Motivasi Kerja Karyawan Ternyata Dipengaruhi 7 Faktor Ini, Apa Saja?
Di dunia kerja yang dinamis dan kompetitif, motivasi kerja karyawan adalah elemen kunci yang menentukan keberhasilan sebuah perusahaan. Motivasi tidak hanya memengaruhi produktivitas saja. Namun, juga memainkan peran penting dalam retensi karyawan, kepuasan kerja, dan kinerja keseluruhan tim.
Namun, motivasi kerja karyawan enggak datang begitu saja. Belum lagi apa yang memotivasi satu karyawan mungkin tidak berlaku untuk yang lain. Ada berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, yang dapat memengaruhi tingkat motivasi karyawan. Apa saja? Yuk, coba kita lihat satu per satu.
7 Faktor yang Memengaruhi Motivasi Kerja Karyawan
1. Gaji
Gaji adalah salah satu faktor penting yang memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik. Pasalnya, pada umumnya karyawan memang bekerja untuk mendapatkan gaji. Gaji memungkinkan karyawan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Tanpa pendapatan yang cukup, kualitas hidup seseorang bisa menurun, sehingga karyawan cenderung termotivasi untuk bekerja lebih keras demi mendapatkan penghasilan yang memadai. Dengan penghasilan yang cukup, karyawan dapat merencanakan keuangan mereka dengan lebih baik dan mencapai stabilitas finansial. Hal ini dapat mencakup tabungan, investasi, dan persiapan untuk masa depan, seperti pendidikan anak dan pensiun.
2. Atasan
Atasan atau pemimpin dalam suatu organisasi juga memainkan peran penting sebagai motivasi kerja karyawan.
Atasan yang mengakui dan menghargai kontribusi karyawan dapat memperkuat rasa pencapaian dan kepuasan kerja, sehingga motivasi kerja karyawan akan terbentuk dengan baik. Atasan yang memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan dapat membantu karyawan mengatasi hambatan dan tantangan dalam pekerjaan. Hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan memungkinkan karyawan untuk tumbuh dan berkembang.
So, adalah penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa dalam perusahaan tersebut ada pemimpin yang efektif, yang peduli tentang kesejahteraan dan pengembangan karyawan.
3. Apresiasi
Apresiasi atau pengakuan adalah salah satu faktor motivasi kerja karyawan yang jugasangat penting. Apresiasi atas pekerjaan yang baik dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri karyawan. Ketika karyawan merasa dihargai, mereka akan lebih percaya diri dalam melakukan tugas dan tanggung jawab mereka.
Pengakuan atas usaha dan kontribusi karyawan dapat meningkatkan kepuasan kerja. Karyawan yang merasa dihargai cenderung merasa lebih bahagia dan puas dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian, tumbuhlah loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
Apresiasi atas kerja keras dan pencapaian karyawan dapat berfungsi sebagai motivator yang kuat. Hal ini mendorong karyawan untuk terus melakukan yang terbaik dan berusaha mencapai tujuan yang lebih tinggi.
4. Rekan Kerja
Rekan kerja juga memainkan peran penting dalam lingkungan kerja dan dapat menjadi salah satu sumber motivasi kerja karyawan.
Salah satunya sebagai jaringan dukungan sosial di tempat kerja. Mereka bisa menjadi seseorang untuk berbicara, berbagi pengalaman, dan kadang-kadang memberikan bantuan dalam tugas. Dukungan sosial ini bisa sangat penting dalam mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
Rekan kerja yang dapat bekerja sama dengan baik memungkinkan penyelesaian tugas yang lebih mudah sekaligus lebih menyenangkan. Kerja sama ini bisa menjadi motivasi untuk karyawan karena mereka merasa menjadi bagian dari tim yang berhasil.
5. Budaya Kerja
Budaya kerja ini merujuk pada nilai-nilai yang membentuk cara kerja dalam perusahaan dan bagaimana anggotanya berinteraksi satu sama lain dan dengan pihak luar. Budaya yang positif dan kuat dapat menjadi salah satu faktor motivasi kerja karyawan.
