunya cuma beli pasta gigi sama sabun, eh, pulang bawa baju, sepatu, sampai tas.
2. YOLO
You only live once. Begitu kepanjangan YOLO ini.
Sebenarnya, jargon ini digunakan untuk memotivasi agar kita tak menyia-nyiakan peluang bagus atau kesempatan emas yang datang pada kita. Sayangnya, akhir-akhir ini justru maknanya jadi bergeser.
Jadi pembenaran, bahwa hidup hanya sekali, maka kita berhak untuk bersenang-senang terus setiap waktu. Tanpa ingat menabung, tanpa sadar juga bahwa banyak risiko hidup yang harus dihadapi ke depannya. Pun, enggak sadar, bahwa masih ada masa depan yang panjang, yang seharusnya jadi kesempatan untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita. Semua karena “hari ini masih bisa hidup, maka ayo, senang-senang.”
3. FOMO
Fear of Missing Out, begitulah. Alias, enggak mau ketinggalan tren. Lihat orang-orang heboh apa, pengin ikutan.
Zamannya ramai pada liburan luar negeri, ikut liburan. Trennya beli tas branded, ikutan beli. Ramai orang-orang antre inden smartphone tercanggih, enggak lupa ikut inden juga. Zamannya orang-orang beli kripto atau NFT, tentu saja enggak mau ketinggalan.
Tujuannya satu: supaya dianggap keren dan mendapatkan pujian. Padahal, ya, enggak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Dampak dari FOMO ini bisa sangat merugikan kita loh. Yang tadinya berharap untung, tapi akhirnya buntung, tidak sadar risiko yang dihadapi, hingga bisa terjerat utang, karena pada dasarnya orang-orang FOMO juga tidak sadar akan kemampuan diri sendiri.
4. Latte Factor
Latte factor adalah pengeluaran kecil yang kita lakukan setiap hari, bahkan bisa sampai beberapa kali sehari, tetapi sayangnya kita enggak sadar bahwa ketika diakumulasikan ternyata menjadi sangat besar.
Contohnya adalah biaya ngopi setiap pagi sambil jalan ke kantor, pesan makanan online terus, biaya admin bank, parkir, dan sebagainya. Pengeluaran-pengeluaran ini sebenarnya bisa dihemat jika kita mau loh, tetapi enggak kita lakukan karena berbagai sebab.
Di QM Financial, kita mengenalnya sebagai ‘bocor halus’. Ibarat ban yang mengalami bocor halus, kita enggak menyadarinya hingga akhirnya ban benar-benar kempis bin gembos, kehilangan tekanan. Apalagi jika ditambah kita malas mencatat pengeluaran, saat itulah kita baru bertanya-tanya, ke mana ya perginya uang? Enggak terasa.
5. Tarsok Tarsok
Tarsok tarsok alias bentar besok bentar besok. Artinya, hobi menunda. Istilah keren zaman now: procrastinating. Menunda mulai belajar keuangan, menunda mulai membuat perencanaan keuangan, menunda berinvestasi, dan sebagainya.
Kadang hal ini kita lakukan karena kita enggak tahu cara memulainya, atau justru merasa takut kalau nantinya gagal. Padahal, kalau kita gagal merencanakan, maka saat itu pula kita berencana untuk gagal loh. Jika kita menunda perencanaan, maka kita tidak akan pernah memulai apa pun.
Agar Tak Gagal dalam Perencanaan Keuangan
Gagal dalam perencanaan keuangan bisa cukup fatal akibatnya. Pasalnya, dalam sebuah perencanaan keuangan, biasanya akan terangkum berbagai cita-cita, tujuan hidup, bahkan janji pada diri sendiri untuk memberikan kualitas yang baik pada hidup kita sendiri.
Mumpung masih berstatus anak muda, akan lebih baik jika kita berpikiran jauh ke depan, karena apa yang akan kita dapatkan di masa depan nanti merupakan hasil dari apa yang kita rencanakan sekarang.
Mulai sekarang
Yuk, jangan menunda lagi. Apa yang bisa kamu lakukan sekarang, sekecil apa pun itu, bisa mengubah masa depanmu nanti. Mulai belajar keuangan, mulai membuat rencana keuangan.
