3 Cara Cepat Kaya Paling Mudah yang Perlu Diketahui
Media sosial sering menampilkan konten yang cepat menyebar. Ini terjadi karena algoritma di balik layar memilih apa yang paling banyak orang tonton. Salah satunya, isi yang berkaitan dengan cara cepat kaya mendapat perhatian lebih.
Fenomena ini enggak tergantung dari sumbernya. Jadi, tanpa sadar, banyak yang terpapar dengan ide-ide tentang kekayaan instan. Ini menarik karena menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat.
So, kalau kamu bisa sampai di artikel ini karena kata kunci “cara cepat kaya” juga, ya sudah, mari kita bahas 3 cara cepat kaya paling mudah yang perlu diketahui.
Table of Contents
3 Cara Cepat Kaya
Mau cepat kaya, berikut ada 3 cara yang bisa dilakukan. Sudah banyak kasus dan buktinya, tetapi ya, selalu ada konsekuensinya juga.
1. Korupsi
Korupsi sering dilihat sebagai jalan pintas untuk menjadi cara cepat kaya. Untuk melakukannya, kamu harus banyak manipulasi dan pengambilan uang yang seharusnya bukan milik kamu.
Memang, metode ini bisa memberikan kekayaan dalam waktu singkat. Namun, ada risiko besar yang menyertainya. Salah satunya adalah kemungkinan berakhir di penjara.
Meskipun seseorang mungkin terhindar dari hukuman sekarang, konsekuensi jangka panjangnya tidak bisa dihindari. Berbuat curang, dalam bentuk apa pun, tetaplah sebuah tindakan yang salah. Memilih jalan ini bukan hanya berisiko dari segi hukum tetapi juga berdampak pada nilai moral seseorang.
2. Money Laundering
Money laundering, atau pencucian uang, adalah metode lain yang dianggap lebih “cerdik” daripada korupsi. Di sini, tugasnya adalah menyembunyikan asal-usul dana yang tidak sah.
Cara ini bisa menjadi salah satu cara cepat kaya, tetapi kamu juga harus siap karena risikonya sangat tinggi. Salah satu dampaknya adalah menjadi pusat perhatian negatif. Banyak orang akan bertanya-tanya dari mana asal kekayaan tersebut.
Selain itu, risiko hukum sangat nyata, termasuk kemungkinan penjara. Belum lagi dampak moral dan spiritual yang terkait dengan tindakan ini.
Memilih jalan ini berarti menghadapi pertanyaan dan keraguan dari banyak pihak, serta konsekuensi serius lainnya.
3. Warisan
Menerima warisan sebenarnya adalah cara yang sah untuk mendapatkan kekayaan. Memang, mendapat warisan tidak melanggar hukum atau etika. Namun, ada satu realitas yang tidak dapat dihindari.
Warisan datang dari kehilangan seseorang yang kita kenal, bisa saja orang-orang terdekat kita, termasuk anggota keluarga. Hal ini membuat situasinya jadi bittersweet. Di satu sisi, ada peningkatan finansial. Di sisi lain, kekayaan tersebut hadir sebagai hasil dari kepergian seseorang yang berarti dalam hidup kita.
Mana enak, kita dapat warisan, tetapi kehilangan orang tercinta? Hal ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap warisan, ada cerita kehilangan dan perpisahan yang mendalam.
Mana Cara Cepat Kaya yang Ingin Kamu Lakukan?
Jadi, mana yang ingin kamu lakukan, dari 3 cara cepat kaya di atas?
Tidak ada?
Memilih jalan yang aman dan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan adalah pilihan yang bijak. Beberapa orang mungkin menganggapnya sebagai tindakan “pengecut”, karena enggak mau mengambil risiko besar untuk cepat kaya.
Namun, keputusan untuk mengembangkan kondisi keuangan secara bertahap dan stabil adalah langkah yang matang. Artinya, kamu siap untuk membangun keuangan yang sehat dan kuat dari waktu ke waktu.
Jalan ini mungkin enggak membuat kamu menjadi kaya secara cepat, tetapi menawarkan kestabilan dan keamanan jangka panjang.
Bagi yang setuju dengan pendekatan ini, saatnya untuk merapatkan barisan. Ini adalah saat yang tepat untuk meninggalkan impian kekayaan instan dan bekerja menuju keuangan yang sehat.
Meskipun perjalanan ini mungkin enggak menarik atau menjadi viral, ada kepuasan tersendiri di dalamnya saat berhasil dilakukan. Mengetahui bahwa setiap sen yang dimiliki adalah hasil dari usaha keras sendiri memberikan rasa pencapaian yang nyata.
Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit, akhirnya akan terkumpul kekayaan yang berarti dan berjangka panjang.
Ingin mengelola keuangan dengan lebih bijak dan bertanggung jawab? QM Financial menawarkan solusi sempurna melalui Financial Clinic Online Series. Bergabunglah sekarang untuk mempelajari cara membangun keuangan yang sehat dan kuat. Dengan bimbingan dari trainers berpengalaman, kamu bisa belajar langkah-langkah praktis untuk mencapai kestabilan finansial.
Tidak hanya itu, bagi yang ingin meningkatkan literasi finansial di lingkungan kerja, QM Financial juga siap datang ke kantor lo! Kami menawarkan program financial training yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan tim perusahaan. Ini bisa jadi kesempatan emas untuk membekali diri dan rekan kerja dengan pengetahuan dan alat yang tepat dalam pengelolaan keuangan.
Jangan lewatkan kesempatan untuk membuat perubahan positif dalam keuangan pribadi kamu, dan juga tim perusahaan kamu. untuk informasi lebih lanjut tentang kelas-kelas online atau untuk mengundang tim QM Financial ke kantor. Belajar finansial bareng semua!
5 Pelajaran Hidup dan Keuangan dari Drakor Reborn Rich
Apakah kamu salah satu penonton setia drama Korea yang berjudul Reborn Rich?
