3 Langkah Mengatur Keuangan dan Memperbaiki Kondisi yang Sudah Tak Sehat bagi Karyawan
Sebagai karyawan, banyak di antara kita yang masih terjebak dalam kondisi paycheck to paycheck, alias hidup dari gaji ke gaji. Baru terima gaji, banyak uang, lalu habis. Tanggal tua, merana, menghitung hari kapan gajian lagi. Kondisi ini jamak banget dijumpai, padahal sebenarnya bisa diatasi dengan satu hal saja: mengatur keuangan dengan lebih baik.
Yang namanya gaji, memang relatif. Kadang gaji kecil, ya cukup-cukup saja dipakai buat hidup. Gaji besar kadang terjadi sebaliknya. Kok bisa gitu? Banyak sebab sih, karena kondisi orang juga berbeda satu dengan yang lain.
Ada yang memang tanggungannya banyak. Ada yang memang belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatur uang, dan sebagainya.
Padahal, keuangan yang sehat adalah pangkal hidup sejahtera. Kita kan tak bisa memungkiri, bahwa hidup itu butuh biaya. Karena itu, sudah pasti harus siap dengan biaya yang sepadan juga. Baik yang punya tanggungan banyak, ataupun yang memang belum punya keterampilan, semua bisa diatasi dengan satu cara: belajar mengatur keuangan.
Memang personal finance is very personal. Tak ada rumus yang sama untuk memperbaiki setiap masalah keuangan yang terjadi, karena semua tergantung kondisi masing-masing. Tetapi, untuk memperbaiki dan mengatur keuangan yang sudah telanjur tak sehat, kamu bisa mulai dari 3 langkah sederhana ini.
Memperbaiki Kondisi dan Mengatur Keuangan yang Sudah Tak Sehat
1. Perkecil rasio utang
Biasanya, utang memang jadi biang kerok tidak sehatnya keuangan kita. Rerata sih karena rasionya besar, lebih dari 30%.
Apakah ini yang juga terjadi padamu? Ayo, coba dihitung. Ada berapa cicilan yang harus kamu bayar setiap bulannya? Coba dibuat daftar yang terdiri atas besarnya utang total, besarnya bunga, berapa cicilannya, berapa lama lagi lunasnya, dan kepada siapa.
Memang harus detail ya, agar kamu bisa mendapatkan gambaran betapa tidak sehatnya kondisi keuangan kamu, sehingga kamu bisa membuat rencana untuk memperbaiki dan mengatur keuangan kamu.
Setelah daftarnya selesai, coba lihat, berapa total cicilannya? Apakah melebihi 30% dari penghasilan rutinmu? Jika iya, bisa jadi memang ini yang jadi ‘penyakit’-nya.
Segera cari solusi untuk bisa mengurangi rasio utang, hingga di bawah 30% ya. Butuh tekad dan niat yang besar, juga kerja keras untuk melakukannya.
2. Catat dan pantau cash flow
Salah satu ciri keuangan sehat adalah cash flow yang positif.
Cash flow adalah kelancaran antara uang masuk dan uang keluar. Jika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, maka itu berarti cash flow kamu negatif. Sedangkan, jika pemasukan lebih besar daripada pengeluaran, maka ini artinya cash flow positif, dan inilah yang disebut dengan kondisi keuangan yang sehat.
Untuk bisa menentukan apakah positif atau negatif, maka kamu perlu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan dalam satu bulan. Nanti akan terlihat bagaimana kondisinya, apakah pengeluaran lebih besar daripada pemasukan?
Jika pengeluaran sama dengan atau memang lebih besar daripada pemasukan, maka kamu perlu untuk segera mengatur keuangan kamu. Cari bagian mana dalam pengeluaran kamu yang memiliki porsi besar. Lalu cermati, apakah memang perlu sebesar itu? Bisakah dikurangi? Teliti juga bagian lainnya yang mungkin bisa membuatmu boncos berkepanjangan.
3. Buat tujuan keuangan dan disiplin
Bisa jadi, kondisi keuanganmu tak sehat disebabkan karena kamu tak punya tujuan keuangan. Buatmu, hidup ya gini-gini aja. Just go with the flow. Mengikuti ke mana angin berarah. Tsah.