Salah satunya adalah budaya kerja yang mempromosikan partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan keterlibatan. Karyawan yang merasa bahwa mereka memiliki suara dalam organisasi cenderung lebih termotivasi.
Karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam membangun dan memelihara budaya kerja yang positif, karena ini secara langsung dapat memengaruhi tingkat kepuasan kerja, retensi, dan motivasi kerja karyawan.
6. Peluang
Banyak karyawan memiliki aspirasi karier dan tujuan jangka panjang. Jika mereka melihat peluang untuk maju dalam karier mereka, maka karyawan pun akan lebih termotivasi untuk bekerja keras dan memberikan kontribusi yang berarti.
Peluang untuk peningkatan gaji atau bonus lainnya juga merupakan motivasi kerja karyawan yang kuat. Karyawan yang melihat adanya peluang untuk peningkatan finansial cenderung lebih termotivasi untuk mencapai target dan bekerja dengan efisien.
Sementara itu, juga bagi banyak karyawan, peluang untuk tumbuh tidak hanya berarti kemajuan finansial atau karier saja, tetapi juga kepuasan pribadi. Mengembangkan keterampilan baru, mengambil tanggung jawab baru, atau berkontribusi pada proyek yang penting dapat memberikan kepuasan pribadi yang mendalam.
7. Kondisi Keuangan Pribadi
Kondisi keuangan pribadi umumnya juga menjadi faktor penting dalam motivasi kerja karyawan.
Sebut saja seperti adanya kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, makanan, pakaian, dan perawatan kesehatan, yang untuk mendapatkannya seseorang akan perlu uang. Karyawan yang memiliki kebutuhan finansial mendasar akan termotivasi untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Selain kebutuhan dasar, banyak orang juga termotivasi oleh keinginan untuk mencapai tingkat kenyamanan dan gaya hidup tertentu. Nah, yang ada di sini termasuk memiliki rumah yang lebih baik, mobil, liburan, atau hobi yang memerlukan pengeluaran lebih banyak.
Karyawan juga termotivasi oleh keinginan untuk mencapai keamanan finansial. Hal ini bisa berarti memiliki tabungan yang cukup, investasi, atau asuransi yang memastikan bahwa mereka dan keluarga mereka akan baik-baik saja dalam situasi darurat atau setelah pensiun.
Memiliki keuangan yang sehat dapat memberikan kebebasan kepada karyawan untuk membuat pilihan yang lebih luas dalam hidup, seperti memilih pekerjaan yang mereka sukai, memulai bisnis sendiri, atau bahkan memilih untuk bekerja paruh waktu.
Kondisi keuangan pribadi sepertinya memang menjadi salah satu motivasi terkuat bagi karyawan untuk bisa bekerja dengan baik. Dengan memahami hal ini, maka penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan menyediakan pelatihan finansial sebagai bagian dari inisiatif pengembangan karyawan.
Financial training tidak hanya akan memberdayakan karyawan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola keuangan pribadi mereka dengan lebih efektif lo. Namun, juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan dan apresiasi terhadap perusahaan.
Selanjutnya, karyawan yang memiliki pemahaman yang baik tentang manajemen keuangan cenderung lebih fokus, produktif, dan kurang stres, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, investasi dalam pelatihan finansial untuk karyawan adalah langkah strategis yang menguntungkan, yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan dan, pada gilirannya, meningkatkan motivasi dan retensi karyawan.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Rekan Kerja Punya Gaji Lebih Besar Padahal Jabatan Sama – Protes atau Diam Saja?
Besar kecil gaji yang diterima bisa memengaruhi semangat kerja seseorang. Gaji lebih besar seharusnya bisa membuat seseorang menjadi lebih terpacu untuk bekerja lebih giat dan lebih produktif lagi. Gaji kecil, apalagi jika nggak sebanding dengan beban dan tanggung jawab, wah … hampir bisa dipastikan akan menurunkan semangat kerja karyawan.
