Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini
Berapa usiamu saat ini? Belum lagi 30 tahun? Banyak orang yang merasa menyesal, mengapa tidak melakukan hal-hal tertentu sebelum usia 30 tahun, termasuk hal keuangan.
Termasuk saya. Saya adalah salah satu dari mereka yang menyesal, mengapa enggak membuat dana pensiun saya sejak pertama kali saya memasuki dunia kerja dulu, sebelum usia 30 tahun. Ya, sebagian sih karena literasi keuangan di zaman saya jadi first jobber memang belum seperti sekarang sih. Misal mau investasi, ya mesti datang ke bank, lalu minta informasi ke petugas langsung. Dan, saya paling males, karena kemudian pasti ditawari yang lain-lain yang malah bikin saya distracted.
Duh, ketahuan deh kalau angkatan lawas.
Nah, supaya kamu enggak mengalami penyesalan yang sama, maka sebaiknya kamu tahu dan mulai membuat tujuan finansialmu sendiri sebelum usia 30 tahun.
Karena penyesalan itu selalu datang belakangan. Kalau di depan namanya down payment, soalnya.
5 Tujuan Finansial yang Harus Kamu Mulai Buat Sebelum Usia 30 Tahun
1. Punyai proteksi
![Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini 5 Hal untuk Memastikan Seluruh Anggota Keluarga Tercover Asuransi Kesehatan](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2019/11/asuransi-kesehatan-keluarga.jpg)
Sebelum usia 30 tahun hingga nanti kamu memasuki usia pensiun, bisa dibilang kamu berada di masa yang sangat produktif. Jika *knocks on wood* kamu tertimpa musibah, lalu bagaimana nasib orang-orang yang hidupnya tergantung padamu?
Musibah bisa terjadi setiap waktu, dan bisa membuatmu serta orang-orang yang kamu cintai menderita kerugian secara ekonomi. Di sinilah, arti pentingnya proteksi dan asuransi untuk kamu punyai.
So, begitu kamu memasuki usia kerja, segeralah lindungi dirimu dan orang-orang di sekitarmu dengan asuransi. Jenis asuransi ada bermacam-macam. Ada asuransi jiwa, asuransi kesehatan, hingga asuransi umum. Kamu enggak perlu kok melengkapi semuanya sekaligus. Prioritaskan dulu asuransi yang kamu anggap paling penting. Boleh saja kok, jika kamu lengkapi secara bertahap, asalkan terencana dengan baik.
2. Dana darurat
![Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2016/08/calculator-1112860_1920-960x638.jpg)
Dana darurat juga penting untuk kamu buat sebelum usia 30 tahun. Dana darurat ini juga salah satu tujuan finansial pertama yang wajib kamu punya begitu kamu mulai kerja.
Kenapa? Because bad things happen!
Setelah mempunyai proteksi, dana darurat juga akan bisa “mengamankan” keuangan, ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau di luar rencana.
Saat kamu sakit, butuh uang mendadak, mau membantu saudara atau keluarga, sampai misalnya kamu harus mengganti laptop rusak padahal dipakai untuk kerja sehari-hari, dana darurat will come handy.
3. Dana pensiun
![Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini Dana Pensiun, Pilih Mana: DPPK, DPLK, atau Siapkan Sendiri?](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2019/02/dana-pensiun-dppk-dplk.jpeg)
Dana pensiun adalah tujuan finansial berikutnya yang harus mulai kamu buat sebelum usia 30 tahun.
Yah, baru mulai kerja, kok sudah harus mikirin pensiun?
Justru karena baru mulai itulah, kamu harus segera memikirkannya. Karena dengan jangka waktu yang lebih panjang, maka semakin mudah untukmu menabung (atau berinvestasi). Kamu bisa mulai berinvestasi dengan hanya Rp100.000 saja lo! Kalau kamu baru mulai menabung untuk pensiun di usia 40-an, bisa jadi kamu harus menabung berkali-kali lipatnya.
Kan sudah punya fasilitas Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan yang diberikan oleh kantor?
Well, tahu enggak sih, berapa kebutuhan dana untuk bisa menghabiskan pensiun sejahtera? Bisa sampai miliaran rupiah. Sedangkan, berapa persenkah dari gaji yang bisa kita terima dari BPJS Ketenagakerjaan saat kita mulai pensiun nanti? Hanya 30 – 40% saja.
Cukup? Sepertinya enggak.
4. Dana rumah pertama
![Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2016/09/house-1407562_1920-960x640.jpg)
Sebelum usia 30 tahun, seharusnya sih kamu sudah mandiri. Sudah punya penghasilan sendiri, dan pastinya sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Jika kamu masih tinggal dengan orang tua, maka seharusnya kamu tetap bisa mandiri, bukannya tetap bergantung pada mereka. Setujukah sampai di sini?
Rumah milik sendiri bagi masyarakat kita adalah simbol kemandirian. So, seharusnya sih memiliki rumah pertama menjadi salah satu tujuan finansialmu juga untuk mulai dibuat sebelum usia 30 tahun.
Isunya, generasi milenial enggak punya nyali untuk membeli rumah. Mengapa? Karena memang butuh modal yang banyak sekali! Begitu lihat nominalnya, pasti deh shock.
Ya, begitulah. Memang ini adalah hal yang enggak bisa dimungkiri. Rumah memang mahal, dan semakin mahal dari tahun ke tahun. Apakah kita mau membeli rumah yang “Senin harga naik” ini, kalau enggak beli sekarang?
Bisa kok, kita punya rumah di usia muda. Kamu hanya perlu tahu caranya.
5. Bijak berutang
![Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini Gaji Besar Utang Semakin Banyak, Apa yang Salah? Ini Dia 3 Penyebabnya!](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2019/10/gaji-besar-utang-besar.jpg)
Nggak boleh utang? Boleh kok, boleh! Karena ada kalanya kita memang harus berutang, terutama untuk membeli barang berharga tinggi tapi penting. Rumah, misalnya. Tapi harus bijak!
