9 Hak Finansial yang Diberikan Berdasarkan Kontrak Kerja Karyawan
Kontrak kerja karyawan itu dokumen penting. Di dalamnya tercantum hak dan kewajiban antara perusahaan dan karyawan. Karena itu, jangan pernah skip membaca kontrak ini, meskipun sudah ada jaminan kamu diterima bekerja.
Dalam kontrak ini, berbagai hak finansial biasanya dijabarkan dengan jelas untuk memastikan karyawan mendapatkan kompensasi yang adil dan sesuai dengan kontribusinya. Hak finansial ini tidak hanya mencakup gaji pokok, tetapi juga berbagai tunjangan, bonus, dan jaminan lain yang memberikan keamanan finansial bagi karyawan selama mereka bekerja di perusahaan tersebut.
Semua hak dalam kontrak kerja karyawan ini dirancang untuk memberikan kepastian finansial dan motivasi bagi karyawan, memastikan mereka merasa dihargai dan didukung oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
Table of Contents
Hak Finansial yang (Seharusnya) Ada di Kontrak Kerja Karyawan
Dalam kontrak kerja karyawan, hak finansial biasanya mencakup beberapa komponen utama berikut ini.
1. Gaji atau Upah
Ini adalah jumlah pembayaran yang diterima karyawan sebagai kompensasi atas pekerjaan mereka. Gaji biasanya dibayarkan secara bulanan dan bersifat tetap, sedangkan upah biasanya dihitung berdasarkan jam kerja dan bisa bervariasi tergantung pada jumlah jam yang bekerja.
Biasanya besaran gaji ini sudah dibicarakan di awal perekrutan, sehingga di dalam kontrak kerja karyawan, sifatnya sudah tetap.
2. Tunjangan
Hak finansial yang kedua ini adalah bentuk tambahan kompensasi yang diberikan kepada karyawan selain gaji pokok. Tunjangan dapat mencakup berbagai jenis, seperti:
- Tunjangan Transportasi: Kompensasi untuk biaya transportasi harian karyawan ke tempat kerja.
- Tunjangan Makan: Uang tambahan untuk menutupi biaya makan selama jam kerja.
- Tunjangan Perumahan: Bantuan keuangan untuk biaya tempat tinggal, sering diberikan kepada karyawan yang ditempatkan jauh dari rumah.
- Tunjangan Kesehatan: Uang tambahan atau fasilitas untuk keperluan medis dan kesehatan.
- Tunjangan Keluarga: Tambahan penghasilan untuk karyawan yang memiliki tanggungan keluarga.
Tunjangan di atas bisa berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya, antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Ya beda macamnya, beda besarannya. Umumnya, jenis dan jumlah tunjangan yang diberikan biasanya disesuaikan dengan posisi, jabatan, dan lokasi kerja karyawan.
Namun, sah-sah saja jika kamu merasa perlu menanyakannya kepada HR mengenai macam dan besaran yang akan kamu terima. Apalagi ini seharusnya juga tercantum dalam kontrak kerja karyawan.
Baca juga: Plafon Pengobatan dan Tunjangan Kesehatan Karyawan yang Harus Dipahami
3. Bonus dan Insentif
Bonus dan insentif biasanya dikatakan sebagai benefit, yaitu penerimaan uang selain gaji pokok, biasanya sebagai penghargaan atas kinerja atau pencapaian tertentu. Beberapa bentuk bonus dan insentif meliputi:
- Bonus Tahunan: Pembayaran yang diberikan sekali setahun, biasanya berdasarkan profit perusahaan atau kinerja keseluruhan karyawan sepanjang tahun.
- Insentif Kinerja: Pembayaran tambahan yang diberikan berdasarkan pencapaian target atau kinerja individu atau tim. Misalnya, pencapaian penjualan tertentu atau penyelesaian proyek dengan hasil yang sangat baik.
- Bonus Berbasis Proyek: Pembayaran yang diberikan setelah berhasil menyelesaikan proyek tertentu, terutama jika proyek tersebut memberikan keuntungan besar bagi perusahaan.
Jumlah dan frekuensi pembayaran bonus dan insentif biasanya ditentukan oleh kebijakan perusahaan dan bisa bervariasi tergantung pada hasil kinerja dan kontribusi karyawan terhadap tujuan perusahaan.
4. Lembur
Ada juga kompensasi tambahan yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di luar jam kerja normal mereka, biasa disebut uang lembur. Beberapa poin penting mengenai lembur meliputi:
- Jam Kerja Normal: Biasanya ditentukan dalam kontrak kerja karyawan dan bisa bervariasi tergantung pada perusahaan dan negara. Misalnya, 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
- Tarif Lembur: Jumlah pembayaran per jam untuk kerja lembur biasanya lebih tinggi daripada tarif jam kerja normal. Tarif lembur sering kali dihitung sebagai persentase tambahan dari gaji pokok, misalnya 1,5 kali atau 2 kali dari tarif normal.
- Kondisi Lembur: Ketentuan tentang kapan lembur diperbolehkan dan bagaimana harus dilaporkan, termasuk apakah lembur harus disetujui sebelumnya oleh manajemen.
- Pembayaran Lembur: Waktu dan metode pembayaran untuk kerja lembur, yang bisa bersamaan dengan gaji reguler atau sebagai pembayaran terpisah.
Ada beberapa aturan terkait lembur yang harus diperhatikan juga di sini. Kalau di Indonesia, acuannya adalah UU Nomor 6/2023. Dalam undang-undang tersebut ada batasan berapa lama maksimal karyawan boleh lembur. Sementara di PP 35/2021 ada cara menghitung upah lembur. Setiap HR seharusnya sudah paham mengenai hal ini, dan karyawan berhak menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada HR.
5. Cuti Berbayar
Cuti berbayar adalah hak karyawan untuk mengambil waktu libur dengan tetap menerima gaji. Cuti berbayar mencakup beberapa jenis cuti, antara lain:
- Cuti Tahunan: Hari libur yang diberikan setiap tahun kepada karyawan untuk beristirahat dan berlibur. Jumlah hari cuti tahunan di Indonesia biasanya 12 hari per tahun. Ada juga yang berbeda sih, silakan cek kebijakan perusahaan masing-masing ya.
- Cuti Sakit: Waktu libur yang diberikan ketika karyawan sakit dan tidak dapat bekerja. Karyawan tetap menerima gaji selama cuti sakit, dan jumlah hari cuti sakit yang dibayarkan biasanya ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Namun, ada juga yang menerapkan batasan, sampai berapa hari karyawan mendapat gaji penuh, sampai berapa hari gaji tidak penuh, dan kapan mulai tidak menerima gaji.
- Cuti Melahirkan: Waktu libur yang diberikan kepada karyawan wanita sebelum dan setelah melahirkan. Biasanya 3 bulan. Di negara lain sudah ada yang menerapkan cuti untuk ayah baru juga.
- Cuti Khusus: Cuti yang diberikan untuk keperluan tertentu seperti pernikahan, pemakaman, atau keperluan keluarga lainnya.
- Cuti Libur Nasional: Hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, di mana karyawan tidak bekerja tetapi tetap menerima gaji.
Kebijakan cuti berbayar biasanya dijelaskan dalam kontrak kerja karyawan, memastikan bahwa karyawan memahami hak mereka untuk waktu libur dengan bayaran.
6. Asuransi
Bentuk perlindungan finansial yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan diberikan dalam bentuk asuransi ini. Ada juga perusahaan yang menyertakan keluarga karyawan.
Umumnya akan meliputi:
- Asuransi Kesehatan: Menyediakan perlindungan untuk biaya medis, seperti pemeriksaan rutin, rawat inap, operasi, dan obat-obatan. Asuransi ini membantu mengurangi beban finansial karyawan saat mereka atau anggota keluarganya sakit. Minimal BJPS Kesehatan.
- Asuransi Jiwa: Menyediakan pembayaran kepada keluarga atau ahli waris karyawan jika karyawan meninggal dunia. Asuransi jiwa memberikan perlindungan finansial bagi keluarga karyawan dalam situasi yang tidak terduga.
- Asuransi Kecelakaan Kerja: Memberikan kompensasi dan perlindungan jika karyawan mengalami kecelakaan saat bekerja, termasuk biaya medis dan kompensasi untuk hilangnya kemampuan kerja sementara atau permanen.
Perusahaan biasanya membayar premi asuransi ini sebagian atau sepenuhnya, dan detail perlindungan serta manfaat yang diberikan dijelaskan dalam kebijakan perusahaan atau kontrak kerja karyawan. Asuransi ini membantu memastikan karyawan merasa aman dan terlindungi dalam berbagai situasi kesehatan dan keselamatan.
