Strategi Melunasi Utang Paylater yang Efektif
Utang paylater telah menjadi bagian dari keseharian dalam dunia keuangan modern. Kemudahan akses dan proses cepat dalam pengajuannya sering kali membuat pengguna terjebak dalam siklus utang yang terasa tak berujung.
Mencari solusi untuk keluar dari beban ini bukan hanya penting tapi juga mendesak untuk menjaga kesehatan finansial.
Table of Contents
Apa Itu Utang Paylater?
Kalau menurut OJK, paylater merupakan sistem pembayaran yang memungkinkan pembelian barang atau jasa tanpa harus membayar langsung di awal. Sistem ini mengizinkan pembayaran secara bertahap setiap bulan, termasuk bunga yang ditetapkan. Dengan begitu, pengguna lebih leluasa untuk mendapatkan apa yang diinginkan meskipun belum memiliki dana penuh pada saat itu.
Intinya sih, paylater adalah layanan yang bertujuan untuk menunda pembayaran. Layanan ini dirancang sebagai solusi bagi yang ingin melakukan pembayaran atau berutang dengan kesepakatan pelunasan di masa yang akan datang.
Sekilas memang terlihat simpel, dan membantu banget buat kamu yang pengin memenuhi keinginan-keinginan. Namun, masih menurut artikel yang ada di DJKN Kemenkeu di atas, paylater juga bisa menimbulkan kecanduan. Faktor-faktor seperti kemudahan transaksi, kebiasaan menyetujui persyaratan tanpa membaca detail bunga dan denda, serta gaya hidup konsumtif dapat mendorong terjadinya kecanduan paylater.
Risiko Utang Paylater
Jadi, kalau dilihat-lihat secara prinsip, paylater itu hanya sebuah sistem pembayaran. Namun, kalau penggunanya enggak bijak, dampaknya bisa sangat signifikan terhadap perilaku.
Sebenarnya prinsip ini kurang lebih sama dengan kartu kredit. Bedanya, untuk bisa mendapatkan kartu kredit, data calon nasabah harus melalui tahap validasi oleh pembuat kartu kredit. Paylater, enggak. Karena ada tahap verifikasi yang diskip, maka tak heran, risiko pun naik. Sayangnya, hal inilah yang banyak tak disadari dan dipahami.
Memangnya apa yang bisa terjadi, kalau kita sampai kecanduan utang paylater?
1. Bikin Kacau Keuangan
Fitur paylater memudahkan transaksi tetapi dapat mengacaukan pengaturan keuangan. Sering kali, dana yang dialokasikan untuk membayar cicilan terpakai untuk kebutuhan mendesak lainnya. Ini menyebabkan terlambat atau gagal membayar cicilan tepat waktu. Situasi ini bisa berulang dan menimbulkan kesulitan finansial jangka panjang, yang akhirnya mengganggu stabilitas keuangan.
2. Ada Biaya Tambahan
Ada biaya tambahan yang mungkin enggak langsung disadari ketika kita pakai paylater. Contohnya seperti biaya administrasi hingga denda.
Ketika tagihan datang, biaya tambahan ini dapat menambah beban keuangan, membuat pengelolaan anggaran bulanan menjadi lebih sulit. Penumpukan biaya ini sering kali menyebabkan kejutan finansial ketika menyadari jumlah total yang harus dibayar jauh lebih besar dari perkiraan awal.
3. Jadi Suka Belanja Impulsif
Penggunaan paylater dapat meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja secara impulsif. Fasilitas ini membuat pengguna lebih rentan terhadap godaan diskon dan promosi yang menarik. Dampaknya, belanja menjadi kurang terkendali karena adanya kemudahan akses terhadap kredit instan. Hal ini sering kali memicu pengeluaran yang tidak direncanakan, meningkatkan risiko pembelian berlebihan yang dapat mengganggu stabilitas keuangan.
4. Skor Kredit Buruk
Kegagalan dalam membayar cicilan utang paylater bisa berdampak negatif pada skor kredit yang tercatat di SLIK OJK. Skor kredit yang rendah ini dapat menimbulkan berbagai kesulitan di masa depan.
Misalnya, menjadi lebih sulit untuk mendapatkan kredit produktif dari lembaga keuangan. Selain itu, skor kredit yang buruk juga dapat memengaruhi peluang dalam proses seleksi pekerjaan, karena beberapa perusahaan mempertimbangkan laporan kredit dalam proses rekrutmen. Bahkan, peluang untuk mendapatkan beasiswa atau bantuan pendidikan lainnya juga bisa terpengaruh, karena beberapa penyedia beasiswa memeriksa kelayakan finansial calon penerima.
Baca juga: BI Checking: Pengertian dan Hal-Hal yang Sebaiknya Kamu Tahu
So, masih saja “ngeyel” menunda pelunasan paylater? Yang pasti sih—bukan menakut-nakuti, karena ini memang fakta—semakin lama menunda, upaya melunasi paylater akan semakin sulit, karena denda akan terus berjalan.
Strategi Melunasi Utang Paylater
Melunasi utang paylater secara efektif membutuhkan perencanaan dan disiplin keuangan yang baik. Berikut adalah strategi aplikatif yang bisa dilakukan untuk melunasi paylater.
1. Buat Anggaran yang Realistis
Mulailah dengan menyusun anggaran bulanan yang mencakup semua pengeluaran tetap dan variabel. Prioritaskan pembayaran cicilan utang paylater dalam anggaran untuk menghindari keterlambatan dan memastikan bahwa dana selalu tersedia.
2. Tetapkan Prioritas Pembayaran
Jika memiliki lebih dari satu paylater, prioritaskan pembayaran berdasarkan tingkat bunga dan jumlah utang. Mulailah dengan yang memiliki bunga tertinggi atau saldo terbesar untuk mengurangi beban bunga secepat mungkin.
3. Pembayaran Otomatis
Atur pembayaran otomatis dari rekening bank untuk cicilan utang paylater. Dengan begitu, pembayaran bisa dipastikan tepat waktu setiap bulan sehingga menghindari denda keterlambatan.
4. Kurangi Pengeluaran Tidak Perlu
Evaluasi pengeluaran sehari-hari dan kurangi belanja impulsif atau enggak penting. Gunakan penghematan dari pengeluaran ini untuk menambah pembayaran cicilan, mempercepat pelunasan utang.
5. Gunakan Insentif atau Bonus
Manfaatkan uang tambahan seperti bonus kerja, THR, atau insentif lainnya untuk membayar cicilan. Membayar lebih dari jumlah minimal yang ditetapkan dapat mengurangi saldo lebih cepat dan menghemat bunga.
6. Pantau dan Evaluasi Progres
Secara rutin periksa saldo dan progres pembayaran utang paylater. Memantau kemajuan dapat memberikan motivasi tambahan dan membantu mengidentifikasi masalah lebih awal sebelum menjadi lebih serius.
Baca juga: Menyelesaikan Utang Pinjol dengan Cepat
Memahami cara efektif untuk melunasi utang paylater bisa membawa perubahan signifikan dalam pengelolaan keuangan. Strategi yang dirancang dengan bijak enggak hanya akan membantu melunasi utang lebih cepat, tetapi juga mencegah pembentukan utang baru di masa depan. Pastinya hal ini dapat memberikan kelegaan dan kebebasan untuk mencapai tujuan finansial yang lebih besar.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kredit Tanpa Agunan: Solusi atau Jebakan Keuangan?
Utang tidak dilarang. Dalam beberapa kasus, utang justru bisa membantu kita membangun aset kekayaan yang akan bermanfaat jangka panjang. Namun, kita juga perlu bijak dalam pengelolaannya. Setidaknya kita harus tahu, suatu produk pinjaman itu seperti apa cara kerjanya. Salah satunya adalah Kredit Tanpa Agunan.
Produk ini banyak sekali dipromosikan. Yang sering kita lihat ada kasusnya—pinjaman online, juga merupakan salah satu jenis produk pinjaman ini, hanya saja tidak dikeluarkan oleh lembaga keuangan konvensional.
Banyak orang memanfaatkan kredit tanpa agunan ini, mereka mengaku terbantu. Namun di sisi lain, tak sedikit pula yang akhirnya terjebak—terlilit utang yang bergulung-gulung.
Table of Contents
Apa Itu Kredit Tanpa Agunan?
Kredit Tanpa Agunan, atau KTA, adalah jenis pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada individu tanpa memerlukan jaminan atau agunan berupa aset fisik seperti properti, kendaraan, atau barang berharga lainnya.
KTA ini berbeda dari kredit dengan agunan, yang mewajibkan peminjam harus memiliki jaminan sebagai bagian dari syarat pinjaman. Seperti KPR, contohnya.
Fitur utama dari KTA adalah:
- Kredit Tanpa Agunan sering dipromosikan sebagai kredit dengan proses pengajuan yang lebih sederhana dan cepat dibandingkan jenis kredit lainnya, karena tidak memerlukan proses penilaian agunan.
