Gaji PNS Naik, Jangan Sampai Melakukan Kesalahan Ini Lagi!
Membaca berita hari ini ada wacana bahwa gaji PNS bakal naik! Presiden Jokowi bakal ngasih pengumuman resmi tanggal 16 Agustus 2023 pas lagi ngebahas RUU APBN 2024. Demikian yang disampaikan oleh Ibu Sri Mulyani. Sementara, gaji PNS terakhir kali diutak-atik itu tahun 2019. Waktu itu, gaji prajurit TNI dan polisi juga ikutan disesuaikan.
So, ngomong-ngomong soal gaji PNS, sekarang ini besarannya sudah diatur sesuai dengan yang ada di Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2019. Itu berdasarkan pangkat, golongan, sama ruang kerjanya. Fair play, katanya.
Konon, yang jadi pertimbangan pemerintah sehingga mau mengatur ulang gaji PNS, dengan berpijak dari pengalaman di 2019, tujuannya biar nilai dari gaji itu tetap oke dan para PNS tetap bisa hidup nyaman dan sejahtera.
Nah, pasti sekarang sudah pada semangat deh, dengar kabar gaji PNS naik ini, ya? Tapi, tunggu dulu! Sebelum mulai mimpi berencana beli ini itu, ada baiknya kita ngomongin sesuatu yang sering terjadi.
Ini penting banget, soalnya kadang-kadang pas gaji naik, kita langsung lupa diri dan melakukan beberapa kesalahan yang bisa bikin kantong jadi bolong lagi. Jadi, coba yuk, kita lihat, apa aja sih kesalahan umum yang biasanya terjadi pas gaji PNS baru naik. Jangan-jangan ini juga yang akan kamu lakukan.
Tenang, ini bukan buat bikin mood jadi down, tapi buat bikin kamu semakin bijak mengatur keuangan.
Kesalahan yang Sering Dilakukan saat Gaji PNS Naik
Oke, jadi gaji PNS naik berarti uang yang masuk ke kantong setiap bulan tambah banyak dong! Sekarang pertanyaannya, bakalan kamu pakai buat apa saja nih uangnya? Borong barang, jalan-jalan, nambahin koleksi hobi, atau masukkan tabungan atau investasi?
Nah, ini yang perlu diperhatikan. Kadang-kadang tanpa sadar, seiring dengan gaji yang naik, keinginan belanja juga ikut meroket! Uang sih makin banyak, tapi pengeluaran juga makin nggak ketulungan. Ini makin parah buat yang suka banget belanja, hobi ngabisin duit, atau tipe yang boros. Kesannya, gaji naik tapi duitnya kayak ilang entah ke mana, seakan-akan nggak ada untungnya.
Yuk, kita bahas beberapa blunder yang sering dilakukan para PNS, dan juga karyawan lainnya, pas dapet tambahan duit dari kenaikan gaji. Biar kamu bisa hindari dan lebih pinter mengatur uangmu.
Level up gaya hidup
Ini nih, klasik banget: duit tambah, pengeluaran juga tambah gede. Banyak pegawai yang ketika gajinya naik, langsung kepingin upgrade gaya hidup. Duit lebih banyak masuk, hasrat buat beli barang kesukaan juga melonjak.
Akhirnya nanti kamu juga yang akan mengalami beban keuangan yang berat. Gaji PNS naik, tapi beban juga naik. Awalnya hepi banget gaji naik, lambat laun bakal berubah jadi pusing tujuh keliling karena kejar-kejaran sama biaya-biaya yang dibikin sendiri tanpa perhitungan yang matang. Kesel banget kan!
Lupa bekal pensiun
Usia kita kan nggak akan pernah mundur ya. Usia akan selalu bertambah terus sampai kita udah jadi oma-opa.
Di usia segitu, kita pasti udah enggak segar bugar lagi, produktivitas turun, dan akhirnya tiba waktunya pensiun. Kalau udah pensiun, ya jelas gaji udah enggak masuk lagi dong. Oke, PNS sih ada uang pensiun ya? Tapi apakah yakin cukup? Kalau pakai skema yang baru, uang pensiun nantinya akan diterimakan lumpsum loh! Yakin nggak kita bisa mengelolanya dengan baik? Jangan-jangan, kita malah menghabiskannya untuk sesuatu yang tidak produktif, padahal kita enggak punya sumber dana pensiun yang lain.
Buat yang enggak mikirin menyiapkan dana pensiun yang cukup buat hari tua, bisa-bisa bakalan tetep sibuk kerja dong di usia pensiun cuma buat memenuhi kebutuhan?
Ini yang sering keskip dari pikiran banyak orang pas lagi di masa jayanya kerja. Gaji PNS naik, mereka langsung mikirin belanja sana-sini, foya-foya, tanpa memikirkan masa depan. Sering banget lupa atau nggak peduli buat menyisihkan sedikit dari gaji buat tabungan pensiun.
Mendingan mulai sekarang deh, sisihkan sedikit dari gaji PNS yang diterima buat dana hari tua. Biar nanti bisa santuy, nggak perlu pusing memikirkan uang lagi.
Gaji naik, utang makin banyak
Ada pula fenomena yang sering terjadi pas gaji naik: utang juga ikutan meroket.
Hal ini lazim banget terjadi karena pas gaji naik, seringnya kita jadi merasa punya uang lebih dan hal ini bikin percaya diri secara berlebihan untuk mengambil utang lebih banyak. Misalnya, ngebuat orang berani ambil KPR buat rumah yang lebih gede, beli mobil dengan cicilan yang lebih tinggi, atau pakai kartu kredit dengan limit yang lebih besar. Orang mikirnya, “Gaji udah naik, pasti bisa bayar cicilannya.”
Belum lagi pada FOMO, merasa harus ‘ikut-ikutan’ sama teman atau lingkungan sekitar yang gaya hidupnya sudah naik. Mereka nggak mau dibilang ketinggalan, jadi sering kali tergoda buat beli barang atau ikut gaya hidup yang sebenernya di luar kemampuan, dan ini berujung pada penggunaan utang.
Ya, boleh saja sih ambil kredit terutama untuk menambah aset. Tapi ya tetap harus diperhitungkan dengan saksama. Pastikan kamu utang secara sehat, dan mampu bayar! Ingat, bahwa cicilanmu harus tidak boleh lebih dari 30% dari penghasilan setiap bulan. Jangan sampai karena kamu merasa gaji PNS besar, eh … jadi utang dengan cicilan yang melebihi batas aman tersebut.
Selamat Gaji PNS Naik! Ingat, Tanggung Jawab Mengikuti
Ini yang perlu kita sadari, semakin tebal dompet kita, seringnya beban kerja juga ikutan nambah. Ini bukan cuma kamu doang, tapi hampir semua pekerja gitu. Gaji PNS naik? So, biasanya juga diiringi oleh tanggung jawab yang lebih berat, dan tuntutan untuk menjadi lebih baik.
Siap kan?
Nah, sudah jelas kan ya, tentang apa aja yang sering jadi kesalahan saat gaji PNS naik? Dari nambahin utang, gaya hidup yang makin naik sampai lupa menjaga cash flow, hingga alpa memikirkan bekal di masa depan.
Ini semua perlu diwaspadai loh. Kuncinya adalah: jadi bijak dalam mengatur keuangan. Gaji PNS naik itu bukan berarti buat hura-hura doang, tapi harus diimbangi sama pengelolaan keuangan yang tepat dan bertanggung jawab. Belajarlah buat ngerencanain keuangan, investasi, dan tabungan dengan baik. Jangan lupa juga, sebagai PNS, kamu adalah pelayan masyarakat. Dengan gaji yang naik, harusnya kualitas pelayanan juga ikutan naik.
Yuk, jadi PNS yang gak cuma sukses di kantong, tapi juga sukses dalam memberikan manfaat buat banyak orang. Selamat berkontribusi!
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
FOPO (Fear of Other People’s Opinion) dan Masalah Keuangan yang Muncul Karenanya
Meet a new term: FOPO. Apakah FOPO saudaranya FOMO? Iya, mungkin saja, karena FOPO merupakan singkatan dari Fear of Other People’s Opinion. Kayak apa itu FOPO?
Pernah nggak sih, kamu merasa was-was terus mikirin apa kata orang? Nah, bisa jadi kamu punya namanya FOPO ini, alias “Fear of Other People’s Opinions” atau “takut sama omongan orang”. Bayangin aja, kalau kamu punya sindrom ini, maka bisa jadi kamu susah hidup tenang gara-gara terus mikirin omongan orang lain.
Adalah pakar psikologi dari UGM, Ibu T. Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D. yang memaparkan fenomena FOPO ini. Menurut beliau, FOPO ini sudah jadi hal yang biasa di Indonesia. Bahkan, belakangan ini tampaknya makin banyak orang yang ngerasain hal ini, lho.
