7 Cara Investasi Sukses ala Warren Buffett, sang Peramal dari Omaha
Siapa investor paling sukses di dunia? Mungkin yang terpikirkan adalah satu nama ini: Warren Buffett, meskipun ada banyak sekali sederet nama investor lain yang sama suksesnya. Tapi, kita memang harus mengakui, bahwa pemilik Berkshire Hathaway inilah ‘empu’ dunia investasi.
Jika kamu menelusuri sosoknya, kamu akan dapat menemukan banyak profilnya di internet. Sepak terjangnya di dunia saham sudah puluhan tahun. Jam terbang dan keterampilan yang sudah master membuatnya dijuluki The Oracle of Omaha, sang peramal dari Omaha, saking setiap kata-katanya terbukti nyata terjadi di dunia pasar modal.
Kamu mau berguru darinya? Bisa kok, Warren Buffett terkenal enggak pernah pelit bagi-bagi ilmu. Berikut adalah rangkumannya, yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Kamu bisa mulai belajar dulu dari sini, kemudian lanjut mencari sumber yang lainnya nanti.

Cara Investasi Sukses ala Warren Buffett
1. Temukan guru yang tepat
Orang yang mau belajar, pasti harus dimulai dengan mencari guru yang tepat. Tak ketinggalan Warren Buffett. Di tahun 1949, ia membaca buku The Intelligent Investor yang ditulis oleh Benjamin Graham. Dari situlah, ia mengaku mendapat banyak pelajaran tentang investasi. Hal ini juga akhirnya membawa Buffett untuk kuliah di Columbia Business School, sekolah yang salah satu dosennya adalah Benjamin Graham.
Warren Buffett mengatakan, bahwa dalam perjalanannya, seorang investor bisa saja mengembangkan metode dan strateginya sendiri, tetapi pada titik awal, mau tak mau, ia harus berguru dulu pada orang lain. Ketepatan dalam memilih guru adalah kunci terbesar, karena akan menentukan akan jadi investor seperti apa kita ke depannya nanti.
2. Investasi pada diri sendiri
Setelah menemukan guru yang tepat, maka sekarang waktunya untuk belajar banyak darinya. Inilah yang disebut Buffett dengan investasi pada diri sendiri.
Buffett percaya bahwa aset terbesar yang bisa kita miliki dalam hidup adalah diri sendiri. Dengan berinvestasi pada diri sendiri, itu artinya kita telah memulai proses membangun kekayaan untuk jangka waktu yang sangat panjang.
Investasi sekarang, tuai hasilnya di masa depan. Ikutan kursus, mentoring, dan berbagai kelas; membaca buku-buku, artikel, atau gabung di berbagai webinar dari segala bidang ilmu sesuai minat.

3. Investasikan pada produk yang kamu pahami betul
Strategi investasi Warren Buffett yang terbesar adalah ia hanya mau berinvestasi pada produk yang benar-benar ia kenali dan akan berjalan jangka panjang. Jadi, kamu mungkin tak akan pernah melihat Buffett berinvestasi pada produk-produk yang baru banget atau yang sifatnya hanya musiman. Kripto, misalnya.
Bukan karena kripto adalah instrumenn yang enggak bagus, tetapi memang Buffett tidak punya ketertarikan dengan jenis instrumen ini, dan ia tak peduli meskipun lagi hype setinggi langit.
Berinvestasi pada hal-hal yang musiman atau lagi ngehype seperti ini memang bisa jadi akan bisa menghasilkan keuntungan dalam waktu yang singkat, tetapi biasanya juga harus segera direview apakah lanjut atau segera berhenti, sebelum hype-nya menghilang. Kalau sampai terlambat berhenti, bisa jadi kita malah menanggung kerugian.
So, paling penting adalah mengenali instrumen tersebut akan bisa diandalkan dalam waktu yang lama atau tidak, dan kemudian menyusun strategi yang sesuai.
4. Jadikan kebiasaan dan rutinitas
Investasi seharunya memang menjadi kebiasaan dan rutinitas yang kamu lakukan dalam hidup. Ya, kurang lebih sama saja seperti kamu harus membayar tagihan listrik, air, beli pulsa, beli gas, beli beras, dan lainnya.
Dengan menjadi kebiasaan dan rutinitas, lambat laun pasti kamu akan mendapatkan hasil, sesuai yang diharapkan.
Warren Buffett memulai perjalanan investasinya sejak usia 11 tahun. Sejak itu, ia—dengan sangat passionately—terus belajar berinvestasi. Hasilnya kamu lihat sendiri kan?

5. Dukung dengan gaya hidup yang sesuai
Apalah artinya investasi, kalau ternyata di kehidupan sehari-hari kamu sulit banget untuk hidup hemat?
Warren Buffett—meskipun merupakan salah satu orang terkaya di dunia—tak pernah bermewah-mewah. Ia tetap tinggal di rumah yang sama, yang dibelinya tahun 1958 hingga sekarang. Ia masih sarapan dengan menu hemat McDonald’s. Ia juga tetap mengendarai mobil tuanya, meskipun banyak karyawannya yang mendorongnya untuk beli mobil baru.
Gaya hidup hemat yang dijalani oleh Warren Buffett justru membuatnya jadi punya lebih banyak uang untuk diinvestasikan. Semakin banyak dan bertumbuh dana investasinya, semakin besar pula nilai kekayaan bersihnya.
6. Kelola utang dengan baik
Mungkin kita sepintas lalu juga sempat bertanya-tanya, orang sekaya Warren Buffett ngerasain ditagih kartu kredit berbulan-bulan enggak ya?
Faktanya, Warren Buffett memang tak punya utang kartu kredit. Ia juga membeli mobil secara cash. Ya, buat apa berutang, karena ia punya banyak uang? Tetapi, bukan di situ poinnya. Poinnya adalah Warren Buffett paham, bahwa sekali kita terlanjut memiliki utang, maka uang kita akan tergerogoti oleh biaya administrasi dan bunga.
Jadi, supaya dana investasi bisa lebih besar lagi, kurangi deh utang. Atau, seminimal mungkin, kelola utang dengan baik—jika memang butuh—agar terhindar dari denda, biaya admin, dan bunga tambahan yang bisa membuat keuangan kacau balau.
Segera lunasi utang, dan dengan begitu, alokasi investasi bisa lebih banyak lagi.

7. Sabar dan tidak emosional
Warren Buffett, sejak dulu, dikenal sebagai investor yang sangat fokus. Ternyata hal ini dipelajarinya dari Todd Combs, salah satu manajer investasi di Berkshire, yang memintanya untuk membaca dokumen-dokumen investasi dan laporan keuangan sebelum akhirnya membeli saham suatu perusahaan.
Dan memang begitulah seharusnya seorang investor yang sukses: sabar, tidak emosional, sehingga bisa mengendalikan diri saat krisis maupun ketika lagi ada yang hype. Tidak mudah panik, pun merasakan euforia berlebihan.
Hal ini akan banyak menyelamatkan kita dari bias dalam mengambil keputusan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Saham Adalah Judi? Cek Kebenarannya Yuk!
Meskipun data jumlah investor pasar modal bertambah hingga lebih dari 50% menurut data Bursa Efek Indonesia, tetapi ternyata masih banyak yang menganggap bahwa saham adalah judi.
Benarkah saham adalah judi? Apakah kamu juga salah satu yang beranggapan begitu? Bisa jadi, hal ini juga yang membuatmu masih saja ragu untuk melakukan investasi terutama pada saham.
Yuk, coba simak penjelasan berikut, apakah benar saham adalah judi. Semoga dengan begini, pemahamanmu tentang saham akan lebih baik.

