Efek Keuangan Pribadi yang Bisa Terjadi di Era Pemerintahan Indonesia yang Baru
Pemerintah Indonesia memasuki era baru dengan sejumlah rencana kebijakan yang dapat memengaruhi kondisi ekonomi. Perubahan ini mencakup berbagai sektor, dari pajak hingga subsidi, yang akan berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
Setiap kebijakan baru dalam sebuah negara memang berpotensi membawa peluang dan tantangan bagi kondisi keseharian kita sebagai warga negara. Termasuk keuangan pribadi. Hal ini sebenarnya enggak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di negara mana pun. Termasuk juga di Amerika Serikat, yang baru saja selesai melakukan pemilu. Warga negaranya juga sedang harap-harap cemas menghadapi perubahan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
So, penting untuk memahami bagaimana perubahan ini bisa memengaruhi pengeluaran, pendapatan, dan cara mengelola uang di masa depan. Meskipun yah, kita hanya rakyat jelata, bukan yang duduk di pembuat ataupun penetap kebijakan.
Table of Contents
Beberapa Janji Kebijakan Ekonomi Pemerintah Indonesia yang Baru dan Pengaruhnya terhadap Keuangan Pribadi
Jangan kecil hati karena kita rakyat jelata. Justru kita adalah rakyat, ekonomi negara itu bisa kena efek kalau kita kenapa-napa. Jadi, mari kita coba lihat, apa saja kebijakan pemerintah Indonesia yang baru terkait ekonomi dan pengaruhnya terhadap kondisi keuangan pribadi kita. Sekali-kali belajar dengan menyinggung ekonomi makro yuk.
1. Pertumbuhan Ekonomi 8%
Dikutip dari situs Kemenkeu, pemerintah Indonesia yang baru menetapkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%. Untuk mencapainya, sudah pasti diperlukan sinergi antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan investasi besar senilai Rp1.900-2.000 triliun, lebih tinggi dibanding target Rp1.650 triliun pada 2024.
Buat rakyat jelata, ini bisa berarti beberapa hal:
Harga Barang dan Jasa
Jika fokus pada swasembada pangan dan energi berhasil, harga kebutuhan pokok seperti beras atau bahan bakar bisa lebih stabil, bahkan turun. Tapi jika ada hambatan, seperti gagal panen atau kenaikan harga bahan baku, biaya hidup bisa naik.
Peluang Kerja Baru
Dengan target investasi hingga Rp2.000 triliun, banyak proyek besar seperti pembangunan pabrik, jalan, atau teknologi baru yang membutuhkan tenaga kerja. Ini bisa membuka lebih banyak lapangan kerja, baik di kota maupun desa.
Peluang Usaha Kecil
Ketika investasi besar masuk, usaha kecil seperti katering, transportasi lokal, atau pemasok bahan mentah juga ikut diuntungkan. Peluang usaha ini bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan.
Utang dan Pajak
Kalau pemerintah fokus menarik investasi besar, ada kemungkinan subsidi dikurangi atau pajak dinaikkan, seperti rencana PPN 12% di 2025. Ini bisa membuat biaya hidup naik sedikit, terutama untuk barang dan jasa yang sering digunakan.
Suku Bunga dan Pinjaman
Untuk mendukung investasi dan pertumbuhan ekonomi, suku bunga mungkin akan dijaga tetap rendah agar pinjaman lebih terjangkau. Ini menguntungkan untuk cicilan rumah, mobil, atau modal usaha.
Lalu, apa pengaruhnya untuk keuangan pribadi kita? Bisa jadi:
- Dengan kemungkinan harga naik atau turun, perlu menyesuaikan anggaran untuk memastikan kebutuhan pokok tetap terpenuhi.
- Sektor pangan dan energi mungkin jadi investasi menarik. Belajar tentang reksa dana, saham, atau usaha kecil bisa jadi langkah awal.
- Siapkan dana darurat, untuk berjaga-jaga jika ada kenaikan harga atau pengeluaran mendadak.
- Cari pekerjaan atau usaha yang sesuai dengan kebutuhan proyek-proyek besar di sekitar.
Dengan rencana ini, hasilnya bisa positif atau menantang tergantung eksekusinya, sehingga perlu fleksibilitas dalam mengelola keuangan.
Baca juga: Orang Indonesia Masih Suka Makan Tabungan: Apa Maksudnya dan Bagaimana Cara Mengatasinya
2. Pajak Properti Dihapus
Rencana pemerintah Indonesia untuk menghapus pajak properti, seperti PPN (11%) dan BPHTB (5%), bertujuan supaya masyarakat dapat membeli rumah dengan lebih mudah. Bahkan, ada wacana penghapusan uang muka (DP) untuk rumah. Ini artinya:
Harga Rumah Jadi Lebih Terjangkau
Tanpa pajak properti, harga rumah bisa turun hingga 16%. Misalnya, rumah yang sebelumnya Rp500 juta akan lebih murah sekitar Rp80 juta. Ini membuat rumah lebih terjangkau bagi masyarakat yang sebelumnya kesulitan.
Lebih Mudah Punya Rumah
Jika DP juga dihapus, masyarakat bisa membeli rumah tanpa harus menyiapkan uang besar di awal. Hal ini membantu terutama bagi keluarga muda atau pekerja dengan penghasilan pas-pasan.
Peningkatan Akses Properti
Kebijakan ini bisa membuka peluang lebih besar bagi masyarakat kecil untuk memiliki tempat tinggal sendiri, bukan hanya menyewa.
Lebih Banyak Pilihan Tempat Tinggal
Beli rumah jadi lebih realistis karena biaya awal yang biasanya berat, karena ada pajak dan DP, jadi enggak lagi menjadi kendala. Hal ini memungkinkan masyarakat umum bisa memiliki rumah.
Kemudahan Kredit Rumah
Dengan DP dihapus, masyarakat bisa langsung mencicil rumah. Namun, penting untuk menghitung cicilan bulanan agar engga membebani anggaran juga.
Kesempatan Investasi Properti
Rumah enggak hanya untuk tempat tinggal tetapi juga bisa menjadi aset investasi. Harga properti cenderung naik seiring waktu, sehingga ini adalah kesempatan untuk menambah kekayaan dalam jangka panjang.
Risiko Utang
Tanpa DP, banyak orang bisa jadi akan tergoda membeli rumah di luar kemampuan. Ini bisa menimbulkan beban utang besar jika penghasilan tidak cukup untuk membayar cicilan.
Jadi gimana nih, ada keuntungan dan juga ada kerugiannya. Ya, enggak apa. Ayo kita atur saja dengan cara ini:
- Pilih rumah sesuai kemampuan, jangan tergoda membeli rumah mewah hanya karena pajak dan DP dihapus.
- Siapkan dana cadangan untuk cicilan agar tetap aman jika penghasilan terganggu.
- Pertimbangkan rumah sebagai investasi jangka panjang, terutama di lokasi yang berkembang.
Jika kebijakan pemerintah Indonesia ini benar diterapkan, dampaknya sangat positif bagi masyarakat berpenghasilan rendah, asalkan pengelolaan cicilan dilakukan dengan bijak.
Baca juga: Orang Indonesia Sulit Nabung, Cuma Bisa 3% dari Gaji, Kok Bisa?
Perubahan yang dilakukan pemerintah Indonesia bisa jadi membawa dampak nyata pada kehidupan sehari-hari. Mari kita dukung saja, dan siap untuk segala kemungkinan. Yah, bagaimanapun, kita hidup bareng di negeri ini kan? Sebagai rakyat, ya sudah jadi kewajiban kita untuk mendukung apa pun program pemerintah, dan mengkritisinya jika memang tidak memihak pada rakyat.
So, boleh saja protes dan kritis. Tetapi, kita juga perlu menyesuaikan strategi keuangan pribadi kita seperlunya, agar kemudian kita bisa beradaptasi terus dengan perubahan yang akan selalu ada.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pengin Jadi Orang Mapan, Tumbuhkan Asetmu
Siapa yang enggak mau jadi orang mapan? Kayaknya sih semua orang juga mau mapan. Buktinya, banyak orang tua yang pengin punya mantu idaman yang mapan. Betul enggak nih?
Yah, menjadi orang mapan memang sering dianggap sebagai tujuan hidup yang ideal. Tapi, kayak apa sih “mapan” itu? Apa ciri-ciri orang mapan itu?
Table of Contents
Ciri-Ciri Orang Mapan
Sebenarnya, enggak pernah ada definisi jelas seperti apa orang mapan itu. Bisa dibilang relatif. Seperti halnya orang kaya. Definisi kaya memang tak pernah jelas kan? Kaya itu yang bagaimana? Sekadar punya uang banyak?
Sama juga, orang mapan itu seperti apa? Apakah punya pekerjaan tetap sudah bisa langsung dianggap sebagai mapan?
