Pelajaran Keuangan dari Inside Out 2: Membangun Kesehatan Finansial yang Lebih Baik
Sudah nonton film Inside Out 2? Dari perspektif keuangan pribadi, Inside Out 2 memberikan wawasan yang penting tentang transisi dari masa kanak-kanak ke fase yang lebih dewasa. Fase ini adalah fase ketika banyak dari kita mulai menghadapi tanggung jawab keuangan yang riil untuk pertama kalinya.
Film ini memang enggak secara eksplisit membahas keuangan. Namun dari film ini kita jadi tahu, bahwa banyak emosi yang terlibat dalam kehidupan kita yang ternyata memiliki implikasi finansial yang signifikan. Bahwa juga, banyak hal terjadi (atau terkatakan) dalam hati, pikiran, otak kita yang berpengaruh pada hal yang kita lakukan atau putuskan—termasuk keuangan.
Misalnya rasa panik. Pasti banyak dari kamu yang pernah—atau bahkan sering—merasa panik karena uang. Pasti juga banyak di antara kamu yang sering merasa happy karena uang, takut karena uang, cemas, malu, sedih, jijik, iri, hingga bosan karena uang.
Jadi, harus diakui, bahwa film Inside Out 2, meski tak secara khusus membahas keuangan, ternyata juga relate dengan masalah yang banyak kita hadapi.
Mari kita coba lihat satu per satu.
Table of Contents
Emosi yang Muncul dalam Inside Out 2 yang Membuat Kita Lebih Bijak dalam Keuangan
Kalau mencermati plot Inside Out 2, kita akan menemukan banyak “mantra” dan emosi yang muncul, bermain-main di hidup Riley. Di salah satu adegan, Riley tampak mengalami panic attack sehingga dia harus keluar sejenak dari arena hockey untuk duduk di kotak penalti untuk bisa meredam emosinya.
Sadar atau tidak, semua emosi yang muncul dalam diri Riley tersebut juga sering muncul di benak kita. Ada yang bagus, ada yang kurang bagus, berlawanan, kontradiktif, bikin bingung, sampai perasaan yang campur aduk.
1. “I am not enough.”
Siapa yang suka bilang begini ke diri sendiri? Dalam konteks keuangan, perasaan tidak cukup ini bisa berakar dari banyak hal. Misalnya, merasa penghasilan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan, padahal gaya hidup yang memang melebihi kemampuan finansial.
Atau banyak juga di antara kita yang merasakan tekanan sosial untuk bisa tampil “sepadan” dengan lingkungan, padahal sebenarnya itu bukan diri kita. Seperti kata Riley juga dalam Inside Out 2, “I need to fit in, but I want to be myself.”
Kalau situasi-situasi ini sering dihadapi, maka tak heran kalimat, “I am not enough.” jadi sering muncul.
Padahal, “cukup” itu sendiri adalah konsep yang relatif dan bisa berbeda-beda definisinya pada setiap orang. Mempelajari untuk merasa “cukup” akan membutuhkan refleksi yang mendalam tentang apa yang benar-benar penting bagi kita. Karena itu, belajar mengelola keuangan yang realistis dan berkelanjutan menjadi penting.
2. “I am a good friend.”
Kalimat ini mungkin akan muncul di benak kita, ketika kita melakukan sesuatu untuk teman. Ketika teman berkesusahan, kita bisa membantunya, baik secara finansial ataupun nonfinansial. Saat teman berulang tahun, kita belikan kado dan kita berikan padanya. Kita juga buat pesta kejutan untuknya.
Hal-hal seperti ini bisa membuat kalimat, “I am good friend.” muncul dan memenuhi hati kita dengan kegembiraan.
Namun, jangan salah. Kalimat itu juga bisa jadi bumerang, ketika ada teman minta pinjam seratus dan ketika ditagih, malah galakan dia daripada kita. So, boundaries tetap harus ada di sini.
Baca juga: Pinjam Dulu Seratus! – Cara Benar Menolak Teman Meminjam Uang
3. “I get scared.”
Kalimat ini pasti sangat sering muncul di benak kita. Kalau dalam konteks keuangan, misalnya pikiran ini muncul di awal kita ingin memulai investasi. Takut rugi, katanya.
Sebenarnya, rasa takut ini enggak buruk loh. Bahkan, seperti kata Anxiety di film Inside Out 2, bahwa Fear ada untuk melindungi Riley dari bahaya. Rasa takut yang muncul di awal mulai investasi membuat kita aware dan mau belajar cara kerja beragam instrumen investasi dengan baik, sehingga keputusan keuangan yang dibuat nantinya juga akan lebih tepat dan bijak.
So, jangan takut untuk merasa takut. Karena takut itu juga perlu, tetapi tetap harus dikelola dengan baik. Jangan sampai, rasa takut menghambat kita untuk bisa maju.
4. “I make mistake.”
Ya, siapa sih yang enggak pernah berbuat kesalahan? Setiap orang pasti pernah kan? Begitu juga dalam hal keuangan. Salah pilih instrumen investasi; cuma ikut-ikutan kata orang, ternyata malah buntung. Salah memutuskan ambil pinjaman uang, padahal cash flow sendiri saja belum sehat.
Namun, kesalahan ada, agar kita belajar. Walaupun sebenarnya, “cost”-nya akan lebih ringan jika kita tidak perlu melakukan kesalahan sendiri. Kita bisa belajar dari kesalahan orang lain. Namun, ya kembali lagi: setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Selanjutnya, seberapa banyak kita bisa belajar dari kesalahan tersebut.
5. “I’m selfish.”
Kalimat “I’m selfish” bisa jadi muncul ketika kita baru saja membuat keputusan yang “seakan-akan” hanya menguntungkan diri kita, walaupun tidak sepenuhnya dan selalu begitu.
Contohnya, ketika kita menolak permintaan pinjaman uang dari teman. Pasti kita akan merasa “selfish”—dan si teman bisa jadi juga menuduh kita begitu. Namun, sebenarnya hal ini sangat perlu dilakukan, mengingat permasalahan utang bisa membuat hubungan pertemanan jadi rumit dan ruwet.
Namun, ada kalanya juga, keinginan untuk menghemat uang atau keengganan untuk berbagi bisa menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan untuk berinvestasi dalam pengalaman atau hubungan yang bernilai melebihi uang. Misalnya, dalam hubungan keluarga. Karena kita tak mau berbagi beban, akhirnya membuat anggota keluarga lain jadi sandwich generation yang berat.
Baca juga: Yang Bergaji 40 Juta Pun Terasa Berat, Ini Contoh Perencanaan Keuangan Sandwich Generation
Dalam memahami pelajaran keuangan dari Inside Out 2, terlihat jelas bahwa emosi memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan finansial.
Film Inside Out 2 mengajarkan pentingnya mengelola emosi untuk memperkuat keputusan keuangan. Menyadari bagaimana perasaan dapat memengaruhi pengeluaran dan tabungan adalah langkah awal menuju kesehatan finansial yang lebih baik.
Dengan mengeksplorasi hubungan antara emosi dan keuangan, orang dapat belajar mengontrol diri, mengatur prioritas, dan pada akhirnya, mencapai stabilitas finansial yang lebih kokoh. Dengan demikian, mengambil pelajaran dari film ini juga dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun dasar keuangan yang kuat untuk masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pelajaran Keuangan yang Bisa Didapatkan dari Lomba Panjat Pinang 17 Agustus
Seiring dengan perayaan 17 Agustus yang meriah, kamu mungkin pernah nonton atau bahkan ikut serta dalam salah satu tradisi paling ikonik, yaitu lomba panjat pinang. Sadar nggak sih, bahwa di balik gemanya anak-anak dan orang-orang yang berlomba untuk mencapai puncak pinang yang licin, tersembunyi sejumput pelajaran berharga yang tak hanya relevan untuk fisik, tetapi juga untuk kesehatan keuanganmu?
