Strawberry Generation dan 7 Masalah Keuangan yang Dihadapi
Beberapa waktu yang lalu, viral sebuah cuitan di platform X dari seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang konon terganggu kesehatan mentalnya karena kuliah. Dari cuitan ini, lantas mengemukalah istilah strawberry generation.
Apakah kamu sudah tahu apa arti strawberry generation ini? Atau, apakah kamu termasuk di dalamnya?
Table of Contents
Siapa Itu Strawberry Generation?
Dikutip dari situs DJKN Kemenkeu, istilah generasi strawberry pertama kali muncul di Taiwan untuk menggambarkan generasi yang lahir sekitar tahun 1990-an. Nama ini diberikan karena generasi ini dianggap berkarakter seperti buah stroberi; tampak cantik dari luar tetapi “rapuh” atau mudah “memar” alias enggak tahan banting saat menghadapi tekanan.
Istilah ini sering kali mengacu pada beberapa karakteristik berikut:
- Generasi stroberi tumbuh dalam era kemajuan teknologi, sehingga mereka sangat familier dengan perangkat digital dan internet.
- Banyak dari mereka memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.
- Mereka cenderung memiliki harapan yang tinggi terhadap karier dan kehidupan kerja.
- Mereka lebih mengutamakan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
- Mereka dianggap lebih sensitif terhadap kritik dan kesulitan dibandingkan generasi sebelumnya.
Baca juga: Perbedaan Cara Perencanaan Keuangan Generasi X, Millenials, dan Gen Z
Penyebab Munculnya Strawberry Generation
Prof. Renald Kasali, dalam bukunya Strawberry Generation, menganalisis fenomena strawberry generation ini untuk mencegahnya menjadi seperti tren flexing atau crazy rich palsu. Ada beberapa penyebab mengapa fenomena ini muncul.
Yang pertama adalah self-diagnosis yang terlalu cepat tanpa melibatkan ahli. Generasi muda sekarang sangat cerdas, mampu menyerap informasi dari media sosial dengan cepat. Namun, informasi tersebut sering tidak tepat dan mereka mencoba mencocokkan apa yang terjadi pada diri mereka dengan apa yang mereka baca di media sosial.
Akibatnya, muncul kesimpulan bahwa mereka stres, tertekan, atau bahkan depresi, lalu merasa butuh “healing.” Padahal, istilah yang lebih tepat sering kali adalah “refreshing.”
Penyebab yang lain, masih menurut Prof. Rhenald Kasali, adalah kehidupan sekarang umumnya lebih makmur dibandingkan beberapa dekade lalu. Tumbuh dalam keluarga sejahtera adalah berkah, tetapi ada konsekuensinya. Orang tua dalam keluarga sejahtera cenderung memenuhi semua keinginan anak-anak mereka. Sering kali, mereka menggantikan waktu bersama dengan uang atau barang, padahal perhatian langsung tidak bisa digantikan. Selain itu, orang tua sekarang jarang memberikan konsekuensi atas kesalahan anak-anak mereka.
Kesalahan lain yang dilakukan orang tua adalah menetapkan ekspektasi yang tidak realistis. Anak-anak sering disebut sebagai princess, prince, atau yang paling hebat. Kenyataannya, di luar rumah, mereka akan menghadapi tantangan yang lebih besar dan menemukan orang lain yang lebih pintar.
Akibatnya, mereka lebih mudah kecewa dan tersinggung saat menghadapi kenyataan yang berbeda dari apa yang biasa mereka terima di rumah.
Masalah Keuangan yang Sering Dihadapi Strawberry Generation
Dari beberapa kebiasaan dalam hidup, akhirnya generasi strawberry juga sering menghadapi berbagai masalah keuangan. Penyebabnya juga beragam, terutama karena adanya beberapa faktor unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Berikut adalah beberapa masalah keuangan yang umum dihadapi oleh generasi ini.
1. Gaya Hidup Konsumtif
Generasi ini cenderung lebih konsumtif dan mengutamakan gaya hidup yang lebih mewah, seperti sering makan di luar, traveling, dan membeli barang-barang elektronik terbaru. Terutama sih yang dilakukan atas nama “healing” atau “self reward”. Hal ini bisa menyebabkan pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan.
Baca juga: 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet
2. Kurangnya Investasi dan/atau Tabungan
Banyak dari mereka yang enggak memiliki pengetahuan atau kesadaran tentang pentingnya tabungan dan investasi untuk masa depan, sehingga mereka kurang mempersiapkan dana pensiun atau investasi jangka panjang. Ya, gimana mau nabung kan, kalau gaya hidup saja masih konsumtif?
3. Ketergantungan pada Utang Konsumtif
Ya, lagi-lagi persoalan konsumtif. Mungkin ini ada hubungannya dengan kebiasaan generasi ini yang sudah menikmati lebih banyak hal enak dalam hidup, seperti yang dijelaskan oleh Prof. Rhenald Kasali.
Sejak kecil ada yang sudah tahu cara menggunakan kartu kredit, atau paylater. Bebas dipakai, karena pelunasan jadi tanggung jawab orang tua. Padahal, ke depannya, penggunaan kartu kredit dan pinjaman pribadi yang berlebihan dan enggak bijak untuk membiayai gaya hidup bisa menyebabkan masalah utang yang serius.
4. Pasar Kerja yang Kompetitif
Meskipun memiliki pendidikan tinggi, para strawberry generation ini sering menghadapi pasar kerja yang sangat kompetitif dan sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan gaji dan posisi. Padahal, mereka maunya ya bisa mendapatkan work-life balance. Akibatnya, banyak strawberry generation yang enggak bisa segera mandiri secara keuangan.
5. Kurangnya Tabungan Darurat
Banyak dari strawberry generation yang enggak memiliki dana darurat yang memadai, sehingga rentan terhadap kejadian tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau keadaan darurat kesehatan.
6. Kenaikan Biaya Hidup
Biaya hidup yang semakin tinggi, termasuk biaya perumahan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Kondisi politik, inflasi, dan banyak faktor lain ikut berperan. Konon, milenial adalah generasi yang sulit punya rumah, strawberry generation kemungkinan juga harus berjuang lebih keras untuk punya rumah di masa depan.
7. Kurangnya Edukasi Keuangan
Banyak dari mereka yang belum sadar bahwa edukasi keuangan itu penting banget. Padahal sebenarnya sumber dayanya mencukupi, karena strawberry generation itu sangat melek teknologi dann informasi. Namun, menjadikan keuangan sebagai hal yang less priority membuat mereka menunnda untuk belajar keuangan. Akibatnya banyak di antara strawberry generation yang enggak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengelola keuangan pribadi dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cara Belajar Manajemen Keuangan pada Generasi X, Millenial, dan Gen Z
Beda generasi, beda karakter, ya wajar kalau beda cara belajar manajemen keuangan yang dilakukan. Jangankan keuangan, cara berpikir saja berbeda. Makanya, generasi X enggak akan cocok kalau belajar dengan cara generasi Z, and vice versa.
Karena itu, mengenali karakteristik masing-masing itu penting. Harapannya, dengan tahu mengenai karakteristik ini, kamu bisa menyesuaikannya dengan kecenderungan tersebut, sehingga hasilnya bisa lebih baik dan efektif.
Table of Contents
Cara Belajar Manajemen Keuangan yang Cocok untuk Setiap Generasi
So, kali ini kita akan bahas mengenai kecenderungan cara belajar manajemen keuangan yang cocok dilakukan oleh masing-masing generasi. Coba cek, relate enggak nih denganmu?
1. Generasi X (lahir antara 1965-1980)
Kursus dan Pelatihan
Generasi X cenderung lebih menyukai aktivitas belajar keuangan ala old school, yang memungkinkan mereka untuk bertatap muka langsung dengan trainer. Apalagi kalau ada peserta lainnya juga. Dengan begitu, mereka lebih efektif dalam menyerap materi, dan suka mendapatkan insight dari teman-teman “senasib” yang turut hadir.
Mereka juga cenderung suka dengan validasi. Jadi, kalau ada semacam sertifikat, mereka akan suka sekali. Karena dengan demikian, kredibilitas mereka bisa dianggap valid.
Buku dan Materi Cetak
Generasi X umumnya juga suka membaca, terutama secara konvensional. Seperti buku, majalah, koran, dan sejenisnya. Mereka cenderung lebih percaya pada informasi yang disajikan dalam format ini karena dianggap ulasannya lebih indepth dan tepercaya.
Membaca buku-buku yang ditulis oleh pakar keuangan, seperti “The Intelligent Investor” oleh Benjamin Graham atau “Rich Dad Poor Dad” oleh Robert Kiyosaki, atau “100 Langkah untuk Tidak Miskin” oleh Ligwina Hananto menjadi salah satu metode yang diandalkan.