Kalau melihat di sekitar kita, mungkin bisa didefinisikan bahwa ciri-ciri orang mapan itu di antaranya adalah:
- Stabil secara finansial, memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, bahkan bisa menabung dan berinvestasi secara rutin.
- Punya aset yang berkembang, seperti properti, investasi, atau tabungan yang terus bertambah nilainya.
- Punya manajemen utang yang baik, mampu mengelola utang dengan bijak, termasuk membayar cicilan tepat waktu.
- Memiliki tujuan keuangan yang jelas, seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau investasi untuk masa depan.
- Sudah memiliki asuransi atau dana darurat yang cukup untuk menghadapi risiko tak terduga.
- Mampu membantu orang lain atau berdonasi tanpa mengorbankan kestabilan keuangannya.
- Punya gaya hidup sesuai kemampuan, enggak boros, dan dapat menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan.
Nah, gimana, apakah kamu setuju dengan ciri-ciri orang mapan seperti yang digambarkan di atas?
Kalau dilihat-lihat, ada satu ciri yang terutama sangat mendefinisikan arti mapan itu sendiri, yakni punya aset yang berkembang.
Setiap orang boleh saja memiliki standar berbeda tentang kemapanan, tetapi indikator utamanya adalah pertumbuhan aset dari tahun ke tahun. Pasalnya, pertumbuhan ini mencerminkan keberhasilan dalam mengelola keuangan dan membuat keputusan finansial yang tepat.
Aset yang terus bertambah memberikan keamanan finansial untuk menghadapi kebutuhan masa depan, seperti pendidikan, kesehatan, atau pensiun, tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pendapatan aktif.
Selain itu, kalau asetnya bertumbuh, itu artinya yang bersangkutan mampu memanfaatkan penghasilannya secara efisien dan punya kemampuan berinvestasi. Kondisi ini membantu menciptakan cadangan keuangan yang dapat diandalkan saat menghadapi situasi darurat atau peluang besar.
Aset yang berkembang juga memberikan fleksibilitas dalam mengambil keputusan hidup, seperti memulai bisnis, mengejar pendidikan lebih tinggi, atau pensiun lebih awal.
Nah, jadi sekarang sudah tahu ya, gimana caranya mencari tahu apakah seseorang itu bisa dibilang mapan atau enggak. Coba tanyakan asetnya.
Baca juga: 8 Aset yang Bekerja untuk Kita dan Bisa Mendatangkan Penghasilan
Cara Menumbuhkan Aset agar Cita-Cita Mapan Tercapai
Terus, kalau cita-citanya pengin jadi orang mapan dengan aset yang bertumbuh, gimana caranya? Yuk, kita lihat.
1. Buat Rencana Keuangan
Rencana keuangan adalah kunci untuk mencapai segala jenis cita-cita, termasuk jadi orang mapan. So, tentukan tujuan keuanganmu berdasarkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dengan begitu, kamu pun dapat lebih mudah menyusun prioritas dan menentukan langkah yang sesuai.
Rencana keuangan yang baik mencakup alokasi penghasilan, pengelolaan pengeluaran, dan strategi menabung atau berinvestasi. Misalnya, untuk jangka pendek, fokus pada pengelolaan dana darurat dan pembayaran utang berbunga tinggi. Untuk jangka menengah, alokasikan sebagian dana ke investasi rendah hingga menengah risiko.
Sedangkan untuk jangka panjang, pilih instrumen investasi yang dapat memberikan hasil optimal seperti saham atau properti. Langkah ini memastikan aset bertambah sesuai target yang telah ditetapkan.
2. Pilih Instrumen Investasi sesuai Profil Risiko dan Kebutuhan
Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda. Hal ini dapat memengaruhi jenis investasi yang ideal. Kalau enggak sesuai, aset akan sulit bertumbuh. Jadi, coba cari tahu profil risikomu sendiri, sebelum menentukan instrumen investasinya ya.
Selain menyesuaikan dengan profil risiko, kebutuhan juga menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan. Misalnya, untuk kebutuhan jangka pendek, hasil akan lebih optimal dengan reksa dana pasar uang.
Diversifikasi investasi juga penting untuk meminimalkan risiko, misalnya dengan mengalokasikan dana ke berbagai sektor atau jenis aset. Dengan strategi ini, pertumbuhan aset untuk jadi orang mapan akan lebih stabil dan terencana.
3. Kelola Utang
Mengelola utang dengan bijak adalah kunci untuk memastikan aset dapat terus bertumbuh. So, pembayaran utang harus jadi prioritas.
Hindari mengambil utang konsumtif yang enggak signifikan untuk tujuan jangka panjang. Jadi, jika memang harus berutang, pastikan utang tersebut digunakan untuk hal produktif.
Selalu evaluasi kemampuan membayar cicilan dengan mempertimbangkan rasio utang terhadap pendapatan. Rasio ideal adalah maksimal 30% dari total penghasilan bulanan. Dengan pengelolaan yang cermat, utang dapat menjadi alat keuangan yang mendukung pertumbuhan aset, bukan menjadi beban yang menghambatnya.
4. Tingkatkan Pendapatan
Meningkatkan pendapatan juga perlu, sehingga mempercepat pertumbuuhan asetmu. Jadi, mulailah dengan mengeksplorasi peluang pekerjaan sampingan yang sesuai dengan keterampilan. Pekerjaan tambahan ini juga dapat membuka peluang baru untuk memperluas jaringan profesional loh.
Gunakan pendapatan tambahan ini secara bijak, untuk mencapai cita-cita jadi orang mapan dengan lebih cepat. Alokasikan sebagian untuk investasi atau menambah aset produktif.
5. Lindungi Aset dengan Asuransi
Last but not least, penting juga bagi kamu untuk melindungi aset dengan asuransi. Asuransi memberikan perlindungan terhadap kerugian finansial akibat berbagai kejadian, seperti bencana alam, kecelakaan, kerusakan properti, atau masalah kesehatan yang membutuhkan biaya besar.
Tanpa asuransi, biaya tak terduga ini dapat mengganggu keuangan. Boro-boro bisa tercapai cita-cita jadi orang mapan. Bisa jadi aset malah berkurang kalau kamu enggak punya asuransi.
Baca juga: Aset Finansial: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Aset Riil yang Perlu Diketahui
Jadi orang mapan itu bukan cuma soal penghasilan, tetapi bagaimana mengelola dan menumbuhkan aset dengan bijak. Dengan langkah yang tepat, kestabilan keuangan dan masa depan yang lebih cerah dapat dicapai.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Manajemen Stres Finansial: Cara Mengatasi Kekhawatiran Keuangan di Usia 20-an
Stres! Ya, hari gini, siapa sih yang enggak stres? Apalagi kalau soal keuangan. Rasa-rasanya kok, mau usaha seberapa pun, uang itu selalu enggak cukup. Relate kan? Makanya, kamu perlu tahu nih cara manajemen stres, terutama yang berkaitan dengan finansial.
Pasalnya, usia kamu masih 20-an. Sebagian besar dari kamu barangkali saat ini masih belum ada tanggungan, sebagian lagi mungkin adalah sandwich generation. Jalanmu masih panjang, mimpimu masih banyak. Stres jangan sampai jadi hambatan.
Terus, gimana caranya ya?
Table of Contents
Manajemen Stres Keuangan untuk Si 20-an
Mengalami stres masalah keuangan sepertinya sih hal yang wajar terjadi apalagi di zaman sekarang. Tuntutan hidup semakin tinggi, sementara sumber daya masih saja terbatas. Buat kamu yang usianya masih 20-an dan sudah stres, nah, jangan dibiarkan berlama-lama stresnya. Karena waktu kamu masih panjang, masih banyak juga kesempatan yang harus kamu manfaatkan.
Setiap masalah selalu ada solusi. Begitu juga dengan masalah keuangan. Untuk tahu solusinya, maka kamu harus tahu juga akar penyebabnya.
Stres keuangan yang muncul bisa disebabkan banyak hal, setiap orang juga bisa mengalami penyebab yang berbeda. Buat kamu si 20-an, yang paling umum terjadi, stres keuangan muncul karena merasa gaji enggak cukup, kebanyakan utang, banyak mau, ada kebutuhan mendadak yang tak direncanakan, dan sejenisnya. Relate?
Nah, kalau relate, maka manajemen stres keuangan yang perlu kamu lakukan adalah seputar hal-hal tersebut juga. Seperti ini penjelasannya.
1. Stres karena Gaji Enggak Pernah Cukup
Kamu si usia 20-an biasanya masih level entry sekarang. Maka, rasanya wajar jika gaji juga menyesuaikan. Namun, sebenarnya, akar permasalahannya bukanlah pada nominal gaji yang kecil. Tetapi, pada pengeluaranmu.
Membuat anggaran bulanan membantu mengontrol pengeluaran dan memastikan pemasukan digunakan secara optimal. Prioritaskan kebutuhan pokok dulu, seperti makanan, transportasi, dan tagihan. Baru kemudian alokasikan sebagian untuk tabungan dan dana hiburan secukupnya agar tetap seimbang tanpa membebani kondisi keuangan.