- Karena tidak adanya jaminan fisik yang mengurangi risiko bagi pemberi pinjaman, KTA biasanya memiliki suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pinjaman yang dijamin.
- Peminjam dapat menggunakan dana dari KTA untuk berbagai keperluan, seperti pendidikan, renovasi rumah, perjalanan, atau untuk kebutuhan mendesak lainnya, tanpa perlu menjelaskan penggunaan dana tersebut kepada pemberi pinjaman.
- Batas maksimum pinjaman untuk KTA bervariasi tergantung pada kebijakan lembaga keuangan dan kemampuan kredit peminjam.
- Meskipun tidak memerlukan agunan, peminjam masih harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti memiliki penghasilan tetap, riwayat kredit yang baik, dan dokumen identitas serta dokumen pendukung lainnya.
Kredit Tanpa Agunan menawarkan solusi keuangan yang fleksibel bagi yang membutuhkan dana cepat tanpa agunan. Itulah yang membuat produk ini cukup laku diminati.
Meski populer dan syaratnya tampak ringan, adalah sangat penting bagi peminjam untuk mempertimbangkan suku bunga dan kemampuan untuk membayar kembali pinjaman agar tidak terjebak dalam masalah keuangan.
Pemanfaatan Kredit Tanpa Agunan dengan Bijak
Pemanfaatan Kredit Tanpa Agunan (KTA) dengan bijak adalah kunci untuk memastikan bahwa pinjaman ini membawa manfaat daripada menjadi beban keuangan. Berikut beberapa strategi untuk memanfaatkan KTA secara bijak.
1. Evaluasi Kebutuhan
Sebelum mengajukan KTA, penting untuk mempertimbangkan apakah pinjaman ini benar-benar diperlukan. Gunakan KTA untuk kebutuhan yang mendesak atau sebagai alat ungkit demi mendapatkan aset yang menghasilkan nilai tambah di masa depan.
Prioritaskan penggunaan KTA untuk tujuan yang produktif dan dapat memberikan pengembalian investasi, bukan untuk konsumsi yang tidak perlu atau gaya hidup mewah.
2. Bandingkan Penawaran dari Berbagai Lembaga Keuangan
Cari informasi dan bandingkan penawaran KTA dari berbagai lembaga keuangan untuk mendapatkan suku bunga dan kondisi terbaik. Perhatikan detail seperti suku bunga efektif, biaya administrasi, denda keterlambatan, dan syarat lainnya.
3. Buat Rencana Keuangan, Sesuaikan Jumlah Pinjaman dengan Kemampuan Bayar
Hindari mengambil pinjaman melebihi kemampuan pembayaran bulananmu. Gunakan kalkulator pinjaman untuk mengestimasi cicilan bulanan. Pastikan cicilannya tidak melebihi 30% dari penghasilan bulanan kamu.
Buat anggaran keuangan yang memasukkan cicilan KTA sebagai bagian dari pengeluaran bulanan. Buat rencana pembayaran yang jelas, termasuk target tanggal lunas yang realistis.
Jika memungkinkan, pertimbangkan untuk melakukan pembayaran cicilan lebih awal atau melunasi pinjaman sebelum jatuh tempo untuk mengurangi total bunga yang harus dibayar.
4. Pertahankan Catatan Keuangan yang Baik
Mengajukan KTA memerlukan riwayat kredit yang baik. Pertahankan catatan keuangan yang baik dengan membayar semua tagihan dan cicilan tepat waktu, termasuk KTA.
5. Hindari Pinjaman Beruntun
Hindari mengambil KTA baru untuk membayar pinjaman lain. Perilaku seperti ini dapat menciptakan siklus utang yang sulit untuk dipecahkan; gali lubang tutup lubang. Hal seperti inilah yang bisa membuatmu terjebak kredit selamanya.
6. Baca dan Pahami Ketentuan Pinjaman
Sebelum menandatangani perjanjian pinjaman, pastikan kamu telah membaca dan memahami semua ketentuan, termasuk suku bunga, biaya, dan ketentuan lainnya.
Mengatur Keuangan agar Tak Terjebak Kredit Selamanya
So, jika memang sudah dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan sangat cermat, dan ternyata mengajukan pinjaman melalui Kredit Tanpa Agunan ini menjadi satu-satunya solusi keuanganmu, maka tidak ada yang akan melarangnya.
Namun, harus ingat, bahwa mengatur keuangan dengan bijak adalah kunci untuk menghindari terjebak dalam siklus kredit yang enggak kunjung selesai. Berikut adalah beberapa langkah praktis untuk mengelola keuanganmu agar terhindar dari perangkap utang tak berkesudahan.
1. Buat Anggaran yang Realistis
Catat semua sumber pendapatanmu, dan list semua pengeluaran bulanan. Termasuk di dalamnya adalah pos kebutuhan hidup, tagihan, cicilan kredit—termasuk KTA ini, dan pengeluaran tidak terduga lainnya.
Tentukan prioritasnya; cermati pengeluaran mana yang esensial dan mana yang bisa dikurangi atau dieliminasi.
2. Tetapkan Dana Darurat
Sebelum mengajukan pinjaman, pastikan kamu punya dana darurat yang cukup untuk menutupi 3-6 bulan pengeluaran hidup. Dana ini bisa sangat membantu dalam situasi darurat tanpa harus mengambil kredit baru.
3. Gunakan Utang secara Bijak
Selalu ingat untuk menghindari utang konsumtif. Utang sebaiknya digunakan untuk investasi yang menghasilkan nilai lebih di masa depan, bukan untuk konsumsi yang enggak mendatangkan pengembalian. Ingat akan tiga syarat utang sehat ini ya.
Jika harus berutang, pastikan itu untuk tujuan produktif, seperti misalnya untuk usaha, atau pembelian aset yang nilainya meningkat.
4. Bayar Utang dengan Strategi Snowball atau Avalanche
Tentukan metode pembayaran utangmu, bisa pakai metode snowball atau avalance.
- Metode Snowball: Mulai dengan membayar utang terkecil terlebih dahulu sambil membayar minimum pada utang lain, kemudian bergerak ke utang berikutnya yang lebih besar
- Metode Avalanche: Bayar utang dengan bunga tertinggi terlebih dahulu, kemudian lanjutkan ke utang dengan bunga berikutnya yang lebih rendah.
Keduanya bisa menjadi solusi terbaik untuk cara melunasi pinjaman, asalkan kamu punya disiplin diri yang baik juga.
5. Pertahankan Gaya Hidup Sederhana
Selama dalam cicilan, hiduplah sesuai kemampuan. Hindari gaya hidup yang berlebihan dan fokus pada pengeluaran untuk kebutuhan, bukan keinginan. Cari kepuasan dalam hal-hal yang tidak selalu memerlukan pengeluaran uang, seperti waktu bersama keluarga atau hobi yang murah.
Mengikuti langkah-langkah ini tidak hanya akan membantu kamu menghindari terjebak dalam utang seperti halnya Kredit Tanpa Agunan loh. Namun, juga membantumu membangun fondasi keuangan yang kuat untuk masa depan. Kunci utamanya adalah disiplin, perencanaan, dan kesadaran finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
6 Contoh Tujuan Keuangan Jangka Pendek untuk Gen Z
Contoh tujuan keuangan jangka pendek sering kali menjadi topik yang dibahas ketika berbicara tentang generasi Z dan perjalanan keuangan mereka. Sebagai generasi yang lahir di era digital, mereka punya kebiasaan yang unik untuk memanfaatkan berbagai alat dan sumber daya yang tersedia untuk segala hal, termasuk dalam perencanaan keuangan.
Begitu juga dengan contoh tujuan keuangan jangka pendek. Ada banyak opsi yang dapat dipertimbangkan, dan tak jarang hal ini bikin galau. Pengin yang ini, tapi yang itu kayaknya juga menggiurkan. Akhirnya bingung. Padahal sebenarnya bingung itu wajar, cuma sayangnya, kalau dibiarkan berlama-lama bingung akhirnya tertunda dan terlupakan.
Hingga akhirnya, banyak gen Z yang mulai enggak tahu apa tujuan keuangannya sendiri.
Mengapa Gen Z Penting untuk Punya Tujuan Keuangan?
Siapa sih gen Z? Generasi Z atau generasi pascamilenial adalah kelompok manusia termuda di dunia saat ini. Mereka lahir dalam rentang 1995 hingga 2010. Di Indonesia, pada 2010 saja jumlah mereka sudah lebih dari 68 juta orang, nyaris dua kali lipat Generasi X (kelahiran 1965-1976). Dan kini ada sekitar 2,5 miliar orang Generasi Z di seluruh dunia.
Sebagai generasi Z, mempunyai tujuan finansial merupakan suatu keharusan, bukan pilihan. Mengapa penting?
Contohnya saja soal kondisi ekonomi yang berkembang belakangan ini. Harga rumah, biaya pendidikan, dan biaya hidup umumnya telah meningkat secara signifikan. Tanpa perencanaan dan tujuan keuangan yang baik, generasi Z mungkin akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan ekonomi ini.