Yah, enggak salah sih. Kadang memang ada tipe orang santuy seperti ini. Kita toh enggak boleh menghakimi, ya kan?
Namun, tanpa tujuan memang hanya membuatmu di situ-situ saja. Ibarat mau pergi, pastinya kita akan menentukan tujuan. Baru kemudian mencari tahu, berapa lama perjalanannya, dan bisa naik apa agar sampai ke tujuan tersebut.
Begitu juga dengan hidup. Tujuan keuangan itu penting untuk kita miliki, agar kita bisa maju dan lebih baik. Setelah ada tujuan keuangan, baru deh kita tentukan jangka waktu dan instrumen yang cocok agar bisa mewujudkan tujuan tersebut.
So, enggak heran kan, kalau keuangan kamu nggak jelas, karena tujuan hidup aja enggak ada.
Jadi, mau ngapain ke depannya? Mau menikah? Mau sekolah lagi, lanjut ke jenjang berikutnya? Mau liburan ke luar negeri? Mau beli mobil baru? Mau beli rumah? Mau umrah? Kesemua inilah yang disebut tujuan keuangan. Tentukan dulu, baru kemudian tanyakan, kapan mau mewujudkannya?
Dengan adanya tujuan, hidup kamu akan lebih fokus dan tertarget. Kamu juga termotivasi untuk mengatur keuangan lebih baik, dan akhirnya bisa menyehatkan kondisi keuanganmu.
Yuk, belajar mengatur keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Begini Cara Meningkatkan Rasio Menabung demi Kesehatan Keuangan Pribadi
Kamu pasti tahu, bahwa salah satu indikator tingkat kesehatan keuangan yang baik adalah rasio menabung yang baik, di samping rasio utang dan rasio likuiditas yang baik pula.
Masih ingatkah, apa definisi masing-masing rasio tersebut. Mari kita refresh lagi kalau memang kamu sudah lupa.
Tenang saja, lupa itu manusiawi, dan QM Financial akan selalu ada untuk membantumu mengingat kembali. Apalagi ini adalah basic literasi keuangan yang sangat penting untuk dipahami di awal terlebih dulu, sebelum kamu beranjak ke hal lainnya.
Rasio Utang
Rasio utang merupakan perbandingan antara utang dengan penghasilan yang dimiliki yang dapat dipakai membayar utang baik pokok dan bunga, dalam jangka waktu tertentu.
Contoh: Seseorang memiliki kredit rumah atau KPR senilai Rp2.500.000,00 per bulan, sementara penghasilan per bulan adalah sebesar Rp10.000.000,00, maka perhitungan rasio utangnya adalah sebesar 25%.
Ingat ya, bahwa rasio utang yang sehat itu tidak lebih dari 30% pendapatan, demi menjaga kondisi keuangan tetap baik dan stabil. Jika cicilan atau utang melebihi 30%, maka bisa jadi biaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya bisa terganggu, sehingga bisa membuat kondisi keuangan menjadi tidak sehat alias boncos.
Rasio Menabung
Rasio menabung merupakan perbandingan dari jumlah tabungan terhadap penghasilan yang dimiliki. Idealnya dalam mengatur perencanaan keuangan pribadi, kita harus menyisihkan minimal 10% setiap bulannya untuk tabungan. Di dalam tabungan ini, juga termasuk investasi.
Sebagai contoh, apabila kita memiliki penghasilan sebesar Rp5.000.000,- per bulan, maka 10% dari penghasilan tersebut sebaiknya ditabung, yakni sebesar Rp500.000,- per bulan.
Nah, masalahnya, akan ada kalanya, rencana untuk menabung ini sering tertunda karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Akibatnya, rasio menabung pun di bawah 10%. Tentu saja, hal ini menjadi kurang ideal, meskipun yah, kalau lagi krisis ya mau gimana lagi. Kebutuhan harian kan tetap nomor satu. Tapi, kalau kondisi ini berlarut-larut, yang bahkan tidak dalam kondisi krisis pun terjadi, ya berarti sebaiknya kamu harus segera ambil tindakan untuk mengatasinya.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas bagi keuangan personal bisa diartikan sebagai seberapa banyak aset likuid dari keseluruhan aseet yang dimiliki. Aset likuid adalah aset yang bisa dicairkan dengan segera dan kemudian digunakan untuk berbagai keperluan.
