Financial Behavior dalam 5 Fase Kehidupan yang Perlu Dipahami
Setiap fase dalam kehidupan kita datang dengan tantangan dan peluang finansialnya sendiri. Financial behavior adalah bagaimana kamu mengelola, menghabiskan, dan menginvestasikan uangmu dalam menghadapi setiap tantangan dan peluang tersebut.
Seiring berjalannya waktu, prioritas, kebutuhan, dan tujuan keuangan kita berubah, memengaruhi cara kita memandang dan menggunakan uang. Bagaimana kamu menavigasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan ini dapat menentukan kualitas hidupmu di masa depan.
Dengan memahami financial behavior ini di setiap fase kehidupan, kamu dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan mempersiapkan diri untuk apa pun yang mungkin datang di depan.
Yuk, coba kita lihat seperti apa financial behavior yang bisa terjadi pada umumnya fase kehidupan kita semua.
Fase Kehidupan dan Financial Behavior

1. Remaja (Usia Sekolah Menengah dan Kuliah)
Fase remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa. Di fase ini, seorang remaja bisa mulai belajar dasar-dasar keuangan dalam skala yang masih terbatas. Uang saku mingguan menjadi sumber keuangan pertama bagi banyak remaja. Seiring dengan hal tersebut, muncul juga tantangan dalam mengelola uang dengan bijak.
Financial behavior khas remaja adalah pola konsumsi yang tinggi. Dengan adanya uang saku dari orang tua, mereka merasa memiliki kebebasan untuk membelanjakan uang sesuai keinginan, terutama untuk kebutuhan sekunder atau bahkan tersier.
Pengetahuan yang terbatas tentang manajemen uang dan kurangnya pengalaman dalam mengelola keuangan sering kali membuat remaja lebih mementingkan kepuasan instan dibandingkan menabung untuk kebutuhan masa depan.
Mengingat fase remaja merupakan fondasi awal dalam pembentukan financial behavior, penting bagi remaja untuk mendapatkan edukasi literasi keuangan. Melalui edukasi ini, remaja dapat memahami konsep dasar keuangan seperti menghasilkan uang, belanja, berbagi, dan menabung.
2. Dewasa Awal (Usia 20-an)
Usia 20-an, merupakan fase kehidupan yang penuh dengan transisi dan perubahan signifikan. Kesempatan ini, meskipun menjanjikan, sering kali disertai dengan kebingungan finansial. Mengatur keuangan sendiri tanpa bantuan orang tua, menghadapi berbagai tawaran kredit, serta menimbang kebutuhan versus keinginan, semua menjadi bagian dari kurva belajar finansial di usia ini.
Usia 20-an sering kali dianggap sebagai fase eksplorasi dan penemuan diri. Banyak orang memulai karier mereka, menikmati pendapatan pertama yang sering kali lebih besar daripada uang saku yang pernah mereka terima. Namun, dengan pendapatan ini datang pula tanggung jawab baru: membayar sewa, mengelola tagihan, mempertahankan cash flow yang lancar, dan menabung untuk kebutuhan jangka panjang.
Sayangnya, tanpa fondasi literasi keuangan yang kuat, banyak orang di usia ini cenderung menghabiskan pendapatan mereka secepat mereka mendapatkannya. Gaya hidup yang konsumtif, dipengaruhi oleh tekanan sosial dan media, sering kali menjadi pangkal masalahnya.

3. Dewasa (Usia 30-an dan 40-an)
Inilah masa “pertengahan”. Di rentang usia ini, banyak orang merasa berada di persimpangan jalan, ketika tanggung jawab keluarga dan kebutuhan finansial meningkat, sementara aspirasi pribadi dan keinginan untuk mencapai stabilitas finansial menjadi semakin mendesak. Ini adalah masa ketika financial behavior dan keputusan yang dibuat tidak hanya memengaruhi diri sendiri, tetapi juga keluarga dan masa depan mereka.
Mereka-mereka yang berada di usia ini biasanya sudah mapan dan umumnya sudah memiliki keluarga. Tanggung jawab finansial pun meningkat, terutama untuk mencakup biaya pendidikan anak, KPR, serta persiapan untuk masa pensiun. Meski pendapatan cenderung meningkat juga dibandingkan fase sebelumnya, begitu pula dengan pengeluarannya.
Banyak orang di fase ini berjuang untuk menemukan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan sekarang dan menabung untuk masa depan. Investasi jangka panjang, seperti properti dan dana pensiun, menjadi perhatian utama.
4. Pra-Pensiun (Usia 50-an)
Memasuki usia 50-an, banyak orang mulai merenung tentang tahap berikutnya dalam perjalanan hidup mereka: pensiun. Financial behavior pada fase ini sering kali dipenuhi dengan refleksi, penyesuaian, dan, yang paling penting, persiapan.
Melalui fase ini bukan hanya tentang mempersiapkan diri untuk berhenti bekerja, tetapi juga tentang bagaimana memastikan bahwa masa pensiun nanti dapat dinikmati dengan ketenangan dan kenyamanan finansial.
Di usia 50-an, banyak orang telah mencapai puncak karier mereka, dengan pendapatan yang stabil dan mungkin lebih tinggi dari sebelumnya. Namun, ini juga menjadi saat ketika beban finansial, seperti pendidikan anak dan KPR, juga mulai berkurang. Fokus pun bergeser dari akumulasi aset ke pemeliharaan dan perlindungan aset yang sudah ada.
Tantangannya adalah bagaimana menyeimbangkan antara keinginan untuk menikmati hasil kerja keras selama bertahun-tahun dengan kebutuhan untuk menyisihkan cukup dana untuk masa pensiun yang mungkin berlangsung 20 tahun atau lebih.

5. Pensiun (Usia 60 ke atas)
Setelah bertahun-tahun bekerja dan berjuang, memasuki usia 60-an dan fase pensiun menjadi tonggak penting dalam perjalanan hidup banyak orang. Fase ini menggambarkan suatu periode ketika rutinitas harian bekerja sudah enggak ada lagi, tetapi kebutuhan untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan kenyamanan tetap ada.
Menghadapi fase kehidupan tanpa pendapatan tetap memerlukan financial behavior dan strategi keuangan yang matang untuk memastikan stabilitas dan kesejahteraan.
Dengan berakhirnya sumber pendapatan rutin dari pekerjaan, orang yang memasuki masa pensiun kini bergantung pada tabungan, investasi, dan kemungkinan tunjangan pensiun sebagai sumber pendapatan utamanya. Pengeluaran kesehatan sering meningkat, sementara keinginan untuk bepergian, menjalani hobi, atau bahkan memberikan warisan bagi keturunan juga menjadi prioritas.
Dalam perjalanan hidup yang dinamis, memahami dan menyesuaikan financial behavior di setiap fase adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan finansial. Setiap fase menawarkan pelajaran dan kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan mengembangkan strategi yang lebih baik.
Seiring berjalannya waktu, kamu akan menyadari bahwa bukan hanya jumlah uang yang kamu miliki yang penting, tetapi bagaimana kamu mengelolanya. Dengan kesadaran dan perencanaan keuangan yang tepat, kamu dapat menikmati ketenangan pikiran dan kebebasan finansial, memastikan bahwa masa depanmu dan orang-orang yang kamu cintai dilindungi dan sejahtera.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Agar Tak Terjerat Pinjol dan Penipuan Toko Online seperti Ratusan Mahasiswa IPB
Beberapa waktu yang lalu, kita dihebohkan dengan berita mengenai terjeratnya ratusan mahasiswa IPB dalam pinjol dan penipuan toko online. Jumlah korban mencapai 300-an orang, dengan kerugian hingga mencapai Rp2.1 miliar.
Sungguh miris mendengar beritanya. Ada apa dengan para mahasiswa ini? Apakah mereka hedon sedemikian rupa sehingga “terpaksa” meminjam uang ke aplikasi pinjol? Apakah platform pinjol ilegal ini sekarang sudah merangsek ke kampus-kampus, atau gimana?
Penasaran kan?
Kronologi Kasus Penipuan Toko Online yang Menjerat Ratusan Mahasiswa IPB

Menurut penelusuran, ini merupakan modus penipuan yang cukup baru. Pelaku menawarkan kerja sama usaha penjualan gadget atau laptop dari toko online miliknya. Ada komisi sebesar 10% yang ditawarkan pada korban untuk setiap transaksi yang dilakukan.
Pelaku meminta korban untuk membeli barang di toko online milik pelaku. Jika korban tidak punya uang, maka pelaku meminta korban untuk memanfaatkan pinjol. Saat uang pinjaman disetorkan, barang tidak dikirimkan kepada korban sebagai pembeli, tetapi tetap disimpan oleh pelaku. Ternyata, komisi juga tidak diberikan sesuai perjanjian.
Menurut Satgas Waspada Investasi, sudah ada 5 aplikasi pinjol yang terlibat dalam kasus ini. SWI pun menetapkan bahwa kasus ini merupakan kasus penipuan toko online dan bukan sebagai masalah pinjol, karena uang diterima oleh pelaku, sementara barangnya fiktif.
Saat artikel ini ditulis, pelaku penipuan toko online ini sudah ditangkap dan sudah diproses oleh pihak berwajib.
Terhindar dari Penipuan Toko Online
Sebenarnya miris ya, bahwa kasus penipuan seperti ini masih terjadi. Lebih miris lagi, hal ini terjadi pada mahasiswa, yang seharusnya merupakan karakter-karakter yang kritis. Korban penipuan toko online yang mencapai ratusan ini menjadi tanda, bahwa literasi keuangan kita memang masih belum baik, meskipun menurut data, sudah terjadi peningkatan.