Maraknya pemakaian media sosial juga jadi salah satu faktor yang bikin orang-orang jadi mudah ngerasain FOPO. Pasalnya, lewat media sosial, apa yang orang lain pikirin tentang kita jadi lebih gampang terlihat. Bahkan, orang yang dari dulu sudah sering cemas soal omongan orang lain, jadi makin khawatir gara-gara media sosial ini.
Nah, ternyata, FOPO dan keuangan ini juga berhubungan lo. Ya, kayak FOMO yang punya imbas ke mana-mana, termasuk di dalamnya keuangan. Kok bisa? Iya, karena suka cemas soal omongan orang lain, akhirnya finansial ikut kena efek. Apa saja tanda-tandanya?
Tanda-Tanda Keuangan Terpengaruh karena FOPO (Fear of Other People’s Opinion)
1. Boros karena gaya
Fear of Other People’s Opinion bisa membuat seseorang merasa harus terus ngikutin tren supaya dilihat hebat atau keren oleh orang lain. Maksudnya gimana?
Nah, misalnya nih, beli smartphone terbaru padahal smartphone lamanya masih bagus dan berfungsi dengan lancar. Tapi karena takut dibilang kuno atau nggak gaul, akhirnya dia beli juga.
Atau contoh lain, temen-temennya pada pakai baju branded semua, dia pun merasa harus beli baju-baju branded juga biar nggak dibilang murahan. Padahal sebenarnya uangnya mungkin nggak cukup, atau bisa dipakai untuk hal lain yang lebih penting.
Intinya, karena Fear of Other People’s Opinion, orang jadi mengeluarkan uang bukan karena dia butuh atau karena penting, tapi karena dia takut dikomentari atau dinilai orang lain. Padahal, sebenarnya belanja atau mengeluarkan uang itu seharusnya berdasarkan apa yang kita butuhkan. Betul? Bukan karena tekanan orang lain.
Nah, kebiasaan boros karena gaya hidup ini bisa bikin uang jadi cepat habis dan bisa bikin masalah finansial jangka panjang loh. Makanya, penting banget buat kita belajar gimana caranya mengelola keuangan dengan bijak, dan nggak perlulah terlalu memikirkan apa kata orang. Pasalnya, financial is personal. Apa yang cocok buat orang lain, belum tentu cocok buat kita sendiri.
Percaya deh, yang penting itu bukan merek atau harga barangnya, tapi gimana kita bisa hidup nyaman dan bahagia dengan apa yang kita punya.
2. Sulit bilang ‘nggak’
Fear of Other People’s Opinion juga bikin seseorang jadi sulit banget buat menolak permintaan orang lain. Misalnya nih, temennya minta pinjam uang, padahal dia sendiri lagi pas-pasan. Tapi gara-gara takut dibilang nggak peduli atau pelit, akhirnya dia pinjamkan uang juga.
Atau bisa juga misalnya, keluarganya minta dibelikan barang mahal. Padahal, dia sendiri sebenarnya uangnya nggak, dan bahkan mungkin harus berutang dulu buat membeli barang tersebut. Tapi, karena nggak mau dikatain nggak sayang keluarga atau nggak berbakti, akhirnya dibelikan juga.
Intinya, orang yang susah bilang ‘nggak’ ini biasanya takut banget sama pendapat orang lain tentang dirinya. Jadi, meskipun sebenarnya dia nggak mampu atau nggak mau, dia tetap aja melakukan hal tersebut buat menghindari omongan buruk dari orang lain.
Yah, namanya keluarga ya memang prioritas. Tapi kalau dibiarkan tanpa kendali, kebiasaan ini bisa bikin keuangan jadi enggak sehat. Bahkan bisa bikin terjerat utang!
Makanya, penting banget buat belajar cara bilang ‘nggak’ dengan bijak dan nggak perlu takut sama apa kata orang. Ingat, yang paling penting itu adalah kebutuhan dan kenyamanan kamu adalah prioritas.
3. Investasi asal-asalan
Fear of Other People’s Opinion juga bisa berupa kalau dengar teman atau siapa pun lagi ikutan investasi apa, dia ikut-ikut juga, meskipun tanpa ngerti apa-apa. Misalnya nih, ada teman yang bilang, “Bro, aku dapat keuntungan dari beli Bitcoin, nih!” Tanpa pikir panjang, dia langsung beli juga, padahal dia belum paham, apa itu Bitcoin.
Atau bisa jadi teman atau dia lihat media sosial ramai tentang investasi saham atau properti, bahkan yang sudah terlihat mencurigakan sekalipun, tanpa pikir panjang juga ikut beli saham atau properti juga. Padahal ya, belum paham betul gimana cara kerjanya.
Nah, orang yang kayak gini biasanya nggak mau dikatain nggak gaul atau ketinggalan zaman, jadi ikut-ikut investasi tanpa pikir panjang.
Ini sebenarnya cukup berbahaya. Pasalnya, investasi itu nggak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu pengetahuan dan perhitungan yang matang. Jika asal ikut-ikut tanpa paham, bisa-bisa uang kamu malah ludes dan kamu rugi besar.
Jadi, sebelum ikutan investasi, penting buat belajar dan pahami dulu apa itu investasi dan bagaimana cara kerjanya. Jangan terbawa arus dan ikut-ikutan orang lain. Ingat, investasi itu bukan soal gengsi, tapi soal bagaimana kita bisa mengelola uang kita dengan baik dan menghasilkan lebih banyak lagi untuk berbagai tujuan finansial.
4. Stres mikirin duit melulu
Kalau mengalami FOPO alias Fear of Other People’s Opinion, maka kamu selalu merasa was-was dan cemas mikirin duit. Misalnya, kamu nggak berani beli barang yang kamu butuhkan atau yang kamu suka karena takut orang lain bilang kamu boros. Atau, kamu merasa harus selalu ikutin gaya hidup sirkel pertemanan yang mewah, padahal duit sebenarnya enggak cukup.
Akibatnya, kamu jadi selalu cemas dan stres mikirin duit. Stres sampai-sampai jadi susah tidur, susah makan, bahkan bisa jadi susah buat fokus kerja atau belajar. Intinya, kehidupanmu jadi nggak tenang dan selalu dipenuhi kekhawatiran soal duit.
Yah, memang sih, uang itu penting, tapi jangan sampai bikin kamu stres atau mengorbankan kesehatan dan kebahagiaanmu. Di sinilah pentingnya keterampilan mengelola keuangan. Jadi, penting banget kan, buat belajar cara mengelola uang dengan bijak? Juga belajar cara mengabaikan omongan orang lain. Ingat, yang penting itu adalah bagaimana kamu bisa hidup nyaman dan bahagia, bukan gimana orang lain pandang kamu.
So, intinya, FOPO, si “Fear of Other People’s Opinion” atau “takut omongan orang” ini memang bisa bikin hidupmu jadi ribet, terutama soal urusan keuangan.
Tapi, jangan khawatir. Kamu nggak sendirian dan ada cara buat atasi ini, kok. Salah satunya, dengan belajar lebih dalam tentang pengelolaan keuangan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Langkah Planning Keuangan Pribadi Karyawan untuk Tujuan Jangka Panjang
Planning keuangan pribadi diperlukan jika kita punya tujuan keuangan. Terutama bagi kita, karyawan yang baru memulai karier.
Tapi, sebenarnya tak hanya itu. Planning itu sangat penting karena dengan rencana keuangan, kita pun bisa mengatur arah kehidupan kita. Bener nggak? So, memahami bagaimana uang bisa bekerja untuk kita, bukan sebaliknya, adalah kunci dari kebebasan finansial dan pencapaian tujuan jangka panjang.
Tak peduli berapa pun gaji kamu sekarang ini, merencanakan keuangan dengan baik dapat mengubah caramu mengelola penghasilan dan membantumu meraih impian.
Namun, banyak dari kita yang merasa kebingungan tentang bagaimana caranya membuat planning keuangan pribadi. Terutama nih, kamu-kamu yang merupakan first jobber.
Pentingnya Karyawan Memiliki Planning Keuangan Pribadi
Memiliki planning keuangan pribadi akan sangat penting bagi karyawan karena beberapa alasan. Di antaranya:
1. Mewujudkan Tujuan Keuangan Jangka Panjang
Tujuan keuangan jangka panjang ini bisa beragam, mulai dari membeli rumah, menyekolahkan anak, hingga mempersiapkan hari tua atau pensiun. Tanpa perencanaan yang baik, mencapai tujuan-tujuan tersebut akan sangat sulit.
2. Keamanan Finansial
Dengan merencanakan keuangan dengan baik, karyawan dapat mempersiapkan dana darurat, asuransi, dan investasi untuk masa depan. Ini memberikan keamanan finansial yang menenangkan dan menjaga karyawan dari stres finansial jika terjadi situasi darurat atau tidak terduga.
3. Mengontrol Pengeluaran
Perencanaan keuangan membantu karyawan untuk lebih memahami dan mengontrol pengeluarannya. Hal ini bisa mencegah pengeluaran berlebihan dan memastikan bahwa uang dihabiskan untuk hal-hal yang benar-benar penting.
