Fenomena Flexing Crazy Rich, dan Bagaimana Seharusnya ‘Bersikap Kaya’
Istilah “flexing” dan “crazy rich” belakangan populer, terutama di media sosial mengikuti beberapa kehebohan yang terjadi akhir-akhir ini. Sebenarnya, apa sih arti flexing ini?
Kata “flex” sendiri sebenarnya termasuk dalam bahasa Inggris slang, yang artinya ‘show off’, atau pamer.
Mengutip dari dictionary.com:
Flex is a slang term meaning “to show off,” whether it be your physique, your belongings, or some other thing you consider superior to those of others.
Kenapa ya, ini bisa terjadi?
Fenomena Flexing
Menurut Rhenald Kasali, seorang tokoh ekonom Indonesia dalam sebuah wawancaranya, konsep flexing dewasa ini cenderung terjadi untuk memamerkan sesuatu yang dimiliki.
Definisi ‘kaya’ sendiri, menurut Rhenald Kasali, ada beberapa kategori. Yang pertama adalah mereka yang benar-benar kaya dan ingin menikmati hasilnya. Yang kedua adalah kaya tetapi pelit. Yang ketiga, kaya tapi tetap tampil sederhana dan tidak pelit. Tetapi, ada juga yang sebenarnya belum mampu tetapi memperlihatkan kondisi yang berbeda kepada orang lain, dengan tujuan tertentu.
Perkembangan media sosial sepertinya ikut andil dalam mengembangkan definisi flexing dan munculnya crazy rich ini. Bagaimanapun, media sosial dan kamera akhir-akhir ini memang menjadi alat manipulasi, terlepas dari efek baik dan buruknya.
Fake It Till You Make It
Sebenarnya konsep flexing crazy rich yang belakangan ramai ini bukanlah fenomena baru. Di Amerika Serikat pun ada istilah ‘Fake it till you make it”.
Ingat apa yang terjadi seperti yang diceritakan oleh film The Tinder Swindler? Simon Leviev menyewa mobil mewah, memakai baju branded, bepergian naik business class atau sewa jet pribadi, demi bisa masuk ke sirkel orang kaya dan borjuis. Dengan penampilan yang meyakinkan, dia berharap agar calon (korban) ‘pelanggan’ percaya padanya. Terlepas dari sumber daya dan tujuan jahatnya ya.
Hal yang sama kerap dilakukan oleh banyak orang. Pakai mobil mewah (ternyata sewaan), nongkrong di kelab-kelab mahal (dan bayar dengan gesek kartu kredit dengan cicilan minimum payment), networking dengan orang-orang sukses dan kaya. Harapannya, berhasil mendapatkan proyek atau pekerjaan yang diinginkan.
Apakah itu salah? Yah, silakan dijawab masing-masing.
Hal yang sama juga terjadi belakangan. Pamer harta dan kekayaan, yang kemudian diharapkan bisa menarik minat orang lain untuk mengikuti jejaknya; menjadi magnet untuk (calon) pelanggan atau customer, dan kemudian terjadilah deal.
Pamernya adalah strategi marketing. Terlepas dari produk apa pun yang dipasarkannya, dan juga apa intensinya.
Sikap Seorang yang Kaya ‘Beneran’
Jadi, sebenernya, seperti apa sih sikap seorang yang kaya ‘beneran’? Dari laman Sikapiuangmu Otoritas Jasa Keuangan, berikut beberapa perbedaan nyata dari “pura-pura kaya” dan beneran seorang crazy rich.
1. Malas bahas kekayaannya
Kecenderungannya adalah para crazy rich ini justru menghindari topik-topik yang “mengharuskan” mereka untuk bercerita mengenai kekayaannya. Dalam penampilan sehari-hari, mereka cenderung santai dan tampil apa adanya.
2. Menabung itu kewajiban
Warren Buffett pernah bilang, bahwa sepertiga dari penghasilan kita seharusnya dialokasikan ke tabungan. Nggak peduli sudah seberapa banyak asetnya, menabung adalah kewajiban.
Menabung adalah hal yang enggak boleh dilupakan, atau ditaruh di prioritas terakhir.
3. Fokus pada investasi
Dan menomorduakan konsumsi. Para crazy rich beneran akan lebih baik mengalokasikan dana ke instrumen investasi yang dinilainya berpotensi mengembalikan keuntungan. Bisa saham, obligasi, atau juga mengembangkan bisnisnya sendiri.
4. Berhemat di setiap pengeluaran
Crazy rich beneran akan memiliki strategi untuk arus kasnya. Nggak semata-mata punya uang banyak lalu bebas membeli atau memakai berbagai barang mewah dan mahal.
Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, bahkan harus “dipaksa” oleh anak buahnya untuk membeli mobil baru, untuk menggantikan mobil tuanya yang sudah bobrok. Konon, ia juga lebih memilih untuk mengalih rupa laci meja rias menjadi tempat tidur bayi, ketimbang membeli yang baru untuk anak pertamanya.
Begitu juga dengan Mark Zuckerberg, yang punya koleksi kaus berwarna abu-abu misty satu lemari penuh untuk dipakai sehari-hari, alih-alih memakai baju branded.
Hemat berbeda dengan pelit lho. Berhemat artinya dengan nominal yang sama, kamu bisa mendapatkan manfaat dan kualitas yang sama dengan kalau harus mengeluarkan uang lebih besar.
5. Memiliki passive income dari aset
Ini jugalah yang membedakan para crazy rich beneran dengan yang hanya flexing belaka. Aset biasanya dibeli untuk kemudian bisa “dikaryakan” untuk menghasilkan pendapatan pasif yang baru, alih-alih hanya dimanfaatkan untuk sekadar dipamerkan.
So, buat kamu yang pengin jadi crazy rich juga, enggak masalah kok bercita-cita jadi kaya. Pastikan saja kamu mencapai tujuanmu itu dengan halal dan tidak merugikan orang lain.
Yang pasti sih, kamu harus mempunyai berbagai kebiasaan baik terkait keuangan. Apa saja?
Kebiasaan Baik yang Harus Dimiliki oleh (Calon) Crazy Rich
1. Miliki tujuan keuangan
“Jadi kaya” sebenarnya bukan tujuan keuangan yang ideal. Mengapa? Karena tidak terukur. Kaya yang bagaimana? Kaya yang punya tabungan miliaran rupiah? Punya aset triliunan? Punya seabrek perusahaan? Karena tidak terukur, maka juga akan sulit untuk terealisasi. Pun, sulit untuk diketahui tingkat kesehatannya. Iya, punya banyak tabungan. Tapi, jangan-jangan utangnya juga segunung?
So, milikilah tujuan keuangan yang jelas. Misalnya, punya dana pensiun Rp7 miliar di usia 60 tahun nanti, sehingga bisa jadi jaminan hidup pensiun yang sejahtera. Pastikan ada “judul”, nominal, dan jangka waktu dalam tujuan keuangan tersebut. Sesuaikan juga dengan kondisi dan kemampuan masing-masing, agar nantinya bisa ditentukan strateginya, dan terukur.
2. Disiplin
Dengan kekayaan yang melimpah, akan mudah bagi crazy rich untuk tergoda menghamburkannya untuk hal-hal yang kurang penting. Karena itu, disiplin akan menjadi kunci.
Selalu kembali pada kebutuhan dan tujuan keuangan yang sudah kamu tentukan. Dengan demikian, biasanya kita kemudian akan dapat memilah, mana yang memang butuh, mana yang keinginan belaka.
3. Pendapatan aktif untuk penghasilan pasif
Orang boleh saja qerja bagai quda. Tetapi, kalau kamu berniat untuk menjadi seorang crazy rich, maka sebaiknya kamu fokus untuk membangun aset dengan penghasilan aktif kamu. Dengan demikian, nantinya, kamu bisa mengharapkan untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset-aset yang sudah ada.
Disiplin untuk mengalokasikan penghasilan aktif ke investasi, minimal 10%.
4. Review keuangan secara berkala
Para crazy rich tahu, bahwa setiap tahun akan ada alokasi keuangan yang berubah; penghasilan berubah, pengeluaran bisa juga berbeda. Karena itu, review keuangan secara berkala sangatlah penting.
Hasil dari review keuangan bisa menjadi evaluasi untuk memperbaiki kondisi finansial, sehingga ke depannya bisa lebih baik lagi.
Itu dia beberapa kebiasaan yang seharusnya dimiliki oleh kamu yang bercita-cita menjadi crazy rich beneran. Gimana? Kamu sudah melakukan semuanya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan Jangka Panjang: Apa Artinya dan Bagaimana Membuatnya?
