Mengapa Banyak Karyawan Sulit Mengatur Cash Flow?
Mengelola cash flow adalah keterampilan penting yang sering kali diabaikan oleh karyawan. Kesulitan dalam mengatur arus kas bisa disebabkan oleh kurangnya edukasi keuangan, pengeluaran tak terduga, hingga gaya hidup konsumtif. Tanpa pemahaman yang memadai, merencanakan dan mengontrol pengeluaran menjadi tantangan besar.
Untuk membantu karyawan mengatasi masalah ini, berbagai strategi bisa diterapkan. Mulai dari meningkatkan edukasi keuangan, membuat rencana keuangan yang jelas, hingga mengadopsi gaya hidup yang lebih sederhana. Dengan langkah-langkah ini, stabilitas keuangan dapat dicapai dan tujuan finansial dapat terealisasi.
Table of Contents
Alasan Karyawan Sulit Atur Cash Flow
Memahami alasan karyawan sulit mengatur cash flow bisa memberikan wawasan penting untuk mengatasi masalah keuangan mereka. Berikut adalah beberapa alasan utama yang sering menjadi penyebab kesulitan dalam menjaga stabilitas keuangan.
1. Kurangnya Edukasi Keuangan
Banyak karyawan tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang dasar-dasar pengelolaan keuangan dan anggaran. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam merencanakan dan mengontrol pengeluaran mereka.
Akibatnya, mereka sering kali mengalami masalah dalam mengelola keuangan pribadi dan menjaga keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Edukasi keuangan yang baik bisa menjadi solusi untuk membantu karyawan meningkatkan pemahaman mereka dan mengelola keuangan dengan lebih efektif.
Baca juga: Tak Hanya Butuh Seminar Keuangan, Karyawan Juga Butuh 7 Hal Ini
2. Pengeluaran Tak Terduga
Biaya tak terduga seperti perbaikan rumah, masalah kesehatan, atau kerusakan kendaraan itu biasanya selalu datang tanpa peringatan. Tanpa perencanaan yang baik, pengeluaran ini bisa mengganggu keseimbangan cash flow yang sudah direncanakan. Dampaknya, bisa memicu stres keuangan dan menghambat pencapaian tujuan finansial jangka panjang.
Mengantisipasi dan menyisihkan dana khusus untuk pengeluaran tak terduga bisa membantu menjaga stabilitas keuangan.
3. Gaya Hidup Konsumtif
Kecenderungan untuk mengikuti gaya hidup konsumtif dapat menyebabkan pengeluaran melebihi pemasukan. Pengeluaran untuk barang-barang yang enggak penting atau yang sekadar FOMO bakalan mengganggu keseimbangan keuangan. Paling parah, hal ini dapat menyebabkan utang menumpuk dan kesulitan dalam mencapai tujuan keuangan.
Mengadopsi gaya hidup yang lebih sederhana dan fokus pada kebutuhan dibandingkan keinginan bisa membantu menjaga stabilitas keuangan.
4. Enggak Punya Rencana Keuangan
Tanpa adanya rencana atau anggaran bulanan yang jelas, sulit untuk mengontrol pengeluaran dan pendapatan. Akibatnya, cash flow bisa menjadi kacau dan tidak terarah.
Perencanaan keuangan yang baik memungkinkan kita untuk mengalokasikan dana secara tepat, memastikan kebutuhan terpenuhi, dan mencapai tujuan finansial. Tanpa rencana, kebocoran anggaran dan pengeluaran yang enggak terkendali bisa terjadi.
5. Pengelolaan Utang yang Buruk
Memiliki banyak utang dengan bunga tinggi dapat merusak cash flow. Ketika sebagian besar pemasukan dialokasikan untuk membayar bunga dan cicilan, maka hanya sedikit yang tersisa untuk kebutuhan lain—yang juga sangat penting. Hal ini bisa menyebabkan tekanan finansial yang signifikan dan menghambat pencapaian tujuan keuangan.
Strategi yang efektif termasuk mengurangi utang dengan bunga tinggi dan memprioritaskan pembayaran utang bisa membantu memperbaiki cash flow.
6. Penghasilan yang Enggak Stabil
Bagi karyawan yang penghasilannya tidak tetap atau bergantung pada komisi, merencanakan keuangan bisa menjadi tantangan besar. Ketidakpastian ini membuat sulit untuk menyusun anggaran yang konsisten. Dampaknya, mereka mungkin kesulitan untuk menabung, membayar utang, atau memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan aman.
Stabilitas keuangan menjadi sulit dicapai tanpa strategi pengelolaan yang bijak dan fleksibel.
7. Kurangnya Simpanan
Enggak punya dana darurat atau tabungan yang cukup bisa mengguncang cash flow saat kebutuhan mendesak muncul. Tanpa cadangan yang memadai, menghadapi situasi tak terduga menjadi sulit dan sering kali memaksa untuk berutang atau menunda pembayaran penting.
Membangun dana darurat adalah kunci untuk menjaga stabilitas finansial di tengah ketidakpastian.
Baca juga: Bagaimana Cara Training Keuangan Online Meningkatkan Literasi Finansial Karyawan?
Mengingat berbagai dampak yang bisa terjadi karena kesulitan mengatur arus keuangan, maka tak berlebihan kalau pemahaman tentang cash flow ini menjadi sangat penting. Bahkan, bisa dibilang, cash flow adalah pelajaran keuangan pertama yang harus dipelajari lebih dulu oleh karyawan, sebelum menginjak ke ilmu-ilmu yang lain.
Katakanlah mau investasi untuk dana pensiun, dana pendidikan anak, mengajukan KPR, semua harus diawali dengan cash flow yang lancar. Tanpa arus kas yang lancar, rasanya mustahil untuk mewujudkan semua tujuan keuangan tersebut. Setuju?
Karena itu, ayo belajar bareng QM Financial. Kenapa harus QM Financial? Karena:
- Tailored curriculum: Kurikulumnya berjenjang mengikuti kebutuhan karyawan
- Experiential learning: Belajarnya perpaduan presentasi, permainan, dan aktivitas
- Fun delivery: Penyampaiannya seru dan interaktif
So, yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
7 Dampak Pinjaman Online pada Produktivitas Karyawan – Bisa Se-Damage Itu!
Pinjaman online dianggap sebagai solusi cepat bagi banyak orang—termasuk karyawan—yang membutuhkan dana segera. Namun, ada dampak yang bisa muncul terkait pinjaman dana ini, apalagi jika ternyata karyawan yang bersangkutan enggak memiliki skill yang cukup untuk membayarnya kembali.
Terutama dampaknya pada produktivitas karyawan, hal yang fatal bisa terjadi. Berbagai aspek negatif dapat muncul ketika karyawan terjerat pinjaman online, mulai dari stres hingga penurunan kinerja di tempat kerja.
Table of Contents
Dampak Pinjaman Online terhadap Produktivitas Kerja Karyawan
Berikut adalah beberapa dampak pinjaman online pada produktivitas karyawan yang bisa terjadi jika karyawan yang bersangkutan terjerat. Pahami lebih dalam bagaimana pinjaman online tak hanya memengaruhi kondisi finansial, tetapi juga kesehatan mental dan hubungan profesional di lingkungan kerja.
1. Stres dan Kecemasan
Beban utang yang harus dibayar dapat meningkatkan tingkat stres karyawan. Beban pikiran mengenai bagaimana cara melunasi pinjaman bisa mengganggu konsentrasi saat bekerja, mengakibatkan penurunan produktivitas.
Kecemasan terus-menerus tentang kondisi keuangan dapat memengaruhi fokus dan efisiensi kerja sehari-hari. Tanpa penanganan yang tepat, stres dan kecemasan ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, serta hubungan dengan rekan kerja.
Baca juga: Pinjaman Online: Solusi Saat Butuh Dana Cepat?
2. Menurunnya Kualitas Kerja
Masalah keuangan dapat membuat karyawan sulit fokus pada tugas. Pikiran yang terganggu oleh utang mengakibatkan mereka jadi kurang konsentrasi, sehingga kualitas hasil kerja menurun.