Enggak perlu terlalu jauh, kamu bisa mulai dari langkah-langkah kecil dulu. Misalnya, tahu dulu prinsip dasar dari Blueprint of The Money, lalu tahu ciri keuangan yang sehat. Dengan begitu, kamu bisa memperbaiki dulu kondisinya, baru kemudian belajar lagi langkah-langkah berikutnya.
Kamu bisa belajar di FCOS QM Financial, karena sudah disusun sedemikian rupa secara berjenjang, sehingga kamu akan merasa dituntut step by step sesuai kondisi dan kemampuan.
Yang penting, mulai dulu sekarang.
Pengendalian diri
Kalau melihat sebagian besar “penyakit” di atas, akar masalah terbesarnya sebenarnya cuma satu: pengendalian diri.
Belanja impulsif, pengin senang-senang saja di masa sekarang, nggak mau ketinggalan tren, mengeluarkan uang sedikit demi sedikit setiap hari, semua itu berkaitan dengan kemampuan kita dalam mengendalikan diri sendiri.
Dengan adanya perencanaan keuangan, kamu akan punya kontrol mengenai apa yang perlu diprioritaskan dan yang bisa ditunda. Bisa jadi, kamu memiliki penyakit-penyakit di atas karena kamu tidak punya perencanaan keuangan yang baik. Jadi bener kan, bahwa kamu merencanakan untuk gagal?
Disiplin
Kalau sudah punya rencana keuangan, maka selanjutnya yang kamu perlukan adalah disiplin diri. Ini adalah koentji agar semua rencana bisa diwujudkan dengan sukses.
Nah, gimana? Pengin sembuh kan, dari segala penyakit di atas? GWS ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Literasi Finansial: Pengertian, Aspek, dan 3 Cara untuk Meningkatkannya
Pastinya, kamu sering mendengar istilah literasi finansial. Tapi apakah kamu tahu arti yang sebenarnya?
Literasi finansial memang merupakan salah satu dari 6 literasi dasar yang harus kita kuasai sejak dini. Literasi lainnya adalah literasi baca tulis, digital, budaya, numerasi, dan sains. Mengapa harus dikuasai? Karena tanpa keterampilan tersebut, bisa jadi kita akan menemui kesulitan ke depannya.
So, mari kita bahas lebih dalam mengenai literasi finansial ini ya.
Apa Itu Literasi Finansial?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi artinya kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Sedangkan finansial adalah keuangan.
Dengan demikian, literasi finansial adalah keterampilan untuk mengelola keuangan, termasuk di dalamnya budgeting, membuat rencana keuangan—baik jangka pendek maupun jangka panjang—berinvestasi, mengelola utang, sampai terampil juga menggunakan berbagai layanan dan produk keuangan untuk memenuhi kebutuhan.
Tanpa literasi finansial yang baik, bisa mengakibatkan seseorang tak bisa memenuhi kebutuhan hidup, bahkan rentan terhadap berbagai risiko. Yes, termasuk di dalamnya yang sekarang marak terjadi: menjadi korban penipuan.
Dengan literasi finansial yang baik, kamu bisa membuat rencana dan tujuan hidup hingga jauh ke depan, dan bisa memastikan juga bahwa rencana itu bisa diwujudkan. Selain itu, kamu juga bisa menyusun berbagai langkah antisipasi jika risiko-risiko terjadi. Kamu bisa mewujudkan mandiri finansial dengan segera.
Aspek Literasi Finansial
Apa saja sih aspek yang ada dalam literasi finansial? Mari kita lihat satu per satu.
1. Membuat anggaran
Literasi finansial termasuk adalah membuat anggaran, agar dapat memastikan penghasilan bisa dipakai untuk memenuhi seluruh kebutuhan—baik kebutuhan hari ini atau hari esok—dengan baik.
2. Mengelola utang
Akan ada saatnya kita harus mengajukan pinjaman untuk berbagai keperluan. Agar tak menimbulkan kesulitan, uang harus dikelola dengan baik demi membangun aset yang akan bermanfaat untuk kita sendiri di hari depan.
3. Memberi perlindungan
Risiko bisa terjadi dan harus kita hadapi sepanjang waktu. Misalnya saja terkena musibah, kecelakaan, jatuh sakit, kehilangan penghasilan, dan sebagainya. Seberapa baikkah kita mengelola risiko ini agar tak sampai membuat keuangan kita jadi goyah?
