Keterima Tes CPNS? Berikut 7 Fakta Gaji ASN yang Mesti Dipahami
Lagi ramai-ramainya tes CPNS nih. Apakah kamu juga salah satu yang tertarik untuk bergabung menjadi “pelayan” masyarakat ini? Jika iya, kamu perlu tahu beberapa fakta terkait gaji ASN yang nantinya bakalan kamu terima, jika kamu berhasil lulus dan diterima sebagai aparatur sipil negara.
Konon, banyak orang yang tertarik untuk ikut tes CPNS karena banyaknya benefit yang ditawarkan sebagai kompensasi. Di antaranya tunjangan-tunjangan. Namun, apakah hanya itu komponen gaji ASN? Ternyata enggak juga. Selain ada penambahan, ternyata potongannya lumayan juga loh.
Coba yuk, kita telusuri bersama-sama dalam artikel berikut.
Table of Contents
Fakta-Fakta Gaji ASN yang Perlu Diketahui jika Sudah Dinyatakan Lulus Menjadi PNS
1. Penerimaan Gaji Pertama
Setelah diangkat sebagai CPNS, hak untuk menerima gaji ASN pertama pasti menjadi salah satu hal yang kamu tunggu-tunggu. Betul?
Gaji ini umumnya akan dibayarkan setelah kamu, sebagai CPNS, mulai menjalankan tugas sesuai dengan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT). Hal ini diatur dalam Peraturan Kepala BKN Nomor 9 Tahun 2012. Proses ini ternyata penting banget untuk memastikan bahwa gaji yang diterima sejalan dengan tanggung jawab yang diemban. Selain itu, juga untuk mendukung prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan ASN.
Baca juga: 5 Tujuan Keuangan yang Wajib Dimiliki oleh ASN/PNS
2. Tidak Langsung Jadi ASN
Setelah dinyatakan lulus tes CPNS, statusmu adalah Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Jadi enggak langsung berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN). Ada proses masa percobaan dan pembinaan dulu sebelum diangkat menjadi PNS.
Proses ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, yang menjelaskan tahapan pengangkatan CPNS menjadi PNS.
3. Besaran Gaji
Karena belum langsung berstatus ASN, maka gajinya juga belum dihitung gaji ASN. Gaji pokok bagi CPNS ditetapkan sebesar 80% dari gaji pokok PNS.
Besaran gaji pokok PNS ini enggak sama ya, melainkan ditentukan berdasarkan golongan dan masa kerja. Penggolongan ASN dimulai dari Golongan I hingga Golongan IV, dengan setiap golongan memiliki kisaran gaji yang berbeda-beda. Nah, selengkapnya kamu bisa intip saja di Peraturan BKN Nomor 1 Tahun 2024 ini.
4. Tunjangan
Selain gaji pokok, CPNS juga memiliki hak untuk menerima berbagai tunjangan yang berfungsi sebagai tambahan penghasilan. Tunjangan ini dapat meningkatkan total pendapatan bulanan dan mendukung kesejahteraan ASN.
Beberapa jenis tunjangan yang umum diberikan meliputi tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, dan tunjangan kinerja. Besarannya bervariasi juga, dan enggak sama satu dengan yang lainnya. Hal ini mencerminkan perbedaan dalam tingkat tanggung jawab dan kinerja yang diharapkan dari setiap jabatan.
5. Potongan Gaji ASN
Selain ada penambahan melalui tunjangan, ada juga potongan pada gaji ASN yang diterima. Di antaranya:
- Iuran Wajib Pegawai (IWP), yaitu iuran yang dipotong dari gaji ASN setiap bulannya, yang terdiri dari 3,25% untuk Tabungan Hari Tua dan 4,75% untuk premi pensiun.
- BPJS Kesehatan, yang iursan sebesar 5% dari gaji per bulan, dengan rincian 4% dibayar oleh pemberi kerja (pemerintah) dan 1% dibayar oleh peserta (dipotong dari gaji ASN).
- Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), dengan potongan sebesar 3% dari gaji, dengan rincian 2,5% ditanggung oleh pekerja dan 0,5% oleh pemberi kerja.
- Pajak Penghasilan (PPh 21), yang bersifat final, artinya pajaknya ditanggung oleh pemerintah.
- Potongan lain-lain, seperti iuran koperasi, asuransi, atau potongan disiplin. Besaran dan jenis potongan ini dapat berbeda-beda tergantung pada kebijakan instansi masing-masing.
Baca juga: Ada Berapa Jenis Potongan Gaji Karyawan? Sudah Tahu Semua Belum?
6. Kenaikan Gaji Berkala
Setelah resmi diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), setiap ASN berhak menerima kenaikan gaji berkala yang diatur dalam peraturan pemerintah. Kenaikan ini berlangsung setiap dua tahun sekali.
Kenaikan gaji ASN berkala ini ditentukan berdasarkan masa kerja dan golongan jabatan. Misalnya, PNS yang berada di Golongan I akan mengalami kenaikan gaji dengan besaran yang berbeda dibandingkan dengan PNS di Golongan IV.
Secara umum, mekanisme kenaikan gaji berkala diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
7. Pajak Penghasilan (PPh 21)
Gaji ASN akan dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh perorangan, termasuk gaji dan tunjangan yang diterima oleh ASN.
PPh 21 dihitung berdasarkan besaran gaji, dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti status perkawinan, jumlah tanggungan, dan penghasilan lainnya. Proses pemotongan pajak ini dilakukan secara otomatis oleh instansi tempat ASN bekerja sebelum gaji dibayarkan. Artinya gaji ASN yang diterima itu sudah bebas pajak, sudah gaji bersih.
Besaran pajak penghasilan yang dikenakan bersifat progresif, artinya semakin tinggi penghasilan, semakin besar persentase pajak yang harus dibayarkan. Untuk penghasilan di bawah batas tertentu, ASN bisa saja enggak dikenakan pajak, sementara penghasilan di atas batas tertentu akan dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi. So, ASN perlu memperhatikan batasan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Nah, dari semua fakta di atas, mana nih yang membuatmu terkezoet? Ya, semoga sih sudah enggak ada yang bikin surprise lagi ya, karena kamu sekarang sudah tahu fakta-faktanya.
Satu hal lagi yang perlu diketahui, bahwa gaji ASN seberapa pun yang penting adalah pengelolaannya. Percuma kamu punya gaji besar atau menerima tunjangan banyak, kalau enggak tahu cara mengelolanya dengan baik.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa yang Perlu Ditingkatkan dalam Bekerja agar Sisa Tahun Ini Jadi Lebih Baik?
Setiap awal tahun, banyak dari kita yang membuat daftar resolusi dengan harapan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Kita menetapkan berbagai target yang ingin dicapai dalam karier, mulai dari mendapatkan kenaikan gaji hingga meraih posisi yang lebih tinggi. Namun, setelah melewati setengah tahun, adakah di antara kita yang mengevaluasi kembali pencapaian dan target-target tersebut? Bagaimana dengan usaha kita untuk menjadikan sisa tahun ini lebih baik? Memahami apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja adalah langkah penting untuk mencapai hal tersebut.