Selain itu, mengikuti perkembangan melalui publikasi profesional dan majalah seperti Forbes, The Economist, atau Wall Street Journal membantu generasi X tetap up-to-date dengan tren dan perubahan di dunia keuangan.
Mentorship dan Konsultasi
Generasi X juga lebih cocok dengan cara belajar manajemen keuangan dengan bimbingan langsung dari mentor atau konsultan keuangan yang berpengalaman. Mereka merasa bahwa nasihat langsung dari seorang ahli yang telah berpengalaman di bidangnya itu reliable dan lebih aplikatif.
Baca juga: Perbedaan Cara Perencanaan Keuangan Generasi X, Millenials, dan Gen Z
2. Generasi Milenial (lahir antara 1981-1996)
E-Learning dan Kursus Online
Generasi milenial cenderung memilih platform e-learning seperti Udemy dan sejenisnya. Pasalnya, cara belajar manajemen keuangan seperti ini memungkinkan fleksibilitas waktu dan tempat yang lebih luas. Kursus seperti ini juga memungkinkan generasi milenial untuk memilih topik yang ingin dipelajari sesuai kebutuhan.
So, sudah tahu kan, kalau QM Financial juga menyediakan banyak video e-learning dengan beragam topik di Udemy?
Aplikasi dan Software Keuangan
Generasi milenial juga cenderung lebih suka menggunakan aplikasi keuangan seperti Spendee atau Money Lover, juga aplikasi investasi mulai dari Bibit, Stockbit, dan sejenisnya untuk mengelola keuangan mereka. Aplikasi ini membantu mereka melacak pengeluaran, merencanakan anggaran, dan menginvestasikan uang dengan mudah melalui perangkat mobile.
Simulasi dan Permainan Keuangan
Milenial juga seneng banget sama hal-hal yang fun. So, simulasi dan permainan keuangan dapat menjadi cara belajar manajemen keuangan yang efektif bagi mereka.
Aplikasi seperti “Monopoly” versi digital atau permainan investasi simulasi memberikan pengalaman praktis dalam mengelola keuangan dan mengambil keputusan keuangan. Hal ini membantu milenial memahami konsep keuangan dalam konteks yang menyenangkan dan interaktif.
Komunitas Online dan Media Sosial
Bergabung dengan komunitas online di platform seperti Reddit (misalnya subreddits r/personalfinance atau r/investing) memungkinkan milenial untuk berbagi pengalaman, mendapatkan saran, dan belajar dari orang lain yang memiliki minat yang sama dalam manajemen keuangan. Diskusi dalam komunitas ini sering kali memberikan wawasan praktis dan solusi nyata untuk berbagai masalah keuangan.
Milenial juga banyak influencer dan pakar keuangan di platform seperti YouTube, Instagram, hingga TikTok. Dengan begitu, ada banyak tips, strategi, dan update terbaru yang bisa didapatkan. Video tutorial, postingan blog, dan podcast adalah beberapa format konten yang populer dan sering diakses.
So, sudah pada follow Instagram, TikTok, YouTube, dan Podcast QM Financial juga kan?
3. Generasi Z (lahir setelah 1996)
Microlearning dan Konten Interaktif
Generasi Z punya attention span yang paling sempit di antara ketiga generasi. So, mereka lebih suka pembelajaran dalam format yang cepat dan mudah dicerna, seperti video pendek, infografis, dan modul interaktif.
Video pendek memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep penting dalam waktu singkat, sementara infografis membantu menyajikan data dan informasi dengan visual yang menarik dan mudah dipahami. Modul interaktif yang mencakup kuis dan tugas praktis juga meningkatkan keterlibatan dan pemahaman mereka.
Karena itu, platform seperti TikTok dan Instagram sangat populer bagi generasi Z. Jika milenial masih suka melihat foto dan suka membaca konten, generasi Z memang lebih tertarik ke gambar bergerak. Karena itu, konten-konten dalam bentuk video dengan durasi pendek sangat menarik bagi mereka.
Mereka bisa belajar tentang manajemen keuangan, investasi, dan pengelolaan uang secara efektif melalui konten yang kreatif dan menghibur.
Gamifikasi
Generasi Z sering menggunakan aplikasi yang menggabungkan elemen permainan untuk mempelajari konsep keuangan. Aplikasi seperti Habitica, yang mengubah tugas harian menjadi tantangan yang gamified, membantu mereka dalam mengelola keuangan sambil mencapai tujuan pribadi lainnya. Elemen seperti poin, level, dan penghargaan dalam aplikasi ini membuat pembelajaran lebih menarik dan memotivasi.
Media Digital dan Podcast
Mirip seperti milenial, generasi Z juga suka mengikuti podcast keuangan untuk belajar sambil beraktivitas, seperti saat berolahraga, berkendara, atau bersantai. Beberapa podcast populer di kalangan generasi Z termasuk “The Dave Ramsey Show” dan “Millennial Money”. Nah, perlu juga sih ditambah dengan podcast QM Financial, yang pasti akan lebih relate daripada podcast luar.
Baca juga: 5 Mitos tentang Belajar Finansial untuk Pemula
Cara belajar manajemen keuangan yang disesuaikan dengan karakteristik generasi masing-masing sangat penting untuk memastikan efektivitas dan kenyamanan dalam mempelajari manajemen keuangan.
Bagi generasi X, interaksi langsung dan metode tradisional tetap menjadi pilihan utama. Sementara itu, milenial dan generasi Z lebih cenderung memanfaatkan teknologi dan pendekatan modern seperti e-learning, aplikasi keuangan, dan konten digital.
Dengan memahami preferensi ini, setiap orang dimungkinkan untuk dapat menciptakan strategi cara belajar manajemen keuangan yang lebih tepat guna dan relevan. Hal ini akan dapat membantu setiap generasi mencapai tujuan keuangan masing-masing dengan lebih baik dan lebih percaya diri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perbedaan Cara Perencanaan Keuangan Generasi X, Millenials, dan Gen Z
Cara perencanaan keuangan sangat berbeda antara Generasi X, Milenial, dan Generasi Z. Setiap generasi tumbuh dalam lingkungan ekonomi dan teknologi yang berbeda, sehingga memengaruhi cara mereka mengelola dan merencanakan keuangan.
Faktor-faktor seperti akses ke teknologi, pengalaman masa lalu, dan nilai-nilai yang dianut turut membentuk pendekatan masing-masing generasi terhadap keuangan pribadi.
Perbedaan ini mencerminkan bagaimana setiap generasi memprioritaskan tujuan finansial mereka. Meskipun semua generasi bertujuan mencapai stabilitas keuangan, metode dan alat yang digunakan untuk mencapainya bisa sangat berbeda.
Memahami karakteristik unik dari setiap generasi dapat membantu mengidentifikasi pola dan strategi yang paling efektif dalam perencanaan keuangan mereka.
So, coba yuk, kita lihat.
Table of Contents
Karakteristik Kebiasaan Keuangan Generasi X, Milenial, dan Generasi Z
Berikut adalah beberapa karakteristik generasi X, milenial, dan generasi Z terkait kebiasaan keuangan masing-masing yang cukup khas.
1. Karakteristik Generasi X (lahir sekitar 1965-1980)
- Generasi X cenderung lebih konservatif dalam mengelola uang, lebih memilih untuk menabung dan memiliki tabungan pensiun yang aman.
- Mereka lebih percaya diri untuk berinvestasi dalam instrumen keuangan tradisional seperti saham, obligasi, dan properti.
- Generasi X juga cenderung berhati-hati dalam mengambil utang. Kalaupun ada utang, paling banter adalah KPR. Mereka umumnya mengelola utang secara bertanggung jawab.
- Generasi ini lebih memperhatikan asuransi kesehatan dan jiwa sebagai bagian dari perencanaan keuangan.
2. Karakteristik Generasi Milenial (lahir sekitar 1981-1996)
- Milenial sangat nyaman menggunakan teknologi finansial (fintech) seperti aplikasi mobile banking, e-wallet, dan platform investasi online.
- Mereka cenderung menghabiskan lebih banyak untuk pengalaman, seperti traveling dan gaya hidup, dibandingkan menghabiskan uang untuk barang fisik.
- Milenial umumnya juga lebih terbuka untuk berinvestasi dalam bentuk aset alternatif seperti cryptocurrency dan crowdfunding.
- Banyak milenial memiliki utang konsumtif yang cukup signifikan, dan hal ini memengaruhi cara mereka mengelola keuangan.
3. Karakteristik Generasi Z (lahir sekitar 1997-2012)
- Generasi Z tumbuh dengan teknologi digital dan sangat nyaman menggunakan aplikasi finansial dan layanan online untuk mengelola keuangan.
- Mereka lebih tertarik pada kewirausahaan dan sering mencari peluang untuk menciptakan bisnis atau sumber pendapatan sampingan.