Awal Munculnya Persepsi Saham Adalah Judi
Pastinya, semua juga ada sebabnya. Begitu juga dengan anggapan ini, dan sepertinya sih hanya sejauh kesalahpahaman saja.
Beberapa hal yang ada pada saham, yang bisa disalahpersepsikan dengan judi adalah:
1. Tidak adanya pertukaran barang fisik
Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, jual beli saham pun dilakukan dengan teknologi. Penyelesaiannya juga dilakukan melalui sistem pemindahbukuan, yang prinsipnya sama persis dengan transfer dana antarbank yang sering kamu lakukan.
Lalu, dengan adanya perpindahan dana ini, maka saham pun dipertukarkan. Kepemilikannya dibuktikan dengan pencatatan di perusahaan sekuritas.
Zaman dulu, ketika kita membeli saham, kita masih akan mendapatkan sertifikat efek fisik. Ada cetakannya, mirip ijazah sekolah. Sekarang, ada di rekening efek pada KSEI. Tidak ada lagi bentuk fisik. Karena itu, hal ini sering disalahkaprahkan, bahwa saham adalah judi, karena kita tak pernah “memegang” barang yang kita beli. Tidak ada wujudnya.
2. Banyaknya orang bertransaksi saham seperti judi
Hal ini juga banyak terjadi sekarang. Masih ingat kan, kasus orang-orang demam saham di awal pandemi, yang membuat mereka memborong saham-saham tertentu yang tengah diisukan hangat, dengan menggunakan dana hasil gadai BPKB, dana titipan arisan orang lain, bahkan dana hasil pinjol.
Tanpa melakukan analisis, mereka pun membeli saham yang “katanya” bakalan memberi keuntungan banyak dalam waktu singkat.
Lalu, hasilnya? Bisa kita lihat sendiri kan?
Hal inilah yang semakin meyakinkan anggapan bahwa saham adalah judi. Padahal ya, enggak gitu mainnya.
Judi biasanya dilakukan dengan spekulasi, tanpa analisis, hanya feeling, dan keberuntungan. Investasi dilakukan harus dengan dasar pengetahuan dan pemahaman yang cukup. Dalam investasi, ada rencana dan strategi, juga sistem, yang memengaruhi.
Judi dilakukan demi mencari untung besar dalam waktu singkat. Dalam investasi saham, tidak pernah ada rumus “untung besar, waktu singkat”. Yang ada adalah hight risk, high return. Agresivitas instrumen dilawan dengan horizon waktu yang panjang.
Judi itu mengharap keuntungan secara instan, sedangkan investasi saham butuh waktu untuk bisa menghasilkan keuntungan.

Agar Kamu Tak Berinvestasi Saham Seperti Berjudi
So, bisa dibilang, bahwa memang bisa saja saham adalah judi, jika kamu melakukannya seperti sedang berjudi. Misalnya berspekulasi, mengharap hasil instan, hanya ikut-ikutan orang tanpa melakukan riset dan analisis sendiri.
Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 juga menyebutkan, bahwa investasi saham dapat dianggap sesuai perintah agama, jika membeli saham syariah dan tidak melakukan transaksi yang dilarang sesuai ajaran agama, yaitu transaksi spekulatif.
Jadi, bagaimana supaya kamu bisa berinvestasi saham dengan benar, dan bukan berjudi?
1. Beli saham syariah
Di Bursa Efek Indonesia, ada loh saham-saham syariah yang bisa kamu pilih. Ada 2 jenis saham syariah:
- Saham yang dinyatakan memenuhi kriteria syariah berdasar atas peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
- Saham yang didaftarkan sebagai saham syariah oleh emiten yang bersangkutan, dengan berpedoman pada peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.
Ada 4 indeks saham syariah yang bisa kamu lihat-lihat, yaitu Indeks Syariah Saham Indonesia, Jakarta Islamic Index, Jakarta Islamic Index 70, dan IDX-MES BUMN 17. Kamu bisa mencari informasi lebih banyak tentang indeks-indeks saham ini di website Bursa Efek Indonesia langsung.
2. Lakukan riset dan analisis
Lakukan riset dan analisis setiap kali kamu hendak membeli dan menjual saham. Karena memang begitulah cara kerja investasi saham, dan yang tak membuat saham adalah judi.
Ada 2 teknik analisis yang bisa kamu lakukan, yaitu:
- Analisis fundamental, yang berfokus pada penggalian informasi seputar perusahaan penerbit saham, mulai dari laporan keuangannya, perkembangan bisnisnya, hingga kecenderungan pasar terhadap sektornya.
- Analisis teknikal, yang berfokus pada data historis harga saham yang ada di bursa.
Keduanya memiliki fungsinya sendiri-sendiri, yang bisa kamu terapkan sesuai kebutuhan dan tujuan investasimu.

3. Pakai dana yang halal dan sudah dialokasikan untuk investasi
Pakai dana yang halal untuk berinvestasi saham, bukan uang ‘panas’ apalagi yang sebenarnya akan kamu pakai untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban.
Alokasi dana investasi dalam rencana keuangan biasanya ideal pada 10% dari penghasilan rutin. Tentu angka ini bukan angka mutlak. Artinya, kamu bisa mengaturnya sesuai kondisi dan kemampuanmu.
4. Kelola risiko dengan baik
Kelola risiko dengan melakukan diversifikasi instrumen investasi seperlunya, sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan profil risiko yang kamu miliki.
Dengan demikian, jika terjadi apa-apa yang tidak diinginkan, tidak semua instrumen akan kena dampak. Ada instrumen lain yang bisa tetap menjadi pelindung aset.
Nah, gimana? Apakah kamu masih menganggap bahwa saham adalah judi setelah membaca artikel ini sampai di sini? Semoga tidak ya.
Cari tahu lebih banyak tentang saham dan juga berbagai instrumen investasi lainnya ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Nggak Cuma Saham, 5 Instrumen Investasi Populer Ini Juga Menguntungkan!
Semakin banyak orang sadar akan pentingnya berinvestasi, tentu hal ini sangat bagus. Dan, hal ini pun didukung oleh ekosistem keuangan sendiri yang sekarang semakin berkembang dan memudahkan. Berinvestasi tak lagi sulit, bahkan semudah menggerakkan jempol belaka. Hal ini pun membuat beberapa instrumen investasi ikut menjadi populer. Salah satunya adalah saham.
Dikutip dari Katadata, sampai dengan akhir Agustus 2021, terdapat 2.6 juta lebih single investor identification (SID) khusus saham tercatat di Bursa Efek Indonesia. FYI, jumlah SID akhir tahun 2020 itu “hanya” sebanyak 1.6 juta. Ini artinya ada peningkatan sebesar 53% lebih.
Apa yang menyebabkan semakin banyak investor saham terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Lagi-lagi dikutip dari artikel yang sama, hal ini ternyata didorong optimalisasi digital yang telah dilakukan yang dilakukan oleh seluruh elemen dalam pasar modal sejak 2019.
Tak hanya menambah jumlah SID saja. Penetrasi digital di bidang keuangan juga menggeser demografi. Data Juli 2021 dari BEI menyiratkan ada pergerakan usia investor ke yang lebih muda, karena sekitar 80% investor di bursa saat ini merupakan milenial dan gen Z.