Dalam dunia kerja yang dinamis dan penuh tantangan, setiap orang dituntut untuk apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja, agar kualitas diri juga meningkat sehingga mampu bersaing. Bukan hanya keterampilan teknis, melainkan juga soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, hingga manajemen waktu. Bukan hal yang mudah, namun dengan pemahaman dan tekad yang kuat, setiap orang pasti mampu mencapainya.
Lantas, apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja? Salah satu aspek penting mengenai apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja tetapi kerap terabaikan adalah pengelolaan keuangan. Bagaimana kita mengatur dan menggunakan pendapatan sangat memengaruhi kualitas hidup dan karier kita. Akan tetapi, manajemen keuangan bukanlah satu-satunya aspek soal apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja dan diperhatikan. Mari kita tinjau apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja agar sisa tahun ini menjadi lebih baik dan produktif di tempat kerja.
Apa yang Perlu Ditingkatkan untuk Sisa Tahun Ini?
Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu atau manajemen waktu adalah proses merencanakan dan mengendalikan seberapa banyak waktu yang dihabiskan untuk aktivitas tertentu. Pengaturan waktu ini membantu siapa pun untuk bisa bekerja lebih efektif dan efisien, baik di tempat kerja atau dalam kehidupan pribadi.
Pengaturan waktu yang baik dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan produktivitas, dan mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Ini adalah keterampilan penting yang akan bermanfaat di semua aspek kehidupanmu.
Prioritas
Mengatur prioritas juga merupakan salah satu dari apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja, lantaran hal ini adalah proses penting dalam manajemen waktu dan produktivitas. Ini berarti menentukan urutan atau tingkat penting suatu tugas atau kegiatan berdasarkan nilai, urgensi, dan dampaknya terhadap tujuan kita.
Mengatur ulang prioritas merupakan salah satu apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja sehingga sisa tahun ini menjadi lebih baik. Terutama: fokuskan energi dan waktumu pada tugas-tugas penting yang memberikan dampak besar.
Mengatur prioritas dengan baik dapat membantumu fokus pada apa yang benar-benar penting dan membuat kamu lebih efisien dan produktif. Ini juga dapat membantu mengurangi stres dan memberikan kepuasan lebih besar dari pekerjaan yang telah diselesaikan.
Keterampilan
Pelajari keterampilan baru yang dapat membantu kamu dalam pekerjaanmu, atau tingkatkan keterampilan yang sudah kamu miliki saat ini. Pelatihan dan pembelajaran seumur hidup adalah kunci untuk pertumbuhan karier.
Masih ada waktu sampai akhir tahun untuk ikut kelas ini itu, atau apa pun yang bisa membantumu meningkatkan keterampilan ini.
Resiliensi
Resiliensi merujuk kepada kemampuan seseorang untuk pulih atau bangkit kembali dari tekanan, tantangan, atau kesulitan yang dialami. Ini melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, melawan rintangan, dan bertahan dalam situasi yang sulit atau stres.
Untuk meningkatkan resiliensi, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan, seperti:
- Mengembangkan pemikiran positif dan realistis.
- Mempraktikkan teknik manajemen stres, seperti meditasi atau latihan pernapasan.
- Membangun jaringan dukungan, baik di dalam maupun di luar tempat kerja.
- Merawat kesehatan fisik, seperti makan sehat dan berolahraga secara teratur.
- Belajar dari pengalaman dan kesulitan sebelumnya.
Dengan meningkatkan resiliensi, kamu dapat lebih baik dalam menghadapi tantangan di tempat kerja dan di kehidupan sehari-hari, menjadikan sisa tahun ini dan tahun-tahun mendatang lebih baik.
Mengelola keuangan pribadi
Mengelola keuangan adalah keterampilan krusial yang berdampak pada hampir semua aspek kehidupan kita, termasuk karier. Tidak peduli seberapa besar penghasilanmu, jika kamu tidak bisa mengelolanya dengan baik, kamu bisa saja mengalami kesulitan finansial.
Berikut adalah apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja, dalam kaitannya dengan keterampilan dalam pengelolaan keuangan yang harus ditingkatkan untuk sisa tahun yang lebih baik:
- Budgeting, agar dapat memahami aliran uangmu—berapa banyak yang kamu hasilkan, berapa banyak yang kamu belanjakan, dan berapa banyak yang kamu simpan atau investasikan.
- Setelah mengetahui aliran uangmu, coba periksa pengeluaran. Apakah ada pengeluaran yang tidak perlu atau bisa dikurangi? Dengan mengendalikan pengeluaran, kamu bisa meningkatkan jumlah tabungan atau investasimu.
- Menabung bukan hanya untuk keadaan darurat, tetapi juga untuk tujuan jangka panjang seperti membeli rumah atau pensiun. Selain menabung, berinvestasi juga penting untuk pertumbuhan kekayaan jangka panjang. Pelajari dasar-dasar investasi dan pertimbangkan untuk berinvestasi jika kamu belum melakukannya.
- Jika kamu memiliki utang, penting untuk mengelolanya dengan baik. Buatlah rencana pembayaran utang dan berusaha untuk tidak mengambil utang baru kecuali jika sangat perlu.
- Teruslah belajar tentang keuangan. Ada banyak sumber belajar, mulai dari buku, blog, podcast, hingga kursus online. Semakin banyak kamu tahu, semakin baik kamu dalam mengelola keuangan.
- Jangan lupa untuk mempersiapkan dana pensiun. Kalau belum juga punya rencana sampai saat ini, sebaiknya segeralah mulai. Sisihkan sebagian penghasilanmu untuk dana pensiun dan pertimbangkan untuk berinvestasi dalam rencana pensiun.
- Nah, juga buat yang belum punya asuransi, terutama asuransi pokok seprti asuransi kesehatan ataupun asuransi jiwa untuk pencari nafkah. Ada baiknya segera memilih asuransi yang sesuai dengan kebutuhan. Memiliki asuransi yang tepat adalah bagian penting dari perencanaan keuangan. Asuransi dapat melindungimu dari risiko finansial yang tidak terduga, seperti sakit atau kecelakaan.
Dengan keterampilan manajemen keuangan yang baik, kamu pun dapat mencapai stabilitas finansial dan tujuan jangka panjangmu. Selain itu, keuangan yang sehat juga dapat mengurangi stres dan memberikan kamu lebih banyak kebebasan dalam membuat keputusan karier.
Untuk meraih kesuksesan dalam karier, memahami apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja adalah sebuah keharusan. Mengembangkan keterampilan teknis dan soft skills, mengefektifkan manajemen waktu, atur ulang prioritas, meningkatkan resiliensi, dan tentu saja, mengelola keuangan dengan bijak – semuanya memiliki peran penting.
Ingatlah, perbaikan membutuhkan waktu dan dedikasi, jadi berikan dirimu sendiri ruang untuk belajar dan tumbuh. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk merayakan setiap kemajuan, sekecil apa pun itu.
Dengan berfokus pada perbaikan diri dan menjaga sikap positif, kamu akan melihat perubahan signifikan dalam pekerjaan kamu dan menjadikan sisa tahun ini lebih baik. Setiap langkah yang kamu ambil dalam perbaikan diri, bukan hanya meningkatkan produktivitas kerjamu, tetapi juga memberi dampak positif dalam kehidupan pribadimu.
