Menjadi Workaholic alias Si Gila Kerja yang Bahagia, Atur Keuanganmu!
Apakah kamu seorang workaholic alias si gila kerja? Apakah kamu bahagia bisa bekerja keras dan menjadi produktif?
Memang ada sih orang dengan tipe begini. Kalau dilihat, kadang lantas timbul pertanyaan: kok enggak pernah istirahat ya? Apa enggak “terancam” tuh mental health-nya karena kerja terus?
Well, buat si gila kerja, bekerja itulah kebahagiaan. Sama saja kayak kamu yang hobi traveling. Saat traveling, kamu merasa bahagia banget kan? Aneh, tapi ya normal kok.
Hanya saja, kalau berlebihan—baik itu bekerja, traveling, atau hobi-hobi yang lain—bisa juga mengancam kesehatan, termasuk kesehatan finansial.
Apa Itu Workaholic atau Gila Kerja?
Workaholic, atau gila kerja, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kebiasaan bekerja secara berlebihan dan memiliki minat yang sangat besar terhadap pekerjaan, bahkan sampai mengorbankan waktu bersosialisasi, istirahat, atau aktivitas lain.
Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, tidak peduli apa pun latar belakang, profesi, atau tingkat pendapatan mereka. Namun, beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang menjadi workaholic meliputi tekanan untuk mencapai kesuksesan, keterikatan emosional terhadap pekerjaan, dan rasa kurangnya kontrol atau keamanan dalam hidup mereka.
Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Workaholic?
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi gila kerja, di antaranya:
Tekanan untuk mencapai kesuksesan
Beberapa orang mungkin merasa bahwa bekerja sebanyak mungkin adalah satu-satunya cara untuk mencapai kesuksesan dan memenuhi standar yang mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri atau orang lain.
Keterikatan emosional terhadap pekerjaan
Beberapa orang mungkin merasa bahwa pekerjaan mereka adalah bagian dari identitas, dan mereka merasa tidak lengkap tanpa pekerjaan tersebut.
Rasa kurangnya kontrol atau keamanan dalam hidup mereka
Beberapa orang mungkin merasa bahwa pekerjaan mereka adalah satu-satunya hal yang benar-benar dalam kendali mereka dan memberikan rasa keamanan dan stabilitas dalam hidup mereka.
Rasa bahwa pekerjaan adalah satu-satunya sumber kebahagiaan
Beberapa orang mungkin menganggap pekerjaan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidup mereka dan merasa kurang bahagia saat tidak bekerja.
Gaya hidup yang didorong oleh prestasi
Beberapa orang mungkin memiliki gaya hidup yang didorong oleh prestasi dan merasa bahwa bekerja lebih banyak adalah cara untuk membuktikan keberhasilan mereka.
Efek terhadap Hidup
Itu adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi gila kerja, meskipun ada banyak faktor lain yang dapat berperan.
Menjadi workaholic dapat memengaruhi keuangan seseorang dalam beberapa cara, baik secara positif maupun negatif. Pada sisi positif, seseorang yang bekerja keras dengan waktu yang lebih banyak, dapat memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dan memiliki kemampuan finansial yang lebih baik.
Namun, pada sisi negatif, fokus yang berlebihan pada pekerjaan dapat membuat seseorang kehilangan waktu dan kesempatan untuk mengelola keuangan mereka dengan baik, seperti mengabaikan perencanaan keuangan jangka panjang atau mengeluarkan uang untuk membayar biaya tambahan. Misalnya kayak lebih banyak order makanan online karena enggak sempat masak sendiri. Atau bisa jadi butuh babysitter untuk membantu merawat anak, alih-alih diasuh sendiri.
Dalam jangka panjang, kalau tidak segera diatasi, bisa saja hal ini dapat mengarah pada masalah keuangan dan stres finansial. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara bekerja dan mengelola keuangan dengan baik.
Tip Keuangan untuk si Workaholic
Berikut adalah beberapa tip terbaik bagi si gila kerja untuk mengelola keuangan kamu.
Tetapkan tujuan keuangan jangka panjang
Buatlah daftar tujuan keuangan jangka panjang seperti membeli rumah, mempersiapkan masa pensiun, atau membeli aset.
Dengan demikian, kamu bisa bekerja dengan tujuan. Nantinya, jika tujuan-tujuanmu bisa dicapai dengan baik, juga akan memotivasimu untuk bekerja dengan lebih baik lagi.
Buat anggaran dan perencanaan keuangan
Buat anggaran bulanan dan rencanakan bagaimana kamu akan mengelola uangmu untuk memenuhi tujuan keuangan jangka panjang yang sudah kamu tentukan.
Prioritisasikan pengeluaran
Tetapkan prioritas untuk pengeluaranmu dan belanjakan uangmu pada hal-hal yang penting, seperti tagihan, makan, dan transportasi.
Simpan uang secara rutin
Buat kebiasaan untuk menyimpan uang secara rutin, bahkan jika itu hanya sedikit. Hal ini penting karena dapat membantumu mencapai tujuan keuangan jangka panjang kamu.
Gunakan alat perencanaan keuangan
Gunakan aplikasi atau alat perencanaan keuangan untuk membantumu mengatur dan mengelola keuangan.
Jangan terlalu memikirkan pekerjaan saat berlibur
Nah, ini penting! Ingat, bahwa kamu juga butuh istirahat, meskipun bekerja membuatmu bahagia. Hal ini tak hanya sebagai waktu rehat saja, tapi juga menjaga produktivitasmu. Jadi boleh banget sekali waktu kamu berlibur.
Jangan terlalu memikirkan pekerjaan saat berlibur atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman. Ini akan membantumu mereset dan mengelola stres finansial.
Dengan mempertimbangkan dan menerapkan tip-tip mengelola keuangan ini, si gila kerja dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih baik dan memastikan bahwa mereka memiliki masa depan finansial yang stabil.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Tujuan Perencanaan Keuangan yang Akan Membawamu Memiliki Kebiasaan Baik
Sebagian besar dari kita sepertinya sudah tahu, bahwa adalah penting untuk kita bisa mengelola uang dengan baik. Tapi, banyak yang masih belum paham apa tujuan perencanaan keuangan sebenarnya.
Faktanya memang ada 2 tipe manusia di dunia ini jika terkait dengan keuangan. Yang pertama adalah yang mereka yang tak mau pusing dengan perencanaan keuangan, dan mereka yang tahu betul apa tujuan perencanaan keuangan dan kemudian membuatnya.
Tipe pertama akan menggunakan uang yang dimiliki untuk memenuhi semua yang dibutuhkan dan diinginkan. Mereka akan menabung, jika bisa atau ada sisa uang. Tipe ini bukannya mengabaikan masa depan sih, tapi kecenderungannya adalah tak mau memprediksi yang buruk-buruk terjadi. Kalaupun sudah memikirkan dana pensiun—misalnya, maka tipe ini hanya akan menyimpan seperlunya—tanpa menghitung kebutuhan pensiun—dan kemudian tinggal berharap, bahwa dalam jangka panjang, apa pun yang terjadi, dana pensiun akan terkumpul juga.
Tipe kedua cenderung tahu betul tujuan perencanaan keuangan yang mereka lakukan dan apa yang harus mereka simpan. Mereka tahu betul, berapa yang harus disisihkan karena mereka melakukan penghitungan. Mereka juga tahu, berapa lama harus melakukan penyisihan uang ini, demi berbagai kebutuhan yang akan muncul di masa depan. Mereka juga sadar, bahwa ada banyak risiko keuangan bisa terjadi di sepanjang perjalanan hidup. Karena itu, mereka juga selalu bersiap untuk yang terburuk, tetapi berharap untuk yang terbaik.
So, kamu ada di tipe yang mana? Yang pertama—yang menganggap membuat rencana itu rumit? Atau yang kedua, yang lebih suka untuk tahu apa yang terjadi, dan mempunyai rencana untuk apa pun yang akan terjadi itu?
Masih Sedikit yang Paham Tujuan Perencanaan Keuangan
Jika kamu termasuk tipe pertama, sebenarnya kamu enggak sendirian.
Sebuah penelitian yang berjudul Schwab’s 2021 Modern Wealth Survey mengungkapkan, bahwa baru 33% dari respondennya yang memiliki rencana keuangan yang tertulis dan rapi. Sementara 42%-nya bilang, nggak punya cukup uang untuk dibuatkan rencana. 22%-nya mengatakan, bahwa bikin rencana keuangan itu terlalu memusingkan, sementara 19% yang lain bilang terlalu sibuk untuk bikin rencana keuangan.
Survei ini dilakukan di Amerika Serikat, tetapi yakin banget sih, bahwa relevan juga untuk Indonesia.
Kalau dilihat kembali, alasan-alasan seperti “nggak punya cukup uang untuk dibuatkan rencana”, “bikin rencana keuangan itu pusing”, dan “terlalu sibuk” itu sebenarnya muncul lantaran kurangnya pemahaman mengenai tujuan perencanaan keuangan itu sendiri.
Memangnya, apa sih tujuan perencanaan keuangan? Apa memang akan membantu tipe-tipe “nggak punya cukup uang”, “terlalu memusingkan”, dan “terlalu sibuk” itu ke depannya?
Well, we think it does!
