10 Tip Menggunakan Pesangon PHK untuk Memulai Usaha Baru
Menghadapi PHK memang tidak mudah. Kehilangan pekerjaan bisa bikin bingung, apalagi kalau belum ada penghasilan lain. Tapi kalau punya pesangon PHK, ini bisa jadi peluang baru.
Daripada habis begitu saja, uang ini bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Salah satunya adalah memulai usaha sendiri.
Table of Contents
Pesangon PHK untuk Modal Usaha

Memulai bisnis setelah PHK memang terasa menantang. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan, mulai dari ide usaha sampai cara mengelola modal. Tapi dengan perencanaan yang tepat, peluang sukses tetap terbuka.
Yang penting, uang pesangon PHK dikelola dengan bijak agar tidak cepat habis. Kalau dimanfaatkan dengan strategi yang tepat, usaha baru bisa jadi jalan keluar yang menjanjikan.
Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengelola uang pesangon PHK yang ingin dimanfaatkan jadi modal usaha.
1. Hitung Total Pesangon PHK dengan Cermat
Sebelum mulai usaha, pastikan sudah tahu persis berapa jumlah pesangon PHK yang diterima. Cek juga apakah ada tambahan lain seperti tunjangan, uang penghargaan masa kerja, atau kompensasi lainnya.
Jangan buru-buru membelanjakan uang tanpa rencana yang jelas. Pisahkan dulu mana yang untuk kebutuhan sehari-hari dan mana yang bisa dipakai sebagai modal usaha. Buat catatan sederhana agar tahu berapa lama dana ini bisa bertahan. Jangan sampai habis sebelum usaha mulai menghasilkan.
Baca juga: Menghadapi PHK dengan Bijak: Langkah Awal Mengelola Keuangan
2. Tentukan Jenis Usaha yang Realistis
Jangan asal pilih bisnis hanya karena sedang tren. Pilih yang sesuai dengan modal, keterampilan, dan minat agar lebih mudah dijalankan.
Jika belum punya pengalaman bisnis, mulai dengan sesuatu yang sederhana dan mudah dikelola. Misalnya, usaha kuliner rumahan, reseller, atau jasa yang tidak butuh banyak modal. Perhitungkan juga kebutuhan pasar dan peluang keuntungan. Usaha yang realistis lebih mudah bertahan dan berkembang.
3. Pisahkan Dana Pribadi dan Modal Usaha
Kesalahan umum pemula adalah mencampur uang bisnis dengan keuangan pribadi. Ini bisa bikin bingung dan sulit melihat apakah bisnis benar-benar untung atau rugi.
Buat rekening khusus untuk usaha dengan pesangon PHK ini, meskipun hanya rekening biasa tanpa biaya admin. Setiap pemasukan dan pengeluaran usaha harus dicatat dengan jelas. Dengan begitu, bisa lebih mudah mengatur strategi keuangan bisnis. Jika usaha berkembang, keuangan akan lebih terkontrol sejak awal.
4. Mulai Kecil, Kembangkan Secara Bertahap
Jangan tergoda langsung menghabiskan banyak modal untuk bisnis besar. Mulai dari skala kecil dulu untuk menguji pasar.
Misalnya, jika ingin jualan makanan, coba produksi dalam jumlah terbatas dan jual ke lingkungan sekitar. Jika responsnya bagus, baru tambah skala produksi sedikit demi sedikit. Dengan cara ini, risiko kerugian bisa ditekan dan bisa lebih fleksibel beradaptasi. Jangan sampai modal habis sebelum bisnis benar-benar berjalan.

5. Prioritaskan Kebutuhan Utama Usaha
Jangan asal belanja peralatan atau stok dalam jumlah besar. Fokus pada kebutuhan paling mendesak agar bisnis bisa mulai jalan.
Misalnya, jika ingin usaha kue, cukup beli oven dan bahan baku seperlunya dulu, tidak perlu langsung sewa tempat atau beli alat mahal. Pengeluaran yang tidak terlalu penting bisa ditunda sampai usaha mulai stabil. Dengan cara ini, modal bisa lebih tahan lama dan tidak cepat habis.
6. Cari Model Bisnis dengan Perputaran Cepat
Pilih usaha yang bisa langsung menghasilkan pemasukan. Bisnis dengan perputaran cepat lebih aman, apalagi jika modal terbatas.
Contohnya, jualan makanan harian, jasa cuci motor, atau bisnis online dengan sistem pre-order. Dengan perputaran cepat, modal bisa segera kembali dan bisa langsung diputar lagi. Jangan memilih bisnis yang butuh waktu lama untuk balik modal jika kondisi keuangan masih terbatas.
7. Manfaatkan Teknologi dan Media Sosial
Promosi online bisa menghemat biaya pemasaran. Gunakan media sosial untuk memperkenalkan bisnis ke lebih banyak orang. Buat konten menarik seperti foto produk, testimoni pelanggan, atau video singkat agar lebih menarik.
Jangan ragu memanfaatkan marketplace dan grup jual beli untuk menjangkau pelanggan lebih luas. Pemasaran yang efektif bisa membantu bisnis cepat dikenal tanpa harus keluar biaya besar.
8. Siapkan Dana Darurat dari Sebagian Pesangon
Jangan habiskan seluruh uang pesangon PHK untuk modal usaha. Sisihkan sebagian untuk biaya hidup selama beberapa bulan ke depan. Ingat, bisnis baru butuh waktu untuk mulai menghasilkan keuntungan.
Jika tidak punya dana cadangan, bisa jadi malah stres dan usaha tidak fokus. Simpan dana darurat minimal untuk tiga hingga enam bulan agar lebih tenang menjalankan bisnis.
9. Belajar dan Riset Sebelum Eksekusi
Jangan buru-buru langsung eksekusi tanpa memahami bisnis yang dipilih. Cari tahu dulu tentang target pasar, strategi pemasaran, dan persaingan di bidang tersebut. Bisa belajar dari buku, kursus online, atau pengalaman orang lain yang sudah sukses.
Jika memungkinkan, coba magang atau bekerja dulu di bidang yang sama untuk memahami seluk-beluknya. Dengan persiapan yang matang, risiko kegagalan bisa lebih kecil.

10. Evaluasi dan Adaptasi Secara Berkala
Jangan hanya menjalankan bisnis tanpa mengevaluasi hasilnya. Lihat mana strategi yang berhasil dan mana yang kurang efektif. Jika produk kurang laku, coba perbaiki kualitas atau ubah strategi pemasaran.
Jika harga kurang kompetitif, cari cara agar tetap untung tanpa menaikkan harga terlalu tinggi. Bisnis yang fleksibel dan cepat beradaptasi lebih mudah bertahan dalam persaingan. Jangan takut mencoba hal baru jika diperlukan.
Baca juga: Karyawan Swasta: Pengertian, Keuntungan, dan Tip Menjadi yang Terbaik
Mengelola pesangon PHK dengan bijak bisa membuka peluang baru. Daripada cepat habis tanpa arah, lebih baik digunakan untuk sesuatu yang bisa berkembang.
Memulai usaha memang butuh keberanian, tapi dengan perencanaan yang matang, peluang sukses tetap ada. Yang penting, jalani dengan sabar dan terus belajar. Dengan langkah yang tepat, pesangon bisa jadi awal perjalanan baru yang lebih menjanjikan.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Puasa, THR, dan Bonus Ramadan: Cara Cerdas Mengelola Uang agar Tidak Cepat Habis
Ramadan identik dengan pengeluaran yang meningkat. Mulai dari buka puasa bersama, belanja baju baru, hingga persiapan Lebaran. Ditambah lagi, banyak orang merasa lebih bebas membelanjakan uang karena adanya THR dan bonus. Kalau enggak pintar mengelola uang, saldo bisa langsung menipis sebelum bulan berakhir. Padahal, setelah Lebaran masih ada kebutuhan rutin yang harus dipenuhi.
Agar uang enggak cepat habis, penting untuk punya strategi keuangan yang jelas. Jangan sampai THR dan bonus hanya numpang lewat tanpa manfaat. Dengan perencanaan yang baik, pengeluaran tetap terkendali dan keuangan tetap aman setelah Ramadan.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan, mulai dari membuat anggaran, menyiapkan dana darurat, hingga membatasi belanja impulsif.
Table of Contents
Ini Cara Mengelola Uang selama Ramadan dan Lebaran yang Cerdas

Bulan Ramadan sering membawa rezeki lebih. THR dan bonus mulai cair, usaha musiman ramai, atau jualan makin laris. Tapi, jangan sampai terlena. Pengeluaran juga biasanya ikut naik. Kalau tidak pintar mengelola uang, saldo bisa cepat terkuras sebelum Lebaran tiba.
Supaya keuangan tetap aman, ada beberapa cara cerdas yang bisa diterapkan selama Ramadan dan Lebaran.
1. Buat Anggaran yang Jelas
Jangan sampai uang THR dan bonus habis tanpa jejak. Mulai mengelola uang dengan memisahkan pengeluaran wajib seperti zakat, tagihan, dan kebutuhan sehari-hari.
Setelah itu, tentukan anggaran untuk keperluan Lebaran, seperti baju baru, hampers, atau biaya mudik. Jangan asal belanja hanya karena semua orang melakukannya. Pastikan semua sudah terencana agar tidak keteteran setelah Lebaran.
Kalau bisa, alokasikan sebagian dana untuk tabungan atau keperluan lain yang lebih mendesak.
Baca juga: Menyiapkan Bujet Bulan Puasa untuk Keluarga Muda
2. Prioritaskan Zakat dan Sedekah
Begitu THR dan bonus cair, sisihkan dulu untuk zakat dan sedekah sebelum memikirkan belanja lainnya. Ini bukan cuma kewajiban, tapi juga cara supaya keuangan lebih tertata.
Dengan mengelola uang dan mengalokasikan dana sejak awal, enggak ada cerita uang keburu habis untuk hal lain. Selain itu, berbagi dengan yang membutuhkan bisa bikin hati lebih tenang dan berkah.
Jadi, jangan sampai niat baik ini justru terlupakan gara-gara terlalu semangat belanja Lebaran.

