Cara Mengatur Ulang Anggaran Setelah Pengeluaran Lebaran Membengkak
Mengatur anggaran setelah Lebaran memang sering jadi tantangan tersendiri. Banyak orang baru sadar dompet mulai tipis setelah euforia bagi-bagi THR, belanja baju baru, sampai mudik ke kampung halaman.
Rasanya semua pengeluaran waktu itu seperti sah-sah saja. Baru setelah momen libur selesai, mulai kelihatan repotnya. Tagihan datang. Tabungan berkurang. Saldo rekening ikut-ikutan tiris.
Situasi kayak gini sebenarnya wajar. Namanya juga momen spesial yang enggak datang tiap bulan. Tapi tetap saja, kondisi keuangan perlu dibereskan lagi supaya enggak makin berantakan. Perlu cara yang pas biar perlahan bisa balik ke ritme normal.
Enggak perlu panik, enggak harus langsung ekstrem. Semua bisa diatur pelan-pelan, asal tahu caranya.
Table of Contents
Cara Mengatur Anggaran Setelah Lebaran

Lebaran memang selalu seru. Tapi habis itu, banyak orang baru sadar: kok saldo tinggal segini? Kok tabungan jebol? Kok malah muncul utang baru?
Tenang. Kondisi kayak gini tuh wajar banget. Yang penting, jangan panik. Masih bisa kok disiasati. Ini cara mengatur anggaran setelah pengeluaran Lebaran kebablasan.
1. Cek Kondisi Dompet dan Rekening Secara Jujur
Langkah mengatur keuangan yang pertama ini simpel tapi kadang suka bikin nyesek: cek semua sisa uang yang ada. Lihat saldo rekening. Cek e-wallet. Hitung uang tunai di dompet. Kalau ada utang, catat juga. Termasuk cicilan kartu kredit, paylater, atau uang yang masih harus dibayar ke orang lain.
Jangan cuma mengira-ira ya. Harus jelas angkanya. Karena ini bakal jadi dasar buat mengatur keuangan kembali ke depannya. Intinya, berani jujur sama kondisi sendiri itu langkah awal buat pulih.
Baca juga: Financial Check-Up setelah Lebaran, Bonus Template Cash Flow
2. Catat Semua Pengeluaran Selama Lebaran
Ini langkah mengatur keuangan yang penting banget. Coba ingat-ingat dan tulis semua pengeluaran selama momen Lebaran kemarin.
Mulai dari:
- THR untuk keluarga
- Ongkos mudik
- Oleh-oleh dan hampers
- Jajan dan makan di luar
- Beli baju baru
- Dekorasi rumah
- Sedekah atau zakat tambahan
- Sampai yang receh kayak parkir, bensin, atau tips-tips kecil
Kenapa harus dicatat? Supaya tahu sebenarnya bocor paling besar itu di mana. Jangan-jangan bukan di THR, tapi malah di makan-makan terus selama liburan. Atau mungkin ongkos mudik ternyata gede banget.
Catatan ini juga berguna buat evaluasi nanti. Tahun depan bisa jadi bahan pelajaran.
3. Utamakan Kebutuhan Pokok Dulu, Sisanya Belakangan
Setelah tahu sisa uang dan sudah tahu ke mana aja perginya, sekarang saatnya bikin prioritas mengatur keuangan. Fokus ke pengeluaran paling penting dulu. Yang wajib-wajib saja. Biasanya ini meliputi:
- Makan sehari-hari
- Bayar listrik, air, internet
- Transportasi buat kerja
- Cicilan rumah atau kendaraan
- Biaya sekolah anak kalau ada
- Dan tagihan lain yang nggak bisa ditunda
Kalau dana tinggal mepet, hal-hal kayak nongkrong, belanja online, atau pesan makanan bisa dipending dulu. Yang penting kebutuhan pokok aman.

4. Rem Dulu Semua Pengeluaran Nggak Penting
Ini saatnya latihan ngerem gaya hidup. Bukan berarti pelit atau enggak boleh senang-senang. Tapi lebih ke sadar diri saja: uang lagi terbatas.
Biasakan masak sendiri di rumah. Bawa bekal kalau perlu. Batasi nongkrong atau hangout yang enggak perlu. Kalau biasanya weekend selalu makan di luar, coba skip dulu sebulan. Cari hiburan yang murah atau gratis. Kayak nonton YouTube, baca buku, main bareng keluarga, atau olahraga ringan di rumah.
Intinya: belajar puas dengan yang ada dulu. Sampai kondisi keuangan mulai stabil lagi.
5. Susun Ulang Pos Tabungan dan Dana Darurat
Kalau kemarin sempat ambil dana darurat atau kuras tabungan, enggak masalah. Itu memang fungsinya. Tapi sekarang waktunya memikirkan cara isi ulang lagi.
Enggak usah langsung besar. Enggak usah maksa. Sisihkan aja sedikit-sedikit. Misalnya Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per minggu. Atau berapa pun yang realistis.
Yang penting rutin dan konsisten. Karena tabungan dan dana darurat itu kayak bumper keuangan. Kalau diisi terus, nanti bakal lega sendiri rasanya.
6. Cari Penghasilan Tambahan Kalau Memungkinkan
Kalau kondisi benar-benar seret, enggak ada salahnya cari pemasukan tambahan. Enggak perlu langsung mikir kerjaan besar. Mulai dari hal kecil aja dulu. Bisa jual barang bekas yang masih bagus. Bisa buka pre-order makanan ringan. Bisa ambil kerjaan freelance. Atau bantu orang lain yang butuh jasa tertentu.
Misalnya jago desain, tawarkan bikin poster atau feed Instagram. Jago nulis, cari project kecil-kecilan. Jago masak, coba jualan makanan online. Lumayan banget buat nutup kebutuhan sementara.

7. Evaluasi Pola Belanja Lebaran Kemarin
Terakhir, jangan lupa evaluasi. Lihat lagi pola belanja saat Lebaran kemarin. Tulis aja jujur-jujuran: mana yang memang perlu, mana yang sebenarnya nggak harus ada.
Kadang bukan soal uangnya kurang. Tapi memang cara belanjanya yang kurang terkontrol. Dari evaluasi ini, bisa banget disusun strategi buat Lebaran tahun depan. Misalnya mulai siapkan THR sejak jauh-jauh hari. Atau bikin bujet khusus hampers beberapa bulan sebelum puasa.
Makin sadar pola belanja, makin gampang juga mengatur uang ke depannya.
Baca juga: Contoh Financial Planning Pribadi yang Cocok untuk Semua Orang
Mengatur anggaran setelah pengeluaran Lebaran memang butuh usaha ekstra. Tapi bukan berarti mustahil. Justru dari momen inilah biasanya orang jadi lebih peka sama pola belanja dan cara pakai uang.
Enggak apa-apa kalau kemarin sempat kebablasan. Yang penting sekarang sudah tahu apa yang harus dibenahi. Mulai pelan-pelan saja. Kuncinya konsisten, sabar, dan nggak gampang tergoda beli ini-itu lagi.
Lama-lama kondisi keuangan pasti bisa pulih dan kembali stabil seperti semula.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Financial Check-Up setelah Lebaran, Bonus Template Cash Flow
Setelah euforia Lebaran selesai, waktunya balik ke rutinitas dan ngelirik lagi kondisi dompet. Banyak orang langsung sibuk kerja lagi, tapi lupa satu hal penting: financial check-up.
Padahal ini langkah awal biar keuangan tetap aman setelah masa pengeluaran besar-besaran. Nggak ribet kok, cukup luangin waktu sebentar buat lihat ulang alur pemasukan dan pengeluaran.
Kadang nggak sadar, sisa uang di rekening cuma tinggal angka kecil, tapi belum tahu ke mana aja perginya. Nah, sebelum pengeluaran makin nambah, mending dibereskan saja dulu urusan ini.
Tenang, prosesnya bisa kok dibikin santai dan nantinya bisa bikin hati lebih tenang juga. Yuk, siapkan kopi dulu, kita bahas bareng pelan-pelan.
Table of Contents
Langkah-Langkah Financial Check-Up Pasca Lebaran