Data di atas adalah menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia tahun 2019. Sementara hasil SLINK tahun 2022 menunjukkan adanya peningkatan indeks literasi keuangan sebesar 49.68%, yang meningkat dari 38.03% di tahun 2019 tersebut.

Bahkan, menurut OJK, ada beberapa masalah yang muncul seputar tingkat literasi keuangan pada generasi muda ini. Yang paling miris adalah mudahnya generasi muda sekarang percaya dengan kata influencer, sehingga lebih mudah teperdaya untuk berinvestasi secara ilegal dan berpeluang lebih besar untuk terjerat penipuan.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa terhindar dari berbagai jenis penipuan toko online seperti para mahasiswa IPB ini?
1. Cek legalitas
Menurut OJK, untuk setiap investasi atau iming-iming bodong seperti modus penipuan toko online ini, setiap dari kita harus memperhatikan 2L, yaitu legal dan logis.
Nah, kita bahas dulu yang pertama. Legal, artinya harus terdaftar dan diawasi oleh institusi yang berwenang. Jika terkait jasa layanan keuangan, kita bisa mengeceknya ke OJK. Jika terkait dengan produk bursa berjangka, seperti kripto, forex, dan sejenisnya, kita harus mengecek ke Bappebti. Jika terkait dengan perusahaan seperti penipuan toko online ini, cek SIUP atau surat izin usaha perdagangannya. Jika perlu cari website resmi usahanya, bahkan sampai ke laporan keuangan perusahaan terkait, jika ada.
Kita bisa cek identitas perusahaannya, cek kantornya apakah benar-benar ada. Jika yang bersangkutan adalah toko online yang menitipkan lapaknya ke marketplace atau ecommerce, kita bisa mengecek berapa banyak produk sudah terjual, ke mana saja, berapa rating dari pembeli, dan apakah ada testimoni negatif yang patut diperhatikan.
Jika informasinya belum memuaskan, kita juga bisa menelusurinya dari Google. Jika memang tidak ada rekam jejak yang cukup valid, maka sebaiknya tunda dan pikirkan kembali.
Kita wajib waspada terhadap segala sesuatu yang tidak jelas.

2. Berpikir kritis
Salah satu korban kasus penipuan toko online ini bercerita, bahwa mereka dijanjikan mendapatkan komisi 10% dari setiap transaksi dengan pinjol yang mereka lakukan. Sebenarnya, dari sini pun sudah cukup bisa dirasakan keganjilan skemanya.
Jika korban meminjam dana dari pinjol Rp3 juta untuk membeli laptop, dan kemudian mendapatkan komisi Rp300.000, lalu bagaimana dengan Rp2.7 juta yang lain? Apalagi untuk meminjam dana dari aplikasi itu nama korbanlah yang dipakai, bukan nama pelaku, bukan? Lalu, bagaimana korban bisa membayarnya kembali? Karena pasti korbanlah yang kemudian ditagih.
Jadi, di sinilah L yang ke-2 dalam 2L itu harus diperhatikan. Logis, artinya jangan hanya fokus pada return yang dijanjikan, tetapi skema bisnisnya sendiri juga harus masuk logika. Jika cacat logika, atau ada bagian yang terasa “hilang” atau tidak klop, lebih baik urungkan niat dan pikirkan kembali.
3. Update berita
Kadang kita merasa overwhelmed dengan berita-berita ya? Memang sih, tapi ada pentingnya juga kita update, karena dari berita-berita seperti inilah kita kadang mendapatkan pemahaman baru.
Seperti modus penipuan toko online ini sepertinya cukup baru ya, sehingga enggak heran kalau menelan korban yang cukup banyak. Konon, banyak di antara mahasiswa yang tertipu ini memang sedang bergerak untuk mencari dana kegiatan yang sedang mereka adakan. Si pelaku memanfaatkan kebutuhan ini untuk menjerat mereka dalam skema penipuan toko online.
Faktanya, para penipu memang sering memanfaatkan kebutuhan korban akan dana seperti ini. Ditambah dengan kurangnya pengetahuan dan pemahaman para korban, sehingga jerat pun bisa dilancarkan oleh pelaku.
Ke depannya, bukan tak mungkin berbagai modus penipuan lain juga akan muncul. Karena itu, kita memang harus waspada. Update terus berita, dan ingat kata OJK, 2L untuk setiap hal baru yang kita temui.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Artinya Advanced Literate dan Bagaimana Mencapainya?
Dalam literasi finansial, dikenal beberapa level tingkatan literasi. Ada not literate, less literate, sufficient literate, dan well atau advanced literate. Kamu bisa membaca penjelasan lengkapnya di artikel yang membahas khusus tentang literasi finansial ini.
Kamu bisa lihat bahwa tingkatan terendah dalam literasi ini adalah not literated, dan yang paling tinggi adalah well atau advanced literate.
Nah, mari kita mengulik si advanced literate ini.

Apa Itu Advanced Literated?
Advanced literate adalah kondisi ketika tingkat literasi kamu sudah sangat baik. Tingkatnya advanced, alias mahir, begitu istilahnya kalau di kursus, elearning dan sebangsanya.
Seseorang yang sudah mencapai advanced literate dalam keuangan berarti sudah punya cukup banyak pemahaman mengenai berbagai produk, layanan, jasa, dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, seoptimal-optimalnya, untuk mencapai tujuan hidup. Tak hanya sudah menggunakan banyak produk dan layanan keuangan, seseorang dengan advanced literate sudah sadar keuntungan, manfaat, hingga risiko yang harus dihadapi. Tak sekadar sadar, ia juga mampu melakukan manajemen risiko dengan baik, sehingga potensi kerugian tersebut bisa ditekan juga dengan optimal.
Nah, secara singkat, seseorang yang well atau advanced literate adalah orang yang pintar atur keuangan.