3. Siapkan Dana untuk Lebaran dan Setelahnya
Jangan cuma fokus menghabiskan uang buat Lebaran, tapi pikirkan juga hidup setelahnya. Banyak yang terlalu semangat belanja sebelum Lebaran, sampai lupa kalau setelah Ramadan masih ada tagihan, kebutuhan harian, dan mungkin cicilan yang harus dibayar. Jangan sampai dompet kering begitu Lebaran selesai.
Kita harus bisa mengatur uang dengan cerdas. Sisihkan sebagian untuk keperluan setelah Lebaran, biar nggak kebingungan pas bulan berikutnya. Lebaran selesai, keuangan tetap aman!
4. Amankan Dana Darurat
Jangan sampai setelah Lebaran malah pusing karena uang habis, sementara kebutuhan masih jalan terus. Manfaatkan THR dan bonus untuk menambah dana darurat. Ini penting buat jaga-jaga kalau ada pengeluaran tak terduga setelah Ramadan.
Daripada uang habis tanpa sisa, lebih baik sisihkan sebagian buat pegangan. Jadi, kalau ada situasi darurat, nggak perlu panik cari pinjaman atau pakai kartu kredit.
5. Gunakan untuk Bayar Cicilan atau Lunasi Utang
THR dan bonus bisa jadi penyelamat buat yang masih punya cicilan atau utang kecil. Sebelum uangnya menguap buat belanja atau hal yang kurang penting, coba cek dulu apakah ada utang yang bisa langsung dilunasi. Bayar utang lebih awal bisa bikin keuangan lebih lega setelah Lebaran, jadi nggak ada beban tagihan yang masih harus dikejar.
Kalau cicilan berkurang atau lunas, uang yang biasanya dipakai buat bayar utang bisa dialokasikan ke hal lain yang lebih produktif. Lebaran tetap seru, tanpa bikin kondisi finansial makin berat!

6. Hindari Belanja Berlebihan
Ramadan itu musim diskon di mana-mana, dari baju, makanan, sampai perabotan rumah. Godaannya besar, tapi jangan sampai kalap.
Sebelum belanja, buat daftar barang yang benar-benar dibutuhkan, bukan sekadar keinginan sesaat. Jangan tergoda beli sesuatu hanya karena diskonnya besar, padahal nggak terlalu butuh. Kalau belanja online, coba tunggu beberapa jam sebelum checkout, supaya bisa mikir lagi apakah barang itu memang perlu atau cuma lapar mata.
Dengan cara ini, dompet tetap aman dan uang nggak habis sia-sia.
Baca juga: Stop Mental Miskin: Ini Cara Kamu Berdaya dan Berhenti Merendahkan Diri Sendiri
Pintar mengelola uang selama Ramadan dan Lebaran bikin keuangan tetap aman, nggak habis sia-sia. THR dan bonus bisa dimanfaatkan lebih baik kalau ada perencanaan yang jelas. Jangan sampai semua ludes hanya karena lapar mata atau euforia sesaat.
Setelah Lebaran, hidup tetap berjalan, dan pengeluaran masih ada. Apalagi habis Lebaran akan ada kurban juga. Dengan pengelolaan yang cerdas, bukan cuma dompet yang selamat, tapi juga bisa lebih tenang menikmati momen Ramadan tanpa khawatir keuangan berantakan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Bedanya Perencanaan Keuangan Jangka Pendek dan Jangka Panjang?
Perencanaan keuangan penting buat memastikan uang nggak cuma cukup buat sekarang, tapi juga aman untuk masa depan. Tanpa rencana yang jelas, pengeluaran bisa berantakan dan tujuan finansial sulit tercapai.
Ada yang harus dipikirkan dalam jangka pendek, ada juga yang perlu disiapkan untuk jangka panjang. Keduanya punya peran masing-masing dan nggak bisa dipilih salah satu.
Karena itu lalu ada perencanaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang. Lalu, apa bedanya hanya di durasi? Enggak juga.
Yuk, coba kita lihat apa beda dari kedua jenis perencanaan keuangan ini. Dengan memahaminya, harapannya keuangan kita bisa tetap sehat dan stabil di setiap tahap hidup.
Table of Contents
Bedanya Perencanaan Keuangan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Setiap keputusan finansial butuh strategi yang sesuai dengan tujuan dan waktunya. Perencanaan keuangan terbagi menjadi jangka pendek dan jangka panjang karena kebutuhan di tiap tahap hidup berbeda. Ada yang harus segera dipenuhi, ada juga yang butuh waktu bertahun-tahun untuk dicapai.
Supaya lebih jelas, berikut perbedaan keduanya dan bagaimana mengelolanya dengan tepat.
1. Perencanaan Keuangan Jangka Pendek
Jangan dikira, mentang-mentang waktunya enggak lama, lantas kita nggak butuh perencanaan keuangan. Tetep butuh, karena masalahnya ada pada kebutuhan yang banyak, sementara uang kita terbatas.
Durasi dan Tujuan Keuangan
Perencanaan keuangan jangka pendek itu seperti mengatur uang untuk kebutuhan yang ada di depan mata. Biasanya, waktunya kurang dari tiga tahun dan tujuannya lebih ke hal-hal yang langsung terasa dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, memastikan pengeluaran tetap terkendali sampai akhir bulan, melunasi cicilan kecil, atau mengumpulkan dana darurat supaya ada pegangan kalau tiba-tiba butuh uang mendadak. Rencana ini juga membantu menghindari stres keuangan karena keuangan lebih tertata dan nggak habis begitu saja tanpa arah.
Selain itu, rencana ini juga bisa mencakup menabung untuk sesuatu yang nggak terlalu jauh, seperti liburan, beli barang impian, atau biaya sekolah dalam waktu dekat.
Kalau nggak ada strategi yang jelas, jangan salah meskipun pendek, uang tetap bisa cepat habis sebelum tujuan tercapai. Makanya, perlu menentukan target yang spesifik, misalnya berapa jumlah yang harus disisihkan setiap bulan agar dana terkumpul sesuai rencana.

Instrumen yang Digunakan
Karena sifatnya yang cepat dan fleksibel, cara mengelolanya juga harus praktis. Memilih instrumen keuangan yang tepat jadi kunci. Dengan begitu, uang tetap bisa berkembang tanpa mengorbankan aksesibilitasnya saat benar-benar dibutuhkan.
Tabungan adalah pilihan paling aman karena bisa langsung dipakai kapan saja. Deposito cocok kalau ada dana lebih yang bisa disimpan dalam jangka waktu tertentu tanpa tergoda untuk digunakan. Sementara reksa dana pasar uang bisa jadi alternatif karena keuntungannya lebih tinggi daripada tabungan, tapi tetap likuid dan risikonya rendah.
Dengan kombinasi yang tepat, perencanaan keuangan jangka pendek bisa membantu mencapai tujuan finansial tanpa harus merasa terbebani.
Baca juga: Cara Membuat Perencanaan Keuangan Pribadi yang Efektif dan Mudah
2. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Jangan salah, cuma karena waktunya masih lama bukan berarti perencanaan keuangan bisa ditunda. Justru makin cepat direncanakan, makin ringan beban yang harus disiapkan. Soalnya, tujuan jangka panjang butuh dana besar, sementara kalau ditunda terus, bisa-bisa malah makin sulit tercapai.
Durasi dan Tujuan Keuangan
Perencanaan keuangan jangka panjang itu seperti menanam pohon. Butuh waktu, kesabaran, dan strategi yang matang supaya bisa tumbuh besar dan memberi manfaat di masa depan.
Durasi perencanaannya lebih dari tiga tahun, bahkan bisa sampai puluhan tahun tergantung tujuan yang ingin dicapai. Biasanya, rencana ini berkaitan dengan hal-hal besar dalam hidup, seperti dana pensiun, membeli rumah, biaya pendidikan anak, atau investasi yang bisa jadi sumber penghasilan pasif.
Karena tujuannya jangka panjang, prosesnya juga nggak instan, perlu disiplin dan strategi yang tepat supaya hasilnya maksimal. Menyiapkan dana pensiun, misalnya, bukan sesuatu yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Semakin dini mulai menabung atau berinvestasi, semakin ringan beban yang harus disisihkan setiap bulan.
Begitu juga dengan rencana membeli rumah atau biaya pendidikan anak, semua butuh persiapan sejak jauh-jauh hari supaya nggak kewalahan saat waktunya tiba. Tanpa perencanaan yang matang, ada risiko keuangan jadi berantakan dan impian sulit terwujud.

