Saat Gaji Istri Lebih Besar, 5 Hal yang Harus Diingat oleh Pasangan Bekerja
Mindset kebanyakan orang adalah suami bekerja atau berbisnis, dan istri tugasnya di rumah. Atau setidaknya kalau keduanya bekerja, maka suami seharusnya bergaji lebih besar. Lalu, kalau gaji istri lebih besar, bagaimana? Apakah itu berarti suaminya nggak becus?
Ada sedikit cerita.
Seorang teman akhirnya menikahi kekasihnya beberapa tahun yang lalu. Saat mereka menikah, posisinya adalah si teman adalah seorang head of general affairs di sebuah pabrik kosmetik besar, sedangkan istrinya adalah seorang dosen. Keduanya punya gaji yang besar, meski gaji sang istri agak lebih kecil karena saat itu posisinya masih dosen muda.
Karena ingin membangun bisnis sendiri, si teman akhirnya resign dan merintis usaha propertinya. Ternyata, nasib berkata lain. Ia kena tipu dan akhirnya kehabisan modal. Untuk kembali bekerja, ia merasa sudah terlalu berumur. Sudah susah cari kerja, karena kebanyakan perusahaan selalu mematok usia muda sebagai karyawan baru. Kecuali untuk menempati posisi manajer, mungkin masih bisa. Tetapi, lebih sulit pastinya mencari lowongan manajer.
Akhirnya lama kelamaan, mereka bersepakat. Istri tetap bekerja sebagai dosen (bahkan kemudian bisa menempuh S3, dan bergelar doktor. Sekarang sedang dalam perjalanan menuju guru besar di usianya yang masih berkepala 4). Gajinya semakin besar, bahkan bisa dipakai untuk KPR dan operasional rumah tangga, pastinya. Sementara sang suami tinggal di rumah, urus anak, urus keperluan rumah tangga, sambil mencoba kembali merintis bisnis impiannya: bisnis properti, meski tertatih. Tugas utamanya: ternak teri–anter anak anter istri.
Pergantian Peran dalam Rumah Tangga: Hal Biasa
Kalau dilihat, kisahnya cukup miris. Tak sekali keduanya berada di kondisi tak mengenakkan karena permasalahan “bertukar peran” seperti ini. Apalagi di zaman modern, tapi yang berpikiran konvensional masih bertahan. Banyak pihak yang melontarkan komentar miring terhadap pasangan ini.
“Jadi suami kok di rumah saja. Istrinya pergi terus.”
Begitulah mindset kebanyakan dari kita di sini. Saat gaji istri lebih besar, itu berarti ada yang salah. Kesan yang dicuatkan adalah istri yang nggak peduli terhadap keluarga, atau suami yang nggak becus cari uang.
Padahal, kalau berbicara soal rumah tangga, seharusnya pasangan adalah partner bukan? Jika suami memang sedang ada kesulitan, maka tugas istrilah untuk membantunya, dalam bentuk apa pun. Tapi, saat si istri berhasil dan sukses, cibiran pun mengalir.
Bukankah sebenarnya tak pernah ada aturan resmi yang mengatur pembagian peran dalam rumah tangga? Tapi, menurut Papalia dan Martorell, dalam buku Experience Human Development, memang ada perspektif yang disebut dengan gender roles pada kebanyakan budaya, yang membuat kita menjadi punya pandangan tertentu terhadap pembagian peran ini, yaitu perempuan itu tugasnya mengurus rumah tangga dan anak-anak, sedangkan suami mencari nafkah dan melindungi keluarga.
Meski demikian, kondisi gaji istri lebih besar dan mungkin membuat suami cemburu ini sebenarnya bisa diatasi. Pasangan suami istri tersebut haruslah mengingat 5 hal berikut.
1. Komunikasi
Yes, yakinkan diri terlebih dahulu bahwa hal seperti ini bisa diatasi, terutama jika komunikasi antara suami dan istri sudah terjalin dengan baik.
Untuk kasus di atas, misalnya. Memang mereka pernah berada di fase saling mencurigai, tapi melalui komunikasi yang intens, akhirnya keduanya bersepakat lagi. Bahwa apa yang terjadi di dalam rumah tangga mereka, harus tetap berada di dalam rumah. Artinya, orang lain di luar tak perlu tahu secara detail, sehingga tak perlu pula mencampurinya.
Gaji istri lebih besar termasuk privacy rumah tangga. Tak perlulah orang lain tahu. Kalau sudah begini, omongan yang lalu-lalang di luar sana, juga tak perlu terlalu diambil hati. Yang penting, bagaimana menjalin komunikasi dengan pasangan, agar kondisi ini dapat diterima oleh kedua belah pihak dengan ikhlas.
2. Kembali pada komitmen berbagi peran
Komunikasi sudah jalan, maka kembali ke komitmen berbagi peran menjadi hal penting berikutnya yang harus segera dilakukan, jika ternyata suami merasa resah akibat gaji istri lebih besar.
Masalah ekonomi memang terbukti menjadi penyebab pertama terbesar pasangan suami istri yang cekcok, bahkan berakhir bercerai. Namun, bukan berarti tak bisa diatasi. Dan, untuk bisa mengatasinya, kembali mulai ke awal adalah langkah yang terbaik.
3. Tekan rasa gengsi dan pikiran negatif
Tak hanya suami sebenarnya yang berpeluang untuk punya keresahan akibat gaji istri lebih besar. Sang istri sendiri mungkin juga digelayuti pikiran negatif. Hal seperti ini memang mudah sekali saling memengaruhi. Saat yang satu berpikiran negatif, maka yang lain besar kemungkinan akan ketularan juga.
Jika suami cemburu atau resah, maka bisa jadi sang istri juga merasakan hal yang sama. Akibatnya, kemungkinan ia juga jadi tak bisa menunjukkan kinerja yang baik di kantor. Akhirnya produktivitasnya menurun, yang bisa saja memengaruhi besaran pendapatan yang akan diterimanya nanti.
Jadi, siapa yang rugi? Semua pihak.
Karena itu, demi kemaslahatan bersama, tekan dan kesampingkan rasa gengsi dan pikiran negatif.
4. Tempatkan diri sesuai kondisi
Gaji istri lebih besar memang bisa menunjukkan bahwa istri lebih sukses ketimbang suami. Meski demikian, ia seharusnya tetap dapat menempatkan diri bahwa jika di rumah, kepala keluarga tetaplah suami, meski suami punya gaji lebih kecil, jabatan lebih rendah, bahkan jika suami sedang tak punya pekerjaan. Suami adalah partner dan pasangan hidup, suami tidak sama dengan karyawan atau bawahan istri di kantor.
Jika istri dapat menempatkan diri dengan baik, maka diharapkan kehidupan rumah tangga akan berjalan dengan baik, seiring dengan kesuksesannya dalam berkarier.
Bisa dibayangkan, jika si istri yang lebih sukses ini selalu memamerkan dan membanggakan diri di depan suami–apalagi menyepelekannya–wah, sudah pasti akan semakin memperuncing konflik yang sudah ada.
5. Buat waktu untuk berdua
Selalu sediakan waktu untuk satu sama lain. Suami perlu menyediakan telinganya untuk mendengarkan cerita istri mengenai kariernya, begitu pula dengan istri. Dengarkan cerita suami tentang apa pun.
Gaji istri lebih besar tak berarti menutup telinga terhadap pendapat pasangan, bukan?
Jika masalah masih saja tetap terjadi sampai di sini, maka masing-masing sebaiknya menyadari kembali tujuan awal menikah. Dengan kesadaran ini, biasanya akan timbul lagi pemahaman bahwa kehidupan berumah tangga itu seharusnya lebih berharga daripada materi yang didapatkan selama ini.
QM Financial sering lo mengadakan kelas finansial khusus untuk pasangan. Jika Anda mempunyai kasus yang sama seperti di atas–saat gaji istri lebih besar daripada suami, dan menemui masalah dengan hal ini–maka Anda bisa follow akun Instagram QM Financial, agar nggak ketinggalan info kalau diadakan kelas finansial khusus pasangan.