Jadikan sisa tahun ini sebagai momentum untuk terus belajar, berkembang, dan mencapai kesuksesan yang kamu impikan dengan paham apa yang perlu ditingkatkan dalam bekerja.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
UMR Naik di Tahun 2023, Ini Cara Mempertahankan Biaya (Gaya) Hidup
Kementerian Ketenagakerjaan mengeluarkan aturan resmi kenaikan upah minimum UMK dan UMR naik tidak boleh lebih dari 10% di tahun 2023. Pastinya sih dengan mempertimbangkan kondisi setiap daerah ya, yang biasanya terdiri atas variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan indeks-indeks lainnya.
Jadi … Hore, gaji naik!(?) Lalu, apakah sekarang kamu merasa punya gaji ideal, sehingga bisa kamu guanakan semaunya?
Sebentar, ternyata selain gaji naik, ada juga beberapa dampak lain yang bisa terjadi kalau UMR naik di tahun 2023. Apa saja? Mari kita lihat.
Dampak jika UMR Naik
1. Daya beli meningkat
UMR naik, artinya daya beli masyarakat secara umum juga akan meningkat, yang kemudian juga berpengaruh pada dunia usaha itu sendiri. Konsumsi domestik meningkat, karena para pekerja lebih mampu untuk membeli barang-barang kebutuhan mereka. Lebih jauh lagi, gaya hidup bisa jadi juga meningkat.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pastinya ini adalah hal yang bagus. Namun, dari sisi keuangan pribadi, jika tidak dikelola dengan baik, naiknya gaji bisa menjebak sehingga gaya hidup juga meningkat.
2. Bisa memenuhi kebutuhan yang lebih layak
Dengan daya beli yang meningkat, maka beberapa kebutuhan—yang mungkin tadinya bisa dipenuhi sekadarnya—sekarang bisa dipenuhi dengan lebih layak. Dengan demikian, kesejahteraan pun bisa lebih baik.
3. Pengeluaran meningkat
Dampak dari daya beli yang lebih tinggi adalah harga kebutuhan yang juga akan menyesuaikan. Artinya, pada akhirnya pengeluaran juga akan lebih banyak. Karena ya itu tadi, berkaitan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan yang lebih baik plus harga kebutuhan yang juga akan naik menyesuaikan.
4. Omzet bisnis kecil naik
Kalau UMR naik dan daya beli masyarakat umum meningkat, maka omzet bisnis kecil juga akan naik seiring perkembangannya.
Tentu saja hal ini adalah dampak yang bagus, karena bisnis kecil—utamanya UMKM—merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia.
5. Bisa terjadi pemutusan hubungan kerja
Saat UMR naik, maka pelaku bisnis kecil UMKM juga harus menaikkan upah karyawan atau pekerjanya agar bisa tetap bertahan. Tentu ini bukan hal yang sulit jika omzet bisnis juga baik.
Nah, masalahnya adalah ketika ternyata perkembangan bisnis ke depannya kurang baik. Sudahlah bisnis perusahaan lesu, pengeluaran juga besar. UMR naik, tetapi pihak pemberi kerja tidak mampu menyesuaikan upah untuk karyawan atau pekerjanya, maka opsi PHK mungkin harus dilakukan.
So, UMR naik memang kemudian bisa berdampak positif ataupun negatif. Tinggal bagaimana kita mengelola “hasil UMR naik” ini, agar meskipun daya beli kita meningkat tetapi pengeluaran tetap bisa dikendalikan.
Mempertahankan Biaya (Gaya) Hidup karena UMR Naik
So, lagi-lagi reminder nih. Bahwa gaji boleh saja naik, biaya hidup mungkin juga akan naik—tapi, lifestyle alias gaya hidup harus dipertahankan sebisa mungkin. Alias gaya hidup tak perlu ikut naik juga.
Jangan sampai terjebak sendiri. Karena merasa gajinya lebih banyak (padahal ya maksimal 10% saja), yang tadinya nongkrong di kafe cukup sebulan sekali tiba-tiba merasa perlu untuk ngafe seminggu sekali. Yang tadinya kalau belanja lebih suka di toko sembako dan kelontong di kampung sebelah, tiba-tiba lebih nyaman untuk belanja di hypermart. Yang tadinya cukup langganan paket streaming smartphone, tahu-tahu upgrade paket ke yang paling komplet.
Ouch! Tahu-tahu, enggak bisa menabung lagi. Tahu-tahu, lupa investasi. Malah jadi punya utang konsumtif. Gaji lebih besar, utangnya bengkak. Wadidaw!
1. Financial check up
Oke, penghasilan bertambah—meski kecil—tapi bisa mengubah kondisi keuangan. Jadi, mari mulai dari melakukan financial check up.
Periksa:
- Berapa pemasukan atau penghasilan total yang kamu miliki sekarang, termasuk yang di luar gaji?
- Berapa kebutuhan hidup pokok standar yang sudah kamu jalani? Bandingkan dengan yang sekarang, apakah masih sama atau berbeda? Kalau berbeda, apanya yang beda?
- Ada pembengkakan biaya di pos apa? Bagaimana sifatnya, urgent atau tidak? Kebutuhan atau keinginan? Bagaimana jika bulan depan tidak dipenuhi, apakah kamu tetap bisa hidup dengan nyaman?
- Masih bisa investasi minimal 10%? Jika tidak, mampu investasi berapa?
- Apakah utang bisa segera dilunasi demi beban yang lebih ringan? Jika ya, cari cara untuk segera lunasi saja.
2. Tentukan penggunaan selisihnya
So, kalau setelah financial check up kamu menemukan bahwa seluruh pos pengeluaran aman—dalam arti, sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan—maka kamu bisa tentukan penggunaan selisih dari nominal UMR naik yang kamu dapatkan.
Misalnya saja, gaji awal kamu Rp5.000.000. Ternyata oleh kantor tempat kamu bekerja, gaji disesuaikan dengan ketentuan UMR naik dari pemerintah maksimal 10%. Maka, sekarang kamu akan menerima gaji sebesar Rp5.500.000.
Nah, selisihnya yang sebanyak Rp500.000 sebaiknya hendak digunakan untuk apa?
Tentu saja, enggak masalah jika kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semula tidak dapat dipenuhi dengan baik. Namun, ada baiknya juga kamu alokasikan untuk menambah aset. Misalnya, menambah investasi, atau bisa juga menambah dana daruratmu.
Intinya, selisih yang lebih besar itu harus benar-benar dipastikan digunakan untuk hal-hal yang penting, yang akan bermanfaat hingga jangka waktu yang lebih panjang. Lebih bijak kan?
3. Tetap seimbangkan cash flow
Jaga cash flow agar selalu positif. Ini adalah prinsip dari pengelolaan keuangan yang baik. Gaya hidup naik? Boleh saja, tapi cash flow tetap positif.
Mungkin kamu berpikir, bahwa dengan UMR naik yang berarti gaji juga naik, maka cash flow pasti positif. Jangan salah, kan kamu sudah baca penjelasan di atas. Bahwa ketika gaji naik, ada kecenderungan lifestyle juga naik. Akibatnya, bisa saja sekarang malah negatif.