Eh, tapi kan masih muda! Bahkan belum punya rencana serius buat nikah. Masa sudah harus mikirin biaya pendidikan?
Well, di situlah ada yang namanya tujuan keuangan jangka pendek. Ini cocok banget buat gen Z yang belum mau mikir terlalu jauh. Ini dia beberapa alasan mengapa gen Z seharusnya punya tujuan keuangan jangka pendek:
- Memiliki tujuan keuangan jangka pendek dapat membantu membentuk kedisiplinan keuangan dan mengajarkan generasi Z bagaimana merencanakan, menabung, dan berinvestasi.
- Dengan memiliki tujuan keuangan jangka pendek yang jelas, generasi Z dapat mengurangi stres finansial dan merasa lebih terkontrol atas keuangan sendiri.
- Contoh tujuan keuangan jangka pendek seringkali adalah langkah pertama menuju tujuan keuangan jangka panjang yang lebih besar. Misalnya, menabung untuk liburan atau gadget baru dapat membantu membiasakan generasi Z untuk menabung untuk tujuan yang lebih besar, seperti membeli rumah atau merencanakan pensiun.
- Tujuan keuangan jangka pendek seperti merencanakan liburan atau membeli gadget baru juga dapat meningkatkan kualitas hidup dan memberikan penghargaan dan motivasi untuk bekerja keras.
- Tujuan keuangan seperti dana darurat membantu mempersiapkan situasi tidak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau masalah kesehatan. Ini memberikan jaring pengaman dan memberikan rasa aman finansial.
Dengan alasan-alasan tersebut, sangat penting bagi generasi Z untuk memahami pentingnya menetapkan dan mencapai tujuan keuangan jangka pendek sebagai bagian dari perencanaan keuangan yang sehat dan berkelanjutan.
Contoh Tujuan Keuangan Jangka Pendek untuk Gen Z
Jadi, apakah kamu salah satud ari generasi Z yang sedang merencanakan masa depan keuangan, atau kamu hanya ingin memahami lebih baik bagaimana generasi ini memandang keuangan, yuk, kita bahas 6 contoh tujuan keuangan jangka pendek yang mungkin relevan dan bermanfaat bagi generasi Z.
1. Dana Darurat
Dana darurat adalah sejumlah uang yang disimpan secara khusus untuk mengatasi kejadian mendadak atau tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, biaya medis mendadak, atau perbaikan mobil atau rumah yang mendesak.
Gen Z perlu menjadikan dana darurat ini sebagai contoh tujuan keuangan jangka pendek pertama yang harus dicapai secepat mungkin. Pasalnya, seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa dana darurat dapat memberikan rasa aman dan mengurangi stres finansial saat terjadi krisis. Tanpa dana darurat, kejadian tak terduga bisa menjadi bencana finansial.
Dana darurat juga bisa menjadi alternatif mencegah utang. Jika terjadi krisis dan tidak ada dana darurat, mungkin kamu akan terpaksa mengambil pinjaman atau menggunakan kartu kredit dengan tingkat bunga tinggi. Dana darurat dapat mencegah hal ini bisa terjadi.
Sebagai generasi Z, contoh tujuan keuangan jangka pendek yang ideal adalah menabung setidaknya 3-6 bulan pengeluaran hidup dalam dana darurat. Jumlah ini mungkin berbeda-beda tergantung pada situasi individu masing-masing, seperti status pekerjaan dan tanggung jawab finansial lainnya.
2. Lunasi Utang
Melunasi utang merupakan salah satu contoh tujuan keuangan jangka pendek yang sangat penting, terutama bagi generasi Z yang mungkin baru memulai perjalanan keuangan.
Mengapa demikian?
Utang, terutama utang dengan bunga tinggi, bisa menjadi beban yang besar. Melunasi utang dapat membantu mengurangi beban finansial dan membantu kamu memiliki lebih banyak uang untuk tabungan dan investasi di masa mendatang.
Dan, jangan salah ya. Melunasi utang merupakan langkah pertama dan paling penting jika kamu bercita-cita untuk bisa merasakan bebas finansial secepat mungkin. Tanpa utang, kamu memiliki kontrol penuh atas penghasilanmu dan memiliki fleksibilitas lebih besar dalam pengeluaran dan investasi.
3. Liburan
Liburan adalah salah satu contoh tujuan keuangan jangka pendek yang cukup populer, termasuk bagi generasi Z.
Pasalnya, merencanakan dan menabung untuk liburan bisa menjadi motivasi yang kuat untuk mengembangkan kebiasaan menabung dan merencanakan keuangan. Hal ini juga memungkinkanmu untuk bisa menikmati liburan tanpa stres finansial.
Dengan menabung terlebih dahulu untuk liburan dapat mencegahmu mengambil utang untuk biaya liburan, yang bisa menambah beban finansial di kemudian hari.
Sebagai generasi Z, mulai merencanakan dan menabung untuk liburan sejak dini adalah langkah yang baik. Mulailah dengan menentukan tujuan liburanmu, membuat anggaran, dan kemudian menetapkan rencana tabungan. Mungkin memerlukan waktu dan kedisiplinan, tetapi hasilnya – liburan yang dinikmati tanpa beban finansial – akan sangat berharga.
4. Gadget Baru
Membeli gadget baru seperti smartphone, laptop, atau konsol game adalah contoh tujuan keuangan jangka pendek yang umum, terutama bagi generasi Z yang sangat akrab dengan teknologi.
Sama seperti liburan, menyisihkan uang setiap bulan untuk gadget baru bisa membantu membentuk kebiasaan dan kedisiplinan keuangan yang baik. Ini bisa menjadi latihan yang berharga dalam merencanakan dan mengejar tujuan keuangan. Pun, membeli gadget baru bisa menjadi mahal, dan sering kali orang tergoda untuk membelinya melalui cicilan atau kartu kredit. Namun, jika kamu menabung terlebih dahulu, kamu dapat menghindari biaya tambahan dan bunga yang sering kali melekat pada opsi pembayaran tersebut.
So, enggak apa kalau kamu ganti smartphone setiap kali ada generasi baru hadir. Toh sebagai generasi Z, teknologi kan memang merupakan bagian dari hidupmu. Namun, penting juga untuk merencanakan pembelian gadget baru secara bijaksana.
5. Melanjutkan Pendidikan
Melanjutkan pendidikan, baik itu untuk gelar sarjana, master, doktoral, atau program sertifikasi profesional, adalah contoh tujuan keuangan jangka pendek hingga menengah yang sering menjadi prioritas bagi generasi Z.
Melanjutkan pendidikan adalah investasi dalam pengetahuan dan keterampilan kamu sendiri, yang dapat membuka lebih banyak peluang karier dan potensi pendapatan di masa mendatang. Sementara, biayanya juga mahal dan banyak mahasiswa berakhir tidak bisa melanjutkan pendidikan karena keterbatasan biaya. Menabung terlebih dahulu untuk pendidikan bisa membantu mengurangi beban finansial ini.
Generasi Z harus melakukan perencanaan keuangan jangka pendek secara cermat sebelum memutuskan untuk melanjutkan pendidikan. Pertimbangkan potensi pengembalian investasi dari program pendidikan yang kamu minati, serta cara-cara alternatif untuk mendanai pendidikan tersebut, seperti beasiswa, kerja paruh waktu, atau program pembayaran pelatihan oleh perusahaan.
6. Menikah
Menikah adalah suatu keputusan besar yang juga melibatkan pertimbangan finansial yang signifikan, serta salah satu contoh tujuan keuangan jangka pendek yang penting.
Dari persiapan pernikahan hingga kehidupan setelahnya, berikut beberapa poin mengenai menikah sebagai contoh tujuan keuangan jangka pendek atau menengah bagi generasi Z:
- Biaya pernikahan, bisa sangat mahal, mulai dari biaya resepsi, fotografi, gaun pengantin, hingga bulan madu. Menyisihkan uang sejak dini untuk biaya ini dapat membantu meringankan beban finansial saat waktu pernikahan tiba.
- Setelah menikah, kamu mungkin akan memulai hidup bersama pasangan, yang berarti biaya hidup baru seperti sewa atau cicilan rumah, utilitas, makanan, dan lainnya. Memahami dan merencanakan untuk biaya ini akan sangat penting.
- Menikah sering kali juga berarti membangun tujuan keuangan bersama, seperti membeli rumah, mempersiapkan pendidikan anak, atau merencanakan pensiun, yang hanya bisa dicapai jika kamu punya rencana keuangan yang komprehensif.
Nah, itu dia 6 contoh tujuan keuangan pendek yang sebaiknya dimiliki oleh generasi Z.
Beberapa contoh tujuan keuangan jangka pendek seperti membentuk dana darurat, melunasi utang, merencanakan liburan, membeli gadget baru, melanjutkan pendidikan, dan persiapan pernikahan adalah beberapa langkah penting dalam perjalanan keuangan generasi Z. Menetapkan dan merencanakan untuk mencapai tujuan-tujuan ini dapat membangun keterampilan keuangan yang akan berdampak positif sepanjang hidup.