Aset yang bisa dicairkan dalam bentuk cash secara relatif cepat ini misalnya deposito, tabungan, atau reksa dana.
Idealnya, besaran aset likuid yang dimiliki adalah sebesar 3 – 6 bulan pengeluaran.
Ingat ya, kalau rasio menabung naik, otomatis likuiditas akan naik karena jumlah tabungan meningkat.
Lantas adakah cara untuk meningkatkan rasio menabung? Nah, simak beberapa tip untuk meningkatkan rasio menabung agar keuangan pribadi menjadi lebih sehat berikut ini ya!
Susun anggaran pengeluaran berdasarkan skala prioritas
Kita perlu membuat perencanaan keuangan sesuai dengan skala prioritas yang diperlukan. Catat terlebih dahulu pengeluaran yang dimiliki, dimulai dari biaya sehari-hari seperti kebutuhan makan, biaya listrik dan air, biaya internet, asuransi, biaya sekolah, dan lain-lain.
Jangan lupa pula untuk memasukkan tabungan minimal 10% di dalam anggaran pengeluaran yang kamu buat ini.
Setelah itu, cermati kembali adakah pos biaya yang bisa dihilangkan atau dikurangi? Jika ada, catat kembali dan hitung sisa penghasilan dari anggaran bulanan yang dimiliki.
Jika masih ada sisa penghasilan, kamu bisa memasukkannya ke dalam pos tabungan. Dengan penambahan ini, diharapkan rasio menabung dapat meningkat, bahkan bisa jadi lebih dari jumlah minimal 10% dari penghasilan.
Tentukan tujuan menabung
Buat tujuan yang ingin dicapai dalam waktu tertentu berdasarkan perkiraan jumlah tabungan yang diinginkan. Semakin realistis tujuan yang ingin diraih, semakin termotivasi pula kita dalam meningkatkan rasio menabung tiap bulannya. Betul?
Namun juga, jangan terlalu memaksakan diri untuk menabung. Balik lagi, jika kebutuhan pokok yang dimiliki belum terpenuhi, kita harus tetap realistis dalam menetapkan tujuan ini.
Pilih cara menabung yang menyenangkan dan menguntungkan
Sebaiknya pisahkan rekening yang akan digunakan untuk menabung dengan rekening yang biasa digunakan untuk transaksi. Dengan demikian, tabungan kamy tak akan terganggu dengan pos pengeluaran dan lebih mudah untuk dipantau.
Saat ini sudah ada berbagai layanan menabung yang mudah dan menguntungkan. Pilih yang paling sesuai dan mudah diakses agar kita bisa sewaktu-waktu menabung sehingga rasio menabung pun dengan sendirinya akan bertambah.
Itulah beberapa cara untuk meningkatkan rasio menabung sehingga kondisi keuangan kamu bisa jadi lebih sehat ke depannya. Bagaimana? Simpel ya?
Mau belajar lebih dalam lagi? Jangan takut, belajar keuangan sekarang enggak serem kok! Malahan fun banget, apalagi ada yang model gamified microlearning ini. Sudah pernah coba belum? Namanya Levio. Di dalamnya ada berbagai stage belajar yang harus kamu selesaikan. Layaknya main games, kamu pasti akan dengan segera tenggelam dalam pembelajaranmu. Nggak akan terasa kalau lagi belajar.
Yuk, segera daftarkan dirimu segera dan belajar keuangan secara fun!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Indikator Kesehatan Keuangan Bagi Karyawan
Kesehatan jadi salah satu hal yang penting bagi kita akhir-akhir ini, ya kan? Tapi, nggak hanya yang berhubungan dengan tubuh, tapi juga kesehatan keuangan. Apalagi buat para karyawan, penting banget deh!
Gimana, apakah di tahun 2021 ini, para karyawan masih merasa uang gaji bulanan tidak pernah cukup? Atau di tahun ini, yang seharusnya sudah bekerja lebih dari 5 tahun, tapi masih saja banyak yang mengeluh kalau nggak punya tabungan? Yah, jika demikian, maka bisa berarti kondisi keuangan karyawan belum ideal, dan mungkin masih menggunakan cara yang kurang tepat dalam mengelola keuangan.