4. Membelanjakan dengan bijak
Apalah artinya memiliki penghasilan yang besar, jika kita tidak bisa belanja dengan bijak. Di sinilah peran literasi keuangan akan sangat penting, yaitu menyesuaikan belanja kebutuhan dan anggaran yang sudah dibuat.
Tanpa bijak belanja, maka risiko keuangan bisa muncul dan mengacaukan semuanya.
5. Menyimpan dan berinvestasi
Metode kita menyimpan uang dan berinvestasi juga termasuk dalam literasi finansial. Seberapa mampukah kita menyesuaikan tujuan keuangan dengan instrumen yang ada?
Tanpa literasi finansial yang baik, bisa saja kamu malah menyimpan dana di instrumen agresif untuk tujuan keuangan jangka pendek. Hingga ketika dibutuhkan, nilai investasi justru sedang dalam titik rendahnya. Tujuan keuangan pun tidak dapat dicapai kan, jadinya?
Bagaimana Cara Mengukur Tingkat Literasi Finansial Kita?
Lalu, bagaimana cara tahu jika literasi finansial kita cukup baik?
Setidaknya, ada 5 hal yang bisa menjadi tolok ukurnya:
- Apakah kebutuhan esensialmu bisa dipenuhi dengan baik tanpa kesulitan?
- Apakah kamu bisa menabung dan berinvestasi dengan lancar, sesuai kemampuan, dan punya dana darurat yang cukup?
- Apakah kamu bisa membayar cicilan utang dengan baik, tanpa menunggak dan kena denda?
- Apakah kamu bisa mengelola pengeluaran belanja dengan baik, dan bisa membuat budgeting?
- Apakah kamu sudah melindungi aset-aset dengan instrumen yang pas?
Nah, jika kamu bisa menjawab kelima pertanyaan di atas dengan baik, maka bisa jadi tingkat literasi finansial kamu sudah baik.
Lalu, bagaimana caranya untuk bisa memiliki literasi finansial yang baik? Yuk, ikuti beberapa langkah berikut ini.
Cara Meningkatkan Literasi Finansial
1. Perbaiki hubunganmu dengan uang
Yang pertama harus dilakukan adalah melakukan review hubungan kamu dengan uang. Ini erat kaitannya dengan psikologi uang, tentang bagaimana persepsi kamu tentang uang. Uang menjadi tujuan hidup, ataukah uang sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup. Keduanya jelas berbeda.
Ketika uang menjadi tujuan hidup, hubunganmu dengan uang bisa jadi akan toxic. Tetapi, jika kamu memiliki mindset bahwa uang menjadi sarana untuk mencapai tujuan hidup, maka fokusmu akan berubah.
Hubunganmu dengan uang juga mendefinisikan bagaimana latar belakang budaya terutama dalam keluarga. Jika dalam keluarga ada mindset bahwa anak-anak merupakan “dana pensiun” bagi kedua orang tuanya, maka besar kemungkinan kamu juga akan memiliki mindset ini. Saat mindset sudah keliru, maka bisa jadi selanjutnya perilaku dalam mengelola keuangan juga akan keliru.
So, perbaiki dulu hubunganmu dengan uang, sebelum kamu melangkah ke hal berikutnya dalam meningkatkan literasi keuangan.
2. Bangun komitmen
Seperti halnya dua orang yang punya romance relationship, setelah memperbaiki hubungan, maka selanjutnya adalah membangun komitmen yang serius.
Kamu sudah memiliki hubungan baik dengan uang, maka selanjutnya berkomitmenlah untuk mengelolanya dengan baik. Seperti halnya pasangan, kamu sebaiknya tahu dari mana saja uang datang, dan ke mana saja uang pergi. Pastikan semuanya bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Ikut kelas dan belajar dari ahlinya
Ini adalah cara paling efektif untuk bisa meningkatkan literasi finansial. Cari kelas—akan lebih baik yang berjenjang—agar kamu bisa berkenalan dengan berbagai tahapan dalam keterampilan mengelola keuangan. Mulai dari yang paling basic, intermediate, hingga advanced.
