Pengin Jadi Orang Mapan, Tumbuhkan Asetmu
Siapa yang enggak mau jadi orang mapan? Kayaknya sih semua orang juga mau mapan. Buktinya, banyak orang tua yang pengin punya mantu idaman yang mapan. Betul enggak nih?
Yah, menjadi orang mapan memang sering dianggap sebagai tujuan hidup yang ideal. Tapi, kayak apa sih “mapan” itu? Apa ciri-ciri orang mapan itu?
Table of Contents
Ciri-Ciri Orang Mapan
Sebenarnya, enggak pernah ada definisi jelas seperti apa orang mapan itu. Bisa dibilang relatif. Seperti halnya orang kaya. Definisi kaya memang tak pernah jelas kan? Kaya itu yang bagaimana? Sekadar punya uang banyak?
Sama juga, orang mapan itu seperti apa? Apakah punya pekerjaan tetap sudah bisa langsung dianggap sebagai mapan?
Kalau melihat di sekitar kita, mungkin bisa didefinisikan bahwa ciri-ciri orang mapan itu di antaranya adalah:
- Stabil secara finansial, memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, bahkan bisa menabung dan berinvestasi secara rutin.
- Punya aset yang berkembang, seperti properti, investasi, atau tabungan yang terus bertambah nilainya.
- Punya manajemen utang yang baik, mampu mengelola utang dengan bijak, termasuk membayar cicilan tepat waktu.
- Memiliki tujuan keuangan yang jelas, seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau investasi untuk masa depan.
- Sudah memiliki asuransi atau dana darurat yang cukup untuk menghadapi risiko tak terduga.
- Mampu membantu orang lain atau berdonasi tanpa mengorbankan kestabilan keuangannya.
- Punya gaya hidup sesuai kemampuan, enggak boros, dan dapat menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan.
Nah, gimana, apakah kamu setuju dengan ciri-ciri orang mapan seperti yang digambarkan di atas?
Kalau dilihat-lihat, ada satu ciri yang terutama sangat mendefinisikan arti mapan itu sendiri, yakni punya aset yang berkembang.
Setiap orang boleh saja memiliki standar berbeda tentang kemapanan, tetapi indikator utamanya adalah pertumbuhan aset dari tahun ke tahun. Pasalnya, pertumbuhan ini mencerminkan keberhasilan dalam mengelola keuangan dan membuat keputusan finansial yang tepat.
Aset yang terus bertambah memberikan keamanan finansial untuk menghadapi kebutuhan masa depan, seperti pendidikan, kesehatan, atau pensiun, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pendapatan aktif.
Selain itu, kalau asetnya bertumbuh, itu artinya yang bersangkutan mampu memanfaatkan penghasilannya secara efisien dan punya kemampuan berinvestasi. Kondisi ini membantu menciptakan cadangan keuangan yang dapat diandalkan saat menghadapi situasi darurat atau peluang besar.
Aset yang berkembang juga memberikan fleksibilitas dalam mengambil keputusan hidup, seperti memulai bisnis, mengejar pendidikan lebih tinggi, atau pensiun lebih awal.
Nah, jadi sekarang sudah tahu ya, gimana caranya mencari tahu apakah seseorang itu bisa dibilang mapan atau enggak. Coba tanyakan asetnya.
Baca juga: 8 Aset yang Bekerja untuk Kita dan Bisa Mendatangkan Penghasilan
Cara Menumbuhkan Aset agar Cita-Cita Mapan Tercapai
Terus, kalau cita-citanya pengin jadi orang mapan dengan aset yang bertumbuh, gimana caranya? Yuk, kita lihat.
1. Buat Rencana Keuangan
Rencana keuangan adalah kunci untuk mencapai segala jenis cita-cita, termasuk jadi orang mapan. So, tentukan tujuan keuanganmu berdasarkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dengan begitu, kamu pun dapat lebih mudah menyusun prioritas dan menentukan langkah yang sesuai.
Rencana keuangan yang baik mencakup alokasi penghasilan, pengelolaan pengeluaran, dan strategi menabung atau berinvestasi. Misalnya, untuk jangka pendek, fokus pada pengelolaan dana darurat dan pembayaran utang berbunga tinggi. Untuk jangka menengah, alokasikan sebagian dana ke investasi rendah hingga menengah risiko.
Sedangkan untuk jangka panjang, pilih instrumen investasi yang dapat memberikan hasil optimal seperti saham atau properti. Langkah ini memastikan aset bertambah sesuai target yang telah ditetapkan.
2. Pilih Instrumen Investasi sesuai Profil Risiko dan Kebutuhan
Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda. Hal ini dapat memengaruhi jenis investasi yang ideal. Kalau enggak sesuai, aset akan sulit bertumbuh. Jadi, coba cari tahu profil risikomu sendiri, sebelum menentukan instrumen investasinya ya.
Selain menyesuaikan dengan profil risiko, kebutuhan juga menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan. Misalnya, untuk kebutuhan jangka pendek, hasil akan lebih optimal dengan reksa dana pasar uang.
Diversifikasi investasi juga penting untuk meminimalkan risiko, misalnya dengan mengalokasikan dana ke berbagai sektor atau jenis aset. Dengan strategi ini, pertumbuhan aset untuk jadi orang mapan akan lebih stabil dan terencana.
3. Kelola Utang
Mengelola utang dengan bijak adalah kunci untuk memastikan aset dapat terus bertumbuh. So, pembayaran utang harus jadi prioritas.
Hindari mengambil utang konsumtif yang enggak signifikan untuk tujuan jangka panjang. Jadi, jika memang harus berutang, pastikan utang tersebut digunakan untuk hal produktif.
Selalu evaluasi kemampuan membayar cicilan dengan mempertimbangkan rasio utang terhadap pendapatan. Rasio ideal adalah maksimal 30% dari total penghasilan bulanan. Dengan pengelolaan yang cermat, utang dapat menjadi alat keuangan yang mendukung pertumbuhan aset, bukan menjadi beban yang menghambatnya.
4. Tingkatkan Pendapatan
Meningkatkan pendapatan juga perlu, sehingga mempercepat pertumbuuhan asetmu. Jadi, mulailah dengan mengeksplorasi peluang pekerjaan sampingan yang sesuai dengan keterampilan. Pekerjaan tambahan ini juga dapat membuka peluang baru untuk memperluas jaringan profesional loh.
Gunakan pendapatan tambahan ini secara bijak, untuk mencapai cita-cita jadi orang mapan dengan lebih cepat. Alokasikan sebagian untuk investasi atau menambah aset produktif.
5. Lindungi Aset dengan Asuransi
Last but not least, penting juga bagi kamu untuk melindungi aset dengan asuransi. Asuransi memberikan perlindungan terhadap kerugian finansial akibat berbagai kejadian, seperti bencana alam, kecelakaan, kerusakan properti, atau masalah kesehatan yang membutuhkan biaya besar.
Tanpa asuransi, biaya tak terduga ini dapat mengganggu keuangan. Boro-boro bisa tercapai cita-cita jadi orang mapan. Bisa jadi aset malah berkurang kalau kamu enggak punya asuransi.
Baca juga: Aset Finansial: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Aset Riil yang Perlu Diketahui
Jadi orang mapan itu bukan cuma soal penghasilan, tetapi bagaimana mengelola dan menumbuhkan aset dengan bijak. Dengan langkah yang tepat, kestabilan keuangan dan masa depan yang lebih cerah dapat dicapai.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Sikap Contoh Less Literate secara Finansial yang Bisa Merugikan
Ada well literate keuangan, tentu saja ada less literate keuangan. Faktanya, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia itu masih cukup rendah. Contoh less literate paling jelas adalah masih tingginya korban pinjol.
Yes, tingkat literasi keuangan yang rendah sering kali berujung pada meningkatnya korban pinjaman online ilegal. Meskipun akses ke layanan keuangan terbilang luas, dengan 85 dari 100 orang telah mengaksesnya, hanya 49 yang benar-benar memahami aspek keuangan dengan baik.
Data dari OJK menunjukkan bahwa, meskipun ada peningkatan signifikan dalam inklusi keuangan hingga 85,1 persen di tahun 2024 ini, tingkat pemahaman atau literasi keuangan masih terpaut jauh di angka 49,68 persen. Kesenjangan ini menciptakan ruang bagi masalah serius, termasuk maraknya pinjaman online ilegal yang merugikan banyak orang.
Table of Contents
Contoh Less Literate yang Masih Banyak Ditemui di Indonesia
Memang masih banyak contoh less literate yang bisa ditemukan di sekitar kita. Bahkan, mungkin di antara kita pun masih banyak yang melakukannya.
1. Merasa Enggak Butuh Anggaran
Ada orang yang merasa enggak butuh bikin anggaran. Alasannya, karena duit saja enggak ada, apanya yang dibikin anggaran?
Nah, ini jelas contoh less literate, karena kalau well literate maka orang tersebut akan membuat anggaran agar kemudian ada uang untuk dipakai memenuhi kebutuhan. Memang mindsetnya berbeda di sini. Makanya, sudah uangnya enggak ada, masih juga enggak bikin anggaran. Enggak heran kan, kalau sering kehabisan uang sebelum akhir bulan?
Baca juga: Stop Mental Miskin: Ini Cara Kamu Berdaya dan Berhenti Merendahkan Diri Sendiri
2. Kartu Kredit Dianggap sebagai ATM
Ada orang yang menganggap kartu kredit sebagai ATM, dan uang yang didapatkan dari menggesek kartu kredit adalah penghasilan tambahan, atau bahkan uang kaget.
Penggunaan kartu kredit tanpa memahami sepenuhnya cara kerjanya, termasuk paham kalau ada bunga dan biaya yang berlaku, dapat menyebabkan utang yang terus bertambah. Ini adalah contoh less literate yang juga masih sering ditemukan sekarang ini.