Ketidakmampuan untuk fokus pada pekerjaan membuat produktivitas terganggu dan dapat berdampak buruk pada kinerja keseluruhan. Pada akhirnya, ya bisa memengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
3. Absensi dan Ketidakhadiran
Tekanan mental yang disebabkan oleh masalah keuangan dapat menyebabkan karyawan lebih sering izin sakit atau tidak hadir. Frekuensi ketidakhadiran ini meningkat karena karyawan mungkin merasa tertekan dan enggak mampu bekerja dengan baik.
Selain itu, ada kemungkinan karyawan harus mengambil cuti untuk mengurus masalah keuangan, seperti harus mengurus administrasi utang atau urusan lainnya. Situasi ini enggak hanya mengurangi produktivitas, tetapi juga dapat memengaruhi hubungan kerja dan beban tugas bagi rekan kerja lainnya.
4. Motivasi dan Semangat Kerja Menurun
Stres finansial dapat menyebabkan penurunan motivasi kerja. Ketika karyawan tertekan oleh masalah keuangan, semangat untuk berkontribusi maksimal di tempat kerja bisa menurun.
Mereka enggak termotivasi untuk mencapai target atau memberikan kinerja terbaiknya, karena beban pikirannya. Hal ini berdampak langsung pada produktivitas dan hasil kerja sehari-hari, karena tanpa motivasi, sulit bagi karyawan untuk tetap fokus dan bersemangat.
5. Hubungan dengan Rekan Kerja
Stres akibat masalah keuangan bisa menyebabkan perubahan perilaku, yang berdampak pada hubungan dengan rekan kerja. Ketegangan ini dapat muncul karena karyawan mungkin menjadi lebih mudah marah atau kurang sabar.
Akibatnya, potensi konflik di tempat kerja meningkat, mempengaruhi kerja sama tim dan suasana kerja. Situasi ini dapat menghambat komunikasi yang efektif dan menurunkan produktivitas.
Cuma karena pinjaman online satu orang, sekantor jadi kena efek. Pastinya, ini adalah hal yang sangat mengganggu dan bisa mengancam keberlangsungan bisnis perusahaan.
6. Dampak Kesehatan
Stres berkepanjangan akibat masalah keuangan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti sakit kepala dan gangguan tidur. Gangguan ini berpengaruh negatif pada kondisi fisik karyawan, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas kerja.
Karyawan yang enggak cukup tidur atau sering sakit kepala sulit untuk fokus dan memberikan performa terbaik mereka di tempat kerja.
7. Ketergantungan pada Pinjaman Lain
Permasalahan pinjaman online ini rata-rata memang tak berhenti di hanya satu aplikasi. Banyak orang terjerat pinjol di beberapa aplikasi sekaligus. Bahkan pernah ada kasus satu orang terlibat puluhan aplikasi.
Rata-rata dari mereka yang terjerat banyak aplikasi ini masalahnya sama: ambil pinjaman baru guna melunasi pinjaman sebelumnya, hingga menciptakan lingkaran setan utang. Menutup lubang dengan menggali lubang yang justru lebih dalam.
Akhirnya ada ketergantungan di situ. Ketergantungan ini enggak hanya memperburuk kondisi finansial, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan mental. Stres terus-menerus dari beban utang yang menumpuk bisa mengurangi produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dampak pinjaman online memang bisa sangat fatal bagi produktivitas karyawan. Solusi terbaik bukan hanya yang bisa diterapkan saat karyawan sudah terjerat pinjaman online, tetapi juga langkah pencegahan yang dilakukan sebelumnya sangat penting. Salah satunya adalah memberikan edukasi keuangan kepada karyawan.
Baca juga: Ciri Aplikasi Pinjaman Online Legal: Yuk, Perhatikan dan Ingat-Ingat!
QM Financial menawarkan program kelas keuangan dengan kurikulum yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, termasuk untuk mencegah karyawan terjerat pinjaman online. Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Segera undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang juga!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengenal Money Dysmorphia: Gangguan Persepsi Keuangan yang Sering Terabaikan
Pernah dengar money dysmorphia? Sepertinya istilah ini asing ya, tetapi kalau kamu paham maksudnya, bisa jadi kemudian kamu akan merasa banyak menjumpai fenomena ini di sekitar kamu. Atau, lebih parah, kamu sendiri mengalaminya.
Money dysmorphia dapat memengaruhi banyak orang dalam cara mereka melihat dan mengelola keuangan pribadi. Gangguan ini menyebabkan distorsi dalam persepsi keamanan finansial. Orang yang mengalami “penyakit” ini bisa merasa terlalu miskin atau terlalu kaya dibandingkan dengan realita yang sebenarnya.
Dalam dunia yang semakin terobsesi dengan gambaran kekayaan dan status sosial, penting untuk memahami bagaimana money dysmorphia dapat memengaruhi pengambilan keputusan keuangan dan kesejahteraan emosional.
Memisahkan fakta dan perasaan tentang uang bisa menjadi langkah pertama untuk menghadapi dan mengelola kondisi ini dengan lebih efektif.
Table of Contents
Apa Maksudnya Money Dysmorphia?
Mengutip secara bebas artikel dari The New York Times, money dysmorphia adalah kondisi psikologis pada seseorang yang membuatnya memiliki persepsi yang terdistorsi—atau berbeda—tentang situasi keuangannya sendiri.
Orang dengan money dysmorphia mungkin merasa punya lebih sedikit uang daripada kenyataannya, atau sebaliknya, merasa lebih kaya daripada kondisi finansial sebenarnya.
Kondisi ini lantas bisa menyebabkan kecemasan, perilaku pengeluaran yang tidak sehat, dan kesulitan dalam mengelola keuangan secara efektif. Gangguan ini sering terkait dengan masalah harga diri dan bisa dipengaruhi oleh tekanan sosial atau pengalaman masa lalu.
Baca juga: Stop Mental Miskin: Ini Cara Kamu Berdaya dan Berhenti Merendahkan Diri Sendiri
Apa yang Menyebabkan Money Dysmorphia?
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami money dysmorphia. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Pengalaman Masa Kecil
Pengalaman keuangan di masa kecil, seperti melihat orang tua yang sering cemas atau bergumul dengan masalah keuangan, bisa memengaruhi cara seseorang memandang uang saat dewasa.
2. Tekanan Sosial
Media sosial memang menjadi “pemicu” utama money dysmorphia ini di zaman sekarang. Adanya tekanan untuk memenuhi standar kekayaan atau gaya hidup tertentu bisa membuat seseorang merasa enggak cukup berkecukupan, meskipun kenyataannya enggak begitu.
Kalau kata netijen teh, “Enggak bersyukur!”
Terus-menerus membandingkan situasi keuangan dengan orang lain yang tampak lebih sukses atau stabil di media sosial seperti ini sangat bisa menimbulkan persepsi yang terdistorsi tentang keadaan finansial sendiri.
3. Masalah Kejiwaan
Gangguan kecemasan atau depresi juga bisa memengaruhi cara seseorang mempersepsikan realitas, termasuk kondisi keuangan mereka. Delulu, kalau kata gen Z.
4. Kurangnya Pendidikan Keuangan
Kurangnya pemahaman tentang pengelolaan uang dan perencanaan keuangan juga bisa menimbulkan money dysmorphia ini. Orang jadi merasa enggak aman atau enggak yakin tentang kondisi keuangannya sendiri, karena mereka tak terbiasa mencatat keuangan, enggak pernah financial check up.
5. Pengalaman Traumatis Terkait Uang
Misalnya seperti pernah kehilangan pekerjaan, sempat punya utang yang besar, atau mengalami kebangkrutan. Hal-hal seperti ini bisa meninggalkan trauma yang memengaruhi cara seseorang berpikir tentang uang dan keamanan finansial.
