Setelah mempersiapkan diri untuk kerja remote, mungkin sekarang kita benar-benar berniat untuk mengganti status karyawan kantoran tetap kita menjadi seorang pekerja remote.
Jangan hanya senang karena ini berarti kesempatan untuk santai-santai tapi digaji besar saja. Sebagai pekerja remote, kita akan banyak sekali menghadapi tantangan ke depannya. Beberapa tantangan terbesar bagi seorang pekerja remote adalah soal manajemen diri dan manajemen keuangan pribadi.
Manajemen diri, ini soal mendisiplinkan diri sendiri serta tentang sampai seberapa besarkah tanggung jawab kita terhadap pekerjaan. Tidak berhadapan langsung dengan bos, tidak adanya HR yang mengawasi ketat, plus tanpa tandem dengan rekan-rekan kerja yang lain secara real, bisa membuat para pekerja remote lengah. Akibatnya, ya boro-boro bisa sukses, menyelesaikan tugas aja susah.
Manajemen keuangan, yah, ini sih jelas. Untuk pekerja remote yang menerima gaji tetap, hal ini tak menjadi masalah yang terlalu besar. Trik manajemen keuangannya kurang lebih ya sama dengan karyawan tetap yang lain. Namun, sebagian pekerja remote tidak diupah secara tetap per bulannya melainkan berdasarkan hasil kerja mereka. Alhasil, kadang ya dapat uang banyak, kadang hanya sedikit. Pemasukan jadi nggak teratur, tapi pengeluarannya rutin–ada terus. Bagaimana caranya survive sampai invoice berikutnya cair, meski upah bulan ini minim? Nah, ini PR banget nih.
Memang tak seperti karyawan tetap, upah para pekerja remote kadang berbanding lurus dengan hasil kerja yang diselesaikan. Kerjaan banyak, ya dapat upah banyak. Kerjaan sedikit, ya minim pula dapatnya.
Karena itu, coba lakukan beberapa hal berikut terkait manajemen diri dan manajemen keuangan untuk pekerja remote yang ingin selalu bisa produktif biar pundi-pundinya terisi terus.
5 Hal tentang Manajemen Keuangan untuk Pekerja Remote
1. Perhatikan kontrak kerja
Hal yang rumit–yang muncul belakangan–biasanya berawal dari kontrak kerja. Entah itu kontrak kerja yang memang harus selalu rumit, ataukah kita (para pekerja) ini yang selalu gagal paham?
Banyak dari pekerja–tak hanya pekerja remote–yang kadang skip saja membaca kontrak kerja, padahal ada banyak poin penting di dalamnya yang harus dipahami. Misalnya, berapa upah yang jelas dibawa pulang? Kapan upah diberikan? Ada sanksi apa saja kalau melanggar peraturan? Apa wewenang dan tugas kita? Bagaimana dengan berbagai tunjangan yang seharusnya diberikan oleh perusahaan? Apa saja fasilitas yang bisa kita terima? Kapan kita boleh cuti? Apakah akan bekerja 24/7? Dan sebagainya.
Ini penting untuk diketahui di awal, agar kita dapat menyusun agenda sehari-hari dan menentukan target harian pribadi.
So, semua harus jelas di awal, jadi bacalah kontrak kerja dengan saksama. Tanyakan segera pada pihak perusahaan jika ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang paham.
2. Buat rekening terpisah
Buat rekening terpisah untuk menerima upah sebagai pekerja remote. Hal ini penting agar kita jadi tahu pemasukan kita setiap bulannya, tanpa tercampur dengan yang lain. Apalagi jika kita adalah pekerja remote untuk beberapa perusahaan sekaligus.
Ingat, pemasukan boleh saja nggak sama setiap bulan, tetapi pengeluaran harus dibuat rutin.
Dengan mempunyai rekening terpisah, kita jadi tahu rata-rata pendapatan kita per bulannya berapa, sehingga bisa membandingkannya dengan pengeluaran rutin kita. Dengan mengetahui rata-rata pendapatan yang sudah dibandingkan dengan pengeluaran, maka kita bisa mengambil “gaji” yang rutin setiap bulan juga, berdasarkan perhitungan rata-rata tersebut.
