Merencanakan Masa Depan dengan Gaji Pertama: Cara Bijak Mengelola Keuangan
Gimana rasanya punya gaji pertama? Seneng, pastinya!
Terus sekarang gimana? Apa yang harus dilakukan dengan gaji pertama? Beli semua yang kamu pernah pengin tapi susah karena belum berpenghasilan? Mau traktir orang-orang rumah dan teman?
Eits, sebentar. Gaji pertama memang jadi momen penting yang menandai awal kemandirian finansial. Menerima gaji pertama memberikan perasaan bangga dan kepuasan. Tapi enggak cuma itu. Punya gaji artinya kamu sekarang punya tanggung jawab baru untuk mengelolanya.
Merencanakan masa depan dengan bijak sejak gaji pertama akan memberikan manfaat jangka panjang. Dengan pengelolaan yang tepat, gaji pertama bisa menjadi fondasi kuat untuk mencapai tujuan keuangan dan stabilitas finansial di masa depan.
Table of Contents
Kelola Gaji Pertama agar Manfaatnya Didapat untuk Jangka Panjang
Yes, setuju kan, kalau mendapatkan gaji pertama membawa tanggung jawab baru? Untuk memastikan gaji pertama memberikan manfaat jangka panjang, penting untuk memiliki strategi pengelolaan keuangan yang tepat. Berikut beberapa cara bijak dalam mengelola gaji pertama agar manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang.
1. Buat Anggaran
Buat anggaran bulanan untuk mengatur keuangan dengan baik. Tentukan terlebih dahulu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi. Catat semua pengeluaran dan pemasukan secara rinci agar mudah memantau aliran uang.
Evaluasi pengeluaran bulanan untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Jangan lupa untuk menyisihkan sebagian pendapatan sebagai tabungan. Dengan begitu, anggaran akan membantu mengontrol keuangan dan mencegah pengeluaran yang tidak perlu.
Rencanakan anggaran dengan realistis, sesuaikan dengan penghasilan yang diterima. Jika ada sisa uang, gunakan untuk tujuan lain seperti hiburan atau dana darurat. Tetap disiplin dalam mengikuti anggaran yang telah dibuat.
Baca juga: Bagaimana Mengembangkan Karier dan Keuangan, Mulai dari Gaji Kecil
2. Tradisi Traktir Teman
Tradisi traktir teman-teman atau orang-orang di rumah dengan gaji pertama sih boleh saja. Hal ini sering dianggap sebagai cara untuk merayakan pencapaian dan berbagi kebahagiaan. Bisa jadi momen spesial yang mempererat hubungan dengan teman-teman kamu juga kan?
Namun, penting juga untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan. Pastikan traktiran tetap dalam batas anggaran yang telah direncanakan. Jangan sampai merayakan terlalu berlebihan hingga mengorbankan kebutuhan penting atau tabungan.
Cara sederhana bisa dipilih, seperti traktir makanan ringan atau minuman. Yang terpenting adalah momen kebersamaan dan apresiasi atas dukungan orang-orang terdekatmu ini kan? Seimbang antara merayakan dan menjaga keuangan tetap sehat adalah kunci utamanya.
3. Langsung Bagi ke Pos-Pos
Sudah punya anggaran, langsung bagi ke pos-posnya. Kamu bisa pakai old school: sistem amplop.
Bagi gaji ke dalam beberapa amplop sesuai dengan kategori pengeluaran, seperti makanan, hiburan, transportasi, dan tabungan. Ini membuat pengeluaran lebih terkontrol dan jelas. Atau kalau kamu sudah pakai aplikasi, sekarang banyak aplikasi yang menerapkan semacam kantun-kantung simpanan tersendiri.
Kamu juga bisa buat beberapa rekening bank untuk tujuan berbeda, seperti satu untuk pengeluaran harian, satu untuk tabungan, dan satu lagi untuk investasi. Ini membantu memisahkan uang sesuai dengan fungsinya.
Yes, jangan lupa sisihkan sekitar 20-30% dari gaji untuk tabungan atau investasi. Ini bisa membantu dalam membangun dana darurat atau tujuan keuangan jangka panjang.
4. Pahami Cara Kerja Utang dengan Baik
Pasti kamu akan mendapatkan banyak tip, agar menghindari atau menjauhi utang. Well, sebenarnya lebih penting buat kamu untuk paham cara kerja utang.
Utang enggak selalu merugikan, hanya kamu harus paham cara kerjanya. Utang juga memiliki manfaat, terutama untuk membeli aset yang nilainya bertumbuh seiring waktu. Memulai pengumpulan aset sejak gaji pertama bisa menjadi langkah cerdas untuk masa depan finansial.
Memahami hal ini sejak awal adalah langkah yang bijak. Yang paling penting, pastikan utang digunakan untuk tujuan produktif, bukan konsumtif. Yang harus dihindari adalah utang konsumtif yang hanya membebani keuangan tanpa memberikan nilai tambah. Ingat, berani utang juga harus berani bayar.
5. Punyai Tujuan Keuangan
Tentukan tujuan keuangan dengan jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya, tujuan jangka pendek bisa berupa liburan atau membeli gadget baru, sementara tujuan jangka panjang dapat berupa membeli rumah.
Menentukan tujuan ini membantu memberikan arahan dan motivasi dalam mengelola keuangan. Ketika memiliki tujuan yang spesifik, akan lebih mudah untuk menyisihkan uang dan mengatur pengeluaran.
6. Bijak Belanja
Belanja bijak merupakan keterampilan penting untuk menjaga kestabilan keuangan. Hindari pembelian impulsif dengan selalu membuat daftar belanja sebelum pergi ke toko atau berbelanja online.
Bandingkan harga dari berbagai penjual untuk mendapatkan penawaran terbaik. Fokus pada kebutuhan utama dan hindari godaan untuk membeli barang yang hanya berdasarkan keinginan semata.
Sisihkan sebagian kecil dari gaji untuk membeli sesuatu yang diinginkan sebagai penghargaan atas kerja keras. Tetapkan batasan anggaran yang wajar untuk pengeluaran ini agar enggak mengganggu alokasi untuk kebutuhan pokok dan tabungan.
7. Edukasi Diri
Edukasi finansial adalah kunci untuk membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas dan aman. Terus belajar tentang manajemen keuangan melalui berbagai sumber, seperti yang QM Financial punya. Ada artikel, podcast, channel YouTube, Instagram, TikTok, dan kelas-kelas keuangan. Pilih topik yang relevan, yang kamu butuhkan dari level yang paling basic.
Pengetahuan yang baik akan membantu mengidentifikasi peluang dan menghindari risiko dalam pengelolaan keuangan. Dengan terus belajar, akan lebih mudah membuat keputusan yang bijaksana dan strategis untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang.
Baca juga: Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
Merencanakan masa depan dengan gaji pertama adalah langkah penting dalam mencapai stabilitas finansial. Dengan mengelola keuangan dengan bijak sejak awal, peluang untuk mencapai tujuan jangka panjang akan semakin besar. Gaji pertama bukan hanya pencapaian, tetapi juga fondasi kuat untuk masa depan yang lebih baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gaji Pemain Bola Muda dan Kiat Keuangan yang Tepat
Keberhasilan Timnas U23 yang maju sampai semifinal Piala AFC 2024 dengan mengalahkan Australia, Yordania, dan Korea Selatan, menunjukkan betapa pentingnya investasi pada talenta muda. Gaji pemain bola yang tinggi tidak hanya sebagai pengakuan atas bakat, tetapi juga sebagai alat motivasi untuk mengeluarkan performa terbaik di tingkat internasional.
Namun, tantangan yang dihadapi tidak berhenti di lapangan hijau. Pengelolaan keuangan menjadi aspek kritis yang sering terabaikan oleh banyak pemain muda. Tanpa strategi keuangan yang matang, gaji pemain bola yang besar bisa cepat terkuras. Hal ini menekankan pentingnya pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang solid agar keberhasilan di lapangan dapat berlanjut menjadi kestabilan finansial di masa depan.
Table of Contents
Berapa sih Gaji Pemain Bola?