Di tengah ketidakpastian masa depan, kamu punya kesempatan untuk membuatnya lebih terencana dengan perencanaan keuangan jangka panjang. Untuk menerapkannya pun tidak sulit, hanya bermodal konsisten dan disiplin saja.
Kamu mungkin pernah merasa panik saat uang gaji mulai menipis padahal waktu gajian masih panjang. Nah, perencanaan keuangan membantu kamu lebih bijak mengelola arus keuangan sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan kamu di masa depan.
Apa Itu Perencanaan Keuangan Jangka Panjang?
Perencanaan keuangan bisa kamu buat untuk waktu pendek dan panjang. Untuk jangka pendek umumnya digunakan untuk mengelola pemasukan dan pengeluaran rutin di kehidupan sehari-hari.
Sedangkan perencanaan keuangan jangka panjang adalah perencanaan tujuan keuangan yang lebih besar dan memakan waktu beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun untuk dicapai. Biasanya melibatkan lebih banyak jumlah uang daripada sasaran jangka pendek.
Contoh tujuan untuk perencanaan jangka panjang misalnya uang pensiun, memulai sebuah bisnis, menabung untuk biaya kuliah anak, dan lainnya.
Perencanaan keuangan jangka panjang mungkin tampak seperti prospek yang menakutkan, terutama jika rasio menabung kita masih rendah. Bahkan mungkin tampak nggak penting banget, kalau kamu masih berusia 20-an. Namun, sebenarnya, semakin cepat kamu memulai perencanaan keuangan jangka panjang ini, semakin banyak yang bisa kamu peroleh untuk mencapai tujuan keuangan.
Lalu, bagaimana membedakan perencanaan keuangan jangka panjang dengan jangka pendek?
Meski berbeda, kedua jenis perencanaan keuangan ini bisa kok dijalankan secara bersamaan. Kamu hanya perlu membuat rencana keuangan harian (perencanaan keuangan jangka pendek) dan rencana keuangan untuk masa depan (jangka panjang).
Yang seterusnya perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya kamu mengalokasikan sumber pendapatan kamu dengan bijak untuk memenuhi keduanya. Ada banyak cara dan metode pengelolaan keuangan yang bisa kamu pelajari.
Contohnya metode atur keuangan 50-30-20. Dengan metode ini, kamu bisa membagi pendapatan dengan alokasi 50% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk tabungan dan investasi, dan 20% untuk lifestyle. Atau bisa juga dengan 40-30-20-10, dengan alokasi 40% kebutuhan rutin, 30% cicilan utang, 20% investasi, dan 10% biaya lifestyle. Sesuaikan saja dengan kondisi dan kemampuanmu.
Kamu nggak harus selalu menggunakan kedua metode di atas juga kok, kalau memiliki pandangan dan cara lain dalam mengaturnya. Tentunya yang memahami kondisi dan strategi terbaik untuk finansial adalah diri kita sendiri, ya kan?
Cara Membuat Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Setelah memahami konsep dari perencanaan keuangan jangka panjang, kini waktunya mencoba menerapkannya dengan beberapa cara berikut ini.
Buat garis besar tujuan keuangan dan target waktu
Ini adalah langkah utama dalam perencanaan keuangan jangka panjang. Kamu perlu merumuskan semua tujuan keuangan dengan rinci, beserta jangka waktunya.
Misalnya, kamu ingin pensiun pada usia 55, dengan usiamu yang 25 tahun saat ini, itu artinya 30 tahun lagi. So, kamu akan perlu menghitung dan membuat anggaran untuk dana pensiun, dengan menyesuaikannya kebutuhan kamu nantinya. Kamu bisa berpatokan dengan pengeluaranmu sekarang, yang kemudian dihitung dengan rumus Future Value dengan memperhitungkan inflasi.
Setelah itu, kamu akan mendapatkan besaran nominal yang kamu perlukan. Nah, baru deh kamu buat rencana keuangan yang sesuai untuk bisa mencapai target nominal tersebut.
Bangun dana darurat
Dana darurat adalah elemen yang sangat penting dalam perencanaan keuangan jangka panjang, agar kamu tidak menggunakan uang investasi atau tabungan ketika terjadi sesuatu yang tak terduga.
Berapa banyak? Ini jumlah idealnya, yang bisa disesuaikan dengan kondisimu:
- Lajang: 4 x pengeluaran bulanan
- Menikah: 6 x pengeluaran bulanan
- Menikah, 1 anak: 9 x pengeluaran bulanan
- Menikah, 2 anak atau lebih/Wirausaha/Freelance: 12 x pengeluaran bulanan
Simpanlah dana darurat ini di instrumen-instrumen yang mudah diakses, mudah dicairkan, dan berisiko rendah. Misalnya di reksa dana pasar uang, deposito dengan tenor pendek, atau bisa juga di tabungan bank biasa.
Lunasi utang
Saat kamu membuat rencana keuangan jangka panjang, pastikan bahwa sudah termasuk rencana untuk keluar dari utang. Kamu tidak dapat benar-benar memulai masa depan keuangan dengan tenang jika masih memiliki banyak utang.
So, gunakan strategi pelunasan utang yang tepat, dan konsistenlah agar bisa segera bebas dari utang.
Buat rencana keuangan untuk berinvestasi
Jika salah satu tujuan keuanganmu adalah mendapatkan kebebasan finansial di masa depan, maka dalam menyusun perencanaan keuangan jangka panjang, kamu harus membuat rencana membangun aset yang dapat bekerja sendiri. Dengan begini, kamu akan mendapatkan passive income.
Kenali beberapa sumber passive income yang ada, dan tentukan mana yang paling sesuai untukmu. Mulai dari investasi surat berharga, properti, ataupun bisnis.
Namun, sebelum mulai membangun passive income, adalah penting bagi kamu untuk mengenali juga kemampuan toleransi dirimu sendiri terhadap risiko investasi. Nantinya, hal ini akan memengaruhi perjalanan keuanganmu.
Miliki asuransi yang tepat
Setelah bekerja sangat keras untuk mendapatkan uang, hal terakhir yang diinginkan yaitu menjaga aset tetap aman. Asuransi pada dasarnya merupakan bagian yang penting juga dalam perencanaan keuangan jangka panjang, lantaran dapat melindungi aset jika terjadi sesuatu yang merugikan.
Cakupan asuransi ada banyak, mulai dari mobil, properti, bisnis, dan sebagainya. Namun, yang paling penting untuk dimiliki lebih dulu adalah asuransi kesehatan dan asuransi jiwa, terutama jika kamu adalah tulang punggung keluarga.
Dengan asuransi, kamu melindungi sesuatu yang sangat penting yang memiliki nilai tinggi untuk memastikan bahwa kamu terlindungi secara finansial.
Hindari pengeluaran berlebihan
Perjalanan untuk mempertahankan perencanaan keuangan jangka panjang yang baik mungkin tidak mudah. Bisa terjadi hal tak terduga dan kamu dapat kehilangan kendali untuk mempertahankan alokasi anggaran. Maka penting untuk punya perencanaan keuangan jangka panjang yang solid, disiplin, dan hindari pengeluaran berlebihan.
Nah, itulah penjelasan terkait perencanaan keuangan jangka panjang. Yuk mulai untuk menerapkan cara dan langkah di atas supaya tujuan keuangan di masa depan dapat kita amankan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Petani Tuban 17 M Ludes 2 Tahun, Ini Kiat Kelola Rezeki Nomplok
Apa yang akan kamu lakukan jika dapat rezeki nomplok miliaran? Pasti banyak hal tebersit di pikiran untuk membeli barang-barang mewah seperti mobil, tas branded, atau berbagai hal konsumtif lain. Keinginan itu tidak salah, hanya saja kurang bijak jika seluruhnya digunakan untuk kesenangan semata.
Nah, berbicara tentang rezeki nomplok, belakangan hangat diperbincangkan kisah sejumlah petani di Tuban yang mendadak jadi miliarder, namun kini mulai kehabisan uang bahkan sampai menjual sapi untuk makan sehari-hari.
Kisah Para Petani Tuban Mendadak Miliarder
Dua tahun lalu, sejumlah petani yang merupakan warga dari Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur itu mendapat rezeki nomplok berkat melepas tanah untuk proyek New Grass Root Refinery (NGRR) dari Pertamina.
Sebanyak 225 warga yang menjual tanah mereka senilai Rp600 ribu – Rp800 ribu per meter. Penjualan tanah tertinggi saat itu mencapai Rp25 miliar. Seperti mendapat rezeki nomplok ‘uang kaget’, warga menunjukkan suka cita dengan berbondong-bondong membeli mobil mewah.