Instrumen Investasi Saham sebagai Satu-Satunya Pilihan (?)
Ini tentu merupakan pertanda baik, ya kan? Saham semakin digemari, semoga saja diiringi dengan pemahaman dan pengetahuan yang cukup juga.
Sepertinya popularitas saham juga ikut terdongkrak karena media sosial sih. Sekarang banyak banget infulencer investasi—khususnya saham—yang suka sharing di media sosial. Followernya pun luar biasa. Sampai ratusan ribu, bahkan sudah ada yang mencapai jutaan. Keren bangetlah, pokoknya!
However, tahukah kamu, bahwa saham bukanlah satu-satunya pilihan instrumen investasi yang bisa kita miliki?
Loh, memangnya perlu juga instrumen yang lain? Saham kan sudah menawarkan banyak keuntungan? Auto tajir deh, kalau bisa investasi saham dan bisa dapatkan keuntungan!
Ya, memang benar. Saham menawarkan imbal yang tinggi, bahkan bisa sampai sekian ratus persen! Namun, kamu juga harus ingat, bahwa instrumen investasi dengan imbal tinggi biasanya juga akan disertai tingkat risiko yang juga tinggi. Nah, inilah yang harus kamu kelola dengan baik. Caranya, adalah dengan mengombinasikan beberapa jenis instrumen investasi dengan tingkat risiko dan imbal yang bervariasi, agar hasilnya bisa optimal. Tentu saja, harus disesuaikan dengan tujuan keuanganmu, serta profil risikomu.
Berikut beberapa instrumen investasi selain saham yang bisa kamu pilih.

1. Deposito
Deposito merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup populer juga di kalangan investor sekaligus awam. Bagi yang masih pemula, dan baru saja memulai perjalanan investasinya, deposito bisa menjadi titik awal yang bagus.
Dijamin oleh negara melalui LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) sampai nominal Rp2 miliar, tingkat risiko deposito relatif sangat rendah, apalagi jika dibandingkan dengan saham. Tingkat pengembaliannya juga relatif tetap, sehingga bisa dipastikan kamu mendapatkan imbal secara teratur sesuai kesepakatan.
Dengan demikian, instrumen ini sangat cocok dikombinasikan dengan saham dalam portofolio investasi kamu.
2. Logam mulia
Logam mulia dalam hal ini emas, yang kamu beli secara legal dari Antam, Pegadaian, atau sejenisnya.
Emas logam mulia dikenal sebagai safe haven, surga penyelamat bagi para investor. Ingat ketika awal masa pandemi, ketika secara drastis indeks harga saham global anjlok dan tertekan? Harga emas pun melambung tinggi, karena para investor beralih ke emas, demi menyelamatkan aset masing-masing.
Seperti halnya saham, emas juga merupakan instrumen investasi yang cocok untuk jangka panjang, lebih dari 5 tahun.

3. Reksa dana
Buat kamu yang pengin memberi keseimbangan terhadap nilai portofolio investasi, kamu bisa mengombinasikan saham dengan reksa dana.
Reksa dana sendiri ada 4 jenis, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham, yang masing-masing memiliki karakter sendiri-sendiri terutama terkait tingkat risikonya.
Instrumen ini relatifnya akan lebih rendah risiko dibandingkan dengan kalau kamu mengelola sendiri investasi saham maupun obligasi, karena di sini ada peran manajer investasi yang secara profesional terus melakukan analisis dan pantauan terhadap pengembangan dana yang dilakukan.
4. Obligasi
Obligasi artinya surat utang. Ada beberapa jenis obligasi yang biasanya ditawarkan sebagai instrumen investasi, tapi yang terpopuler adalah obligasi negara dan obligasi korporasi.
Dari tingkat risikonya, obligasi negara lebih rendah risiko daripada obligasi korporasi. Pasalnya, obligasi negara dijamin oleh pemerintah, dan sejauh ini pemerintah belum pernah gagal bayar.
Obligasi menawarkan imbal yang teratur juga, seperti halnya deposito. Bahkan besaran kuponnya biasanya ditawarkan lebih tinggi daripada bunga deposito.

5. P2P Lending
Instrumen terakhir ini merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi keuangan dewasa ini. Jadi memang masih sangat baru.
Meski masih gres, tapi imbal yang ditawarkan juga lumayan loh. Cara kerja P2P Lending ini mirip dengan marketplace tempat kita biasa belanja online, yaitu mempertemukan antara “pembeli” dan “penjual”. Namun, kalau di P2P Lending, “pembeli” adalah pemberi pinjaman, sedangkan “penjual” adalah pihak-pihak yang membutuhkan pinjaman dana.
Tak hanya perorangan atau individu, banyak peminjam dana yang berasal dari kalangan UMKM loh! Mereka ini membutuhkan tambahan modal untuk pengembangan dan pengelolaan bisnisnya, tetapi umumnya tidak dapat terlayani di bank karena satu dan lain sebab.
Pastikan saja, kamu hanya mengembangkan dana di platform P2P Lending yang terdaftar dan berizin di OJK ya, untuk menjamin dana pinjamanmu sendiri.

Ada Instrumen Investasi Lainnya?
Oh, jelas ada.
Cryptocurrencies, salah satu yang lagi naik daun banget belakangan. Meski sebagian menganggap crypto tidak termasuk instrumen investasi melainkan komoditas yang hanya bisa diperjualbelikan dalam jangka waktu pendek, tetapi nyatanya banyak yang sudah mengantongi keuntungan dari cryptocurrencies yang berfundamental bagus.
Ini juga instrumen yang masih sangat baru, sehingga perkembangannya perlu dipantau dengan lebih saksama. Lagi pula, sifatnya yang terdesentralisasi membuatnya jauh dari jangkauan otoritas mana pun di dunia ini, sehingga tanggung jawab risikonya benar-benar ada pada diri kita sendiri.
Instrumen investasi lainnya juga masih banyak yang bisa jadi opsi loh. Misalnya seperti investasi properti; bisa jadi tanah dan bangunan, juga seperti bisnis dan royalti.
Apakah harus punya semua? Tentu tidak. Kamu yang tahu kebutuhanmu, kamu juga yang menentukan, instrumen mana yang bisa melayani kebutuhanmu dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Tidak Semua Tip Investasi yang Beredar di Luar Sana Itu Bisa Dipercaya?
Siapa sih yang enggak mau kaya? Meskipun berulang kali dijelaskan juga sih, bahwa ‘kaya’ itu bukan merupakan tujuan hidup, karena tak terukur dan sangat relatif. Tapi, mau enggak mau, setiap orang bisa jadi berawal dari titik niat ini. Paling enggak, kita penginnya sih bisa membeli apa saja yang kita inginkan, dan ‘menjadi kaya’ adalah solusi yang dirasa paling tepat. Karena itu, berbagai tip investasi pun dilahap, tanpa dicerna.
Nah, memang di situlah kita sering melakukan kesalahan. Perlu kamu catat nih, dengan tujuan ‘menjadi kaya’ saja, justru akan membuatmu rentan terkena scam, penipuan, dan berbagai jenis kejahatan keuangan loh! Termasuk yang “tersembunyi” di balik sebuah tip investasi.
Tapi memang sih, segala iming-iming keuntungan besar—dalam bentuk apa pun—itu akan sangat menggoda iman bagi siapa saja. Seperti para trainer QM deh, pasti juga akan tergoda sesaat ketika ada instrumen yang menawarkan keuntungan yang lebih besar. Hanya saja, karena pengalaman dan pengetahuan yang sudah sangat memadai, para trainer sudah bisa mengalkulasi, sampai seberapa wajar keuntungan sebuah instrumen itu ada. Kalau too good to be true, ya sudah seharusnya dicurigai.