Nathan Tjoe-A-On yang telah resmi menjadi warga negara Indonesia melalui proses naturalisasi adalah pemain termahal saat ini. Menurut data dari m.aiscore.com, gaji pemain bola pemain Swansea yang sedang menjalani masa pinjaman di SV Heerenveen ini sebesar 104 ribu Euro. Angka ini setara dengan Rp1,8 miliar. Setiap minggu, ia menerima 2.000 Euro, yang jika dikonversi menjadi Rp34,8 juta. Situs Transfer Markt mencatat nilai pasar dari pemain sayap kiri ini sebesar Rp6,08 miliar.
Sementara Rizky Ridho, kapten Timnas U-23 dan pemain belakang Persija Jakarta, termasuk dalam daftar pemain dengan pendapatan tertinggi di Indonesia. Ia menerima gaji tahunan sebesar Rp5,65 miliar. Nilai pasarnya saat ini mencapai Rp6,95 miliar.
Ivar Jenner, pemain FC Utrecht, memiliki gaji tahunan sebesar 27.560 poundsterling, yang setara dengan Rp559 juta. Setiap minggu, ia mendapatkan 530 poundsterling atau Rp10,7 juta. Menurut data dari transfermarkt.co.id, nilai pasarnya mencapai Rp5,21 miliar.
Pratama Arhan baru saja menandatangani kontrak dengan Suwon FC dan mendapatkan gaji sebesar 282,1 juta won per musim. Jika dikonversi, angka ini menjadi sekitar Rp3,2 miliar. Pemain sayap kiri ini memiliki nilai pasar sebesar Rp4,35 miliar.
Gimana? Gaji kamu seper berapanya, gaes?
Gaji tinggi yang diterima oleh pemain sepak bola memang memungkinkan mereka untuk memiliki kehidupan yang berkecukupan. Namun, tanpa pemahaman yang baik tentang pengelolaan keuangan, gaji besar tersebut bisa saja cepat habis. Pengetahuan tentang cara mengelola dan menginvestasikan uang dengan bijak sangat penting untuk memastikan kestabilan finansial jangka panjang, terlepas dari besarnya penghasilan. Tanpa keterampilan ini, bahkan pendapatan yang tinggi sekalipun bisa terbuang sia-sia.
Maka tak heran kan, kalau kita juga sering dengar berita, mengenai beberapa mantan atlet nasional yang pernah berjaya di eranya, kini hidup pas-pasan bahkan ada yang sampai kekurangan.
Baca juga: Punya Gaji 2 Digit Juga Kudu Punya Keterampilan Mengelola Keuangan yang Baik – Mengapa?
Kiat Mengelola Gaji Pemain Bola dan Keuangan Mereka secara Umum
So, setuju ya, kalau soal pengelolaan gaji—lebih umumnya pengelolaan keuangan—ini memang penting buat semua orang. Termasuk para pemain sepakbola, meskipun bukan rahasia lagi bahwa gaji pemain bola itu sangat tinggi. Terutama mereka yang berprestasi.
Namun, prestasi tak ada artinya jika nanti di saat pensiun, hidup jadi sengsara. So, coba lakukan beberapa hal berikut untuk membuat keuangan kamu menjadi stabil, wahai pemain bola idaman bapack-bapack se-Indonesia Raya.
1. Kiat Pengelolaan Keuangan Standar
Kiat standar ini adalah beberapa langkah pengelolaan standar, yang seharusnya memang dilakukan oleh semua orang. Termasuk untuk mengelola gaji pemain bola. Apa saja?
- Buat anggaran yang realistis dan catat semua pengeluaran, sehingga kamu dapat memantau arus kas dan menghindari pemborosan.
- Investasikan uang di berbagai instrumen keuangan sesuai tujuan keuanganmu, untuk meningkatkan potensi penghasilan pasif.
- Miliki asuransi yang memadai, terutama asuransi kesehatan dan kecelakaan, mengingat risiko cedera yang tinggi dalam olahraga.
- Punya dana pensiun, mengingat karier yang cenderung pendek. Manfaatkan skema pensiun atau buat rencana pensiun pribadi untuk memastikan keamanan finansial di masa depan.
- Sempatkan waktu untuk belajar tentang dasar-dasar keuangan, pajak, investasi, dan manajemen risiko.
- Tekan utang konsumtif seperti kartu kredit dengan tingkat bunga tinggi atau pinjaman untuk barang-barang mewah yang tidak penting.
- Siapkan dana darurat yang cukup untuk menutup biaya hidup minimal 6 bulan
2. Manajemen Karier Pascapensiun
Mengingat karier profesional dalam sepak bola cenderung berlangsung singkat, penting bagi pemain untuk merencanakan karier kedua. Misalnya saja—kalau mau yang berhubungan dengan karier sekarang—menjadi pelatih, analis olahraga, atau memulai usaha dalam industri yang diminati.
Menyiapkan diri untuk transisi ini selagi masih aktif bermain dapat memperlancar perpindahan ke kehidupan setelah pensiun dari sepak bola.
3. Memiliki Tim Keuangan
Kalau memang perlu, memiliki tim keuangan sendiri juga akan sangat membantu loh.
Dibandingkan dengan kebanyakan orang, pemain bola sering kali menghadapi situasi keuangan yang lebih kompleks dan berpotensi mendapatkan pendapatan yang sangat besar dalam waktu singkat.
Memiliki tim keuangan, yang bisa termasuk penasihat keuangan, akuntan, dan bahkan pengacara, bisa membantu mengelola kekayaan, pajak, dan investasi secara lebih efektif.
4. Memanfaatkan Endorsement dan Kontrak Iklan
Pemain bola sering memiliki peluang untuk meningkatkan dan menambah pintu penghasilan melalui endorsement dan kontrak iklan.
Nah, yang perlu diperhatikan adalah pilih kesepakatan yang tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga tidak membahayakan reputasi atau nilai sebagai atlet. Negosiasi kontrak yang cerdas sangat krusial di sini.
5. Perlindungan Hukum untuk Penghasilan
Pastikan bahwa semua kontrak, baik itu kontrak klub maupun kesepakatan pribadi, secara hukum melindungi kepentingan sebagai pemain bola. Termasuk di dalamnya adalah memperjelas syarat-syarat seperti gaji, bonus, dan klausul perlindungan jika cedera.
6. Atur Gaya Hidup
Live below your means—artinya hiduplah secara sederhana, tidak berlebihan. Apalagi punya gaya hidup melebihi gaji. Apalagi dengan gaji pemain bola, bisa saja tergoda untuk membelanjakan uang untuk barang-barang mewah. Namun, akan sangat penting untuk bisa menjaga gaya hidup yang relatif moderat dan berkelanjutan. Hal ini akan dapat mencegah pemborosan penghasilan selama masa puncak karier dan mempersiapkan masa ketika penghasilan mungkin berkurang.
Baca juga: 5 Cara Agar Gaya Hidup Sejalan dengan Gaji
Nah, demikianlah. Menerapkan kiat-kiat ini dapat membantu mengelola gaji pemain bola dengan lebih baik tetapi juga mempersiapkan masa depan yang lebih aman dan stabil.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kenapa Gaji Kecil sementara Orang Lain Bisa Bergaji Besar?
Kenapa gaji kecil sering menjadi pertanyaan penting? Gaji yang diterima oleh pekerja bisa berbeda-beda, bahkan untuk posisi yang sama dalam satu perusahaan. Misalnya, dua manajer di satu perusahaan yang sama bisa jadi memiliki penghasilan yang enggak sama. Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman kerja, pendidikan, dan kinerjanya.
Ketika gaji yang diterima cukup besar, biasanya ya enggak banyak pertanyaan yang muncul. Namun, ketika menyadari kenapa gaji kecil, banyak yang mulai bertanya-tanya apa penyebabnya.
Table of Contents
Faktor Penyebab Kenapa Gaji Kecil
Kenapa gaji kecil menjadi pertanyaan yang sering muncul di benak banyak orang saat membandingkan penghasilan mereka dengan orang lain? Ternyata ada sejumlah hal yang bisa memengaruhi besar kecil gaji yang kita terima sebagai karyawan.
