Cek Khodam Keuangan dan Karakteristik Kepribadian
Belakangan ini, media sosial dihebohkan dengan tren cek khodam yang semakin populer. Fenomena ini terutama marak di TikTok, di mana para kreator konten menyiarkan secara langsung sesi menerawang khodam milik penonton yang menyaksikan.
Rasa penasaran terhadap khodam pun meningkat di kalangan pengguna internet.
Menurut beberapa sumber, khodam dikenal dalam bahasa Arab sebagai pembantu, penjaga, atau pengawal. Keberadaan khodam sering kali dianggap sebagai entitas yang mendampingi seseorang, dan berbagai kepercayaan mengaitkannya dengan kehadiran spiritual yang melindungi pemiliknya.
Nah, gimana dengan kamu? Apakah kamu salah satu yang ikut meramaikan tren ini juga di media sosial? Lalu, apa mungkin ada khodam yang terkait keuangan?
Table of Contents
Apa Itu Khodam?
Banyak orang yang belum memahami hubungan antara manusia dan makhluk gaib sering tertarik pada konsep khodam. Dalam bahasa Arab, khodam dikenal sebagai pembantu, penjaga, atau pengawal, menunjukkan keterkaitannya yang mendalam dengan dunia spiritual.
Khodam dapat muncul dalam berbagai bentuk yang beragam, beberapa di antaranya sangat menonjol dalam kepercayaan lokal. Contoh umum dari khodam termasuk hewan spiritual seperti macan putih, naga, ular, atau buaya putih, yang sering dianggap sebagai pendamping atau pelindung yang memiliki hubungan turun-temurun.
Dalam konteks kebudayaan yang lebih luas, khodam dianggap sebagai entitas yang muncul secara alami atau melalui proses spiritual khusus. Kehadiran khodam ini tidak hanya memiliki peran sebagai pelindung tetapi juga dipercaya dapat memengaruhi pembentukan kepribadian pemiliknya.
Baca juga: 16 Tipe Kepribadian MBTI dan Kebiasaan Keuangan Masing-Masing: Kamu yang Mana?
Cek Khodam Keuangan
Semakin ke sini, semakin banyak warganet yang memelesetkan khodam ini untuk tujuan lucu-lucuan. Apalagi sekarang juga ada situs untuk melakukan cek khodam. Kita hanya perlu memasukkan nama, dan kemudian situs tersebut meng-generate khodam sesuai nama yang diinput.
Of course validitasnya diragukan. Khodam yang muncul pun kocak-kocak. Melihat dari pola khodam-khodam yang sudah ada, sepertinya ada beberapa di antaranya yang bisa dikaitkan dengan keuangan nih.
So, yang berikut ini tujuannya hanya lucu-lucuan. Tujuannya tak jauh dari mencocokkan dan mendeteksi kebiasaan-kebiasaan dan karakteristik terkait keuangan pada seseorang. Coba cek khodam keuangan kamu di sini. Siapa tahu ada nih.
Belut Kalkulator
Hobi bikin anggaran. Detail, semua dihitung, terutama uang masuk dan keluar. Setiap kali ada yang enggak sesuai anggaran, hitung lagi.
Kadal Hedon
Suka belanja impulsif sampai enggak punya tabungan.
Jin Paylater
Hobi utang paylater, sampai jutaan. Sampai lupa bayar
Kotak Amal
Jiwa sosialnya tinggi, suka banget berbagi. Termasuk suka kasih pinjam uang ke teman tapi takut nagihnya.
Just Fontaine
Fokus banget sama tujuan keuangannya. Kayaknya sekarang sudah hampir tercapai semua. Mesti bikin tujuan keuangan baru nih, biar ada motivasi kerja lagi.
Sabun Colek
Suka banget sabotase uang sendiri. Sudah dialokasikan ke mana, dipakainya ke mana.
Siluman Marketplace
Hobi checkout semua belanjaan begitu uang gaji masuk ke rekening. Kalau lagi enggak gajian, ngapain? Ya, masuk-masukin belanjaan ke keranjang aja.
Alien Kaki Gatal
Yang enggak betah di rumah. Hobi liburan ke mana saja, terutama ke tempat-tempat viral. Kalau perlu, ongkosnya ngutang.
Naga Merah Kepala Tujuh
Yang suka side hustling. Semua-mua dicoba demi mendapatkan penghasilan tambahan.
Keran Bocor
Yang enggak pernah tahu, uangnya pergi ke mana aja.
Kerupuk Udang
Yang gampang patah semangat, keluar masuk kerjaan, sampai enggak punya keuangan stabil.
Ular Mager
Yang suka nuduh orang lain punya privilege ketika mereka sukses, tapi sendirinya punya mental miskin.
Saringan Stainless Steel
Yang gajian tanggal 1, sudah koma di tanggal 4.
Ban Serep
Yang niat bikin dana darurat tapi enggak sampe-sampe. Enggak tahu juga sih, kayak enggak pernah bisa kekumpul.
Stroberi Berplester
Yang maunya healing melulu ra uwis-uwis
Sinden Cucakrawa
Yang enggak pernah absen dari berbagai konser dalam dan luar negeri.
Nah, gimana nih? Hehehe. Apakah ada yang sesuai dengan kebiasaan atau karakteristik keuangan kamu?
Sekali lagi, tujuan dari artikel cek khodam ini tak lain tak bukan untuk lucu-lucuan. Kalau cocok dan ternyata bukan kebiasaan baik, berarti yuk, diperbaiki lagi keuangannya! Masa enggak pengin punya keuangan sehat?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Ciri Orang yang Bisa Jadi Contoh Well Literate secara Finansial
Menjadi contoh well literate secara finansial bukan hanya tentang memiliki banyak uang, tetapi lebih kepada bagaimana mengelola, memperbanyak, dan menjaga kestabilan keuangan dengan cerdas. Keahlian ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan pengeluaran sehari-hari hingga perencanaan investasi jangka panjang.
Memahami ciri-ciri dasar dari pengelolaan keuangan yang baik dapat memberikan manfaat enggak hanya untuk stabilitas ekonomi pribadi. Lebih dari itu, juga sebagai inspirasi bagi orang lain dalam membangun kebiasaan finansial yang sehat.
Nah, artikel ini akan menjelajahi lima karakteristik utama yang dimiliki oleh orang-orang yang dapat dijadikan panutan dalam literasi finansial. Siapa tahu bisa menginspirasimu untuk bisa ikut well literate.
Table of Contents
Ciri-Ciri dan Contoh Well Literate secara Finansial
1. Punya Pengelolaan Keuangan yang Baik
Salah satu ciri orang yang well literate secara finansial adalah memiliki pengelolaan keuangan yang baik. Mereka mampu membuat anggaran yang realistis berdasarkan pendapatan dan pengeluaran mereka.
Contoh well literate di sini misalnya mampu membagi penghasilan ke dalam beberapa pos penting sesuai prioritasnya. Mulai dari biaya hidup sehari-hari, cicilan, biaya pendidikan, hiburan, dan lainnya.
Orang-orang yang punya literasi keuangan yang bagus juga secara rutin meninjau dan menyesuaikan anggaran tersebut untuk memastikan tetap relevan dengan situasi keuangan mereka. Tak hanya piawai membuat anggaran, mereka juga punya kendali atas pengeluaran. Mereka senantiasa melacak ke mana uang mereka pergi.
Mereka juga mengalokasikan sebagian dari pendapatan mereka ke dalam tabungan dan investasi secara konsisten, tidak hanya menyisihkan sisa uang setelah pengeluaran. Mereka juga menerapkan strategi seperti ‘pay yourself first’ untuk memastikan tabungan selalu menjadi prioritas.