Dengan demikian, kita pun bisa mengendalikan keuangan kita. Nggak jajan melulu saat upahnya lagi lancar, terus puasa saat paceklik.
3. Jangan kebanyakan kerja di kafe
Enggak tahu kenapa, selalu saja ada yang menganggap bahwa pekerja remote itu kerjanya enak, karena nggak harus di kantor. Bisa di kafe atau di mal, sambil ngopi-ngopi ganteng dan cantik.
Kenyataannya, ngopi di kafe itu butuh setidaknya Rp50.000 setiap siang. Iya, siang aja, karena juga nggak bakalan seharian di kafe untuk kerja. Itu kan harga secangkir kopi aja. Kalaupun bakalan lama di situ, enggak bakalan cukup juga cuma jajan lima puluh ribu. Pasti nambah, kan pengin sambil ngemil juga kan? Kalau perlu, makan siang sekalian di situ deh.
Sekarang, satu siang minimal Rp50.000, lalu kita bekerja 5 hari kerja. Seminggu kerja di kafe sudah minimal Rp250.000. Sebulan? Sekali lagi, itu baru satu siang. Apa kabar pagi dan malemnya? Memang nggak makan sama sekali? Terus transportnya ke kafe? Endebre, endebre.
Tekor, gan!
So, hilangkan kesan ini di kepala dulu deh. Kerja secara remote itu nggak harus di kafe, di mal, di food court. Jangan malah terfokus pada image kerja di kafe, malah melupakan esensi sebenarnya dari kerja remote.
4. Perhatikan tenggat
Untuk pekerja remote di sektor tertentu, kadang mengerjakan tugas dan menyelesaikannya sebelum deadline akan jauh lebih menguntungkan. Mengapa? Karena semakin banyak pekerjaan diselesaikan, semakin banyak pula upahnya.
Namun, bagi yang diupah tidak berdasarkan hasil kerja, tenggat tetap penting. Bisa saja pekerjaan kita ditunggu oleh rekan lain (yang mungkin lokasi kerjanya juga berbeda) untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tanpa output dari kita, mereka nggak bisa kerja. Nah, di sini pentingnya rasa tanggung jawab terhadap tenggat dan tugas.
5. Tetap menabung dan investasi
Yep, ini penting. Sudah punya rekening terpisah, sudah punya “gaji” tetap, lalu jangan lupa untuk sisihkan di awal demi tabungan dan investasi.
Ini juga tergantung kebijakan masing-masing perusahaan sih, jadi silakan dicek juga dalam kontrak kerja. Apakah pekerja remote diikutkan dalam program dana pensiun yang dibuat oleh perusahaan? Jika tidak, maka kita harus membuat sendiri. Bisa ikut program Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan secara mandiri, atau mungkin mau ikut program dana pensiun yang lain. Pertimbangkan dan kemudian putuskan sesuai kenyamanan dan tujuan keuangan kita.
Tambah juga dengan investasi, bisa reksa dana ataupun saham. Ikuti kelas-kelas finansial online di QM Financial agar dapat merencanakan masa depan yang lebih terjamin. Banyak banget pilihan kelasnya, bisa dipilih sesuai kebutuhan.
Memang sekilas, pekerja remote itu kerjanya enak. Nggak diawasin, yang penting beres. Bisa kerja di mana aja, yang penting nyaman. Tapi hal-hal mengenakkan bisa bikin kita kepayang kalau enggak punya manajemen diri yang baik.
Selamat bekerja!
QM Financial
Related Posts
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] di kantor. Utamanya, untuk training keuangan pribadi bagi karyawan. Tujuannya, pastinya, untuk meningkatkan keterampilan pekerja remote mengelola keuangan pribadinya. Dengan pengelolaan keuangan pribadi yang baik, pekerja remote juga terhindar dari berbagai masalah […]