Take your time, enggak perlu buru-buru dalam belajar keuangan ini. Nikmati journey-nya, dan kamu akan merasakan manfaatnya yang besar.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Cara Belajar Finansial yang Menyenangkan dan Nggak Ngebosenin
Belajar finansial itu kedengarannya membosankan ya? Ya, ada benarnya memang. Tapi, manfaat yang bisa kamu peroleh dari belajar finansial bakalan kamu rasakan seumur hidup loh. Sampai tua, bahkan sampai kita enggak ada lagi, pengetahuan financial planning kita itu bisa berguna. Waris, contohnya. Bener nggak?
Tapi, sebenarnya, belajar finansial itu bisa dengan banyak cara. Bahkan bisa disesuaikan dengan gaya belajarmu sendiri, yang biasanya sangat personal. Ada yang suka belajar secara mandiri, ada yang suka belajar keuangan dengan mendengarkan, ada yang lebih suka membaca, ada yang suka suasana kelas, dan sebagainya.
Nah, sebelum mencari cara ternyaman untuk belajar finansial, coba yuk, kita lihat lagi apa perlunya kita belajar finansial ini.
Mengapa Belajar Finansial Itu Penting?
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan tahun 2019 menyebutkan, bahwa kelompok usia 25 – 35 tahun memiliki tingkat literasi sebesar 24.26% saja, sedangkan yang berusia 36 – 50 tahun, sebesar 37.73%
Tentunya, ini angka yang cenderung masih kurang sekali. Padahal kalau ini ditingkatkan sehingga mencapai kesehatan keuangan yang baik, ada banyak efek yang bisa kita rasakan. Misalnya saja:
- Kita tahu bagaimana mengelola utang dengan baik, sehingga tak ada lagi kasus terkena jeratan pinjol
- Tahu bagaimana cara kerja investasi dengan baik, sehingga bisa menghindari investasi bodong.
- Tahu juga cara mengatur keuangan yang baik, sehingga cash flow menjadi terjaga positif.
- Paham juga cara kerja asuransi, sehingga bisa memilih asuransi sesuai kebutuhan dan tak menganggap asuransi sebagai penipuan.
- Punya dana darurat setidaknya sampai 6 bulan, sehingga kalau krisis ekonomi kembali datang, kita bisa survive bersama.
- Tahu bagaimana menyusun prioritas dengan baik, sehingga meskipun sumber daya terbatas, tetapi tujuan keuangan bisa tercapai semua. Masa depan pun terjamin.
- Bisa memutus mata rantai sandwich generation, karena kita bisa pensiun sejahtera dan mandiri.
Nah, kan, buanyak banget manfaat yang bisa kita dapatkan kalau tingkat literasi finansial kita baik. Selain alasan-alasan di atas, pasti masih banyak lagi manfaat yang bisa kamu rasakan dengan belajar finansial.
Siapa yang enggak mau sih hidup tenang, kebutuhan terpenuhi, plus bisa memanjakan diri sesekali?
Cara Belajar Finansial yang Menyenangkan
Sering kali kita beralasan, sulit untuk belajar finansial karena bingung bagaimana memulainya. Tenang, kan ada QM Financial. Belajar finansial bareng QM Financial itu fun dan praktis! Tapi, mari kita lihat dulu medium apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk belajar finansial yuk!
1. Buku
Buku bisa jadi sumber pengetahuan yang paling baik, dari dulu hingga sekarang. Termasuk belajar finansial.
Ada berbagai buku finansial yang bisa jadi sumber belajarmu, misalnya saja yang populer dan sudah sangat “melegenda” seperti:
- Rich Dad Poor Dad, karya Robert Kiyosaki
- Why Didn’t They Teach Me This in School?, karya Cary Siegel
- Untuk Indonesia Yang Kuat: 100 Langkah Untuk Tidak Miskin, karya Ligwina Hananto
- Intelligent Investor, karya Benjamin Graham
- The Money Game, karya George Goodman
- Dan lain sebagainya
Nah, buku yang mana nih yang sudah kamu baca? Nomor 3 barangkali?
2. Artikel
Pengin lebih praktis lagi dari membaca buku, kamu bisa belajar finansial dengan membaca artikel-artikel di website yang berniche seputar keuangan. Seperti di web QM Financial ini, ya kan? Ada update artikel setiap hari lho di website QM Financial ini, dan sudah ada ratusan artikel yang juga bisa kamu baca-baca lagi.