Baca juga: Literasi Finansial: Pengertian, Aspek, dan 3 Cara untuk Meningkatkannya
2. Siap akan Segala Kondisi
Contoh well literate secara finansial yang lain adalah orang tersebut siap menghadapi segala kondisi. Tandanya mereka umumnya punya dana darurat yang dapat menutupi biaya hidup setidaknya selama 3-6 bulan.
Kalau ada situasi tidak terduga seperti kehilangan pekerjaan, masalah kesehatan, atau perbaikan rumah mendadak, mereka bisa mengatasi kesulitannya tanpa harus mengganggu kestabilan finansial jangka panjang.
Enggak heran kan, kalau mereka yang punya literasi keuangan yang baik ini cenderung enggak stres dengan uang. Mereka umumnya menikmati kehidupan yang lebih stabil.
3. Mampu Mengambil Keputusan Keuangan secara Bijak
Contoh well literate secara finansial yang lain adalah mampu mengambil keputusan keuangan yang bijak. Orang-orang dengan literasi keuangan yang baik akan mengambil keputusan berdasarkan data dan analisis yang solid, bukan hanya berdasarkan perasaan atau tekanan dari luar.
Mereka akan meluangkan waktu untuk riset dan memahami berbagai pilihan yang tersedia sebelum membuat keputusan. Misalnya, dalam memilih asuransi, mereka akan membandingkan polis dari beberapa perusahaan untuk menemukan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan keuangan mereka.
Sama halnya saat investasi, mereka enggak hanya tergiur dengan iming-iming keuntungan tinggi, tetapi juga mempertimbangkan risiko, jangka waktu, dan bagaimana investasi itu akan memengaruhi tujuan finansial jangka panjang mereka.
Intinya, mereka akan cari tahu beragam produk keuangan dulu, baru kemudian memilih yang paling sesuai untuk mereka.
4. Waspada terhadap Penipuan
Orang yang bisa menjadi contoh well literate dalam hal keuangan biasanya sangat waspada terhadap potensi risiko penipuan dalam aktivitas keuangan sehari-hari. Mereka umumnya berhati-hati dengan tawaran atau skema yang tampak terlalu baik untuk menjadi kenyataan atau yang tidak realistis.
Umumnya, mereka enggak mudah percaya begitu saja dengan informasi yang diterima dan selalu melakukan verifikasi terhadap sumber dan keabsahan informasi tersebut. Misalnya saja mereka ditawari produk keuangan yang baru, mereka akan segera melakukan pengecekan latar belakang perusahaan atau orang yang menawarkan produk tersebut.
Mereka juga akan terus menerus mengupdate wawasan. So, segala macam modus penipuan mereka juga tahu, pun cara-cara untuk menghindarinya. Mereka juga mengaktifkan fitur keamanan pada rekening bank dan akun online, seperti notifikasi transaksi, autentikasi dua faktor, dan pengaturan privasi yang ketat. Mereka juga akan melindungi data pribadi dengan baik.
5. Sadar akan Hak dan Kewajiban Finansial
Kesadaran hak dan kewajiban finansial adalah pemahaman yang menyeluruh mengenai apa yang boleh dan harus dilakukan dalam berbagai situasi keuangan. Contoh well literate dalam konteks ini adalah orang-orang yang secara teliti membaca serta memahami berbagai jenis kontrak. Kontrak apa pun deh, mulai dari kontrak kerja, kontrak bisnis, perjanjian pinjaman, dan sebagainya.
Mereka setuju jika memang sudah benar-benar paham, dan mereka paham betul apa yang ditandatangani.
Umumnya mereka juga sadar akan hak mereka sebagai konsumen, seperti hak untuk mengajukan keluhan jika produk atau layanan keuangan enggak memenuhi standar yang disepakati. Mereka juga akan bertanggung jawab atas kewajiban finansial mereka. Misalnya seperti membayar cicilan pinjaman tepat waktu dan mengelola kartu kredit dengan bijak untuk menghindari utang yang berlebihan. Mereka juga taat pajak, karena tahu tujuan pajak itu untuk apa.
Baca juga: 3 Level Literasi Keuangan yang Harus Kamu Tahu
Memahami ciri-ciri orang yang bisa jadi contoh well literate secara finansial bisa bikin kita lebih pintar mengatur keuangan. Semoga semua bisa terinspirasi dari sikap-sikap tersebut untuk mengelola keuangan dengan lebih baik. Karena, hal ini enggak cuma bagus untuk keuangan pribadi, tetapi juga bisa jadi contoh yang baik buat orang lain.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menjaga Kesehatan Keuangan Generasi Z
Menjaga kesehatan keuangan menjadi aspek krusial bagi generasi Z yang mulai memasuki dunia kerja dan kehidupan mandiri saat ini.
Kesehatan keuangan ini enggak hanya soal punya cukup uang untuk kebutuhan sehari-hari saja lo. Namun, juga tentang bagaimana mengelola pengeluaran, menabung, dan merencanakan masa depan dengan bijak.
Apalagi nih, tantangan finansial di era digital semakin kompleks dengan adanya berbagai pilihan investasi, peluang penghasilan tambahan, dan godaan konsumsi yang terus meningkat.
Table of Contents
Pentingnya Menjaga Kesehatan Keuangan bagi Gen Z
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang melek teknologi dan memiliki akses mudah ke beragam informasi. Dengan banyaknya tantangan yang ada, tak banyak gen Z yang bisa menjaga kesehatan keuangannya dengan baik. Padahal, hal ini penting banget.
Berikut adalah alasan mengapa menjaga keuangan yang sehat itu sangat penting bagi gen Z.
1. Kemampuan Menghadapi Ketidakpastian
Kesehatan keuangan memungkinkan generasi Z untuk lebih siap menghadapi situasi tak terduga. Karena situasi seperti ini bisa terjadi pada setiap orang. Misalnya saja seperti kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi, atau keadaan darurat kesehatan tanpa harus terjerat utang.
2. Mandiri Secara Finansial
Dengan mengelola keuangan dengan baik, generasi Z dapat mencapai kemandirian finansial lebih cepat. Bisa segera enggak bergantung pada orang tua atau pihak lain.
Baca juga: 61% Orang Tua Masih Support Finansial pada Anak Dewasa, Apa Kabar Kemandirian Finansial?
3. Masa Depan yang Lebih Baik
Kesehatan keuangan yang baik membuka jalan untuk investasi di masa depan, seperti membeli rumah, memulai bisnis, atau menyiapkan dana pendidikan bagi anak-anak.
4. Kesehatan Mental
Nah, ini nih. Memang cocok buat gen Z yang sedikit-sedikit bahas soal kesehatan mental. Tahukah kamu, bahwa masalah keuangan sering kali menjadi sumber stres. So, kalau kalau kamu pengin punya kesehatan mental yang baik, maka mulailah dengan membangun keuangan yang sehat.
Dijamin deh, langkah menyehatkan mental berikutnya akan lebih mudah.
5. Mencapai Tujuan Keuangan
Dengan keuangan yang sehat, gen Z di mana pun, dengan profesi apa pun, penghasilan berapa pun, akan dimungkinkan untuk lebih mudah mencapai tujuan finansial masing-masing. Mulai dari tujuan finansial jangka pendek, menengah, hingga panjang. Bahkan FIRE.
6. Pembentukan Kebiasaan Baik
Dengan mulai menjaga kesehatan keuangan sejak dini, generasi Z dapat membentuk kebiasaan finansial yang baik yang akan bermanfaat dalam jangka panjang. Bahkan sepanjang hidup.
7. Menghindari Jeratan Utang
Pengelolaan keuangan yang baik membantu generasi Z untuk menghindari utang berlebihan dan masalah kredit yang dapat membatasi peluang finansial di masa depan. Enggak ada lagi ditolak kerja karena BI Checking skornya tinggi.