Reborn Rich telah menyelesaikan episode terakhirnya pada 25 Desember 2022 lalu. Drakor tersebut berhasil ditutup dengan rating 26,9 persen, seperti yang dikutip dari Nielsen Korea.
Dibintangi oleh salah satu ikon drakor dengan banyak penggemar, Song Joong Ki, drama satu ini menjadi perbincangan karena ceritanya yang disinyalir mirip dengan kehidupan keluarga pendiri salah satu merek eektronik terkemuka asal Korea Selatan, Samsung. Selain itu, Reborn Rich juga memberikan banyak pelajaran soal hidup dan keuangan lo!
Apa saja pelajaran hidup dan keuangan tersebut? Coba yuk, kita lihat!
Pelajaran Hidup dan Keuangan dari Drama Korea Reborn Rich
1. Asal usul keluarga bisa menjadi privilege
Privilege atau “hak istimewa” adalah satu hal yang pasti ingin dimiliki oleh siapa pun. Keistimewaan bisa datang dari berbagai hal, baik itu kerabat, keluarga yang memiliki banyak koneksi, dan lain sebagainya, dalam segala bentuk.
Namun, keistimewaan dapat memberikan dampak positif dan negatif. Hal ini tergantung dari bagaimana orang yang memiliki keistimewaan tersebut bisa memanfaatkannya dengan bijak.
Hal ini dapat dilihat dalam Reborn Rich dari karakter anak dan cucu dari Jin Yang Chul (Lee Sung Min), dan Yoon Hyeon Woo (Song Joong Ki). Sebelum Yoon Hyeon Woo “masuk” ke dalam tubuh Jin Do Jun, ia hanyalah orang biasa yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ia tidak memiliki keistimewaan apa pun, hingga akhirnya ia harus merelakan mimpinya untuk kuliah dan mulai bekerja setelah lulus SMA.
Anak dan cucu dari keluarga Soonyang merasakan hal yang berbeda. Mereka memiliki keistimewaan sebagai salah satu konglomerat di Korea Selatan. Namun, sayangnya mereka tidak dapat menggunakan keistimewaan tersebut dengan bijak.
Kita di sini juga pasti sering mendengar tentang privilege ini. Tak jarang, kita menganggap hidup orang lain lebih mudah karena mereka punya privilege. Orang lain bisa memiliki aset banyak karena mereka memiliki privilege. Padahal sebenarnya kepemilikan aset tidak ada hubungannya dengan privilege, tetapi lebih pada pengelolaan keuangan yang baik.
2. Kekayaan bisa membuat siapa saja berubah menjadi serakah
Perebutan kekuasaan dalam Reborn Rich menjadi salah satu polemik yang dihadapi keluarga Soonyang. Terlebih ketika Jin Yang Chul telah tiada. Keturunannya semakin bersemangat untuk menduduki takhta tertinggi dan mewarisi kekayaan yang dimiliki oleh pendiri Soonyang Group tersebut.
Awalnya, anak dan cucu Jin Yang Chul memahami bahwa kekayaan dan kedudukan Jin Yang Chul akan diwariskan kepada anak laki-laki tertua. Namun, ketika Jin Yang Chul berhenti menerapkan sistem ini dalam keluarganya, anak dan cucunya menjadi marah. Mereka berlomba-lomba dan serakah untuk mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya.
Manusia itu memang banyak maunya. Itu sudah menjadi alamnya. Tak pernah cukup; gaji kecil mengeluh karena tak ada sisa untuk ditabung. Setelah gajinya naik, kok tetap nggak bisa menabung ya? Iyalah, karena gaya hidup juga naik. Yang tadinya puas dengan merek grade B, setelah gaji naik, jadi nggak puas lagi dan memilih grade yang lebih baik.
3. Uang dan jabatan membuat orang rela melakukan apa saja
Uang dan jabatan adalah dua hal di dunia yang keberadaannya sulit untuk diabaikan. Pasalnya, dua hal ini dapat menentukan nasib dan posisi sosial seseorang. Namun, karena dua hal tersebut, orang rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya.
Salah satu contohnya adalah penggunaan kekuasaan dan harta benda untuk terbebas dari segala macam hukuman. Dalam Reborn Rich, keluarga Soonyang telah membuktikan hal itu, bahkan sampai ke anak dan cucunya.
Para chaebol di Korea Selatan termasuk orang-orang yang tidak bisa “disentuh” hukum. Sebab, mereka juga turut membangun perekonomian di negara tersebut. Hal ini juga digambarkan oleh keluarga Soonyang yang bisa menghalalkan segala cara untuk membasmi musuh, menghapus “dosa” agar terhindar dari hukuman pidana, meski telah melakukan kejahatan.
Yang seperti ini juga bisa kita temui di kehidupan sehari-hari. Tak jarang, kasus-kasus korupsi ataupun fraud di kantor mencuat, yang disebabkan oleh kurang puasnya kita terhadap apa yang kita miliki.
4. Manusia boleh berencana, tapi semuanya tetap di tangan Tuhan
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di detik berikutnya. Oleh karena itu, manusia hanya bisa berencana, namun keputusan tetap berada di tangan Tuhan. Jika Tuhan menghendaki sesuatu yang lain dari yang diharapkan, mungkin itu adalah jalan yang terbaik bagi umat-Nya.
Kita bisa melihat betapa gigihnya keturunan Soonyang untuk bisa mewarisi kekayaan Jin Yang Chul dalam Reborn Rich. Meski sudah berusaha semaksimal mungkin, tetap saja banyak rintangan yang harus dilalui. Meski telah berhasil melaluinya, nyatanya ada karma yang harus ditanggung atas dosa dan kesalahan yang mereka perbuat di masa lalu.
Itulah risiko hidup. Tak bisa dihindari, tetapi sebenarnya bisa diminimalkan efeknya. Karena itu, manajemen risiko menjadi sangat penting.