Salah satu warga, seperti yang dilansir CNN Indonesia mendapatkan uang sekitar Rp17 miliar dari hasil penjualan ini, tetapi kini uang tersebut tersisa Rp50 juta saja. Tak hanya seorang, warga lainnya pun kini mengalami kesulitan keuangan yang sama, hingga sulit mencari pekerjaan.
Dari kisah petani Tuban di atas, kita bisa lihat, bahwa literasi keuangan memang belum dianggap penting. Padahal, kalau pengelolaannya benar, uang Rp17 miliar rasanya cukup banget dimanfaatkan untuk hidup di desa, bahkan tanpa bekerja lagi.
So, hal ini juga bisa terjadi pada kamu, bahkan siapa saja. Tak hanya dari hasil penjualan lahan pada Pertamina, tetapi bisa juga dana hibah, warisan, menang lotere, dan sebagainya. Uang kaget memang benar-benar bisa bikin shock, betul? Siapa yang tak kemudian merasa euforia?
Senang, boleh. Tapi, ya, harus tetap melogika. Dana—seberapa pun, dari mana pun—harus dikelola dengan baik, sehingga bisa bermanfaat dalam jangka panjang.
Langkah Kelola Rezeki Nomplok
Sekarang, agar hal itu tidak terjadi sama kamu, yuk simak beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan ketika kamu mendapat rezeki nomplok. Langkah-langkah ini meminimalkan peluang terjadinya kerugian finansial di kemudian hari.
1. Prioritaskan untuk melunasi utang dan kewajiban
Hal pertama yang mesti diprioritaskan ketika mendapat rezeki nomplok tak terduga adalah membayar utang dan kewajiban. Hal ini agar utang yang kamu miliki tak terus menumpuk dan menghindari denda atau gagal bayar di kemudian hari.
Ini adalah kesempatan kamu untuk terbebas dari jerat utang. Kamu dapat menggunakan beberapa metode cara membayar utang yang pas, yaitu dengan menentukan utang mana yang harus segera diselesaikan dan berapa jumlah yang harus dikeluarkan.
Beberapa metode cara melunasi utang ketika punya banyak uang. Misalnya saja dengan metode debt avalanche, yang memungkinkanmu membayar utang atau cicilan yang memiliki bunga tertinggi terlebih dahulu.
2. Lakukan financial checkup
Lakukan pengecekan terhadap kondisi finansial kamu secara berkala untuk memastikan dalam kondisi yang sehat. Financial checkup membantu kamu mengelola pengeluaran dan mengalokasikan dana yang kamu dapatkan ke beberapa pos. Jadi setiap pengeluaran kamu akan lebih terarah dan terkontrol dengan baik.
Selain itu, kamu juga diarahkan untuk bisa lebih bijak dan mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan semata. Hal ini penting agar kamu tidak sembrono dalam menggunakan uang yang ada.
3. Miliki dana darurat
Meski uang kamu saat ini melimpah, dana darurat tetap perlu untuk disisihkan karena hidup terus berlanjut dan risiko kerugian finansial masih terus ada di masa depan.
Sisihkan dana darurat sesuai nominal ideal. Di sinilah pentingnya membuat rencana keuangan agar nominal kebutuhan lebih jelas.
4. Pastikan punya asuransi kesehatan yang memadai
Memiliki asuransi kesehatan sangat penting untuk kita miliki, terutama di kondisi pandemi yang belum juga mereda ini. Dengan asuransi kesehatan, kamu dan keluarga memiliki proteksi dan perlindungan ketika suatu saat mengalami masalah kesehatan.
Sehingga nantinya ketika hal itu terjadi, biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalani perawatan dan pengobatan sebagian besar akan ditanggung oleh perusahaan asuransi.
5. Buat tujuan jangka pendek (kurang dari 5 tahun)
Segera buat tujuan keuangan dalam jangka pendek yang ingin kamu capai dalam beberapa bulan, atau di bawah 5 tahun. Misalnya kamu ingin melunasi utang dan kredit, mengumpulkan biaya pernikahan, menabung untuk renovasi rumah, liburan, atau membeli gadget baru.
Boleh kok, dana tersebut kamu gunakan untuk apa saja. Itu kan uangmu. Namun, tetap harus bijak dalam menentukan tujuannya. Ingat, hidup tidak hanya berlangsung sekarang, tetapi bisa jadi kamu masih diberi kesempatan hidup 20 – 30 tahun lagi, bahkan lebih. Jadi, berpikirlah jangka panjang juga, selain pengin memenuhi keinginan saat ini.
Dengan target tersebut kamu dapat memaksimalkan penggunaan rezeki nomplok saat ini untuk keperluan yang bermanfaat dan tidak habis dengan sia-sia. Jangan sampai kamu merasa, ke mana semua uang miliaran atau ratusan juta itu habis?
6. Buat tujuan jangka menengah dan panjang ( di atas 5 dan 10 tahun)
Selain jangka pendek, buat tujuan jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini berguna untuk membuat hidup kamu lebih terarah dan tidak memikirkan hari ini saja, namun juga untuk masa depan.
Tujuan jangka menengah biasanya antara 5 – 10 tahun, misalnya beli rumah, atau dana pendidikan anak masuk sekolah dasar. Sementara tujuan jangka panjang yang waktunya lebih dari 10 tahun misalnya menyediakan biaya pendidikan anak hingga kuliah dan dana pensiun.
7. Bangun passive income
Rencana paling aman untuk mempergunakan rezeki nomplok adalah dengan membangun aset aktif yang kemudian bisa mendatangkan passive income atau pendapatan pasif. Artinya pendapatan tersebut diperoleh dengan cara “membuat uang bekerja” untukmu.
Misalnya, diinvestasikan ke saham yang memberikan dividen secara teratur, sewa properti, buka bisnis online, dan lainnya.
Jadi, berapa pun jumlah rezeki nomplok yang kamu peroleh saat ini, jangan sampai membuat kamu terlena. Kita memang perlu belajar dari kasus para petani Tuban ini. Ini adalah kesempatan kamu untuk bisa mengelola keuangan dengan baik sehingga cepat meraih tujuan dan kebebasan finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Hal yang Harus Dicek saat Review Rencana Keuangan Akhir Tahun
Nggak kerasa ya, sudah mulai melipir ke penghujung tahun 2021. Apa kabar 2021-mu? Apakah baik-baik saja sampai di sini? Ada tujuan keuangan yang sudah tercapai? Atau justru mundur sedikit, untuk akhirnya melangkah maju lagi di tahun 2022 nanti? Sudah siap melakukan review rencana keuangan akhir tahun?
Apakah harus melakukan review rencana keuangan akhir tahun?
Well, sebenarnya juga tak ada yang mewajibkan sih. Tetapi, kalau kita melakukannya, kita dapat memanfaatkan hasil review tersebut untuk membuat perencanaan keuangan tahun depan dengan lebih baik. Kita juga akan tahu, sudah seberapa dekat kita dengan tujuan keuangan kita.
Yah, meski tahun 2022 juga belum ada kepastian akan seperti apa ekonomi kita, tapi bukankah kita harus siap dengan hal terburuk sekaligus berharap untuk yang terbaik? Setidaknya, kita pasti pengin dong, tahun 2022 jadi tahun yang lebih baik.
So, apa saja yang perlu kita cek dalam review rencana keuangan akhir tahun? Ini dia.
Cek 5 Hal Ini Saat Review Rencana Keuangan Akhir Tahun
1. Penghasilan vs Pengeluaran
Yang pertama harus dicek di akhir tahun 2021 ini adalah kondisi penghasilan versus pengeluaranmu selama satu tahun.
- Apakah cash flow kamu lancar?
- Apakah kamu masih living paycheck to paycheck? Alias gaji masih cuma numpang lewat di ATM?
- Punya berapa sumber penghasilan?
- Berapa rasio utang kamu?
- Berapa rasio menabungmu?
- Berapa rasio likuiditasmu
Periksa catatan keuangan, dan cermati, bagian mana yang kamu merasa “kecolongan”? Jika kamu sudah berkeluarga, ajak pasangan untuk mencermati bersama. Kalau memang ada yang belum sesuai dengan harapan, carilah solusi terbaik agar kondisi bisa diperbaiki di tahun depan.
Terutama soal penghasilan. Jika di tahun 2021 ini, kamu masih bergantung pada satu jenis pintu income, cobalah untuk mencari peluang tambahan lain. Ada banyak alternatif bisa dicoba, yang sekiranya tidak mengganggu pekerjaan utama. Misalnya freelancing atau jualan produk.
2. Kinerja investasi
Review rencana keuangan akhir tahun juga meliputi pengecekan terhadap kinerja investasi. So, coba cermati, bagaimana kondisinya saat ini?