1. Rencana keuangan akan dapat meningkatkan kepercayaan diri
Survei Schwab di atas juga menemukan fakta bahwa 65% orang dengan rencana keuangan yang tertulis mengatakan, bahwa mereka merasa stabil secara finansial. Sementara hanya 40% dari mereka yang tidak memiliki rencana merasakan tingkat kenyamanan yang sama. 54% dari yang memiliki rencana keuangan tersebut merasa “sangat percaya diri” akan mampu mencapai tujuan keuangan mereka, dibandingkan dengan hanya 18% dari yang tak punya rencana.
Memiliki rencana keuangan tertulis memberi kamu tujuan yang terukur, karena kamu dapat melacak dan memonitor perkembangannya. Kamu dapat mengurangi keraguan atau ketidakpastian tentang kebutuhan keuangan di masa depan, dan bahkan bisa membuat penyesuaian demi mengatasi masalah yang bisa menghambat rencana.
2. Rencana keuangan memungkinkan siapa pun untuk bisa mulai menabung, meski dengan nominal yang sangat kecil
Alasan paling umum yang sering diberikan karena tidak memiliki rencana adalah “Saya tidak punya cukup uang.” Padahal, ini adalah mindset. Faktanya, nggak harus punya uang banyak untuk mulai membuat perencanaan keuangan. Bahkan, kamu bisa mulai dengan penghasilan yang kecil banget!
Pasalnya, tujuan perencanaan keuangan itu memang untuk membantu kita meningkatkan kebiasaan menabung dan membuat anggaran. Perencanaan keuangan yang baik akan membantu kita membuat prioritas, sehingga semua kebutuhan bisa dipenuhi dengan baik.
3. Rencana keuangan membantumu membangun portofolio investasi
Rencana keuangan yang kamu buat akan membantumu mengenali kebutuhan-kebutuhan yang akan muncul sampai jauh di masa depan, dan mempersiapkannya sejak sekarang. Dengan begitu, saat kebutuhan tersebut benar-benar muncul, kamu sudah siap.
Tujuan perencanaan keuangan akan membantumu mengenali instrumen investasi yang legit untuk digunakan memenuhi kebutuhan di masa depan ini. Perencanaan keuangan juga membantumu untuk menjaga agar emosi tetap stabil terutama saat berinvestasi. Dengan begitu, kamu bisa terhindar juga dari berbagai upaya jahat orang-orang tak bertanggung jawab yang menawarimu investasi bodong.
Just stick to the plan, dan semua akan baik-baik saja!
4. Rencana keuangan dapat membantu kamu memiliki kebiasaan yang lebih baik
Tujuan perencanaan keuangan bukan hanya tentang berinvestasi; Ini tentang apa yang dapat dilakukan uang untuk kepercayaan diri, keamanan, dan kualitas hidupmu. Contohnya seperti memungkinkanmu untuk mendapatkan perlindungan yang ditawarkan asuransi jiwa atau ketenangan pikiran yang dapat diberikan oleh dana darurat.
Penelitian juga menunjukkan bahwa perencanaan keuangan dapat mendorong kita untuk memiliki kebiasaan keuangan yang baik juga.
Ada kebiasaan investasi yang baik, dan ada money habit yang sehat. Memiliki perencanaan keuangan dapat mewujudkan keduanya.
5. Perencanaan dapat disesuaikan untuk setiap jenis kepribadian
“Ah, aku nggak suka rencana-rencana, karena aku orangnya spontan banget.”
Oh, tak perlu khawatir. Rencana keuangan itu bisa disesuaikan dengan apa pun jenis kepribadianmu kok. Bahkan juga untuk orang-orang tipe spontan dan impulsif sekalipun.
Ini kan hanya soal pendekatanmu ketika kamu menghadapi masalah atau pilihan, yang kemudian “memaksa” kamu untuk membuat keputusan. Justru, perencanaan keuangan yang baik adalah perencanaan yang sesuai dengan tipe kepribadian masing-masing. Kepribadian sendiri-sendiri, bukan kepribadian orang lain. Because personal finance is VERY PERSONAL.
Untuk tipe-tipe pribadi yang suka kerapian, terstruktur, dan terencana, perencanaan keuangan akan membantu meminimalkan rasa cemas dan memberikan rasa aman yang nyaman. Buat yang serbaspontan dan impulsif, adanya perencanaan keuangan akan membantu mencapai kebebasan hidup yang diinginkan, dengan tetap menjamin masa depan yang diinginkan.
Nah, mau alasan apa lagi?
Sudah tahu kan, apa saja tujuan perencanaan keuangan? Bagaimana, mau mulai membuat perencanaan keuangan sekarang? Tak pernah ada kata terlambat untuk memulai hal baik kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mulai Tahun Baru 2023, dengan 5 Hal Keuangan yang Harus Lebih Baik Ini
Apa kabar tahun baru? 2023 sudah menginjak minggu kedua, saat artikel ini ditulis. Sudah punya resolusi keuangan belum? Sudah moveon dari liburan akhir tahun kemarin kan? Sudah siap untuk menjadikan tahun 2023 lebih baik daripada yang sebelumnya?
Yes, pergantian tahun umumnya dimanfaatkan untuk membangun semangat baru. Apalagi soal keuangan nih, harus banget baru semangatnya. Banyak hal yang kurang oke sebaiknya biar ikut ditinggalkan saja bareng tahun 2022. Di tahun baru 2023, keuangan harus lebih baik—yang dimulai dengan memiliki kebiasaan yang baik juga.
Hal keuangan apa saja yang harus lebih baik di tahun baru 2023? Ini dia beberapa di antaranya.
Hal Keuangan yang Harus Lebih Baik di Tahun Baru 2023
1. Catatan keuangan yang lebih rapi
Tahun sudah berganti, ya masa keuangannya masih berantakan. Coba yuk, dicek, barangkali keuanganmu masih berantakan karena catatan keuanganmu belum rapi—masih banyak bolongnya, masih sering enggak tahu uang ke mana, dan sebagainya. Jadi, ya pantas saja cash flow masih berantakan kan?
Yuk, dirapikan! Awal tahun adalah garis start yang pas untuk memulai kebiasaan baru. Buat catatan keuangan lebih rapi, agar kamu tahu pola dan kondisi keuangan dengan lebih pasti sehingga kamu bisa membuat perencanaan keuangan yang lebih komprehensif juga.
2. Siap untuk tujuan keuangan berikutnya
Seiring tahun yang berganti, tujuan keuangan bisa jadi lebih dekat. So, coba cek dan cermati, tujuan keuangan apa saja yang harus dipenuhi tahun ini. Misalnya, harus bayar uang pangkal sekolah anak. Atau harus lunasi DP tahun ini, dan sebagainya.
Segera tentukan langkah yang perlu diambil terkait tujuan keuangan yang semakin dekat. Mungkin perlu mencairkan asetnya bulan ini, atau bulan depan? Jangan lupa, sebagian aset butuh waktu untuk bisa dicairkan ya. Jangan sampai kelupaan, dan berakhir pas uang dibutuhkan, aset belum juga bisa menjadi cash. Jadi harus mencari alternatif solusi lain kan?
Sementara itu, mungkin juga tahun ini kamu perlu melangkah ke fase berikutnya setelah sebelumnya berhasil mencapai titik tertentu. Misalnya saja, dana darurat sudah bisa dipenuhi secara ideal tahun 2022 kemarin. Nah, berikutnya, kamu perlu punya asuransi jiwa. So, ada baiknya mulai direncanakan juga, terutama soal menghitung uang pertanggungan yang sesuai besarnya.
Yuk, fokus pada tujuan dan berbagai langkah realistis untuk bisa semakin dekat dalam pencapaiannya di tahun baru 2023 ini.
3. Lebih baik dalam menentukan prioritas
Kita itu banyak maunya. Ya, itu wajar. Selama kita masih hidup, kita pasti akan banyak maunya. Namun tentu saja harus disesuaikan dengan kemampuan. Nah, antara “mau” dan “kemampuan” ada yang namanya prioritas. Prioritas yang akan menentukan, kebutuhan mana dulu yang bisa direalisasikan. Pasalnya kemauan yang banyak kadang memang tidak disertai kemampuan yang seimbang. Kalau enggak imbang, kita bisa jadi halu. Dan halu sudah pasti akan berbahaya bagi hidup (baca: keuangan) kita.
Di tahun baru 2023, yuk, lebih baik lagi dalam menentukan prioritas. Memang dalam setiap hal yang ingin kita capai, akan ada pengorbanan yang perlu dilakukan. Tapi, demi kondisi yang lebih baik, ya mengapa tidak kan? Di sinilah prioritas berperan.
Apalagi masih banyak lo, yang suka sabotase rencana keuangan sendiri gara-gara masih sulit membedakan keinginan dan kebutuhan. Nah, coba diingat-ingat lagi. Apakah kamu—dalam 2 minggu pertama ini—masih melakukan hal yang sama? Jika iya, yuk, ini waktu yang tepat untuk kembali mengatur dan memilah, mana kebutuhan dan mana keinginan semata. Bukannya tidak boleh menuruti keinginan, tetapi kembali lagi ke soal prioritas. Pasalnya, sumber daya kita juga terbatas kan? Ingat, kita masih akan banyak kebutuhan yang sangat penting sampai jauh ke depan lo!