Bagaimana memulainya? Untuk membantumu melangkah lebih jauh, kamu bisa bergabung dalam kelas keuangan online di QM Financial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Pertanyaan tentang Pengelolaan Keuangan Karyawan yang Paling Sering Muncul dalam Training
Pertanyaan tentang pengelolaan keuangan karyawan sering muncul sebagai topik hangat di berbagai training dan seminar. Memahami bagaimana mengelola keuangan pribadi, mengatur penghasilan, dan berinvestasi dengan bijak memang merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki setiap individu. Terlebih, di era globalisasi dan ketidakpastian ekonomi seperti saat ini, kemampuan mengelola keuangan menjadi semakin penting untuk menjamin kualitas hidup yang baik di masa depan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tujuh pertanyaan tentang pengelolaan keuangan yang paling sering diajukan dalam training ataupun seminar finansial. Mulai dari tips mengatur keuangan dengan gaji UMR, mengeksplorasi instrumen investasi yang aman dan menguntungkan, hingga cara memilih asuransi yang tepat untuk menghindari penipuan.
Semoga jawaban dari pertanyaan tentang pengelolaan keuangan yang disajikan dapat membantu karyawan dan siapa pun yang ingin bisa mengelola keuangan dengan lebih bijaksana dan menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera.
7 Pertanyaan tentang Pengelolaan Keuangan yang Sering Muncul dalam Training Karyawan dan Jawabannya
1. Bagaimana mengatur keuangan dengan gaji UMR?
Pertanyaan tentang pengelolaan keuangan yang pertama ini memang bisa menjadi tantangan tersendiri, namun bukan berarti nggak mungkin dilakukan. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengelola keuangan dengan gaji UMR:
- Buat anggaran bulanan, pakai formula 4-3-2-1; 40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk investasi dan tabungan, 10% untuk lifestyle.
- Hemat biaya. Cari cara untuk mengurangi pengeluaran, misalnya dengan memanfaatkan promo atau diskon, mengurangi penggunaan listrik, atau menyiapkan bekal makan siang dari rumah.
- Prioritaskan utang. Kurangi beban utang seminimal mungkin. Segera lunasi utang dengan bunga tertinggi terlebih dahulu. Usahakan untuk menghindari penggunaan kartu kredit atau pinjaman yang menambah beban utang.
- Bangun dana darurat, dengan nominal setidaknya 3 x pengeluaran rutin. Namun, kalau masih belum sanggup, berapa pun bisa diupayakan, yang penting mulai dulu.
- Punyai proteksi, minimal asuransi kesehatan dengan BPJS Kesehatan.
Dan terakhir, tingkatkan penghasilan. Jangan ragu untuk mencari sumber penghasilan tambahan, seperti freelance, bisnis sampingan, atau menambah jam kerja. Penghasilan tambahan ini dapat membantu untuk mencapai tujuan keuangan lebih cepat.
2. Apa instrumen investasi yang aman dan menguntungkan?
Perlu dipahami bahwa tidak pernah ada instrumen investasi yang aman dan menguntungkan. Mengapa? Karena investasi akan selalu ada risikonya. So, kita bisa menyesuaikan tingkat risiko ini dengan profil kita masing-masing.
Beberapa instrumen investasi yang bisa diurutkan sesuai tingkat risiko yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tentang pengelolaan keuangan yang kedua ini di antaranya:
- Deposito, yang merupakan investasi dalam bentuk simpanan di bank dengan jangka waktu tertentu. Keuntungan yang didapat berupa bunga yang lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa. Deposito relatif aman karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga batas tertentu.
- Obligasi pemerintah, keuntungannya berupa bunga yang dibayarkan secara periodik. Obligasi pemerintah dianggap lebih aman karena didukung oleh pemerintah, ada undang-undangnya, dan memiliki risiko gagal bayar yang rendah.
- Reksa dana pasar uang, yaitu produk investasi yang mengelola dana dari investor untuk diinvestasikan dalam instrumen pasar uang, seperti deposito dan surat utang jangka pendek. Keuntungan dari reksa dana pasar uang relatif stabil dan risikonya lebih rendah dibandingkan jenis reksa dana lainnya.
Sebelum memutuskan instrumen investasi yang akan dipilih, pastikan untuk melakukan riset dan memahami profil risiko serta potensi keuntungan dari setiap instrumen. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli keuangan atau perencana keuangan untuk membantu menentukan pilihan investasi yang tepat.
3. Bagaimana cara melunasi utang yang menumpuk?
Melunasi utang yang menumpuk memerlukan strategi yang baik dan komitmen yang kuat. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai jawaban dari pertanyaan tentang pengelolaan keuangan ini:
- Daftar utang: Buatlah daftar semua utang yang dimiliki, termasuk jumlah utang, bunga, dan jangka waktu pelunasan. Dengan ini, akan lebih mudah mengatur strategi pelunasan.
- Tentukan prioritas: Prioritaskan utang dengan bunga tertinggi terlebih dahulu, karena utang tersebut akan menumpuk lebih cepat. Atau bisa juga memprioritaskan utang dengan jumlah terkecil terlebih dahulu (metode salju – snowball method) untuk memberi motivasi saat melihat progres pelunasan utang.
Jika memiliki banyak utang dengan bunga tinggi, pertimbangkan konsolidasi utang dengan menggabungkannya menjadi satu utang dengan bunga yang lebih rendah. Hal ini akan memudahkan pengelolaan utang dan mengurangi total bunga yang harus dibayar.
4. Pengin beli rumah, tapi gimana cara bikin rencana keuangannya? Takut nggak mampu.
Membeli rumah memang merupakan keputusan finansial besar yang memerlukan perencanaan yang matang. Tapi bukan merupakan hal yang mustahil dilakukan. Kuncinya memang pada perencanaan yang matang.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membuat rencana beli rumah:
- Tentukan tipe rumah yang ingin dibeli, lokasi, dan kisaran harga. Dengan mengetahui anggaran yang dibutuhkan, Anda akan lebih mudah menentukan target tabungan dan strategi keuangan.
- Pertimbangkan KPR yang bisa menjadi pilihan untuk membantu membiayai pembelian rumah. Pelajari syarat dan ketentuan KPR dari berbagai bank, dan pilih yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
- Hitung uang muka, biasanya sebesar 15-25% dari harga rumah. Tentukan jumlah uang muka yang dibutuhkan dan buat target tabungan untuk mencapainya.
- Hitung kemampuan menyisihkan uang dari penghasilan. Cari cara untuk mengurangi pengeluaran dan meningkatkan penghasilan agar lebih cepat mencapai target tabungan.
- Buat simulasi cicilan, dan pastikan cicilan tidak lebih dari 30-40% dari penghasilan bulanan agar enggak memberatkan keuangan.
Dengan membuat rencana keuangan yang matang dan disiplin dalam menjalankannya, akan ada gambaran yang lebih baik tentang kemampuan untuk membeli rumah dan mengelola cicilan. Ikut kelas Dana Rumah jika pas ada jadwalnya, supaya bisa lebih pasti menghitungnya.
5. Berapa idealnya besaran dana darurat?
Nah, jawaban pertanyaan tentang pengelolaan keuangan satu ini, yaitu besaran dana darurat, sudah pernah dijelaskan secara detail dan jelas dalam artikel di website ini. Sila klik saja link yang sudah ditautkan ya.
6. Gimana cara menghitung dana pensiun?
Untuk menjawab pertanyaan tentang pengelolaan keuangan ini, ikuti langkah-langkah singkat berikut:
- Estimasi pengeluaran bulanan: Tentukan berapa banyak uang yang dibutuhkan setiap bulan saat pensiun, termasuk biaya makan, perumahan, kesehatan, dan gaya hidup.
- Estimasi durasi pensiun: Tentukan usia pensiun dan harapan hidup atau life expectancy at birth untuk menghitung berapa lama akan membutuhkan dana pensiun.
- Hitung kebutuhan dana pensiun: Kalikan pengeluaran bulanan dengan durasi pensiun dalam bulan untuk menghitung kebutuhan dana pensiun total.
- Hitung dana pensiun yang harus ditabung: Bagi kebutuhan dana pensiun yang tersisa dengan jumlah bulan yang tersisa hingga pensiun. Jumlah ini merupakan dana pensiun yang harus ditabung setiap bulan hingga mencapai usia pensiun.
Mau lebih detail? Ada nih di kelas Dana Pensiun. Bisa cek untuk jadwalnya ya.
7. Bagaimana cara memilih asuransi supaya terhindar dari penipuan?
Memang dengan banyaknya berita akhir-akhir ini, image produk keuangan yang sangat bermanfaat ini jadi ikut kena efek ya? Padahal, memiliki asuransi itu penting banget.