Menjaga kesehatan keuangan adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan banyak manfaat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, bagi Generasi Z.
Syarat Keuangan Sehat bagi Gen Z
Nah, terus kalau memang keuangan yang sehat itu penting, lantas apa saja syaratnya? Kondisi seperti apa yang bisa disebut sebagai keuangan yang sehat untuk gen Z?
Berikut adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin memiliki kesehatan keuangan yang baik untuk gen Z:
- Pendapatan Stabil: Memiliki sumber pendapatan yang tetap dan memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta mencapai tujuan finansial jangka panjang.
- Anggaran yang Terencana: Menyusun dan mematuhi anggaran bulanan yang mencakup semua pengeluaran dan pendapatan. Hal ini akan dapat membantu mengontrol pengeluaran dan mengidentifikasi area di mana penghematan bisa dilakukan.
- Tabungan yang Cukup: Menyisihkan sebagian pendapatan secara rutin untuk ditabung. Idealnya, memiliki dana darurat yang setara dengan 3-6 bulan pengeluaran bulanan.
- Manajemen Utang yang Baik: Mengelola utang dengan bijak. Ini berarti membayar utang tepat waktu, menghindari utang konsumtif yang tidak perlu, dan memastikan total utang tidak melebihi kemampuan untuk membayar.
- Investasi yang Tepat: Menginvestasikan sebagian dari pendapatan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Ini bisa berupa investasi di pasar saham, reksa dana, properti, atau instrumen investasi lainnya yang sesuai dengan profil risiko.
- Asuransi yang Memadai: Memiliki asuransi yang sesuai untuk melindungi dari risiko finansial yang tidak terduga, seperti asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan asuransi lainnya yang relevan.
- Pensiun yang Terencana: Menyiapkan dana pensiun sejak dini untuk memastikan kenyamanan finansial di masa tua. Ini bisa melalui program pensiun perusahaan, tabungan pensiun, atau investasi lainnya yang ditujukan untuk masa pensiun.
- Pengelolaan Pengeluaran yang Bijak: Membuat keputusan pengeluaran yang bijak dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Menghindari pembelian impulsif dan memastikan pengeluaran sejalan dengan anggaran.
- Catatan Keuangan yang Rapi: Memiliki catatan keuangan yang rapi dan teratur untuk memantau arus kas, pengeluaran, utang, dan investasi. Ini membantu dalam membuat keputusan finansial yang lebih baik.
- Kebiasaan Menabung dan Berinvestasi: Membentuk kebiasaan menabung dan berinvestasi sejak dini untuk mencapai tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
Baca juga: Cara Perencanaan Keuangan untuk Gen Z yang Pengin Mencapai Stabilitas Finansial
Dengan memenuhi syarat-syarat di atas, sebagai gen Z, kamu pasti bisa mencapai dan mempertahankan kesehatan keuangan dengan baik. Selain itu, kamu juga akan siap menghadapi berbagai tantangan finansial ke depannya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Keuangan Adalah Maut kalau Kamu Melakukan 7 Hal Ini!
Ipar yang tidak bisa jaga sikap, bisa jadi ipar adalah maut. Nah, ternyata hal yang sama juga terjadi pada keuangan. Kalau keuangan enggak dikelola dengan benar, bisa jadi keuangan adalah maut juga. Apalagi kalau melibatkan kebiasaan-kebiasaan buruk—yang sebenarnya kamu tahu kalau itu enggak bagus buat kesehatan keuangan—tetapi ya tetep saja dilakukan.
Kayak apa saja tuh?
Table of Contents
Keuangan Adalah Maut, kalau 7 Hal Ini Kamu Lakukan Terus!
1. Hobi Utang tanpa Berhitung
Enggak bosan-bosannya nih mengingatkan kamu, bahwa utang tidak dilarang, tetapi harus diatur supaya enggak membebani keuangan.
Kadang utang memang diperlukan, apalagi kalau utangnya dipakai sebagai “alat pengungkit”. Artinya, kamu harus yakin bahwa di balik utang, ada aset yang bisa diandalkan. Artinya (lagi) utang bukan untuk konsumtif, tetapi untuk tujuan produktif. Dengan berutang, kamu bisa menambah aset.
Selain harus memastikan produktif, kamu juga harus berhitung. Hitung apa? Hitung gimana bayarnya dong. Namanya utang ya harus dibayar, enggak ada cara lain lagi. Jadi, ketika baru mau niat berutang, kamu sudah harus berhitung, mau bayar pakai apa.
Dengan begitu, terhindar dari keuangan adalah maut.
Baca juga: Butuh Dana Cepat, Begini Cara Mengumpulkannya Tanpa Berutang
2. Hobi Belanja di Luar Anggaran
Belanja itu ya penting. Belanja buat kebutuhan dapur dan kebutuhan hidup lainnya. Yang harus dilakukan adalah belanja dengan bijak. Salah satunya adalah dengan membuat anggarannya lebih dulu. Kenapa? Supaya terkontrol dan semua kebutuhan bisa dipenuhi dengan baik.
Keuangan adalah maut kalau sampai terlalu banyak dan sering belanja di luar anggaran. Lapar mata dan impulsif. Belanja sesuai kebutuhan tidak akan mubazir, karena hasil belanja pasti akan terpakai untuk kebutuhan. Tapi, belanja impulsif bisa jadi mubazir, karena semua cuma keinginan belaka. Pasti ada banyak barang yang akhirnya enggak terpakai, karena memang tidak dibutuhkan.
Kalau keseringan, wah, keuangan pasti ambyar.
3. Punya Gaya Hidup Sultan, padahal Gaji UMR
Punya gaji UMR biasanya orang mengeluh karena tidak cukup untuk dipakai memenuhi kebutuhan. Namun, enggak jarang “enggak cukupnya” gaji UMR itu karena gaya hidupnya yang kayak sultan.
Enggak mau menghakimi, tapi seharusnya memang kudu berhitung. Apa yang masuk seharusnya seimbang dengan apa yang keluar. Manusia itu memang banyak mau, tetapi enggak semua bisa dipenuhi. Karena itu ada prioritas. Supaya enggak kejadian keuangan adalah maut, ya harus diseimbangkan.
4. Enggak Punya Dana Darurat
Ada banyak orang yang masih belum punya dana darurat. Bahkan, konon lebih dari 60% anak muda di Indonesia enggak punya dana darurat. Kok bisa? Ya, banyak penyebabnya. Salah satunya terlalu terpapar media sosial, katanya.
Wah, apa jadinya kalau seseorang enggak punya dana darurat? Salah satu akibatnya yang cukup fatal ya terjerat pada utang. Lebih parah lagi, utangnya ke rentenir atau pinjol ilegal. Sudah pasti keuangan adalah maut kalau seperti ini.
So, punyailah dana darurat. Kalau perlu, jadikan sebagai tujuan keuangan. Idealnya mulai dari tiga kali pengeluaran bulanan. Tentu harus lebih besar kalau punya banyak tanggungan. Dengan adanya dana darurat, kamu bisa tenang menjalani hidup kalaupun ada kendala ini dan itu.
5. Enggak Punya Asuransi
Banyak orang meremehkan asuransi, karena katanya, enggak ada gunanya. Iuran terus, tapi enggak terpakai, dan uang enggak bisa kembali.
Padahal ya mindsetnya yang keliru. Asuransi tidak terpakai artinya semua berjalan dengan baik. Seharusnya hal ini bikin kita bersyukur, bukan malah menyalahkan asuransi. Nanti, kalau ada apa-apa, klaim ditolak juga asuransi yang disalahkan. Padahal memang si pemegang polis yang enggak paham.