- Generasi ini cenderung lebih memperhatikan investasi yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan (SRI – Socially Responsible Investing).
- Generasi Z menunjukkan minat yang tinggi dalam pendidikan keuangan dan mencari informasi secara online untuk belajar tentang investasi dan pengelolaan uang.
So, setiap generasi memang memiliki pendekatan yang berbeda dalam manajemen keuangan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi, di antaranya adalah kondisi ekonomi, teknologi, dan nilai-nilai sosial yang berkembang pada masa mereka.
Baca juga: Mengelola Keuangan untuk Generasi TikTok: Dari FOMO ke JOMO (Joy of Missing Out)
Cara Perencanaan Keuangan yang Sesuai untuk Masing-Masing Generasi
Lalu, gimana cara perencanaan keuangan yang sesuai dengan karakter-karakter tersebut? Pastinya, juga enggak sama kan?
Berikut adalah beberapa cara perencanaan keuangan yang dapat disesuaikan dengan ciri khas dan karakteristik Generasi X, Milenial, dan Generasi Z:
1. Generasi X
- Diversifikasi Investasi: Investasikan di berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan properti untuk mengurangi risiko.
- Rencana Pensiun yang Kuat: Tingkatkan kontribusi ke dalam akun pensiun seperti BPJS Ketenagakerjaan, DPLK, hingga investasi dana pensiun mandiri, untuk memastikan kesejahteraan di masa pensiun.
- Asuransi: Pastikan memiliki asuransi kesehatan, jiwa, dan asuransi aset untuk melindungi diri dan keluarga.
- Perencanaan Warisan: Buat rencana warisan yang jelas termasuk surat wasiat dan trust untuk memastikan distribusi aset sesuai keinginan.
- Mengelola Utang: Kurangi utang dan hindari mengambil utang baru kecuali sangat diperlukan. Fokus pada pelunasan hutang yang ada.
2. Milenial
- Penggunaan Teknologi: Manfaatkan aplikasi keuangan untuk budgeting, pelacakan pengeluaran, dan investasi otomatis seperti aplikasi robo-advisor.
- Investasi yang Agresif: Pertimbangkan untuk mengalokasikan sebagian besar portofolio ke saham atau investasi berisiko tinggi lainnya karena masih memiliki waktu untuk pemulihan jika terjadi penurunan.
- Mengatasi Utang Konsumtif: Buat rencana pembayaran utang yang efisien, tekan utang baru kalau masih ada tanggungan, dan belajar lebih banyak mengenai utang produktif.
- Pentingnya Asuransi: Jangan lupakan pentingnya asuransi kesehatan dan jiwa untuk melindungi diri dari risiko tak terduga.
- Menabung untuk Tujuan Jangka Pendek dan Panjang: Sisihkan dana untuk tujuan jangka pendek seperti liburan, dan tujuan jangka panjang seperti membeli rumah atau pensiun.
3. Generasi Z
- Mulai Menabung Sejak Dini: Mulailah menabung dan berinvestasi sedini mungkin untuk memanfaatkan kekuatan bunga majemuk.
- Pendidikan Finansial: Manfaatkan sumber daya online untuk meningkatkan pengetahuan tentang investasi, perencanaan keuangan, dan manajemen uang.
- Kewirausahaan: Jika tertarik pada kewirausahaan, buat rencana bisnis yang solid dan pertimbangkan sumber pendanaan seperti crowdfunding atau modal ventura.
- Investasi yang Bertanggung Jawab: Pertimbangkan investasi dalam saham atau reksa dana yang berfokus pada tanggung jawab sosial dan lingkungan.
- Fleksibilitas dan Mobilitas: Buat perencanaan keuangan yang memungkinkan fleksibilitas, seperti memiliki dana darurat yang cukup untuk mendukung gaya hidup fleksibel dan mobilitas kerja.
Tip Umum untuk Semua Generasi
Selain yang sudah dibahas di atas, ada beberapa tip umum yang juga kudu diperhatikan sebagai cara perencanaan keuangan yang lebih sehat, dan berlaku untuk semua generasi.
- Dana Darurat: Simpan dana darurat yang mencukupi setidaknya 3-6 bulan pengeluaran untuk mengatasi situasi tak terduga.
- Tujuan Keuangan yang Jelas: Tentukan tujuan keuangan jangka pendek, menengah, dan panjang serta buat rencana untuk mencapainya.
- Pengelolaan Anggaran: Buat anggaran bulanan untuk melacak pengeluaran dan memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan.
- Belajar Keuangan: Terus belajar dan mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia keuangan untuk membuat keputusan yang lebih baik.
- Perencanaan keuangan yang baik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi pribadi masing-masing individu dalam generasi tersebut.
Baca juga: Cara Perencanaan Keuangan untuk Gen Z yang Pengin Mencapai Stabilitas Finansial
Memahami perbedaan cara perencanaan keuangan antara Generasi X, Milenial, dan Generasi Z memberikan wawasan berharga tentang bagaimana setiap generasi menghadapi tantangan finansial mereka. Meskipun pendekatan mereka mungkin berbeda, tujuan utama tetap sama: mencapai stabilitas dan kesejahteraan finansial. Dengan mengenali karakteristik unik masing-masing generasi, perencanaan keuangan dapat disesuaikan agar lebih efektif dan relevan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Peran Penting Kelas Keuangan dalam Merencanakan Masa Depan
Hadirnya beragam kelas keuangan pastinya dapat membantu banyak orang untuk mendapatkan keterampilan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi bahkan hingga masa depan.
Apakah ada di antara kamu yang masih ragu ikutan kelas keuangan? Apa yang membuat kamu ragu?
Table of Contents
Manfaat Kelas Keuangan dalam Perencanaan Jangka Pendek
Yes, kelas keuangan itu bisa bantu kamu mengembangkan keterampilan pengelolaan keuangan pribadi. Salah satunya untuk berbagai tujuan jangka pendek.
Dua aspek penting dari perencanaan jangka pendek yang bisa kamu pelajari dalam kelas ini adalah peningkatan kemampuan dalam membuat anggaran—alias budgeting—dan mengelola cash flow sehari-hari.
1. Pemahaman tentang Anggaran
Di kelas keuangan, kamu bisa belajar cara membuat anggaran yang realistis, dan sesuai dengan pendapatan serta kebutuhan sehari-hari. Tercakup juga di dalamnya adalah pemahaman tentang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta cara alokasi dana untuk masing-masing kategori pengeluaran secara efektif.
2. Pelacakan Pengeluaran
Kamu juga bisa belajar teknik untuk melacak pengeluaran, yang merupakan langkah penting dalam mengelola cash flow. Dengan begitu, kamu dapat mengidentifikasi area di mana kamu mungkin menghabiskan lebih dari yang direncanakan dan menyesuaikan kebiasaan belanja kamu.
3. Mengelola Cash Flow
Selanjutnya, kamu bisa belajar strategi untuk memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan, bagaimana cara menjaga cash flow agar tetap positif. Hal ini penting banget karena bisa membuatmu terhindari dari utang yang tak perlu, dan akhirnya bisa membantumu mencapai stabilitas finansial.
4. Menetapkan Tujuan secara Cerdas
Kamu bisa belajar pentingnya menetapkan tujuan keuangan yang spesifik, terukur, realistis, dan tertarget. Dengan begitu, berbagai tujuan finansial jangka pendek—seperti membangun dana darurat atau merencanakan liburan—bisa diwujudkan tanpa beban yang berarti.
5. Berpikir Jangka Panjang
Meskipun belajar membuat rencana keuangan jangka pendek, tetapi dengan ikut kelas keuangan, kamu bisa sekaligus berpikir jangka panjang. Gampangannya, kamu bisa memenuhi kebutuhan jangka pendek, tanpa mengorbankan masa depan.
Kelas keuangan enggak hanya akan memberikan pengetahuan untuk mengelola keuangan sehari-hari dengan lebih baik, tetapi juga memberikan alat dan kepercayaan diri sehingga kamu bisa membuat keputusan keuangan yang cerdas.
Dengan mengikuti kelas keuangan, kamu dapat meningkatkan kesejahteraan finansial dan membangun fondasi yang kuat untuk masa depan finansial yang stabil.
Peranan Kelas Keuangan dalam Perencanaan Jangka Panjang
Tak hanya jangka pendek, kelas keuangan juga dapat memberikan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk merencanakan masa depan finansialmu dengan lebih baik. Dalam kelas ini, kamu akan diajak untuk fokus pada investasi, rencana pensiun, hingga asuransi.
1. Belajar Investasi
Kamu bisa belajar beragam jenis produk keuangan, utamanya investasi, yang tersedia, termasuk saham, obligasi, reksa dana, properti, dan lainnya.
Dengan memahami karakteristik dan risiko masing-masing jenis investasi, kamu dapat membuat keputusan yang lebih tepat sesuai dengan tujuan dan toleransi risiko yang kamu miliki.