3. Investasi Sama dengan Judi
Menganggap investasi sama dengan judi menunjukkan kurangnya pemahaman tentang dasar-dasar keuangan dan merupakan salah satu contoh less literate secara finansial. Investasi dan judi adalah dua konsep yang sangat berbeda dalam hal tujuan, strategi, dan risiko.
Investasi dilakukan dengan tujuan mengembangkan nilai aset melalui berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, properti, atau instrumen lainnya. Pengembangan ini dilakukan berdasarkan analisis dan strategi yang matang. Untuk bisa mendapatkan hasil yang baik—sesuai dengan harapan—investasi harus dibarengi dengan riset tentang profil risiko, pasar dan instrumen investasi, serta mempertimbangkan faktor eksternal dan internal yang bisa memengaruhi nilai aset. Dengan begitu, risiko bisa diminimalkan melalui diversifikasi portofolio dan manajemen yang bijaksana.
Sebaliknya, judi bergantung sepenuhnya pada keberuntungan dan peluang. Tidak ada strategi nyata yang dapat memprediksi hasil dari judi secara akurat. Risiko kerugian dalam judi sangat tinggi dan tidak bisa dikontrol.
4. FOMO
FOMO dan mengikuti tren konsumsi tanpa pertimbangan merupakan salah satu contoh less literate secara finansial. Karena FOMO, orang akan sering melakukan belanja yang impulsif dan enggak terencana. Pastinya, hal ini dapat mengganggu kestabilan keuangan jangka panjang.
Biasanya sih, memang ini sering kejadian terutama kalau ada barang baru yang populer atau banyak digunakan oleh orang lain. Apalagi sering wira-wiri di media sosial, diendorse sama influencer. Banyak orang akhirnya beli tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut memang dibutuhkan, atau sesuai dengan kemampuan.
Tak hanya soal belanja barang sih. Di sini juga berlaku tentang investasi. Beberapa waktu yang lalu, pernah booming investasi saham. Banyak orang mencoba “peruntungan” membeli saham yang saat itu sedang naik daun, tanpa disertai riset yang cukup—hanya berbekal rekomendasi influencer di media sosial. Akibatnya, banyak orang membeli saham dengan uang panas—dengan uang arisan, uang pajak, uang hasil pinjaman, dan sebagainya.
5. Menganggap Semua Asuransi sebagai Penipuan
Menganggap setiap asuransi sebagai penipuan adalah salah satu contoh less literate yang cukup fatal. Kalau sampai ada orang yang menganggap asuransi adalah penipuan, maka itu menunjukkan kurangnya pemahaman tentang konsep dan fungsi asuransi dalam manajemen risiko.
Asuransi dirancang untuk memberikan perlindungan finansial terhadap risiko yang tidak terduga, seperti sakit, kecelakaan, atau kerusakan properti. Sikap skeptis terhadap asuransi bisa mengakibatkan keputusan yang merugikan dalam mengelola risiko tersebut.
Baca juga: 5 Ciri Orang yang Bisa Jadi Contoh Well Literate secara Finansial
6. Menganggap Utang sebagai Solusi Kekurangan Uang
Ada banyak orang menganggap utang sebagai solusi kekurangan dana. Padahal, justru ketika kita berani mengambil pinjaman, saat itu juga kita harus yakin bahwa kita punya uang untuk mengembalikannya.
Menganggap utang sebagai solusi kekurangan uang merupakan salah satu contoh less literate yang juga banyak ditemukan di masyarakat. Tak cuma berutang ke bank atau pinjaman online, bahkan berutang juga ke teman—yang kalau ditagih malah galakan yang ditagih.
7. Judi Dianggap sebagai Penghasilan
Ini lebih parah lagi daripada menganggap kartu kredit sebagai ATM dan utang sebagai solusi kekurangan uang. Tapi yang beneran anggap judi sebagai penghasilan itu benar-benar ada. Ini adalah contoh less literate terbesar sepertinya.
Judi berbeda jauh dari sumber penghasilan yang dapat diandalkan. Pasalnya, judi didasarkan pada keberuntungan dan kemungkinan yang tidak terprediksi, bukan pada keterampilan atau upaya yang konsisten.
Memahami contoh less literate secara finansial dan menghindari sikap-sikap tersebut dapat mencegah kerugian finansial. Melalui edukasi dan kesadaran, dapat tercipta pengelolaan keuangan yang lebih baik dan kehidupan finansial yang lebih stabil.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
9 Hak Finansial yang Diberikan Berdasarkan Kontrak Kerja Karyawan
Kontrak kerja karyawan itu dokumen penting. Di dalamnya tercantum hak dan kewajiban antara perusahaan dan karyawan. Karena itu, jangan pernah skip membaca kontrak ini, meskipun sudah ada jaminan kamu diterima bekerja.
Dalam kontrak ini, berbagai hak finansial biasanya dijabarkan dengan jelas untuk memastikan karyawan mendapatkan kompensasi yang adil dan sesuai dengan kontribusinya. Hak finansial ini tidak hanya mencakup gaji pokok, tetapi juga berbagai tunjangan, bonus, dan jaminan lain yang memberikan keamanan finansial bagi karyawan selama mereka bekerja di perusahaan tersebut.
Semua hak dalam kontrak kerja karyawan ini dirancang untuk memberikan kepastian finansial dan motivasi bagi karyawan, memastikan mereka merasa dihargai dan didukung oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
Table of Contents
Hak Finansial yang (Seharusnya) Ada di Kontrak Kerja Karyawan
Dalam kontrak kerja karyawan, hak finansial biasanya mencakup beberapa komponen utama berikut ini.
1. Gaji atau Upah
Ini adalah jumlah pembayaran yang diterima karyawan sebagai kompensasi atas pekerjaan mereka. Gaji biasanya dibayarkan secara bulanan dan bersifat tetap, sedangkan upah biasanya dihitung berdasarkan jam kerja dan bisa bervariasi tergantung pada jumlah jam yang bekerja.
Biasanya besaran gaji ini sudah dibicarakan di awal perekrutan, sehingga di dalam kontrak kerja karyawan, sifatnya sudah tetap.
2. Tunjangan
Hak finansial yang kedua ini adalah bentuk tambahan kompensasi yang diberikan kepada karyawan selain gaji pokok. Tunjangan dapat mencakup berbagai jenis, seperti:
- Tunjangan Transportasi: Kompensasi untuk biaya transportasi harian karyawan ke tempat kerja.
- Tunjangan Makan: Uang tambahan untuk menutupi biaya makan selama jam kerja.
- Tunjangan Perumahan: Bantuan keuangan untuk biaya tempat tinggal, sering diberikan kepada karyawan yang ditempatkan jauh dari rumah.
- Tunjangan Kesehatan: Uang tambahan atau fasilitas untuk keperluan medis dan kesehatan.
- Tunjangan Keluarga: Tambahan penghasilan untuk karyawan yang memiliki tanggungan keluarga.
Tunjangan di atas bisa berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya, antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Ya beda macamnya, beda besarannya. Umumnya, jenis dan jumlah tunjangan yang diberikan biasanya disesuaikan dengan posisi, jabatan, dan lokasi kerja karyawan.
Namun, sah-sah saja jika kamu merasa perlu menanyakannya kepada HR mengenai macam dan besaran yang akan kamu terima. Apalagi ini seharusnya juga tercantum dalam kontrak kerja karyawan.
Baca juga: Plafon Pengobatan dan Tunjangan Kesehatan Karyawan yang Harus Dipahami
3. Bonus dan Insentif
Bonus dan insentif biasanya dikatakan sebagai benefit, yaitu penerimaan uang selain gaji pokok, biasanya sebagai penghargaan atas kinerja atau pencapaian tertentu. Beberapa bentuk bonus dan insentif meliputi:
- Bonus Tahunan: Pembayaran yang diberikan sekali setahun, biasanya berdasarkan profit perusahaan atau kinerja keseluruhan karyawan sepanjang tahun.
- Insentif Kinerja: Pembayaran tambahan yang diberikan berdasarkan pencapaian target atau kinerja individu atau tim. Misalnya, pencapaian penjualan tertentu atau penyelesaian proyek dengan hasil yang sangat baik.
- Bonus Berbasis Proyek: Pembayaran yang diberikan setelah berhasil menyelesaikan proyek tertentu, terutama jika proyek tersebut memberikan keuntungan besar bagi perusahaan.
Jumlah dan frekuensi pembayaran bonus dan insentif biasanya ditentukan oleh kebijakan perusahaan dan bisa bervariasi tergantung pada hasil kinerja dan kontribusi karyawan terhadap tujuan perusahaan.
4. Lembur
Ada juga kompensasi tambahan yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di luar jam kerja normal mereka, biasa disebut uang lembur. Beberapa poin penting mengenai lembur meliputi:
- Jam Kerja Normal: Biasanya ditentukan dalam kontrak kerja karyawan dan bisa bervariasi tergantung pada perusahaan dan negara. Misalnya, 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
- Tarif Lembur: Jumlah pembayaran per jam untuk kerja lembur biasanya lebih tinggi daripada tarif jam kerja normal. Tarif lembur sering kali dihitung sebagai persentase tambahan dari gaji pokok, misalnya 1,5 kali atau 2 kali dari tarif normal.
- Kondisi Lembur: Ketentuan tentang kapan lembur diperbolehkan dan bagaimana harus dilaporkan, termasuk apakah lembur harus disetujui sebelumnya oleh manajemen.
- Pembayaran Lembur: Waktu dan metode pembayaran untuk kerja lembur, yang bisa bersamaan dengan gaji reguler atau sebagai pembayaran terpisah.
Ada beberapa aturan terkait lembur yang harus diperhatikan juga di sini. Kalau di Indonesia, acuannya adalah UU Nomor 6/2023. Dalam undang-undang tersebut ada batasan berapa lama maksimal karyawan boleh lembur. Sementara di PP 35/2021 ada cara menghitung upah lembur. Setiap HR seharusnya sudah paham mengenai hal ini, dan karyawan berhak menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada HR.