Nah, jika kamu mengalami money dysmorphia seperti ini, memahami penyebab timbulnya ini menjadi penting. Pasalnya, dengan begitu, kamu bisa mengidentifikasi cara-cara yang tepat dalam mengatasinya. Bahkan kalau perlu, kamu bisa menacri konseling keuangan atau terapi psikologis.
Dampak dari Money Dysmorphia
Tak bisa disepelekan, dampak money dysmorphia bisa sangat negatif. Bahkan, tak cuma untuk diri sendiri, tetapi juga cukup luas, baik secara finansial maupun psikologis, dan bisa melibatkan orang lain juga. Misalnya seperti apa?
1. Perilaku Pengeluaran yang Buruk
Kecenderungan ini bisa membuat pengeluaran menjadi berlebihan karena merasa enggak pernah cukup. Atau, bisa juga terjadi penghematan ekstrem dalam belanja karena takut kehabisan uang, bahkan jika finansialnya stabil.
2. Kecemasan dan Stres
Kamu jadi punya kekhawatiran yang konstan tentang uang, baik nyata maupun hanya di bayanganmu saja. Hal ini kalau dibiarkan berlarut-larut dapat menyebabkan stres berat dan akhirnya memengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.
3. Dampak pada Hubungan
Ketidakstabilan dalam cara memandang keuangan juga dapat menyebabkan konflik dengan pasangan, keluarga, atau teman. Terutama jika perilaku keuangan yang buruk berdampak pada orang lain.
4. Enggak Mau Mengelola Keuangan
Muncul akibat kurangnya edukasi keuangan, ditambah lagi dampak bahwa kamu semakin menghindari pengelolaan keuangan karena takut atau cemas. Akibatnya ya bisa diduga, akan ada potensi masalah keuangan yang lebih besar, seperti utang tidak terkontrol atau kurangnya tabungan untuk masa depan.
5. Dampak Karier
Munculnya masalah mengenai persepsi uang ini juga bisa menghalangi kamu dari menjalani karier yang sehat. Bahkan, malah bisa mendorong kamu untuk bekerja berlebihan. Keduanya ini dapat merusak kesejahteraan jangka panjang loh!
6. Masalah Kesehatan Fisik
Pada akhirnya, semua stres yang ditimbulkan akan berpengaruh juga pada masalah kesehatan fisik, seperti sakit kepala, masalah pencernaan, atau tekanan darah tinggi.
Mengatasi money dysmorphia akan memerlukan pendekatan menyeluruh. Tetapi yang pasti, kamu memang kudu sadar dulu bahwa kamu mengalaminya.
Apa yang Harus Dilakukan agar Tak Harus Mengalami Money Dysmorphia?
Untuk menghindari atau mengelola money dysmorphia, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Edukasi Keuangan
Meningkatkan pengetahuan tentang manajemen keuangan, investasi, dan perencanaan keuangan dapat membantumu merasa lebih percaya diri dan mengendalikan keuangan pribadi kamu.
So, coba ceki-ceki kelas keuangan yang QM Financial tawarkan ya. Kamu bisa memilih kelas yang paling kamu butuhkan lebih dulu sekarang, agar bisa terhindar dari money dysmorphia. Akan lebih bagus lagi jika kamu ikut kelas secara berkelanjutan, dari kelas basic hingga mencapai kelas advanced, agar pengetahuan keuanganmu bisa berkembang optimal.
2. Pengaturan Anggaran
Buat rencana keuangan, terutama buat tujuan keuangan kamu. Dengan adanya tujuan keuangan, kamu bisa lebih tahu kebutuhan uang yang kamu perlukan sehingga tak lagi delulu mengenai kondisi keuanganmu.
Membuat dan mematuhi anggaran yang realistis dapat membantumu merasa lebih terkontrol atas keuangan pribadi kamu dan mengurangi kecemasan.
3. Meditasi dan Mindfulness
Belajar praktik-praktik meditas dan mindfulness. Kamu bisa mencarinya di YouTube, ada banyak video yang bisa kamu praktikkan sebagai pemula.
Praktik ini bisa mengurangi stres dan membantumu menjaga perspektif yang lebih seimbang tentang keuangan dan kekayaan.
4. Menghindari Perbandingan Sosial
Kurangi deh waktu di media sosial. Kalau di Instagram, kamu bisa mengatur berapa jam dalam sehari yang boleh kamu habiskan untuk scroll.
Cobalah untuk fokus pada tujuan pribadi daripada membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Dengan begitu, kamu dapat mengurangi perasaan enggak pernah cukup tersebut.
5. Mengakui dan Mengelola Emosi
Mengenali bagaimana emosi memengaruhi keputusan keuangan dan belajar cara mengelola emosi tersebut bisa mengurangi pengambilan keputusan keuangan yang didorong oleh kecemasan atau ketakutan.
Untuk bisa melakukannya, kamu bisa menemukan orang yang tepat untuk diajak ngobrol. Berbicara tentang kekhawatiran keuangan dengan keluarga atau teman dapat membantu mengurangi beban emosional dan memberikan perspektif baru yang bisa jadi lebih objektif untukmu.
Baca juga: Sudah Saatnya Kita Perhatikan Kesehatan Mental, Fisik, dan Finansial secara Seimbang
Memahami money dysmorphia dan dampaknya memberikan kesempatan untuk mengubah cara pengelolaan keuangan dengan lebih sehat. Dengan pendekatan yang tepat, gangguan ini bisa ditangani, membuka jalan menuju kesehatan finansial dan emosional yang lebih baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Strawberry Generation dan 7 Masalah Keuangan yang Dihadapi
Beberapa waktu yang lalu, viral sebuah cuitan di platform X dari seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang konon terganggu kesehatan mentalnya karena kuliah. Dari cuitan ini, lantas mengemukalah istilah strawberry generation.
Apakah kamu sudah tahu apa arti strawberry generation ini? Atau, apakah kamu termasuk di dalamnya?
Table of Contents
Siapa Itu Strawberry Generation?
Dikutip dari situs DJKN Kemenkeu, istilah generasi strawberry pertama kali muncul di Taiwan untuk menggambarkan generasi yang lahir sekitar tahun 1990-an. Nama ini diberikan karena generasi ini dianggap berkarakter seperti buah stroberi; tampak cantik dari luar tetapi “rapuh” atau mudah “memar” alias enggak tahan banting saat menghadapi tekanan.
Istilah ini sering kali mengacu pada beberapa karakteristik berikut:
- Generasi stroberi tumbuh dalam era kemajuan teknologi, sehingga mereka sangat familier dengan perangkat digital dan internet.
- Banyak dari mereka memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.
- Mereka cenderung memiliki harapan yang tinggi terhadap karier dan kehidupan kerja.
- Mereka lebih mengutamakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
- Mereka dianggap lebih sensitif terhadap kritik dan kesulitan dibandingkan generasi sebelumnya.
Baca juga: Perbedaan Cara Perencanaan Keuangan Generasi X, Millenials, dan Gen Z
Penyebab Munculnya Strawberry Generation
Prof. Renald Kasali, dalam bukunya Strawberry Generation, menganalisis fenomena strawberry generation ini untuk mencegahnya menjadi seperti tren flexing atau crazy rich palsu. Ada beberapa penyebab mengapa fenomena ini muncul.
Yang pertama adalah self-diagnosis yang terlalu cepat tanpa melibatkan ahli. Generasi muda sekarang sangat cerdas, mampu menyerap informasi dari media sosial dengan cepat. Namun, informasi tersebut sering tidak tepat dan mereka mencoba mencocokkan apa yang terjadi pada diri mereka dengan apa yang mereka baca di media sosial.
Akibatnya, muncul kesimpulan bahwa mereka stres, tertekan, atau bahkan depresi, lalu merasa butuh “healing.” Padahal, istilah yang lebih tepat sering kali adalah “refreshing.”