5. Kematian tidak dapat dihindari
Jin Do Jun sempat berpikir, hal apa saja yang membuatnya harus meninggal saat masih muda. Ia juga selamat saat mobil yang ditumpanginya bersama kakeknya ditabrak truk, sebagai bentuk pembunuhan berencana.
Ia pun sudah berpikir sejak awal, jika ia selamat saat itu, maka ada hal lain yang akan membuat Jin Do Jun akhirnya mati. Penonton pun sempat dibuat ragu dengan pernyataan tersebut. Pasalnya, karakter Jin Do Jun memegang peranan penting dalam cerita drama tersebut.
Namun, nyatanya kematian tetap tidak bisa dihindari oleh Jin Do Jun. Ia tetap meninggal karena ditabrak dari belakang oleh sebuah truk ketika sedang berhenti di persimpangan jalan. Pada saat itu, jiwa yang ada di dalam dirinya kembali ke tubuh Yoon Woo Hyeon yang terbaring di ranjang rumah sakit.
Memang manusia itu pada akhirnya meninggal, cepat atau lambat. Karena itu, ada beberapa hal yang harus disiapkan; asuransi jiwa dan waris. Memang ini adalah topik yang “menakutkan” untuk dibahas. Nggak seksi, nggak enak untuk diobrolkan. Tapi, kita tak bisa menghindarinya seperti halnya risiko hidup.
Nah, gimana? Reborn Rich memang tidak hanya menyuguhkan kisah-kisah yang menyentuh dan seru untuk diikuti di setiap episodenya. Namun, ternyata kita bisa belajar keuangan dan hidup dari drakor ini, ya kan?
Selain 5 hal di atas, ada pelajaran apa lagi yang bisa didapatkan dari Reborn Rich? Komen ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Solusi Korupsi yang Seharusnya Ada di Setiap Perusahaan
Korupsi adalah tindakan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pejabat publik atau pribadi yang memperkaya diri atau orang lain dengan cara yang tidak jujur, melalui jabatannya. Korupsi melibatkan pengambilan keuntungan secara tidak sah atau penyalahgunaan wewenang yang membahayakan kepentingan publik dan merugikan masyarakat. Hal ini bisa banget merugikan perusahaan, sehingga perlu ada solusi korupsi yang tepat dan efektif.
Ya, korupsi bisa terjadi juga dalam lingkup lingkungan yang kecil, seperti di kantor, tak hanya level negara. Kerugiannya mungkin juga tak seberapa. Namun, karena memang merupakan penyalahgunaan wewenang, maka tentu saja akan ada yang dirugikan. Hal inilah yang membuat korupsi digolongkan sebagai tindakan kriminal, dan perlu solusi korupsi yang tepat.
Karena itu, harus ada perhatian khusus dari perusahaan untuk bisa mencegah peluang terjadinya korupsi dan menemukan solusi korupsi yang pas sejak dini.
Bentuk Korupsi yang Sering Terjadi di Lingkup Kantor
Berikut adalah beberapa bentuk korupsi yang sering terjadi dalam lingkup kantor:
- Penyalahgunaan wewenang: Ini termasuk membuat keputusan yang merugikan perusahaan demi kepentingan pribadi atau orang lain.
- Perekayasaan: Ini melibatkan manipulasi data atau informasi untuk memperkaya diri atau orang lain.
- Gratifikasi: Ini melibatkan menerima atau memberikan suap yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan pekerjaan.
- Penyelewengan dana: Ini melibatkan penggunaan dana perusahaan secara tidak sah untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
- Konflik kepentingan: Ini melibatkan tindakan yang membahayakan kepentingan perusahaan demi kepentingan pribadi atau orang lain.
Nah, itu dia beberapa contoh dari banyak bentuk korupsi yang dapat terjadi dalam lingkup kantor.
Kalau mau riilnya, misalnya seperti ada karyawan yang meminta nota pembelian palsu pada vendor, untuk kemudian mengisinya dengan angka yang lebih besar. Nantinya, saat pembayaran cair, karyawan tersebut bisa mendapatkan “sisa” dari invoice masuk ke rekening pribadinya. Atau, misalnya budaya ‘titipan’, ketika seorang karyawan memberikan keuntungan atau pekerjaan pada anggota keluarga atau kenalan tanpa memperhatikan kompetensinya. ‘Orang dalam’, begitu biasa disebut.
Masih banyak contoh korupsi lain yang bisa dilakukan oleh karyawan dalam lingkup kantor. Faktanya, setiap individu, termasuk karyawan kantor, memiliki potensi untuk melakukan korupsi. Bahkan korupsi juga tak melulu berbentuk uang. Tapi, bisa juga berbentuk waktu lo!
Korupsi yang terjadi di lingkup kecil seperti kantor efeknya sama saja dengan korupsi pada lingkup yang besar. Sama-sama merugikan. Memangnya apa saja dampaknya?
Penyebab Utama Terjadinya Korupsi di Lingkungan Kantor dan Dampaknya
Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi jika korupsi terjadi dalam lingkup kantor:
- Kerugian finansial: Korupsi dapat mengakibatkan kerugian finansial besar bagi perusahaan, baik melalui penyelewengan dana atau pengambilan keuntungan yang tidak sah.
- Kerusakan reputasi: Korupsi dapat merusak reputasi perusahaan dan menurunkan kepercayaan masyarakat dan pelanggan pada perusahaan.
- Produktivitas yang rendah: Korupsi dapat menyebabkan pekerjaan yang tidak efisien dan memperlambat proses bisnis, menurunkan produktivitas dan efektivitas perusahaan.
- Kemunculan konflik: Korupsi dapat memicu munculnya konflik antar pekerja dan antar departemen, mempengaruhi moral dan integritas pekerja.
- Sanksi hukum: Korupsi dapat mengakibatkan tuntutan hukum dan sanksi hukum, seperti denda dan hukuman penjara, yang akan merugikan perusahaan dan pejabat terkait.
Ini hanya beberapa contoh dari banyak dampak yang dapat terjadi jika korupsi terjadi dalam lingkup kantor.