4. Portofolio investasi yang lebih baik dan produktif
Tahun baru 2023 juga seharusnya bisa jadi garis awal baru untuk memastikan portofolio investasimu berkembang dengan lebih baik.
Sudah enggak zamannya lagi FOMO-an, atau asal investasi terhadap berbagai instrumen tanpa kamu analisis secara mendalam terlebih dahulu. Justru, sekarang waktu yang tepat untuk bisa melihat dan mereview, apakah portofoliomu sudah cukup produktif dan apakah sudah sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin kamu capai.
5. Lebih produktif
Buat yang di tahun 2022 masih hanya memiliki satu stream income saja, yuk, coba buat rencana untuk mendiversifikasikan sumber penghasilan yang bisa kamu dapatkan.
Ada banyak sumber pemasukan yang bisa dimanfaatkan lo. Misalnya seperti kerja lepas atau paruh waktu, bisnis, hingga royalti. Kamu sesuaikan dengan kondisi serta kemampuan, dan tambahlah penghasilan di tahun baru 2023.
Nah, itu dia sederet hal keuangan yang seharusnya lebih baik di tahun baru 2023. Gimana? Ada yang memang sudah masuk ke dalam daftar resolusimu? Jika iya, selamat dan nikmati prosesnya. Ingat, hasil tak akan mengingkari usaha.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Step by Step Melakukan Review Keuangan Akhir Tahun 2022 agar Lebih Baik di Tahun 2023
Sudah menjelang akhir tahun 2022 nih. Enggak terasa ya? Bagaimana tahun ini untukmu? Apakah lebih baik dari tahun 2021? Akhir tahun biasanya memang jadi momen tepat untuk melakukan refleksi dan introspeksi, ya kan? Termasuk dalam hal keuangan. Apakah kamu sudah siap untuk melakukan review keuangan akhir tahun?
Memangnya harus ya?
Pentingnya Review Keuangan Akhir Tahun
Ya, kalau harus sih enggak. Tapi ada banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan dari review keuangan akhir tahun ini lo. Di antaranya:
- Kita bisa melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah kita lakukan sepanjang tahun 2022 ini. Apakah kita sudah mengeksekusi rencana-rencana yang kita buat atau masih sekadar wacana?
- Apa saja rencana atau tujuan yang berhasil kita wujudkan?
- Apa saja rencana yang belum berhasil terealisasikan?
- Mengapa ada rencana yang belum bisa direalisasikan?
- Apakah ada kesalahan yang membuat rencana tersebut gagal atau tertunda?
- Apa yang menjadi hambatan tahun 2022 ini?
Nah, dari pertanyaan-pertanyaan itu saja, sepertinya kamu akan mendapatkan banyak insight dan PR yang bisa kemudian kamu kerjakan di tahun 2023 agar hidupmu lebih baik. Kamu bahkan bisa menambah berbagai pertanyaan lain sebagai bahan refleksi dan review sehingga hasilnya akan lebih lengkap dan detail, yang kemudian bisa kamu pergunakan sebagai bahan pertimbangan membuat perencanaan keuangan yang lebih baik lagi.
Jika masih bingung, bagaimana cara melakukan review keuangan akhir tahun, berikut ini ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan. Simpel saja kok!
Step by Step Review Keuangan Akhir Tahun
1. Cek catatan keuangan
Jika kamu sudah punya catatan keuangan yang cukup rapi di tahun 2022, maka review keuangan akhir tahun bisa kamu mulai dari sini. Cek kondisi cash flow saat ini, apakah surplus atau minus. Bagaimana kondisi setiap pos keuangan? Apakah sudah cukup efisien? Atau sepertinya, ada yang perlu diefisienkan lagi, karena kemarin masih terlalu boros?
Misalnya saja, pos lifestyle kok ternyata lebih dari 20%, sementara investasi masih di proporsi 10%. Mungkin di tahun 2022, di setiap tanggal kembar kamu selalu nggak pernah absen dari sale dan program promo?
Meski mungkin masih terkendali, tetapi coba dipertimbangkan, barangkali tahun depan kamu bisa menambah persentase investasi, agar tujuan keuangan bisa lebih cepat tercapai.
2. Adakah kondisi yang berubah?
Misalnya saja, pemasukan yang berkurang atau bertambah?
Mungkin, pantas saja biaya lifestylemu membengkak. Gajimu juga naik soalnya tahun 2022 ini. Ya, tentunya bersyukur sih, naik gaji gitu lo. Tapi, bukan berarti lantas biaya lifestyle juga harus naik. Mungkin ada pos lain yang akan lebih baik ditambah proporsinya demi kebaikan dirimu sendiri. Dana darurat, misalnya, apakah sudah aman?
Apakah sekarang jumlah tanggunganmu bertambah, atau malah berkurang? Apakah tahun depan, bakalan ada tujuan keuangan yang harus diwujudkan? Sekolah anak, misalnya?
Nah, hal-hal seperti ini bisa mengubah kondisi keuangan, dan kamu akan lebih leluasa membuat rencana atau mencari solusi jika melakukan review keuangan akhir tahun.
3. Cek dana darurat
Tahun 2022 ini, apakah dana daruratmu sudah aman?
Ingat, bahwa jumlah ideal dana darurat seharusnya minimal adalah 4 kali pengeluaran rutin bulanan. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah ideal dana darurat juga akan lebih besar. So, kalau ternyata jumlah tanggunganmu bertambah tahun ini—misalnya tahun 2022 kemarin kamu dikaruniai anak—maka segera buat rencana untuk menambah dana darurat tahun depan.
Jika ternyata tahun 2022 kamu masih belum punya dana darurat, kamu juga bisa mulai membuat rencana untuk membangun dana darurat. Satu bulan, dua bulan enggak apa, yang penting mulai aja dulu. Cek kemampuanmu untuk menyisihkan beberapa persen dari penghasilan untuk bisa membuat dana darurat ini ya.
4. Review portofolio
Nah, biasanya review keuangan akhir tahun juga bisa dilakukan sekaligus dengan melakukan review terhadap portofolio investasi.
Cek bagaimana posisi portofolio investasimu sekarang, terutama terhadapp tujuan keuangan yang sudah ditentukan. Apakah bertumbuh sesuai harapan, atau belum? Jika memang belum maksimal, kamu bisa membuat rencana untuk memperbaiki komposisinya tahun depan. Misalnya, kamu tambah porsi instrumen agresifnya, atau malah memindahkan dari instrumen agresif ke instrumen yang lebih rendah risiko.
Semua kembali pada profil risiko, kebutuhan, dan juga kemampuanmu ya. Ingat, #TujuanLoApa?
5. Cek tujuan keuangan
Apakah ada tujuan keuangan yang sudah dicapai di tahun 2022 kemarin? Jika ada, apa saja? Apakah tujuan tersebut menambah aset? Jika iya, maka jangan sampai lupa untuk menambahkannya dalam catatan keuanganmu.
Apakah ada tujuan keuangan yang harus kamu capai di tahun 2023 besok? Bagaimana posisinya sekarang? Apakah dananya sudah siap? Jika masih kurang, kurang berapa? Jika sudah siap, cek apakah perlu dipindahkan ke instrumen yang lebih rendah risiko atau tidak.
Nah, dari sini, kamu bisa melanjutkan aktivitas review keuangan akhir tahun kamu sampai menyeluruh. Jangan lupa untuk ajak pasanganmu sekalian, jika kamu sudah berkeluarga ya, agar kedua belah pihak tahu kondisi keuangan keluarga yang sebenarnya sehingga akan lebih mudah menentukan arah selanjutnya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Artinya Advanced Literate dan Bagaimana Mencapainya?
Dalam literasi finansial, dikenal beberapa level tingkatan literasi. Ada not literate, less literate, sufficient literate, dan well atau advanced literate. Kamu bisa membaca penjelasan lengkapnya di artikel yang membahas khusus tentang literasi finansial ini.
Kamu bisa lihat bahwa tingkatan terendah dalam literasi ini adalah not literated, dan yang paling tinggi adalah well atau advanced literate.
Nah, mari kita mengulik si advanced literate ini.
Apa Itu Advanced Literated?
Advanced literate adalah kondisi ketika tingkat literasi kamu sudah sangat baik. Tingkatnya advanced, alias mahir, begitu istilahnya kalau di kursus, elearning dan sebangsanya.
Seseorang yang sudah mencapai advanced literate dalam keuangan berarti sudah punya cukup banyak pemahaman mengenai berbagai produk, layanan, jasa, dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, seoptimal-optimalnya, untuk mencapai tujuan hidup. Tak hanya sudah menggunakan banyak produk dan layanan keuangan, seseorang dengan advanced literate sudah sadar keuntungan, manfaat, hingga risiko yang harus dihadapi. Tak sekadar sadar, ia juga mampu melakukan manajemen risiko dengan baik, sehingga potensi kerugian tersebut bisa ditekan juga dengan optimal.
Nah, secara singkat, seseorang yang well atau advanced literate adalah orang yang pintar atur keuangan.
Cara untuk Bisa Menjadi Advanced Literate
Pastinya kamu pengin dong bisa menjadi advanced literate? Dengan menjadi pintar mengelola keuangan, nantinya kamu bisa terbebas dari semua masalah finansial yang bisa terjadi. Kamu enggak ada masalah dengan persiapan dana pendidikan anak, kamu juga bisa membeli rumah, punya asuransi yang memadai, bisa investasi dengan baik, bisa menyiapkan dana pensiun, dan masih banyak lagi.