1. Pendidikan Standar
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa pendidikan tinggi sering dikaitkan dengan peluang mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Meskipun terdapat contoh pengusaha sukses yang enggak menyelesaikan pendidikan tinggi, statistik umumnya menunjukkan tren yang berbeda.
Orang-orang dengan latar belakang pendidikan tinggi cenderung memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendidikan yang lebih rendah. Hal ini mungkin karena pendidikan tinggi memberikan akses ke pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus dan pengetahuan yang lebih dalam, yang sering kali dinilai dengan gaji yang lebih tinggi dan menjadi pertanyaan kenapa gaji kecil.
Baca juga: 5 Langkah Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga dengan Gaji 3 Juta
2. Usia Muda
Usia muda juga sering juga menjadi penyebab kenapa gaji kecil. Biasanya, orang yang berumur 25 tahun ke bawah mendapatkan gaji yang lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang lebih tua, seperti di atas usia 25 atau 30 tahun.
Wajar sih, karena pengalaman kerja yang bertambah seiring berjalannya waktu. Dengan bertambahnya tahun, pengetahuan dan keterampilan di suatu bidang kerja juga meningkat. Pada akhirnya, hal ini dapat meningkatkan nilai seorang pekerja di pasar kerja. Oleh karena itu, penghasilan cenderung meningkat seiring bertambahnya usia dan pengalaman.
3. Minim Pengalaman
Pengalaman kerja yang minim juga bisa berpengaruh pada tingkat gaji yang diterima dan menjadi penyebab kenapa gaji kecil. Semakin banyak dan lama pengalaman yang dimiliki, semakin tinggi pula nilai jual di pasar kerja.
Jadi, jika seseorang baru mulai bekerja di atas usia 25 tahun, gaji yang diterima mungkin tidak sebesar mereka yang telah memulai karier yang sama tiga tahun lebih awal. Pengalaman ini dianggap sebagai aset berharga yang menambah kemampuan dan pengetahuan, sehingga meningkatkan potensi penghasilan.
Nah, hal ini juga menjelaskan mengapa gaji bisa berbeda signifikan antara pekerja yang memiliki lebih banyak pengalaman dengan yang lebih baru memulai.
4. Jabatan Staf
Jabatan sebagai staf juga banyak dihubungkan dengan pertumbuhan gaji yang terbatas dan memengaruhi kenapa gaji kecil, meskipun memiliki usia di atas 30 tahun dan cukup banyak pengalaman kerja. Jika posisi di tempat kerja hanya terbatas pada peran staf, maka kemungkinan besar gaji tidak akan meningkat secara signifikan seiring waktu.
Hal ini bisa terjadi karena keterbatasan peluang promosi atau peningkatan yang lebih besar dalam peran tersebut. Meskipun memiliki pengalaman yang luas, tanpa adanya perubahan posisi atau peningkatan tanggung jawab, pertumbuhan gaji besar kemungkinan memang hanya akan “jalan di tempat”.
5. Perkembangan Sektor Usaha Lambat
Setiap sektor usaha memiliki skala gaji yang bervariasi, yang disesuaikan dengan berbagai aspek seperti beban kerja, waktu, tanggung jawab, dan pengaruh keputusan yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut.
Contohnya, industri minyak dan gas memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang berbeda dibandingkan dengan sektor perbankan, meskipun dalam kedua bidang tersebut posisi yang diisi adalah staf dengan pengalaman kerja lima tahun.
Perbedaan ini mencerminkan variasi dalam tingkat kompensasi yang ditawarkan, yang kemudian terkait dengan tingkat kesulitan dan risiko yang terkait dengan masing-masing jenis pekerjaan. Ya, karena itu ada istilah “lahan kering” dan “lahan basah”.
6. Blue Collar
Pekerjaan lapangan sering kali melibatkan lebih banyak aktivitas fisik dibandingkan dengan tugas-tugas yang dikerjakan di dalam kantor. Hal ini mencerminkan perbedaan antara pekerja kerah putih atau yang sering disebut white collar, dan pekerja kerah biru atau blue collar.
Pekerjaan pekerja white collar lebih banyak melibatkan pemikiran dan pengambilan keputusan. Sementara tugas blue collar lebih berorientasi pada tenaga fisik. Biasanya, pekerja kerah putih mendapatkan gaji yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja kerah biru.
Perbedaan ini bukan hanya terkait dengan lokasi kerja, tetapi juga dengan jenis keterampilan yang dibutuhkan dan tingkat tanggung jawab yang diemban. Pekerja kerah putih cenderung berpeluang karier dengan pendapatan yang lebih tinggi karena peran mereka dalam perencanaan strategis dan pengambilan keputusan.
7. Status Kerja
Status kepegawaian memiliki pengaruh besar terhadap skala gaji, dan bisa jadi merupakan jawaban kenapa gaji kecil. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pegawai tetap, pegawai kontrak waktu tertentu (PKWT), dan pegawai dari kontraktor atau konsultan. Secara umum, pegawai kontrak pada level non-staf sering menerima gaji yang lebih kecil dibandingkan dengan pegawai tetap.
Namun, ketika melihat posisi staf ke atas, situasinya sering terbalik. Dalam hal ini, pekerja kontrak bisa jadi memiliki gaji yang lebih tinggi daripada pegawai tetap. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kebutuhan untuk spesialisasi, tingkat keahlian yang dibutuhkan, dan durasi kontrak yang terbatas yang bisa jadi menuntut kompensasi lebih tinggi untuk menarik tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi tertentu.
8. Rekam Jejak
Memiliki sikap yang kurang baik di tempat kerja bisa berdampak negatif pada peluang mendapatkan kenaikan gaji. Jika pernah melakukan kesalahan yang menyebabkan atasan tidak lagi menyukai atau memercayai, hal ini dapat menjadi penghalang dalam mendapatkan rekomendasi untuk kenaikan gaji.
Sikap atau perilaku yang tidak profesional sering kali dianggap sebagai indikasi kurangnya kesesuaian dengan nilai-nilai perusahaan. Hal ini akhirnya dapat memengaruhi keputusan atasan dalam menilai kelayakan karyawan untuk mendapatkan peningkatan gaji atau promosi.
Baca juga: Perencanaan Keuangan untuk Keluarga Baru: Bagaimana Mengatur Anggaran dengan Gaji Kecil
Demikianlah, kenapa gaji kecil bisa menjadi pengalaman yang beragam tergantung pada banyak faktor, termasuk pendidikan, usia, dan status kepegawaian. Memahami hal ini membantu dalam upaya merintis karier dan menetapkan harapan yang realistis terkait potensi penghasilan di masa depan.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa besar kecil gaji, jika dikelola dengan baik, akan membawa manfaat yang baik pula untuk diri sendiri, memberikan fondasi yang kuat untuk stabilitas finansial jangka panjang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Negosiasi Gaji Karyawan dan Kiat Sukses untuk Mendapatkan Kompensasi yang Layak
Pernahkah kamu merasa bahwa kompensasi atau gaji yang kamu terima belum sesuai dengan kualifikasi dan kontribusi yang kamu berikan pada perusahaan? Atau mungkin, saat melamar pekerjaan baru, kamu merasa ragu untuk menyampaikan ekspektasi gaji yang kamu inginkan? Kamu enggak sendirian kok. Faktanya, banyak dari kita sering kali merasa canggung atau tidak yakin saat membahas topik negosiasi gaji karyawan ini.
Negosiasi gaji karyawan bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang menghargai diri sendiri, mengetahui nilai kontribusi yang bisa kamu berikan, dan tentunya mendapatkan hak yang layak atas kerja keras yang telah kamu investasikan.
Di sisi lain, bagi pemberi kerja, memberikan kompensasi yang tepat juga penting agar karyawan merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan performa terbaiknya.
Karena itu, dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang negosiasi gaji karyawan dan bagaimana kamu bisa mendekati proses ini dengan persiapan dan strategi yang matang. Simak terus artikel ini sampai selesai ya.
Tantangan dalam Negosiasi Gaji Karyawan
Membahas gaji karyawan sering kali menjadi momen yang penuh tekanan. Kenapa? Karena ada beberapa tantangan yang mungkin kamu hadapi saat melakukan negosiasi. Tantangan seperti apa? Mari kita lihat satu per satu.