Baca juga: Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
2. Stres karena Sering Ada Kejadian Tak Terduga
Yah, namanya hidup, kadang ada saja surprise-surprise kecil terjadi di sana-sini. Tapi kadang surprise-nya bikin kaget juga. Apalagi kalau menyangkut keuangan, sementara kita tahu persis kalau keuangan kita terbatas.
Memprioritaskan dana darurat bisa jadi solusi manajemen stres keuangan yang penting di sini. So, usahakan untuk dapat menyisihkan 10-20% dari pemasukan setiap bulan. Dana darurat ini memang idealnya 3 – 6 bulan pengeluaran besarannya. Namun, kalau kamu masih belum mampu, kamu enggak harus langsung memenuhinya. Yang penting, ada saja dulu.
Simpan di rekening terpisah ya, supaya enggak menggoda untuk dipakai. Dana darurat memang “dana nganggur”. Dana yang enggak boleh dipakai sembarangan.
3. Stres karena Utang
Utang memang jadi momok banget akhir-akhir ini, ya kan? Pinjol, paylater, cicilan kendaraan, cicilan iPhone, semua numpuk.
Mengurangi utang konsumtif adalah langkah penting untuk manajemen stres keuangan. Hindari mengambil utang untuk kebutuhan yang enggak mendesak, seperti gadget terbaru atau liburan mewah, agar tidak menambah beban keuangan.
Kalau memang sekarang lagi ada tanggungan cicilan, coba prioritaskan pelunasannya dulu dan jangan menambah utang baru, agar stres keuanganmu tak semakin parah.
Lakukan pembayaran secara terencana dengan mengalokasikan dana khusus setiap bulan, sehingga utang berkurang secara konsisten tanpa mengganggu kebutuhan lainnya.
4. Stres karena Enggak Bisa Punya Tabungan
Nah, ini harus dicari lagi sih akar masalahnya di mana. Solusi manajemen stres keuangannya bisa saja membuat anggaran, seperti di poin pertama di atas. Kamu juga bisa mengatasinya dengan membuat tujuan keuangan.
Menetapkan tujuan keuangan yang jelas membantu mengarahkan pengelolaan keuangan secara terencana. Tentukan tujuan jangka pendek seperti menabung atau dana darurat, jangka menengah seperti biaya pendidikan, dan jangka panjang seperti membeli rumah.
Dengan adanya tujuan, apalagi yang terukur dan spesifik, bisa membuatmu termotivasi untuk disiplin dalam menabung dan mengatur prioritas keuangan.
5. Stres karena Terlalu Boros
Ini bisa saja berkaitan dengan stres keempat di atas. Karena boros, kamu jadi enggak bisa punya tabungan, gaji tak pernah cukup, dan sebagainya.
Untuk manajemen stres ini, coba sekarang direview lagi pengeluarannya. Coba cek, pos mana saja sih yang terlalu berlebihan? Mungkin kamu banyak pengeluaran karena adanya tekanan sosial? Karena sering FOMO? Karena pengin standar hidup orang lain, padahal sebenarnya kamu enggak mampu?
Menerapkan gaya hidup sederhana membantu menjaga keuangan tetap stabil dengan memprioritaskan kebutuhan utama dibanding keinginan yang enggak penting. Hindari tekanan sosial untuk mengikuti tren konsumtif yang boros, seperti membeli barang mahal demi status.
Jangan FOMO-an. Fokus saja pada jalan kamu sendiri, tak perlu membandingkan diri dengan orang lain.
6. Stres secara Mental
Mengelola kesehatan mental penting untuk menjaga fokus dan pengambilan keputusan finansial yang bijak. Lakukan aktivitas yang meredakan stres, seperti berolahraga, bermeditasi, atau menyalurkan hobi. Berbicara dengan orang terpercaya atau profesional juga membantu mengatasi tekanan emosional. Kesehatan mental yang terjaga menciptakan pola pikir positif, sehingga lebih mudah mengatur keuangan secara terencana dan menghadapi tantangan finansial dengan tenang.
7. Stres karena Butuh Uang Banyak
Ya, kadang memang kita sudah atur anggaran, sudah berusaha hemat, uang tetap saja terasa kurang untuk memenuhi kebutuhan yang banyak. Maka, solusi manajemen stres untuk masalah ini adalah dengan menambah sumber pendapatan.
Mengembangkan sumber pendapatan tambahan bisa dilakukan dengan mencari pekerjaan sampingan, seperti freelance atau part-time, atau memulai bisnis kecil sesuai minat dan keahlian.
Pendapatan tambahan enggak hanya meningkatkan pemasukan, tetapi juga memberikan rasa aman secara finansial, terutama untuk memenuhi kebutuhan mendesak atau menambah tabungan. Langkah ini juga dapat membuka peluang baru untuk pengembangan karier atau keterampilan.
Baca juga: Sudah Saatnya Kita Perhatikan Kesehatan Mental, Fisik, dan Finansial secara Seimbang
Nah, ingat, bahwa enggak pernah ada satu solusi untuk semua masalah keuangan. Kalau kata dokter, mengobati penyakit itu harus sesuai gejalanya. Begitu juga dengan keuangan. Gejalanya apa, masalahnya pada apa, maka di situ juga kamu harus mencari solusi untuk manajemen stres keuanganmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Saat Belajar Investasi
Belajar investasi itu penting demi mencapai tujuan keuangan. Namun, prosesnya ya enggak mudah. Banyak tantangannya, dan menuntutmu untuk paham semuanya dengan baik.
Pasalnya, tanpa pemahaman yang cukup dan persiapan yang tepat, risiko kesalahan dapat meningkat. Apalagi kalau kamu adalah pemula yang baru mengenal dunia investasi. So, memahami hal-hal mendasar sangat penting sebelum mulai berinvestasi.
Kesalahan kecil yang tampak sepele bisa berdampak besar pada hasil investasi. Banyak pemula terjebak karena kurang paham, kurang informasi, atau terlalu percaya pada mitos investasi.
Akhirnya, kesalahan ini menghambat pertumbuhan dana, bahkan bisa membuatmu merugi. Akhirnya lagi, motivasi untuk belajar dan berkembang pasti juga akan turun.
Jadi, mengetahui apa saja yang harus dihindari menjadi langkah awal untuk meraih hasil yang lebih optimal.
Table of Contents
Kesalahan Umum saat Belajar Investasi
Kita memang belajar dari kesalahan. Begitu juga saat belajar investasi. Kamu bisa belajar dari kesalahanmu sendiri, atau belajar dari kesalahan orang lain. Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi saat seseorang belajar investasi—mungkin di antaranya ada yang kamu lakukan juga.
1. Tergoda Janji Keuntungan Cepat
Siapa sih yang enggak pengin cepat kaya? Kalau bikin konten dengan kata kunci ‘cara cepat kaya’ saja langsung laris manis diserbu pembaca. Padahal isinya ya begitulah.
Salah satu janji keuntungan cepat yang sering wira-wiri saat belajar investasi adalah iming-iming investasi bodong. Biasanya ada embel-embelnya tanpa risiko, yang seharusnya menjadi tanda bahaya.
Kurangnya pemahaman tentang bagaimana investasi bekerja dapat membuatmu mudah percaya pada klaim tidak realistis. Skema semacam ini sering menggunakan strategi “FOMO” (Fear of Missing Out). Dengan strategi ini, kamu lantas merasa harus segera bergabung untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
Akibatnya, dana yang diinvestasikan berisiko hilang sepenuhnya karena skema tersebut biasanya ilegal atau enggak ada basis aset nyata. Penting untuk selalu memeriksa legalitas investasi. Salah satunya memastikan perusahaan terdaftar di OJK atau Bappebti, dan memahami risiko sebelum mengambil keputusan.
Baca juga: Investasi Bodong: 3 Langkah untuk Menghindari Jebakannya
2. Enggak Punya Tujuan Keuangan Jelas
Belajar investasi tanpa tujuan yang spesifik bisa bikin strategi investasimu jadi enggak terarah. Ketika tujuan keuangan enggak jelas, maka kamu akan sulit menentukan instrumen investasi yang sesuai.
Selain itu, ketiadaan tujuan juga menyulitkan untuk mengukur keberhasilan investasi, sehingga progres keuangan enggak akan bisa terpantau dengan baik. Keputusan investasi juga pasti cenderung asal-asalan atau ikut-ikutan.
Untuk menghindari hal ini, tetapkan tujuan yang spesifik. Ingat, #tujuanloapa? Juga harus terukur, realistis, dan ada jangka waktunya. Dengan demikian, investasi dapat lebih terarah dan peluang mencapai target finansial menjadi lebih besar.