So, bisa saja kamu mencapai hal ini dengan menambah penghasilan lagi. Mulai side hustling mungkin? Atau punya bisnis kecil-kecilan?
Nah, bagaimana? Apakah kamu sudah menghitung, berapa peluangmu untuk bisa naik gaji tahun depan mengikuti ketentuan UMR naik?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Karyawan 37 Industri Indonesia Naik Gaji Lebih dari 40% YoY, Yuk, Dikelola dengan Baik!
Sudah tahu belum? Berdasarkan data laporan oleh JobStreet, karyawan di 37 industri dari Indonesia naik gaji hingga mencapai 40% year on year pada kuartal I-III/2021 ini loh! Dan, kondisi ini mengalahkan prevalensi kenaikan gaji karyawan di negara Asia lainnya, seperti Malaysia, Thailand, dan Hong Kong.
Adapun data laporan pekerjaan dalam negeri ini diungkap oleh Data Indonesia berdasarkan laporan dari situs JobStreet, sebuah situs lowongan kerja yang sangat populer. Tercatat secara lengkap nih, 46,3% pekerjaan mengalami peningkatan gaji, 18,9% pekerjaan tidak mengalami perubahan, dan 34,8% pekerjaan mengalami penurunan gaji.
Berdasarkan data yang sama, terungkap juga industri perbankan dan keuangan menjadi peringkat teratas terkait persentase karyawan yang naik gaji, yaitu sebesar 52%. Disusul dengan industri asuransi yang memiliki persentase sebesar 50%, dan industri pertambangan mengalami kenaikan sebesar 49%.
Nah, bagaimana menurut kamu? Apakah kamu merupakan salah satu karyawan yang naik gaji tahun ini? Pastinya kenaikan gaji membuatmu merasa senang, bukan?
Yah, memang naik gaji akan membuat hati pekerja kantoran mana pun senang, karena hasil kerja keras yang dilakukan telah diapresiasi dengan baik. Akan tetapi, kenaikan gaji juga harus diikuti dengan peningkatan dalam mengelolanya, lho. Jangan sampai kamu terjebak di dalam kondisi naik gaji, lifestyle juga naik. Alih-alih bisa menambah tabungan dan investasi, malah belanja konsumtif yang bertambah.
Tip Mengelola Keuangan Saat Naik Gaji
Di bawah ini, ada beberapa cara yang bisa kamu ikuti untuk mengelola keuangan ketika kamu naik gaji.
Melacak pengeluaran
Melacak pengeluaran dapat berdampak besar bagi kehidupan dan keuanganmu. Hal ini dilakukan supaya kamu dapat memantau ke mana saja uang keluar, dan barang apa saja yang kamu beli—benar-benar kebutuhan atau bukan? Pasalnya, meski naik gaji, sebisa mungkin lifestyle jangan terlalu banyak ikut naik juga.
Dengan memantau kebiasaan belanja, kamu bisa mengetahui pemicu timbulnya kebiasaan belanja yang dapat menguras isi dari tabunganmu. Kamu juga bisa menuliskan daftar belanja sebagai patokan kamu supaya nggak keluar dari batas pengeluaran. Dengan begitu, kamu bisa membatasi pengeluaran dan bisa melacak kegiatan belanja dengan mudah.
Biasakan langsung menabung dan investasi
Ketika kamu menerima gaji, biasakan untuk langsung memasukkan dana ke tabungan menggunakan fitur menabung otomatis. Fitur ini akan membantu kamu menyisihkan uang untuk ditabung secara teratur, nggak pakai lupa lagi.
Aturlah waktu yang sesuai untuk mengaktifkan fitur ini, setidaknya sebulan sekali ada pemasukan ke rekening tabungan. Dan, lakukan di awal bulan, atau setelah menerima gaji.
Menabung juga dilakukan secara bertahap, lho. Maksudnya, jika kamu naik gaji dengan jumlah yang lebih besar dari sebelumnya, kamu bisa menambah jumlah uang untuk ditabung. Ingat kan, kalau minimal pos investasi dan tabungan itu adalah 10%? Jadi, ya harus disesuaikan ya. Syukur-syukur sih bisa lebih besar dari 10%.
Dengan begitu, kamu bisa mengontrol jumlah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan.
Mengurangi belanja impulsif
Pernah tidak kamu merasa ingin belanja begitu menerima gaji? Yang tadinya ada di keranjang belanja langsung di-checkout-in semua.
Yah, sepertinya sih banyak nih yang punya kebiasaan ini, ya kan?
Yah, boleh saja, tapi jangan berlebihan sampai lupa untuk menyisihkan sebagian uang kamu untuk ditabung.
Sebenarnya, ada cara yang tepat untuk mengurangi kebiasaan belanja impulsif saat menerima gaji ini. Ini beberapa di antaranya:
- Buat rekening khusus belanja. Transfer sebagian gaji kamu ke rekening ini sesuai persentase pengeluaran semampu kamu. Lalu belanjakan uangnya sampai habis. Kalau habis, ya sudah, tunggu sampai rekeningnya ditopup lagi bulan depan.
- Tentukan satu hari dalam seminggu untuk tidak membelanjakan uang sepeser pun. Jika berhasil, secara bertahap tambahlah satu hari lagi.
Biasakan masak di rumah
Hayo, siapa yang sehari lima kali pesan layanan antar makanan atau camilan? Atau, setiap after hours nongkrong di café?
Rata-rata dari sekian banyak orang tidak sadar bahwa mereka telah mengeluarkan pengeluaran yang sangat banyak untuk delivery order atau nongkrong di café. Sadarkah kamu, bahwa untuk delivery order melalui apps, merchant sudah menaikkan dulu harga makanannya sekian persen untuk komisi aplikasi? Belum lagi ada biaya ongkos kirim dan juga platform fee. Setelah dihitung-hitung, ada loh sampai dua kali lipat harga aslinya kalau kita membeli langsung di warungnya.
Mungkin kalau dihitung total selisih harga tersebut sekarang, kamu sudah memiliki tabungan yang lebih dari cukup.
Yah, boleh saja sih pesan makanan online sesekali. Apalagi kalau lagi ribet banget, sehingga enggak sempat masak. Tapi, ada baiknya dikendalikan lagi. Masa naik gaji, malah jadi habis buat pesan makanan online, sedangkan investasinya masih sama saja?
Coba deh, mulai masak di rumah dan membeli bahan-bahan dengan harga terjangkau. Atau jika kamu tidak memiliki waktu untuk memasak, kamu bisa membeli makan langsung saja di warung makan. Kalau memang pengin banget pesan makanan online, kamu bisa melakukannya setidaknya seminggu atau sebulan sekali saja.
Mengendalikan utang
Apakah kamu tahu ada cara untuk mengendalikan kebiasaan berutang, termasuk menggunakan kartu kredit? Hal yang bisa kamu lakukan adalah selalu memastikan besaran pengeluaran dari kartu kredit dan limitnya.