5. Cuti Berbayar
Cuti berbayar adalah hak karyawan untuk mengambil waktu libur dengan tetap menerima gaji. Cuti berbayar mencakup beberapa jenis cuti, antara lain:
- Cuti Tahunan: Hari libur yang diberikan setiap tahun kepada karyawan untuk beristirahat dan berlibur. Jumlah hari cuti tahunan di Indonesia biasanya 12 hari per tahun. Ada juga yang berbeda sih, silakan cek kebijakan perusahaan masing-masing ya.
- Cuti Sakit: Waktu libur yang diberikan ketika karyawan sakit dan tidak dapat bekerja. Karyawan tetap menerima gaji selama cuti sakit, dan jumlah hari cuti sakit yang dibayarkan biasanya ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Namun, ada juga yang menerapkan batasan, sampai berapa hari karyawan mendapat gaji penuh, sampai berapa hari gaji tidak penuh, dan kapan mulai tidak menerima gaji.
- Cuti Melahirkan: Waktu libur yang diberikan kepada karyawan wanita sebelum dan setelah melahirkan. Biasanya 3 bulan. Di negara lain sudah ada yang menerapkan cuti untuk ayah baru juga.
- Cuti Khusus: Cuti yang diberikan untuk keperluan tertentu seperti pernikahan, pemakaman, atau keperluan keluarga lainnya.
- Cuti Libur Nasional: Hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, di mana karyawan tidak bekerja tetapi tetap menerima gaji.
Kebijakan cuti berbayar biasanya dijelaskan dalam kontrak kerja karyawan, memastikan bahwa karyawan memahami hak mereka untuk waktu libur dengan bayaran.
6. Asuransi
Bentuk perlindungan finansial yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan diberikan dalam bentuk asuransi ini. Ada juga perusahaan yang menyertakan keluarga karyawan.
Umumnya akan meliputi:
- Asuransi Kesehatan: Menyediakan perlindungan untuk biaya medis, seperti pemeriksaan rutin, rawat inap, operasi, dan obat-obatan. Asuransi ini membantu mengurangi beban finansial karyawan saat mereka atau anggota keluarganya sakit. Minimal BJPS Kesehatan.
- Asuransi Jiwa: Menyediakan pembayaran kepada keluarga atau ahli waris karyawan jika karyawan meninggal dunia. Asuransi jiwa memberikan perlindungan finansial bagi keluarga karyawan dalam situasi yang tidak terduga.
- Asuransi Kecelakaan Kerja: Memberikan kompensasi dan perlindungan jika karyawan mengalami kecelakaan saat bekerja, termasuk biaya medis dan kompensasi untuk hilangnya kemampuan kerja sementara atau permanen.
Perusahaan biasanya membayar premi asuransi ini sebagian atau sepenuhnya, dan detail perlindungan serta manfaat yang diberikan dijelaskan dalam kebijakan perusahaan atau kontrak kerja karyawan. Asuransi ini membantu memastikan karyawan merasa aman dan terlindungi dalam berbagai situasi kesehatan dan keselamatan.
7. Dana Pensiun atau Jaminan Hari Tua (JHT)
Di Indonesia, perusahaan wajib menyertakan setiap karyawan dalam program pensiun BPJS Ketenagakerjaan. Kadang, ada juga perusahaan yang memiliki program pensiun mandiri. Hal ini wajib dicantumkan dalam kontrak kerja karyawan, yang umumnya meliputi:
- Kontribusi Perusahaan: Jumlah atau persentase gaji karyawan yang akan disetorkan oleh perusahaan ke dalam dana pensiun atau program JHT. Kontribusi ini bisa bersifat tetap atau berdasarkan perhitungan tertentu.
- Kontribusi Karyawan: Beberapa program juga mengharuskan karyawan untuk menyumbang sejumlah dana dari gaji mereka sendiri, yang kemudian akan digabungkan dengan kontribusi dari perusahaan.
- Syarat dan ketentuan lain, misalnya aturan penerimaannya yang berdasarkan masa kerja, dan lain sebagainya.
Program dana pensiun atau JHT membantu karyawan mempersiapkan masa pensiun mereka dengan lebih aman secara finansial, dan memastikan bahwa mereka memiliki sumber pendapatan setelah berhenti bekerja.
8. Pesangon
Pesangon merupakan kompensasi yang diberikan kepada karyawan saat terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan. Ketentuan mengenai pesangon yang ada di dalam kontrak kerja karyawan biasanya mencakup beberapa aspek berikut:
- Alasan pemutusan
- Jumlah pesangon
- Komponen pesangon
- Masa Pemberian Pesangon
- Kondisi Tambahan
- Hak dan Kewajiban
Pesangon bertujuan untuk memberikan jaminan finansial kepada karyawan yang kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba dan membantu mereka selama masa transisi menuju pekerjaan baru.
Baca juga: Menerima Uang Pesangon PHK, Segera Lakukan 5 Hal Berikut
9. THR (Tunjangan Hari Raya)
THR adalah pembayaran tambahan yang wajib diberikan oleh perusahaan kepada karyawan di Indonesia menjelang hari raya keagamaan. Beberapa poin penting mengenai THR meliputi waktu pembayaran dan jumlah THR. Namun, kadang ada perusahaan yang tidak mencantumkan hal ini di kontrak kerja karyawan tetapi ada di peraturan perusahaan.
Semua poin ini biasanya dirinci dalam kontrak kerja untuk memastikan bahwa karyawan memahami hak-hak finansial mereka sebelum memulai pekerjaan.
Nah, bagaimana? Apakah semua hak finansial di atas ada dalam kontrak kerja karyawan yang kamu terima?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gaji Pemain Bola Muda dan Kiat Keuangan yang Tepat
Keberhasilan Timnas U23 yang maju sampai semifinal Piala AFC 2024 dengan mengalahkan Australia, Yordania, dan Korea Selatan, menunjukkan betapa pentingnya investasi pada talenta muda. Gaji pemain bola yang tinggi tidak hanya sebagai pengakuan atas bakat, tetapi juga sebagai alat motivasi untuk mengeluarkan performa terbaik di tingkat internasional.
Namun, tantangan yang dihadapi tidak berhenti di lapangan hijau. Pengelolaan keuangan menjadi aspek kritis yang sering terabaikan oleh banyak pemain muda. Tanpa strategi keuangan yang matang, gaji pemain bola yang besar bisa cepat terkuras. Hal ini menekankan pentingnya pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang solid agar keberhasilan di lapangan dapat berlanjut menjadi kestabilan finansial di masa depan.
Table of Contents
Berapa sih Gaji Pemain Bola?
Nathan Tjoe-A-On yang telah resmi menjadi warga negara Indonesia melalui proses naturalisasi adalah pemain termahal saat ini. Menurut data dari m.aiscore.com, gaji pemain bola pemain Swansea yang sedang menjalani masa pinjaman di SV Heerenveen ini sebesar 104 ribu Euro. Angka ini setara dengan Rp1,8 miliar. Setiap minggu, ia menerima 2.000 Euro, yang jika dikonversi menjadi Rp34,8 juta. Situs Transfer Markt mencatat nilai pasar dari pemain sayap kiri ini sebesar Rp6,08 miliar.
Sementara Rizky Ridho, kapten Timnas U-23 dan pemain belakang Persija Jakarta, termasuk dalam daftar pemain dengan pendapatan tertinggi di Indonesia. Ia menerima gaji tahunan sebesar Rp5,65 miliar. Nilai pasarnya saat ini mencapai Rp6,95 miliar.
Ivar Jenner, pemain FC Utrecht, memiliki gaji tahunan sebesar 27.560 poundsterling, yang setara dengan Rp559 juta. Setiap minggu, ia mendapatkan 530 poundsterling atau Rp10,7 juta. Menurut data dari transfermarkt.co.id, nilai pasarnya mencapai Rp5,21 miliar.
Pratama Arhan baru saja menandatangani kontrak dengan Suwon FC dan mendapatkan gaji sebesar 282,1 juta won per musim. Jika dikonversi, angka ini menjadi sekitar Rp3,2 miliar. Pemain sayap kiri ini memiliki nilai pasar sebesar Rp4,35 miliar.
Gimana? Gaji kamu seper berapanya, gaes?
Gaji tinggi yang diterima oleh pemain sepak bola memang memungkinkan mereka untuk memiliki kehidupan yang berkecukupan. Namun, tanpa pemahaman yang baik tentang pengelolaan keuangan, gaji besar tersebut bisa saja cepat habis. Pengetahuan tentang cara mengelola dan menginvestasikan uang dengan bijak sangat penting untuk memastikan kestabilan finansial jangka panjang, terlepas dari besarnya penghasilan. Tanpa keterampilan ini, bahkan pendapatan yang tinggi sekalipun bisa terbuang sia-sia.
Maka tak heran kan, kalau kita juga sering dengar berita, mengenai beberapa mantan atlet nasional yang pernah berjaya di eranya, kini hidup pas-pasan bahkan ada yang sampai kekurangan.
Baca juga: Punya Gaji 2 Digit Juga Kudu Punya Keterampilan Mengelola Keuangan yang Baik – Mengapa?
Kiat Mengelola Gaji Pemain Bola dan Keuangan Mereka secara Umum
So, setuju ya, kalau soal pengelolaan gaji—lebih umumnya pengelolaan keuangan—ini memang penting buat semua orang. Termasuk para pemain sepakbola, meskipun bukan rahasia lagi bahwa gaji pemain bola itu sangat tinggi. Terutama mereka yang berprestasi.
Namun, prestasi tak ada artinya jika nanti di saat pensiun, hidup jadi sengsara. So, coba lakukan beberapa hal berikut untuk membuat keuangan kamu menjadi stabil, wahai pemain bola idaman bapack-bapack se-Indonesia Raya.
1. Kiat Pengelolaan Keuangan Standar
Kiat standar ini adalah beberapa langkah pengelolaan standar, yang seharusnya memang dilakukan oleh semua orang. Termasuk untuk mengelola gaji pemain bola. Apa saja?