Kamu mungkin bertanya-tanya, kok bisa sebuah permainan tradisional dapat memberimu wawasan tentang dunia keuangan? Jangan salah deh. Kalau kamu melihat lebih dalam, lomba ini penuh dengan analogi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan uang dan investasi lo!
Yuk mari kita ulas lebih lanjut pelajaran keuangan apa saja yang bisa kita petik dari lomba panjat pinang di Hari Kemerdekaan 17 Agustus ini.
7 Pelajaran Keuangan dari Lomba Panjat Pinang 17 Agustus
1. Persiapan
Sebelum ikut lomba panjat pinang 17 Agustus, ada persiapan yang harus dilakukan dulu oleh para peserta. Umumnya akan mencoba untuk menyusun strategi dan mencari perlengkapan yang mungkin akan dibutuhkan demi mencapai puncak pinang.
Hal yang sama juga terjadi saat kita hendak mencapai tujuan finansial. Yes, kita harus punya persiapan, strategi, dan perlengkapan yang pas. Kesesuaian dari ketiganya akan menjadi jaminan bisa enggaknya kita mencapai tujuan finansial kita.
2. Fokus pada Tujuan
Meskipun ada banyak halangan dan rintangan, peserta lomba panjat pinang 17 Agustus tetap fokus pada tujuan utama, yaitu mencapai puncak dan mendapatkan hadiah.
Begitu juga dalam perencanaan keuangan. Adalah sangat penting bagi kita untuk tetap fokus pada tujuan keuangan, baik itu jangka panjang ataupun jangka pendek.
3. Belajar dari Kesalahan
Setiap kali peserta jatuh atau gagal mencapai puncak, mereka belajar dari kesalahan mereka dan mencoba pendekatan yang berbeda. Kalau memang harus mengganti strategi, ya enggak masalah. Yang penting, bagaimana caranya tujuan tercapai dan kesalahan tidak terulang.
Dalam dunia keuangan, kesalahan adalah peluang untuk belajar lebih banyak. Berbagai tip keuangan bisa didapatkan dari mana pun, tetapi jika tidak dipraktikkan ya sekadar teori saja yang enggak ada artinya. Malahan, dari kesalahanlah kita akan banyak belajar. Sebaiknya kita menganalisis kesalahan atau kegagalan dan menggunakan pengalaman tersebut untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.
4. Nilai Kesabaran
Enggak semua peserta lomba 17 Agustus bisa langsung mencapai puncak pinang dengan cepat. Apalagi umumnya, batang pinang akan diolesi dengan oli, agar licin, yang kadang membuat para peserta harus susah payah untuk bisa bertahan memanjatnya.
Begitu juga saat kita ingin mencapai tujuan finansial. Sabar itu penting. Apalagi kalau investasi, karena enggak ada investasi yang langsung instan memberikan keuntungan yang banyak, tanpa risiko.
Belajar sabar, apalagi untuk melihat pertumbuhan jangka panjang.
5. Pentingnya Strategi
Strategi ini penting banget untuk menang. Kadang ada beberapa peserta yang lebih fokus saling berkompetisi untuk meraih sendiri semua hadiah yang ada di puncak pinang. Namun sebenarnya, strategi terbaik adalah saling bekerja sama, membentuk tangga manusia, hingga ada salah satu yang naik sampai puncak pinang. Nantinya, hadiah yang bisa diambil dibagi-bagi.
Strategi juga sangat penting dalam pengelolaan keuangan atau investasi. Untuk bisa mendapatkan keuntungan yang optimal, kita harus memperhatikan banyak hal. Salah satunya tentang risiko. Sudah tahu kan, bahwa strategi investasi terbaik adalah bagaimana caranya menekan risiko seminimal mungkin, tetapi dengan mengupayakan keuntungan seoptimal mungkin? Karena itu, kesesuaian antara kita memilih instrumen yang sesuai dengan profil risiko, kebutuhan, kemampuan, dan tujuan menjadi kunci.
6. Menghargai Proses
Meskipun hadiah di puncak pinang sangat menarik, proses untuk mencapainya—kerja sama, usaha, dan kegigihan—adalah hal yang sebenarnya berharga.
Dalam konteks keuangan, menghargai proses berarti tidak hanya fokus pada kekayaan atau hasil investasi di akhir saja, tetapi juga pada pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama perjalanan mengelola dan menginvestasikan uang. Hal ini memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana di masa depan dan merasakan kepuasan yang lebih mendalam dari usaha kita.
7. Tidak Menyerah
Meski seringkali gagal dan jatuh, peserta lomba panjat pinang 17 Agustus umumnya akan terus mencoba untuk mencapai puncak. Begitu juga dalam perjalanan keuangan, terkadang ada masa-masa sulit, tetapi yang terpenting adalah terus berusaha dan tidak menyerah.
Sebagai refleksi, lomba panjat pinang bukan hanya sekedar permainan yang menghibur, tetapi juga sebuah cerminan dari perjalanan kehidupan, khususnya dalam hal keuangan.
Seperti peserta yang berupaya keras mencapai puncak pinang, dalam kehidupan nyata, kita semua berjuang untuk mencapai tujuan finansial kita. Penting untuk selalu ingat bahwa kesabaran, kerja sama, dan ketekunan adalah kunci untuk mencapai keberhasilan, baik dalam panjat pinang maupun dalam mengelola keuangan.
Semoga pelajaran dari tradisi 17 Agustus ini dapat menginspirasi kamu untuk terus berusaha dan tidak pernah menyerah dalam mengejar impianmu ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Boneka Barbie: Sejarah dan Pelajaran Keuangan yang Bisa Didapatkan
Sudah menonton film Barbie yang kencang banget promosinya itu? Yang enggak mau ketinggalan hype, pasti sudah menonton kisah si boneka Barbie yang dihidupkan oleh Margot Robbie ini di bioskop ya?
Pemutaran film Barbie dan kehebohannya ini mau enggak mau membawa sebagian dari kita untuk flashback ke masa kecil, ya kan? Memang, boneka Barbie telah menjadi ikon dalam budaya pop selama lebih dari enam dekade.
Sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 1959, boneka Barbie telah menjadi lebih dari sekadar mainan anak-anak. Menjadi simbol aspirasi, imajinasi, dan inspirasi, Barbie telah mengambil berbagai peran dalam karier dan kehidupan, mencerminkan perubahan dalam masyarakat dan budaya.
So, kali ini, yuk, seseruan mengeksplorasi sejarah menarik dari boneka Barbie dan bagaimana evolusinya menjadi lebih dari sekadar mainan. Bagaimanapun, boneka Barbie telah menjadi bagian dari sejarah kita. Bahkan, lebih jauh lagi, kita akan membahas pelajaran keuangan yang bisa didapatkan dari fenomena Barbie, bagaimana boneka yang awalnya dirancang sebagai alat permainan telah bertransformasi menjadi alat pembelajaran tentang investasi, konsumsi, dan nilai barang.
Supaya enggak penasaran, simak artikel ini sampai selesai ya.
Sejarah Boneka Barbie
Boneka Barbie merupakan mainan yang sangat populer di seluruh dunia. Dibuat oleh Ruth Handler, seorang wirausahawan Amerika dan salah satu pendiri Mattel Inc., boneka Barbie pertama kali diluncurkan pada tahun 1959.
Ruth Handler mendapatkan inspirasi untuk membuat Barbie saat ia mengamati anak perempuannya bermain dengan boneka kertas. Ia melihat bahwa anak perempuannya menikmati memberikan peran dewasa pada bonekanya, bukan hanya memperlakukan mereka seperti bayi, seperti kebanyakan boneka saat itu. Ruth berpikir bahwa akan ada pasar untuk boneka dewasa yang dapat dijadikan alat untuk anak-anak membayangkan masa depan mereka masing-masing nantinya.