Mengapa Kita Seharusnya Tak Selalu Percaya Tip Investasi
1. Tidak pernah ada jaminan ada keuntungan
Mau seperti apa pun tip investasi yang kamu dapatkan—baik dari membaca buku atau artikel, atau bahkan ikut kelas ataupun webinar—ada satu hal terbesar yang harus selalu kamu ingat: bahwa tidak akan pernah ada jaminan mendapatkan keuntungan untuk jenis instrumen investasi apa pun.
Jadi, kalau ada yang bilang, bahwa kamu pasti akan mendapatkan imbal sebesar 20% per bulan, atau bahwa “setiap orang yang sudah berinvestasi pada instrumen X ini sudah mendapatkan keuntungan sebesar 50%”, maka di sini kamu seharusnya sudah curiga.
Perusahaan sekuritas, broker, dan sejenisnya, sebagus apa pun reputasi mereka, tidak akan ada yang pernah menjanjikan keuntungan pasti, apalagi ditambah dengan durasi yang singkat.

2. Bagaimana reputasi si pemberi tip investasi?
Nah, kalau perusahaan sekuritas, broker, dan sejenisnya—yang telah memiliki jam terbang tinggi dan diakui keahliannya dalam menganalisis instrumen saja—tidak akan berani memberikan kepastian keuntungan, lalu, mengapa kita harus percaya tip investasi dari orang-orang yang rekam jejaknya saja belum pernah terdengar?
Reputasi pihak pemberi tip matters! Kamu harus mencari tahu siapa dia, seperti apa kiprahnya, bagaimana rekam jejaknya, sebelum benar-benar percaya pada tip investasi yang diberikannya. Apalagi kalau sampai yang bersangkutan memberi rekomendasi produk investasi.
Perlu kamu tahu, bahwa perlu sertifikasi khusus loh, untuk bisa memberikan rekomendasi produk investasi itu. Jadi, sebenarnya tak setiap orang boleh melakukannya.

3. Kisah suksesnya hanya settingan
Kamu tahu, apa itu social proofing? Social proofing adalah salah satu taktik marketing ketika seseorang atau pihak tertentu yang sudah sukses memberikan testimoni bahwa mereka telah berhasil melakukannya.
Kalau di marketplace, kita kan sering melihat ada review dan rating kan, kalau membeli barang? Itu adalah salah satu bentuk social proofing. Terus, gimana? Apakah kamu tetap mau berbelanja, kalau rating suatu lapak di sana cuma bintang satu, dan banyak komplain di reviewnya? Enggak kan?
Nah, hal ini juga berlaku di dunia investasi. Sayangnya, tak semua social proofing juga bisa dipercaya, karena testimoni seperti ini bisa saja di-setting.
Social proofing seperti ini membuat kita jadi merasa FOMO, alias fear of missing out; takut ketinggalan tren yang dilakukan orang-orang. Di dunia investasi, hal ini termanifestasi dalam bentuk ketakutan nggak kebagian keuntungan.
Sayangnya, berbagai bentuk isu itu memang membuat story si instrumen investasi semakin legit. Kita pun semakin yakin akan prospeknya—padahal semua itu hanya rekayasa belaka.

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan oleh Investor Pemula?
Kalau enggak boleh percaya sama setiap tip investasi yang ada, terus gimana dong kita belajarnya?
Tenang, kamu tetap masih bisa kok membaca-baca, mendengarkan orang lain yang mau sharing, atau ikutan kelas online dan webinar. Namun, do your own research too!
Knowledge is power. Karena itu, kamu bisa belajar dari orang lain, tetapi kamu juga harus memilah, mana yang memang bisa dipraktikkan dan mana yang tidak. Tidak seharusnya kamu hanya membabi buta, mengikuti setiap tren dan kata orang lain yang hanya heboh di permukaan. Apalagi jika pihak yang mengembuskan isu ataupun memberikan tip investasi itu tidak kompeten dalam bidangnya.
Be smart, dan carilah sumber belajar yang benar. Belajarlah dari yang paling dasar dulu, dan tingkatkan seiring pengalaman investasi kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi Bodong: 3 Langkah untuk Menghindari Jebakannya
Investasi bodong masih saja menelan korban. Bahkan sampai dengan bulan April 2021 kemarin, sudah ada 26 kegiatan usaha yang disinyalir merupakan investasi bodong berhasil ditemukan oleh Satgas Waspada Investasi, dengan 11 di antaranya berupa aktivitas money game, 3 kegiatan investasi cryptocurrency, juga ada penyelenggara sistem pembayaran, pembiayaan, dan kegiatan keuangan lain, yang beroperasi tanpa izin resmi.
Mirisnya, investasi bodong ini sebenarnya bukanlah “modus” baru, bahkan praktiknya sudah sering terjadi sedari zaman baheula, dan korbannya selalu merugi dari jutaan sampai miliaran rupiah.
Memang, tak bisa lain, upaya pencegahan haruslah dimulai dari diri sendiri; bagaimana kita bisa mengedukasi diri sendiri agar tak tergoda iming-iming investasi bodong ini.
Sebenarnya tidak sulit untuk dapat menghindari investasi bodong ini, tetapi kamu harus ingat terus beberapa hal berikut ini.
Hindari Jebakan Investasi Bodong

1. Keuntungan yang (terlalu) menarik
Setiap instrumen investasi memang menawarkan imbalnya masing-masing. Tetapi, kita harus mulai waspada jika ada penawaran yang terlalu menarik.
Sebenarnya sih, tak setiap investasi yang menjanjikan return menarik sudah pasti investasi bodong, tetapi yah, ada baiknya untuk mulai kritis jika ada sesuatu yang “too good to be true”.
Biasanya, modusnya adalah sebagai berikut:
- Persentasenya sangat tinggi.
- Return bisa dipastikan. Misalnya, dengan topup Rp300 ribu dapat HP, topup Rp5 juta dapat motor, topup Rp10 juta dapat mobil, dan seterusnya.
- Dikatakan telah dijamin oleh pihak tertentu, biasanya akan mencatut pemerintah ataupun bank.
Cara yang paling mudah untuk tahu, apakah investasi yang ditawarkan merupakan investasi bodong atau bukan adalah dengan membandingkannya dengan bunga deposito. Saat artikel ini ditulis, bunga deposito ada pada kisaran 2 – 4% per bulan. Kalau lebih tinggi dari deposito, maka pihak penyelenggara harus dapat menjelaskan secara logis (banget) dari mana keuntungan itu didapatkan.
Selalu tanyakan risikonya. Karena, tak ada investasi yang benar-benar bebas risiko. Risiko paling rendah yang bisa ditawarkan adalah ketika kita berinvestasi di deposito bank, yang ada jaminan dari LPS. Di luar itu, kita harus sadar akan selalu ada risiko yang tinggi. Jika pihak penyelenggara menjelaskan bahwa instrumennya risk free, well … ada baiknya, kewaspadaan ditingkatkan.
Mintalah penjelasan terperinci pada yang menawarkan, sampai kita benar-benar paham skemanya. Kalau misalnya penjelasannya mbulet, yah, lebih baik dipikirkan ulang niat untuk ikut investasinya.