7. Dana Pensiun atau Jaminan Hari Tua (JHT)
Di Indonesia, perusahaan wajib menyertakan setiap karyawan dalam program pensiun BPJS Ketenagakerjaan. Kadang, ada juga perusahaan yang memiliki program pensiun mandiri. Hal ini wajib dicantumkan dalam kontrak kerja karyawan, yang umumnya meliputi:
- Kontribusi Perusahaan: Jumlah atau persentase gaji karyawan yang akan disetorkan oleh perusahaan ke dalam dana pensiun atau program JHT. Kontribusi ini bisa bersifat tetap atau berdasarkan perhitungan tertentu.
- Kontribusi Karyawan: Beberapa program juga mengharuskan karyawan untuk menyumbang sejumlah dana dari gaji mereka sendiri, yang kemudian akan digabungkan dengan kontribusi dari perusahaan.
- Syarat dan ketentuan lain, misalnya aturan penerimaannya yang berdasarkan masa kerja, dan lain sebagainya.
Program dana pensiun atau JHT membantu karyawan mempersiapkan masa pensiun mereka dengan lebih aman secara finansial, dan memastikan bahwa mereka memiliki sumber pendapatan setelah berhenti bekerja.
8. Pesangon
Pesangon merupakan kompensasi yang diberikan kepada karyawan saat terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan. Ketentuan mengenai pesangon yang ada di dalam kontrak kerja karyawan biasanya mencakup beberapa aspek berikut:
- Alasan pemutusan
- Jumlah pesangon
- Komponen pesangon
- Masa Pemberian Pesangon
- Kondisi Tambahan
- Hak dan Kewajiban
Pesangon bertujuan untuk memberikan jaminan finansial kepada karyawan yang kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba dan membantu mereka selama masa transisi menuju pekerjaan baru.
Baca juga: Menerima Uang Pesangon PHK, Segera Lakukan 5 Hal Berikut
9. THR (Tunjangan Hari Raya)
THR adalah pembayaran tambahan yang wajib diberikan oleh perusahaan kepada karyawan di Indonesia menjelang hari raya keagamaan. Beberapa poin penting mengenai THR meliputi waktu pembayaran dan jumlah THR. Namun, kadang ada perusahaan yang tidak mencantumkan hal ini di kontrak kerja karyawan tetapi ada di peraturan perusahaan.
Semua poin ini biasanya dirinci dalam kontrak kerja untuk memastikan bahwa karyawan memahami hak-hak finansial mereka sebelum memulai pekerjaan.
Nah, bagaimana? Apakah semua hak finansial di atas ada dalam kontrak kerja karyawan yang kamu terima?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menyambut Iduladha, Ini Sumber Dana yang Bisa Digunakan untuk Berkurban Tahun Ini
Nggak terasa ya, sebentar lagi kita menyambut Iduladha. Bagaimana persiapanmu? Apakah kamu bisa berkurban tahun ini? Semoga sudah siap semua, dan kamu bisa berkurban ya.
Ya, setelah dua tahun merayakan ibadah Iduladha di tengah pandemi, tahun ini kita bisa merayakan dalam kelonggaran. Namun, bukan berarti lantas melupakan protokol kesehatan ya. Pasalnya, meskipun secara relatif perkembangan kasus COVID-19 baru lebih landai, tetapi toh kasus positif tetap ada.
Anyway, semoga kurban kamu sudah siap ya. Jika memang belum mampu, kamu masih punya kesempatan untuk mempersiapkan lebih baik agar tahun depan bisa mewujudkan cita-cita berkurban. Memang kurban merupakan salah satu pos pengeluaran tahunan yang cukup besar ya. Mungkin sama seperti pengeluaran di hari Lebaran. Dan, karena memang sifatnya yang sudah tetap, setiap tahun, maka seharusnya untuk kurban kita juga sudah mempersiapkannya sejak jauh hari. Bahkan kalau perlu, setelah melaksanakan kurban di Iduladha tahun ini, kita bisa segera bersiap untuk kurban tahun depan lagi.
Yang terpenting dari mempersiapkan kurban adalah targetnya. Mau kurban apa? Satu sapi sendiri, sapi yang dibagi, kambing atau domba? Atau mungkin pengin kurban ala kekinian, yaitu kurban dengan daging olahan yang dikemas dalam kaleng. Barangkali kamu pengin berkurban dengan distribusi yang lebih luas jangkauannya?
Target ini penting, karena dengan mengetahui besar target, kita lantas bisa menghitung dengan tarik mundur ke sekarang. Dengan demikian, akan jelas kita harus mengalokasikan berapa banyak dan bagaimana cara memenuhinya.
Sebenarnya, ada beberapa sumber dana yang bisa dimanfaatkan untuk mempersiapkan kurban menyambut Iduladha ini. Yuk, kita lihat satu per satu.
Sumber Dana untuk Mempersiapkan Kurban Menyambut Iduladha
1. THR
Pengeluaran untuk kurban seharusnya masuk ke dalam pos pengeluaran tahunan. Dengan demikian, untuk anggarannya, juga bisa dibuat dan dimasukkan ke dalam bujet tahunan. So, untuk sumber dananya kamu juga bisa memanfaatkan penghasilan tahunan. Salah satunya adalah Tunjangan Hari Raya, alias THR.
THR biasanya diberikan saat Idulfitri, yang artinya kurang lebih dua bulan sebelum menyambut Iduladha. So, niatkan sebagian THR untuk pengeluaran kurban. Jadi, jangan habiskan semuanya untuk memenuhi kebutuhan Idulfitri saja—apalagi untuk membiayai aktivitas yang kurang bermanfaat jangka panjang.
Langsung pisahkah sesuai dengan bujet dan kemampuan begitu kamu menerima THR untuk menyambut Iduladha. Lalu, ya, jangan diutak-atik, sampai Iduladha tiba.
2. Bonus tahunan
Selain THR, biasanya pekerja kantoran juga akan mendapatkan bonus tahunan. Jika kebetulan kamu juga memiliki privilese ini, maka jangan sia-siakan dengan menghamburkannya untuk membiayai keinginan yang kurang penting.
Sisihkan sebagian untuk berkurban, sehingga kamu bisa memastikan diri untuk ikut kurban setiap tahunnya.
3. Tabungan setiap bulan
Jika kita enggak bisa mengambil jatah THR ataupun bonus tahunan, maka kita bisa mempersiapkan kurban dengan cara menabung setiap bulan, lalu hitung mundur 10 – 11 bulan sebelumnya. Bisa jadi, usai Iduladha tahun ini, kamu harus segera mempersiapkan untuk kurban berikutnya.
Ya enggak apa kan? Yang penting tahun depan bisa memastikan diri ikut kurban.
Misalnya, tahun depan pengin kurban kambing. Harganya setelah diperhitungkan, tahun depan akan menjadi Rp3.000.000. Maka hitung mundur 10 bulan ke sekarang, artinya kamu “harus” bisa konsisten menabung sebesar Rp300.000 per bulan untuk menyambut Iduladha mendatang.
4. Penghasilan ekstra
Sumber dana penghasilan ekstra ini kayak apa? Misalnya, kamu punya pekerjaan atau bisnis sampingan, hasilnya bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan di luar rutin bulanan. Salah satunya untuk tabungan kurban menyambut Iduladha.
Contoh nih. Kamu memiliki keterampilan mendesain. Di luar jam kantor, kamu menerima proyek desain dengan nilai Rp10 juta. Kamu bisa menyisihkan Rp3 juta sebagai tabungan kurban, sisanya bisa kamu pergunakan untuk keperluan yang lainnya.
5. Ternak sendiri
Berkurban tidak hanya bisa dilakukan dengan cara mengalokasikan uang, tetapi kamu bahkan juga bisa beternak sendiri. Misalnya saja, untuk keperluan menyambut Iduladha tahun depan, bulan ini kamu membeli kambing usia 2 tahun. Sesuai penelusuran, harganya berkisar antara Rp1.500.000. Tahun depan, sudah cukup umur untuk dijadikan hewan kurban.
Ya, tentu saja, kamu juga akan perlu biaya perawatan, berupa pakan, papan, dan segala tetek bengek serta yang mengurusi jika dititipkan pada seseorang. Jika memang diniatkan, pasti bisa dipenuhi.
Yang pasti, kurban adalah sunah, dan bukan kewajiban. Kita bisa melaksanakannya jika kita mampu. Kalau memang tidak mampu, sebaiknya jangan memaksakan diri. Apalagi sampai berutang. Tentu tujuan ibadahnya menjadi berubah.
