Jangan Lupa Membayar Zakat Fitrah, 5 Hal Ini yang Harus Diperhatikan!
Di bulan Ramadan, salah satu kewajiban yang harus ditunaikan oleh umat Islam adalah membayar zakat fitrah. Meski sudah menjadi agenda rutin, tapi kalau tidak dipersiapkan dengan baik, bisa saja kewajiban menjadi beban. Betul?
Zakat sendiri ada beberapa jenis, yaitu zakat mal, zakat penghasilan, dan zakat fitrah. Zakat mal dan zakat penghasilan bisa dilakukan kapan saja, tinggal sesuaikan dengan kondisi. Nah, kewajiban membayar zakat fitrah inilah yang harus dipenuhi di bulan Ramadan. Perhitungannya berbeda, terkhusus zakat fitrah penjelasannya ada di bawah ini.
Cara Membayar Zakat Fitrah
Zakat fitrah sering disebut sebagai zakat untuk menyucikan jiwa umat muslim yang sedang berpuasa. Umat muslim yang mampu wajib membayar zakat fitrah ini, dengan waktu pembayaran selama bulan Ramadan. Meskipun demikian, ada waktu yang diutamakan, yakni setelah waktu subuh di hari terakhir Ramadan hingga menjelang salat Idulfitri.
Nggak hanya orang dewasa saja yang wajib membayar zakat fitrah, tetapi juga dihitung per anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Misalnya saja, kamu menanggung satu istri, 2 anak, dan 2 orang tua yang tinggal di kota lain. Sebagai orang yang masuk dalam golongan ekonomi mampu, kamu wajib membayar zakat fitrah untuk 6 orang, yaitu kamu sendiri, istri, 2 anak, dan 2 orang tua.
Membayar zakat fitrah bisa dengan beras, atau makanan pokok lain yang biasa dikonsumsi. Menurut aturannya, di tahun 2022 ini, besarnya zakat fitrah per orang adalah 3.5 liter atau 2.5 kilogram makanan pokok. Dengan demikian, kalau kamu harus membayar zakat fitrah untuk 6 orang, artinya kamu harus menyediakan 15 kilogram beras.
Sementara sebagian umat muslim yang lain ada juga yang memilih untuk membayar zakat fitrah berupa uang tunai. Di DKI Jakarta, sudah ditentukan, besaran zakat fitrah berupa uang adalah sebesar Rp45.000 per jiwa. Artinya, untuk 6 orang, maka kamu wajib membayarkan sejumlah Rp270.000. Di daerah lain di Indonesia, bisa jadi besarannya berbeda. Jadi, silakan cari informasi di masing-masing wilayah ya, untuk lebih jelasnya.
Ke mana kita membayar zakat fitrah? Ada banyak saluran. Kamu bisa menghubungi masjid terdekat, atau sekarang juga sudah banyak penyalur zakat fitrah online yang cukup tepercaya, seperti Baznas.
Cermat Alokasikan Uang untuk Membayar Zakat Fitrah
Mungkin bagi sebagian orang, membayar zakat fitrah tidaklah berat. Tapi yah, namanya banyak kebutuhan. Bisa jadi, kalau tidak dialokasikan dengan baik, uang zakat fitrah malah terpakai buat beli baju Lebaran, atau buat borong kastangel. Nah loh.
1. Buat anggaran
Yes, anggaran adalah koentji. Dan, seharusnya, anggaran untuk membayar zakat fitrah ini sudah kamu buat di awal bulan Ramadan, berbarengan dengan kamu membuat bujet menu buka puasa dan sahur.
Taruhlah pembayaran zakat ini pada prioritas paling atas, supaya kamu tidak lupa.
2. Pisahkan
Akan lebih baik, jika kamu sudah memisahkan dana yang dialokasikan untuk membayar zakat fitrah ini secara terpisah. Misalnya kamu berkewajiban membayar untuk 6 orang anggota keluarga seperti ilustrasi di atas, maka pisahkanlah uang sejumlah Rp270.000 dalam amplop terpisah. Ini artinya, uang tersebut tidak boleh digunakan untuk keperluan yang lain.
Setelah kamu memisahkan uang zakat, kamu bisa beranjak ke berbagai prioritas lainnya sesuai kebutuhan.