Sebelum berutang, pertimbangkan dulu baik-baik; tujuan berutang untuk apa? Apakah barang yang akan kita beli itu akan menjadi aset? Ataukah hanya sekadar barang-barang yang bersifat konsumtif?
Dengan cara apa kita berutang? Apakah utang multiguna, utang kartu kredit, atau mungkin utang tanpa agunan? KPR? Atau yang lain? Apa risiko masing-masing? Seperti apa cara pembayarannya?
Ada baiknya, kamu membatasi utang-utang yang bersifat konsumtif sebelum usia 30 tahun, apalagi jika diambil dengan utang yang berbunga “menjerat”.
Pelajari karakter, syarat, dan ketentuan setiap jenis utang yang membuatmu tertarik. Dan, kalau memang bisa dihindari, hindarilah. Mungkin ada cara lain untuk memenuhi keinginan kebutuhanmu tanpa berutang.
Bagaimana? Tujuan finansial mana yang sudah kamu lakukan, dan yang belum kamu mulai sebelum usia 30 tahun?
Semangat ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pekerja Kreatif, Kalian Juga Berhak Berkecukupan dan Waras – Simak 5 Tipnya!
Akhir-akhir ini sepertinya para pekerja kreatif sedang disoroti ya. Kasus A, B, C, semua tumpah ruah–terutama sih di media sosial. Beragam banget sih memang, masalah para pekerja kreatif ini. Apalagi mereka yang berstatus freelancer. Wah, rasanya seperti roller coaster setiap harinya ya.
Saya sendiri sebenarnya enggak 100% pekerja kreatif sih. Memang punya hobi bikin gambar-gambar sketsa ala-ala, ada beberapa yang laku dibeli sebagai ilustrasi buku, diorderin desain kaus atau totebag, dan sebagainya. Tapi penghasilan dari karya-karya kreativitas ini bisa dibilang enggak teratur sama sekali. Iyalah, orang selakunya juga. Kalau enggak ada yang laku, ya enggak apa-apa. Saya kan ada penghasilan tetap yang lain.
Bisa dibilang, karya kreatif saya itu hanya sebagai “jajan” aja.
Tapi, lain halnya dengan beberapa teman yang memang mendapatkan penghasilan utama sebagai pekerja kreatif. Mereka adalah para ilustrator, desainer grafis, videografer, hingga arsitek (eh, arsitek bisa dimasukkan ke dalam pekerja kreatif juga kan ya?). Mereka adalah orang-orang yang dituntut untuk menghasilkan produk-produk hasil rekayasa kreativitas setiap harinya.
Menjadi seorang pekerja kreatif itu memang harus siap untuk banyak perubahan, update, dan tantangan. Karena ya, seperti namanya sendiri, pekerja kreatif. Biasanya ya kecenderungannya jam kerja, metode kerja dan segala macamnya akan berbeda dengan karyawan biasa.
Penghasilan yang jumlahnya tidak tetap setiap bulan saja sudah menjadi satu masalah yang enggak bisa direcehkan saja, bukan? Belum lagi jam kerja fleksibel–yang bisa berarti 24/7. Dan kemudian, satu lagi nih: belum adanya perlindungan yang kuat terhadap karya-karya kreatif di negeri ini.
Itu semua memaksa para pekerja kreatif untuk banyak bersabar, kan ya?
Tapi, meski begitu setiap pekerja kreatif sebenarnya tetap berhak untuk hidup berkecukupan dari penghasilan mereka yang tidak tetap, dan jam kerja yang (terlalu) fleksibel ini lo. Sekaligus, mereka juga berhak untuk tetap waras menghadapi segala tuntutan kerja dan deadline yang berderet (serta invoice yang enggak cair-cair).
Gimana ya caranya?
5 Hal untuk Para Pekerja Kreatif Supaya Hidupmu Berkecukupan dan Waras
1. Pencatatan arus kas masuk dan keluar
Pencatatan arus uang yang masuk dan keluar adalah koentji, jika kita tidak mempunyai penghasilan yang tetap, baik jumlahnya maupun waktunya.
Dengan pencatatan keuangan yang benar, kita bisa tahu kondisi keuangan kita yang sebenarnya: apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, berapa yang bisa ditabung dan diinvestasikan, apakah cukup jika ditambah cicilan utang, dan seterusnya.
Kuncinya adalah pada pengeluaran yang tetap, meskipun pemasukan tidak tetap. Untuk bisa menetapkan pengeluaran, kita harus punya anggaran dulu. Anggaran bisa disusun jika kita ada catatan pengeluaran bulan sebelumnya.
2. Lengkapi dirimu dengan proteksi
Barangkali kamu adalah tulang punggung keluarga. Jadi, meski pemasukanmu tidak tetap, tapi bisa jadi ada beberapa orang yang hidupnya tergantung pada penghasilan yang didapatkan. Karena itu, pertimbangkan dengan saksama jika kamu membutuhkan asuransi jiwa.
Selain itu, asuransi kesehatan juga penting untuk kamu miliki. Semoga sih, setidaknya kamu sekarang sudah jadi peserta BPJS Kesehatan mandiri. Jangan nunggak iurannya ya.
3. Siap dengan dana darurat
Mungkin akan ada saatnya, sebagai seorang pekerja kreatif apalagi yang bekerja secara lepas atau freelance, kamu akan tidak mendapatkan pemasukan sama sekali dalam satu bulan. Lalu, dengan apa kamu harus memenuhi kebutuhanmu?
Dana darurat, itu dia.
So, mulailah membuat dana daruratmu sendiri. Untuk seorang freelancer, kamu akan butuh dana darurat sebesar 12 x pengeluaran rutinmu setiap bulan.
Besar ya? Kamu enggak harus langsung memenuhi 12 x pengeluaran kok. Kamu bisa menjadikannya sebagai target finansial, katakanlah, dalam 12 bulan ke depan, misalnya. Pilih instrumen investasi yang cocok dengan profil risikomu, supaya lebih cepat bisa terpenuhi.
4. Lindungi aset aktifmu
Karya yang sudah kamu hasilkan adalah aset aktifmu. Aset aktif adalah sesuatu yang akan memberikanmu passive income.