Ruth kemudian membuat desain boneka berdasarkan Bild Lilli, boneka yang populer di Jerman pada saat itu. Boneka ini memiliki tubuh dan proporsi yang lebih matang daripada boneka-boneka anak lainnya. Ruth membeli beberapa boneka Bild Lilli selama perjalanannya ke Eropa dan membawanya pulang ke Amerika Serikat untuk dijadikan model.
Dalam perkembangannya, Ruth memberi nama boneka tersebut “Barbie”, berdasarkan nama anak perempuannya, Barbara. Barbie pertama kali diluncurkan pada American International Toy Fair pada 9 Maret 1959, yang kini dianggap sebagai tanggal lahir Barbie.
Barbie pertama kali muncul dengan setelan renang berbikini bergaris hitam putih, dan tersedia dalam dua versi rambut: pirang dan brunette. Dengan harga $3, boneka ini menjadi hit instan dan menjadikan Mattel sebagai perusahaan mainan yang sukses.
Perkembangan Boneka Barbie
Sejak peluncurannya, Barbie telah menjadi fenomena global, dengan menjual lebih dari satu miliar boneka di 150 negara. Ada lebih dari 200 profesi boneka Barbie yang diluncurkan, mulai dari perawat hingga astronot, dan bahkan menjadi kandidat presiden. Dalam beberapa tahun terakhir, Mattel juga telah berusaha untuk membuat Barbie lebih inklusif, meluncurkan boneka dengan berbagai bentuk tubuh, warna kulit, dan kemampuan fisik.
Namun, Barbie juga telah menuai kontroversi sepanjang sejarahnya. Kritikus mengatakan bahwa bentuk tubuh Barbie yang tidak realistis dapat memengaruhi citra tubuh anak-anak dan memberikan pesan yang salah tentang standar kecantikan. Mattel telah menanggapi kritik ini dengan perlahan-lahan mengubah proporsi Barbie dan menambahkan lebih banyak keragaman ke dalam jajaran produknya.
Usahanya cukup berhasil. Sampai saat ini, Barbie masih menjadi mainan yang sangat populer dan memiliki dampak yang signifikan pada industri mainan dan budaya populer.
Jenis Boneka Barbie
Boneka Barbie telah berkembang pesat sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 1959 dan kini ada berbagai jenis Barbie. Beberapa di antaranya meliputi:
- Original Barbie, yaitu boneka Barbie asli yang diluncurkan pada tahun 1959 dengan rambut pirang dan brunette dan mengenakan pakaian renang bergaris hitam dan putih.
- Fashionista Barbie, yaitu jenis dengan berbagai gaya, dari pakaian hingga rambut dan aksesori. Mattel telah merilis berbagai edisi Fashionista Barbie dengan berbagai bentuk tubuh, warna kulit, dan gaya rambut untuk merayakan keragaman dan inklusivitas.
- Barbie I Can Be, yang dirancang untuk berbagai profesi seperti dokter, pilot, astronaut, pemadam kebakaran, guru, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk memberi inspirasi dan mendorong anak-anak untuk membayangkan bahwa mereka bisa menjadi apa saja yang mereka inginkan.
- Barbie Collector, adalah boneka edisi spesial atau terbatas dari Barbie yang sering kali dirancang oleh perancang fashion terkenal atau dibuat untuk merayakan peristiwa khusus. Contohnya adalah Barbie Bob Mackie, Barbie Vera Wang, dan Barbie Pink Diamond.
- Barbie Princess, Fairy, dan Mermaid Dolls, yang merupakan bagian dari fantasi dan seri dongeng, misalnya menampilkan Barbie sebagai putri, peri, atau putri duyung, dan sejenisnya
Nah, kita bisa lihat, bahwa setiap jenis Barbie ini memiliki tujuan dan fokus yang berbeda, dan menawarkan berbagai cara untuk anak-anak berinteraksi dan bermain dengan mereka.
Pelajaran Keuangan dari Sejarah dan Perkembangan Boneka Barbie
So, melihat dari proses penciptaan hingga perkembangannya, boneka Barbie dapat dipandang sebagai cerminan atas perubahan dalam konsep keuangan pribadi, konsumsi, dan nilai barang. Di dalamnya ada banyak pelajaran keuangan yang bisa kita ambil juga.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Konsumsi dan Nilai Barang
Sejak peluncurannya, Barbie telah menjadi fenomena konsumsi massal. Barbie bukan hanya sebuah boneka, tetapi juga termasuk soal aksesori, rumah, mobil, dan set mainan lainnya yang dibuat untuknya.
Secara keseluruhan “paket”-nya, Barbie adalah soal nilai, dan memiliki harga. Membelinya berarti mengeluarkan uang. Oleh karena itu, anak-anak belajar tentang nilai barang dan konsep membeli dan memiliki barang melalui Barbie.
2. Investasi
Tahukah kamu, berapa harga boneka Barbie termahal? Boneka Barbie yang paling mahal yang pernah dijual adalah “Barbie Pink Diamond”, yang dirancang oleh perancang perhiasan Australia Stefano Canturi pada tahun 2010. Boneka ini mengenakan gaun malam dan mengenakan kalung berlian berwarna pink yang dirancang khusus oleh Canturi.
Konon, berlian tersebut termasuk berlian merah muda langka dari Australia. Barbie Pink Diamond ini dijual pada lelang di Christie’s untuk sekitar $302,500 (setara Rp4 miliar), dan seluruh hasilnya disumbangkan untuk penelitian kanker payudara.
Yes, beberapa boneka Barbie khusus atau edisi terbatas dapat meningkat nilainya seiring waktu. Jadi, membeli dan menjaga Barbie dalam kondisi baik bisa dianggap sebagai bentuk investasi, meski tentu saja risikonya cukup tinggi karena nilai pasar bisa berubah-ubah.
3. Keragaman Karier Barbie dan Konsep Penghasilan
Dengan berbagai profesi yang telah dipegang Barbie, anak-anak belajar bahwa ada berbagai cara untuk menghasilkan uang dan berbagai jenis pekerjaan yang dapat mereka lakukan ketika dewasa. Hal ini bisa mendorong mereka memikirkan tentang bagaimana mereka ingin mendapatkan penghasilan di masa depan.
4. Konsep Menghemat dan Belanja
Barbie dan aksesori-aksesorinya bisa menjadi alat untuk mengajarkan anak-anak tentang konsep menghemat uang dan belanja. Misalnya, anak bisa diajarkan untuk menabung dulu jika ingin membeli rumah Barbie yang diinginkan. Atau, bisa juga mengajarkan mereka untuk menimbang, mau beli set pakaian baru atau mending membeli aksesori lainnya?
5. Konsep Keuangan dalam Permainan
Dalam bermain Barbie, anak-anak bisa menciptakan berbagai skenario yang melibatkan transaksi keuangan, seperti Barbie berbelanja di toko atau Barbie bekerja untuk mendapatkan gaji.
Dengan demikian, meskipun mungkin tidak langsung, ada kaitan antara perkembangan boneka Barbie dan konsep keuangan pribadi. Barbie bisa menjadi alat untuk memperkenalkan dan mendiskusikan konsep-konsep ini dengan anak-anak.
Boneka Barbie telah berkembang jauh dari sekadar mainan. Apalagi dengan dipotretkannya sosok-sosok penghuni Barbie Land ini dalam sebuah film yang memanjakan mata karena begitu colorful dan hidup. Barbie akhirnya tak hanya menjadi sekadar bentuk nostalgia mainan masa kecil, tetapi terus menginspirasi dan mengajarkan kita banyak hal, termasuk pelajaran berharga tentang keuangan pribadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
4 Pelajaran Keuangan di Hari Buruh Internasional
Hari Buruh Internasional, juga dikenal sebagai Hari Buruh atau May Day, dirayakan setiap tahun pada tanggal 1 Mei. Apakah kamu sudah tahu bagaimana sejarah hingga harus ada peringatan Hari Buruh ini?
Sejarah perayaan ini bermula dari gerakan buruh di akhir abad ke-19, terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Pada masa itu, buruh di berbagai negara menuntut hak-hak mereka, seperti upah yang lebih baik, jam kerja yang lebih pendek, dan kondisi kerja yang lebih aman.