Nah, untuk bisa memilih produk dan terhindar dari penipuan, coba lakukan beberapa hal ini:
- Pilih perusahaan asuransi terpercaya: Cari perusahaan asuransi yang memiliki reputasi baik, kinerja keuangan yang solid, dan izin usaha dari otoritas yang berwenang.
- Pelajari produk asuransi: Pahami jenis asuransi yang dibutuhkan, seperti asuransi kesehatan, jiwa, atau kendaraan. Pelajari manfaat, premi, dan ketentuan polis.
- Bandingkan beberapa produk: Bandingkan produk asuransi dari beberapa perusahaan untuk menemukan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.
- Baca polis dengan teliti: Pastikan memahami semua ketentuan, batasan, dan pengecualian dalam polis asuransi sebelum menandatanganinya.
- Konsultasi dengan agen asuransi profesional: Dapatkan informasi dan saran dari agen asuransi yang berlisensi dan profesional untuk membantu memilih produk yang tepat.
Memahami dan mengelola keuangan pribadi adalah kunci keberhasilan finansial dan kenyamanan hidup di masa depan. Dengan menyimak jawaban pertanyaan tentang pengelolaan keuangan yang sering ditanyakan dalam training atau seminar seperti di atas, kita telah melangkah lebih dekat untuk meraih kestabilan finansial yang diinginkan.
Pertanyaan tentang pengelolaan keuangan yang disebutkan di atas hanyalah sebagian kecil yang sering ditanyakan di seminar ataupun training.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mau Punya Anak Berapa? Ini Persiapan Finansial yang Mesti Dilakukan
Punya anak merupakan sebuah anugerah untuk pasangan suami istri. Tak jarang juga mungkin kamu mendengar istilah “banyak anak banyak rezeki”. Sedangkan, keputusan mau punya anak banyak atau dua anak cukup sebenarnya menjadi pilihan masing-masing pasutri.
Namun, yang jelas semakin punya anak banyak, artinya semakin banyak tanggung jawab yang harus dipikul sebagai orang tua seumur hidup. Tanggung jawabnya dari banyak hal, khususnya dari segi finansial. Nah, sebelum memutuskan ingin punya anak berapa, sebaiknya pertimbangkan dulu apa saja persiapan finansial yang harus dilakukan.
Punya Anak Artinya Harus Mengatur Kembali Anggaran Keuangan Keseluruhan
Kehadiran anak atau memiliki banyak anak, sudah pasti akan menambah banyak kebutuhan keluarga. Artinya kamu harus mengatur kembali anggaran keuangan keseluruhan dari sebelumnya.
Langkah ini merupakan yang utama dan tidak bisa ditawar supaya keuangan tetap berjalan dengan baik dan efektif. Kamu bisa mulai dengan mencatat dengan teliti semua pengeluaran yang baru terkait kehadiran anak. Misalnya jika anak bayi, maka harus merinci mulai dari biaya popok dan kebutuhan lainnya, biaya dokter, biaya membeli pakaian, dan juga kebutuhan anak lainnya.
Kamu bisa menghilangkan pengeluaran sebelumnya yang tidak terlalu penting dan menggantinya dengan kebutuhan anak yang harus terpenuhi. Bisa diatur-atur mana yang harus diganti atau tidak.
Mengatur Skala Prioritas
Mengatur skala prioritas adalah penting setelah menyelsaikan semua anggaran baru. Skala prioritas bisa disusun berdasarkan kewajiban dan kebutuhan terlebih dahulu. Sampingkan dahulu pengeluaran di luar kebutuhan, misalnya hanya keinginan yang tidak begitu dibutuhkan. Jika punya anak artinya kamu harus membuat rencana jangka panjang untuk kesejahteraan keluarga. Beberapa hal yang sebaiknya dijadikan skala prioritas ketika punya anak yaitu:
- Tabungan pendidikan untuk masa depan anak
- Biaya kesehatan anak hingga hal yang bersifat mendadak
- Asuransi jiwa untuk keluarga
- Asuransi jiwa dan kesehatan untuk anak
Cerdas Memilah Kebutuhan Anak
Sebagai orang tua yang punya anak, pastinya kebutuhan menjadi prioritas dan tidak boleh asal dipenuhi. Orang tua pasti ingin memberikan segalanya yang terbaik. Maka, orang tua juga harus cerdas dalam memenuhi kebutuhan anak tanpa mengganggu kesehatan finansial.
Kamu bisa membeli perlengkapan bayi atau anak sesuai dengan kebutuhannya saja. Misalnya, jika punya anak pertama, kamu bisa mempertimbangkan barang-barang yang memang akan bermanfaat dan terpakai dalam jangka lama.
Sedangkan jika memang kemudian punya anak kedua, kamu bisa menggunakan barang bekas milik kakaknya yang sebelumnya masih layak karena dipakai anak hanya sebentar di usia kecilnya. Setelah itu jika memang mantap tidak akan menambah anak, kamu bisa menjual barang-barang yang sudah tidak terpakai anak lagi.
Melunasi Utang Jangka Pendek
Biaya kebutuhan anak mulai dari kesehatan, tabungan pendidikan, dan yang lainnya harus direncanakan, Namun, jika kamu memiliki utang sebaiknya lunasi terlebih dahulu, khususnya utang jangka pendek.
Melunasi utang sebelum punya anak dapat meminimalkan peluang ‘gali lubang tutup lubang’. Faktanya, pengeluaran setelah punya anak merupakan salah satu pengeluaran yang cukup besar. Kalau tidak disiapkan dengan baik, tak menutup kemungkinan bagi orang tua lantas berutang. Keputusan ini akan berat di belakang loh.
Jika utang-utang jangka pendek telah dilunasi, minimal kamu bisa lebih bernapas dan akan lebih mudah menyiapkan tabungan untuk anak kamu.
Mulai Berhemat Saat Punya Anak Baru
Jika merasa pengeluaran bertambah sedangkan pemasukan masih tetap, maka berhemat bisa dilakukan. Punya anak membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga dengan berhemat kamu bisa mengatur berbagai pos pengeluaran dalam keuangan menjadi tidak terganggu.
Beberapa pos pengeluaran yang bisa kamu hemat seperti biaya liburan, hiburan, makan di luar, belanja pakaian bulanan, dan biaya lainnya yang bersifat fleksibel. Kamu juga bisa membatasi pemakaian listrik, air, dan internet dengan menggunakannya ketika butuh saja.
Selain itu, jika kamu memiliki kartu kredit maka gunakanlah dengan bijak. Ingat, kartu kredit bisa jadi tambahan beban, kalau kamu tak cerdas dalam pemakaiannya. Bukannya dilarang, tetapi kamu harus benar-benar bijak dalam pengelolaan utang kartu kredit ini.
Mulai Berinvestasi
Berinvestasi menjadi hal penting yang harus kamu lakukan demi kondisi keuangan yang stabil setelah punya anak. Apalagi bagi keluarga muda, akan ada banyak tujuan keuangan dan kebutuhan di masa mendatang yang harus dipersiapkan sejak saat ini.
Nantinya di masa mendatang, berbagai kebutuhan akan semakin besar karena adanya inflasi. Maka, sebagai orang tua, kamu sebaiknya sudah mulai mengalokasikan uang untuk berinvestasi sejak usia masih produktif.
Menabung di bank saja tidak cukup, karena menabung bisa membuat nilai uang tergerus akibat inflasi maupun potongan administrasi. Bunga tabungan biasanya hanya berkisar 1-2% saja per tahunnya sebelum pajak, lalu dengan bunga pajak bisa mencapai 20%. Maka mulai mencoba investasi saat anak masih usia kecil perlu dipertimbangkan.
Semoga informasi mengenai persiapan finansial setelah punya anak saat ini dapat membantu kamu menyejahterakan keluarga dan kesehatan keuanganmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cara Lunasi Utang dengan Gaji Karyawan Pas-pasan dengan Metode Debt Snowball
Ingin segera terbebas dari beban utang? Berlama-lama dengan tumpukan utang memang nggak baik untuk kesehatan finansial kamu. Nah, jangan khawatir kali ini kita akan membahas salah satu cara lunasi utang yang cukup populer di kalangan debitur, yaitu metode debt snowball.
Metode ini cocok untuk sebagai cara lunasi utang dengan gaji karyawan yang pas-pasan. Kelihatannya memang sulit menyelesaikan beban utang yang jauh lebih besar ketimbang gaji yang kamu dapatkan saat ini, bukan? Tapi, itu mungkin terjadi kalau kamu menerapkan debt snowball ini.
Apa itu Metode Debt Snowball?
Dari beberapa cara lunasi utang lainnya, snowball yang dalam bahasa Indonesia artinya bola salju ini bisa jadi cara jitu untuk melunasi tumpukan utang tanpa kesulitan.
Debt snowball adalah strategi atau cara lunasi utang mulai dari yang terkecil dan terus berlanjut hingga yang terbesar. Penyelesaian sedikit demi sedikit utang dari yang lebih kecil memberimu motivasi untuk terus segera terbebas dari utang.