Apalagi jika kemudian kita tahu, kalau ada rekan kerja–dengan posisi dan jabatan serta tanggung jawab yang sama–ternyata punya gaji lebih besar. Ouch
Pertanyaan yang pertama kali muncul pastilah: Kok bisa ya? Apa yang salah? Apa yang dia lebih punya dibanding kita? Apa kita kerjanya enggak bener? Apa dia disayang bos, sehingga punya gaji lebih besar?
Eits, tenang dulu. Calm down, dear. Untuk mengatasi fakta kurang menyenangkan dan kemudian mencari solusinya, kita mesti meredam emosi dulu. Singkirkan segala prasangka buruk, lalu coba lakukan beberapa langkah berikut.
Rekan Kerja Punya Gaji Lebih Besar, Apa yang Harus Dilakukan?
1. Cari fakta lebih banyak
Enggak lucu kalau kita sudah protes, tapi ternyata gaji lebih besar punya rekan kerja itu adalah gosip belaka. Jadi, ayo coba cari tahu info lebih banyak lagi. Kita bisa menanyakan kebenaran hal ini pada pihak HR. Meskipun ada semacam etika tak tertulis, bahwa besaran gaji itu sebaiknya enggak dibocorkan, tapi setidaknya kita bisa membujuk dengan berdasarkan gosip yang kita dengar.
Jika memang rekan kerja punya gaji lebih besar, lalu coba cari tahu, apa yang membuatnya berhak menerima gaji sebesar itu, sedangkan kita enggak? Saat mencari informasi mengenai hal ini, kita mesti selalu ingat, bahwa bicara dan diskusi dengan kepala dingin itu penting.
Jadi, singkirkan dulu semua emosi negatif yang mungkin muncul. Lebih baik menunda diskusi dan obrolan jika kita masih emosi tinggi, karena hasilnya enggak akan baik dan bisa jadi malah akan memperburuk keadaan.
2. Cari kelebihan diri
Setelah tahu apa yang “lebih” dari rekan kerja sehingga mereka punya gaji lebih besar–sedangkan kita tidak–lalu pertimbangkan langkah selanjutnya. Mau ngapain nih? Minta naik gaji? Hmmm, boleh saja.
Tapi, tentu saja, kita enggak bisa ujug-ujug saja gitu datang ke bos dan minta naik gaji, tanpa ada argumen mengapa kita pantas menerimanya. Datanglah untuk menegosiasi gaji agar setidaknya sama dengan rekan kerja yang lain dengan bekal data serta argumen yang meyakinkan.
Jangan permalukan diri sendiri, karena sudahlah ngotot, ternyata salah argumen. Duh. Makin jatuh deh kredibilitas kita di mata perusahaan, terutama atasan dan HR.
3. Bicarakan dengan atasan
Setelah punya data yang cukup, dan pede dengan kelebihan diri yang ada–yang juga menjadi kelebihan rekan kerja lain yang punya gaji lebih besar–maka sekaranglah saatnya meminta waktu bertemu dengan atasan.
Diskusi dengan atasan ini perlu dilakukan lebih dulu sebelum kemudian bernegosiasi gaji dengan HR, karena atasanlah yang seharusnya paling tahu beban, kapasitas, serta performa kerja kita, bukan? Selain mempertimbangkan mengenai kriteria dan komposisi gaji yang mungkin missed, ada pula peluang untuk membicarakan kesempatan bagi diri sendiri untuk lebih berkembang agar semakin “pantas” untuk naik gaji.
4. Tingkatkan performa
Meningkatkan performa kerja bisa menjadi salah satu cara untuk memberikan bukti nyata pada atasan dan pihak perusahaan pada umumnya, bahwa kita pun berhak atas gaji lebih besar.
Mengapa demikian? Karena gaji berbanding lurus dengan beban kerja, yang juga berbanding lurus dengan hasil kerja kita.
Jadi, dengan memberikan hasil kerja baik yang nyata, hal tersebut seharusnya sudah bisa menjadi catatan bagi atasan dan perusahaan akan kinerja kita sendiri, tanpa perlu kita menegosiasi gaji. Bahkan mungkin jika memang kinerja kita sudah optimal, tanpa kita minta pun, gaji akan naik dengan sendirinya.