Ibaratnya, lama kelamaan kamu bisa mengambil banyak keputusan hidup tanpa khawatir soal uang. Karena pas; pas dibutuhkan, selalu ada.
Simak cara untuk bisa advanced literate berikut ini.
Sisihkan waktu untuk membuat perencanaan
Kalau kata kerennya kencan keuangan. Kalau biasanya kencan kita lakukan bareng pacar atau pasangan, kali ini kita kencan dengan duit.
Nah, lo. Katanya cinta rupiah kan? Makanya, kencan keuangan ini juga penting untuk dilakukan, supaya hubungan kita dengan rupiah selalu baik-baik saja; saling pengertian, gitu.
Dari sebuah artikel di Dental Economics menunjukkan hasil riset bahwa para miliuner rata-rata menghabiskan waktu 8.4 jam dalam satu bulan untuk sekadar duduk dan membuat perencanaan keuangan.
Nah, kamu bisa berapa lama melakukannya? Well, enggak sekadar angka sih, tetapi di sini kita bisa menarik kesimpulan, bahwa merencanakan keuangan itu butuh waktu tersendiri. Harus dilakukan dengan serius, secara mindful. Di situlah letak poin upaya untuk advanced literate ini.
Dalam kencan keuangan tersebut, kamu bisa melakukan review, menyesuaikan bujet, membuat rencana baru, menyesuaikan rencana dengan kondisi terkini, cek tagihan dan cicilan, hingga berdiskusi dengan pasangan (jika sudah menikah) tentang berbagai hal keuangan yang terjadi.
Jadikan agenda kencan keuangan ini menjadi menyenangkan. Misalnya sambil memasang backsound musik yang relaxing, bahkan bisa juga kamu lakukan sambil candle light dinner sama pasangan. Pokoknya dibikin asyik, biar enggak emosi dan ngebosenin.
Jadikan agenda ini sebagai jadwal tetap, misalnya sebulan sekali atau seminggu sekali, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Belajar berbagai hal keuangan yang baru
Perkembangan belakangan ini memang luar biasa, termasuk dalam teknologi dan keuangan. Aware-lah dengan berbagai update yang terjadi, agar kamu bisa dengan mudah menyesuaikan juga dan menjadi well atau advanced literate.
Misalnya, ada produk atau layanan jasa keuangan baru. Mungkinkah dimanfaatkan agar tujuan keuanganmu lebih cepat tercapai? Atau, misalnya ada produk investasi baru yang sepertinya menjanjikan; coba cek apakah valid dan legal? Seberapa besar potensinya untuk bisa membantumu mencapai tujuan keuangan? Dan lain sebagainya.
Berdiskusi dan mengobrol
Cara berikutnya untuk bisa advanced literate adalah dengan berdiskusi dengan orang lain—bisa yang memang lebih ahli atau pengalaman, bisa juga dengan orang-orang yang terlibat langsung denganmu terutama dalam hal keuangan. Misalnya pasangan.
Berdiskusi dengan mereka yang lebih ahli dan pengalaman bisa memberimu insight baru terkait berbagai hal keuangan. Misalnya, ikut kelas keuangan sesuai kebutuhanmu, seperti FCOS. Di dalamnya pasti banyak informasi keuangan yang bisa kamu dapatkan.
Berdiskusi dengan orang-orang terdekatmu tentu saja penting agar kamu bisa meningkatkan literasi menjadi advanced literate. Terutama dengan pasangan jika kamu sudah menikah. Tak perlu merasa malu atau tabu, karena hal keuangan ini adalah hal penting dan normal untuk didiskusikan. Apalagi menyangkut masa depan keluarga. Segera cari cara supaya acara ngobrolnya enak ya.
Praktik!
Setelah banyak belajar dan menyerap ilmu, tentu saja agenda berikutnya untuk bisa meningkatkan literasi menuju level advanced literate adalah praktik.
Apa artinya semua ilmu yang sudah kamu dapatkan tersebut kalau cuma disimpan sebagai teori saja, tanpa dipraktikkan. So, segera praktik dan amati perkembangannya. Kadang kamu melakukan kesalahan, dan hal itu wajar. Ambil pelajarannya, dan coba lagi. Evaluasi apa saja yang sudah kamu lakukan dalam hal keuangan secara berkala, misalnya sebulan sekali. Dari situ, kamu akan bisa melihat apa saja yang perlu diperbaiki agar tak mengulang kesalahan yang sama.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan literasi keuangan kamu hingga bisa mencapai level advanced literate. Pastinya, ke depannya banyak hal akan lebih mudah kamu lakukan saat kamu bisa memanfaatkan berbagai layanan jasa keuangan itu dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 + 5 Cara Jitu Mengatur Keuangan untuk Perempuan
Jadi perempuan itu sebaiknya tahu cara jitu mengatur keuangan. Intinya, harus melek keuangan! Mengapa?
Karena, dengan melek keuangan, maka perempuan bisa memiliki konsep dasar finansial yang lebih baik. Nantinya akan berguna banget untuk mengatur keuangan diri sendiri—dan juga keluarga, nantinya—biar enggak besar pasak daripada tiang. Bisa mengelola rezeki dengan baik, sebagai ungkapan rasa syukur, dan menggunakannya sebaik mungkin.
Tapi, faktanya, tingkat literasi keuangan perempuan itu masih lebih rendah daripada laki-laki. Survei dari Otoritas Jasa Keuangan menyatakan, bahwa tingkat literasi keuangan perempuan hanyalah sebesar 36.13%, sementara tingkat literasi keuangan laki-laki sebesar 39.94%.
Jadi, ayo, kita tingkatkan lagi literasi keuangan kita, bestie! Kita bisa mulai dengan mencari tahu bagaimana cara jitu mengatur keuangan pribadi dulu, sebelum nantinya kita harus punya cara jitu mengatur keuangan keluarga. Mulai dari yang kecil dulu, baru yang besar. Kalau kita tidak mampu mengatur uang receh, uang besar juga bakalan sulit diaturnya.
Yuk, mulai dengan melakukan dan tidak melakukan hal-hal berikut ini sebagai cara jitu mengatur keuangan kamu.
Cara Jitu Mengatur Keuangan: 5 Do’s
1. Catat pengeluaran dan buat anggaran
Ini adalah hal keuangan yang paling basic harus dilakukan sebagai cata jitu mengatur keuangan untuk perempuan. Kalau mencatat pengeluaran dan membuat anggaran ini masih sering terlupakan, yang lainnya juga akan lebih sulit.
Kenapa harus membuat pencatatan ini? Mencatat pengeluaran dan penghasilan, serta membuat anggaran akan membantumu dalam merencanakan keuangan hingga jauh ke depan. Ibaratnya, catatan pengeluaran ini akan menjadi standar kemampuan finansialmu. Pasalnya, boleh saja banyak mau, tapi kita tetap harus menyesuaikan dengan kemampuan, biar enggak halu.
Zaman sekarang buat mencatat pengeluaran ada banyak tools-nya. Mulai dari catatan manual, sampai aplikasi keuangan. Tinggal pilih sesuai kenyamanan masing-masing. Seharusnya sih, sudah enggak ada alasan lagi.
2. Buat tujuan keuangan
Tujuan keuangan adalah cita-cita, mimpi, dan keinginan yang pengin kamu wujudkan atau capai, baik dalam jangka pendek, menengah, atau panjang. Perempuan sekarang sudah boleh banget punya banyak cita-cita, ya kan? Semua bisa diwujudkan jika kamu punya tujuan keuangan yang jelas, realistis, dan kemudian didukung dengan rencana keuangan yang komprehensif.
Setelah tahu kemampuan diri sendiri, maka inilah yang menjadi cara jitu mengatur keuangan dan perlu untuk kamu pikirkan selanjutnya. Kamu pengin apa? Kamu ingin mencapai apa? Mimpi kamu apa?
3. Miliki dana darurat
Dana darurat ini sangat penting sebagai jaring pengaman keuangan yang utama, dan harus dibangun sejak awal kamu mulai bekerja dan produktif.
Saat kamu single, kamu perlu setidaknya dana darurat sebesar 4 kali pengeluaran rutin bulanan. Nah, kalau sudah menikah dan punya anak, tentu dana darurat harus disesuaikan juga; lebih besar.
Jadikan dana darurat ini sebagai tujuan keuangan pertama. Enggak harus langsung ideal, kamu bisa membaginya sesuai kemampuan. Misalnya, 2 bulan pertama, kumpulin 1 bulan pengeluaran dulu, 2 bulan kedua, 1 bulan pengeluaran lagi sehingga terkumpul 2 bulan pengeluaran. Dan seterusnya.
4. Beli asuransi
Jika kamu sudah bekerja di sebuah perusahaan, maka biasanya kamu akan secara otomatis diikutkan dalam BPJS Kesehatan sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan. Untuk perempuan, BPJS Kesehatan coverage-nya cukup lengkap, bahkan mengcover juga untuk pemeriksaan kesehatan selama hamil dan melahirkan.
Namun, jika terasa belum cukup, kamu juga bisa menambah dengan asuransi kesehatan swasta sesuai kebutuhan.