Cara untuk Bisa Menjadi Advanced Literate
Pastinya kamu pengin dong bisa menjadi advanced literate? Dengan menjadi pintar mengelola keuangan, nantinya kamu bisa terbebas dari semua masalah finansial yang bisa terjadi. Kamu enggak ada masalah dengan persiapan dana pendidikan anak, kamu juga bisa membeli rumah, punya asuransi yang memadai, bisa investasi dengan baik, bisa menyiapkan dana pensiun, dan masih banyak lagi.
Ibaratnya, lama kelamaan kamu bisa mengambil banyak keputusan hidup tanpa khawatir soal uang. Karena pas; pas dibutuhkan, selalu ada.
Simak cara untuk bisa advanced literate berikut ini.
Sisihkan waktu untuk membuat perencanaan
Kalau kata kerennya kencan keuangan. Kalau biasanya kencan kita lakukan bareng pacar atau pasangan, kali ini kita kencan dengan duit.
Nah, lo. Katanya cinta rupiah kan? Makanya, kencan keuangan ini juga penting untuk dilakukan, supaya hubungan kita dengan rupiah selalu baik-baik saja; saling pengertian, gitu.
Dari sebuah artikel di Dental Economics menunjukkan hasil riset bahwa para miliuner rata-rata menghabiskan waktu 8.4 jam dalam satu bulan untuk sekadar duduk dan membuat perencanaan keuangan.
Nah, kamu bisa berapa lama melakukannya? Well, enggak sekadar angka sih, tetapi di sini kita bisa menarik kesimpulan, bahwa merencanakan keuangan itu butuh waktu tersendiri. Harus dilakukan dengan serius, secara mindful. Di situlah letak poin upaya untuk advanced literate ini.
Dalam kencan keuangan tersebut, kamu bisa melakukan review, menyesuaikan bujet, membuat rencana baru, menyesuaikan rencana dengan kondisi terkini, cek tagihan dan cicilan, hingga berdiskusi dengan pasangan (jika sudah menikah) tentang berbagai hal keuangan yang terjadi.
Jadikan agenda kencan keuangan ini menjadi menyenangkan. Misalnya sambil memasang backsound musik yang relaxing, bahkan bisa juga kamu lakukan sambil candle light dinner sama pasangan. Pokoknya dibikin asyik, biar enggak emosi dan ngebosenin.
Jadikan agenda ini sebagai jadwal tetap, misalnya sebulan sekali atau seminggu sekali, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Belajar berbagai hal keuangan yang baru
Perkembangan belakangan ini memang luar biasa, termasuk dalam teknologi dan keuangan. Aware-lah dengan berbagai update yang terjadi, agar kamu bisa dengan mudah menyesuaikan juga dan menjadi well atau advanced literate.
Misalnya, ada produk atau layanan jasa keuangan baru. Mungkinkah dimanfaatkan agar tujuan keuanganmu lebih cepat tercapai? Atau, misalnya ada produk investasi baru yang sepertinya menjanjikan; coba cek apakah valid dan legal? Seberapa besar potensinya untuk bisa membantumu mencapai tujuan keuangan? Dan lain sebagainya.
Berdiskusi dan mengobrol
Cara berikutnya untuk bisa advanced literate adalah dengan berdiskusi dengan orang lain—bisa yang memang lebih ahli atau pengalaman, bisa juga dengan orang-orang yang terlibat langsung denganmu terutama dalam hal keuangan. Misalnya pasangan.
Berdiskusi dengan mereka yang lebih ahli dan pengalaman bisa memberimu insight baru terkait berbagai hal keuangan. Misalnya, ikut kelas keuangan sesuai kebutuhanmu, seperti FCOS. Di dalamnya pasti banyak informasi keuangan yang bisa kamu dapatkan.
Berdiskusi dengan orang-orang terdekatmu tentu saja penting agar kamu bisa meningkatkan literasi menjadi advanced literate. Terutama dengan pasangan jika kamu sudah menikah. Tak perlu merasa malu atau tabu, karena hal keuangan ini adalah hal penting dan normal untuk didiskusikan. Apalagi menyangkut masa depan keluarga. Segera cari cara supaya acara ngobrolnya enak ya.

Praktik!
Setelah banyak belajar dan menyerap ilmu, tentu saja agenda berikutnya untuk bisa meningkatkan literasi menuju level advanced literate adalah praktik.
Apa artinya semua ilmu yang sudah kamu dapatkan tersebut kalau cuma disimpan sebagai teori saja, tanpa dipraktikkan. So, segera praktik dan amati perkembangannya. Kadang kamu melakukan kesalahan, dan hal itu wajar. Ambil pelajarannya, dan coba lagi. Evaluasi apa saja yang sudah kamu lakukan dalam hal keuangan secara berkala, misalnya sebulan sekali. Dari situ, kamu akan bisa melihat apa saja yang perlu diperbaiki agar tak mengulang kesalahan yang sama.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan literasi keuangan kamu hingga bisa mencapai level advanced literate. Pastinya, ke depannya banyak hal akan lebih mudah kamu lakukan saat kamu bisa memanfaatkan berbagai layanan jasa keuangan itu dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Contoh Literasi Keuangan Paling Sederhana yang Perlu Kamu Tahu
Tahukah kamu seberapa penting peran literasi keuangan dalam kehidupan sehari-hari? Memahami literasi keuangan sama pentingnya dengan menerapkan perencanaan keuangan. Contoh literasi keuangan yang paling mudah ditemukan misalnya ketika seseorang mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan dalam mengelola finansial.
Memang ada bedanya? Keduanya jelas berbeda. Kebutuhan merupakan berbagai hal yang harus diprioritaskan dan tidak dapat ditunda. Sementara keinginan datang dari hasrat dan nafsu konsumtif kita semata.
Meski terlihat sepele, jika memahami konsep dasar contoh literasi keuangan tersebut, kamu dapat mengubah cara pandang dalam mengelola keuangan. Singkatnya, begitulah literasi keuangan bekerja.
Namun, dampak dari pemahaman literasi keuangan oleh seseorang bisa begitu signifikan. Ketika satu individu menyadarinya, maka ini dapat menciptakan reaksi berantai dan menciptakan kesadaran di antara teman, keluarga, kolega, tetangga, hingga klien.

Lantas, apa itu literasi keuangan?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengartikan literasi keuangan sebagai proses individu dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan dalam mengelola keuangan dengan baik.
Dengan kata lain, literasi keuangan merupakan kemampuan untuk memahami produk dan konsep yang dibutuhkan untuk mengelola keuangan. Tujuan di balik memahami literasi keuangan adalah untuk membantu orang mengembangkan pemahaman tentang konsep keuangan dasar agar dapat menangani uang dengan lebih baik.
Kita tahu, sangat penting untuk mewujudkan tujuan jangka panjang seperti pendidikan anak, membeli rumah, atau pensiun. Tak hanya itu, literasi keuangan juga mencakup pemahaman yang baik soal dana darurat, asuransi, dan perencanaan perumahan.
Dengan kesadaran akan pentingnya literasi keuangan, maka datanglah perencanaan, tujuan keuangan, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, literasi keuangan membuka pintu ke pendapatan pasif, pembuatan anggaran, pengurangan strategi pengeluaran, investasi yang rajin, dan risiko minimalisasi kredit.
Mengapa Literasi Keuangan Penting?
Kurangnya literasi keuangan dapat menyebabkan sejumlah jebakan, seperti akumulasi beban utang yang tidak berkelanjutan, baik melalui keputusan pengeluaran yang buruk atau kurangnya persiapan jangka panjang. Ini, pada gilirannya, dapat menyebabkan kredit yang buruk, kebangkrutan, penyitaan perumahan, atau konsekuensi negatif lainnya.
Lalu, bagaimana cara kita meningkatkan literasi keuangan? Untuk meningkatkan pengetahuan keuangan, kamu dapat memulainya dengan membaca majalah dan surat kabar keuangan. Saat ini pun, banyak kursus online jangka pendek khusus di bidang keuangan, kayak FCOS punya QM Financial. Kamu juga bisa membaca artikel keuangan seperti yang ada di web QM Financial ini. Belum lagi berbagai jenis konten lainnya, seperti nonton YouTube, dengerin podcast, dan sebagainya, yang bisa free kamu lakukan.

Tingkat Literasi Keuangan
OJK memberikan 4 tingkatan dalam literasi keuangan untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang terkait hal tersebut. Berikut ini 4 tingkat literasi keuangan yang perlu diketahui:
1. Well Literate
Seseorang yang berada di tingkat ini artinya pengetahuan dan keyakinan terkait berbagai produk dan jasa keuangannya sudah cukup kuat. Bahkan, individu di tingkat ini memahami dan menerapkan fitur, manfaat, risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan dengan baik.
2. Sufficient Literate
Di tingkat ini, seseorang telah disebut memiliki pengetahuan dan keyakinan terkait lembaga jasa keuangan termasuk produk dan jasa keuangan yang ditawarkan. Dalam hal ini, dia juga memahami fitur, manfaat risiko, hak, dan kewajiban terkait produk tersebut namun belum benar-benar menerapkannya.
3. Less Literate
Seseorang di tingkat ini hanya memiliki pengetahuan terkait lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan saja. Tanpa mengetahui apa saja fitur hingga manfaat yang dapat diperolehnya.
4. Not Literate
Seseorang di tingkat ini masih belum menyadari pentingnya pengetahuan terkait lembaga jasa keuangan termasuk produk dan jasanya. Mereka tidak memahami apalagi menggunakan keterampilan dalam memanfaatkan berbagai produk dan jasa keuangan.