Sebagai pekerja kreatif, kita punya hak atas kekayaan intelektual terhadap produk atau apa pun hasil kerja kita. Seharusnya memang, setiap hasil dari kekayaan intelektual atau hak cipta ini dilindungi oleh undang-undang. Ada hukum yang berlaku bagi mereka yang melanggarnya.
Hanya saja–sedihnya–hal ini belum terlalu kuat di Indonesia. Masih banyak yang belum tahu, bahwa setiap karya yang tersebar di internet itu ada penciptanya. Bahwa apa yang dipost di ranah publik tidak berarti otomatis menjadi milik publik. Dan apresiasi terhadap para pencipta karya-karya kreatif ini juga masih minim sekali.
Sepertinya ini seharusnya menjadi PR pertama untuk pemerintah yang baru saja dilantik kemarin. Bapak Wishnutama semoga sudah mengagendakan hak perlindungan bagi karya-karya kreatif anak bangsa ini dalam program kerjanya. Mari kita berharap bersama!
5. Manajemen diri
Sebagai pekerja kreatif, bisa saja kamu akan bekerja 24/7. Tapi kamu juga perlu berlibur lo, seperti pekerja-pekerja kantoran yang lain. Mereka punya hak cuti setiap tahunnya. Kamu juga!
Karena itu, manajemen diri itu sangat penting, apalagi jika kamu seorang pekerja kreatif yang bekerja secara independen sebagai freelancer. Jangan mentang-mentang karena waktunya fleksibel, lantas kamu lupa untuk merawat diri sendiri.
Kamu juga perlu berlibur, cuti, sekadar istirahat, bahkan tidur yang cukup setiap hari. Ingat, menjadi tetap waras adalah hal yang sangat mahal belakangan ini.
Yuk, upgrade diri kamu sendiri! Karena sebagai seorang pekerja kreatif, jelas kamu berhak untuk hidup berkecukupan. Coba cek jadwal kelas finansial online QM Financial ya, dan pilih kelas-kelas yang sesuai dengan kebutuhanmu.
Selain itu, selalu ingat. Bahwa kamu juga berhak untuk waras, pun hasil karyamu terlindungi dengan baik. Semangat ya!
Ini Dia 5 Ciri Perusahaan Akan Bangkrut
Apa mimpi terburuk seorang karyawan? Salah satunya adalah ketika perusahaan akan bangkrut dan dibayangi PHK.
Yes, sebagai seorang karyawan, pastinya kita akan selalu berharap, bahwa pekerjaan kita akan selalu lancar. Yah, setidaknya sampai waktunya tiba bagi kita untuk pensiun. Maunya sih ya, selama sebelum usia 55 hingga 60 tahun, kita bisa kerja dengan baik, lancar, kalaupun ada masalah ya bisa dilalui dengan baik pula. Setiap karyawan pasti berharap demikian.
Tetapi, siapa yang bisa menjamin hidup itu selalu lancar? Apalagi di dunia kerja. Masalah paling ditakuti oleh setiap karyawan pun bisa terjadi sewaktu-waktu, yaitu perusahaan akan bangkrut dan mereka akan terkena badai PHK.
Ouch. Amit-amit, jauh-jauh deh!
Namun, meski demikian, peluang ini akan selalu ada lo. Bukankah semua bisa saja terjadi, dan risiko itu selalu ada di setiap hal? Yes, meski kita tak berharap demikian, tapi ada baiknya juga untuk kita selalu bersiap. Bersiap seperti apa? Salah satunya dengan mengenali ciri-ciri perusahaan akan bangkrut, dan badai PHK akan sebentar lagi datang.
Memangnya bisa ya, kita lihat secara kasatmata gitu, ciri perusahaan akan bangkrut? Bisa banget, apalagi kalau sebelumnya kita adalah karyawan yang memang benar-benar terlibat dalam setiap aktivitas bisnis perusahaan. Tanda-tanda berikut ini akan dengan mudah dirasakan dan diketahui.
5 Ciri dan tanda perusahaan akan bangkrut, dan saatnya bersiap bagi karyawan
1. Menurunnya penjualan
Pertanda utama yang paling jelas adalah menurunnya penjualan, atau pemasukan perusahaan. Ini bisa sekali terlihat oleh karyawan dari bagian mana pun. Penjualan yang tersendat akan menghasilkan cash flow yang rendah.
Tak perlu menjadi karyawan bagian keuangan atau finance untuk bisa melihat tanda pertama ini. Misalnya, karyawan bagian purchase atau produksi, saat permintaan dana untuk melaksanakan proses produksi selalu mengalami kesulitan dan makin sulit saja, maka itu sudah menjadi pertanda ada yang tak beres dengan cash flow perusahaan.
2. Hak karyawan mulai dikurangi
Tanda lain perusahaan akan bangkrut adalah saat hak-hak karyawan mulai dikurangi. Misalnya saja, sebelumnya ada tunjangan makan atau tunjangan transport. Kemudian secara mendadak, ada pengurangan nominal tunjangan, atau malah dihilangkan.
Bisa juga ada penundaan pembayaran hak karyawan, atau bahkan keterlambatan pembayaran gaji.
Kalau sudah begini, ada baiknya juga kita berinisiatif untuk melakukan komunikasi dengan pihak perusahaan, mengenai penyebab keterlambatan gaji atau pemotongan hak kita sebagai karyawan ini. Mungkin bisa juga ditawarkan solusi-solusi yang bisa meringankan beban kedua belah pihak.
3. Bergantinya jajaran manajemen secara mendadak
Pergantian jajaran manajerial secara mendadak juga bisa menjadi salah satu ciri perusahaan akan bangkrut, apalagi jika jabatan-jabatan yang diganti adalah jabatan penting dalam struktur organisasi perusahaan.
Pergantian jabatan–termasuk jika ada rekrutmen baru untuk jabatan dan posisi-posisi penting–biasanya merupakan salah satu tindakan antisipasi “penyelamatan kapal yang hendak tenggelam”. Biasanya diharapkan, dengan manajemen yang baru di bawah pimpinan orang baru yang dianggap lebih ahli, maka perusahaan akan bisa diperbaiki dan akhirnya terselamatkan.