Penyebab yang lain, masih menurut Prof. Rhenald Kasali, adalah kehidupan sekarang umumnya lebih makmur dibandingkan beberapa dekade lalu. Tumbuh dalam keluarga sejahtera adalah berkah, tetapi ada konsekuensinya. Orang tua dalam keluarga sejahtera cenderung memenuhi semua keinginan anak-anak mereka. Sering kali, mereka menggantikan waktu bersama dengan uang atau barang, padahal perhatian langsung tidak bisa digantikan. Selain itu, orang tua sekarang jarang memberikan konsekuensi atas kesalahan anak-anak mereka.
Kesalahan lain yang dilakukan orang tua adalah menetapkan ekspektasi yang tidak realistis. Anak-anak sering disebut sebagai princess, prince, atau yang paling hebat. Kenyataannya, di luar rumah, mereka akan menghadapi tantangan yang lebih besar dan menemukan orang lain yang lebih pintar.
Akibatnya, mereka lebih mudah kecewa dan tersinggung saat menghadapi kenyataan yang berbeda dari apa yang biasa mereka terima di rumah.
Masalah Keuangan yang Sering Dihadapi Strawberry Generation
Dari beberapa kebiasaan dalam hidup, akhirnya generasi strawberry juga sering menghadapi berbagai masalah keuangan. Penyebabnya juga beragam, terutama karena adanya beberapa faktor unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Berikut adalah beberapa masalah keuangan yang umum dihadapi oleh generasi ini.
1. Gaya Hidup Konsumtif
Generasi ini cenderung lebih konsumtif dan mengutamakan gaya hidup yang lebih mewah, seperti sering makan di luar, traveling, dan membeli barang-barang elektronik terbaru. Terutama sih yang dilakukan atas nama “healing” atau “self reward”. Hal ini bisa menyebabkan pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan.
Baca juga: 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet
2. Kurangnya Investasi dan/atau Tabungan
Banyak dari mereka yang enggak memiliki pengetahuan atau kesadaran tentang pentingnya tabungan dan investasi untuk masa depan, sehingga mereka kurang mempersiapkan dana pensiun atau investasi jangka panjang. Ya, gimana mau nabung kan, kalau gaya hidup saja masih konsumtif?
3. Ketergantungan pada Utang Konsumtif
Ya, lagi-lagi persoalan konsumtif. Mungkin ini ada hubungannya dengan kebiasaan generasi ini yang sudah menikmati lebih banyak hal enak dalam hidup, seperti yang dijelaskan oleh Prof. Rhenald Kasali.
Sejak kecil ada yang sudah tahu cara menggunakan kartu kredit, atau paylater. Bebas dipakai, karena pelunasan jadi tanggung jawab orang tua. Padahal, ke depannya, penggunaan kartu kredit dan pinjaman pribadi yang berlebihan dan enggak bijak untuk membiayai gaya hidup bisa menyebabkan masalah utang yang serius.
4. Pasar Kerja yang Kompetitif
Meskipun memiliki pendidikan tinggi, para strawberry generation ini sering menghadapi pasar kerja yang sangat kompetitif dan sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan gaji dan posisi. Padahal, mereka maunya ya bisa mendapatkan work-life balance. Akibatnya, banyak strawberry generation yang enggak bisa segera mandiri secara keuangan.
5. Kurangnya Tabungan Darurat
Banyak dari strawberry generation yang enggak memiliki dana darurat yang memadai, sehingga rentan terhadap kejadian tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau keadaan darurat kesehatan.
6. Kenaikan Biaya Hidup
Biaya hidup yang semakin tinggi, termasuk biaya perumahan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Kondisi politik, inflasi, dan banyak faktor lain ikut berperan. Konon, milenial adalah generasi yang sulit punya rumah, strawberry generation kemungkinan juga harus berjuang lebih keras untuk punya rumah di masa depan.
7. Kurangnya Edukasi Keuangan
Banyak dari mereka yang belum sadar bahwa edukasi keuangan itu penting banget. Padahal sebenarnya sumber dayanya mencukupi, karena strawberry generation itu sangat melek teknologi dann informasi. Namun, menjadikan keuangan sebagai hal yang less priority membuat mereka menunnda untuk belajar keuangan. Akibatnya banyak di antara strawberry generation yang enggak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengelola keuangan pribadi dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
61% Orang Tua Masih Support Finansial pada Anak Dewasa, Apa Kabar Kemandirian Finansial?
Kalau kamu sudah dapat mencapai kemandirian finansial saat ini, itu bisa dianggap kamu punya privilege lo!
Enggak percaya? Nih, ada artikel dari Marketwatch yang menyebutkan, bahwa tersebut dalam sebuah survei, mayoritas orang tua membantu anak mereka yang sudah dewasa secara finansial, terutama dalam biaya perumahan.
Ya, meskipun surveinya dilakukan di Amerika, tidak menutup kemungkinan fenomena yang sama terjadi di Indonesia, ya kan?
Disebutkan, bahwa tren ini menjadi bukti bahwa biaya hidup saat ini memang sangat tinggi, dan terjadi ketimpangan kekayaan antargenerasi.
Dalam survei tersebut, didapatkan data bahwa ada sebanyak 61% orang tua membantu anak-anak mereka yang sudah dewasa secara finansial. Menurut data dari Bankrate, di antara responden berusia 23 tahun ke atas yang menerima atau masih menerima support finansial dari orang tua, 37% di antaramya mendapat bantuan untuk pembayaran sewa rumah atau tinggal dengan sewa yang dikurangi atau gratis. Selain itu, 17% menerima bantuan untuk membeli rumah pertama mereka.
Enggak cuma itu. 48% responden menyatakan menerima support finansial secara berkelanjutan untuk biaya sehari-hari seperti belanja bahan makanan dan membayar utilitas. Ada juga 21% yang mendapat bantuan dalam melunasi atau membayar utang.
Kemandirian Finansial = Privilege
So, sampai di sini setuju kan, kalau kita bilang, bahwa bisa mandiri finansial itu privilege? Selamat buat kamu yang sekarang sudah mencapai kemandirian finansial; sudah bisa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa uluran tangan orang lain.
Menjadi mandiri secara finansial berarti memiliki cukup sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tanpa bergantung pada orang lain, seperti keluarga atau bantuan pemerintah.
Kapan seseorang seharusnya sudah bisa mandiri secara finansial bisa bervariasi, tetapi beberapa panduan umum adalah sebagai berikut.
1. Setelah Pendidikan
Idealnya, seseorang mulai berusaha membangun kemandirian finansial setelah menyelesaikan pendidikan formal mereka, baik itu sekolah menengah atau pendidikan tinggi. Ini biasanya berkorelasi dengan memasuki pasar tenaga kerja.
2. Awal Karier
Masa-masa awal karier merupakan waktu yang baik untuk mulai membangun kemandirian finansial. Di fase ini, seseorang seharusnya sudah belajar membuat anggaran, menabung, dan berinvestasi, bahkan dengan pendapatan yang masih relatif rendah.
3. Usia 20-an hingga 30-an
Pada dekade ini, banyak orang bekerja untuk mencapai stabilitas finansial. Mencapai kemandirian di tahap ini dapat memberi seseorang keuntungan jangka panjang dalam hal akumulasi kekayaan dan keamanan finansial.
Baca juga: 5 Tanda Mandiri secara Finansial
Upaya Mencapai Kemandirian Finansial
Penting untuk mengakui bahwa setiap orang memiliki kecepatan dan kondisi keuangan yang berbeda, dan kemandirian finansial dapat tercapai pada waktu yang berbeda-beda untuk setiap orang. Faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, tanggung jawab keluarga, dan keberuntungan juga memainkan peran penting.
Tapi, ya pada akhirnya, setiap orang seharusnya sampai ke titik harus mandiri finansial, apa pun kondisinya. Ya masa sih, sudah usia produktif, energinya banyak, badan kuat, masih di-support finansial sama orang tua?
Untuk mencapai kemandirian finansial dan enggak lagi bergantung pada orang tua, ada beberapa langkah strategis yang bisa diikuti.