3. Jangan tunda
Jika kamu khawatir dananya terpakai, ada baiknya segera tunaikan saja kewajiban membayar zakat ini sebelum kamu mulai belanja yang lain. Memang ada waktu yang diutamakan untuk membayarnya, tetapi jika memang tidak memungkinkan, kamu bisa membayarnya lebih awal. Nantinya, kamu juga akan lebih lega kan, karena kewajiban sudah dipenuhi. Tinggal belanja untuk keperluan yang lain deh.
4. Manfaatkan THR
Bisa jadi, kamu memang harus membayar zakat dalam jumlah yang cukup besar. Mungkin tanggunganmu memang banyak. Bisa jadi kan? Kamu bisa menggunakan alokasi THR untuk membayarnya.
Jangan lupa untuk segera disisihkan di awal kamu menerima THR, supaya enggak sampai terpakai untuk keperluan yang lain ya.
5. Tunaikan kewajiban lain
Selain zakat fitrah, jangan lupa, kamu juga memiliki kewajiban untuk membayar zakat penghasilan dan zakat mal sesuai ketentuan yang berlaku. Keduanya bisa ditunaikan di luar bulan Ramadan, jadi kamu perlu mengaturnya sehingga tidak menumpuk di bulan ini saja yang akan membuat beban semakin berat.
Jika perlu, cicillah tabungan untuk kewajiban zakat ini. Misalnya, untuk zakat penghasilan sebesar 2.5%, bisa kamu sisihkan setiap bulan sesuai dengan besarnya penghasilan rutinmu, tak perlu menunggu akumulasi satu tahun, agar tak berat perhitungannya.
Nah, itu dia tip cermat alokasikan pembayaran zakat fitrah untuk bulan Ramadan ini. Masih ada waktu nih, untuk menyisihkan, sehingga terpenuhilah semua kewajibanmu terhadap agama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Kebutuhan Jangka Panjang yang Bisa Dipenuhi dengan Tunjangan Hari Raya (THR)
Siapa nih yang nungguin Tunjangan Hari Raya cair? Wah, sudah enggak sabar ya? Ya, wajar sih. Pasalnya, THR ini memang paling ditunggu-tunggu, karena menjadi salah satu sumber pemasukan tahunan yang bisa jadi cukup besar. Betul?
Tapi, kamu tahu enggak, bagaimana sejarahnya sampai ada “tradisi” THR ini?
Pengertian dan Sejarah THR
Faktanya, Indonesia adalah satu-satunya negara yang punya kebijakan memberikan Tunjangan Hari Raya menjelang Idulfitri loh. Ada sih kebijakan mirip di beberapa negara di Eropa berbentuk Holiday Allowance, tetapi hanya sekian persen dan diberikan secara cicilan bersama gaji bulanan oleh perusahaan. Pasalnya, banyak perusahaan menganggap Holiday Allowance ini memberatkan. Sekarang, bayangkan, bahwa di Indonesia, gaji ke-13 ini justru diwajibkan.
THR pada mulanya merupakan ide perdana menteri Indonesia ke-6, Soekiman Wirjosandjojo, sebagai program kesejahteraan PNS, demi mendapatkan dukungan secara politik. Namun, bukan diberikan dalam bentuk gaji ke-13, tetapi berupa pinjaman atau persekot, yang nantinya harus dikembalikan dengan pemotongan gaji. Tak hanya memberikan pinjaman untuk hari raya, pemerintah waktu itu juga mulai memberikan paket sembako bagi PNS di seluruh Indonesia. Satu tradisi yang juga diteruskan hingga saat ini.
Mengetahui PNS mendapatkan persekot, pekerja buruh dan swasta pun menuntut hak yang sama. Setelah beberapa lama, tuntutan ini kemudian diluluskan oleh perdana menteri ke-8 Indonesia, Ali Sastroamidjojo, dengan besaran yang ditentukan sebanyak seperdua belas dari gaji per tahun. Namun, hal ini belum menjadi kewajiban, melainkan imbauan. Pada praktiknya, banyak perusahaan tidak memberikan persekot sesuai imbauan, karena dianggap sebagai pemberian sukarela semata.