- Buat anggaran yang realistis dan catat semua pengeluaran, sehingga kamu dapat memantau arus kas dan menghindari pemborosan.
- Investasikan uang di berbagai instrumen keuangan sesuai tujuan keuanganmu, untuk meningkatkan potensi penghasilan pasif.
- Miliki asuransi yang memadai, terutama asuransi kesehatan dan kecelakaan, mengingat risiko cedera yang tinggi dalam olahraga.
- Punya dana pensiun, mengingat karier yang cenderung pendek. Manfaatkan skema pensiun atau buat rencana pensiun pribadi untuk memastikan keamanan finansial di masa depan.
- Sempatkan waktu untuk belajar tentang dasar-dasar keuangan, pajak, investasi, dan manajemen risiko.
- Tekan utang konsumtif seperti kartu kredit dengan tingkat bunga tinggi atau pinjaman untuk barang-barang mewah yang tidak penting.
- Siapkan dana darurat yang cukup untuk menutup biaya hidup minimal 6 bulan
2. Manajemen Karier Pascapensiun
Mengingat karier profesional dalam sepak bola cenderung berlangsung singkat, penting bagi pemain untuk merencanakan karier kedua. Misalnya saja—kalau mau yang berhubungan dengan karier sekarang—menjadi pelatih, analis olahraga, atau memulai usaha dalam industri yang diminati.
Menyiapkan diri untuk transisi ini selagi masih aktif bermain dapat memperlancar perpindahan ke kehidupan setelah pensiun dari sepak bola.
3. Memiliki Tim Keuangan
Kalau memang perlu, memiliki tim keuangan sendiri juga akan sangat membantu loh.
Dibandingkan dengan kebanyakan orang, pemain bola sering kali menghadapi situasi keuangan yang lebih kompleks dan berpotensi mendapatkan pendapatan yang sangat besar dalam waktu singkat.
Memiliki tim keuangan, yang bisa termasuk penasihat keuangan, akuntan, dan bahkan pengacara, bisa membantu mengelola kekayaan, pajak, dan investasi secara lebih efektif.
4. Memanfaatkan Endorsement dan Kontrak Iklan
Pemain bola sering memiliki peluang untuk meningkatkan dan menambah pintu penghasilan melalui endorsement dan kontrak iklan.
Nah, yang perlu diperhatikan adalah pilih kesepakatan yang tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga tidak membahayakan reputasi atau nilai sebagai atlet. Negosiasi kontrak yang cerdas sangat krusial di sini.
5. Perlindungan Hukum untuk Penghasilan
Pastikan bahwa semua kontrak, baik itu kontrak klub maupun kesepakatan pribadi, secara hukum melindungi kepentingan sebagai pemain bola. Termasuk di dalamnya adalah memperjelas syarat-syarat seperti gaji, bonus, dan klausul perlindungan jika cedera.
6. Atur Gaya Hidup
Live below your means—artinya hiduplah secara sederhana, tidak berlebihan. Apalagi punya gaya hidup melebihi gaji. Apalagi dengan gaji pemain bola, bisa saja tergoda untuk membelanjakan uang untuk barang-barang mewah. Namun, akan sangat penting untuk bisa menjaga gaya hidup yang relatif moderat dan berkelanjutan. Hal ini akan dapat mencegah pemborosan penghasilan selama masa puncak karier dan mempersiapkan masa ketika penghasilan mungkin berkurang.
Baca juga: 5 Cara Agar Gaya Hidup Sejalan dengan Gaji
Nah, demikianlah. Menerapkan kiat-kiat ini dapat membantu mengelola gaji pemain bola dengan lebih baik tetapi juga mempersiapkan masa depan yang lebih aman dan stabil.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
6 Situasi Love-Hate Relationship dengan Uang yang Sering Terjadi
Uang merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan modern yang memiliki peran kompleks dan sering kali ambigu dalam kehidupan kita sehari-hari. Fenomena ini menciptakan apa yang sering disebut sebagai love-hate relationship atau hubungan cinta-benci dengan uang. Fenomena ini bisa kita rasakan ketika kita mendapatkan emosi positif dan negatif yang intens terhadap uang secara bersamaan.
Di satu sisi, uang bisa menjadi sumber kebahagiaan, keamanan, dan kebebasan, memungkinkan kita untuk memenuhi kebutuhan, mewujudkan impian, dan menikmati kehidupan. Di sisi lain, uang juga bisa menjadi sumber stres, kecemasan, dan konflik, baik internal maupun dalam hubungan dengan orang lain.
Table of Contents
Pengaruh Love-Hate Relationship dengan Uang
Love-hate relationship ini bukan sekadar fenomena psikologis yang semata. Bahkan, hal ini bisa memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kesehatan finansial kita.
Cara kita merasakan dan berinteraksi dengan uang dapat memengaruhi keputusan finansial yang kita buat, dari pengelolaan pengeluaran sehari-hari hingga strategi investasi jangka panjang. Misalnya, ada di antara kamu yang merasa bahagia banget ketika belanja, di saat yang sama mungkin kamu juga sulit menabung untuk tujuan finansial jangka panjang. Sementara itu, ada orang yang terlalu fokus berhemat, hingga enggak punya kesempatan untuk menikmati hidup.
Memahami dinamika hubungan kita dengan uang adalah langkah pertama untuk mengelolanya dengan lebih bijak. Dengan menyadari emosi dan pola pikir yang mendasari perilaku finansial kita, kita bisa mengambil langkah-langkah untuk menyeimbangkan antara mengejar kebahagiaan jangka pendek dan keamanan jangka panjang.
Pada akhirnya nanti, dengan kebijakan pengelolaan keuangan yan baik, kita pun mampu membuat keputusan finansial yang lebih sehat, mengurangi stres yang berkaitan dengan uang, dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.
6 Love-Hate Relationship dengan Uang yang Sering Terjadi
So, setidaknya ada enam situasi love-hate relationship dengan uang yang umum terjadi. Menariknya, kita sering kali enggak menyadarinya. Seperti apa saja?
1. Happy saat Belanja, Menyesal Setelahnya
Bagi banyak orang, berbelanja merupakan aktivitas yang lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan. Banyak yang bilang, belanja itu bikin bahagia, bahkan terapi.
Konon, saat kita membeli sesuatu yang sangat diinginkan, ada ledakan endorfin—hormon kebahagiaan—yang membuat kita feel better. Mood menjadi lebih baik, sehingga pembelian impulsif semakin menjadi.
Namun, enggak jarang kesenangan belanja ini segera digantikan oleh perasaan bersalah atau menyesal setelah belanja. Apalagi ketika kita mengevaluasi pembelian dan dampaknya terhadap keuangan, kita jadi sadar bahwa pengeluaran tersebut sebenarnya enggak perlu atau berlebihan. Situasi ini menjadi semakin rumit ketika melibatkan aktivitas utang untuk belanja. Love-hate relationship-nya semakin menjadi deh.
2. Merasa Aman saat Menabung, sekaligus Merasa Tak Bebas Menikmati Hidup
Menabung itu adalah salah satu aktivitas keuangan yang penting, karena terkait dengan keamanan dan kesehatan keuangan kita sendiri. Punya tabungan yang cukup artinya kita siap menghadapi berbagai situasi, baik saat ini, masa mendatang, bahkan ketika ada ketidakpastian.
Biasanya, ketika melihat saldo rekening bertambah, kita juga merasa semakin aman. Perasaan ini diperkuat oleh prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik yang sering diajarkan kepada kita: pentingnya memiliki dana darurat, pentingnya persiapan untuk masa pensiun, dan kebutuhan untuk menjadi bebas finansial.
Namun, untuk bisa menabung, kadang kita memang perlu “mengorbankan” beberapa hal. Misalnya, mengurangi nongkrong dengan teman-teman, mengurangi belanja, mengurangi self-reward, dan sebagainya.
Karena banyak membatasi diri, akhirnya kita pun merasa terkekang oleh “aturan” yang kita buat sendiri. Banyak hal yang enggak bisa kita lakukan. Of course, hal ini akan berdampak pada kesehatan mental kita.
3. Senang Punya Penghasilan Besar, tetapi Tekanan Meningkat
Siapa sih yang enggak pengin punya gaji besar? Rasanya pasti puas, dan yang pasti merasa energi yang dikeluarkan jadi tak sia-sia. Betul?
Gaji besar sering dianggap sebagai pengakuan atas kerja keras dan pencapaian. Namun enggak cuma berhenti di situ. Gaji besar juga (akhirnya) membuka peluang untuk dapat meningkatkan gaya hidup, investasi, dan pengalaman yang mungkin sebelumnya enggak terjangkau.
Penghasilan yang lebih tinggi juga memberikan rasa aman yang lebih besar. Kita bisa jadi menabung lebih banyak, menekan peluang berutang, dan bisa memenuhi beragam kebutuhan dengan lebih baik.
Tapi gaji besar juga umumnya datang dengan pressure pekerjaan yang lebih tinggi. Tanggung jawabnya lebih besar, bahkan kadang menuntut lebih banyak energi dan waktu. Kadang, semakin tinggi jabatan, semakin besar gaji, waktu untuk kebersamaan dengan orang-orang tercinta juga semakin berkurang.
4. Senang Bisa Berinvestasi, tetapi sekaligus Takut Rugi
Semakin banyak kita belajar keuangan, semakin kenal dengan beragam produk yang bisa dimanfaatkan, mendorong kita untuk bisa berinvestasi lebih banyak lagi.
Bagi banyak orang, berinvestasi melambangkan peralihan dari sekadar menyimpan uang menjadi aktif mengembangkannya. Sebuah proses yang “berisiko”, bukan?