Jadi, sesuaikan dengan kemampuan. Jika bisa dialokasikan sejak jauh hari, akan lebih baik. Jika mampunya kambing, itu sudah bagus. Bisa berkurban sapi yang dibagi, itu pun sudah sah. Yang penting niatnya.
So, semoga semua lancar ya, untuk berkurban dan menyambut Iduladha tahun ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Kebutuhan Jangka Panjang yang Bisa Dipenuhi dengan Tunjangan Hari Raya (THR)
Siapa nih yang nungguin Tunjangan Hari Raya cair? Wah, sudah enggak sabar ya? Ya, wajar sih. Pasalnya, THR ini memang paling ditunggu-tunggu, karena menjadi salah satu sumber pemasukan tahunan yang bisa jadi cukup besar. Betul?
Tapi, kamu tahu enggak, bagaimana sejarahnya sampai ada “tradisi” THR ini?
Pengertian dan Sejarah THR
Faktanya, Indonesia adalah satu-satunya negara yang punya kebijakan memberikan Tunjangan Hari Raya menjelang Idulfitri loh. Ada sih kebijakan mirip di beberapa negara di Eropa berbentuk Holiday Allowance, tetapi hanya sekian persen dan diberikan secara cicilan bersama gaji bulanan oleh perusahaan. Pasalnya, banyak perusahaan menganggap Holiday Allowance ini memberatkan. Sekarang, bayangkan, bahwa di Indonesia, gaji ke-13 ini justru diwajibkan.
THR pada mulanya merupakan ide perdana menteri Indonesia ke-6, Soekiman Wirjosandjojo, sebagai program kesejahteraan PNS, demi mendapatkan dukungan secara politik. Namun, bukan diberikan dalam bentuk gaji ke-13, tetapi berupa pinjaman atau persekot, yang nantinya harus dikembalikan dengan pemotongan gaji. Tak hanya memberikan pinjaman untuk hari raya, pemerintah waktu itu juga mulai memberikan paket sembako bagi PNS di seluruh Indonesia. Satu tradisi yang juga diteruskan hingga saat ini.
Mengetahui PNS mendapatkan persekot, pekerja buruh dan swasta pun menuntut hak yang sama. Setelah beberapa lama, tuntutan ini kemudian diluluskan oleh perdana menteri ke-8 Indonesia, Ali Sastroamidjojo, dengan besaran yang ditentukan sebanyak seperdua belas dari gaji per tahun. Namun, hal ini belum menjadi kewajiban, melainkan imbauan. Pada praktiknya, banyak perusahaan tidak memberikan persekot sesuai imbauan, karena dianggap sebagai pemberian sukarela semata.
Tahun 1994, Tunjangan Hari Raya baru diatur secara resmi dengan adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1994. Dalam undang-undang yang resmi ini, muncul istilah “diwajibkan” untuk diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang telah bekerja selama minimal 3 bulan berturut-turut.
Alokasi Tunjangan Hari Raya
Seperti namanya, Tunjangan Hari Raya diharapkan dapat digunakan oleh para karyawan—baik yang bekerja di institusi pemerintah maupun swasta—untuk memenuhi kebutuhan di hari raya. Dalam undang-undang, disebutkan “hari raya keagamaan” tanpa spesifik, tetapi pada praktiknya, THR diberikan biasanya menjelang Idulfitri.
Maka tak heran, saat THR sudah diterima, dunia menjadi lebih ceria. Pasalnya, nominal yang diterima kadang bisa beberapa kali lipat gaji pokok. Tentu saja, ini tergantung kesepakatan dan kebijakan perusahaan tempat bekerja masing-masing. Ada yang dipakai buat belanja, ada pula yang langsung dikirim ke kampung halaman, dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Nah, tahukah kamu, bahwa Tunjangan Hari Raya ini juga bisa dialokasikan untuk berbagai kebutuhan jangka panjang—tak hanya untuk kebutuhan hari raya saja. Kebutuhan apa saja nih yang bisa dipenuhi dengan uang THR?
1. Cicilan utang
Cicilan utang menjadi salah satu kebutuhan yang bisa dipenuhi dengan uang Tunjangan Hari Raya. Apalagi utang-utang jangka pendek yang bersifat konsumtif. Segera deh, lunasi, mumpung ada rezeki melalui THR.
Salah satu contohnya adalah utang kartu kredit. Utang kartu kredit juga bisa dimasukkan dalam kategori kebutuhan jangka panjang. Pasalnya, kalau kamu terhambat dalam membayarnya kembali, efeknya bisa panjang juga. Betul? So, yuk, yang biasanya hanya bisa membayar minimum payment, sekarang saatnya dilunasi. Pakai sebagian THR untuk membayar cicilan sampai lunas.
Jika kamu masih punya utang yang lain, yang sekiranya bisa dipenuhi dengan uang THR, pertimbangkan juga untuk segera dipenuhi cicilan atau pengembaliannya. Dijamin, setelah ini, kamu bisa berhari raya dengan lebih lega!
2. Premi asuransi
Asuransi, terutama asuransi jiwa, adalah kebutuhan jangka panjang, itu jelas. Premi asuransi juga merupakan salah satu kebutuhan yang bisa dipenuhi dengan uang Tunjangan Hari Raya. Biasanya sih, premi asuransi jiwa nominalnya cukup besar, dan harus disetorkan secara per tahun sehingga menjadi salah satu pos pengeluaran tahunan. Jadi, ini pas banget, karena THR juga bisa dibilang sebagai pemasukan tahunan.
Jadi, kalau memang sudah dekat jatuh tempo pembayaran preminya, bisa dipertimbangkan untuk dibayar dengan THR.
3. Dana darurat
Pos lain yang juga bisa dipenuhi dengan Tunjangan Hari Raya yang kamu terima adalah dana darurat.
Yes, ini kesempatan buat memulihkan dana darurat yang mungkin sempat kamu pakai untuk mengatasi krisis yang sudah dilalui kemarin akibat pandemi.
No debat kan, kalau dana darurat adalah termasuk hal yang penting, yang efeknya sangat panjang untukmu? Lagi pula, kita juga masih bakalan harus menghadapi masa-masa yang belum pasti ke depannya. Alangkah baiknya, kalau dana darurat dipenuhi hingga mencapai nominal yang ideal.
4. Investasi uang
Dana pendidikan anak, dana naik haji, dana beli rumah, sampai dana pensiun, jelas adalah tujuan keuangan jangka panjang. Untuk mencapainya, rasanya wajib banget untuk investasi, kalau nggak mau kalah melawan inflasi.
Nah, sebagian dana THR bisa juga kamu alokasikan untuk topup investasi—apa pun instrumen investasinya—agar tujuan keuangan jangka panjang kamu ini bisa lebih cepat tercapai. Lakukan analisis secara saksama, agar kamu bisa menentukan instrumen apa yang paling cocok untuk tujuan keuanganmu ya. Ingat, #TujuanLoApa.
5. Investasi leher ke atas
Apa sih maksudnya investasi leher ke atas? Yes, selain investasi uang, ada juga loh, investasi leher ke atas, yaitu investasi ilmu, pengetahuan, dan pemahaman, yang bertujuan untuk mengembangkan diri sehingga kamu bisa meningkatkan kualitas diri dan hidup kamu dalam beberapa waktu ke depan.
Nah, ini bisa saja sih gratis. Tetapi ada banyak opsi juga untuk berbayar. Biasanya, yang berbayar pasti kualitasnya juga jauh lebih oke. Salah satunya ilmu keuangan. Kamu bisa saja mendapatkan banyak ilmu gratis dengan membaca-baca artikel QM Financial. Tetapi, pengalamanmu akan berbeda kalau kamu ikutan kelas FCOS, karena di sana ada trainers yang siap membantumu belajar keuangan secara lebih mendalam. Nggak hanya itu, di kelas online FCOS, juga tak jarang dibagikan berbagai worksheet secara gratis yang bisa kamu gunakan untuk mengelola keuanganmu sehari-harinya. Rumus sudah ada, tinggal masukkan data-data yang sesuai. Dan … voila! Kamu bisa membuat berbagai rencana keuangan, bahkan yang jangka panjang sekalipun.
Nah, ini juga bisa banget kamu penuhi dengan memanfaatkan dana Tunjangan Hari Raya. Bahkan tak perlu nominal yang besar kok, karena kelas-kelas seperti FCOS biayanya terjangkau banget!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Langkah Belanja Lebaran Tanpa Boncos
Lebaran 2021 semakin dekat! Sudah terima THR, sekaranglah saatnya belanja Lebaran!