Metode ini dianalogikan dengan bola salju yang ketika menggelinding ke tempat rendah. Semakin ke bawah, semakin besar nominal yang ditanggung. Fungsinya agar kamu fokus pada nominal terendah hingga tertinggi.
Untuk mengawali penerapan strategi ini, kamu perlu membuat urutan utang beserta nominal mulai dari yang terkecil. Nantinya setiap bulan kamu harus memprioritaskan utang terkecil untuk dilunasi.
Manfaat Lunasi Utang dengan Debt Snowball
Metode debt snowball adalah pilihan cara lunasi utang yang baik untuk kamu agar termotivasi menyelesaikan utang. Melunasi utang kecil pertama itu bisa terasa sangat bermanfaat, memberimu motivasi yang lebih untuk terus berjalan sampai semua utang lunas.
Namun, penting untuk dipahami bahwa metode pembayaran utang ini bekerja paling baik jika kamu memperoleh penghasilan tetap dan memiliki sedikit pengeluaran dalam anggaran bulanan. So, pastikan kamu mampu membayar sedikit lebih banyak untuk utang daripada hal lain.
Nah, metode debt snowball ini bisa membantu kamu dengan gaji karyawan pas-pasan untuk bisa bebas dari jeratan utang. Apa saja sih keunggulan dari pelunasan metode debt snowball? Berikut di antaranya.
Utang lunas lebih cepat
Snowball mendorong debitur untuk melunasi nominal utang dari yang paling rendah hingga paling besar. Dengan begitu, waktu pelunasan bisa dikatakan akan lebih cepat.
Umumnya, orang akan membayar utang paling besar di awal karena dianggap lebih berat bebannya. Namun melunasi utang yang nominalnya besar di awal justru dapat memakan tenaga dan pikiran. Nah, jika utang diselesaikan dari yang paling sedikit, satu per satu utang akan selesai dan kamu bisa fokus untuk melunasi utang yang nominalnya lebih besar.
Penyelesaian tunggakan selesai dengan efektif
Penerapan cara lunasi utang ini dapat membuat utang kamu cepat terselesaikan karena akan ada dorongan dan motivasi untuk menyelesaikan yang lebih besar. Motivasi itu datang dari perasaan lega karena utang-utang sebelumnya telah selesai.
Pembayaran utang lebih teratur dan konsisten
Perencanaan uang terutama dalam cara lunasi utang dapat lebih terencana dan dapat dilakukan dengan konsisten. Kebanyakan orang sulit menentukan prioritas kewajiban mana yang harus diselesaikan, namun metode ini membuatnya lebih sederhana terutama dengan gaji karyawan yang seadanya.
Cara Lunasi Utang dengan Metode Debt Snowball
Berikut ini adalah langkah atau cara lunasi utang dengan metode debt snowball yang dapat membantumu terbebas dari utang.
1. Buat daftar utang
Buat spreadsheet atau keluarkan notepad dan buat daftar setiap utang yang kamu miliki. Ini dapat mencakup kartu kredit, KTA, kartu kredit, utang panci, tagihan medis, dan jenis utang apa pun yang kamu miliki.
Sertakan informasi seperti jumlah utang, pembayaran bulanan minimum, suku bunga dan tanggal jatuh tempo bulanan.
2. Lakukan pembayaran tepat waktu
Melakukan pembayaran bulanan minimum untuk semua utang berdasarkan riwayat pembayaran mencapai 35% dari total nilai kredit. Jadi, semakin banyak pembayaran tepat waktu yang dilakukan, semakin sedikit biaya yang akan dikenakan dan semakin besar dampak positifnya terhadap nilai kredit kamu. Pun kamu terhindar dari denda.
3. Fokus melunasi utang terkecil
Saat kamu melakukan pembayaran minimum untuk sisa utang, gunakan dana ekstra yang tersedia untuk utang terkecil.
Jika mencari cara lunasi utang dengan mendapatkan penghasilan tambahan demi mempercepat proses pelunasan ini, kamu bisa pertimbangkan untuk menjual barang-barang yang tidak terpakai di sekitar rumah. Bisa juga, kamu mencari pekerjaan sampingan. Dari mana pun penghasilan tambahan berasal, kamu dapat memasukkannya ke dalam utang terkecil itu.
4. Ulangi sampai selesai
Lanjutkan menempatkan semua uang ekstra ke utang terkecil sampai lunas. Kemudian kamu dapat menerapkan uang yang kamu bayarkan untuk utang itu ke utang terkecil berikutnya. Lakukan ini sampai semua utang terbayar lunas.
Untuk mengatasi tunggakan utang, diperlukan rasa tanggung jawab dan komitmen untuk mengatasi utang satu per. Metode snowball bisa jadi salah satu cara lunasi utang yang kamu butuhkan saat ini untuk segera meraih kebebasan finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Karyawan Punya Utang? Yay or Nay?
Utang memang bisa saja menjadi akar masalah banyak hal. Nggak cuma masalah finansial, tapi ya merembet ke mana-mana, sampai-sampai bisa memengaruhi hubungan dalam keluarga. Mungkin karena itulah, banyak dari kita yang menghindari punya utang.
Sebisa mungkin, jangan ngutang deh. Apa pun yang terjadi.
Pemikiran seperti ini tentu enggak salah. Malahan ini bagus sekali, karena memang kalau tanpa keterampilan pengelolaan yang baik, utang itu buntutnya bisa panjang beud. Bahkan, katanya, utang dibawa sampai mati. Kalau kita enggak bisa melunasi utang, nanti keluarga kita yang akan ditagih, dan bukan nggak mungkin bakalan kena nggak enaknya.
Ya, itu betul. Tapi itu hanya berlaku untuk utang yang tidak terkelola dengan baik.
Faktanya—di sisi lain—utang juga ada manfaatnya. Salah satunya, utang sebagai leverage yang bisa membuat kita memiliki hal-hal yang terlalu jauh dari jangkauan. Rumah, misalnya. Dengan catatan utama, sebelum diambil, pengelolaannya harus direncanakan dengan sangat baik.
Karyawan Punya Utang? Kenapa Enggak?
Mindset bahwa utang selalu identik dengan hal buruk sebenarnya kurang tepat. Pasalnya, semua tergantung pada kita, para peminjam dana ini. Bahkan kartu kredit, jika memang kita terampil mengelola, juga akan memberikan manfaat yang besar kok.
Lagi pula, dalam beberapa hal, status kita sebagai karyawan sebenarnya sangat menguntungkan. Termasuk jika kita punya utang, atau mengambil kredit. Mengapa? Karena kita punya sumber penghasilan tetap yang bisa diandalkan. Mau besar atau kecil, itu sih masalah nominal saja—yang sebenarnya sangat bisa kita atur penggunaannya sehingga bisa mencukup semua kebutuhan kita.
So, karyawan punya utang? Ya, memangnya kenapa? Boleh dong! Yang penting, perhatikan beberapa hal berikut ini.
1. Pahami syarat utang sehat
Punya utang itu enggak masalah, asalkan kita bisa menjaganya agar tetap sehat. Sudah tahu belum, syarat utang sehat? Yaitu:
- Jelas, utangnya untuk apa? Seperti juga ketika berinvestasi, saat hendak berutang kita harus bisa menjawab pertanyaan yang sama #TujuanLoApa?
- Ada periode waktu yang masuk akal dan sesuai.
- Yakin mampu mengembalikan dananya.
Untuk lebih detail penjelasan mengenai syarat utang sehat, kamu bisa baca artikel yang sudah ditautkan ya?
Jadi, selama utang yang kamu ambil itu memenuhi 3 syarat di atas, maka berutang seharusnya bukan masalah lagi.
2. Harus ada lawannya
Utang yang baik adalah utang yang ada lawannya. Apa lawannya? Aset.
Jadi, misalnya, kita punya utang untuk membeli rumah. Rumah yang kita beli akhirnya menjadi aset, yang nilainya bertumbuh seiring waktu. Maka, bisa disimpulkan, bahwa berutang untuk beli rumah adalah utang yang pada tempatnya.
Sekarang, contoh lain. Kita berutang untuk membayar ongkos rumah sakit. Adakah aset yang kita miliki dari utang tersebut? Jawabannya, tidak. Maka, utang yang seperti ini haruslah segera dilunasi, kalau memang tidak bisa dihindari.
Nah, kelihatan kan bedanya, punya utang yang bermanfaat dan yang tidak, dengan melihat dari adanya aset yang kita miliki kemudian.
3. Sudah terlanjur terjerat? Fokus selesaikan!
Lalu, bagaimana jika sekarang, ternyata kita sebagai karyawan sudah terlilit berbagai utang yang bergulung-gulung—terlepas awal mulanya bagaimana—agar bisa kemudian “menyusul” dan memperbaiki kondisi?
Ya tidak bisa tidak, harus fokus untuk segera diselesaikan.
Loh, harus diselesaikan ya? Kalau misalnya, kita enggak mampu bagaimana?