Selain itu, banyak juga kelas-kelas finansial lain yang bisa dipilih sesuai kebutuhan lo! Cek jadwalnya di sini ya.
Mati Lampu se-Jabodetabek: 5 Barang yang Tiba-Tiba Laris Dijual Saat Listrik Padam
Hari Minggu yang biasanya media sosial dipenuhi dengan foto-foto liburan atau kulineran, tiba-tiba dipenuhi dengan update berisi keluh kesah, utamanya oleh sebagian besar penduduk Pulau Jawa. Konon, ada kerusakan gas turbin Suralaya dan Cilegon mengalami trip atau gangguan, sehingga menyebabkan mati lampu se-Jabodetabek.
Luar biasa, hashtag #matilampu, #matilistrik, dan #listrikpadam pun bergantian menjadi trending topic dunia, mengalahkan hashtag #earthhour yang didengungkan setiap tahun. Ya, enggak heran sih, karena begitu mati lampu atau ada pemadaman listrik, sudah pasti deh, banyak hal lain yang bakalan terganggu juga. Mulai dari sinyal handphone susah, air ikut padam, hingga lampu lalu lintas pun nggak bisa beroperasi sebagaimana mestinya. Apalagi ini mati lampu se-Jabodetabek. Wah, lumpuh massal pastinya.
Untungnya (atau ruginya?) ini terjadi di hari libur. Kalau terjadi saat hari kerja? Pasti bakalan lebih heboh kan? Meski demikian, yakin deh, banyak bisnis yang merugi saat mati lampu se-Jabodetabek kemarin.
Tapi … bukankah setiap hal selalu punya dua sisi? Apakah tidak ada yang sisi “menguntungkan” dari mati lampu se-Jabodetabek ini? Ternyata ada!
5 Barang yang tiba-tiba laris dijual, ludes, bahkan jadi langka dan tetap dicari saat ada pemadaman listrik, apalagi kalau terjadi massal seperti mati lampu se-Jabodetabek kemarin
1. Lilin
Memantau situasi semalam, banyak warganet mengeluhkan kurangnya ketersediaan lilin di minimarket-minimarket. Ya enggak bisa dimungkiri, lilin pasti menjadi barang nomor satu paling dicari dan laris terjual kalau terjadi pemadaman listrik, apalagi kalau area pemadamannya luas seperti mati lampu se-Jabodetabek semalam.
Yang tadinya lilin barangkali hanya laku kalau ada acara ulang tahun, sekarang jadi seakan barang yang paling berharga dan bermakna yang pernah ditemukan oleh umat manusia.
2. Genset
Juga dari pantauan terlihat, yang sudah punya genset, mulai menggunakannya lagi. Yang belum punya, ada yang mulai berpikir untuk membeli juga. Apalagi sampai dengan Senin pagi (05/08/19) ini listrik di Jabodetabek masih belum stabil. Beberapa daerah kembali mengalami pemadaman, bahkan ada juga yang masih belum menyala sama sekali.
Buat yang punya usaha jual beli genset, hal ini bisa jadi peluang untuk menjual produk lebih banyak nih. Jangan lupa, tawarkan diskon ya, agar yang beli semakin banyak.
3. Emergency lamp
Emergency lamp biasanya juga menjadi barang penting di rumah, terutama jika di daerahnya sering terjadi pemadaman listrik. Apalagi jika di rumah ada bayi, balita, ataupun lansia, emergency lamp ini vital banget.
Beberapa warganet juga terlihat memamerkan emergency lamp masing-masing di media sosial semalam saat terjadi mati lampu se-Jabodetabek. Sementara itu, memantau pergerakan kata kunci pencarian di Google, lampu LED yang merupakan salah satu bagian dari emergency lamp juga tampaknya laris dicari.
4. Petromaks
Mungkin barang ini akan langka ditemukan di pusat kota sebesar Jakarta, tapi yakin deh, di pinggiran masih banyak banget yang jualan. Memantau kondisi mati lampu se-Jabodetabek kemarin, yang ternyata sampai juga di daerah Sumedang dan Tasikmalaya, banyak juga warga masyarakat mempergunakan petromaks sebagai pengganti alat penerangan.
Kalau dibandingkan dengan lilin, cahaya petromaks memang lebih terang. Hanya saja memang butuh sedikit tambahan usaha saat menyalakannya. Tapi, ketimbang gelap, petromaks lumayan banget.
5. Kartu remi dan board games
Mati lampu se-Jabodetabek mengakibatkan juga hilangnya sinyal sebagian provider selular di daerah tersebut. Alhasil, banyak yang nganggur gabut, nggak tahu mesti ngapain.
Sebagian warga justru mensyukuri hal ini karena mereka lantas keluar dari rumah masing-masing, saling ngobrol dengan tetangga–bahkan ada yang mengaku, baru kenalan saat itu juga dengan tetangga mereka. Di beberapa tempat nampak warga ataupun keluarga yang akhirnya bikin acara sendiri untuk mengisi waktu. Ada yang main kartu remi, ada yang main board games seperti ludo ataupun monopoli. Banyak warga Twitter yang mengaku justru berterima kasih pada PLN, karena kalau biasanya listrik menyala, mereka malah masing-masing sibuk dengan urusan sendiri-sendiri.
Hmmm, menarik!
Well, see? Memang selalu ada 2 sisi dari setiap hal, bahkan yang kita anggap paling buruk sekalipun.
Selain beberapa hal di atas, ada hal lain yang juga bisa kita pelajari dari kejadian mati lampu se-Jabodetabek ini, yaitu buat yang terbiasa cashless atau memanfaatkan e-money dan e-wallet, kali ini mungkin akan terasa tak berdaya. Karena banyak alat e-money yang harus memanfaatkan listrik agar berfungsi. Ini berarti kalau mati lampu, maka transaksi pun lumpuh.
Karena itu, meski kita sekarang banyak memanfaatkan e-money atau e-wallet, ada baiknya kita juga punya uang tunai di dompet atau disimpan di rumah, meski tak banyak.
Well, berharap kondisi segera membaik untuk semuanya ya, agar bisa kembali beraktivitas normal seperti biasa.
Terus ikuti update mengenai literasi keuangan di Instagram QM Financial ya, untuk mendapatkan banyak tip keuangan praktis langsung dari ahlinya.
Ini Dia 5 Ciri Perusahaan Akan Bangkrut
Apa mimpi terburuk seorang karyawan? Salah satunya adalah ketika perusahaan akan bangkrut dan dibayangi PHK.
Yes, sebagai seorang karyawan, pastinya kita akan selalu berharap, bahwa pekerjaan kita akan selalu lancar. Yah, setidaknya sampai waktunya tiba bagi kita untuk pensiun. Maunya sih ya, selama sebelum usia 55 hingga 60 tahun, kita bisa kerja dengan baik, lancar, kalaupun ada masalah ya bisa dilalui dengan baik pula. Setiap karyawan pasti berharap demikian.
Tetapi, siapa yang bisa menjamin hidup itu selalu lancar? Apalagi di dunia kerja. Masalah paling ditakuti oleh setiap karyawan pun bisa terjadi sewaktu-waktu, yaitu perusahaan akan bangkrut dan mereka akan terkena badai PHK.
Ouch. Amit-amit, jauh-jauh deh!
Namun, meski demikian, peluang ini akan selalu ada lo. Bukankah semua bisa saja terjadi, dan risiko itu selalu ada di setiap hal? Yes, meski kita tak berharap demikian, tapi ada baiknya juga untuk kita selalu bersiap. Bersiap seperti apa? Salah satunya dengan mengenali ciri-ciri perusahaan akan bangkrut, dan badai PHK akan sebentar lagi datang.
Memangnya bisa ya, kita lihat secara kasatmata gitu, ciri perusahaan akan bangkrut? Bisa banget, apalagi kalau sebelumnya kita adalah karyawan yang memang benar-benar terlibat dalam setiap aktivitas bisnis perusahaan. Tanda-tanda berikut ini akan dengan mudah dirasakan dan diketahui.