Biasakan untuk menggunakan kartu kredit untuk kebutuhan mendesak saja dan jangan terlalu bergantung dengan kartu kredit. Jika bisa, buat limit kartu kredit lebih sedikit sehingga kamu bisa mengontrol pengeluaran. Bayarlah segera hingga lunas, sehingga kamu tak perlu membayar bunga apalagi denda.
Nah, dari sini mengerti kan, cara yang harus kamu lakukan untuk mengelola uang dari naik gaji?
Meskipun kamu menerima lebih banyak daripada jumlah gaji sebelumnya, sebaiknya tetap dikelola dengan lebih baik lagi. Di sinilah arti bersyukur atas gaji yang kamu terima.
Ya, sesekali kamu bisa membeli apapun yang kamu sukai. Namun, kamu harus ingat bahwa menabung untuk mempersiapkan masa depan itu penting. Jangan sampai kamu kehabisan uang hanya karena kebiasaan kamu berbelanja dan menyesal di akhir.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Naik Gaji = Utang Naik Juga? Oh, No!
Biasanya dalam kesempatan satu kali dalam setahun, gaji karyawan akan direview ulang. Jika memang layak, perusahaan akan memberikan kebijakan naik gaji.
Wah, tentu saja, hal ini akan disambut baik, kan ya?
Tetapi ada fakta menarik nih. Dalam survei yang dilakukan oleh QM Financial pada akhir 2020 terhadap sejumlah klien korporasi, ditemukan fakta bahwa sebesar 24.2% karyawan memiliki pinjaman besar di kantor, dan 24.2% lainnya juga meminta rekomendasi HR untuk mengajukan kredit bank.
Menariknya lagi, ternyata selain gaya hidup juga naik mengiringi kenaikan gaji, utang juga bertambah.
So, masalah utang ini memang bisa dibilang menjadi problema keuangan sejuta umat karyawan kantor ya?
Naik Gaji, Nambah Kebutuhan?
Ya, siapa sih yang enggak pengin dan enggak seneng kalau naik gaji? Ini adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mereka yang bekerja sebagai karyawan perusahaan di seluruh dunia.
Kenaikan gaji bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya saja seperti masa “pengabdian” yang sudah cukup lama, prestasi mencapai target tertentu, keuangan perusahaan yang membaik, ataupun kenaikan jabatan.
Naik gaji pastinya akan memengaruhi pemasukan kita. Artinya, uang yang kita terima setiap bulannya akan lebih besar ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Nah, biasanya sih, hal ini juga akan diiringi berbagai kebutuhan yang (rasanya) ikut meningkat. Tiba-tiba butuh lebih banyak barang untuk sehari-hari, tiba-tiba butuh lebih banyak self-reward, dan seterusnya.
Parahnya lagi, untuk semua “kebutuhan tambahan” itu dibayarnya pakai kartu kredit.
Nah, kalau sudah begini, mari kita lanjut ke poin berikutnya.
Naik Gaji, Abai Pentingnya Berhati-hati dalam Berutang
Tanpa kita sadari, seiring naik gaji, naik pula “kebutuhan” kita akan belanja. Pemasukan naik, pengeluaran jadi ikut naik. Imbasnya lagi, utang pun ikut naik—salah satu indikatornya, nambah belanja pakai kartu kredit—karena menganggap diri sendiri semakin mampu secara finansial. Keyakinan dapat mencicil utang juga bertambah besar.
Nah loh!
Kartu kredit sendiri sebenarnya banyak manfaatnya, kalau kita bisa menggunakannya dengan bijak. Jadi, bukan berarti lantas diharamkan untuk memakai kartu kredit loh ya.
Selain itu, memang ada benarnya sih. Bahwa setiap kali kita mau mengambil pinjaman atau utang, ada baiknya kita mempertimbangkan kemampuan finansial kita; apakah kita mampu membayar cicilannya hingga lunas?
Tetapi, kan bukan berarti, setiap naik gaji, utang pun ditambah karena keyakinan kita akan kemampuan diri sendiri juga meningkat? Memang bagus sih, bahwa naik gaji akhirnya ikut mendongkrak kepercayaan diri untuk mampu secara finansial. Tapi, nggak lantas setiap kali “ditandai” dengan naiknya utang, kan?
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Kalau Naik Gaji?
Ya, lagi-lagi nih, ayo, kita atur lagi keuangan kita. Ingat, naik gaji memang betul membuat kita semakin baik dalam kemampuan finansial, tetapi tidak lantas selalu dialokasikan ke hal-hal yang kurang berfaedah. Apalagi kalau kita mengingat bahwa masa depan kita masih panjang.
Cita-cita masih ada kan? Tujuan keuangan masih jauh kan?
Jadi, coba deh lakukan beberapa hal berikut, whenever kamu naik gaji. Duh, whenever. Kayak bakalan dapat setiap bulan gitu, ya? Yah, positive vibe aja dulu, reality bisa menunggu.
1. Bersyukur
Iya dong, yang pertama kali dilakukan adalah bersyukur. Kapan lagi sih kita naik gaji? Barangkali, ada di antara kamu yang sudah cukup lama bekerja, baru kali ini mengalami kenaikan gaji.
Apa pun kondisinya, tetap saja, ini adalah hal yang patut disyukuri, terutama di saat-saat seperti ini. Pasalnya, tak semua orang bisa mendapatkan rezeki seperti kita. Betul?
2. Cek anggaran
Salah satu yang lain yang harus segera dicek adalah anggaran rutin kita. Ini adalah langkah yang penting, karena sebelum kita merasa ingin menambah kebutuhan lain, kita harus memastikan dulu bahwa kebutuhan itu memang perlu, dengan cara melihat lagi daftar kebutuhan kita biasanya.
Cek di bagian kewajiban dulu—seperti cicilan utang yang masih berjalan. Jika memungkinkan, tambahkan dulu selisih kenaikan gaji untuk melunasi utang. Lalu cek di bagian kebutuhan rutin. Adakah yang memang perlu ditambahkan? Pertimbangkan ulang, dengan memilah antara keinginan dan kebutuhan ya.
Dan kemudian cek di bagian investasi. Tentu akan lebih bermanfaat kalau kita menambah porsi investasi demi tercapainya tujuan keuangan lebih cepat, ya kan?
3. Bukan berarti tak boleh self reward, tapi …
Harus bijak.
Pikirkanlah segala hal yang prioritasnya lebih penting; yang menyangkut kehidupan kita di masa mendatang, kehidupan kita di masa sulit, dan demi orang-orang yang kita cintai.
Boleh kok self reward, karena itu juga penting demi kesehatan mental. Tetapi, alokasikan secukupnya, dan sebaiknya tak berlebihan.
Nah, dengan memanfaatkan kenaikan gaji dengan lebih bijak, pastinya kita akan lebih semangat lagi kan, dalam bekerja? Iya dong.
So, naik gaji tak harus selalu berarti utang naik. Tapi bisa jadi, kualitas hidup memang naik sekaligus kita bisa menjamin hidup kita sendiri di masa depan nanti.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Training Keuangan, Kapan Dibutuhkan Karyawan? Ini 7 Tandanya
Sudah tahu kan, pentingnya memberikan training keuangan pada karyawan? Di samping untuk memperkenalkan habit baru yang baik terhadap pengelolaan keuangan, training keuangan karyawan juga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan.