Instrumen yang Digunakan
Karena jangka waktunya panjang, instrumen yang digunakan juga berbeda dari perencanaan jangka pendek. Tabungan biasa kurang efektif karena nilainya bisa tergerus inflasi.
Makanya, instrumen seperti saham, obligasi, reksa dana saham, atau properti lebih cocok karena potensi keuntungannya lebih besar dalam jangka panjang. Saham bisa memberi pertumbuhan nilai yang tinggi, meskipun risikonya juga lebih besar. Obligasi lebih stabil dan cocok untuk yang ingin investasi dengan risiko lebih rendah. Sementara properti bisa jadi aset yang nilainya terus meningkat seiring waktu.
Yang terpenting dalam perencanaan keuangan jangka panjang adalah konsistensi dan kesabaran. Nilai investasi bisa naik turun, tapi yang dilihat bukan hasil dalam satu atau dua tahun, melainkan bagaimana pertumbuhannya dalam jangka panjang. Dengan strategi yang tepat, perencanaan ini bisa jadi jalan untuk mencapai kebebasan finansial dan memastikan masa depan yang lebih terjamin.
Baca juga: Contoh Financial Planning Pribadi yang Cocok untuk Semua Orang
Perencanaan keuangan yang baik butuh keseimbangan antara jangka pendek dan jangka panjang. Keduanya saling melengkapi supaya keuangan tetap aman sekarang dan di masa depan. Pahami perbedaannya, tentukan prioritas, dan kelola uang dengan strategi yang tepat. Dengan begitu, setiap tujuan finansial bisa tercapai tanpa bikin stres.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Ilmu Finansial: Konsep Dasar yang Harus Dipahami
Belajar ilmu finansial itu penting buat siapa saja, bukan cuma orang yang kerja di bidang keuangan. Dengan paham dasar-dasarnya, mengatur uang jadi lebih gampang dan nggak asal keluar tanpa rencana.
Banyak orang punya penghasilan cukup, tapi tetap merasa uangnya cepat habis. Ini biasanya karena belum paham cara mengelola pemasukan, pengeluaran, tabungan, dan investasi dengan baik.
Table of Contents
Belajar Ilmu Finansial: Mulai dari Dasar!

Kalau uang dikelola dengan benar, hidup jadi lebih tenang dan tujuan finansial lebih mudah tercapai. Mulai dari bikin anggaran, nabung buat dana darurat, sampai investasi, semuanya butuh pemahaman dasar.
Belajar ilmu finansial itu enggak perlu rumit, cukup tahu konsep sederhana yang bisa diterapkan sehari-hari. Dengan begitu, keuangan tetap sehat, bebas dari utang berlebihan, dan punya cadangan buat masa depan.
Lalu apa saja konsep dasar yang perlu dipelajari dulu, agar belajar ilmu finansial yang dilakukan berada di jalur yang benar? Ini dia.
1. Pendapatan dan Pengeluaran
Pendapatan bisa berasal dari gaji, usaha, investasi, atau sumber lainnya. Pengelolaan yang baik melibatkan pemisahan antara kebutuhan pokok, keinginan, tabungan, serta investasi.
Prioritaskan kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi sebelum mengalokasikan dana untuk hiburan atau gaya hidup. Menjaga keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran mencegah defisit keuangan serta membantu mencapai kestabilan finansial jangka panjang. Inilah dasar belajar ilmu finansial yang paling basic.
Baca juga: Panduan Belajar Manajemen Keuangan Pribadi untuk Pemula
2. Anggaran (Budgeting)
Anggaran membantu mengontrol keuangan dengan menetapkan batas pengeluaran berdasarkan prioritas. Metode seperti 4-3-2-1—40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk lifestyle, dan 10% untuk investasi—dapat dipelajari dulu saat belajar ilmu finansial. Kalau kamu paham aturan ini, kamu akan lebih mudah untuk menjaga keseimbangan keuangan.
Evaluasi anggaran secara rutin memastikan kesesuaian dengan kondisi finansial serta memungkinkan penyesuaian jika ada perubahan pendapatan atau kebutuhan. Perencanaan yang disiplin mencegah utang berlebihan dan membantu mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
3. Tabungan dan Dana Darurat
Menabung membangun kestabilan finansial. Sementara itu, dana darurat melindungi dari risiko tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis mendadak.
Idealnya, dana darurat mencakup 3–6 bulan pengeluaran pokok dan disimpan di instrumen yang mudah diakses, seperti rekening tabungan atau deposito. Konsistensi dalam menabung, meskipun dalam jumlah kecil, membantu membentuk kebiasaan finansial yang sehat. Kebiasaan ini mesti dipelajari dulu saat belajar ilmu finansial, karena bisa memberikan keamanan dalam menghadapi situasi sulit tanpa harus berutang.

4. Inflasi dan Daya Beli
Inflasi menyebabkan harga barang dan jasa naik, sehingga daya beli uang menurun seiring waktu. Jika pendapatan enggak bertambah sebanding dengan inflasi, standar hidup bisa terdampak.
Karena itu, penting untuk belajar ilmu finansial utamanya tentang investasi pada aset yang tumbuh lebih cepat dari inflasi, seperti saham atau properti. Belajar juga untuk memahami instrumen keuangan yang memberikan imbal hasil di atas laju inflasi.
Memahami inflasi membantu dalam merencanakan keuangan agar tetap bernilai dalam jangka panjang.
5. Utang dan Kredit
Utang dapat menjadi alat keuangan yang bermanfaat jika dikelola dengan baik, tetapi bisa menjadi beban jika tidak terkendali. Jadi, hal ini juga penting banget dipahami saat belajar ilmu finansial.
Sebelum berutang, pertimbangkan suku bunga, jangka waktu, serta rasio utang terhadap pendapatan agar enggak melebihi 30% dari total penghasilan. Prioritaskan utang produktif seperti kredit usaha atau KPR, dibanding utang konsumtif yang enggak menambah nilai aset. Belajar apa saja syarat utang sehat.
Melunasi utang tepat waktu serta menjaga riwayat kredit yang baik membantu meningkatkan kesehatan finansial dan akses ke pinjaman dengan bunga lebih rendah di masa depan.
6. Investasi
Of course, kamu juga harus belajar investasi. Investasi bertujuan meningkatkan nilai aset dan melindungi kekayaan dari inflasi. Pilihan investasi meliputi saham yang berpotensi memberikan keuntungan tinggi tetapi berisiko, obligasi yang lebih stabil dengan imbal hasil tetap, reksa dana yang menawarkan diversifikasi dengan manajemen profesional, serta properti yang bisa memberikan pendapatan pasif.
Pemilihan investasi harus disesuaikan dengan tujuan keuangan, toleransi risiko, serta jangka waktu yang diinginkan. Diversifikasi aset membantu meminimalkan risiko dan meningkatkan peluang keuntungan dalam jangka panjang.
7. Asuransi
Asuransi berfungsi sebagai perlindungan finansial terhadap risiko tak terduga seperti kecelakaan, penyakit, atau kerusakan aset. Asuransi kesehatan membantu menutup biaya medis, asuransi jiwa memberikan manfaat finansial bagi keluarga jika tertanggung meninggal dunia, sementara asuransi aset seperti kendaraan dan properti melindungi dari kerugian akibat bencana atau kecelakaan.
Salah satu hal yang harus mulai dipahami saat belajar ilmu finansial adalah memilih polis yang tepat. Kamu perlu tahu bagaimana memilih asuransi dengan cakupan yang sesuai kebutuhan serta premi yang terjangkau itu. Tujuannya supaya kamu bisa memastikan perlindungan optimal tanpa membebani keuangan.

8. Pensiun dan Perencanaan Masa Depan
Perencanaan pensiun memastikan kestabilan keuangan di usia lanjut tanpa bergantung pada orang lain, dan memutus rantai generasi sandwich.
Kamu bisa belajar mulai dengan memahami cara kerja berbagai instrumennya. Instrumen seperti saham, obligasi, atau properti dapat digunakan untuk membangun aset yang terus berkembang.
Memulai lebih awal memungkinkan dana pensiun berkembang melalui efek bunga majemuk, sehingga beban finansial di masa tua lebih ringan. Evaluasi berkala diperlukan untuk menyesuaikan strategi dengan perubahan kondisi keuangan dan kebutuhan hidup.
Baca juga: 5 Ciri Orang yang Bisa Jadi Contoh Well Literate secara Finansial
Belajar ilmu finansial bukan cuma soal punya banyak uang, tapi juga cara mengelolanya dengan bijak.
Dengan paham konsep dasar seperti budgeting, tabungan, investasi, dan asuransi, keuangan jadi lebih terarah. Nggak perlu langsung mahir, yang penting mulai dari hal kecil dan konsisten. Kalau dikelola dengan baik, keuangan tetap aman, masa depan lebih terjamin, dan hidup jadi lebih tenang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kenaikan Gaji PNS: Apa Saja Dampaknya pada Keuangan Pribadi?
Gaji PNS naik biasanya memang jadi kabar gembira. Ya, wajar. Pendapatan lebih besar berarti lebih banyak ruang untuk memenuhi kebutuhan. Bisa belanja lebih leluasa, menabung lebih banyak, atau bahkan liburan yang dulu hanya angan-angan.
Tapi, kenaikan gaji juga bisa membawa tantangan. Kalau enggak dikelola dengan baik, uang tambahan bisa cepat habis tanpa manfaat jangka panjang.
Table of Contents
Gaji PNS Naik, Apa Dampaknya?