Lah, boleh emang, belanja? Ya boleh dong, masa enggak? Bahkan, seperti imbauan pemerintah, yuk, kita habiskan THR kita!
Tapi, eits, sudah baca belum artikel tentang memanfaatkan THR biar Lebaran kali ini tetap bermakna meskipun enggak mudik? Kalau belum, boleh lo dibaca.
Kalau semua kewajiban dan kebutuhan sudah dipenuhi, belanja Lebaran adalah acara wajib menjelang hari raya. Tetapi, alih-alih berdesak-desakan di mal atau di Tanah Abang seperti biasanya, akan lebih baik kalau tahun ini kita belanja dari rumah saja.
Selain menghemat waktu dan tenaga, belanja secara online dari rumah ini bisa jadi lebih hemat lo, kalau kita bisa memanfaatkan semua promo dan diskon yang ada.
Berikut beberapa tip belanja Lebaran, tanpa boncos dan bikin tekor, yang bisa kamu coba praktikkan untuk Lebaran 2021 ini.
Tip Belanja Lebaran Tanpa Boncos
1. Kenali kebutuhan
Sebelum mulai belanja Lebaran, sebaiknya kamu kenali dulu kebutuhanmu. Lalu buat daftar prioritas. Jangan sampai kamu membeli barang-barang yang malah sebenarnya nggak dibutuhkan.
Misalnya, kamu niat untuk beli gamis atau kaftan buat berlebaran besok di salah satu marketplace. Seneng dong, karena dapat free ongkir. Lalu, secara otomatis si marketplacce akan merekomendasikan berbagai barang atau pilihan menarik lainnya juga. Mulai dari pashmina, pernak-pernik sematan kaftan lainnya, sampai selop atau sepatu yang kayaknya matching banget buat dipakai sama kaftannya.
Tergoda? Oh, tentu saja. Dan, hal itu normal. Karena marketplace memang tahu banget gimana caranya membuatmu belanja hal-hal lain yang sekiranya bikin penampilan makin lengkap. Apalagi dengan free ongkir, jadi ya, kenapa enggak dibeli semuanya?
Nah, habis checkout, baru deh terasa kok pengeluaran jadi bengkak?
Jadi, kenali kebutuhanmu, dan stick to it ya. Biar saja marketplace menawarkan barang-barang lainnya, tetapi beli atau tidak, tetap kamu sendiri yang menentukan. Andaipun kamu hendak membelinya, pastikan karena memang dibutuhkan.
2. Cermati syarat dan ketentuan promo
Biasanya sih, meski promo atau diskon, pasti ada aturan atau syarat yang harus dipenuhi agar kita bisa mendapatkan potongan harga, bonus, cash back, dan sebagainya.
Nah, kadang, syaratnya itu harus belanja dulu dengan minimal nominal tertentu, dan kemudian baru dipotong deh.
Cermati setiap syarat dan ketentuan promo yang berlaku, dan kembali lagi, pertimbangkan dengan kebutuhan atau kondisi serta kemampuan kita. Bisa saja, diskon maksimal Rp15.000 tetapi kamu harus belanja dulu Rp2 juta. Ya enggak masalah sih, kalau memang kamu butuh barang banyak atau memang harganya segitu, dan dapat cash back. Tetapi, kalau sebenarnya cuma butuh barang-barang seharga Rp200.000 terus dipaksain belanja Rp2 juta untuk cash back maksimal Rp15.000, duh, rasanya kok worthless banget ya?
Ya pastinya worthless atau worth it-nya semua tergantung pada individu masing-masing sih, karena bisa saja berbeda untuk satu orang dengan yang lainnya. Karenanya, pertimbangkan lagi dengan saksama.
3. Alokasikan!
Supaya arus kas enggak terganggu, maka alokasikanlah anggaran khusus untuk belanja Lebaran. Ya, paling pas sih kalau kamu memanfaatkan THR yang sudah kamu terima, tentunya setelah kamu penuhi hal-hal lain yang lebih esensial dan wajib.
Oh iya, jangan lupa untuk anggarkan juga ongkos kirim ya, kalau misalnya kamu mau mengirimkan belanjaan ke keluarga di luar kota. So, sekali lagi cermati syarat dan ketentuan belanjanya, karena ongkos kirim ini kadang ya lumayan juga nominalnya. Apalagi kalau antarpulau. Kadang, malahan ongkos kirim lebih mahal daripada harga barangnya. Hal ini enggak akan jadi masalah kalau kamu sudah membuat bujet yang sesuai. Yah, buat bisa berbagi sama keluarga, kenapa enggak kan?
So, ada baiknya memang jangan sampai mengganggu jatah uang bulanan, agar nantinya setelah Lebaran, hidup tetap normal, jalan seperti biasa. Nggak lantas terkuras habis karena berlebihan saat belanja Lebaran. Dan yes, mengalokasikan dalam bujet ini juga bisa menjadi kontrol buat kita memang, agar tak kalap belanja.
Ingat, hanya belanja sesuai kebutuhan dan kemampuan ya! Ingat, bahwa setelah Lebaran, kita masih akan hidup rutin lagi seperti biasa, jadi jangan habiskan semua uang yang ada.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Nggak Dapat Uang THR, Ini 7 Siasat Merayakan Lebaran
Apa sih yang diharapkan oleh para pekerja menjelang hari raya, selain uang THR? Nggak ada, kayaknya. Tetapi, untuk tahun ini, kita sepertinya harus bersabar jika memang tidak mendapat jatah.
Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya perusahaan-perusahaan yang tidak dapat membayarkan THR bagi karyawannya di tengah pandemi seperti ini. Mereka bisa survive, memperpanjang napas untuk tetap menggaji pun sudah cukup bagus. Ada banyak pekerja yang kehilangan uang THR sekaligus upah atau gaji, lantaran kena PHK atau dirumahkan.
Tahun 2020 sepertinya memang harus dicanangkan sebagai tahun berhemat nasional.
Tapi, tak mengapa. Ayo, kita siasati, agar tetap bisa berlebaran meski tanpa uang THR. Pakai uang seadanya saja, yang penting ibadah kita sahih.
7 Siasat Merayakan Lebaran Tanpa Uang THR
1. Cek uang tabungan, sisihkan
Semoga kamu masih punya tabungan! Dana darurat sungguh sangat penting kan ya, di masa-masa sulit seperti ini? Enggak masalah sih kalau kamu mau menggunakan dana daruratmu untuk merayakan Lebaran tahun ini, karena uang THR tidak bisa kamu terima.
Yang penting: spend wisely! Jangan dihambur-hamburkan, tetap berhemat, dan belanjalah dengan bijak.
Susun anggaranmu, dan sisihkan uang tabungan sesuai bujet yang sudah kamu tentukan. Kalau uang yang disisihkan sudah habis, maka berhentilah belanja. Setop, dan manfaatkan apa yang ada. Sebisa mungkin, jangan ambil uang tabungan lagi.
2. Coret pengeluaran yang enggak perlu
Mungkin tahun ini, kamu enggak butuh baju baru. Toh enggak akan bisa ke mana-mana juga kan, karena ada physical distancing. Silaturahmi bisa kamu lakukan secara online. Dan untuk video call, rasanya enggak perlu pakai baju baru. Coba lihat ke lemari. Jangan-jangan malah masih ada baju yang belum pernah kamu pakai.
Mungkin tahun ini, kamu juga enggak perlu belanja kue Lebaran yang berlebihan. Toh, tamu-tamu akan berkurang. Atau, malah enggak ada yang bisa datang sama sekali. So, sediakan saja seperlunya, misalnya untuk teman camilanmu ber-video call.
Cermati lagi pengeluaran-pengeluaran lain, yang enggak penting dan enggak perlu segera coret saja.
3. Susun menu Lebaran yang lebih sederhana
Mungkin kamu merasa, hidangan ketupat dan opor ayam wajib ada untuk hari Lebaran nanti. Ya, enggak masalah sih. Susun saja menunya.
Tapi, teteup, mantranya: tidak berlebihan.
Kalau anggota keluarga di rumah hanya sedikit, masaklah sesuai porsi saja. Untuk sehari dua hari makan, enggak masalah.
Tanpa uang THR, belanjalah dengan tidak berlebihan. Susun daftar belanja barang-barang yang dibutuhkan, dan hanya membeli barang yang ada di daftar belanjaan.
4. Belanja dengan kartu kredit? Think again!
Kalau biasanya, mungkin kamu bisa tertolong dengan kartu kredit untuk belanja Lebaran. Tapi, tahun ini–apalagi tanpa uang THR–sepertinya kamu harus berpikir ulang dengan lebih bijak.