Di sini, ada banyak topik dan tip yang bisa kamu temukan, mulai dari dasar-dasar perencanaan keuangan secara mandiri, tip investasi, pengetahuan tentang asuransi, mengatur cash flow, juga membahas berbagai isu terhangat yang lagi happening juga di luar sana terkait finansial. Seperti soal cryptocurrency, NFT, sampai fenomena crazy rich dan hal-hal yang ngehype lainnya.
Nah, belum semua dibaca kan? Silakan ya, discroll lagi ke belakang, untuk menemukan artikel-artikel yang menarik minatmu.
3. Media sosial
Media sosial juga sekarang biasa menjadi sarana belajar, termasuk belajar finansial. Penyajiannya kreatif, atraktif, dan interaktif. Memancing banget untuk like, komen, dan share juga. Apalagi sekarang, media sosial banyak banget. Kamu tinggal pilih saja, yang mana yang paling nyaman untukmu. Mulai dari Twitter, Instagram, YouTube, sampai Tiktok!
QM Financial juga hadir di berbagai platform media sosial lho! Yes, mulai dari Twitter, Instagram, YouTube, dan yang terbaru, di Tiktok! Silakan disearch saja ya, dengan nama QM Financial, pasti ketemu. Terus, jangan lupa follow ya!
4. Podcast
Satu lagi nih, sumber belajar finansial yang paling baru dan ngehype: podcast. Beberapa orang memang lebih suka belajar dengan mendengarkan podcast, karena menurut mereka lebih praktis. Kamu bisa belajar finansial sambil ngapain aja. Lagi macet di jalan, bisa dengerin podcast. Bisa juga belajar finansial sambil masak dengan podcast. Sangat luwes didengarkan kapan saja, cocok buat kamu yang sibuk tapi nggak mau ketinggalan upgrade diri.
QM Financial juga hadir dalam di Financial Clinic di Spotify. Silakan dicari, dan di-follow juga ya. Bakalan ada update setiap minggu dengan podcast-podcast baru dan topik-topik terkini.
5. Kelas online
Buat kamu yang suka belajar bareng, diajarin oleh mentor atau trainer yang andal, belajar finansial melalui kelas pasti akan terasa menyenangkan.
Tapi, nggak praktis dong? Kan mesti pergi keluar rumah, belum lagi soal waktu dan biaya. Tenang, kalau di QM Financial sih ada Financial Clinic Online Series; kelas-kelas finansial berjenjang dari basic hingga advanced, yang bisa diikuti dari mana saja karena diselenggarakan via Zoom. Waktunya malam hari, supaya tidak mengganggu jam-jam sibukmu. Biayanya? Terjangkau banget dong. Kamu bisa ambil kelas online sesuai kebutuhan. Trainernya sudah pasti berpengalaman.
Nah, gimana? Lengkap kan cara belajar finansial kamu? Tinggal pilih sesuai kebutuhan dan kenyamanan. Mau belajar di semua media? Ya, boleh banget, masa enggak?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi Jangka Panjang: Pengertian, Risiko, Instrumen, dan Tip Terbaiknya
Kemudahan yang ditawarkan oleh beragam penyedia jasa keuangan untuk berinvestasi ini memang patut diapresiasi. Masyarakat menjadi semakin terdorong untuk bisa investasi, baik untuk tujuan jangka pendek maupun investasi jangka panjang.
Apalagi modal yang dibutuhkan untuk mulai juga bisa dari nominal yang kecil. Ibaratnya, dari sisa uang jajan pun, sudah bisa dipakai untuk modal investasi. But then again, kita memang perlu belajar investasi lebih mendalam seiring waktu. Membekali diri dengan berbagai ilmu dan pemahaman seputar produk investasi, agar upaya investasi kita juga semakin optimal dan tepat sasaran.
Terkhusus investasi jangka panjang, yang akan butuh waktu 10, 20, puluhan tahun untuk konsisten berinvestasi. Itu bukan hal yang mudah loh! Nah, mari kita bahas khusus dalam artikel kali ini.
Apa Maksudnya Investasi Jangka Panjang?