Fungsi asuransi kurang lebih sama dengan dana darurat; membuat jaring pengaman keuangan untuk hidup kita. Hidup itu selalu dipenuhi risiko. Tinggal bagaimana kita mengelola risiko tersebut, supaya kalaupun jatuh ya enggak sakit-sakit banget.
Jadi, supaya enggak kejadian keuangan adalah maut—enggak punya asuransi jadi kudu bayar biaya perawatan rumah sakit yang besar, misalnya—milikilah asuransi. Minimal yang paling dasar: asuransi kesehatan dan asuransi jiwa untuk si pencari nafkah keluarga.
6. Investasi FOMO
Dulu zamannya pandemi, investasi menjadi bahan perbincangan di mana-mana. Semua orang pengin dapat cuan dari investasi, karena terdorong oleh kesulitan ekonomi yang dialami saat harus menjaga jarak. Saat itu, banyak orang FOMO. Namun, akhirnya harus gigit jari karena banyak investasi bodong.
Investasi memang bukan sesuatu yang seharusnya diviralkan. Investasi seharusnya diedukasikan, karena seseorang tidak akan bisa sukses berinvestasi tanpa pemahaman yang baik. Investasi FOMO bisa jadi salah satu bentuk keuangan adalah maut. Pasalnya, bukan mendapatkan hasil yang baik, malah jadi kerugian yang didapat.
7. Main Judol
Judi online seperti halnya judi pada umumnya, akan membuat keuangan adalah maut. Sepertinya sih ini enggak perlu dijelaskan lagi kan?
Baca juga: Judi Online: Mengapa Orang Masih Saja Terjebak?
Nah, gimana nih? Apakah ada di antara kebiasaan di atas yang masih kamu lakukan? Semoga enggak ada ya, supaya enggak ada keuangan adalah maut di kehidupan kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perbedaan Cara Perencanaan Keuangan Generasi X, Millenials, dan Gen Z
Cara perencanaan keuangan sangat berbeda antara Generasi X, Milenial, dan Generasi Z. Setiap generasi tumbuh dalam lingkungan ekonomi dan teknologi yang berbeda, sehingga memengaruhi cara mereka mengelola dan merencanakan keuangan.
Faktor-faktor seperti akses ke teknologi, pengalaman masa lalu, dan nilai-nilai yang dianut turut membentuk pendekatan masing-masing generasi terhadap keuangan pribadi.
Perbedaan ini mencerminkan bagaimana setiap generasi memprioritaskan tujuan finansial mereka. Meskipun semua generasi bertujuan mencapai stabilitas keuangan, metode dan alat yang digunakan untuk mencapainya bisa sangat berbeda.
Memahami karakteristik unik dari setiap generasi dapat membantu mengidentifikasi pola dan strategi yang paling efektif dalam perencanaan keuangan mereka.
So, coba yuk, kita lihat.
Table of Contents
Karakteristik Kebiasaan Keuangan Generasi X, Milenial, dan Generasi Z
Berikut adalah beberapa karakteristik generasi X, milenial, dan generasi Z terkait kebiasaan keuangan masing-masing yang cukup khas.
1. Karakteristik Generasi X (lahir sekitar 1965-1980)
- Generasi X cenderung lebih konservatif dalam mengelola uang, lebih memilih untuk menabung dan memiliki tabungan pensiun yang aman.
- Mereka lebih percaya diri untuk berinvestasi dalam instrumen keuangan tradisional seperti saham, obligasi, dan properti.
- Generasi X juga cenderung berhati-hati dalam mengambil utang. Kalaupun ada utang, paling banter adalah KPR. Mereka umumnya mengelola utang secara bertanggung jawab.
- Generasi ini lebih memperhatikan asuransi kesehatan dan jiwa sebagai bagian dari perencanaan keuangan.
2. Karakteristik Generasi Milenial (lahir sekitar 1981-1996)
- Milenial sangat nyaman menggunakan teknologi finansial (fintech) seperti aplikasi mobile banking, e-wallet, dan platform investasi online.
- Mereka cenderung menghabiskan lebih banyak untuk pengalaman, seperti traveling dan gaya hidup, dibandingkan menghabiskan uang untuk barang fisik.
- Milenial umumnya juga lebih terbuka untuk berinvestasi dalam bentuk aset alternatif seperti cryptocurrency dan crowdfunding.
- Banyak milenial memiliki utang konsumtif yang cukup signifikan, dan hal ini memengaruhi cara mereka mengelola keuangan.
3. Karakteristik Generasi Z (lahir sekitar 1997-2012)
- Generasi Z tumbuh dengan teknologi digital dan sangat nyaman menggunakan aplikasi finansial dan layanan online untuk mengelola keuangan.
- Mereka lebih tertarik pada kewirausahaan dan sering mencari peluang untuk menciptakan bisnis atau sumber pendapatan sampingan.
- Generasi ini cenderung lebih memperhatikan investasi yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan (SRI – Socially Responsible Investing).
- Generasi Z menunjukkan minat yang tinggi dalam pendidikan keuangan dan mencari informasi secara online untuk belajar tentang investasi dan pengelolaan uang.
So, setiap generasi memang memiliki pendekatan yang berbeda dalam manajemen keuangan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi, di antaranya adalah kondisi ekonomi, teknologi, dan nilai-nilai sosial yang berkembang pada masa mereka.
Baca juga: Mengelola Keuangan untuk Generasi TikTok: Dari FOMO ke JOMO (Joy of Missing Out)
Cara Perencanaan Keuangan yang Sesuai untuk Masing-Masing Generasi
Lalu, gimana cara perencanaan keuangan yang sesuai dengan karakter-karakter tersebut? Pastinya, juga enggak sama kan?
Berikut adalah beberapa cara perencanaan keuangan yang dapat disesuaikan dengan ciri khas dan karakteristik Generasi X, Milenial, dan Generasi Z:
1. Generasi X
- Diversifikasi Investasi: Investasikan di berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan properti untuk mengurangi risiko.
- Rencana Pensiun yang Kuat: Tingkatkan kontribusi ke dalam akun pensiun seperti BPJS Ketenagakerjaan, DPLK, hingga investasi dana pensiun mandiri, untuk memastikan kesejahteraan di masa pensiun.
- Asuransi: Pastikan memiliki asuransi kesehatan, jiwa, dan asuransi aset untuk melindungi diri dan keluarga.
- Perencanaan Warisan: Buat rencana warisan yang jelas termasuk surat wasiat dan trust untuk memastikan distribusi aset sesuai keinginan.
- Mengelola Utang: Kurangi utang dan hindari mengambil utang baru kecuali sangat diperlukan. Fokus pada pelunasan hutang yang ada.
2. Milenial
- Penggunaan Teknologi: Manfaatkan aplikasi keuangan untuk budgeting, pelacakan pengeluaran, dan investasi otomatis seperti aplikasi robo-advisor.
- Investasi yang Agresif: Pertimbangkan untuk mengalokasikan sebagian besar portofolio ke saham atau investasi berisiko tinggi lainnya karena masih memiliki waktu untuk pemulihan jika terjadi penurunan.
- Mengatasi Utang Konsumtif: Buat rencana pembayaran utang yang efisien, tekan utang baru kalau masih ada tanggungan, dan belajar lebih banyak mengenai utang produktif.
- Pentingnya Asuransi: Jangan lupakan pentingnya asuransi kesehatan dan jiwa untuk melindungi diri dari risiko tak terduga.
- Menabung untuk Tujuan Jangka Pendek dan Panjang: Sisihkan dana untuk tujuan jangka pendek seperti liburan, dan tujuan jangka panjang seperti membeli rumah atau pensiun.