3. Menggunakan Uang Darurat untuk Investasi
Mengalokasikan dana darurat untuk investasi adalah keputusan berisiko tinggi. Dana darurat dirancang untuk kebutuhan mendesak, sehingga seharusnya selalu likuid dan mudah diakses.
Jika dana ini diinvestasikan, apalagi pada instrumen berisiko tinggi atau jangka panjang, ada kemungkinan kehilangan akses cepat saat kondisi darurat muncul. Selain itu, jika nilai investasi menurun, dana tersebut mungkin enggak akan cukup untuk menutupi kebutuhan mendesak.
Kesalahan belajar investasi ini sering terjadi karena keinginan untuk mendapatkan imbal hasil lebih besar tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Tapi tenang. Ada solusinya kok. Kamu hanya perlu memisahkan dana darurat dari dana lain-lainnya dan menyimpannya di instrumen yang berbeda. Dengan begitu, dana darurat tetap tersedia saat dibutuhkan, dan investasi dapat berjalan sesuai rencana tanpa mengorbankan keamanan finansial.
4. Gampang Menyabotase Rencana Keuangannya Sendiri
Kesalahan belajar investasi ini terjadi ketika kamu tergoda menggunakan dana investasinya untuk keperluan lain. Contohnya, misalnya gadget terbaru sudah diluncurkan. Meski smartphone yang kamu punya masih bagus, kamu pengin indent juga. Biar sama kayak teman-temanmu.
Karena belum gajian, bonus juga belum cair, pakai dulu deh dana investasi yang ada. Akhirnya, kamu pun mencairkan investasi yang bahkan belum menunjukan performa bagus. Masih rugi, sudah dicairkan demi gadget baru.
Kebiasaan seperti ini biasanya muncul dari kurangnya komitmen terhadap tujuan keuangan jangka panjang atau tidak adanya batasan yang jelas antara uang untuk investasi dan pengeluaran lainnya. Akibatnya, investasi tidak berjalan sesuai rencana, target keuangan sulit tercapai, dan potensi keuntungan jangka panjang menjadi terhambat.
Untuk mengatasi ini, penting menetapkan strategi yang jelas. Yang pertama harus dilakukan adalah memisahkan rekening untuk investasi, membuat anggaran yang ketat, dan menghindari akses mudah ke dana investasi.
Selain itu, selalu ingat tujuan keuangan yang ingin dicapai agar fokus tetap terjaga. Membiasakan disiplin keuangan adalah kunci belajar investasi yang sukses.
5. Belajar dari Sumber yang Tidak Kredibel
Zaman sekarang memang banyak sekali hal baru yang bisa kamu pelajari, dengan gratis, tak terbatas waktu dan ruang juga. Saking luasnya kesempatan, kadang kita juga enggak bisa memfilter, mana sumber yang bisa dipercaya dan yang enggak.
Ya itu juga banyak terjadi belakangan ini. Padahal, mengandalkan informasi dari sumber yang tidak terpercaya dapat menyesatkan dan meningkatkan risiko kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi.
Sumber yang enggak kredibel, seperti grup diskusi tanpa moderator ahli, konten viral di media sosial tanpa dasar yang jelas, atau promosi dari individu tanpa sertifikasi, informasinya lebih sering enggak akuratnya dibanding benernya.
Hati-hati deh! Informasi semacam ini bisa membuatmu salah memahami risiko, potensi keuntungan, atau cara kerja suatu produk investasi.
So, buat belajar investasi, mending belajar dari sumber yang sudah tepercaya. Misalnya seperti baca-baca artikel QM Financial di sini, atau dengerin podcast, tonton video di channel YouTube QM Financial, dan follow akun-akun media sosialnya di Instagram, TikTok, sampai Threads.
Dengan begitu, pengetahuan yang diperoleh lebih akurat dan dapat mendukung proses belajar investasi jangka panjang kamu.
Baca juga: Belajar Saham untuk Pemula: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
Belajar investasi membutuhkan kesabaran dan disiplin untuk menghindari kesalahan yang dapat merugikan. Dengan pemahaman yang lebih baik, peluang untuk mencapai tujuan keuangan akan semakin besar. Melangkah dengan hati-hati dan terus meningkatkan pengetahuan menjadi kunci keberhasilan dalam perjalanan investasi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Pembuatan Perencanaan Keuangan Harus Realistis? Ini Alasannya
Memahami mengapa pembuatan perencanaan keuangan harus realistis adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan finansial. Perencanaan yang realistis membantu mencapai target yang masuk akal dan dapat dicapai, sehingga memberikan rasa aman dan kestabilan dalam jangka panjang. Rencana yang terlalu ambisius seringkali membawa risiko dan kekecewaan yang enggak perlu.
Keuangan yang terencana dengan baik mencerminkan kondisi yang stabil dan berkelanjutan. Realistis dalam merencanakan keuangan berarti mempertimbangkan segala kemungkinan, termasuk kejadian tak terduga yang bisa mempengaruhi situasi finansial.
Dengan demikian, perencanaan yang tepat dapat membantu menghindari berbagai masalah keuangan yang mungkin timbul.
Table of Contents
Jadi, Mengapa Pembuatan Perencanaan Keuangan Harus Realistis?
Yah, namanya manusia. Adalah sifat dasar kita untuk banyak maunya. Pengin ini pengin itu, pengin mencapai ini, pengin punya itu. Wajar kok, dan enggak apa sama sekali.
Hanya saja, kita kudu menyadari bahwa yang namanya sumber daya itu terbatas. Terutama uang. Memang sih, ada yang punya privilege lebih, tapi kan enggak semua orang begitu. Bahkan yang punya privilege dan enggak punya, lebih banyak yang enggak punya kan?
Lantas, yang enggak punya privilege apa iya mau nyerah?
Enggak dong. Salah satu cara agar kita bisa mencapai ini itu meski sumber daya terbatas adalah dengan membuat rencana keuangan.
Nah, di sinilah kita tetap harus realistis.
Baca juga: Pentingnya Perencanaan Keuangan untuk Ibu Rumah Tangga
Mengetahui mengapa pembuatan perencanaan keuangan harus realistis menjadi langkah awal dalam memastikan tujuan keuangan kita tercapai. Perencanaan yang tepat dan masuk akal membantu mengatur keuangan dengan lebih baik dan meminimalkan risiko.
Ada beberapa alasan penting yang membuat perencanaan realistis sangat diperlukan. Coba yuk, kita lihat satu per satu.
1. Biar Enggak Terlalu Kecewa
The highest we fly, the hardest we fall.
Katanya sih begitu.
Punya banyak cita-cita itu wajar. Tetapi, menghindari kekecewaan juga sangat penting, termasuk dalam perencanaan keuangan. Jika target yang ditetapkan terlalu ambisius atau enggak realistis, ketidakmampuan untuk mencapainya dapat menyebabkan rasa frustrasi dan penurunan motivasi.
Dengan membuat rencana yang realistis dan dapat dicapai, setiap pencapaian yang berhasil diraih akan bikin kita termotivasi untuk lebih baik lagi. Selain itu, rencana yang realistis membantu menjaga semangat dan komitmen dalam mengelola keuangan, sehingga tujuan finansial dapat dicapai dengan lebih efektif dan berkelanjutan.
2. Biar Masuk Akal dan Sesuai Kemampuan
Punya rencana yang masuk akal dan sesuai kemampuan adalah koentji. Rencana yang realistis lebih mudah dicapai karena sesuai dengan kondisi keuangan kita saat ini. Hal ini membuat rencana tersebut lebih praktis dan dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan tekanan atau beban berlebih.
Dengan rencana yang sesuai dengan kemampuan finansial, pengelolaan keuangan menjadi lebih stabil dan tujuan dapat dicapai dengan lebih efisien. Ini juga membantu menjaga motivasi dan disiplin dalam jangka panjang.
3. Lebih Gampang Disiplin
Rencana yang realistis itu bikin kita jadi lebih mudah untuk disiplin keuangan. Kalau targetnya realitis, enggak ngadi-adi, dan masuk akal, kita juga jadi lebih mudah buat tetap fokus dan enggak gampang menyerah.
Hal ini akhirnya juga bikin kita lebih semangat buat mengatur anggaran dan pengeluaran. Jadinya, keuangan kita jadi lebih stabil dan teratur.
4. Lebih Mudah Menyiapkan Dana Darurat
Yah, namanya juga hidup. Pasti ada saja kondisi darurat terjadi di tengah jalan. Jika perencanaan keuangan kita realistis, kita juga bisa memprediksikan risiko dengan baik. Kita tahu berapa banyak harus menyiapkan dana darurat.
Dengan manajemen yang baik, kalau ada kejadian tak terduga, kita tetap siap dan aman secara finansial. Jadi, memastikan ada dana darurat bisa membantu menjaga stabilitas keuangan saat situasi genting mendadak muncul.