2. Membuat Rencana Pensiun yang Realistis dan Efektif
Di kelas keuangan, kamu bisa belajar cara menghitung dana yang dibutuhkan untuk pensiun, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti inflasi, perkiraan biaya hidup, dan jangka waktu pensiun. Kamu bisa menentukan, berapa banyak seharusnya kamu menyisihkan pendapatan untuk diinvestasikan setiap bulan atau setiap tahun, untuk mencapai target pensiunmu ini.
Termasuk juga di dalamnya, kamu bisa berkenalan dengan beragam instrumen yang bisa membantumu membangun dana pensiun dengan memadai. Kamu bisa berkenalan dengan BPJS Ketenagakerjaan, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, juga belajar cara membangun dana pensiun secara mandiri. Kamu akan belajar cara mengintegrasikan sumber-sumber tersebut dalam rencana pensiunmu.
3. Belajar Pentingnya Asuransi
Di kelas keuangan, kamu tak hanya belajar bagaimana menghasilkan dan mengeluarkan uang saja, tetapi juga bagaimana caranya melindungi uang dan asetmu.
Asuransi diajarkan sebagai alat penting untuk melindungi aset dan pendapatan dari risiko tidak terduga. Ada berbagai jenis asuransi, termasuk asuransi jiwa dan kesehatan yang penting untuk dipahami dulu. Bahkan kamu bisa juga belajar bagaimana memilih polis yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Nah, gimana? Sudah yakin belum, bahwa kelas keuangan itu penting karena dapat membantumu mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dengan perencanaan finansial yang matang dan terstruktur.
Melalui edukasi tentang budgeting, cash flow, investasi, rencana pensiun, hingga asuransi, kamu pun dapat membangun fondasi yang kuat untuk beragam tujuan jangka pendek sekaligus memastikan keamanan finansial jangka panjang kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Mitos tentang Belajar Finansial untuk Pemula
Memulai belajar finansial untuk pemula memang bisa terasa menakutkan. Banyak orang beranggapan bahwa memahami dunia keuangan membutuhkan bakat khusus atau akses eksklusif ke informasi tertentu.
Mitos ini, sayangnya, mendorong banyak orang menjauh dari upaya meningkatkan literasi keuangannya. Padahal, dengan pemahaman yang benar, setiap langkah kecil dalam mempelajari dasar-dasar keuangan dapat berdampak besar pada kestabilan dan kemakmuran finansial di masa depan.
So, mari kita bahas beberapa mitos yang sering menghalangi dan menghambat orang dalam memulai perjalanan finansialnya. Ya, barangkali termasuk kamu juga. Tujuannya jelas, untuk menghilangkan intimidasi tentang belajar finansial untuk pemula, dan menunjukkan bahwa belajar tentang keuangan adalah akses terbuka untuk semua. Seperti tagline-nya QM Financial, belajar finansial bareng semua.
Table of Contents
Mitos seputar Belajar Finansial untuk Pemula yang Perlu Diempaskan
So, kalau kamu masih percaya dengan mitos-mitos tentang belajar finansial ini, maka sekarang saatnya kamu empaskan saja.
1. Butuh Uang Banyak untuk Mulai Investasi
Belajar finansial untuk pemula sering kali terhambat oleh anggapan bahwa memulai investasi memerlukan banyak uang.
Nyatanya, perkembangan teknologi dan munculnya berbagai platform investasi telah mengubah pandangan ini. Sekarang, dengan hanya sejumlah uang yang relatif kecil, siapa pun bisa memulai. Bahkan dari Rp10.000 saja loh.
Berbagai instrumen investasi dirancang khusus untuk memudahkan pemula. Misalnya, ada reksa dana yang memungkinkan investasi dengan modal awal yang sangat terjangkau. Dengan begitu, terbuka pintu bagi lebih banyak orang untuk tumbuh finansial tanpa harus menunggu sampai punya banyak uang.
2. “Apanya yang Diatur? Duitnya Aja Nggak Ada!”
Banyak orang enggan belajar finansial untuk pemula, dan malah bilang, “Apanya yang diatur? Duitnya aja nggak ada.”
Padahal, ya justru ketika masih sedikit, uang harus mulai diatur. Jangan-jangan, duitnya enggak ada karena memang enggak pernah diatur? Jadi enggak tahu, ke mana saja uangnya pergi.
Pengetahuan finansial adalah kebutuhan yang berlaku universal, enggak peduli seberapa tebal dompet seseorang. Semua orang berhak dan perlu mengerti cara mengelola keuangan dengan baik, bahkan (atau apalagi) jika saat ini merasa tidak memiliki cukup uang.
Literasi keuangan adalah alat penting dalam membangun fondasi ekonomi yang kuat, terlepas dari jumlah uang yang dimiliki saat memulai.
3. Terlalu Rumit untuk Dipelajari
Belajar finansial untuk pemula kerap kali dianggap sebagai hal yang terlalu rumit. Namun, kenyataannya berbeda.
Banyak sumber daya yang tersedia, baik online maupun offline, yang menyajikan materi keuangan dengan cara yang mudah dimengerti. Dari buku-buku yang ditulis untuk pemula hingga kursus online yang interaktif, semuanya dirancang untuk memecahkan konsep-konsep keuangan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dicerna.
Di QM Financial, kamu bisa mengakses banyak sekali format belajar finansial. Mulai dari artikel-artikel yang ada di website ini, video-video di kanal YouTube, podcast di Spotify, sampai e-book juga ada loh!
Untuk memulai, cukup fokus pada dasar-dasar keuangan seperti pengelolaan anggaran, pentingnya menabung, dan dasar-dasar investasi. Akan lebih baik lagi, jika kamu mulai dengan belajar Blueprint of Your Money.
Dengan mengambil langkah kecil, belajar finansial enggak lagi terasa sebagai beban, melainkan sebagai perjalanan menarik menuju kemandirian dan kebebasan finansial. Tip praktis seperti mengatur pengeluaran harian atau menentukan tujuan keuangan jangka pendek dapat menjadi titik awal yang baik untuk membangun kebiasaan finansial yang sehat.
4. Saham Itu Judi
Banyak orang yang menganggap bahwa pasar saham sama dengan judi. Persepsi ini enggak tepat, apalagi kalau kemudian membuatmu terhambat dalam belajar finansial untuk pemula.
Ada perbedaan mendasar antara berinvestasi di pasar saham dan berjudi. Investasi dilakukan berdasarkan pada penelitian, analisis, dan strategi jangka panjang yang bertujuan untuk pertumbuhan modal di masa depan. Sebaliknya, judi bergantung pada keberuntungan dan peluang instan tanpa dasar analisis yang kuat.
Untuk bisa berinvestasi di pasar saham, kita harus paham tentang nilai perusahaan, kondisi ekonomi, dan faktor lain yang memengaruhi harga saham. So, harus dilakukan riset dengan saksama dan punya strategi investasi jangka panjang.
Berinvestasi di pasar saham bisa menjadi sarana efektif untuk membangun kekayaan. Hal yang sangat berbeda dengan judi.
5. Masih Muda Enggak Butuh Asuransi
Kan, masih sehat! Gitu katanya.
Padahal, memiliki asuransi sejak dini justru merupakan langkah strategis dalam belajar finansial untuk pemula. Dengan memiliki asuransi sesuai kebutuhan, risiko keuangan bisa dikelola dan melindungi dirimu dari kejadian tak terduga yang bisa mengganggu stabilitas finansial.
Asuransi kesehatan adalah asuransi yang wajib dimiliki terlebih dulu. Baru kemudian, jika kamu merupakan orang yang menjadi andalan banyak jiwa untuk bergantung hidup, kamu akan butuh asuransi jiwa.
Memiliki asuransi sejak usia muda bukanlah pemborosan, melainkan investasi dalam merencanakan masa depan yang lebih aman dan stabil. Asuransi itu penting sebagai bagian dari strategi keuangan yang komprehensif, bukan sekadar opsi tambahan.
Mematahkan mitos seputar belajar finansial untuk pemula membutuhkan pengertian yang benar tentang keuangan.
Dengan mengatasi kesalahpahaman ini, jalan menuju kebebasan finansial menjadi lebih jelas dan terjangkau. Mulai dari investasi dengan modal kecil hingga pentingnya asuransi bagi semua usia, langkah-langkah praktis ini membuka pintu untuk siapa saja yang ingin memperkuat dasar keuangannya.
Meluangkan waktu untuk belajar dan menerapkan prinsip-prinsip finansial yang sehat adalah investasi terbaik untuk masa depan. Bukan cuma tentang uang, tetapi juga tentang menciptakan kehidupan yang lebih aman dan berkualitas.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Cara Cepat Kaya Paling Mudah yang Perlu Diketahui
Media sosial sering menampilkan konten yang cepat menyebar. Ini terjadi karena algoritma di balik layar memilih apa yang paling banyak orang tonton. Salah satunya, isi yang berkaitan dengan cara cepat kaya mendapat perhatian lebih.