Biar keuangan enggak makin berantakan setelah Lebaran, ada baiknya mulai duduk sebentar dan melakukan financial check-up. Nggak perlu nunggu akhir bulan atau nunggu kondisi makin kacau dulu.
Justru makin cepat dilakukan, makin gampang juga buat mengatur ulang semuanya. Dari situ, baru bisa kelihatan bagian mana yang perlu dibenahi dan mana yang masih aman.
Nah, berikut beberapa langkah yang bisa langsung dijalanin satu per satu.
1. Cek Saldo Terakhir di Semua Rekening
Langkah pertama yang paling simpel: buka aplikasi bank dan e-wallet. Cek berapa sisa uang yang ada sekarang. Jangan cuma lihat rekening utama, tapi juga e-wallet. Kadang sisa kecil di sana bisa lumayan kalau dijumlah.
Penting banget buat tahu posisi keuangan terakhir setelah Lebaran, karena biasanya pengeluaran cukup banyak. Ini jadi patokan buat mengatur langkah keuangan selanjutnya.
Baca juga: Atur Keuangan Setelah Lebaran Biar Nggak Auto Bokek Berkepanjangan
2. Rekap Pengeluaran Selama Lebaran
Coba ingat-ingat, selama Lebaran keluar uang buat apa saja. Mungkin buat bagi THR ke keponakan, beli baju baru, hampers buat keluarga, sampai ongkos mudik. Kalau sempat, catat satu-satu pengeluaran itu.
Enggak harus detail banget, tapi setidaknya ada gambaran totalnya. Bandingkan dengan anggaran yang sudah direncanakan sebelumnya, jika ada. Ini penting buat evaluasi dan persiapan tahun depan biar lebih terkontrol.
3. Hitung Sisa THR (Kalau Ada)
Kalau masih ada sisa THR yang belum kepakai, jangan langsung dibelanjakan. Lebih baik hitung dulu, lalu alokasikan untuk hal yang berguna. Misalnya buat nambah dana darurat, bayar cicilan kecil, atau disimpan buat keperluan penting.
THR itu bonus tahunan, jadi sayang banget kalau habis buat hal enggak jelas. Dengan alokasi yang tepat, sisa THR bisa jadi penyelamat keuangan di pertengahan tahun.
4. Periksa Tagihan yang Menumpuk
Setelah Lebaran, biasanya ada tagihan yang suka ketunda. Misalnya tagihan kartu kredit karena kebablasan belanja. Atau cicilan yang sempat terlewat karena sibuk mudik.
Coba lakukan financial check-up dan cek satu per satu tagihan yang harus dibayar dalam minggu ini. Prioritaskan yang jatuh tempo duluan biar enggak kena denda. Semakin cepat dibereskan, makin ringan ke depannya.

5. Evaluasi Dana Darurat
Kalau dana darurat sempat dipakai buat keperluan Lebaran, enggak masalah. Tapi sekarang saatnya mulai isi ulang.
Dana ini penting banget buat jaga-jaga kalau ada hal tak terduga. Idealnya, punya dana darurat yang bisa cover 3 sampai 6 bulan pengeluaran. Bisa mulai dari menyisihkan sedikit tiap minggu. Enggak harus besar, yang penting konsisten.
6. Reset Anggaran Bulanan
Setelah belanja banyak pas Lebaran, anggaran bulanan mungkin jadi berantakan. Nah, sekarang waktunya bikin ulang. Sesuaikan dengan sisa uang yang ada dan kebutuhan bulan ini. Coba lebih fokus ke pengeluaran wajib, dan tahan dulu keinginan belanja yang nggak penting. Dengan budgeting yang realistis, keuangan bisa balik stabil lagi.
7. Tinjau Target Keuangan Tahunan
Coba buka lagi catatan target keuangan yang sudah dibuat di awal tahun dan lakukan financial check-up. Misalnya rencana liburan, tabungan rumah, atau dana pendidikan. Lihat apakah masih on track atau perlu penyesuaian.
Setelah Lebaran, ada kemungkinan target jadi meleset sedikit. Tapi enggak apa-apa, yang penting disesuaikan lagi dan tetap lanjut jalan.
8. Mulai Hemat dan Atur Pola Belanja
Setelah masa euforia Lebaran, godaan belanja sering masih terbawa. Padahal ini waktu yang tepat buat kembali ke pola hemat, apalagi nanti kalau financial check-up sudah berhasil dilakukan. Mulai dari masak sendiri, kurangi jajan, dan hindari belanja online yang enggak penting.
Bukan berarti pelit, tapi belajar buat lebih selektif. Semakin cepat balik ke ritme normal, makin aman kondisi dompet.
Template Cash Flow

Setelah melakukan financial check-up, biasanya mulai kelihatan mana pengeluaran yang harus dipangkas dan berapa sisa uang yang bisa diselamatkan.
Tapi biar lebih jelas dan terarah, penting banget buat menyusun alur cash flow secara rapi. Jangan cuma mengira-ira di kepala, soalnya sering kali yang terasa aman ternyata udah bocor sana-sini. Nah, buat bantu nyusun ulang keuangan pasca Lebaran, di bawah ini ada template sederhana yang bisa langsung dipakai.
1. Pemasukan (Income)
Tuliskan semua sumber pemasukan yang masih aktif setelah Lebaran:
- Gaji Bulan Ini: Rp __________
- Sisa THR: Rp __________
- Bonus/Lain-lain: Rp __________
- Total Pemasukan: Rp __________
2. Pengeluaran Wajib
Ini pengeluaran yang nggak bisa ditunda:
- Sewa/KPR: Rp __________
- Listrik & Air: Rp __________
- Internet & Pulsa: Rp __________
- Cicilan (Motor, Mobil, Kartu Kredit): Rp __________
- Biaya Sekolah/Anak: Rp __________
- Transportasi: Rp __________
- Belanja Harian (Makan, kebutuhan rumah tangga): Rp __________
- Total Pengeluaran Wajib: Rp __________
3. Pemulihan Keuangan
Prioritas setelah Lebaran biasanya fokus ke pemulihan:
- Top Up Dana Darurat: Rp __________
- Bayar Utang/Tunggakan: Rp __________
- Simpanan/Tabungan: Rp __________
- Investasi: Rp __________
- Total Pemulihan: Rp __________
4. Pengeluaran Tambahan (Opsional)
Kalau masih ada sisa, bisa masuk sini:
- Nongkrong/Hiburan: Rp __________
- Jajan/Beli Makanan Online: Rp __________
- Belanja Baju/Skincare: Rp __________
- Dana Sosial/Arisan: Rp __________
- Total Pengeluaran Tambahan: Rp __________
5. Sisa Uang (Cash Flow Akhir)
Total Pemasukan – Total Pengeluaran (Wajib + Pemulihan + Tambahan)
= Rp __________
Baca juga: Contoh Financial Planning Pribadi yang Cocok untuk Semua Orang
Melakukan financial check-up setelah Lebaran bukan cuma soal membereskan catatan pengeluaran. Lebih dari itu, ini soal menyiapkan diri biar keuangan tetap stabil di bulan-bulan berikutnya.
Enggak harus langsung sempurna, yang penting mulai dulu dari langkah kecil. Dengan cash flow yang tertata, keputusan keuangan jadi lebih tenang dan nggak serba panik. Intinya, makin paham kondisi keuangan sendiri, makin enak juga buat mengatur rencana ke depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
THR Langsung Habis? Cara Cerdas Mengelola Uang Lebaran agar Nggak Boncos
Tunjangan Hari Raya sering kali datang seperti rezeki nomplok, tapi nggak butuh waktu lama sampai uangnya tiba-tiba lenyap, tak bersisa. Ada yang habis buat belanja, ada yang kepakai untuk traktiran, atau sekadar mengalir entah ke mana tanpa sadar.
Uangnya masuk cepat, tapi keluar lebih cepat lagi. Akhirnya, setelah Lebaran malah pusing karena kantong kosong. Sialnya, malah ada utang. Duh!
Biar nggak kejadian terus setiap tahun, penting banget buat tahu cara mengelola uang Lebaran dengan lebih bijak. Nggak perlu jadi super hemat sampai nggak menikmati momen, tapi juga jangan terlalu santai sampai keuangan berantakan.
Ada trik sederhana yang bisa bikin Tunjangan Hari Raya lebih awet dan tetap bisa dipakai buat hal yang berguna.
Table of Contents
Cara Cerdas Mengelola Tunjangan Hari Raya agar Nggak Boncos

Tunjangan Hari Raya atau THR sering kali langsung habis tanpa sisa. Godaan belanja, makanan enak, dan keperluan Lebaran bisa bikin kantong jebol kalau nggak dikontrol.
Supaya nggak boncos, perlu strategi cerdas dalam mengatur uang. Berikut beberapa cara biar THR tetap aman dan bisa dimanfaatkan dengan baik.
1. Buat Rencana Pengeluaran
Tanpa rencana, uang bisa habis begitu saja tanpa tahu ke mana perginya. Karena Tunjangan Hari Raya diberikan untuk kebutuhan hari raya, makanya ya, buat prioritas untuk hari raya dulu.
Catat semua kebutuhan Lebaran, mulai dari zakat, angpao, makanan, baju baru, sampai biaya mudik. Bedakan mana yang wajib dan mana yang cuma keinginan. Prioritaskan pengeluaran yang benar-benar penting.
Dengan rencana yang jelas, uang bisa lebih terkontrol dan nggak terbuang sia-sia.
Baca juga: 5 Kebutuhan Jangka Panjang yang Bisa Dipenuhi dengan Tunjangan Hari Raya (THR)
2. Bayar Utang Terlebih Dahulu
Kalau masih punya utang, jangan tunda untuk melunasinya. Sebagian dari Tunjangan Hari Raya bisa dialokasikan buat membayar utang supaya kondisi keuangan lebih sehat. Daripada uang habis buat hal yang nggak terlalu penting, lebih baik dipakai buat mengurangi beban finansial.
Kalau utang berkurang atau lunas, hati jadi lebih tenang dan nggak perlu khawatir soal cicilan setelah Lebaran. Nggak enak kan, baru senang-senang tapi setelahnya pusing mikirin tagihan?