Tapi, apa ya, yang membuat karyawan sampai ‘tega’ melakukan korupsi di kantor?
Berbagai faktor seperti adanya kesempatan dan kepentingan pribadi dapat memengaruhi tindakan individu, termasuk karyawan. Salah satu penyebab utamanya adalah tekanan finansial.
Tekanan finansial bisa memicu seseorang untuk melakukan korupsi karena mereka merasa tidak memiliki pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka. Banyak karyawan yang mengalami tekanan finansial karena memiliki utang besar, memiliki tanggungan keluarga yang tinggi, atau memiliki gaya hidup yang mahal. Dalam situasi seperti ini, karyawan mungkin merasa terdesak untuk melakukan tindakan yang merugikan perusahaan, seperti menggelapkan uang atau barang, memalsukan dokumen, atau memanfaatkan posisinya untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami tekanan finansial yang dialami oleh karyawan dan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu mereka mengatasi masalah finansial tersebut sebagai solusi korupsi.
Upaya yang Bisa Dilakukan Perusahaan sebagai Solusi Korupsi
Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan untuk menekan peluang terjadinya korupsi oleh karyawan:
- Membentuk sistem pengendalian intern yang kuat: Perusahaan harus memiliki prosedur dan sistem yang kuat untuk mengontrol aktivitas finansial dan operasional dan memastikan transparansi dan akuntabilitas.
- Membentuk budaya anti-korupsi: Perusahaan harus membentuk budaya yang memprioritaskan integritas dan membiasakan karyawan untuk berpegang pada nilai-nilai etis dan profesional.
- Memberikan insentif bagi karyawan yang memegang teguh integritas: Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan yang memegang teguh integritas dan profesionalisme diberikan insentif dan pengakuan yang layak.
- Menjaga transparansi dan akuntabilitas: Perusahaan harus memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam semua aspek bisnis dan operasi, termasuk pengelolaan sumber daya, pengeluaran, dan transaksi keuangan.
- Menerapkan sanksi yang tegas bagi pelaku korupsi: Perusahaan harus menjaga agar sanksi bagi pelaku korupsi tetap tegas dan efektif untuk meminimalkan risiko terjadinya korupsi.
- Memberikan edukasi dan training keuangan: Perusahaan harus memberikan edukasi dan training keuangan, agar karyawan bisa mengelola keuangan dengan baik.
Nah, khusus yang terakhir nih, QM Financial punya kurikulum khusus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan masalah keuangan karyawan di kantor. Entah itu masalah utang, cash flow, menyusun berbagai tujuan keuangan, mengenal produk investasi, sampai membangun dana pensiun lo. Dengan memiliki literasi keuangan yang baik, diharapkan nantinya karyawan tidak akan “terpikirkan” untuk korupsi.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Hal untuk Mencegah Korupsi yang Dimulai dari Diri Sendiri
Sedih rasanya setiap hari selalu saja ada berita mengenai orang-orang besar yang punya perilaku korupsi, melakukan fraud yang merugikan banyak orang, hanya demi kepentingannya sendiri. Apa ya yang bisa kita lakukan untuk mencegah korupsi ini semakin terjadi?
Tapi semakin banyaknya kasus korupsi yang terbongkar sepertinya memberikan sedikit kelegaan juga sih. Bahwa masih ada harapan, kalau pemerintah punya niat yang serius untuk memberantas tindakan yang merugikan seperti ini.
Tapi, sadar enggak sih, bahwa sebenarnya setiap orang–termasuk kita–punya potensi untuk melakukan korupsi? Enggak perlu menyelundupkan motor Harley di pesawat juga sih bentuknya. Sesepele misalnya, minta ke suami sejumlah uang–katanya untuk iuran sekolah anak-anak. Jumlahnya agak dilebihkan sedikit, yang ternyata dipakai untuk beli tas branded. Atau, buat karyawan nih biasanya sering terjadi fraud pada laporan pertanggungjawaban keuangan atas nota-nota pembelian, misalnya.
Atau, enggak dalam bentuk uang juga. Misalnya saja, di kantor gabut, bukannya menyelesaikan tugas tapi malah nonton Youtube berlama-lama.
Yes, itu dia bentuk-bentuk perilaku korupsi kecil yang bisa banget kita lakukan–siapa pun kita. Lama-lama hal kecil ini menjadi kebiasaan dan budaya, yang akhirnya kita merasa kebas. Tidak merasa bahwa yang kita lakukan itu salah, karena sudah biasa banget dilakukan.
So, pas banget mau ganti tahun. Kayaknya ini bisa jadi resolusi tahun baru yang bagus banget: mencegah korupsi dari diri sendiri. Caranya gimana? Well, banyak cara sih, tapi kita bisa mulai dari sini.
5 Cara untuk Mulai Mencegah Korupsi dari Diri Sendiri
1. Atur cash flow
Sadar enggak sih, bahwa hampir setiap masalah keuangan yang terjadi selalu bersumber pada masalah cash flow. Termasuk jika kita sering melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada perilaku korupsi.
Jika cash flow sehat, keuangan sehat, maka kita pun jadi enggak kepingin untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Yes, kadang memang hanya sesimpel itu sih.
Jadi, sudahkah kita mempunyai cash flow yang sehat? Sudahkah kita mempunyai catatan keuangan yang–meski sederhana–tetapi traceable? Ke mana saja perginya uang kita, apakah bisa ditelusur dengan jelas? Apakah kita sekarang sudah enggak pernah kerasa ada tanggal tua dan tanggal muda?
Nah, banyak kan, indikasi cash flow yang sehat dan enggak sehat itu? So, penting bagi kita untuk bisa belajar menyehatkan cash flow. QM Financial punya kelas finansial online khusus untuk belajar mengatur cash flow lo! Pastinya, manfaatnya beda banget dengan sekadar baca-baca artikel gratis di internet, atau mengikuti tip-tip dari akun-akun media sosial. Karena di kelas online cash flow, kamu akan praktik langsung dengan berbagai formula yang sudah disiapkan oleh para trainer QM Financial yang berpengalaman. Kamu bisa langsung simulasi dengan berdasarkan kondisi keuanganmu saat ini.