Fenomena ini enggak tergantung dari sumbernya. Jadi, tanpa sadar, banyak yang terpapar dengan ide-ide tentang kekayaan instan. Ini menarik karena menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat.
So, kalau kamu bisa sampai di artikel ini karena kata kunci “cara cepat kaya” juga, ya sudah, mari kita bahas 3 cara cepat kaya paling mudah yang perlu diketahui.
Table of Contents
3 Cara Cepat Kaya
Mau cepat kaya, berikut ada 3 cara yang bisa dilakukan. Sudah banyak kasus dan buktinya, tetapi ya, selalu ada konsekuensinya juga.
1. Korupsi
Korupsi sering dilihat sebagai jalan pintas untuk menjadi cara cepat kaya. Untuk melakukannya, kamu harus banyak manipulasi dan pengambilan uang yang seharusnya bukan milik kamu.
Memang, metode ini bisa memberikan kekayaan dalam waktu singkat. Namun, ada risiko besar yang menyertainya. Salah satunya adalah kemungkinan berakhir di penjara.
Meskipun seseorang mungkin terhindar dari hukuman sekarang, konsekuensi jangka panjangnya tidak bisa dihindari. Berbuat curang, dalam bentuk apa pun, tetaplah sebuah tindakan yang salah. Memilih jalan ini bukan hanya berisiko dari segi hukum tetapi juga berdampak pada nilai moral seseorang.
2. Money Laundering
Money laundering, atau pencucian uang, adalah metode lain yang dianggap lebih “cerdik” daripada korupsi. Di sini, tugasnya adalah menyembunyikan asal-usul dana yang tidak sah.
Cara ini bisa menjadi salah satu cara cepat kaya, tetapi kamu juga harus siap karena risikonya sangat tinggi. Salah satu dampaknya adalah menjadi pusat perhatian negatif. Banyak orang akan bertanya-tanya dari mana asal kekayaan tersebut.
Selain itu, risiko hukum sangat nyata, termasuk kemungkinan penjara. Belum lagi dampak moral dan spiritual yang terkait dengan tindakan ini.
Memilih jalan ini berarti menghadapi pertanyaan dan keraguan dari banyak pihak, serta konsekuensi serius lainnya.
3. Warisan
Menerima warisan sebenarnya adalah cara yang sah untuk mendapatkan kekayaan. Memang, mendapat warisan tidak melanggar hukum atau etika. Namun, ada satu realitas yang tidak dapat dihindari.
Warisan datang dari kehilangan seseorang yang kita kenal, bisa saja orang-orang terdekat kita, termasuk anggota keluarga. Hal ini membuat situasinya jadi bittersweet. Di satu sisi, ada peningkatan finansial. Di sisi lain, kekayaan tersebut hadir sebagai hasil dari kepergian seseorang yang berarti dalam hidup kita.
Mana enak, kita dapat warisan, tetapi kehilangan orang tercinta? Hal ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap warisan, ada cerita kehilangan dan perpisahan yang mendalam.
Mana Cara Cepat Kaya yang Ingin Kamu Lakukan?
Jadi, mana yang ingin kamu lakukan, dari 3 cara cepat kaya di atas?
Tidak ada?
Memilih jalan yang aman dan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan adalah pilihan yang bijak. Beberapa orang mungkin menganggapnya sebagai tindakan “pengecut”, karena enggak mau mengambil risiko besar untuk cepat kaya.
Namun, keputusan untuk mengembangkan kondisi keuangan secara bertahap dan stabil adalah langkah yang matang. Artinya, kamu siap untuk membangun keuangan yang sehat dan kuat dari waktu ke waktu.
Jalan ini mungkin enggak membuat kamu menjadi kaya secara cepat, tetapi menawarkan kestabilan dan keamanan jangka panjang.
Bagi yang setuju dengan pendekatan ini, saatnya untuk merapatkan barisan. Ini adalah saat yang tepat untuk meninggalkan impian kekayaan instan dan bekerja menuju keuangan yang sehat.
Meskipun perjalanan ini mungkin enggak menarik atau menjadi viral, ada kepuasan tersendiri di dalamnya saat berhasil dilakukan. Mengetahui bahwa setiap sen yang dimiliki adalah hasil dari usaha keras sendiri memberikan rasa pencapaian yang nyata.
Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit, akhirnya akan terkumpul kekayaan yang berarti dan berjangka panjang.
Ingin mengelola keuangan dengan lebih bijak dan bertanggung jawab? QM Financial menawarkan solusi sempurna melalui Financial Clinic Online Series. Bergabunglah sekarang untuk mempelajari cara membangun keuangan yang sehat dan kuat. Dengan bimbingan dari trainers berpengalaman, kamu bisa belajar langkah-langkah praktis untuk mencapai kestabilan finansial.
Tidak hanya itu, bagi yang ingin meningkatkan literasi finansial di lingkungan kerja, QM Financial juga siap datang ke kantor lo! Kami menawarkan program financial training yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan tim perusahaan. Ini bisa jadi kesempatan emas untuk membekali diri dan rekan kerja dengan pengetahuan dan alat yang tepat dalam pengelolaan keuangan.
Jangan lewatkan kesempatan untuk membuat perubahan positif dalam keuangan pribadi kamu, dan juga tim perusahaan kamu. untuk informasi lebih lanjut tentang kelas-kelas online atau untuk mengundang tim QM Financial ke kantor. Belajar finansial bareng semua!
Semua Orang akan Jadi Sandwich Generation pada Waktunya: Apa yang Harus Disiapkan?
Apa? Setiap orang akan jadi sandwich generation pada waktunya? Kok serem?
Nah, itu dia yang masih belum banyak disadari oleh setiap orang yang punya orang tua. Isu menjadi sandwich generation ini sebenarnya dimiliki oleh setiap orang—bukan privilege kelompok tertentu saja. Jadi tenang, karena kamu banyak temannya.
Table of Contents
Sandwich Generation = Problematika Sejuta Umat
Sudah nonton video YouTube QM Financial yang ini?
Dalam video tersebut, lead trainer QM Financial, Mba Ligwina Hananto, menyebutkan bahwa setiap orang akan menjadi sandwich generation pada waktunya.
Hal ini enggak salah, atau sekadar menakut-nakuti loh. Ini adalah fakta yang terjadi pada setiap orang yang masih punya orang tua. Akar masalahnya simpel: Ketika orang tua kita bertambah usia, ya masa mau dibiarkan hidup sendiri? Usia 80-an tahun ke atas, umumnya orang akan membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas tertentu. Jadi, kayak balik lagi ke balita.
Budaya kita yang selalu gercep untuk saling membantu tidak akan “mengizinkan” seorang anak mengabaikan orang tuanya, di masa tua mereka. Ya, ini sih norma yang umum ya. Ada juga beberapa kasus yang di luar norma ini, yang harus dikaji kasus per kasus, tidak bisa digeneralisasi.
Nah, untuk membantu orang tua kita hidup itu, ya tentu ada biaya. Mau kita sendiri yang urus, atau memercayakan mereka pada orang yang lebih profesional atau ahli, pastinya biaya itu tetap ada.
Di sinilah berlaku bahwa setiap orang akan menjadi sandwich generation pada waktunya.
Strategi Perencanaan Keuangan yang Bisa Diterapkan oleh Semua Sandwich Generation
So, kamu akan butuh strategi perencanaan keuangan, yang bisa diterapkan oleh semua jenis sandwich generation.
Dalam konteks generasi sandwich, perencanaan keuangan dan investasi menjadi landasan penting. Di dalamnya ada pengaturan sumber daya finansial secara bijaksana untuk menjawab kebutuhan jangka panjang. Jadi, apa yang perlu dilakukan?
1. Membuat Anggaran Efektif
Membuat anggaran yang efektif sangat penting, terutama untuk kamu para generasi sandwich.
Jadi kenali kebutuhanmu, termasuk kebutuhan untuk merawat orang tua. Masukkan kebutuhan untuk orang tua ini di dalam anggaran. Buatkan persentase tersendiri sehingga kamu akan lebih mudah mengalokasikannya, dan tidak mengganggu kebutuhan lain yang sama pentingnya.
Anggaran ini harus mencakup enggak hanya untuk pengeluaran sehari-hari tapi juga untuk kebutuhan di masa depan. Jadi jangan lupa untuk mengalokasikannya, pada tabungan atau investasi.
Dengan mengelola keuangan secara bijak, bisa membantu meringankan beban finansial dan memberikan ketenangan pikiran dalam menghadapi kejutan atau kebutuhan mendadak di masa yang akan datang.