5. Bijak berutang
Sebagai perempuan, hobi belanja itu sudah mendarah daging. Boleh saja kok kalau kamu memang hobi belanja. Tetapi, bijaklah kalau belanja dengan berutang. Utang tidak dilarang, bahkan utang bisa dimanfaatkan sebagai daya ungkit agar kita bisa membangun aset produktif.
Tapi, jika tidak bijak dalam berutang, bisa jadi utang akan menjadi bumerang. So, pertimbangkanlah dengan saksama setiap kali hendak berutang untuk tujuan apa pun.
Cara Jitu Mengatur Keuangan: 5 Dont’s
1. Impulsif
Kalau soal belanja, perempuan itu lebih impulsif. Karena itu, kamu harus mengenali red flags ini dengan sepenuhnya. Kalau kita sadar jika kita impulsif, maka akan lebih mudah juga untuk mengatasinya.
Seringnya sih, perempuan terjebak di sini. Kalau kemudian terjerat utang, ada kemungkinan di masalah ini juga. Apalagi atas nama diskon tanggal cantik. Atas nama, “Mumpung diskon! Kapan lagi diskon begini?”
Padahal ya, setiap tanggal cantik ada diskon.
2. FOMO
FOMO adalah fear of missing out—perasaan takut kudet, takut ketinggalan info, takut ketinggalan hype. FOMO sih sebenarnya bukan hanya penyakit perempuan, laki-laki juga banyak yang mengalaminya.
Biasanya dipicu oleh “huru-hara” yang ada di media sosial. Influencer lagi ramai bahas kripto, jadi pengin. Di media sosial lagi hype smartphone keluaran terbaru, ikut inden. Dan seterusnya.
Padahal ya, enggak semua yang lagi tren harus diikuti kan? Hati-hati, FOMO bisa membuatmu menyabotase rencana keuanganmu sendiri lo!
3. Menunda investasi
Kadang kalau masih terlalu jauh, kita males buat memikirkannya. Betul? Katakanlah buat rencana dana pendidikan anak, padahal menikah saja baru kemarin. Mikirin pensiun, padahal baru juga diterima kerja sebagai fresh graduate.
Tapi, tahukah kamu, bahwa inilah justru yang menjadi kesalahan keuangan banyak orang, tak terkecuali perempuan. Menunda investasi, karena masih terlalu jauh.
Padahal, justru masih jauh, maka semua kebutuhan itu harus dipikirkan sejak sekarang. Pasalnya, kebutuhan dananya cukup besar. Tanpa rencana investasi yang matang, rasanya tujuan keuangan apa pun juga bisa jadi akan gagal.
4. Malas upgrade pengetahuan
Sering banget dengar celetukan, “Buat apa belajar mengatur keuangan sekarang? Duitnya aja nggak ada. Ntar aja deh, kalau sudah ada yang diatur. Sudah ada uangnya.”
But you know what, bisa jadi kamu merasa belum ada yang bisa diatur karena kamu memang tidak mau belajar untuk mengaturnya. Karena memang dari situlah akar masalah kebanyakan orang. Merasa uangnya hanya sedikit, lantas beranggapan untuk enggak perlu diatur. Padahal, kalau yang kecil saja kita tak bisa mengaturnya, yang besar pun akan kesulitan.
So, justru mulailah belajar mengatur keuangan dari yang kecil. Upgrade pengetahuan seiring waktu, seiring perkembangan perjalanan keuanganmu.
5. Remehkan pengeluaran kecil
Bocor halus, begitulah kami di QM Financial menyebutnya. Bentuknya macam-macam, seperti jajan-jajan kecil pas berangkat atau pulang kantor, kopi kekinian atau boba 3 kali sehari, pesan makanan online, dan sebagainya. Latte factor, istilah kerennya.
Jangan remehkan pengeluaran-pengeluaran ini—yang kalau dikumpulkan sebulan ternyata bisa ratusan ribu hingga jutaan. Yang kecil-kecil bisa banget memengaruhi cash flow lo, waspadalah.
Nah, itu dia cara jitu mengatur keuangan untuk perempuan, yang baik mulai diterapkan sejak masih single hingga sudah berkeluarga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Dia Contoh Investasi Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang
Berinvestasi adalah salah satu cara untuk mengembangkan aset untuk mewujudkan cita-cita, mimpi, dan tujuan keuangan, karena di zaman sekarang, menabung saja tidak akan cukup. Lalu, contoh investasi seperti apa yang bisa kita manfaatkan.
Eits, sebelum melihat beberapa contoh investasi, kamu perlu tahu bahwa kita enggak bisa sembarangan investasi. Kita mesti melakukannya dengan penuh pertimbangan dan perhitungan. Mengapa? Karena bersama dengan investasi, datang pula sederetan risiko yang tak bisa lepas—yang perlu kita kelola dengan baik. Pasalnya kalau tidak, risiko tersebut bisa membuat kita mengalami kerugian, alih-alih imbal yang diharapkan.
Pada prinsipnya, kita mengeluarkan uang untuk membeli instrumen investasi adalah untuk tujuan mengembangkan aset, bukan untuk konsumsi atau kebutuhan sehari-hari. Investasi dilakukan agar kita nantinya mendapatkan keuntungan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan keuangan.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kita berinvestasi. Apa saja?
Sebelum Investasi, Perhatikan 3 Hal Ini!
Ada 3 hal besar yang sangat berpengaruh pada proses investasi yang kita lakukan.
Tujuan
Berinvestasi tanpa tujuan, sama saja kita pengin pergi ke suatu tempat tapi enggak tahu tempatnya di mana. Alhasil, kendaraan yang dipilih kurang tepat, waktunya juga tidak efisien.
Tujuan adalah hal paling penting pertama yang harus ditentukan dulu, agar kita kemudian bisa menghitung kebutuhan dananya. Misalnya, pengin ibadah ke tanah suci, butuh berapa banyak? Nah, dari perhitungan kebutuhan dan kemudian ditarik ke sekarang, kamu akan mendapatkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.
Waktu
Waktu investasi yang pendek sudah pasti akan memberikan imbal hasil yang berbeda dengan waktu investasi yang panjang. So, panjang pendeknya waktu investasi bisa memengaruhi hasil investasi pada akhirnya.
Nah, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa pembagian waktu investasi akan berguna banget untuk memastikan tercapainya tujuan keuangan. Tanpa dibagi dalam waktu, seakan kita itu kebanyakan mau. Padahal, sumber daya terbatas. Kan, enggak boleh halu! Makanya, harus atur waktu.
Bagilah waktu investasi sesuai target tujuan keuangan, ada jangka pendek, menengah, dan panjang. Jangka pendek adalah berbagai hal yang harus dipenuhi kurang dari 1 tahun. Jangka menengah ini bisa dibagi 2, yaitu jangka 1 – 5 tahun dan 5 – 10 tahun. Jangka panjang lebih dari 10 tahun. Dengan begini, nantinya akan lebih mudah bagi kamu untuk menyusun rencana keuangan secara realistis, tanpa melupakan kebutuhan hari ini.
Imbal hasil dan risiko
Berbeda jangka waktunya, maka akan berbeda juga imbal hasil yang bisa didapatkan. Semakin pendek jangka waktunya, semakin kecil tingkat imbal hasil yang bisa didapatkan, pun semakin rendah tingkat risikonya. Begitu juga sebaliknya.
So, untuk tujuan dengan target waktu pendek, kamu perlu mencari instrumen dengan tingkat risiko rendah. Pasalnya, instrumen dengan risiko tinggi akan berpeluang semakin ekstrem risikonya dengan adanya fluktuasi di pasar modal. Hanya saja, ini berarti imbalnya juga enggak tinggi. Begitu juga sebaliknya, untuk target waktu menengah dan panjang.
Nah, mari kita lihat contoh investasi untuk masing-masing target waktu; pendek, menengah, dan panjang.
Contoh Investasi Jangka Pendek
Untuk tujuan keuangan yang kurang dari 1 tahun, maka kamu akan butuh instrumen investasi yang rendah risiko, meskipun imbal hasilnya juga tidak tinggi. Namun, hal ini bisa diatasi dengan perhitungan modal yang disesuaikan. Tujuan investasi jangka pendek ini misalnya membangun dana darurat, menabung untuk liburan, atau membeli gadget, dan sebagainya.
Contoh investasi yang dapat kamu manfaatkan antara lain seperti di bawah ini.
Deposito
Deposito adalah salah satu contoh investasi yang cocok untuk tujuan jangka pendek. Enggak hanya bisa tenor 10 tahun, deposito juga bisa tenor pendek, misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Jadi, kamu bisa atur sesuai tujuan keuanganmu. Memang imbalnya relatif paling kecil di antara instrumen lain, tetapi tetap lebih tinggi daripada rekening tabungan biasa.
Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang adalah contoh investasi dengan tingkat risiko paling minim di antara jenis reksa dana yang lain. Berinvestasi di reksa dana modalnya juga bisa mulai dari Rp100.000, dengan tingkat pengembalian masih di atas deposito.
Contoh Investasi Jangka Menengah
Tujuan keuangan jangka menengah adalah berbagai kebutuhan yang akan harus dipenuhi mulai dari 1 tahun hingga 10 tahun ke depan. Biar enggak terlalu pusing, kamu masih bisa membaginya lagi menjadi 2 kategori jangka waktu, yakni 1 tahun hingga 5 tahun, dan sampai 10 tahun.