3. Generasi Z
- Mulai Menabung Sejak Dini: Mulailah menabung dan berinvestasi sedini mungkin untuk memanfaatkan kekuatan bunga majemuk.
- Pendidikan Finansial: Manfaatkan sumber daya online untuk meningkatkan pengetahuan tentang investasi, perencanaan keuangan, dan manajemen uang.
- Kewirausahaan: Jika tertarik pada kewirausahaan, buat rencana bisnis yang solid dan pertimbangkan sumber pendanaan seperti crowdfunding atau modal ventura.
- Investasi yang Bertanggung Jawab: Pertimbangkan investasi dalam saham atau reksa dana yang berfokus pada tanggung jawab sosial dan lingkungan.
- Fleksibilitas dan Mobilitas: Buat perencanaan keuangan yang memungkinkan fleksibilitas, seperti memiliki dana darurat yang cukup untuk mendukung gaya hidup fleksibel dan mobilitas kerja.
Tip Umum untuk Semua Generasi
Selain yang sudah dibahas di atas, ada beberapa tip umum yang juga kudu diperhatikan sebagai cara perencanaan keuangan yang lebih sehat, dan berlaku untuk semua generasi.
- Dana Darurat: Simpan dana darurat yang mencukupi setidaknya 3-6 bulan pengeluaran untuk mengatasi situasi tak terduga.
- Tujuan Keuangan yang Jelas: Tentukan tujuan keuangan jangka pendek, menengah, dan panjang serta buat rencana untuk mencapainya.
- Pengelolaan Anggaran: Buat anggaran bulanan untuk melacak pengeluaran dan memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pendapatan.
- Belajar Keuangan: Terus belajar dan mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia keuangan untuk membuat keputusan yang lebih baik.
- Perencanaan keuangan yang baik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi pribadi masing-masing individu dalam generasi tersebut.
Baca juga: Cara Perencanaan Keuangan untuk Gen Z yang Pengin Mencapai Stabilitas Finansial
Memahami perbedaan cara perencanaan keuangan antara Generasi X, Milenial, dan Generasi Z memberikan wawasan berharga tentang bagaimana setiap generasi menghadapi tantangan finansial mereka. Meskipun pendekatan mereka mungkin berbeda, tujuan utama tetap sama: mencapai stabilitas dan kesejahteraan finansial. Dengan mengenali karakteristik unik masing-masing generasi, perencanaan keuangan dapat disesuaikan agar lebih efektif dan relevan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bagaimana Cara Mengoptimalkan Pemasukan dan Pengeluaran untuk Mencapai Keseimbangan Keuangan yang Sehat
Sudah tanggal tua begini, biasanya baru deh terasa kalau pemasukan dan pengeluaran kita tidak seimbang. Cirinya gampang banget dikenali: uang di dompet tinggal beberapa lembar yang pecahan kecil, atau saldo di e-Wallet tinggal 4 digit, begitu juga dengan saldo di ATM.
Siapa nih yang relate?
Mengapa Pemasukan dan Pengeluaran Kita Tidak Seimbang?
Ada banyak alasan mengapa banyak orang mengalami pemasukan dan pengeluaran uang yang tidak seimbang, di antaranya adalah sebagai berikut.
Kurangnya pengetahuan tentang manajemen keuangan
Banyak orang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang manajemen keuangan dan tidak tahu bagaimana membuat anggaran atau mengelola uang mereka dengan efektif.
Kebiasaan pengeluaran yang kurang efektif
Banyak orang memiliki kebiasaan pengeluaran yang kurang efektif, seperti membeli barang yang tidak diperlukan atau makan di luar terlalu sering.
Tidak adanya anggaran atau bujet
Banyak orang tidak memiliki anggaran atau bujet yang jelas untuk pengeluaran mereka sehingga mereka sering menghabiskan uang mereka tanpa memperhatikan apakah itu dalam batas yang wajar atau tidak.
Pengaruh lingkungan atau teman sebaya (atau media sosial)
Banyak orang terpengaruh oleh lingkungan atau teman sebaya mereka—dan juga media sosial—dalam membelanjakan uang. Mereka mungkin merasa perlu untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan hanya karena teman-teman mereka memiliki barang serupa.
Biaya hidup yang tinggi
Biaya hidup yang tinggi, seperti harga sewa rumah atau biaya pendidikan, bisa membuat seseorang kesulitan untuk menyeimbangkan pengeluaran dan pendapatannya.
Kebiasaan hidup konsumtif
Kebiasaan hidup konsumtif, di mana seseorang terus-menerus membeli barang-barang baru dan mewah, bisa menyebabkan pengeluaran yang tidak seimbang dengan pendapatan yang dimiliki.
Utang yang menumpuk
Banyak orang memiliki utang yang menumpuk, seperti kredit mobil, kredit rumah, atau kartu kredit yang belum dibayar, dengan cicilan yang terlalu besar. Utang tersebut bisa membuat seseorang kesulitan untuk menyeimbangkan pemasukan dan pengeluarannya.
Dampak yang Bisa Terjadi
Jika pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang, maka akan timbul beberapa konsekuensi yang mungkin akan mempengaruhi keuangan kamu. Apa saja?
Masalah keuangan
Ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran dapat menyebabkan masalah keuangan yang serius, seperti utang yang menumpuk, kehilangan aset, dan bahkan kebangkrutan.
Stres dan tekanan mental
Masalah keuangan dapat menyebabkan stres dan tekanan mental, karena kamu lantas mungkin merasa cemas, khawatir, atau bahkan depresi karena situasi keuangan yang sulit.
Kesulitan dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang
Jika kamu tidak dapat mengelola keuangan dengan baik, maka mungkin akan sulit bagimu untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang, seperti membeli rumah, pensiun dengan nyaman, atau membiayai pendidikan anak-anak.
Hilangnya kesempatan investasi
Ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran juga dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan investasi yang baik, karena kamu mungkin tidak memiliki uang yang cukup untuk berinvestasi atau tidak memiliki dana darurat yang cukup.
Hilangnya kepercayaan diri
Jika kamu enggak mampu mengelola keuangan dengan baik, maka mungkin akan merasa rendah diri dan kehilangan kepercayaan diri dalam kehidupan sehari-hari.
So, sampai di sini apakah kamu sepakat, bahwa sangat penting untuk mencapai keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran ini?
Kamu perlu banget untuk memastikan bahwa pengeluaranmu enggak melebihi pemasukan dan memiliki anggaran yang jelas untuk membantumu mengelola uang dengan lebih efektif. Dengan cara ini, kamu dapat menghindari masalah keuangan dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang dengan lebih mudah.
Cara Menyeimbangkan Pemasukan dan Pengeluaran
Untuk mengoptimalkan pemasukan dan pengeluaran agar mencapai keseimbangan keuangan yang sehat, kamu bisa mencoba langkah-langkah berikut.
Buatlah anggaran atau bujet yang realistis
Buatlah daftar pendapatan dan pengeluaran bulanan yang detail dan realistis. Buatlah prioritas pada pengeluaran yang penting dan usahakan untuk membatasi pengeluaran pada hal-hal yang tidak terlalu penting.
Pelajari kebiasaan pengeluaran
Perhatikan pengeluaranmu dalam sebulan dan identifikasi kebiasaan pengeluaran yang kurang efektif dan menguras kantong, seperti makan di luar, belanja tidak perlu, atau kegiatan lain yang tidak penting.
Kemudian, coba untuk mengurangi pengeluaran tersebut atau bahkan menghilangkan kebiasaan pengeluaran yang kurang efektif tersebut.
Lakukan pembayaran utang
Jika ada utang yang perlu dibayar, usahakan untuk membayar secepat mungkin dan hindari pembayaran dengan kartu kredit atau pinjaman dengan bunga yang tinggi.