2. Berikan Perlindungan Asuransi Kesehatan untuk Orang Tua
Asuransi kesehatan itu penting, terutama untuk memberikan perlindungan finansial kalau ada yang sakit.
Kalau orang tua belum punya asuransi kesehatan, pastikan kamu membelikannya untuk mereka. BPJS Kesehatan bisa menjadi opsi terbaik. Dengan adanya asuransi kesehatan, perlindungan terhadap risiko biaya kesehatan tak terduga pun terjamin. Apalagi untuk orang tua, biasanya sudah mulai ada masalah kesehatan di sana sini.
3. Buat Rencana Pensiun untuk Diri Sendiri
Perencanaan pensiun bertujuan untuk memastikan stabilitas finansial di masa tua. Ingat, bahwa setiap orang akan menjadi generasi sandwich pada waktunya. Sehingga kita pun harus siap nantinya kalau sudah mulai menua, maka anak-anak kita bisa jadi juga akan menjadi generasi roti isi penerus.
Minimalkan menjadi beban hidup mereka. Seenggaknya, kalau mereka mau berbaik hati dan membalas budi, finansial tidak akan jadi masalah karena kita punya dana pensiun yang memadai.
4. Berkomunikasi dengan Anggota Keluarga Lain
Jika ada anggota keluarga lainnya yang bisa diajak berkomunikasi, bangun diskusi yang sehat dengan mereka. Dengan demikian, semua anggota keluarga dapat berbagi pikiran demi membantu orang tua bersama-sama.
Dengan begitu, beban bisa dibagi dan enggak menumpuk di salah satu anggota keluarga saja. Untungnya sih, umumnya masyarakat kita masih banyak yang percaya dengan kekuatan gotong royong. So, dalam hal mengurus orang tua, semangat ini seharusnya mudah ditemukan.
5. Kelola Stres dan Tekanan Emosional
Mengelola stres dan tekanan emosional saat berada di generasi sandwich memang tidak mudah, tetapi sangat penting untuk kesehatan mental.
Langkah awalnya adalah mengakui bahwa merasa tertekan itu normal dan mencari cara untuk mengatasinya. Kamu bisa mengambil waktu untuk diri sendiri, melakukan aktivitas yang kamu sukai, atau berolahraga untuk mengurangi stres.
Dalam mengelola stres dan tekanan emosional, teknik seperti meditasi, olahraga teratur, dan hobi yang menenangkan dapat sangat membantu.
Sekilas hal ini memang tampak tidak ada hubungannya dengan upaya sandwich generation untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarga secara finansial. Tapi jangan salah. Kalau aspek ini terganggu, bukan enggak mungkin, kebutuhan finansial akan terpengaruh.
6. Edukasi untuk Anak-Anak
Pendidikan dan komunikasi memegang peran kunci dalam membentuk dasar keluarga yang kuat.
Mengajarkan anak-anak tentang tanggung jawab dan empati sejak dini membantu mereka mengembangkan pemahaman tentang pentingnya saling membantu dan memahami perasaan orang lain. Terutama dalam konteks keluarga.
Memang kita harus berupaya supaya tidak menjadikan mereka sebagai generasi sandwich selanjutnya. Namun, memberikan rasa tanggung jawab dan “memiliki” terhadap keluarga, pastinya akan membentuk pribadi mereka secara lebih baik.
Nah, sandwich generation, semoga kamu semua semakin kuat dan berdaya ya, sehingga tak hanya mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Kamu juga bisa memenuhi kebutuhan keluargamu dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Budaya Pengelolaan Keuangan dari Warga 7 Negara Dunia yang Bisa Dipelajari
Pernah penasaran enggak, gimana orang-orang di luar sana—di luar Indonesia, maksudnya—mengelola keuangannya? Pasalnya, kita tahu dong pasti, bahwa basic budaya itu sedikit banyak memengaruhi cara pengelolaan keuangan pribadi orang tersebut. Bisa jadi karena ada tradisi tertentu, atau kondisi sosialnya, atau bahkan kondisi alam di mana orang tinggal, yang memengaruhi cara mengelola uang masing-masing.
Seru banget pasti, kalau kita bisa tahu bagaimana cara pengelolaan keuangan mereka masing-masing. Siapa tahu, bisa belajar hal baru, iya nggak sih?
Table of Contents
Budaya dan Kebiasaan Pengelolaan Keuangan dari 7 Warga Negara di Dunia
Budaya dan kebiasaan itu berkaitan erat. Termasuk dalam hal pengelolaan keuangan. So, dari hasil penelusuran ke beberapa sumber, warga dari beberapa negara ternyata punya kebiasaan pengelolaan keuangan yang khas dan menarik lo. Yuk, coba kita lihat.
1. Jepang: Menabung sebagai Kebiasaan Inti
Di Jepang, kebiasaan menabung telah menjadi bagian inti dari budaya mereka, yang mewakili nilai-nilai seperti kehati-hatian dan perencanaan untuk masa depan.
Masyarakat Jepang sudah memulai kebiasaan ini sejak usia muda, dengan tujuan untuk mengumpulkan tabungan yang dapat digunakan dalam situasi darurat atau untuk investasi jangka panjang.
Kebiasaan pengelolaan keuangan dengan menabung ini enggak hanya menunjukkan sikap bertanggung jawab terhadap keuangan pribadi, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup yang lebih luas yang menghargai kesederhanaan dan kehidupan yang bebas dari utang. Dengan mengutamakan pengeluaran yang bijaksana dan menghindari pemborosan, masyarakat Jepang menunjukkan komitmen mereka terhadap stabilitas finansial dan kesejahteraan jangka panjang, baik secara individu maupun sebagai komunitas.
2. Amerika Serikat: Fokus pada Investasi dan Kredit
Di Amerika Serikat, orang-orang punya kecenderungan kuat dalam hal penggunaan kredit dan partisipasi aktif dalam pasar saham.
Penggunaan kredit, baik melalui kartu kredit maupun pinjaman, dianggap sebagai alat yang vital dalam membangun dan memelihara skor kredit, yang berperan penting dalam ekonomi Amerika.
Di sisi lain, investasi di pasar saham enggak cuma dilihat sebagai cara untuk mengamankan masa depan finansial tetapi juga sebagai sarana untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi negara.
Dengan adanya berbagai sumber daya dan platform yang memudahkan akses ke pasar saham, semakin banyak orang Amerika yang melihat investasi sebagai cara untuk meningkatkan kekayaan pribadi mereka. Budaya ini menggambarkan sebuah masyarakat yang berani mengambil risiko dan inovatif dalam pengelolaan keuangan, selalu mencari peluang untuk tumbuh secara finansial melalui berbagai bentuk investasi.
3. India: Emas sebagai Investasi dan Simbol Status
Di India, emas memegang posisi yang sangat khusus dan multifaset dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Lebih dari sekadar investasi yang aman, emas dianggap sebagai simbol kemakmuran, status, dan bagian tak terpisahkan dari banyak tradisi budaya.
Keluarga di India umumnya memiliki dan mengakumulasi emas sebagai instrumen atau aset jangka panjang. Mereka memanfaatkannya sebagai pengaman terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi.
Selain itu, emas memiliki peran penting dalam berbagai upacara dan perayaan, terutama dalam pernikahan. Pemberian perhiasan emas enggak cuma dianggap sebagai hadiah, tetapi juga sebagai simbol berkah dan keinginan baik.
Investasi dalam emas di India enggak terbatas pada perhiasan. Emas batangan dan yang berbentuk koin juga sama populernya.
4. Jerman: Kecenderungan untuk Menghindari Utang
Orang Jerman terkenal memiliki disiplin yang kuat, nyaris sama dengan orang Jepang dalam hal pengelolaan keuangan. Masyarakat Jerman secara umum dikenal memiliki kecenderungan untuk menghindari utang, menunjukkan preferensi yang jelas untuk hidup sesuai dengan kemampuan finansial mereka.
Konsep ini juga tercermin dalam kebiasaan sehari-hari mereka yang cenderung menghindari hal-hal seperti belanja impulsif. Mereka lebih memprioritaskan nilai dan ketahanan suatu barang, ketimbang beli harga murah tapi mudah rusak.
Fokus pada tabungan juga sangat menonjol, dengan banyaknya orang Jerman memilih untuk menabung secara konsisten untuk masa depan, daripada menghabiskan uang untuk kepuasan jangka pendek.
Mentalitas ini mencerminkan nilai-nilai seperti ketanggungan, ketelitian, dan perencanaan jangka panjang, yang telah menjadi bagian penting dari budaya Jerman.
5. Tiongkok: Menabung untuk Masa Depan
Di China, konsep menabung uang enggak sekadar kebiasaan, tetapi merupakan sebuah tradisi yang berakar kuat.
Menabung sering kali dilihat sebagai cara paling efektif untuk memastikan keamanan finansial di masa depan. Prinsip ini sudah diajarkan dari generasi ke generasi.