2. Legal?
Yang harus selalu diingat, bahwa setiap lembaga layanan jasa keuangan haruslah memiliki izin operasional pihak yang berwenang. Bisa jadi OJK, Bank Indonesia, ataupun Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
FYI, OJK akan mengawasi lembaga-lembaga yang berbisnis di sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank, seperti perusahaan penyedia jasa asuransi, pembiayaan, dana pensiun, dan sejenisnya. Sedangkan Bank Indonesia merupakan lembaga pengawas resmi untuk berbagai penyelenggara dan penyedia jasa sistem pembayaran. Sementara Bappebti bertugas untuk mengawasi berbagai perusahaan perdagangan komoditi berjangka, termasuk di dalamnya adalah trading cryptocurrency.
Lakukan riset kecil, untuk memastikan bahwa penyelenggara investasi telah mendapatkan izin dari lembaga terkait yang berwenang dalam pengawasan operasionalnya. Kalau penyelenggara terkait hanya punya SIUP, maka tingkatkan kewaspadaan. Pasalnya, SIUP bukan merupakan izin untuk menyelenggarakan aktivitas penghimpunan dana.
Melakukan tracing online, melalui Google ataupun media sosial, menjadi langkah yang paling mudah untuk dilakukan ketika kita hendak mengecek validitas informasi terkait penyelenggara investasi.

3. Pahami skemanya
Saat kita berinvestasi di instrumen yang legal saja, kita harus paham betul cara kerjanya, agar kemudian kita bisa melakukan manajemen risiko yang perlu, pun bisa memanfaatkannya secara optimal.
Apalagi jika investasinya ditawarkan oleh pihak yang belum pernah kita dengar rekam jejaknya. Memang biasanya, investasi bodong menawarkan skema yang baru, yang belum banyak kita dengar. Satu sisi, memang akan terdengar menarik. Orang-orang kan selalu antusias mendengar hal baru, apalagi yang menawarkan cuan yang tinggi. Tapi, di sisi lain, skema baru berarti seharusnya belum ada (banyak) bukti bahwa investasinya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, bukan?
Karenanya, seperti juga ketika kita membeli mesin cuci, kita harus tahu cara mengoperasikannya, begitu juga dengan skema investasi ini harus kita pahami betul cara kerjanya.
Sebaiknya, hindari membeli sesuatu yang kita enggak paham produknya. Termasuk juga investasi.
Umumnya, penyelenggara investasi bodong itu nggak punya standar baku mengenai operasional produknya sendiri. Hal inilah yang harus mulai diwaspadai.
Belajar Mengenal Berbagai Produk Investasi yang Legal
So, ada baiknya, kalau memang pengin mengembangkan dana dan berinvestasi, kita mengenal dulu berbagai produknya. Yuk, belajar bersama QM Financial! Belajar mulai dari dasar-dasar pengelolaan keuangan hingga seluk-beluk berbagai produk investasi. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Investasi dan Asuransi: Yang Mana Dulu yang Harus Dimiliki?
Kita semua sudah memiliki rencana keuangan masing-masing, tentunya dengan memasukkan alokasi investasi dan asuransi ke dalamnya. Keduanya sangat berperan penting pada terjaminnya keamanan keuangan kita di masa depan. Dua-duanya dapat memastikan kita terhindar dari masalah keuangan ke depannya.
Asuransi akan memastikan kita mendapatkan perlindungan dari risiko keuangan yang bisa terjadi, yang sifatnya tidak terduga atau tiba-tiba. Sedangkan investasi akan dapat memastikan kita memenuhi kebutuhan di masa depan. Salah satunya untuk melindungi daya beli kita dari gerogotan inflasi.
Lalu, mana yang harus didahulukan antara investasi dan asuransi? Keduanya sama pentingnya, tetapi jika keuangan tidak memungkinkan, bisakah kita memilih salah satunya dulu sebagai prioritas?
Investasi dan Asuransi: Mana Dulu?

Jika investasi dulu …
Mungkin ada sebagian dari kita yang lebih memilih untuk berinvestasi dulu dengan berbagai alasan. Mungkin pengin buru-buru memulai, karena pengin tujuan keuangan segera bisa diwujudkan. Atau mungkin karena ada instrumen investasi yang lagi hype, seperti halnya berbagai mata uang cryptocurrency belakangan ini yang mengiming-imingi keuntungan yang besar.
Ditambah lagi, kadang ada pemikiran bahwa asuransi itu cuma menghabiskan uang saja, yang pada akhirnya uang akan hilang. Membeli asuransi nggak bisa membuat uang kita berkembang. So, akan lebih baik kalau kita pakai saja uang yang ada untuk hal-hal lain yang lebih “produktif”, seperti investasi.
Berbagai alasan memang bisa saja membuatmu memutuskan untuk investasi lebih dulu, tetapi ada baiknya kamu tak gegabah.
Investasi dan asuransi sejatinya memiliki fungsi yang berbeda. So, kamu seharusnya mempertimbangkan dari fungsinya lebih dulu. Investasi berfungsi untuk mengembangkan dana. Sedangkan, asuransi memberikan perlindungan.
Namun, bagaimana bisa kita mengembangkan dana jika tak ada perlindungan terhadap aset kita? Bagaimana kita bisa mendapatkan modal untuk diinvestasikan, kalau kita sendiri sakit *sambil ketok-ketok meja*?

Jika asuransi dulu …
Investasi dan asuransi seharusnya memang dilakukan seiring sejalan, tetapi kadang memang kondisi tak memungkinkan. Kalau sudah begini, mau tak mau kita memang harus memilih di antara investasi dan asuransi, mana yang akan didahulukan.
Seperti yang dijelaskan di atas, asuransi memberikan perlindungan, karenanya seharusnya dilakukan terlebih dahulu. Pemikiran mengenai uang asuransi yang hilang adalah salah, karena pada dasarnya kita membeli asuransi untuk dipertukarkan dengan proteksi yang akan diberikan oleh pihak perusahaan asuransi jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Dengan adanya perlindungan dari pihak perusahaan asuransi, aset kita terjamin sehingga bisa diinvestasikan dengan lebih leluasa.
Pada dasarnya, kamu yang menjadi karyawan kantoran seharusnya sudah mendapatkan benefit jaminan kesehatan melalui asuransi BPJS Kesehatan. Dengan demikian, satu masalah perlindungan terhadap aset terbesar—yaitu kesehatan diri kita sendiri—sudah terselesaikan. Selanjutnya, kamu tinggal menyesuaikan, apakah butuh asuransi tambahan atau tidak, dan kemudian bisa fokus untuk berinvestasi.
Bagi yang bukan karyawan kantoran, kamu juga bisa mendapatkan perlindungan yang sama dengan membeli asuransi BPJS Kesehatan secara mandiri, atau bisa juga dengan asuransi swasta.