Tahun 1994, Tunjangan Hari Raya baru diatur secara resmi dengan adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1994. Dalam undang-undang yang resmi ini, muncul istilah “diwajibkan” untuk diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang telah bekerja selama minimal 3 bulan berturut-turut.
Alokasi Tunjangan Hari Raya
Seperti namanya, Tunjangan Hari Raya diharapkan dapat digunakan oleh para karyawan—baik yang bekerja di institusi pemerintah maupun swasta—untuk memenuhi kebutuhan di hari raya. Dalam undang-undang, disebutkan “hari raya keagamaan” tanpa spesifik, tetapi pada praktiknya, THR diberikan biasanya menjelang Idulfitri.
Maka tak heran, saat THR sudah diterima, dunia menjadi lebih ceria. Pasalnya, nominal yang diterima kadang bisa beberapa kali lipat gaji pokok. Tentu saja, ini tergantung kesepakatan dan kebijakan perusahaan tempat bekerja masing-masing. Ada yang dipakai buat belanja, ada pula yang langsung dikirim ke kampung halaman, dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Nah, tahukah kamu, bahwa Tunjangan Hari Raya ini juga bisa dialokasikan untuk berbagai kebutuhan jangka panjang—tak hanya untuk kebutuhan hari raya saja. Kebutuhan apa saja nih yang bisa dipenuhi dengan uang THR?
1. Cicilan utang
Cicilan utang menjadi salah satu kebutuhan yang bisa dipenuhi dengan uang Tunjangan Hari Raya. Apalagi utang-utang jangka pendek yang bersifat konsumtif. Segera deh, lunasi, mumpung ada rezeki melalui THR.
Salah satu contohnya adalah utang kartu kredit. Utang kartu kredit juga bisa dimasukkan dalam kategori kebutuhan jangka panjang. Pasalnya, kalau kamu terhambat dalam membayarnya kembali, efeknya bisa panjang juga. Betul? So, yuk, yang biasanya hanya bisa membayar minimum payment, sekarang saatnya dilunasi. Pakai sebagian THR untuk membayar cicilan sampai lunas.
Jika kamu masih punya utang yang lain, yang sekiranya bisa dipenuhi dengan uang THR, pertimbangkan juga untuk segera dipenuhi cicilan atau pengembaliannya. Dijamin, setelah ini, kamu bisa berhari raya dengan lebih lega!
2. Premi asuransi
Asuransi, terutama asuransi jiwa, adalah kebutuhan jangka panjang, itu jelas. Premi asuransi juga merupakan salah satu kebutuhan yang bisa dipenuhi dengan uang Tunjangan Hari Raya. Biasanya sih, premi asuransi jiwa nominalnya cukup besar, dan harus disetorkan secara per tahun sehingga menjadi salah satu pos pengeluaran tahunan. Jadi, ini pas banget, karena THR juga bisa dibilang sebagai pemasukan tahunan.
Jadi, kalau memang sudah dekat jatuh tempo pembayaran preminya, bisa dipertimbangkan untuk dibayar dengan THR.
3. Dana darurat
Pos lain yang juga bisa dipenuhi dengan Tunjangan Hari Raya yang kamu terima adalah dana darurat.
Yes, ini kesempatan buat memulihkan dana darurat yang mungkin sempat kamu pakai untuk mengatasi krisis yang sudah dilalui kemarin akibat pandemi.
No debat kan, kalau dana darurat adalah termasuk hal yang penting, yang efeknya sangat panjang untukmu? Lagi pula, kita juga masih bakalan harus menghadapi masa-masa yang belum pasti ke depannya. Alangkah baiknya, kalau dana darurat dipenuhi hingga mencapai nominal yang ideal.
4. Investasi uang
Dana pendidikan anak, dana naik haji, dana beli rumah, sampai dana pensiun, jelas adalah tujuan keuangan jangka panjang. Untuk mencapainya, rasanya wajib banget untuk investasi, kalau nggak mau kalah melawan inflasi.
Nah, sebagian dana THR bisa juga kamu alokasikan untuk topup investasi—apa pun instrumen investasinya—agar tujuan keuangan jangka panjang kamu ini bisa lebih cepat tercapai. Lakukan analisis secara saksama, agar kamu bisa menentukan instrumen apa yang paling cocok untuk tujuan keuanganmu ya. Ingat, #TujuanLoApa.