4. Banyak kebijakan berubah secara mendadak
Tak hanya jajaran manajer yang berubah dan berganti, banyak kebijakan juga akan berubah, disesuaikan dengan kondisi darurat, juga menjadi pertanda perusahaan akan bangkrut.
Yang paling jelas biasanya bisa dilihat pada penganggaran. Perusahaan yang akan bangkrut biasanya melakukan pengetatan pengeluaran, memangkas biaya-biaya yang dianggap tak perlu atau kurang efisien.
5. Pindah ke kantor yang lebih kecil
Ciri lain yang bisa mudah terlihat kalau perusahaan akan bangkrut adalah ketika harus pindah ke bangunan atau ruang kantor yang lebih kecil dibandingkan yang lama. Apalagi jika kantor masih menyewa tempat, bukan milik sendiri.
Pindah kantor ke bangunan atau ruangan yang lebih kecil atau lebih minimalis memang bisa memangkas biaya di beberapa aspek, salah satunya biaya sewa. Ini juga merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menstabilkan kembali keuangan yang mungkin sekarang sedang dalam kondisi sulit.
Nah, pernahkah mengalami beberapa hal di atas saat kamu bekerja di sebuah perusahaan? Kalau iya, well, mungkin sekarang saatnya untuk mulai mengecek kondisi dana darurat kamu. Apakah jumlahnya cukup setidaknya sampai 3 bulan ke depan? Terutama bila kamu mengalami keterlambatan pembayaran gaji.
Dan, setelah itu, pastinya kamu harus segera melakukan beberapa langkah antisipasi jika hal terburuk benar-benar terjadi.
Yah, semoga kita semua tak harus menghadapi kondisi yang tak mengenakkan ini ya.
Yuk. gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, terutama untuk membantumu melewati saat-saat tersulit dalam hidup. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.
Supermarket Giant Tutup! 5 Hal yang Harus Kita Lakukan jika Perusahaan Tempat Kita Kerja Berhenti Beroperasi
Cukup mengejutkan sih, beritanya: supermarket Giant tutup beberapa gerainya di Jakarta per tanggal 28 Juli 2019. Salah satu jaringan supermarket PT Hero Supermarket Tbk ini menutup 6 gerai, menyusul penutupan 26 gerai ritel Hero lain yang sebelumnya terjadi.
Pengurangan gerai ini bukan tanpa sebab. Menurut berita yang dirilis oleh CNN Indonesia, jaringan supermarket Giant tutup setelah mencatat penurunan penjualan sampai sebesar Rp9,84 triliun hanya di kuartal ketiga tahun lalu. Akibatnya, pihak manajemen mengaku, telah mem-PHK 92% karyawannya. Ini berarti tak kurang dari 500 orang berubah status dari karyawan menjadi pengangguran. Ouch!
Peristiwa supermarket Giant tutup ini bisa menjadi satu bukti lagi, bahwa hal yang sama (perusahaan merugi, hingga harus mengakhiri operasionalnya) bisa terjadi pada perusahaan mana pun. Kalau dalam kasus Giant ini, mereka telah mengalami penurunan penjualan hingga triliunan sehingga mengakibatkan kerugian. Ada banyak penyebab lain yang bisa terjadi, yang menjadi penyebab sebuah perusahaan harus melakukan efisiensi–bahkan sampai menutup kantor. Penurunan penjualan hanya salah satu di antaranya.
Pastinya, keputusan untuk menutup gerai supermarket Giant dan merumahkan ratusan pekerjanya ini tidak hanya diambil dalam semalam saja. Tentu ada proses pertimbangan matang sebelumnya, meski akhirnya keputusan pahit inilah yang diambil.
Memang ada sisi lain yang disambut gembira dari ditutupnya supermarket Giant ini. Ada cuci gudang dengan diskon sampai 50% untuk semua item! Pokoknya, semua harus terjual habis sebelum supermarket Giant tutup tanggal 28 Juli mendatang. Wah, ya yang seneng ya ibu-ibu pasti. Nggak heran, sudah beberapa hari ini antrean beberapa gerai supermarket Giant yang akan ditutup jadi mengular.
Tapi, bagaimana kabar para karyawan yang terkena PHK? Barangkali keputusan ini akan berat bagi mereka, tapi pastinya tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain menerimanya. Dan, setelah ini, apa yang harus dilakukan? Kondisi pasti akan lebih berat, bukan? Karena itu, para karyawan–supermarket Giant pada khususnya, dan para tenaga kerja lain pada umumnya–memang harus siap untuk segala kemungkinan. Bahkan yang terburuk sekalipun, seperti halnya kasus supermarket Giant tutup ini.
5 Hal yang Harus Kita Lakukan Jika Kantor Tempat Kita Berhenti Beroperasi–Seperti Kasus Supermarket Giant Tutup
1. Selalu siap dana darurat
Nggak ada yang pengin mendapatkan musibah. Tapi, persiapan untuk segala situasi–yang terburuk sekalipun–adalah koentji, karena segala hal yang ada di hidup ini nggak ada yang pasti.
Dana darurat is a must. Saat kita masih menerima gaji, sisihkanlah sebagian dana untuk menjadi dana darurat. Untuk serba-serbi dana darurat, bisa membaca artikel mengenai Dana Darurat di situs ini secara lebih lengkap.
Jadi, jangan tunda lagi untuk bikin pos dana darurat. Meski kita baru saja diterima bekerja di suatu perusahaan, menyisihkan gaji untuk dana darurat harus menjadi hal pertama yang dilakukan. Jangan tunggu sampai terlambat.
So, ayo, mulai sekarang buat dana darurat kalau belum ada. Jangan nunggu seperti kasus supermarket Giant tutup terjadi.
2. Manfaatkan dana pesangon dengan bijak
Saat karyawan diputus hubungan kerja oleh perusahaan tempat ia bekerja, maka karyawan tersebut berhak atas sejumlah pesangon. Hal ini sudah diatur dalam pasal 156 ayat 2 Undang – Undang no. 13 tahun 2003, sehingga jika ada perusahaan yang lalai membayarkannya, maka perusahaan tersebut bisa diancam sejumlah sanksi dan denda.