4. Mempersiapkan Pensiun
Karyawan yang merencanakan keuangan pribadinya dengan baik cenderung lebih siap untuk masa pensiun. Mereka bisa memulai investasi dan tabungan pensiun sejak dini, yang pada akhirnya akan memberikan pendapatan yang cukup untuk membiayai gaya hidup mereka saat pensiun.
5. Meningkatkan Kualitas Hidup
Dengan perencanaan keuangan yang baik, karyawan bisa merasa lebih tenang dan mengurangi stres terkait keuangan. Hal ini bisa berdampak positif pada kesehatan mental dan fisik mereka, serta meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
6. Meningkatkan Kemandirian Finansial
Perencanaan keuangan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola uang dengan baik. Hal ini membantu karyawan menjadi lebih mandiri secara finansial dan mengurangi ketergantungan pada orang lain.
Jadi, memiliki planning keuangan pribadi jangka panjang adalah langkah penting yang harus diambil oleh setiap karyawan. Tidak hanya membantu mencapai tujuan keuangan, tetapi juga memberikan keamanan finansial, mempersiapkan pensiun, dan meningkatkan kualitas hidup.
Langkah Membuat Planning Keuangan Pribadi untuk Karyawan
Perencanaan keuangan adalah suatu proses yang harus dilakukan oleh setiap orang, tidak peduli seberapa besar atau kecil pendapatan yang diperoleh. Seorang karyawan juga perlu merencanakan keuangannya dengan baik agar dapat mencapai tujuan keuangannya.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan.
1. Tentukan Tujuan Jangka Panjang
Langkah pertama dalam merencanakan keuangan pribadi adalah menentukan tujuan jangka panjang. Contohnya seperti beli rumah, dana pendidikan anak, pensiun, pembelian aset aktif, atau apa pun yang ingin kamu raih.
Memiliki tujuan yang jelas akan memotivasimu untuk lebih berdisiplin dalam mengelola keuangan.
2. Hitung Kebutuhan
Setelah tujuan ditentukan, hitunglah berapa banyak uang yang kamu butuhkan untuk mencapainya.
Nah, di sini, kamu memang perlu duduk dan melakukan beberapa riset. Kalau perlu, ikut kelas-kelas FCOS di QM Financial sesuai kebutuhan, agar kamu bisa dapat banyak ilmu praktis dari trainer berpengalaman, sekaligus dapat cheat sheet buat hitung-hitung.
3. Tetapkan Prioritas
Tidak semua tujuan dapat dicapai sekaligus. Namanya juga manusia, banyak mau, tapi sumber daya terbatas. So, kamu perlu menetapkan prioritas. Tujuan mana yang paling penting buatmu? Tujuan mana yang dapat ditunda? Menetapkan prioritas akan membantumu memfokuskan sumber daya pada tujuan yang paling penting.
4. Buat Anggaran
Langkah planning keuangan pribadi selanjutnya adalah membuat anggaran. Anggaran adalah rencana tentang bagaimana kamu akan membelanjakan penghasilanmu.
Dalam anggaran, kamu harus memasukkan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan untuk tujuan jangka panjang, dan dana darurat.
5. Jalani Gaya Hidup Secukupnya
Untuk dapat mengumpulkan uang untuk dapat mencapai tujuan finansial, kamu harus hidup sesuai kemampuan. Artinya, wajib membatasi pengeluaran yang tidak perlu dan menghindari gaya hidup konsumtif.
Menghemat uang bukan berarti kamu harus hidup dalam keterbatasan, tetapi lebih kepada membuat pilihan yang bijaksana tentang bagaimana kamu membelanjakan uangmu.
6. Bangun Dana Darurat
Dana darurat adalah uang yang disisihkan untuk menghadapi situasi darurat atau tidak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau sakit. Idealnya, dana darurat harus cukup untuk membiayai pengeluaranmu sebagai karyawan selama tiga hingga enam bulan.
7. Berinvestasi Sesuai Tujuan
Investasi adalah cara yang efektif untuk membantumu mencapai tujuan jangka panjang. Pilihlah jenis investasi yang sesuai dengan tujuan, toleransi risiko, dan jangka waktu tujuan finansialmu. Kamu bisa mempelajari dulu karakter berbagai instrumen yang ada, sebelum memutuskan hendak memanfaatkan yang mana.
8. Kelola Utang
Utang bisa menjadi beban jika tidak dikelola dengan baik. Jika kamu memiliki utang, buatlah rencana keuangan yang baik untuk bisa melunasinya secepat mungkin. Hindari utang konsumtif dan gunakan utang produktif dengan bijaksana.
9. Pantau
Planning keuangan pribadi tidak berakhir setelah kamu membuat rencana. Selanjutnya, kamu harus secara teratur memantau dan menyesuaikan rencana tersebut, untuk memastikan bahwa kamu tetap berada di jalur yang benar.
Jika ada perubahan dalam kehidupan atau situasi keuanganmu, pastikan untuk memperbarui rencanamu tersebut.
Demikianlah langkah-langkah yang dapat membantumu, para karyawan, untuk mencapai tujuan finansialmu. Ingatlah bahwa planning keuangan pribadi adalah proses yang berkelanjutan, bukan suatu kegiatan yang dilakukan sekali saja. Dengan komitmen dan disiplin, kamu dapat mencapai tujuan finansial jangka panjang.
Setiap karyawan, tidak peduli berapa usia atau pendapatannya dapat memanfaatkan langkah-langkah di atas untuk membuat, mengatur, dan memantau rencana keuangan yang sudah dibuat. Ingat, tujuan utamanya adalah menciptakan kesejahteraan finansial dan meraih tujuan-tujuan finansial. Jadi, jangan tunda lagi, mulailah planning keuangan pribadimu hari ini. Dengan disiplin, kesabaran, dan dedikasi, kamu akan melihat bagaimana rencana keuangan pribadi dapat membantu mewujudkan impian dan cita-cita kamu, bahkan yang tampaknya sulit dijangkau sekalipun.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menjadi Workaholic alias Si Gila Kerja yang Bahagia, Atur Keuanganmu!
Apakah kamu seorang workaholic alias si gila kerja? Apakah kamu bahagia bisa bekerja keras dan menjadi produktif?
Memang ada sih orang dengan tipe begini. Kalau dilihat, kadang lantas timbul pertanyaan: kok enggak pernah istirahat ya? Apa enggak “terancam” tuh mental health-nya karena kerja terus?
Well, buat si gila kerja, bekerja itulah kebahagiaan. Sama saja kayak kamu yang hobi traveling. Saat traveling, kamu merasa bahagia banget kan? Aneh, tapi ya normal kok.
Hanya saja, kalau berlebihan—baik itu bekerja, traveling, atau hobi-hobi yang lain—bisa juga mengancam kesehatan, termasuk kesehatan finansial.
Apa Itu Workaholic atau Gila Kerja?
Workaholic, atau gila kerja, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kebiasaan bekerja secara berlebihan dan memiliki minat yang sangat besar terhadap pekerjaan, bahkan sampai mengorbankan waktu bersosialisasi, istirahat, atau aktivitas lain.
Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, tidak peduli apa pun latar belakang, profesi, atau tingkat pendapatan mereka. Namun, beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang menjadi workaholic meliputi tekanan untuk mencapai kesuksesan, keterikatan emosional terhadap pekerjaan, dan rasa kurangnya kontrol atau keamanan dalam hidup mereka.
Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Workaholic?
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi gila kerja, di antaranya:
Tekanan untuk mencapai kesuksesan
Beberapa orang mungkin merasa bahwa bekerja sebanyak mungkin adalah satu-satunya cara untuk mencapai kesuksesan dan memenuhi standar yang mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri atau orang lain.
Keterikatan emosional terhadap pekerjaan
Beberapa orang mungkin merasa bahwa pekerjaan mereka adalah bagian dari identitas, dan mereka merasa tidak lengkap tanpa pekerjaan tersebut.
Rasa kurangnya kontrol atau keamanan dalam hidup mereka
Beberapa orang mungkin merasa bahwa pekerjaan mereka adalah satu-satunya hal yang benar-benar dalam kendali mereka dan memberikan rasa keamanan dan stabilitas dalam hidup mereka.
Rasa bahwa pekerjaan adalah satu-satunya sumber kebahagiaan
Beberapa orang mungkin menganggap pekerjaan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidup mereka dan merasa kurang bahagia saat tidak bekerja.
Gaya hidup yang didorong oleh prestasi
Beberapa orang mungkin memiliki gaya hidup yang didorong oleh prestasi dan merasa bahwa bekerja lebih banyak adalah cara untuk membuktikan keberhasilan mereka.
Efek terhadap Hidup
Itu adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi gila kerja, meskipun ada banyak faktor lain yang dapat berperan.
Menjadi workaholic dapat memengaruhi keuangan seseorang dalam beberapa cara, baik secara positif maupun negatif. Pada sisi positif, seseorang yang bekerja keras dengan waktu yang lebih banyak, dapat memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dan memiliki kemampuan finansial yang lebih baik.
