Mendingan Mana, Kerja di Perusahaan Besar atau Jadi Besar di Perusahaan Kecil? Berikut 4 Pertimbangannya
Sering kali di dunia kerja, kita mendengar pepatah (atau pertanyaan ya, tepatnya?), “Which one you choose: be a little fish in a big pond or be a big fish in a little pond?” Gampangnya, jika perusahaan dianalogikan sebagai sebuah kolam dan kita sebagai ikannya (karyawan), maka mana yang lebih enak? Menjadi ikan kecil di kolam besar atau jadi ikan besar di kolam kecil? Mau kerja di perusahaan besar dengan jabatan staf saja, ataukah memiliki jabatan tinggi di perusahaan kecil?
Jika dihadapkan pada dua pilihan itu, manakah yang akan kamu pilih? Jabatan tinggi di perusahaan besar? Well, amin! Tapi, sayangnya opsi itu tidak ada pada pilihan di atas. Lagi pula, jabatan tinggi di perusahaan besar itu berarti menjadi ikan besar di kolam besar, yang harus dilalui dengan menjadi ikan kecil dulu juga kan?
Dalam hidup, kita kadang memang harus memilih, sedangkan opsi yang tersedia nggak banyak. Termasuk dalam meniti karier, akan banyak pilihan-pilihan sulit seperti lebih memilih menjadi ikan besar di kolam kecil (jabatan tinggi di perusahaan kecil) ataukah menjadi ikan kecil di kolam besar (jabatan rendah di perusahaan besar).
Yang pasti, setiap opsi memiliki tuntutan, konsekuensi dan kompensasi masing-masing. Nah, mari kita lihat melalui beberapa aspek, siapa tahu nih, saat ini ada yang lagi bingung memutuskan jalan kariernya. Ya kan?
Mau milih kerja di perusahaan besar atau di perusahaan kecil? Berikut beberapa pertimbangannya.
1. Gengsi
Mungkin saat ini, kamu kerja di perusahaan besar nan mapan. Well, the good news is, di mata khalayak ramai, gengsi dan nilai dirimu bisa ikut terangkat. Kamu bisa memperkenalkan kantormu dengan percaya diri. Kalau Lebaran, kamu akan banyak ditanyai oleh saudara dan tetangga, gimana caranya bisa masuk perusahaan sebesar itu. Bahkan mungkin ada yang lantas mau nitip anaknya untuk kerja juga di kantormu.
Tapi sayang, gengsi tinggi ini kadang tak berbanding lurus dengan gaji yang diterima. Bisa jadi, setelah tengok kanan-kiri depan-belakang atas-bawah, kamu menemukan fakta bahwa ada jabatan serupa di perusahaan lain yang lebih kecil dengan gaji yang lebih besar.
Mau nego ulang gaji? Bisa saja, tetapi peluang untuk di-ACC sepertinya juga nggak terlalu besar, apalagi jika kita sendiri sebenarnya kompetensinya biasa aja. Singkatnya, bargaining power kita lemah, yang disebabkan oleh banyak faktor.
2. Prosedur
Kerja di perusahaan besar juga berarti akan banyak bersinggungan dengan prosedur panjang, yang kadang sangat rumit. Positifnya sih, setiap kewajiban, tugas, wewenang, dan hak masing-masing karyawan itu sangat jelas. Kita–sebagai karyawan (apalagi berjabatan rendah)–tinggal mengikuti saja. Kalau prosedur aman, maka posisi kita juga aman.
Ini juga termasuk semua paket kompensasi yang diterima oleh kita yang kerja di perusahaan besar, biasanya juga sudah fixed. Hitungannya jelas, dan sudah ada dalam sistem. Susah diutak-atik.
Namun, ini juga berarti, kerja di perusahaan besar itu sulit untuk melakukan perubahan sistem atau update kultur. Yah, kita semua tahu kan, kalau zaman itu berkembang. Kadang ada kemajuan dan update tertentu yang diperlukan oleh perusahaan untuk disesuaikan. Hal ini akan lebih sulit dilakukan kalau kita kerja di perusahaan besar.
Kalau kita adalah tipe karyawan yang sangat kreatif, dinamis, up-to-date, dan sangat berani ambil terobosan-terobosan baru, maka besar kemungkinan potensi kita akan kurang diakomodasi oleh perusahaan semacam ini. Apalagi kalau jabatan kita rendah.
3. Spesialis atau serabutan?
Kerja di perusahaan besar dengan ratusan atau bahkan ribuan karyawan, setiap karyawan biasanya diarahkan untuk menjadi spesialis. Itulah sebabnya, dengan kerja di perusahaan besar, kita jadi berpeluang untuk lebih terampil di satu bidang atau keahlian tertentu setelah bekerja beberapa tahun.
Sementara jika kita kerja di perusahaan kecil, kadang kita dituntut untuk menguasai segala hal (karena jumlah sumber daya manusia yang masih terbatas)–dan jadilah serabutan. Positifnya, kita bisa menguasai banyak hal–jika semangat belajar kita memang tinggi. Hanya saja, ini juga bisa bikin kita jadi kurang fokus, hingga hasil kerja juga hanya so-so saja.
4. Promosi jabatan
Kerja di perusahaan kecil, persaingan untuk mendapatkan promosi atau naik jabatan relatif lebih mudah. Mereka yang bisa menunjukkan kinerja yang baik akan mudah terlihat, sehingga jalan untuk dipromosikan (dan naik gaji) lebih lapang.
Sementara, kalau kita kerja di perusahaan besar, persaingan ini akan lebih berat karena banyak kandidat lain yang selain banyak, mungkin juga lebih berkompeten. Ini akan membuat kita jadi lebih sulit “terlihat”.
Dan, biasanya sih persaingan-persaingan akan diikuti dengan politik kantor. Di sini kita tak bisa menjamin bahwa semua akan berjalan mulus dan baik-baik saja. Namanya politik, we never know kan? Memang, untuk bisa menjadi ikan besar di perusahaan besar, kompetensi saja nggak cukup. Kita butuh juga kematangan berpolitik dan berstrategi.
Nah, gimana nih sampai di sini? Sudah bisa menentukan jalan karier, mau kerja di perusahaan besar atau di perusahaan kecil?
Well, yang pasti sih, mau kerja di perusahaan besar atau kecil, karyawan mana pun harus belajar mengelola keuangannya dengan baik, baik dengan gaji besar ataupun kecil. Percuma saja kan, kerja dengan gaji besar tapi kita nggak bisa mengelolanya dengan baik?
Yuk, ikut kelas-kelas finansial online dari QM Financial, yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan. Follow juga Instagram QM Financial, karena banyak tip-tip keuangan yang dibagikan.
5 Trik Mencegah Kecurangan atau Fraud Terjadi dalam Perusahaan
Ternyata, perusahaan dengan jumlah kurang dari 100 orang mempunyai risiko tinggi untuk terjadi fraud atau kecurangan lo! Hal ini diungkap oleh situs Integrity Indonesia dalam salah sebuah artikelnya. Padahal, kalau dilogika sih, seharusnya semakin sedikit orang pastilah akan lebih mudah mencegah kecurangan terjadi kan, ketimbang jika ada ratusan karyawan terlibat dalam sebuah struktur perusahaan?
Ternyata tidak. Justru yang terjadi adalah, biasanya perusahaan yang besar minim risiko akan hal ini, lantaran mereka sudah punya sistem backup untuk mencegah kecurangan terjadi. Sumber daya manusianya sendiri juga dapat diandalkan untuk menjalankan fungsi kendali dan monitor dengan baik pula.
Berbeda dengan perusahaan kecil, dengan jumlah karyawan tak lebih dari 100 orang. Mereka belum punya sistem manajemen yang kuat, pun kadang belum bisa menggaji orang untuk bertanggung jawab pada pengendalian dan monitoring secara penuh. Dengan kata lain, masih banyak karyawan yang tugasnya merangkap-rangkap ini itu, hingga kurang fokus.
Kecurangan yang terjadi tentu saja merugikan perusahaan, baik kecurangan kecil maupun kecurangan besar. Besarnya kerugian bisa sangat signifikan, di samping pastinya mengecewakan karena berarti pihak perusahaan belum bisa mengelola karyawannya dengan baik.
Masih menurut situs Integrity Indonesia, mayoritas kecurangan atau fraud yang terjadi ini disebabkan selain oleh karakter si karyawan itu sendiri, juga bisa lantaran masalah keuangan yang menjerat si karyawan. Di samping itu, juga adanya ketidakpuasan karyawan selama bekerja.
Hmmm. Cukup menarik ya?
Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan demi mencegah kecurangan atau fraud ini dilakukan oleh karyawan? Ada beberapa hal, mari kita simak.