5. Investasi leher ke atas
Apa sih maksudnya investasi leher ke atas? Yes, selain investasi uang, ada juga loh, investasi leher ke atas, yaitu investasi ilmu, pengetahuan, dan pemahaman, yang bertujuan untuk mengembangkan diri sehingga kamu bisa meningkatkan kualitas diri dan hidup kamu dalam beberapa waktu ke depan.
Nah, ini bisa saja sih gratis. Tetapi ada banyak opsi juga untuk berbayar. Biasanya, yang berbayar pasti kualitasnya juga jauh lebih oke. Salah satunya ilmu keuangan. Kamu bisa saja mendapatkan banyak ilmu gratis dengan membaca-baca artikel QM Financial. Tetapi, pengalamanmu akan berbeda kalau kamu ikutan kelas FCOS, karena di sana ada trainers yang siap membantumu belajar keuangan secara lebih mendalam. Nggak hanya itu, di kelas online FCOS, juga tak jarang dibagikan berbagai worksheet secara gratis yang bisa kamu gunakan untuk mengelola keuanganmu sehari-harinya. Rumus sudah ada, tinggal masukkan data-data yang sesuai. Dan … voila! Kamu bisa membuat berbagai rencana keuangan, bahkan yang jangka panjang sekalipun.
Nah, ini juga bisa banget kamu penuhi dengan memanfaatkan dana Tunjangan Hari Raya. Bahkan tak perlu nominal yang besar kok, karena kelas-kelas seperti FCOS biayanya terjangkau banget!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Idul Adha 2020 Datang, Sudah Siapkah Kamu Berkurban?
Banyak hal akhirnya harus kita jalani secara digital atau virtual di tahun 2020. Setelah Idulfitri harus dirayakan secara virtual, Idul Adha 2020 sepertinya juga harus dijalani dengan protokol kesehatan yang ketat atau secara virtual saja.
Yah, semua juga demi kesehatan kita sendiri sih. Jadi, mari kita patuhi anjuran pemerintah.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah siap berkurban Idul Adha 2020 besok? Meski harus dirayakan secara berbeda, tetapi maknanya tetap sama; kita berkurban untuk menunaikan kewajiban sebagai muslim karena kita juga mampu melakukannya.
Berikut beberapa hal terkait persiapan untuk berkurban Idul Adha 2020 ini yang bisa kamu lakukan.
Persiapan Menyambut Idul Adha 2020
1. Cek kemampuan finansial
Kemampuan finansial akan menjadi hal pertama yang harus kamu cek untuk dapat ikut berkurban Idul Adha 2020 sekarang ini. Coba cek harga hewan kurban tahun ini, seberapa besar kenaikannya dibandingkan tahun lalu.
Karena pandemi COVID-19, banyak penjual hewan kurban sepi pembeli. Demikian beritanya beberapa hari belakangan. Hal ini bisa saja memengaruhi harga hewan kurban yang mereka jual, sehingga ada baiknya kamu memang melakukan survei dan cek dulu langsung ke penjual.
Kalau dari hasil riset secara cepat dan digital baru saja, harga kambing tahun 2020 ini kisarannya ada di angka Rp2 juta hingga Rp4 juta, tergantung ukurannya. Sedangkan sapi, kisarannya masih di belasan sampai puluhan juta, tetapi boleh patungan 7 orang.
Dengan mempertimbangkan kemampuan finansialmu, tentukan hewan kurbanmu.
2. Niatkan beribadah
Niat untuk berkurban dalam Idul Adha 2020 ini adalah beribadah. Masih tetap begitu, dan akan selalu begitu. Betul? Bukan hal-hal lain, so, jadikan ini sebagai yang utama dan pertama.
Sering terdengar kasus, pembagian hasil penyembelihan hewan kurban yang kisruh di sana-sini, karena ada kepentingan-kepentingan tersembunyi. Semoga tahun ini bisa berkurang, dan kamu bisa memulainya dari diri kamu sendiri.
Niatkan beribadah. Sudah, itu saja, sehingga kamu bisa melakukan kewajiban ini dengan ikhlas.