Contoh Literasi Keuangan
Nah, supaya jelas, mari kita lihat satu contoh literasi keuangan yang paling sederhana. Mari kita asumsikan bahwa Meri dan Reni menghasilkan Rp7.000.000 setiap bulan. Meri merupakan seseorang yang berada di tingkat well literate (melek finansial). Oleh karena itu, dia mengalokasikan gajinya sebagai berikut:
Pengeluaran = Rp3.800.000
Berinvestasi dalam reksa dana = Rp1.000.000
Dana darurat = Rp600.000
Rekening tabungan = Rp800.000
Pada akhir tahun, Meri menginvestasikan Rp1.200.000 dalam reksa dana, dan Rp960.000 ke dalam rekening tabungannya. Rata-rata, total apresiasi uang dalam reksa dana adalah 13%, yaitu Rp1.600.000 dan rekening tabungan menghasilkan bunga Rp360.000.
Reni, di sisi lain, tidak memiliki pengetahuan keuangan yang baik, sehingga dia pun menghabiskan secara impulsif dan tanpa perencanaan apa pun. Dia meninggalkan sisanya di rekening gajinya. Akibatnya, Reni menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak perlu dan kehabisan uang tunai dalam waktu singkat.
Intinya, literasi keuangan adalah pengetahuan tentang bagaimana membuat keputusan cerdas dengan uang. Ini termasuk menyiapkan anggaran, mengetahui berapa banyak yang harus ditabung, memutuskan persyaratan pinjaman yang menguntungkan, memahami dampak terhadap kredit, hingga membuat perencanaan untuk pensiun. Keterampilan ini membantu individu membuat keputusan yang lebih cerdas dan bertindak lebih bertanggung jawab dengan keuangan pribadi mereka.
Nah, sudah jelas ya tentang contoh literasi keuangan ini? Gimana, kamu terwakilkan oleh Meri atau Reni nih?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Cara Main Saham yang Sesuai untuk Pemula, Bikin Nggak Takut Rugi!
Punya banyak mau? Ya, biasalah ya. Namanya juga manusia. Yang penting, rencana keuangan harus komprehensif, meliputi tujuan dan instrumen yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut. Nah, salah satu cara untuk mempercepat proses mencapai tujuan adalah kalau kamu tahu cara main saham yang benar.
Tapi kan, cara main saham itu berisiko! Takut rugi!
Ingat berita tentang seorang penjaga sekolah yang uang simpanannya untuk umrah habis dimakan rayap karena disimpan di celengan kan? Yah, memang, yang namanya menyimpan uang akan selalu ada risikonya. Yang menyimpan uang di celengan saja ada risikonya. Apalagi investasi.
Namun, risiko bisa dikelola. Kalau pengelolaannya baik, cara investasi—yang salah satunya dengan cara main saham—akan memberikan keuntungan yang optimal, sehingga memungkinkan kita mencapai tujuan keuangan dengan sukses dan lebih cepat.
Hal ini memang kudu dipahami betul, begitu kamu mulai belajar literasi keuangan.
Memangnya kenapa sih dengan menabung saja? Mengapa harus investasi?
Karena menabung saja enggak cukup. Ada inflasi, ada kenaikan harga ini itu, ada kebutuhan lain juga yang perlu dipenuhi. Semua itu harus “dilawan” dengan instrumen yang bisa memberikan imbal di atasnya.
So, saham ini memang hanya salah satu instrumen. Kamu punya berbagai jenis pilihan yang lain, tapi di artikel kali ini kita akan membahas mengenai cara main saham yang benar, agar kamu tak perlu takut rugi.

Keuntungan dan Risiko Cara Main Saham
Sebelum ke tip dan trik cara main saham yang baik dan benar, yuk, pahami dulu apa saja keuntungan dan risiko investasi saham. Keuntungan di sini akan memberimu motivasi untuk bisa berinvestasi secara konsisten, sementara risiko perlu dipahami agar bisa dikelola dengan baik sehingga bisa menekan peluangnya hingga seminimal mungkin.
So, ini dia keuntungan dan risiko yang harus siap dihadapi kalau kamu mau tahu cara main saham yang benar.
Dividen
Dividen adalah salah satu keuntungan yang bisa kamu dapatkan dari berinvestasi saham.
Beberapa perusahaan besar secara konsisten membagikan dividen atau laba perusahaan kepada para pemegang saham sesuai jumlah kepemilikan masing-masing. So, semakin banyak saham yang kamu miliki, maka semakin banyak pula dividen yang bisa kamu dapatkan.
Dengan strategi reinvestasi, maka kamu pun bisa mempercepat pertumbuhan portofoliomu di sini.
Capital gain
Capital gain adalah keuntungan yang didapatkan dari selisih harga jual ketika kamu menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya.
Capital gain ini bisa kamu peroleh ketika harga saham yang kamu miliki sudah bertumbuh seiring waktu, dan sudah mendekati tujuan jangka panjangmu.
Misalnya begini.
Kamu membeli saham QWER dengan harga per saham Rp1.000 sebanyak 5 lot, yang berarti 500 lembar. Artinya, kamu berinvestasi dengan nominal sebesar Rp500.000. Beberapa lama kemudian, kamu sudah mendekati tujuan keuanganmu, dan bermaksud ingin mencairkan dana di saham. Ternyata, harga saham QWER sudah menembus Rp3.000 per lembar. Kamu bermaksud menjual 5 lot, dan berarti kamu mendapatkan dana sebesar Rp1.500.000.
Dari penjualan saham tersebut, artinya kamu sudah mengantongi untung sebesar Rp1.000.000.

Capital loss
Namanya berinvestasi, kamu harus siap menghadapi risiko juga. Risiko pertama dari cara main saham adalah capital loss, yaitu kerugian yang bisa terjadi karena menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah daripada harga belinya.
Misalnya, masih saham QWER. Ternyata setelah beberapa waktu, harga saham anjlok menjadi Rp900 per lembar. Maka kerugian investasi tak dapat dihindari.
Namun, risiko ini bisa diatasi atau diminimalkan dengan kamu melakukan average down secara teratur, yaitu membeli saham QWER saat harganya anjlok. Dengan demikian, kamu akan mendapatkan harga rata-ratanya. Memang cara main saham yang paling baik bagi kita yang berorientasi pada tujuan keuangan adalah dengan jangka waktu yang panjang. Dengan demikian, fluktuasi harga saham bisa diatasi seiring waktu.
Risiko likuidasi
Risiko likuidasi terjadi ketika perusahaan yang sahamnya ada dalam portofolio kamu dinyatakan bangkrut atau delisting dari bursa saham. Artinya, sahamnya tidak bisa dijual ataupun dibeli lagi oleh publik.
Untuk itu, sebenarnya perusahaan ada kewajiban untuk melunasi berbagai pembayaran, tetapi sayangnya, pembayaran pada investor ada di prioritas terakhir. Artinya, kalau tidak aset tersisa setelahnya, maka modal dari investor hilang dan tidak bisa dikembalikan.
Tenang, risiko ini pun bisa diminimalkan, dengan cara main saham yang benar, yaitu melakukan analisis mendalam terhadap bisnis perusahaan yang bersangkutan ke depannya. Pastikan mereka punya pasar yang bagus dan bertumbuh, sehingga bisnis tetap berjalan bahkan semakin maju.