5 Ciri dan tanda perusahaan akan bangkrut, dan saatnya bersiap bagi karyawan
1. Menurunnya penjualan
Pertanda utama yang paling jelas adalah menurunnya penjualan, atau pemasukan perusahaan. Ini bisa sekali terlihat oleh karyawan dari bagian mana pun. Penjualan yang tersendat akan menghasilkan cash flow yang rendah.
Tak perlu menjadi karyawan bagian keuangan atau finance untuk bisa melihat tanda pertama ini. Misalnya, karyawan bagian purchase atau produksi, saat permintaan dana untuk melaksanakan proses produksi selalu mengalami kesulitan dan makin sulit saja, maka itu sudah menjadi pertanda ada yang tak beres dengan cash flow perusahaan.
2. Hak karyawan mulai dikurangi
Tanda lain perusahaan akan bangkrut adalah saat hak-hak karyawan mulai dikurangi. Misalnya saja, sebelumnya ada tunjangan makan atau tunjangan transport. Kemudian secara mendadak, ada pengurangan nominal tunjangan, atau malah dihilangkan.
Bisa juga ada penundaan pembayaran hak karyawan, atau bahkan keterlambatan pembayaran gaji.
Kalau sudah begini, ada baiknya juga kita berinisiatif untuk melakukan komunikasi dengan pihak perusahaan, mengenai penyebab keterlambatan gaji atau pemotongan hak kita sebagai karyawan ini. Mungkin bisa juga ditawarkan solusi-solusi yang bisa meringankan beban kedua belah pihak.
3. Bergantinya jajaran manajemen secara mendadak
Pergantian jajaran manajerial secara mendadak juga bisa menjadi salah satu ciri perusahaan akan bangkrut, apalagi jika jabatan-jabatan yang diganti adalah jabatan penting dalam struktur organisasi perusahaan.
Pergantian jabatan–termasuk jika ada rekrutmen baru untuk jabatan dan posisi-posisi penting–biasanya merupakan salah satu tindakan antisipasi “penyelamatan kapal yang hendak tenggelam”. Biasanya diharapkan, dengan manajemen yang baru di bawah pimpinan orang baru yang dianggap lebih ahli, maka perusahaan akan bisa diperbaiki dan akhirnya terselamatkan.
4. Banyak kebijakan berubah secara mendadak
Tak hanya jajaran manajer yang berubah dan berganti, banyak kebijakan juga akan berubah, disesuaikan dengan kondisi darurat, juga menjadi pertanda perusahaan akan bangkrut.
Yang paling jelas biasanya bisa dilihat pada penganggaran. Perusahaan yang akan bangkrut biasanya melakukan pengetatan pengeluaran, memangkas biaya-biaya yang dianggap tak perlu atau kurang efisien.
5. Pindah ke kantor yang lebih kecil
Ciri lain yang bisa mudah terlihat kalau perusahaan akan bangkrut adalah ketika harus pindah ke bangunan atau ruang kantor yang lebih kecil dibandingkan yang lama. Apalagi jika kantor masih menyewa tempat, bukan milik sendiri.
Pindah kantor ke bangunan atau ruangan yang lebih kecil atau lebih minimalis memang bisa memangkas biaya di beberapa aspek, salah satunya biaya sewa. Ini juga merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menstabilkan kembali keuangan yang mungkin sekarang sedang dalam kondisi sulit.
Nah, pernahkah mengalami beberapa hal di atas saat kamu bekerja di sebuah perusahaan? Kalau iya, well, mungkin sekarang saatnya untuk mulai mengecek kondisi dana darurat kamu. Apakah jumlahnya cukup setidaknya sampai 3 bulan ke depan? Terutama bila kamu mengalami keterlambatan pembayaran gaji.
Dan, setelah itu, pastinya kamu harus segera melakukan beberapa langkah antisipasi jika hal terburuk benar-benar terjadi.
Yah, semoga kita semua tak harus menghadapi kondisi yang tak mengenakkan ini ya.
Yuk. gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, terutama untuk membantumu melewati saat-saat tersulit dalam hidup. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.
5 Jebakan Promo Belanja Online untuk Para Karyawan yang Harus Diwaspadai
Sudah pada gajian ya? Gimana, gimana? Apakah ada kenaikan? Belum ya? Nggak apa-apa, terus berusaha untuk memperlihatkan kinerja yang baik, pada saatnya nanti pasti akan ada hasilnya. Nah, sudah dibagi ke dalam pos-pos anggaran belum? Belum? Tapi sudah window shopping, siapa tahu ada promo belanja online? Uh oh!
Memang nih, kalau mendekati tanggal-tanggal gajian begini, adaaa aja promo belanja online yang mampir ya, entah ke handphone melalui SMS, atau notif aplikasi, ataupun ke email melalui newsletter. Godaan yang sungguh berat bagi seorang insan karyawan biasa dengan gaji yang belum naik juga. Duh.
Satu sisi, tawaran promo belanja online ini memang lumayan sih, untuk bisa mendapatkan barang-barang mahal. Kalau memang dibutuhkan, promo dan segala bentuk diskon ini bisa jadi jurus hemat yang jitu. Tapi, kalau tiap kali gajian terus belanja atas nama “mumpung diskon” bahkan untuk barang-barang yang enggak dibutuhkan benar-benar … ya jadi tekor juga ya?
Padahal, gaji kan harus dicukupkan sampai nanti waktunya gajian lagi? Kalau begitu, yuk, coba kenali beberapa jenis promo belanja online yang biasanya banyak beredar di sekitar tanggal gajian, supaya kita bisa tahu kapan perlu diambil dan kapan perlu diabaikan.
5 Jenis promo belanja online yang biasanya berada di sekitar waktu gajian para karyawan hingga bikin kalap
1. Payday promo
Payday promo ini biasanya hampir bisa dipastikan ada di sekitaran waktu gajian para karyawan, sekitar tanggal 25 hingga sekitar tanggal 4 setiap bulan. Biasanya berupa diskon sekian persen untuk barang-barang jualan tertentu yang berlaku di tanggal yang terbatas juga.
Hal baiknya, si pemilik toko online memperhatikan kebutuhan para karyawan yang tergantung banget pada gaji mereka yang dibayarkan di tanggal tertentu ini. Kabar buruknya, kalau para karyawan enggak bisa memilah mana barang yang sekadar diinginkan atau dibutuhkan benar-benar, wah … bisa saja uang gaji langsung ludes seketika.
2. Flash sale
Flash sale ini durasi promonya biasanya memang sangat pendek. Kadang bahkan hanya dalam hitungan jam, dan pernah tuh ada toko online yang mengadakannya di tengah malam. Dan, langsung ludes. Padahal barang yang ditawarkan adalah gadget yang enggak murah harganya, tapi didiskon sampai 70%.
Flash sale juga sering diadakan di sekitar tanggal gajian. Tujuannya jelas, supaya banyak yang berminat. Kadang yang ditawarkan adalah barang-barang langka atau yang tak terjangkau, lalu didiskon habis-habisan.
Memang, kondisi “kesempatan dapat diskon gede” atau “mumpung didiskon” ini membuat kita jadi sulit untuk menimbang dan berpikir panjang, ya kan?
3. Promo gratis ongkos kirim
Ini sih umum banget terjadi. Belanja online dengan memanfaatkan gratis ongkos kirim ini kadang juga dimanfaatkan saat gaji sudah menipis. Paling sering sih dipakai kalau lagi cari makan siang dengan pesan makanan secara online. Ya kan?
Sampai semua orang di kantor ditanyain, ada yang mau barengan enggak, demi promo gratis ongkos kirim. Padahal ya, kalau bawa bekal dari rumah untuk makan siang di kantor mah gratis ongkos kirim terus selama-lamanya. Iya nggak?