Kesalahpahaman antara Ekspektasi dan Realitas
Banyak karyawan beranggapan bahwa mereka seharusnya mendapatkan lebih berdasarkan kontribusi atau keahlian mereka.
Sementara itu, pemberi kerja mungkin memiliki anggaran atau pertimbangan lain yang membatasi tawaran yang mereka berikan. Kesalahpahaman ini bisa memicu frustrasi dan ketidakpuasan.
Kurangnya Informasi tentang Standar Gaji Karyawan
Tanpa informasi yang tepat mengenai standar gaji karyawan di industri tertentu, kamu mungkin merasa bingung tentang berapa seharusnya gaji yang layak untuk posisimu. Di sisi lain, pemberi kerja mungkin juga tidak memiliki informasi yang akurat untuk menentukan tawaran yang kompetitif.
Rasa Takut atau Ketidaknyamanan
Banyak yang merasa tidak nyaman, takut, hingga jengah untuk membuka topik negosiasi gaji karyawan ini. Rasa takut ditolak, dianggap serakah, atau bahkan kehilangan peluang pekerjaan membuat banyak orang memilih untuk menerima apa yang ditawarkan tanpa bernegosiasi.
Kurangnya Keterampilan Negosiasi
Memang enggak semua orang memiliki keterampilan (juga keberanian) atau pengalaman dalam bernegosiasi, apalagi jika ini adalah kali pertama dilakukan. Rasanya canggung, betul? Tanpa persiapan yang matang, kamu bisa jadi merasa enggak pede atau enggak yakin bagaimana cara menyampaikan argumenmu dengan efektif.
Nah, sebenarnya, dengan mengetahui tantangannya seperti ini, kamu sudah satu langkah untuk lebih siap untuk menghadapinya dan mendorong percakapan menuju hasil yang lebih positif. Tinggal diteruskan ke beberapa kiat sukses untuk nego berikut.
Kiat-kiat Sukses untuk Negosiasi Gaji Karyawan
Memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kemampuan dan kontribusi kamu tentunya menjadi tujuan dalam negosiasi gaji. Namun, bagaimana cara mencapainya? Berikut beberapa kiat yang bisa kamu terapkan.
1. Percaya pada Nilai Diri
Sebelum memulai negosiasi, pastikan kamu mengetahui kelebihan, keahlian, dan pengalaman yang kamu miliki. Ini akan membantu kamu menyampaikan argumen dengan lebih percaya diri.
Kalau perlu, catat prestasi atau kontribusi yang telah kamu berikan (atau yang potensial bisa kamu berikan) pada perusahaan. Ini akan memperkuat posisi kamu dalam negosiasi.
2. Komunikasikan secara Profesional
Saat menyampaikan ekspektasi gaji, gunakan data dari riset gaji yang kamu lakukan. Menyebutkan standar industri atau benchmarking gaji juga dapat membuat argumenmu lebih objektif.
Hindari emosi berlebihan, tetap tenang dan profesional. Fokus pada fakta yang sudah kamu kumpulkan.
3. Berpikir Fleksibel
Pahami bahwa gaji karyawan bukan satu-satunya bentuk kompensasi. Manfaat lain seperti bonus, saham, asuransi kesehatan, atau waktu libur juga penting. Jika gaji yang ditawarkan kurang dari ekspektasi, mungkin kamu bisa bernegosiasi pada manfaat lainnya.
Selain itu, daripada memberikan satu angka spesifik, tawarkan rentang gaji yang kamu harapkan. Hal ini dapat memberi ruang fleksibilitas dan menunjukkan kesiapan kamu untuk bernegosiasi.
4. Jangan Takut Mengatakan “Tidak”
Kamu memiliki hak untuk menolak tawaran yang menurutmu tidak sesuai. Jika kamu merasa bahwa tawaran tersebut jauh dari ekspektasi dan tidak ada ruang untuk bernegosiasi, mungkin lebih baik untuk menunggu peluang yang lebih sesuai.
5. Siapkan Opsi Cadangan
Selalu punya rencana B. Jika negosiasi tidak berjalan sesuai harapan, pertimbangkan apa langkah selanjutnya yang akan kamu ambil. Apakah kamu akan mencari pekerjaan lain atau menerima tawaran dengan kondisi tertentu? Dengan mempunyai opsi cadangan, kamu akan merasa lebih aman dan percaya diri.
Dengan menerapkan kiat-kiat di atas, kamu akan lebih siap untuk menghadapi negosiasi gaji karyawan dan meningkatkan peluang mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan nilai dan keahlianmu. Ingatlah bahwa negosiasi adalah proses timbal balik; dengan komunikasi yang baik dan persiapan yang matang, kamu dapat mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua pihak.
Kesalahan Umum dalam Negosiasi Gaji
Dalam proses negosiasi gaji, terdapat beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh karyawan. Kesalahan-kesalahan ini bisa menghambat peluang untuk mendapatkan kompensasi yang lebih baik. Mari kita pelajari apa saja kesalahan tersebut agar kamu bisa menghindarinya.
Menerima Tawaran Pertama tanpa Bernegosiasi
Banyak karyawan yang menerima tawaran gaji pertama yang diberikan oleh pemberi kerja tanpa mencoba bernegosiasi. Padahal, banyak pemberi kerja yang sudah mengantisipasi adanya negosiasi dan memberikan tawaran awal di bawah anggaran yang mereka miliki.
Tidak Mempertimbangkan Manfaat Lainnya selain Gaji
Fokus hanya pada gaji pokok bisa membuat kamu melewatkan kesempatan untuk mendapatkan manfaat lain seperti bonus, insentif, fasilitas kesehatan, cuti yang lebih banyak, atau fleksibilitas jam kerja.
Terlalu Agresif atau Terlalu Pasif
Menyampaikan ekspektasi dengan terlalu agresif bisa membuat pemberi kerja merasa terintimidasi atau merasa kamu tidak fleksibel. Sementara dengan sikap yang terlalu pasif, kamu mungkin tidak akan mendapatkan kompensasi yang kamu layak.
Tidak Melakukan Riset Gaji Sebelumnya
Tanpa pengetahuan tentang standar gaji di industri atau untuk posisi tertentu, kamu mungkin akan menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Riset gaji adalah kunci untuk membekali diri dengan informasi yang objektif saat bernegosiasi.
Mengungkapkan Ekspektasi Gaji Terlalu Dini
Jika kamu menyampaikan ekspektasi gaji terlalu dini dalam proses wawancara, kamu mungkin kehilangan ruang bernegosiasi. Sebaiknya tunggu sampai kamu mendapatkan tawaran atau setidaknya sampai tahap akhir wawancara.
Berdasarkan pada Kebutuhan Pribadi
Menggunakan alasan pribadi seperti mau melunasi utang atau memenuhi kebutuhan hidup sebagai alasan untuk mendapatkan gaji lebih tinggi bisa membuat kamu tampak tidak profesional. Bahkan, hal ini mengindikasikan kalau keterampilan pengelolaan keuanganmu enggak mumpuni.
Fokuslah pada kualifikasi, pengalaman, dan kontribusi yang kamu bawa untuk perusahaan. Atau, kalau memang benar pengelolaan keuanganmulah yang kurang mumpuni, kamu bisa meminta perusahaan untuk memberikan kelas keuangan.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Langkah Mengelola Gaji ala Bunda Corla
Siapa yang belum kenal Bunda Corla? Ah, pasti sudah tahu betul nih ya. Atau mungkin selalu menonton Instagram Live-nya?
Buat yang sudah mengikuti, pasti tahu kan, bahwa Bunda Corla bekerja di sebuah waralaba resto cepat saji yang sudah mendunia di Jerman. Dan, beberapa waktu yang lalu, ia menceritakan seluk beluk pekerjaannya di restoran tersebut. Bahkan, sampai mau menyebutkan berapa gaji yang diterimanya.
Nah, ini menarik. Karena dari cerita Bunda Corla tentang gajinya ini, kita bisa belajar banyak darinya untuk mengelola keuangan dengan baik.