Pesangon ini terdiri dari beberapa komponen, seperti perhitungan upah yang didasarkan pada masa kerja karyawan, uang penghargaan, dan uang pengganti hak-hak karyawan, misalnya seperti jatah cuti tahunan yang belum diambil. Sehingga kadang, uang pesangon yang diterima ini justru lebih banyak beberapa kali lipat dari gaji atau upah yang diterima setiap bulan ataupun secara periodik sebelumnya.
Uang yang diterima memang banyak, tetapi jangan cepat senang dulu, karena itulah upah terakhir yang diterima. Selanjutnya, manfaatkan dana pesangon itu dengan bijak, untuk menyambung hidup seterusnya sebelum mendapatkan pekerjaan kembali.
3. Prioritas cicilan
Yang pertama harus segera dibereskan tentu saja cicilan utang, jika ada. Jadi, ayo dicek, kurang berapa banyak lagi KPR-nya, atau kredit motornya? Atau masihkah ada utang kartu kredit yang tertunda?
Segera atur, dan lunasi. Setidaknya, saat-saat belum mendapatkan pekerjaan lagi, kita nggak akan dibebani oleh utang, itu saja sudah memperingan hidup.
4. Cari peluang dari hobi
Hobi adalah salah satu hal yang bisa kita andalkan untuk mencari uang di saat-saat yang sulit. Makanya, meluangkan waktu untuk melakukan dan memperdalam hobi meski di sela-sela kesibukan itu penting. Kalau BPJS adalah asuransi terhadap kesehatan, hobi adalah asuransi terhadap pekerjaan.
Berbahagialah mereka yang selalu bisa mengerjakan hobi meski hanya di saat weekend. Sudah mengurangi stres, bisa jadi salah satu bekal juga kalau sewaktu-waktu kondisi paceklik.
Jadi, jangan remehkan keberadaan hobi.
Yuk, yang sekarang belum terkena PHK–seperti halnya kasus supermarket Giant tutup–coba dilihat-lihat lagi pernah punya hobi apa? Cobalah ditekuni, syukur-syukur bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan sampingan. Lumayan banget lo!
5. Segera ubah gaya hidup dan atur ulang pengeluaran
Nah, yang terakhir ini tak kalah penting. Barangkali selama punya gaji dan pemasukan yang cukup sebelumnya, kita punya gaya hidup yang tinggi. Kalau kasusnya sama dengan supermarket Giant tutup begini, masa iya masih mau royal membelanjakan uang?
Coba dibuka lagi catatan pengeluarannya, lalu teliti. Apa nih yang bisa dikurangi, atau dihemat? Yang biasa ngopi di warung kopi, ya bikin saja kopi sendiri di rumah. Yang biasa makan di luar setiap weekend, masak sendiri saja dulu setiap hari. Yang selalu merencanakan liburan setiap bulan, ya coba ditunda dulu.
Saatnya berhemat di semua pos.
Kalau sudah ada kasus seperti supermarket Giant tutup begini, kadang kita baru mengerti arti pentingnya keterampilan mengatur keuangan. Iya nggak? Makanya, sebelum terlambat, bekali diri sendiri dengan berbagai pengetahuan untuk mengelola keuangan pribadi. Ini juga merupakan tanggung jawab perusahaan lo, untuk memberikan bekal pengetahuan mengelola keuangan pribadi untuk karyawan.
So, perusahaan tempat Anda bekerja sudah pernah melaksanakan training keuangan untuk karyawan belum? Kalau belum, mengapa tak coba Anda usulkan? Jangan takut untuk mengusulkan diadakan training demi meningkatkan kompetensi diri.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Setelah Idulfitri, Ingat Selalu 3 Hal Keuangan Pribadi Agar Kantong Tidak Ikut Fitrah
Idulfitri baru saja berlalu, dan maknanya kita kembali kepada fitrah, kembali suci. Ibaratnya, kondisi diri kita sekarang kembali seperti kertas kosong yang belum ditulisi, putih bersih. Mulai dari nol lagi. Semoga demikian juga kondisi teman-teman semua. Tapi, kondisi “kembali ke fitrah” ini seharusnya tak berlaku untuk kondisi keuangan pribadi kamu juga dong. Masa hari gini, dompet juga kosong melompong. Kondisi keuangan tidak harus berada di titik nol juga, dong?
Memang sih, Idulfitri maupun hari raya lainnya sering kali dapat membuat kondisi keuangan pribadi seseorang jadi kacau balau. Kondisi keuangan yang babak belur setelah hari raya merupakan hal yang lumrah terjadi. Pengeluaran membengkak untuk menyambut hari raya; mulai dari membeli pakaian baru, hidangan dan hantaran, berbagi angpau, sampai kepada budaya mudik.
Nah, ini nih yang terakhir. Apalagi kalau hari rayanya juga dibarengi dengan liburan panjang. Seperti yang kita alami kemarin ini, ditambah masih ada liburan panjang sekolah nanti di depan. Wadaw! Pasti bikin para orang tua juga cenat-cenut nih pastinya.
Akan tetapi, membengkaknya pengeluaran hari raya seharusnya dapat diprediksi kan ya, karena hal ini bakalan terjadi setiap tahun. Idulfitri akan selalu kita rayakan setiap tahun, benar kan? Dengan demikian, sebaiknya kamu melakukan langkah pencegahan agar tidak bangkrut pasca hari raya.
Lalu, apa nih yang bisa dilakukan? Sebenarnya cukup sederhana. Kamua hanya perlu untuk selalu mengingat dan melakukan 3 hal keuangan pribadi yang paling prinsip ini saja.
3 Hal Keuangan Pribadi yang Harus Selalu Diingat, Agar Kantong Tidak Ikut Fitrah Setelah Idulfitri
1. Hitung dan buat anggaran
Sebelum hari raya kemarin, apakah kamu sudah melakukan penganggaran? Belum ya? Well, kalau begitu, jangan lagi mengulangi kesalahan keuangan pribadi ini di tahun depan.