Jadi, Bagaimana Cara Main Saham yang Benar?
Tepat dalam memilih saham
Pemilihan saham yang tepat menjadi koentji terbesar cara main saham yang menguntungkan. So, jangan sampai salah deh, di sini.
Lalu, bagaimana cara memilih saham yang benar?
Sebenarnya ada banyak cara sih, tetapi sebagai pemula, kamu bisa lakukan cara main saham berikut:
- Pilih saham yang termasuk dalam indeks LQ45 ataupun IDX30—yang isinya juga saham-saham berkualitas seperti halnya LQ45. Dengan shortlist ini, kamu sudah bisa mulai melakukan analisis terhadap fundamentalnya.
- Pilih saham yang bisnis perusahaannya long lasting, tahan banting terhadap krisis, dan sudah berusia cukup matang. Misalnya saham-saham perusahaan consumer goods atau perbankan. Setelah ada shortlist lagi, kamu kemudian bisa melakukan analisis fundamental terhadap saham yang kamu incar.
Disclaimer: saham-saham di atas bukan merupakan rekomendasi ya. Lakukan riset mendalam dan sesuaikan dengan profil risiko, tujuan keuangan, kebutuhan, dan kemampuanmu.
Intinya, buat shortlist terhadap saham tertentu, dan lakukan analisis fundamental. Dengan demikian, kamu bisa menekan peluang muncul risiko-risiko seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Pilih sekuritas yang tepercaya
Pastikan kamu hanya melakukan cara main saham di platform sekuritas yang sudah tepercaya dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Sekuritas akan menjadi perantara kamu saat kamu hendak membeli ataupun menjual saham. Sekuritas akan mengambil dana investasi yang sudah kamu simpan di Rekening Dana Investor yang ada di bank kustodian yang sudah ditunjuk, dan kemudian membeli saham yang kamu inginkan. Demikian pula ketika kamu menjual saham, dananya akan disimpan ke Rekening Dana Investor di bank kustodian.
Mengingat pentingnya peranan mereka, maka pilihlah yang tepercaya. Jauhi yang abal-abal.
Sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
Cara main saham sebagian besar akan berhubungan dengan sisi psikologis kita masing-masing. So, akan lebih baik jika kamu selalu berpegang pada kebutuhan (tujuan) dan kemampuanmu sesuai rencana keuangan yang sudah dibuat.
Karena kalau tidak, kita akan mudah terbawa euforia ketika harga saham naik, pun akan mudah panik kalau harganya anjlok. Hal ini bisa membuat kita melakukan panic buying ataupun panic selling, yang pastinya tidak akan membuat portofolio investasi kamu bertumbuh dengan baik.
Selalu lakukan riset, berpeganglah pada rencana keuangan yang sudah ada. Jikalau memang harus diubah portofolionya, pastikan memang sudah diperhitungkan dengan cermat, bukan FOMO semata.
Beli saat murah, jual saat mahal
Nah, ini dia prinsip cara main saham yang benar. Dan, ini pula dampak yang bisa kita dapatkan jika kita dapat mengelola emosi dan faktor psikologis yang muncul saat berinvestasi saham.
Jika kita melakukan panic buying atau panic selling bisa jadi malah terbalik, kita menjual saham saat harganya murah, dan membeli saat harganya tinggi. Ya pastinya akan rugi dong, kalau begini cara main saham yang kita lakukan.
Karena itu, sekali lagi, analisis itu penting untuk dilakukan sebelum mulai berinvestasi maupun sebelum mulai melakukan aktivitas membeli ataupun menjual saham
Nah, itu dia cara main saham yang ramah pemula, dan tidak membuat takut rugi. Simpel saja, kan, sebenarnya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Langkah Cara Bebas Finansial Efektif dan Efisien
Barangkali, setiap orang yang sudah punya literasi keuangan yang baik akan bercita-cita dan memimpikan untuk bisa bebas finansial secepatnya.
Bebas finansial adalah kondisi ketika kamu merasakan kebebasan sepenuhnya untuk mengatur, memanfaatkan, mempergunakan uangmu sesuai kebutuhan. Penghasilanmu dapat kamu manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan menjalani hidup yang kamu mau. Nggak ada kekhawatiran, keraguan, atau ketakutan tidak bisa membayar tagihan, iuran, pajak, dan pengeluaran tak terduga. Semua sudah teralokasi dengan baik. Apalagi soal utang. Seseorang yang sudah mencapai kemerdekaan finansial enggak akan punya utang lagi.
Intinya, saat kamu mencapai kondisi ini, keuangan bukan jadi beban hidupmu lagi.
Nah, jadi paham kan, mengapa orang menginginkan untuk bisa mencapai kebebasan finansial?
Masalahnya, upaya untuk mencapai kondisi ini pasti sulit. Apalagi buat kita, orang-orang yang mengandalkan gaji kecil setiap bulan untuk bertahan hidup. Juga para sandwich generation.
Well, the good news is kondisi bebas finansial ini bisa dicapai oleh siapa pun. Yes, termasuk mereka yang berstatus sebagai generasi sandwich. Tinggal komitmen atau enggak untuk melakukan langkah-langkah persiapannya.

Cara Bebas Finansial yang Efektif dan Efisien
1. Financial check up
Untuk bisa bebas finansial, pertama kamu harus memastikan bahwa kondisi keuangan kamu sehat. Tanpa didukung dengan kesehatan keuangan yang baik, kondisi ini akan sulit untuk diwujudkan.
Financial check up ibaratnya medical check up. Namun, alih-alih kesehatan fisik yang diperiksa, kamu melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap keuangan. Cek dan pastikan beberapa hal berikut:
- Ada penghasilan dan aset
- Pengeluaran tidak lebih besar daripada penghasilan, catatlah agar kamu tahu ke mana saja uangmu pergi
- Kebutuhan pokok terpenuhi dengan baik, tanpa tersiksa
- Punya dana darurat yang memadai
- Punya asuransi untuk melindungi aset, terutama bagi diri sendiri
- Punya rencana keuangan untuk setiap tujuan
Nah, jika ada yang belum checked, kamu perlu membuat langkah solutif untuk bisa memperbaiki keadaanmu dulu, baru kemudian membuat rencana realistis untuk bisa bebas finansial.
2. Punya mindset positif tentang uang
Banyak orang memiliki mindset yang keliru tentang uang. Uang sering kali dianggap sebagai barang yang “tabu”; tabu untuk didiskusikan dengan pasangan, tabu untuk didapatkan secara lebih banyak (padahal jalannya ya halal), tabu untuk dikelola, dan sebagainya. Banyak orang menganggap, ngomongin uang sama dengan matre. Padahal ya, enggak selalu begitu juga.
Uang perlu dibahas, uang perlu dipekerjakan agar kemudian mau mendatangkan “teman” yang lebih banyak—tentu saja dengan cara yang benar. Uang harus dikelola supaya “betah”, dan sebagainya.
Saat kamu punya mindset positif tentang uang, maka saat itu kamu siap untuk membuat rencana keuangan menuju bebas finansial.
3. Rincikan tujuan keuangan
“Pengin kaya!”
Begitu kebanyakan orang menjawab ketika ditanya apa tujuan hidupnya. Padahal “kaya” itu bukan tujuan keuangan yang baik. Mengapa? Karena kaya itu tidak terdefinisikan.
Rincikan tujuan keuanganmu dengan detail. Ada “judul”, nominal, dan jangka waktu. Contoh: 5 tahun lagi, dana DP rumah sebesar Rp150 juta siap. 10 tahun lagi, dana untuk kuliah anak harus siap sebesar Rp200 juta. 30 tahun lagi, dana pensiun harus siap sebesar Rp3 miliar. Dan seterusnya.
Dengan adanya tujuan keuangan yang terdefinisikan dengan rinci seperti itu, kamu akan dapat membuat rencana keuangan yang juga realistis dan mudah untuk dieksekusi.

4. Menabung dan berinvestasi
Banyak orang yang keliru di sini. Mereka menabung dan berinvestasi menggunakan uang sisa belanja.
Bebas finansial dapat kamu capai jika didukung dengan komitmen untuk menabung dan investasi dengan disiplin. Tentukan berapa besar alokasi tabungan dan investasi, dan konsistenlah dengan jumlah yang sudah ditentukan. Akan lebih baik jika kamu dapat menyisihkan 10% hingga 20% dari penghasilan rutinmu setiap bulan. Segera transfer ke rekening tabungan dan investasi begitu kamu menerima gaji atau penghasilan.
Dengan begitu, kamu bisa menjaga konsistensi menabung dan berinvestasi dengan lebih baik. Inilah yang akan jadi modalmu untuk bisa bebas finansial. Pasalnya, uang belanja tidak akan pernah bersisa.
Lakukan analisis mendalam terkait pemilihan jenis instrumennya, terutama instrumen investasi. Kesesuaian karakter instrumen dengan kebutuhan akan jadi kunci sukses investasimu. Belajar dulu ya, supaya kamu paham betul akan hal ini.
5. Cukupkan pengeluaran
Buat anggaran untuk setiap kebutuhan dan pos pengeluaran. Anggaran ini akan bisa kamu manfaatkan untuk mengendalikan belanja agar tidak berlebihan.
Kata kuncinya memang hanya satu: cukup. Tapi, meski hanya satu kata, hal ini akan sangat tricky; tak mudah untuk dilakukan.
Kurangi pengeluaran yang tidak penting. Di sinilah yang membedakan orang yang kaya betulan dengan mereka yang berpura-pura kaya. Miliuner sejati jarang tampil mewah. Sementara, yang pura-pura kaya, ya begitulah.
Jika memang harus berutang, utanglah secara sehat; mampu bayarnya, ada tujuan yang jelas, dan penggunaan barang (atau apa pun itu) lebih lama dari jangka waktu pembayarannya kembali.
6. Investasi pada diri sendiri
Kamu boleh saja investasi pada berbagai instrumen, mulai dari yang rendah risiko seperti deposito, sampai yang sangat agresif seperti saham dan kripto sekalipun. Namun, jangan sampai lupa untuk investasi pada diri sendiri. Justru hal ini adalah modal terbesar untuk kamu bisa bebas finansial.
Cari ilmu dari mana saja, dari siapa saja, di mana saja. Ikutan kelas online, webinar; dengarkan podcast, tonton video, ikut diskusi. Baca artikel dan buku. Semua bisa kamu lakukan demi mendapatkan ilmu, wawasan, dan pemahaman yang baru dan variatif.
Nantinya, ilmu dan wawasan yang kamu miliki bisa berguna, misalnya untuk mendukung karier di kantor sehingga naik jabatan dan naik gaji. Atau, bisa juga dimanfaatkan untuk mendapat penghasilan tambahan. Dengan begini, jalan menuju bebas finansial akan lebih cepat dan lancar.