Bagaimana jika investasi dan asuransi dilakukan bersama?
Tentunya akan baik sekali, jika memungkinkan. Namun ingat, bukan berarti memilih produk asuransi yang sekaligus investasi.
Ingat, bahwa fungsi investasi dan asuransi itu berbeda. Investasi dimanfaatkan untuk mengembangkan dana, yang mana akan membawa risiko keuangan yang harus dikelola agar keuntungan bisa maksimal. Sedangkan, asuransi memberikan perlindungan terhadap risiko keuangan yang terjadi.
Dengan melihat fungsinya, kita bisa lihat bahwa investasi dan asuransi ini sifatnya bertolak belakang. Kalau dijadikan satu, maka fungsi perlindungan bisa jadi akan terkikis oleh risiko yang dibawa oleh si instrumen investasi.
Jadi, gimana dong?
Ya, bukannya melarangmu untuk membeli produk asuransi yang sekaligus investasi. Jika memang produk inilah yang kamu butuhkan, boleh saja kamu dapatkan tetapi berbagai risiko yang datang bersamanya juga harus dikelola dengan baik.
Namun, ada baiknya kamu membeli instrumen investasi dan asuransi secara terpisah, agar fungsi masing-masing bisa dengan maksimal kamu manfaatkan.
Jika memang dananya belum cukup, akan lebih baik kamu dapatkan asuransi terlebih dulu. Terutama asuransi yang terpenting untuk dimiliki, yaitu asuransi kesehatan dan asuransi jiwa untuk kamu yang jadi tulang punggung keluarga. Setelah asuransi lengkap, berikutnya melangkah ke perencanaan investasi.

Belajar Keuangan di Aplikasi Levio
Penjelasan mengenai fungsi investasi dan asuransi ini juga bisa kamu dapatkan dari belajar keuangan di aplikasi Levio loh!
Yuk, segera daftarkan dirimu untuk bisa mencoba pengalaman belajar finansial seru dengan metode gamified microlearning di sini!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Melakukan Investasi Karena Memaksakan Diri Menimbulkan 3 Bahaya Ini!
Setiap orang menginginkan masa depan yang cerah tanpa adanya masalah finansial. Dengan alasan tersebut, kini banyak orang yang melakukan investasi. Bahkan, menurut data KSEI, proporsi investor yang mendominasi pasar modal per akhir April 2021 kemarin adalah dari kalangan pelajar. Tentu, ini adalah berita baik. Ya kan?
Memang, saat ini teknologi yang semakin berkembang pesat ikut memicu semakin mudahnya kita melakukan investasi. Semakin banyak opsi, dengan prosedur yang mudah, membuat siapa saja bisa berinvestasi sesuai tujuan masing-masing.
Namun, di sisi lain, popularitas investasi juga membawa suatu fenomena lain yang bisa menimbulkan masalah.
Salah satunya, ketika banyak orang yang menjadikan investasi sebagai sebuah gaya hidup atau tren belaka. Banyak influencer menampilkan portofolio, bahkan sampai menyebutkan “merek” emiten saham di media sosial, maka orang pun jadi kepingin melakukan investasi yang sama. Sayangnya, hal ini kurang diiringi dengan persiapan serta ilmu yang cukup. Akibatnya, banyak orang memaksakan diri melakukan investasi, tanpa banyak persiapan, dan pada akhirnya, menemui masalah yang justru membuat mereka berada dalam kesulitan.
Investasi yang seharusnya bisa membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan, malah menambah beban hidup deh.
Padahal, untuk melakukan investasi, kamu perlu melakukan banyak persiapan dulu. Misalnya seperti memastikan cash flow kamu lancar, utang kamu sehat, dan memiliki proteksi yang cukup. Jika belum siap untuk melakukan investasi, maka sebaiknya tunda dulu investasimu.
Tak perlu memaksakan diri berinvestasi, apalagi jika belum mengenal risikonya.
Berikut 3 Hal yang Bisa Terjadi Jika Memaksakan Diri Melakukan Investasi Tanpa Persiapan

1. Lebih berisiko
Investasi tanpa ilmu akan membuatmu hanya berorientasi pada keuntungan, tanpa dapat juga memperhitungkan risikonya. Padahal, dalam investasi, risiko akan datang sepaket denga imbal atau return.
Hal ini akan dapat membahayakanmu. Ketika kamu tak dapat mengelola risiko dengan baik dalam investasi—apalagi jika kamu melakukan investasi pada instrumen yang cukup agresif—maka sekali nilai investasi turun karena kondisi pasar yang berubah, kamu pun akan mengalami kerugian yang besar.
Modal kamu berinvestasi dapat tergerus, bahkan habis sama sekali.
Meskipun memiliki peluang mendapatkan keuntungan yang tinggi, sebaiknya jangan terlalu tergiur untuk mengambil terlalu banyak risiko saat melakukan investasi dengan harapan mendapatkan return yang lebih tinggi.
Pendekatan terbaik yang perlu kamu lakukan adalah membangun portofolio investasi sesuai tujuan keuangan, dan memastikan kamu memilih investasi yang sesuai dengan profil risiko.
Salah satu cara mengelola risiko yang baik adalah ketika kamu sudah memilih instrumen investasi berupa saham, maka padukan dengan instrumen lain yang lebih lebih rendah risiko. Kamu bisa memilih instrumen investasi seperti emas, deposito atau obligasi.
Tanpa persiapan yang baik, rasanya akan mustahil untuk bisa memikirkan risiko ini dengan baik pula.

2. Melakukan investasi dengan dana hasil utang
Ini yang banyak terjadi belakangan. Karena tanpa persiapan yang baik, hanya ikut-ikutan dan FOMO, akhirnya memakai dana “panas” untuk berinvestasi.
Dana panas itu yang seperti apa? Misalnya, memakai dana yang bukan milik sendiri, atau bahkan sampai berutang untuk dibelikan saham. Padahal pasar modal tak pernah menjanjikan hasil yang selalu positif. Akan ada masa-masa ketika pasar bergerak negatif.
Inilah yang terjadi jika kita memaksakan investasi tanpa persiapan yang baik, mulai dari memastikan kondisi cash flow kita sehat sampai memiliki dana darurat yang memadai.