Namun, pada sisi negatif, fokus yang berlebihan pada pekerjaan dapat membuat seseorang kehilangan waktu dan kesempatan untuk mengelola keuangan mereka dengan baik, seperti mengabaikan perencanaan keuangan jangka panjang atau mengeluarkan uang untuk membayar biaya tambahan. Misalnya kayak lebih banyak order makanan online karena enggak sempat masak sendiri. Atau bisa jadi butuh babysitter untuk membantu merawat anak, alih-alih diasuh sendiri.
Dalam jangka panjang, kalau tidak segera diatasi, bisa saja hal ini dapat mengarah pada masalah keuangan dan stres finansial. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara bekerja dan mengelola keuangan dengan baik.
Tip Keuangan untuk si Workaholic
Berikut adalah beberapa tip terbaik bagi si gila kerja untuk mengelola keuangan kamu.
Tetapkan tujuan keuangan jangka panjang
Buatlah daftar tujuan keuangan jangka panjang seperti membeli rumah, mempersiapkan masa pensiun, atau membeli aset.
Dengan demikian, kamu bisa bekerja dengan tujuan. Nantinya, jika tujuan-tujuanmu bisa dicapai dengan baik, juga akan memotivasimu untuk bekerja dengan lebih baik lagi.
Buat anggaran dan perencanaan keuangan
Buat anggaran bulanan dan rencanakan bagaimana kamu akan mengelola uangmu untuk memenuhi tujuan keuangan jangka panjang yang sudah kamu tentukan.
Prioritisasikan pengeluaran
Tetapkan prioritas untuk pengeluaranmu dan belanjakan uangmu pada hal-hal yang penting, seperti tagihan, makan, dan transportasi.
Simpan uang secara rutin
Buat kebiasaan untuk menyimpan uang secara rutin, bahkan jika itu hanya sedikit. Hal ini penting karena dapat membantumu mencapai tujuan keuangan jangka panjang kamu.
Gunakan alat perencanaan keuangan
Gunakan aplikasi atau alat perencanaan keuangan untuk membantumu mengatur dan mengelola keuangan.
Jangan terlalu memikirkan pekerjaan saat berlibur
Nah, ini penting! Ingat, bahwa kamu juga butuh istirahat, meskipun bekerja membuatmu bahagia. Hal ini tak hanya sebagai waktu rehat saja, tapi juga menjaga produktivitasmu. Jadi boleh banget sekali waktu kamu berlibur.
Jangan terlalu memikirkan pekerjaan saat berlibur atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman. Ini akan membantumu mereset dan mengelola stres finansial.
Dengan mempertimbangkan dan menerapkan tip-tip mengelola keuangan ini, si gila kerja dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih baik dan memastikan bahwa mereka memiliki masa depan finansial yang stabil.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Frugal Living: Haruskah Selalu Makan Nasi Garam demi Hemat dan Bisa Capai Tujuan Keuangan?
Beberapa waktu belakangan banyak berita tentang hidup superhemat terus bisa beli rumah atau menabung hingga ratusan juta. Apakah kamu juga mengikuti berita-berita ini? Tahukah kamu apa istilah untuk menyebut gaya hidup seperti ini? Namanya, frugal living.
Ya, dalam beritanya, ada yang rela makan sehari Rp6.000 saja, demi bisa beli 3 rumah. Ada juga yang hidup mengandalkan voucher, sehingga bisa berinvestasi saham di 900 perusahaan dengan nilai total Rp42 miliar. Sementara yang paling hangat belakangan adalah seorang pria asal Bangladesh dan menjadi pekerja migran di Malaysia, yang rela setiap hari makan nasi dan garam. Ternyata dengan begitu, ia bisa membeli rumah senilai Rp2 miliar di kampung halamannya.
Hmmm, menarik ya? Apakah memang perlu kita makan nasi garam nih, biar bisa beli rumah?
Apa Itu Frugal Living?
Frugal living adalah gaya hidup yang menekankan pada penghematan uang dan sumber daya. So, enggak hanya hemat pengeluaran, tetapi sekaligus menghemat energi termasuk air dan listrik.
Saat kamu memutuskan untuk menjalani hidup frugal living, maka saat itu kamu akan banyak melakukan cara-cara untuk menghemat uang dalam setiap aspek kehidupan, termasuk juga mencari cara-cara untuk meningkatkan pendapatan dan mengelola uang dengan lebih baik. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tujuan keuangan, yang lebih spesifik lagi kebebasan finansial dan kesejahteraan dalam jangka panjang.
Mindset adalah kunci di sini. Seperti misalnya, seseorang yang menjalankan frugal living akan lebih memilih membeli barang yang mahal tetapi dijamin keawetannya, ketimbang membeli harga murah tetapi barang tersebut cepat rusak sehingga harus berkali-kali membeli yang baru.
Nah, sampai di sini, kamu mungkin jadi teringat bahwa ada juga yang disebut dengan gaya hidup minimalis. Apa bedanya gaya hidup frugal living dengan minimalis? Atau jangan-jangan, frugal living ini ya sama saja dengan pelit?
Frugal Living vs Minimalis vs Pelit
Nah, kamu tahu, bahwa frugal living lebih menekankan pada penghematan uang dan sumber daya. Jadi, dengan hidup frugal, fokus kita adalah menekan pengeluaran.
Sementara itu, gaya hidup minimalis lebih menekankan pada pengurangan jumlah barang yang dimiliki, dan memfokuskan pada esensi dari apa yang diperlukan untuk hidup yang lebih nyaman. Dalam realisasinya, ini bisa berarti mengurangi jumlah barang yang dimiliki, terutama barang yang tidak diperlukan dan tidak berguna, dan mencari cara untuk menjalani hidup dengan lebih sederhana. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, frugal living dan gaya hidup minimalis ini bisa dilakukan bareng, agar keseimbangan hidup bisa lebih baik lagi. Idealnya sih gitu.
Nah, frugal living ya beda lagi dengan pelit.
Pelit adalah sifat yang cenderung untuk selalu menyimpan uang. Mengeluarkan uang sama saja dengan membuang-buangnya. Sementara frugal living lebih fokus pada hidup sesuai kebutuhan, tidak berlebihan. Mengeluarkan uang jelas perlu, tapi memang ada perlunya.
Jadi, kalau kemudian kamu hanya makan nasi garam, ini termasuk frugal living atau pelit pada diri sendiri?
Kamu sendiri yang bisa jawab ya. Yang pasti, prinsip frugal living adalah hidup sesuai kebutuhan, tidak berlebihan. Kamu harus cek dengan tubuhmu sendiri, apakah nasi garam cukup memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhmu?
Cara Memulai Frugal Living Tanpa Menyakiti Diri Sendiri
Yang penting memang tidak menyakiti diri sendiri, meski kita punya tujuan keuangan yang mahapenting, seperti beli rumah.
Jika kamu hendak menjalankan gaya hidup frugal living, beberapa hal berikut bisa diperhatikan.
- Buat rencana keuangan yang jelas, dan disiplin terhadap rencana tersebut. Identifikasi pengeluaranmu, dan coba untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
- Mulai menabung sesuai proporsi yang sesuai dengan kondisimu. Kamu bisa berpatokan dengan pembagian pos 40:30:20:10, atau persentase pembagian lainnya.
- Jangan membeli barang yang tidak diperlukan. Cobalah untuk mengurangi pembelian barang yang tidak diperlukan dan fokus pada barang yang benar-benar kamu butuhkan.
- Beli barang bekas yang masih layak pakai untuk beberapa kebutuhan. Kalau di Jakarta, kamu bisa berburu di Pasar Rawa Bening, Pasar Senen, atau Pasar Baru Trade Center. Atau bisa juga berburu di toko online.
- Mencari harga terbaik dan bandingkan harga sebelum membeli barang.
- Cari alternatif dan barang substitusi. Ingat prinsipnya: barang berkualitas mungkin lebih mahal, tapi jika jangka waktu pemakaiannya lebih panjang, maka itu berarti perhitungannya jadi lebih murah. So, fokus pada kualitas, alih-alih harga. Jangan sampai kamu malah penny wise dollar foolish.
- Tingkatkan pendapatan, seperti dengan mencari pekerjaan tambahan atau memulai usaha sampingan.
- Jangan merasa malu untuk menghemat uang kamu, dan jangan merasa takut untuk mengatakan tidak pada tawaran yang memang enggak ada manfaatnya untukmu. Misalnya saja, kamu sedang menabung untuk beli rumah, dan kamu merasa biaya nongkrong bisa mengganggu niatmu ini—ya jangan ragu untuk menolak ajakan teman untuk terlalu sering nongkrong.
Itu dia sekilas mengenai frugal living.
Ingat ya, frugal living bukanlah tentang tidak mengeluarkan uang sama sekali, tetapi tentang mengelola uang kamu dengan baik, demi mencapai kesejahteraan finansial dalam jangka panjang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
UMR Naik di Tahun 2023, Ini Cara Mempertahankan Biaya (Gaya) Hidup
Kementerian Ketenagakerjaan mengeluarkan aturan resmi kenaikan upah minimum UMK dan UMR naik tidak boleh lebih dari 10% di tahun 2023. Pastinya sih dengan mempertimbangkan kondisi setiap daerah ya, yang biasanya terdiri atas variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan indeks-indeks lainnya.