Memiliki utang tambahan di kondisi sulit adalah pilihan yang paling terakhir yang bisa kamu buat. Jika kamu masih ada tabungan ataupun dana darurat, akan lebih baik kamu menyisihkannya saja dan belanja sesuai bujet ketimbang membuat utang baru.
5. Prioritaskan pada zakat dan sedekah
Membantu sesama adalah kewajiban kita bersama. So, meski tanpa uang THR, zakat dan sedekah harus tetap kita laksanakan.
Jangan lupa memasukkannya ke dalam anggaran hari Lebaran yang kamu susun ya, dan segera bayarkan kewajibanmu tanpa menunda.
Ingat, di saat sulit seperti ini adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap empati dan solidaritas. Banyak orang yang enggak seberuntung kita di luar sana. Seharusnya kita masih bersyukur dengan kondisi kita sekarang, bukan?
6. Fokus pada kebutuhan bulan berikutnya
Yes, kamu masih punya sepanjang tahun, serta tahun-tahun setelahnya, untuk dijalani. Kamu harus bisa survive sampai pandemi ini berakhir.
Jadi, alih-alih bermevvah-mevvah sekarang, ada baiknya kamu fokus untuk memenuhi kebutuhan beberapa waktu ke depan.
Tanpa uang THR? Iya, bisa pasti. Asalkan kamu melakukan tip-tip ini.
7. Manfaatkan peluang untuk bisnis
Biasanya sih, momen Lebaran begini juga memacu munculnya ide-ide kreatif untuk berbisnis. Mengapa tak kamu manfaatkan juga? Siapa tahu, hasilnya bisa kamu pakai untuk memperkuat dana darurat, ya kan? Setidaknya, mungkin bisa dipakai untuk kita berlebaran, tanpa uang THR.
Coba cermati sekitarmu, apa yang dibutuhkan dan apakah mungkin untukmu menyediakan kebutuhan mereka?
Nah, bisa kan, kita berlebaran tanpa uang THR? Pasti bisa, dan percayalah, kualitas ibadah kita enggak akan berkurang, meski tanpa menu-menu makanan mewah dan baju baru.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Jenis Penghasilan Tahunan yang Bisa Kita Terima dan Andalkan
Seperti juga ada pengeluaran bulanan dan pengeluaran tahunan, pun ada penghasilan bulanan dan ada pula penghasilan tahunan.
Apa itu penghasilan tahunan? Ya, sudah seperti terlihat, adalah penghasilan yang kita dapatkan setahun sekali.
Nggak seperti penghasilan bulanan yang kita anggap sebagai penghasilan rutin, penghasilan tahunan ini kadang kita anggap sebagai “uang kaget”. Uang yang–diharapkan sih sebenarnya–tapi kalau dapat kayak surprise banget gitu. Apalagi, biasanya, jumlahnya juga lumayan banget!
Karena dianggap “uang kaget”, maka tak jarang, penghasilan tahunan pun terpakai tanpa rencana. Akibatnya, ya sudah bisa ditebak. Entahlah apa yang kita dapatkan, tapi rasanya uang itu jadi nggak ada bekasnya sama sekali.
Jadi, apa saja macam penghasilan tahunan yang biasanya kita dapatkan? Well, mungkin rerata diakrabi oleh ASN ataupun pekerja tetap sih. Pekerja lepas jarang yang punya penghasilan tahunan. Yah, penghasilan bulanan saja kadang nggak dapat. Eits, kok curcol.
5 Jenis Penghasilan Tahunan yang Bisa Kita Terima
1. Bonus
Bonus ini bisa dinamakan macam-macam sih, mulai dari bonus retensi sampai bonus prestasi. Perhitungannya beda-beda, begitu pun waktu pemberiannya.
Nah, bonus yang diberikan tahunan–atau yang biasa disebut bonus tahunan–bisa dibilang sebagai penghasilan tahunan, karena diberikan pada karyawan terkait keuntungan yang diraih perusahaan dalam satu tahun.
Dengan demikian, bonus tahunan ini besarnya tergantung pada kebijakan perusahaan. Jika perusahaan belum mendapatkan keuntungan yang signifikan, ya bisa saja enggak ada bonus tahunan dibagikan untuk karyawan.
2. THR
Tunjangan Hari Raya–seperti namanya–bisa dikategorikan sebagai penghasilan tahunan, lantaran biasanya juga diberikan setahun sekali menjelang hari raya Idulfitri.
Pemberian THR sudah diatur dalam undang-undang, sehingga jika ada pemberi kerja yang tidak memberi THR kepada pekerja bisa terancam hukuman penjara dan sanksi denda.
Besaran THR ditetapkan oleh pemerintah sebesar satu kali gaji pokok, tidak termasuk tunjangan-tunjangan. Tapi, ada pula perusahaan yang memiliki kebijakan berbeda, mereka memberikan THR sekian kali gaji pokok. Memang akhirnya, kembali pada perusahaan masing-masing.
3. Gaji ke-13
Gaji ke-13 merupakan penghasilan tahunan yang biasa diterima oleh para ASN–atau Aparatur Sipil Negara. Gaji ke-13 diberikan biasanya menjelang pergantian tahun ajaran baru sekolah, untuk membantu meringkankan beban para ASN dalam menyekolahkan anak-anak mereka.
Beda antara gaji ke-13, Tunjangan Hari Raya, dan bonus tahunan pernah ditulis secara tersendiri di web ini. Silakan dibaca-baca (lagi) jika belum sempat membaca ya.
4. Dividen
Buat kamu yang sudah memiliki investasi di saham–terutama saham perusahaan-perusahaan blue chips–biasanya juga akan menerima dividen sebagai bagian dari “pemilik perusahaan” tersebut.
Dengan begini, kamu bisa dibilang menerima penghasilan tahunan dari perusahaan di mana kamu menanam modal, karena dividen juga biasanya diberikan setahun sekali.
Namun, seperti halnya bonus tahunan, dividen ini juga bergantung pada keuntungan yang bisa diraih oleh perusahaan. Jika perusahaan–melalui Rapat Umum Pemegang Saham–memutuskan untuk tidak membagi dividen lantaran keuntungan belum siap untuk dibagikan, maka ya kamu tidak akan mendapatkan dividen di tahun tersebut.
5. Penghasilan pasif misalnya uang sewa
Buat kamu yang memiliki investasi berupa properti, juga bisa mendapatkan penghasilan tahunan berupa uang sewa, jika memang kamu menyewakan propertimu ini secara tahunan.
Besarannya tentu saja tergantung oleh banyak faktor, mulai dari lokasi, spesifikasi rumah, hingga fasilitas yang ada. Tapi yang pasti, ya lumayan banget angkanya.
Namun, penghasilan dari sewa properti biasanya juga harus dipotong untuk beberapa pengeluaran yang juga tak sedikit lo. Salah satunya biaya perawatan. Nah, kalau kamu tertarik untuk berinvestasi properti, sebagai permulaan, coba ketahui dulu beberapa keunggulan dan kelemahan investasi ini, sehingga kamu mendapatkan gambaran mesti gimananya.
Nah, itu dia 5 jenis penghasilan tahunan yang bisa kita dapatkan.
Sampai dengan hari ini, yang mana saja yang sudah kamu dapatkan? Semua? Well done!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
9 Jenis Pengeluaran Tahunan Keluarga
Selain pengeluaran bulanan rutin, keluarga juga biasanya membutuhkan banyak hal yang harus dipenuhi secara tahunan. Karena itu, adalah penting bagi kita untuk juga membuat anggaran untuk pengeluaran tahunan ini.
Kadang, lupa aja soalnya. Dipikir sudah rapi anggaran keuangan bulanannya, tapi eh, pas jatuh tempo salah satu pos pengeluaran tahunan ternyata jumlahnya lumayan juga. Kaget sendiri.
Kayak pengalaman salah seorang teman. Anaknya sudah mulai masuk kuliah tahun kemarin, sekitar September. Tentunya, sudah mengeluarkan biaya besar untuk membayar tetek-bengek, termasuk SPP semester satu. Karena terbiasa membayar SPP bulanan di SD, SMP, dan SMA, beliau lupa kalau kuliah dibayar per semester. Saat semester ganjil berganti semester genap, kelabakan deh. Kaget dengan jumlahnya. Lupa, kalau harus membayar SPP semesteran.
Nah, jadi, apa saja pengeluaran tahunan yang biasanya menjadi kebutuhan keluarga? Yuk, lihat satu per satu. Kamu boleh menambahi juga, kalau ada yang lain di kolom komen nanti ya.