Lalu, kapan waktu terbaik untuk memberikan training keuangan ini? Simak ulasannya sampai selesai berikut ini yuk!
Tanda dan Kapan Perlu Memberikan Training Keuangan untuk Karyawan
Ketika karyawan baru saja mulai masuk untuk bekerja (entry level)
Adalah penting bagi karyawan yang baru mulai masuk kerja dan menerima gaji pertama untuk segera dapat mengelola keuangan dengan baik. Ini berlaku baik bagi yang memang sudah berpengalaman kerja di perusahaan lain sebelumnya, ataupun yang baru pertama kali kerja alias fresh graduates dan first jobbers.
Kesadaran dan keterampilan mengelola keuangan akan sangat lebih baik jika dimiliki sejak dini. Dengan demikian, karyawan masih punya banyak waktu untuk menyusun berbagai tujuan finansial dan kemudian membuat rencana yang komprehensif.
Ketika produktivitas karyawan mulai menurun
Salah satu penyebab produktivitas karyawan yang menurun adalah ketika mereka mengalami financial insecurities dalam hidup mereka. Financial insecurities ini bisa jadi kecemasan terhadap cash flow yang mereka khawatirkan tidak cukup, memiliki utang yang tak kunjung lunas, hingga kekhawatiran menghadapi masa depan yang tak jelas.
Ada data penelitian yang membuktikan, bahwa 1 dari 4 karyawan di kantor mengalami stres dan penurunan produktivitas karena masalah keuangan.
So, ketika produktivitas karyawan dirasa mulai menurun, bisa jadi ini adalah salah satu indikator bahwa mereka sedang ada masalah yang membuat kurang fokus. Besar kemungkinan masalah tersebut adalah masalah keuangan. Itulah waktu yang tepat untuk mengadakan training keuangan bagi mereka.
Ketika karyawan mulai terlalu sering kasbon atau memiliki terlalu banyak utang
Kadang perusahaan memang menyediakan fasilitas pemberian pinjaman dana pada karyawan dengan bunga lunak, demi membantu kesejahteraan karyawan. Pinjaman ini bisa berupa pinjaman dengan jangka tertentu, ataupun yang berupa kasbon.
Namun, kadang ada saja satu dua karyawan yang kasbon terus menerus, atau malah terlibat dengan pinjaman online ilegal yang dewasa ini marak terjadi.
Kalau sudah begini, bisa dipastikan bahwa karyawan pasti memiliki masalah keuangan yang cukup besar. Ada baiknya, perusahaan membantu dengan memberikan training keuangan agar karyawan lebih terampil mengelola keuangannya sendiri tanpa harus utang lagi.
Saat karyawan mendapatkan kenaikan gaji
Kenaikan gaji memang menjadi hal yang paling ditunggu. Tetapi, tak jarang, kenaikan gaji juga diikuti dengan kenaikan lifestyle—gaya hidup yang kalau tidak dikelola dengan baik bisa menjebak karyawan hingga hidup melebihi kemampuan.
Ini tentu saja membawa kerugian bagi diri karyawan sendiri.
So, ada baiknya, saat perusahaan berencana untuk menaikkan gaji para karyawan, saat itu juga direncanakan untuk memberikan training keuangan agar karyawan dapat mengelola gajinya dengan lebih baik lagi.
Ketika karyawan sudah bekerja cukup lama di perusahaan yang sama
Ketika karyawan sudah cukup lama bekerja di suatu perusahaan—misalnya sudah beberapa tahun—maka saat itulah ia memasuki fase retain.
Training keuangan karyawan akan sangat baik jika diberikan lagi, untuk mengingatkan karyawan agar mereview apa yang sudah dicapai sejauh ini. Selanjutnya, karyawan juga perlu diingatkan lagi untuk terus membangun aset, sehingga pada waktunya nanti dapat dikonversi menjadi aset aktif menjelang pensiun.
Ketika lifestyle karyawan terlihat melebihi kemampuan finansialnya
Memang menjadi hak karyawan mana pun untuk memanfaatkan gajinya untuk keperluan apa pun. Namun, ketika ada tanda-tanda bahwa karyawan hidup dengan lifestyle yang melebihi kemampuannya, maka saat itu pula perusahaan wajib mengingatkannya.
Salah satu caranya adalah dengan memberikan training keuangan yang sesuai dengan kondisi si karyawan.
Jangan sampai sudah terlanjur terlilit utang, baru diberi training. Bisa jadi, saat itu sudah terlambat.
Ketika karyawan perlu disadarkan tentang pentingnya dana pensiun
Sering terjadi ketika karyawan merasa belum perlu memikirkan dana pensiun, karena mereka merasa masih muda, masih punya banyak sekali waktu untuk berkarya dan menghasilkan uang.
Well, pendapat ini enggak salah, tetapi perlu untuk membuat mereka sadar, bahwa masa pensiun perlu untuk direncanakan sejak dini.
Mereka punya privilege pada jangka waktu yang masih panjang, sehingga beban untuk menabung masih akan ringan. Jangan tunggu sampai berusia 45 tahun dulu, baru kemudian berencana untuk pensiun. Khawatirnya, beban menabung akan lebih berat, dan waktunya terlalu singkat untuk membangun aset.
Nah, itulah tanda karyawan perusahaan perlu mendapatkan training keuangan.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Pembagian Beban Kerja Karyawan: 5 Akibat Jika Sampai Tak Seimbang
Di surat perjanjian kerja atau di peraturan perusahaan, biasanya memang sudah ada bab atau bahasan mengenai job description, yang meliputi daftar tugas apa saja yang menjadi tanggung jawab dan wewenang seorang karyawan. Namun, pada praktiknya kadang ada saja pembagian beban kerja yang dirasa tak seimbang.
Indikasi ketidakseimbangan pembagian beban kerja antarkaryawan ini cukup mudah terlihat, sebenarnya. Kalau ada karyawan yang seakan selalu kehabisan waktu saat mengerjakan tugas, keteteran, bahkan sampai lupa tak beristirahat, sedangkan yang lain ada yang sempat baca koran, main catur, menicure pedicure di kantor, nonton Youtube nonstop, maka bisa jadi itu adalah salah satu tanda ada pembagian beban kerja yang tak merata.
Barangkali pihak perusahaan bisa berkilah, kemampuan satu karyawan dengan yang lain memang berbeda, sehingga beban kerja pun berbeda (plus gaji juga berbeda). Namun, kalau sampai terjadi ketidakseimbangan atau ketimpangan pembagian beban kerja seperti ini, tentunya, akan membawa dampak kurang baik juga bagi perusahaan. Di antaranya adalah sebagai berikut.
5 Hal yang bisa terjadi ketika pembagian beban kerja tak seimbang antara karyawan yang satu dengan yang lainnya
1. Stres kerja meningkat
Beban kerja yang melebihi kapasitas akan mengakibatkan si karyawan burnout, mengalami kelelahan fisik dan mental, hingga akhirnya menimbulkan stres kerja.