Bunda Corla dan Gaji sebagai Karyawan Restoran
Karyawan restoran bukan merupakan profesi yang terlalu wah. Beda dengan pengacara, dokter, arsitek, pekerja tambang minyak lepas pantai, CEO, dan sejenisnya yang identik dengan gaji yang besar. Baik di Jerman maupun di Indonesia, karyawan restoran waralaba seperti ini kurang lebih berada di “level” yang sama.
So, kita bisa anggap bahwa Bunda Corla bisa mewakili selapisan masyarakat umum yang ada di Indonesia juga.
Secara angka, memang gaji Bunda Corla terlihat besar. Menurut pengakuannya, ia menerima gaji kotor sebesar EUR 2.000. Jika diperhitungkan dengan kurs rupiah saat artikel ini ditulis, EUR 1 = Rp15.600. Itu artinya gaji kotor yang diterima adalah Rp31.200.000. Gaji tersebut dipotong untuk pajak, dana pensiun, dan jaminan kesehatan, sehingga gaji yang diterima bersih adalah sebesar EUR 1.600. Ini artinya 80% dari gaji kotor.
Dari EUR 1.600, EUR 400 dipakai untuk membayar rumah, sementara untuk keperluan lain-lain anggarannya EUR 600. Dengan demikian, masih ada sisa dana yang cukup banyak yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Bahkan, Bunda Corla juga bisa mengirimkan sejumlah uang untuk keluarganya di Indonesia.
Dengan dana yang tersisa, Bunda Corla mengaku sangat cukup. Bisa makan enak setiap hari.
Pelajaran Mengelola Keuangan dari Bunda Corla
Jadi, apa nih yang kita pelajari?
1. Bagi sesuai kebutuhan dan kondisi masing-masing
Kalau mau direkap, maka pengelolaan Bunda Corla membagi anggarannya yang terdiri atas rumah : keperluan lain-lain : kebutuhan hidup dengan proporsi 25% : 37.5% : 37.5%.
Nah, kamu bisa membaginya pos pengeluaran dengan menyesuaikan kondisi kamu juga. Rekomendasi dari QM Financial adalah 4-3-2-1, yaitu 40% untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk cicilan utang, 20% investasi, dan 10% lifestyle.
Angka ini tidak mutlak, kamu sangat bisa menyesuaikan sendiri dengan kondisimu. Misalnya kamu tak punya cicilan utang, dan memilih mengalihkan 30% ke pos investasi juga boleh. Atau mau kamu pakai senang-senang di pos lifestyle juga boleh banget.
2. Pentingnya dana pensiun
Untuk dana pensiun, hak Bunda Corla sudah dipenuhi oleh perusahaan tempatnya bekerja. Sudah ada pemotongan sekian persen dari gajinya setiap bulan. Hal ini juga berlaku di Indonesia bagi sebagian besar karyawan perusahaan.
Namun, sebagian profesi lain tidak mendapatkan hal ini karena satu dan lain hal. Misalnya saja untuk kamu yang berprofesi sebagai pekerja lepas, part timer, dan sejenisnya. So, kamu perlu membangun dana pensiunmu sendiri.
Baik kamu yang sudah difasilitasi oleh perusahaan ataupun yang harus membangun sendiri, sebaiknya hitung kebutuhan pensiun dengan cermat, agar nantinya kamu juga bisa mempersiapkannya dengan baik. Banyak orang gagal pensiun sejahtera karena ternyata mereka salah perhitungan; dikira sudah cukup, ternyata enggak. Akibatnya, ada yang harus kembali bekerja di masa pensiunnya, ada yang kemudian menjadi beban anak-anak mereka, dan sebagainya.
Kamu pastinya tak mau hal ini terjadi kan?
3. Pentingnya jaminan kesehatan
Untuk kesehatan, Bunda Corla juga sudah difasilitasi oleh kantor tempatnya bekerja. Hal ini pun berlaku di Indonesia, ketika perusahaan-perusahaan wajib mengikutsertakan karyawannya pada BPJS Kesehatan. Skema iurannya juga sama, yaitu dengan pemotongan gaji, yang nominalnya juga masih cukup terjangkau.
Cakupan perlindungan dari BPJS Kesehatan ini sudah sangat memadai, sebenarnya. Mulai dari ada jaminan melahirkan sampai beberapa penyakit kronis juga tercover. Namun, jika sekiranya masih belum memadai, bisa juga jika kamu menambah dengan asuransi kesehatan swasta lainnya.
Pastikan setiap orang yang biaya hidupnya kamu tanggung juga memiliki BPJS Kesehatan ya.
4. It’s ok untuk membantu kebutuhan keluarga
Seorang Bunda Corla saja dengan rela membantu keluarga, dengan mengirimkan sejumlah uang. Masa kamu mengeluh ketika keluarga perlu dibantu?
Sebagai orang yang murah rezekinya, sudah sepantasnya kan, kita membantu sesama? Apalagi ini keluarga. So, it’s ok banget jika kita membantu keluarga, termasuk dalam hal finansial.
Masukkan “bantuan” ini dalam anggaran, agar terkontrol dan tetap enggak berlebihan setiap bulannya. Dengan demikian, kebutuhan hidup kamu yang lain—yang juga tak kalah penting—bisa tercukupi dengan baik.
5. Bukan angkanya, tapi “cukup”
Bunda Corla sempat bilang, “Jangan lihat angkanya dulu.” –tapi Bunda menekankan bahwa dengan penghasilan sebesar itu, ia merasa cukup banget untuk memenuhi kebutuhan.
Memang kalau dilihat angka, cukup besar ya. Setara Rp31 juta lo, gaji kotornya. Tetapi ingat, bahwa taraf hidup di Jerman pastinya berbeda dengan Indonesia. Untuk membayar rumah saja, Bunda Corla harus menganggarkan EUR 400 sendiri, itu artinya Rp6 juta setiap bulannya. Kalau di Indonesia, Rp6 juta mungkin bisa dipakai untuk kontrak rumah per tahun atau per 6 bulan.
So, belajar yuk, untuk bisa merasa “cukup” dengan mengelola gaji atau penghasilan dengan baik. Itu salah satu bentuk kita mensyukuri rezeki yang sudah diberikan lo.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Studi Terbaru 2022: Gaji Kecil Bikin Cepat Pikun! Ouch!
Mailman School of Public Health Columbia University merilis sebuah laporan studi, yang mengungkapkan keterkaitan antara gaji kecil dengan penurunan memori saat kita lanjut usia, alias kepikunan.
Katanya begini, “Gaji kecil yang diterima selama bertahun-tahun oleh seseorang dapat membuat yang bersangkutan mengalami penurunan daya ingat lebih cepat, daripada mereka yang tidak pernah menerima gaji kecil.”
Weleh weleh weleh …
Gaji Kecil = Risiko Penurunan Memori Meningkat
Peneliti menganalisis data dari National Health & Retirement Study (HRS) dari tahun 1992-2016, yang melibatkan 2.879 orang yang lahir antara tahun 1936 hingga 1941. Gaji rendah didefinisikan sebagai gaji per jam yang lebih rendah dari dua per tiga gaji media federal di tahun tersebut.
Peneliti mengategorisasi antara mereka yang tidak pernah menerima gaji kecil, pernah menerima gaji kecil, dan mereka yang selalu menerima gaji kecil antara tahun 1992 dan 2004. Lalu, peneliti memeriksa hubungan antara gaji ini dan penurunan memori selama 12 tahun ke depan, antara tahun 2004 dan 2016.
Para peneliti menemukan, bahwa mereka yang selalu menerima gaji kecil mengalami penurunan daya ingat lebih cepat di usia tua, dibandingkan mereka yang tak pernah bergaji kecil. Secara khusus, pekerja bergaji kecil mengalami kira-kira 1 tahun tambahan penuaann kognitif selama periode 10 tahun.
Dengan kata lain, tingkat penuaan kognitif yang dialami selama periode 10 tahun oleh mereka yang selalu menerima gaji kecil, akan dialami oleh mereka yang tak pernah bergaji kecil dalam 11 tahun.