9 Jenis Pengeluaran Tahunan yang Harus Dipersiapkan
1. Bayar kontrakan
Buat kamu yang masih mengontrak rumah, ada yang harus bayar kontrakan secara tahunan. Ada juga yang per dua tahunan, bulanan juga ada.
Jadi,kalau kamu termasuk mereka yang harus bayar setahun sekali, jangan lupa nih dianggarkan sebagai pengeluaran tahunan ya. Lumayan juga nih, kalau sampai lupa nganggarin pos pengeluaran yang satu ini.
2. Kurban
Berkurban menjadi sunah bagi umat muslim saat Iduladha. Enggak wajib, tapi kalau kamu mampu, mengapa enggak kurban?
Nah, ayo, niatkan untuk bisa berkurban setiap tahun. Caranya ya dianggarkan dalam pengeluaran tahunan. Mulailah untuk menabung dalam satu tahun, sehingga berkurban tak lagi menjadi berat. So, selepas Iduladha tahun ini, kamu sebaiknya segera buat rencana dan menabung untuk bisa berkurban di Iduladha yang akan datang.
Coba simak beberapa tip merencanakan kurban dari QM Financial ini ya. Sudah cukup lengkap ditulis.
3. THR untuk para pekerja di rumah
Selain kita sendiri yang menerima tunjangan hari raya, alias THR, kalau di rumah ada pekerja rumah tangga–mulai dari ART, babysitter, tukang kebun, sopir, dan sebagainya–jangan lupa juga untuk membayarkan THR pada mereka.
Besarnya tentu saja tergantung kesepakatan kita dengan mereka. Biasanya sih ya minimal satu kali gaji pokok. Ingat lo, pemberi kerja yang tidak memberikan hak THR pada pekerjanya bisa diancam hukuman penjara dan denda lo!
Lagi pula, senang kan, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang sudah membantu kita sehari-hari itu? Jadi, siapkan dalam anggaran pengeluaran tahunan ya.
4. Kebutuhan hari raya
Selain THR, ada juga kebutuhan hari raya yang bakalan bikin pengeluaran tahunan jadi lebih banyak.
Buat yang muslim, biasanya sudah dimulai di bulan puasa, dan kemudian lanjut ke Lebaran. Untuk yang nasrani, biasanya anggaran akan lebih banyak di akhir tahun. Natalan.
Meski sudah berusaha mengendalikan pengeluaran, tapi ya tetep saja harus siap dengan dana ekstra. Karena, ya, memang kebutuhannya jadi lebih banyak. Apalagi kalau merencanakan untuk mudik.
5. Pajak-pajak
Kemarin baru saja menerima tagihan Pajak Bumi dan Bangunan, dan ternyata tahun ini ada kenaikan. Konon, NJOP disesuaikan, semakin mendekati harga riil tanah bangunan yang kita tempati.
Untungnya, sudah sempat mendengar rumor sejak akhir tahun lalu, jadi bisa siap-siap deh. Masih September sih jatuh temponya, jadi masih bisa menabung dulu beberapa bulan.
Kalau enggak siap ya shock juga. Apalagi buat yang rumahnya di pinggir jalan. Katanya kenaikannya bisa sampai 4 kali lipat.
Juga pajak kendaraan. Jangan lupa dibayar setahun sekali ya. Harus jadi wajib pajak yang taat sebagai warga negara yang baik.
Jadi, pajak-pajak ini harus diperhitungkan dalam pengeluaran tahunan juga. Jangan sampai lupa.
6. Premi asuransi
Premi asuransi jiwa biasanya juga ditagihkan setahun sekali. Jadi, jangan lupa juga untuk memasukkannya ke dalam anggaran pengeluaran tahunan.
Asuransi ini penting lo, jadi jangan sampai alpa untuk bayar.
7. Keperluan tahun ajaran baru
Nanti di bulan Juni-Juli juga jangan lupa untuk menyiapkan anggaran untuk kebutuhan sekolah. Jangan sampai kaget sendiri melihat berbagai keperluan yang harus diurus.
Tahun kemarin, saya sendiri juga cukup kaget. Baru sadar kalau butuh seragam sekolah baru. Geli juga sih, karena seragam lama itu saya beli saat anak baru masuk kelas 1. Dan, sekarang anaknya sudah kelas 5 SD. Kasihan banget lihat roknya sudah cukup mini. Yaiyalah, lupa kalau anak itu tambah gede. Akhirnya langsung beli 4 setelan seragam. Habisnya ya lumayan juga ya.
Juga iuran tahunan sekolah, jika ada, jangan sampai lupa dimasukkan dalam anggaran pengeluaran tahunan ya.
8. Membership
Membership gym atau apa pun yang ditagihkan setiap tahun, juga harus masuk ke dalam list pengeluaran tahunan.
Sebelumnya, coba dicek lagi. Apakah kita masih bisa aktif menjadi anggota? Jangan sampai anggaran membership ini malah jadi pengeluaran yang mubazir ya.
9. Liburan
Liburan itu harus dianggarkan. Saya sendiri punya agenda liburan setahun sekali bareng keluarga. Memang sengaja, hanya setahun sekali. Biar bisa sampai puas, dan nabungnya juga cukup.
Makanya, agenda ini juga masuk ke dalam anggaran pengeluaran tahunan. Jadi, enggak ada liburan pakai utang. Malahan kadang, pulang masih nyisa. Lumayan, buat agenda liburan berikutnya.
Nah, bagaimana dengan kamu? Punya daftar pengeluaran tahunan yang belum disebutkan di atas? Boleh lo, kalau mau share di kolom komen. Ditunggu ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Apa Beda Gaji Ke-13, THR, dan Bonus Tahunan?
Perusahaan, pada umumnya, memang punya cara-cara tertentu untuk memberikan apresiasi ataupun melakukan sesuatu sebagai usaha menyejahterakan karyawannya. Rata-rata tujuannya agar dengan kondisi hidup karyawan yang sejahtera, maka kinerja pun akan meningkat–yah, setidaknya stabil. Bentuknya macam-macam sih, ada berbagai fasilitas yang ditawarkan. Beberapa di antaranya adalah adanya gaji ke-13, tunjangan hari raya (THR), dan bonus tahunan.
Nah, ketiganya memang pada prinsipnya sama; sama-sama memberikan uang di luar gaji dan tunjangan rutin yang diterima oleh karyawan, tetapi ternyata gaji ke-13, THR, dan bonus tahunan ini punya fungsi dan peruntukan masing-masing, pun perhitungannya sendiri.
Barangkali ada yang masih bingung tentang perbedaan gaji ke-13, THR, maupun bonus tahunan? Mengapa diberikan tidak bersamaan, misalnya? Atau, mengapa harus dipisah-pisahkan, gaji ke-13 sekian, THR sekian, bonus tahunan sekian?
Yuk, simak artikel ini sampai selesai ya.
Gaji Ke-13
Istilah ‘gaji ke-13’ rata-rata diakrabi oleh mereka yang (pernah) berstatus ASN, alias Aparatur Sipil Negara. Atau PNS–Pegawai Negeri Sipil. Memang karena awalnya gaji ke-13 ini diberikan hanya pada para ASN menjelang pendaftaran anak ke sekolah.
Pasti sudah tahu kan, begitu masuk tahun ajaran baru, kebutuhan anak-anak pasti meningkat. Yang masuk sekolah baru, apalagi. Yang naik kelas doang aja kebutuhannya bejibun, belum lagi bayar uang tahunan dan sebagainya.
Pemerintah bermaksud memfasilitasi hal ini, dengan memberikan gaji ke-13 kepada para ASN, untuk membantu peningkatan kebutuhan ini.
Dinamai gaji ke-13, karena “uang kaget” ini diberikan dengan besaran yang sama dengan 1 kali gaji (termasuk tunjangannya), di luar 12 bulan gaji rutin. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah nomor 19, 20, 21, dan 22 yang telah disahkan tahun 2016 lalu.
Nah, karena ditujukan untuk membantu kebutuhan anak-anak sekolah memasuki tahun ajaran baru, maka biasanya gaji ke-13 diberikan ya di sekitar mulainya tahun ajaran baru. Biasanya sih di bulan Juli.
Tunjangan Hari Raya (THR)
Tunjangan Hari Raya merupakan salah satu tunjangan yang wajib diberikan oleh pemberi kerja kepada karyawan, dan diberikan menjelang hari raya keagamaan. Meski pemerintah Indonesia mengakui ada 6 agama, tapi biasanya THR ini ya hanya diberikan menjelang Idul Fitri saja. Biasanya sih, maksimal 7 hari menjelang hari raya, THR ini sudah harus diberikan pada karyawan.