Well, yang namanya utang ya tetap harus dilunasi. Namanya juga pinjam, jadi harus dikembalikan, bagaimana pun caranya.
Begitu juga jika kita sebagai karyawan yang punya utang pada pihak lain, apalagi terhadap pinjol ilegal yang sekarang marak. Pasalnya, kadang, semua juga kena imbasnya kan? Teman-teman di kantor, atasan, sampai klien, ada loh yang sampai ditelepon terus menerus oleh agen penagihan pinjol ilegal ini. Duh, kebayang kan, rasanya gimana?
So, kalau misalnya memang terjerat, ya sudah mau bagaimana lagi? Sekarang, yuk, fokus untuk menyelesaikan. Coba cek artikel yang berisi tip efektif melunasi utang dengan segera ini ya. Setelah utang selesai, atur lagi supaya jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Melunasi Utang Keluarga Warisan
Utang bisa jadi satu masalah paling besar yang harus dihadapi oleh sebuah keluarga. Apalagi jika itu adalah utang keluarga warisan, dalam arti yang meminjam uang sudah tiada, atau cacat, sehingga tak ada lagi pemasukan yang bisa diandalkan untuk membayar utang.
Kejadian sebenarnya nih. Seorang istri bersuamikan seorang dokter yang spesialisasinya bedah luar biasa. Maksudnya, beliau menangani kasus-kasus luar biasa yang terjadi pada pasien; misalnya kondisi bayi lahir dengan perut di luar, dan semacamnya. Tarif sekali bedah juga luar biasa mahal. Karena itu, gaya hidup mereka pun “menyesuaikan” dengan pemasukan yang besar. Hingga suatu kali, sang suami–yang dokter bedah luar biasa ini–meninggal mendadak. Serangan jantung, katanya. Persis seperti peristiwa yang menimpa Ashraf Sinclair kemarin. Begitu cepat. Istri berduka. Bedanya, keluarga ini tidak dikaruniai anak, tetapi memiliki anak adopsi.
Ternyata, beberapa bulan kemudian, terungkap bahwa suami meninggalkan begitu banyak utang keluarga semasa hidup. Mulai dari rumah, kendaraan, bisnis yang gagal, entah apa lagi. Secara berturut-turut, perlahan tapi pasti, istri kehilangan semuanya lantaran semua aset disita karena tidak mampu membayar utang.
Sekarang si istri hidup menumpang di rumah teman-temannya secara bergiliran. Anak adopsinya? Yah, enggak usah dibahas deh. Bukan situs yang membahas soal kedurhakaan anak, soalnya.
Mari kita kembali ke topik. Ada dua hal yang harus disoroti: utang keluarga yang ditinggalkan, dan ketidaksiapan istri menghadapi hari-hari setelah ditinggal oleh suaminya.
Miris. Kasihan banget memang. Tapi, kita seakan tak bisa membantu apa pun. Karena, utang tetap utang, harus dibayar.
Jika kamu juga menghadapi situasi yang kurang lebih sama dengan cerita di atas sekarang, well … kami turut berduka. Tapi, utang harus dibayar, apa pun kondisinya. Memang akan sangat berat, dan kalau kamu sekarang sudah berkeluarga, utang keluarga yang diwariskan ini pun biasanya juga menjadi beban keluarga barumu.
So, coba lakukan beberapa langkah berikut agar bisa melunasi utang keluarga warisan ini, sebelum “membahayakan” hajat hidup orang banyak.
5 Langkah Membereskan Utang Keluarga Warisan
1. Buat daftar utang keluarga dan tentukan prioritas
Buat daftar utang keluarga yang ditinggal; utang untuk apa, pada siapa, berapa cicilannya, sekarang posisinya di mana, dan kapan jatuh temponya. Buat selengkap mungkin.
Baru, kemudian tentukan prioritas, mana yang hendak dibereskan terlebih dahulu. Mau melunasi dari utang dengan bunga terbesar, atau nominal terkecil? Atau mungkin, ada pertimbangan lain?
Coba cek artikel Cara Efektif Melunasi Utang ini untuk detailnya ya.
2. Diskusi dengan saudara, berbagi beban
Jangan terbebani sendirian. Jika kamu memiliki saudara-saudara, maka ajak mereka untuk duduk bersama membicarakan utang keluarga warisan ini. Berbagilah beban.
Bagaimanapun, ini kan urusan keluarga besar, jadi sebisa mungkin ditanggung bersama agar lebih ringan. Diskusikan apa yang bisa dilakukan dengan segera, agar utang keluarga warisan ini bisa segera dibereskan.
3. Buat daftar warisan
Jika memang ada, buatlah daftar aset maupun uang tunai yang mungkin ditinggalkan secara menyeluruh. Kalau sudah terkumpul, bandingkan dengan jumlah utang keluarga yang diwariskan.
Jika memang memungkinkan, gunakan harta waris ini untuk melunasi utang keluarga hingga semaksimal mungkin. Jangan lupa, diskusikan dulu dengan keluarga besar ya, karena mereka pun biasanya punya hak juga atas harta waris yang ditinggalkan ini.
4. Klaim asuransi jiwa
Jika pihak yang meminjam uang sempat memiliki asuransi jiwa, maka mungkin bisa diperhitungkan juga untuk melunasi utang keluarga.
Hubungi perusahaan asuransi tempat anggota keluarga tersebut membayar premi, dan klaim asuransinya.
Di sinilah memang pentingnya memiliki asuransi jiwa murni. Jika pencari nafkah tidak bisa meneruskan pekerjaan–karena sebab apa pun–keluarga bisa mendapatkan perlindungan dari kerugian materi yang lebih banyak lagi. Jadi, penting ya untuk diperhatikan, terutama buat kamu yang menjadi tulang punggung keluarga. Kalau ada kasus seperti di atas, uang pertanggungan asuransi ini bisa banget dipakai untuk membayar utang keluarga warisan seperti ini.
5. Negosiasi keringanan pelunasan
Hal terakhir yang bisa ditempuh agar bisa melunasi utang keluarga warisan adalah dengan negosiasi keringanan pembayaran utang pada pihak pemberi pinjaman.
Katakanlah, yang bersangkutan berutang pada bank, maka ada beberapa langkah yang bisa ditempuh:
- Potongan nominal dalam satu kali bayar. Di sini pihak peminjam memohon keringanan nominal utang, jika dapat membayar langsung lunas. Jadi, misalnya utang dengan bunga keseluruhan Rp100 juta, tapi karena dilunasi sekali bayar, maka jadi ada keringanan Rp20 juta, tinggal bayar Rp80 juta.
- Tenor diperpanjang, dengan besar bunga rendah.
Bisa juga gabungan antara keduanya, meminta potongan dan tenor diperpanjang dengan bunga rendah. Tentu saja, semuanya bergantung kebijakan si pemberi pinjaman.
Well, semoga bisa segera diselesaikan ya, utang keluarga warisannya. Harus sabar, dan rela bekerja keras demi lunasnya utang ini. Dukungan dari semua pihak akan banyak dibutuhkan.
Semangat!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kesalahan dalam Membayar Utang
Gimana? Sudah dalam tahap membayar utang kembali, demi 2020 bebas utang dan kondisi keuangan yang lebih sehat? Bagus!
Membayar utang adalah kewajiban setiap umat yang berutang. Karena, berani utang ya berani bayar. Kewajiban membayar harus sudah menjadi bahan pertimbangan utama bahkan sebelum utang. Ya, kalau enggak, terus enggak dibayar kembali, gitu? Jangan utang deh, kalau memang enggak berniat membayar kembali.
Tapi, kadang kejadian juga, sudah berniat baik untuk membayar utang kembali, tapi justru kita semakin terjerat dalam perutangan. Ouch! Tentunya kamu enggak mau dong, hal ini terjadi kan? Karena itu, jangan sampai melakukan beberapa kesalahan berikut ini saat membayar utang.
5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Membayar Utang Kembali
1. Menambah utang lagi
Gali lubang tutup lubang, tanpa sadar lubangnya justru semakin besar dan dalam. Duh, mimpi buruk banget deh ini, bagi semua orang yang punya utang.
Mungkin kamu berpikir, nggak apalah pinjam pada keluarga, misalnya, demi membayar utang bank. Baiklah, itu keputusanmu. Namun, kamu juga memperhitungkan “harga” atau value hubungan keluarga, jika kamu memutuskan untuk gali lubang untuk menutup lubang yang lain seperti ini.
Atau bisa jadi, kamu memperhitungkan bahwa bulan depan gajimu akan naik. Maka, kamu anggap nggak apa deh buat menambah utang lagi, padahal utang yang lain masih panjang pelunasannya. Hati-hati, sebaiknya jangan pernah menggunakan uang yang belum di tangan, dan tetap pertahankan pada batas maksimal 30% dari penghasilan. Kalau uang belum di tangan, itu berarti kamu belum punya uang untuk membayar utang lo! Kalau ada kondisi tertentu hingga kenaikan gajimu tertunda, bagaimana?