Simpan uang secara teratur
Coba untuk menyisihkan sebagian dari pendapatanmu setiap bulan untuk disimpan dalam rekening tabungan. Kamu bisa memulai dengan menyisihkan sekitar 10% dari pendapatan bulanan sebagai tabungan.
Dengan cara ini, kamu akan terbiasa untuk mengalokasikan sebagian dari pendapatan untuk masa depan dan juga sebagai dana darurat jika terjadi sesuatu yang tidak terduga.
Cari sumber penghasilan tambahan
Cari peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan, seperti bekerja paruh waktu atau mengambil pekerjaan sampingan yang sesuai dengan waktu luangmu. Ini bisa membantu menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran bulanan sehingga dapat mengurangi tekanan finansial.
Hindari utang baru
Jangan menambah hutang baru kecuali jika itu benar-benar diperlukan. Ingatlah bahwa utang akan memberikan beban finansial yang lebih besar dan mempengaruhi keseimbangan keuanganmu.
Review dan evaluasi keuangan secara berkala
Review keuanganmu setiap bulan dan evaluasi apakah anggaran yang sudah dibuat berhasil dicapai atau tidak. Jika tidak, coba cari tahu apa yang salah dan cari solusinya.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kamu dapat mengoptimalkan pemasukan dan pengeluaran untuk mencapai keseimbangan keuangan yang sehat. Selalu ingatlah untuk memprioritaskan pengeluaran yang penting dan menghindari pengeluaran yang kurang efektif.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
16 Tipe Kepribadian MBTI dan Kebiasaan Keuangan Masing-Masing: Kamu yang Mana?
Tipe kepribadian berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) sering kali menjadi “alat” untuk memahami berbagai karakter, termasuk bagaimana masing-masing mengelola keuangan.
Nah, yang kayak gini memang menarik sih. Mirip dengan cocoklogi antara zodiak dan kecenderungan karakter yang dimiliki. Mau percaya atau tidak, kembali saja ke masing-masing. Kalau baik ya boleh diambil, enggak ya tinggalkan saja. Ya kan?
Faktanya, karakter seseorang itu memang memengaruhi bagaimana kebiasaan keuangannya kok. So, dengan mengenali kebiasaan keuangan yang umum ditemukan pada tipe kepribadian kamu, maka bisa saja membantu mengoptimalkan pengelolaan dana dan mengembangkan strategi investasi yang sesuai.
So, dalam artikel kali ini, kita akan membahas karakteristik kebiasaan keuangan yang dimiliki oleh masing-masing tipe kepribadian MBTI, serta bagaimana pemahaman tentang tipe kepribadian ini dapat membantu individu mencapai tujuan keuangan mereka dengan lebih efektif.
Apa Itu Tipe Kepribadian MBTI?
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah alat psikologi populer yang digunakan untuk mengukur preferensi kepribadian. MBTI didasarkan pada teori psikologis yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung dan lebih lanjut diperluas oleh Isabel Briggs Myers dan Katharine Cook Briggs. Tujuannya adalah untuk membantu seseorang memahami diri mereka sendiri dan orang lain dengan lebih baik, serta untuk meningkatkan komunikasi dan kerja sama di berbagai aspek kehidupan.
MBTI mengklasifikasikan individu ke dalam 16 tipe kepribadian yang berbeda, yang masing-masing terdiri dari empat preferensi kepribadian:
- Energi (Ekstraversion [E] atau Introversion [I]): Preferensi ini menggambarkan bagaimana seseorang mendapatkan dan memfokuskan energi mereka, baik dari dunia luar dan interaksi dengan orang lain (Ekstraversion) atau dari dunia dalam dan pemikiran serta perenungan (Introversion).
- Pengumpulan Informasi (Sensing [S] atau Intuition [N]): Preferensi ini menggambarkan bagaimana seseorang mengumpulkan dan memproses informasi, baik melalui pengalaman langsung dan fakta konkret (Sensing) atau melalui hubungan dan pola yang abstrak (Intuition).
- Pengambilan Keputusan (Thinking [T] atau Feeling [F]): Preferensi ini menggambarkan bagaimana seseorang membuat keputusan, baik dengan menganalisis logika dan kriteria objektif (Thinking) atau dengan mempertimbangkan nilai-nilai dan dampak emosional pada diri sendiri dan orang lain (Feeling).
- Struktur Kehidupan (Judging [J] atau Perceiving [P]): Preferensi ini menggambarkan bagaimana seseorang mengatur kehidupan mereka dan menghadapi dunia luar, baik dengan merencanakan dan membuat keputusan yang tegas (Judging) atau dengan menjaga fleksibilitas dan menjalani hidup dengan cara yang lebih spontan (Perceiving).
Kombinasi dari keempat preferensi ini menghasilkan 16 tipe kepribadian MBTI, yang masing-masing memiliki kekuatan, kelemahan, dan karakteristik unik. Namun, perlu dipahami ya, bahwa MBTI bukanlah ukuran kemampuan atau bakat, melainkan alat untuk meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan orang lain.
Nah, buat kamu yang belum tahu atau penasaran dengan tipe kepribadian MBTI kamu, coba deh, ikuti kuis ini. Gratis kok.
Tipe Kepribadian dan Kebiasaan Keuangannya
Sudah tahu tipe kepribadian MBTI kamu?
Nah, berikut ini adalah karakteristik kebiasaan keuangan yang mungkin dimiliki oleh masing-masing tipe kepribadian MBTI. Perlu dicatat bahwa karakteristik ini bersifat generalisasi dan mungkin tidak berlaku untuk setiap individu dalam tipe kepribadian tertentu.
1. ISTJ (Introversion, Sensing, Thinking, Judging)
ISTJ cenderung konservatif dalam pengelolaan keuangan dan sangat disiplin dalam mengikuti anggaran. So, mereka akan lebih tertarik pada investasi jangka panjang yang aman dan stabil.
2. ISFJ (Introversion, Sensing, Feeling, Judging)
ISFJ cenderung hemat dan memprioritaskan kebutuhan keluarga serta teman-teman. Mereka akan lebih suka investasi yang aman dan memiliki dampak positif pada komunitas mereka.
3. INFJ (Introversion, Intuition, Feeling, Judging)
INFJ biasanya memiliki tujuan keuangan jangka panjang yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka. Karena itu, dalam hal investasi, mereka tertarik pada jenis investasi yang etis dan berdampak sosial.
4. INTJ (Introversion, Intuition, Thinking, Judging)
INTJ cenderung memiliki strategi keuangan yang terencana dengan baik dan berpikir jauh ke depan, sehingga biasanya lebih suka investasi yang sifatnya inovatif dan berpotensi memberikan hasil tinggi.
5. ISTP (Introversion, Sensing, Thinking, Perceiving)
ISTP mungkin mengambil pendekatan fleksibel dan adaptif dalam mengelola keuangan mereka. Karena itu, investasi yang memberikan kebebasan finansial akan lebih menarik bagi mereka, lantaran memungkinkan mereka untuk menjalani gaya hidup yang diinginkan.
6. ISFP (Introversion, Sensing, Feeling, Perceiving)
ISFP cenderung menghargai kebebasan finansial dan mungkin lebih fokus pada pengeluaran yang meningkatkan kualitas hidup mereka. So, kalau soal investasi, mereka akan lebih tertarik pada investasi yang sejalan dengan minat dan nilai-nilai yang mereka anut itu.
7. INFP (Introversion, Intuition, Feeling, Perceiving)
INFP mungkin memiliki kecenderungan enggak terlalu memusingkan “tool”, dan lebih fokus pada tujuan dan impian mereka. So, bisa jadi mereka akan mencoba berbagai macam investasi, sepanjang dapat memenuhi kebutuhan dan mencerminkan nilai-nilai pribadi mereka.