1. Buat Anggaran
Mulai dengan membuat anggaran yang detail untuk melacak pendapatan dan pengeluaran. Ini membantu dalam mengidentifikasi ke mana saja uangmu pergi dan di mana saja kamu bisa menghemat.
2. Pendapatan Mandiri
Carilah sumber pendapatan yang stabil. Jika pekerjaan penuh waktu belum tersedia, pertimbangkan pekerjaan paruh waktu, freelance, atau gig economy untuk memulai menghasilkan pendapatan.
3. Hidup Hemat
Kurangi pengeluaran yang tidak perlu. Prioritaskan kebutuhan atas keinginan, dan cari cara untuk menghemat biaya sehari-hari, seperti memasak di rumah daripada makan di luar.
4. Bayar Utang
Jika kamu memiliki utang, buatlah rencana pembayaran yang efektif. Utang dengan bunga tinggi harus menjadi prioritas untuk dibayar terlebih dahulu.
5. Dana Darurat
Mulailah membangun dana darurat. Idealnya, dana ini harus cukup untuk menutupi biaya hidup 3-6 bulan jika terjadi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau masalah kesehatan.
6. Investasi
Setelah memiliki tabungan yang cukup, mulailah berinvestasi. Investasi bisa membantu mengembangkan asetmu dan menyediakan sumber pendapatan pasif di masa depan.
7. Edukasi Keuangan
Tingkatkan pengetahuan tentang keuangan. Pelajari tentang pengelolaan uang, investasi, dan perencanaan keuangan melalui buku, kursus, atau sumber daya online. Seperti ikut kelas-kelas keuangan QM Financial, contohnya.
8. Buat Rencana Keuangan
Tentukan tujuan finansialmu, baik jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang. Setiap tujuan finansial adalah motivasi agar kamu bisa semakin mandiri secara finansial.
9. Bertanggung Jawab Finansial
Bertanggung jawab atas keuangan kamu sendiri. Ini termasuk membayar tagihan tepat waktu, menghindari utang konsumtif, dan membuat keputusan yang cerdas secara finansial.
Baca juga: Jalan Menuju Mandiri Finansial di Usia 20-an: Jangan Insecure!
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kamu akan semakin dekat untuk mencapai kemandirian finansial dan enggak lagi mengandalkan dukungan keuangan dari orang tua.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Finansial dengan Menggunakan 4 Fintech untuk Pemula
Belajar finansial merupakan langkah awal yang penting dalam mengelola keuangan pribadi dengan bijak. Di era digital saat ini, teknologi keuangan, atau fintech, telah menjadi alat bantu yang tidak tergantikan dalam memudahkan proses pembelajaran ini.
Dengan berbagai aplikasi dan platform yang dirancang untuk menyederhanakan dan mendemokratisasi akses ke informasi keuangan, fintech membuka peluang bagi pemula untuk memperoleh pengetahuan finansial yang sebelumnya mungkin terasa rumit dan sulit diakses.
Table of Contents
Apa Itu Teknologi Keuangan (Fintech)?
Teknologi keuangan, atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘fintech’, merupakan gabungan dari kata ‘financial’ dan ‘technology’. Konsep ini merujuk pada penggunaan inovasi teknologi dalam desain dan pengiriman layanan serta produk keuangan.
Fintech enggak hanya merombak cara institusi keuangan tradisional beroperasi tetapi juga cara individu berinteraksi dengan aspek keuangan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sejarah Fintech bisa ditelusuri kembali ke era awal komputerisasi pada akhir tahun 1950-an dan 1960-an, saat pertama kali teknologi mulai diintegrasikan ke dalam sistem perbankan. Namun, transformasi signifikan terjadi dengan kemunculan internet dan teknologi mobile di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21.
Sejak itu, fintech telah berkembang pesat, mencakup berbagai aspek mulai dari pembayaran digital, transfer uang, pinjaman peer-to-peer, hingga manajemen kekayaan dan investasi.
Dampak fintech pada sektor keuangan akhirnya menjadi begitu luas. Hal ini lantas mendorong bank dan lembaga keuangan lainnya untuk berinovasi dan beradaptasi dengan teknologi baru. Selain itu, fintech juga telah memainkan peran kunci dalam meningkatkan inklusi keuangan dengan menyediakan layanan keuangan kepada populasi yang sebelumnya tidak terjangkau oleh sistem perbankan tradisional.
Hal ini akhirnya menciptakan lingkungan yang lebih demokratis untuk akses ke layanan keuangan. Siapa saja yang memiliki smartphone dan koneksi internet dapat mengakses berbagai layanan keuangan dengan mudah dan cepat.
Singkatnya, fintech memang merevolusi industri keuangan.Enggak hanya dalam cara layanan keuangan disampaikan dan dikonsumsi, tetapi juga dalam membuka peluang bagi inovasi dan inklusi keuangan yang lebih besar.
Alat Bantu Fintech untuk Belajar Finansial
Nah, beruntunglah kita di zaman sekarang yang mau mulai belajar finansial. Mengapa? Karena ada banyak sekali produk fintech yang bisa kita manfaatkan. Mau ngapain saja, jadi lebih mudah.
Jenis produk apa saja yang bisa kita manfaatkan untuk belajar finansial?
1. Aplikasi Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran
Aplikasi perencanaan dan pengelolaan anggaran menjadi salah satu contoh terbaik sebagai alat untuk belajar finansial. Umumnya, aplikasi ini memiliki antarmuka yang user-friendly dan fitur analisis yang canggih, sehingga dapat membantu pengguna menetapkan anggaran, melacak pengeluaran, dan bahkan memberikan saran untuk pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Pastinya dengan begini, kamu dapat terbantu untuk mengembangkan kebiasaan finansial yang sehat dan membuat perencanaan keuangan pribadi yang realistis sesuai dengan tujuan keuangan kamu.
2. Platform Investasi
Banyak platform investasi online berkembang, sekaligus menyediakan edukasi investasi yang bisa jadi media bagi pemula untuk belajar finansial dan langsung praktik.
Melalui platform-platform ini, pengguna dapat belajar tentang berbagai aspek investasi, dari saham hingga obligasi, bahkan kripto, seraya memiliki kesempatan untuk berinvestasi dengan modal yang terjangkau. Edukasi yang disediakan oleh platform ini umumnya dalam bentuk tutorial interaktif, webinar, dan artikel yang membantu pemula memahami dasar-dasar investasi dan mengembangkan strategi yang cocok untuk mereka.
Apakah kamu juga sudah menginstal salah satu aplikasi investasi online seperti ini di smartphone-mu? Bagaimana manfaatnya untuk kamu? Bisa optimal kan?
3. Aplikasi Perbankan dan E-Wallet
Aplikasi perbankan sekarang umumnya sudah dilengkapi dengan fitur yang memungkinkan pemantauan transaksi secara real-time. Dengan begitu, kita jadi lebih mudah memahami dan mempelajari alur keuangan kita.
Dengan kemampuan untuk melihat uang masuk dan keluar, kita bisa mendapatkan insight penting untuk mengelola dinamika cash flow pribadi kita. Kita jadi lebih mudah untuk mengawasi anggaran bulanan serta tujuan tabungan, menjadikan aplikasi perbankan ini bukan hanya alat transaksi tetapi juga mentor finansial pribadi.
Di sisi lain, e-wallet atau dompet digital, juga telah merevolusi cara transaksi dengan menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam berbagai pembayaran. Buat pemula, e-wallet bisa memberikan pengalaman praktis dalam mengelola uang digital yang kini menjadi bagian esensial dari hidup kita.
Salah satunya—mirip dengan aplikasi perbankan—yaitu tersedianya fitur pelacakan pengeluaran di aplikasi e-wallet. Fitur ini dapat membantu kita untuk memahami kebiasaan pengeluaran kita, membantu kita menyusun anggaran yang efektif.
4. Simulator dan Aplikasi Gamifikasi Edukasi Keuangan
Simulator pasar saham dan berbagai aplikasi gamifikasi edukasi keuangan bisa menawarkan cara yang unik dan menarik untuk mempelajari dunia keuangan.