Stres yang muncul ini sudah pasti akan mengganggu kinerja dan performa sang karyawan sehari-hari. Produktivitas menurun, kurang fokus, dan sebagainya, yang nantinya akan berakibat juga pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
2. Karyawan akan sering menuntut kenaikan gaji
Beban kerja yang tak seimbang akan membuat si karyawan curiga, bertanya-tanya dan berpikir negatif. Jangan-jangan gajinya juga enggak seimbang.
Lalu mulailah karyawan yang merasa terlalu berat beban kerjanya ini kepo, “Berapa ya gaji karyawan yang suka gabut di kantor itu? Jangan-jangan sama kayak gue!” Akhirnya–kalau memang sama–si karyawan akan merasa tidak diperlakukan adil, hingga kemudian bisa saja ia berpikir untuk menuntut kenaikan gaji.
Well, kalau memang perusahaan siap menaikkan gaji tentunya hal ini nggak akan masalah sih, sebenarnya. Tapi, menaikkan gaji ini bukan hal yang semata-mata bisa langsung dilakukan, bukan? Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh pihak perusahaan untuk menaikkan gaji seorang karyawan, meskipun beban kerja si karyawan memang berat.
3. Naiknya turnover karyawan
Jika seorang karyawan merasa tidak diperlakukan secara adil lantaran beban kerja yang lebih berat ketimbang karyawan yang lain (apalagi ditambah dengan besaran gaji yang sama, dan tidak adanya jalan keluar yang bisa didiskusikan antara karyawan dan perusahaan plus stres), maka bisa jadi karyawan menjadi tak betah lagi bekerja.
Akibatnya, bisa hampir dipastikan karyawan akan mempertimbangkan untuk resign, dan mencari tempat kerja lain yang menurutnya bisa lebih baik.
Kalau turnover–intensitas karyawan keluar masuk–tinggi, berarti ini adalah indikasi manajemen perusahaan yang kurang sehat. Reputasi bisa menurun, hingga bisa berpengaruh juga ke bisnis perusahaan.
4. Izin tidak masuk meningkat
Jika si karyawan belum memutuskan untuk resign, tapi bisa jadi hal ini juga mengakibatkan tingkat sick leave alias izin sakit jadi bertambah. Meskipun mungkin si karyawan enggak benar-benar sakit.
Sering deh dapat curhatan dari beberapa staf HR, yang mengaku lihat sharing “oknum” karyawan di media sosial lagi liburan, atau lagi makan di kafe, atau lagi di spa, padahal izin sakit ke kantor. Rasanya antara geli, kasihan, dan paham gitu, kenapa si karyawan berbohong seperti itu.
5. Rawan fraud
Ketimpangan beban kerja, yang kemudian berlanjut dengan mentoknya jalan keluar yang bisa didiskusikan antara karyawan dan perusahaan, bisa berpeluang menimbulkan rasa ketidakpuasan karyawan terhadap perusahaan. Banyak hal yang bisa terjadi kemudian, selain yang sudah disebutkan di atas, salah satunya adalah peluang terjadinya fraud.
Well, siapa yang menginginkan terjadi fraud dalam perusahaan? Pemilik bisnis, manajer, CEO, staf HR mana pun sepertinya tak akan menginginkan fraud terjadi, karena bisa merugikan perusahaan baik material maupun imaterial.
Tapi yah, ada peluang, ada ketidakpuasan, dan ada kebutuhan, bisa membuat seorang karyawan jujur yang tadinya berkarakter pekerja keras menjadi “tergoda”.
Ketimpangan pembagian beban kerja antarkaryawan memang sebaiknya tidak diabaikan, karena sedemikian banyak dampak tak mengenakkan yang bisa terjadi, seperti yang disebutkan di atas. Akan lebih baik, jika pihak perusahaan sudah memperhatikan hal ini sejak awal hingga sedetail-detailnya, sehingga ketimpangan ini tidak terjadi. Segera ambil tindakan seperlunya, hingga masalah ini tersolusikan.
Jangan biarkan karyawan terbaik merasakan ketidakpuasan, sehingga berpikir untuk resign.
Lengkapi juga dengan berbagai training, agar karyawan yang kurang kompeten bisa meningkat kompetensinya. Pun karyawan yang sudah berprestasi semakin mahir melakukan manajemen diri, termasuk semakin pintar dalam mengelola keuangan pribadinya.
Yuk, adakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Gaji Naik, Lifestyle Nggak Harus Naik Juga – Coba Pertimbangkan 5 Hal Ini!
Hei, selamat ya, gaji naik! Ciyeee … makan-makan nih, karena negosiasi gaji berhasil! Atau mungkin, mendapatkan promosi ya? Eits! Sebentar, jangan buru-buru langsung undang semua teman untuk ditraktir makan atau ngopi untuk merayakan gaji naik. Tahan dulu, pikir dulu.
Ya, begitulah yang terjadi pada dunia kerja kita ya. Gaji naik means lebih royal dalam mengeluarkan uang. Standar hidup pun naik. Yang tadinya puas pakai netbook dengan spek paling minim, jadi beli Macbook Air. Yang tadinya bawa bekal dari rumah, sekarang mampir aja ke drive-thru atau pesan makanan online. Yang tadinya cukup ngopi sachet, sekarang ngopi mesti ke warung kopi dan minum kopi manual brew.
Salah emang? Enggak sih, nggak salah. Hanya saja, alangkah baiknya kalau dipertimbangkan lagi. Perlukah lifestyle juga naik standarnya kalau gaji naik?
Ada seorang pengusaha yang bertanya pada seseorang yang merupakan karyawan sebuah perusahaan, “Kalau gaji kamu Rp1.000.000, kamu bisa nabung Rp100.000. Lalu kalau gaji kamu naik jadi Rp2.000.000, berapa kamu bisa nabung?”
Saat dijawab, “Rp200.000.”, serta merta sang pengusaha menyergah, “Salah! Kalau kamu bisa nabung Rp100.000 saat gajimu Rp1.000.000, maka saat gajimu Rp2.000.000, kamu seharusnya bisa nabung Rp1.100.000. Gaji naik, boleh. Lifestyle, jangan.”
Hmmm …. Jadi mikir, iya nggak sih?
Jadi, apa yang harus kita lakukan saat gaji naik? Setop niat nraktir teman-teman, setop niat untuk segera ganti gawai atau beli laptop keluaran terbaru. Coba pertimbangkan 5 hal berikut dulu.
5 Hal tentang Gaji Naik tapi Lifestyle Tak Ikut Naik
1. Catat pengeluaran
Ini tip klise di setiap strategi pengelolaan uang untuk siapa pun, di mana pun, kapan pun. Tapi ya memang dari sinilah kita bisa memulai. Termasuk saat harus mengelola keuangan kalau gaji naik, supaya lifestyle nggak ikut naik.
Catat pengeluaran kita dalam satu bulan. Buat catatan ini berdasarkan pengeluaran saat sebelum gaji naik. Lalu, jadikan pengeluaran ini sebagai acuan atau patokan untuk membuat anggaran bulan berikutnya. Lalu, kalau sudah membuat anggaran, ya kita harus disiplin. Sekali dua kali cheating karena terpaksa dan darurat, ya apa boleh buat. Tapi usahakan supaya enggak keterusan.
2. Atur ulang alokasi
Nah, biasanya sih memang beberapa pos pengeluaran jadi bertambah karena jatahnya ditambah. So, coba deh pertimbangkan dan atur ulang alokasi gaji kita.