2. Bayar utang dengan disiplin
Cash flow sehat, maka seharusnya kamu pun enggak masalah untuk mengangsur utang produktif yang menjadi tanggung jawabmu sekarang.
Ini juga merupakan salah satu akar masalah keuangan besar yang sering terjadi lo. Banyak banget ternyata karyawan yang terlilit utang–mulai dari utang panci, utang beli gawai terbaru dan tercanggih, utang KPR, utang kendaraan bermotor, utang kartu kredit, hingga utang liburan.
Utang memang diperbolehkan kok. Kan, namanya juga manusia, maunya banyak, duit terbatas. Apalagi jika kita memang pengin mengejar sesuatu yang bernilai nominal besar tetapi menjadi jaminan hidup. Rumah, misalnya.
Tapi ya mesti diingat, kalau pinjam harus dikembalikan. Jadi, kalau utang ya harus dibayar. Karena itu, penting untuk memastikan bahwa kita mampu bayar sebelum melakukan utang.
Banyak perilaku korupsi terjadi lantaran si pelaku terlilit utang. Karena “kepepet”, maka ia pun melakukan fraud di kantor.
So, mari kita mencegah korupsi diri kita sendiri, mulai dari bijak dalam berutang dan kemudian disiplin dalam membayarnya.
3. Bangun aset aktif
Aset aktif yang dapat memberikan pendapatan pasif dapat membantu memperlancar cash flow. Setuju kan, sampai di sini?
So, jika memang sudah mampu, coba bangun aset aktif kita sendiri, karena hal ini juga bisa menjadi satu tindakan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri.
Pelajari profil risiko diri sendiri, lalu pilih aset aktifmu dengan bijak.
4. Fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab kita
Yes, fokuslah pada hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita. Selesaikan dengan baik, dan sesuai kesepakatan atau aturan yang ada. Ini merupakan salah satu hal yang paling pertama bisa kita lakukan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri terjadi.
Selalu ingat, bahwa penyelewengan wewenang dan tanggung jawab–sekecil apa pun–bisa jadi bibit perilaku korupsi di kemudian hari, yang kemudian bisa menyulitkan diri kita sendiri.
5. Miliki gaya hidup yang sesuai kemampuan
Penting nih. Jangan terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain.
Orang lain usia 20-an kok sudah jadi CEO, sudah jadi rektor, sudah berprestasi ini itu, sedangkan diri sendiri apa kabar?
Jangan pernah berpikiran seperti itu ya. Ingat, bahwa Barack Obama mulai jadi presiden di usia 40-an, dan Trump di usia 70-an. Masing-masing orang punya timeline sendiri-sendiri. Setiap orang menjalani kehidupan yang perjuangannya enggak sama, jadi enggak bisa dibandingkan.
So, enggak usah banyak gaya. Sesuaikan saja dengan kemampuan kita. Apa adanya kita. Kalau bisa mensugesti hal ini pada diri sendiri, sepertinya ini akan menjadi langkah paling efektif untuk mencegah korupsi.
So, siap untuk mencegah korupsi yang dimulai dari diri sendiri? Good luck!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Jenis Gratifikasi yang Harus Ditolak dan Beberapa yang Tidak Harus Dilaporkan oleh Karyawan
Sepertinya, sudah diketahui secara umum, bahwa menjadi PNS itu berarti juga harus wajib mewaspadai peluang terjadinya gratifikasi. Bagi PNS, ada beberapa jenis gratifikasi yang harus ditolak, lantaran masuk ke daftar pengawasan KPK. Sedangkan ada pula yang masuk golongan gratifikasi, namun masih boleh diterima dan tak harus dilaporkan pada KPK.
Itu untuk PNS. Lalu, bagaimana dengan karyawan swasta? Apakah aturan KPK ini juga berlaku bagi karyawan swasta? Well, jangan salah. Seperti berita yang dilansir oleh Liputan6, KPK saat ini sudah meratifikasi United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) melalui Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2006. Dalam undang-undang tersebut disebutkan, bahwa KPK perlu juga untuk menangani praktik korupsi di kalangan swasta. Alasannya, jelas, saat ini perusahaan swasta masih belum tersentuh penelusuran KPK sehingga praktik korupsi sangat masif.
Meski demikian, banyak juga perusahaan swasta yang sudah mengadopsi aturan mengenai gratifikasi yang ditetapkan oleh KPK ini, dan kemudian menyesuaikannya dengan kondisi perusahaan masing-masing. Bahkan banyak yang sudah mencantumkannya dalam surat kesepakatan kerja dengan karyawan. Salah satunya di QM Financial :)
Nah, agar kita semua–para karyawan yang berdedikasi dan berkompetensi ini–bisa terhindar dari berbagai bentuk praktik gratifikasi, ada baiknya kita kenal dulu dengan berbagai jenis gratifikasi, baik yang harus ditolak maupun yang boleh tidak dilaporkan.
3 Jenis gratifikasi yang harus ditolak
1. Komisi atau cashback
Misalnya, dari pihak perusahaan melalui bagian purchaser, membeli keperluan bahan baku produksi ke vendor. Telah disepakati harga, dan juga sudah dibayar oleh perusahaan. Sebagai ucapan terima kasih, vendor pun memberikan “cashback” kepada purchaser. Jumlahnya lumayan.
Dalam hal ini, akan lebih baik jika purchaser melaporkannya dan memberikan cashback itu kepada perusahaan, sebagai hak dari perusahaan yang sudah membeli bahan produksi pada sang vendor.
Jika purchaser tidak melaporkan ataupun mengembalikan cashback ini, maka hal itu bisa dianggap sebagai gratifikasi.
Ada pula kasus, memberikan mata uang asing sebagai ucapan terima kasih, dengan alasan supaya praktis atau ringkas. Nah, hati-hati. Dalam aturan KPK, hal ini juga termasuk salah satu jenis gratifikasi.