3. Miliki tabungan khusus
Berkurban bisa dikategorikan sebagai pengeluaran rutin tahunan, seperti halnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan, pajak kendaraan bermotor, dan yang lainnya. Bukan pengeluaran dadakan, yang membuatmu jadi kelimpungan mempersiapkan dananya.
Dengan demikian, seharusnya, berkurban saat Idul Adha 2020 ini juga bisa kamu jalani dengan lancar karena kamu telah mempersiapkan sejak awal. Milikilah tabungan (atau investasi) khusus untuk bujet Idul Adha setiap tahunnya. Kamu bisa menyimpannya dalam instrumen investasi berisiko rendah, seperti di Reksa Dana Pasar Uang, dan konsistenlah topup setiap bulan selama setahun.
Jika saat Idul Adha 2020 ini kamu masih belum merasa mampu secara finansial, kamu bisa segera mulai menyisihkan bulan ini juga untuk berkurban tahun depan.
4. Dukung dengan pendapatan tahunan
Selain memiliki tabungan khusus, kamu juga bisa mendukung niatmu untuk berkurban dengan mengalokasikan sebagian pendapatan tahunanmu ke pos yang sama.
Misalnya seperti THR yang diterima setiap kali menjelang Idulfitri. Jangan semuanya dipakai untuk merayakan Lebaran saja, tetapi sebagian kecil masukkan juga ke pos anggaran untuk Iduladha. Begitu juga dengan bonus-bonus tahunan, juga bisa dialokasikan sebagian ke pos anggaran ini.
Untuk nonkaryawan juga bisa kok melakukannya. Asal ada rezeki lebih, alokasikan dulu sebagian kecil ke pos anggaran kurban, baru deh yang lain dipakai sesuai kebutuhan.
5. Alternatif kurban digital
Momen Idul Adha 2020 di tengah pandemi ini juga memunculkan ide lain untuk berkurban, yakni secara digital. Sebenarnya sih, hal ini sudah mulai ada beberapa tahun belakangan, hanya saja sekarang menjadi salah satu alternatif yang patut untuk dipertimbangkan.
Banyak platform fintech ataupun bank yang menawarkan cara-cara untuk berkurban digital akhir-akhir ini. So, kamu barangkali juga bisa mempertimbangkan untuk berkurban dengan cara ini.
Melalui program kurban digital ini, daging kurban akan langsung didistribusikan pada mereka yang berhak menerimanya. Caranya juga cukup mudah dan praktis untukmu.
Yuk, cari info lebih lanjut di sekitarmu ya.
Nah, seharusnya ikut berkurban sudah tidak menjadi masalah untukmu dalam Idul Adha 2020 ini, begitu juga tahun-tahun mendatang. Semoga amal ibadahmu diterima ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 + 4 Jurus Atur Uang Anti Tekor Pasca Lebaran untuk Karyawan
Sepertinya THR sudah kelihatan banget hilalnya ya? Sebagian pasti sudah terima. Yang belum, semoga segera diterima minggu ini. Setelah THR diterima, maka sekaranglah saatnya mengeluarkan jurus-jurus atur uang yang sudah dipelajari. Supaya apa? Supaya keuangan nggak defisit pasca Lebaran.
Apa yang harus dilakukan? Mari kita bagi jurusnya dalam 2 bagian besar: sebelum Lebaran dan pasca Lebaran.
5 Jurus Atur Uang Sebelum Lebaran
1. Tak harus baru
THR sudah diterima, saatnya belanja baju! Buat suami, istri, anak-anak, keponakan-keponakan, dan tentunya diri sendiri! Tapi, eits, Lebaran nggak selalu identik dengan semua yang baru lo. Iya nggak? Termasuk baju.
Coba bongkar lemari masing-masing. Barangkali ada baju-baju lama yang terlupakan. Barangkali juga ada beberapa yang bisa dibenahi sedikit saja supaya tampak baru.
Biasanya sih baju anak-anak bisa banget ya, dijahit-jahit, ditambah ini itu, pernak-pernik yang lucu. Jadi deh baju lama rasa baru. Lumayan ngirit juga tuh.
2. Manfaatkan sale
Kalau memang terpaksa harus membeli apa-apa yang baru, lakukan jurus atur uang kedua: manfaatkan momen sale yang sering diadakan oleh butik-butik, department store, dan toko-toko.