Untuk bisa membuat anggaran hari raya di tahun depan, berarti kamu harus mulai dengan menghitung dulu dengan cermat, berapa realisasi pengeluaran dari bujet hari raya kamu kemarin.
Setelah ketemu angka pastinya, gunakanlah jumlah realisasi tersebut sebagai acuan untuk membuat bujet hari raya tahun depan. Tambahkan inflasi sebesar 10% karena kenaikan harga pasti terjadi setiap tahunnya.
Nah, dengan begini, kamu sudah memegang batas bujet yang bisa kamu keluarkan dengan terkendali.
2. Kendalikan diri
Di saat kritis dalam keuangan pribadi, mungkin kamu akan tergoda untuk menerima tawaran Kredit Tanpa Agunan (KTA). Tapi, ada baiknya kamu pertimbangkan lagi.
Menambah utang dengan tujuan untuk menutup defisit yang terjadi akibat hari raya hanyalah akan membuat kamu terjerat bunga pinjaman yang tinggi untuk barang yang telah dikonsumsi. Ini pastinya bukan langkah yang bijaksana.
Kalau memang terpaksa sekali, akan lebih baik jika kamu merogoh dana darurat yang sudah kamu kumpulkan sebelumnya. Namun, meski itu adalah dana darurat sendiri, pastikan kamu mengembalikannya sesegera
mungkin!
Sementara itu, periksa lagi anggaran untuk beberapa hari ke depan setelah Idulfitri ini. Apakah ada yang bisa dikurangi? Untuk makan, misalnya. Kamu juga dapat mempertimbangkan membawa bekal makan siang dari rumah apabila keuangan sedang menipis. Atau, simpan saja mobil di rumah dulu, dan kalau pergi, gunakan moda transportasi umum demi menghemat uang bensin.
3. Cari ide tambah pemasukan
Butuh suntikan dana kecil, sementara gaji belum kelihatan hilalnya?
Coba lihat sekeliling kamar atau lemari kamu. Mungkin ada beberapa barang yang sudah tak terpakai beberapa tahun lamanya, saatnya untuk menjualnya dengan harga murah. Kamu bisa merencanakan untuk menggelar garage sale, untuk melepas barang-barang yang sudah tak kamu pakai tapi kondisinya masih mendekati 100%.
Mau bikin garage sale offline di rumah? Boleh saja. Mau online? Bisa banget juga. Banyak portal menjual barang bekas yang tersedia. Atau, jual lewat akun Instagram kamu pribadi pun juga bisa. Usaha ini, selain bisa membersihkan ruangan dan lemari, juga dapat mendatangkan uang untukmu kan?
Kalau mau dapat keuntungan lebih banyak, undang teman-temanmu untuk ikut gabung dalam garage sale kamu. Minta mereka menyetor data barang yang hendak mereka jual, lalu buat list dan bicarakan harganya. Yang pasti, nggak perlu mengharap untung terlalu banyak. Bisa laku saja, sudah bagus sehingga kamu nggak perlu puasa lagi sampai hari gajian tiba kan?
Nah, dengan 3 prinsip di atas, semoga keuangan pribadi kamu tetap sehat setelah Idulfitri sampai gaji selanjutnya masuk ke rekening ya! Yuk, ikutan kelas finansial online yuk, supaya kamu lebih terampil mengatur keuangan pribadimu. Cek kelas-kelas yang tersedia, dan jangan lupa untuk follow akun Instagram QM Financial juga ya!
5 Hal Finansial Untuk Anda Yang Berusia 40-50 tahun
Apakah sekarang Anda sedang memikirkan bagaimana caranya mempersiapkan masa pensiun yang berkualitas? Mempersiapkan masa pensiun yang berkualitas memang menantang terutama jika anda memiliki keterbatasan keuangan.
Agar Anda tidak lagi menunda untuk menyiapkan Dana Pensiun, setidaknya ada 5 Hal Finansial Untuk Anda Yang Berusia 40-50 tahun:
5 Hal Agar Literasi Finansial Perempuan Meningkat
Bagi dunia internasional, bulan Maret erat kaitannya dengan perempuan. Setiap 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia untuk merayakan pencapaian secara politik, ekonomi, kultural dan sosial.
Perempuan selalu berhubungan dengan finansial dan dianggap lebih pandai dalam mengatur keuangan. Benarkah demikian? Kenyataannya, menurut survei Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2016, tingkat literasi keuangan perempuan hanya 25,5%, lebih rendah bila dibandingkan pria yaitu 33,2%.
5 Cara Cerdas Mengelola Bonus Karyawan
Bonus karyawan barangkali adalah hal lain yang sangat diharapkan dan ditunggu ya, selain gaji. Satu, karena bonus bisa dianggap sebagai apresiasi perusahaan terhadap kinerja kita, sehingga kita pun akan merasa bahagia jika hasil kerjanya diakui. Kedua, tentunya karena bonus–terutama yang berupa uang–pasti akan banyak gunanya bagi kita.
Tapi, eits. Jangan buru-buru pergi ke mal atau langsung pesan tiket pesawat untuk berlibur begitu menerima bonus karyawan ini.
Ada beberapa hal lain yang lebih penting ketimbang sekadar belanja-belanji atau liburan yang bisa kita penuhi dengan memanfaatkan bonus karyawan yang kita terima lo, dan kaitannya dengan masa depan kita yang lebih panjang.
Yuk, kelola bonus karyawan dengan cerdas, dengan memprioritaskan beberapa hal berikut terlebih dahulu sebelum kita belanja atau liburan.
5 Prioritas yang Harus Dipertimbangkan Terlebih Dahulu Saat Menerima Bonus Karyawan
1. Lunasi Tagihan dan Utang
Yang pertama pastilah utang. Coba cek, berapa banyak utang yang kita punya?