Pada tahun 1886, ribuan buruh di Amerika Serikat melakukan aksi mogok massal pada tanggal 1 Mei untuk menuntut hari kerja 8 jam. Salah satu insiden yang paling terkenal dan berdampak luas adalah insiden Haymarket yang terjadi pada tanggal 4 Mei 1886 di Chicago, yang menelan banyak korban.
Sebagai respons terhadap insiden Haymarket, pada tahun 1889, Kongres Internasional Kedua yang diadakan oleh Internasional Sosialis memutuskan untuk menjadikan tanggal 1 Mei sebagai hari solidaritas buruh internasional. Sejak itu, Hari Buruh Internasional telah dirayakan di seluruh dunia sebagai peringatan perjuangan buruh dan pencapaian hak-hak mereka.
Pelajaran Keuangan Hari Buruh Internasional
Hari Buruh Internasional, yang dirayakan setiap tanggal 1 Mei, merupakan peringatan penting bagi pekerja di seluruh dunia untuk menghargai kontribusi mereka terhadap ekonomi dan kemajuan sosial. Pada hari ini, karyawan bisa memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang keuangan pribadi dan hak keuangan yang seharusnya mereka terima dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Berikut beberapa pelajaran keuangan yang berkaitan dengan Hari Buruh:
1. Memahami hak-hak keuangan
Memahami hak-hak keuangan karyawan merupakan langkah penting dalam mengelola keuangan pribadi dan memastikan kesejahteraan finansial jangka panjang yang patut mulai dipelajari di momen Hari Buruh Internasional ini. Berikut adalah beberapa aspek penting dari hak keuangan karyawan yang perlu dipahami secara lebih detail:
- Gaji atau upah: Pastikan sebagai karyawan, kamu tahu gaji atau upah yang diterima sesuai dengan perjanjian. Periksa struktur gaji yang diterima termasuk komponen dasar, tunjangan, dan potongan.
- Tunjangan: Pelajari berbagai jenis tunjangan yang mungkin diterima, seperti tunjangan makan, transportasi, perumahan, atau kesehatan. Periksa apakah tunjangan tersebut diwajibkan oleh hukum atau merupakan kebijakan perusahaan.
- Cuti dan hari libur: Pahami hak terkait cuti tahunan, cuti sakit, cuti melahirkan, dan hari libur. Pastikan kamu mengetahui proses pengajuan cuti dan batasan yang mungkin ada.
- Bonus dan insentif: Cari tahu apakah kamu berhak atas bonus atau insentif berdasarkan kinerja, keuntungan perusahaan, atau pencapaian target. Ketahui juga kapan dan bagaimana bonus atau insentif tersebut dibayarkan.
- Jaminan sosial: Pahami tentang program jaminan sosial yang berlaku, seperti pensiun, asuransi dan program kesehatan, dan jaminan kecelakaan kerja. Pastikan kamu terdaftar dalam program ini dan mengetahui manfaat yang ditawarkan.
- Pesangon: Jika terjadi pemutusan hubungan kerja, pastikan kamu paham betul hak-hak sebagai pekerja untuk menerima pesangon sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam hukum atau perjanjian kerja.
- Overtime atau lembur: Pahami hak kamu terkait kompensasi untuk jam kerja lembur, termasuk tingkat upah lembur yang ditetapkan atau disepakati dan prosedur pengajuan klaim lembur.
- Kesempatan pelatihan dan pengembangan: Cari tahu tentang kesempatan pelatihan dan pengembangan yang ditawarkan oleh perusahaan, serta apakah ada dana atau subsidi yang tersedia untuk meningkatkan keterampilan dan karier kamu. Termasuk, apakah ada pelatihan keuangan atau financial training di kantormu?
Memahami hak-hak keuangan di Hari Buruh Internasional akan membantumu memastikan bahwa kamu menerima kompensasi yang adil dan layak serta memungkinkanmu untuk mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan atau mencari bantuan dari HRD perusahaan, rekan kerja, atau ahli hukum ketenagakerjaan jika kamu merasa hak-hak keuangan tersebut tidak terpenuhi.
2. Penyusunan anggaran berdasarkan gaji
Setelah paham dengan hak-hak keuangan yang seharusnya diterima dari perusahaan, enggak seharusnya berhenti di situ saja. Di momen Hari Buruh Internasional ini, sebagai karyawan, belajar menyusun anggaran pribadi berdasarkan gaji dan tunjangan yang diterima, untuk mencapai tujuan keuangan.
Tahapannya meliputi mengenali kebutuhan dan pengeluaran, membuat anggaran, membuat prioritas, hingga membangun dana darurat.
3. Perencanaan pensiun
Karyawan harus mulai merencanakan pensiun sejak dini, setidaknya bisa menghitung kebutuhan pensiun seperti apa dan kemudian membuat rencana agar kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan baik.
Hal ini juga termasuk memahami opsi dana pensiun yang ditawarkan oleh perusahaan atau pemerintah. Dengan memahami kebutuhan, karyawan juga akan bisa memperkirakan dana pensiun apakah cukup dengan opsi dari perusahaan, ataukah harus menambah instrumen secara mandiri.
4. Pengelolaan utang
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa karyawan sering kali terlibat masalah utang. Lebih parah lagi, terlibat utang pada rentenir yang mencekik.
Utang memang tak dilarang. Bahkan jika dikelola dengan baik, utang dapat menjadi leverage untuk karyawan bisa meningkatkan kesejahteraan hidup. Karena itu, adalah penting di momen Hari Buruh Internasional ini untuk menjadi garis start bagi karyawan untuk sadar pentingnya pengelolaan utang yang baik, dan memahami manfaat sebenarnya dari utang.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa hubungan antara Hari Buruh Internasional dan pelajaran keuangan bagi karyawan terletak pada kesadaran akan pentingnya keuangan pribadi dan hak-hak keuangan dalam meningkatkan kualitas hidup dan keberlanjutan karier mereka. Dengan memahami dan mengelola keuangan mereka dengan baik, karyawan akan lebih siap menghadapi masa depan yang lebih baik secara finansial.
Yuk, sejahtera bersama!
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pelajaran Keuangan yang Bisa Didapatkan dari Piala Dunia 2022 di Qatar
Demam sepakbola sedang melanda Indonesia, dan penduduk dunia, seiring semakin memanasnya laga Piala Dunia yang sedang dihelat di Qatar untuk tahun 2022.
Buat para penikmat olahraga ini, ini jadi kesempatan untuk bisa mendiskusikan tim mana saja yang pantas untuk dijagokan menjadi pemenang, pemain mana saja yang mainnya bagus, dan pastinya, hal-hal kontroversial apa saja yang terjadi selama perhelatan berlangsung. Namun, buat para pengatur keuangan, Piala Dunia bisa jadi berbeda.
Bisa jadi, para pengatur keuangan ini melihat sisi lain dari Piala Dunia; tentang pelajaran keuangan yang bisa didapatkan..
Apa saja?
Pelajaran Keuangan dari Piala Dunia 2022
Strategi adalah koentji
Sebelum dimulainya pertandingan dalam laga Piala Dunia, tim mana pun akan selalu merencanakan strategi terlebih dulu, dengan mempelajari tim lawan. Pada akhirnya, yang strateginya matang dan tepat akan dapat mencetak gol lebih banyak, dan memenangkan pertandingan.
Jadi kita belajar bahwa menentukan strategi adalah hal terpenting pertama yang harus dilakukan jika kita ingin mencapai suatu tujuan atau goal. Tim sepakbola bisa saja mempunya target hendak membobol gawang lawan sampai banyak kali, begitu juga kita. Ada berapa pun banyak tujuan yang ingin dicapai juga tak masalah, asalkan strateginya jitu.