Tapi ingat ya, jangan sampai kebablasan. Jangan sampai terjadi yang sebaliknya, dompet bocor. Apalagi kalau belanjanya pakai kartu kredit, duh bisa jebol gara-gara lapar mata sale.
3. Bikin kue sendiri
Untuk camilan saat Lebaran, biasanya kita sudah pesan nastar, kastangel, dan kue-kue Lebaran lainnya sejak jauh-jauh hari.
Nah, supaya lebih hemat, gimana kalau Lebaran tahun ini buat saja kue-kue sendiri? Resep-resepnya bisa ditemukan dengan mudah di Gòogle. Kalau ada anak-anak, coba karyakan mereka juga di dapur. Lumayan tuh, bisa bantu menakar-nakar, atau mencampur-campur bahan kue. Apalagi mereka juga libur. Sibukkan mereka di rumah, biar nggak minta liburan terlalu jauh. Hihihi.
4. Angpao dan bingkisan
Nah, ini dia salah satu pos pengeluaran khas di hari Lebaran. Bisa saja ini anggarannya paling besar di antara yang lain, kalau keponakan-keponakan yang jumlahnya sekompi itu juga dihitung. Bener-bener butuh jurus atur uang yang jitu supaya semua kebagian.
Tapi, angpao kan nggak melulu uang? Bagaimana kalau untuk tahun ini, diganti dengan bingkisan-bingkisan kecil? Kita bisa membelanjakan isi bingkisan saat ada sale di department store. Lumayan menghemat juga lo!
5. Sisihkan jatah THR
Nah, ini yang sering kita lupakan. Kalau sudah menerima THR, yang kita pikirkan selalu saja soal belanja. Habiskan semua, tapi terus tekor saat pasca Lebaran. Duh, jurus atur uang yang enggak banget deh.
Sisihkan dulu uang THR tersebut. Ada nggak cicilan atau tagihan yang bisa dilunasi dengan THR? Lalu, setidaknya sisihkan 10%-nya untuk ditabung. Ingat, pasca Lebaran nanti, kita masih harus hidup. Jangan sampai, setelah Lebaran kita malah jadi panik karena uang habis, tabungan ikut terambil, plus masih menyisakan utang di kartu kredit. Kelar.
4 Jurus Atur Uang Pasca Lebaran
Atur uang kembali pasca Lebaran, dengan beberapa tip berikut.
1. Merencanakan
Salah satu cara paling efektif dalam jurus atur uang adalah dengan merencanakannya terlebih dahulu. Mau ke mana saja kita akan membelanjakan uang, untuk keperluan apa saja, dan kapan. Ketahui dengan pasti sejak awal, ke mana larinya si uang.
Catat setiap rupiah yang dikeluarkan dalam sebuah catatan harian. Dengan memiliki catatan, niscaya, kitaakan lebih berhati-hati dalam pengeluaran uang. Apalagi kalau kelihatan, bahwa uang yang dibelanjakan sudah melebihi bujet. Langsung deh ter-alarm.
2. Evaluasi dan Batasi
Setelah merencanakan, jurus atur uang berikutnya adalah mengevaluasi pengeluaran pasca Lebaran.
Agar beban bisa sedikit berkurang, maka lakukanlah evaluasi terhadap catatan keuangan yang sudah dibuat. Pelajari mana saja yang bisa dikurangi bujetnya, atau bahkan bisa dihapus sama sekali. Misalnya, kurangi jatah jajan makan siang di luar sebulan ke depan, dan sebaiknya mulai membawa bekal sendiri dari rumah. Kurangi ngopi-ngopi di kafe bareng teman-teman hangout dulu beberapa hari ini.
Sedangkan untuk biaya transportasi, mungkin bisa lebih banyak menggunakan transportasi publik dulu, supaya bisa lebih hemat BBM dan juga biaya parkir.
3. Jatah harian
Jurus atur uang ketiga yang bisa kita lakukan pasca Lebaran adalah menjatah pengeluaran harian. Hitunglah ulang berapa biaya yang dikeluarkan setiap hari. Setelah itu, buatlah jatah biaya harian.