3. Sisihkan untuk Tabungan atau Investasi
THR bukan cuma buat dipakai sekarang, tapi juga bisa jadi modal untuk masa depan. Sisihkan minimal 20-30% buat tabungan atau investasi, biar uang nggak habis begitu saja.
Bisa mulai dari menabung di rekening khusus, membeli emas, atau investasi kecil-kecilan di reksa dana. Dengan menyisihkan sebagian uang, nanti setelah Lebaran tetap ada cadangan dana yang bisa dimanfaatkan. Jangan sampai uang cuma numpang lewat tanpa sisa.
4. Batasi Belanja Impulsif
Diskon besar memang menggoda, tapi jangan sampai belanja tanpa mikir panjang. Sebelum beli sesuatu, tanya dulu ke diri sendiri, “Ini butuh atau cuma pengin?” Kalau cuma keinginan, lebih baik ditahan dulu.
Buat keperluan Lebaran, buatlah daftar belanja yang benar-benar diperlukan dan patuhi anggaran yang sudah dibuat. Dengan cara ini, bisa tetap belanja tanpa harus khawatir keuangan jadi kacau.
5. Siapkan Dana Darurat
Lebaran sering bikin pengeluaran membengkak, tapi jangan lupakan dana darurat. Sisihkan sebagian THR buat keperluan tak terduga setelah Lebaran. Siapa tahu kan, kemarin sempat pakai dana daruratnya. Nah, sekarang kesempatan buat mengembalikannya.
Dengan punya dana darurat, nggak perlu panik kalau tiba-tiba ada pengeluaran tak terduga. Lebih baik bersiap daripada nanti kelabakan cari uang tambahan. Jangan sampai habis Lebaran malah bingung cari pinjaman.

6. Jangan Hamburkan Semua untuk Liburan
Liburan Lebaran memang seru, apalagi kalau dihabiskan di kampung halaman. Tapi kan, nggak harus menghabiskan seluruh THR untuk liburan doang. Kalau mau jalan-jalan, pilih yang sesuai bujet. Coba cari destinasi yang murah meriah, atau malah gratis. Banyak cara menikmati waktu libur tanpa harus boros. Yang penting kan, bisa bareng-bareng sekeluarga besar. Jarang-jarang ini kan?
Jangan sampai setelah pulang liburan malah stres karena uang habis. Lebih baik atur anggaran biar tetap bisa bersenang-senang tanpa merusak kondisi keuangan.
Baca juga: Contoh Perencanaan Keuangan Keluarga yang Applicable
Dengan cara ini, Tunjangan Hari Raya bisa lebih bermanfaat dan nggak langsung habis dalam waktu singkat. Yang penting, tetap kontrol pengeluaran dan buat keputusan yang bijak. Lebaran bisa tetap menyenangkan tanpa bikin kantong jebol.
Tunjangan Hari Raya memang hal yang ditunggu-tunggu, tapi kalau nggak dikelola dengan baik, bisa habis dalam sekejap. Supaya nggak menyesal setelah Lebaran, penting buat mengatur uang dengan lebih cerdas.
Nggak harus serba pelit, tapi juga jangan foya-foya tanpa pikir panjang. Yang penting, ada keseimbangan antara menikmati momen dan menjaga keuangan tetap aman. Dengan perencanaan yang tepat, Tunjangan Hari Raya bisa lebih bermanfaat dan nggak cuma numpang lewat.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Puasa, THR, dan Bonus Ramadan: Cara Cerdas Mengelola Uang agar Tidak Cepat Habis
Ramadan identik dengan pengeluaran yang meningkat. Mulai dari buka puasa bersama, belanja baju baru, hingga persiapan Lebaran. Ditambah lagi, banyak orang merasa lebih bebas membelanjakan uang karena adanya THR dan bonus. Kalau enggak pintar mengelola uang, saldo bisa langsung menipis sebelum bulan berakhir. Padahal, setelah Lebaran masih ada kebutuhan rutin yang harus dipenuhi.
Agar uang enggak cepat habis, penting untuk punya strategi keuangan yang jelas. Jangan sampai THR dan bonus hanya numpang lewat tanpa manfaat. Dengan perencanaan yang baik, pengeluaran tetap terkendali dan keuangan tetap aman setelah Ramadan.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan, mulai dari membuat anggaran, menyiapkan dana darurat, hingga membatasi belanja impulsif.
Table of Contents
Ini Cara Mengelola Uang selama Ramadan dan Lebaran yang Cerdas

Bulan Ramadan sering membawa rezeki lebih. THR dan bonus mulai cair, usaha musiman ramai, atau jualan makin laris. Tapi, jangan sampai terlena. Pengeluaran juga biasanya ikut naik. Kalau tidak pintar mengelola uang, saldo bisa cepat terkuras sebelum Lebaran tiba.
Supaya keuangan tetap aman, ada beberapa cara cerdas yang bisa diterapkan selama Ramadan dan Lebaran.
1. Buat Anggaran yang Jelas
Jangan sampai uang THR dan bonus habis tanpa jejak. Mulai mengelola uang dengan memisahkan pengeluaran wajib seperti zakat, tagihan, dan kebutuhan sehari-hari.
Setelah itu, tentukan anggaran untuk keperluan Lebaran, seperti baju baru, hampers, atau biaya mudik. Jangan asal belanja hanya karena semua orang melakukannya. Pastikan semua sudah terencana agar tidak keteteran setelah Lebaran.
Kalau bisa, alokasikan sebagian dana untuk tabungan atau keperluan lain yang lebih mendesak.
Baca juga: Menyiapkan Bujet Bulan Puasa untuk Keluarga Muda
2. Prioritaskan Zakat dan Sedekah
Begitu THR dan bonus cair, sisihkan dulu untuk zakat dan sedekah sebelum memikirkan belanja lainnya. Ini bukan cuma kewajiban, tapi juga cara supaya keuangan lebih tertata.
Dengan mengelola uang dan mengalokasikan dana sejak awal, enggak ada cerita uang keburu habis untuk hal lain. Selain itu, berbagi dengan yang membutuhkan bisa bikin hati lebih tenang dan berkah.
Jadi, jangan sampai niat baik ini justru terlupakan gara-gara terlalu semangat belanja Lebaran.

3. Siapkan Dana untuk Lebaran dan Setelahnya
Jangan cuma fokus menghabiskan uang buat Lebaran, tapi pikirkan juga hidup setelahnya. Banyak yang terlalu semangat belanja sebelum Lebaran, sampai lupa kalau setelah Ramadan masih ada tagihan, kebutuhan harian, dan mungkin cicilan yang harus dibayar. Jangan sampai dompet kering begitu Lebaran selesai.
Kita harus bisa mengatur uang dengan cerdas. Sisihkan sebagian untuk keperluan setelah Lebaran, biar nggak kebingungan pas bulan berikutnya. Lebaran selesai, keuangan tetap aman!
4. Amankan Dana Darurat
Jangan sampai setelah Lebaran malah pusing karena uang habis, sementara kebutuhan masih jalan terus. Manfaatkan THR dan bonus untuk menambah dana darurat. Ini penting buat jaga-jaga kalau ada pengeluaran tak terduga setelah Ramadan.
Daripada uang habis tanpa sisa, lebih baik sisihkan sebagian buat pegangan. Jadi, kalau ada situasi darurat, nggak perlu panik cari pinjaman atau pakai kartu kredit.
5. Gunakan untuk Bayar Cicilan atau Lunasi Utang
THR dan bonus bisa jadi penyelamat buat yang masih punya cicilan atau utang kecil. Sebelum uangnya menguap buat belanja atau hal yang kurang penting, coba cek dulu apakah ada utang yang bisa langsung dilunasi. Bayar utang lebih awal bisa bikin keuangan lebih lega setelah Lebaran, jadi nggak ada beban tagihan yang masih harus dikejar.
Kalau cicilan berkurang atau lunas, uang yang biasanya dipakai buat bayar utang bisa dialokasikan ke hal lain yang lebih produktif. Lebaran tetap seru, tanpa bikin kondisi finansial makin berat!