4. Beli 1 dapat 2
Jadi ingat salah satu adegan di film Dua Garis Biru. Saat Bima membelikan rok seragam untuk Dara, yang kegedean. Dia juga beli 2 karena dapat gratis satu rok lagi.
Ya gitu deh, banyak dari kita juga gitu kan. Sebetulnya cuma butuh satu aja, tapi karena penawaran beli 2 gratis satu, malah jadi beli 3 biji. Sebetulnya cuma butuh ngeluarin duit Rp100.000 aja, jadi mesti bayar Rp200.000 kan? Kalau misal harga barangnya sejuta, jadi beli dua juta. Memang dapat 3, tapi kan cuma butuh sebiji doang. Yang 2 buat apa coba?
5. Cashback
Cashback ini adalah jenis promo belanja online yang memberikan potongan harga pada pembeli melalui virtual account atau e-payment. Nah, biasanya, cashback ini bisa dipakai untuk belanja lagi kapan-kapan. Untuk bisa dapat cashback ini, biasanya ada nominal tertentu yang harus dibelanjakan dulu.
Nah kemudian, sudah bisa ditebak deh. Demi cashback banyak yang bersedia untuk belanja banyak, padahal sebenarnya enggak terlalu butuh juga. Atau ngider di kantor, nawarin teman-teman siapa yang mau beli sekalian, supaya bisa belanjanya nyampe ke nominal minimal itu. Wah, jadi sales toko online dadakan dong yah.
Memang akan selalu ada saja akal para pengelola toko online untuk memberikan berbagai jenis promo belanja online ini. Mereka enggak salah sih, karena bagaimanapun caranya, mereka kan harus bisa menjual barang-barang dagangan mereka. Kita saja yang memang harus bisa bijak berbelanja, bukan?
Yuk, belajar lagi mengelola cash flow gaji, agar enggak terjebak promo belanja online di kelas finansial online QM Financial. Follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai tip keuangan praktis yang jitu.
Pamer Tas 20 Juta atau Barang Mewah Lain, Pastikan Sudah Punya 5 Hal Ini
Jaket 33 juta, ikat pinggang 25 juta, jam tangan 21 juta, sepatu 13 juta, dan tas 20 juta? Boleh saja dipamerin. Iya dong, kan punya sendiri ini. Kalau punya barang mewah, ya bolehlah dipamerin. Nggak semua orang punya kan? Zaman media sosial begini, bebas.
Tapi awas, pamernya jangan kelewatan, apalagi sampai bilang yang enggak bisa beli tas 20 juta itu orang miskin. Mana tahu, orang-orang yang dibilang miskin ternyata malah seorang “pemilik” perusahaan-perusahaan kelas kakap yang punya nilai likuiditas tinggi di Bursa Efek Indonesia?
Yes, kita semua juga boleh pamer barang mewah apa pun yang kita punya, asalkan sudah punya juga beberapa hal berikut ini.
5 Hal yang harus dipastikan dulu sebelum pamer barang mewah di media sosial
1. Utang lunas
Sudah tahu kan, kalau ada 2 jenis utang? Yes, utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif terjadi kalau kita berutang untuk barang atau sesuatu yang di kemudian hari akan menghasilkan uang lagi untuk kita. Utang konsumtif adalah utang yang kita lakukan demi membeli sesuatu yang tidak akan menghasilkan uang kembali, malahan justru menurun nilainya. Termasuk barang mewah nih, biasanya.
So, mau pamer tas 20 juta? Ya, nggak masalah. Pastikan saja tas 20 juta itu bukan tas yang dibeli dengan utang kartu kredit, yang dibayarnya dengan minimum payment, dan sampai bertahun-tahun nggak lunas juga.
2. Rajin berinvestasi
So, mau pamer punya tas 20 juta? Boleh, boleh. Tapi, pastikan juga rajin berinvestasi dan perbarui portfolionya.
Belum tahu saham apa saja yang oke? Tenang, kita bisa kok belajar, mulai dari berkenalan dulu, lalu belajar menganalisis, dan akhirnya coba simulasi. Kalau sudah oke, baru deh beli saham. Pastinya kita sudah bisa punya bekal pengetahuan, saham mana saja yang sekiranya bisa mendatangkan keuntungan.
Untuk belajar step by step, kita bisa belajar dari ahlinya langsung, yaitu The Indonesia Capital Market Institute atau TICMI. Ada lo kelasnya di setiap Senin, silakan cek di jadwal kelas finansial online ya.
3. Punya properti
Meski usia masih muda (mungkin juga masih tinggal dengan orang tua), sebisa mungkin deh sudah (mulai) punya properti. Terutama buat yang termasuk generasi millenial dan gen Z nih, lantaran gaya hidup mereka ini disinyalir sudah tinggi sejak lahir.
Ya, kayak pergi ke sekolah aja outfitnya sampai 100 juta, contohnya. Uang 100 juta bisa banget untuk DP KPR ya kan?
Mungkin rumah orang tua memang besar, cukup bisa menampung sampai belasan orang, pun nanti jika masing-masing sudah menikah dan punya anak. Tetapi punya properti sendiri merupakan simbol kemandirian kita lo.
Jadi, jangan sampai bikin prediksi banyak orang tentang para millenial yang enggak bakalan bisa punya properti sebagai salah satu instrumen investasi karena lebih memilih bergaya hidup mewah terbukti ya.
4. Punya proteksi
Punya tas 20 juta dan barang mewah lainnya nggak akan ada artinya jika kita nggak punya proteksi. Coba bayangkan deh, sudah kerja keras tapi nggak punya asuransi jiwa atau asuransi kesehatan.
Kalau misalnya sakit lalu harus rawat inap, kira-kira rumah sakit mau dibayar pakai tas mahal enggak ya? Kayaknya enggak kan ya? So, mending lengkapi asuransinya, mulai dari asuransi jiwa hingga asuransi kesehatan.
Yang asuransi kesehatan, jangan lupa sertakan juga semua anggota keluarga kita ya.
5. Ikut seri kelas finansial online QM Financial
Apalah arti punya banyak barang mewah tapi di baliknya tersembunyi pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga yang acak adut?
Punya uang 20 juta? Sebelum dibelikan tas, coba deh dipakai dulu buat ikutan kelas-kelas finansial online-nya QM Financial. Per seri kelasnya terjangkau banget kok, nggak sampai jutaan. Dua puluh juta dipakai buat mengupgrade diri di QM Financial mah bisa berapa ronde tuh, dan masih sisa.
Kalau sudah ikut semua kelasnya, boleh banget dipamerin lo di media sosial. Jangan lupa tag QM Financial ya!
Nah, sudah punya kesemua 5 hal di atas? Sok atuh, pamerin semua “barang mewah” yang sudah dipunya itu di media sosial! Tapi sebaiknya juga jangan asal pamer, ajak dan berikan inspirasi pada semua orang untuk ikuti jejakmu.
3 Pentingnya Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat dan 3 Cara Mewujudkannya
Lingkungan kerja yang sehat ini kadang kala agak dilupakan prioritasnya, dianggap remeh dan tak sepenting aspek lainnya.
Pernah suatu kali, saya bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan produk interior. Memang produk-produk furnitur yang dijual, dibuat oleh pengrajin yang lokasinya tersebar di luar kantor. Namun, tak jarang produk dibawa masuk ke workshop kami untuk difinishing. Dan, pekerjaan finishing produk kayu pastinya tak lepas dari debu-debu serat kayu yang beterbangan ke sana kemari, plus aroma-aroma cairan-cairan finishing yang menyengat.
Untuk para pekerja yang langsung terlibat di workshop memang semua memakai perlengkapan untuk melindungi diri. Tapi buat yang bekerja di bagian kantor–letaknya memang ada di bagian depan, tapi tetap saja debu-debu kayu bisa menembus angin-angin–para karyawan banyak yang tidak mengenakan perlengkapan sebagaimana yang langsung menangani workshop. Belum lagi suara bising mesin-mesin yang cukup memekakkan telinga.