Kenaikan gaji memang membawa banyak peluang, tapi juga bisa menimbulkan risiko keuangan jika tidak dikelola dengan bijak. Gaji PNS naik bukan sekadar soal tambahan uang di rekening, tapi juga bagaimana pengaruhnya terhadap pola pengeluaran, tabungan, hingga stabilitas keuangan jangka panjang.
Supaya manfaatnya benar-benar terasa, penting untuk memahami berbagai dampak yang bisa terjadi, untuk kemudian dicari solusinya.
Baca juga: Kenapa Gaji Kecil sementara Orang Lain Bisa Bergaji Besar?
1. Peningkatan Daya Beli
Gaji PNS naik, belanja kebutuhan sehari-hari menjadi lebih fleksibel, karena artinya pemasukan jadi lebih banyak. Pengeluaran untuk barang atau jasa yang sebelumnya terasa mahal, seperti peralatan elektronik, kendaraan, atau layanan kesehatan premium, bisa lebih mudah dijangkau.
Selain itu, ada peluang untuk meningkatkan kualitas hidup dengan memilih produk berkualitas lebih baik. Banyak juga yang memilih untuk bisa menikmati pengalaman yang sebelumnya dianggap sebagai kemewahan, seperti liburan atau kuliner eksklusif.
2. Peluang Menabung dan Berinvestasi Lebih Besar
Kenaikan gaji membuka kesempatan untuk menyisihkan lebih banyak dana ke tabungan atau investasi. Juga, bisa mempercepat pencapaian tujuan keuangan seperti dana darurat, pendidikan, atau pensiun.
Dengan alokasi yang tepat, dana tambahan bisa ditempatkan pada instrumen investasi yang memberikan imbal hasil optimal, seperti deposito, reksa dana, saham, atau properti. Selain itu, diversifikasi investasi menjadi lebih memungkinkan, mengurangi risiko keuangan di masa depan.
3. Kemampuan Melunasi Utang Lebih Cepat
Dana tambahan dari gaji PNS naik juga dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pelunasan cicilan, baik itu kredit kendaraan, KPR, atau pinjaman lainnya. Dengan membayar lebih besar dari jumlah minimal, beban bunga bisa berkurang secara signifikan, sehingga total pembayaran utang menjadi lebih ringan.
Selain itu, pelunasan lebih cepat juga meningkatkan kesehatan finansial. Penghasilan yang ada jadi bisa dipakai untuk kebutuhan lain, yang akhirnya mengurangi stres akibat kewajiban utang jangka panjang.
4. Meningkatkan Dana Darurat dan Asuransi
Dengan gaji lebih besar, alokasi untuk dana darurat bisa ditingkatkan. Artinya, perlindungan terhadap aset dan risiko sehari-hari juga meningkat.
Selain itu, tambahan penghasilan memungkinkan untuk memiliki asuransi yang lebih komprehensif, baik asuransi kesehatan, jiwa, maupun kendaraan. Dengan perlindungan yang lebih baik, risiko keuangan akibat kejadian tak terduga bisa diminimalkan, menjaga stabilitas keuangan dalam jangka panjang.

5. Lifestyle Inflation
Nah, empat poin di atas itu adalah dampak positif yang bisa didapatkan dari gaji PNS naik. Ada dampak positif, ya pastinya ada juga dampak negatif.
Salah satunya adalah kenaikan gaji sering kali mendorong peningkatan gaya hidup tanpa disadari. Kayak jadi lebih sering makan di restoran, membeli gadget terbaru, atau berlangganan layanan premium.
Pengeluaran yang awalnya dianggap enggak perlu bisa menjadi kebiasaan baru. Hal ini pun membuat kenaikan pendapatan terasa cepat habis.
Kalau enggak terkendali, lifestyle inflation kayak gini dapat menghambat pencapaian tujuan keuangan jangka panjang loh. Pasalnya, pengeluaran bertambah seiring dengan pendapatan tanpa meningkatkan kesejahteraan finansial secara nyata.
Baca juga: Cara Mengidentifikasi Lifestyle Inflation dalam Kehidupan Sehari-hari
6. Pajak Penghasilan Lebih Tinggi
Kenaikan gaji juga dapat membuat pendapatan masuk ke lapisan pajak jadi lebih tinggi. Potongan ina-inu juga bisa jadi lebih banyak, karena umumnya berdasarkan persentase gaji.
Nah, ini kalau luput diperhitungkan, ya bisa mengganggu alokasi anggaran. Untuk mengoptimalkan penghasilan, pemanfaatan insentif pajak seperti investasi yang mendapat keringanan pajak atau iuran dana pensiun bisa menjadi strategi untuk mengurangi beban pajak secara legal.
7. Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Yang sudah umum terjadi, kalau gaji PNS naik dalam skala besar biasanya juga mendorong peningkatan daya beli secara kolektif, yang berpotensi memicu inflasi. Harga barang-barang kebutuhan pada kompak ikut naik.
Jika kenaikan harga lebih cepat daripada pertumbuhan pendapatan, daya beli riil bisa tergerus, mengurangi manfaat dari kenaikan gaji itu sendiri. Oleh karena itu, pengelolaan anggaran yang bijak tetap diperlukan untuk menjaga keseimbangan finansial.

8. Potensi Perencanaan Keuangan yang Kurang Matang
Kenaikan gaji tanpa perencanaan yang baik bisa menyebabkan pengeluaran enggak terkontrol, membuat tambahan penghasilan cepat habis tanpa dampak finansial yang berarti. Tanpa alokasi yang jelas untuk tabungan, investasi, atau pelunasan utang, pendapatan ekstra cenderung digunakan untuk konsumsi impulsif.
Agar manfaat jangka panjang terasa, penting untuk menyusun strategi keuangan yang seimbang. Misalnya ya mesti ketat menetapkan anggaran, menambah aset produktif, dan menghindari pengeluaran yang hanya memuaskan keinginan sesaat.
Gaji PNS naik bisa jadi kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial. Tapi tanpa pengelolaan yang baik, tambahan penghasilan bisa habis begitu saja tanpa manfaat jangka panjang.
Penting untuk tetap bijak dalam mengatur keuangan, menabung, berinvestasi, dan menghindari pengeluaran impulsif. Dengan perencanaan yang tepat, kenaikan gaji bisa benar-benar membawa perubahan positif, bukan sekadar angka lebih besar di slip gaji.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Cara Membuat Perencanaan Keuangan Pribadi yang Efektif dan Mudah
Mengatur uang sering kali terasa rumit, apalagi jika baru memulai. Padahal, memahami cara perencanaan keuangan yang sederhana bisa membuat hidup lebih teratur dan tujuan finansial lebih mudah tercapai.
Kunci utamanya adalah memulai cara perencanaan keuangan dengan langkah kecil yang sesuai dengan kondisi masing-masing, tanpa perlu merasa terbebani.
Table of Contents
Cara Perencanaan Keuangan Pribadi untuk Pemula

Kadang memulai sesuatu itu bikin nyali ciut. Bener nggak sih? Begitu juga kalau kamu belum tahu cara perencanaan keuangan yang bener. Tarsok tarsok yang terus kamu lakukan itu kemungkinan besar adalah manifestasi dari “takut”-nya kamu untuk mulai duduk dan mikirin duit. Betul? Pasti yang kepikiran adalah, takutnya malah gak cukup nih duitnya kalau pake direncanain.
Well, itu adalah mindset dari orang yang belum tahu, bahwa cara perencanaan keuangan pribadi itu bisa dilakukan dari hal paling kecil dan sederhana.
Yuk, nggak usah tarsok-tarsok. Mulai saja sekarang, dan pakai panduan ini deh.
1. Tentukan Tujuan Keuangan
Mulai dengan memilih 1-3 tujuan keuangan yang ingin dicapai dalam waktu dekat, sekitar 1-12 bulan. Tujuan ini sebaiknya realistis dan sesuai dengan kondisi keuangan saat ini. Enggak usah yang muluk-muluk dulu deh. Misalnya kamu pengin menabung Rp1 juta untuk dana darurat dalam 3 bulan. Atau, bisa juga kamu pengin mengumpulkan dana Rp500.000 untuk liburan kecil di akhir bulan depan.
Yang pasti, dalam tujuan keuangan itu ada “judul”, nominal, dan waktunya.
Contoh, jika ingin menabung Rp1 juta dalam 3 bulan, berarti perlu menyisihkan sekitar Rp334.000 setiap bulan atau Rp11.200 setiap hari. Nah, rasanya pasti enggak berat kan? Dan, terjangkau banget buat segera dimulai.
Baca juga: Pengertian Perencanaan Keuangan dan Mengapa Penting untuk Masa Depan
2. Identifikasi Pemasukan dan Pengeluaran
Sudah punya tujuan keuangan, sekarang mulai mencatat semua pemasukan yang diterima setiap bulan. Pemasukan ini bisa dari gaji utama, bonus, penghasilan tambahan seperti freelance, atau mungkin pemberian dari keluarga. Buat catatan sederhana yang memudahkan untuk melihat total uang masuk.
Setelah itu, lanjutkan dengan membuat daftar pengeluaran rutin. Mulailah dari pengeluaran yang sudah pasti setiap bulan, seperti:
- Sewa atau cicilan tempat tinggal.
- Tagihan listrik, air, atau internet.
- Transportasi, baik untuk bensin, transportasi umum, atau aplikasi ojek online.
- Belanja kebutuhan sehari-hari, seperti makan atau bahan pokok.
- Pengeluaran hiburan, seperti nonton, langganan streaming, atau nongkrong.
Pisahkan pengeluaran ini menjadi dua kategori:
- Pengeluaran Wajib: Biaya yang enggak bisa dihindari atau harus diprioritaskan, misalnya sewa rumah, transportasi untuk kerja, dan makan sehari-hari.
- Pengeluaran Tidak Wajib: Pengeluaran yang sifatnya opsional, seperti belanja pakaian baru, nongkrong, atau memesan makanan mahal secara online.
Dengan cara perencanaan keuangan seperti ini, akan lebih mudah melihat mana yang bisa diatur ulang atau dikurangi jika diperlukan. Tujuannya adalah memastikan semua uang yang masuk dan keluar terlihat jelas, sehingga kamu bisa membuat anggaran dan rencana keuangan yang realistis, berdasarkan kondisimu sendiri.