Apalagi semua orang juga tahu, bahwa kondisi pasar bisa sangat berfluktuasi dan tidak dapat diprediksi. Bahkan investasi yang paling direncanakan sekalipun bisa berakhir dengan kerugian, karena berbagai sebab. Ditambah lagi, enggak semua penyebab itu bisa kita kontrol atau kelola risikonya.
5. Antusias saat Mengajukan Pinjaman Uang, tetapi Bingung ketika Harus Mengembalikan
Hingga muncullah fenomena yang berutang justru lebih galak daripada yang menagih utang.
Mengambil utang memang enggak dilarang. Untuk kondisi-kondisi tertentu, berutang bisa menjadi sarana untuk mencapai tujuan yang mungkin enggak dapat kita capai dengan dana yang tersedia saat ini. Misalnya seperti membeli rumah, atau bahkan memulai bisnis.
Pada saat pengajuan pinjaman disetujui, kita pun merasa lega dan antusias. Rasanya, kita telah diberi kesempatan untuk bergerak maju dengan rencana atau keinginan kita, dan masa depan tampak lebih cerah karena kemungkinan-kemungkinan baru yang terbuka.
Namun, kegembiraan ini cepat berubah menjadi tekanan ketika tiba saatnya untuk memenuhi kewajiban pembayaran. Ketegangan dan kecemasan muncul saat kita dihadapkan dengan realitas cicilan bulanan yang harus dibayar setiap bulannya.
Beban ini menjadi lebih berat jika kondisi finansial kita mengalami perubahan yang enggak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, pengurangan pendapatan, atau keadaan darurat finansial lainnya. Apa yang awalnya tampak sebagai langkah maju dalam mencapai tujuan bisa menjadi beban yang menekan. Enggak hanya pada keuangan kita tetapi juga pada kesejahteraan emosional dan mental.
6. Rasa Aman Punya Asuransi, Frustrasi dengan Premi dan Klaim
Asuransi merupakan instrumen keuangan yang dirancang untuk memberikan perlindungan. Baik itu asuransi kesehatan, kendaraan, properti, atau jenis asuransi lainnya.
Tujuan semua asuransi itu sama, yakni untuk mengurangi beban finansial yang dapat timbul akibat kejadian tak terduga. Kepemilikan atas polis asuransi menawarkan ketenangan pikiran, mengetahui bahwa dalam situasi darurat, kita enggak akan dibiarkan menghadapi kesulitan finansial sendirian.
Kepastian ini sangat penting, memberikan rasa aman yang memungkinkan kita untuk lebih bebas menikmati kehidupan sehari-hari tanpa khawatir akan risiko finansial dari kemungkinan bencana.
Namun, pengalaman memiliki asuransi juga enggak selalu bebas dari frustrasi. Salah satunya adalah besarnya premi yang harus dibayarkan secara berkala.
Premi asuransi, terutama untuk polis dengan cakupan luas atau jumlah pertanggungan tinggi, bisa menjadi beban finansial yang cukup signifikan. Bagi sebagian orang, rasanya kayak “buang-buang uang” saja, apalagi kalau ternyata enggak ada klaim.
Frustrasi ini juga sering muncul saat proses klaim, yang bisa terasa rumit dan melelahkan. Ada banyak persyaratan dokumen yang harus disiapkan, prosedur klaimnya sendiri juga membingungkan, sudah begitu, klaimnya ditolak.
Begitulah, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui love-hate relationship dengan uang yang cukup rumit.
Dari situasi ketika kita merasa bahagia karena bisa membeli sesuatu yang diinginkan hingga perasaan stres karena tekanan finansial, love-hate relationship dengan uang adalah bagian alami dari kehidupan modern.
So, penting bagi kita untuk memahami dinamika ini agar dapat mengelola keuangan dengan lebih baik dan mencapai keseimbangan yang lebih sehat dalam hubungan kita dengan uang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bayar Premi Asuransi Pakai Kartu Kredit? Yay or Nay?
Beberapa waktu yang lalu ada kasus yang cukup ramai dibahas di media sosial. Tentang seseorang yang tak bisa mengklaim asuransinya karena lapse. Ternyata, selama ini premi asuransi tersebut dibayar dengan kartu kredit, dan kemudian kartu kreditnya tidak aktif selama beberapa lama.
Mungkin kemudian ada yang bertanya-tanya, kok bayar premi asuransi pakai kartu kredit sih? Emang boleh?
Table of Contents
Membayar Premi Asuransi Pakai Kartu Kredit, Emang Boleh?
Kenapa enggak boleh? Faktanya, memilih metode pembayaran untuk premi asuransi menjadi pertimbangan penting dalam pengelolaan keuangan.
Ada beberapa hal yang bisa menguntungkan jika kita membayar premi asuransi dengan kartu kredit. Namun, juga penting untuk memahami berbagai aspek yang terlibat dalam penggunaan metode pembayaran ini, terutama ketika berkaitan dengan transaksi finansial besar seperti pembayaran premi asuransi.
Dengan mempertimbangkan pro dan kontra, pembayaran premi asuransi melalui kartu kredit dapat menjadi pilihan yang bijaksana atau sebaliknya, tergantung pada situasi keuangan masing-masing.
Membayar Premi Asuransi dengan Kartu Kredit: Pro
Menurut penjelasan dari trainer QM Financial, Mba Emiralda, ada kemungkinan pembayaran premi dengan kartu kredit bisa menguntungkan, karena orang jadi bisa membayar secara tahunan—yang umumnya nominalnya besar. Banyak perusahaan asuransi yang menawarkan beberapa keringanan jika pemegang polis membayar premi tahunan, misalnya ada gratis premi satu bulan, atau keuntungan yang lain.
Jika dilihat-lihat, memang ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dari pembayaran dengan kartu kredit ini.
1. Kemudahan dan Kenyamanan
Pembayaran premi asuransi menggunakan kartu kredit itu lebih mudah. Dengan hanya beberapa klik atau ketukan pada layar, transaksi dapat diselesaikan dari mana saja, tanpa perlu mengunjungi kantor asuransi atau melakukan transfer bank manual. Ini menghemat waktu dan mengurangi usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembayaran.
Fitur auto-debit juga menjadi keuntungan tambahan, memastikan premi dibayar tepat waktu setiap bulan atau setiap tahun, enggak perlu susah-susah mengingat. Dengan mengaktifkan fitur ini, risiko keterlambatan pembayaran dan potensi denda dapat diminimalkan.
2. Bisa Dapat Poin dan Rewards
Menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran bisa membuat kita mendapatkan banyak manfaat tambahan berupa poin, cashback, atau rewards. Poin-poin ini nantinya dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah atau keuntungan, seperti voucher belanja, tiket pesawat, atau bahkan pengurangan pada tagihan kartu kredit berikutnya.
Manfaat ini, meskipun tampak kecil per transaksi, tapi kalau terakumulasi ya jadinya banyak juga. Apalagi kalau kamu punya premi asuransi besar atau membayar untuk beberapa polis.
Membayar Premi Asuransi dengan Kartu Kredit: Kontra
Di sisi lain, terdapat beberapa hal yang patut menjadi perhatian jika pembayaran premi asuransi dilakukan dengan kartu kredit.
1. Total Biaya Asuransi Jadi Lebih Besar
Penggunaan kartu kredit untuk membayar premi asuransi memang membawa kemudahan, tetapi juga risiko keuangan berupa bunga kartu kredit yang bisa meningkatkan total biaya asuransi.
Jika saldo yang terutang dari pembayaran premi tidak dilunasi sebelum periode bebas bunga berakhir, bunga kartu kredit akan mulai dikenakan. Akibatnya, hal ini akan memberatkan beban keuangan.
2. Memengaruhi Riwayat Kredit
Penggunaan kartu kredit yang tinggi, terutama ketika mendekati atau melebihi batas kredit, dapat berdampak negatif terhadap skor kredit. Skor kredit dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya kelancaran pembayaran.
Jika sampai pembayaran dengan kartu kredit ini memberatkanmu, sehingga membuatmu tersendat melunasinya, maka hal ini ke depannya bisa memengaruhi skor kredit. Jika skor kredit kurang baik, hal ini bisa membawa dampak pada hal keuangan lain. Misalnya, kamu kesulitan mengajukan KPR, atau bahkan dalam beberapa kasus, menghambat karier juga loh.
Jadi, pastikan bahwa kamu selalu bijak dalam mengelola utang kartu kredit untuk membayar premi ini ya. Berikut beberapa ceklis yang perlu selalu kamu ingat terkait hal ini:
- Secara rutin memeriksa saldo kartu kredit dan memastikan penggunaannya tetap dalam batas yang aman.
- Membayar lebih dari pembayaran minimum bulanan dapat mengurangi saldo lebih cepat dan menurunkan rasio utang terhadap kredit. Jika memungkinkan, bayar saja langsung lunas.
- Gunakan sumber pembayaran lain untuk premi asuransi selama periode keuangan yang ketat untuk menghindari peningkatan utang kartu kredit.
- Membuat anggaran dan rencana keuangan jangka panjang dapat membantu menghindari ketergantungan berlebihan pada kartu kredit.
Dengan mempraktikkan pengelolaan kartu kredit yang bijak, risiko terhadap skor kredit dapat diminimalkan. Kesehatan finansial dapat tetap terjaga sambil memanfaatkan kemudahan dan manfaat yang ditawarkan oleh kartu kredit.
Tip Pembayaran Premi Asuransi yang Aman
Menurut trainer QM Financial, Mba Emiralda, memiliki asuransi sejatinya adalah untuk memperingan hidup kita. Jadi, jangan sampai pembayaran premi asuransi justru memberatkan. Kalau dengan punya asuransi, hidup menjadi lebih berat, berarti ada sesuatu yang salah.
Untuk pembayaran premi, masih menurut Mba Emiralda, sebaiknya lebih baik menabung dulu untuk dibayarkan tahunan, jika memang pembayaran tahunan. Dengan demikian, tidak ada risiko utang yang justru menambah beban perlindungan.