5. Manajemen Risiko
Merancang keuangan dengan realistis bisa mengurangi risiko. Rencana yang terlalu ambisius bisa bikin kondisi finansial jadi enggak stabil dan rentan. Sebaliknya, rencana yang lebih masuk akal bisa memberikan rasa aman dan kestabilan jangka panjang.
Dengan begitu, kita jadi lebih siap menghadapi berbagai tantangan keuangan tanpa perlu khawatir. Stabilitas keuangan yang tercapai juga membantu menjaga ketenangan pikiran dan kepercayaan diri dalam mengelola keuangan.
Memahami mengapa pembuatan perencanaan keuangan harus realistis membantu dalam mencapai kestabilan dan keamanan finansial. Dengan menetapkan target yang masuk akal dan dapat dicapai, perencanaan keuangan menjadi alat yang efektif untuk menghadapi tantangan dan perubahan tak terduga.
Maka, penting untuk selalu menilai kemampuan dan kondisi keuangan secara objektif agar perencanaan yang dibuat benar-benar bermanfaat dan memberikan hasil yang diharapkan.
Baca juga: Langkah-Langkah Perencanaan Keuangan di Usia 20-an untuk Masa Depan yang Aman
Nah, pengin tahu gimana caranya membuat perencanaan keuangan yang realistis?
Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Fenomena Kelas Menengah yang Turun Kelas: Apa yang Bisa Dipelajari?
Menurut laporan BBC Indonesia, pada 2019, Indonesia memiliki 57,33 juta penduduk kelas menengah yang berkontribusi sebesar 43,3% terhadap total konsumsi rumah tangga. Menariknya, jumlah ini menurun menjadi 48,27 juta orang pada 2023, dengan kontribusi konsumsi hanya sebesar 36,8%.
Menurut laporan terbaru, tahun ini, jumlah penduduk kelas menengah kembali turun menjadi 47,85 juta orang, yang setara dengan 17,13% dari total populasi. Padahal, diharapkan proporsi kelas menengah mencapai sekitar 70% dari total populasi pada 2045, demi bisa mendapatkan predikat negara maju.
Penurunan ini terjadi karena dampak pandemi Covid-19, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Pandemi ini telah memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.
Table of Contents
Apa Sih yang Dimaksud Kelas Menengah?
Kelas menengah di Indonesia menempati posisi di antara kelas bawah dan atas. Mereka enggak sekaya sultan, tetapi di atas kertas, cukup untuk hidup layak. Sementara, berbagai laporan dan studi menawarkan parameter yang berbeda-beda untuk mendefinisikan kelas menengah, sehingga jumlahnya berkisar antara 30 juta hingga ratusan juta orang.
Merangkum dari artikel Asumsi.co, pada 2010, Asian Development Bank mendefinisikan kelas menengah di Indonesia sebagai kelompok masyarakat yang mengeluarkan US$2-20 per hari. Nah, jumlahnya ternyata mencapai 46,58% dari total populasi, atau sekitar 102,7 juta jiwa. Meski secara ekonomi dianggap aman, kelas menengah ini bukan sultan. Sebanyak 90% dari mereka menghabiskan kurang dari US$20 per hari.
Sementara itu, Global Wealth Report 2015 menggunakan parameter dari Amerika Serikat, mendefinisikan kelas menengah sebagai mereka yang memiliki kekayaan US$50.000-500.000, menghasilkan persentase hanya 4,4%.
Bank Dunia, dalam laporan “Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class” pada 2020, mengaitkan kelas menengah dengan keamanan ekonomi. Yang masuk ke kelompok ini seharusnya adalah mereka yang terbebas dari risiko kemiskinan dan mampu membeli barang-barang di luar kebutuhan dasar, seperti hiburan, kendaraan pribadi, dan asuransi kesehatan.
Nah, kalau menurut definisi Bank Dunia, kelas menengah di Indonesia diukur dari pengeluaran bulanan sebesar Rp1,2 juta hingga Rp6 juta. Diperkirakan ada 52 juta orang yang masuk dalam kategori ini, atau sekitar 1 dari 5 penduduk Indonesia. Meskipun jumlah ini tumbuh sekitar 10% per tahun, pertumbuhan ini masih lebih lambat dibandingkan beberapa negara Asia lainnya.
Namun, batas bawah Rp1,2 juta itu dianggap rendah. Bahkan, UMP Jawa Tengah yang terendah di Indonesia masih di atas angka tersebut, yaitu Rp1,7 juta.
Survei menunjukkan bahwa hanya 1% dari kelas menengah yang menghabiskan lebih dari US$38 per hari, atau Rp6 juta per bulan. Makanan masih menjadi kebutuhan utama dengan porsi besar dalam pengeluaran mereka, mencapai 44% pada kelompok MC1 dan kurang dari 30% pada MC2.
Selain itu, meski menjadi bagian dari kelas menengah, banyak dari mereka yang belum mendapatkan akses sanitasi layak, air bersih, dan kualitas hunian yang baik. Menurut Bank Dunia, hanya 11% dari kelas menengah yang kebutuhan non-moneternya terpenuhi.
Pertanyaannya, jika kelas menengah saja hidup pas-pasan, bagaimana dengan kondisi kelas di bawahnya?
Baca juga: Kiat Mengatur Keuangan untuk Menghadapi Krisis
Pelajaran Keuangan yang Bisa Diambil dari Fenomena Menurunnya Kelas Menengah
Fenomena menurunnya kelas menengah memberikan banyak pelajaran penting tentang manajemen keuangan. Dari situasi ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memperkuat stabilitas finansial dan menghadapi tantangan ekonomi. Berikut adalah pelajaran keuangan yang bisa dipetik dari fenomena ini.
Pentingnya Dana Darurat
Situasi tak terduga seperti pandemi dapat mengguncang stabilitas keuangan secara drastis. Dana darurat berperan penting dalam menghadapi krisis ini agar kita enggak harus mengorbankan kebutuhan dasar.
Dengan dana cadangan yang memadai, kita dapat menangani pengeluaran mendadak seperti biaya medis atau kehilangan pekerjaan, dengan tetap memastikan kebutuhan utama tetap terpenuhi. Dana darurat memberi kita perlindungan finansial dan ketenangan pikiran di masa-masa sulit.
Diversifikasi Pendapatan
Mengandalkan satu sumber pendapatan bisa menjadi risiko besar dalam menjaga kestabilan finansial. Dengan memiliki lebih dari satu sumber penghasilan, kita bisa mengurangi dampak negatif jika terjadi kehilangan atau penurunan pendapatan utama.
Diversifikasi ini bisa dilakukan dengan memiliki pekerjaan sampingan, investasi, atau membuka usaha kecil. Dengan cara ini, kita lebih siap menghadapi berbagai situasi ekonomi dan mempertahankan kestabilan finansial. Diversifikasi penghasilan memberikan keamanan tambahan dan fleksibilitas dalam mengelola keuangan.
Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Merencanakan keuangan jangka panjang sangat penting untuk mencapai keamanan finansial. Mulailah dengan punya tabungan—meskipun bukan nominal yang ideal, seenggaknya harus punya dulu. Syukur-syukur bisa punya investasi investasi yang strategis juga, yang dapat memberikan perlindungan dan stabilitas finansial di masa depan.
Dengan perencanaan yang tepat, kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi tak terduga seperti krisis ekonomi atau pengeluaran darurat. Jadi, enggak perlu turun kelas kalau ada krisis.
Perencanaan jangka panjang juga membantu memastikan bahwa tujuan keuangan, seperti pendidikan anak atau dana pensiun, dapat tercapai dengan lebih efektif. Keamanan finansial yang didapatkan dari perencanaan ini memberikan ketenangan pikiran dan kesiapan untuk menghadapi berbagai kondisi ekonomi.
Hidup Hemat dan Bijak
Mengelola pengeluaran dengan bijak adalah kunci untuk menjaga kesehatan finansial. Penting untuk mengetahui prioritas, seperti kebutuhan pokok dan tabungan, serta menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Dengan cara ini, keuangan bisa tetap stabil dan terhindar dari utang.
Hidup hemat bukan berarti menekan semua keinginan, tetapi lebih kepada membuat keputusan keuangan yang cerdas dan terencana. Dengan begitu, kita bisa menabung lebih banyak, berinvestasi, dan menikmati kehidupan tanpa tekanan finansial yang berlebihan.
Hemat dan bijak dalam pengeluaran membantu mencapai tujuan finansial jangka panjang dan memberikan ketenangan pikiran.
Edukasi Keuangan
Memahami konsep dasar keuangan adalah langkah penting untuk membuat keputusan keuangan yang tepat. Pengetahuan tentang pengelolaan utang, investasi, dan perencanaan pensiun dapat membantu mengatur keuangan dengan lebih baik.
Dengan edukasi keuangan yang memadai, kita dapat menghindari jebakan utang, memilih investasi yang menguntungkan, dan merencanakan pensiun dengan bijak. Pemahaman ini enggak hanya meningkatkan kemampuan finansial tetapi juga memberikan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi ekonomi.