Jadi … Hore, gaji naik!(?) Lalu, apakah sekarang kamu merasa punya gaji ideal, sehingga bisa kamu guanakan semaunya?
Sebentar, ternyata selain gaji naik, ada juga beberapa dampak lain yang bisa terjadi kalau UMR naik di tahun 2023. Apa saja? Mari kita lihat.
Dampak jika UMR Naik
1. Daya beli meningkat
UMR naik, artinya daya beli masyarakat secara umum juga akan meningkat, yang kemudian juga berpengaruh pada dunia usaha itu sendiri. Konsumsi domestik meningkat, karena para pekerja lebih mampu untuk membeli barang-barang kebutuhan mereka. Lebih jauh lagi, gaya hidup bisa jadi juga meningkat.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pastinya ini adalah hal yang bagus. Namun, dari sisi keuangan pribadi, jika tidak dikelola dengan baik, naiknya gaji bisa menjebak sehingga gaya hidup juga meningkat.
2. Bisa memenuhi kebutuhan yang lebih layak
Dengan daya beli yang meningkat, maka beberapa kebutuhan—yang mungkin tadinya bisa dipenuhi sekadarnya—sekarang bisa dipenuhi dengan lebih layak. Dengan demikian, kesejahteraan pun bisa lebih baik.
3. Pengeluaran meningkat
Dampak dari daya beli yang lebih tinggi adalah harga kebutuhan yang juga akan menyesuaikan. Artinya, pada akhirnya pengeluaran juga akan lebih banyak. Karena ya itu tadi, berkaitan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan yang lebih baik plus harga kebutuhan yang juga akan naik menyesuaikan.
4. Omzet bisnis kecil naik
Kalau UMR naik dan daya beli masyarakat umum meningkat, maka omzet bisnis kecil juga akan naik seiring perkembangannya.
Tentu saja hal ini adalah dampak yang bagus, karena bisnis kecil—utamanya UMKM—merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia.
5. Bisa terjadi pemutusan hubungan kerja
Saat UMR naik, maka pelaku bisnis kecil UMKM juga harus menaikkan upah karyawan atau pekerjanya agar bisa tetap bertahan. Tentu ini bukan hal yang sulit jika omzet bisnis juga baik.
Nah, masalahnya adalah ketika ternyata perkembangan bisnis ke depannya kurang baik. Sudahlah bisnis perusahaan lesu, pengeluaran juga besar. UMR naik, tetapi pihak pemberi kerja tidak mampu menyesuaikan upah untuk karyawan atau pekerjanya, maka opsi PHK mungkin harus dilakukan.
So, UMR naik memang kemudian bisa berdampak positif ataupun negatif. Tinggal bagaimana kita mengelola “hasil UMR naik” ini, agar meskipun daya beli kita meningkat tetapi pengeluaran tetap bisa dikendalikan.
Mempertahankan Biaya (Gaya) Hidup karena UMR Naik
So, lagi-lagi reminder nih. Bahwa gaji boleh saja naik, biaya hidup mungkin juga akan naik—tapi, lifestyle alias gaya hidup harus dipertahankan sebisa mungkin. Alias gaya hidup tak perlu ikut naik juga.
Jangan sampai terjebak sendiri. Karena merasa gajinya lebih banyak (padahal ya maksimal 10% saja), yang tadinya nongkrong di kafe cukup sebulan sekali tiba-tiba merasa perlu untuk ngafe seminggu sekali. Yang tadinya kalau belanja lebih suka di toko sembako dan kelontong di kampung sebelah, tiba-tiba lebih nyaman untuk belanja di hypermart. Yang tadinya cukup langganan paket streaming smartphone, tahu-tahu upgrade paket ke yang paling komplet.
Ouch! Tahu-tahu, enggak bisa menabung lagi. Tahu-tahu, lupa investasi. Malah jadi punya utang konsumtif. Gaji lebih besar, utangnya bengkak. Wadidaw!
1. Financial check up
Oke, penghasilan bertambah—meski kecil—tapi bisa mengubah kondisi keuangan. Jadi, mari mulai dari melakukan financial check up.
Periksa:
- Berapa pemasukan atau penghasilan total yang kamu miliki sekarang, termasuk yang di luar gaji?
- Berapa kebutuhan hidup pokok standar yang sudah kamu jalani? Bandingkan dengan yang sekarang, apakah masih sama atau berbeda? Kalau berbeda, apanya yang beda?
- Ada pembengkakan biaya di pos apa? Bagaimana sifatnya, urgent atau tidak? Kebutuhan atau keinginan? Bagaimana jika bulan depan tidak dipenuhi, apakah kamu tetap bisa hidup dengan nyaman?
- Masih bisa investasi minimal 10%? Jika tidak, mampu investasi berapa?
- Apakah utang bisa segera dilunasi demi beban yang lebih ringan? Jika ya, cari cara untuk segera lunasi saja.
2. Tentukan penggunaan selisihnya
So, kalau setelah financial check up kamu menemukan bahwa seluruh pos pengeluaran aman—dalam arti, sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan—maka kamu bisa tentukan penggunaan selisih dari nominal UMR naik yang kamu dapatkan.
Misalnya saja, gaji awal kamu Rp5.000.000. Ternyata oleh kantor tempat kamu bekerja, gaji disesuaikan dengan ketentuan UMR naik dari pemerintah maksimal 10%. Maka, sekarang kamu akan menerima gaji sebesar Rp5.500.000.
Nah, selisihnya yang sebanyak Rp500.000 sebaiknya hendak digunakan untuk apa?
Tentu saja, enggak masalah jika kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semula tidak dapat dipenuhi dengan baik. Namun, ada baiknya juga kamu alokasikan untuk menambah aset. Misalnya, menambah investasi, atau bisa juga menambah dana daruratmu.
Intinya, selisih yang lebih besar itu harus benar-benar dipastikan digunakan untuk hal-hal yang penting, yang akan bermanfaat hingga jangka waktu yang lebih panjang. Lebih bijak kan?
3. Tetap seimbangkan cash flow
Jaga cash flow agar selalu positif. Ini adalah prinsip dari pengelolaan keuangan yang baik. Gaya hidup naik? Boleh saja, tapi cash flow tetap positif.
Mungkin kamu berpikir, bahwa dengan UMR naik yang berarti gaji juga naik, maka cash flow pasti positif. Jangan salah, kan kamu sudah baca penjelasan di atas. Bahwa ketika gaji naik, ada kecenderungan lifestyle juga naik. Akibatnya, bisa saja sekarang malah negatif.
So, bisa saja kamu mencapai hal ini dengan menambah penghasilan lagi. Mulai side hustling mungkin? Atau punya bisnis kecil-kecilan?
Nah, bagaimana? Apakah kamu sudah menghitung, berapa peluangmu untuk bisa naik gaji tahun depan mengikuti ketentuan UMR naik?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa sih Kecerdasan Finansial Itu? Bagaimana Cara Meningkatkannya?
Sudah pernah dengar financial intelligence, kan? Atau, kecerdasan finansial. Kalau sudah beberapa waktu suka mantengin QM Financial, pasti enggak asing deh dengan istilah ini.
Kecerdasan finansial adalah keterampilan seseorang untuk bisa memahami pentingnya pengelolaan dan perencanaan keuangan, sehingga ia mampu memenuhi kebutuhan dengan baik dan mewujudkan impiannya.
Tolok ukur dari baiknya kecerdasan finansial ini bisa beragam, mulai dari kemampuan menabung yang tinggi, memiliki aset yang bertumbuh, hingga kemampuannya untuk mendapatkan penghasilan, terutama penghasilan pasif. Kalau mau dilihat dari hasil akhirnya, maka seseorang yang memiliki kecerdasan finansial yang baik, maka ia pun akan mandiri finansial, dan semakin dapat memenuhi kebutuhan hidup sekaligus gaya hidup tanpa kesulitan. Bahkan, ia bisa melakukannya tanpa harus menukarkan energi dan waktunya dengan bekerja secara fisik. Dengan kata lain, semakin tinggi kecerdasan finansialnya, semakin dekat pula ia ke level financial freedom.
Kecerdasan Finansial = Bakat?
Enggak, kecerdasan finansial bukan termasuk bakat. Kecerdasan finansial dapat dipelajari, dilatih, disempurnakan, dan diupdate secara terus menerus. Siapa pun bisa berkesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan kecerdasan finansialnya.
Dan, jangan salah. Sebenarnya kecerdasan finansial ini bukan berfokus pada uang, kekayaan, aset, harta, dan sebagainya. Justru kecerdasarn finansial adalah mindset; pola pikir yang dimiliki oleh manusia. Pasalnya, bukan uang yang membuat kita jadi orang sukses, tetapi pada mindset yang benar. Bukan sekadar banyak uang, tetapi apakah kita berhasil mencapai tujuan akhir yang sesuai dengan harapan; atau, apakah kita berhasil mewujudkan mimpi-mimpi kita.