Pasalnya, dengan membayar baru mencicil, itu artinya kita mengambil hak masa depan untuk kebutuhan saat ini. Pertanyaannya, apakah kita seyakin itu kalau cash flow di masa depan aman?
Pastikan pembayaran premi menjadi salah satu prioritas, dengan cara memasukkannya ke dalam anggaran rutin kamu, dan alokasikan dari penghasilan. Dengan demikian, enggak akan terjadi dana terpakai untuk keperluan lain yang kurang penting.
Premi asuransi yang dibayar dengan kartu kredit menawarkan kemudahan dan potensi manfaat tambahan, tetapi juga memerlukan pertimbangan matang terhadap risiko finansial. Keputusan ini harus didasarkan pada pemahaman menyeluruh terhadap situasi keuangan pribadi dan kebijakan penyedia layanan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Peran Penting Kelas Keuangan dalam Merencanakan Masa Depan
Hadirnya beragam kelas keuangan pastinya dapat membantu banyak orang untuk mendapatkan keterampilan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi bahkan hingga masa depan.
Apakah ada di antara kamu yang masih ragu ikutan kelas keuangan? Apa yang membuat kamu ragu?
Table of Contents
Manfaat Kelas Keuangan dalam Perencanaan Jangka Pendek
Yes, kelas keuangan itu bisa bantu kamu mengembangkan keterampilan pengelolaan keuangan pribadi. Salah satunya untuk berbagai tujuan jangka pendek.
Dua aspek penting dari perencanaan jangka pendek yang bisa kamu pelajari dalam kelas ini adalah peningkatan kemampuan dalam membuat anggaran—alias budgeting—dan mengelola cash flow sehari-hari.
1. Pemahaman tentang Anggaran
Di kelas keuangan, kamu bisa belajar cara membuat anggaran yang realistis, dan sesuai dengan pendapatan serta kebutuhan sehari-hari. Tercakup juga di dalamnya adalah pemahaman tentang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta cara alokasi dana untuk masing-masing kategori pengeluaran secara efektif.
2. Pelacakan Pengeluaran
Kamu juga bisa belajar teknik untuk melacak pengeluaran, yang merupakan langkah penting dalam mengelola cash flow. Dengan begitu, kamu dapat mengidentifikasi area di mana kamu mungkin menghabiskan lebih dari yang direncanakan dan menyesuaikan kebiasaan belanja kamu.
3. Mengelola Cash Flow
Selanjutnya, kamu bisa belajar strategi untuk memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan, bagaimana cara menjaga cash flow agar tetap positif. Hal ini penting banget karena bisa membuatmu terhindari dari utang yang tak perlu, dan akhirnya bisa membantumu mencapai stabilitas finansial.
4. Menetapkan Tujuan secara Cerdas
Kamu bisa belajar pentingnya menetapkan tujuan keuangan yang spesifik, terukur, realistis, dan tertarget. Dengan begitu, berbagai tujuan finansial jangka pendek—seperti membangun dana darurat atau merencanakan liburan—bisa diwujudkan tanpa beban yang berarti.
5. Berpikir Jangka Panjang
Meskipun belajar membuat rencana keuangan jangka pendek, tetapi dengan ikut kelas keuangan, kamu bisa sekaligus berpikir jangka panjang. Gampangannya, kamu bisa memenuhi kebutuhan jangka pendek, tanpa mengorbankan masa depan.
Kelas keuangan enggak hanya akan memberikan pengetahuan untuk mengelola keuangan sehari-hari dengan lebih baik, tetapi juga memberikan alat dan kepercayaan diri sehingga kamu bisa membuat keputusan keuangan yang cerdas.
Dengan mengikuti kelas keuangan, kamu dapat meningkatkan kesejahteraan finansial dan membangun fondasi yang kuat untuk masa depan finansial yang stabil.
Peranan Kelas Keuangan dalam Perencanaan Jangka Panjang
Tak hanya jangka pendek, kelas keuangan juga dapat memberikan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk merencanakan masa depan finansialmu dengan lebih baik. Dalam kelas ini, kamu akan diajak untuk fokus pada investasi, rencana pensiun, hingga asuransi.
1. Belajar Investasi
Kamu bisa belajar beragam jenis produk keuangan, utamanya investasi, yang tersedia, termasuk saham, obligasi, reksa dana, properti, dan lainnya.
Dengan memahami karakteristik dan risiko masing-masing jenis investasi, kamu dapat membuat keputusan yang lebih tepat sesuai dengan tujuan dan toleransi risiko yang kamu miliki.
2. Membuat Rencana Pensiun yang Realistis dan Efektif
Di kelas keuangan, kamu bisa belajar cara menghitung dana yang dibutuhkan untuk pensiun, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti inflasi, perkiraan biaya hidup, dan jangka waktu pensiun. Kamu bisa menentukan, berapa banyak seharusnya kamu menyisihkan pendapatan untuk diinvestasikan setiap bulan atau setiap tahun, untuk mencapai target pensiunmu ini.
Termasuk juga di dalamnya, kamu bisa berkenalan dengan beragam instrumen yang bisa membantumu membangun dana pensiun dengan memadai. Kamu bisa berkenalan dengan BPJS Ketenagakerjaan, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, juga belajar cara membangun dana pensiun secara mandiri. Kamu akan belajar cara mengintegrasikan sumber-sumber tersebut dalam rencana pensiunmu.
3. Belajar Pentingnya Asuransi
Di kelas keuangan, kamu tak hanya belajar bagaimana menghasilkan dan mengeluarkan uang saja, tetapi juga bagaimana caranya melindungi uang dan asetmu.
Asuransi diajarkan sebagai alat penting untuk melindungi aset dan pendapatan dari risiko tidak terduga. Ada berbagai jenis asuransi, termasuk asuransi jiwa dan kesehatan yang penting untuk dipahami dulu. Bahkan kamu bisa juga belajar bagaimana memilih polis yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Nah, gimana? Sudah yakin belum, bahwa kelas keuangan itu penting karena dapat membantumu mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dengan perencanaan finansial yang matang dan terstruktur.
Melalui edukasi tentang budgeting, cash flow, investasi, rencana pensiun, hingga asuransi, kamu pun dapat membangun fondasi yang kuat untuk beragam tujuan jangka pendek sekaligus memastikan keamanan finansial jangka panjang kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Punya Gaji 2 Digit Juga Kudu Punya Keterampilan Mengelola Keuangan yang Baik – Mengapa?
Punya gaji 2 digit? Duh, kebayang deh, bebasnya mau ngapain aja bisa.
Eits, tapi jangan salah loh. Mau punya gaji 2 digit, gaji 3 digit, gaji 1000 digit, kalau enggak tahu cara mengelola keuangan dengan baik, pada akhirnya ya bakalan boncos juga. Mubazir, kasihan deh uangnya enggak ada gunanya.
Punya gaji besar bukan berarti tinggal ongkang-ongkang saja menikmati gaji. Kudu dikelola dengan baik juga, supaya ada manfaatnya. Kalau enggak untuk diri sendiri, ya untuk sesama. Bener nggak sih?
Sudah banyak bukti tuh, ada yang kerja dan mendapat gaji besar, punya banyak barang mewah, tetapi ternyata enggak punya tabungan. Bukan mendoakan, tetapi kadang di hidup itu juga ada badai. Misalnya, ndilalah badainya terlalu besar, dan kita enggak siap, gimana? Punya gaji segede apa pun, enggak ada artinya kan?
Table of Contents
Mengapa Pengelolaan Keuangan Itu Penting, Juga untuk yang Punya Gaji 2 Digit?
Pada prinsipnya, pengelolaan keuangan adalah proses merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengontrol aset finansial dalam kehidupan kita. Termasuk di dalamnya ada kegiatan seperti budgeting, mengatur prioritas, investasi, menabung, hingga aktivitas sosial, seperti membayar zakat misalnya.
Tujuan pengelolaan keuangan ini sama saja—baik untuk yang punya gaji besar ataupun yang UMR—untuk memastikan bahwa kita dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, sambil juga menabung untuk tujuan jangka panjang dan menghadapi keadaan darurat tanpa stres finansial yang enggak perlu.
Nah, konsep dasar ini harus dipahami dengan baik dulu, karena pengelolaan keuangan yang baik itu dapat memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita. Dari membeli kebutuhan sehari-hari, membayar tagihan, menyisihkan dana untuk pendidikan atau pensiun, hingga berinvestasi untuk masa depan. Semua ini memerlukan perencanaan dan pengelolaan yang cermat agar dapat tercapai tanpa mengorbankan kestabilan finansial.
Kesalahan Pengelolaan Keuangan Mereka yang Punya Gaji 2 Digit
Betul, sering banget lihat sambat finansial di media-media sosial, seperti di akun fess atau perseorangan. Katanya, gaji besar, tapi kok susah nabung ya?
Nah, di kalangan orang berpendapatan tinggi, ada beberapa kesalahan pengelolaan keuangan yang umum dilakukan sehingga membuat mereka jadi enggak bisa stabil secara finansial (meskipun gajinya besar). Di antaranya:
- Terjadi inflasi gaya hidup. Yes, istilah ini merujuk pada meningkatnya gaya hidup atau lifestyle ketika gaji naik. Akibatnya, muncul pengeluaran tambahan yang mengikis pendapatan, tanpa meningkatkan tabungan atau investasi.
- Kurang diversifikasi. Berinvestasi dalam satu aset atau sektor saja, yang meningkatkan risiko finansial jika pasar aset atau sektor tersebut turun.
- Enggak punya asuransi atau dana darurat, karena merasa cukup nyaman dengan pendapatan rutin yang tinggi. Akhirnya begitu ada yang di luar rencana dan biayanya besar, jadi bingung kan?
- Pengelolaan utang yang buruk. Ada banyak kasus, ketika orang bergaji tinggi ternyata punya utang konsumtif yang tinggi juga. Mirisnya, mereka justru enggak punya rencana keuangan yang solid untuk mengembalikan pinjamannya.