8. INTP (Introversion, Intuition, Thinking, Perceiving)
INTP cenderung tertarik pada ide-ide inovatif dan merupakan investor yang cukup bernyali. So high risk investment akan jadi favorit mereka. Apalagi yang baru. Tapi, hati-hati, FOMO!
9. ESTP (Extraversion, Sensing, Thinking, Perceiving):
ESTP is a risk taker. So, dalam investasi dan mencari peluang, mereka mencari yang menawarkan hasil cepat dan tinggi. Mereka cenderung fleksibel dan adaptif dalam mengelola keuangan mereka.
10. ESFP (Extraversion, Sensing, Feeling, Perceiving)
ESFP lebih banyak memprioritaskan pengeluaran untuk pengalaman dan kesenangan, sering kali mengambil pendekatan spontan dalam mengelola keuangan mereka. Mereka mungkin tertarik pada investasi yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri dan menikmati hidup.
11. ENFP (Extraversion, Intuition, Feeling, Perceiving)
ENFP cenderung memiliki tujuan keuangan yang idealis, sehingga mereka juga akan memilih instrumen keuangan yang paling ideal untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik.
12. ENTP (Extraversion, Intuition, Thinking, Perceiving)
ENTP juga merupakan tipe risk taker, jadi mereka akan mencari instrumen investasi yang menarik secara intelektual. Mereka cenderung berpikir kreatif dalam mengelola keuangan dan tertarik pada peluang yang menawarkan potensi keuntungan besar.
13. ESTJ (Extraversion, Sensing, Thinking, Judging)
ESTJ cenderung disiplin dalam mengelola keuangan, bahkan mereka punya anggaran yang ketat. Mereka mungkin tertarik pada investasi yang stabil dan aman, serta memiliki reputasi yang baik.
14. ESFJ (Extraversion, Sensing, Feeling, Judging)
ESFJ cenderung memprioritaskan kebutuhan keluarga dan teman. Maka, tak heran mereka disebut sebagai ‘donatur’ di sirkelnya. Mereka juga merupakan tipe kepribadian konservatif dalam mengelola keuangan, sehingga mereka cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan.
15. ENFJ (Extraversion, Intuition, Feeling, Judging)
ENFJ adalah tipe sosial. So, dalam memilih instrumen investasi, mereka juga akan memilih instrumen yang berdampak positif pada masyarakat. Misalnya, lebih suka investasi syariah, atau investasi pada green company.
16. ENTJ (Extraversion, Intuition, Thinking, Judging)
ENTJ cenderung untuk selalu punya strategi keuangan yang ambisius dan terencana dengan baik. So, mereka juga akan cenderung tertarik pada investasi yang menawarkan pertumbuhan dan potensi keuntungan tinggi, serta memiliki visi jangka panjang.
Nah, perlu diingat bahwa MBTI hanyalah satu cara untuk memahami kepribadian seseorang, dan tidak semua individu dalam suatu tipe kepribadian akan memiliki kebiasaan keuangan yang sama. Selalu penting untuk mengenali preferensi dan kebutuhan finansial unik seseorang ketika memberikan saran atau bantuan keuangan.
So, gimana nih? Apakah sesuai dengan tipe kepribadian kamu?
Yah, memahami kebiasaan keuangan berdasarkan tipe kepribadian MBTI memang dapat memberikan wawasan penting kalau kita mau mengelola keuangan. Namun, bukan harga mati juga. Pasalnya, meski punya tipe kepribadian yang sama, setiap dari kita itu unik, yang punya kondisi hidup yang berbeda-beda. Jadi, ya bisa saja ada ketidaktepatan di situ.
Namun sebenarnya, kesadaran akan preferensi dan kecenderungan ini dapat membantu dalam mengidentifikasi strategi keuangan yang paling sesuai untuk kita. So, sepertinya sih, menggabungkan pengetahuan tentang tipe kepribadian dengan pendekatan keuangan yang fleksibel dan adaptif akan menjadikan strateginya lebih optimal.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Training Keuangan bagi First Jobbers: Ini Dia 5 Alasan Pentingnya
Training keuangan merupakan salah satu jenis training penting yang sebaiknya diberikan oleh pihak human resource perusahaan yang perhatian terhadap kesejahteraan karyawannya. Nggak hanya pada mereka yang sudah bertahun-tahun mengabdi di perusahaan, tetapi juga bagi mereka yang baru saja bergabung terutama yang masih first jobbers.
First jobbers adalah sebutan bagi mereka yang baru saja menapakkan kaki di dunia kerja yang qeras ini, lantaran baru lulus dari kuliah. Masih kinyis-kinyis, gitu katanya. Hal yang sering dirasakan pada fase ini biasanya adalah pengin buru-buru mandiri dan mendapatkan penghasilan sendiri.
Karena itu, keterampilan untuk manajemen keuangan seharusnya sudah mulai dipelajari dan didalami. Gaji mungkin memang belum terlalu besar, tapi jangan salah, justru di sinilah garis start untuk mulai mengelola keuangan dengan benar.
Kamu bisa saja belajar keuangan sendiri, tetapi akan lebih komprehensif jika diberikan oleh perusahaan sesuai dengan jenjang kariermu. Saat pada fase recruit ini, kamu perlu membangun kebiasaan keuangan yang baik. Nanti setelah beberapa tahun kamu bekerja, fasenya akan berbeda lagi, dan perlu kembali mendapatkan training keuangan. Nah, saat menjelang pensiun, sebagai karyawan, kamu juga membutuhkan training keuangan sekali lagi, demi menyiapkan diri menghadapi masa pensiun yang sudah dekat.
Tapi, mengapa fase recruit ini penting untuk mendapatkan training keuangan? Kan gaji juga belum besar, bisalah diatur sendiri. Eits, jangan salah. Training keuangan itu bakalan dibutuhkan banget untuk first jobber. Ini dia alasan-alasannya.
Alasan Mengapa First Jobber Butuh Training Keuangan
1. Punya kebiasaan keuangan yang baik sejak dini
Faktanya, tak banyak orang yang memiliki keterampilan mengelola keuangan yang baik di masa mudanya. Apalagi, soal keuangan ini memang tak pernah diajarkan di bangku sekolah maupun kuliah.
Oleh orang tua kita? Biasanya yang diajarkan adalah kebiasaan menabung, tetapi jarang banget kita belajar bagaimana belanja dengan bijak sejak kecil. Betul? Padahal pada aktivitas belanja ini yang seharusnya kita fokus untuk belajar, biar enggak jor-joran.
Apalagi di fase entry level, ketika kita baru saja mandiri dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Perasaan jadi kayak mau balas dendam, betul?
Di sinilah kita perlu training keuangan, yang dapat melatih kita untuk terbiasa belanja dengan bijak agar tak membahayakan cash flow keuangan kita. Gaji harus dikelola dengan baik, supaya bisa dipakai sampai gajian lagi berikutnya.
2. Dapat segera menentukan tujuan keuangan
Di masa-masa fase awal, para first jobber biasanya juga belum tahu bahwa memiliki tujuan keuangan itu penting. Apalagi yang jangka panjang seperti pensiun. Baru saja dapat kerjaan, masa sih sudah mikirin pensiun? Gitu mungkin ya?
Padahal, justru saat baru mulai bekerja inilah, saat yang tepat untuk mulai membuat rencana pensiun, kalau kamu memang mau nanti ingin menjalani masa pensiun yang mandiri dan sejahtera.