5 Cara mencegah kecurangan atau fraud karyawan terjadi
1. Audit teratur
Salah satu hal pertama yang bisa dilakukan untuk mencegah kecurangan terjadi dalam perusahaan yang dilakukan oleh karyawan adalah dengan memfungsikan internal audit sebagaimana mestinya.
Mungkin memang sumber daya manusianya kurang memadai, namun hal ini seharusnya menjadi perhatian pihak perusahaan jika memang mau mencegah kecurangan terjadi. Karena begitu pentingnya, maka ada baiknya perusahaan memberikan training khusus untuk menjadi internal auditor bagi beberapa karyawan yang dianggap berkompeten.
Internal auditor ini nantinya tak hanya akan melakukan tindakan pencegahan fraud, tetapi juga harus mampu memberikan solusi terhadap masalah yang sudah terjadi.
2. Disiplin SOP
SOP–atau Standard Operational Procedure–sering hanya dianggap sebagai aturan formalitas yang teoretis, akibatnya kadang banyak tahapan SOP yang akhirnya diabaikan oleh para karyawan. Selain itu, tingginya tuntutan dan ketatnya tenggat kadang juga memaksa para karyawan untuk melompati beberapa prosedur. Hal ini lantas bisa memicu terjadi fraud atau kecurangan, karena ada beberapa step atau langkah prosedur yang dilompati atau tak dihiraukan.
Padahal SOP dibuat agar hasil kerja yang didapatkan sesuai dengan standar kualitas yang juga sudah ditetapkan sebelumnya. SOP juga menjamin semua proses yang terjadi dalam bisnis perusahaan sesuai dengan perencanaan. Jika aturan dan tahapan ini diabaikan, maka di situlah muncul risiko terjadinya fraud atau kecurangan yang tinggi.
Untuk mencegah kecurangan terjadi, setiap karyawan sebaiknya disiplin dan mematuhi SOP yang sudah ditetapkan. Perusahaan mungkin dapat mendorong kedisiplinan karyawan ini dengan menerapkan sistem reward dan punishment. Dengan pantauan yang ketat pada SOP, maka jika ada kecurangan terjadi, maka hal itu bisa terdeteksi sedini mungkin, sehingga bisa segera dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah kecurangan terjadi lebih lanjut.
3. Beri kenyamanan
Salah satu penyebab terjadi fraud dalam perusahaan yang dilakukan oleh karyawan adalah tidak terpenuhinya kenyamanan karyawan untuk bekerja.
Penyebabnya bisa bermacam-macam sih, dan bisa jadi sangat kompleks. Akan lebih baik jika HR memastikan apa penyebab karyawan kurang nyaman dalam bekerja. Cek, misalnya, apakah kompensasi non finansial sudah terpenuhi semua, seperti ruang kerja yang sehat, rencana liburan bareng, atau mungkin perbanyak training-training untuk meningkatkan skill dan kompetensi mereka.
Jika sudah menemukan jawaban, maka selanjutnya pihak perusahaan bisa melakukan beberapa hal untuk memperbaiki situasi tak nyaman tersebut.
4. Perbaiki kultur
Mungkin saja, jika ada karyawan yang melakukan kecurangan, itu disebabkan oleh kekurangpahamannya akan visi dan misi perusahaan. Atau bisa saja ia terpengaruh oleh kultur tertentu dari luar yang dibawanya masuk ke dalam kantor.
Ada baiknya pihak HR mengajak diskusi karyawan yang bersangkutan untuk mencari akar permasalahannya secara pasti, dan kemudian melakukan beberapa treatment untuk mencegah kecurangan terjadi lagi.
5. Berikan training keuangan
Penyebab terbesar hingga bisa terjadi kecurangan yang dilakukan oleh karyawan adalah adanya masalah keuangan yang melilit para karyawan. Bisa macam-macam sih, misalnya saja terlilit utang, gaya hidup yang terlalu tinggi, gaji tak pernah cukup, dan sebagainya.
Well, ya ini memang masuk akal banget sih. Misalnya saja, karyawan terlilit utang yang cukup besar hingga membuatnya kewalahan membayar kembali. Pastinya dia akan mencoba berbagai cara untuk menyelesaikannya, termasuk pasti ada peluang untuk tergoda melakukan kecurangan.
Untuk mencegah kecurangan yang terjadi akibat masalah keuangan pribadi karyawan, perusahaan dapat membantu dengan mengadakan training keuangan, yang disesuaikan dengan kebutuhan karyawan.
Hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan. Anda dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial Anda.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Nah, demikian cara-cara mencegah kecurangan atau fraud terjadi di perusahaan Anda. Semoga masalah ini tak terlalu berlarut-larut ya. Perusahaan membutuhkan banyak kerja sama di antara karyawannya yang berkompeten untuk bisa berkembang. Jika ada satu saja yang kurang bisa berakselerasi dengan tim, maka dipastikan akan terjadi ketimpangan dalam operasionalnya.
Wahai Pekerja Remote, Perhatikan 5 Hal Tentang Manajemen Keuangan Ini Supaya Nggak Bobol Dompet Sebelum Invoice Cair Lagi
Setelah mempersiapkan diri untuk kerja remote, mungkin sekarang kita benar-benar berniat untuk mengganti status karyawan kantoran tetap kita menjadi seorang pekerja remote.
Jangan hanya senang karena ini berarti kesempatan untuk santai-santai tapi digaji besar saja. Sebagai pekerja remote, kita akan banyak sekali menghadapi tantangan ke depannya. Beberapa tantangan terbesar bagi seorang pekerja remote adalah soal manajemen diri dan manajemen keuangan pribadi.
Manajemen diri, ini soal mendisiplinkan diri sendiri serta tentang sampai seberapa besarkah tanggung jawab kita terhadap pekerjaan. Tidak berhadapan langsung dengan bos, tidak adanya HR yang mengawasi ketat, plus tanpa tandem dengan rekan-rekan kerja yang lain secara real, bisa membuat para pekerja remote lengah. Akibatnya, ya boro-boro bisa sukses, menyelesaikan tugas aja susah.
Manajemen keuangan, yah, ini sih jelas. Untuk pekerja remote yang menerima gaji tetap, hal ini tak menjadi masalah yang terlalu besar. Trik manajemen keuangannya kurang lebih ya sama dengan karyawan tetap yang lain. Namun, sebagian pekerja remote tidak diupah secara tetap per bulannya melainkan berdasarkan hasil kerja mereka. Alhasil, kadang ya dapat uang banyak, kadang hanya sedikit. Pemasukan jadi nggak teratur, tapi pengeluarannya rutin–ada terus. Bagaimana caranya survive sampai invoice berikutnya cair, meski upah bulan ini minim? Nah, ini PR banget nih.
Memang tak seperti karyawan tetap, upah para pekerja remote kadang berbanding lurus dengan hasil kerja yang diselesaikan. Kerjaan banyak, ya dapat upah banyak. Kerjaan sedikit, ya minim pula dapatnya.
Karena itu, coba lakukan beberapa hal berikut terkait manajemen diri dan manajemen keuangan untuk pekerja remote yang ingin selalu bisa produktif biar pundi-pundinya terisi terus.
5 Hal tentang Manajemen Keuangan untuk Pekerja Remote
1. Perhatikan kontrak kerja
Hal yang rumit–yang muncul belakangan–biasanya berawal dari kontrak kerja. Entah itu kontrak kerja yang memang harus selalu rumit, ataukah kita (para pekerja) ini yang selalu gagal paham?
Banyak dari pekerja–tak hanya pekerja remote–yang kadang skip saja membaca kontrak kerja, padahal ada banyak poin penting di dalamnya yang harus dipahami. Misalnya, berapa upah yang jelas dibawa pulang? Kapan upah diberikan? Ada sanksi apa saja kalau melanggar peraturan? Apa wewenang dan tugas kita? Bagaimana dengan berbagai tunjangan yang seharusnya diberikan oleh perusahaan? Apa saja fasilitas yang bisa kita terima? Kapan kita boleh cuti? Apakah akan bekerja 24/7? Dan sebagainya.
Ini penting untuk diketahui di awal, agar kita dapat menyusun agenda sehari-hari dan menentukan target harian pribadi.
So, semua harus jelas di awal, jadi bacalah kontrak kerja dengan saksama. Tanyakan segera pada pihak perusahaan jika ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang paham.
2. Buat rekening terpisah
Buat rekening terpisah untuk menerima upah sebagai pekerja remote. Hal ini penting agar kita jadi tahu pemasukan kita setiap bulannya, tanpa tercampur dengan yang lain. Apalagi jika kita adalah pekerja remote untuk beberapa perusahaan sekaligus.