6. Hindari Belanja Berlebihan
Ramadan itu musim diskon di mana-mana, dari baju, makanan, sampai perabotan rumah. Godaannya besar, tapi jangan sampai kalap.
Sebelum belanja, buat daftar barang yang benar-benar dibutuhkan, bukan sekadar keinginan sesaat. Jangan tergoda beli sesuatu hanya karena diskonnya besar, padahal nggak terlalu butuh. Kalau belanja online, coba tunggu beberapa jam sebelum checkout, supaya bisa mikir lagi apakah barang itu memang perlu atau cuma lapar mata.
Dengan cara ini, dompet tetap aman dan uang nggak habis sia-sia.
Baca juga: Stop Mental Miskin: Ini Cara Kamu Berdaya dan Berhenti Merendahkan Diri Sendiri
Pintar mengelola uang selama Ramadan dan Lebaran bikin keuangan tetap aman, nggak habis sia-sia. THR dan bonus bisa dimanfaatkan lebih baik kalau ada perencanaan yang jelas. Jangan sampai semua ludes hanya karena lapar mata atau euforia sesaat.
Setelah Lebaran, hidup tetap berjalan, dan pengeluaran masih ada. Apalagi habis Lebaran akan ada kurban juga. Dengan pengelolaan yang cerdas, bukan cuma dompet yang selamat, tapi juga bisa lebih tenang menikmati momen Ramadan tanpa khawatir keuangan berantakan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
9 Hak Finansial yang Diberikan Berdasarkan Kontrak Kerja Karyawan
Kontrak kerja karyawan itu dokumen penting. Di dalamnya tercantum hak dan kewajiban antara perusahaan dan karyawan. Karena itu, jangan pernah skip membaca kontrak ini, meskipun sudah ada jaminan kamu diterima bekerja.
Dalam kontrak ini, berbagai hak finansial biasanya dijabarkan dengan jelas untuk memastikan karyawan mendapatkan kompensasi yang adil dan sesuai dengan kontribusinya. Hak finansial ini tidak hanya mencakup gaji pokok, tetapi juga berbagai tunjangan, bonus, dan jaminan lain yang memberikan keamanan finansial bagi karyawan selama mereka bekerja di perusahaan tersebut.
Semua hak dalam kontrak kerja karyawan ini dirancang untuk memberikan kepastian finansial dan motivasi bagi karyawan, memastikan mereka merasa dihargai dan didukung oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
Table of Contents
Hak Finansial yang (Seharusnya) Ada di Kontrak Kerja Karyawan

Dalam kontrak kerja karyawan, hak finansial biasanya mencakup beberapa komponen utama berikut ini.
1. Gaji atau Upah
Ini adalah jumlah pembayaran yang diterima karyawan sebagai kompensasi atas pekerjaan mereka. Gaji biasanya dibayarkan secara bulanan dan bersifat tetap, sedangkan upah biasanya dihitung berdasarkan jam kerja dan bisa bervariasi tergantung pada jumlah jam yang bekerja.
Biasanya besaran gaji ini sudah dibicarakan di awal perekrutan, sehingga di dalam kontrak kerja karyawan, sifatnya sudah tetap.
2. Tunjangan
Hak finansial yang kedua ini adalah bentuk tambahan kompensasi yang diberikan kepada karyawan selain gaji pokok. Tunjangan dapat mencakup berbagai jenis, seperti:
- Tunjangan Transportasi: Kompensasi untuk biaya transportasi harian karyawan ke tempat kerja.
- Tunjangan Makan: Uang tambahan untuk menutupi biaya makan selama jam kerja.
- Tunjangan Perumahan: Bantuan keuangan untuk biaya tempat tinggal, sering diberikan kepada karyawan yang ditempatkan jauh dari rumah.
- Tunjangan Kesehatan: Uang tambahan atau fasilitas untuk keperluan medis dan kesehatan.
- Tunjangan Keluarga: Tambahan penghasilan untuk karyawan yang memiliki tanggungan keluarga.
Tunjangan di atas bisa berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya, antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Ya beda macamnya, beda besarannya. Umumnya, jenis dan jumlah tunjangan yang diberikan biasanya disesuaikan dengan posisi, jabatan, dan lokasi kerja karyawan.
Namun, sah-sah saja jika kamu merasa perlu menanyakannya kepada HR mengenai macam dan besaran yang akan kamu terima. Apalagi ini seharusnya juga tercantum dalam kontrak kerja karyawan.
Baca juga: Plafon Pengobatan dan Tunjangan Kesehatan Karyawan yang Harus Dipahami
3. Bonus dan Insentif
Bonus dan insentif biasanya dikatakan sebagai benefit, yaitu penerimaan uang selain gaji pokok, biasanya sebagai penghargaan atas kinerja atau pencapaian tertentu. Beberapa bentuk bonus dan insentif meliputi:
- Bonus Tahunan: Pembayaran yang diberikan sekali setahun, biasanya berdasarkan profit perusahaan atau kinerja keseluruhan karyawan sepanjang tahun.
- Insentif Kinerja: Pembayaran tambahan yang diberikan berdasarkan pencapaian target atau kinerja individu atau tim. Misalnya, pencapaian penjualan tertentu atau penyelesaian proyek dengan hasil yang sangat baik.
- Bonus Berbasis Proyek: Pembayaran yang diberikan setelah berhasil menyelesaikan proyek tertentu, terutama jika proyek tersebut memberikan keuntungan besar bagi perusahaan.
Jumlah dan frekuensi pembayaran bonus dan insentif biasanya ditentukan oleh kebijakan perusahaan dan bisa bervariasi tergantung pada hasil kinerja dan kontribusi karyawan terhadap tujuan perusahaan.
4. Lembur
Ada juga kompensasi tambahan yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di luar jam kerja normal mereka, biasa disebut uang lembur. Beberapa poin penting mengenai lembur meliputi:
- Jam Kerja Normal: Biasanya ditentukan dalam kontrak kerja karyawan dan bisa bervariasi tergantung pada perusahaan dan negara. Misalnya, 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
- Tarif Lembur: Jumlah pembayaran per jam untuk kerja lembur biasanya lebih tinggi daripada tarif jam kerja normal. Tarif lembur sering kali dihitung sebagai persentase tambahan dari gaji pokok, misalnya 1,5 kali atau 2 kali dari tarif normal.
- Kondisi Lembur: Ketentuan tentang kapan lembur diperbolehkan dan bagaimana harus dilaporkan, termasuk apakah lembur harus disetujui sebelumnya oleh manajemen.
- Pembayaran Lembur: Waktu dan metode pembayaran untuk kerja lembur, yang bisa bersamaan dengan gaji reguler atau sebagai pembayaran terpisah.
Ada beberapa aturan terkait lembur yang harus diperhatikan juga di sini. Kalau di Indonesia, acuannya adalah UU Nomor 6/2023. Dalam undang-undang tersebut ada batasan berapa lama maksimal karyawan boleh lembur. Sementara di PP 35/2021 ada cara menghitung upah lembur. Setiap HR seharusnya sudah paham mengenai hal ini, dan karyawan berhak menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada HR.