3. Menimbulkan trauma
Memaksakan diri melakukan investasi hanya karena ikut-ikutan biasanya juga tidak akan menimbulkan motivasi pada seseorang. Ketika investasi turun, biasanya niat untuk berinvestasi pun akan surut. Bahkan akan berakhir kekecewaan dan akhirnya trauma untuk melakukan investasi lagi.
Hal ini akan merugikan diri sendiri kan, akhirnya?
Padahal, ketika investasi dikelola dengan baik, banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapatkan. Tapi, karena trauma, akhirnya seseorang bisa menjauhi investasi, bahkan menghindarinya dan memilih untuk menabung dananya saja di bawah bantal.
Sebenarnya ini juga tak masalah sih. Hanya saja, hal ini juga dapat menyebabkan kamu semakin sulit untuk mewujudkan mimpi dan tujuan keuanganmu.
Itulah hal yang bisa saja kamu hadapi jika kamu memaksakan diri untuk melakukan investasi karena hanya ikut-ikutan dan tanpa persiapan serta ilmu yang cukup.
Investasi merupakan salah satu hal yang bisa kamu jadikan alat untuk membantu kamu di masa yang akan datang. Namun, jangan memaksakan diri melakukan investasi karena banyak risiko investasi yang siap menyambutmu. Ada baiknya, kamu belajar dulu, terutama dalam mengenali berbagai instrumen investasi agar dapat memanfaatkannya secara maksimal.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pensiun Sejahtera di Usia 50 Tahun? Bisa Dong!
Dengan memastikan hal-hal ini telah dipenuhi dengan baik, maka goals untuk bisa pensiun sejahtera di usia 50 tahun bukan jadi impian semata lagi.
7 Kesalahan Memilih Reksa Dana yang Berujung Tujuan Finansial Tak Tercapai
Sudahkah kamu menyisihkan penghasilanmu bulan ini di pos investasi? Instrumen investasi apa sih yang kamu pilih? Apakah kamu memilih reksa dana, saham, atau yang lain?
Kalau kamu belum investasi pasti ada rasa ingin investasi juga ya, mungkin karena melihat ajakan teman-teman kamu. Lihat mereka pada share grafik-grafik IHSG, sambil nulis, “Wahhh, ijo!” Atau, “Yahhh, merah :(“
Memang, seru banget kayaknya. Tapi mau mencoba juga, kok masih ragu ya?
Kenapa ragu? Entahlah, mungkin masih belum kebayang risikonya seperti apa untuk bisa investasi? Atau, enggak tahu cara memilih instrumen yang pas dengan kebutuhanmu.
Hal-hal seperti ini memang bikin maju mundur buat investasi, terutama bagi para pemula. Yes, kamu enggak sendirian kok.
Seharusnya sih kamu nggak perlu ragu untuk investasi karena investasi akan memberikan kamu banyak manfaat ke depannya. Salah satu investasi yang cocok bagi kamu yang masih pemula adalah reksa dana. Ada banyak produk reksa dana dan kamu bisa pilih berdasarkan karakter kamu, tujuan investasi kamu, dan tentunya, kondisi keuangan kamu.
Tapi, memilih reksa dana itu susah-susah gampang, terutama bagi pemula. Selain produknya banyak, dan bisa jadi kita nggak punya waktu untuk melihatnya satu per satu, tetapi juga karena jenis dan produk reksa dana yang kamu pilih akan berdampak pada tujuan keuangan kamu di masa mendatang.
Kalau kamu salah dalam memilih reksa dana, sudah dipastikan tujuan kamu berinvestasi tidak akan tercapai. Oleh sebab itu jangan sampai melakukan beberapa kesalahan dalam memilih reksa dana.
Eits tapi kamu nggak perlu khawatir, kamu bisa simak kesalahan-kesalahan memilih reksa dana berikut ini supaya kamu dapat menghindarinya.
Kesalahan Memilih Reksa Dana yang Berujung pada Gagalnya Tujuan Finansial

1. Tidak Punya Tujuan
Kamu harus memiliki tujuan jika ingin melakukan investasi. Investasi tanpa tujuan dapat diibaratkan kamu naik bus tapi nggak tahu harus berhenti di mana. Tahap awal investasi reksa dana adalah menentukan tujuan.
Cobalah berpikir apa yang kamu inginkan dari investasi kamu di reksa dana ini? Tentunya, untuk mencapai mimpi-mimpi yang menjadi tujuan finansialmu, bukan? Apa tujuan finansialmu? Jawaban kamu terhadap pertanyaan di atas, bisa menjadi titik awalmu untuk menentukan tujuan investasi kamu.
Reksa dana memiliki beberapa jenis dan karakter masing-masing. Jadi untuk dalam memilih reksa dana harus disesuaikan dengan tujuan investasi.
2. Ikut-ikutan
Kesalahan kedua dalam memilih reksa dana adalah hanya karena ikut-ikutan. Banyak teman yang bikin status mengenai reksa dana atau saham, lalu karena nggak mau ketinggalan tren, kita pun jadi pengin juga. Ketinggalan tren jadi nggak terlihat keren.
Sayangnya, kalau alasan utama kamu investasi hanya untuk ikut-ikutan, tujuan investasimu pun jadi bias. Nggak jelas.
Hal yang perlu kamu tanamkan ke diri kamu sendiri kalau ingin berinvestasi yaitu dana yang kamu gunakan untuk investasi adalah uang kamu sendiri, bukan uang teman kamu. Bukan juga uang influencer.
Bisa jadi, itu uang adalah uang penghasilan yang kamu dapatkan dengan susah payah. Iya?
Jadi kalau investasi kamu nggak berhasil maka kamu juga yang harus menanggung risikonya. Bukan teman kamu, bukan juga influencer.
Jangan salahkan orang lain karena hal tersebut ya.

3. Asal Memilih Manajer Investasi
Meskipun reksa dana ada instrumen saham, tetapi investasi saham dan reksa dana adalah dua hal yang berbeda.
Ketika kamu berinvestasi saham maka kamu sendirilah yang mengelola aset kamu melalui perusahaan sekuritas. Kalau kamu berinvestasi reksa dana, kamu akan terhubung dengan manager investasi atau pihak ketiga yang mengelola aset kamu.
Performa manajer investasi perlu kamu ketahui terlebih dahulu sebelum memilihnya untuk mengelola aset kamu. Pastikan track record-nya baik, dan juga tentu saja, berizin sesuai dengan peraturan OJK.
4. Tidak Paham Profil Risiko Kamu
Sebagai investor pemula kamu harus paham apa itu profil risiko dan mengapa penting untuk mengetahuinya. Jangan sampai kejadian, ketika grafik hijau langsung saja hajar tapi waktu grafik merah langsung panik.
Memahami profil risiko merupakan bagian dari kegiatan yang melibatkan sisi pisikis. Meski saat kamu memilih reksa dana sebagai instrumen investasi yang sesuai untukmu dan menyerahkan dana untuk dikelola manajer investasi, tapi mengenali profil risiko sendiri juga penting.
Biasanya investor pemula akan memilih jalur aman yaitu dengan memilih instrumen investasi yang memiliki low risk. Seiring berjalannya waktu kamu juga bisa menjadi investor yang andal dan semakin mengenali profil risiko kamu.