Misalnya, untuk makan selama satu harinya–mau makan di warung dekat kantor atau mau masak sendiri–jatahnya Rp 150.000. Transportasi, misalnya, Rp 100.000. Hitung juga keperluan sepanjang satu hari yang lainnya, kemudian total berapa jumlahnya. Masukkan uang ini dalam satu dompet khusus harian.
Jangan lupa, siapkan uang cadangan, yang hanya boleh dipakai HANYA jika ada keperluan darurat. Simpan dalam dompet yang terpisah.
Selanjutnya, disiplin. Biasakan hanya membelanjakan uang dalam dompet harian, tanpa harus mengambil uang cadangan.
4. Puasa shopping
Shopping sudah pasti bikin lapar mata. Apalagi kalau shopping-nya bareng teman-teman.
Lebih aman, untuk sementara waktu, jangan ke mal atau pusat perbelanjaan sama sekali terlebih dahulu, sampai kondisi dompet sudah stabil kembali atau sudah memungkinkan. Biaya untuk jalan-jalan itu sangat besar, kadang karena suasana hati kita lagi senang, kita dengan mudah mengeluarkan uang.
Demi kesehatan dan kemaslahatan bersama, sebaiknya tunda dulu mengunjungi tempat-tempat belanja sama sekali ya.
Nah, semoga dengan beberapa jurus atur uang di atas, kondisi kita jadi nggak terlalu kebobolan selama libur Lebaran dan pasca Lebaran nanti ya.
Yang tetap diingat, sekali lagi, adalah pasca Lebaran besok, kita masih punya hari-hari yang harus dijalani, yang juga memerlukan biaya tak sedikit.
Jadi, jangan jadikan momen Lebaran semacam ‘akhir hidup’ atau ‘kapan lagi sih bisa begini?’. Yang kayak gini, udah pasti akan bikin dompet kita ‘berakhir’.
Tetap pantau akun Instagram QM Financial ya, supaya nggak ketinggalan info-info seputar tip keuangan–baik keuangan pribadi, korporasi, maupun UKM. Cek juga kelas-kelas finansial online terbarunya, dan segera daftar sesuai kebutuhan.
Selamat menjelang Lebaran!
Bingkisan Lebaran untuk Karyawan – Perlukah? 5 Pertimbangan Berikut Bisa Membantu
Lebaran hampir datang. Sudahkah THR di tangan? Kalau sudah, mungkin para karyawan sekarang tinggal menunggu bingkisan Lebaran yang sering juga diberikan oleh perusahaan.
Di sini, kadang pertanyaan muncul. Sudah ada THR, masih perlukah ada bingkisan Lebaran lagi dari perusahaan untuk karyawan? Dobel dong–dobel senang untuk karyawan, dobel pusing untuk perusahaan. Hihihi.
Apakah pemberian bingkisan Lebaran ini wajib hukumnya? Jawabannya, tidak. Dalam peraturan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berlaku, hanya dijelaskan mengenai Tunjangan Hari Raya, sedangkan kewajiban perusahaan untuk memberikan bingkisan Lebaran pada karyawan tidak pernah disebutkan. Karena itu, pemberian ini bersifat opsional, kembali pada kebijakan masing-masing perusahaan.
Namun, bingkisan Lebaran adalah tradisi. Sebuah perusahaan media di Dubai, Gulf News, pun memelihara tradisi untuk memberikan parcel pada seluruh karyawannya yang berjumlah ribuan ketika Lebaran tiba. Sang CEO menjelaskan, bahwa tradisi memberikan bingkisan Lebaran ini tak hanya sebatas memberikan penghargaan pada karyawan semata, namun lebih untuk menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan dan mempererat tali silaturahmi serta komunikasi antara pihak manajemen dengan karyawan perusahaan untuk jangka waktu yang panjang.
Hmmm, kalau dilihat dari sisi tersebut, memang benar adanya sih. Karyawan senang mendapatkan bingkisan, rasa percaya dan cinta pada perusahaan tempatnya bekerja akan tumbuh seiring waktu juga kan?