Pemberian THR ini–seperti halnya pemberian gaji ke-13–diatur secara resmi dalam undang-undang, tepatnya Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 20 tahun 2016. Jadi, kalau sampai ada perusahaan yang enggak memberikan hak THR bagi karyawannya, ada ancaman hukuman dan sanksi yang akan menjadi konsekuensinya.
THR ini diberikan kepada semua karyawan, tak peduli statusnya apa; mulai dari pekerja lepas, karyawan kontrak, hingga karyawan tetap. Semua pemberi kerja berkewajiban memberi THR ini setidaknya setahun sekali pada karyawan.
Besar THR biasanya adalah 1 kali gaji pokok, tanpa tunjangan apa pun, baik itu yang rutin atau yang lainnya.
Bonus Tahunan
Bonus tahunan–tidak seperti gaji ke-13 ataupun THR–tidak diatur dalam undang-undang oleh pemerintah, karena merupakan kebijakan masing-masing perusahaan.
Bonus tahunan diberikan bisa karena beberapa faktor, misalnya tercapainya target perusahaan, apresiasi terhadap kinerja karyawan (kedisiplinan, loyalitas, dan keahlian lainnya), dan sebagainya.
Waktu pemberian bonus tahunan juga sesuai dengan kebijakan perusahaan. Ada yang diberikan di akhir tahun, sebelum tutup buku. Ada pula yang diberikan awal tahun, sebagai hasil profit tahun sebelumnya. Ada juga yang pertengahan tahun, karena pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Cara menentukan besarnya bonus ini juga tergantung masing-masing perusahaan. Ada yang memakai sistem persentase terhadap masa kerja, level jabatan, kategori departemen, hingga status peringatan pelanggaran. Ada pula yang menggunakan sistem perhitungan bagi hasil, atau pembagian keuntungan.
Bagaimana Pelaksanaan Pemberian Gaji Ke-13, THR, dan Bonus Ini pada Karyawan Swasta?
Sebenarnya, aturan-aturan di atas memang ditetapkan untuk mengatur tunjangan para ASN, terutama soal gaji ke-13 dan THR. Untuk perusahaan swasta, pemerintah sebenarnya membebaskan pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi perusahaan itu sendiri.
Yang pasti, kalau kondisi keuangan perusahaan kurang sehat ya, terpaksa segala macam tambahan gaji ini tidak bisa diberikan. Ini hal yang wajar terjadi.
Bonus tahunan sendiri biasanya dikenal berlaku di perusahaan swasta. Sedangkan THR, pemerintah mewajibkan seluruh pemberi kerja untuk memberikan hak ini pada semua karyawan, bahkan ada ancaman hukuman dan sanksi jika tidak dilaksanakan. Nah, kalau gaji ke-13 memang hanya dikenal di kalangan ASN, tetapi jika perusahaan swasta mau ikut mengadopsi sistemnya pun tidak masalah.
Yes, semoga sekarang sudah jelas ya, apa bedanya gaji ke-13, tunjangan hari raya (THR), dan bonus tahunan. Ketiganya berbeda peruntukan, meski sama-sama merupakan tambahan gaji rutin yang diterima oleh karyawan.
Tinggal bagaimana mengelolanya saja nih, supaya tambahan uang ini bisa bermanfaat optimal.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 + 4 Jurus Atur Uang Anti Tekor Pasca Lebaran untuk Karyawan
Sepertinya THR sudah kelihatan banget hilalnya ya? Sebagian pasti sudah terima. Yang belum, semoga segera diterima minggu ini. Setelah THR diterima, maka sekaranglah saatnya mengeluarkan jurus-jurus atur uang yang sudah dipelajari. Supaya apa? Supaya keuangan nggak defisit pasca Lebaran.
Apa yang harus dilakukan? Mari kita bagi jurusnya dalam 2 bagian besar: sebelum Lebaran dan pasca Lebaran.
5 Jurus Atur Uang Sebelum Lebaran
1. Tak harus baru
THR sudah diterima, saatnya belanja baju! Buat suami, istri, anak-anak, keponakan-keponakan, dan tentunya diri sendiri! Tapi, eits, Lebaran nggak selalu identik dengan semua yang baru lo. Iya nggak? Termasuk baju.
Coba bongkar lemari masing-masing. Barangkali ada baju-baju lama yang terlupakan. Barangkali juga ada beberapa yang bisa dibenahi sedikit saja supaya tampak baru.
Biasanya sih baju anak-anak bisa banget ya, dijahit-jahit, ditambah ini itu, pernak-pernik yang lucu. Jadi deh baju lama rasa baru. Lumayan ngirit juga tuh.
2. Manfaatkan sale
Kalau memang terpaksa harus membeli apa-apa yang baru, lakukan jurus atur uang kedua: manfaatkan momen sale yang sering diadakan oleh butik-butik, department store, dan toko-toko.
Tapi ingat ya, jangan sampai kebablasan. Jangan sampai terjadi yang sebaliknya, dompet bocor. Apalagi kalau belanjanya pakai kartu kredit, duh bisa jebol gara-gara lapar mata sale.
3. Bikin kue sendiri
Untuk camilan saat Lebaran, biasanya kita sudah pesan nastar, kastangel, dan kue-kue Lebaran lainnya sejak jauh-jauh hari.
Nah, supaya lebih hemat, gimana kalau Lebaran tahun ini buat saja kue-kue sendiri? Resep-resepnya bisa ditemukan dengan mudah di Gòogle. Kalau ada anak-anak, coba karyakan mereka juga di dapur. Lumayan tuh, bisa bantu menakar-nakar, atau mencampur-campur bahan kue. Apalagi mereka juga libur. Sibukkan mereka di rumah, biar nggak minta liburan terlalu jauh. Hihihi.
4. Angpao dan bingkisan
Nah, ini dia salah satu pos pengeluaran khas di hari Lebaran. Bisa saja ini anggarannya paling besar di antara yang lain, kalau keponakan-keponakan yang jumlahnya sekompi itu juga dihitung. Bener-bener butuh jurus atur uang yang jitu supaya semua kebagian.
Tapi, angpao kan nggak melulu uang? Bagaimana kalau untuk tahun ini, diganti dengan bingkisan-bingkisan kecil? Kita bisa membelanjakan isi bingkisan saat ada sale di department store. Lumayan menghemat juga lo!
5. Sisihkan jatah THR
Nah, ini yang sering kita lupakan. Kalau sudah menerima THR, yang kita pikirkan selalu saja soal belanja. Habiskan semua, tapi terus tekor saat pasca Lebaran. Duh, jurus atur uang yang enggak banget deh.
Sisihkan dulu uang THR tersebut. Ada nggak cicilan atau tagihan yang bisa dilunasi dengan THR? Lalu, setidaknya sisihkan 10%-nya untuk ditabung. Ingat, pasca Lebaran nanti, kita masih harus hidup. Jangan sampai, setelah Lebaran kita malah jadi panik karena uang habis, tabungan ikut terambil, plus masih menyisakan utang di kartu kredit. Kelar.
4 Jurus Atur Uang Pasca Lebaran
Atur uang kembali pasca Lebaran, dengan beberapa tip berikut.
1. Merencanakan
Salah satu cara paling efektif dalam jurus atur uang adalah dengan merencanakannya terlebih dahulu. Mau ke mana saja kita akan membelanjakan uang, untuk keperluan apa saja, dan kapan. Ketahui dengan pasti sejak awal, ke mana larinya si uang.
Catat setiap rupiah yang dikeluarkan dalam sebuah catatan harian. Dengan memiliki catatan, niscaya, kitaakan lebih berhati-hati dalam pengeluaran uang. Apalagi kalau kelihatan, bahwa uang yang dibelanjakan sudah melebihi bujet. Langsung deh ter-alarm.
2. Evaluasi dan Batasi
Setelah merencanakan, jurus atur uang berikutnya adalah mengevaluasi pengeluaran pasca Lebaran.
Agar beban bisa sedikit berkurang, maka lakukanlah evaluasi terhadap catatan keuangan yang sudah dibuat. Pelajari mana saja yang bisa dikurangi bujetnya, atau bahkan bisa dihapus sama sekali. Misalnya, kurangi jatah jajan makan siang di luar sebulan ke depan, dan sebaiknya mulai membawa bekal sendiri dari rumah. Kurangi ngopi-ngopi di kafe bareng teman-teman hangout dulu beberapa hari ini.
Sedangkan untuk biaya transportasi, mungkin bisa lebih banyak menggunakan transportasi publik dulu, supaya bisa lebih hemat BBM dan juga biaya parkir.