7. Tambah penghasilan
Agar bebas finansial lebih cepat, maka kamu mungkin perlu untuk menambah penghasilan. Perlua stream income kamu, jangan hanya mengandalkan diri pada gaji pekerjaan utama saja. Kamu bisa berbisnis, atau melakukan pekerjaan lepas sesuai skill yang kamu punya.
Nah, itu dia 7 langkah cara bebas finansial yang efektif dan efisien. Mumpung masih muda, yuk, segera buat rencana realistis menuju bebas finansial hari ini!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menghindari Upaya Pembobolan Rekening Bank, Lakukan 6 + 3 Cara Efektif Ini
Upaya pembobolan rekening bank itu memang semakin banyak saja modusnya. Mulai dari skimming ATM, phising email, hingga memanfaatkan verifikasi OTP dan CVV. Dan yang terbaru, modus pura-pura membantu nasabah bank bermasalah yang berkeluh kesah di media sosial.
Pernah suatu kali bermasalah dengan transfer bank. Berhubung alasan ini dan itu, maka dirasa cukup praktis untuk menghubungi dengan sebuah cuitan di Twitter saja. Lagi pula, admin banknya terlihat cukup aktif menjawab dan gercep membantu nasabah yang berkeluh kesah di media sosial.
Dan, begitu sebuah cuitan di lontarkan, saat itu juga ada banyak brudulan reply dan quote tweet dari akun scammer yang meminta untuk menghubungi mereka melalui WhatsApp untuk dibantu langsung.
Untungnya sih sudah hafal betul dengan modus operandi para (calon) pelaku pembobolan rekening bank ini. Tapi, kebayang kalau calon korbannya masih belum terlalu melek literasi keuangan. Apalagi terpepet oleh masalah, pasti pikiran tidak terlalu panjang. Betul? Penginnya ya segera dibantu, dan masalah cepat beres. Tapi ternyata, yang dihubungi adalah scammer. Ketika akhirnya kebobolan beneran, duh, rasanya seperti jatuh tertimpa tangga enggak sih?
So, pembobolan rekening bank ini memang masalah yang sangat serius. Kita memang bisa melaporkan tindakan orang-orang yang tak bertanggung jawab tersebut pada pihak yang berwenang. Jika kita beruntung, kita bisa mendapatkan keadilan. Tetapi, proses ini pastilah panjang. Jadi, kamu pasti setuju, bahwa seharusnya mencegah hal ini jangan sampai terjadi akan lebih penting dan efektif.
Jadi, semua memang tergantung pada diri kita sendiri. Karena itu, adalah penting untuk membekali diri dengan wawasan yang luas. Apalagi sekarang kita dipermudah dengan hadirnya aplikasi di smartphone, yang membuat transaksi perbankan menjadi sangat praktis. Namun, ternyata, kepraktisan ini juga ada trade off-nya, yaitu semakin mudah juga diincar oleh hacker dan para scammer sehingga terjadilah pembobolan rekening bank dengan berbagai modus.

Tip Mencegah Pembobolan Rekening Bank oleh Oknum Tak Bertanggung Jawab
OJK sendiri pernah memberikan beberapa tip untuk mencegah upaya pembobolan rekening bank, terutama yang melalui aplikasi smartphone ini. Apa saja?
- Aktifkan fitur notifikasi, baik SMS ataupun email, sehingga ketika ada transaksi, kita juga akan lebih cepat tahu.
- Secara berkala, cek riwayat rekening. Cermati kalau ada transaksi-transaksi yang tak pernah kamu lakukan.
- Aktifkan fitur verifikasi selain PIN atau password, misalnya face ID atau fingerprint.
- Jaga data diri pribadi, seperti nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung, PIN, OTP, dan sebagainya, pada siapa pun, termasuk jika ada yang mengaku-ngaku petugas bank.
- Pakai kuota sendiri, kalau mau akses aplikasi bank di smartphone. Jangan pakai Wifi, apalagi Wifi umum.
- Hafalkan nomor call center bank kamu. Ada banyak kasus ketika nasabah nyasar ke nomor oknum scammer, lantaran ada nomor telepon ditempel di mesin ATM dan ATM-nya (dibuat) bermasalah.
Nah, apakah kamu sudah melakukan semua hal di atas demi menghindari pembobolan rekening bank? Jika sudah, lakukan 3 hal penting berikut ini juga demi lebih mengamankan rekeningmu.

1. Pisahkan rekening
Sebaiknya, miliki beberapa rekening untuk keperluan yang berbeda. Setidaknya, pisahkan rekening untuk belanja kebutuhan sehari-hari, dan rekening untuk dana darurat. Dengan demikian, kamu tidak perlu menumpuk dana di satu rekening yang bisa memperbesar kerugian kalau misalnya risiko pembobolan rekening bank ini terjadi.
Jika perlu, kamu juga bisa memisahkan dan mengombinasikannya dengan e-wallet juga lo. Misalnya, untuk keperluan lifestyle, di luar kebutuhan rutin. Contohnya, kamu bisa mengatur, kebutuhan rutin dengan rekening ATM atau debit card, dana darurat di rekening tanpa kartu, lalu lifestyle di e-wallet.
2. Manfaatkan produk investasi risiko rendah
Jangan menyimpan cash terlalu banyak di tabungan yang gampang diakses, agar terhindar dari upaya pembobolan rekening bank. Simpan antara 2 – 3 kali pengeluaran rutin saja sudah cukup. Sisanya kamu bisa memanfaatkan berbagai produk investasi risiko rendah sebaga tempat untuk menyimpan dana yang tingkat pemakaiannya tidak terlalu tinggi. Misalnya untuk dana darurat, atau sekadar tabungan jangka pendek.
Produk seperti Reksa Dana Pasar Uang bisa jadi pilihan. Tingkat risiko rendah, dan untuk mencairkannya juga tak butuh waktu terlalu lama. Jika akan dipakai sekitar 3 tahun lagi, kamu bisa menyimpannya di instrumen surat berharga negara, seperti ORI. Atau, kalau pengin simpan di obligasi tetapi waktunya fleksibel, kamu bisa alokasikan di Reksa Dana Pendapatan Tetap. Tentu juga harus dengan memahami dulu risikonya.
Kamu juga bisa memanfaatkan deposito tenor pendek, dengan sistem ARO dan bunga yang didepositokan lagi. Dengan demikian, tabungan aman, berkembang, tidak mudah diakses tetapi juga relatif tetap likuid.

3. Pakai kartu kredit
Boleh juga loh, kalau kamu mau pakai kartu kredit. Asalkan kamu mempergunakannya sebagai alat bayar—alih-alih alat untuk berutang (apalagi berutang karena nggak punya uang)—kartu kredit itu lebih aman digunakan ketimbang debit card. Pasalnya, tingkat keamanannya juga biasanya lebih tinggi standarnya di bank, sehingga bisa meminimalkan peluang terjadinya pembobolan rekening bank.
Bayar sebelum jatuh tempo, sehingga kamu bisa menghindari bunga dan denda yang tak perlu. Dengan demikian, dana terkendali, lebih aman bertransaksi, plus dapat poin reward. Lumayan juga kan?
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah pembobolan rekening bank oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Kalau sudah kejadian dibobol, ya memang kita bisa mengurusnya, tetapi uang biasanya ya akan kecil kemungkinan untuk bisa kembali. Yang paling efektif adalah mencegah hal ini supaya jangan sampai terjadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
4 Cara Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah untuk Kebutuhan Pribadi
Seberapa banyak pemahaman kamu tentang keuangan syariah? Kalau menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia masih berada di angka yang cukup rendah, yakni sekitar 8,39 persen.
Sayang sekali, padahal sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, sebenarnya kan Indonesia punya potensi besar dalam pertumbuhan ekonomi syariah. Betul nggak? Tak heran jika, literasi ini jadi hal yang cukup digencarkan oleh pemerintah.
Di tahun 2013, OJK menyusun Cetak Biru Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia sebagai pedoman seluruh lembaga keuangan dan stakeholders untuk mengoptimalisasi peran mereka terkait keuangan syariah. Ya, kita sih enggak perlu ikut jadi penyusunnya, kita bisa kok berpartisipasi ikut meningkatkan literasi keuangan syariah dengan menerapkannya dalam pengelolaan keuangan sehari-hari.
Tapi, kamu sudah tahu, apa itu literasi keuangan syariah?