Menurut Investopedia, jenis investasi jangka panjang itu kalau kamu melakukan penanaman aset untuk mendapatkan imbal hasil selama lebih dari 1 tahun. Nah, kalau di QM Financial, investasi jangka panjang itu adalah investasi yang dilakukan untuk tujuan keuangan yang harus dicapai dalam waktu 10 tahun lebih. Di bawah 10 tahun, itu ada tujuan investasi jangka pendek dan jangka menengah.
So, sebenarnya enggak ada teori validnya, lebih cenderung ke relatif saja, disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tetapi, mari kita sepakat di sini, bahwa investasi jangka panjang adalah investasi untuk tujuan jangka panjang, lebih dari 10 tahun.
Apa saja sih tujuan jangka panjang itu?
Banyak, dan tergantung kondisi serta cita-cita alias mimpi masing-masing individu. Beberapa contoh tujuan jangka panjang, misalnya:
Dana Pendidikan Anak
Saat kamu sedang membuat rencana keuangan agar dapat memastikan biaya anak sekolah hingga jenjang sarjana sedangkan sekarang si kecil masih balita, maka ini termasuk dalam tujuan keuangan jangka panjang. Pasalnya, kamu akan membuat rencana keuangan untuk lebih dari 10 tahun.
Dana Pensiun
Kalau kamu saat ini berumur 20-an, dan sedang membuat rencana pensiun setelah usia 50 tahun, maka itu termasuk tujuan jangka panjang juga.
Kamu juga bisa memasukkan berbagai tujuan lain, yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun.
Risiko Investasi Jangka Panjang
Kalau berinvestasi, sudah pasti kita mengharapkan imbal hasil. Namun, enggak hanya itu. Ada risiko yang juga harus siap kita hadapi. In fact, setiap investasi ada risikonya. Kalau ada yang menjamin 100% investasi aman, apalagi ditambah bumbu-bumbu cepat untung besar, maka sudah pasti itu adalah investasi bodong.
Apalagi dalam investasi jangka panjang, risikonya juga semakin tinggi, seiring potensi imbal hasil yang juga semakin besar. Risikonya tinggi terutama karena kebanyakan datang dari faktor eksternal. Namun sebenarnya, kamu tak perlu khawatir, karena dengan strategi investasi jangka panjang yang tepat, risiko tinggi ini bisa kok diminimalkan.
Untuk itu, kamu harus mengenali dulu jenis risiko dalam investasi jangka panjang.
Risiko Pasar
Adalah risiko yang muncul akibat sentimen yang terjadi di pasar. Risiko ini jadi salah satu risiko yang paling sering terjadi, dan tak bisa dihindari. Banyak faktor yang memunculkan risiko investasi jangka panjang akibat sentimen pasar ini. Mulai dari perubahan tingkat pertumbuhan ekonomi, sampai masalah jumlah pengangguran yang meningkat, kerusuhan, bisa menjadi penyebab risiko pasar terjadi.
Di saat sentimen pasar menjadi negatif, investor akan beramai-ramai menarik uang dari pasar modal, sehingga harga saham pun anjlok. Sebaliknya, jika sentimen pasar positif, investor akan ramai-ramai membeli saham, sehingga harga saham melesat. Fluktuasi ini akan besar efeknya bagi nilai investasi kita.
Risiko Suku Bunga
Adalah risiko yang timbul akibat adanya perubahan suku bunga, sehingga memengaruhi nilai investasi. Teorinya, ketika suku bunga naik, maka harga obligasi turun. Begitu juga sebaliknya.
Risiko Inflasi
Risiko investasi jangka panjang ini muncul akibat terlalu tingginya jumlah uang yang beredar, sehingga menyebabkan harga-harga terus naik dan menurunkan daya beli masyarakat. Inflasi meningkat, artinya nilai uang tunai akan menurun, yang artinya nilai portofolio investor bisa menurun juga setiap tahunnya karena inflasi.
Risiko Likuiditas
Risiko ini terjadi akibat langkanya uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Biasanya terjadi pada pasar yang relatif baru, dan belum terbentuk secara solid. Ketika kita hendak menjual instrumennya, tidak ada yang mau membeli. Di situlah muncul risiko likuiditas.