Ingat, pemasukan boleh saja nggak sama setiap bulan, tetapi pengeluaran harus dibuat rutin.
Dengan mempunyai rekening terpisah, kita jadi tahu rata-rata pendapatan kita per bulannya berapa, sehingga bisa membandingkannya dengan pengeluaran rutin kita. Dengan mengetahui rata-rata pendapatan yang sudah dibandingkan dengan pengeluaran, maka kita bisa mengambil “gaji” yang rutin setiap bulan juga, berdasarkan perhitungan rata-rata tersebut.
Dengan demikian, kita pun bisa mengendalikan keuangan kita. Nggak jajan melulu saat upahnya lagi lancar, terus puasa saat paceklik.
3. Jangan kebanyakan kerja di kafe
Enggak tahu kenapa, selalu saja ada yang menganggap bahwa pekerja remote itu kerjanya enak, karena nggak harus di kantor. Bisa di kafe atau di mal, sambil ngopi-ngopi ganteng dan cantik.
Kenyataannya, ngopi di kafe itu butuh setidaknya Rp50.000 setiap siang. Iya, siang aja, karena juga nggak bakalan seharian di kafe untuk kerja. Itu kan harga secangkir kopi aja. Kalaupun bakalan lama di situ, enggak bakalan cukup juga cuma jajan lima puluh ribu. Pasti nambah, kan pengin sambil ngemil juga kan? Kalau perlu, makan siang sekalian di situ deh.
Sekarang, satu siang minimal Rp50.000, lalu kita bekerja 5 hari kerja. Seminggu kerja di kafe sudah minimal Rp250.000. Sebulan? Sekali lagi, itu baru satu siang. Apa kabar pagi dan malemnya? Memang nggak makan sama sekali? Terus transportnya ke kafe? Endebre, endebre.
Tekor, gan!
So, hilangkan kesan ini di kepala dulu deh. Kerja secara remote itu nggak harus di kafe, di mal, di food court. Jangan malah terfokus pada image kerja di kafe, malah melupakan esensi sebenarnya dari kerja remote.
4. Perhatikan tenggat
Untuk pekerja remote di sektor tertentu, kadang mengerjakan tugas dan menyelesaikannya sebelum deadline akan jauh lebih menguntungkan. Mengapa? Karena semakin banyak pekerjaan diselesaikan, semakin banyak pula upahnya.
Namun, bagi yang diupah tidak berdasarkan hasil kerja, tenggat tetap penting. Bisa saja pekerjaan kita ditunggu oleh rekan lain (yang mungkin lokasi kerjanya juga berbeda) untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tanpa output dari kita, mereka nggak bisa kerja. Nah, di sini pentingnya rasa tanggung jawab terhadap tenggat dan tugas.
5. Tetap menabung dan investasi
Yep, ini penting. Sudah punya rekening terpisah, sudah punya “gaji” tetap, lalu jangan lupa untuk sisihkan di awal demi tabungan dan investasi.
Ini juga tergantung kebijakan masing-masing perusahaan sih, jadi silakan dicek juga dalam kontrak kerja. Apakah pekerja remote diikutkan dalam program dana pensiun yang dibuat oleh perusahaan? Jika tidak, maka kita harus membuat sendiri. Bisa ikut program Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan secara mandiri, atau mungkin mau ikut program dana pensiun yang lain. Pertimbangkan dan kemudian putuskan sesuai kenyamanan dan tujuan keuangan kita.
Tambah juga dengan investasi, bisa reksa dana ataupun saham. Ikuti kelas-kelas finansial online di QM Financial agar dapat merencanakan masa depan yang lebih terjamin. Banyak banget pilihan kelasnya, bisa dipilih sesuai kebutuhan.
Memang sekilas, pekerja remote itu kerjanya enak. Nggak diawasin, yang penting beres. Bisa kerja di mana aja, yang penting nyaman. Tapi hal-hal mengenakkan bisa bikin kita kepayang kalau enggak punya manajemen diri yang baik.
Selamat bekerja!
Menerima Uang Pesangon PHK, Segera Lakukan 5 Hal Berikut
Pemutusan hubungan kerja bisa saja mengancam semua karyawan. Siapa pun, nggak peduli status, jabatan, ataupun gajinya. Begitu keputusan perusahaan sudah dibuat, uang pesangon PHK sudah diberikan, maka tak ada lagi yang bisa menghindar. Jika ada karyawan yang terselamatkan dari badai PHK, itu pastinya sudah ada pertimbangan tersendiri dari pihak perusahaan.
Dalam artikel yang lalu, kita sudah membahas mengenai komponen dan faktor apa saja yang memengaruhi besaran uang pesangon PHK yang diterima oleh pekerja yang diputus hubungan kerjanya. Nah, sekarang–menyambung bahasan tersebut–kita akan membahas, apa saja yang harus segera dilakukan begitu uang pesangon PHK sudah di tangan.
Ingat, nominal uang pesangon PHK bisa saja memang besar, apalagi jika kita sudah bekerja dalam waktu yang lama di perusahaan yang memutus hubungan kerja tersebut. Namun, uang pesangon PHK bukanlah uang hasil lotere yang bisa kita pergunakan seenaknya untuk berfoya-foya. Kita mesti ingat, bahwa dalam jangka waktu tertentu ke depan, kita mungkin tidak akan punya pemasukan. Jadi, uang pesangon PHK yang kita dapatkan harus bisa dimanfaatkan dan dipergunakan dengan bijak.
Berikut 5 hal pertama dan penting yang harus dilakukan dengan uang pesangon PHK
1. Bayar semua utang
Pertama, segera lakukan financial checkup. Utamanya, fokus pada utang. Teliti apakah masih ada utang yang tertunggak, dan berapa lama lagi jatuh temponya. Pertimbangkan, apakah mungkin langsung dibayar lunas saja dengan uang pesangon PHK yang didapatkan? Jika mungkin, maka langsung lunasi, terutama utang-utang konsumtif seperti utang kartu kredit, misalnya.
Untuk utang-utang seperti KPR, coba bicarakan dengan pihak pemberi pinjaman. Mungkin jika mereka bisa mengerti bahwa kita baru saja kehilangan pekerjaan, mereka bisa memberikan kebijakan lain terkait pembayaran cicilannya.
2. Sisihkan untuk tagihan minimal 3 bulan ke depan
Cek juga, apakah ada tagihan rutin sampai 3 bulan ke depan yang harus dibayar. Misalnya seperti pajak kendaraan atau yang lainnya. Jika ada, dan bisa segera dibayar, maka bayarlah dengan uang pesangon PHK yang ada.
Tentu saja, kita juga harus memperhitungkan dengan saksama ya. Jika masih ada waktu yang cukup panjang untuk membayar tagihan ini, misalnya hingga tahun depan, maka ya pertimbangkanlah untuk menunda hingga jatuh tempo.
3. Segera investasikan
Setelah utang dan tagihan sudah beres, hal berikutnya yang harus segera dilakukan dengan uang pesangon PHK adalah menyisihkannya sebagian untuk diinvestasikan. Tambahkan pada pos dana darurat, setidaknya agar bisa dipakai untuk menyambung hidup minimal hingga 3 bulan ke depan.
Kita bisa memilih investasi jangka pendek yang tak terlalu likuid, seperti deposito. Ini merupakan salah satu instrumen investasi yang paling cocok untuk menampung uang pesangon PHK. Kalau hanya disimpan di tabungan biasa, besar kemungkinan kita akan lebih tergoda untuk menggunakannya. Bener nggak? Dengan deposito–memang imbalnya kurang besar dibandingkan instrumen investasi yang lain–namun setidaknya kita tidak akan bisa mengutak-atiknya hingga jatuh tempo.
Jika masih ada dana, pertimbangkan untuk menginvestasikannya ke instrumen lain juga, yang lebih panjang. Saham, misalnya. Coba cari saham bluechip atau saham BUMN, yang lebih stabil dan aman. Atau, kita juga bisa menginvestasikannya di reksa dana.
4. Atur ulang gaya hidup
Nah, selain berinvestasi, sebagian uang pesangon PHK yang lain bisa digunakan untuk hidup sehari-hari.
Satu hal yang pasti, gaya hidup pasti akan berubah. Ini wajar sih, mengingat kita harus banyak berhemat hingga beberapa bulan ke depan lantaran tidak ada pemasukan tetap. Tapi, pasti bisa deh dilakukan.
Coba teliti di pos pengeluaran, apa saja yang bisa dikurangi, atau bahkan dihentikan dulu sama sekali sementara waktu. Hindari acara jalan-jalan yang bikin lapar mata. Jangan kebanyakan ngakses marketplace. Kurangi scroll Instagram, biar nggak tergoda belanja (atau supaya nggak lihat foto teman-teman yang lagi traveling tiap bulan).