Apa Itu Literasi Keuangan Syariah?
Dalam bahasa Inggris, financial literacy, atau literasi keuangan, diartikan sebagai upaya untuk melek keuangan. Dalam pedoman Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia, literasi keuangan adalah suatu proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan konsumen dan masyarakat agar mereka dapat mengelola keuangan dengan baik.
Artinya, masyarakat tak hanya diimbau untuk mengetahui dan memahami tentang lembaga jasa keuangan dan produknya saja, tetapi mereka mesti mampu memperbaiki cara pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan berbagai produk dan layanan yang ada, agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
Nah, terus literasi keuangan syariah itu apa?
Masih merujuk pada pengertian di atas, hanya saja ditambahkan dengan konteks pembangunan keuangan syariah. Artinya, dengan literasi keuangan syariah masyarakat dapat memahami dan menggunakan jasa keuangan dan produk syariah, yang dikelola sesuai prinsip ajaran agama Islam, di kehidupan sehari-hari.
Kenapa literasi keuangan syariah ini penting? Di samping rendahnya tingkat literasi ini, pemerintah juga melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup stabil. Apalagi jika kita melihat mayoritas masyarakat Indonesia yang memeluk agama Islam. Jadi yakin kan ya, bahwa kebutuhan produk dan jasa keuangan syariah ini dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang mana akan mengurangi jumlah penduduk miskin?

Tujuan Literasi Keuangan Syariah
Oleh karenanya, program pembangunan literasi ini menjadi program nasional sebagai upaya pemerintah khususnya OJK untuk mencapai kesejahteraan finansial masyarakat. Beberapa tujuannya yaitu:
1. Memperluas Pengetahuan Finansial
Pertama, tentunya pemerintah ingin masyarakat lebih melek atau menyadari pentingnya pemahaman dan peran mereka sebagai konsumen yang menggunakan produk dan jasa keuangan.
Gagasan ini penting tak hanya untuk orang dewasa, keuangan syariah bersifat universal untuk semua golongan. Bahkan keuangan syariah itu enggak hanya untuk umat muslim saja loh, tapi universal alias bisa dimanfaatkan oleh semua agama! Yang penting, memang paham akan prinsip dan cara kerjanya.
Hal ini guna meningkatkan efektivitas pengelolaan dan penggunaan pendapatan dengan menggunakan prinsip keuangan syariah. Selain itu, OJK menekankan bahwa keuangan syariah tentunya memiliki perbedaan dengan keuangan konvensional.
2. Mengubah Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Keuangan
Dengan kesadaran ini, diharapkan masyarakat mampu memperbaiki dan mulai menata ulang perencanaan keuangan secara syariah di setiap kegiatan ekonomi mereka. Tak hanya bermanfaat untuk kesejahteraan pribadi, tetapi ini juga dapat membantu meningkatkan ekonomi negara.
3. Memahami dan Memilih Produk dan Jasa Keuangan Syariah
Masyarakat tentunya akan lebih mengenal produk dan jasa keuangan syariah, termasuk manfaat, risiko, fitur, hak dan kewajiban sebagai konsumen.
Dengan pemahaman ini, keterampilan dalam penggunaan dan pemanfaatan produk pun diharapkan dapat meningkat. Hal ini akan mendorong industri keuangan untuk aktif dalam mengembangkan produk jasa keuangan syariah sesuai kebutuhan masyarakat.

Cara Meningkatkan Literasi Keuangan Pribadi
Nah, lalu apa yang bisa kita lakukan? Nggak perlu terlalu jauh, kita bisa kok mulai menerapkan prinsip syariah ini dalam pengelolaan keuangan pribadi sehari-hari. Mulailah dari hal kecil.
Apa saja? Misalnya saja beberapa hal berikut.
1. Dedikasikan waktu untuk belajar keuangan syariah
Untuk menyadari dan memahami sesuatu, setiap orang butuh meluangkan waktu khusus untuk mendalaminya. Setuju? Setidaknya dalam seminggu, luangkan waktu 1 jam untuk mengulik cara efektif pengelolaan keuangan syariah.
Waktu yang kamu luangkan ini dapat digunakan untuk memantau anggaran, melakukan pembaruan arus kas, memantau pembiayaan tagihan dan cicilan, hingga melakukan evaluasi secara rutin.
Kamu perlu berkomitmen pada diri sendiri untuk mau belajar dan menerima segala pengetahuan terbaru terkait literasi keuangan syariah. Cobalah untuk mengulik produk-produk syariah untuk digunakan secara lebih mendalam. Lakukan hal ini secara rutin dengan mengikuti tren berita keuangan atau lainnya.
2. Perbanyak diskusi
Selain mencari informasi keuangan sendiri, jangan malu untuk bertanya dan berdiskusi dengan rekan atau kerabat yang kamu anggap memiliki literasi keuangan syariah yang lebih baik.
Kamu juga bisa bergabung dengan komunitas yang fokus di bidang keuangan. Ini akan meningkatkan pengetahuan dan belajar lebih banyak dari orang-orang soal literasi keuangan syariah.
3. Mencoba berbagai produk keuangan syariah yang ada
Belajar saja tak cukup jika tidak dibarengi dengan praktik. So, mulailah mencoba apa yang telah kamu pelajari. Misalnya mulai dari membuat anggaran keuangan yang berprinsip pada ajaran islam, buat anggaran rutin setiap bulan, mingguan bahkan harian guna mempermudah analisis pengeluaran.
Dalam perencanaan keuangan, cobalah untuk mengalokasikan dana untuk mencoba produk investasi syariah, baik itu saham, reksa dana, atau lainnya.
4. Konsultasi Keuangan
Kamu masih ragu dengan pemahaman terkait keuangan syariah? Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan mereka yang lebih profesional, dan orang-orang yang ahli atau sumber asli dari program keuangan syariah itu sendiri. Pastinya, mereka akan dengan senang hati membantu mencari produk keuangan syariah yang cocok sesuai dengan kebutuhan dan kondisi finansial kamu saat ini.
Untuk melancarkan pembangunan literasi keuangan syariah di Indonesia, perlu ada kerja sama dan peran aktif dari berbagai komponen masyarakat, mulai dari pegiat ekonomi syariah hingga setiap lapisan masyarakat.
Nah, gimana? Simpel aja kan untuk bisa meningkatkan literasi keuangan syariah untuk kebutuhan finansial pribadi seperti ini? Enggak beda jauh dengan perencanaan keuangan pada umumnya kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jika Literasi Keuangan Indonesia Tetap Rendah, maka 5 Hal Inilah yang Akan Terjadi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pernah mengadakan survei untuk melihat tingkatan literasi keuangan Indonesia, dan hasilnya tidak sampai dari 30% masyarakat yang dinilai masuk dalam kategori well literate.
Wah, memprihatinkan dong ya, berarti? Jelas.
Padahal, literasi keuangan adalah hal yang wajib dikuasai oleh masyarakat, bahkan termasuk dari salah satu literasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Artinya, jika tidak memiliki keterampilan literasi dasar, maka hal itu akan mempersulit kita sendiri untuk menjalani hidup.
Meski terbilang rendah, dari hasil survei yang dilakukan oleh OJK tersebut dapat terlihat bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia sudah mengenal, memahami, dan mampu menggunakan dengan bijak beberapa fitur, instrumen, juga mengerti akan hak dan kewajiban dalam dunia keuangan. Walaupun memang hanya sebagian saja yang bisa menggunakannya dengan baik.
Lantaran itulah, edukasi perihal literasi keuangan Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Karena jika dibiarkan terus menerus maka akan ada beberapa hal yang muncul sebagai akibat dari rendahnya literasi keuangan tersebut.

Apa Itu Literasi Keuangan?
Sebelum kita membahas mengenai dampak yang akan terjadi jika literasi keuangan Indonesia tidak mengalami peningkatan, ada baiknya kita pahami lagi apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan literasi keuangan itu.
Secara umum, literasi keuangan atau financial literacy adalah wawasan dan keterampilan masyarakat untuk meyakinkan lembaga keuangan serta produk keluaran mereka dalam skala indeks.
Menurut Manurung, seorang ahli ekonomi Indonesia, literasi keuangan adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk memutuskan memiliki kebijakan yang efektif dalam memanfaatkan sumber daya keuangan yang mereka miliki.
Dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjendikti), ada 6 literasi dasar yang seharusnya dikuasai oleh setiap orang, yakni literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi budaya, dan literasi finansial, atau literasi keuangan. Mengapa penting? Karena dengan menguasai keenamnya, kita dapat hidup dengan lebih nyaman, sehat dan lebih baik.

5 Hal yang Akan Terjadi jika Literasi Keuangan Indonesia Tetap Rendah
Jika angka literasi keuangan Indonesia yang rendah dibiarkan saja, maka kurang lebih, hal-hal inilah yang akan terjadi:
1.Tidak Ada Tujuan Hidup
Hal pertama yang bisa terjadi sebagai dampak dari rendahnya literasi keuangan Indonesia adalah tidak adanya tujuan hidup.
Ini tentu saja bukan hal sepele, bahkan kalau dibiarkan berlarut-larut, orang bisa saja terdemotivasi karenanya. Akibatnya, masa depan pun terabaikan.
2. Tidak Ada Perencanaan Keuangan
Karena nggak punya tujuan hidup, maka bingung juga sih, kalau punya uang. Pastinya, juga enggak punya rencana keuangan dong.
Tanpa adanya perencanaan yang baik dan matang, uang yang dimiliki bisa habis begitu saja dengan pengeluaran yang tidak seberapa penting. Tanpa perencanaan, akan menjadi sulit untuk bisa menabung dan berinvestasi demi masa depan.
Akhirnya, suka bingung sendiri. Dan, akhirnya membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain yang dirasa lebih sukses.