Risiko Nilai Kurs
Risiko ini muncul terkait nilai tukar rupiah dengan mata uang asing. Risiko ini muncul, misalnya kalau kita hendak investasi saham di luar negeri. Di pasar modal Amerika Serikat, misalnya. Jika kamu hendak membeli saham di Nasdaq, maka kamu harus memperhitungkan kurs antara rupiah dan dolar AS. Jika ternyata nilai tukar rupiah sedang anjlok, maka kamu harus mengeluarkan modal lebih banyak.
Risiko Negara
Sudah bisa diduga kan, risiko ini muncul ketika ada polemik melanda negara, misalnya terjadi perang atau kudeta.
Nah, meskipun ada banyak risiko dan tak dapat dihindari seperti di atas, tapi bukan berarti lantas membuatmu mengurungkan niat untuk mulai investasi, ya kan?
Instrumen Investasi Jangka Panjang
Faktanya, ada banyak sekali instrumen yang bisa menjadi pilihan untuk investasi jangka panjang yang optimal. Mari kita berkenalan sedikit.
1. Emas
Instrumen satu ini sudah menjadi primadona sejak zaman orang tua kita. Dan memang, faktanya, logam mulia cocok banget dijadikan sebagai instrumen investasi jangka panjang, karena pertumbuhan nilainya cukup signifikan untuk lebih dari 5 tahun.
2. Saham
Saham juga menjadi primadona baru untuk instrumen investasi jangka panjang. Apalagi dengan perkembangan terkini yang memungkinkan investor untuk bisa investasi online, bahkan bisa juga ikut beli saham IPO. Jika kita dapat memilih saham yang sesuai dengan tujuan keuangan, bukan tak mungkin, saham bisa memberikan passive income loh di masa depan.
3. Reksa dana
Ini dia primadona instrumen bagi pemula, yang pengin mulai investasi sembari belajar dulu dan bisa dimulai dengan modal yang kecil. Dengan adanya manajer investasi, kamu tinggal fokus saja pada review secara berkala untuk melihat apakah pertumbuhannya sudah sesuai dengan harapan. Untuk investasi jangka panjang, pilihlah reksa dana saham atau campuran.
4. Properti
Ini dia instrumen investasi yang juga sudah jadi primadona sejak zamannya orang tua kita. Orang-orang zaman dulu kalau punya tabungan, kalau enggak emas, ya tanah. Betul? Namun, untuk berinvestasi properti, kamu akan butuh modal yang besar. Namun, imbal hasilnya juga sangat bisa diandalkan, apalagi jika nantinya akan menjadi sumber passive income.
Strategi Investasi Jangka Panjang yang Optimal
Setelah tahu pengertiannya, risiko, serta instrumennya, sekarang bagaimana caranya untuk bisa mulai investasi jangka panjang? Maunya sih ya, bisa optimal imbal hasilnya, plus bisa meminimalkan risikonya. Betul?
Beberapa hal ini bisa kamu lakukan.
1. Hitung kebutuhan
Jadi, berapa kebutuhan dana untuk bisa mencapai tujuanmu? Ini harus kamu hitung dulu sebelum kamu mulai memilih instrumennya. Jika tidak ada nominal kebutuhan dana, nantinya bisa jadi, kamu akan salah memilih instrumen yang kemudian akan membuat hasil investasinya kurang optimal.
2. Pilih yang sudah kamu pahami
Saat ini memang banyak sekali instrumen investasi baru yang tampak sangat canggih dan kekinian. Kalau nggak ikutan, rasanya kurang edgy.
Eits, tunggu dulu. Sebaiknya, hindari FOMO investasi. Investasi bukan soal edgy atau enggak, tapi soal kamu bisa mencapai tujuan keuangan atau tidak. Jadi, pilihlah instrumen yang memang sudah kamu pahami betul cara kerja dan risikonya, sehingga kamu bisa berinvestasi dengan benar.
3. Konsisten, disiplin, dan sabar
Namanya juga investasi jangka panjang, di tengah jalan pasti akan ada saja godaan. Kayak godaan healing, self reward, diskonan, dan sebagainya, itu bisa bikin kamu menyabotase investasimu. Karena itu, kamu harus konsisten, disiplin, dan sabar. Ingat kembali tujuan besarmu, mana kala kamu tergoda ini dan itu.
Yok, bisa yok!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!