Nah, bagi perusahaan yang memang berencana untuk memberikan bingkisan Lebaran bagi karyawan, pastinya banyak pilihan parcel yang bisa dipertimbangkan ya? Mulai dari parcel Lebaran berisi makanan, bedding set, pecah belah, bahkan gadget. Semua tentu tergantung pada anggaran dan kebijakan perusahaan masing-masing.
Jika ada yang sampai dengan hari ini belum ada ide bingkisan Lebaran seperti apa yang pas untuk diberikan pada karyawan–sedangkan kalau mau paket makanan kok ya gitu-gitu aja–barangkali 5 pertimbangan berikut bisa membantu.
5 Pertimbangan Memilih Bingkisan Lebaran untuk Karyawan
1. Bermanfaat
Pertimbangan pertama untuk memilih item-item yang akan menjadi bingkisan Lebaran adalah manfaatnya bagi si penerima.
Nah, di sini yang paling mudah memang makanan, minuman, ataupun paket sembako. Tapi sebenarnya masih banyak opsi item bingkisan lain yang juga sama bergunanya, misalnya produk fashion untuk dipakai saat hari raya Lebarannya, atau kebutuhan rumah tangga, seperti cangkir, piring, stoples dan sebagainya. Hmmm, dikasih bingkisan Lebaran berisi skincare kayaknya juga nggak akan ditolak. Hihihi.
Yang pasti, pertimbangkan, supaya manfaatnya bisa dirasakan oleh si karyawan sendiri, keluarganya, ataupun dalam jangka panjang.
2. Tahan lama
Jika hendak membeli bingkisan Lebaran yang sudah jadi di toko-toko maupun supermarket, kita juga sebaiknya teliti. Coba perhatikan tanggal kedaluwarsanya, kemasannya apakah masih rapi masing-masing produknya, dan sebagainya.
Sudah tahu kan, banyak produk tak layak yang dikemas dijadikan parcel menjelang Lebaran begini? Jangan sampai nih, memberikan barang-barang yang sudah lewat waktu dikonsumsinya.
Jika memang belum kedaluwarsa, tetap perhatikan tanggalnya. Jangan terlalu mepet juga.
3. Berkualitas
Akan lebih baik jika bingkisan Lebaran ini terdiri atas item-item jumlahnya sedikit, tetapi kualitasnya bagus, ketimbang banyak tetapi kualitasnya meragukan.
Tujuan dari diberikannya bingkisan Lebaran ini kan untuk bersama berbagi kebahagiaan menjelang hari raya. Jangan sampai nih jadinya malah bikin orang bersungut-sungut dan mengeluh setelah menerima bingkisannya. Citra buruk akan melekat di benak penerima bingkisan.
Memang sih, ini ada kaitannya dengan rasa syukur, tapi tentunya akan lebih baik jika bisa memilih produk yang berkualitas, bukan? Manfaatnya pasti juga lebih banyak.
4. Beri beberapa opsi
Barangkali perusahaan Anda memperkerjakan ratusan karyawan, dan ada jatah bingkisan Lebaran untuk semuanya. Luar biasa yah?
Untuk jumlah karyawan yang besar, perusahaan bisa menyiapkan beberapa opsi bingkisan Lebaran sesuai posisi masing-masing karyawan, pun kebutuhannya. Jadi, bisa saja satu karyawan akan menerima bingkisan yang berbeda dengan yang lainnya.
Hal ini akan mempermudah perusahaan dalam menyiapkan bingkisan-bingkisan yang banyak itu. Nggak perlu pusing harus mencari item yang sama.
5. Anggarkan bujetnya sejak jauh hari
Seperti halnya Tunjangan Hari Raya–atau THR–akan butuh anggaran yang besar untuk menyiapkan bingkisan, apalagi kalau karyawannya banyak. Karena itu, perusahaan sebaiknya sudah menyiapkan anggaran ini jauh-jauh hari.
Dengan mempersiapkannya jauh hari pula, perusahaan dapat memilih bingkisan apa yang paling pas untuk diberikan pada karyawan.
Nah, bagaimana nih? Sudah menemukan ide bingkisan Lebaran seperti apa yang hendak diberikan pada karyawan di perusahaan Anda? Atau Anda baru berencana untuk memberikan bingkisan tahun depan? Nggak masalah, malahan berarti ada waktu yang cukup longgar untuk mempersiapkannya.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.