Melalui simulasi yang realistis dan menantang, kita bisa mendapatkan gambaran riil dinamika pasar saham. Dengan begitu, kita pun bisa belajar bagaimana membuat keputusan investasi tanpa risiko kehilangan uang sungguhan.
So, ini enggak cuma bisa memberikan pengalaman praktis yang berharga banget, tetapi juga memperkaya pemahaman pengguna tentang pasar keuangan dan strategi investasi.
Tantangan Penggunaan Fintech untuk Belajar Finansial
Yes, teknologi keuangan, yang dikenal sebagai fintech, telah membuka peluang baru dalam belajar dan mengelola keuangan pribadi. Meski demikian, ada beberapa tantangan dan batasan yang perlu dihadapi, terutama bagi para pemula dalam dunia keuangan.
Apa saja?
1. Isu Keamanan dan Privasi Data
Salah satu tantangan terbesar dalam penggunaan fintech adalah terkait keamanan dan privasi data.
Dengan meningkatnya transaksi online, risiko kebocoran data pribadi dan keuangan menjadi sebuah kekhawatiran serius. Aplikasi fintech menyimpan informasi sensitif seperti detail bank, catatan transaksi, dan data pribadi lainnya. Sementara banyak platform fintech menggunakan enkripsi dan protokol keamanan canggih, tidak ada sistem yang sepenuhnya kebal dari serangan siber.
Kita sebagai pengguna harus waspada terhadap risiko ini dan memastikan bahwa kita hanya menggunakan aplikasi yang memiliki rekam jejak keamanan yang baik.
2. Batasan Akses dan Literasi Digital
Akses ke teknologi keuangan juga sering terkendala oleh batasan literasi dan infrastruktur digital.
Meskipun fintech telah berkembang pesat, masih banyak orang, terutama di daerah terpencil atau di antara kelompok usia tertentu, yang tidak memiliki kemampuan atau sarana untuk mengakses layanan ini.
Kurangnya pengetahuan tentang cara menggunakan teknologi ini atau kurangnya akses ke perangkat yang diperlukan menjadi penghalang yang signifikan. Hal ini berpeluang menciptakan kesenjangan digital lantaran sebagian masyarakat tidak bisa memanfaatkan sepenuhnya manfaat fintech dalam pengelolaan keuangan mereka.
3. Pentingnya Memilih Sumber Informasi yang Kredibel
Dalam era informasi yang melimpah, tantangan lain yang dihadapi dalam belajar finansial adalah memastikan bahwa informasi yang diperoleh melalui platform fintech adalah akurat dan kredibel.
Pasalnya, internet dipenuhi dengan berbagai sumber informasi, dan tidak semuanya dapat diandalkan. Dalam konteks belajar finansial, informasi yang salah atau menyesatkan bisa berakibat serius. Termasuk ketika membuat keputusan investasi yang buruk atau pengelolaan keuangan yang tidak efektif.
So, adalah penting untuk melakukan riset menyeluruh dan memilih sumber yang memiliki reputasi baik dan dapat dipercaya.
Fintech, tanpa diragukan lagi, telah mengubah cara kita belajar finansial. Namun, seperti semua teknologi, ia datang dengan tantangan dan batasan. Dengan demikian, semua kembali pada kita, sebaik apa kebijakan kita untuk memanfaatkan semua alat yang sudah tersedia ini agar bisa memberikan nilai tambah bagi diri sendiri.
Jadi, gimana? Siap untuk belajar finansial lebih dalam tahun ini?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menjadi Support System untuk Korban Pinjol
Lagi-lagi, korban pinjol semakin banyak, bahkan semakin menyedihkan. Enggak tega banget baca beritanya yang akhir-akhir ini beredar di media sosial maupun media online mainstream.
Korban pinjol sering kali menghadapi beban emosional dan finansial yang sangat berat. Bukan hanya tekanan untuk membayar utang yang menumpuk, tetapi juga stigma sosial, rasa malu, dan tekanan psikologis yang datang bersamaan dengan status tersebut.
Pada banyak kasus, metode penagihan yang kasar dan tidak etis memperparah kondisi mereka, mendorong mereka ke dalam spiral ketidakpastian dan ketakutan yang tampaknya tak ada akhirnya.
Di tengah kesulitan ini, peran keluarga dan komunitas menjadi sangat krusial. Dengan dukungan yang tepat, korban pinjol dapat menemukan jalan keluar dari lingkaran masalah keuangan dan kembali ke jalur yang benar.
Sebagai bagian dari jaringan sosial mereka, kita juga memiliki tanggung jawab moral untuk berdiri di samping mereka, memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan untuk menghadapi dan mengatasi tantangan yang dihadapi.
Dampak Psikologis yang Biasanya Dirasakan oleh Korban Pinjol
Dampak pinjol tidak hanya terbatas pada masalah finansial. Di balik angka dan tagihan yang menumpuk, terdapat beban psikologis yang mendalam yang kerap diabaikan. Inilah justru kadang yang berakibat fatal.
Rasa Malu
Dampak psikologis yang pertama adalah timbulnya perasaan malu.
Cerita ini sudah bukan rahasia lagi, bahwa debt collector sering kali menggunakan teknik-teknik menakutkan, merendahkan, atau ancaman untuk memperoleh pembayaran. Bayangkan jika ini dilakukan di depan umum, karena enggak jarang debt collector mendatangi kantor atau bahkan rumah, dan membuat kegaduhan.
Hal ini akan memicu perasaan tidak nyaman dan ketakutan pada peminjam, seolah-olah mereka sedang dinilai oleh sekeliling. Perasaan tersebut bisa menimbulkan efek buruk bagi kesejahteraan psikologis peminjam dan menghambat rutinitas harian mereka.
Rasa Takut
Perlakuan keras debt collector bisa memicu tingkat kecemasan dan tekanan yang besar bagi peminjam. Peminjam yang terus-menerus mendapatkan ancaman dan tindakan menakutkan bisa merasakan beban psikis yang mendalam.
Kondisi tekanan ini bisa mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis peminjam, seperti kesulitan tidur, perubahan pola makan, hingga berkurangnya kemampuan konsentrasi.
Rasa Putus Asa
Ketika seseorang diteror secara terus menerus, maka akan muncul perasaan tidak berdaya. Rasa optimismenya akan hilang. Pada akhirnya, mereka akan merasa seakan-akan tidak ada solusi untuk masalah keuangan mereka.
Perasaan putus asa muncul, hingga bisa saja berakibat paling buruk: rasa tidak berharga dan tak merasa ada gunanya untuk hidup.
Keadaan depresi dan krisis emosi inilah yang membutuhkan pendekatan hati-hati serta dukungan yang komprehensif dari orang-orang di sekitarnya.
Rasa Terisolasi
Reperkusi psikologis dari tindakan debt collector yang kasar dan keras bisa memengaruhi relasi sosial peminjam. Peminjam yang berada di bawah beban tekanan dan stres karena penagihan yang tidak manusiawi akan cenderung menjauhkan diri dari pergaulan.
Dari banyak kasus yang terjadi, rata-rata memang menarik diri dari keluarga, dari lingkaran pertemanannya. Sepertinya ini adalah akibat akumulasi dari rasa malu, takut, putus asa, dan berbagai rasa negatif lainnya. Namun, dengan menarik diri, justru beban psikologis semakin menjadi. Akibatnya, korban pinjol ini kesulitan mendapat sokongan emosi saat menghadapi tantangan finansial.
Support System untuk Korban Pinjol
So, memang sedih ya, kalau ada orang terdekat yang menjadi korban pinjol. Dalam beberapa kasus, korban pinjol ini dipecat dari pekerjaan, diceraikan oleh pasangannya, kabur dari rumah, dan sebagainya.