“Temuan kami menyarankan adanya kebijakan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial pekerja bergaji rendah. Ini mungkin sangat bermanfaat bagi kesehatan kognitif mereka,” jelas Adina Zeki Al Hazzouri, Ph.D., peneliti Columbia Mailman School & Butler Columbia Aging Centre.
Tak hanya mengaitkan dengan risiko pikun yang lebih besar, penelitian ini juga mengaitkan pekerjaan bergaji kecil dengan sejumlah kondisi kesehatan lain, seperti gejala depresi, obesitas, dan hipertensi, yang juga merupakan faktor risiko penuaan kognitif.
Temuan ini disampaikan pada Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer (AAIC) 2022 pada 2 Agustus lalu di San Diego, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini juga diterbitkan di American Journal of Epidemiology.
Di Amerika, gaji minimum federal per jam adalah $7,25 (setara dengan Rp108.180). Kebijakan ini sudah diterapkan sejak 2009. Ironisnya, saat ini Amerika Serikat sendiri sedang mengalami krisis akibat kenaikan inflasi yang cukup tinggi. Sementara, kenaikan gaji malah semakin jauh dari harapan. Akibatnya, semakin banyak orang kesulitan memenuhi kebutuhan, karena gaji mereka tetap kecil dan tidak bertambah.
Tambah Gaji, Mungkin Enggak ya?
So, gimana nih, setelah membaca hasil studi seperti di atas? Kira-kira, kalau mau menambah gaji, bisa nggak ya?
Well, mari kita optimis dulu. Pasti bisa! Yang pasti: usaha.
Memang sih, penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat, tetapi rasanya juga cukup relevan dengan kondisi yang sekarang ini sedang terjadi di sini. Kita pun sedang mengalami krisis, mulai dari BBM naik, barang-barang kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan harga. Sementara, kalau kita mengharapkan perusahaan menaikkan gaji hanya berdasarkan situasi yang ada, mungkin juga akan sulit.
Mau tak mau memang kita harus berusaha mengelola gaji kecil itu agar bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, kita sendiri juga harus berusaha untuk meningkatkan gaji. Caranya? Dengan meningkatkan kinerja kita, terutama yang berstatus karyawan. Apa yang bisa kita lakukan?
Kuasai skill kerja yang tak tergantikan dan yang akan terus dibutuhkan
Di zaman teknologi hingga jauh ke depan, pastilah akan terus ada demand terhadap skills khusus. Nah, kamu harus tahu nih, skill apa saja yang akan dibutuhkan hingga jauh ke depan, mengikuti perkembangan yang ada.
Kamu bisa cari informasi nih, misalnya dengan googling seputar peluang dan skill yang dibutuhkan. Kalau mengintip dari situs Binus, beberapa skill yang bakal terus dibutuhkan itu di antaranya adalah content writing, cloud computing, business analysis, digital marketing, dan lain sebagainya.
Belajarlah beberapa di antaranya yang paling kamu rasa berminat, dan kembangkanlah. Nantinya, skill ini akan menjadi modal utama bagi kamu untuk bisa meningkatkan gaji, entah di perusahaan yang sekarang ataupun di perusahaan lain.
Kumpulkan pengalaman sebanyak mungkin
Zaman sekarang, bisa jadi sih yang punya pengalaman banyak akan memenangkan persaingan dibandingkan mereka yang hanya bagus secara akademis tetapi minim pengalaman. So, buat kamu para fresh graduate, jangan sia-siakan setiap kesempatan yang datang padamu.
Namun, tak sembarang kesempatan juga sih. Harus dipilah juga agar kamu fokus pada tujuan. Artinya, kamu harus pastikan, bahwa pengalamanmu itu nanti akan bermanfaat untuk jenjang kariermu ke depannya.
Belajar mengelola keuangan sedini mungkin
Gaji kecil dan juga gaji besar, sama-sama harus dikelola dengan sebaik mungkin. Kalau kamu gagal mengelola gaji kecil, maka bisa saja nanti saat gaji sudah besar, kamu juga akan tetap mengalami kesulitan. So, belajar mengelola keuangan sedini mungkin ya.
Belajar cara mengatur cash flow, membangun jaring pengaman keuangan, sampai belajar investasi untuk tujuan keuangan kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Sih Beda Gaji dan Income?
Kadang kita sering mendengar, ada orang yang menyebut gaji karyawan, ada pula yang menyebut income. Apakah gaji dan income ini hal yang sama, ataukah berbeda ya?
Gaji dan income, atau yang kalau dialihbahasakan menjadi penghasilan, ini sekilas terlihat sama, tapi sebenarnya ada perbedaan dari keduanya yang perlu dipahami. Secara umum gaji lebih sesuai diberikan untuk seorang karyawan perusahaan atau pemerintah yang nominalnya pasti setiap bulan atau per tahunnya. Sedangkan penghasilan lebih sesuai diberikan kepada pelaku bisnis yang pendapatannya tidak bisa dihitung secara pasti setiap harinya atau bulannya.
Simak lebih jelasnya uraian berikut ini.
Perbedaan Gaji dan Income
Jika digali lebih dalam, perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari sisi pengertian, sumber, dan cara perhitungannya.
Apa Itu Gaji?
Gaji biasanya berkaitan dengan keuangan dari hasil kerja aktif atau jasa yang jangka waktunya berperiode. Maksudnya, seperti gaji karyawan yang merupakan jumlah uang yang diterima perusahaan dari hasil menukarkan pikiran, tenaga, dan waktu kita untuk bekerja demi kepentingan perusahaan itu sendiri, yang kita terima secara teratur dalam periode tertentu. Misalnya, per bulan, per minggu, bahkan ada yang perhitungannya per tahun. Nah, perusahaan membayar gaji karyawan dari hasil penjualan produk pada pelanggan.
Gaji karyawan biasanya diperhitungkan berdasarkan standar UMR, yang kemudian ditambah dengan berbagai hal lain. Misalnya seperti tunjangan kinerja, transportasi, uang makan, uang kehadiran, dan sebagainya. Dengan demikian, gaji karyawan itu bisa dibilang terdiri atas gaji pokok—yang jumlahnya tetap—dan benefit lain, yang besarannya bisa berubah tergantung kebijakan perusahaan.
Apa Itu Income?
Nah, berbeda dengan gaji, income itu berkesan lebih luas maknanya.
Gaji bisa jadi termasuk penghasilan. Sementara, ada juga sumber penghasilan yang lain, misalnya hasil dari berbisnis, hasil investasi, hasil menyewakan properti, dan sebagainya.
So, kalau ditanya, berapa penghasilanmu? Maka, kamu boleh saja menjawab, penghasilanmu sekian juta rupiah, termasuk di dalamnya gaji, hasil investasi, hasil side hustle, dan berbagai jenis pemasukan lain yang kamu miliki.
Nah, terasa kan perbedaan gaji dan income, sampai di sini?
Sama-sama merupakan pemasukan, baik gaji karyawan maupun income dari berbagai sumber ini harus dikelola dengan baik. Pasalnya, kalau enggak, ya bisa membuat kondisi keuangan kita jadi tak sehat. Indikasinya, kamu punya gaji berapa pun, penghasilan sebesar apa pun, pada akhirnya ya tetap mengalami kesulitan keuangan.
Lalu, bagaimana cara mengelola keuangan dari gaji karyawan dan income ini? Yuk, simak tip-tip berikut ini.
Cara Mengelola Gaji Karyawan dan Income
1. Atur Skala Prioritas
Skala prioritas harus diatur dalam pengelolaan gaji karyawan dan income yang kamu punya, demi menghindari uang yang habis tanpa jejak sebelum gajian lagi. Pun berguna untuk menghindari perilaku konsumtif setelah mendapatkan gaji atau penghasilan. Kamu bisa mulai dengan membuat daftar kebutuhan yang harus dipenuhi, ditunda, dan mana yang tidak diperlukan.
Skala prioritas ini juga membantu keuangan lebih tertata dan cukup efektif untuk menahan keinginan konsumtif dan boros.
2. Menentukan Jumlah Anggaran
Menentukan jumlah anggaran adalah langkah berikutnya setelah kamu mengatur skala prioritas. Hal ini memudahkan kamu dalam membagi jumlah uang sesuai dengan bujet yang ada. Misalnya kamu membuat pembagian Rp2 juta untuk kebutuhan pokok, Rp1 juta untuk cicilan, dan Rp500 ribu untuk kebutuhan sekunder.