Hal yang sama juga berlaku untuk berbagai tujuan keuangan penting lainnya. Pasalnya, menentukan tujuan keuangan itu sama dengan kita membuat tujuan hidup. Pertanyaannya tak pernah lepas dari: mau hidup seperti apa nanti? Pengin mencapai apa saja nanti? All about dreams and achievement!
Kalau nggak segera direncanakan melalui training keuangan, terus kapan lagi?
3. Nggak sembarangan berutang
Utang biasanya juga jadi jebakan betmen, apalagi bagi seorang first jobber yang baru saja pegang kartu kredit. Belum lagi dengan berbagai tawaran pinjol dan paylater yang belakangan berkembang secara luar biasa. Ditambah dengan belum bijak dalam belanja, jadi deh, perilaku konsumtif dipelihara. Dengan tambahan beban cicilan utang.
Tanpa training keuangan yang komprehensif, mengambil pinjaman dana alias utang bisa jadi sandungan besar dalam arus kas keuangan buat first jobber. Akibatnya ya jadi kebiasaan keuangan yang kurang baik ke depannya.
4. Bisa memilih proteksi dengan baik
First jobber itu biasanya kan masih lajang, masa sudah butuh asuransi? Eits, jangan salah loh! Kalau kamu adalah first jobber adalah sandwich generation, yang menjadi tulang punggung keluarga besarmu, maka kamu akan butuh asuransi jiwa sekarang juga.
Di samping itu, kamu juga butuh proteksi kesehatan. Memang sih, perusahaan-perusahaan sudah diwajibkan oleh pemerintah untuk mengikutsertakan karyawannya dalam BPJS Kesehatan. Akan tetapi, tentu ini mesti disesuaikan dengan kebutuhan.
Kalau kamu adalah sandwich generation, maka kamu juga perlu mempertimbangkan untuk memberikan asuransi kesehatan untuk seluruh keluargamu. Ini adalah hal yang tidak akan terpikirkan kalau tidak melalui training keuangan yang komprehensif.
5. Segera punya tabungan dan investasi
Belanja teros … Bayar pakai kartu kredit dan paylater teros, tanpa bisa mengendalikan diri, atas nama healing dan self reward. Sampai-sampai tak pernah punya tabungan, apalagi investasi.
Lagu lama? Betul. Bisa jadi akan selalu ada first jobber yang punya masalah seperti ini, karena belum mendapatkan training keuangan yang pas dari kantor tempatnya bekerja.
Atau bisa jadi, nggak punya tabungan dan investasi, karena semua uang yang didapatkan langsung dipakai untuk kebutuhan keluarga besar.
Hal ini bisa kamu cari solusi, jika kamu memiliki keterampilan pengelolaan keuangan yang baik. Untuk itulah, training keuangan diperlukan.
Nah, itu dia beberapa alasan mengapa first jobber membutuhkan training keuangan yang komprehensif.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
4 Hal Mengelola Keuangan yang Harus Diajarkan pada Anak: Tak Hanya Menabung Saja!
Siapa yang sudah diajarkan untuk suka menabung sejak kecil oleh orang tua? Sepertinya sih (hampir) semua ya? Karena menabung dipercaya akan sangat bagus untuk mengawali pembelajaran soal mengelola keuangan pada anak.
Memang, akan sangat baik adanya jika persoalan mengelola keuangan ini mulai diajarkan sejak dini pada anak-anak. Harapannya tentu saja, saat sudah dewasa nanti, mereka sudah memiliki kebiasaan keuangan baik sehingga dapat mensejahterakan diri mereka sendiri.
Faktanya, literasi keuangan memang merupakan salah satu dari enam literasi dasar yang harus dikuasai oleh siapa pun, agar dapat bertahan hidup. Dengan mempelajarinya, anak-anak diharapkan enggak akan madesu, alias masa depan suram.
Namun, sayang, pelajaran mengelola keuangan sejak dini ini kadang hanya berhenti di soal menabung saja. Padahal, ada banyak hal soal pengelolaan keuangan yang juga harus dikuasai, tak hanya soal menabung.
Lo, memangnya apa saja yang harus dipelajari oleh anak sejak dini dalam hal mengelola keuangan selain menabung? Ini dia.
Pelajaran Mengelola Keuangan yang Harus Dipelajari oleh Anak Sejak Dini
1. Menghasilkan uang
Bagaimana cara menghasilkan uang?
Anak-anak terbiasa mendapatkan uang dari orang tuanya. Tentu, ini bukan hal yang salah, karena mereka memang masih menjadi tanggung jawab orang tua masing-masing.
Namun, sering kali akhirnya juga terjadi, bahwa anak hanya tahu bahwa orang tua mendapatkan uang dari mesin ATM. Padahal, kita semua tahu, bahwa ada kerja keras dan keringat yang diperas untuk bisa mendapatkan uang yang kemudian bisa dikeluarkan oleh si mesin ATM.
Nah, di sinilah anak harus tahu.
Anak sebaiknya diperkenalkan pada konsep, bahwa untuk bisa menabung, kita harus mendapatkan uang dengan cara bekerja lebih dulu.
2. Belanja
Belanja juga merupakan salah satu hal mengelola keuangan yang juga penting banget untuk diajarkan pada anak sejak dini.
Pasalnya, keterampilan berbelanja dengan bijak, dalam hal ini mengeluarkan uang dengan penuh perhitungan, akan menjadi inti dari kesehatan cash flow mereka nantinya.
3. Berbagi
Kalau soal berbagi, sepertinya sudah banyak orang tua mengajarkannya pada anak sejak dini. Misalnya, anak-anak diajak berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung, mendonasikan mainan yang sudah tak dipakai tapi masih bagus, berdonasi untuk membantu korban bencana, dan seterusnya.
Sekolah-sekolah biasanya juga sudah memiliki kandungan pelajaran ini dalam kurikulumnya, sehingga anak seharusnya sudah tak asing lagi dengan aktivitas berbagi dengan sesama ini.
Sepertinya, tinggal diteruskan saja, dan ditingkatkan lagi sinerginya antara orang tua dan pihak sekolah sebagai pendidik formal anak-anak, untuk semakin meningkatkan semangat berbagi dengan sesama ini.
4. Menabung
Dan, akhirnya menabung.
Rasanya, menabung memang merupakan “level dewa”-nya dari tahap mendidik anak mengenai cara mengelola keuangan dengan baik. Pasalnya, ya mana ada orang bisa menabung kalau tidak bisa menghasilkan uang lebih dulu, dan juga memiliki kebiasaan belanja yang baik? Betul?
Di level dini, perlu juga untuk mengajarkan tak sekadar menyisihkan uang jajan, tetapi juga bahwa menabung itu juga harus punya tujuan. Mau buat apa tabungannya? Untuk beli buku komik kesukaannya? Untuk beli mainan? Untuk beli game card, Robux, dan semacamnya? Yes, sesuaikan dengan minat dan hobi anak, supaya mereka semakin semangat untuk mengumpulkan uang.
Kalau usia anak sudah cukup—sudah menginjak remaja, misalnya—orang tua juga bisa mulai memperkenalkan konsep investasi di sini. Dengan demikian, lagi-lagi tak sekadar menabung, tetapi anak juga mulai diajarkan mengenai konsep passive income.
Nah, dari keempat hal mengelola keuangan, mana nih yang belum diperkenalkan pada si kecil? Yang pertama, kedua, ketiga, atau menabung saja juga belum sempat diperkenalkan?
No worries! QM Financial punya program yang cocok nih sebagai media untuk memperkenalkan konsep mengelola keuangan pada anak. Namanya Program Jagoan Finansial untuk Anak dan Ortu. Silakan cek jadwalnya, dan segera daftar supaya enggak kehabisan tempat ya! Kapan lagi ada kelas keuangan untuk orang tua dan anak se-fun dan seinteraktif ini, ya kan?
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.