Edukasi keuangan membantu mencapai keamanan finansial yang lebih stabil dan masa depan yang lebih cerah.
Baca juga: Jokowi: Rakyat Harus Lebih Banyak Belanja – Begini Cara Belanja Hemat tanpa Kalang Kabut
Fenomena penurunan kelas menengah memberikan banyak pelajaran berharga. Memastikan adanya dana darurat, diversifikasi pendapatan, perencanaan keuangan jangka panjang, hidup hemat dan bijak, serta edukasi keuangan adalah langkah penting yang harus diterapkan. Dengan memahami dan menerapkan pelajaran ini, stabilitas finansial dapat lebih terjaga di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cara Mulai Berinvestasi dengan Pendapatan Terbatas untuk Ibu Muda
Mulai berinvestasi sering kali terasa sulit, terutama bagi ibu muda dengan pendapatan terbatas. Namun, dengan strategi yang tepat dan pemahaman yang cukup, investasi bisa menjadi cara efektif untuk mencapai kestabilan finansial jangka panjang.
Artikel ini akan membahas cara-cara mulai berinvestasi yang dapat diikuti oleh ibu muda tanpa harus mengorbankan kebutuhan sehari-hari.
Table of Contents
Cara Mulai Berinvestasi untuk Ibu Muda
Siapa bilang ibu muda tak perlu paham investasi? Justru karena ibu umumnya adalah “menteri keuangan” keluarga, makanya harus tahu investasi yang bener.
Namun, faktanya, banyak ibu muda merasa terintimidasi oleh konsep investasi karena khawatir akan risiko dan minimnya pengalaman. Nah, sekarang sih enggak perlu khawatir lagi. Dengan langkah-langkah sederhana dan alat investasi yang mudah digunakan, proses ini bisa menjadi lebih mudah dan terjangkau.
Berikut adalah panduan praktis yang bisa membantu ibu muda mulai berinvestasi dengan aman dan efisien.
1. Mulai dari yang Kecil
Mulailah dengan menanamkan dana dalam investasi kecil seperti tabungan berjangka atau deposito. Kedua opsi ini memberikan hasil yang stabil dan aman, ideal bagi yang baru memulai perjalanan investasi.
Tabungan berjangka memungkinkan menabung dengan jangka waktu tertentu dan bunga yang lebih tinggi dibanding tabungan biasa. Sementara deposito menawarkan keuntungan pasti dengan tingkat bunga tetap selama periode yang ditentukan, memberikan ketenangan karena bebas dari fluktuasi pasar.
Pilihan ini membantu membangun fondasi finansial yang kuat sebelum mencoba investasi yang lebih berisiko.
Baca juga: Pentingnya Perencanaan Keuangan untuk Ibu Rumah Tangga
2. Gunakan Aplikasi Investasi
Manfaatkan aplikasi investasi yang mudah digunakan. Sekarang ada banyak kok. Aplikasi ini memungkinkan untuk mulai berinvestasi dengan nominal kecil, sehingga cocok bagi pemula yang ingin mencoba investasi tanpa risiko besar.
Selain itu, umumnya aplikasi seperti ini juga menawarkan berbagai pilihan produk investasi, mulai dari saham, reksa dana, hingga obligasi, cukup dari satu tempat saja. Dengan begitu, dapat memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko.
Pastikan saja aplikasinya juga dilengkapi dengan fitur edukasi dan analisis, sehingga dapat membantu membuat keputusan investasi lebih baik dan bijak.
3. Saham dan Reksa Dana
Mulai berinvestasi dalam saham atau reksa dana bisa dilakukan dengan modal kecil. Dua instrumen ini adalah yang paling populer. Kenapa bisa mulai dari keduanya? Kalau ada masalah, ibu muda bisa punya banyak tempat untuk bertanya.
Lagi pula, platform investasi zaman sekarang memungkinkan pembelian saham atau reksa dana dengan jumlah minimum. Ada yang bisa mulai dari Rp10.000 dan bisa bayar pakai ewallet loh! Dengan begitu, jadi lebih terjangkau bagi pemula.
Dengan investasi dalam saham, dapat berpartisipasi langsung dalam kepemilikan perusahaan dan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham. Reksa dana, di sisi lain, menawarkan diversifikasi dengan mengumpulkan dana dari banyak investor untuk diinvestasikan dalam portofolio yang terdiri dari berbagai instrumen keuangan, mengurangi risiko dan memberikan potensi keuntungan yang stabil.
Pilihan ini memberikan fleksibilitas dan kemudahan untuk mulai membangun portofolio investasi yang solid dengan dana terbatas.
4. Dana Darurat
Sebelum mulai berinvestasi, penting untuk menyiapkan dana darurat. Dana ini berfungsi sebagai penyangga finansial untuk mengatasi kejadian tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis mendadak.
Punya dana darurat yang cukup membantu menjaga stabilitas keuangan keluarga dan mencegah penggunaan dana investasi untuk kebutuhan mendesak. Idealnya, dana darurat sebaiknya mencakup pengeluaran hidup selama 6-12 bulan, sehingga memberikan waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan situasi keuangan yang baru.
5. Pelajari dan Edukasi Diri
Sisihkan waktu untuk belajar mengenai berbagai jenis investasi. Pengetahuan ini penting untuk membuat keputusan keuangan yang cerdas.
Manfaatkan sumber online gratis yang banyak tersedia, seperti artikel, video, dan podcast QM Financial. Dengan memahami risiko dan potensi keuntungan dari berbagai instrumen investasi, dapat lebih siap dan percaya diri dalam mengelola portofolio. Edukasi diri terus-menerus adalah kunci untuk sukses dalam berinvestasi jangka panjang.
6. Diversifikasi
Sebarkan investasi ke berbagai instrumen seperti emas, properti, atau saham untuk mengurangi risiko. Diversifikasi membantu meminimalkan potensi kerugian dengan enggak menempatkan seluruh dana di satu tempat.
Misalnya, jika saham mengalami penurunan, nilai investasi di emas atau properti mungkin tetap stabil atau bahkan meningkat. Ini memberikan keseimbangan dalam portofolio investasi dan melindungi dari fluktuasi pasar yang tajam.
Dengan diversifikasi yang baik, dapat mencapai pertumbuhan yang lebih konsisten dan mengurangi dampak negatif dari investasi yang kurang menguntungkan.
7. Konsisten dan Disiplin
Buat rencana investasi yang jelas dan patuhi dengan konsisten. Disiplin dalam menyisihkan sebagian pendapatan untuk diinvestasikan sangat penting untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.
Rutinitas ini akan membantu membangun portofolio yang kuat seiring waktu. Dengan konsistensi dan disiplin, tujuan finansial lebih mudah tercapai dan masa depan keuangan lebih terjamin.
Baca juga: Beauty on a Budget: Perawatan Kulit Efektif dan Hemat untuk Ibu Modern
Dengan langkah-langkah praktis ini, ibu muda dapat mulai berinvestasi dengan pendapatan terbatas tanpa merasa kewalahan. Edukasi, disiplin, dan pemilihan investasi yang tepat akan membantu mencapai kestabilan finansial di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pentingnya Perencanaan Keuangan untuk Ibu Rumah Tangga
Mengatur keuangan rumah tangga bukanlah tugas yang sederhana. Ada banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, mulai dari belanja harian, biaya pendidikan, hingga tabungan untuk masa depan. Tanpa perencanaan keuangan yang jelas, uang bisa cepat habis tanpa disadari.
Ibu rumah tangga sering kali berada di garis depan dalam mengelola anggaran keluarga. Dalam menghadapi berbagai pengeluaran dan kebutuhan yang tak terduga, perencanaan keuangan menjadi sangat penting. Dengan perencanaan yang baik, stabilitas keuangan keluarga bisa terjaga dan masa depan menjadi lebih aman.
Table of Contents
Manfaat Perencanaan Keuangan yang Komprehensif untuk Keluarga
Mengelola keuangan rumah tangga memerlukan perencanaan yang cermat dan komprehensif. Dengan begitu banyak aspek keuangan yang harus diperhatikan, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga persiapan untuk masa depan, memiliki rencana yang jelas sangat penting.
Berikut ini beberapa pentingnya perencanaan keuangan yang komprehensif bagi keluarga, yang dilakukan oleh ibu rumah tangga.
1. Pengelolaan Anggaran yang Lebih Baik
Ibu rumah tangga sering kali bertanggung jawab mengelola anggaran rumah tangga. Dengan perencanaan keuangan yang baik dan komprehensif, anggaran dapat diatur dengan lebih baik sehingga semua kebutuhan penting. Sebut saja seperti alokasi untuk makanan dan kebutuhan gizi keluarga, pendidikan anak, kesehatan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Padahal sumber daya keluarga bisa saja terbatas, karena ya memang seperti itulah hidup. Namun, dengan adanya perencanaan keuangan keluarga, semua kebutuhan tersebut bisa saja terpenuhi dengan baik.