Juga, kalau sudah lebih dari 30%, sebaiknya setop utang dulu. Jangan menambah utang lagi.
2. Tanpa rencana atau strategi
Besarnya utang mungkin tak seberapa, tetapi untuk membayarnya kembali kamu tetap butuh rencana dan strategi.
Mengapa? Karena tanpa rencana dan strategi, utang tak akan terkelola dengan baik hingga bisa saja berakibat kita jadi kewalahan membayarnya kembali.
Rencana dan strategi untuk membayar utang kembali ini seharusnya sudah dipertimbangkan masak-masak saat kita masih berencana untuk berutang. Kalau sudah berpasangan, bagaimana pembagian peran dalam mengelola keuangan–termasuk harus membahas siapa yang bertugas membayar cicilan, jika memang utangnya harus dibayar kembali dengan cara dicicil. Dan, seterusnya.
Jangan sampai berutang, tanpa rencana dan strategi pembayaran kembali.
3. Bayar telat
Bayar telat, ingat denda. Hampir di setiap jenis kredit atau utang, selalu ada denda yang berlaku jika ada keterlambatan pembayaran. Bahkan utang sekecil di PayLater pun juga ada dendanya lo. Memang tak seberapa sih, sekitar Rp2.000 per hari saja.
Nah, dengan limit utang yang kecil juga, lalu terjadi keterlambatan pelunasan, masih ditambah dengan bunga dan biaya administrasi, jadi akumulasi denda ini akhirnya kerasa juga. Apalagi kalau sampai telat sebulan. Yah, berarti berapa persen sendiri tuh?
Begitu juga dengan utang kartu kredit. Bayar telat, akan ada denda plus bunga. Lama-lama cuma bisa bayar minimum, yang akhirnya bikin bunga berbunga dan makin membengkak.
4. Bayar minimum
Kadang para kreditur ini memang menganggap enteng sih, dengan jumlah pembayaran utang minimum ini. Banyak yang salah paham, bahwa bunga kartu kredit dihitung berdasarkan sisa tagihan, padahal sebenarnya dari nilai total transaksi utang.
Dengan membayar jumlah minimum ini, total tagihan yang perlu dibayarkan semakin meningkat. Parahnya, hal ini justru banyak yang tak disadari oleh para pengguna kartu kredit pembayar minimum ini.
So, sebaiknya, jangan tunda lagi membayar utang–terutama utang kartu kredit. Kalau punya uang lebih, segera saja lunasi. Agar tak kena efek bunga berbunga.
5. Pakai uang pos lain, tapi lupa ganti
Saat kita membayar utang, mungkin kita harus mencairkan tabungan ataupun dana darurat. Semua demi utang yang lebih cepat terlunasi. Ini adalah langkah yang baik.
Namun, hal ini bisa jadi bumerang, kalau uang yang kita pakai untuk melunasi utang itu tidak segera diganti. Misalnya, kita ambil dana darurat. Utang lunas, maka PR selanjutnya adalah segera mengganti dana darurat yang sudah dipakai. Kalau enggak, nanti kalau butuh dana lagi gimana? Masa iya, mau utang lagi?
Jadi, jangan sampai lupa mengganti uang yang dipakai untuk membayar utang ya.
So, gimana nih? Semoga kamu tidak melakukan satu pun dari kesalahan membayar utang di atas ya. Semoga utangmu juga segera beres.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Pertimbangan Sebelum Berutang
Utang memang boleh, tapi harus memenuhi 3 syarat utang sehat. Ya memang, lebih enak sih kalau enggak punya utang. Beban hidup ringan! Karenanya, ada beberapa pertimbangan penting yang harus dipikirkan sebelum berutang.
Sebagai manusia, sudah wajar kalau kita ini punya banyak keinginan. Kita sering kali butuh sesuatu yang harganya enggak terjangkau, sedangkan barang tersebut bisa jadi aset berharga di masa depan kita nanti. Rumah, misalnya. Beli rumah dengan uang cash? Ya, kalau bisa sih bagus banget! Tapi, buat sebagian (besar) orang, hal ini enggak mungkin dilakukan. Jadilah berutang.
Nggak masalah kok. Jadi, mari kita lihat beberapa pertimbangan sebelum berutang yang harus dipikirkan dengan saksama.
5 Pertimbangan Sebelum Berutang
1. Uangnya buat apa?
Sebelum berutang pastinya kamu harus tahu dulu, utangnya buat apa?
Ya masa sih, utang asal utang, tanpa tahu mau buat apa? Buat apa aja kek, buat beli barang-barang yang oke.
Barang apa?
Ingat, #TujuanLoApa? Segala hal keuangan selalu diawali dengan pertanyaan, tujuannya apa? Mau investasi, tujuannya apa? Mau utang, tujuannya apa?
Dengan adanya tujuan, kamu akan tahu seberapa kamu harus berutang. Dengan adanya tujuan, kamu juga bisa memanfaatkan uang hasil berutang dengan lebih baik dan pastinya lebih bermanfaat buatmu.
Setelah menentukan tujuan utang, pastikan kamu juga tahu, barang yang akan dibeli dengan uang hasil utang itu nantinya untuk apa.
Beda lo antara “beli laptop buat kerja, karena laptop yang lama udah lemot, ngehang melulu, akibatnya jadi telat terus setor kerjaan” dengan “beli laptop terbaru biar kalau dibawa ke kantor, orang-orang pada kagum dan gue pun jadi populer karena punya laptop canggih”.
2. Dari mana nanti uang untuk membayar kembali?
Setelah tahu tujuan apa, maka pertimbangkan hal ini juga sebelum berutang: dari mana nanti uangnya yang mau dipakai untuk mencicil atau membayar kembali pinjamannya?
Ini penting banget ya! Jangan sampai kamu berutang, tapi “liat nanti” buat bayarnya.
Ingat, berani utang, berani bayar.
Bisa saja kok misalnya nih, kamu berutang untuk liburan, karena uang bonus tahunanmu baru keluar bulan depan. Nah, pastikan uang bonusmu benar-benar cair di waktu yang ditentukan, dan pastikan juga uang bonusmu dipakai untuk membayar utang ya.
3. Berapa tingkat bunganya?
Pertimbangan ketiga sebelum berutang yang harus benar-benar diperhitungkan adalah tingkat suku bunga, jika kita memutuskan untuk mengembalikan pinjaman dengan cara mencicil.
Bandingkan tingkat suku bunga cicilan dengan standar tingkat suku bunga deposito dari BI. Masuk akal enggak?
Terus yang kedua–yang harus dipertimbangkan terkait tingkat suku bunga–adalah bunganya fixed atau floating? Flat atau efektif?
Mintalah simulasi angsuran pada si pemberi pinjaman, dan pelajari dengan saksama.
4. Utang di mana?
Hal keempat yang harus dipertimbangkan sebelum berutang adalah mau utang di mana, atau pada siapa?
Pada saudara atau teman, keluarga? Ke bank? Pinjol?
Pertimbangkan dengan hati-hati semua plus minusnya. Kalau mau ke bank, luangkan waktu untuk survei dan riset sebanyak-banyaknya. Bandingkan produk kredit satu sama lain.
Mau ke pinjol, well, harus lebih ekstra hati-hati lagi. Lebih baik, hindari pinjol ilegal. Cari tahu di website OJK, fintech mana saja yang sudah masuk ke dalam daftar mereka dan diawasi. Pastinya yang legal akan lebih aman. Jangan sampai menambah sejarah kelam pinjaman online.
Mau ke saudara, teman, atau keluarga? Pertimbangkan hubungan baik yang selama ini sudah terjaga ya. Jangan sampai rusak hanya karena utang.
5. Risiko
Nah, ini juga erat kaitannya dengan pertimbangan keempat tadi sih. Segala macam risiko harus dipertimbangkan dengan baik sebelum berutang.
Ada 2 risiko utama dalam berutang yang harus dipikirkan. Yang pertama, saat si peminjam meninggal. Pernah dengar, ada anak yang ditinggal orang tua dengan mewarisi utang-utangnya? Jangan sampai ini terjadi ya. Pikirkan alternatif solusi agar utang tidak diwariskan pada mereka yang tidak berkewajiban untuk membayar. Dengan membeli asuransi jiwa murni, misalnya.
Risiko kedua, adanya penurunan nilai dari barang yang kita beli dari hasil berutang. Misalnya, harga rumah saat dibeli ada di posisi Rp1 miliar. Karena adanya krisis dan kondisi tertentu, harga properti pun ambruk. Sehingga saat dijual kembali, harga rumah hanya di Rp500 juta, padahal masih ada sisa cicilan lagi. Apa yang harus dilakukan?
Nah, risiko-risiko seperti ini harus diperhitungkan dengan saksama sebelum berutang.
So, gimana nih? Sudahkah pertimbanganmu matang sebelum berutang? Kalau sudah, selamat menjalankan rencanamu untuk masa depan yang lebih baik!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.