Menabung bagi orang Tiongkok adalah tanggung jawab sosial dan keluarga. Ada pemahaman, bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk merawat anggota keluarga yang lebih tua. Jadi, menabung dianggap penting demi memenuhi tanggung jawab ini, memastikan bahwa ada sumber daya yang cukup untuk menyokong kehidupan keluarga, terutama pada masa pensiun orang tua.
Praktik ini mencerminkan nilai-nilai konfusianisme tentang penghormatan dan perawatan terhadap orang tua. Dengan demikian, dalam konteks ini, menabung tak hanya dilihat sebagai keputusan finansial yang bijak, tetapi juga sebagai ekspresi cinta dan rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
6. Brasil: Kegembiraan dan Kehidupan Sosial
Budaya Brasil dikenal dengan semangat komunitasnya. Mereka cenderung selalu bersemangat, hangat, dan punya jiwa sosial tinggi.
Di negara ini, pentingnya menjalin hubungan sosial dan merayakan kehidupan tercermin dalam cara pengelolaan keuangan penduduknya. Mereka umumnya spontan dan fleksibel dalam pengeluaran, dengan menekankan pentingnya menikmati momen sekarang, dan banyak berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan budaya. Mulai dari pertemuan keluarga yang besar, pesta jalanan, hingga acara-acara musik dan tari yang meriah.
Dalam banyak keluarga Brasil, kebiasaan menabung dan pengelolaan anggaran yang bijaksana tetap menjadi prioritas. Keseimbangan antara menikmati kehidupan dan bertanggung jawab secara finansial merupakan bagian dari etos masyarakat Brasil.
7. Swedia: Investasi dalam Kesejahteraan Sosial
Swedia, dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem kesejahteraan sosial yang paling maju di dunia. Warga negara ini umumnya paham, bahwa pajak tinggi merupakan trade-off terhadap sarana untuk mendanai layanan sosial yang luas dan inklusif.
Pendekatan ini mencerminkan nilai-nilai kolektif dan komitmen terhadap kesejahteraan bersama. Mereka melihat bahwa kesehatan, pendidikan, dan jaminan sosial yang berkualitas merupakan hak dasar setiap warga.
Warga Swedia memandang penting setiap anggota masyarakat, termasuk anak-anak, orang tua, dan mereka yang membutuhkan perawatan khusus. Karena itu, ada berbagai program dan inisiatif yang didanai oleh pajak.
Di Swedia, orang percaya bahwa kesejahteraan adalah tanggung jawab bersama masyarakat. Secara bersama inilah, mereka punya standar kualitas hidup yang tinggi dan rasa keamanan sosial yang kuat.
Setiap negara dan budayanya menawarkan perspektif yang unik terhadap pengelolaan keuangan pribadi, mencerminkan nilai, sejarah, dan kondisi ekonomi masing-masing.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Hmmm …
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengenal Rapat Umum Pemegang Saham untuk Investor Pemula
Kamu yang saat ini sedang belajar investasi saham, barangkali sering mendengar istilah rapat umum pemegang saham, atau RUPS ya?
RUPS merupakan salah satu bagian penting dari sebuah perusahaan terbuka yang sahamnya diperjualbelikan di lantai bursa. Di sinilah keputusan-keputusan yang akan menentukan arah dan masa depan perusahaan diambil, mulai dari pengesahan laporan keuangan hingga pengangkatan dewan direksi.
Sebagai investor pemula, memahami dinamika dan mekanisme rapat umum pemegang saham bukan hanya membantumu dalam membuat keputusan investasi, tetapi juga memberikan wawasan mengenai bagaimana perusahaan dijalankan.
So, yuk, kita belajar keuangan bareng di artikel ini, mengenal lebih jauh tentang RUPS.
Apa Itu Rapat Umum Pemegang Saham?
RUPS, yang merupakan kependekan dari Rapat Umum Pemegang Saham, biasanya diadakan setahun sekali sebagai platform bagi pemegang saham untuk menyuarakan aspirasi dan opini mereka berdasarkan laporan yang disajikan. Saran yang dikemukakan oleh pemegang saham ini penting untuk didengar oleh pemegang saham lain, direksi, dan komisaris. Jika saran ini disetujui, maka akan menjadi perintah resmi yang harus dijalankan oleh perusahaan.
Keberhasilan masa depan perusahaan sangat terkait dengan RUPS. Setiap saran yang diberikan diolah dan dibahas sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, RUPS merupakan agenda penting yang harus dilaksanakan dengan serius.
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, RUPS merupakan otoritas tertinggi dalam sebuah PT dan memiliki semua wewenang yang tidak diberikan kepada dewan komisaris dan direksi.
Wewenang tersebut meliputi persetujuan atas permohonan pailit, perubahan anggaran dasar, penunjukan dan pemecatan anggota direksi atau dewan komisaris, persetujuan perpanjangan usia perusahaan, serta penggabungan, pengambilalihan, pemisahan, atau pembubaran perusahaan.
RUPS umumnya berlangsung dalam forum di mana pemegang saham berhak mendapatkan informasi tentang perusahaan, baik dari dewan komisaris maupun direksi.
Apa Tujuan Diadakannya RUPS?
Tujuan diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) meliputi beberapa aspek penting. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Pengambilan Keputusan Strategis
RUPS merupakan forum utama untuk pembuatan keputusan strategis, seperti pengesahan laporan keuangan, penetapan kebijakan dividen, pengangkatan atau pemberhentian direksi dan dewan komisaris, serta perubahan anggaran dasar.
2. Penyampaian Laporan dan Akuntabilitas
RUPS memberikan kesempatan kepada direksi untuk menyampaikan laporan mengenai kinerja dan keadaan perusahaan, termasuk laporan keuangan, kepada pemegang saham, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitasnya.
3. Keterlibatan Pemegang Saham
Rapat umum pemegang saham memberikan kesempatan kepada pemegang saham untuk terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan, seperti memberi masukan atau mengajukan pertanyaan langsung kepada direksi atau dewan komisaris.
4. Pengambilan Keputusan Bersama
RUPS memungkinkan pemegang saham untuk membuat keputusan bersama mengenai isu-isu penting yang memengaruhi perusahaan, termasuk rencana strategis, merger, akuisisi, hingga restrukturisasi.
5. Pemenuhan Kewajiban Hukum dan Regulasi
RUPS diadakan untuk memenuhi kewajiban hukum dan regulasi yang terkait dengan pengelolaan perusahaan terbuka atau perusahaan terbatas, sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
6. Pembagian Dividen
Nah, ini nih yang biasanya memang ditunggu-tunggu. Salah satu agenda umum dalam RUPS adalah pembahasan dan penetapan pembagian dividen kepada pemegang saham. Mau berapa banyak, semua diputuskan dalam proses RUPS ini.
7. Pemeliharaan Hubungan Investor
Rapat umum pemegang saham juga bertujuan untuk memelihara hubungan yang baik antara perusahaan dan para investor, memberikan keyakinan kepada investor tentang kinerja dan arah strategis perusahaan.
Secara keseluruhan, rapat umum pemegang saham merupakan mekanisme kunci dalam tata kelola perusahaan yang baik. Rapat ini memastikan bahwa kepentingan pemegang saham terwakili dan dijaga sejalan dengan perkembangan dan keberlanjutan perusahaan.
Manfaat RUPS bagi Investor
Dari perspektif investor, rapat umum pemegang saham berperan sebagai sarana untuk pelaporan dan penetapan keputusan krusial perusahaan. Berikut adalah keuntungan RUPS bagi investor.
1. Pemantauan Kinerja Perusahaan
Sangat esensial bagi investor untuk mengetahui perkembangan bisnis yang diinvestasikannya. Dalam RUPS, kemajuan dan performa perusahaan dibahas melalui laporan dari Direksi dan Dewan Komisaris. Ini dimaksudkan untuk memverifikasi bahwa kinerja mereka masih sesuai dengan kesepakatan dan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan perusahaan.
2. Keterbukaan Informasi Keuangan Perusahaan
RUPS juga mengulas kondisi finansial perusahaan, termasuk pendapatan dan pengeluaran, sebagai bentuk keterbukaan kepada pemegang saham.
3. Pemahaman tentang Kebijakan Perusahaan yang Akan Datang
Keuntungan lain dari RUPS adalah kemampuan investor untuk memahami strategi dan kebijakan perusahaan untuk tahun mendatang. Kita sebagai investor alias pemegang saham tentu menginginkan perusahaan terus berkembang, ya kan? Supaya ke depannya, kita bisa mendapat keuntungan juga, pastinya.
Nah, dalam RUPS, pemegang saham memiliki kesempatan untuk memberikan saran, solusi, dan inovasi untuk kemajuan perusahaan. Jadi, boleh saja kalau memang kamu punya suatu ide yang nantinya bisa bikin perusahaan tersebut jadi lebih maju bisnisnya.
4. Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan Strategis Perusahaan
Keputusan strategis, seperti arah kebijakan perusahaan, distribusi dividen, serta penunjukan dan pemecatan direksi dan dewan komisaris, juga dibahas dalam rapat umum pemegang saham. Investor enggak cuma bisa mengutarakan pendapat, tetapi juga terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
Pengin Ikut Rapat Umum Pemegang Saham?
Nah, gimana? Kamu pengin ikut RUPS? Emang boleh, investor dengan modal kecil ikut RUPS? Boleh banget! RUPS mengundang semua pemegang saham, enggak peduli modal besar ataupun kecil.
Sebelumnya, kamu harus memenuhi dulu beberapa syarat berikut.
1. Punya Saham
Untuk dapat berpartisipasi dalam RUPS, sebagai pemegang saham, kamu harus memiliki saham di perusahaan yang mengadakan RUPS.
Kalau perusahaannya terbuka atau yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham harus memiliki minimal satu lot atau 100 lembar saham. Nama pemegang saham yang tercatat di tanggal pencatatan pemegang saham akan mendapat undangan RUPS.
2. Punya Konfirmasi Tertulis Kehadiran RUPS
Pemegang saham atau investor yang menerima undangan untuk menghadiri RUPS dari perusahaan publik perlu mendapatkan Konfirmasi Tertulis Undangan Rapat (KTUR) dari perusahaan efek tempat mereka membeli saham.
KTUR ini berisi informasi seperti nama pemilik saham, nomor identitas, alamat, jumlah saham yang dimiliki, tanggal tercatat sebagai pemegang saham, waktu dan lokasi RUPS, dan dokumen ini wajib dibawa saat menghadiri RUPS. Jadi, kalau kamu pengin hadir di RUPS, hubungi perusahaan efek tempat kamu beli saham, untuk mendapatkan KTUR ini dulu ya.
3. Membawa KTUR dan Dokumen Identitas
Saat menghadiri RUPS, pemegang saham atau investor diharuskan membawa KTUR dan dokumen identitas seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dokumen ini diperlukan untuk proses validasi data pemegang saham.
Rapat umum pemegang saham (RUPS) merupakan elemen kunci dalam tata kelola perusahaan, memberikan wawasan dan kesempatan partisipasi langsung bagi pemegang saham, termasuk investor pemula.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang RUPS, kita sebagai investor dapat memainkan peran aktif dalam membentuk masa depan perusahaan yang kita dukung. Pengetahuan tentang proses, hak, dan tanggung jawab dalam RUPS enggak cuma bisa membantu dalam mengambil keputusan investasi yang lebih cerdas, tetapi juga meningkatkan kepercayaan dalam dunia investasi.
Dengan demikian, keikutsertaan dalam RUPS menjadi jembatan bagi investor pemula untuk berkembang menjadi investor yang lebih berpengalaman.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengoptimalkan Manfaat dari Kelas Keuangan Online
Kamu sudah pernah ikut kelas keuangan QM Financial yang mana?
Ikut belajar keuangan di kelas online seperti di QM Financial memang bisa menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan keterampilan mengelola finansial. Nah, pertanyaannya, apa yang kemudian kamu lakukan setelah kelas selesai? Apakah sudah berhenti sampai di situ saja?
Ofkors tidak. Betul kan? Ya, seharusnya sih memang enggak berhenti hanya sampai kelas selesai. Bahkan faktanya, pembelajaran keuangan kita itu berlangsung seumur hidup loh! Jadi, jangan hanya berhenti di kelas. Lakukan beberapa hal berikut, agar manfaat kelas keuangannya lebih optimal.
Table of Contents
Mengoptimalkan Ilmu yang Didapatkan dari Kelas Keuangan
Review Materi
Setelah menyelesaikan kelas keuangan, langkah penting pertama adalah meluangkan waktu untuk secara menyeluruh untuk mereview kembali apa yang sudah didapatkan.
Enggak cuma sekadar membaca ulang catatan atau handout yang diberikan gratis, tetapi lebih kepada membenamkan diri dalam konsep dan prinsip yang telah dibahas.
So, cobalah duduk tenang, lalu buka semua materinya. Mulailah mengingat kembali topik-topik utama yang dibahas. Catatlah poin-poin penting dan konsep-konsep kunci, terutama yang paling relate dengan situasi yang sekarang kamu alami, atau yang memerlukan pemahaman lebih dalam.
Proses ini juga jadi kesempatan untuk mengidentifikasi area yang kamu mungkin belum sepenuhnya paham. Coba ditandai, agar kemudian kamu bisa mencari tahu lebih banyak dan menjawab pertanyaanmu sendiri.
Kamu juga bisa membuat ringkasan materi. Selain agar lebih mudah diingat, juga akan memudahkanmu untuk memahaminya. P
Praktik!
Apalah artinya belajar teori tanpa praktik? Bahkan, dalam hal keuangan, praktik itulah justru yang terbaik.
Setelah mempelajari berbagai konsep dan strategi di kelas keuangan, mulailah dengan mengidentifikasi aspek-aspek kehidupan finansial kamu yang paling membutuhkan perbaikan atau penyesuaian. Banyak ya?
Ya memang, tapi jangan overwhelmed dulu. Secara bertahap, aplikasikan satu konsep atau strategi pada satu waktu, sehingga kamu dapat memonitor dampaknya dengan jelas dan membuat penyesuaian bila perlu.
Sebagai contoh, jika kamu telah mempelajari tentang pentingnya anggaran, coba implementasikan dengan membuat anggaran bulanan yang detail. Buat rencana keuangan paling sederhana yang kamu bisa untuk memantau pengeluaran dan mengevaluasi efektivitasnya di akhir bulan.
Kalau mau segera fokus pada investasi, mulailah dengan investasi kecil di instrumen yang kamu pahami. Kamu bisa lanjut belajar dengan langsung praktik.
Memanfaatkan Sumber Daya Tambahan
Setelah mendapatkan ilmu di kelas keuangan, kamu juga bisa menambah lagi pengetahuanmu dari berbagai sumber daya tambahan lainnya.
Misalnya, habis ikutan kelas investasi, coba cari video QM Financial di YouTube yang menjelaskan tentang investasi. Dengan demikian, kamu akan mendapatkan pengetahuan dan wawasan lebih dalam lagi. Kamu bisa mencari juga podcast-nya di Spotify, atau baca-baca artikel di website ini.
Selain itu, kamu juga bisa bergabung dengan komunitas online, seperti forum keuangan atau grup media sosial. Dengan begitu, kamu bisa berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama, berbagi pengalaman, dan mendapatkan saran praktis.
Evaluasi dan Penyesuaian Strategi Keuangan
Setelah kamu mencoba mengimplementasikan ilmu yang kamu dapatkan, maka lakukan evaluasi agar kamu tahu seberapa efektif strategi tersebut untuk kamu gunakan mencapai tujuan keuangan.
Misalnya, kamu cek catatan keuanganmu. Apakah sekarang sudah mulai tampak seimbang antara pengeluaran dan pemasukan? Ataukah masih besar pasak daripada tiang? Jika iya, kamu perlu melihat lagi bagian mana yang salah, dan coba lakukan perubahan lagi.
Demikian juga kalau investasimu belum memberikan hasil seperti yang diharapkan, pertimbangkan untuk diversifikasi portofolio atau mengubah alokasi aset. Penting juga untuk mempertimbangkan perubahan dalam kondisi keuangan terkini, seperti perubahan pendapatan, keadaan keluarga, atau kondisi pasar.
Berbagi dengan yang Lain
Setelah memperkaya diri dengan pengetahuan dari kelas keuangan, membuka pintu pengetahuan itu kepada orang lain—baik itu keluarga, teman, atau rekan kerja—bisa menjadi pengalaman yang sama berharganya.
Enggak hanya akan membantu orang lain, berbagai ilmu juga akan membuatmu semakin pintar dan terampil dalam mengelola keuangan pribadimu. Proses berbagi ini akan “memaksa” kamu untuk melihat materi dari perspektif yang berbeda, sehingga bisa saja kemudian muncul pertanyaan atau insight yang tadinya enggak kepikiran.
Selain itu, diskusi yang muncul dari berbagi pengetahuan ini dapat menginspirasi ide-ide baru dan pendekatan yang berbeda terhadap masalah keuangan yang kamu hadapi. Jadi, enggak hanya bermanfaat untuk orang lain, kamu pun bisa belajar dari pengalaman dan wawasan orang lain.
Singkatnya, dengan berbagi pengetahuan, kamu enggak hanya memberi manfaat kepada orang lain tetapi juga terus mengasah dan memperluas pemahamanmu sendiri dalam dunia keuangan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!