So, pengelolaan keuangan yang baik adalah kunci untuk mencapai dan memelihara kestabilan finansial. Bukan soal nominal banyak dan sedikit yang didapatkan, tetapi justru pada pengeluarannya.
Keterampilan Pengelolaan Keuangan yang Wajib Dimiliki
Mengelola keuangan pribadi bagi yang punya gaji 2 digit akan membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk membuat keputusan yang bijaksana. Berikut adalah beberapa keterampilan utama yang perlu dimiliki oleh kamu yang bergaji besar, agar bisa mengelola keuangan dengan baik.
1. Budgeting: Cara Membuat Anggaran yang Realistis
Mulailah dengan mendokumentasikan semua sumber pendapatan dan mencatat semua pengeluaran untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang situasi keuangan kamu.
Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Alokasikan dana terlebih dahulu untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan. Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, dan buat anggaran yang membantu kamu mencapai tujuan tersebut.
Sesuaikan anggaran secara berkala agar dapat beradaptasi dengan cepat jika terjadi perubahan dalam pendapatan atau pengeluaran.
2. Investasi: Memilih Investasi yang Sesuai Tujuan
Untuk bisa memulai investasi, kamu perlu membuat rencana keuangan dulu. Tentukan judul, jangka waktu, dan targetnya. Meskipun gajimu besar, tiga hal ini—judul, jangka waktu, dan target investasi—tetap perlu kamu miliki ya.
Dengan adanya judul, jangka waktu, dan target, kamu akan bisa melakukan investasi dengan lebih terarah. Hingga nanti akhirnya, kamu enggak gampang menyabotase keuanganmu sendiri demi hal-hal lain yang kurang penting.
Setelah menentukan judul, jangka waktu, dan target, selanjutnya kamu bisa memilih instrumennya. Sesuaikan karakter instrumen dengan rencana investasi yang sudah kamu buat. Dengan demikian, diharapkan, investasimu dapat berkembang secara optimal.
3. Hemat dan Efisien: Mengurangi Pengeluaran
Periksa pengeluaran bulanan dan identifikasi area di mana kamu bisa berhemat. Meskipun gaji besar, tak ada salahnya jika kamu menerapkan frugal living. Justru, dengan konsep ini, bisa dipastikan, tabungan dan investasimu akan berkembang dengan lebih baik.
4. Perencanaan Pajak: Jadi Warga Negara yang Baik
Bayar semua pajak yang diwajibkan ya. Simpan dokumen dan bukti terkait pajak dengan rapi untuk memudahkan pelaporan dan audit. Update segala peraturan yang berlaku, agar memudahkanmu dalam proses pembayarannya.
5. Persiapan untuk Masa Depan: Asuransi dan Dana Pensiun
Asuransi itu penting dimiliki oleh siapa saja, baik yang bergaji UMR maupun yang punya gaji 2 digit. Apalagi kalau kamu merupakan tulang punggung keluarga. Pastikan semua orang yang hidupnya kamu tanggung memiliki asuransi kesehatan. Paling basic adalah BPJS Kesehatan. Kalau perlu, boleh dilengkapi dengan asuransi kesehatan swasta.
Jangan lupa untuk melindungi dirimu sendiri dengan asuransi jiwa. Agar jika terjadi apa-apa, orang-orang terkasih yang hidupnya bergantung padamu bisa tetap bertahan hidup.
Rencanakan juga dana pensiun kamu. Jangan sampai lupa untuk menyisihkan kontribusi ke dana atau program pensiun, baik yang diberikan oleh kantor ataupun yang kamu bangun secara mandiri. Pastikan masa pensiunmu nanti juga senyaman sekarang, saat kamu masih punya gaji 2 digit.
Nah, jadi meskipun punya gaji 2 digit, ternyata PR-nya juga banyak kan?
Menguasai keterampilan ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan praktik. Namun, dengan komitmen untuk belajar dan menerapkan prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan, kamu pasti dapat membangun dasar yang kuat untuk kesejahteraan finansialmu sendiri dan keluarga, bahkan bisa menjamin masa pensiunmu tetap bisa dijalani seperti sekarang saat masih bergaji besar.
Nah, gimana? Kalau mau, kamu bisa mengundang QM Financial team untuk mengadakan financial training di kantormu, untuk memastikan semua orang punya skill pengelolaan keuangan yang baik, dari yang gajinya sudah besar maupun yang masih entry level. Kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
5 Mitos tentang Belajar Finansial untuk Pemula
Memulai belajar finansial untuk pemula memang bisa terasa menakutkan. Banyak orang beranggapan bahwa memahami dunia keuangan membutuhkan bakat khusus atau akses eksklusif ke informasi tertentu.
Mitos ini, sayangnya, mendorong banyak orang menjauh dari upaya meningkatkan literasi keuangannya. Padahal, dengan pemahaman yang benar, setiap langkah kecil dalam mempelajari dasar-dasar keuangan dapat berdampak besar pada kestabilan dan kemakmuran finansial di masa depan.
So, mari kita bahas beberapa mitos yang sering menghalangi dan menghambat orang dalam memulai perjalanan finansialnya. Ya, barangkali termasuk kamu juga. Tujuannya jelas, untuk menghilangkan intimidasi tentang belajar finansial untuk pemula, dan menunjukkan bahwa belajar tentang keuangan adalah akses terbuka untuk semua. Seperti tagline-nya QM Financial, belajar finansial bareng semua.
Table of Contents
Mitos seputar Belajar Finansial untuk Pemula yang Perlu Diempaskan
So, kalau kamu masih percaya dengan mitos-mitos tentang belajar finansial ini, maka sekarang saatnya kamu empaskan saja.
1. Butuh Uang Banyak untuk Mulai Investasi
Belajar finansial untuk pemula sering kali terhambat oleh anggapan bahwa memulai investasi memerlukan banyak uang.
Nyatanya, perkembangan teknologi dan munculnya berbagai platform investasi telah mengubah pandangan ini. Sekarang, dengan hanya sejumlah uang yang relatif kecil, siapa pun bisa memulai. Bahkan dari Rp10.000 saja loh.
Berbagai instrumen investasi dirancang khusus untuk memudahkan pemula. Misalnya, ada reksa dana yang memungkinkan investasi dengan modal awal yang sangat terjangkau. Dengan begitu, terbuka pintu bagi lebih banyak orang untuk tumbuh finansial tanpa harus menunggu sampai punya banyak uang.
2. “Apanya yang Diatur? Duitnya Aja Nggak Ada!”
Banyak orang enggan belajar finansial untuk pemula, dan malah bilang, “Apanya yang diatur? Duitnya aja nggak ada.”
Padahal, ya justru ketika masih sedikit, uang harus mulai diatur. Jangan-jangan, duitnya enggak ada karena memang enggak pernah diatur? Jadi enggak tahu, ke mana saja uangnya pergi.
Pengetahuan finansial adalah kebutuhan yang berlaku universal, enggak peduli seberapa tebal dompet seseorang. Semua orang berhak dan perlu mengerti cara mengelola keuangan dengan baik, bahkan (atau apalagi) jika saat ini merasa tidak memiliki cukup uang.
Literasi keuangan adalah alat penting dalam membangun fondasi ekonomi yang kuat, terlepas dari jumlah uang yang dimiliki saat memulai.
3. Terlalu Rumit untuk Dipelajari
Belajar finansial untuk pemula kerap kali dianggap sebagai hal yang terlalu rumit. Namun, kenyataannya berbeda.
Banyak sumber daya yang tersedia, baik online maupun offline, yang menyajikan materi keuangan dengan cara yang mudah dimengerti. Dari buku-buku yang ditulis untuk pemula hingga kursus online yang interaktif, semuanya dirancang untuk memecahkan konsep-konsep keuangan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dicerna.
Di QM Financial, kamu bisa mengakses banyak sekali format belajar finansial. Mulai dari artikel-artikel yang ada di website ini, video-video di kanal YouTube, podcast di Spotify, sampai e-book juga ada loh!
Untuk memulai, cukup fokus pada dasar-dasar keuangan seperti pengelolaan anggaran, pentingnya menabung, dan dasar-dasar investasi. Akan lebih baik lagi, jika kamu mulai dengan belajar Blueprint of Your Money.
Dengan mengambil langkah kecil, belajar finansial enggak lagi terasa sebagai beban, melainkan sebagai perjalanan menarik menuju kemandirian dan kebebasan finansial. Tip praktis seperti mengatur pengeluaran harian atau menentukan tujuan keuangan jangka pendek dapat menjadi titik awal yang baik untuk membangun kebiasaan finansial yang sehat.
4. Saham Itu Judi
Banyak orang yang menganggap bahwa pasar saham sama dengan judi. Persepsi ini enggak tepat, apalagi kalau kemudian membuatmu terhambat dalam belajar finansial untuk pemula.
Ada perbedaan mendasar antara berinvestasi di pasar saham dan berjudi. Investasi dilakukan berdasarkan pada penelitian, analisis, dan strategi jangka panjang yang bertujuan untuk pertumbuhan modal di masa depan. Sebaliknya, judi bergantung pada keberuntungan dan peluang instan tanpa dasar analisis yang kuat.
Untuk bisa berinvestasi di pasar saham, kita harus paham tentang nilai perusahaan, kondisi ekonomi, dan faktor lain yang memengaruhi harga saham. So, harus dilakukan riset dengan saksama dan punya strategi investasi jangka panjang.
Berinvestasi di pasar saham bisa menjadi sarana efektif untuk membangun kekayaan. Hal yang sangat berbeda dengan judi.
5. Masih Muda Enggak Butuh Asuransi
Kan, masih sehat! Gitu katanya.
Padahal, memiliki asuransi sejak dini justru merupakan langkah strategis dalam belajar finansial untuk pemula. Dengan memiliki asuransi sesuai kebutuhan, risiko keuangan bisa dikelola dan melindungi dirimu dari kejadian tak terduga yang bisa mengganggu stabilitas finansial.