Fokus dulu pada diri sendiri, perbaiki kesalahan, lalu segera rencanakan lagi hidup yang lebih baik.
5. Pakai untuk modal mencari pemasukan baru
Segera move on dari kisah PHK yang baru saja dialami, dan segera mencari peluang baru. Buat yang masih ingin kerja di perusahan, segera cari lowongan. Berikan target pada diri sendiri, kapan harus sudah punya kerjaan lagi.
Supaya apa? Supaya nggak keenakan juga. Kalau sudah hampir melampaui deadline dan belum juga punya kerjaan, segera pertimbangkan untuk bisnis. Pergunakan sebagian uang pesangon PHK sebagai modal. Kita bisa bisnis kecil apa pun. Jualan online, biasanya menjadi pilihan yang baik.
Keputusan PHK sepihak pastinya bikin patah hati. Tiba-tiba semua jadi madesu–masa depan suram. Tapi enggak demikian kalau kita segera semangat dan bangkit lagi. Perlahan tapi pasti, kita akan bisa menata hidup lagi.
Karena itu, bekali diri dengan berbagai pengetahuan dan wawasan sejak sekarang. Yuk, belajar keuangan secara lengkap dari berbagai aspek di Financial Clinic Online Series, mulai dari basic hingga advanced, bersama trainers QM Financial yang berpengalaman. Cek jadwal terbarunya, dan jangan lupa follow juga Instagram QM Financial, karena banyak tip-tip keuangan yang dibagikan.
Pesangon PHK dan 5 Hal Pokok yang Menentukan Besarannya
Ingat cerita supermarket Giant yang tutup ya? Dan juga, cerita-cerita lain mengenai perusahaan yang gulung tikar, hingga mengakibatkan sejumlah tenaga kerja produktif kehilangan mata pencaharian. Sedih sih memang, tapi saat tak ada lagi yang bisa dilakukan (dan pastinya sudah melalui proses pertimbangan yang matang), maka pemutusan hubungan kerja tak bisa lagi terelakkan. Tapi ini tak hanya soal kantor rugi lalu tutup, ada masalah pesangon PHK juga harus dipikirkan oleh pihak perusahaan.
Yep, perusahaan berhenti beroperasi nggak serta merta tutup begitu saja. Masih ada sederetan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan, salah satunya adalah membayarkan pesangon PHK bagi para pekerjanya, meskipun bahwa faktanya perusahaan dinyatakan pailit. Untuk masalah ini, semua sudah diatur oleh pasal 156 ayat 3 Undang – Undang no. 13 tahun 2003.
Lalu, apa saja faktor yang memengaruhi besarnya pesangon PHK yang diberikan pada karyawan? Mari kita lihat, karena ini penting juga untuk diketahui oleh para pekerja terutama yang terkena atau terancam badai PHK.
5 Faktor yang memengaruhi besaran pesangon PHK yang diberikan untuk pekerja
1. Upah pokok dan uang penghargaan yang didasarkan pada masa kerja
Masa kerja adalah salah satu faktor yang paling memengaruhi besaran pesangon PHK yang diterima oleh pekerja. Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan, uang pesangon yang diterima berdasarkan masa kerja adalah sebagai berikut:
- Kurang dari 1 tahun: 1 bulan upah
- 1 – 2 tahun: 2 bulan upah
- 2 – 3 tahun: 3 bulan upah
- 3 – 4 tahun: 4 bulan upah
- 4 – 5 tahun: 5 bulan upah
- 5 – 6 tahun: 6 bulan upah
- 6 – 7 tahun: 7 bulan upah
- 7 – 8 tahun: 8 bulan upah
- lebih dari 8 tahun: 9 bulan upah
Nah, untuk komponen upahnya sendiri terdiri atas upah pokok dengan segala tunjangan yang bersifat tetap yang termasuk dalam perjanjian kerja.
Sedangkan besar uang penghargaan yang diterima untuk masing-masing masa kerja adalah sebagai berikut:
- 3 – 6 tahun: 2 bulan upah
- 6 – 9 tahun: 3 bulan upah
- 9 – 12 tahun: 4 bulan upah
- 12 – 15 tahun: 5 bulan upah
- 15 – 18 tahun: 6 bulan upah
- 18 – 21 tahun: 7 bulan upah
- 21 – 24 tahun: 8 bulan upah
- Lebih dari 24 tahun: 10 bulan upah
Pemberian pesangon PHK berdasarkan upah pokok dan juga pemberian uang penghargaan di atas hanya berlaku jika PHK dilakukan karena adanya inisiatif dari perusahaan. Sedangkan untuk pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pihak karyawan atas keinginan sendiri–alias resign–aturan di atas tidak berlaku.
2. Hak cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur
Komponen kedua yang memengaruhi besaran pesangon PHK adalah penggantian hak cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur. Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2013, hak cuti tahunan yang tidak diambil dan belum gugur, bisa diganti dengan uang saat si karyawan berhenti bekerja–baik karena mengundurkan diri ataupun jika harus terkena PHK.
Untuk perhitungannya, bisa berbeda-beda untuk setiap perusahaan sih, tapi yang umum diberlakukan adalah jumlah hak cuti proporsional yang belum diambil dibagi dengan jumlah hari kerja efektif dalam 1 bulan, kemudian dikalikan dengan upah tetap dalam 1 bulan.
Perhitungan cuti ini memang agak rumit, apalagi jika dalam perusahaan tersebut ada banyak karyawan. Tetapi sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk membayarkan hak cuti yang tak diambil ini dan dimasukkan dalam komponen pesangon PHK.
Namun, ada juga perusahaan yang mempunyai peraturan bahwa hak cuti yang tidak diambil akan hangus, dan tidak bisa diganti dengan uang. Selama hal ini sudah dicantumkan di perjanjian kerja di awal, maka hal ini sah juga.
3. Biaya ongkos pulang
Bagi karyawan yang selama ini merantau (dan mungkin tinggal di mess yang sudah disediakan oleh perusahaan), saat mereka harus mengalami PHK, maka pihak perusahaan juga berkewajiban untuk memberikan biaya ongkos pulang ke rumah.
4. Penggantian perumahan dan pengobatan
Nah, ini juga termasuk dalam komponen pesangon PHK, utamanya dalam uang penggantian hak. Oleh pemerintah, besarnya uang penggantian perumahan dan pengobatan ini adalah 15% dari uang pesangon dan uang penggantian masa kerja (UPMK) yang akan diterima oleh karyawan.
5. Jenis dan alasan PHK
Ada juga aturan yang mewajibkan pihak perusahaan untuk membayarkan pesangon PHK 2 kali lipat jika alasan PHK adalah sebagai berikut:
- Pekerja melakukan PHK karena perusahaan melanggar kesepakatan.
- Efisiensi tenaga kerja dalam perusahaan.
- Perusahaan merger, berganti kepemilikan, atau perubahan status lainnya, yang memungkinkan perusahaan tidak mau memperkerjakan lagi para karyawannya.
- Pekerja meninggal dunia.
- Pekerja sakit berkepanjangan atau mengalami kecelakaan kerja hingga tak bisa produktif selama 12 bulan atau lebih.
- Pekerja memasuki usia pensiun dan tidak pernah diikutkan dalam program Jaminan Pensiun sebelumnya.
Pada akhirnya, kalau sudah dihitung, uang pesangon PHK yang diterima pekerja ini memang lumayan besar jika dilihat dari angka-angkanya.
But, wait. Jangan terlalu senang dulu dengan segepok uang di tangan. Banyak hal harus segera dipikirkan oleh pekerja dengan uang pesangon PHK-nya agar bisa diberdayakan demi menjamin hidup hari-hari setelah ini.
Yuk, belajar keuangan secara lengkap dari berbagai aspek di Financial Clinic Online Series, mulai dari basic hingga advanced, bersama trainers QM Financial yang berpengalaman. Cek jadwal terbarunya, dan jangan lupa follow juga Instagram QM Financial, karena banyak tip-tip keuangan yang dibagikan.
Taylor Swift Punya Passive Income dari Royalti Albumnya, Kamu Bisa Juga dari 3 Sumber Ini!
Duh, Taylor Swift lagi-lagi kena drama. Kali ini urusannya cukup pelik, karena ada kaitannya dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang bisa menjadi passive income seumur hidupnya.
Singkat ceritanya sih, Taylor yang dulu berusia 15 tahun saat memulai kariernya sebagai pencipta lagu, musisi, dan penyanyi, menandatangani kontrak untuk 6 album. Salahnya si kecil Taylor–yang saat itu belum paham betul dengan seluk-beluk kontrak yang rumit–langsung saja tanda tangan, tanpa menyadari adanya klausul bahwa hak cipta semua lagu dalam 6 album akan menjadi hak milik label, begitu kontrak ditandatangani.