Cara Meningkatkan Kecerdasan Finansial
Sayangnya, finansial memang tak pernah masuk ke dalam kurikulum sekolah. Padahal kita tahu, bahwa literasi finansial merupakan salah satu dari 6 literasi dasar yang wajib dikuasai oleh kita yang ingin punya hidup yang semakin berkualitas ke depannya.
Memang ada sih sekolah keuangan. Tapi di sekolah tersebut, kita akan belajar akuntansi, dan targetnya agar bisa bekerja di perusahaan. Bukan pengelolaan keuangan pribadi untuk meningkatkan kecerdasan finansial. Karena itulah, QM Financial berkomitmen untuk mengelola ceruk yang belum tersentuh ini.
Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk bisa meningkatkan tingkat kecerdasan finansial kita, meskipun tidak pernah ada sekolah formal untuk itu.
Belajar dari pengalaman
Ya, pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Siapa pun pasti setuju dengan ungkapan ini, bukan?
Memang banyak yang membuktikan, mereka bisa meningkatkan kecerdasan finansial masing-masing dengan memiliki pengalaman ini dan itu. Misalnya, mereka pernah merasakan kehilangan pekerjaan, sehingga kemudian mereka sadar pentingnya untuk punya tabungan yang bisa digunakan di masa darurat. Mereka merasakan terlilit utang, sehingga kemudian mereka berusaha untuk bijak dalam berutang. Ada yang coba-coba untuk berinvestasi, dan kemudian senang sekali ketika hasilnya bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Ada yang belajar dari pengalaman pribadi, ada pula yang belajar dari pengalaman orang lain.
Pengalaman tidak selamanya manis, tetapi pasti banyak pelajaran yang bisa didapatkan. Jangan dianggap tak butuh biaya, karena justru dari pengalaman, learning cost-nya bisa sangat mahal. Ibaratnya, orang harus rugi ratusan juta dulu, sebelum menyadari bahwa cara yang dilakukannya salah. Untuk memperbaikinya, tak jarang mereka harus kembali ke titik nol, dan melakukannya dari awal lagi.
Belajar dari orang lain
Ada orang lain yang lebih ahli daripada kita, dalam bidang apa saja. Termasuk keuangan atau finansial. Mereka adalah orang-orang yang sudah memiliki pengalaman yang lebih banyak. Kita juga bisa meningkatkan kecerdasan finansial dari mereka.
Dengan belajar dari mereka yang sudah berpengalaman, membuat peluang untuk kita melakukan banyak kesalahan seperti halnya ketika learning by doing akan dapat ditekan. Kita enggak perlu trial and error terlalu banyak, karena ada yang memberi panduan ataupun petunjuk bagaimana melakukannya dengan benar.
Seperti kalau kamu ikut kelas-kelas finansial online yang diadakan oleh QM Financial, atau ikut #QMTraining. Bersama trainers QM Financial yang berpengalaman, kamu bisa tahu banyak ilmu mengelola keuangan yang benar. Selanjutnya, kamu tinggal praktikkan saja di kehidupan sehari-hari.
Meski memang bisa menekan kesalahan yang berpotensi terjadi, belajar keuangan dari orang lain juga harus dilakukan tidak dengan sembarangan. Pasalnya, yang namanya personal finance sudah pasti akan personal sifatnya. Apa yang bisa dilakukan dengan baik oleh orang lain, belum tentu cocok untuk kamu lakukan dan memberikan efek yang sama. Semua ini bisa terjadi karena kondisi dan kemampuan keuangan individu yang berbeda.
Karena itu, meski kita bisa belajar dari orang lain, kita juga perlu kecerdasan dari diri sendiri dulu; harus bisa memilah, mana yang cocok dan mana yang tidak. Mana yang baik efeknya untuk kita, dan mana yang tidak.
Belajar dari buku, video, ataupun sumber yang bisa didapatkan dari mana saja
Kita juga bisa meningkatkan kecerdasan finansial kita dengan belajar mandiri dari artikel, buku, video, dan berbagai sumber lain yang sekarang bisa didapatkan dengan mudah. Thank to technology!
Kamu bisa menambah ilmu keuangan dari membaca-baca artikel website ataupun konten-konten media sosial. Kamu juga bisa menonton berbagai video yang sekarang banyak ditemukan, pun mendengarkan audio dalam bentuk podcast secara gratis bak siaran radio. Topiknya beragam, kamu bisa pilih sesuai kebutuhan.
However, belajar meningkatkan kecerdasan finansial melalui buku, video, dan sumber-sumber sejenis ini akan butuh disiplin dan konsistensi yang besar. Tanpa komitmen, belajar mandiri akan hanya sekadar lewat saja ilmunya. Belum lagi kalau tulisan atau kontennya terlalu rumit. Jadi malas kan ya, buat membaca, mendengar, atau menontonnya?
Nah, semua memang kembali ke diri sendiri, pada akhirnya kan? Seberapa kita berniat untuk belajar keuangan lebih banyak, dan seberapa besar kita mampu berkomitmen untuk meningkatkan kecerdasan finansial kita sendiri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jalan Menuju Mandiri Finansial di Usia 20-an: Jangan Insecure!
Apa yang kamu pikirkan saat mendengar kata mandiri finansial? Faktanya, masih banyak yang menganggap bahwa mandiri finansial itu sama dengan bebas finansial, hanya bersinonim saja. Padahal, keduanya punya perbedaan yang cukup signifikan loh.
Seseorang bisa dikatakan mencapai mandiri finansial ketika ia sudah dapat memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa bantuan orang lain. Ia bekerja, dan juga dapat membayar utangnya dengan baik dan lancar. Ia juga sudah mulai membangun aset aktif, yang kelak dapat mendatangkan penghasilan pasif.
Sedangkan jika ia sudah mencapai bebas finansial, itu artinya ia dapat memenuhi kebutuhan—dan juga gaya hidupnya—tanpa kesulitan dengan passive income, tanpa perlu bekerja secara aktif. Bisa jadi sih, ia masih bekerja tetapi uang bukan lagi menjadi motivasi utamanya.
Nah, sampai di sini, sudah jelas ya, perbedaan antara kemandirian finansial dan kebebasan finansial.
So, kalau ada yang bilang, bahwa seseorang sebaiknya sudah mencapai mandiri finansial di usia 20-an, jangan langsung merasa insecure ya. Karena, sewajarnya, usia 20-an kita semua sudah produktif bekerja dan mendapat penghasilan sendiri. Jika memang belum, maka bisa jadi kondisinya memang ada yang lain daripada yang lain.
Lalu, bagaimana caranya agar dapat mewujudkan mandiri finansial di usia 20-an, dan kemudian bisa menargetkan diri untuk segera bebas finansial? Lakukan beberapa hal sederhana berikut.
Cara Mandiri Finansial di Usia 20-an
1. Stabilkan penghasilan
Prinsip utama dalam pengelolaan keuangan adalah menjaga agar cash flow selalu positif. Artinya, penghasilan kamu seharusnya lebih besar daripada pengeluaran. Jika yang terjadi sebaliknya, maka itu artinya kamu mengalami besar pasak daripada tiang. Hal ini adalah red flag banget dalam pengelolaan keuangan pribadi.Karena itu, inilah yang seharusnya menjadi target pertamamu untuk menjadi jalan menuju mandiri finansial.
Kunci pertama untuk memastikan cash flow positif ada pada penghasilan, dan keseimbangannya dengan pengeluaran. Either kamu bisa meningkatkan penghasilan, atau menghemat pengeluaran. Keduanya bisa dilakukan secara simultan dan konsisten.
2. Tentukan pos investasi dan tabungan
Pos investasi dan tabungan adalah salah satu pos pengeluaran yang akan memegang kunci rahasia mandiri finansial hingga jangka panjang, bahkan sampai pensiun kelak. Idealnya, pos ini minimal sebesar 10% dari penghasilan rutin kamu setiap bulan. Lebih besar, pastinya akan lebih bagus. Namun, ini bisa tercapai jika cash flow kamu sudah positif.
Buat beberapa rekening khusus untuk membantumu. Misalnya rekening khusus belanja kebutuhan rutin, rekening khusus dana darurat, dan kemudian rekening-rekening tabungan serta investasi sesuai tujuan dan kebutuhan.
Mulailah investasi sejak awal, agar lebih mudah bagi kamu untuk menentukan strategi investasinya sehingga tujuan keuangan juga lekas tercapai.
3. Bangun jaring pengaman keuangan
Mandiri finansial artinya juga kamu bisa mengatasi segala kondisi darurat yang bisa terjadi. Misalnya ketika tiba-tiba tertimpa musibah, kehilangan pekerjaan, hingga ketika harus berbagi dan menolong orang lain.