Kalau hanya sekali dua kali, ya mungkin belum terlalu terpengaruh. Tapi, lama kelamaan–apalagi bagi yang punya riwayat penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan, asthma misalnya–hal ini akhirnya menjadi masalah besar.
Cerita di atas mungkin tak hanya terjadi di perusahaan satu ini saja. Bisa saja kejadian serupa atau lebih parah lagi dialami oleh karyawan lain dari berbagai sektor usaha. Meski mungkin kondisi perusahaan berbeda-beda, namun ada baiknya lingkungan kerja yang sehat juga diwujudkan, berbarengan dengan fasilitas dan benefit lain yang mungkin ditawarkan oleh perusahaan.
Mengapa lingkungan kerja yang sehat ini penting artinya?
1. Menekan sick leave
Sick leave atau izin sakit biasanya memang diberikan pada karyawan yang memang butuh beristirahat karena sakit. Ada perusahaan yang memperbolehkan karyawan untuk beristirahat di rumah tapi kalau lebih dari 2 hari diwajibkan untuk menyerahkan surat izin dokter. Ada pula perusahaan yang mewajibkan sudah ada surat izin dokter meski karyawan hanya tidak masuk kerja satu hari saja.
Ini pastinya kembali ke kebijakan perusahaan masing-masing.
Meski memang memberi izin, tetapi jika sampai izin sakitnya terlalu banyak dalam satu tahun, tentunya hal ini akan mengganggu kinerja tim secara keseluruhan. Perlu dicari masalah penyebab, mengapa sick leave ini tinggi. Mungkin saja salah satu penyebabnya adalah kurang tersedia lingkungan kerja yang sehat.
2. Karyawan lebih bahagia dan enjoy dalam bekerja
Dengan lingkungan kerja yang sehat, pastinya karyawan akan lebih enjoy dalam bekerja. Kebahagiaan mereka dalam bekerja ini sangat penting lo, karena dengan demikian mereka akan berusaha untuk memberikan yang terbaik dari diri mereka bagi tujuan bersama.
Karyawan yang bebas stres akan menunjukkan kinerja yang baik dan akan bisa mencari solusi yang paling jitu untuk memecahkan masalah yang terjadi seputar pekerjaan mereka.
3. Meningkatkan produktivitas
Karena karyawan enjoy bekerja, bebas stres–terutama karena tempat kerjanya begitu nyaman–pastilah produktivitas kerja mereka juga meningkat.
Hal ini memang akhirnya menjadi efek domino sih. Lingkungan kerja yang sehat, karyawan enjoy kerja, mereka juga nggak mempunyai masalah terlalu berat dalam hidup (bebas utang, misalnya), akhirnya produktivitas pun meningkat juga.
Formulanya memang sudah begitu.
Lalu, gimana caranya mewujudkan lingkungan kerja yang sehat ini?
Cara menjamin lingkungan kerja yang sehat
1. Pastikan sirkulasi udara cukup
Sirkulasi udara yang bersih adalah mutlak. Saat udara di ruang kerja pengap, dicemari oleh bau-bauan yang menyengat (seperti kasus workshop furnitur di atas) pastinya akan tidak berdampak baik bagi kesehatan karyawan.
2. Ruangan kerja menerima pencahayaan alami yang cukup
Meski mungkin sehari-harinya menggunakan AC dan tertutup, tapi ada baiknya secara periodik ruang kerja juga menerima cahaya alami yang langsung masuk ke dalam ruangan. Terutama di pagi hari.
Sudah tahu kan ya, kalau cahaya matahari pagi itu menyehatkan? Selain baik untuk menyebarkan vitamin D, cahaya matahari juga akan baik untuk mengusir kelembapan yang diakibatkan oleh paparan AC secara terus menerus. Pun cahaya matahari bisa mengusir jamur-jamur yang mungkin tumbuh di dalam ruangan.
Situs Healthline juga pernah menjelaskan, bahwa sinar matahari pagi, utamanya, dapat memengaruhi produksi hormon serotonin, yaitu hormon yang memengaruhi kondisi suasana hati kita lo.
3. Pastikan jauh dari sumber pencemaran
Pembagian dan penataan ruangan memang sangat menentukan. Ruang-ruang produksi yang berisiko mengeluarkan berbagai zat pencemar sebaiknya diletakkan agak jauh dari ruangan kantor administrasi. Atau, bisa juga diberi lapisan pelindung agar zat yang beracun dan berbahaya tidak menyebar ke mana-mana.
Tentunya, pihak perusahaan lebih tahu ya, bagaimana mengatasi hal ini yang sesuai dengan kondisinya masing-masing.
Kesehatan karyawan sangat penting artinya bagi perusahaan. Meski perusahaan mungkin sudah menyediakan berbagai tunjangan dan benefit untuk membantu karyawan yang sakit, tentunya akan lebih baik jika karyawan didukung dengan lingkungan kerja yang sehat sehingga mereka pun tidak sampai sakit.
QM Financial bersedia membantu perusahaan mana pun untuk memberikan edukasi keuangan dan human capital sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan lo! Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Jadi Youtuber Sukses Kayak Ria Ricis, Atta Halilintar atau Kimi Hime, 3 Hal Prinsip Ini yang Harus Kamu Tahu
Ada yang nggak kenal dengan Atta Halilintar atau Ria Ricis? Pasti malah sudah subcscribe di Youtube mereka ya? Atau barangkali subscribe juga di channel milik Kimi Hime, Youtuber Indonesia yang sekarang lagi bermasalah dengan Kominfo, lantaran kontennya dianggap vulgar? Pernah bertanya-tanya enggak, kok sekarang semua orang pengin jadi youtuber?
Jadi Youtuber, Profesi Baru?
Ria Ricis dan Atta Halilintar bukanlah penyanyi atau pemain sinetron stripping. Ya, meski kalau Ria Ricis sudah mulai diajak main film. Atta Halilintar juga sudah mulai sering nongol jadi host acara. Tapi, mereka bukan artis, tapi mereka bak artis buat para penggemarnya. Ria Ricis punya subscriber berjumlah 15 juta, sedangkan Atta katanya bersubscriber tertinggi se-Asia Tenggara, yaitu 18 juta. And counting!
Melihat kesuksesan keduanya, nggak heran beberapa artis Indonesia pun ikut pengin jadi Youtuber. Apakah bisa sesukses Ria Ricis dan Atta Halilintar? Belum tentu juga. Bahkan Syahrini saja “masih” 500.000 subscriber saja. Belum bisa menyaingi angka subscriber Ria dan Attar yang fantastis.
Belakangan jadi Youtuber dianggap sebagai profesi baru yang memang sangat menjanjikan. Kalau dilihat-lihat, bikin video untuk bisa diunggah di Youtube itu nggak serempong bikin album musik dan bahkan main film. Mengunggah video ke Youtube juga nggak berbayar alias gratis. Bahkan kalau kita bisa kreatif, produktif, dan bisa punya subscriber banyak, Youtube bahkan akan memberi kita uang karena materi video kita dipasangi iklan.
Berapa sih penghasilan seorang Youtuber dari videonya?
Mari kita lihat. Menurut penelusuran, Ria Ricis diperkirakan mampu menghasilkan Rp2,8 miliar hingga Rp45,5 miliar per tahun melalui video-video yang diunggahnya ke Youtube. Atta Halilintar konon berpenghasilan bervariasi antara Rp3,5 miliar hingga Rp54,6 miliar pertahun.
Wah! Kalau dilihat angkanya sih, pantas saja masing-masing sekarang sudah punya beberapa rumah mewah dan mobil yang harganya luar biasa.
Dan, pantas saja semua orang sekarang pengin jadi Youtuber. Tapi, gimana caranya ya?
Jadi Youtuber, Mesti Tahu Dulu Beberapa Hal Berikut!
1. Aturan minimal jam tayang dan subscriber
Nah, yang pertama mesti dipahami dulu kalau mau jadi Youtuber sesukses Ria Ricis atau Atta Halilintar adalah bagaimana hitung-hitungan iklan yang berlaku di Google. Kok Google? Iya, kan Youtube ini punyanya Google. So, kalau mau jadi content creator di Youtube, maka kita mesti tahu how to deal dengan si raksasa teknologi itu.