Saat Taylor menyadari kekeliruannya, nasi sudah menjadi bubur. Taylor berusaha untuk mendapatkan kembali hak cipta atas semua karyanya, namun menemui jalan buntu. Dan sekarang, pihak label telah menjual 6 master album Taylor pada pihak lain tanpa sepengetahuan Taylor.
Dengan demikian, Taylor terancam kehilangan haknya untuk memperoleh passive income dari kerja kerasnya sendiri selama bertahun-tahun. Well, sebagai seorang yang sangat kreatif, Taylor tentu saja tak akan berhenti berkarya. Namun, ia memang harus berjuang menuntut kembali haknya sebagai pencipta.
Karena kalau tidak, proses dan daya kreatifnya tidak akan berharga lagi. Selain tentunya, ia akan kehilangan passive income yang bisa menjamin hidupnya.
Passive Income, Alternatif Penambah Pendapatan
Hmmm, berbicara tentang passive income, jenis pendapatan ini memang merupakan salah satu yang bisa kita lakukan demi menjamin hidup kita di masa depan. Pendapatan aktif adalah pendapatan yang kita miliki dari hasil bekerja secara aktif–kerja, menghasilkan sesuatu, lalu dibayar atas hasil kerja kita. Sedangkan, pendapatan pasif ini adalah jenis pendapatan yang akan terus menerus mendatangkan pemasukan tanpa kita harus menukarkan waktu, tenaga, dan pikiran seperti halnya kalau kita bekerja secara aktif.
Pendapatan pasif, atau passive income, ini layaknya kita menanam benih, lalu benih tersebut tumbuh dengan sendirinya (tentu saja di bawah pantauan kita), bahkan saat kita tidur sekalipun. Hingga suatu saat, kita bisa memetik hasilnya untuk dinikmati.
Taylor Swift punya puluhan lagu dan musik yang sudah diciptakannya sebagai passive income, lantaran ia akan menerima royalti ketika lagu dan musik tersebut diperbanyak dan dipublikasikan untuk kita dengarkan. Taylor menerima kira-kira sebesar Rp4 T hanya untuk royalti albumnya hanya di Spotify saja. Sekarang, bayangkan jika hak cipta 6 album Taylor berpindah tangan. Berapa banyak passive income yang hilang darinya? Kalkulator saja mungkin nggak akan muat angkanya.
Itu adalah cerita Taylor Swift, si seksi cantik penyanyi muda dunia. Bagaimana dengan kita? Apakah kita harus menjadi seperti Taylor Swift untuk bisa punya passive income? Nggak juga kok. Kita juga bisa punya passive income dari 3 sumber pendapatan berikut ini.
3 Sumber Passive Income yang Bisa Kita Dapatkan Sehingga Bisa Sekaya Taylor Swift
1. Royalti dan Hak Pembelian
Ya, mungkin kita enggak bisa mencipta lagu, main musik, ataupun nyanyi seperti Taylor Swift. Tapi kita bisa berkarya dalam bentuk yang lain.
Salah satunya adalah buku. Banyak kan, penulis buku terkenal yang sukses yang bisa kita lihat sekarang? Sebut saja Dee, Tere Liye, … terus kalau yang luar negeri ya JK Rowling. Setiap kali buku mereka diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, dan dibeli oleh pembacanya, mereka akan mendapatkan royalti dalam persentase yang sesuai dengan kesepakatan.
Taruh saja royaltinya 10%, harga bukunya Rp100.000, berarti dari satu buku mereka akan menerima Rp10.000. Kalau bukunya terjual 50.000 kopi, maka mereka akan menerima Rp500 juta (dikurangi pajak, tentunya). Jika buku dicetak ulang–artinya mereka tak perlu menulis lagi–mereka akan menerima minimal jumlah yang sama.
Menggiurkan, bukan? Tapi, jangan salah. Ada banyak usaha dan kerja keras menyertai penulisan sebuah buku lo. Satu judul buku nggak serta merta juga bisa terjual 50.000 kopi dalam waktu singkat. Itu beneran angka fantastis. Apalagi kalau kita belum punya nama. Banyak banget PR yang harus dikerjakan.
Selain buku, kita yang punya keterampilan membuat aplikasi juga bisa menjualnya kita melalui Google Play. Bentuknya bisa aplikasi yang bisa memudahkan, ataupun games. Semakin banyak yang mendownload aplikasi kita, pemasukan pun akan semakin lancar mengalir.
2. Investasi
Cara lain untuk mendapatkan passive income adalah dengan berinvestasi. Semua produk investasi bisa memberikan passive income yang lumayan lo.
Salah satunya P2P Lending. Program investasi ini memungkinkan kita untuk “menitipkan” sejumlah dana untuk kemudian dipinjamkan pada pihak lain yang membutuhkan. Tentu saja, titipan tersebut akan berbuah berupa bunga. Dalam tahap waktu tertentu, dana kita akan kembali berkali lipat.
Produk investasi lain yang juga bisa menjadi sumber passive income adalah saham dan reksa dana.
3. Menyewakan properti
Selain royalti dan investasi, kita juga bisa mendapatkan passive income dari sewa-menyewa properti, seperti kos-kosan atau kontrakan rumah.
Dengan menyewakan properti, setiap bulan kita akan mendapatkan pemasukan tambahan. Satu modal yang harus kita pikirkan untuk investasi sewa-menyewa properti ini adalah perawatannya saja. Lainnya, kita tinggal menunggu saja setoran setiap bulan, atau setiap periode tertentu sesuai kesepakatan.
Nah, apakah kamu sudah memiliki salah satu atau bahkan semua sumber pendapatan berupa passive income di atas, dan apakah sudah dikelola dengan baik?
Kalau belum, kebetulan nih, QM Financial punya jadwal kelas finansial online baru “Membangun Aset Aktif untuk Pendapatan Pasif”. Di kelas ini, kamu bisa mempelajari apa saja alternatif produk investasi untuk memberikan penghasilan pasif, dan juga tools apa saja untuk menghitung penghasilan pasif dari aset aktif. Cek di sini untuk tahu detail dan juga pendaftarannya ya. Yuk, belajar bareng mengelola aset hingga bisa mendatangkan passive income seperti Taylor Swift.
Follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Gaji Kecil? Meski Relatif, Mungkin Salah Satu dari 9 Hal Ini Alasannya
Ngomongin soal gaji, ada yang bilang tabu untuk diumbar secara publik, tetapi menarik untuk didiskusikan. Bener nggak? Tapi, mungkin ada di antara kita yang akhirnya menemukan fakta, bahwa kita menerima upah yang relatif lebih kecil ketimbang rekan lain yang berada di posisi sama. Lalu pastinya bertanya-tanya dong, kenapa kita punya gaji kecil?
Seperti yang kita tahu, banyak hal yang bisa memengaruhi besaran angka gaji, bisa datang dari luar perusahaan maupun dari dalam perusahaan itu sendiri. Hingga kemudian besar dan kecilnya gaji akan relatif. Namun, kadang kita juga bisa merasakan, kalau dibandingkan dengan beban, tanggung jawab, ataupun rekan kerja yang lain, kita memang punya gaji kecil.
Kira-kira, kenapa ya, kita hanya menerima gaji kecil? Mungkin salah satu dari 9 ini alasannya.
9 Alasan Gaji Kecil
1. Pendidikan standar
Memang sih, banyak orang yang sukses yang nggak lulus pendidikan tinggi. Mereka bisa mendapatkan penghasilan besar, bahkan punya bisnis sendiri dengan omzet miliaran dollar.
Tapi, enggak semua orang diberi nasib yang sama. Bagi sebagian besar yang lain, pendidikan tinggi akan dapat membantu untuk meraih penghasilan lebih besar lagi. Toh lebih banyak statistik yang menunjukkan, bahwa orang yang menempuh pendidikan tinggi cenderung menghasilkan banyak uang daripada mereka yang berpendidikan rendah.
So, kalau kita memang masih menerima gaji kecil, coba deh, cari informasi apakah jika kita melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi akan ada kemungkinan untuk naik gaji? Kalau iya, yuk, segera rencanakan untuk kuliah atau sekolah lagi.
2. Usia muda
Mereka yang berusia 25 tahun ke bawah cenderung punya gaji kecil dibandingkan dengan mereka yang sudah berusia 25 – 30 tahun ke atas. Ini masuk akal sih, mengingat keahlian di satu bidang, jika ditekuni dari tahun ke tahun akan membuat kita jadi lebih menguasainya.