Jika kita punya utang kartu kredit dan bisa langsung dibayar lunas dengan bonus karyawan yang kita terima, maka lebih baik langsung saja bayarkan penuh. Siapa sih yang tak mau merdeka dari utang, terutama utang kartu kredit? Fyuh, rasanya seperti terbebas dari penjajahan lo!
Karena itu, utang kartu kredit menjadi prioritas utama kalau kita menerima bonus.
Kalau tak punya utang kartu kredit, adakah utang lain yang bisa dicicil dengan nominal yang lebih besar demi mempersingkat waktu cicilan? Coba cek ya, dan segera alokasikan dana untuk membayarnya dari bonus karyawan yang kita terima.
Kedua, adakah tagihan tahunan yang masih menjadi kewajiban kita tahun ini? Misalnya saja, pajak kendaraan? Pajak Bumi dan Bangunan? Atau pajak-pajak tahunan yang lain?
Kalau iya, segera alokasikan pula dana dari bonus yang kita terima tersebut.
2. Sisihkan untuk Dana Darurat
Prioritas kedua adalah menambah dana darurat. Tahu kan, apa pentingnya dana darurat?
Dana darurat adalah salah satu hal paling dasar yang mesti kita siapkan dalam perencanaan keuangan kita. Besarnya dana darurat dan apa manfaatnya, sudah pernah dijelaskan juga di situs ini. Pastinya, sudah tak perlu lagi diuraikan panjang kali lebar kali tinggi lagi kan?
Untuk memenuhi target dana darurat, kita bisa menutupnya dengan mengalokasikan sebagian bonus karyawan yang kita terima, setelah utang dan tagihan terpenuhi.
Coba deh, selain merdeka dari utang dan juga tagihan, punya dana darurat yang cukup itu bikin hidup jadi terasa sangat nyaman dan aman.
3. Tambah Investasi
Prioritas ketiga yang perlu kita pertimbangkan setelah menerima bonus karyawan adalah menambah pundi-pundi investasi. Bisa dengan menambah jenisnya–yang tentu saja dipertimbangkan bagaimana mengelola investasi ini ke depannya–atau top up investasi yang selama ini sudah dijalankan.
Besarnya berapa? Jika memang ada alokasinya, sisihkan 10 – 30% dari bonus karyawan yang kita terima untuk menambah investasi ini, sembari menganalisis lagi portofolio yang sudah kita punya.
4. Pengeluaran Sosial
Juga, adakah pengeluaran sosial yang harus kita penuhi dan membutuhkan dana yang besar? Kalau ada, yuk, sisihkan sebagian bonus karyawan yang kita terima untuk keperluan sosial ini.
Kita bisa menyalurkannya melalui badan-badan sosial supaya benar-benar sampai pada mereka yang membutuhkan. Dengan menyisihkan dana sosial, penghasilan kita ke depannya juga akan semakin berkah lo!
Jadi, setelah prioritas-prioritas lain yang lebih urgent sudah dipenuhi, jangan lupa untuk bersedekah ya.
5. Manjakan Diri!
Nah, kalau semua hal di atas sudah terpenuhi dengan baik, baru deh, mari kita pikirkan apa yang pengin kita lakukan atau nikmati dengan “sisa” bonus yang kita punya, jika ada.
Mau liburan? Ayo, segera cari tiket dan pesan hotel. Kalau ada voucher promo, jangan lupa juga untuk dimanfaatkan. Lumayan kan, bisa liburan lebih murah. Mau belanja ke mal? Coba cek, kapan ada jadwal sale. Mau beli kamera untuk menyalurkan hobi fotografi? Coba cek juga, toko mana yang menjual kamera kualitas baik dengan harga yang terjangkau.
Atau, mau langsung ke salon dan spa saja untuk perawatan demi meringankan stres akibat pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari? Ide bagus juga tuh.
Dengan menempatkan kewajiban dan prioritas penting seperti poin-poin di atas, kita pasti bisa memanfaatkan dan mengelola bonus karyawan yang kita terima dengan tidak sia-sia. Banyak kebutuhan hidup yang lebih penting dari sekadar hore-hore namun akhirnya jadi huru-hara kan?
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.
5 Hal Keuangan Untuk Freelancer
Apakah kamu seorang freelancer? Atau, apakah saat ini kamu seorang pekerja kantoran dan berniat untuk menjadi freelancer?
Fleksibelnya waktu dan merdeka dalam berkarya menjadi alasan kuat bagi generasi langgas untuk menjadi freelancer. Generasi langgas yang mengutamakan gaya hidup memilih menjadi freelancer karena mereka dapat dengan leluasa mengatur jadwal liburan saat bukan musim liburan untuk dapat lebih menikmati tujuan wisata yang masuk ke dalam bucket list mereka. Ditambah lagi menjadi freelancer memberikan keleluasaan untuk mengerjakan hanya pekerjaan (proyek) yang disenangi.Tapi, menjadi freelancer juga artinya selain penghasilan yang tidak menentu, kamu juga harus punya disiplin tinggi karena bebas mengatur waktu dan punya banyak waktu untuk bersosialisasi sehingga bisa jadi biaya sosial menjadi lebih tinggi dibandingkan pekerja kantoran.
Setidaknya ada 5 hal soal keuangan yang perlu diperhatikan freelancer atau yang ingin menjadi freelancer agar keuangannya kuat:
Saat Terancam PHK, Lakukan 5 Hal Ini untuk Mengantisipasi Kondisi Terburuk
Krisis ekonomi bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada kita yang sudah menempati posisi nyaman di sebuah perusahaan. Kalau perusahaan tidak bisa bertahan, maka kita bisa saja terancam PHK, atau pemutusan hubungan kerja. Berapa lama kita bekerja, bagaimana kinerja kita sebelumnya, hingga prestasi kerja apa pun yang telah kita buat, tak akan menjamin kita selamat dari ancaman PHK ini.
Hanya yang dianggap mampu menyelamatkan perusahaan sajalah yang akan dipertahankan.
Lalu, tak mungkin dong, kita diam saja? Tapi, apa yang harus dan bisa kita lakukan?