Yang jelas, untuk bisa ditaruh materi iklan, kanal Youtube kita harus sudah punya 4000 jam tayang dan 1000 subscriber. Aturan ini ini berlaku sejak 16 Januari 2018. Jadi, nggak cuma sudah diview oleh sekian orang saja, tapi apakah mereka menonton video kita sampai habis, di situlah yang jadi patokan hitungannya.
Untuk apa diberlakukannya aturan tersebut? Ya karena jumlah orang yang pengin jadi Youtuber membludak akhir-akhir ini. Makanya mesti dibatasi, pun supaya enggak pada bikin konten asal jadi juga. Butuh konsistensi untuk bisa terima uang, apalagi yang banyak.
2. Pahami hitungan dasar
Hitungan kasarnya begini. Prinsipnya, kita akan mendapatkan USD 1 untuk 1000 view, ini yang biasa disebut dengan RPM–alias Revenue Per Mille impression.
Jadi kalau video kita di Youtube sudah ditonton oleh 5000 orang, maka kita akan mendapatkan USD 5. Kalau dikonversikan dengan kurs sekarang (Rp14.000/dolar AS), maka kira-kira kita terima sekitar Rp70.000, per video. Nah, kalau kita punya 10 video dengan rata-rata 5000 view, maka berarti kita akan menerima Rp700.000.
Lalu, kalau kayak Ria Ricis yang bisa dilihat oleh 5 juta orang per videonya? Ya jadi akan menerima USD5000, yang setara dengan Rp70 juta. Kalau dia upload 10 video dengan rata-rata 5 juta viewer? Silakan dihitung sendiri seterusnya.
Nah, ini hitung-hitungan kasar. Pada kenyataannya, setiap orang punya RPM yang berbeda, tergantung harga iklannya sendiri, kualitas video, negara asal, hingga kualitas trafik internet yang ditarget. Hitungan ini bisa dilihat di kanal Youtube kita, kalau memang sudah memenuhi syarat untuk dimonetasi. Bisa saja konten kita memang dihargai USD 1–kalau memang layak–tapi juga bisa kurang dari itu.
3. Harus super kreatif
Sekarang, kita tahu, berarti untuk jadi Youtuber dan bisa mendapatkan penghasilan dari video, kita harus kejar dulu syarat 4000 jam tayang dan 1000 subscriber itu. Dan, ini saja sudah PR berat.
Kenapa? Karena sekarang semakin banyak orang yang pengin jadi Youtuber, semua orang berlomba membuat kanal dan konten Youtube. Artinya, semakin banyak saingan.
Ini berarti kita harus selalu super kreatif dalam menciptakan konten. Karena kalau enggak, ya mana bisa menarik orang? Betul nggak?
So, pengin jadi Youtuber? Maka harus siap kerja keras, konsisten, dan paham bahwa nggak ada kesuksesan yang instan.
Nah, kalau sudah berhasil mendapatkan penghasilan dari Yotube, maka PR berikutnya adalah mengelola penghasilan yang sudah kita dapatkan itu. Ria Ricis bisa beli rumah seharga miliaran rupiah dari Youtube juga bukan sekadar punya duit langsung beli. Tentunya, ada perencanaan keuangan yang baik juga di baliknya.
Yuk ikutan kelas-kelas finansial online dari QM Financial, agar semakin terampil mengelola penghasilan yang kita dapatkan dari mana saja, termasuk dari Youtube. Kelasnya online, pakai aplikasi zoom, dan bisa diikuti di mana saja. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA) untuk mendaftar ya.
Banyak juga tip keuangan bisa kamu dapatkan dari kanal Youtube QM Financial lo. Jadi, jangan sampai nggak subscribe ya! Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Mengatasi Stres Kerja Seperti Jefri Nichol, Lakukan 3 Hal Ini Tanpa Narkoba
Beberapa artis kedapatan menggunakan narkoba. Yang paling hangat ada Bang Jefri Nichol, aktor muda berbakat itu. Ia mengaku menggunakan narkoba untuk mengatasi stres kerja. Konon, katanya, narkoba bisa membuatnya rileks karena ia tegang lantaran sedang mempersiapkan film. Ia butuh tidur, jadi mengonsumsi narkoba agar bisa beristirahat.
Kalau dilihat, inti alasannya menggunakan narkoba adalah untuk mengurangi stres saat bekerja.
Stres saat bekerja bisa dialami oleh siapa saja, dari para pekerja lapis terbawah, para karyawan kantoran, manajer, hingga para artis. Dan, pastinya semua orang juga sadar, bahwa setiap pekerjaan punya tingkat stres dan risikonya masing-masing. Meskipun dari luar, pekerjaan itu tampak glamor dan menyenangkan–seperti pekerjaan yang dijalani oleh para selebriti.
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health, tingkat stres saat bekerja yang dialami oleh wanita cenderung lebih tinggi 2 kali lipat daripada para pria. Penyebabnya mulai dari beban pikiran lantaran berperan ganda juga sebagai ibu rumah tangga, hingga masalah pelik semisal diskriminasi masalah gender, pun tingginya risiko mengalami sexual harrassment di lingkungan kerja.
So, dengan demikian, tinggal bagaimana kita mengatasi stres kerja itu saja, karena masalah ini umum dialami oleh semua pekerja yang ada di muka bumi. Apakah kemudian mengonsumsi narkoba hanya menjadi satu-satunya jalan untuk mengatasi stres kerja yang terjadi, atau mengajukan resign setiap kali tertekan di kantor, ataukah kita melakukan beberapa hal yang memungkinkan kita melakukan pekerjaan secara fun?
Kalau orang ehem … waras, pastinya akan berusaha memilih opsi yang terakhir. Lalu apa yang bisa kita lakukan agar pekerjaan bisa lebih fun, dan akhirnya kita bisa mengatasi stres kerja?
3 Hal untuk mengatasi stres kerja
1. Jadwalkan liburan rutin
Liburan itu penting! Siapa yang bilang kita nggak butuh liburan? Duh, kalau ada yang bilang begitu, coba dilihat lagi ke belakang, apakah hidupnya baik-baik saja?
Sekali lagi, liburan itu penting! Karena berlibur itu nggak hanya bisa mengatasi stres kerja, tapi bahkan juga mengurangi risiko depresi dan bisa meningkatkan rasa percaya diri kita.
Tahu nggak sih, di Denmark, para pekerjanya mendapatkan waktu cuti 5 – 6 minggu per tahun lo. Pantas saja Denmark menjadi salah satu dari top 10 the most livable country karena harapan hidup yang tinggi.
Dan Buettner, penulis buku Thrive: Finding Happiness the Blue Zones Way bilang, peraturan pertama untuk mengatasi stres kerja adalah jangan pernah buang jatah cuti begitu saja. Bahkan kalau kita sedang nggak punya uang buat berfoya-foya di suatu tempat yang eksotis, kita tetap bisa memilih liburan murah meriah: staycation.
Nah, karena liburan adalah kebutuhan, maka PR terbesarnya adalah … menyiapkan dana liburan! Jengjeng! *lalu stres lagi*
2. Hangout juga penting
Kadang yang terjadi adalah, kita mengefektifkan waktu kerja sedemikian rupa sehingga kita bisa menghindari lembur dan bisa pulang tenggo, pukul 18.00 tepat, misalnya. Tapi ternyata … tydac gitu juga sih.
Ada kalanya kita perlu bersosialisasi juga dengan rekan kerja yang lain. Nggak ada salahnya kok sekali-sekali hangout bareng, karaokean, makan-makan di food court, atau ngopi di warung kopi kekinian. Ini menjadi cara yang efisien juga buat mengatasi stres kerja. Asalkan dananya ada. Nah.