5. Atur gaji sebaik-baiknya
Ataukah, kita merasa, bahwa rekan kerja punya gaji lebih besar karena kita enggak pernah bisa mengelola gaji dengan baik? Nominal yang diterima mungkin sama, tapi si rekan kerja rasanya selalu saja punya uang. Sedangkan, kita setiap kali menerima gaji di rekening, beberapa hari kemudian kok sudah kosong aja?
Nah, berarti kesalahan bukan terletak pada rekan kerja yang punya gaji lebih besar. Tetapi, kemungkinan ada yang salah dengan pengelolaan keuangan kita. Saat seseorang sudah punya keterampilan mengatur keuangan pribadinya dengan baik, maka akan besar kemungkinan ia tak akan terlalu banyak rewel mengenai gaji yang diterimanya.
Malahan, bisa jadi ia akan bisa mendapatkan penghasilan yang lain, selain dari gaji. Karena dengan pengelolaan dan tujuan finansial yang baik dan jelas, sebagai karyawan pun, kita bisa berinvestasi dan dapat cuan lo.
Makanya, ikut kelas-kelas finansial online dari QM Financial yuk! Dari kelas basic–yang berupa pelatihan dasar mengatur keuangan pribadi–hingga kelas intermediate dan advanced–sampai kenalan dengan berbagai produk investasi–bisa kamu dapatkan sekaligus. Cek jadwalnya di web Event QM Financial atau follow akun Instagram QM Financial biar update terus ya.
Jadi gimana? Masih mau mempersoalkan rekan kerja yang dapat gaji lebih besar? Ya boleh saja sih, tapi pastikan kita juga sudah terampil mengelola keuangan. Karena percuma saja gaji naik atau punya gaji besar, tapi kemampuan pengelolaan juga nol besar.
5 Penyebab Stres di Tempat Kerja yang Harus Diwaspadai
Kadang kita memang belum bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passion. Dream job, begitu istilahnya, yaitu pekerjaan yang bisa kita lakukan dengan hati senang. Sebenarnya hal ini enggak masalah. Banyak kok karyawan yang harus melakukannya, tapi toh mereka sukses dan mampu meraih jenjang karier yang tinggi. Tapi, yang merasa gagal dan akhirnya merasakan stres di tempat kerja tak kurang banyaknya.
Kadang kita memang tidak bisa memilih pekerjaan, bukan? Setiap orang mungkin akan memilih pekerjaan dengan tingkat stres kecil tapi digaji mahal, kalau memang boleh memilih. Tapi enggak semua punya privilege itu. Bagaimanapun, yang sering terjadi adalah demi KPR yang harus lunas lebih cepat, maka kita pun harus beqerja bagai quda, apa pun deh asal halal.
Nah, kalau kamu adalah kebetulan karyawan yang tak punya privilege untuk bisa bekerja sesuai passion, maka waspadai situasi ini karena rentan akan terjadi stres di tempat kerja. Tentu saja, hal ini kemudian membawa efek kurang baik untuk semuanya; untuk perusahaan dan untuk kita sendiri sebagai karyawan.
Agar kamu bisa terbebas dari stres di tempat kerja, maka yuk kita lihat beberapa penyebab stres yang mungkin terjadi, agar kemudian bisa diambil langkah antisipasinya.
5 Penyebab Stres di Tempat Kerja
1. Beban kerja
Setiap karyawan–dengan jabatan dan wewenang masing-masing–pasti punya beban kerja sendiri-sendiri pula, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, pun sudah diatur dalam perjanjian kerja. Namun, terkadang dalam praktiknya, sering terjadi beban kerja menjadi berlebih atau bertambah dari yang disepakati di awal.
Salah satu penyebab beban kerja bertambah adalah kurangnya sumber daya manusia yang dipunyai oleh perusahaan, akibatnya ada beberapa karyawan yang harus merangkap-rangkap tugasnya. Bisa dibilang, satu orang karyawan harus mengerjakan pekerjaan dua tiga orang sekaligus.