- Sudah berinvestasi pada instrumen apa saja?
- Bagaimana pertumbuhannya? Apakah sudah positif, atau masih relatif negatif jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi?
- Instrumen mana yang kurang bagus kinerjanya? Apakah mungkin dioptimalkan lagi, ataukah mesti direview secara khusus dan lebih mendalam lagi, karena sudah tak tertolong?
- Apakah masih dalam jangka waktu yang diharapkan? Ataukah, ada tujuan keuangan yang sebentar lagi sudah harus dicapai? Misalnya, untuk dana pendidikan anak yang akan dibayarkan tahun depan, apakah instrumennya sudah aman? Atau perlu dipindahkan?
Perhitungkan kembali semuanya, cocokkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Kalau perlu, pertimbangkan apakah perlu melakukan rebalancing, agar komposisinya lebih seimbang di tahun depan.
3. Aset vs Liabilitas
Perbandingan aset terhadap liabilitas, atau kewajiban, akan menentukan seberapa besar net worth, atau kekayaan bersih, yang kita miliki. Jika sudah didapat perbandingannya, kita bisa mengomparasikannya juga dengan kondisi tahun lalu; apakah berkembang, atau malahan menyusut?
Jika berkembang, maka kamu bisa melanjutkan apa yang sudah kamu lakukan, dengan penyesuaian dengan kondisi saat ini. Jika menyusut, kamu perlu mencari tahu, apa penyebabnya dan kemudian mencari solusinya.
Cek rasio utang saat ini. Semoga saja tetap sehat ya, yaitu di bawah 30% dari penghasilan rutinmu.
4. Proteksi
Hal berikutnya yang harus kamu cek dalam review rencana keuangan akhir tahun adalah kebutuhan proteksi. Cek:
- Apakah asuransi yang kamu miliki sudah sesuai dengan kebutuhanmu?
- Apakah sudah ada klaim yang kamu ajukan, dan bagaimana prosesnya?
- Apakah uang pertanggungan asuransi jiwa kamu sudah sesuai dengan kebutuhan?
- Apakah perlu ditambah?
- Apakah ada asuransi yang jatuh tempo? Apakah perlu diperpanjang kembali?
5. Tujuan keuangan
So, sudah sampai di sini, kamu perlu juga cek kembali pencapaian tujuan keuangan kamu dalam review rencana keuangan akhir tahun 2021 ini.
Tujuan keuangan apa saja yang kamu punya, dan bagaimana posisinya sekarang? Misalnya, kamu punya tujuan keuangan DP rumah, yang di tahun 2021 ini seharusnya sudah terpenuhi sebesar 70%. So, gimana? Apakah sudah 70%, atau belum? Jika belum, maka kamu perlu mencari masalahnya di mana, dan kemudian membuat rencana baru untuk mengatasi masalah yang ada.
Nah, itu dia beberapa hal yang perlu kamu cek dan cermati dalam proses review rencana keuangan akhir tahun 2021. Well, semoga semua baik-baik saja ya. Hasil review kamu ini nantinya bisa kamu manfaatkan untuk membuat rencana keuangan dan menentukan prioritas pencapaian di tahun 2022. Pastinya, kamu pengin kondisimu lebih baik di tahun 2022 mendatang kan? Iya dong, pasti!
Kalau memang kamu merasa perlu untuk belajar mengatur keuangan lagi, kamu bisa bergabung kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Paling Penting dalam Perencanaan Keuangan Pribadi Adalah Aman dan Nyaman, Seperti Apa?
Saat ini, semakin banyak orang yang menyadari bahwa konsep perencanaan keuangan adalah hal yang penting untuk diterapkan untuk bisa mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik.
Nggak memungkiri sih. Pasalnya, pengertian dari perencanaan keuangan adalah metode yang digunakan dalam merancang dan mengelola keuangan secara terperinci dan terencana, yang sangat penting untuk dilakukan secara rutin dan terus menerus selama kita hidup demi mencapai beberapa tujuan.
Mengapa kita harus punya tujuan? Ya, bisa dibilang, ketika kita akhirnya mencapai tujuan tersebut, kita akan merasa nyaman, dan aman. Di situlah titik nyaman, alias financial comfort zone, kita.
Lantas, tujuan apa sih yang bila diraih lantas bisa menghadirkan wilayah aman ini? Cukup banyak. Contohnya, bisa beli rumah, beli mobil, bisa menyekolahkan anak sampai setinggi-tingginya, bisa pensiun dengan sejahtera, dan masih banyak lagi. Kamu bisa menambahkan sendiri, dan semua itu bisa didapatkan dari perencanaan keuangan yang benar. Pasalnya, inti dari perencanaan keuangan adalah membangun rasa aman dan nyaman untukmu menjalani hidup.
Sampai di sini sahih kan?
Nah, kalau dilihat-lihat lagi, perasaan nyaman kita untuk hidup itu meliputi 4 hal, yang kemudian menjadi inti dari perencanaan keuangan yang kita lakukan.
4 Kenyamanan yang Menjadi Inti Perencanaan Keuangan
1. Nyaman di Akhir Bulan
Kondisi yang nyaman di akhir bulan maksudnya adalah kamu tidak merasa khawatir saat tanggal gajian masih jauh, karena uang masih cukup leluasa untuk digunakan sehari-hari.
Simpel kan? Tapi jangan salah, banyak orang yang kesulitan loh untuk mendapatkan kenyamanan yang pertama ini.
Hal ini bisa dipengaruhi oleh 2 faktor. Pertama, total pendapatan yang kamu miliki memang lebih besar daripada pengeluaran bulanan. Kedua, kamu sudah punya pengelolaan keuangan yang baik.
Memang, di sinilah inti dari perencanaan keuangan secara keseluruuhan, karena itu di sini juga perlu mulai didapatkan kemampuan mengatur dan mengelola keuangan yang mumpuni.
2. Nyaman dalam Musibah
Membaca kalimat ini kok terasa ambigu, ya? Musibah, kok nyaman? Tenang, maksudnya begini.
Ambil contoh saat ternyata secara mendadak kamu sakit dan dikenai biaya berobat dengan nominal yang besar. Jika kamu sudah berada dalam “titik nyaman”, maka hal ini tidak akan banyak mengganggumu. Kamu siap menjalaninya, karena ada dana darurat, juga ada asuransi kesehatan yang memadai.
Begitu juga untuk berbagai risiko kehidupan lain yang mungkin terjadi. Sakit, kan hanya salah satu risiko. Misalnya ada musibah lain terjadi, iya sih, kamu akan terdampak, tetapi dampaknya tidak akan separah kalau kamu tidak siap.
3. Nyaman Bertumbuh
Bekerja keras memang penting. Namun, bayangkan, bagaimana bila cukup uangmu saja yang bekerja keras untukmu sedangkan kamu bisa santai menjalani hidup bersama orang-orang tercinta?
Hal ini erat kaitannya dengan kesadaran akan pentingnya berinvestasi, soal menumbuhkan aset. Dengan memperhitungkan kebutuhan, kemampuan, tujuan, dan profil risiko, kamu bisa memilih instrumennya dengan baik, sehingga juga bisa kamu manfaatkan sebaik-baiknya untuk pemenuhan kebutuhan hidupmu dan orang-orang yang kamu cintai.
Bahkan di satu titik, kamu bisa pensiun sejahtera, tanpa harus membuat anakmu menjadi sandwich generation.
4. Nyaman pada Nantinya
Nyaman nanti maksudnya adalah untuk di masa yang akan datang.
Karena pada dasarnya, suatu hari kita akan sampai pada titik ketika merasa tidak mampu lagi bekerja. So, kalau perencanaan keuangan kamu sudah baik, maka kamu bisa menikmati masa pensiun dengan nyaman tanpa perlu memikirkan kondisi keuangan lagi. Bahkan, tanpa perlu merasa bingung bagaimana caranya mendapatkan uang lagi.
Kenyamanan ini bisa didapat jika sejak awal kamu mampu konsisten untuk membuat rencana keuangan, dan juga merealisasikannya.
Punya dana pensiun yang sudah terencana dengan baik adalah keuntungan yang sangat besar. Dengan begitu, jika saat pensiun sudah tiba, gaya hidup kamu masih bisa seperti selayaknya saja tanpa perlu ada yang diubah terlalu drastis.
Perencanaan Keuangan Adalah Soal Keamanan dan Kenyamanan
Selain 4 hal di atas, manfaat lain dari perencanaan keuangan adalah juga untuk melindungi keluarga kamu dari berbagai kejadian yang bisa saja terjadi secara tiba-tiba, agar tidak perlu merasa cemas dan khawatir lagi.