Well, kecuali jika kita berhasil bekerja di startup level unicorn atau lebih sih, mungkin usia 25 tahun sudah bisa punya gaji besar.
Dengan keahlian kita yang bertambah, maka penghasilan pun akan tergenjot juga.
3. Minim pengalaman
Sudah pasti makin banyak dan lama pengalaman bekerja kita, maka makin tinggi pula nilai jual kita. Makanya, nggak heran sih kalau misalnya usia kita baru bekerja di usia 25 tahun ke atas, tapi gaji kecil, sedangkan mereka di usia sama gajinya relatif lebih besar, karena mereka mungkin sudah mulai bekerja di usia lebih awal.
4. Posisi karyawan
Usia boleh saja sudah di atas 30 tahun, atau bahkan 40 tahun. Tapi kalau statusnya masih saja staf, maka nggak heran kalau gaji kita jalan di tempat.
So, coba cari kemungkinan untuk mendapatkan promosi jabatan, jika ingin ada cahaya terang di slip gaji yang kita terima setiap bulannya.
5. Lahan “kering”
Setiap jenis usaha memiliki rentang gaji karyawan yang berbeda. Hal ini disesuaikan dengan beban kerja, waktu, tanggung jawab, dan hasil kerja masing-masing.
Misalnya, beban kerja dan tanggung jawab di industri migas tentu akan berbeda dengan perbankan. Meskipun posisi karyawan sama-sama staf dengan pengalaman kerja 5 tahun, besarnya gaji yang diperoleh masing-masing bisa sangat berbeda.
6. Kerja lapangan
Bekerja di luar kantor kerap dianggap lebih banyak menggunakan fisik, ketimbang pikiran dan kreativitas. Alhasil, mereka yang pekerja lapangan kerap menerima gaji kecil, setidaknya jika dibandingkan dengan karyawan yang lebih banyak berpikir strategis di dalam kantor.
Kalau di dunia kerja sih sering terdengar istilah white collar worker (pekerja kerah putih yang lebih banyak menggunakan pikiran dalam bekerja) dan blue collar worker (pekerja kerah biru yang lebih banyak menggunakan tenaga fisik). White collar worker pada umumnya bisa menghasilkan lebih banyak uang ketimbang blue collar worker.
7. Bad attitude
Pernah berbuat kesalahan yang fatal, membuat perusahaan rugi atau terancam, atau mungkin bikin atasan nggak menyukai kita lagi?
Wah, bisa jadi, hal ini juga menjadi alasan mengapa kita hanya menerima gaji kecil, dan nggak akan pernah terdongkrak naik. Kita mungkin dianggap sebagai sumber masalah yang sekarang harus dihadapi oleh perusahaan, sehingga tak ada lagi yang mau memberikan rekomendasi kenaikan gaji. Ouch.
8. Status karyawan
Apakah status kita adalah pegawai tetap, pegawai kontrak waktu tertentu, pegawai kontraktor (consultant), ataukah part timer, magang, ataupun pekerja lepas?
Semua status karyawan tersebut ikut menentukan besaran gaji yang kita terima. Pastinya, part timer, magang, dan pekerja lepas akan menerima gaji kecil, sedangkan mereka yang sudah berstatus karyawan tetap akan menerima gaji besar dengan berbagai tambahan tunjangan dan benefit.
Untuk beberapa kasus dan posisi, sering kali juga pekerja kontrak justru menerima gaji lebih besar ketimbang para karyawan tetap.
9. Diskriminasi
Yup, kesenjangan upah lantaran perbedaan gender memang masih sering bisa dijumpai di dunia kerja kita. Di beberapa perusahaan, memang berlaku para karyawan perempuan menerima gaji kecil, sedangkan karyawan pria menerima gaji yang lebih besar, padahal pekerjaannya sama.
Sedih sih memang untuk yang satu ini. Tapi, ya ini memang masih sering terjadi.
Nah, apakah sudah menemukan jawaban, mengapa kita menerima gaji kecil dari uraian di atas?
Sebenarnya gaji kecil atau gaji besar itu memang relatif–tergantung wilayah juga kan? Jika memang merasa menerima gaji kecil, maka tak perlu menyalahkan siapa-siapa. Sekarang yang penting, apa yang harus kita lakukan agar gaji kita cukup untuk hidup sampai gajian bulan berikutnya. Bagus lagi kalau mau ikut kelas-kelas finansial online dari QM Financial, yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan. Follow juga Instagram QM Financial, karena banyak tip-tip keuangan yang dibagikan.
Dan, tentu saja, harus berusaha sebaik mungkin memberikan kinerja yang baik, supaya mendapatkan kesempatan untuk diberi promosi jabatan. Yes?
Song Hye Kyo Harus Segera Melakukan 5 Hal Ini Segera Setelah Bercerai Supaya Hidup Kembali Aman
Pasangan yang dijuluki #CoupleGoals oleh para pecinta drama Korea–Song Joong Ki dan Song Hye Kyo–resmi mengumumkan perpisahan mereka. Duh, siapa nih di sini yang ikutan patah hati?
Ternyata yang terlihat serasi di luar, belum tentu harmonis di dalam. Song Song Couple ini menikah 13 Oktober 2017, setelah keduanya berkenalan saat sama-sama membintangi Descendants of the Sun dan akhirnya berpacaran. Disebut sebagai true love symbol, digadang menjadi pasangan serasi yang langgeng, ternyata tanpa diduga, Song Joong Ki mengajukan cerai terhadap Song Hye Kyo tanggal 26 Juni 2019 lalu.
Lebih lanjut lagi, karena efek akan tekanan yang terjadi pada kehidupan pribadinya, Song Hye Kyo dikabarkan terancam kehilangan beberapa job iklan yang akan dibintanginya.
Waduh! Ini nih. Ini dia yang memang sering terjadi saat perceraian sedang terjadi.
Perpisahan memang tak pernah mengenakkan. Belum lagi, biasanya terjadi juga rentetan efek kurang nyaman di belakang. Terutama soal melanjutkan hidup. Karena kadang yang terjadi adalah saat menikah, si istri sudah rela melepaskan pekerjaan dan memilih untuk fokus pada keluarga. Hal ini membuat istri menjadi tertanggung bagi suami. Bagi sebagian orang, ini dianggap sebagai kewajiban suami sih, dan itu enggak salah. Namun, kalau terjadi hal-hal yang tak diinginkan seperti ini, lalu istri bisa hidup dari apa? Karena berarti ia sudah tak lagi menjadi tanggung jawab suami, setelah bercerai kan?
Song Hye Kyo masih beruntung karena namanya masih cukup dikenal oleh masyarakat. Kalau ia kembali berakting pun, rasanya bakalan masih banyak yang mau nonton. Meski mungkin berefek sementara waktu, seperti penangguhan kontrak bintang iklan. Lha, kita? Yang tadinya bekerja kantoran, lalu resign karena alasan menikah? Apa kabar?
Rumah tangga boleh retak, but life must go on, right? Hidup bisa jadi porak poranda bagi sang istri yang digugat cerai, tapi hidup masih panjang ke depan.
Salah satu yang paling penting dan harus segera dipikirkan adalah masalah keuangan. Segera kuatkan diri untuk bangkit lagi dan lanjutkan hidup. Segera lakukan langkah tepat untuk menata keuangan, seperti berikut ini.
5 Hal keuangan yang harus segera Song Hye Kyo lakukan setelah bercerai dari Song Joong Ki, demikian pula kita jika kita sedang menjalani proses yang sama
1. Lakukan financial checkup
Memang nggak mudah mengambil keputusan finansial dengan cepat dan tepat saat masih dalam proses perceraian seperti Song Hye Kyo. Tapi cepat ataupun lambat, kita mesti melakukannya. Tunggu sampai emosi agak reda dan stabil, dan segera lakukan tindakan cepat.
Lakukan financial checkup. Buka lagi buku catatan keuangan pribadi, kalau memang sudah ada. Teliti, apakah masih ada utang tertunggak, berapa pemasukan kita jika tanpa uang belanja suami, dan berapa pengeluaran rutin setiap bulan.
Jika ada anak-anak biasanya nanti suami akan punya kewajiban untuk memberi nafkah bagi mereka. Tapi untuk si (mantan) istri, ia harus berusaha sendiri. Maka mengetahui kondisi kesehatan keuangan sendiri ini penting, agar dapat mempertimbangkan langkah apa selanjutnya yang harus diambil.
2. Bereskan administrasi
Segera selesaikan urusan administrasi, tak perlu menunda lagi. Ketika kita terpaksa harus kembali ke status lajang karena perpisahan seperti Song Hye Kyo, biasanya akan ada masalah administrasi yang harus segera diselesaikan. Mengurus surat perceraian, misalnya.