Baca juga: Mengapa Ibu Rumah Tangga Wajib Belajar Manajemen Keuangan Pribadi?
2. Menghindari Utang yang Tidak Perlu
Perencanaan keuangan membantu ibu rumah tangga menghindari utang yang enggak perlu, yang bisa membahayakan kesehatan keuangan.
Dengan mengetahui pengeluaran dan bisa menentukan prioritas yang harus dipenuhi, keuangan dapat diatur dengan bijak dan menghindari pinjaman atau kredit yang bisa membebani keluarga.
3. Menabung untuk Masa Depan
Dengan perencanaan keuangan yang baik, ibu rumah tangga dapat merencanakan dan menabung untuk masa depan, seperti biaya pendidikan anak, dana pensiun, atau kebutuhan mendesak lainnya. Tabungan ini memberikan keamanan finansial dan ketenangan pikiran.
Bahkan, dengan ada rencana keuangan, investasi pun mungkin dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan cerdas.
4. Menyediakan Dana Darurat
Perencanaan keuangan juga penting untuk menyediakan dana darurat. Dana ini sangat penting untuk mengatasi keadaan tak terduga seperti biaya pengobatan, perbaikan rumah, atau kebutuhan mendesak lainnya. Dana darurat memberikan jaminan bahwa keluarga dapat menghadapi situasi tak terduga tanpa perlu mengganggu keuangan sehari-hari.
5. Mengelola Investasi
Dengan perencanaan keuangan, ibu rumah tangga dapat belajar mengelola investasi keluarga. Investasi yang tepat dapat membantu meningkatkan keuangan keluarga dalam jangka panjang. Memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal.
Tak mudah tertarik investasi bodong atau menjanjikan yang muluk-muluk, ibu rumah tangga bisa fokus terhadap pertumbuhan investasi yang mendukung kebutuhan keluarga.
6. Mendidik Anak tentang Keuangan
Perencanaan keuangan yang baik juga bisa menjadi contoh bagi anak-anak. Ibu rumah tangga dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya mengelola uang, menabung, dan membuat anggaran. Pendidikan keuangan sejak dini membantu anak-anak memahami nilai uang dan bagaimana mengelolanya dengan bijak.
7. Menyusun Rencana Pengeluaran
Dengan perencanaan keuangan, pengeluaran bulanan dapat disusun dengan rinci. Dengan begitu, pengeluaran impulsif pun dapat dihindari, dan memastikan bahwa semua kebutuhan prioritas terpenuhi.
Rencana pengeluaran yang jelas membantu dalam pengelolaan keuangan yang lebih teratur dan efisien.
Dengan perencanaan keuangan yang tepat, ibu rumah tangga tidak hanya memastikan kebutuhan keluarga terpenuhi tetapi juga memberikan keamanan dan stabilitas finansial dalam jangka panjang. Jadi, perencanaan keuangan memang sangat penting bagi ibu rumah tangga.
Perencanaan keuangan adalah kunci untuk mengelola keuangan rumah tangga dengan bijak dan memastikan masa depan keluarga yang lebih aman. Dengan perencanaan yang baik, ibu rumah tangga dapat memastikan bahwa kebutuhan sehari-hari terpenuhi, menabung untuk masa depan, dan menghindari utang yang tidak perlu.
Baca juga: 3 Hal yang Harus Diketahui Ibu Rumah Tangga
Untuk mendalami keterampilan ini, bergabunglah dengan FINANCE MASTERY BOOT CAMP pada 26-27 Oktober 2024 di LOOP HAUS, Jakarta. Daftar sekarang di bit.ly/QMFASTRACK.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Ibu Rumah Tangga Wajib Belajar Manajemen Keuangan Pribadi?
Dalam keluarga, umumnya ibu rumah tanggalah yang mengambil peran penting dalam mengelola keuangan sehari-hari. Belajar manajemen keuangan pribadi menjadi kunci agar pengelolaan tersebut berjalan efisien dan efektif.
Tanpa keahlian ini, banyak peluang penghematan yang mungkin terlewat serta keputusan finansial yang kurang optimal.
Mempelajari dasar-dasar keuangan memungkinkan pengalokasian anggaran yang lebih bijaksana. Keahlian ini bukan cuma soal menghitung pengeluaran dan pemasukan, tetapi juga tentang merencanakan masa depan keluarga dengan lebih baik. Peran ini mendukung kelancaran keuangan keluarga, sekaligus menjamin kestabilan ekonomi dalam jangka panjang.
Table of Contents
Ibu Rumah Tangga Belajar Manajemen Keuangan Pribadi, Emang Wajib?
Ya wajib enggak wajib, tetapi ada banyak manfaat dan keuntungan kalau seorang ibu rumah tangga mau belajar manajemen keuangan pribadi. Enggak cuma buat keluarganya, tetapi juga buat diri sendiri loh.
1. Pengelolaan Anggaran Rumah Tangga
Belajar manajemen keuangan pribadi akan dapat membantu ibu rumah tangga untuk mengatur anggaran keluarga secara efektif. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang cukup, membuat rencana dan alokasi dana untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak, kebutuhan kesehatan, dan pengeluaran lainnya menjadi lebih mudah.
Pada akhirnya nanti, setiap pengeluaran dapat dipertanggungjawabkan dan diarahkan pada prioritas keluarga. Pemborosan pun bisa dihindari, penggunaan sumber daya keuangan keluarga bisa lebih maksimal.
Baca juga: Strategi Work Life Balance untuk Para Ibu
2. Pengambilan Keputusan Keuangan yang Lebih Baik
Jika seorang ibu rumah tangga sudah belajar manajemen keuangan pribadi dan paham dengan dasar-dasarnya, maka pengambilan keputusan keuangan pun bisa dilakukan dengan lebih baik. Ibu dapat mempertimbangkan banyak hal yang bisa membuat keputusan menjadi lebih tepat sasaran.
Selain itu, nantinya, ibu pun bisa melakukan review dan mengevaluasi berbagai opsi untuk pengeluaran, menentukan strategi investasi yang sesuai, dan menyusun rencana tabungan yang efektif.
3. Mencegah Utang
Dengan belajar manajemen keuangan pribadi, seorang ibu rumah tangga dapat mengidentifikasi kapan dan bagaimana menggunakan utang secara strategis tanpa membahayakan keuangan keluarga.
Pengetahuan ini sangat penting untuk mencegah pengambilan utang yang ennggak perlu, yang bisa membebani anggaran keluarga.
Nah, kalau memang sudah utang, dengan belajar keuangan, ibu pun bisa mengelolanya dengan efektif. Ibu dapat membuat rencana pembayaran cicilan sehingga enggak mengganggu kebutuhan lainnya dan menjaga agar keuangan keluarga tetap sehat.
4. Siap Menghadapi Kondisi Darurat
Dengan belajar manajemen keuangan pribadi yang baik, ibu rumah tangga pun siap menghadapi ketidakpastian dengan menyisihkan dana darurat. Dana ini sangat vital untuk mengatasi situasi mendesak seperti masalah kesehatan atau kehilangan pendapatan tiba-tiba tanpa harus mengganggu anggaran rutin keluarga.
Selain itu, perencanaan keuangan juga termasuk mengalokasikan dana untuk pendidikan anak dan persiapan pensiun. Dengan paham keuangan, ibu bisa memastikan bahwa keluarga memiliki sumber daya yang cukup untuk tujuan jangka panjang tanpa terbebani secara finansial di masa mendatang.
5. Mandiri
Belajar manajemen keuangan pribadi akan memberi kepercayaan diri bagi ibu rumah tangga untuk mandiri. Bukan berarti enggak butuh suami, tetapi bisa lebih berdaya.
Dengan begitu, enggak cuma mengurus kebutuhan sehari-hari, ibu juga bisa secara aktif ikut berperan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan keuangan yang lebih besar seperti investasi, tabungan jangka panjang, dan strategi pengeluaran.
Kemandirian ini dapat memperkuat posisinya dalam keluarga, memastikan bahwa keputusan keuangan mencerminkan kepentingan dan prioritas seluruh anggota keluarga.
6. Sebagai Bentuk Self Love
Adalah penting bagi ibu rumah tangga untuk belajar manajemen keuangan pribadi. Pasalnya, nantinya manfaat enggak hanya untuk keluarga tetapi juga untuk diri sendiri.
Dengan pengetahuan ini, ibu bisa menyeimbangkan kebutuhan keluarga dengan kebutuhan pribadi, memastikan bahwa keuangan pribadinya juga aman untuk kebutuhan masa depan seperti pensiun, perawatan kesehatan, dan sebagainya. Bahkan, enggak takut juga untuk punya keinginan, mimpi, cita-cita pribadi, seperti punya hobi atau pengin melanjutkan pendidikan.