Perencanaan keuangan yang baik juga akan meminimalkan peluang berutang. Bukannya dilarang, tapi kalau bisa ditekan peluangnya, bukankah akan lebih baik?
Lalu, bagaimana caranya membuat perencanaan keuangan yang baik? Hal pertama yang harus diingat, bahwa perencanaan keuangan adalah hal yang sifatnya tidak statis antara orang yang satu dengan yang lain. Perencanaan keuangan yang baik bagi orang lain belum tentu cocok untuk kamu, pun sebaliknya. Jadi, yang paling baik saat kamu membuat perencanaan keuangan adalah selalu berpijak dari kebutuhanmu sendiri.
Pencatatan yang rinci dan detail dalam perencanaan keuangan adalah kuncinya. Sebisa mungkin selalu catat berapa pendapatan yang kamu terima. Catat juga pengeluaran apa saja yang kamu lakukan, baik dalam jumlah besar atau kecil. Dari catatan tersebut, akan terlihat mana pengeluaran yang memang penting dan mana yang kurang atau bahkan tidak penting. Kamu bisa mulai mengatur perencanaan keuangan dari poin tersebut, yaitu mengurangi pengeluaran yang kurang penting dan mengalokasikan dananya ke hal lain seperti tabungan atau investasi.
Financial comfort zone tidak datang secara instan, ada proses yang perlu kamu lalui untuk mencapai titik tersebut, dan perencanaan keuangan adalah kuncinya. Jadi, jangan pernah ragu untuk segera memulainya. Bila dalam hal perkembangan pribadi, pasti sering kamu dengar kalimat yang menyatakan bahwa kamu harus berani keluar dari comfort zone, maka yang terjadi dalam hal ini adalah sebaliknya.
Kamu harus bisa menciptakan financial comfort zone sendiri bagi hidup kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi Adalah Bagian Penting dalam Perencanaan Keuangan: Pahami Makna dan Risikonya!
Investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Itulah definisi investasi yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Memang benar. Investasi adalah penanaman aset pada suatu bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan imbal balik yang lebih besar dalam jangka waktu tertentu. Ada banyak hal dan pihak yang terlibat dalam proses ini.
Sebenarnya aktivitas investasi itu sendiri bukanlah hal yang baru. Hal ini sudah sekian lama dilakukan oleh umat manusia. Hanya saja, seiring waktu dan perkembangan yang terjadi, sekarang investasi menjadi semakin mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Bahkan bagi perseorangan atau individu seperti kita-kita ini, investasi adalah salah satu bagian penting dalam perencanaan keuangan pribadi. Dan, adalah penting bagi kita untuk memahami cara kerja investasi itu sendiri, agar kemudian kita tahu bagaimana mengelolanya dengan baik.
Yang Terpenting dari Investasi Adalah Memahami Prinsipnya
Berinvestasi tanpa memahami prinsip dan risikonya maka dapat membahayakan rencana keuanganmu. Bisa-bisa kamu salah dalam mengambil keputusan, yang berujung memberimu kerugian finansial. Nggak jadi untung supaya bisa dipakai untuk mewujudkan tujuan keuangan, malahan buntung dan modal pun hilang.
Pastinya hal seperti ini harus dihindari, betul?
Karena itu, pahamilah dari prinsip dasarnya. Prinsip investasi adalah sebagai berikut:
- Harus diawali dengan tujuan keuangan, dan investasi adalah ‘kendaraan’ untuk mencapai tujuan tersebut
- Setiap instrumen investasi membawa serta risiko, yang berbanding lurus dengan imbal yang berpotensi untuk didapatkan. Karena itu, penting bagi kamu untuk memahaminya, dan juga mengetahui profil risikomu sendiri
- Punyai dulu kondisi keuangan yang sehat; miliki proteksi dan dana darurat yang memadai.
- Memiliki kedewasaan dalam berinvestasi, karena dalam investasi nanti, kamu akan banyak menghadapi momen emosional yang kalau tidak diatasi dengan bijak, bisa jadi akan membahayakan tujuan keuanganmu.
- Investasi butuh konsistensi, apalagi jika jangka waktunya cukup panjang di atas 5 tahun.
Lalu, mengapa sih kita harus berinvestasi? Mengapa investasi adalah bagian dari perencanaan keuangan. Coba kita lihat beberapa manfaat investasi itu sendiri.
Manfaat Investasi
Melawan inflasi
Inflasi menyebabkan nilai uang menurun dari tahun ke tahun. Hal ini membuat tabungan yang kita miliki juga ikut tergerus seiring peningkatan inflasi yang terjadi. Lama kelamaan bisa habis dong? Bisa banget.
Namun, hal ini bisa teratasi jika kita bisa menemukan instrumen yang tingkat pengembaliannya lebih besar daripada inflasi. Dengan demikian, ketika inflas ‘menggerogoti’ aset kita, kita pun sudah punya ‘lawan’-nya yang akan mempertahankan nilai aset tersebut. Syukur-syukur, malah menambahnya seiring waktu.
Karena itu, penting untuk bisa menemukan instrumen yang bisa melaju lebih cepat ketimbang inflasi tersebut.
Sumber penghasilan alternatif
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, kita harus mendapatkan penghasilan. Nah, penghasilan ini bisa didapatkan dari bekerja secara aktif, dan juga sumber penghasilan alternatif lainnya.
Kita bisa memanfaatkan investasi sebagai sumber penghasilan alternatif ini. Banyak yang menyebutnya sebagai passive income; penghasilan yang kita dapatkan tanpa harus bekerja secara aktif.
Untuk bisa menjadi sumber penghasilan alternatif, kita harus mencari instrumen investasi yang tepat juga, karena tak semua instrumen bisa mendatangkan passive income. Hanya yang bersifat aset lancar saja yang bisa, seperti kupon dari surat utang, dividen dari saham, ataupun uang sewa properti.
Alat untuk mewujudkan tujuan keuangan
Investasi merupakan ‘kendaraan’ kita agar bisa sampai ke tujuan keuangan yang kita rencanakan. Tanpa investasi, bisa jadi kita akan kesulitan untuk bisa mewujudkan tujuan tersebut. Pasalnya, memang ada beberapa tujuan yang nominalnya sangat besar.
Kalau hanya mengandalkan gaji, di atas kertas, jelas tidak akan mampu terkejar, mengingat banyak pula kebutuhan hidup di masa sekarang yang harus dipenuhi. Mau mengandalkan tabungan juga kurang optimal, karena pada umumnya bunga tabungan itu tipis banget. Apa kabar inflasi, kalau gitu?
Membangun portofolio investasi adalah jalan ninja terbaik untuk bisa mewujudkan tujuan keuangan lebih cepat.
Risiko Investasi
Di balik manfaat dan keuntungannya yang banyak sekali, juga ada beberapa risiko investasi yang akan datang dalam paket yang sama. Inilah yang harus dikelola dengan baik. Jangan sampai, karena kita mengabaikan risiko ini, investasi justru jadi bumerang bagi kita. Alih-alih mendapatkan keuntungan, malah kerugian dan kehilangan modal yang didapat. Oh no! Jangan sampai deh!
Beberapa risiko investasi adalah sebagai berikut:
- Risiko suku bunga: ketika nilai relatif aktiva berbunga memburukakibat peningkatkan suku bunga.
- Risiko pasar: ketika terjadi fluktuasi harga di pasar, sehingga menyebabkan nilai aktiva bersih kena efeknya juga.
- Risiko likuiditas: ketika ada kesulitan dalam penyediaan uang tunai, misalnya ketika kita hendak mencairkan reksa dana dan ternyata manajer investasi tak bisa memenuhinya karena kurang dana.
- Risiko valas: ketika terjadi fluktuasi kurs valuta asing
- Risiko negara: ketika kondisi perpolitikan negara memengaruhi ekonomi
Memang dalam investasi, berlaku hukum ‘high risk, highh return’, yang artinya semakin tinggi potensi imbal yang bisa didapatkan, maka risiko yang ada juga akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, jika potensi imbal kecil, maka risiko yang bisa terjadi juga kecil.
Karena itu, harus disesuaikan, mana tujuan keuangan yang butuh instrumen dengan imbal tinggi (tetapi juga berisiko tinggi), dan mana yang butuh instrumen berimbal rendah (dengan risiko yang rendah juga). Di titik inilah, kita harus belajar mengenali berbagai instrumen investasi beserta karakteristiknya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Yang Bergaji 40 Juta Pun Terasa Berat, Ini Contoh Perencanaan Keuangan Sandwich Generation
Topik tentang sandwich generation memang selalu menarik, betul kan? Salah satu alasannya karena relate terhadap banyak orang. Lalu, pengin tahu enggak, gimana cara mengatur keuangan sandwich generation? Syukur-syukur kalau ada contoh perencanaan keuangan yang bisa dipakai untuk para sandwich generation dengan gaji berapa pun.