3. Jatah harian
Jurus atur uang ketiga yang bisa kita lakukan pasca Lebaran adalah menjatah pengeluaran harian. Hitunglah ulang berapa biaya yang dikeluarkan setiap hari. Setelah itu, buatlah jatah biaya harian.
Misalnya, untuk makan selama satu harinya–mau makan di warung dekat kantor atau mau masak sendiri–jatahnya Rp 150.000. Transportasi, misalnya, Rp 100.000. Hitung juga keperluan sepanjang satu hari yang lainnya, kemudian total berapa jumlahnya. Masukkan uang ini dalam satu dompet khusus harian.
Jangan lupa, siapkan uang cadangan, yang hanya boleh dipakai HANYA jika ada keperluan darurat. Simpan dalam dompet yang terpisah.
Selanjutnya, disiplin. Biasakan hanya membelanjakan uang dalam dompet harian, tanpa harus mengambil uang cadangan.
4. Puasa shopping
Shopping sudah pasti bikin lapar mata. Apalagi kalau shopping-nya bareng teman-teman.
Lebih aman, untuk sementara waktu, jangan ke mal atau pusat perbelanjaan sama sekali terlebih dahulu, sampai kondisi dompet sudah stabil kembali atau sudah memungkinkan. Biaya untuk jalan-jalan itu sangat besar, kadang karena suasana hati kita lagi senang, kita dengan mudah mengeluarkan uang.
Demi kesehatan dan kemaslahatan bersama, sebaiknya tunda dulu mengunjungi tempat-tempat belanja sama sekali ya.
Nah, semoga dengan beberapa jurus atur uang di atas, kondisi kita jadi nggak terlalu kebobolan selama libur Lebaran dan pasca Lebaran nanti ya.
Yang tetap diingat, sekali lagi, adalah pasca Lebaran besok, kita masih punya hari-hari yang harus dijalani, yang juga memerlukan biaya tak sedikit.
Jadi, jangan jadikan momen Lebaran semacam ‘akhir hidup’ atau ‘kapan lagi sih bisa begini?’. Yang kayak gini, udah pasti akan bikin dompet kita ‘berakhir’.
Tetap pantau akun Instagram QM Financial ya, supaya nggak ketinggalan info-info seputar tip keuangan–baik keuangan pribadi, korporasi, maupun UKM. Cek juga kelas-kelas finansial online terbarunya, dan segera daftar sesuai kebutuhan.
Selamat menjelang Lebaran!
Bingkisan Lebaran untuk Karyawan – Perlukah? 5 Pertimbangan Berikut Bisa Membantu
Lebaran hampir datang. Sudahkah THR di tangan? Kalau sudah, mungkin para karyawan sekarang tinggal menunggu bingkisan Lebaran yang sering juga diberikan oleh perusahaan.
Di sini, kadang pertanyaan muncul. Sudah ada THR, masih perlukah ada bingkisan Lebaran lagi dari perusahaan untuk karyawan? Dobel dong–dobel senang untuk karyawan, dobel pusing untuk perusahaan. Hihihi.
Apakah pemberian bingkisan Lebaran ini wajib hukumnya? Jawabannya, tidak. Dalam peraturan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berlaku, hanya dijelaskan mengenai Tunjangan Hari Raya, sedangkan kewajiban perusahaan untuk memberikan bingkisan Lebaran pada karyawan tidak pernah disebutkan. Karena itu, pemberian ini bersifat opsional, kembali pada kebijakan masing-masing perusahaan.
Namun, bingkisan Lebaran adalah tradisi. Sebuah perusahaan media di Dubai, Gulf News, pun memelihara tradisi untuk memberikan parcel pada seluruh karyawannya yang berjumlah ribuan ketika Lebaran tiba. Sang CEO menjelaskan, bahwa tradisi memberikan bingkisan Lebaran ini tak hanya sebatas memberikan penghargaan pada karyawan semata, namun lebih untuk menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan dan mempererat tali silaturahmi serta komunikasi antara pihak manajemen dengan karyawan perusahaan untuk jangka waktu yang panjang.
Hmmm, kalau dilihat dari sisi tersebut, memang benar adanya sih. Karyawan senang mendapatkan bingkisan, rasa percaya dan cinta pada perusahaan tempatnya bekerja akan tumbuh seiring waktu juga kan?
Nah, bagi perusahaan yang memang berencana untuk memberikan bingkisan Lebaran bagi karyawan, pastinya banyak pilihan parcel yang bisa dipertimbangkan ya? Mulai dari parcel Lebaran berisi makanan, bedding set, pecah belah, bahkan gadget. Semua tentu tergantung pada anggaran dan kebijakan perusahaan masing-masing.
Jika ada yang sampai dengan hari ini belum ada ide bingkisan Lebaran seperti apa yang pas untuk diberikan pada karyawan–sedangkan kalau mau paket makanan kok ya gitu-gitu aja–barangkali 5 pertimbangan berikut bisa membantu.
5 Pertimbangan Memilih Bingkisan Lebaran untuk Karyawan
1. Bermanfaat
Pertimbangan pertama untuk memilih item-item yang akan menjadi bingkisan Lebaran adalah manfaatnya bagi si penerima.
Nah, di sini yang paling mudah memang makanan, minuman, ataupun paket sembako. Tapi sebenarnya masih banyak opsi item bingkisan lain yang juga sama bergunanya, misalnya produk fashion untuk dipakai saat hari raya Lebarannya, atau kebutuhan rumah tangga, seperti cangkir, piring, stoples dan sebagainya. Hmmm, dikasih bingkisan Lebaran berisi skincare kayaknya juga nggak akan ditolak. Hihihi.
Yang pasti, pertimbangkan, supaya manfaatnya bisa dirasakan oleh si karyawan sendiri, keluarganya, ataupun dalam jangka panjang.
2. Tahan lama
Jika hendak membeli bingkisan Lebaran yang sudah jadi di toko-toko maupun supermarket, kita juga sebaiknya teliti. Coba perhatikan tanggal kedaluwarsanya, kemasannya apakah masih rapi masing-masing produknya, dan sebagainya.
Sudah tahu kan, banyak produk tak layak yang dikemas dijadikan parcel menjelang Lebaran begini? Jangan sampai nih, memberikan barang-barang yang sudah lewat waktu dikonsumsinya.
Jika memang belum kedaluwarsa, tetap perhatikan tanggalnya. Jangan terlalu mepet juga.
3. Berkualitas
Akan lebih baik jika bingkisan Lebaran ini terdiri atas item-item jumlahnya sedikit, tetapi kualitasnya bagus, ketimbang banyak tetapi kualitasnya meragukan.
Tujuan dari diberikannya bingkisan Lebaran ini kan untuk bersama berbagi kebahagiaan menjelang hari raya. Jangan sampai nih jadinya malah bikin orang bersungut-sungut dan mengeluh setelah menerima bingkisannya. Citra buruk akan melekat di benak penerima bingkisan.
Memang sih, ini ada kaitannya dengan rasa syukur, tapi tentunya akan lebih baik jika bisa memilih produk yang berkualitas, bukan? Manfaatnya pasti juga lebih banyak.
4. Beri beberapa opsi
Barangkali perusahaan Anda memperkerjakan ratusan karyawan, dan ada jatah bingkisan Lebaran untuk semuanya. Luar biasa yah?
Untuk jumlah karyawan yang besar, perusahaan bisa menyiapkan beberapa opsi bingkisan Lebaran sesuai posisi masing-masing karyawan, pun kebutuhannya. Jadi, bisa saja satu karyawan akan menerima bingkisan yang berbeda dengan yang lainnya.
Hal ini akan mempermudah perusahaan dalam menyiapkan bingkisan-bingkisan yang banyak itu. Nggak perlu pusing harus mencari item yang sama.
5. Anggarkan bujetnya sejak jauh hari
Seperti halnya Tunjangan Hari Raya–atau THR–akan butuh anggaran yang besar untuk menyiapkan bingkisan, apalagi kalau karyawannya banyak. Karena itu, perusahaan sebaiknya sudah menyiapkan anggaran ini jauh-jauh hari.
Dengan mempersiapkannya jauh hari pula, perusahaan dapat memilih bingkisan apa yang paling pas untuk diberikan pada karyawan.
Nah, bagaimana nih? Sudah menemukan ide bingkisan Lebaran seperti apa yang hendak diberikan pada karyawan di perusahaan Anda? Atau Anda baru berencana untuk memberikan bingkisan tahun depan? Nggak masalah, malahan berarti ada waktu yang cukup longgar untuk mempersiapkannya.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.