2. Bingkisan
Pemberian bingkisan atau hadiah juga merupakan salah satu jenis gratifikasi yang harus ditolak, apalagi jika hadiah ataupun bingkisan itu seharga nominal yang cukup besar. Misalnya, hadiah rumah atau mobil.
Kalau menurut aturan KPK, bingkisan atau hadiah yang tidak harus dilaporkan adalah yang berupa barang seharga di bawah Rp1.000.000. Selebihnya, PNS wajib melaporkannya, dan kalau sangat lebih dari itu, maka PNS harus menolaknya dengan segera.
By the way, aturan ini juga ada di undang-undang beberapa negara maju di dunia lo, salah satunya Amerika Serikat. Hanya saja nominalnya yang berbeda. Batas gratifikasi di AS adalah tidak boleh melebihi $50, yang berarti–kalau dihitung dengan kurs sekarang–kurang lebih Rp700.000.
Dalam hal ini juga termasuk pemberian hadiah dalam rangka ulang tahun, pernikahan, perayaan keagamaan, atau yang lainnya. Misalnya saja, ada PNS yang menikahkan anaknya, dan kemudian biaya konsumsi ditanggung oleh pengusaha tertentu. Nah, ini juga termasuk jenis gratifikasi yang harus ditolak.
Peraturan nominal bingkisan atau hadiah yang boleh diterima atau yang harus ditolak ini sebagian juga sudah diadopsi oleh perusahaan-perusahaan swasta dalam peraturan kerja resmi, demi menjaga integritas bisnis mereka.
3. Tiket perjalanan
Jenis gratifikasi lain yang harus ditolak oleh karyawan adalah tiket perjalanan, baik dalam rangka dinas maupun pribadi.
Dalam hal ini, juga termasuk biaya atau ongkos naik haji lo.
Nah, melihat beberapa jenis gratifikasi yang harus ditolak di atas, lantas jenis gratifikasi yang boleh diterima dan tidak perlu dilaporkan itu yang seperti apa?
Beberapa di antaranya:
- Pemberian hadiah dalam hubungan karyawan dengan orang lain sebagai keluarga, asal tidak menimbulkan konflik kepentingan.
- Pemberian hadiah dalam rangka ulang tahun, pernikahan, aqiqah, dan lain sebagainya, asal tidak melebihi Rp1.000.000.
- Bantuan atas musibah, dengan nominal maksimal juga Rp1.000.000
- Mengajak makan siang, misalnya, dengan sajian atau hidangan yang biasa atau umum dijumpai.
- Penerimaan laba, keuntungan, atau bunga dari investasi atau penempatan dana pribadi yang berlaku umum
- Penerimaan manfaat dari koperasi atau organisasi yang berlaku umum
- Seminar kit atau merchandise yang didapatkan dari workshop, seminar, atau event apa saja, baik yang diikuti dalam rangka penugasan kerja ataupun pribadi
- Penerimaan beasiswa atau tunjangan, dalam rangka meningkatkan keterampilan demi prestasi kerja sesuai peraturan
- Penerimaan kompensasi di luar tugas, selama tidak menimbulkan konflik kepentingan dan tidak melanggar kode etik perusahaan.
Nah, ternyata agak rumit kan ya, membedakan antara mana jenis gratifikasi yang boleh diterima dan mana jenis gratifikasi yang sebaiknya ditolak demi integritas dan reputasi. Memang, sebagai karyawan, kita adalah aset perusahaan. Karena itu, meski mungkin tidak tertulis, menjaga integritas perusahaan itu juga menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita, begitu kita menjadi bagian dari perusahaan tersebut.
So, menjadi bijak adalah penting. Nggak hanya dalam mengenali mana yang harus ditolak dan mana yang harus diterima, tetapi bijak dalam mengelola keuangan pribadi secara keseluruhan. Lo, hubungannya apa? Ada dong, hubungannya. Kalau kita pintar mengelola keuangan sendiri sudah pasti, apa pun jenis gratifikasinya, kita bisa dengan mudah memilah mana yang boleh diterima, dan mana yang harus ditolak (tanpa ada godaan untuk menerimanya).
Yuk, ikutan kelas finansial online-nya QM Financial! Kamu bisa belajar mengelola gaji dengan lebih baik, sehingga akan merasa tak perlu menerima jenis gratifikasi apa pun. Cek jadwalnya di web Event QM Financial ya. Dan jangan lupa, follow Instagram QM Financial untuk mendapatkan update, info, dan trik keuangan terbaru dari QM Financial.
Mengenal Lebih Jauh Perbedaan Suap dan Gratifikasi di Kalangan Karyawan
Salah satu upaya terpenting untuk membentuk tim sumber daya manusia yang mumpuni dalam sebuah perusahaan adalah membangun integritas karyawan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk upaya ini, di antaranya adalah meminimalkan peluang terjadinya suap dan gratifikasi, baik yang dilakukan oleh karyawan maupun terhadap karyawan.
Hmmm. Suap. Gratifikasi. Sepertinya dua istilah ini ‘KPK banget’ ya. Biasanya yang kita dengar mengenai berita suap dan gratifikasi adalah berita-berita seputar politik deh. Tapi ternyata enggak lo. Suap dan gratifikasi ini akrab juga ditemui di kalangan karyawan.
Tapi apa ya perbedaan suap dan gratifikasi, utamanya di kalangan karyawan, ini? Bukankah keduanya artinya sama saja, yaitu kurang lebih mengupayakan sesuatu untuk “melicinkan” atau memperlancar usaha?
Nah, mari kita lihat perbedaan antara gratifikasi dan suap, agar kemudian kita bisa menghindarinya, karena keduanya berpeluang menimbulkan fraud atau kecurangan di dalam organisasi perusahaan.
Tentang Suap dan Gratifikasi
Suap di Kalangan Karyawan
Memang perusahaan mempunyai kebijakan masing-masing sebagai upaya untuk mencegah penyebab fraud ini terjadi. Tapi, kita bisa melihat dari peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah sebagai patokan.