Jadi, boleh dong kita punya anggaran buat ngopi, makan di luar, or nonton bareng? Boleh banget! Mbak Ligwina Hananto saja bilang boleh kok, hanya pastikan masih dalam batas 20% dari anggaran bulanan kita.
3. Hindari macet
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Princeton University, perjalanan ke kantor adalah hal yang paling tidak favorit yang dilakukan oleh kelas pekerja di pagi hari lo! Bahkan kegiatan membersihkan rumah saja masih lebih favorit ketimbang berangkat kerja.
Kenapa? Yes, macet.
Ada tambahan lain yang menarik juga nih. Scandinavian Journal of Economics menemukan, bahwa pekerja yang menghabiskan waktu sekitar 22 menit ke kantor, memiliki pengeluaran 35% lebih banyak tiap bulannya ketimbang yang tidak. Terutama buat mereka yang tinggal di kota besar, dengan segala hiruk-pikuk kemacetan yang harus dilewati setiap harinya. Wah. bisa dibayangkan deh berapa besar ekstra pengeluaran yang harus disiapkan.
So? Well, sebagian karyawan–terutama yang bekerja di Jakarta–sudah lebih memilih untuk menggunakan transportasi publik. Ada transportasi online, TransJakarta, lalu MRT. Semoga LRT juga segera menyusul diresmikan ya. Ini perubahan bagus sih, untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang beredar di jalan. Buat yang jarak dari kantor ke rumah enggak terlalu jauh, bisa bike to work dong. Selain mengurangi kemacetan, mengatasi stres kerja dengan olahraga juga. Pun, hemat energi.
Atau, kenapa nggak janjian berangkat bareng dengan rekan-rekan sekantor yang arahnya sama. Dulu sih ada komunitas Nebenger ya, entah deh sekarang masih ada atau enggak.
Well, yang pasti, masalah stres saat bekerja ini memang merupakan masalah sejuta umat pekerja di mana pun kok. Meski tingkat, penyebab, dan bentuknya bisa berbeda-beda. Kenapa kita enggak berusaha membuat semuanya jadi fun aja dijalani kan? Dan, bukan malah melarikan diri semacam dengan menggunakan narkoba ataupun memilih resign dan jadi kutu loncat.
Dan, tahu nggak sih. Salah satu pemicu stres saat bekerja itu juga adalah kurangnya keterampilan kita mengelola keuangan pribadi lo! Nah, kalau ini sih obatnya gampang. Ikutan kelas-kelas finansial online dari QM Financial aja. Kelasnya online, pakai aplikasi zoom, dan bisa diikuti di mana saja. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA) untuk mendaftar ya.
Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Gaji Fresh Graduate 8 Juta? Coba Lihat Beberapa Fakta tentang Gaji Pertama
Kalau mengingat beberapa (puluh) tahun yang lalu menerima gaji fresh graduate pertama, dikasih berapa pun rasanya seneng aja. Pertama kalinya bisa cari uang sendiri, bermodal ijazah dan ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah, minim pengalaman, minim pengetahuan praktis selain teori, rasa-rasanya gaji Rp1 juta aja sudah kayak dapat Rp8 juta di zaman sekarang.
Waktu itu juga belum mikirin banyak hal. Asal bisa buat bensin, pulsa (waktu itu juga masih hanya dipakai buat SMSan plus misscall-misscall-an sama gebetan) jadi ya enggak butuh kuota terlalu banyak kayak sekarang, sudah seneng banget. Syukur-syukur sekali waktu bisa ke toko buku, terus keluar sambil menenteng dua tiga novel terbaru karya penulis idola. Makan masih sama orang tua, kadang kalau saudara-saudara ada yang datang atau lagi dapat rezeki, ikut kecipratan angpao juga. Belum ada tanggungan keluarga, apalagi mikirin dana pendidikan anak.
Indahnya hidup sebagai fresh graduate.
Saat nego gaji waktu interview juga dengan polosnya bilang, “Yah, berapa aja deh. Asal sesuai UMR.” Yang penting jangan kelamaan nganggur di rumah. Omongan orang sekitar lebih kejam dibanding gaji Rp1 juta.
Gaji fresh graduate Rp1 juta atau Rp8 juta itu sebenarnya relatif, karena namanya juga gaji, banyak faktor dan komponen yang memengaruhi. Pun sangat subjektif.
Ada yang menganggap Rp1 juta itu sudah cukup banget, karena ya mungkin kurang lebih gambarannya seperti di atas. Masih makan sama orang tua, masih tinggal di rumah yang sama. Nggak butuh apa-apa, dan masih belum punya rencana terlalu jauh. Lagi pula, wewenang dan kewajiban juga masih pemula juga. Masih harus belajar banyak. So, gaji pertama Rp1 juta dirasa cukup bahkan mungkin berlebih, apalagi kalau tinggal di wilayah dengan UMR kecil.
Sementara, ada yang menganggap gaji Rp1 juta itu terlalu kecil. Ada fresh graduate yang memang sudah kaya pengalaman. Mungkin sembari kuliah, dia sudah pernah bekerja cukup lama dan punya jam terbang tinggi. Mungkin juga, sembari kuliah, dia sudah pernah punya bisnis dan jadi founder startup. Siapa tahu kan? Plus, dia tinggal dan mencari kerja di wilayah yang punya UMR tinggi. Ditambah, tanggung jawab dan wewenangnya di pekerjaan barunya juga cukup menantang. Menuntutnya untuk cepat beradaptasi dan belajar secara cepat.
Kalau seperti itu, ya wajar gaji Rp1 juta enggak cukup.
See? Banyak hal yang memengaruhi, so kita harus melihat kondisi realnya. Mari kita lihat.
Beberapa fakta yang mesti diketahui mengenai gaji fresh graduate
1. Gaji dipengaruhi wilayah
Yang perlu pertama kali dipahami adalah gaji itu sangat ditentukan oleh wilayah. Yang di Jakarta sudah pasti berbeda gajinya dengan mereka yang di Jogja. Update terbaru menyebutkan, bahwa UMP tertinggi untuk tahun 2019 masih dipegang oleh Jakarta, yakni sebesar Rp3,9 juta. Menyusul kemudian dengan Papua, Sulawesi Utara, Bangka Belitung, lalu Papua Barat.
So, mau dapet gaji fresh graduate tinggi? Bekerjalah di perusahaan-perusahaan yang berbasis di kota-kota di atas.
Dan, kalau katanya lulusan universitas tertentu skalanya kerja di perusahaan asing, dan menolak gaji pertama sebesar Rp8 juta, rasanya ya wajar. Karena di Malaysia, gaji fresh graduate paling standar adalah Rp9 juta.
Jadi, nggak mau menerima gaji fresh graduate sebesar Rp8 juta? Ya mungkin ada baiknya yang bersangkutan segera mengurus visa tenaga kerja, supaya bisa langsung capcus ke Malaysia, minimal. Bagus kan? Jadi pahlawan devisa dong.
2. Self value
Besar enggaknya gaji fresh graduate juga tergantung pada self value para pelamar kerja. Gampangannya, kalau memang minim pengalaman, hanya punya pengetahuan teoretis dan bukan praktis, dan kemudian setelah melewati psikotes juga terbukti punya soft skill yang kurang, maka sudah bisa dipastikan, “harga diri” juga minim.
Kalau sudah begini, tinggal disesuaikan saja sih dengan kebijakan perusahaan. Pastinya setiap perusahan punya standar dan kebutuhan yang berbeda. Memang di sini, tak hanya soal ijazah terbitan mana saja yang menjadi penentu apakah kita bisa menerima gaji fresh graduate yang tinggi atau enggak. Tapi value diri kita sendiri. Karena kita bekerja hanya membawa diri sendiri saja, enggak ada lagi “sisa-sisa” dari tempat kuliah dulu.
Kalau masih pengin idealis, sebagian pasti berusaha mencari pekerjaan sesuai dengan ilmunya. Tapi, bagi sebagian yang lain, dapat kerjaan apa saja–yang penting halal–dengan gaji berapa pun itu sudah patut disyukuri banget. Karena mungkin kondisi dirinya butuh banget segera kerja dan mendapatkan penghasilan, berapa pun.