Keuangan Pribadi Karyawan
Mengelola keuangan pribadi adalah hal yang wajib dilakukan, terutama bagi yang berstatus karyawan. Sebelum mengelola keuangan, kita perlu cek dulu kesehatan keuangan kita. Kesehatan keuangan sangat berpengaruh bagi karyawan, sehingga sudah selayaknya bagi perusahaan untuk membuat program pelatihan mengenai cara mengelola keuangan yang baik bagi karyawan.
Dengan melakukan cek kesehatan keuangan, karyawan dapat mendapat jalan keluar untuk mengatasi segala masalah keuangannya. Perusahaan percaya jika karyawan mampu mengelola keuangan maka kualitas hidupnya akan meningkat, dan hal tersebut tentu akan berdampak pada meningkatnya kreativitas, produktivitas, dan efektivitas karyawan dalam bekerja.
Itulah pentingnya cek kesehatan keuangan bagi karyawan.
Lalu bagaimana cara cek kesehatan keuangan bagi karyawan? Nah, berikut beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengecek kesehatan keuangan karyawan.
Cara Mengecek Kesehatan Keuangan Karyawan
1. Rasio Tabungan (Saving Ratio)
Rasio tabungan adalah perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan jumlah uang yang dapat ditabung atau investasikan setiap tahun.
Sudah tahu kan ya, bahwa menabung merupakan hal yang sangat penting? Kita nggak akan tahu, gimana kebutuhan kita kelak, yang jelas seiring bertambahnya waktu, kebutuhan sesorang juga akan bertambah.
Ini memang erat kaitannya dengan tujuan keuangan kita. Oleh sebab itu sebaiknya alokasikanlah sebagian penghasilan untuk ditabung secara rutin.
Rasio tabungan = uang yang ditabung atau investasi/total pendapatan
Rasio tabungan paling ideal adalah minimal 10% dari penghasilan. Ingat ya, angka tersebut adalah minimal sehingga semakin besar rasionya maka semakin baik.
Namun, tetap harus perhatikan kebutuhan dan pengeluaran utama juga ya. Jadi, dengan menggunakan rumus di atas, apakah sudah cukup tabungannya? Jika belum, sebaiknya segera rencanakan.
2. Rasio Cicilan Utang
Rasio kedua yang dapat menjadi indikator untuk cek kesehatan keuangan bagi karyawan adalah rasio cicilan utang.
Rasio solvabilitas adalah perbandingan antara cicilan utang total dengan penghasilan total kita. Rasio solvabilitas dapat mengukur kemampuan kita untuk membayar cicilan utang setiap bulannya, tanpa harus membebani kebutuhan hidup lain yang sama pentingnya
Rasio utang = jumlah total cicilan utang / penghasilan total
Dalam menghitung rasio ini, kamu harus memasukkan jumlah total utang semua yang dimiliki. Pertimbangkan apakah masih aman?
Idealnya, rasio cicilan utang ini tidak boleh lebih dari 30%.
3. Rasio Utang Terhadap Aset
Rasio utang adalah perbandingan antara utang dengan jumlah aset yang dimiliki. Berbeda dengan rasio tabungan yang semakin besar nilainya maka semakin baik, pada rasio utang semakin kecil nilainya maka semakin baik.
Cara menghitung rasio utang:
Rasio utang terhadap aset = total utang / total aset
Untuk lebih paham cara menghitungnya, berikut contohnya. Seseorang memiliki total utang Rp10.000.000,00 dan total nilai aset sebesar Rp220.000.000,00. Rasio utang terhadap aset berarti adalah 0,045 atau sebesar 4,5%.
Pastikan Keuangan Karyawan Sehat
Nah, setelah mengetahui rasio-rasio dalam cek kesehatan keuangan, sekarang waktunya untuk menggunakan hasilnya sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki kondisi keuangan kita. Gimana, apakah kondisinya sehat?
Ataukah, sekarang mulai ketemu masalahnya di mana? Belum punya tabungan yang cukup? Aset belum punya? Atau, terlilit utang?
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.