Mungkin tadinya memang ada keperluan yang tidak tercukupi, dan setelah gaji naik, kita jadi bisa memenuhi. Kalau seperti ini, ya sah-sah saja alokasi gaji untuk kebutuhan jadi naik. Yang penting, sesuaikan dengan persentase pos pengeluaran rutin seperti yang disarankan.
3. Tahan godaan
Saat jumlah saldo di rekening gaji kita naik atau membesar, sudah pasti godaan akan mengikuti kemudian. Kalau sudah begini, banyak-banyak istigfar. Maksudnya, kita harus tahan godaan.
Sekali lagi tanyakan pada diri sendiri, “Sekadar pengin atau benar-benar butuh? Kalau beli, kira-kira manfaatnya apa dan maksimal enggak? Kalau enggak beli, bakalan terhambat enggak kesehariannya?”
Tahan dulu, jangan langsung belanja apalagi sampai impulsif. Saat pengin beli ini itu, tahan dulu barang 2 – 3 hari. Semoga sih, dua atau tiga hari lagi, keinginan untuk belanja barang tersebut sudah berkurang. Tapi berganti dengan barang lain #hloh?
4. Pilah pengaruh
Perilaku konsumtif kadang timbul karena pengaruh lingkungan lo! Bener nggak? Kalau kita berada di lingkungan yang anteng-anteng saja, pasti kita juga akan anteng walau gaji naik. Tapi, ketika kita melihat orang-orang di sekitar kita yang sering memamerkan gawai terbaru mereka, liburan mereka yang tiada henti, maka pasti godaan untuk seperti mereka makin kenceng.
Hal yang seperti ini sebenarnya wajar. Memang pada dasarnya manusia, suka banget membandingkan diri dengan orang lain, yes? Karena itu, cobalah untuk tetap tenang. Kalau perlu, kurangi berada di sekitar orang-orang yang punya potensi untuk membuat keuangan kita jadi kacau.
Tetap berteman sih enggak masalah, tapi jangan sampai terseret gaya hidupnya.
5. Tambahkan di investasi
Hal terakhir yang harus kita lakukan kalau gaji naik adalah alokasikan pada investasi yang sudah berjalan. Topup reksa dananya, transfer ke rekening dana darurat, beli saham baru, tambah deposito, ataupun melakukan opsi-opsi yang lain.
Dengan demikian, gaji kita yang sekarang besar itu akan termanfaatkan dengan baik dan justru bisa menjadi jaminan bagi masa depan kita.
Nah, supaya makin mantap, coba usulkan pada HRD perusahaan tempat kita bekerja untuk mengadakan training keuangan, agar para karyawannya semakin bijak mengelola uang. Apalagi kalau gaji naik, supaya tidak ada yang terjebak dengan perilaku gaji naik, lifestyle naik.
Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA), untuk mengatur jadwal yang paling baik. Atau, bisa juga ikut kelas finansial online yang sesuai dengan kebutuhan dalam Financial Clinic Online Series. Silakan cek jadwalnya ya. Jangan lupa follow juga akun Instagram QM Financial.
Selalu Merasa Gaji Tak Cukup, Begini Cara Mengatur Uang yang Jitu
Banyak karyawan yang selalu merasa gaji tak cukup.
Bahkan sering di kalangan karyawan terdengar jokes begini, “Gaji 1 koma 4”. Bukan, bukan berarti mereka menerima gaji Rp1.400.000 per bulan, tetapi “gajian tanggal satu, sudah koma di tanggal empat.” Mungkin nggak hanya “gaji 1 koma 4” saja sih. Di kalangan PNS barangkali juga berlaku “gaji 25 koma 1”. Gajian tanggal 25, udah langsung koma di tanggal 1.
Sepertinya gaji berapa pun rasanya memang selalu kurang ya? Bahkan saat Anda sudah naik gaji pun, rasanya masih tak bisa mengejar harga-harga barang-barang yang ada di pasaran.
Apa yang salah? Apakah gajinya yang salah? Apakah ini berarti gaji Anda tidak ideal?
Bukan, ini bukan karena gaji yang tidak ideal. Bukan karena gaji tak cukup.
Yang harus Anda benahi adalah cara Anda mengatur gaji sehingga bisa dipakai hingga akhir bulan. Pada dasarnya, mau gaji berapa pun itu tetap bisa kok dipakai untuk mencukupi kebutuhan dalam satu bulan. Bahkan, bisa juga disisihkan untuk menabung dan investasi.
Coba ikuti beberapa tip berikut ya.
3 Cara Jitu Mengatur Keuangan bagi Karyawan yang Selalu Merasa Gaji Tak Cukup
1. Tetapkan skala prioritas
Dalam artikel Karyawan Bisa Gampang Belajar Atur Pengeluaran Dengan Rasio Keuangan Ini ada nih dijelaskan mengenai rasio mengatur pengeluaran, yaitu 30% cicilan, 10% tabungan. Inilah yang harus menempati prioritas utama Anda.
Selanjutnya, adalah memenuhi kebutuhan harian. Selain membuat daftar semua cicilan untuk mendapatkan rasio cicilan utang, Anda juga harus membuat daftar prioritas kebutuhan yang harus dibeli setiap bulannya.
Dengan memetakan kebutuhan mana yang lebih penting dari yang lainnya, Anda lantas bisa membuat perencanaan pengeluaran dengan lebih baik. Bisa jadi, Anda bisa melihat, bagian pos mana yang bisa dihemat agar bisa memenuhi kebutuhan yang lainnya.
2. Disiplin
Sudah mempunyai skala prioritas dan kemudian juga sudah membuat rencana anggaran pengeluaran setiap bulan, maka selanjutnya Anda harus disiplin.
Jangan sampai nih, sepulang dari belanja kebutuhan pokok malah ada barang-barang lain yang ada dalam daftar. Kebutuhan pokok yang penting malah dilupakan.
Rencana anggaran ini kan dibuat untuk ditaati, jadi disiplin ini sangat penting ya.
3. Butuh atau ingin?
Setiap kali tertarik untuk membeli sesuatu, selalu tanyakan pada diri sendiri, butuh atau pengin? Kalau butuh, berarti kalau tanpa barang tersebut, maka hidup keseharian Anda terganggu. Kalau pengin, saat barang tersebut tidak ada, maka sebenarnya Anda tidak terganggu atau mungkin masih bisa menggunakan barang pengganti lain yang harganya lebih terjangkau atau bahkan sudah Anda punya.
Nah, hanya Anda sendiri memang yang bisa memutuskan, butuh atau ingin?
Selain ketiga tip di atas, karyawan juga mesti tahu beberapa teori mengatur keuangan dari gaji yang didapat, dan sekaligus praktik memeriksa kesehatan keuangan pribadi masing-masing. Ingat lo, masalah keuangan karyawan bisa memengaruhi perkembangan bisnis perusahaan.
Jadi, yuk, sehatkan bisnis dengan menyehatkan kondisi keuangan karyawan lebih dulu dengan membuat mereka merasa cukup dengan gaji yang diterima.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan bagi karyawan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
-Carolina Ratri-