5. Cuti Berbayar
Cuti berbayar adalah hak karyawan untuk mengambil waktu libur dengan tetap menerima gaji. Cuti berbayar mencakup beberapa jenis cuti, antara lain:
- Cuti Tahunan: Hari libur yang diberikan setiap tahun kepada karyawan untuk beristirahat dan berlibur. Jumlah hari cuti tahunan di Indonesia biasanya 12 hari per tahun. Ada juga yang berbeda sih, silakan cek kebijakan perusahaan masing-masing ya.
- Cuti Sakit: Waktu libur yang diberikan ketika karyawan sakit dan tidak dapat bekerja. Karyawan tetap menerima gaji selama cuti sakit, dan jumlah hari cuti sakit yang dibayarkan biasanya ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Namun, ada juga yang menerapkan batasan, sampai berapa hari karyawan mendapat gaji penuh, sampai berapa hari gaji tidak penuh, dan kapan mulai tidak menerima gaji.
- Cuti Melahirkan: Waktu libur yang diberikan kepada karyawan wanita sebelum dan setelah melahirkan. Biasanya 3 bulan. Di negara lain sudah ada yang menerapkan cuti untuk ayah baru juga.
- Cuti Khusus: Cuti yang diberikan untuk keperluan tertentu seperti pernikahan, pemakaman, atau keperluan keluarga lainnya.
- Cuti Libur Nasional: Hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, di mana karyawan tidak bekerja tetapi tetap menerima gaji.
Kebijakan cuti berbayar biasanya dijelaskan dalam kontrak kerja karyawan, memastikan bahwa karyawan memahami hak mereka untuk waktu libur dengan bayaran.
6. Asuransi
Bentuk perlindungan finansial yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan diberikan dalam bentuk asuransi ini. Ada juga perusahaan yang menyertakan keluarga karyawan.
Umumnya akan meliputi:
- Asuransi Kesehatan: Menyediakan perlindungan untuk biaya medis, seperti pemeriksaan rutin, rawat inap, operasi, dan obat-obatan. Asuransi ini membantu mengurangi beban finansial karyawan saat mereka atau anggota keluarganya sakit. Minimal BJPS Kesehatan.
- Asuransi Jiwa: Menyediakan pembayaran kepada keluarga atau ahli waris karyawan jika karyawan meninggal dunia. Asuransi jiwa memberikan perlindungan finansial bagi keluarga karyawan dalam situasi yang tidak terduga.
- Asuransi Kecelakaan Kerja: Memberikan kompensasi dan perlindungan jika karyawan mengalami kecelakaan saat bekerja, termasuk biaya medis dan kompensasi untuk hilangnya kemampuan kerja sementara atau permanen.
Perusahaan biasanya membayar premi asuransi ini sebagian atau sepenuhnya, dan detail perlindungan serta manfaat yang diberikan dijelaskan dalam kebijakan perusahaan atau kontrak kerja karyawan. Asuransi ini membantu memastikan karyawan merasa aman dan terlindungi dalam berbagai situasi kesehatan dan keselamatan.
7. Dana Pensiun atau Jaminan Hari Tua (JHT)
Di Indonesia, perusahaan wajib menyertakan setiap karyawan dalam program pensiun BPJS Ketenagakerjaan. Kadang, ada juga perusahaan yang memiliki program pensiun mandiri. Hal ini wajib dicantumkan dalam kontrak kerja karyawan, yang umumnya meliputi:
- Kontribusi Perusahaan: Jumlah atau persentase gaji karyawan yang akan disetorkan oleh perusahaan ke dalam dana pensiun atau program JHT. Kontribusi ini bisa bersifat tetap atau berdasarkan perhitungan tertentu.
- Kontribusi Karyawan: Beberapa program juga mengharuskan karyawan untuk menyumbang sejumlah dana dari gaji mereka sendiri, yang kemudian akan digabungkan dengan kontribusi dari perusahaan.
- Syarat dan ketentuan lain, misalnya aturan penerimaannya yang berdasarkan masa kerja, dan lain sebagainya.
Program dana pensiun atau JHT membantu karyawan mempersiapkan masa pensiun mereka dengan lebih aman secara finansial, dan memastikan bahwa mereka memiliki sumber pendapatan setelah berhenti bekerja.
8. Pesangon
Pesangon merupakan kompensasi yang diberikan kepada karyawan saat terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan. Ketentuan mengenai pesangon yang ada di dalam kontrak kerja karyawan biasanya mencakup beberapa aspek berikut:
- Alasan pemutusan
- Jumlah pesangon
- Komponen pesangon
- Masa Pemberian Pesangon
- Kondisi Tambahan
- Hak dan Kewajiban
Pesangon bertujuan untuk memberikan jaminan finansial kepada karyawan yang kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba dan membantu mereka selama masa transisi menuju pekerjaan baru.
Baca juga: Menerima Uang Pesangon PHK, Segera Lakukan 5 Hal Berikut

9. THR (Tunjangan Hari Raya)
THR adalah pembayaran tambahan yang wajib diberikan oleh perusahaan kepada karyawan di Indonesia menjelang hari raya keagamaan. Beberapa poin penting mengenai THR meliputi waktu pembayaran dan jumlah THR. Namun, kadang ada perusahaan yang tidak mencantumkan hal ini di kontrak kerja karyawan tetapi ada di peraturan perusahaan.
Semua poin ini biasanya dirinci dalam kontrak kerja untuk memastikan bahwa karyawan memahami hak-hak finansial mereka sebelum memulai pekerjaan.
Nah, bagaimana? Apakah semua hak finansial di atas ada dalam kontrak kerja karyawan yang kamu terima?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menyambut Iduladha, Ini Sumber Dana yang Bisa Digunakan untuk Berkurban Tahun Ini
Nggak terasa ya, sebentar lagi kita menyambut Iduladha. Bagaimana persiapanmu? Apakah kamu bisa berkurban tahun ini? Semoga sudah siap semua, dan kamu bisa berkurban ya.
Ya, setelah dua tahun merayakan ibadah Iduladha di tengah pandemi, tahun ini kita bisa merayakan dalam kelonggaran. Namun, bukan berarti lantas melupakan protokol kesehatan ya. Pasalnya, meskipun secara relatif perkembangan kasus COVID-19 baru lebih landai, tetapi toh kasus positif tetap ada.
Anyway, semoga kurban kamu sudah siap ya. Jika memang belum mampu, kamu masih punya kesempatan untuk mempersiapkan lebih baik agar tahun depan bisa mewujudkan cita-cita berkurban. Memang kurban merupakan salah satu pos pengeluaran tahunan yang cukup besar ya. Mungkin sama seperti pengeluaran di hari Lebaran. Dan, karena memang sifatnya yang sudah tetap, setiap tahun, maka seharusnya untuk kurban kita juga sudah mempersiapkannya sejak jauh hari. Bahkan kalau perlu, setelah melaksanakan kurban di Iduladha tahun ini, kita bisa segera bersiap untuk kurban tahun depan lagi.
Yang terpenting dari mempersiapkan kurban adalah targetnya. Mau kurban apa? Satu sapi sendiri, sapi yang dibagi, kambing atau domba? Atau mungkin pengin kurban ala kekinian, yaitu kurban dengan daging olahan yang dikemas dalam kaleng. Barangkali kamu pengin berkurban dengan distribusi yang lebih luas jangkauannya?
Target ini penting, karena dengan mengetahui besar target, kita lantas bisa menghitung dengan tarik mundur ke sekarang. Dengan demikian, akan jelas kita harus mengalokasikan berapa banyak dan bagaimana cara memenuhinya.
Sebenarnya, ada beberapa sumber dana yang bisa dimanfaatkan untuk mempersiapkan kurban menyambut Iduladha ini. Yuk, kita lihat satu per satu.

Sumber Dana untuk Mempersiapkan Kurban Menyambut Iduladha
1. THR
Pengeluaran untuk kurban seharusnya masuk ke dalam pos pengeluaran tahunan. Dengan demikian, untuk anggarannya, juga bisa dibuat dan dimasukkan ke dalam bujet tahunan. So, untuk sumber dananya kamu juga bisa memanfaatkan penghasilan tahunan. Salah satunya adalah Tunjangan Hari Raya, alias THR.
THR biasanya diberikan saat Idulfitri, yang artinya kurang lebih dua bulan sebelum menyambut Iduladha. So, niatkan sebagian THR untuk pengeluaran kurban. Jadi, jangan habiskan semuanya untuk memenuhi kebutuhan Idulfitri saja—apalagi untuk membiayai aktivitas yang kurang bermanfaat jangka panjang.
Langsung pisahkah sesuai dengan bujet dan kemampuan begitu kamu menerima THR untuk menyambut Iduladha. Lalu, ya, jangan diutak-atik, sampai Iduladha tiba.
2. Bonus tahunan
Selain THR, biasanya pekerja kantoran juga akan mendapatkan bonus tahunan. Jika kebetulan kamu juga memiliki privilese ini, maka jangan sia-siakan dengan menghamburkannya untuk membiayai keinginan yang kurang penting.
Sisihkan sebagian untuk berkurban, sehingga kamu bisa memastikan diri untuk ikut kurban setiap tahunnya.

3. Tabungan setiap bulan
Jika kita enggak bisa mengambil jatah THR ataupun bonus tahunan, maka kita bisa mempersiapkan kurban dengan cara menabung setiap bulan, lalu hitung mundur 10 – 11 bulan sebelumnya. Bisa jadi, usai Iduladha tahun ini, kamu harus segera mempersiapkan untuk kurban berikutnya.
Ya enggak apa kan? Yang penting tahun depan bisa memastikan diri ikut kurban.
Misalnya, tahun depan pengin kurban kambing. Harganya setelah diperhitungkan, tahun depan akan menjadi Rp3.000.000. Maka hitung mundur 10 bulan ke sekarang, artinya kamu “harus” bisa konsisten menabung sebesar Rp300.000 per bulan untuk menyambut Iduladha mendatang.
4. Penghasilan ekstra
Sumber dana penghasilan ekstra ini kayak apa? Misalnya, kamu punya pekerjaan atau bisnis sampingan, hasilnya bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan di luar rutin bulanan. Salah satunya untuk tabungan kurban menyambut Iduladha.
Contoh nih. Kamu memiliki keterampilan mendesain. Di luar jam kantor, kamu menerima proyek desain dengan nilai Rp10 juta. Kamu bisa menyisihkan Rp3 juta sebagai tabungan kurban, sisanya bisa kamu pergunakan untuk keperluan yang lainnya.