3. Buat Anggaran Sederhana
Gunakan format yang mudah diingat dan fleksibel agar enggak terasa membebani. Salah satu cara perencanaan keuangan yang sederhana adalah membagi pemasukan ke dalam beberapa kategori utama, misalnya:
- 40% untuk kebutuhan pokok: Termasuk sewa, makan, transportasi, tagihan listrik, dan pengeluaran rutin lain yang wajib.
- 30% untuk cicilan utang: Jika ada kewajiban seperti cicilan KPR, kendaraan, atau pinjaman lainnya.
- 20% untuk gaya hidup (lifestyle): Hiburan, nongkrong, belanja, atau keperluan lainnya yang sifatnya opsional.
- 10% untuk tabungan atau investasi: Dialokasikan untuk mencapai tujuan keuangan, seperti dana darurat atau investasi ringan.
Jika proporsi ini tidak sesuai dengan kondisi keuangan, jangan ragu untuk menyesuaikannya. Contohnya, jika cicilan lebih kecil, alokasikan lebih banyak ke kebutuhan pokok atau tabungan. Fleksibilitas adalah kunci agar anggaran tetap bisa dijalankan tanpa tekanan.
4. Pisahkan Rekening Berdasarkan Fungsi
Cara perencanaan keuangan agar lebih teratur dan tujuan lebih mudah tercapai, pisahkan uang ke dalam beberapa rekening dengan fungsi yang berbeda. Cara ini membantu menghindari pencampuran dana dan mencegah kebiasaan “kebobolan” anggaran. Berikut pembagiannya.
Rekening Utama
Gunakan rekening ini untuk semua pemasukan dan pengeluaran rutin, seperti belanja kebutuhan harian, pembayaran tagihan, atau cicilan. Pastikan rekening ini adalah yang paling sering diakses untuk keperluan sehari-hari.
Rekening Kedua untuk Tabungan atau Dana Darurat
Pisahkan uang untuk menabung atau menyimpan dana darurat di rekening yang jarang diakses. Pilih rekening tanpa kartu ATM atau fasilitas e-banking untuk mengurangi risiko tergoda mengambil uangnya. Idealnya, ini adalah rekening yang dikhususkan untuk tujuan jangka pendek hingga menengah, seperti dana darurat atau tabungan liburan.
Rekening Tambahan untuk Investasi (Opsional)
Jika sudah mulai berinvestasi, buat rekening khusus yang terhubung ke platform investasi seperti reksa dana, saham, atau instrumen lainnya. Rekening ini membantu memisahkan dana investasi dari tabungan atau kebutuhan harian, sehingga lebih mudah mengelola portofolio investasi.
Dengan memisahkan rekening, alur keuangan jadi lebih jelas. Saat menerima pemasukan, langsung alokasikan uang ke rekening sesuai fungsinya. Contohnya, 40% ke rekening utama, 10-20% ke rekening tabungan, dan sisanya ke rekening investasi (jika ada).
Jika merasa terlalu banyak rekening, mulai dulu dari dua: satu untuk kebutuhan harian dan satu untuk tabungan. Setelah nyaman dengan sistem ini, tambahkan rekening tambahan sesuai kebutuhan. Cara perencanaan keuangan ini lebih sederhana, membuatnya terasa lebih rapi dan terkontrol.

5. Review
Luangkan waktu 10-15 menit setiap bulan untuk mengecek catatan keuangan dan memastikan pemasukan serta pengeluaran sesuai rencana. Catat pengeluaran tak terduga agar bisa diantisipasi di kemudian hari.
Evaluasi progres menuju tujuan keuangan, seperti mengecek apakah target tabungan mingguan atau bulanan sudah tercapai. Jika belum, cari tahu penyebabnya, seperti alokasi anggaran yang kurang realistis atau pengeluaran berlebih di kategori tertentu.
Sesuaikan anggaran jika diperlukan, misalnya dengan mengurangi alokasi hiburan dan menambah tabungan. Fleksibilitas ini membantu rencana tetap relevan dengan kondisi keuangan yang dinamis.
Baca juga: Contoh Financial Planning Pribadi yang Cocok untuk Semua Orang
Memahami cara perencanaan keuangan memang butuh waktu, tapi langkah kecil yang konsisten bisa membawa perubahan besar. Dengan rencana yang sederhana dan terarah, keuangan jadi lebih teratur, dan tujuan finansial lebih mudah dicapai. Tidak ada kata terlambat untuk mulai mengelola uang dengan lebih bijak.
Yang penting adalah terus mencoba, menyesuaikan, dan menjaga komitmen. Pada akhirnya, kebiasaan baik ini akan memberikan manfaat jangka panjang yang terasa nyata.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pengertian Perencanaan Keuangan dan Mengapa Penting untuk Masa Depan
Perencanaan keuangan itu penting, tapi sering dianggap rumit dan bikin pusing. Padahal, kalau dipahami dengan cara yang sederhana, semua orang bisa mulai mengatur keuangannya dengan lebih baik. Pengertian perencanaan keuangan sendiri adalah proses mengelola uang secara terarah untuk mencapai tujuan finansial. Intinya, supaya tahu uang yang masuk dan keluar dipakai buat apa saja dan bisa memenuhi kebutuhan masa depan.
Banyak orang berpikir perencanaan keuangan hanya soal menabung dan investasi. Padahal, jauh lebih dari itu. Perencanaan keuangan membantu mengatur hidup biar nggak keteteran saat ada kebutuhan mendadak. Mau beli rumah, bayar pendidikan anak, atau sekadar nyiapin dana darurat — semua itu butuh rencana yang jelas. Tanpa perencanaan, keuangan bisa berantakan dan bikin masa depan nggak pasti.
Table of Contents
Pengertian Perencanaan Keuangan

Pengertian perencanaan keuangan adalah proses mengelola keuangan secara sistematis untuk mencapai tujuan finansial tertentu. Menurut Financial Planning Standards Board Indonesia (FPSB Indonesia), pengertian perencanaan keuangan melibatkan pengaturan keuangan individu atau keluarga secara terencana dan menyeluruh agar tujuan hidup, seperti kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang, dapat tercapai.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menjelaskan bahwa pengertian perencanaan keuangan mencakup langkah-langkah dalam membantu seseorang mengelola pemasukan, pengeluaran, aset, serta kewajiban finansial agar lebih terarah dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mengelola risiko keuangan.
Perencanaan keuangan itu nggak cuma soal bikin anggaran bulanan. Lebih dari itu, ada banyak hal yang perlu diatur, seperti utang, investasi, asuransi, sampai dana darurat. Semua ini penting supaya kondisi keuangan tetap stabil dan nggak mudah goyah saat ada kebutuhan mendesak.
Memahami pengertian perencanaan keuangan akan bikin kamu lebih sadar gimana cara mengatur uang dengan baik. Dari kebutuhan jangka pendek kayak bayar tagihan, sampai jangka panjang seperti dana pensiun. Tanpa rencana, keuangan bisa berantakan, dan tujuan finansial jadi susah tercapai.
Dengan tahu cara membuat rencana keuangan ini, hidup lebih tenang karena keuangan tetap aman di situasi apa pun. Intinya, kamu tetap bisa tidur nyenyak, meski kamu banyak mau dan sumber dayamu juga bisa dibilang terbatas.
Baca juga: Mengapa Pembuatan Perencanaan Keuangan Harus Realistis? Ini Alasannya
Apa Pentingnya Perencanaan Keuangan untuk Masa Depan?