Asuransi kesehatan adalah asuransi yang wajib dimiliki terlebih dulu. Baru kemudian, jika kamu merupakan orang yang menjadi andalan banyak jiwa untuk bergantung hidup, kamu akan butuh asuransi jiwa.
Memiliki asuransi sejak usia muda bukanlah pemborosan, melainkan investasi dalam merencanakan masa depan yang lebih aman dan stabil. Asuransi itu penting sebagai bagian dari strategi keuangan yang komprehensif, bukan sekadar opsi tambahan.
Mematahkan mitos seputar belajar finansial untuk pemula membutuhkan pengertian yang benar tentang keuangan.
Dengan mengatasi kesalahpahaman ini, jalan menuju kebebasan finansial menjadi lebih jelas dan terjangkau. Mulai dari investasi dengan modal kecil hingga pentingnya asuransi bagi semua usia, langkah-langkah praktis ini membuka pintu untuk siapa saja yang ingin memperkuat dasar keuangannya.
Meluangkan waktu untuk belajar dan menerapkan prinsip-prinsip finansial yang sehat adalah investasi terbaik untuk masa depan. Bukan cuma tentang uang, tetapi juga tentang menciptakan kehidupan yang lebih aman dan berkualitas.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Financial Check Up Awal Tahun: Apa yang Harus Dicek?
Siapa nih di sini yang punya resolusi keuangan yang lebih baik di tahun yang baru ini? Nah, kalau kamu adalah salah satunya, agar resolusi ini bisa diwujudkan dan enggak sekadar wacana, kamu bisa mengawalinya dengan melakukan financial check up.
Bukan sekadar biar edgy atau ngehits, tapi melakukan financial check up di awal tahun itu banyak banget manfaatnya buat kamu. Apa saja manfaatnya?
Di antaranya:
- Membantu menetapkan tujuan keuangan baru atau menyesuaikan tujuan lama. Kamu bisa cek lagi, apakah tujuanmu masih sama, atau harus disesuaikan lagi.
- Membantu menyesuaikan anggaran, karena kebutuhan dan prioritas keuangan bisa berubah dari tahun ke tahun. Dengan penyesuaian ini, anggaran bisa tetap relevan dan efektif.
- Menjadi dasar penyesuaian portofolio investasi juga, jika diperlukan.
- Mengidentifikasi kemajuan dalam pembayaran utang, sehingga memungkinkan strategi yang lebih efisien.
Secara keseluruhan, financial check-up di awal tahun membantumu untuk tetap di jalur dengan tujuan keuangan yang sudah ditentukan. Dengan begitu kamu akan lebih mudah untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan kesehatan keuangan yang baik sepanjang tahun.
Table of Contents
Langkah Financial Check Up Awal Tahun
Lalu apa saja yang perlu dilakukan dalam financial check up awal tahun ini? Nah, berikut ini adalah beberapa garis besarnya, tetapi kamu bisa menyesuaikan dengan kondisi masing-masing.
1. Evaluasi Keuangan Tahun Kemarin
Mengevaluasi keuangan tahun sebelumnya merupakan langkah kunci dalam mempersiapkan tahun yang lebih baik. Jadi, apa yang dicek?
Pertama adalah pengeluaran dan pendapatan, yang akan memberimu gambaran untuk mengidentifikasi kebiasaan belanja, area pengeluaran yang tidak perlu, dan sumber pendapatan yang efektif. Selain itu, lakukan juga refleksi atas keberhasilan dan kegagalan keuangan yang sempat kamu alami di tahun lalu, catat apa yang sukses dan apa yang perlu ditingkatkan.
Contohnya, mungkin ada investasi yang bisa berkembang dengan baik dan ada yang kurang. Coba cermati, apa yang bisa ditingkatkan dari investasi yang kurang berkembang ini. Bisa saja nantinya keputusanmu adalah memindahkan danamu dari instrumen tersebut ke instrumen lain yang lebih potensial tahun ini.
Dengan memahami dan belajar dari pengalaman keuangan tahun lalu, kamu pun bisa membuat strategi keuangan yang lebih baik di tahun 2024 ini.
2. Cek Tujuan Keuangan
Financial check up awal tahun juga termasuk mengecek tujuan keuangan yang sudah ditentukan, meliputi tujuan jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang.
Coba cek, tujuan keuangan apa saja yang seharusnya bisa dicapai atau diwujudkan tahun ini? Lalu cek juga, apakah dananya sudah sesuai harapan? Sudah cukup?
Misalnya Juni nanti, anak harus sudah masuk sekolah dan sebagai orang tua, ada uang pangkal, SPP, dan sebagainya yang harus dibayar. Apakah dananya sudah siap?
Bisa jadi juga, kamu ingin menetapkan tujuan baru. Pengin berlibur mungkin? Atau membeli gadget baru? Atau mau mulai mempersiapkan dana menikah?
Ingat, setiap tujuan harus memiliki judul yang jelas, seperti “Dana Menikah”, atau “Dana Liburan ke Jepang”, dan sebagainya. Hal ini akan dapat membantu dalam mengidentifikasi dan fokus pada tujuan tersebut.
Penting juga untuk menetapkan nominal target yang spesifik, seperti jumlah uang yang ingin dicapai, dan menentukan jangka waktu yang realistis untuk mencapainya. Dengan begitu, tujuan keuangan menjadi lebih terstruktur dan terukur, memudahkan untuk melacak kemajuan dan melakukan penyesuaian sepanjang tahun jika diperlukan.
3. Mengecek dan Merencanakan Anggaran
Dalam financial check up awal tahun, kamu bisa mulai dengan pembuatan atau penyesuaian anggaran yang sesuai dengan situasi keuangan saat ini. Dengan anggaran yang jelas, pengeluaran dapat dikontrol secara efektif, memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan.
Selain itu, anggaran juga dapat membantu dalam mengalokasikan dana secara bijak antara tabungan, investasi, dan pengeluaran rutin. Misalnya, dapat ditetapkan persentase untuk alokasi kebutuhan rutin, cicilan utang, lifestyle, dan investasi.
Dengan menerapkan anggaran ini, tercipta keseimbangan antara memenuhi kebutuhan saat ini dan merencanakan keuangan untuk masa depan. Hingga akhirnya cash flow kamu akan menjadi lebih sehat.
4. Cek Portofolio Investasi
Cek portofolio investasi bertujuan untuk memeriksa apakah investasi yang kamu lakukan sudah optimal, dan saat ini sudah berkembang sesuai harapan atau belum.
Berdasarkan evaluasi ini, dilakukan penyesuaian strategi investasi agar selaras dengan tujuan keuangan saat ini serta kondisi pasar yang berubah. Misalnya, jika tujuan keuangan bergeser ke arah konservatif, mungkin perlu mengurangi saham dan meningkatkan obligasi atau instrumen investasi yang lebih aman.
Sebaliknya, jika kamu bisa melihat ada prospek positif, akan lebih tepat untuk mengambil risiko yang lebih tinggi dengan harapan mendapatkan imbal hasil yang lebih baik.
Dengan begitu, kamu bisa memastikan bahwa portofolio investasi tetap dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. Nantinya hal ini akan sangat penting dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
5. Memeriksa dan Mengoptimalkan Asuransi
Asuransi berperan penting dalam melindungi dari risiko keuangan yang tidak terduga, seperti biaya medis atau kerugian akibat musibah.
So, dalam financial check up ini, kamu bisa mulai dengan mengevaluasi cakupan asuransi yang sudah ada. Evaluasi ini mencakup peninjauan manfaat, batasan, dan biaya premi untuk memastikan bahwa polis tersebut masih sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Sekali lagi, kondisi bisa berubah. Misalnya saja sekarang kamu sudah menikah, atau tambah anak, atau mungkin ada perubahan karier. Hal-hal seperti ini sering kali memerlukan penyesuaian cakupan asuransi.
Juga mungkin ada kebutuhan untuk menambah atau mengubah polis asuransi, seperti meningkatkan cakupan asuransi kesehatan, mengambil asuransi jiwa dengan nilai yang lebih tinggi, atau menambah jenis asuransi karena asetnya juga berkembang.
Dengan melakukan pengecekan seperti ini, asuransi tetap relevan dengan kondisi terkini dan memberikan perlindungan keuangan yang baik, meminimalkan risiko keuangan yang dapat mengganggu rencana keuangan jangka panjang.
6. Cek Status Utang dan Kredit
Lakukan evaluasi menyeluruh terhadap total utang dan rencana pembayaran yang ada. Jadi, kamu kudu meninjau semua utang, dari kartu kredit hingga pinjaman jangka panjang, serta menilai jadwal pembayaran dan suku bunga yang berlaku.
Berdasarkan evaluasi ini, strategi dapat dikembangkan untuk mengurangi beban utang. Misalnya, karena kamu tahu mana bunga tertinggi, kamu bisa pakai strategi melunasi utang dengan bunga tertinggi itu dulu.
7. Cek Dana Darurat
Dana darurat berfungsi sebagai jaring pengaman finansial untuk menghadapi keadaan tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, biaya berobat yang besar dan belum tercover asuransi, atau perbaikan rumah mendadak hingga mobil. Jumlah ideal dana darurat minimal adalah 3 hingga 6 bulan pengeluaran.
Nah, di financial check up awal tahun ini, coba kamu cek dana daruratmu, apakah masih 3 – 6 bulan pengeluaran? Atau malahan sekarang berkurang? Kalau berkurang, atau bahkan habis, maka kamu bisa mulai menyusun strategi untuk mengembalikannya tahun ini.
Ingat ya, simpan dana darurat di tempat yang mudah diakses tetapi terpisah dari akun sehari-hari, seperti rekening tabungan khusus. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari godaan menggunakannya untuk keperluan lain.
Nah, itulah dia 7 hal yang bisa kamu cek dalam financial check up awal tahun ini. Semoga tahun ini lebih berkah dan banyak rezeki buat kamu ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!