5. Ternak sendiri
Berkurban tidak hanya bisa dilakukan dengan cara mengalokasikan uang, tetapi kamu bahkan juga bisa beternak sendiri. Misalnya saja, untuk keperluan menyambut Iduladha tahun depan, bulan ini kamu membeli kambing usia 2 tahun. Sesuai penelusuran, harganya berkisar antara Rp1.500.000. Tahun depan, sudah cukup umur untuk dijadikan hewan kurban.
Ya, tentu saja, kamu juga akan perlu biaya perawatan, berupa pakan, papan, dan segala tetek bengek serta yang mengurusi jika dititipkan pada seseorang. Jika memang diniatkan, pasti bisa dipenuhi.
Yang pasti, kurban adalah sunah, dan bukan kewajiban. Kita bisa melaksanakannya jika kita mampu. Kalau memang tidak mampu, sebaiknya jangan memaksakan diri. Apalagi sampai berutang. Tentu tujuan ibadahnya menjadi berubah.
Jadi, sesuaikan dengan kemampuan. Jika bisa dialokasikan sejak jauh hari, akan lebih baik. Jika mampunya kambing, itu sudah bagus. Bisa berkurban sapi yang dibagi, itu pun sudah sah. Yang penting niatnya.
So, semoga semua lancar ya, untuk berkurban dan menyambut Iduladha tahun ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Kebutuhan Jangka Panjang yang Bisa Dipenuhi dengan Tunjangan Hari Raya (THR)
Siapa nih yang nungguin Tunjangan Hari Raya cair? Wah, sudah enggak sabar ya? Ya, wajar sih. Pasalnya, THR ini memang paling ditunggu-tunggu, karena menjadi salah satu sumber pemasukan tahunan yang bisa jadi cukup besar. Betul?
Tapi, kamu tahu enggak, bagaimana sejarahnya sampai ada “tradisi” THR ini?

Pengertian dan Sejarah THR
Faktanya, Indonesia adalah satu-satunya negara yang punya kebijakan memberikan Tunjangan Hari Raya menjelang Idulfitri loh. Ada sih kebijakan mirip di beberapa negara di Eropa berbentuk Holiday Allowance, tetapi hanya sekian persen dan diberikan secara cicilan bersama gaji bulanan oleh perusahaan. Pasalnya, banyak perusahaan menganggap Holiday Allowance ini memberatkan. Sekarang, bayangkan, bahwa di Indonesia, gaji ke-13 ini justru diwajibkan.
THR pada mulanya merupakan ide perdana menteri Indonesia ke-6, Soekiman Wirjosandjojo, sebagai program kesejahteraan PNS, demi mendapatkan dukungan secara politik. Namun, bukan diberikan dalam bentuk gaji ke-13, tetapi berupa pinjaman atau persekot, yang nantinya harus dikembalikan dengan pemotongan gaji. Tak hanya memberikan pinjaman untuk hari raya, pemerintah waktu itu juga mulai memberikan paket sembako bagi PNS di seluruh Indonesia. Satu tradisi yang juga diteruskan hingga saat ini.
Mengetahui PNS mendapatkan persekot, pekerja buruh dan swasta pun menuntut hak yang sama. Setelah beberapa lama, tuntutan ini kemudian diluluskan oleh perdana menteri ke-8 Indonesia, Ali Sastroamidjojo, dengan besaran yang ditentukan sebanyak seperdua belas dari gaji per tahun. Namun, hal ini belum menjadi kewajiban, melainkan imbauan. Pada praktiknya, banyak perusahaan tidak memberikan persekot sesuai imbauan, karena dianggap sebagai pemberian sukarela semata.
Tahun 1994, Tunjangan Hari Raya baru diatur secara resmi dengan adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1994. Dalam undang-undang yang resmi ini, muncul istilah “diwajibkan” untuk diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang telah bekerja selama minimal 3 bulan berturut-turut.

Alokasi Tunjangan Hari Raya
Seperti namanya, Tunjangan Hari Raya diharapkan dapat digunakan oleh para karyawan—baik yang bekerja di institusi pemerintah maupun swasta—untuk memenuhi kebutuhan di hari raya. Dalam undang-undang, disebutkan “hari raya keagamaan” tanpa spesifik, tetapi pada praktiknya, THR diberikan biasanya menjelang Idulfitri.
Maka tak heran, saat THR sudah diterima, dunia menjadi lebih ceria. Pasalnya, nominal yang diterima kadang bisa beberapa kali lipat gaji pokok. Tentu saja, ini tergantung kesepakatan dan kebijakan perusahaan tempat bekerja masing-masing. Ada yang dipakai buat belanja, ada pula yang langsung dikirim ke kampung halaman, dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Nah, tahukah kamu, bahwa Tunjangan Hari Raya ini juga bisa dialokasikan untuk berbagai kebutuhan jangka panjang—tak hanya untuk kebutuhan hari raya saja. Kebutuhan apa saja nih yang bisa dipenuhi dengan uang THR?
1. Cicilan utang
Cicilan utang menjadi salah satu kebutuhan yang bisa dipenuhi dengan uang Tunjangan Hari Raya. Apalagi utang-utang jangka pendek yang bersifat konsumtif. Segera deh, lunasi, mumpung ada rezeki melalui THR.
Salah satu contohnya adalah utang kartu kredit. Utang kartu kredit juga bisa dimasukkan dalam kategori kebutuhan jangka panjang. Pasalnya, kalau kamu terhambat dalam membayarnya kembali, efeknya bisa panjang juga. Betul? So, yuk, yang biasanya hanya bisa membayar minimum payment, sekarang saatnya dilunasi. Pakai sebagian THR untuk membayar cicilan sampai lunas.
Jika kamu masih punya utang yang lain, yang sekiranya bisa dipenuhi dengan uang THR, pertimbangkan juga untuk segera dipenuhi cicilan atau pengembaliannya. Dijamin, setelah ini, kamu bisa berhari raya dengan lebih lega!
2. Premi asuransi
Asuransi, terutama asuransi jiwa, adalah kebutuhan jangka panjang, itu jelas. Premi asuransi juga merupakan salah satu kebutuhan yang bisa dipenuhi dengan uang Tunjangan Hari Raya. Biasanya sih, premi asuransi jiwa nominalnya cukup besar, dan harus disetorkan secara per tahun sehingga menjadi salah satu pos pengeluaran tahunan. Jadi, ini pas banget, karena THR juga bisa dibilang sebagai pemasukan tahunan.
Jadi, kalau memang sudah dekat jatuh tempo pembayaran preminya, bisa dipertimbangkan untuk dibayar dengan THR.