So, dana darurat adalah tujuan keuangan pertama yang harus kamu capai lebih dulu. Jika saat ini kamu berusia 20-an tahun, maka bisa jadi kamu single. Untuk seorang lajang, tanpa tanggungan—bukan sandwich generation—dana darurat ideal adalah 4 kali pengeluaran bulanan. Kalau ada tanggungan, sudah pasti juga harus diperhitungkan. Yuk, baca penjelasan mengenai dana darurat ini supaya kamu lebih paham.
Dana darurat ini ibaratnya harga mati. Jangan sampai deh tiba-tiba kamu mengalami hal tak terduga, butuh biaya besar, lalu harus mencairkan investasi. Bisa jadi tujuan keuanganmu terancam terganggu.
Selain dana darurat, jaring pengaman keuangan lain yang perlu kamu siapkan untuk bisa mandiri finansial adalah asuransi. Terutama asuransi kesehatan dan asuransi jiwa untuk kamu yang menanggung biaya hidup keluarga. Asuransi kesehatan sudah pasti untuk melindungi dari risiko kesehatan. Nggak hanya kamu sendiri yang harus punya, setiap orang yang hidupnya kamu tanggung juga wajib punya. BPJS Kesehatan biasanya juga sudah cukup kok. Sedangkan asuransi jiwa akan dapat melindungi dari risiko keuangan jika si pencari nafkah utama keluarga mendadak tidak bisa lagi mencari penghasilan.
4. Kelola utang dengan sebaik-baiknya
Bijak berutang ya. Waspadalah akan segala bentuk penawaran “nikmati sekarang, bayar nanti”, karena kalau kamu tidak bijak, hal ini bisa menjebakmu. Utang tidak dilarang, tetapi tanpa pengelolaan yang bijak, utang bisa menghambatmu untuk segera mandiri finansial.
Jaga supaya rasio utang tidak lebih dari 30% dari penghasilan rutin. Segera lunasi utang-utang konsumtif, seperti utang kartu kredit, jika ada rezeki lebih. Hidup tanpa utang itu memerdekakan loh!
5. Beli rumah, bangun aset
Bisa jadi, kamu memang masih tinggal dengan orang tua karena satu dan banyak pertimbangan. Tetapi, sebaiknya jangan keenakan. Ada baiknya, kamu juga ikut menanggung penyelenggaraan rumah tangga keluarga, sekaligus belajar bertanggung jawab. Akan lebih baik lagi jika kamu juga sudah bercita-cita untuk beli rumah sendiri—meskipun nanti tidak ditempati, rumah bisa jadi aset untuk mendatangkan passive income.
Nah, kan, sebenarnya sederhana saja untuk bisa mandiri finansial ini. Namun, kalau kamu tidak bisa konsisten dan disiplin ya hasilnya tetap akan kurang maksimal. Faktanya, menjadi mandiri finansial ini adalah satu stage atau tahapan untuk menuju bebas finansial atau financial freedom. Ya, siapa yang enggak pengin sih bisa merasakan financial freedom? Saat kamu memenuhi kebutuhan dan gaya hidup tanpa perlu khawatir soal keuangan yang cukup.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bijak Punya Penghasilan Tinggi: Flexing No, More Sharing Yes!
Baru saja ramai di media sosial, seseorang yang punya penghasilan tinggi, sembari menyebutkan penghasilannya, mengaku mencari jodoh.
Apakah berhasil? Hmmm, sepertinya belum terlihat sih hilalnya. Tetapi justru yang kemudian ramai adalah muncul pertanyaan-pertanyaan dari pihak lain yang mengaku bekerja di perusahaan yang bersangkutan, dan hanya digaji kecil.
Netijen yang budiman pun lantas ramai membahas, bagaimana bisa ia punya penghasilan tinggi, tetapi karyawannya dibiarkan digaji kecil? Yang lain yang juga menarik, akun Ditjen Pajak juga nimbrung, mempertanyakan apakah pajaknya sudah dibayar sesuai peraturan.
Yha, niatnya cari jodoh dengan “iming-iming” penghasilan tinggi, malah jadi melebar ke mana-mana deh. Bisa aja netijen +62 ini menggoreng isu.
Lepas daripada itu, akhir-akhir ini memang semakin banyak orang yang flexing penghasilan tinggi ya? Pasti semua juga menyadari hal ini kan? Sayangnya, enggak semua berbuah baik. Malahan ada yang harus berurusan dengan hukum. Duh duh duh.
So, barangkali kamu juga termasuk dari mereka yang punya penghasilan tinggi. Disyukuri sudah pasti, dikelola dengan baik … ya jelas dong! Seharusnya urusan penghasilan tinggi ini tidak serumit penghasilan pas-pasan. Tapi, nyatanya ya, masih banyak yang belum bijak. Betul nggak?
Bijak Punya Penghasilan Tinggi
1. Pertahankan gaya hidup
Rata-rata, begitu penghasilan naik, maka gaya hidup juga akan meningkat. Itu hal yang lazim terjadi pada kita. Gaji naik, penghasilan tinggi, tiba-tiba juga punya “kebutuhan” lebih banyak. Standar hidup ikut naik.
Sebenarnya ya enggak apa-apa sih, tapi apakah memang perlu? Kalau misalnya, standar hidup enggak perlu dinaikkan, bisakah tetap nyaman?
Terkadang memang di situ sih “jebakan”-nya. Kadang kita sendiri juga yang membuat seolah-olah tampak urgent. Padahal ya, enggak juga. Di sinilah pentingnya kita memiliki sikap bijak dalam mengelola penghasilan, baik penghasilan tinggi maupun pas-pasan.
2. Hindari flexing berlebihan
Memang lagi tren flexing ke mana-mana. Bahkan cari jodoh pun sambil flexing. Padahal biasanya yang dipakai sebagai flexing adalah acara jalan-jalan ke luar negeri.
Bukan dilarang kok. Boleh saja, tapi akan lebih baik jika tak berlebihan. Prof. Rhenald Kasali dalam sebuah interview di YouTube juga pernah menyinggung mengenai fenomena ini. Menurutnya, flexing orang-orang zaman sekarang lebih ke arah signaling, yang ada kaitannya dengan marketing. Mereka melakukannya untuk tujuan tertentu, terutama untuk dinilai sukses dan berhasil, sehingga orang lain akan mengikuti jejak mereka. Sayangnya, semakin ke sini, fenomena flexing akhirnya malah menjadi bumerang bagi sebagian orang.
Rhenald Kasali juga sempat mengungkapkan, bahwa orang-orang yang benar-benar kaya justru akan cenderung memilih diam, ketimbang memamerkan harta mereka. Ada banyak alasan tertentu di baliknya. Salah satunya soal empati, apalagi di masa-masa krisis.
So, ada baiknya memang untuk tidak berlebihan. Kita harus mengingat bahwa tidak semua orang memiliki penghasilan tinggi. Jika tidak bijak dalam bersikap, bisa jadi flexing malah berujung backfire seperti yang terjadi di beberapa kasus.
3. Lebih banyak berbagi
Yes, tentu saja akan lebih baik—ketimbang flexing berlebihan—kita lebih banyak berbagi. Berbagi dengan tulus, bukan berbagi untuk memperlihatkan bahwa kita berlebih.
Banyak orang yang tidak seberuntung kita, dan kita wajib membantu mereka sebagai bagian dari jiwa sosial kita. Jika kita memang punya lebih, mengapa tak dibagi, ya kan? Senang bareng-bareng tentu akan lebih baik.
So, jika memang ada, buatlah pos berbagi yang lebih banyak. Kita diberi rezeki lebih banyak, pasti salah satu tujuannya juga agar bisa menjadi jalan rezeki bagi orang lain. Setuju?
4. Perbesar porsi investasi
Selain perbesar porsi berbagi, kamu juga bisa perbesar porsi investasi. Mau coba beli kripto, mumpung lagi ngehype? Beli NFT? Boleh saja, tapi pastikan pakai uang ‘dingin’, yang memang tidak dialokasikan ke kebutuhan penting dan esensial.
Semakin besar porsi investasi pastinya akan membuat peluang tercapainya tujuan finansial yang lebih cepat. Dan siapa yang diuntungkan? Ya, kamu sendiri pastinya.
5. Jangan lupa bayar pajak
Jangan lupa dengan kewajibanmu ya. Mulai dari bayar cicilan, jika ada, dan tentu saja, pajak. Jika kamu punya penghasilan tinggi, maka kamu adalah salah satu dari tulang punggung negara untuk bisa membantu membangun berbagai fasilitas negara ini.
Hindari untuk memberikan laporan pajak palsu, karena jika akhirnya terbongkar, kamu juga yang akan mengalami kerugian.