Yes, sandwich generation mendeskripsikan diri mereka sebagai pihak yang harus menanggung biaya hidup diri sendiri dan keluarganya, plus generasi di atasnya, yaitu orang tua. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah karena tidak siapnya generasi orang tua untuk hidup mandiri saat pensiun.
Tapi, mengapa hal ini menjadi masalah besar?
Dalam artikel kali ini, kita akan bahas soal sandwich generation, tip mengelola keuangannya, serta ada sedikit contoh perencanaan keuangan yang sesuai.
Data-Data Prevalensi Sandwich Generation
Dari data survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2017, 77.82% sumber pembiayaan rumah tangga para lanjut usia ternyata ditopang oleh anggota keluarga lain yang bekerja. Sementara, Survei Ekonomi Nasional yang sama-sama diadakan tahun 2017 menyatakan bahwa sebesar 62.64% lanjut usia di Indonesia tinggal bersama anak cucu mereka.
Sejatinya, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Pusat Penelitian Pew di Amerika Serikat juga mencatat, bahwa satu dari 8 orang penduduk Amerika berusia 40 – 70 tahun harus membesarkan anak, sekaligus merawat orang tua mereka. Sementara, Carers UK pada surveinya tahun 2012 memberikan fakta bahwa ada sekitar 2.4 juta orang punya pos pengeluaran khusus untuk perawatan anak dan juga kerabat yang lebih tua ataupun difabel.
Beratnya beban sandwich generation tak jarang lantas membuat mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk tak bisa menabung secara rutin dengan nominal yang memadai. Jangankan memikirkan kebutuhan di masa depan, untuk kebutuhan di masa sekarang bisa saja dirasa cukup sulit.
Lalu, seperti apa contoh perencanaan keuangan untuk bisa mengatasi hal ini?
Beban para Sandwich Generation
Mengutip berita dari Kompas.id yang saat artikel ini ditulis sedang viral, ada beberapa kisah sandwich generation yang mengeluhkan beratnya hidup mereka.
Salah seorang di antaranya ada yang bergaji Rp11 juta. Alih-alih menggunakannya untuk “memanjakan diri”, sebanyak Rp4 juta diberikan sebagai uang bulanan orang tua. Sementara ia juga masih harus menanggung tagihan listrik, dan juga memberi uang saku adiknya. Dari Rp11 juta, ia hanya bisa menggunakan Rp3.5 juta untuk kebutuhan hidup. Uang Rp3.5 juta itu, Rp1.5 juta untuk kos, dan tersisa Rp2 juta saja untuk makan, transportasi, dan kebutuhan lain.
Seorang sandwich generation yang lain mengaku bergaji Rp40 juta. Disetorkan untuk keluarga besar sebesar Rp20 juta, yang dimanfaatkan untuk ongkos jalan-jalan sang ibu, kredit mobil sang ayah, kebutuhan keluarga besar, sampai uang sekolah keponakan. Ia sendiri “kebagian” Rp20 juta, yang lebih banyak dialokasikan ke tabungan hari tua, karena ia mengaku tak tertarik aset tak bergerak. Ia tak mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tetapi punya “ancaman” yang berbeda; ia sepertinya harus menunda cita-citanya untuk pensiun dini di usia 40 tahun.
Nah, bagaimana denganmu?
Yah, terlepas dari nominal gaji, kita sepakat bahwa perjuangan masing-masing individu itu berbeda. Begitu juga dengan sandwich generation. Meski kepepet, ya harus bisa survive. Yang satu terancam tak bisa memenuhi kebutuhan hidup, yang lain terancam pensiun dininya.
Yuk, simak terus untuk tahu contoh perencanaan keuangan yang tepat.
Tip dan Contoh Perencanaan Keuangan untuk Sandwich Generation
1. Tetapkan tujuan keuangan
Pertama, sebelum beranjak ke contoh perencanaan keuangan, tentu saja harus jawab dulu pertanyaan wajibnya: #TujuanLoApa? Dari sini, baru deh kamu bisa tarik ke belakang, untuk membuat perencanaan keuangannya.
Jadi misalnya, untuk si sandwich generation bergaji Rp11 juta, kamu bisa punya tujuan keuangan mengumpulkan dana darurat dulu, lalu dana menikah, dana liburan, dana apa pun juga boleh. Jika kamu sudah menikah, pastinya tujuan keuangan kamu akan berbeda dari yang lajang. So, sesuaikan dengan kondisimu ya.
2. Rumus cash flow 1 – 2 – 3 – 4
Setelah kamu memiliki tujuan keuangan, berikutnya ada contoh perencanaan keuangan. Kamu bisa memanfaatkan rumus cash flow ala QM Financial, yaitu rumus 1 – 2 – 3 – 4. Apa pun alokasinya, buatlah berdasarkan pola 1 – 2 – 3 – 4, sesuaikan dengan kondisimu. Karena kamu adalah sandwich generation, maka uang bulanan untuk membantu keluarga besar juga harus dimasukkan ke dalam rumus ini.
Contoh perencanaan keuangan untuk kamu yang bergaji Rp11 juta:
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp11 juta = Rp4.400.000
Nah, ini sebaiknya sih sudah termasuk tagihan listrik dan kebutuhan lainnya yang di luar untuk kebutuhanmu sendiri ya, agar bisa seimbang antara membantu keluarga tetapi juga tidak mengorbankan kebutuhan pribadi. - Kebutuhan rutin: 30% x Rp11 juta = Rp3.300.000, termasuk untuk uang kos, makan, dan transportasi.
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 20% x Rp11 juta = Rp2.200.000
- Lifestyle atau keperluan lainnya: 10% x Rp11 juta = Rp 1.100.000
Urutan dan nominalnya bisa kamu tukar dan sesuaikan, intinya adalah kamu menentukan prioritas.
Mari kita lihat contoh perencanaan keuangan untuk yang bergaji Rp40 juta.
Ini bisa jadi akan berbeda nih prioritasnya, meski sama-sama lajang. Mungkin rumus 1 – 2 – 3 – 4 juga kurang sesuai, karena yang bersangkutan mengaku tidak terlalu suka jajan, dan lebih suka mengalokasikan sebagian besar gaji untuk tabungan hari tua.
- Alokasi untuk keluarga besar: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000
- Investasi dan menabung untuk masa depan: 40% x Rp40 juta = Rp16.000.000.
- Kebutuhan hidup dan lifestyle: 20% x Rp40 juta = Rp8.000.000
Mari kita asumsikan si kakak yang bergaji Rp40 juta ini sekarang berusia 30 tahun. Dengan berinvestasi sebesar Rp16.000.000 per bulan di instrumen reksa dana saja, jika ia berencana untuk pensiun dini di usia 40 tahun nanti, nilai investasinya akan bertumbuh pada kisaran Rp2 – 3 miliar. Ini tinggal disesuaikan dengan kebutuhannya, yang terlihat dari besaran pengeluaran setiap tahunnya, dan kemudian diperhitungkan dengan angka harapan hidup.
3. Diskusikan dengan anggota keluarga
Nah, terkait alokasinya, angka di atas hanyalah contoh perencanaan keuangan. Realisasinya, kamu tentunya harus berdiskusi dengan orang tua kamu.
Misalnya saja, untuk si kakak yang punya gaji Rp40 juta, mungkin jalan-jalan sang ibu bisa agak dikurangi. Cermati juga pos yang lainnya. Yang tak penting dan tidak urgent, bisa dikurangi atau dihilangkan. Jika kamu bisa menghemat pos lifestyle kamu, pastikan keluarga juga ikut berpartisipasi dalam upaya berhemat ini. Akan sangat lebih baik jika kamu tak sendirian dalam upaya ini.
Pastinya, mereka juga akan mengerti keadaannya jika memang kamu merasa kesulitan. Diskusikan juga dengan anggota keluarga lain yang memungkinkan. Intinya, berbagilah beban. Karena sebenarnya sebagai keluarga seharusnya kan saling bantu, bukan?
Pengin lebih banyak contoh perencanaan keuangan yang sesuai untukmu? Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi Saham Tanpa FOMO: 5 Cara untuk Melakukannya
Kami di QM Financial sering merasa sedih, ketika membaca atau mendengar berita mengenai terjebaknya banyak orang dalam berbagai bentuk investasi yang tak bertanggung jawab. Termasuk adalah investasi saham.
Memang, saham menjadi salah satu instrumen investasi yang dikatakan dapat memberikan keuntungan yang relatif besar, sehingga banyak orang pun tergiur.