3. Tergantung skala perusahaan
Skala perusahaan tempat kita bekerja pertama kali juga akan memengaruhi, tak hanya gaji fresh graduate, tapi bahkan karier kita ke depan. Kalau kita pertama kali langsung bekerja di perusahaan-perusahaan yang bonafid, pastilah gaji juga mengikuti. Sedangkan, kalau kita bekeja di perusahaan average atau bahkan home based business, ya pastinya akan berbeda pula.
Ingat dong, bahasan mengenai menjadi ikan besar di kolam kecil ataukah menjadi ikan kecil di kolam besar. Hal ini juga akan memengaruhi besaran gaji yang akan kita terima.
So, gaji besar atau gaji kecil itu sangat relatif, boleh jadi nggak semua orang punya pandangan yang sama. Tapi pasti semua orang setuju, kalau mau berapa pun gaji yang diterima, bagaimana pengelolaannyalah yang utama. Karena tanpa pengelolaan keuangan yang baik, gaji besar atau kecil ya nggak ada artinya. Pasti jadinya, gaji satu koma empat; gajian tanggal satu koma di tanggal empat.
Yuk, belajar mengelola gaji fresh graduate kamu dengan mengikuti kelas-kelas finansial online dari QM Financial yang jadwalnya bisa kamu simak di web ini. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Generasi Millenial Cenderung Kutu Loncat, Bangun Loyalitas Mereka dengan 7 Cara Ini!
Punya karyawan kutu loncat? Ada yang bilang, karakter ini lekat dengan angkatan kerja generasi millenial. Bener enggak sih? Coba, para millenials, silakan memberikan pendapatnya di kolom komen ya?
Selalu ada memang, tipe-tipe orang yang nggak pernah lama tinggal dan bekerja di satu perusahaan. Alasan paling umum adalah keinginan untuk berkembang, atau mencari lebih banyak pengalaman. Atau, mencari gaji yang lebih besar.
Hmmm, alasan terakhir itu memang terdengar nganu sekali, tapi itu realistis.
However, kalau mendengarkan curhat para HR staff, sepertinya ini memang semakin banyak terjadi akhir-akhir ini, yang berarti ini terjadi pada generasi millenial yang kini pada memasuki usia produktif. Nah, padahal kalau karyawan keluar masuk secara terus-menerus, pastilah akan menyulitkan perusahaan untuk bisa berkembang. Lalu, apa yang harus dilakukan?
7 Hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk membangun loyalitas angkatan kerja generasi millenial
1. Berikan program mentorship
Dewasa ini memang sering terjadi pergesekan di dunia kerja lantaran timbulnya generation gap. Angkatan-angkatan sebelumnya–baby boomers dan generasi X–versus angkatan kerja generasi millenial.
Satu pihak masih tergagap-gagap akan penggunaan teknologi yang berkembang sangat cepat, sedangkan yang lain sudah terbiasa menggunakan dan dipengaruhi keberadaan teknologi maju. Satu pihak sudah berada di zona nyaman–sudah rutin begitu, susah kalau diajak mengubah kebiasaan–lain pihak ingin ada perubahan karena kondisi sekarang begitu membosankan.
Tapi, untungnya angkatan baby boomers dan generasi X itu paling suka kalau disuruh ngajarin orang lain. Sedangkan generasi millenial sendiri sebenarnya adalah generasi yang suka ditantang hal baru. Jadi, kombinasi ini sebenarnya bagus, asalkan pihak perusahaan bisa membuat program mentoring yang tepat.
Langsung saja berikan mentor dari generasi X yang sudah ahli di bidangnya untuk mentoring para millenials, yang kemudian dikombinasikan dengan kesukaan mereka akan teknologi. Dengan komunikasi yang baik, bisa jadi akan membawa perubahan sistem yang baik bagi perusahaan.
2. Berikan feedback tidak hanya saat review tahunan
Kecenderungan yang terjadi adalah banyak karyawan yang lebih suka untuk mendapatkan feedback dan masukan yang membangun langsung saat itu juga–saat mereka mungkin sedang melakukan kesalahan–ketimbang harus menunggu review tahunan. Apalagi kalau tiba-tiba saja mendapat kabar bahwa review tahunannya kurang baik.
Rasanya memang lebih bikin down sih. Misalnya, si karyawan yang generasi millenial ini melakukan kesalahan di bulan Juni, tapi baru nongol atau ditegur di bulan Desember, saat review tahunan tiba.
Karena itu–apalagi jika kebetulan sedang dalam proses mentoring–langsung saja berikan feedback pada karyawan angkatan kerja generasi millenial ini saat itu juga, di tempat. Mereka akan lebih bisa mengerti dan paham, apa kesalahan mereka, dan apa yang harus diperbaiki.
3. Ajak fokus pada visi dan misi bisnis secara luas
Beri para karyawan generasi millenial ini company knowledge secara lengkap. Apa visi dan misi perusahaan dalam jangka panjang, dan langkah-langkah serta rencana bisnis apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Dengan demikian, mereka akan paham apa saja yang harus dilakukan oleh tim dalam organisasi perusahaan, dan mereka harus ambil bagian di sebelah mana.
4. Fasilitasi keinginan untuk bekerja secara fleksibel
Teknologi semakin maju, membuat para pekerja kini tak lagi harus berada di ruangan yang sama dengan bos di kantor. Mereka bisa di mana saja, kapan saja mengerjakan tugasnya, asalkan tetap terhubung secara online.
Hal ini juga menjadi keinginan angkatan kerja generasi millenial pada umumnya. Sebagian memilih bekerja secara remote, sebagian yang lain masih mau diminta untuk ngantor, namun mereka masih mengharapkan jam kerja yang lebih fleksibel lagi.
Fleksibilitasi waktu dan tempat sekarang menjadi kebutuhan agar bisa bekerja. So, jika memungkinkan, perusahaan bisa memfasilitasi keinginan ini.
5. Orientasi pada target
Fleksibilitas waktu dan tempat bisa membuat kualitas kendali terhadap para karyawan agak berkurang. Untuk mengatasi hal ini, ajaklah para karyawan generasi millenial ini untuk berorientasi pada target.
Misalnya saja, mereka harus bisa menyelesaikan pekerjaan A, B, C, D, dan harus diselesaikan pada tanggal sekian bulan ini. Ini akan lebih efektif bagi mereka, alih-alih mewajibkan mereka untuk bekerja, misalnya, 9 to 5.
6. Sesuaikan gaji dengan kinerja
Gaji memang relatif, dan terdiri atas banyak komponen. Namun, bagaimanapun, besaran gaji bisa mengindikasikan seberapa besar pengakuan pihak perusahaan terhadap kemampuan para karyawan generasi millenial dalam menuntaskan pekerjaannya.
Karena itu, mereka akan mempertanyakan, saat effort maksimal sudah mereka keluarkan, tetapi gaji yang diterima kurang sebanding. Berikan pula beberapa kompensasi sesuai hak mereka, yang pastinya sesuai dengan peraturan pemerintah.
7. Beri kesempatan untuk mengembangkan diri
Dan, gaji kadang memang bukan menjadi satu-satu seorang karyawan–terutama yang termasuk dalam generasi millenial–untuk mau bertahan bekerja di perusahaan yang sama bertahun-tahun, tetapi mereka juga menginginkan kesempatan untuk berkembang.
Jenjang karier yang jelas pastinya akan membuat mereka berpikir-pikir jika harus resign. Pun dengan memberikan mereka pelatihan-pelatihan karyawan yang bisa meningkatkan kompetensi diri. Salah satunya, perusahaan bisa memberikan pelatihan literasi keuangan pada para karyawan generasi millenial ini, agar mereka semakin terampil mengelola keuangan pribadi.
Karena, karyawan yang bisa mengelola keuangan pribadinya dengan baik adalah karyawan yang berpotensi memberikan kontribusi besar bagi perusahaan.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.