Misalnya saja seperti dana menikah, dana melahirkan, DP rumah pertama, beli mobil, dan sebagainya.
Contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan antara lain seperti yang diinformasikan di bawah ini.
Surat Berharga Negara
Surat Berharga Negara adalah contoh investasi yang cukup bagus imbal hasilnya, dan sejauh ini relatif rendah risiko karena penjaminnya adalah pemerintah. Selama sejarah, pemerintah Indonesia belum pernah mengalami gagal bayar.
Jenis Surat Berharga Negara ada beberapa macam, mulai dari ORI, SBR, Sukuk Ritel, dan Sukuk Tabungan. Setiap tahun pemerintah menjadwalkan beberapa surat utang ini terbit. So, kalau kamu pengin memanfaatkannya, pantengin saja akun resmi Kemenkeu di media sosial.
Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa dana pendapatan tetap juga bisa menjadi pilihan contoh investasi untuk mencapai tujuan jangka menengah. Tingkat imbal hasilnya lebih tinggi daripada reksa dana pasar uang, tetapi juga memiliki risiko yang juga lebih tinggi.
Produk reksa dana pendapatan tetap adalah surat utang atau obligasi. Dengan adanya peran manajer investasi yang mumpuni, risiko bisa dikelola dengan baik.
Contoh Investasi Jangka Panjang
Untuk berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi dalam waktu 10 tahun atau lebih, kamu bisa memilih instrumen investasi yang imbal hasilnya lebih tinggi. Tingkat risiko yang tinggi juga akan menyertai, sehingga kamu perlu mengelolanya dengan baik. Salah satu strategi yang bisa kamu lakukan untuk meminimalkan potensi risiko ini adalah dengan strategi Dollar Cost Averaging dan juga strategi diversifikasi portofolio.
Contoh investasi yang berjangka panjang misalnya untuk membangun dana pendidikan anak hingga universitas, atau dana pensiun.
Contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan misalnya seperti berikut ini.
Saham
Instrumen saham bisa berpotensi memberikanmu imbal hasil hingga ratusan persen. Belum lagi, ada keuntungan berupa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tertentu pada para pemegang sahamnya secara teratur.
Namun, saham sangat peka terhadap pergerakan pasar, sehingga tingkat risikonya cukup tinggi. Belum lagi, jika kita sembarangan dalam memilih saham, risikonya bisa semakin ekstrem. Untuk meminimalkan potensi risiko ini—selain melakukan dollar cost averaging atau diversifikasi—kamu sebaiknya mempelajari dulu cara menganalisis saham yang baik, sehingga kamu bisa mengenali saham mana yang potensial memberimu keuntungan yang optimal.
Jangan sekadar ikut-ikutan, apalagi FOMO.
Emas
Emas, meskipun sering disebut sebagai contoh investasi paling aman, tetapi tetap harus disimpan dalam jangka panjang jika kamu ingin keuntungan yang signifikan. Pasalnya, harga emas juga tidak sestabil yang dibayangkan. Bahkan kadang, fluktuatif banget.
Selain itu, adanya faktor harga buyback—yang akan selalu lebih rendah daripada harga beli—membuat emas tidak cocok jika menjadi instrumen jangka pendek.
Jika kamu berminat berinvestasi dengan emas, simpanlah setidaknya 5 – 10 tahun ke depan, untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Hati-hati juga jika hendak menyimpannya di rumah, apalagi jika dalam jumlah besar.
Reksa Dana Saham atau Reksa Dana Campuran
Ada juga jenis reksa dana yang juga menjanjikan untuk contoh investasi jangka panjang, yaitu reksa dana saham dan reksa dana campuran.
Produk kedua reksa dana ini juga berbasis instrumen pasar modal, yakni saham, yang juga diformulakan dengan instrumen lainnya.
Itu dia sejumlah contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan untuk masing-masing target waktu tujuan keuanganmu. Semoga cukup jelas ya, sampai di sini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Ceklis Keuangan yang Harus Dibicarakan Berdua Sebelum Menikah
Banyak orang yang bilang, menikahlah maka masalah hidup akan lebih ringan. Tapi, apa benar menikah adalah solusi? Bukannya menikah itu justru awal dari hidup yang sebenarnya ya? Karena itu, kita harus mempersiapkan banyak hal sebelum menikah.
So, buat kamu yang setuju dengan pernyataan terakhir, mari sini ngumpul! Kita akan mengobrol lebih jauh soal ini.
Menikah Awal Hidup yang Sebenarnya
Jika kamu masih melanjutkan bacanya sampai bagian ini, berarti kamu setuju ya dengan pernyataan di atas?
Memang benar, sebelum memutuskan untuk menikah atau merencanakannya, ada banyak hal yang harus kamu pahami, perhatikan, dan persiapkan dulu bersama pasangan. Mengapa? Karena kamu akan hidup bersamanya sampai cukup lama lo! Tentu saja kamu pengin menikah sekali untuk selamanya kan? Bisa jadi kamu akan hidup sampai lebih dari 50 tahun bareng-bareng, kalau iya.
So, untuk menempuh perjalanan yang sebegitu panjang, sudah pasti butuh persiapan yang baik. Satu hal terbesar yang enggak boleh lupa untuk dihayati adalah bahwa kamu akan hidup bersama pasanganmu itu 100% tanpa ragu lagi. Pasalnya, setelah menikah itu bisa jadi berbeda banget dengan masa-masa pacaran—sebelum menikah.
Untuk bisa 100% enggak ragu dan bisa mantap melangkah menempuh perjalanan hidup berdua, salah satu masalah yang harus dipersiapkan sejak awal adalah keuangan.
Enggak bisa memungkiri, bahwa topik keuangan itu memang topik yang sensitif banget, bahkan buat kamu yang sudah berpasangan. Kamu tahu, bahwa masalah ekonomi merupakan penyebab kedua terbesar perceraian suami istri?
Ini dia datanya, sesuai yang dirilis oleh Pengadilan Agama Indonesia tahun 2021.
So, jangan sampai masalah ini menjadi masalah kamu dan pasangan deh ke depannya ya, karena pada dasarnya masalah keuangan ini bisa kok diatasi sejak dini. Terutama, dari sisi kamu sendiri.
Lalu, bagaimana cara mengantisipasi munculnya masalah keuangan saat sesudah menikah? Ya, dengan mempersiapkannya sebelum menikah.
Berikut beberapa hal keuangan yang harus benar-benar kamu cek dan pastikan kalau kondisinya aman sebelum menikah.
Ceklis Keuangan Sebelum Menikah
Bisa terbuka enggak satu sama lain?
Terbuka ini penting banget lo. Bisa dikatakan, ini dulu yang harus dicek, sebelum ke yang lain-lainnya. Kalau keterbukaan ini tidak bisa dicapai, maka kamu bisa anggap bahwa sudah muncul satu red flags di sini, dan harus segera kamu atasi sebelum menikah.
Pasalnya, masih banyak yang menganggap tabu untuk ngomongin duit. Sebatas, “Besok nikah, biayanya bujet berapa ya? Siapa yang tanggung? Kalau patungan, berapaan?” seperti itu saja ada yang merasa risih untuk membicarakannya. Salah satu penyebabnya adalah takut dibilang matre.
Padahal, kita harus realistis. Karena terbuka soal keuangan artinya kamu mengakui batasan-batasan finansial yang bisa dicapai oleh kamu dan pasanganmu.
So, sebelum menikah, biasakan untuk mengobrol apa saja termasuk keuangan. Memang sih, mungkin akan belum terlalu terbuka semacam gaji juga masih diomongin kisaran saja. Atau belum punya rekening bersama. Tapi setidaknya, sudah mulai saling tahu pola pengelolaan keuangan masing-masing. Ibaratnya, siapa yang boros, siapa yang hemat, siapa yang impulsif, dan seterusnya harus sudah diketahui sebelum menikah.
Sumber penghasilan
Semakin serius hubungan, maka bisa jadi obrolan keuangan juga semakin serius. Pada akhirnya, kamu dan pasanganmu harus saling tahu sumber penghasilan masing-masing. Memang enggak gampang sih, apalagi kalau ada ketimpangan penghasilan antara kedua pasangan. Ya, itu tadi, soal dianggap matre.
Tapi, apa pun itu, harus dicoba untuk diobrolkan. Karena ke depannya akan lebih mudah bagi kamu dan pasanganmu untuk mengelola keuangan keluarga saat sudah menikah. Efeknya akan jangka panjang.
Peran masing-masing
Nah, ini juga sangat penting dan sebaiknya sudah ditentukan sejak sebelum menikah. Siapa yang jadi pencari nafkah utama, siapa yang akan jadi bendahara, siapa bayar apa, siapa bagian apa, sistemnya seperti apa, dan seterusnya. Jangan sampai terkena sindrom Papa Bos, Mama Bos—dua-duanya bos, yang jadinya malah membuat pembagian peran enggak jelas.
Ini penting, karena pola pengelolaan keuangan—terutama soal anggaran—ini akan berbeda sekali antara sesudah dan sebelum menikah. Pertama, karena dua orang pasti berbeda juga cara pengelolaannya. Kedua, kondisi berubah dan kebutuhan juga bisa jadi bertambah.
Sampai di sini, kalau sudah terbiasa terbuka seperti yang dijabarkan di point pertama di atas sih biasanya tidak akan banyak menemui kesulitan untuk bersepakat.