Tapi sayangnya, hal ini tak dibarengi dengan kedewasaan dalam berinvestasi. Pasalnya, saat kita memutuskan untuk mulai berinvestasi—terutama pada instrumen dengan risiko tinggi—maka akan ada faktor psikologis yang harus dikendalikan. FOMO, atau fear or missing out, adalah salah satunya.
Apa Itu FOMO?
FOMO, atau fear of missing out, adalah perasaan takut atau khawatir yang berlebihan akibat ketinggalan tren atau update kekinian.
FOMO pertama kali diperkenalkan sebagai istilah untuk menyebut perasaan cemas atau berlebih yang dirasakan seseorang, ketika tahu bahwa orang-orang di sekitarnya bisa berkumpul, tanpa dirinya. Misalnya, ketika kamu tahu, bahwa semua rekan kerjamu diundang pesta pernikahan atasan di kantor, sedangkan kamu tidak menerima undangan sama sekali. Nah, perasaan ‘left out’ itulah yang disebut sebagai FOMO.
Meski bisa saja disebabkan oleh berbagai hal, tetapi rata-rata FOMO dikaitkan dengan kecanduan media sosial.
Ya enggak heran sih, karena media sosial sekarang menjadi salah satu sumber berita (dan ajang pamer) terbesar akhir-akhir ini. Jadi salah kalau main media sosial? Ya, pastinya enggak salah. Hanya saja, kembali pada kita bagaimana memanfaatkannya.
Tanpa ada kecerdasan dan kebijakan yang menyertai, media sosial memang bisa menjerumuskan. Kayak yang terjadi pada kasus investasi saham selama pandemi. Jumlah investor baru yang meningkat ternyata juga dibarengi oleh angka kerugian yang juga bertambah. Semua karena postingan dan berita di media sosial yang hanya ditelan begitu saja, tanpa dicermati dan dicerna dengan baik.
FOMO dan Investasi Saham
Investasi saham sendiri—seperti yang sudah kita pelajari—memiliki risiko yang tinggi. Risikonya berupa risiko pasar, yaitu ketika harga atau nilainya anjlok dalam tempo yang cukup cepat, selain juga bisa meningkat tajam dalam hitungan jam saja.
Roller coaster ini, kalau untuk investor yang sudah senior sih B aja. Tapi, bagi pemula, bisa menyebabkan panic attack, yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk panic selling ataun panic buying.
Nah, inilah yang bahaya. FOMO. Serbatakut; takut ketinggalan nggak kebagian cuan, takut juga rugi terlalu banyak.
Mengatasi FOMO saat Investasi Saham
Jadi gimana dong ya? FOMO bisa dikatakan sebagai ‘gangguan emosi’ jika dalam konteks investasi saham. Karena merasa FOMO, kita jadi takut ketinggalan tren, hingga melupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menganalisis kondisi saham. Akibatnya, bisa terjadi salah beli. Pastinya, hal ini akan menimbulkan kerugian. Besar ataupun kecil, kerugian dalam investasi saham, ya tetaplah kerugian. Seharusnya, hal ini bisa dihindari.
Karena itu, penting bagi kita untuk bisa mengatasi FOMO jika ingin berinvestasi saham.
1. Sadari risiko investasi
Setiap instrumen investasi akan menyimpan risiko, dan hal ini berbanding lurus dengan potensi keuntungannya. So, ketika kamu berinvestasi pada instrumen yang memberikan potensi keuntungan besar, seperti saham, kamu juga harus siap dengan segala risikonya yang tinggi.
Ini sudah dalil, dan merupakan basic knowledge banget buat investor pemula di semua instrumen.
Masalahnya, keuntungan yang besar inilah yang sering kali menjadi penyebab utama timbulnya FOMO. So, coba deh, mindset-nya dibuat benar terlebih dulu. Bahwa risiko akan meningkat, seiring potensi keuntungan yang besar. Siap enggak menerima segala risikonya, kalau seumpama mengejar profit yang tinggi seperti ini?
Kalau tidak, nah, ini bisa jadi rem buatmu agar tidak FOMO.
2. Balik ke #TujuanLoApa
Yes, ini akan selalu jadi “senjata” ampuh untuk kembali ke track, saat kita tergoda untuk berjalan ke arah yang lain.
Tujuan pertama mau investasi itu untuk apa sih? Untuk dana pendidikan anak, dana pensiun, … dan lainnya?
Investasi tanpa tujuan, pada akhirnya pasti akan sia-sia belaka. Memiliki tujuan investasi yang pasti, akan menghindarkanmu dari sekadar ikut-ikutan apa yang lagi tren. Punya rencana investasi yang komprehensif akan membuatmu tetap bisa berada di jalur yang benar, dan tidak akan membahayakan tujuan keuanganmu sendiri karena pengin coba ini dan itu.
3. Endapkan berita dan cerna dengan baik
Berita dan isu-isu biasanya adalah pemantik timbulnya FOMO. So, kalau mau supaya FOMO-nya nggak muncul, ya hindari membaca berita-berita atau isu-isu yang enggak jelas sumbernya. Jika memang sumbernya tepercaya, maka kamu juga sebaiknya mencernanya dulu dengan baik, sebelum bereaksi.
Jika bombardir isu membuatmu terus menerus merasa cemas akan rencana investasimu—hingga tergoda untuk FOMO—segera tinggalkan dulu media sosial. Hindari dulu membaca berita, kalau perlu jeda sejenak dari internet.
Lakukan hal lain yang mengasyikkan, sembari mengendapkan segala berita dan isu yang ada, sehingga pikiran akan menjadi lebih jernih untuk mengambil keputusan.
4. Cek statistik
Data tak pernah bohong, betul? Karena itu, jika kamu melihat lonjakan harga pada instrumen investasi saham tertentu, coba deh cermati statistik harga yang selama ini ada. Di situ, kamu akan melihat, apakah kenaikan itu tren sesaat semata, ataukah memang fundamental yang memengaruhinya?
Jika terlihat hanya tren semata, maka lebih baik kamu hindari saja. Kecuali jika kamu berniat (dan berkemampuan) untuk trading jangka pendek, demi mengejar keuntungan singkat.
5. Evaluasi
Kita sudah banyak melihat, betapa orang banyak yang terjebak kerugian akibat FOMO. So, ada baiknya, kamu tak mengulangi kesalahan yang sama.
Lakukan evaluasi terhadap rencana keuangan dan realisasinya sampai sejauh ini; apakah ada yang perlu disesuaikan, atau semua masih berkembang sesuai harapan? Jika masih berkembang, maka ada baiknya kamu biarkan investasimu bertumbuh sesuai rencana. Jangan diutak-atik, kecuali ada situasi dan kondisi yang berubah lagi.
So, investasi saham tanpa FOMO? Harus!
FOMO bisa banget dihindari dengan 5 hal di atas. jadi, sudah enggak ada alasan lagi buat takut ketinggalan dapat cuan.
Teruslah belajar dan membuka pikiranmu akan perubahan dunia investasi, agar kamu kemudian bisa membuat rencana yang sesuai, tanpa harus terjebak FOMO.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Literasi Keuangan Adalah Kunci Sukses Mencapai Tujuan Hidup: Kok Bisa?
Setiap orang seharusnya memang punya tujuan hidup. Kenapa? Tanpa tujuan hidup, apalah arti kita hidup di dunia ini? Tsah. Dan, yang namanya tujuan hidup, kadang ya butuh modal untuk bisa dicapai. Nah, literasi keuangan adalah kunci untuk bisa melapangkan jalan mencapainya.
Faktanya, literasi keuangan adalah salah satu dari 6 literasi dasar yang wajib dikuasai oleh setiap orang. Literasi dasar yang kalau terampil kita lakukan, kita dapat membawa hidup kita ke arah dan kualitas yang lebih baik.
Nah, barangkali kamu adalah salah satu yang sudah ‘aware’ akan pentingnya literasi keuangan ini, tetapi masih belum paham betul apa maksudnya. Kita akan ulas secara khusus dalam artikel ini. So, yuk, simak sampai selesai!
Literasi Keuangan Adalah Keterampilan Dasar, Apa Artinya?
Literasi keuangan adalah pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kita untuk mengatur keuangan kita, termasuk di dalamnya mengenali berbagai produk dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan, sehingga kita bisa membuat keputusan keuangan dengan baik demi meningkatkan kualitas hidup ke depannya.
Karena itulah, maka disebutkan bahwa literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Jika seseorang tidak memiliki literasi keuangan yang baik, maka ia bisa saja terlibat masalah. Seperti terlilit utang, tidak bisa menabung, selalu merasa penghasilannya kurang, tak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sampai tak siap untuk pensiun.