Suap (menurut Wikipedia) adalah tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain sebagai “balasan” atau “imbalan” dari pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas kepentingan/minat si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan penerima.
Pasal 3 UU No. 3 Tahun 1980 juga menyebutkan definisi suap ini, yaitu bahwa penyuapan terjadi ketika ada orang yang menerima sesuatu atau janji, supaya ia melakukan (atau tidak melakukan) sesuatu yang menyangkut kepentingan umum atau perusahaan, bahkan yang berlawanan.
Seperti dikutip dari situs Kumparan, tentang suap ini lebih jauh diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht, Staatsblad 1915 No 73), UU No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap, UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta diatur pula dalam UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU Pemberantasan Tipikor).
Hal ini tak hanya berlaku bagi para pegawai negeri ataupun penyelenggara negara saja, tapi juga bisa terjadi di kalangan karyawan di perusahaan swasta.
Contoh kasus yang paling mudah terjadi di kalangan karyawan misalnya seorang supplier atau vendor memberikan “amplop” kepada salah satu karyawan yang berwewenang agar mau ‘berbelanja’ kebutuhan produksi pada vendor yang bersangkutan. Padahal bisa saja, secara kualitas produk vendor belum masuk ke standar kualitas dari perusahaan.
Hal sebaliknya juga bisa terjadi. Misalnya karyawan dari sebuah perusahaan memberikan hadiah pada orang lain, misalnya di lembaga pemerintah, demi mendapatkan izin-izin tertentu untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu.
Jadi, nggak hanya diberi “hadiah”, memberi “hadiah” pun juga bisa terkena pasal Undang-Undang yang mengatur mengenai suap ini.
Gratifikasi di Kalangan Karyawan
Memang suap dan gratifikasi ini bisa terjadi beriringan. Bahkan pengertiannya kadang juga tertukar.
Gratifikasi terjadi ketika seseorang menerima pemberian uang tambahan, barang, diskon, komisi pinjaman tanpa bunga, ataupun fasilitas-fasilitas lain, misalnya tiket wisata gratis, biaya pengobatan gratis, dan lain sebagainya.
Pelaku tindak gratifikasi ini bisa dipidana lo, dengan hukuman penjara 4 – 20 tahun, dan denda Rp200 juta – Rp1 miliar. Hal ini diatur dalam UU 31/1999 dan UU 20/2001 Pasal 12.
Sampai di sini bisa dilihat, beda gratifikasi dan suap adalah lebih ke intensinya. Kalau suap bersifat transaksional dan langsung, diberikan bersamaan dengan proses kerja sama yang sedang berlangsung. Sedangkan gratifikasi tidak bersifat transaksional–karena kadang diberikan setelah kerja sama selesai, atau bahkan belum ada sama sekali kerja sama. Ada yang menyebut gratifikasi ini sebagai “suap yang tertunda”, karena banyak yang dianggap sebagai “investasi” ataupun upaya untuk mencari perhatian.
Nah, kalau KPK sendiri, sebagai lembaga negara pengawas tindak korupsi dan kawan-kawannya, sempat mengeluarkan Buku Saku Memahami Gratifikasi, yang secara lengkap merincikan apa dan bagaimana tindakan gratifikasi itu. Well, lagi-lagi ini dibuat untuk mengatur jika ada kemungkinan terjadi di kalangan pegawai negeri ataupun penyelenggara negara. Tapi perusahaan swasta ada baiknya untuk juga mengerti dan memahami.
Kalau mengacu pada buku saku KPK tersebut, bentuk gratifikasi yang bisa terjadi di kalangan karyawan misalnya saja:
- Penerimaan hadiah atau parsel dari pihak luar perusahaan oleh rekanan
- Penerimaan komisi karena sudah merekomendasikan rekanan
- Penerimaan potongan harga atas produk dari rekanan yang kemudian tidak dilaporkan ke perusahaan
- Dibiayai liburan setelah proyek selesai
Dan masih banyak lagi.
Yes, kalau dilihat-lihat lagi, sebagian besar fraud karyawan yang terjadi akibat suap dan gratifikasi ini tampaknya adalah hal-hal yang biasa dan banyak kita temui praktiknya dalam proses jalannya perusahaan ya? Saking biasanya, bahkan kita kadang nggak sadar, kalau itu adalah bentuk suap dan gratifikasi. Saking umumnya, hingga menjadi bentuk budaya.
Pada akhirnya, tentu saja, hal ini bisa merugikan perusahaan. Banyak deh efeknya, dan biasanya efeknya ini jangka panjang.
Karena itu, adalah penting bagi pihak perusahaan–melalui divisi HR–untuk berupaya mencegah atau meminimalkan peluang terjadinya fraud karyawan, termasuk suap dan gratifikasi. Dari mana perusahaan bisa memulai? Bisa dari segi finansial, yaitu mengupayakan agar karyawan tidak mempunyai masalah keuangan pribadi yang bisa membuat mereka sempat tergoda untuk melakukan fraud.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan bagi karyawan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
5 Jenis Fraud atau Kecurangan Karyawan yang Kerap Terjadi di Perusahaan
Mengelola perusahaan itu bukan hal mudah. Siapa pun pasti mengamini. Nggak cuma harus menjaga berputarnya roda bisnis supaya terus lancar, para pengelola perusahaan juga mesti mengelola sumber daya manusia di dalamnya dengan baik. Sudah dikelola dengan baik pun, kecurangan karyawan masih saja kerap terjadi.
Yes, meng-handle sumber daya manusia di dalam sebuah perusahaan–dengan kata lain, karyawan–memang butuh seni tersendiri. Tak hanya harus memikirkan kesejahteraan mereka, tapi juga mencegah terjadinya kecurangan karyawan.
Kecurangan karyawan seperti apa saja sih yang sering terjadi di perusahaan-perusahaan?