Padahal, keluarga dan lingkungan pertemanan terdekat memegang peran penting dalam memberikan dukungan kepada korban pinjol. Membantunya secara finansial pastinya adalah bentuk bantuan yang paling tepat. Kamu bisa membantu dengan menyusun strategi pembayaran utang, menegosiasikan dengan pemberi pinjaman, atau bahkan mencari sumber pendapatan tambahan.
Namun, bagaimana kalau hal ini tidak memungkinkan?
Kita tetap bisa membantunya sebagai support system-nya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh keluarga atau teman dekat untuk membantunya, kalau memang tak bisa membantu secara finansial.
1. Pendengar yang Baik
Jadilah telinga yang selalu siap mendengar tanpa menghakimi. Membiarkan korban berbicara dan meluapkan perasaannya dapat memberi rasa lega dan mereka jadi tahu bahwa mereka tidak sendirian.
2. Edukasi Keuangan
Bantu mereka memahami pentingnya manajemen keuangan dan perencanaan anggaran. Sebagai keluarga atau teman dekat, kamu bisa mengajak mereka untuk belajar keuangan dari berbagai sumber daya yang sekarang bisa banyak ditemukan.
3. Dorong untuk Mencari Bantuan
Jika mereka merasa terjebak, dorong mereka untuk mencari bantuan dari organisasi nirlaba yang membantu orang dengan masalah utang. Sekarang juga sudah banyak WA group ataupun komunitas-komunitas korban pinjol, yang anggotanya saling menguatkan satu sama lain.
Namun, hati-hati dengan joki pinjol ya. Karena bisa saja mereka ini malahan justru memanfaatkan situasi yang dialami oleh si korban pinjol.
4. Dukungan Emosional
Tekanan dari utang akan memengaruhi kesehatan mental korban pinjol. Enggak cukup hanya memberikan nasihat tentang bagaimana mengelola keuangan atau cara melunasi utang, mereka juga butuh untuk didengarkan dan diberi empati.
Selain itu, terkadang dukungan dari keluarga dan teman bisa jadi juga enggak cukup. Dalam kasus-kasus tertentu, dampak emosional dari utang bisa begitu parah sehingga memerlukan intervensi profesional. Konseling atau terapi bisa menjadi opsi yang sangat bermanfaat. Dengan dukungan emosional yang tepat, korban dapat lebih siap dan mampu mengatasi tantangan finansial mereka dengan pikiran yang jernih dan tenang.
5. Hindari Menyalahkan
Dalam masyarakat, sering kali terdapat persepsi negatif terkait orang yang menghadapi kesulitan finansial. Banyak yang beranggapan bahwa masalah keuangan adalah hasil dari ketidaktelitian, kecerobohan, atau keputusan buruk.
Namun, kenyataannya, ada banyak faktor eksternal dan internal yang bisa menyebabkan seseorang jatuh ke dalam jerat pinjol, seperti pemutusan hubungan kerja mendadak, krisis ekonomi, biaya medis mendadak, atau keadaan darurat lainnya. Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja.
Dengan memahami bahwa siapa pun bisa terkena dampak, sangat penting untuk menghindari sikap menyalahkan ketika seseorang di sekitar kita menghadapi masalah finansial, termasuk menjadi korban pinjol. Menyalahkan mereka hanya akan menambah beban emosional yang sudah mereka rasakan. Lagi pula, menyalahkan juga enggak menyelesaikan masalah, bukan?
6. Bersikap Sabar
Mengatasi masalah pinjol membutuhkan waktu dan ekstra tenaga. Bersikap sabar dan terus mendukung para korban pinjol saat mereka sedang menjalani proses penyelesaiannya.
7. Jaga Privasi
Masalah keuangan adalah hal yang pribadi. Hormati privasi mereka dan hindari untuk membicarakan masalah mereka dengan orang lain tanpa izin.
Menjadi support system bagi korban pinjol bukanlah tugas yang mudah. Namun, adalah tanggung jawab kita sebagai keluarga, teman, dan anggota masyarakat. Dengan memahami beban yang mereka pikul dan menyediakan dukungan emosional yang tanpa henti, kita dapat membantu mereka melewati masa-masa sulit dengan lebih kuat dan berharap.
Setiap orang membutuhkan jaring pengaman, dan kita semua memiliki peran penting dalam memastikan bahwa mereka yang sedang menghadapi kesulitan finansial tidak merasa sendirian. Ingatlah bahwa dengan bersatu, dengan pengertian dan empati, kita dapat membuat perbedaan besar dalam hidup seseorang.
Kamu juga bisa belajar keuangan dengan cara-cara lain, sesuai kebutuhan dan kenyamananmu lo! Ada kelas-kelas finansial online–yang bisa kamu ikuti dari mana saja, bisa juga belajar finansial secara online course di Udemy! Cek ke sini ya: https://linktr.ee/qmfinancial.
Jangan lupa juga untuk follow Instagram QM Financial supaya enggak ketinggalan update!
5 Kebijakan Perusahaan yang Perlu Dimiliki Terkait Kembalinya Karyawan ke Kantor
Indonesia sudah mulai memasuki masa new normal. Namun, kita harus paham bahwa hal ini bukan karena virus corona sudah dapat dikendalikan, tetapi lebih demi alasan ekonomis. Karena itu, perlu adanya beberapa penyesuaian kebijakan perusahaan terkait kembalinya para karyawan ke kantor.
Tentu saja kita enggak mau kan, karyawan kembali bekerja dengan perasaan waswas terekspos pada COVID-19? Kebayang deh, jika karyawan tak merasa aman dan nyaman dalam bekerja, mereka pasti nggak akan bisa produktif.
Jadi, apa saja yang harus diperhatikan oleh perusahaan terkait pemberlakuan the new normal ini?
5 Kebijakan Perusahaan yang Perlu Diambil di Masa New Normal
1. Berikan jaminan keamanan dengan melengkapi sarana sesuai protokol kesehatan
Ada beberapa hal terkait protokol kesehatan yang harus dipatuhi baik oleh pekerja maupun pemberi kerja selama masa new normal ini. Simak dalam infografis yang diambil dari situs Kompas.com ini ya.
Nah, merujuk pada beberapa protokol kesehatan di atas, beberapa kebijakan perusahaan pun harus diambil agar sesuai. Di antaranya:
- Mengatur jarak antarmeja kerja karyawan, agar satu sama lain tetap bisa menjaga jarak setidaknya 1 meter.
- Penyediaan alat-alat kebersihan dan kesehatan yang lengkap di kantor, mulai dari menyediakan masker kain, face shield, hand sanitizer, hand soap, tirai mika, thermogun, dan lain-lain.
- Pastikan area kerja dibersihkan secara menyeluruh dan rutin setiap pagi dan sore.
Penyediaan alat dan penyesuaian area kerja agar sesuai dengan protokol kesehatan ini tentunya enggak mudah dan butuh waktu. So, koordinasikan dengan tim terkait agar segera bisa direalisasikan ya.
Adalah penting untuk memberikan jaminan keamanan dan kesehatan untuk para karyawan ketika mereka sudah kembali beraktivitas di kantor, agar kinerjanya tetap terjaga dan produktif, tanpa perasaan waswas.
2. Beri keleluasaan untuk work from home, terutama jika karyawan merasa kurang enak badan
Tubuh yang kurang fit akan dengan mudah terpapar oleh virus. Tak hanya tak aman untuk diri sendiri, hal ini juga untuk melindungi karyawan yang lain, agar tak tertular apalagi jika penyebab tak enak badan ini adalah virus (jenis apa pun).
Karena itu, berikan kelonggaran bagi karyawan yang merasa badan kurang fit untuk bekerja dari rumah. Buat SOP yang resmi dan jelas mengenai kebijakan perusahaan yang satu ini, agar dapat dipahami oleh semua karyawan.
3. Berikan benefit tambahan
Adalah penting bagi karyawan dan siapa pun yang berada di kantor untuk menjaga kesehatannya masing-masing. Maka, pastikan mereka memiliki gaya hidup bersih dan sehat–terutama selama para karyawan ini berada di kantor.