3. Salah Pilih Instrumen Investasi
Jika ternyata tingkat literasi ekonomi Indonesia masih terus rendah, yang mungkin akan terjadi adalah sering terjadi kesalahan dalam memilih instrumen investasi, dan secara otomatis tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang berpotensial.
Masyarakat bisa saja mengerti apa itu investasi dan bagaimana cara memulainya. Namun hal itu bukan berarti mereka memahami instrumen investasi apa yang sesuai dengan kondisi keuangan dan tujuannya. Jika salah memilih instrumen investasi, maka yang sudah pasti terjadi adalah mereka tidak paham bagaimana cara mengelola investasi tersebut, dan akhirnya malah mengalami kerugian.
Ini buktinya sudah nyata banget, yaitu begitu mudahnya orang Indonesia terpikat investasi bodong.
4. Terkena Investasi Bodong
Nah, ini nih. Hasil paling nyata dari rendahnya literasi keuangan Indonesia.
Investasi bodong seperti money game atau dalam bentuk emas palsu memang masih banyak terjadi di negara ini. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat yang tidak memahami bahwa investasi yang ditawarkan kepada mereka adalah investasi ilegal yang tidak terdaftar di OJK.
Seringnya, masyarakat tergiur dengan iming-iming keuntungan besar yang akan didapatkan, tanpa menyadari bahwa investasi memiliki risiko yang tinggi, apalagi yang ilegal. Jika tingkat literasi keuangan tinggi, maka masyarakat akan bisa mengerti tentang risiko yang wajar bagi setiap bentuk instrumen investasi.

5. Tidak Ada Social Safety Net
Social safety net, atau yang biasa disebut juga dengan jaring keamanan sosial, adalah sebuah tameng untuk antisipasi agar masyarakat tidak mengalami kemiskinan. Jika literasi keuangan Indonesia masih ada di tingkat rendah dan tak ada peningkatan dalam waktu dekat, maka peningkatan kesejahteraan hidup akan lebih sulit diwujudkan.
Seperti yang terjadi masa pandemi ini. Prevalensi penduduk miskin meningkat; banyak yang mengeluhkan kehilangan pekerjaan. Bahkan survei OECD juga menyebutkan, bahwa sejumlah 46% masyarakat Indonesia hanya punya dana darurat untuk seminggu saja.
Miris? Jelas ya. Akibatnya juga bisa dilihat kan? Pandemi belum juga tuntas hingga mendekati 2 tahun, dan banyak dari kita yang mengalami kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi.
Peningkatan literasi keuangan Indonesia harus segera dilaksanakan, mengingat begitu banyak dampak negatifnya yang bisa terjadi pada masyarakat. Dalam hal ini, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, media, dan juga masyarakat sendiri yang mau berpikiran terbuka dan berani mempelajari hal baru demi kemapanan ekonomi pribadi.
Makanya, yuk, kita mulai dari diri sendiri dulu, agar lebih melek literasi keuangan. Belajar lebih banyak, dan manfaatkan deh semua produk keuangan yang ada untuk dapat meningkatkan kualitas hidup kita ke depannya.
Ingat, investasi yang paling mahal dan besar adalah investasi pada diri sendiri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Literasi Keuangan Adalah Kunci Sukses Mencapai Tujuan Hidup: Kok Bisa?
Setiap orang seharusnya memang punya tujuan hidup. Kenapa? Tanpa tujuan hidup, apalah arti kita hidup di dunia ini? Tsah. Dan, yang namanya tujuan hidup, kadang ya butuh modal untuk bisa dicapai. Nah, literasi keuangan adalah kunci untuk bisa melapangkan jalan mencapainya.
Faktanya, literasi keuangan adalah salah satu dari 6 literasi dasar yang wajib dikuasai oleh setiap orang. Literasi dasar yang kalau terampil kita lakukan, kita dapat membawa hidup kita ke arah dan kualitas yang lebih baik.
Nah, barangkali kamu adalah salah satu yang sudah ‘aware’ akan pentingnya literasi keuangan ini, tetapi masih belum paham betul apa maksudnya. Kita akan ulas secara khusus dalam artikel ini. So, yuk, simak sampai selesai!

Literasi Keuangan Adalah Keterampilan Dasar, Apa Artinya?
Literasi keuangan adalah pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kita untuk mengatur keuangan kita, termasuk di dalamnya mengenali berbagai produk dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan, sehingga kita bisa membuat keputusan keuangan dengan baik demi meningkatkan kualitas hidup ke depannya.
Karena itulah, maka disebutkan bahwa literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Jika seseorang tidak memiliki literasi keuangan yang baik, maka ia bisa saja terlibat masalah. Seperti terlilit utang, tidak bisa menabung, selalu merasa penghasilannya kurang, tak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sampai tak siap untuk pensiun.
Meski pengertiannya cukup definitif, tetapi aturan literasi keuangan ternyata tidak bisa dibuat sebaku itu. Pasalnya, ini akan tergantung pada kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Itulah mengapa sering dikatakan, ‘personal finance is very personal’. Yang berlaku untuk satu orang, belum tentu bisa berlaku dan memberikan hasil yang sama bagi orang lain.

4 Tingkat Literasi Keuangan
Literasi keuangan memiliki 4 tingkatan, selayaknya saat kita terampil melakukan sesuatu ada tingkat basic hingga advanced.
Not Literate
Pada tingkatan ini, seseorang bisa dibilang sama sekali belum memiliki literasi keuangan yang baik. Bisa jadi, ia juga tak pernah—atau jarang banget—menggunakan berbagai produk keuangan dan kurang percaya pada lembaga keuangan juga. Bisa jadi, bahkan, ia tak punya rekening tabungan di bank.
Less Literate
Pada tingkatan ini, seseorang akan mulai ingin tahu pentingnya memiliki keterampilan mengelola keuangan. Ia mulai ‘aware’ bahwa ada sesuatu yang salah, dan ia harus segera memperbaikinya.
Tetapi, orang tersebut belum mulai memanfaatkan produk apa pun.
Sufficient Literate
Ketika sampai pada tingkat ini, maka orang tersebut sudah cukup banyak menggali informasi seputar produk dan lembaga keuangan yang bisa membantunya mengatasi masalah-masalahnya. Ia sudah tahu manfaat, fungsi, fitur, hingga risiko dalam memanfaatkan produk dan jasa keuangan tersebut.
Tetapi, ia belum mulai menggunakannya secara optimal.
Well Literate
Tingkatan ini dalam literasi keuangan adalah tingkatan yang ‘advanced’, katakanlah begitu. Jika sudah sampai pada level ini, orang tersebut sudah punya banyak ‘bekal’ pengetahuan mengenai berbagai produk, jasa, dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Ia juga sudah memanfaatkan beberapa di antaranya dengan baik, dengan sadar betul berbagai keuntungan dan risikonya.

Aspek-Aspek dalam Literasi Keuangan
Lalu, kalau belajar literasi keuangan, maka itu artinya kita belajar apa saja sih? Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari secara bertahap untuk bisa memiliki literasi keuangan yang baik.
- Basic knowledge, misalnya kalau di QM Financial ada Blueprint of Your Money, yang merupakan konsep orisinal perencanaan keuangan pribadi yang dirancang oleh lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto.
- Tabungan dan pinjaman, misalnya seperti bagaimana mengalokasikan penghasilan agar bisa menabung, bagaimana mengelola utang jika lagi butuh pinjaman, dan seterusnya. Di sini, kita belajar mengenai prinsip cash flow.
- Asuransi, yang akan memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko keuangan yang mungkin terjadi.
- Investasi, yang meliputi belajar berbagai produk investasi beserta risik-risikonya.
Nah, ternyata cukup banyak ya, yang harus kita pelajari agar bisa memperoleh literasi keuangan yang baik, sehingga bisa membantu kita mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidup.
Literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang wajib banget dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, perlu untuk memilikinya sedini mungkin. Meski demikian, tidak akan pernah ada kata terlambat untuk memulai juga. Karena itu, buat kamu yang merasa masih belum memiliki tingkat literasi keuangan yang memadai, semangat yuk, untuk belajar lebih banyak lagi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!