Meski pengertiannya cukup definitif, tetapi aturan literasi keuangan ternyata tidak bisa dibuat sebaku itu. Pasalnya, ini akan tergantung pada kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Itulah mengapa sering dikatakan, ‘personal finance is very personal’. Yang berlaku untuk satu orang, belum tentu bisa berlaku dan memberikan hasil yang sama bagi orang lain.
4 Tingkat Literasi Keuangan
Literasi keuangan memiliki 4 tingkatan, selayaknya saat kita terampil melakukan sesuatu ada tingkat basic hingga advanced.
Not Literate
Pada tingkatan ini, seseorang bisa dibilang sama sekali belum memiliki literasi keuangan yang baik. Bisa jadi, ia juga tak pernah—atau jarang banget—menggunakan berbagai produk keuangan dan kurang percaya pada lembaga keuangan juga. Bisa jadi, bahkan, ia tak punya rekening tabungan di bank.
Less Literate
Pada tingkatan ini, seseorang akan mulai ingin tahu pentingnya memiliki keterampilan mengelola keuangan. Ia mulai ‘aware’ bahwa ada sesuatu yang salah, dan ia harus segera memperbaikinya.
Tetapi, orang tersebut belum mulai memanfaatkan produk apa pun.
Sufficient Literate
Ketika sampai pada tingkat ini, maka orang tersebut sudah cukup banyak menggali informasi seputar produk dan lembaga keuangan yang bisa membantunya mengatasi masalah-masalahnya. Ia sudah tahu manfaat, fungsi, fitur, hingga risiko dalam memanfaatkan produk dan jasa keuangan tersebut.
Tetapi, ia belum mulai menggunakannya secara optimal.
Well Literate
Tingkatan ini dalam literasi keuangan adalah tingkatan yang ‘advanced’, katakanlah begitu. Jika sudah sampai pada level ini, orang tersebut sudah punya banyak ‘bekal’ pengetahuan mengenai berbagai produk, jasa, dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Ia juga sudah memanfaatkan beberapa di antaranya dengan baik, dengan sadar betul berbagai keuntungan dan risikonya.
Aspek-Aspek dalam Literasi Keuangan
Lalu, kalau belajar literasi keuangan, maka itu artinya kita belajar apa saja sih? Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari secara bertahap untuk bisa memiliki literasi keuangan yang baik.
- Basic knowledge, misalnya kalau di QM Financial ada Blueprint of Your Money, yang merupakan konsep orisinal perencanaan keuangan pribadi yang dirancang oleh lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto.
- Tabungan dan pinjaman, misalnya seperti bagaimana mengalokasikan penghasilan agar bisa menabung, bagaimana mengelola utang jika lagi butuh pinjaman, dan seterusnya. Di sini, kita belajar mengenai prinsip cash flow.
- Asuransi, yang akan memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko keuangan yang mungkin terjadi.
- Investasi, yang meliputi belajar berbagai produk investasi beserta risik-risikonya.
Nah, ternyata cukup banyak ya, yang harus kita pelajari agar bisa memperoleh literasi keuangan yang baik, sehingga bisa membantu kita mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidup.
Literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang wajib banget dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, perlu untuk memilikinya sedini mungkin. Meski demikian, tidak akan pernah ada kata terlambat untuk memulai juga. Karena itu, buat kamu yang merasa masih belum memiliki tingkat literasi keuangan yang memadai, semangat yuk, untuk belajar lebih banyak lagi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jadi Karyawan dan Susah Menabung? Mungkin Ini Sebabnya!
Sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan kebiasaan menabung. Biasanya sih dimulai dengan celengan receh, dengan bentuk lucu-lucu, yang terbuat dari tanah liat ataupun kaleng. Yes, menabung memang menjadi pelajaran pertama kita soal keuangan. Lalu, kenapa sekarang malah jadi susah menabung?
Tanya kenapa?
Sudah memasuki usia produktif dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri dengan gaji yang didapatkan secara tetap, mengapa malah susah menabung? Berapa pun uang yang didapat selalu habis tak bersisa. Gajian lagi masih lama, uang di dompet tinggal selembar, dan saldo di rekening pun sudah minimal. Meskipun kadang sudah mencoba untuk menabung di awal bulan, pada akhirnya diambil juga dan digunakan.
Jika kondisi kamu seperti ini, mari kita lihat beberapa hal yang bisa membuatmu susah menabung. Barangkali salah satunya (atau malah beberapa di antaranya) menjadi biang keroknya.
Mengapa Susah Menabung?
1. Nggak punya tujuan
Saat kita punya niat untuk menabung, maka saat itu pula ada kemungkinan besar kita juga dihadapkan pada kebutuhan yang lain: cicilan, kebutuhan hidup, kebutuhan sosial, dan sebagainya. Rencana menabung pun diturunkan prioritasnya, lantaran kita lebih mementingkan hal lain.
Itulah yang terjadi kalau kita tak memiliki tujuan ketika hendak mulai menabung. Lain halnya kalau kita memiliki “judul” untuk tabungan kita. Secara bawah sadar, kita akan memprioritaskan tabungan, karena bakalan ada manfaatnya. Misalnya, untuk membeli gadget terbaru. Kalau enggak menabung, gadget pun enggak akan terbeli. Dengan demikian, kita pun rela mengurangi pos lain yang kurang penting demi tabungan gadget baru.
Itu baru “judul” tabungan untuk gadget. Coba bayangkan, jika judulnya untuk sesuatu yang sangat penting. Misalnya, untuk DP rumah, atau tabungan untuk menikah. Atau yang lebih ‘grand’ lagi, seperti tabungan agar bisa bebas finansial, dan pensiun dini.
2. Terlalu banyak tanggungan
Sudah menjadi rahasia umum, ketika di masa-masa produktif seperti sekarang ini, kita banyak memiliki tanggungan. Nggak hanya keluarga kecil kita sendiri, banyak dari kita yang juga harus menanggung biaya hidup keluarga besar.
Yes, kita adalah sandwich generation.
Karena itulah, kebutuhan keuangan menjadi lebih besar daripada seharusnya. Jangankan menabung, untuk memenuhi kebutuhan dasar saja, kadang harus berjuang. Selain mendapatkan gaji, tak jarang kita juga harus melakukan side hustling demi mendapatkan tambahan pemasukan.
3. Terlalu banyak utang
Ada banyak alasan ketika seseorang berutang. Paling banyak ya karena kepepet kebutuhan. Entah kebutuhan yang sesungguhnya, atau sekadar memenuhi gaya hidup.
Memang keduanya berbeda. Tetapi, keduanya seharusnya juga tak harus dipenuhi dengan cara berutang, apalagi yang sampai melebihi kemampuan.
Idealnya, rasio cicilan utang yang sehat adalah 30% dari penghasilan rutin setiap bulannya. Rasio ini ada sudah pasti bukan sekadar angka. Dengan membuat batasan maksimal cicilan utang 30%, maka diharapkan kita tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup dan juga menabung.
Kalau akhirnya susah menabung, maka mungkin saja rasio utang ini lebih besar dari batas maksimal ideal.
4. Pos lifestyle terlalu tinggi
Seperti halnya cicilan utang, sebenarnya juga ada batas maksimal ideal untuk pos lifestyle, yaitu 10%.
Pos lifestyle adalah pos pengeluaran khusus untuk biaya aktivitas sosial, hobi, self reward, dan sebagainya. Kita enggak bisa memungkiri, bahwa kita juga butuh biaya-biaya ini, tetapi jangan sampai porsinya justru lebih besar daripada pos tabungan. Masa sih mengaku susah menabung, tapi gaya hidup hedon banget?
Boleh kok, kita nongkrong sesekali bareng teman-teman di kafe, atau mungkin membelikan diri sendiri berbagai barang yang memang kita inginkan. Namun, tentu harus dipikirkan dengan bijak.
5. Nggak punya catatan keuangan
Jika memang ingin menabung, maka kita pun harus membuat rencana keuangan yang benar. Apalagi manusia itu memang banyak maunya. Tanpa rencana keuangan, maka—seperti yang sudah dipaparkan di poin pertama di atas—bisa jadi kita memang tak punya tujuan menabung. Bahkan, kita tak tahu ke mana saja uang kita pergi.
Dengan adanya catatan keuangan—yang di dalamnya ada catatan penghasilan dan pengeluaran—kita jadi tahu, pos mana yang bisa dihemat, dikurangi, dan disesuaikan, sehingga kita pun bisa mulai menabung.
Nah, jadi, dari kelima hal di atas, manakah yang masih menjadi alasanmu susah menabung?
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!