Jika sudah ditentukan, kamu harus tegas dan disiplin pada diri sendiri untuk tidak melebihi anggaran yang telah ditentukan tiap posnya. Hindari menyabotase anggaran yang sudah kamu buat sendiri, karena akibatnya bisa mengganggu kebutuhan yang lain.
3. Bijak berutang
Utang yang diputuskan tanpa perhitungan yang matang tak jarang menjadi perusak cash flow keuangan. Misalnya, utang kartu kredit yang sebenarnya bisa bermanfaat jika digunakan dengan tepat. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, kartu kredit malah digunakan untuk hedon atas nama YOLO, wah, bisa-bisa utang menumpuk dan bergulung-gulung pada akhirnya.
Hati-hati dalam memutuskan untuk berutang. Ingat kan, ada 3 syarat utang sehat. Penuhilah syarat-syarat tersebut, agar nantinya keuangan enggak jadi bermasalah.
4. Tekan latte factor
Tahu kan, apa itu latte factor? Yes, pengeluaran-pengeluaran kecil yang kalau diakumulasikan jumlahnya jadi sangat besar.
Beberapa contoh latte factor ini misalnya kebiasaan jajan kopi di coffee shop putri duyung setiap hari. Kebiasaan pesan makanan online berulang kali dalam satu hari, dan sebagainya.
Boleh saja kok, punya latte factor. Tapi anggarkan, dan jangan sampai mengeluarkan uang lebih daripada anggarannya. Kamu bisa atur jadwal yang tepat, misalnya sebulan dua kali nongkrong di kafe, atau seminggu sekali saja jajan kopi putri duyungnya, selebihnya bawa kopi sendiri dari rumah. Di hari Senin saja, kamu pesan makanan online-nya. Setelahnya, kamu lebih baik membawa bekal dari rumah, selain hemat bonusnya juga sehat.
5. Sisihkan untuk masa depan
Menabung setiap bulannya sangat bermanfaat di kemudian hari. So, sebaiknya sisihkan sebagian gaji karyawan dan income di awal untuk investasi dan tabungan.
Saat ini sudah banyak bank yang menyediakan tabungan yang dengan transfer otomatis alias autodebet jika kamu merasa repot menyisihkan uang. Hal ini akan membuat kamu lebih disiplin dalam menabung dan berinvestasi setiap bulannya.
Pastikan pilih bank yang bisa melayani kebutuhanmu ini.
Nah, itu dia perbedaan mendasar mengenai gaji dan income. Bagaimana, apakah kamu setuju dengan perbedaan tersebut? Ataukah, kamu punya definisi yang lain?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini 3 Masalah Keuangan yang Dihadapi oleh HR dari Karyawannya
Banyak yang mengira, bahwa masalah keuangan muncul sebagai akibat dari penghasilan sebagai karyawan yang terlalu kecil. Lalu, solusinya, karyawan pun menuntut pada perusahaan melalui divisi HR, atau Human Resources, untuk menaikkan gaji.
Nah, pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah dengan begitu, masalah keuangan lantas bisa hilang atau terselesaikan? Ternyata, enggak juga. Faktanya, gaji naik eh … ternyata lifestyle juga naik. Gaji besar pun juga dirasa enggak cukup, karena seiring waktu, kebutuhan juga lebih banyak. Bahkan bisa jadi, gaji besar, utang juga besar. Ouch!
Mau tahu, masalah keuangan apa yang biasanya dihadapi oleh HR dari karyawan? Ternyata 3 hal ini loh yang paling sering.
3 Masalah Keuangan yang Paling Sering Dihadapi oleh Karyawan
1. Kelola gaji
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Virginia Tech Study di Amerika Serikat menyebutkan, bahwa 1 dari 5 karyawan terlilit masalah keuangan, yang lantas menghambat kinerja karyawan itu sendiri selama di kantor; tingkat ketidakhadiran tinggi dan produktivitas menurun. Sementara, QM Financial sendiri pernah melakukan survei, yang hasilnya menyebutkan bahwa 51% karyawan merasa gajinya tidak cukup.
Kedua hasil survei di atas mengungkapkan satu fakta besar: tingkat pengelolaan gaji karyawan masih kurang.
Sebagian besar perusahaan sudah memberikan gaji yang sesuai dengan aturan, yakni sama dengan atau di atas UMR. Tentu saja, banyak faktor lain yang juga memengaruhi besaran gaji karyawan. Tetapi, pada dasarnya, UMR ditentukan sudah melalui prosedur yang panjang, dengan beracuan pada besaran kebutuhan hidup minimal seorang lajang di domisili yang sama dengan kantornya. Jadi, seharusnya besaran gaji akan cukup jika digunakan dengan bijak.
So, besar kemungkinan akar masalahnya memang pada skill untuk mengelola gaji dengan baik. Tanpa pengelolaan keuangan yang benar, gaji seberapa besarnya pun pasti akan enggak cukup. Karyawan tidak dapat mengatur prioritas, sehingga tak pernah ada rencana keuangan. Kalau sudah begini, berbagai kebutuhan hidup bisa terhambat untuk dipenuhi.
2. Utang
Utang juga merupakan salah satu masalah keuangan yang kerap dihadapi oleh HR dari karyawan.
Salah satu contohnya adalah karyawan terlilit utang pinjaman online, alias pinjol. Faktanya, karyawan memang sasaran empuk penipu-penipu utang pinjol. Tak sedikit kasus lilitan pinjaman online, dari yang hanya Rp1 juta menjadi puluhan juta yang muncul dengan korban para karyawan. Dan, salah satu yang sering dibuat repot oleh karyawan karena utang pinjol adalah bagian HR kantor. Terutama jika pinjol yang bersangkutan adalah pinjol ilegal. Teman-teman sekantor ikut menjadi korban teror. Belum lagi banyaknya penawaran jenis utang lainnya, seperti paylater, kartu kredit, KTA, dan berbagai jenis utang lainnya.
Posisi sebagai karyawan sebenarnya menguntungkan, jika dilihat dari sudut pandang yang lain. Penghasilan yang teratur membuat skema pengembalian utang dengan cicilan seharusnya bisa dilakukan dengan baik. Memang utang sekali waktu bisa menjadi solusi, terutama untuk tujuan produktif. Namun, bahkan masih banyak yang belum paham beda utang yang perlu dan tidak perlu. Tanpa pertimbangan matang dan skema pengembalian yang sesuai, utang bisa jadi masalah keuangan yang cukup besar di kemudian hari.
3. Pensiun
Masalah keuangan lain yang juga sering harus dihadapi oleh HR dari karyawan adalah soal pensiun.
Masalah pensiun ini memang seharusnya menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing karyawan. Tetapi, perusahaan yang baik juga akan ikut mempersiapkan pensiun bagi karyawannya. Hal ini sesuai dengan UU No. 13 Taun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa perusahaan punya kewajiban untuk membayarkan imbalan pascakerja, yang termasuk di dalamnya adalah dana pensiun. Memang sudah ada Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun, dengan alokasi dana yang dibagi antara karyawan dan perusahaan, tetapi apakah memang cukup? Mengingat angka harapan hidup masyarakat Indonesia juga naik di tahun 2022 ini, dari 73.4 menjadi 73.5.
Tanpa menyiapkan dana pensiun yang memadai, bisa jadi nantinya cash flow perusahaan terganggu karena mendadak harus membayar dana pesangon pensiun untuk karyawannya. Apalagi jika ternyata, si karyawan juga tak siap dana pensiun secara mandiri.
Dikutip dari Detik Finance, dalam survei yang dilakukan oleh HSBC global bertajuk Future of Retirement, yang dilakukan terhadap 17.405 orang di 16 negara dengan 1.050 di antaranya responden dari Indonesia, menunjukkan fakta yang menarik. Tiga dari 4 responden dalam survei ini mengaku bahwa mereka mengharapkan bantuan dari orang lain—dalam hal ini, anak-anak mereka—untuk dapat memenuhi kebutuhan di masa pensiun. Sementara, sebanyak 2 dari 3 responden usia kerja bertekad akan terus bekerja setelah masa pensiun tiba, dengan 54% di antaranya ingin berwirausaha dan 25%-nya ingin kembali mencari pekerjaan.