Utang piutang
Kamu dan pasanganmu juga harus tahu persis, apakah masing-masing punya utang atau tidak.
Jika punya, berapa jumlahnya? Bagaimana cara pembayarannya? Masih berapa lagi nyicilnya? Hal ini perlu diobrolkan baik jika kamu ataupun pasanganmu yang memiliki utang.
Meskipun secara hukum, utang yang dibuat sebelum menikah tidak menjadi tanggung jawab bersama, tetapi nantinya hal ini akan berdampak ke pengaturan keuangan keluarga. Banyak lo, pasangan yang tidak berterus terang soal utang ini sebelum menikah, dan pada akhirnya jadi merasa terjebak.
Sandwich generation?
Hal lain yang juga harus dicek dan dibicarakan sebelum menikah apakah kamu dan pasanganmu merupakan sandwich generation atau bukan.
Kondisi ini nantinya seakan banyak dapur yang dibiayai oleh satu orang. Pastinya, akan berpengaruh ke keuangan kan, nantinya? Dan, pengaruhnya enggak kecil lo!
So, cobalah bahas secara santai dengan pasanganmu ya, bagaimana pengaturan anggarannya supaya masing-masing tidak terganggu.
Tujuan keuangan
Sejak sebelum menikah, akan baik adanya jika kamu dan pasangan sudah mulai membicarakan juga berbagai tujuan keuangan keluarga yang hendak dicapai berdua.
Misalnya, mau tinggal di mana? Kapan mulai merencanakan punya rumah sendiri? Mau punya anak berapa? Bagaimana pendidikannya nanti? Mau beli mobil? Mau punya tabungan liburan? Pengin beribadah ke tanah suci? Kira-kira bakalan pensiun usia berapa?
Kok banyak ya? Ya memang banyak, bestie. Karena itu, susun prioritas. Buat tujuan jangka pendek, menengah, hingga panjang. Enggak harus semua langsung dieksekusi, yang harus dibicarakan berdua adalah rencana dulu. Selanjutnya, bisa dimatangkan sambil jalan. Dengan demikian, keuangan bisa terarah sesuai tujuan dan cita-cita masing-masing.
Boleh bekerja?
Nah, ini juga masalah yang sering jadi batu sandungan. Bahkan, kadang bisa mengarah ke tindak kekerasan finansial kalau misalnya tidak ada kesepakatan sejak awal.
So, ada baiknya dibicarakan sejak sebelum menikah. Setidaknya, persepsi haruslah sama. Kalau tidak, ya harus ada kompromi agar tercapai solusi yang baik untuk semuanya. Pada dasarnya boleh saja jika memang memutuskan untuk satu penghasilan, asalkan merupakan hasil kesepakatan.
Nah, itu dia 7 ceklis keuangan yang harus dibicarakan berdua dengan pasangan sebelum menikah. Banyak ya, ternyata persiapannya? Iya, karena menikah adalah sebuah tahapan hidup. Berani melangkah ke pelaminan artinya kita siap untuk naik kelas. Untuk naik kelas, ya harus usaha dan bersiap, karena di kelas selanjutnya, biasanya juga bakalan ada ujian yang tidak mudah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Contoh Literasi Keuangan Paling Sederhana yang Perlu Kamu Tahu
Tahukah kamu seberapa penting peran literasi keuangan dalam kehidupan sehari-hari? Memahami literasi keuangan sama pentingnya dengan menerapkan perencanaan keuangan. Contoh literasi keuangan yang paling mudah ditemukan misalnya ketika seseorang mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan dalam mengelola finansial.
Memang ada bedanya? Keduanya jelas berbeda. Kebutuhan merupakan berbagai hal yang harus diprioritaskan dan tidak dapat ditunda. Sementara keinginan datang dari hasrat dan nafsu konsumtif kita semata.
Meski terlihat sepele, jika memahami konsep dasar contoh literasi keuangan tersebut, kamu dapat mengubah cara pandang dalam mengelola keuangan. Singkatnya, begitulah literasi keuangan bekerja.
Namun, dampak dari pemahaman literasi keuangan oleh seseorang bisa begitu signifikan. Ketika satu individu menyadarinya, maka ini dapat menciptakan reaksi berantai dan menciptakan kesadaran di antara teman, keluarga, kolega, tetangga, hingga klien.
Lantas, apa itu literasi keuangan?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengartikan literasi keuangan sebagai proses individu dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan dalam mengelola keuangan dengan baik.
Dengan kata lain, literasi keuangan merupakan kemampuan untuk memahami produk dan konsep yang dibutuhkan untuk mengelola keuangan. Tujuan di balik memahami literasi keuangan adalah untuk membantu orang mengembangkan pemahaman tentang konsep keuangan dasar agar dapat menangani uang dengan lebih baik.
Kita tahu, sangat penting untuk mewujudkan tujuan jangka panjang seperti pendidikan anak, membeli rumah, atau pensiun. Tak hanya itu, literasi keuangan juga mencakup pemahaman yang baik soal dana darurat, asuransi, dan perencanaan perumahan.
Dengan kesadaran akan pentingnya literasi keuangan, maka datanglah perencanaan, tujuan keuangan, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, literasi keuangan membuka pintu ke pendapatan pasif, pembuatan anggaran, pengurangan strategi pengeluaran, investasi yang rajin, dan risiko minimalisasi kredit.
Mengapa Literasi Keuangan Penting?
Kurangnya literasi keuangan dapat menyebabkan sejumlah jebakan, seperti akumulasi beban utang yang tidak berkelanjutan, baik melalui keputusan pengeluaran yang buruk atau kurangnya persiapan jangka panjang. Ini, pada gilirannya, dapat menyebabkan kredit yang buruk, kebangkrutan, penyitaan perumahan, atau konsekuensi negatif lainnya.
Lalu, bagaimana cara kita meningkatkan literasi keuangan? Untuk meningkatkan pengetahuan keuangan, kamu dapat memulainya dengan membaca majalah dan surat kabar keuangan. Saat ini pun, banyak kursus online jangka pendek khusus di bidang keuangan, kayak FCOS punya QM Financial. Kamu juga bisa membaca artikel keuangan seperti yang ada di web QM Financial ini. Belum lagi berbagai jenis konten lainnya, seperti nonton YouTube, dengerin podcast, dan sebagainya, yang bisa free kamu lakukan.
Tingkat Literasi Keuangan
OJK memberikan 4 tingkatan dalam literasi keuangan untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang terkait hal tersebut. Berikut ini 4 tingkat literasi keuangan yang perlu diketahui:
1. Well Literate
Seseorang yang berada di tingkat ini artinya pengetahuan dan keyakinan terkait berbagai produk dan jasa keuangannya sudah cukup kuat. Bahkan, individu di tingkat ini memahami dan menerapkan fitur, manfaat, risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan dengan baik.
2. Sufficient Literate
Di tingkat ini, seseorang telah disebut memiliki pengetahuan dan keyakinan terkait lembaga jasa keuangan termasuk produk dan jasa keuangan yang ditawarkan. Dalam hal ini, dia juga memahami fitur, manfaat risiko, hak, dan kewajiban terkait produk tersebut namun belum benar-benar menerapkannya.
3. Less Literate
Seseorang di tingkat ini hanya memiliki pengetahuan terkait lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan saja. Tanpa mengetahui apa saja fitur hingga manfaat yang dapat diperolehnya.
4. Not Literate
Seseorang di tingkat ini masih belum menyadari pentingnya pengetahuan terkait lembaga jasa keuangan termasuk produk dan jasanya. Mereka tidak memahami apalagi menggunakan keterampilan dalam memanfaatkan berbagai produk dan jasa keuangan.
Contoh Literasi Keuangan
Nah, supaya jelas, mari kita lihat satu contoh literasi keuangan yang paling sederhana. Mari kita asumsikan bahwa Meri dan Reni menghasilkan Rp7.000.000 setiap bulan. Meri merupakan seseorang yang berada di tingkat well literate (melek finansial). Oleh karena itu, dia mengalokasikan gajinya sebagai berikut:
Pengeluaran = Rp3.800.000
Berinvestasi dalam reksa dana = Rp1.000.000
Dana darurat = Rp600.000
Rekening tabungan = Rp800.000
Pada akhir tahun, Meri menginvestasikan Rp1.200.000 dalam reksa dana, dan Rp960.000 ke dalam rekening tabungannya. Rata-rata, total apresiasi uang dalam reksa dana adalah 13%, yaitu Rp1.600.000 dan rekening tabungan menghasilkan bunga Rp360.000.
Reni, di sisi lain, tidak memiliki pengetahuan keuangan yang baik, sehingga dia pun menghabiskan secara impulsif dan tanpa perencanaan apa pun. Dia meninggalkan sisanya di rekening gajinya. Akibatnya, Reni menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak perlu dan kehabisan uang tunai dalam waktu singkat.
Intinya, literasi keuangan adalah pengetahuan tentang bagaimana membuat keputusan cerdas dengan uang. Ini termasuk menyiapkan anggaran, mengetahui berapa banyak yang harus ditabung, memutuskan persyaratan pinjaman yang menguntungkan, memahami dampak terhadap kredit, hingga membuat perencanaan untuk pensiun. Keterampilan ini membantu individu membuat keputusan yang lebih cerdas dan bertindak lebih bertanggung jawab dengan keuangan pribadi mereka.