3. Dana darurat
Pos lain yang juga bisa dipenuhi dengan Tunjangan Hari Raya yang kamu terima adalah dana darurat.
Yes, ini kesempatan buat memulihkan dana darurat yang mungkin sempat kamu pakai untuk mengatasi krisis yang sudah dilalui kemarin akibat pandemi.
No debat kan, kalau dana darurat adalah termasuk hal yang penting, yang efeknya sangat panjang untukmu? Lagi pula, kita juga masih bakalan harus menghadapi masa-masa yang belum pasti ke depannya. Alangkah baiknya, kalau dana darurat dipenuhi hingga mencapai nominal yang ideal.
4. Investasi uang
Dana pendidikan anak, dana naik haji, dana beli rumah, sampai dana pensiun, jelas adalah tujuan keuangan jangka panjang. Untuk mencapainya, rasanya wajib banget untuk investasi, kalau nggak mau kalah melawan inflasi.
Nah, sebagian dana THR bisa juga kamu alokasikan untuk topup investasi—apa pun instrumen investasinya—agar tujuan keuangan jangka panjang kamu ini bisa lebih cepat tercapai. Lakukan analisis secara saksama, agar kamu bisa menentukan instrumen apa yang paling cocok untuk tujuan keuanganmu ya. Ingat, #TujuanLoApa.
5. Investasi leher ke atas
Apa sih maksudnya investasi leher ke atas? Yes, selain investasi uang, ada juga loh, investasi leher ke atas, yaitu investasi ilmu, pengetahuan, dan pemahaman, yang bertujuan untuk mengembangkan diri sehingga kamu bisa meningkatkan kualitas diri dan hidup kamu dalam beberapa waktu ke depan.
Nah, ini bisa saja sih gratis. Tetapi ada banyak opsi juga untuk berbayar. Biasanya, yang berbayar pasti kualitasnya juga jauh lebih oke. Salah satunya ilmu keuangan. Kamu bisa saja mendapatkan banyak ilmu gratis dengan membaca-baca artikel QM Financial. Tetapi, pengalamanmu akan berbeda kalau kamu ikutan kelas FCOS, karena di sana ada trainers yang siap membantumu belajar keuangan secara lebih mendalam. Nggak hanya itu, di kelas online FCOS, juga tak jarang dibagikan berbagai worksheet secara gratis yang bisa kamu gunakan untuk mengelola keuanganmu sehari-harinya. Rumus sudah ada, tinggal masukkan data-data yang sesuai. Dan … voila! Kamu bisa membuat berbagai rencana keuangan, bahkan yang jangka panjang sekalipun.
Nah, ini juga bisa banget kamu penuhi dengan memanfaatkan dana Tunjangan Hari Raya. Bahkan tak perlu nominal yang besar kok, karena kelas-kelas seperti FCOS biayanya terjangkau banget!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Langkah Belanja Lebaran Tanpa Boncos
Lebaran 2021 semakin dekat! Sudah terima THR, sekaranglah saatnya belanja Lebaran!
Lah, boleh emang, belanja? Ya boleh dong, masa enggak? Bahkan, seperti imbauan pemerintah, yuk, kita habiskan THR kita!
Tapi, eits, sudah baca belum artikel tentang memanfaatkan THR biar Lebaran kali ini tetap bermakna meskipun enggak mudik? Kalau belum, boleh lo dibaca.
Kalau semua kewajiban dan kebutuhan sudah dipenuhi, belanja Lebaran adalah acara wajib menjelang hari raya. Tetapi, alih-alih berdesak-desakan di mal atau di Tanah Abang seperti biasanya, akan lebih baik kalau tahun ini kita belanja dari rumah saja.
Selain menghemat waktu dan tenaga, belanja secara online dari rumah ini bisa jadi lebih hemat lo, kalau kita bisa memanfaatkan semua promo dan diskon yang ada.
Berikut beberapa tip belanja Lebaran, tanpa boncos dan bikin tekor, yang bisa kamu coba praktikkan untuk Lebaran 2021 ini.
Tip Belanja Lebaran Tanpa Boncos

1. Kenali kebutuhan
Sebelum mulai belanja Lebaran, sebaiknya kamu kenali dulu kebutuhanmu. Lalu buat daftar prioritas. Jangan sampai kamu membeli barang-barang yang malah sebenarnya nggak dibutuhkan.
Misalnya, kamu niat untuk beli gamis atau kaftan buat berlebaran besok di salah satu marketplace. Seneng dong, karena dapat free ongkir. Lalu, secara otomatis si marketplacce akan merekomendasikan berbagai barang atau pilihan menarik lainnya juga. Mulai dari pashmina, pernak-pernik sematan kaftan lainnya, sampai selop atau sepatu yang kayaknya matching banget buat dipakai sama kaftannya.
Tergoda? Oh, tentu saja. Dan, hal itu normal. Karena marketplace memang tahu banget gimana caranya membuatmu belanja hal-hal lain yang sekiranya bikin penampilan makin lengkap. Apalagi dengan free ongkir, jadi ya, kenapa enggak dibeli semuanya?
Nah, habis checkout, baru deh terasa kok pengeluaran jadi bengkak?
Jadi, kenali kebutuhanmu, dan stick to it ya. Biar saja marketplace menawarkan barang-barang lainnya, tetapi beli atau tidak, tetap kamu sendiri yang menentukan. Andaipun kamu hendak membelinya, pastikan karena memang dibutuhkan.

2. Cermati syarat dan ketentuan promo
Biasanya sih, meski promo atau diskon, pasti ada aturan atau syarat yang harus dipenuhi agar kita bisa mendapatkan potongan harga, bonus, cash back, dan sebagainya.
Nah, kadang, syaratnya itu harus belanja dulu dengan minimal nominal tertentu, dan kemudian baru dipotong deh.
Cermati setiap syarat dan ketentuan promo yang berlaku, dan kembali lagi, pertimbangkan dengan kebutuhan atau kondisi serta kemampuan kita. Bisa saja, diskon maksimal Rp15.000 tetapi kamu harus belanja dulu Rp2 juta. Ya enggak masalah sih, kalau memang kamu butuh barang banyak atau memang harganya segitu, dan dapat cash back. Tetapi, kalau sebenarnya cuma butuh barang-barang seharga Rp200.000 terus dipaksain belanja Rp2 juta untuk cash back maksimal Rp15.000, duh, rasanya kok worthless banget ya?
Ya pastinya worthless atau worth it-nya semua tergantung pada individu masing-masing sih, karena bisa saja berbeda untuk satu orang dengan yang lainnya. Karenanya, pertimbangkan lagi dengan saksama.

3. Alokasikan!
Supaya arus kas enggak terganggu, maka alokasikanlah anggaran khusus untuk belanja Lebaran. Ya, paling pas sih kalau kamu memanfaatkan THR yang sudah kamu terima, tentunya setelah kamu penuhi hal-hal lain yang lebih esensial dan wajib.
Oh iya, jangan lupa untuk anggarkan juga ongkos kirim ya, kalau misalnya kamu mau mengirimkan belanjaan ke keluarga di luar kota. So, sekali lagi cermati syarat dan ketentuan belanjanya, karena ongkos kirim ini kadang ya lumayan juga nominalnya. Apalagi kalau antarpulau. Kadang, malahan ongkos kirim lebih mahal daripada harga barangnya. Hal ini enggak akan jadi masalah kalau kamu sudah membuat bujet yang sesuai. Yah, buat bisa berbagi sama keluarga, kenapa enggak kan?
So, ada baiknya memang jangan sampai mengganggu jatah uang bulanan, agar nantinya setelah Lebaran, hidup tetap normal, jalan seperti biasa. Nggak lantas terkuras habis karena berlebihan saat belanja Lebaran. Dan yes, mengalokasikan dalam bujet ini juga bisa menjadi kontrol buat kita memang, agar tak kalap belanja.
Ingat, hanya belanja sesuai kebutuhan dan kemampuan ya! Ingat, bahwa setelah Lebaran, kita masih akan hidup rutin lagi seperti biasa, jadi jangan habiskan semua uang yang ada.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Nggak Dapat Uang THR, Ini 7 Siasat Merayakan Lebaran
Apa sih yang diharapkan oleh para pekerja menjelang hari raya, selain uang THR? Nggak ada, kayaknya. Tetapi, untuk tahun ini, kita sepertinya harus bersabar jika memang tidak mendapat jatah.
Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya perusahaan-perusahaan yang tidak dapat membayarkan THR bagi karyawannya di tengah pandemi seperti ini. Mereka bisa survive, memperpanjang napas untuk tetap menggaji pun sudah cukup bagus. Ada banyak pekerja yang kehilangan uang THR sekaligus upah atau gaji, lantaran kena PHK atau dirumahkan.
Tahun 2020 sepertinya memang harus dicanangkan sebagai tahun berhemat nasional.
Tapi, tak mengapa. Ayo, kita siasati, agar tetap bisa berlebaran meski tanpa uang THR. Pakai uang seadanya saja, yang penting ibadah kita sahih.
7 Siasat Merayakan Lebaran Tanpa Uang THR

1. Cek uang tabungan, sisihkan
Semoga kamu masih punya tabungan! Dana darurat sungguh sangat penting kan ya, di masa-masa sulit seperti ini? Enggak masalah sih kalau kamu mau menggunakan dana daruratmu untuk merayakan Lebaran tahun ini, karena uang THR tidak bisa kamu terima.
Yang penting: spend wisely! Jangan dihambur-hamburkan, tetap berhemat, dan belanjalah dengan bijak.
Susun anggaranmu, dan sisihkan uang tabungan sesuai bujet yang sudah kamu tentukan. Kalau uang yang disisihkan sudah habis, maka berhentilah belanja. Setop, dan manfaatkan apa yang ada. Sebisa mungkin, jangan ambil uang tabungan lagi.
2. Coret pengeluaran yang enggak perlu
Mungkin tahun ini, kamu enggak butuh baju baru. Toh enggak akan bisa ke mana-mana juga kan, karena ada physical distancing. Silaturahmi bisa kamu lakukan secara online. Dan untuk video call, rasanya enggak perlu pakai baju baru. Coba lihat ke lemari. Jangan-jangan malah masih ada baju yang belum pernah kamu pakai.
Mungkin tahun ini, kamu juga enggak perlu belanja kue Lebaran yang berlebihan. Toh, tamu-tamu akan berkurang. Atau, malah enggak ada yang bisa datang sama sekali. So, sediakan saja seperlunya, misalnya untuk teman camilanmu ber-video call.
Cermati lagi pengeluaran-pengeluaran lain, yang enggak penting dan enggak perlu segera coret saja.