Setelah memahami pengertian perencanaan keuangan, penting untuk menyadari bahwa perencanaan yang matang sangat dibutuhkan agar kondisi finansial tetap stabil di masa depan.
Seperti sudah disinggung di atas, perencanaan keuangan bukan sekadar mencatat pemasukan dan pengeluaran, tetapi juga mempersiapkan berbagai langkah strategis untuk menghadapi kebutuhan jangka panjang dan risiko yang mungkin terjadi.
Berikut beberapa alasan mengapa memahami dan menerapkan perencanaan keuangan menjadi langkah penting dalam mencapai keamanan finansial di masa depan.
1. Mengelola Pemasukan dan Pengeluaran Secara Efektif
Perencanaan keuangan membantu mengontrol arus kas dengan memastikan pemasukan digunakan untuk kebutuhan penting, menabung, dan investasi, sehingga enggak ada pemborosan.
2. Mempersiapkan Dana Darurat
Dengan perencanaan yang baik, dana darurat dapat disiapkan untuk menghadapi situasi tak terduga, seperti risiko kehilangan pekerjaan atau kebutuhan medis mendesak.
3. Mengurangi Risiko Utang Berlebih
Perencanaan keuangan yang matang mengurangi risiko terjebak dalam utang yang enggak terkendali karena setiap pengeluaran sudah diperhitungkan sesuai dengan kemampuan finansial.
4. Mewujudkan Tujuan Keuangan
Perencanaan keuangan akan membantumu mencapai berbagai tujuan keuangan jangka pendek, menengah, dan panjang, seperti membeli rumah, membayar pendidikan, atau mempersiapkan dana pensiun.
5. Melindungi Diri dari Risiko Finansial
Melalui asuransi dan alokasi dana yang tepat, perencanaan keuangan dapat mengantisipasi risiko keuangan akibat kecelakaan, sakit, atau kerugian usaha.

6. Meningkatkan Kesejahteraan Finansial
Perencanaan yang baik memungkinkanmu untuk hidup sesuai kemampuan tanpa harus terus-menerus khawatir akan kondisi keuangan.
7. Mengoptimalkan Investasi
Dengan perencanaan yang jelas, investasi dapat disesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan, sehingga hasilnya lebih maksimal untuk mendukung masa depan finansial yang stabil.
8. Menyiapkan Dana Pensiun
Perencanaan keuangan memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk masa pensiun agar tetap bisa menjalani hidup dengan nyaman tanpa bergantung pada orang lain.
9. Menghadapi Inflasi dan Perubahan Ekonomi
Perencanaan keuangan yang baik mampu mengantisipasi dampak inflasi dan perubahan kondisi ekonomi, sehingga daya beli tetap terjaga di masa depan.
10. Mengurangi Stres Finansial
Memiliki perencanaan keuangan mengurangi kecemasan tentang masa depan karena segala kebutuhan sudah diperhitungkan dan diantisipasi sejak dini.
Baca juga: Contoh Financial Planning Pribadi yang Cocok untuk Semua Orang
Memahami pengertian perencanaan keuangan bukan cuma teori, tapi langkah penting buat menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
Dengan rencana yang jelas, keuangan bisa lebih terkontrol dan tujuan hidup lebih mudah tercapai. Nggak perlu langsung sempurna, yang penting mulai dulu dari hal kecil, seperti mencatat pengeluaran atau menyiapkan dana darurat.
Jangan tunggu sampai masalah datang baru sibuk atur keuangan. Perencanaan yang baik bikin hidup lebih tenang karena semuanya sudah dipikirkan dari awal. Masa depan yang stabil nggak datang dengan sendirinya, tapi dibangun lewat kebiasaan mengelola keuangan yang bijak.
Jadi, yuk mulai bikin rencana keuangan sekarang biar nggak nyesel di kemudian hari!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Resolusi Keuangan 2025: Mengatur Pengeluaran Lebih Efisien
Punya resolusi keuangan di tahun 2025 tapi bingung mulai dari mana? Salah satu langkah paling penting yang bisa diambil adalah mengatur pengeluaranmu agar lebih efisien.
Bukan cuma soal mengurangi belanja, tapi juga soal memastikan uang yang keluar benar-benar sesuai kebutuhan dan tujuan. Kalau pengeluaran enggak terkontrol, mau tabungan sebesar apa pun rasanya bakal terus terkuras.
Tantangan mengelola keuangan semakin besar di tengah kondisi ekonomi yang enggak selalu stabil. Harga kebutuhan pokok bisa naik kapan saja, dan gaya hidup juga bisa memengaruhi pengeluaran tanpa disadari.
Jadi, resolusi keuangan tahun ini enggak cukup sekadar menabung lebih banyak. Yang terpenting adalah menjaga keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dengan langkah-langkah praktis yang bisa langsung diterapkan.
Table of Contents
Atur Pengeluaran sebagai Resolusi Keuangan
Mengatur pengeluaran dengan lebih cermat adalah langkah penting dalam mewujudkan resolusi keuangan tahun 2025. Yuk, di tahun ini kita fokusnya bukan sekadar menghemat, tapi memastikan uang yang dikeluarkan benar-benar sesuai kebutuhan dan tujuan.

1. Inflasi Itu Nyata
Inflasi memang nyata, tetapi bukan suatu hal yang luar biasa. Dan, inflasi bisa banget memengaruhi pengeluaran.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,57% year-on-year (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,80. Angka ini menunjukkan bahwa laju inflasi masih terkendali dan sesuai dengan target Bank Indonesia, yang menetapkan sasaran inflasi tahunan di kisaran 2-4%.
Meski begitu, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga signifikan di tahun 2025 dan bisa memengaruhi pengeluaran harian. Yah, apalagi kita juga ada isu kenaikan PPN 12% kemarin kan?
Di sinilah pentingnya punya resolusi keuangan yang jelas dan fleksibel. Kalau memang situasi ekonomi bisa memengaruhi pengeluaran, rencana keuangan harus disesuaikan berdasarkan kondisi terkini. Sebagai langkah awal, pertimbangkan untuk mengalokasikan anggaran lebih besar pada kebutuhan pokok yang rentan naik harganya, sehingga pengeluaran tetap stabil meski inflasi meningkat.
Baca juga: Dampak Inflasi dan Deflasi: Bagaimana Keduanya Memengaruhi Kehidupan Sehari-hari
2. Evaluasi Pengeluaran Bulanan dengan Data Aktual
Mulailah dengan mencatat semua pengeluaran selama satu bulan penuh. Pisahkan dalam beberapa kategori seperti kebutuhan pokok, transportasi, hiburan, hingga langganan bulanan. Jangan lupa masukkan juga pengeluaran kecil yang sering terlewat, seperti biaya parkir, minuman kopi, atau belanja online. Pengeluaran kecil ini, jika dikumpulkan, sering kali cukup besar dan memengaruhi keseimbangan anggaran.
Langkah sederhana ini penting untuk menjaga agar resolusi keuangan tetap berjalan sesuai rencana. Setelah semua pengeluaran tercatat, bandingkan dengan data inflasi dan harga kebutuhan yang berlaku saat ini.
Jika harga bahan pokok seperti beras atau minyak goreng mengalami kenaikan, cek apakah anggaran belanja makanan masih realistis. Misalnya, jika harga beras premium naik dari Rp12.000 menjadi Rp15.530 per kilogram, alokasikan dana lebih besar untuk kebutuhan ini, atau cari alternatif seperti beras lain yang lebih terjangkau.
Selain itu, perhatikan kategori pengeluaran yang bisa dikurangi tanpa mengganggu kebutuhan dasar. Langganan streaming, biaya makan di luar, dan pembelian barang non-esensial adalah contoh yang sering kali bisa dipangkas. Cobalah mengurangi frekuensi makan di restoran atau menunda pembelian gadget baru jika enggak mendesak.

3. Amankan Dana Darurat
Dana darurat itu bukan sekadar “nanti aja deh” atau “kalau ada lebih baru disiapkan”. Faktanya, dana darurat adalah fondasi keuangan yang paling penting untuk menghadapi situasi tak terduga. Coba bayangkan kalau tiba-tiba ada kondisi darurat, seperti kendaraan rusak, kebutuhan medis mendesak, atau bahkan risiko kehilangan pekerjaan. Tanpa dana darurat, risiko utang akan lebih besar.
Idealnya, dana darurat yang aman setara dengan 3-6 bulan kebutuhan pokok, termasuk biaya makan, transportasi, tagihan listrik, air, hingga sewa tempat tinggal. Misalnya, jika kebutuhan bulanan mencapai Rp5 juta, berarti dana darurat minimal yang disiapkan adalah Rp15 juta hingga Rp30 juta. Bagi yang sudah punya tanggungan seperti keluarga atau cicilan, usahakan dana darurat lebih besar, sekitar 9-12 bulan pengeluaran.
Senagai resolusi keuangan 2025, mulai kumpulkan dana darurat secara perlahan. Sisihkan 10-20% dari pemasukan bulanan secara konsisten. Simpan di rekening yang mudah diakses, hindari menyatukan dana ini dengan rekening belanja sehari-hari agar enggak tergoda untuk dipakai. Pilih instrumen keuangan yang aman dan likuid, seperti tabungan bank atau deposito.
4. Tetapkan Target Keuangan yang Realistis
Perencanaan keuangan itu dinamis. Kalau kondisi berubah, ya, tujuan keuangan juga boleh ikut disesuaikan. Misalnya, kalau tahun lalu targetnya beli gadget baru atau liburan ke luar kota, tahun ini mungkin fokusnya pindah ke menabung lebih banyak atau melunasi utang. Yang penting, target keuangan harus tetap spesifik, terukur, dan realistis, supaya nggak cuma jadi wacana.
Buat target yang jelas dan jangan terlalu muluk sebagai resolusi keuangan. Misalnya, kalau merasa menabung 20% masih berat, mulailah dari 10%, lalu tingkatkan sedikit demi sedikit. Kuncinya adalah konsistensi.
Kalau kondisi ekonomi berubah, target keuangan juga harus dievaluasi. Misalnya, kalau ada kenaikan harga barang atau pengeluaran tak terduga, revisi anggaran supaya target masih bisa tercapai tanpa bikin stres. Jangan terlalu kaku—yang penting, tujuan keuangan tetap relevan dengan situasi yang sedang dihadapi.