Nah, sudah jelas ya tentang contoh literasi keuangan ini? Gimana, kamu terwakilkan oleh Meri atau Reni nih?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Cara Main Saham yang Sesuai untuk Pemula, Bikin Nggak Takut Rugi!
Punya banyak mau? Ya, biasalah ya. Namanya juga manusia. Yang penting, rencana keuangan harus komprehensif, meliputi tujuan dan instrumen yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut. Nah, salah satu cara untuk mempercepat proses mencapai tujuan adalah kalau kamu tahu cara main saham yang benar.
Tapi kan, cara main saham itu berisiko! Takut rugi!
Ingat berita tentang seorang penjaga sekolah yang uang simpanannya untuk umrah habis dimakan rayap karena disimpan di celengan kan? Yah, memang, yang namanya menyimpan uang akan selalu ada risikonya. Yang menyimpan uang di celengan saja ada risikonya. Apalagi investasi.
Namun, risiko bisa dikelola. Kalau pengelolaannya baik, cara investasi—yang salah satunya dengan cara main saham—akan memberikan keuntungan yang optimal, sehingga memungkinkan kita mencapai tujuan keuangan dengan sukses dan lebih cepat.
Hal ini memang kudu dipahami betul, begitu kamu mulai belajar literasi keuangan.
Memangnya kenapa sih dengan menabung saja? Mengapa harus investasi?
Karena menabung saja enggak cukup. Ada inflasi, ada kenaikan harga ini itu, ada kebutuhan lain juga yang perlu dipenuhi. Semua itu harus “dilawan” dengan instrumen yang bisa memberikan imbal di atasnya.
So, saham ini memang hanya salah satu instrumen. Kamu punya berbagai jenis pilihan yang lain, tapi di artikel kali ini kita akan membahas mengenai cara main saham yang benar, agar kamu tak perlu takut rugi.
Keuntungan dan Risiko Cara Main Saham
Sebelum ke tip dan trik cara main saham yang baik dan benar, yuk, pahami dulu apa saja keuntungan dan risiko investasi saham. Keuntungan di sini akan memberimu motivasi untuk bisa berinvestasi secara konsisten, sementara risiko perlu dipahami agar bisa dikelola dengan baik sehingga bisa menekan peluangnya hingga seminimal mungkin.
So, ini dia keuntungan dan risiko yang harus siap dihadapi kalau kamu mau tahu cara main saham yang benar.
Dividen
Dividen adalah salah satu keuntungan yang bisa kamu dapatkan dari berinvestasi saham.
Beberapa perusahaan besar secara konsisten membagikan dividen atau laba perusahaan kepada para pemegang saham sesuai jumlah kepemilikan masing-masing. So, semakin banyak saham yang kamu miliki, maka semakin banyak pula dividen yang bisa kamu dapatkan.
Dengan strategi reinvestasi, maka kamu pun bisa mempercepat pertumbuhan portofoliomu di sini.
Capital gain
Capital gain adalah keuntungan yang didapatkan dari selisih harga jual ketika kamu menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya.
Capital gain ini bisa kamu peroleh ketika harga saham yang kamu miliki sudah bertumbuh seiring waktu, dan sudah mendekati tujuan jangka panjangmu.
Misalnya begini.
Kamu membeli saham QWER dengan harga per saham Rp1.000 sebanyak 5 lot, yang berarti 500 lembar. Artinya, kamu berinvestasi dengan nominal sebesar Rp500.000. Beberapa lama kemudian, kamu sudah mendekati tujuan keuanganmu, dan bermaksud ingin mencairkan dana di saham. Ternyata, harga saham QWER sudah menembus Rp3.000 per lembar. Kamu bermaksud menjual 5 lot, dan berarti kamu mendapatkan dana sebesar Rp1.500.000.
Dari penjualan saham tersebut, artinya kamu sudah mengantongi untung sebesar Rp1.000.000.
Capital loss
Namanya berinvestasi, kamu harus siap menghadapi risiko juga. Risiko pertama dari cara main saham adalah capital loss, yaitu kerugian yang bisa terjadi karena menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah daripada harga belinya.
Misalnya, masih saham QWER. Ternyata setelah beberapa waktu, harga saham anjlok menjadi Rp900 per lembar. Maka kerugian investasi tak dapat dihindari.
Namun, risiko ini bisa diatasi atau diminimalkan dengan kamu melakukan average down secara teratur, yaitu membeli saham QWER saat harganya anjlok. Dengan demikian, kamu akan mendapatkan harga rata-ratanya. Memang cara main saham yang paling baik bagi kita yang berorientasi pada tujuan keuangan adalah dengan jangka waktu yang panjang. Dengan demikian, fluktuasi harga saham bisa diatasi seiring waktu.
Risiko likuidasi
Risiko likuidasi terjadi ketika perusahaan yang sahamnya ada dalam portofolio kamu dinyatakan bangkrut atau delisting dari bursa saham. Artinya, sahamnya tidak bisa dijual ataupun dibeli lagi oleh publik.
Untuk itu, sebenarnya perusahaan ada kewajiban untuk melunasi berbagai pembayaran, tetapi sayangnya, pembayaran pada investor ada di prioritas terakhir. Artinya, kalau tidak aset tersisa setelahnya, maka modal dari investor hilang dan tidak bisa dikembalikan.
Tenang, risiko ini pun bisa diminimalkan, dengan cara main saham yang benar, yaitu melakukan analisis mendalam terhadap bisnis perusahaan yang bersangkutan ke depannya. Pastikan mereka punya pasar yang bagus dan bertumbuh, sehingga bisnis tetap berjalan bahkan semakin maju.
Jadi, Bagaimana Cara Main Saham yang Benar?
Tepat dalam memilih saham
Pemilihan saham yang tepat menjadi koentji terbesar cara main saham yang menguntungkan. So, jangan sampai salah deh, di sini.
Lalu, bagaimana cara memilih saham yang benar?
Sebenarnya ada banyak cara sih, tetapi sebagai pemula, kamu bisa lakukan cara main saham berikut:
- Pilih saham yang termasuk dalam indeks LQ45 ataupun IDX30—yang isinya juga saham-saham berkualitas seperti halnya LQ45. Dengan shortlist ini, kamu sudah bisa mulai melakukan analisis terhadap fundamentalnya.
- Pilih saham yang bisnis perusahaannya long lasting, tahan banting terhadap krisis, dan sudah berusia cukup matang. Misalnya saham-saham perusahaan consumer goods atau perbankan. Setelah ada shortlist lagi, kamu kemudian bisa melakukan analisis fundamental terhadap saham yang kamu incar.
Disclaimer: saham-saham di atas bukan merupakan rekomendasi ya. Lakukan riset mendalam dan sesuaikan dengan profil risiko, tujuan keuangan, kebutuhan, dan kemampuanmu.
Intinya, buat shortlist terhadap saham tertentu, dan lakukan analisis fundamental. Dengan demikian, kamu bisa menekan peluang muncul risiko-risiko seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Pilih sekuritas yang tepercaya
Pastikan kamu hanya melakukan cara main saham di platform sekuritas yang sudah tepercaya dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Sekuritas akan menjadi perantara kamu saat kamu hendak membeli ataupun menjual saham. Sekuritas akan mengambil dana investasi yang sudah kamu simpan di Rekening Dana Investor yang ada di bank kustodian yang sudah ditunjuk, dan kemudian membeli saham yang kamu inginkan. Demikian pula ketika kamu menjual saham, dananya akan disimpan ke Rekening Dana Investor di bank kustodian.
Mengingat pentingnya peranan mereka, maka pilihlah yang tepercaya. Jauhi yang abal-abal.
Sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
Cara main saham sebagian besar akan berhubungan dengan sisi psikologis kita masing-masing. So, akan lebih baik jika kamu selalu berpegang pada kebutuhan (tujuan) dan kemampuanmu sesuai rencana keuangan yang sudah dibuat.
Karena kalau tidak, kita akan mudah terbawa euforia ketika harga saham naik, pun akan mudah panik kalau harganya anjlok. Hal ini bisa membuat kita melakukan panic buying ataupun panic selling, yang pastinya tidak akan membuat portofolio investasi kamu bertumbuh dengan baik.
Selalu lakukan riset, berpeganglah pada rencana keuangan yang sudah ada. Jikalau memang harus diubah portofolionya, pastikan memang sudah diperhitungkan dengan cermat, bukan FOMO semata.
Beli saat murah, jual saat mahal
Nah, ini dia prinsip cara main saham yang benar. Dan, ini pula dampak yang bisa kita dapatkan jika kita dapat mengelola emosi dan faktor psikologis yang muncul saat berinvestasi saham.
Jika kita melakukan panic buying atau panic selling bisa jadi malah terbalik, kita menjual saham saat harganya murah, dan membeli saat harganya tinggi. Ya pastinya akan rugi dong, kalau begini cara main saham yang kita lakukan.
Karena itu, sekali lagi, analisis itu penting untuk dilakukan sebelum mulai berinvestasi maupun sebelum mulai melakukan aktivitas membeli ataupun menjual saham
Nah, itu dia cara main saham yang ramah pemula, dan tidak membuat takut rugi. Simpel saja, kan, sebenarnya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!