Padahal seharusnya, masa pensiun adalah masa-masa karyawan menikmati hasil kerja kerasnya selama puluhan tahun bekerja. Betul?
Kesimpulan
Kalau dilihat per masalahnya, kunci permasalahan yang umum terjadi adalah pada mindset karyawan yang masih keliru dalam pemahaman pengelolaan dan perencanaan keuangannya.
Bahwa bukan masalah besar kecilnya gaji yang jadi akar masalah keuangan yang dihadapi oleh karyawan, melainkan bahwa gaji yang tidak dikelola dengan baik maka tetap saja kebutuhan akan sulit dipenuhi. Alih-alih memanfaatkannya untuk hal-hal esensial, gaji malah dihabiskan untuk hal-hal yang kurang penting. Bahkan sering kali, karyawan malah enggak tahu ke mana saja gajinya pergi.
Tanpa pengelolaan dan perencanaan keuangan yang baik, tujuan keuangan—baik jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang—akan sulit untuk dicapai.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Pemotongan Gaji Karyawan: Bagaimana Harus Disikapi?
Sejak awal tahun 2021, wacana pemotongan gaji ASN dan TNI/Polri untuk zakat mulai bergulir. Dikabarkan, bahwa Bapak Presiden sendiri juga mendukung penuh hal ini. Rencananya, gaji PNS dulu yang akan dipotong, selanjutnya gaji para karyawan BUMN dan swasta.
Pemotongan gaji untuk zakat ini perhitungannya adalah setara dengan 85 gram emas, kurang lebih Rp85 juta per tahun, atau Rp7 juta per bulannya. Inilah yang menjadi dasar perhitungan pemotongan gaji untuk zakat sebesar 2.5%. Ini artinya, bagi yang memiliki gaji di bawah Rp7 juta, pemotongan gaji untuk zakat ini belum berlaku. Tidak wajib.
Lalu, apakah ini juga berlaku untuk karyawan nonmuslim? Tidak, tetapi mereka yang nasrani juga punya kewajiban sepersepuluhan, menurut agama yang dianut.
Pemotongan Gaji Tak Bisa Dihindari
Pemotongan gaji juga sempat menjadi kontroversi saat PP 25 tahun 2020 diteken. Dalam undang-undang tersebut, gaji para pekerja akan dipotong untuk tabungan Tapera, sebesar 3%. Meskipun pemotongan gaji ini tak hanya merupakan kewajiban karyawan sepenuhnya, lantaran dibagi dua dengan pemberi kerja, tetapi tetap saja terdengar protes dan nada-nada ketidaksetujuan di sana-sini.
Apalagi bagi para pekerja swasta mandiri, besaran iuran 3% akan langsung dipotong dan dibayarkan penuh oleh si pekerja tersebut sendiri. Perhitungannya kurang lebih mirip dengan perhitungan pajak, yakni mengambil total penghasilan selama setahun, dan kemudian diambil rata-rata per bulan.
Kedua jenis pemotongan gaji di atas tak sekaligus diterapkan, melainkan bertahap. Biasanya akan diberlakukan bagi ASN dulu, baru kemudian para pekerja sektor swasta menyusul.
So, pemotongan gaji ini—baik untuk zakat maupun untuk Tapera—cepat atau lambat akan diterapkan di semua sektor, sehingga tak mungkin dihindari lagi. Dan, bukan tak mungkin, akan ada pemotongan-pemotongan gaji lagi berikutnya.
Kena Pemotongan Gaji, Kita Harus Bagaimana?
Pemotongan gaji ini sudah pasti harus disikapi dengan bijak. Memang, ada dari kita yang merasa keberatan dengan berbagai alasan.
Misalnya pemotongan gaji untuk Tapera, karena mungkin yang bersangkutan tidak membutuhkan tabungan untuk beli rumah lagi, karena toh sekarang sudah punya rumah warisan yang bisa ditempati. Pemotongan sebesar 2.5% tentu nominalnya ya lumayan juga, bisa dipakai untuk kebutuhan lain yang lebih prioritas.
Tetapi, yah, kalau sudah diatur dan diketok palu oleh pemerintah, mau tak mau kita harus mendukungnya, bukan? Lihat sisi baiknya, jika nanti bisa beli rumah lagi, bisa saja rumah tersebut disewakan hingga bisa mendatangkan passive income buat kita. Lumayan juga, buat bekal masa pensiun.
So, mesti gimana dong, sekarang? Coba lihat beberapa poin berikut ya.
1. Lakukan financial check up
Pemotongan gaji sudah pasti akan memengaruhi cash flow kamu secara keseluruhan. Nggak perlu panik, lantaran gaji terasa semakin kecil sedangkan kebutuhan sama, bahkan mungkin bertambah seiring waktu. Yuk, diatur lagi.
Lakukan financial check up secara menyeluruh lagi. Cek rasio penghasilan dan pengeluaran, juga cek rasio yang menjadi sinyal kesehatan keuangan lainnya. Seperti rasio menabung dan investasi, rasio likuiditas, dan rasio utang. Jika semuanya masih dalam rasio yang wajar, sepertinya kamu tak perlu khawatir dengan adanya pemotongan gaji ini. Kamu bahkan bisa memasukkannya juga ke pos menabung dan investasi, dan ini berarti menambah rasio menabungmu kan?
Cek secara keseluruhan lagi ya, sehingga kamu bisa mendapatkan pola keuangan yang baru.
2. Lakukan penyesuaian penganggaran
Buat penyesuaian dengan penganggarananmu. Misalnya saja, kamu seorang freelancer, dan pengahsilan rata-ratamu setiap bulannya—katakanlah—Rp10 juta. Jika dipotong 3% untuk Tapera, maka itu berarti ada potongan sebesar Rp300.000, yang harus kamu tanggung sendiri. Jika perlu, adakah pos lain yang bisa kamu sesuaikan?
Setelah financial check up yang menggambarkan kesehatan keuanganmu setelah adanya pemotongan gaji di sana-sini ini, implementasikan dalam penganggaran. Sesuaikan prioritasnya.
3. Pastikan cicilan utang, dana darurat, dan proteksi tetap aman
Pos-pos yang wajib untuk tetap diamankan adalah cicilan utang, dana darurat, dan proteksi berupa asuransi.
Pastikan ketiganya tetap aman ya. Ini penting, karena kalau sampai terganggu, masalah yang lebih besar bisa jadi harus kamu hadapi ke depannya.
4. Jajaki kemungkinan penghasilan tambahan
Memang, besar ataupun kecil pemotongan gaji, tetap saja akan memengaruhi cash flow kamu. Namun, bukan berarti enggak bisa disesuaikan. Bagaimanapun, kita harus bertahan hidup kan?
Buat kamu para karyawan—baik ASN maupun swasta—jika sekarang belum pernah menjajaki peluang tambahan penghasilan, ini bisa jadi alasan untuk mulai nih. Kamu bisa mulai dengan mencari informasi, ada demand apa di sekitarmu.
Buat kamu para pekerja mandiri—meski sekarang belum diterapkan—juga mesti bersiap tuh. Terus semangat untuk cari proyekan ya. Atau, mungkin kamu bisa menyesuaikan juga tarif jasamu?
Kesimpulan
Yes, pemotongan gaji kadang memang tak bisa dihindari. Tapi, daripada mengeluh saja, akan lebih baik jika kamu mulai menyesuaikan lagi dengan pola anggaran dan pengeluaran. Ini akan jauh lebih efektif untuk mengatasi masalahmu.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah pada pengelolaan penghasilan atauupun masalah keuangan yang lain? Butuh training finansial, untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan karyawan? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Agar Gaya Hidup Sejalan dengan Gaji
Mari kita lihat beberapa cara agar gaya hidup kita bisa sejalan dengan gaji, tanpa mengorbankan rencana ke depan, pun tidak membuat kinerja di kantor jadi runyam.