Selain itu, seperti halnya pertandingan sepakbola, di mana suatu tim akan diadang-adangi oleh tim lawan untuk mencapai target (jumlah gol), kita juga punya sederet tantangan untuk mencapai tujuan finansial kita. Tinggal bagaimana kita bisa mengatasi tantangan itu, kan? Seberapa pun banyak dan besar tantangannya, pasti bisa disolusikan jika kita punya strategi yang jitu.
Miliki aset yang sesuai
Mau main bertahan atau menyerang? Setiap tim yang berlaga di Piala Dunia umumnya terdiri atas berbagai karakter pemain. Kepiawaian pelatih untuk mengombinasikan skill antarpemain menjadi kunci sukses strategi yang sudah dibuat sehingga menghasilkan kemenangan.
Hal yang sama terjadi juga pada keuangan kita. Ada banyak sekali jenis instrumen yang bisa dimanfaatkan untuk bisa mencapai tujuan keuangan. Masing-masing instrumen memiliki karakteristiknya sendiri. Kesesuaian karakteristik instrumen dan jenis tujuan keuangan akan menjadi kunci suksesnya pengelolaan keuangan kita.
Misalnya saja, kita punya reksa dana pasar uang, yang rendah risiko tetapi tingkat perkembangannya juga tipis. Jika kita menggunakannya untuk dana pensiun, pastinya ya bisa-bisa saja. Tetapi mungkin perkembangan asetnya tidak akan maksimal, karena imbal hasilnya yang juga rendah. Sementara, kita punya target dana pensiun yang besar, misalnya. Jika dipaksakan, ada risiko yang akan harus dihadapi, yaitu bisa saja kita jadi gagal pensiun sejahtera.
Begitu juga misalnya, kita butuh dana untuk membayar uang pangkal sekolah anak yang tinggal setahun lagi. Dana tersebut kita simpan di saham, karena berharap bisa bertumbuh dulu sebelum digunakan. Namun, karena kondisi pasar saham sedang turun, nilai investasi jadi ikut anjlok. Alhasil, saat hendak dibayarkan sebagai uang pangkal sekolah, jumlahnya malah jadi minus.
So, bisa menyesuaikan karakteristik instrumen dan tujuan ini merupakan bagian dari strategi, seperti halnya pelatih sepakbola yang memilih terlalu banyak pemain bertahan ketika harus tampil menyerang. Akibatnya tentu saja, hasil pertandingan tidak akan maksimal.
Review strategi
Saat mengalami kekalahan dalam laga Piala Dunia, pada umumnya pelatih dan tim secara keseluruhan akan melakukan evaluasi terhadap strategi yang sudah digunakan. Mereka akan mencari, salahnya di mana, apa yang perlu diperbaiki, dan apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Kalau perlu, pelatih akan mengganti pemain yang akan turun ke lapangan untuk bisa tampil lebih baik.
Hal yang sama juga terjadi pada kita. Secara berkala, kita juga perlu melakukan review terhadap berbagai keputusan dan strategi keuangan yang sudah kita lakukan. Instrumen yang tidak berkinerja baik, atau tidak sesuai dengan timeline dan tujuan yang sudah kita tentukan, bisa saja diganti dengan instrumen lain yang lebih cocok.
Ingat, bahwa tidak ada instrumen yang lebih baik daripada yang lain. Yang ada adalah instrumen yang lebih sesuai dengan tujuan keuangan dan yang tidak. Seperti kata Ligwina Hananto, jangan setia pada produk, tetapi setialah pada tujuan.
Lakukan riset dan upgrade terus pengetahuan
Di Piala Dunia, tim akan mempelajari lawan, dan kemudian merumuskan strategi yang paling tepat untuk dapat mengatasi lawan, dan akhirnya memperoleh kemenangan. Pengetahuan dan pemahaman yang benar akan tim lawan akan membantu penentuan strategi yang paling tepat.
Begitu juga dengan kita. Pemahaman kita akan instrumen-instrumen yang ada, pengetahuan-pengetahuan kita, akan membantu kita membuat perencanaan keuangan yang tepat dan komprehensif. Dengan demikian, tujuan finansial pun akan semakin mungkin diwujudkan.
Kalau enggak punya pemahaman, gimana? Ya bisa saja kita malah terjebak investasi bodong, utang pada pinjol ilegal, dan berbagai hal lain yang berpotensi gagalnya kita mencapai tujuan finansial.
Nah, itu dia beberapa pelajaran keuangan yang bisa kita dapatkan dari Piala Dunia 2022 di Qatar. Gimana nih, kamu punya jagoan tim mana? Dan, apakah tim kamu menang terus sampai sekarang? Apa yang bisa kamu pelajari dari kemenangan-kemenangan tim kamu tersebut? Apakah ada pelajaran keuangan yang bisa kamu dapatkan? Boleh lo, cerita. Ditunggu di komen ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pelajaran Keuangan yang Bisa Didapatkan dari Drama Korea All of Us Are Dead
Sudah nonton drama Korea All of Us Are Dead belum? Drama ini bergenre survival, yah kurang lebih seperti Squid Game yang sempat populer banget tahun lalu.
Ceritanya sih serem, yaitu serangan wabah zombie ke sebuah sekolah, bernama Hyosan High School, sehingga murid, guru, dan semua orang dalam sekolah itu harus berupaya bertahan agar tak tertular dan jadi zombie juga.
Meski serem dan kayaknya enggak ada kaitannya dengan finansial, tapi kalau dicermati, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita petik dari kisah On-jo, Nam-ra, Le Su-Hyeok, dan kawan-kawan di drama Korea ini loh. Apa saja? Yuk, kita lihat!
Pelajaran Keuangan dari Drama Korea All of Us Are Dead
1. Kondisi yang sulit akan mampu membawa sisi terbaik dan terburuk kita
Dalam drama Korea ini, virus zombie yang terjadi di Hyosan terjadi tanpa adanya peringatan, langsung melanda seluruh sekolah hanya dalam waktu beberapa jam. Tak pernah ada yang memprediksikan hal ini terjadi. Sebagian besar lantas berusaha survive, ada yang mengunci diri di kelas, ada yang bersembunyi di bawah meja, sedangkan yang lainnya berusaha melawan para zombie dengan senjata seadanya yang bisa didapatkan.
Krisis selalu datang tanpa peringatan. Dan saat krisis datang, berbagai hal pun kita lakukan. Ada yang memilih sembunyi dan denial, ada yang menyalahkan keadaan, ada yang menyerah, ada juga yang berusaha mencari “senjata” di sekitar agar dapat melawan krisis sebisa mungkin. So, semua terserah kita, mau memilih yang mana.
Akhirnya bisa dilihat kan, yang survive yang mana?
2. Hanya kitalah yang bisa menyelamatkan diri sendiri
Di drama Korea All of Us Are Dead, para murid melawan zombies dalam tim. Namun, ada juga situasi-situasi ketika mereka harus menghadapi zombie sendirian.
Seperti halnya dalam hidup, kita tak selamanya bisa hanya mengandalkan orang lain untuk menolong dan mengeluarkan kita dari situasi rumit. Utang, misalnya, hanya kita sendirilah yang bisa melunasinya. Bukan orang lain. Juga ketika kita kehabisan uang, ya kalaupun minta bantuan orang lain bisanya hanya sekali dua kali saja. Selebihnya, harus segera mencari solusi sendiri agar kesulitan keuangan itu nggak berkepanjangan.
Begitu juga dengan bisnis. Ketika ada masalah, maka kamu sebagai pemilik bisnislah yang bertanggung jawab untuk segera mencari solusinya. Bukan orang lain.
Jadi, singkatnya, we have to fight our own battles. No one is going to rescue us all the time.
3. Bantu jika mampu
Barangkali saat krisis, kita beruntung karena kita lebih mampu bertahan. Karena itu, ada baiknya kita membantu yang lain yang mengalami kesulitan.