Bereskan semua masalah ini satu per satu hingga tuntas. Periksa juga dokumen resmi yang lain. Asuransi, kartu kredit, ataupun rekening bank, adalah beberapa dokumen penting yang harus segera diperjelas statusnya. Terutama jika punya rekening bersama.
3. Kendalikan semua pengeluaran
Setelah itu, segeralah ambil langkah untuk mengendalikan anggaran kembali. Dengan perubahan yang terjadi, buat anggaran yang sesuai dengan kondisi status yang kini kembali lajang. Rancang kembali anggaran pribadi agar kondisi keuangan tetap terkendali.
Seperti Song Hye Kyo, ada kemungkinan akan mendapatkan tunjangan dari Soong Jong Ki. Tapi mengingat mereka belum punya anak, bisa saja hal ini meleset. Jika kita sendiri ragu akan mendapatkan tunjangan dari mantan, maka sebaiknya jangan dulu dimasukkan ke dalam anggaran.
Emosi boleh, tapi tetap realistis. Di awal, akan terasa sulit. Tapi, hal ini akan lebih mempermudah di kemudian hari.
4. Lunasi tagihan
Jika ada, segera selesaikan tagihan dan kredit-kredit yang masih tertunggak. Terlambat melunasi tagihan akan membuat kita harus menanggung beban yang lebih berat lagi nantinya.
Kumpulkan semua detail tagihan dan kredit, lalu teliti, mana yang sudah dilunasi oleh (mantan) suami dan mana yang belum. Jangan sampai membayar sesuatu yang enggak perlu.
5. Segera move on, cari cara untuk mencari pemasukan
Dan yang terakhir, segera cari solusi untuk mendapatkan pemasukan sendiri lagi. Apakah kembali ngantor? Atau, mau coba berbisnis sendiri dengan mulai berdagang kecil-kecilan? Atau, mau memanfaatkan keahlian khusus yang kita punya–atau hobi yang kita gemari–untuk mendapatkan penghasilan?
Yang mana saja bisa dilakukan, asal halal. Setelah mulai mendapatkan pemasukan sendiri, kembali atur cash flow agar bisa menyisihkan sedikit penghasilan untuk investasi. Jangan lupa juga membuat proteksi ya, karena siapa yang akan tahu jalan hidup kita ke depan.
Fiuh! Sungguh deretan PR yang panjang dan melelahkan. Tapi ya, mau bagaimana lagi? Ada perubahan drastis yang terjadi dalam hidup, dan enggak bisa hanya didiamkan saja. Segera bangkit dan benahi, maka kita akan lebih mudah menjalaninya.
Oh well, berharap yang terbaik untuk Song Hye Kyo maupun Song Joong Ki deh ya. Siapa tahu mereka juga baca artikel ini, boleh lo kalau mau gabung ke kelas-kelas finansial online QM Financial yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan, mulai dari yang basic hingga yang advance. Boleh juga kalau mau follow Instagram QM Financial, atau barangkali butuh tim QM untuk jadi figuran di drama terbaru? Leh uga.
Mau Kerja Remote? 5 Hal Ini Harus Disiapkan Terlebih Dahulu
Zaman semakin berkembang. Sekarang, untuk bekerja, orang kadang nggak perlu lagi ngantor nine to five; pagi berangkat, terjebak macet, kerja di kubikel, makan siang di kantin, meeting di ruang rapat, dan pulang dengan masih sambil menembus macet. Orang bisa bekerja di mana saja–di rumah, di kafe, di taman kota–berbekal internet dan laptop. Yes, kerja remote.
Ada survei yang menunjukkan, bahwa saat ini 34% tenaga kerja produktif di Amerika memilih untuk kerja remote, ketimbang harus ngantor setiap harinya. Dan, di tahun 2020 nanti, bahkan diprediksi bahwa 50% tenaga kerja Amerika akan bekerja di luar kantor. Bagaimana dengan kondisi dunia kerja di Indonesia? Well, memang belum ada data yang bisa menunjukkan kondisi yang sama dengan Amerika sih. Tapi bukan tak mungkin, kecenderungan ini akan terjadi juga di Indonesia–meski entah berapa lama ke depan.
Buktinya, sekarang saja sudah mulai banyak yang lebih suka kerja remote di sini. Coba saja kunjungi coworking space atau kafe-kafe di hari dan jam kerja. Pasti akan banyak menemukan pemandangan orang-orang yang tampak serius di depan laptop, ditemani secangkir kopi dan sepiring camilan. Kalau lihat penampilannya, sudah pasti bukan mahasiswa lagi. So, siapa mereka? Dugaan terbesar ya, para freelancer dan orang-orang yang kerja remote.
Seperti juga setiap hal selalu ada dua sisi yang berbeda, demikian pula kerja remote. Di satu sisi, kerja remote–menurut penelitian–mampu memberikan kebahagiaan dan kepuasan lebih pada para pekerja; mereka bisa mengatur jadwal kerja mereka sendiri, lebih produktif, gaji pun kadang malah lebih besar diterimanya ketimbang yang setiap hari mesti ngantor. Sedangkan, sisi lain, pekerja remote juga harus menghadapi banyak tantangan yang tak bisa dibayangkan oleh mereka yang bekerja di kantor.
So, ada yang berminat untuk kerja remote? Nggak heran sih banyak yang memang pengin untuk kerja remote. Tapi, sebelum mulai, pastikan dulu punya beberapa bekal berikut.
5 Hal yang Harus Dipersiapkan Jika Ingin Kerja Remote
1. Disiplin dan manajemen diri yang baik
Salah satu tantangan terberat bagi yang kerja remote adalah godaan gagal fokus. Yups, namanya kerja di rumah, kerja di kafe, atau di tempat-tempat yang bebas seperti itu, kadang karena terlalu nyaman, malah jadi keenakan.
Di rumah misal. Godaan untuk lebih baik tidur, atau nonton drakor, atau main games, akan lebih besar. Di kafe, sama saja. Apalagi kalau enggak sendirian. Ditemani pacar? Wah, sudah pasti gagal kerja deh.
Tidak adanya seseorang yang mengawasi pekerjaan kita–seperti halnya di kantor, kita bisa punya atasan yang memonitor langsung atau HR yang siap-siap pecut kalau kita malas-malasan-membuat para pekerja remote harus punya bekal disiplin dan manajemen diri yang baik.
Belum lagi nih, kalau si pekerja remote ini seorang yang workaholic. Bisa-bisa malah kerja terus, nggak pakai istirahat. Waduh. Kan masalah banget ke kesehatan.
Karena itu, kalau mau kerja remote pastikan kita punya jadwal sendiri; kapan mulai kerja, kapan istirahat, kapan berhenti kerja sekadar buat jalan-jalan, hangout, ataupun liburan. Mesti bisa diatur sendiri, dan disiplin terhadap jadwal yang sudah diatur sendiri ini.
2. Punya semangat belajar yang tinggi
Tidak seperti para pekerja kantoran yang bisa selalu dimonitor oleh HR untuk meningkatkan kompetensi, para pekerja remote harus selalu siap untuk belajar sendiri.
Kadang yang terjadi adalah job desc-nya sudah disepakati A, tapi dalam perjalanan ternyata mesti ngerjain B juga. Padahal tugas B ini belum dikuasai betul. Jadilah autodidak, belajar sendiri. Utak-atik sendiri, coba-coba, dan error. Itu biasa banget.
Kalau enggak punya semangat belajar yang tinggi, pasti kerjaan juga akan terhambat.
3. Komunikasi yang baik
Dalam kerja remote, kita akan berhubungan dengan klien melalui berbagai aplikasi komunikasi mobile. Mungkin WhatsApp, Skype, Zoom, ataupun aplikasi chatting lainnya. Akan butuh keterampilan komunikasi yang baik, karena bagaimanapun berkomunikasi melalui alat akan berbeda dengan komunikasi langsung–yang memungkinkan kita bisa melihat perubahan wajah ataupun bahasa tubuh lawan bicara kita.
Kita hanya akan bisa mendengar suara atau melihat muka saja, tanpa melihat suasana sekitar lawan bicara kita. Dan, ini tuh PR banget kalau enggak punya skill komunikasi yang baik.
Belum lagi kalau kita kerja remote dengan orang luar. Kemampuan berbahasa asing pasti dibutuhkan banget.
4. Mandiri
Kalau kerja kantoran, kita akan bisa banyak didukung oleh tim. Kalau keteteran, kita bisa meminta bantuan pada rekan kerja yang lain untuk ikut menyelesaikan suatu pekerjaan.