Hal ini juga membantu mencegah situasi ketika ibu selalu memprioritaskan orang lain sementara kebutuhan dan keinginannya sendiri tidak terpenuhi. Manajemen keuangan yang efektif membantu ibu mengakui dan menghormati nilai penting dari pengelolaan keuangan pribadi sebagai bagian dari perawatan diri dan kemandirian.
Baca juga: Mengelola Keuangan Keluarga Tanpa Mengorbankan Kualitas Pendidikan Anak
Menutup pembahasan ini, jelas bahwa belajar manajemen keuangan pribadi bukan hanya kebutuhan, tetapi juga langkah strategis bagi ibu rumah tangga. Enggak hanya meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan harian, tetapi dengan belajar keuangan ibu akhirnya mampu memperkuat fondasi ekonomi keluarga.
Dengan kemampuan ini, keputusan keuangan menjadi lebih berwawasan, pengeluaran lebih terkontrol, dan masa depan keuangan keluarga menjadi lebih aman.
Untuk ibu rumah tangga yang serius ingin mengasah keterampilan ini, ada kesempatan emas menanti. Bergabunglah dengan QM Financial di “Finance Mastery Boot Camp” yang akan berlangsung pada 26-27 Oktober 2024 di LOOP HAUS, Jakarta. Acara ini adalah kesempatan sempurna untuk belajar dari dasar hingga lanjutan, bertemu dan berjejaring dengan para ahli keuangan.
Dengan sesi yang intensif selama dua hari, setiap peserta akan mendapatkan wawasan mendalam dan praktik langsung yang bisa langsung diterapkan. Segera amankan tempat dengan tarif Early Bird, dan jangan lewatkan kesempatan untuk berkonsultasi satu-satu tentang rencana keuangan pribadi. Daftarkan diri sekarang di bit.ly/QMFASTRACK dan jadilah pengelola keuangan keluarga yang mumpuni.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kiat Mengatur Keuangan untuk Menghadapi Krisis
Siapa yang jadi parnoan mengikuti berita-berita belakangan? Kepikiran enggak, bahwa kamu perlu siap juga secara keuangan kalau nantinya benar-benar terjadi masa krisis. Kamu juga perlu tahu kiat mengatur keuangan yang sesuai kondisi.
Mulai dari berita politik yang rasanya semakin hari semakin ajaib kondisinya, sampai berita potensi gempa megathrust, belakangan semua rasanya kok jadi semakin menakutkan. Apalagi yang gempa, apakah kamu sudah siap dengan tas siaga gempa?
Nah, jangan cuma tas, kamu juga perlu siap secara keuangan, kalau nanti masuk ke masa krisis. Bukan bermaksud menakut-nakuti, tetapi kita memang perlu untuk siap untuk yang terburuk meski berharap yang terbaik.
So, kalau misalnya—amit-amit—harus masuk masa krisis, apa yang perlu disiapkan untuk keuangan? Kiat mengatur keuangan seperti apa yang perlu kamu tahu?
Table of Contents
Kiat Mengatur Keuangan di Masa Krisis
1. Sesuaikan Anggaran
Membuat anggaran ketat adalah langkah esensial dalam kiat mengatur keuangan di masa krisis. Langkah pertama adalah mencatat semua pengeluaran. Dengan catatan yang jelas, mudah untuk melihat di mana uang dihabiskan.
Prioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan dasar dulu, seperti makanan, tempat tinggal, dan biaya kesehatan. Pengeluaran ini enggak bisa ditawar dan harus selalu ada dalam anggaran.
Selanjutnya, evaluasi pengeluaran yang enggak esensial. Misalnya seperti biaya hiburan, liburan, subscription, hingga belanja impulsif. Cobalah mengurangi atau bahkan mengeliminasi biaya-biaya ini. Dengan mengurangi pengeluaran enggak penting, lebih banyak uang bisa dialokasikan untuk menyimpan dalam dana darurat atau investasi jangka panjang.
Baca juga: Bangun Dana Darurat di Saat Krisis, Bisa Emang?
2. Bangun Dana Darurat
Dana darurat berfungsi sebagai jaring pengaman jika terjadi situasi tak terduga. Di masa krisis, keberadaan dana darurat ini penting banget.
Sebagai kiat mengatur keuangan di masa krisis, sisihkan sedikit dari penghasilan setiap bulan ke dalam rekening khusus mulai sekarang. Idealnya, dana darurat harus mencakup biaya hidup selama tiga hingga enam bulan. Jumlah ini akan memberikan cukup waktu untuk menemukan solusi tanpa tekanan finansial yang berarti.
3. Hindari Utang Baru yang Besar
Menghindari utang baru merupakan strategi penting dalam kiat mengatur keuangan yang sehat. Utamakan untuk enggak menambah beban dengan utang yang tidak perlu di masa krisis.
Jika terbiasa menggunakan kartu kredit, pertimbangkan untuk menggantinya dengan transaksi tunai atau debit untuk membatasi pengeluaran dan menghindari akumulasi bunga. Dengan cara ini, kamu dapat menjaga kesehatan keuangan dan mengurangi risiko stres finansial selama krisis.
4. Diversifikasi Penghasilan
Menambahkan sumber penghasilan dapat mengurangi risiko finansial jika satu sumber tiba-tiba berhenti. Mulailah dengan mengeksplorasi pekerjaan sampingan yang sesuai dengan keahlian atau minatmu.
Misalnya, jika kamu memiliki keahlian dalam desain grafis, pertimbangkan untuk menerima proyek freelance. Hobi seperti fotografi atau membuat kerajinan tangan juga bisa menjadi sumber pendapatan.
Menjajaki pekerjaan freelance dari pasar internasional adalah cara lain untuk diversifikasi penghasilan yang efektif. Bekerja dengan klien dari luar negeri enggak hanya membuka peluang untuk mendapatkan penghasilan dalam mata uang yang lebih stabil, seperti dolar AS atau euro, tetapi juga memperluas jaringan profesional.
Freelancer bisa mencari proyek melalui platform online yang menghubungkan pekerja lepas dengan klien global. Kayak Upwork, Fiver, atau sejenisnya.
Menerima pembayaran dalam mata uang asing dari klien internasional dapat membantu meningkatkan penghasilan total dan memberikan keamanan tambahan melalui diversifikasi sumber pendapatan.
5. Investasi dengan Hati-Hati
Masih ingat enggak, di masa pandemi, tiba-tiba semua orang berinvestasi saham di industri kesehatan. Sayangnya, investasi ini enggak dibarengi dengan pemahaman yang cukup. Hasilnya, cukup banyak yang malah menderita kerugian.
Masa krisis memang cenderung membuat pasar tidak stabil. Karena itu, penting untuk fokus pada investasi yang lebih aman dan terbukti stabil. Waspada segala instrumen yang tiba-tiba naik atau tiba-tiba turun.
Jika memang ingin melanjutkan investasi, akan lebih baik untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan alokasi di aset-aset defensif seperti obligasi berkualitas tinggi atau reksa dana yang mengikuti indeks pasar yang stabil.
Merevisi portofolio investasi untuk memastikan bahwa sebagian besar aset berada dalam investasi yang aman bisa mengurangi potensi kerugian selama ketidakpastian pasar. Ini adalah kiat mengatur keuangan untuk memastikan bahwa investasi tetap memberikan pengembalian yang stabil tanpa risiko besar.
6. Belanja Cerdas
Belanja cerdas adalah kunci untuk mengoptimalkan anggaran. Manfaatkan diskon dan promo yang ditawarkan toko bisa jadi kiat mengatur keuangan untuk mengurangi biaya belanja.
Membeli barang dalam jumlah grosir juga bisa lebih hemat, terutama untuk kebutuhan sehari-hari yang tahan lama seperti bahan makanan dasar dan produk kebersihan. Sebelum melakukan pembelian, luangkan waktu untuk membandingkan harga antar toko atau platform online. Perbandingan harga ini dapat membantu mendapatkan harga terbaik, mengurangi pengeluaran, dan memaksimalkan nilai setiap rupiah yang dihabiskan.
Baca juga: Trik Menabung Efektif di Tengah Krisis
Mempraktikkan kiat mengatur keuangan yang efektif sangat penting dalam mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian ekonomi. Dengan membuat anggaran ketat, membentuk dana darurat, menghindari utang baru, dan berbelanja dengan cerdas, stabilitas finansial dapat dipertahankan.
Selain itu, diversifikasi penghasilan dan investasi yang hati-hati juga memainkan peranan penting dalam mengamankan masa depan finansial. Melalui langkah-langkah ini, dapat dihadapi berbagai tantangan finansial yang mungkin muncul selama krisis dengan lebih tenang dan terkontrol.
Yah, siapa sih yang mau dengan sukarela masuk ke masa krisis? Tapi, kalau kita siap, mau tantangan kayak gimana pun pasti bisa mencari solusi dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!