Seperti semua tokoh dalam drama Korea All of Us Are Dead, mereka semua sebenarnya memiliki niat untuk saling bantu. Apa daya, kadang memberi bantuan malah berubah jadi misi bunuh diri. So, buat kita, ada baiknya tetap harus melihat kemampuan diri sendiri ya. Jangan sampai membantu orang, tetapi kita sendiri akhirnya malah “bunuh diri”.
4. Siap berkorban
Setiap karakter dalam drama Korea All of Us Are Dead tahu banget makna pengorbanan. Jika mereka melihat satu peluang untuk survive, meski dengan berkorban, maka mereka akan memperjuangkannya.
Begitu juga dalam hal keuangan dan hidup. Kadang kita harus mengorbankan berbagai keinginan di masa sekarang, agar bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan. Jangan salah, ini pengorbanan yang besar loh!
5. Akan selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah
Sekelompok manusia harus melawan sepasukan zombie. Sepertinya hal yang mustahil untuk dimenangkan oleh pihak manusia, ya kan? Tapi nyatanya tidak demikian dalam drama Korea ini. Para siswa ternyata bisa survive, dengan cara apa pun. On-jo, Nam-ra, Le Su-Hyeok, Cheong-san, dan siswa yang tersisa mampu melewati tantangan demi tantangan.
Serangan zombie bisa saja kita ibaratkan dengan kesulitan-kesulitan yang melanda hidup kita. Seperti pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai ini. Saat baru saja datang, bisa dibilang setiap orang terdampak. Meski belum pulih sepenuhnya seperti sebelum pandemi, tetapi sekarang sudah banyak dari kita yang sudah optimis lagi. Mulai membangun lagi bisnisnya, mulai mencari pekerjaan lagi, atau malah mencoba usaha kecil secara mandiri.
Dengan pola pikir yang lebih positif, kemauan untuk bekerja keras, dan disiplin, kita masih bisa mengubah keadaan, dan mungkin bahkan bisa menjadikannya lebih baik lagi.
Nah kan, belajar keuangan itu memang bisa dari mana saja, dengan cara apa pun, dengan siapa pun. Termasuk dari drama Korea. Siapa sangka, All of Us Are Dead yang sepertinya nggak membahas soal finansial, bisnis, ataupun ekonomi sama sekali, ternyata juga bisa memberikan banyak pelajaran berharga soal keuangan, ya kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
The Tinder Swindler: Mari Belajar Keuangan dari Para Korban Simon Leviev
Sudah pada nonton The Tinder Swindler kan? Ini adalah film dokumenter terbaru rilisan Netflix yang berkisah tentang seorang pria yang mengaku bernama Simon Leviev yang memikat banyak pengguna perempuan di Tinder dan menipu mereka hingga jutaan dolar.
Menapak tilas kisahnya dalam The Tinder Swindler, kita akan dapat melihat bahwa Simon Leviev selalu menunjukkan betapa tajir dirinya yang hidup dengan bergelimang harta. Foto-foto dirinya yang ‘wah’ membuat banyak perempuan untuk swipe ke kiri. Setelah ‘match’, ia pun dengan gercep mengirimkan DM pada perempuan ‘calon’ korban dan mengajak mereka meetup di tempat-tempat mahal.
Simon juga selalu menghujani mereka dengan banyak kata-kata manis dan gombalan-gombalan kilat. Lalu, setelah kepercayaan terbentuk—bahkan ada di antaranya yang lantas ia tembak menjadi pacar—ia pun mulai mengeluh mengenai berbagai masalah keuangan yang dialaminya.
Perempuan-perempuan itu pun terjerat oleh Simon. Tak terasa, mereka pun terjerat utang bank, pinjol, bahkan ada yang terancam hukuman penjara. Simon sendiri memang sempat ditahan, tetapi bebas lebih cepat. Hingga kini, kasus ini tak terselesaikan secara adil. Simon kabarnya sudah bebas berkeliaran lagi.
Pelajaran yang Bisa Diambil dari Para Korban The Tinder Swindler
Mengikuti The Tinder Swindler, mau tak mau harus mengelus dada. Bisa-bisanya ada orang bisa semahir itu menipu orang lain. Kasus seperti ini sebenarnya kerap terjadi. Tak hanya di Tinder, tetapi juga di Twitter, Instagram, hingga Facebook. Modusnya mirip: korban dipikat, kemudian pelaku mengaku butuh pertolongan atau mengalami kesulitan keuangan.
The Tinder Swindler memberi kita banyak pelajaran dari berbagai sudut pandang.
Waspada Love Bombing
Love bombing menjadi salah satu teknik kencan yang digunakan Simon Leviev untuk menarik korban.
Modusnya: ajak ketemuan, lalu terjadilah deep talk. Biasanya memang perempuan-perempuan akan mudah terpikat di momen begini. Ketika mereka merasa didengarkan, merasa diperhatikan. Salah satu korban Simon Leviev sendiri juga mengaku, baru saja pindah ke London, tak punya teman, hadirlah Simon yang memberinya cinta dan perhatian yang luar biasa. Tentu saja, ia lantas terpikat. Apalagi diajak terban dengan pesawat jet pribadi.
Penipu-penipu seperti Simon dalam The Tinder Swindler memang tahu betul titik lemah korbannya. Dengan rayuan dan pujian seperti itu, banyak perempuan yang merasakan keterikatan dengannya, seperti sudah lama mengenalnya. Di sinilah ada udang di balik rempeyek.
Jangan Mudah Percaya Gaya Hidup Seseorang di Media Sosial
Profil Instagram dan media sosial orang lain yang kelihatannya memiliki gaya hidup mewah belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Faktanya, banyak orang yang terlalu halu dan ingin menutupi kondisi diri yang sebenarnya, dan akhirnya membangun “dunia”-nya sendiri yang palsu di media sosial. Hal ini juga terjadi pada Simon Leviev dalam The Tinder Swindler.
Ini yang mesti dipahami. Apa yang terlihat di media sosial adalah sesuatu yang memang dengan sengaja dipertontonkan. Untuk bisa menjalin hubungan serius dengan seseorang, kita harus melihat jauh di balik apa yang terlihat di media sosial.
Di media sosial, seseorang bisa terlihat sangat kaya, sangat borju, sangat hedon. Tapi kita enggak pernah tahu, apa yang ada di balik layar. Bisa jadi seperti Simon Leviev dalam The Tinder Swindler; kekayaan yang diperlihatkan adalah hasil menipu orang lain.
Soal Keuangan, Waspadalah terhadap Kenalan Baru
Sekali lagi, keuangan adalah hal yang sensitif. Kalau baru kenalan, sudah menyerempet masalah keuangan, biasanya ini sudah merupakan sinyal yang harus diwaspadai. Baru kenalan, sudah berani pinjam uang. Baru saja kenal, bilang kalau lagi mengalami kesulitan keuangan. Baru saja ketemu, bilang kalau butuh uang untuk ini itu.
Berhati-hatilah dengan tipe-tipe orang seperti ini. Bisa jadi, ini baru awal masalah. Ingat, teman yang sudah lama kenal saja bisa lebih galak daripada kita ketika utangnya ditagih loh!
Jangan Bagikan Detail Pribadi pada Sembarang Orang
Tidak ada yang perlu tahu di mana kamu tinggal, berapa penghasilan yang kamu dapatkan, siapa orang tua kamu, dan seterusnya. Hal-hal seperti ini bukan hal yang seharusnya kamu bagikan pada sembarang orang, apalagi mereka yang baru kamu kenal secara online.
Jangan pernah share data pribadi, termasuk berbagai identitas pribadi, detail produk keuangan yang kamu gunakan, apalagi nomor kartu kredit.
Jangan biarkan cinta membuat kamu meninggalkan logika, apalagi untuk orang yang baru kenal.
Cara Aman Bermedia Sosial dan Menghindari Scammer seperti Simon Leviev The Tinder Swindler
Dalam satu sesi wawancara The Tinder Swindler, salah satu korban Simon Leviev mengaku, bahwa ia tak menyalahkan Tinder sebagai aplikasi kencan online. Karena memang bukan salah Tinder semua hal ini terjadi.