Tapi tidak demikian dengan kerja remote. Akan ada kemungkinan, semua tugas harus bisa kita kerjakan sendiri. Barangkali sih memang kita bekerja bersama tim, tapi kalau enggak selokasi ya sama saja dengan kerja sendiri. Pastinya berbeda dengan kerja tim yang semua terlibat langsung kan?
5. Punya alat kerja yang cukup
Yang pasti, minimal biasanya sih kita harus punya handphone dan internet sebagai alat kerja. Untuk beberapa jenis tugas lainnya, ada kemungkinan akan perlu juga laptop, dan alat kerja lain.
Ada kemungkinan, kita harus bisa memenuhi alat kerja kita sendiri. Berbeda dengan para karyawan kantoran yang biasanya alat kerjanya dipenuhi oleh pihak perusahaan.
Gimana nih, sampai di sini? Masih tetap tertarik dengan kerja remote? Dengan 5 persiapan di atas, siapa saja memang bisa kerja remote dan lebih produktif kok.
Oh iya, dan salah satu hal yang harus kita kembangkan juga adalah kemampuan untuk mengelola keuangan. Sebagian besar para pekerja remote tak menerima upah yang sama lo setiap bulannya, karena dihitung berdasarkan hasil kerjanya–meski ada juga yang diberi upah tetap. Perlu trik khusus untuk mengelola pemasukan yang tak tetap ini, supaya pengeluaran tetap rutin dan terukur.
Coba cek berbagai kelas finansial online di QM Financial yuk, ikuti yang sesuai dengan kebutuhan keuangan seorang pekerja remote. Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip keuangan yang applicable untuk siapa saja.
5 Tip Memilih Produk Investasi, Belajar dari Kevin Aprilio yang Pernah Tertipu 17 M
Beberapa hari belakangan, ramai pemberitaan mengenai salah seorang artis Indonesia yang harus kehilangan uang sebanyak Rp17 M lantaran mengambil produk investasi yang gagal. Yes, Kevin Aprilio. Ada yang mengikuti beritanya?
Kalau menurut penelusuran sih, awalnya Kevin diajak oleh salah seorang sahabat keluarganya untuk ikut berinvestasi di pasar forex. Dengan imbal sebesar 5% setiap bulan, Kevin yang merasa mendapatkan cuan dengan mudah mengajak lagi beberapa orang yang lain untuk ikut berinvestasi.
Turns out, ternyata ia ditipu. Uangnya sendiri sebesar Rp6 M, dan uang orang-orang terdekat yang dipercayakan padanya hingga total Rp17 M, raib. Sebenarnya tak hanya Kevin yang menjadi korban, ada banyak pihak lain yang juga kehilangan uang dalam kasus ini. Memosisikan diri sebagai middle man, Kevin Aprilio berusaha bertanggung jawab. Ia menjual seluruh aset yang dimilikinya dari hasil kerja keras di industri musik, untuk mengembalikan uang.
Sekilas tentang Bisnis Forex
Apa sih forex? Forex adalah singkatan dari foreign exchange, atau dikenal juga dengan pasar valuta asing. Kalau menurut Wikipedia sih, definisi dari forex adalah sebagai berikut.
Pasar valuta asing (bahasa Inggris: foreign exchange market, forex) atau disingkat valas merupakan suatu jenis perdagangan atau transaksi yang memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya (pasangan mata uang/pair) yang melibatkan pasar-pasar uang utama di dunia selama 24 jam secara berkesinambungan.
Bisnis ini merupakan salah satu pasar finansial terbesar di dunia. Ya gimana enggak, setiap orang bisa saja terlibat dan melakukan bisnis ini. Banyak dari kita yang mau nggak mau mempergunakan produk dari pasar finansial ini. Yang tiap hari bepergian ke luar negeri, bakalan harus menukar uang dengan uang lokal kan? Belum lagi untuk perdagangan ekspor impor.
CNBC Indonesia sendiri menyebutkan, dalam laporan tiga tahunan Bank for National Settlement (BIS) volume transaksi per hari di pasar forex mencapai US$ 5,1 triliun di tahun 2016. Sebagai perbandingan volume transaksi di New York Exchange, bursa saham terbesar di dunia, sebesar US$ 22,4 miliar per hari.
Mari Belajar dari Kevin Aprilio untuk Memilih Produk Investasi yang Paling Oke
Dengan angka volume sebesar itu, nggak heran banyak yang tertarik untuk mencoba meraih untung dari bisnis forex ini, bukan? Namun, kita berinvestasi pasti bukan dengan tujuan kehilangan uang. Justru, kita berinvestasi agar uang kita bisa dikembangkan.
Karena itu, mari kita belajar bersama dari Kevin Aprilio.
1. Kenali produk investasi yang sesuai dengan tujuan finansialmu
Menurut data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) 3 Oktober 2018, populasi penduduk Indonesia sebanyak 267.498.464 jiwa dengan rata-rata usia 28 tahun memiliki pengetahuan dan inklusi untuk investasi yang rendah. Nah lo. Gimana tuh? Maunya dapat uang, tapi tak dibarengi dengan bekal pengetahuan yang cukup dong, berarti?
Karena itu, ayo, coba cari tahu produk investasi sebelum mulai berinvestasi. Memilih produk investasi memang sedikit tricky, apalagi bagi mereka yang pemula dan belum terlalu lama terjun dalam investasi ini. Tapi, produk investasi itu banyak sekali, dengan imbal dan risiko yang bervariasi. Kita pastinya bisa mempertimbangkan dan kemudian memutuskan secara saksama.
Nah, sebelum memutuskan investasi, tentukan dulu #TujuanLoApa dengan rumusnya: ada judulnya + ada nilai Rupiahnya + ada jangka waktunya. Hasil dari perumusan ini adalah sebuah tujuan keuangan yang jelas. Dengan tujuan keuangan yang jelas, maka kita pun bisa tahu kebutuhan kita itu apa saja, yang kemudian bisa disesuaikan dengan instrumen apa saja yang cocok.
2. Jangan tergoda tren
Kita memang sering terbius oleh iming-iming “mendapatkan uang banjak dalam tempo jang sesingkat-singkatnja”. Karenanya, kadang hal ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk meraih keuntungan banyak dengan jalan pintas.
Bisnis forex memang pernah ngehits. Ada banyak produk investasi lain yang juga pernah ngetrend, namun tak semuanya bisa mulus menghasilkan cuan seperti yang kita harapkan.
Akan lebih baik bagi kita untuk tetap pada PLAN yang sudah kita buat sendiri. Meski Mbak Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, pernah bilang kalau kita tak sebaiknya setia pada produk investasi, tapi teteup dong, setiap keputusan harus dipertimbangkan saksama dengan berpegang pada PLAN yang sudah kita buat.
3. Pantau terus
Setelah investasi, kita juga nggak bisa terus ongkang-ongkang saja menunggu cuan. Pantau terus kondisi produk investasi yang sudah kita pilih.
Pelajari pergerakan saham, jika kita sudah memutuskan untuk melakukan investasi saham. Lakukan review terhadap kinerja reksa dana saham dengan membandingkannya dengan IHSG di tahun yang sama. Jika performanya dianggap kurang, kita bisa berkonsultasi dengan pihak manajemen investasinya: kenapa begitu, dan apa yang harus dilakukan berikutnya.
4. Investor bertanggung jawab pada keputusan sendiri
Seperti halnya Kevin Aprilio yang berusaha bertanggung jawab untuk mengembalikan uang orang lain yang sudah dititipkan padanya, maka kita pasti paham, bahwa setiap keputusan merupakan tanggung jawab investor masing-masing.
Dengan tujuan finansial yang jelas, pun PLAN yang sudah lengkap, maka kita sebagai investor sendirilah yang akan memutuskan produk investasi mana yang paling cocok untuk mencapai tujuan finansial yang sudah ditentukan tadi. Keputusan ini adalah tanggung jawab kita sendiri, dan bukan orang lain.
5. Belajar terus
Keep learning. Produk investasi memang banyak, dan butuh riset cukup panjang untuk memutuskan produk investasi mana yang paling cuan dan cocok untuk tujuan finansial kita.
Barangkali di perjalanan nanti, akan ada produk investasi baru yang muncul. Kalau kita nggak punya semangat untuk belajar terus, bisa saja yang terjadi adalah seperti poin kedua di atas: terjebak tren. Padahal, siapa yang bisa jamin, produk investasi terbaru itu memang benar-benar aman kan?
Well, kalau kamu mau belajar mengenali produk investasi yang paling cocok untuk tujuan finansialmu, QM Financial ada lo, kelas Get to Know Your Investment Products yang diadakan tanggal 9 Juli 2019. Pastinya ini bisa banget menjadi bekalmu untuk memulai investasimu sendiri. Segera daftar di event.qmfinancial.com ya.
Follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.