Beberapa benefit bisa ditambahkan–selain benefit yang sudah ada sebelumnya, seperti tunjangan kesehatan dan penggantian obat–dalam kebijakan perusahaan. Misalnya saja, penyediaan vitamin secara gratis untuk seluruh karyawan. Atau penyediaan buah-buahan di hari-hari tertentu.
Atau, usahakan katering kolektif, yang vendornya diseleksi dengan ketat. Pastikan menu-menu yang disiapkan sesuai dengan syarat gizi dan nutrisi yang dianjurkan. Kalau ada karyawan yang punya usaha sampingan berupa katering, nah, lumayan juga tuh. Sekalian mendukung bisnisnya kan? Nggak ada salahnya juga kok.
Di hari-hari tertentu di setiap minggu atau bulan, adakan olahraga bareng, tentunya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Misalnya, yoga bareng, atau senam di halaman kantor dengan mendatangkan instruktur khusus. Hmmm, bisa dijadikan sebagai agenda tetap yang seru, ya kan?
4. Kurangi acara/event offline
Terutama sih yang menuntut banyak kontak fisik. Jika sebelumnya sudah sering meeting online, maka ada baiknya kebijakan perusahaan disesuaikan agar kebiasaan ini diteruskan saja, alih-alih mengadakan meeting offline dalam ruangan tertutup.
Begitu juga dengan training-training yang diadakan untuk meningkatkan kompetensi karyawan. Jika sebelumnya diadakan secara offline, sekarang juga bisa diadakan secara online.
Salah satunya training keuangan. QM Financial bisa banget lo, diminta untuk memberikan edukasi literasi keuangan untuk karyawan melalui online training. Kami punya fasilitasnya dan tentu saja materi yang sangat applicable, terutama dalam rangka mengelola keuangan pribadi di masa new normal yang serbaberubah seperti ini. Jika tertarik, sila langsung kirim pesan WhatsApp ke 0811 1500 688 ya.
5. Kurangi jam kerja/shift
Sebisa mungkin kebijakan perusahaan harus disesuaikan juga terkait panjangnya jam kerja. Mungkin bisa tetap nine to five, seperti sebelumnya, hanya saja harus meniadakan lembur.
Efektifkan waktu kerja siang untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga ketika waktunya pulang, karyawan dapat beristirahat dengan cukup tanpa terbebani oleh pekerjaan yang tertunda.
Jika memang harus ada shift, pastikan karyawan yang bekerja harus yang berusia kurang dari 50 tahun, sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah. Masukkan hal ini dalam SOP, sehingga setiap karyawan paham betul mengenai kebijakan perusahaan yang satu ini.
Nah, semoga kita semua selalu diberik kesehatan ya, sehingga bisa bekerja dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Terlalu Banyak Izin Sakit Hingga Tingkat Ketidakhadiran di Kantor Naik? Coba Atasi dengan 5 Langkah Berikut!
Dalam suatu organisasi perusahaan, adalah penting untuk semua elemen agar dapat bekerja sama dengan baik, seiring sejalan. Kompak, begitulah singkatnya. Tapi, apa daya kalau terlalu banyak karyawan yang sering izin sakit atau izin-izin yang lainnya, sehingga ketidakhadiran di kantor menjadi meningkat?
Pastinya kinerja organisasi akan terganggu ya? Akan terjadi ketimpangan sana-sini sehingga proses bisnis pun menjadi nggak berjalan lancar seperti yang diharapkan.
Tentu saja, pihak perusahaan harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi persoalan banyaknya izin sakit dan izin-izin lainnya ini. Tentunya, kalau benar-benar sakit, karyawan memang seharusnya beristirahat, supaya lekas pulih. Namun, bagaimanapun tingkat ketidakhadiran harus ditekan, agar tim bisa produktif lagi. Apa yang bisa dilakukan? Mari kita lihat.
5 Hal untuk menekan tingkat ketidakhadiran karyawan karena izin sakit
1. Punyai kebijakan yang jelas
Yang pertama harus dicek adalah apakah perusahaan sudah mempunyai regulasi dan kebijakan yang jelas mengenai absensi izin sakit ini?
Berapa lama karyawan diizinkan untuk tidak masuk kerja lantaran sakit? Apakah izinnya harus melampirkan surat dokter? Kalau karyawan izin sakit terlalu lama hingga batas waktu tertentu, apa kebijakan selanjutnya? Dan seterusnya.
Setelah dirumuskan secara detail, jangan lupa untuk disosialisasikan pada karyawan, agar mereka paham mengenai hak dan kewajiban mereka, terutama terkait absensi ini. Jika ada konsekuensi yang menyertai ketidakhadiran karyawan–dengan alasan apa pun termasuk sakit–juga harus diumumkan dan dijelaskan, agar tercapai kesepakatan di awal.
2. Dengarkan keluhan dan kebutuhan karyawan
Alasan ketidakhadiran karyawan di kantor bisa saja tidak melulu karena izin sakit. Bisa juga alasan yang lain. Alasan lain apa?
Nah, ini yang harus digali lebih dalam oleh pihak perusahaan, melalui divisi HR. Salah satunya yang harus diwaspadai adalah masalah keuangan pribadi karyawan, yang bisa berdampak besar pada kinerjanya. Misalnya saja, si karyawan terlilit utang yang besar hingga menimbulkan stres padanya. Stres yang dialami kemudian membuatnya merasa sakit–sakit kepala, mual, diare, dan berbagai keluhan sakit lainnya.
Kalau permasalahannya seperti ini, pengobatan ke dokter enggak akan menyelesaikan masalah, kan? Penyelesaiannya adalah karyawan dibantu mengatasi masalah keuangannya hingga tuntas, hingga ia bebas utang, misalnya. Salah satu caranya adalah dengan memberikan edukasi literasi keuangan yang komprehensif untuknya, seperti yang biasa dilakukan dalam #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan.
3. Beri support sebaik-baiknya
Saat si karyawan izin sakit dan istirahat di rumah, berikan dia support. Beri ucapan semoga lekas sembuh, telepon di waktu-waktu tertentu yang tidak mengganggunya untuk menanyakan, apakah butuh bantuan supaya bisa lekas pulih. Misalnya, menguruskan asuransi dan mengganti biaya pengobatan secepatnya.
Dengan perhatian-perhatian kecil seperti ini, karyawan akan merasa dibutuhkan. Jangan remehkan timbulnya perasaan ini, karena perasaan “dibutuhkan” ini akan membuatnya tak sabar untuk kembali ngantor dan bekerja lo.
So, sekali lagi, beri ia support secukupnya (yang pasti ya jangan malah mengganggu istirahatnya dengan menanyakan berbagai tetek-bengek pekerjaan yang bikin dia tambah pusing sih.), dan tanyakan kapankah ia bisa mulai aktif lagi karena perusahaan membutuhkannya.
4. Perlu kerja sama dari para supervisor dan manajer
Nggak hanya para staf HR saja yang bertanggung jawab atas usaha untuk menekan tingkat ketidakhadiran karena izin sakit ini, tetapi juga para supervisor dan manajer yang ada.
Diskusikan dengan mereka, apa yang perlu dilakukan untuk bisa menekan tingkat ketidakhadiran dengan alasan izin sakit ini. Bagaimanapun, merekalah penentu load kerja pada karyawan dan anak buah, bukan?
5. Pastikan lingkungan dan kondisi kerja nyaman
Nah, yang terakhir ini tak kalah penting, yaitu memastikan lingkungan dan kondisi kerja yang nyaman bagi karyawan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Lingkungan dan kondisi kerja yang nyaman ini juga merupakansalah satu bentuk kompensasi nonfinansial yang dapat sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas karyawan lo. Jadi, jangan abaikan jika ternyata karyawan merasa tak nyaman bekerja di kantor.
Nah, itu dia beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menekan tingkat ketidakhadiran di kantor karena izin sakit.
QM Financial bersedia membantu perusahaan mana pun untuk memberikan edukasi keuangan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan lo! Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.