Dan memang benar. Platform media sosial sekadar memberikan ‘panggung’. Tinggal bagaimana para ‘aktor’, ‘aktris’, dan penonton saja memanfaatkannya. Sudah banyak kasus penyalahgunaan platform media sosial untuk hal-hal kriminal seperti ini. So, supaya tak jadi korban, ada baiknya kamu harus benar-benar waspada dan bijak dalam penggunaannya.
Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari The Tinder Swindler dan harus diingat saat bermedia sosial:
- Jangan pernah mengirim uang atau membagikan informasi terkait keuangan kamu pada siapa pun.
- Jangan membagikan informasi pribadi kamu, seperti nomor KTP, paspor, kartu ATM, tabungan, dan detail lainnya.
- Mengobrollah di platform media sosial yang sudah digunakan, Jangan pernah berikan nomor kontak pribadi, selama kamu merasa belum mengenal kenalanmu seutuhnya.
- Hati-hati dengan scammer yang mengaku berasal dari negara lain. Biasanya modusnya adalah meminta bantuan kiriman uang untuk pulang ke negara asal.
- Hindari obrolan, pertanyaan, atau mendorong hubungan serius tanpa bertemu atau mengenal kamu terlebih dahulu.
- Laporkan setiap perilaku yang mencurigakan atau menyinggung ke platform media sosial yang bersangkutan.
Semoga informasi ini dapat membantu kamu terhindar dari pria atau orang seperti sosok Simon Leviev di The Tinder Swindler ya! Karena, kalau bukan kita yang menjaga diri sendiri, lalu siapa lagi yang bisa?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bu Tejo dan 5 Pelajaran Keuangan yang Bisa Kita Ambil darinya
Dunia sedang dihebohkan oleh kehadiran supervillain yang tak kalah kuat ketimbang Thanos. Dia berwujud emak-emak yang dengan hanya kekuatan omongan, bisa memengaruhi dunia di sekitarnya. Yes, Bu Tejo.
Sudah nonton film pendek Tilik? Mendadak saja, film pendek garapan Wahyu Agung Prasetyo yang dibuat tahun 2018 ini menjadi buah bibir, terutama di media sosial. Film yang hanya berdurasi 30 menit ini disukai lantaran begitu dekatnya dengan kehidupan kita sehari-hari. Eh, bukan sembarang ‘kita’ sih, lebih tepatnya kehidupan emak-emak. Tapi ya berhubungan juga dengan kamu yang masih single bahkan para bapak juga.
Tilik, dalam bahasa Jawa, artinya menjenguk. Memang emak-emak yang diangkut dengan truk dalam film ini diceritakan sedang dalam perjalanan menjenguk Bu Lurah desa yang sedang sakit di rumah sakit. Dan, seperti pada umumnya emak-emak, ketika mereka berkumpul, ghibah pun tak dapat dilepaskan. Lalu, muncullah satu tokoh yang lebih stand out ketimbang yang lain, Bu Tejo, yang menjadi motor penggerak untuk mengghibah kembang desa yang cantik dan–konon–nggak jelas pekerjaannya apa. Dialog ghibah yang kocak membuat kita gemash-gemash emosi jiwa mendengarnya (kalau kamu bisa berbahasa Jawa, dialog ini terasa lebih kocak lagi).
Tapi, artikel kali ini enggak akan membahas film ini dan berbagai aspek sinematografi. Jika kamu jeli, ada sedikit pelajaran yang bisa kita tarik dari film ini, terutama pelajaran keuangan, dari Bu Tejo. Apa saja?
Pelajaran Keuangan yang Bisa Ditarik dari Ghibah Bu Tejo
1. Punya penghasilan, jangan lupa investasi
Ghibah Bu Tejo dimulai dari pertanyaan Yu Sam tentang status hubungan Dian–si kembang desa yang menjadi bahan omongan–dan Fikri, anaknya Bu Lurah. Sekelumit pertanyaan karena kepo, yang kemudian bak bola salju, memberikan efek yang besar dan lebih besar lagi ketika sudah di tangan Bu Tejo.
“Baru saja kerja, kok handphone baru, motor baru …”
Begitulah terjemahan kata-kata Bu Tejo yang terlontarkan, dan diamini oleh ibu-ibu yang lain. Ini adalah gambaran umum para first jobber, bukan? Pasti banyak yang merasa tersindir juga nih.
Enggak salah sama sekali kok, kan kita bekerja memang untuk memenuhi kebutuhan. Siapa tahu memang butuh handphone baru yang lebih canggih, biar fiturnya yang lebih lengkap juga men-support kinerja kita. Siapa tahu juga memang butuh kendaraan sendiri, secara kalau dilihat di film sih, desa Dian sangat jauh dari kota. Lumayan juga kalau pakai kendaraan umum, apalagi di Jogja kendaraan umum juga sebagian besar sudah kurang layak.
Tapi, jangan lupa investasi ya. Lagi pula, kalau duit gaji habis buat diinvestasikan–misalnya untuk membeli saham perusahaan-perusahaan besar–kayaknya juga bisa sekaligus menghindarkan kita dari ghibah Bu Tejo, lantaran barangnya “tidak kelihatan”. Nggak kayak handphone dan motor kan?
2. Punya handphone, pakailah untuk upgrade diri
“Punya handphone itu jangan cuma dipakai buat bergaya doang. Pakai dong untuk mencari informasi!”
Demikian sabda Baginda Bu Tejo, yang kalau dipikir-pikir, duh, jadi merasa tersindir lagi. Mana belinya pakai ngantre pas launching. Ternyata nggak bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Memang betul apa yang dibilang oleh Bu Tejo, seharusnya handphone dipakai untuk mencari informasi. Tapi, informasi yang kayak gimana dulu, Bu?
Banyak hal bisa kita lakukan dengan handphone, apalagi yang canggih. Mulai dari dipakai untuk kerja, bisnis, mencari penghasilan tambahan sebagai bekal untuk menghadapi resesi jika beneran datang, sampai dipakai untuk ikutan kelas finansial online QM Financial.
Tuh kan, lebih berfaedah ketimbang stalking Facebook kembang desa, Bu.
3. Jadilah sosok ‘influencer’ untuk hal yang berfaedah
Bisa dibilang, sosok Bu Tejo ini adalah sosok ‘influencer’ di zaman sekarang. Skalanya saja yang berbeda. Meski berbeda, tapi efeknya mungkin malah lebih dahsyat ketimbang pada influencer dengan follower jutaan. Karena bisa dibilang, hampir seluruh emak yang ada di atas bak truk itu setuju dengan setiap “fakta” yang dipaparkan oleh Bu Tejo. Tingkat engagement mendekati 100%!
Dengan kekuatan meng-influence sebesar itu, coba bayangkan, bagaimana efeknya jika Bu Tejo “berceramah” tentang pentingnya asuransi kesehatan? Tentang pentingnya investasi? Tentang pentingnya menyiapkan dana pendidikan anak?
Betul enggak?
Setiap dari kita, yang sudah melek literasi finansial, ‘wajib’ meng-influence orang-orang di sekitar kita juga agar bisa sama-sama melek literasi finansial.
4. Jangan mudah percaya hoaks, termasuk hoaks keuangan
Ghibah tentu bukan hal baik. Namun, kebiasaan “ngrasani” alias ngegosip ini dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Namanya juga gosip, sebagian besar terdiri atas hal yang kurang benar dan kurang sesuai dengan kenyataan.
Di media sosial, sekarang ini banyak banget tip keuangan yang bisa ditemukan. Rasanya setiap orang boleh saja memberikan saran keuangan pada siapa pun yang mau mendengarkan. Sayangnya, tidak semua memang bisa memberikan manfaat yang baik.
Sudah terlalu banyak kasus fraud keuangan yang terjadi akibat konten yang dibuat demi keuntungan pribadi oknum tertentu. Tinggal kita saja nih, sebagai pihak yang ‘menerima’ konten yang harus cerdas dan bijak menyaring informasi yang ada.