5 Jenis Kecurangan Karyawan yang Sering Terjadi
1. Kecurangan terhadap aset
Kecurangan karyawan ini terjadi biasanya berupa penyalahgunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, atau semacamnya.
Misalnya saja, difasilitasi laptop dengan spek terbaik dari kantor, tentunya untuk mengerjakan tugas-tugas agar hasilnya bisa maksimal. Ternyata–karena satu dan lain hal–si karyawan punya side job yang kurang lebih bidang yang sama, dan menggunakan laptop tersebut dengan prioritas ke side jobnya, alih-alih untuk tugas utamanya.
Nah, ini sudah menyalahi pastinya ya.
Kasus lain lagi. Misalnya seorang purchaser, berwewenang untuk membeli bahan baku produksi ke vendor lain. Karena satu dan lain hal, uang, cek, atau alat pembayaran apa pun ditahan, tidak disampaikan pada vendor, tapi malah dipakai untuk kepentingan pribadi dulu. Hingga akhirnya, proses produksi pun terhambat.
Kasus pertama di atas biasanya dimasukkan ke dalam kategori noncash misappropriation, yaitu kecurangan karyawan yang tidak berhubungan dengan uang atau cash. Sedangkan kasus kedua disebut cash misappropriation, yaitu kecurangan karyawan terkait keuangan.
Mana yang lebih merugikan? Dua-duanya merugikan perusahaan, tentunya. Perusahaan perlu membuat prosedur khusus jika sampai keduanya sering terjadi di kantor.
2. Kecurangan karyawan terhadap laporan keuangan
Bentuk kecurangan kedua ini juga sering dijumpai lo. Misalnya saja, memalsukan bukti transaksi. Contohnya lagi untuk seorang purchaser, berwewenang untuk membelanjakan kebutuhan barang produksi. Membeli cat sebanyak 1 kg sesuai yang tertulis di nota, padahal yang dibelikan hanyalah 1/2 kg saja. Atau, bisa juga menambah nominal. Misalnya, beli kain Rp500.000, tapi ditulis di nota Rp600.000.
Laporan keuangan memang menjadi hal paling rentan untuk dicurangi dalam perusahaan. Memang butuh SDM yang benar-benar qualified dan terpercaya untuk bisa mengelolanya dengan baik. Makanya nggak heran, banyak perusahaan yang masih menerapkan sistem micro management untuk keuangannya.
3. Korupsi
Korupsi ini kadang rancu dengan kecurangan karyawan terkait laporan keuangan di atas. Iya, kadang overlapped sih.
Tapi, korupsi ini juga punya beberapa bentuk, yaitu kolusi dan nepotisme, serta suap.
Kolusi dan nepotisme ini biasanya terkait dengan adanya conflict of interest para karyawan. Misalnya saja, seorang karyawan, selain bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultasi desain interior, di rumah juga membuka bisnis pembuatan perabotan rumah yang customized. Akhirnya, dengan cara tertentu, dia mengalirkan semua proyek interior ke bisnis pribadinya sendiri. Jika kemudian hal ini merugikan perusahaan, maka bisa dibilang karyawan tersebut melakukan fraud atau kecurangan.
Kasus lain, misalnya saja, kantor butuh seseorang yang punya skill manajerial untuk mengelola satu divisi. Seseorang yang sudah mempunyai jabatan penting lantas mengusulkan keluarganya untuk menempati posisi strategis tersebut. Namun, ternyata, yang direkomendasikan belum punya skill yang memadai.
Sedangkan fraud yang berupa suap, ini sepertinya sudah pada tahu sih yang seperti apa. Suap juga akan banyak merugikan perusahaan, jadi waspadai betul akan timbulnya fraud ini.
4. Kecurangan terkait personalia
Kecurangan karyawan terkait manajemen personalia ini misalnya, izin sakit tapi ternyata malah pergi solo traveling. Atau, menyalahgunakan waktu kerja yang fleksibel, dan sebagainya.
Kebanyakan ini terjadi dan karena masalahnya (dianggap) kecil-kecil simpel sepele gitu akhirnya jadi kebiasaan. Nanti akan terasa efeknya ketika kinerja tak lagi efektif dan produktivitas berkurang. Biasanya akan berbuah pada review tahunan yang buruk.
Kebiasaan melakukan fraud keempat ini memang seperti menyimpan bom waktu sih. Nggak kerasa di keseharian, tapi tiba-tiba meledak di akhir.
5. Kecurangan terkait etika kerja
Fraud ini bisa terjadi, ketika seorang karyawan mencoba untuk bekerja sama dengan pihak lain demi keuntungan pribadi, dengan membocorkan informasi yang seharusnya menjadi rahasia perusahaan. Biasanya sih terkait dengan strategi bisnis, strategi pemasaran hingga penentuan harga produk, proses produksi, dan lain sebagainya.
Kecurangan karyawan ini biasanya juga diperparah dengan tindakan si karyawan yang menerima “upah” untuk informasi yang diberikannya.
Duh, kalau melihat berbagai bentuk kecurangan karyawan di atas, rasanya kok mengerikan semua ya? Kenapa kok bisa setega itu melakukan kecurangan pada kantor yang sudah menggajinya seperti itu?
Well, banyak sih alasannya. Salah satu alasan terbesarnya adalah si karyawan butuh uang.
Yes, “butuh uang” ini memang kadang menjadi akar segala kesulitan dan masalah yang timbul di kehidupan kita. Tapi, ya, siapa sih yang enggak butuh uang? Semua orang juga “butuh uang” kan? Tapi, kebutuhan akan uang ini bisa kok dimanifestasikan dalam bentuk yang positif.
Yang pertama, tentu dengan mengatur gaji yang sudah diterima supaya cukup sampai saatnya gajian lagi. Karena itulah, training keuangan bagi karyawan itu penting.
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan kamu? Sila WA ke 0811 1500 688. Follow Instagram QM Financial atau cek web Event QM Financial untuk info-info kelas online terbaru.