So, penghasilan tinggi ya harus disyukuri. Salah satu cara mensyukuri adalah dengan memiliki sikap bijak dalam pengelolaannya. Ada baiknya nominal penghasilan untuk tidak diumbar di ruang publik, termasuk media sosial, karena ada banyak hal yang bisa jadi ancaman. Salah satunya, peluang penipuan bisa saja datang padamu. Namun, jika kamu berpendapat bahwa penghasilan bukan merupakan rahasia, maka itu adalah hak kamu, asalkan kamu siap dengan segala konsekuensinya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan Pribadi: Pengertian, Manfaat, dan Cara Membuatnya secara Sederhana
Perencanaan keuangan pribadi menjadi sebuah proses ketika seseorang berusaha untuk memenuhi tujuan-tujuan finansialnya dengan cara membuat target tertentu.
Uang memang bukan segalanya, tapi tanpa uang bagaimana bisa membeli rumah, mendapatkan pendidikan yang terbaik, memenuhi gaya hidup, hingga juga memenuhi keinginan dan impian? Maka perencanaan keuangan pribadi seperti inilah menjadi jalannya. Semua mimpi dapat dicapai dengan sebuah rencana dan strategi. Apalagi mimpi untuk masa depan yang butuh uang, maka perencanaan keuangan adalah solusinya.
Apa Itu Perencanaan Keuangan?
Perencanaan keuangan pada umumnya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu perencanaan keuangan secara kelompok dan perencanaan keuangan secara pribadi.
- Perencanaan keuangan kelompok merupakan suatu tindakan kelompok seperti perusahaan, organisasi masyarakat, atau komunitas untuk mencapai sebuah tujuan melalui pengelolaan keuangan.
- Perencanaan keuangan pribadi adalah suatu tindakan perorangan untuk mencapai kebutuhan hidupnya melalui pengelolaan keuangan secara terencana serta tidak melibatkan orang lain.
Menurut Certified Financial Planning Standards Board Indonesia, perencanaan keuangan adalah suatu tujuan hidup seseorang melalui pengelolaan keuangan secara terencana. Sebuah rencana keuangan yang komprehensif akan menjadi hasilnya, dan akan menjadi blueprint untuk kita merealisasikannya sesuai prioritas.
Tujuan hidup yang dimaksud di atas bisa berupa membeli rumah, sekolah,memiliki kendaraan pribadi, rumah, kesiapan biaya anak, dana mempersiapkan pensiun, menikah, dan lain sebagainya. Bisa jangka panjang, maupun jangka pendek.
Rumit? Bisa jadi, karena itu kadang kita perlu jasa perencana keuangan. Tetapi, sebenarnya, kalau kita mau belajar dan bisa memahami prinsip besarnya, kita juga bisa menjadi perencana keuangan bagi diri kita sendiri.
Manfaat Perencanaan Keuangan
Membuat perencanaan keuangan—apalagi yang komprehensif—tidak bisa dibilang mudah. Karena itu, QM Financial punya serangkaian kelas online yang perlu banget untuk diikuti, hingga kemudian seseorang bisa membuat perencanaan keuangannya sendiri hingga jauh ke depan.
Perjalanan membuat rencana keuangan enggak akan mudah, karena itu kamu harus menyadari manfaatnya sehingga kamu yakin bahwa hal ini penting untuk dilakukan.
1. Memberi gambaran dengan jelas mengenai kondisi keuanganmu saat ini: sehat atau tidak
Untuk bisa membuat rencana jauh ke depan, kamu harus tahu kondisi kesehatan keuanganmu. Dengan demikian, kamu tahu kemampuan finansialmu sendiri, dan juga apa kebutuhanmu dengan lebih detail dan jelas.
2. Membantu membuat alokasi prioritas
Perencanaan keuangan yang mendetail akan memudahkanmu untuk menentukan prioritas dan kemudian mengalokasikan dana sesuai kebutuhan.
Dengan demikian, pengeluaran pun menjadi lebih efisien dan efektif; tidak terbuang sia-sia untuk hal-hal yang kurang penting atau tidak prioritas.
3. Membangun dana darurat
Perencanaan keuangan yang baik akan memungkinkanmu sukses membangun dana darurat hingga dapat mencapai jumlah nominal yang ideal.
Dana darurat merupakan tujuan keuangan pertama yang harus kamu capai dalam suatu rangkaian rencana keuangan, agar bisa menjadi safety net ketika krisis datang.
4. Tahu kebutuhan di masa depan
Dengan memiliki perencanaan keuangan yang komprehensif, kita bisa memproyeksikan berbagai kebutuhan di masa yang akan datang, yang akan membutuhkan biaya tak sedikit untuk memenuhinya. Mulai dari beli rumah, pendidikan anak, hingga pensiun.
Dengan adanya rencana keuangan yang matang, kita bisa memenuhi berbagai kebutuhan tersebut dan terhindar dari kesulitan keuangan yang bisa muncul.
5. Jadi motivasi
Saat kita sudah punya tujuan keuangan yang realistis, berbujet, dan berjangka waktu yang jelas, maka kita pun akan termotivasi terus untuk menjalankan rencana keuangan kita itu.
Kalau harus berubah di tengah jalan, gimana? Ya, enggak masalah. Kalau memang rencananya sudah komprehensif, biasanya perubahan juga tidak akan terlalu drastis. Ulik sedikit, sesuaikan dengan kondisi. Pada dasarnya, hidup juga akan selalu dinamis. So, perubahan rencana itu sudah pasti ada. Tetapi, kalau pada dasarnya sudah lengkap dan jelas, mengubah sedikit tentu enggak akan jadi masalah besar.
Cara Membuat Perencanaan Keuangan Pribadi Secara Sederhana
Lalu, seperti apa kita harus membuat perencanaan keuangan ini? Ada lima langkah perencanaan keuangan dan penerapannya secara sederhana, sebagai berikut.
1. Tentukan tujuan keuangan
Tentukan terlebih dahulu tujuan perencanaan yang akan dicapai. Ingat, tujuan keuangan yang baik itu adalah yang punya judul, nominal, dan jangka waktu. Misalnya, judulnya adalah membeli rumah, nominal Rp500 juta, dan target 5 tahun lagi.
Wah, butuh disiplin dong? Pastinya! Akan selalu ada perjuangan, di balik setiap tujuan baik, bukan?
2. Catat kondisi keuangan bulanan
Langkah ini dapat membantu kamu mengetahui kondisi kesehatan keuangan, serta dapat membantu kamu mengontrol dan mengevaluasi pengeluaran.
Caranya kamu cukup mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan keuangan tiap bulan. Jika kamu ingin praktis, bisa mendownload aplikasi keuangan di smartphone.
3. Gunakan rumus dalam mengatur keuangan
Misalnya kamu bisa menggunakan metode Elizabeth Warren yang membaginya menjadi 50-30-20, yaitu 50% pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk hiburan dan keinginan lainnya sebagai self reward, dan 20% untuk tabungan dan investasi.
Atau kamu juga bisa menggunakan formula yang biasa digunakan oleh QM Trainers, yaitu 40 – 30 – 20 – 10; 40% kebutuhan rutin, 30% cicilan utang, 20% investasi, dan 10% untuk lifestyle atau gaya hidup.
Sesuaikan dengan kondisi dan kemampuanmu ya!
4. Mengatur skala prioritas
Pilahlah mana kebutuhan dan keinginan. Hal ini juga membantu kamu mengurangi perilaku konsumtif yang sering dilakukan sehari-hari.
Atur kebutuhan mana yang perlu diutamakan, kalau perlu tekan semua pengeluaran konsumtif yang tidak penting, dan pastikan barang yang kamu beli memang sangat dibutuhkan dengan harga yang sesuai.
5. Punya dana darurat
Mengapa dana darurat penting? Karena hal ini akan sangat membantu jika kamu sedang berada dalam keadaan genting. Apalagi kamu tidak akan tahu ke depannya akan seperti apa.
Jika kamu masih sendiri dan belum menikah, setidaknya harus ada dana darurat 3 kali dari total pengeluaran per bulan. Ingat, dana darurat dan tabungan itu adalah dua hal berbeda, keduanya punya pos masing-masing.
Tip-Tip Perencanaan Keuangan Agar Sukses Tercapai
- Buat perencanaan keuangan realistis yang akan dicapai.
- Lakukan pembukuan kondisi keuangan, bisa dilakukan 2 minggu sekali, 1 bulan sekali, atau 2 bulan sekali agar kamu tahu grafik atau kondisi keuangan kamu.
- Menghemat semaksimal mungkin.
- Mengeluarkan uang tepat waktu, untuk kebutuhan yang jelas.
- Menyisihkan dana tak terduga.
- Menabung atau berinvestasi.
- Punya dua rekening yang berbeda untuk kebutuhan dan tabungan perencanaan.
- Lakukan asuransi untuk mendapatkan perlindungan terhadap aset—terutama diri sendiri.
- Menentukan strategi.
- Pemantauan keuangan.
- Laksanakan perencanaan keuangan secara konsisten dan disiplin.
Demikian informasi tentang segala hal yang perlu kamu ketahui dalam perencanaan keuangan pribadi. Perencanaan keuangan sejatinya sangat penting diterapkan dalam kehidupan, khususnya secara pribadi agar hidup lebih tertata. Jadi, tunggu apa lagi? Mari lakukan perencanaan keuangan sekarang juga!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!