Kalau sudah begini, hampir bisa dipastikan, stres di tempat kerja akan mulai membayangi. Kapasitas setiap manusia itu terbatas. Karena itu, hal ini harus disadari oleh HR atas setiap karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Dengan demikian, jika memang kekurangan SDM, HR bisa memetakan kebutuhan dan mempertimbangkan apakah perlu merekrut karyawan baru agar kinerja dan produktivitas bisa diperbaiki.
2. Konflik dengan rekan kerja
Dalam suatu perusahaan, kita akan bekerja secara tim. Artinya, kita akan bekerja bersama orang lain yang ditunjuk oleh perusahaan, yang pekerjaan dan tugasnya akan berhubungan dengan kita, baik langsung maupun tak langsung.
However, namanya juga orang, kadang ada enggak cocoknya. Ada saja yang bisa membuat konflik. Bisa berhubungan dengan sikap profesionalitas, hingga masalah pribadi. Maunya sih tetap profesional, tapi kalau sulit bekerja sama dan ini terjadi secara terus menerus ya susah juga kan?
Hal ini juga rentan mengakibatkan stres di tempat kerja. Ya gimana enggak, setiap kali harus bersinggungan dengan rekan kerja yang sulit diajak kerja sama, kita pasti sudah terbebani oleh konflik yang terjadi. Padahal sudah ada beban kerja yang harus ditanggung. Stres berlipat-lipat kan?
3. Merasa diri kurang berkembang
Ada kalanya karyawan mengalami stres di tempat kerja karena merasa dirinya kurang dihargai, kurang diapresiasi, hingga kurang bisa mengembangkan dirinya sendiri.
Biasanya sih yang terjadi adalah usulan-usulan yang tak pernah bisa diterima, kurang bisa memberikan pendapat sebebas-bebasnya, dan berbagai hambatan lainnya.
Memang kasus seperti ini biasa terjadi saat kita menjadi ikan kecil di kolam besar. Akan tetapi, kalau hal ini terus-terusan terjadi, akibatnya karyawan pasti merasa kurang bisa mengembangkan diri dan berujung stres di tempat kerja.
4. Kurang komunikasi
Kurangnya komunikasi juga bisa menjadi salah penyebab terbesar munculnya stres di tempat kerja. Misalnya saja, antara atasan dan bawahan. Instruksi-instruksi yang kurang jelas yang disampaikan oleh atasan pada bawahan bisa berefek pada terjadinya stres di tempat kerja ini.
Tak hanya dari atasan kepada bawahan, komunikasi yang kurang antara rekan kerja juga bisa menjadi masalah besar yang akhirnya membuat kinerja keseluruhan terganggu.
5. Masalah keuangan pribadi
Nah, penyebab stres di tempat kerja yang kelima ini juga sangat umum terjadi, yaitu karyawan mengalami masalah keuangan pribadi yang membuatnya jadi enggak fokus dan akhirnya produktivitas berkurang.
Salah satunya adalah ketika yang bersangkutan terlilit utang pada rentenir. Nggak hanya si karyawan yang bersangkutan saja sih yang bakalan stres, kalau sudah mulai meneror kantor maka pasti akan berdampak juga bagi yang lain.
Untuk masalah kelima ini, segeralah cari bantuan untuk mengatasinya. Langkah terpenting yang harus dilakukan untuk mengatasi stres di tempat kerja yang diakibatkan oleh masalah keuangan pribadi ini adalah dengan segera mengadakan training keuangan bagi para karyawan.
So, yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan untuk membantu karyawan terbebas dari masalah keuangan pribadi, agar bisa menunjukkan kinerja positif selama di kantor. Sila WA ke 0811 1500 688. Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Nah, itu dia 5 penyebab stres di tempat kerja yang umumnya terjadi. Ada banyak penyebab stres lain yang mungkin juga bisa menyebabkan karyawan menjadi menurun kinerjanya. Pihak HR-lah yang harus melakukan investigasi menyeluruh, dan kemudian bisa merumuskan tindakan apa saja yang perlu diambil untuk mengatasi stres di tempat kerja ini.