5. Tingkatkan Literasi Keuangan
Pernah enggak sih, merasa pengelolaan keuangan masih berantakan meskipun sudah coba hemat sana-sini? Kalau iya, mungkin saatnya naik level dengan meningkatkan literasi keuangan sebagai resolusi keuangan.
Literasi keuangan bukan cuma soal tahu cara menabung atau investasi, tapi juga bagaimana mengelola uang sesuai prioritas hidup dan tujuan keuangan.
Untungnya, sekarang makin banyak sumber edukasi yang bisa dimanfaatkan. Mulai dari konten gratis di media sosial, artikel keuangan, sampai kelas online dari institusi terpercaya. Salah satu yang layak dicoba adalah QM Academy. Dari mulai kelas basic seperti Blueprint of Your Money sampai ke kelas tingkat lanjut seperti Review Polis Asuransi hingga Dana Pendidikan Anak. Semua kelas ini cocok banget buat yang ingin merapikan keuangan tanpa bingung mulai dari mana.
Baca juga: 5 Ciri Orang yang Bisa Jadi Contoh Well Literate secara Finansial
Menjalankan resolusi keuangan di tahun 2025 butuh langkah yang praktis dan realistis. Mengatur pengeluaran dengan lebih efisien adalah salah satu cara menjaga keuangan tetap sehat di tengah perubahan kondisi ekonomi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menghadapi PHK dengan Bijak: Langkah Awal Mengelola Keuangan
Menghadapi PHK memang enggak mudah. Situasi ini bisa bikin bingung, panik, atau bahkan stres. Tapi yang penting, jangan buru-buru menyerah. Ada banyak cara untuk tetap tenang dan mulai menata ulang keuangan. Langkah pertama adalah fokus ke hal-hal yang bisa dikontrol dulu.
Keuangan jadi kunci utama di masa transisi ini. Tanpa perencanaan yang matang, uang bisa cepat habis tanpa disadari. Karena itu, penting banget buat langsung atur ulang anggaran, prioritaskan kebutuhan, dan cari peluang baru. Dengan pendekatan yang tepat, kondisi sulit ini bisa dihadapi dengan lebih siap.
Table of Contents
Siap-Siap Keuangan Menghadapi PHK

Menghadapi PHK butuh strategi yang jelas agar situasi ini bisa dilewati dengan baik. Fokus utama adalah mengelola keuangan secara bijak sambil mempersiapkan langkah selanjutnya. Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan.
1. Cek Kondisi
Mulai dengan cek kondisi keuangan yang ada. Coba hitung dulu total tabungan, aset, dan utang yang harus dilunasi. Pastikan tahu persis berapa dana darurat yang bisa diandalkan untuk bertahan beberapa bulan ke depan.
Kalau belum ada dana darurat, tenang, enggak apa-apa—kita cuma perlu tahu titik awalnya biar bisa rencana ke depan lebih jelas. Semacam ngitung dulu modal yang kita punya untuk hadapi situasi ini. Anggap saja kayak bikin peta sebelum mulai perjalanan baru.
Baca juga: Saat Terancam PHK, Lakukan 5 Hal Ini untuk Mengantisipasi Kondisi Terburuk
2. Atur Ulang Anggaran
Langkah selanjutnya, coba atur ulang anggaran. Fokus dulu ke kebutuhan yang benar-benar penting, seperti makan, bayar listrik, air, dan tempat tinggal. Pengeluaran yang sifatnya tambahan, kayak langganan streaming atau nongkrong di kafe, bisa ditunda dulu sementara.
Intinya, bikin anggaran yang simpel dan realistis—utamakan yang bikin hidup tetap jalan, enggak usah mikirin yang terlalu fancy dulu. Kalau ada pengeluaran rutin yang bisa di-cut atau dihemat, langsung eksekusi saja.
3. Pakai Dana Daruratnya
Kalau sudah ada dana darurat, pastikan pemakaiannya benar-benar buat kebutuhan penting saja. Jangan sampai kebawa emosi, dan terus pakai dana ini buat beli barang yang sebenarnya enggak mendesak. Apalagi yang sifatnya emosional, tapi akhirnya bikin nyesel.
Ingat, dana darurat itu jaring penyelamat untuk menghadapi PHK kayak gini. Jadi, pakai secukupnya biar bisa buat bertahan sampai kondisi stabil lagi. Pikir dua kali sebelum keluarkan uang dari sini. Tetap dicatat ya, supaya kamu tahu uangnya dipakai ke mana saja.
4. Negosiasi Cicilan
Kalau punya cicilan, jangan panik. Langsung aja komunikasikan ke pihak bank atau lembaga keuangan yang bersangkutan. Jelaskan situasinya dengan jujur, dan tanyakan apakah ada opsi kayak restrukturisasi cicilan atau penundaan pembayaran.
Biasanya mereka punya skema khusus buat bantu nasabah yang lagi kesulitan. Misalnya seperti mengurangi bunga atau memperpanjang tenor. Ya, daripada diem-diem saja terus bingung sendiri, lebih baik ngobrol langsung memang. Siapa tahu dapat solusi yang bikin lega.
Intinya, transparan itu penting banget dalam situasi kayak gini.

5. Cari Sumber Pemasukan Lain
Enggak ada salahnya untuk segera mencari sumber pemasukan lain untuk menghadapi PHK ini. Lihat lagi keterampilan yang dimiliki—mungkin bisa dimanfaatkan buat kerja sementara atau mulai usaha kecil-kecilan.
Misalnya, kalau jago masak, coba jual makanan online. Kalau bisa desain, tawarkan jasa lewat platform freelance. Ada banyak peluang bisa kamu cari di platform online sekarang, tinggal pilih yang sesuai kemampuan.
Bahkan kalau pengin jadi pedagang tapi belum yakin mau jual apa, kamu juga bisa mulai dari hal kecil kayak jadi reseller atau dropshipper. Intinya, coba eksplorasi ide-ide baru biar tetap ada pemasukan sambil menunggu peluang yang lebih besar.
6. Cek Pengeluaran Sehari-hari
Coba deh mulai cek lagi pengeluaran sehari-hari. Ada nggak hal-hal yang sebenernya enggak terlalu penting tapi masih jalan terus.
Kalau ada, coba di-cut dulu buat sementara. Nggak usah langsung ekstrem, cukup fokus ke hal-hal yang paling gampang dihemat dulu. Misalnya, ganti nongkrong di luar sama masak di rumah, atau pakai Wi-Fi publik daripada beli paket data besar-besaran.
Intinya, bikin gaya hidup lebih simpel dan fokus ke kebutuhan utama. Pengeluaran kecil kalau dikumpulkan selisihnya, juga lumayan banget lo dampaknya.
7. Manfaatkan Pesangon dan Program Bantuan Lainnya
Kalau dapet pesangon, manfaatkan dengan bijak. Anggap itu sebagai napas tambahan buat bertahan di masa transisi sambil cari kerjaan baru.
Alokasikan ke kebutuhan paling penting dulu, kayak bayar tagihan, makan, dan biaya hidup sehari-hari. Jangan lupa sisihkan sebagian untuk nambah dana darurat, biar ada backup kalau situasinya butuh lebih waktu.
Hindari langsung dihabiskan buat hal-hal yang enggak urgent. Aturannya sederhana: prioritaskan kebutuhan, simpan sebagian, dan pakai dengan kepala dingin.
Begitu juga kalau ada program bantuan pemerintah. Coba dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah support selama masa menghadapi PHK ini. Kalau ada pelatihan, ikut saja, siapa tahu bisa dapat skill baru yang menambah peluang kerja.
Baca juga: Siap PHK Karyawan, 3 Bekal yang Akan Bermanfaat untuk Mereka Selain Pesangon
8. Upgrade Skill
Masa-masa menghadapi PHK ini bisa jadi saatnya upgrade skill! Banyak banget pelatihan atau kursus online yang bisa diikuti, bahkan ada yang gratis. Fokus ke bidang yang nyambung sama pengalaman kerja kamu, atau yang punya prospek bagus di masa depan.
Misalnya, kalau pernah kerja di bidang admin, coba pelajarin software manajemen atau skill data entry. Kalau suka desain, mungkin bisa belajar tools baru atau teknik yang lagi tren. Platform kayak YouTube, Coursera, atau LinkedIn Learning bisa jadi tempat bagus buat mulai.
Selain bikin CV lebih keren, skill baru ini juga bisa untuk menambah kepercayaan diri buat bersaing di pasar kerja. Jadi, sambil nunggu peluang, manfaatkan waktu buat investasi di diri sendiri.