5 Hal yang Bisa Kita Lakukan Saat Terancam PHK
1. Pertahankan good attitude
Pasti pernah melihat–atau mungkin mendengar cerita–bahwa seseorang yang secara kualitas kinerjanya di atas rata-rata, namun mesti tersingkir karena punya attitude yang kurang baik. Kejadian ini bisa terjadi pada siapa pun.
Attitude memang memiliki pengaruh besar pada karier, karena attitude mau tidak mau akan berujung pada reputasi. Semakin baik reputasi kita di depan semua orang di kantor–bawahan, rekan, atasan, dan juga klien–maka nama kita pun akan populer di lingkungan kerja.
Dengan kepopuleran ini, kita akan dapat memiliki networking yang bagus, yang bisa saja tak hanya berhenti di lingkungan kantor kita sendiri, tapi meluas karena klien-klien kita juga menyukai attitude yang kita punya.
Networking yang bagus yang dibangun berdasarkan pada good attitude and good reputation akan membawa hal baik bagi perusahaan. Dengan demikian, besar peluang kita untuk bertahan.
2. Selesaikan semua tugas dengan baik
Ketika perusahaan tempat kita bekerja sedang bermasalah, terkadang ada kecenderungan bagi karyawan untuk mulai tak bersemangat bekerja, mulai pasrah, bahkan mulai malas menyelesaikan tugas sesuai job desc masing-masing. Mereka yang begini biasanya beranggapan, percuma saja bekerja keras, toh statusnya mulai tak jelas.
Anggapan seperti ini sebenarnya kurang tepat lo. Selama perusahaan masih bisa menggaji kita, sebaiknya kita tetap menampilkan kinerja yang berbobot sama pula. Hindarilah kesan malas karena hal ini akan semakin tak baik efeknya jika kita terancam PHK.
Cek kembali semua tugas dan pekerjaan yang sudah kita lakukan, siapa tahu masih ada proyek yang belum selesai atau bahkan belum tersentuh. Kalau perlu, buatlah to do list, pekerjaan apa saja yang harus kita selesaikan dengan segera. Setidaknya, kita bisa memikirkan kepuasan klien atau pelanggan kita sebagai motivasi untuk menyelesaikannya.
Tunjukkan bahwa kita masih peduli pada perusahaan, dan memiliki semangat untuk bertahan.
3. Terima setiap kesempatan yang mungkin ditawarkan
Ada kalanya jika perusahaan sedang dalam kondisi tak baik dan karyawan terancam PHK, perusahaan juga akan mulai melakukan mutasi karyawan dari satu divisi ke divisi lain, selain usaha menguranginya.
Janganlah ragu untuk menerima semua kesempatan yang mungkin ditawarkan oleh perusahaan pada kita, meskipun mungkin posisi yang ditawarkan merupakan posisi yang akan memberikan pengalaman baru dan menuntut kita untuk belajar lagi dari awal.
Tak masalah kan? Terbuka saja pada setiap tanggung jawab baru. Bukankah dalam setiap posisi akan selalu ada hal baru untuk dipelajari? Yang penting lakukan seluruh tanggung jawab baru ini dengan penuh kesungguhan.
Siapa tahu, hal ini akan menjadi kesempatan baru juga buat kita untuk lebih berkembang.
4. Berkomitmen
Cobalah sampaikan komitmen dan niat baik kita pada perusahaan, jika kita memang ingin bertahan padahal sedang terancam PHK.
Ungkapkan bahwa kita bersedia membantu membangun kembali perusahaan, dan tidak keberatan menerima segala risikonya. Dengan demikian, perusahaan pasti akan mempertimbangkan kita untuk tetap menjadi bagian dari keluarga besarnya.
5. Tetap siapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk
Keempat hal di atas kita lakukan demi bisa menyelamatkan posisi kita yang terancam PHK. Tapi juga jangan lupa, di sisi lain, kita pun harus mempersiapkan diri sendiri untuk menghadapi krisis yang bisa diprediksi akan datang jika kita sampai di-PHK.
Dana darurat akan menjadi penyelamat saat kita harus hidup sementara tanpa penghasilan. So, yang harus mulai kita perhatikan adalah segera siapkan dana darurat–meski saat ini kita belum sampai terancam PHK. Toh, dana darurat ini bisa dipakai untuk banyak hal kok, namun terutama memang sebagai penyelamat saat kepepet.
Dalam artikel Sekali Lagi tentang Dana Darurat, besaran dana darurat disesuaikan dengan status kita saat ini, yaitu:
- Lajang, dana darurat yang harus disiapkan: 4 kali pengeluaran bulanan
- Menikah, dana darurat yang harus disiapkan: 6 kali pengeluaran bulanan
- Menikah dengan 1 anak, dana darurat yang harus disiapkan: 9 kali pengeluaran bulanan
- Menikah dengan 2 anak, dana darurat yang harus disiapkan: 12 kali pengeluaran bulanan
Terkesan banyak ya? Tenang, sejumlah dana darurat itu bisa kok kita siapkan secara bertahap. Pastikan saja, kita bisa menabung sebesar 10% dari penghasilan setiap bulannya sejak kita mulai bekerja, lalu sisihkan juga sebagian untuk dana darurat.
Jika ada bonus tahunan, THR, atau insentif, jangan langsung habiskan. Alokasikan dulu untuk menambah dana darurat ini. Selanjutnya, kita bisa menentukan instrumen untuk menyimpannya agar lebih aman dan siapa tahu bisa mendapatkan return lagi.
Lebih jelasnya mengenai dana darurat, yuk, simak video berikut ini.
Siapa Saja Bisa Terancam PHK
Karena hidup serba tak pasti, maka sebaiknya kita selalu bersiap dari awal. Perusahaan tempat kita bekerja pastilah tak pernah punya rencana untuk mem-PHK karyawan, namun kondisi yang memaksa mereka untuk melakukannya.
Di sisi lain, sebagai karyawan, kita memang harus bersiap jika sampai terancam PHK. Segera cek ulang rencana keuangan, lalu bersiap untuk berjuang lagi.
Yah, semoga kita semua tak harus menghadapi kondisi yang tak mengenakkan ini ya.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.