3. Susun menu Lebaran yang lebih sederhana
Mungkin kamu merasa, hidangan ketupat dan opor ayam wajib ada untuk hari Lebaran nanti. Ya, enggak masalah sih. Susun saja menunya.
Tapi, teteup, mantranya: tidak berlebihan.
Kalau anggota keluarga di rumah hanya sedikit, masaklah sesuai porsi saja. Untuk sehari dua hari makan, enggak masalah.
Tanpa uang THR, belanjalah dengan tidak berlebihan. Susun daftar belanja barang-barang yang dibutuhkan, dan hanya membeli barang yang ada di daftar belanjaan.
4. Belanja dengan kartu kredit? Think again!
Kalau biasanya, mungkin kamu bisa tertolong dengan kartu kredit untuk belanja Lebaran. Tapi, tahun ini–apalagi tanpa uang THR–sepertinya kamu harus berpikir ulang dengan lebih bijak.
Memiliki utang tambahan di kondisi sulit adalah pilihan yang paling terakhir yang bisa kamu buat. Jika kamu masih ada tabungan ataupun dana darurat, akan lebih baik kamu menyisihkannya saja dan belanja sesuai bujet ketimbang membuat utang baru.

5. Prioritaskan pada zakat dan sedekah
Membantu sesama adalah kewajiban kita bersama. So, meski tanpa uang THR, zakat dan sedekah harus tetap kita laksanakan.
Jangan lupa memasukkannya ke dalam anggaran hari Lebaran yang kamu susun ya, dan segera bayarkan kewajibanmu tanpa menunda.
Ingat, di saat sulit seperti ini adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap empati dan solidaritas. Banyak orang yang enggak seberuntung kita di luar sana. Seharusnya kita masih bersyukur dengan kondisi kita sekarang, bukan?
6. Fokus pada kebutuhan bulan berikutnya
Yes, kamu masih punya sepanjang tahun, serta tahun-tahun setelahnya, untuk dijalani. Kamu harus bisa survive sampai pandemi ini berakhir.
Jadi, alih-alih bermevvah-mevvah sekarang, ada baiknya kamu fokus untuk memenuhi kebutuhan beberapa waktu ke depan.
Tanpa uang THR? Iya, bisa pasti. Asalkan kamu melakukan tip-tip ini.

7. Manfaatkan peluang untuk bisnis
Biasanya sih, momen Lebaran begini juga memacu munculnya ide-ide kreatif untuk berbisnis. Mengapa tak kamu manfaatkan juga? Siapa tahu, hasilnya bisa kamu pakai untuk memperkuat dana darurat, ya kan? Setidaknya, mungkin bisa dipakai untuk kita berlebaran, tanpa uang THR.
Coba cermati sekitarmu, apa yang dibutuhkan dan apakah mungkin untukmu menyediakan kebutuhan mereka?
Nah, bisa kan, kita berlebaran tanpa uang THR? Pasti bisa, dan percayalah, kualitas ibadah kita enggak akan berkurang, meski tanpa menu-menu makanan mewah dan baju baru.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Jenis Penghasilan Tahunan yang Bisa Kita Terima dan Andalkan
Seperti juga ada pengeluaran bulanan dan pengeluaran tahunan, pun ada penghasilan bulanan dan ada pula penghasilan tahunan.
Apa itu penghasilan tahunan? Ya, sudah seperti terlihat, adalah penghasilan yang kita dapatkan setahun sekali.
Nggak seperti penghasilan bulanan yang kita anggap sebagai penghasilan rutin, penghasilan tahunan ini kadang kita anggap sebagai “uang kaget”. Uang yang–diharapkan sih sebenarnya–tapi kalau dapat kayak surprise banget gitu. Apalagi, biasanya, jumlahnya juga lumayan banget!
Karena dianggap “uang kaget”, maka tak jarang, penghasilan tahunan pun terpakai tanpa rencana. Akibatnya, ya sudah bisa ditebak. Entahlah apa yang kita dapatkan, tapi rasanya uang itu jadi nggak ada bekasnya sama sekali.
Jadi, apa saja macam penghasilan tahunan yang biasanya kita dapatkan? Well, mungkin rerata diakrabi oleh ASN ataupun pekerja tetap sih. Pekerja lepas jarang yang punya penghasilan tahunan. Yah, penghasilan bulanan saja kadang nggak dapat. Eits, kok curcol.
5 Jenis Penghasilan Tahunan yang Bisa Kita Terima

1. Bonus
Bonus ini bisa dinamakan macam-macam sih, mulai dari bonus retensi sampai bonus prestasi. Perhitungannya beda-beda, begitu pun waktu pemberiannya.
Nah, bonus yang diberikan tahunan–atau yang biasa disebut bonus tahunan–bisa dibilang sebagai penghasilan tahunan, karena diberikan pada karyawan terkait keuntungan yang diraih perusahaan dalam satu tahun.
Dengan demikian, bonus tahunan ini besarnya tergantung pada kebijakan perusahaan. Jika perusahaan belum mendapatkan keuntungan yang signifikan, ya bisa saja enggak ada bonus tahunan dibagikan untuk karyawan.
2. THR
Tunjangan Hari Raya–seperti namanya–bisa dikategorikan sebagai penghasilan tahunan, lantaran biasanya juga diberikan setahun sekali menjelang hari raya Idulfitri.
Pemberian THR sudah diatur dalam undang-undang, sehingga jika ada pemberi kerja yang tidak memberi THR kepada pekerja bisa terancam hukuman penjara dan sanksi denda.
Besaran THR ditetapkan oleh pemerintah sebesar satu kali gaji pokok, tidak termasuk tunjangan-tunjangan. Tapi, ada pula perusahaan yang memiliki kebijakan berbeda, mereka memberikan THR sekian kali gaji pokok. Memang akhirnya, kembali pada perusahaan masing-masing.

3. Gaji ke-13
Gaji ke-13 merupakan penghasilan tahunan yang biasa diterima oleh para ASN–atau Aparatur Sipil Negara. Gaji ke-13 diberikan biasanya menjelang pergantian tahun ajaran baru sekolah, untuk membantu meringkankan beban para ASN dalam menyekolahkan anak-anak mereka.
Beda antara gaji ke-13, Tunjangan Hari Raya, dan bonus tahunan pernah ditulis secara tersendiri di web ini. Silakan dibaca-baca (lagi) jika belum sempat membaca ya.
4. Dividen
Buat kamu yang sudah memiliki investasi di saham–terutama saham perusahaan-perusahaan blue chips–biasanya juga akan menerima dividen sebagai bagian dari “pemilik perusahaan” tersebut.
Dengan begini, kamu bisa dibilang menerima penghasilan tahunan dari perusahaan di mana kamu menanam modal, karena dividen juga biasanya diberikan setahun sekali.
Namun, seperti halnya bonus tahunan, dividen ini juga bergantung pada keuntungan yang bisa diraih oleh perusahaan. Jika perusahaan–melalui Rapat Umum Pemegang Saham–memutuskan untuk tidak membagi dividen lantaran keuntungan belum siap untuk dibagikan, maka ya kamu tidak akan mendapatkan dividen di tahun tersebut.

5. Penghasilan pasif misalnya uang sewa
Buat kamu yang memiliki investasi berupa properti, juga bisa mendapatkan penghasilan tahunan berupa uang sewa, jika memang kamu menyewakan propertimu ini secara tahunan.
Besarannya tentu saja tergantung oleh banyak faktor, mulai dari lokasi, spesifikasi rumah, hingga fasilitas yang ada. Tapi yang pasti, ya lumayan banget angkanya.
Namun, penghasilan dari sewa properti biasanya juga harus dipotong untuk beberapa pengeluaran yang juga tak sedikit lo. Salah satunya biaya perawatan. Nah, kalau kamu tertarik untuk berinvestasi properti, sebagai permulaan, coba ketahui dulu beberapa keunggulan dan kelemahan investasi ini, sehingga kamu mendapatkan gambaran mesti gimananya.
Nah, itu dia 5 jenis penghasilan tahunan yang bisa kita dapatkan.
Sampai dengan hari ini, yang mana saja yang sudah kamu dapatkan? Semua? Well done!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.