9. Tetap Optimis, Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Di tengah situasi yang enggak pasti dan menghadapi PHK, tetap optimis itu penting banget. Cari aktivitas yang bisa bantu jaga emosi tetap stabil. Olahraga ringan, jalan pagi, atau meditasi bisa kamu lakukan.
Kalau butuh cerita, mengobrollah dengan keluarga atau teman dekat. Siapa tahu bisa bikin hati lebih lega. Enggak usah malu buat minta dukungan moral, karena kadang cuma butuh didengerin saja. Iya enggak sih?
Kalau kamu suka hobi tertentu, kayak masak, baca, atau nonton film, luangkan waktu untuk melakukannya. Lumayan bisa pikiran lebih rileks.
Ingat, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan urusan keuangan. Kalau kepala tenang, keputusan juga bisa lebih jernih.
Menghadapi PHK memang bukan hal yang mudah, tapi dengan langkah yang tepat, situasi ini bisa dihadapi dengan lebih tenang.
Tetap fokus pada kebutuhan utama, kelola keuangan dengan bijak, dan jangan ragu untuk mencari peluang baru. Ingat, setiap perubahan selalu membawa kesempatan untuk tumbuh dan bangkit kembali.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Jaminan Hari Tua sebagai Dana Darurat bagi Karyawan yang Kehilangan Pekerjaan
Jaminan Hari Tua sering dianggap sebagai tabungan untuk masa pensiun. Padahal, dana ini juga bisa menjadi solusi saat kondisi mendesak loh. Contohnya kalau harus kehilangan pekerjaan karena PHK.
Dalam situasi sulit, saldo Jaminan Hari Tua dapat dicairkan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari atau biaya penting lainnya. Ya, tentu saja harus dalam syarat dan ketentuan tertentu ya.
Table of Contents
Jaminan Hari Tua sebagai Dana Darurat PHK

Ketika menghadapi PHK, memiliki akses ke dana darurat sangat penting. Jaminan Hari Tua memberikan kesempatan bagi karyawan untuk memanfaatkan hasil jerih payahnya. Dengan pengelolaan yang tepat, dana ini bisa menjadi penolong sementara sambil mencari peluang kerja baru.
Jaminan Hari Tua, alias JHT, dapat dimanfaatkan sebagai dana darurat bagi karyawan yang kehilangan pekerjaan dengan cara mencairkan saldo JHT setelah pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Nah, untuk itu, yang pertama ya kamu harus paham dulu cara pencairan dananya. Dikutip dari Lapak Asik, berikut caranya.
1. Memahami Syarat Pencairan JHT Pasca-PHK
Pencairan saldo Jaminan Hari Tua dapat dilakukan jika sudah tidak bekerja, baik karena PHK maupun mengundurkan diri. Saat ini, saldo JHT bisa dicairkan sepenuhnya tanpa menunggu usia 56 tahun, asalkan memenuhi syarat yang berlaku, yakni masa kepesertaan sudah mencapai 10 tahun.
Pencairan bisa dilakukan dengan dua opsi, yaitu maksimal 10% dari saldo untuk persiapan pensiun atau maksimal 30% untuk kebutuhan perumahan. Pengambilan sebagian ini hanya dapat dilakukan satu kali selama masa kepesertaan.
2. Persiapan Dokumen Pencairan
Setelah paham ketentuannya, siapkan dokumen-dokumennya, meliputi:
- Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan
- Kartu tanda penduduk atau bukti identitas lainnya
- Bukti pemutusan hubungan kerja, semacam surat keterangan berhenti bekerja. Biasanya ini sudah disiapkan oleh pihak pemberi kerja.
- NPWP (bagi peserta dengan saldo lebih dari 50 juta atau peserta yang telah mengajukan klaim sebagian)
- Buku tabungan (untuk transfer dana)
Untuk selengkapnya dan lebih valid, coba kunjungi Lapak Asik BPJS Ketenagakerjaan ya, siapa tahu ada update informasi yang lebih baru.
3. Proses Pengajuan Klaim
Pengajuan klaim dapat dilakukan melalui dua cara:
- Secara Online: Kunjungi portal Lapak Asik BPJS Ketenagakerjaan dan ikuti petunjuk untuk mengunggah dokumen yang diperlukan.
- Secara Langsung: Datangi kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat dengan membawa dokumen lengkap dan ambil nomor antrean.
4. Waktu Pencairan
Setelah pengajuan, petugas akan melakukan verifikasi dokumen. Jika disetujui, dana Jaminan Hari Tua akan ditransfer ke rekening bank yang dicantumkan dalam waktu 3–7 hari kerja. Pastikan semua dokumen yang diserahkan sesuai dan valid untuk memperlancar proses pencairan.
Baca juga: Bangkit Setelah Menjadi Korban PHK, Ini yang Harus Kamu Lakukan
Mengelola Pencairan Dana JHT supaya Bisa Bermanfaat Beneran

Lalu, kalau Tunjangan Hari Tua sudah cair, bagaimana ya cara mengelolanya dengan tepat, agar manfaatnya bisa dirasakan benar-benar? Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan.
1. Tentukan Prioritas
Tetapkan prioritas pengeluaran dengan mengutamakan kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, utilitas, dan kesehatan dulu. Pastikan dana digunakan untuk kebutuhan hidup yang utama. Hindari pengeluaran konsumtif atau belanja barang enggak penting dan mendesak yang dapat menguras dana tanpa manfaat langsung.
2. Bikin Anggaran
Ayo, bikin anggaran lagi. Kali ini, hitung berdasarkan total dana JHT yang diterima untuk memastikan penggunaannya terkontrol.
Alokasikan dana ke pos-pos utama, seperti 40% untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan, transportasi, dan tagihan. Sisihkan 30% untuk melunasi utang atau cicilan jika ada, guna mengurangi beban finansial. Simpan 20% sebagai dana cadangan darurat untuk menghadapi pengeluaran tak terduga atau kebutuhan mendesak di masa depan. 10% jika memang masih ada, baru bisa dipakai untuk keperluan lainnya.
Kamu bisa ubah persentasenya sesuai kebutuhan dan kemampuan. Yang penting, pastikan semua bermanfaat dan memang untuk menyambung napas selama enggak ada pekerjaan.
3. Turunkan Gaya Hidup
Yah, kalau sebelumnya gaya hidupnya kelas atas, rasanya pasti akan cukup sulit untuk menurunkannya. Tapi, mau enggak mau hal ini harus dilakukan.
Kurangi gaya hidup berlebihan, sesuaikan dengan kemampuan finansial setelah kehilangan pekerjaan. Ayo realistis, bahwa kamu harus kembali ke fase perjuangan lagi.
Fokus pada pengeluaran yang benar-benar penting, dan tunda kebutuhan sekunder seperti hiburan, belanja barang mewah, atau perjalanan yang enggak mendesak. Hindari kebiasaan konsumtif yang bisa membebani anggaran, dan cari alternatif hemat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa mengorbankan kenyamanan dasar.
4. Pisahkan Dana Darurat
Semoga, kamu sudah punya dana darurat yang memadai. Pisahkan dana ini di rekening khusus yang mudah diakses, sehingga siap digunakan kapan saja jika diperlukan. Pembagian ini membantu memastikan dana tetap tersedia untuk situasi darurat, seperti biaya kesehatan atau kebutuhan mendadak lainnya.
Hindari menyimpan seluruh dana dalam satu rekening utama, karena hal ini dapat meningkatkan risiko menyabotasenya sendiri. Pilih rekening tanpa biaya administrasi tinggi atau yang memberikan akses cepat untuk menjaga efisiensi pengelolaan keuangan.

5. Tingkatkan Skill
Alokasikan sebagian dana untuk pengembangan diri, seperti mengikuti pelatihan kerja, kursus keterampilan, atau pendidikan tambahan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Investasi ini meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan baru atau membangun karier yang lebih baik.
Kalau memungkinkan, gunakan dana Jaminan Hari Tua yang sudah dicairkan untuk memulai usaha kecil sebagai sumber penghasilan sementara atau permanen. Intinya, prioritaskan opsi yang memberikan nilai tambah secara finansial maupun profesional.
So, Jaminan Hari Tua bukan cuma untuk masa pensiun, tapi juga bisa jadi penyelamat saat kehilangan pekerjaan. Dengan memahami aturan pencairannya dan mengelola dana dengan bijak, manfaat JHT bisa digunakan secara maksimal.
Namun, sebenarnya ada program pemerintah yang bisa lebih relevan untuk keperluan kehilangan pekerjaan ini, yaitu Jaminan Kehilangan Pekerjaan. Either way, gunakan kesempatan ini untuk memenuhi kebutuhan darurat sambil merencanakan langkah berikutnya dengan lebih tenang.
Baca juga: Jaminan Kehilangan Pekerjaan: Pengertian, Manfaat, dan Seluk Beluknya
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!