Yah, sudah paling benar follow akun Instagram QM Financial. Nggak usah ke mana-mana.
5. Meski suka ghibah, tetap berjiwa sosial
Meski nyinyir dan suka ghibah, tapi ternyata tetap ada sisi baik yang bisa kita temukan pada sosok Bu Tejo loh! Dia ternyata nggak pelit dan cukup berjiwa sosial–meski tetap dipertanyakan sih motifnya.
Di pertengahan film, dia dengan ikhlas–menurut pengakuannya–memberikan tambahan uang saku buat Gotrek, si supir truk. Meski dicurigai jadi uang suap, tapi sepertinya kita harus mengakui bahwa Bu Tejo cukup royal pada orang lain, terutama yang punya niat baik.
Kamu juga bisa belajar dari Bu Tejo. Sisihkan sebagian penghasilanmu untuk membantu sesama. Jangan lupa ya. Biar semakin berkah rezekinya.
Itu dia 5 pelajaran keuangan yang bisa kita tarik dari ghibah Bu Tejo di atas bak truk. Kamu punya kesan apa lagi terhadap beliau? Yuk, share di kolom komen.
Kembali Bekerja ke Kantor di Masa New Normal: 9 Tip Agar Tetap Aman
Pemerintah sudah memutuskan untuk mengembalikan kegiatan ekonomi secepatnya, meski pandemi COVID-19 masih terjadi.
Enggak bisa disalahkan sih, karena dalam 3 bulan masa pembatasan sosial ini saja, sudah begitu banyak membawa korban–tak hanya korban karena terserang oleh penyakitnya, tetapi juga termasuk korban PHK. Bisa dibayangkan jika pembatasan ini berlangsung lebih lama.
So, buat kamu yang sekarang bersiap untuk kembali bekerja ke kantor dalam waktu dekat (atau malahan sudah mulai kembali bekerja), berikut ada 9 tip yang bisa kamu lakukan, untuk memastikan dirimu sendiri aman dan nyaman saat kembali bekerja.
9 Tip Kembali Bekerja di Masa New Normal
1. Pastikan tempat kerja sudah disesuaikan
Ada beberapa protokol yang harus dipenuhi oleh pemilik bisnis atau perusahaan yang memiliki karyawan terkait pembatasan jarak. Misalnya saja, area kerja harus disiapkan sehingga karyawan bisa saling berjarak minimal 1 meter satu dengan yang lain. Atau, perlunya memasang tirai mika atau pembatas, atau pentingnya menyediakan hand sanitizer atau hand soap di setiap sudut area kerja, dan seterusnya.
Pastikan perusahaan tempat kamu bekerja peduli dan mematuhi protokol-protokol kesehatan yang dianjurkan oleh WHO ataupun pemerintah ini sebelum kamu kembali bekerja ya.
2. Jangan lupa starter kit new normal milikmu sendiri
Meskipun mungkin di perusahaan tempat kamu bekerja sudah disiapkan semua, tapi ada baiknya kamu juga membawa starter kit new normalmu sendiri.
Pastikan barang-barang ini ada di tasmu atau kamu bawa setiap kali kamu ke kantor:
- Hand sanitizer dan hand soap.
- Air / surface sanitizer
- Tisu basah dan kering
- Masker dan/atau face shield, sarung tangan jika perlu
- Alat makan sendiri
- Alat beribadah sendiri
- Bawa helm sendiri juga, kalau misalnya kamu adalah pelanggan ojek online.
Dan, pelajaran berharga nih selama pandemi: jangan lupa bawa hand lotion juga, karena kulit tangan jadi gampang kering lantaran terlalu sering cuci tangan atau pakai hand sanitizer. Duh!
Bawa juga peralatan kerjamu sendiri, seperti pensil, bolpen, apa pun. Jangan pinjam dari teman dulu, sesehat apa pun dia.
3. Siapkan dana di e-wallet
Minimalkan penggunaan uang cash saat kamu kembali bekerja dan beraktivitas, jadi siapkan dana di e-wallet agar bisa digunakan sewaktu-waktu.
Mungkin kamu bisa pertimbangkan juga untuk menggunakan beberapa macam e-wallet, agar lebih serbaguna, karena kadang tempat yang satu enggak menerima jenis e-wallet tertentu, sedangkan tempat lain bisa.
4. Lebih baik pakai kendaraan pribadi lebih dulu
Inget nggak sih, belum lama sebelum pandemi mulai, kita selalu disarankan untuk menggunakan transportasi umum demi mengurangi kemacetan. Bahkan masih inget ketika MRT pertama kali diresmikan.
Tapi, sekarang, akan lebih aman jika kamu menggunakan kendaraan pribadi saja dulu, jika memang memungkinkan. Transportasi umum menjadi salah satu sumber tempat penyebaran virus corona terjadi, pun kita enggak bisa mengendalikan orang lain yang masih sering mengabaikan protokol kesehatan kan?
5. Pastikan meja kerja selalu bersih dan rapi
Sudah bukan saatnya lagi kerja sambil ngeberantakin meja kerja, biar kelihatan sibuk. Jagalah supaya meja kerja selalu bersih dan rapi, karena kebersihan sekarang benar-benar merupakan pangkal dari kesehatan.
Semprot disinfektan atau surface sanitizer yang disediakan atau yang kamu bawa sendiri secara berkala, apalagi jika baru saja ada teman yang mampir. Rasanya memang enggak sopan, tapi di masa-masa begini, orang pasti maklum jika ada yang melakukannya.
6. Bawa bekal
Akan lebih aman juga jika kamu bisa membawa bekal makan siang sendiri, ketimbang ramai-ramai beli makanan di warung sebelah atau di kantin kantor.
Atau, kalau enggak ya, pesan saja makanan untuk dimakan di ruangan ataupun kubikelmu sendiri. Untuk sementara waktu, libur ngumpul makan siang sambil gosipnya enggak apa kan?
Siapa tahu, next, pengeluaran juga jadi lebih terkendali karena bawa bekal sendiri ini.
7. Pantau dana darurat
Pandemi memberikan banyak pelajaran buat kita, termasuk dalam hal keuangan. Salah satunya adalah kita jadi mengerti dan paham, betapa pentingnya dana darurat.
So, jangan lengah ya. Kalau kemarin kamu sempat ngos-ngosan hidup lantaran penghasilan berkurang dan dana darurat enggak ada, maka sekarang saatnya kamu membangunnya. Mulailah dengan rencana dan kemudian jalankan secara bertahap.
8. Pertahankan hidup hemat
Sebagian dari kita akhirnya bisa membuktikan bahwa hidup hemat itu enggak mustahil dilakukan selama menjalani masa pandemi ini. Yuk, yang bisa mengetatkan pengeluaran, coba mana suaranya?
Selamat ya! Meski sekarang kita sudah mulai menjalankan new normal dengan kembali bekerja, tapi tetap pertahankan hidup hematmu! Enggak perlu dijelaskan kan, kenapa? Semangat!
9. Ikuti protokol yang sudah ditentukan
Yah, apalah artinya perusahaan sudah memfasilitasi kita untuk kembali bekerja, kalau kita sendiri mengabaikan protokol kesehatan, ya kan? So, pelajarilah dan patuhilah apa saja yang harus dilakukan selama kita berada di kantor.
Kenakan masker begitu sampai di kantor sampai pulang, ganti setiap 4 jam sekali. Jaga jarak dengan teman-teman lain, minimal 1 meter. Kalau harus bersin atau batuk, lakukan dengan cara yang benar. Dan, kalau badan terasa enggak sehat, segeralah minta izin untuk istirahat di rumah.
Nah, sekiranya dengan 9 tip di atas, kamu pun siap kembali bekerja di masa new normal ini. Ingat, tetap jaga kesehatanmu dengan makan makanan bergizi, minum air putih yang cukup, dan rutin berolahraga ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.