5. Malas Melakukan Review
Ketika sudah melakukan investasi reksa dana terkadang kamu akan merasa bahwa reksa dana yang kamu pilih sudah tepat lalu tidak pernah atau jarang mereview kinerjanya. Ini juga menjadi kesalahan yang sering terjadi lo.
Akibatnya apa, kalau sampai melakukan kesalahan ini? Jika terjadi hal-hal yang memengaruhi nilai reksa dana, kamu enggak aware. Akibatnya, bisa jadi dalam praktiknya, tujuan finansialmu jadi meleset.
Ada banyak cara untuk mereview kinerja reksa dana yaitu:
- Melihat perbandingan return terhadap risiko yang kamu ambil
- Bagaimana grafiknya setelah sekian lama berada dalam portofoliomu? Semakin naik, ataukah semakin mendatar?
6. Menganggap Investasi di Reksa Dana adalah Investasi paling Aman
Reksa dana memang cocok bagi pemula, namun bukan berarti investasi di reksa dana tidak ada risiko. Berikut ini risiko berinvestasi pada reksa dana
- Keuntungan yang didapat tidak pasti karena tetap tergantung pada kondisi pasar modal dan fluktuasinya
- Pemerintah tidak memberikan jaminan atas dana yang telah diinvestasikan
- Ada kemungkinan wanprestasi dari manajer investasi

7. Langsung Meminta Untung dengan Cepat
Salah satu risiko reksa dana adalah keuntungan yang tidak pasti, jadi jangan sampai kamu ngarep buat dapat untung dengan cepat. Hindari harapan instan, karena seperti kata pepatah, masak mi instan saja juga perlu proses.
Kesalahan memilih reksa dana yang satu ini sering dilakukan banyak orang. Karena itu, harus dipahami, bahwa investasi butuh proses. Bertahap dan berjenjang. Sabar adalah koentji.
Nah, itulah 7 kesalahan memilih reksa dana yang bisa berujung tak tercapainya tujuan finansial.
Untuk membantumu memilih reksa dana secara tepat, yuk bergabung dengan kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Cek jadwalnya, dan segera amankan kursimu ya.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Tip Investasi Terbaik untuk Tahun 2021
Apa rekomendasi investasi paling menguntungkan di tahun 2021? Apa saja tip investasi terbaik di tahun 2021, agar bisa mendapatkan untung maksimal?
Kalau begini pertanyaannya, jawabannya mudah saja kok. Nggak pakai berpikir terlalu panjang.
Tip investasi terbaik untuk diterapkan tahun 2021 sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya. Yaitu, kembali ke tujuan masing-masing, alias #TujuanLoApa.
Investasi di tahun 2021 masih tetap akan menghadirkan beberapa instrumen investasi yang sudah kita kenal sekarang ini. Mulai dari deposito, reksa dana, obligasi, saham, hingga properti. Mana yang paling menguntungkan? Semuanya dapat memberikan keuntungan yang maksimal asalkan kamu tahu cara pengelolaannya.
Jadi, apa tip investasi yang bisa kita terapkan di tahun 2021 ini?
Meskipun masih sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya, tapi mari kita lihat lagi sekadar untuk merefresh ingatan.
Tip Investasi untuk Tahun 2021

Tujuan Lo Apa?
Mari merefresh kembali berbagai tujuan keuangan yang sudah pernah kita rumuskan, dan cek. Pasalnya, apalah arti investasi jika kamu tak tahu tujuannya untuk apa.
Untuk memudahkan, coba jawab beberapa pertanyaan berikut:
- Apa saja tujuan keuangan yang sudah dapat dicapai di tahun lalu?
- Apa saja tujuan keuangan yang masih jadi PR?
- Apa saja tujuan keuangan yang kira-kira bisa diselesaikan tahun ini?
- Dengan apa tujuan keuangan itu bisa dicapai?
- Seberapa jauh kamu dari tujuan keuangan itu? Kalau dalam konteks nominal, mesti mengumpulkan uang berapa banyak lagi?
Nah, kamu bisa menambahkan pertanyaan yang sesuai dengan kondisimu sendiri.
Jika semua sudah terjawab, maka dari situ kamu bisa membuat rencana investasi yang paling cocok untuk dilakukan di tahun 2021. Perlu ada rebalancing? Perlu menambah instrumen? Atau malah mengurangi?
Kamu sendiri yang menentukan.
Berinvestasilah secara cerdas

Beberapa waktu yang lalu, sempat viral di media sosial, tentang orang-orang yang berinvestasi saham dengan menggunakan uang arisan, uang gadai BPKB mobil, uang titipan, sampai rela berutang di pinjol untuk beli saham yang sedang naik daun.
Well, ini bisa dijadikan sebagai pelajaran. Dengan berinvestasi, kita mengharapkan keuntungan yang dapat menolong kita untuk mencapai tujuan finansial kita—apa pun itu.
Karenanya, perlu analisis yang mendalam untuk bisa menentukan instrumen investasi yang paling cocok—dapat memberikan imbal yang optimal, risiko ditekan, sekaligus jangka waktunya juga pas.
Jadi, untuk tahun 2021 nanti—meski beberapa pihak sudah memprediksikan bahwa dunia investasi akan segera bangkit lagi seiring vaksin COVID-19 yang sudah mulai diedarkan, plus beberapa kabar baik yang kita terima di awal tahun ini—namun tidak ada yang bisa memastikan kondisi akan seperti apa. So, sikap penuh perhitungan tetap diperlukan.
Berinvestasilah dengan dana yang memang sudah dialokasikan untuk investasi. Jaga rasionya, agar tetap seimbang, terutama dengan pos lainnya. Misalnya, belanja kebutuhan sehari-hari, bayar cicilan utang, bayar tagihan utilitas rumah, dan sebagainya. Hal-hal ini jangan sampai diganggu oleh pos investasi.
Konsisten

Konsistensi dan disiplin tetap menjadi senjata utama di setiap tip investasi di awal tahun. Ya, karena memang dua hal tersebutlah koentji dari kesuksesan investasi untuk tujuan keuangan apa pun.
Salah satu strategi investasi yang bisa kamu terapkan demi konsistensi dan disiplin ini adalah praktik Dollar Cost Averaging, atau DCA. Tekniknya adalah dengan strategi cicilan rutin setiap bulan, dalam jumlah yang sama, diinvestasikan ke sejumlah instrumen hingga mencapai nominal target.
Teknik ini bisa kamu lakukan mulai dari nominal Rp100 ribu. Pastinya bukan nominal yang terlalu besar dong ya, buat kamu?
Nah, itu dia 3 tip investasi untuk menghadapi 2021 yang masih belum pasti ini.
Pantau terus portofoliomu ya, jangan sampai kendor. Memang kondisi belum pasti, tetapi kondisi keuanganmu bisa kok dipastikan. Yaitu dengan mengelolanya sebaik mungkin. Tip investasi di tahun 2021 tak begitu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, memang sesederhana itulah prinsip investasi sesungguhnya. Mau tahun 2021, 2022, 2030, prinsipnya mungkin akan tetap sama.
Yang pasti, berinvestasilah dengan cerdas, dan bertolaklah dari kebutuhan, kemampuan, dan tujuan finansialmu. Perhitungkan dengan saksama, agar terhindar dari kesalahan sehingga menyebabkan tujuanmu jadi tak tercapai.
Semoga tahun 2021 ini menjadi tahun yang lebih baik untuk berinvestasi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.