Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi keharmonisan sebuah rumah tangga. Salah satunya soal perencanaan keuangan keluarga. In fact, sudah banyak data dan penelitian membuktikan dan menyatakan, bahwa ada begitu banyak ketidakharmonisan dan selisih paham terjadi di dalam keluarga yang disebabkan oleh masalah keuangan.
Salah satunya dari survei yang dilakukan oleh SunTrust Bank, USA, yang menyatakan bahwa 35% perselisihan yang terjadi dalam keluarga antara pasangan suami istri dipicu oleh masalah keuangan. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, yang dibuktikan dengan hasil survei oleh Lokadata berdasarkan data dari Dirjen Peradilan Agama Mahkamah Agung, yang menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 2016 – 2018 terdapat 1,1 juta kasus perceraian, yang 28.2%-nya disebabkan oleh masalah ekonomi.
Yes, faktanya memang masalah keuangan bisa menjadi salah satu penyebab terbesar panasnya kondisi keluarga, terutama antara pasangan suami istri.
So, untuk mengurangi kecenderungan ini, tentu pasangan suami istri harus bekerja sama—dengan niat baik yang sama—untuk saling mengenyampingkan ego masing-masing, lalu duduk berdua dan mulai membicarakan masalah-masalah yang ada dengan kepala dingin.
Berikut adalah 5 hal yang harus dibicarakan atau disiapkan lebih dulu sebelum akhirnya pasangan suami istri melakukan perencanaan keuangan keluarga.
5 Hal untuk Perencanaan Keuangan Keluarga yang Lebih Baik
1. Miliki bahasa yang sama
Kalau kamu sempat ikutan Financial Dialogue Vol. 06 yang lalu, kamu pasti sudah mendengar penjelasan Ibu Rani Anggraini Dewi yang menyebutkan, bahwa ada 9 hambatan komunikasi di antara pasangan suami istri dan ada 5 emosi dasar yang harus dipenuhi jika pasangan suami istri ingin berkomunikasi dengan baik. Dalam hal ini, termasuk berkomunikasi soal keuangan. Coba cek artikel yang sudah ditautkan ya, supaya lebih detail.
Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa untuk bisa merencanakan keuangan keluarga dengan baik, maka suami istri harus “mengalahkan” hambatan-hambatan komunikasi seperti yang dijelaskan oleh Ibu Rani, serta berusaha memenuhi 5 emosi dasar tersebut. Dengan kata lain, milikilah “bahasa” yang sama.
Ini menjadi tugas pasangan suami istri yang pertama dan utama, sebelum akhirnya bisa melanjutkan “acara” duduk berdua dan membuat perencanaan keuangan keluarga.
2. Pembagian peran
Masih dari Financial Dialogue Vol. 06, lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto menyebutkan bahwa ada 4 sistem pengaturan keuangan keluarga, yaitu sistem 1 pintu, sistem 2 pintu, sistem terbalik, dan sistem sendiri-sendiri.
Mana yang baik? Tergantung kondisi keluarga masing-masing. Karena itu, sebelum melakukan perencanaan keuangan keluarga, berbagi peranlah lebih dahulu. Dan, ini bisa berbeda banget antara satu keluarga dengan yang lain.
Mungkinkah membuat sistem pengaturan keuangan sendiri, selain 4 sistem seperti yang diungkapkan oleh Ligwina Hananto? Bisa saja, karena sekali lagi, masalah keuangan keluarga sangat tergantung oleh kondisi masing-masing, sehingga memang harus diputuskan bersama antara pasangan suami istri itu sendiri.
Dengan pembagian peran yang jelas sejak awal, maka masing-masing akan punya tanggung jawab sendiri dan saling mempertanggungjawabkan perannya kepada pasangan.
3. Tentukan tujuan
Tujuan keuangan adalah soal mimpi dan cita-cita. Jadi, saat kita membuat tujuan keuangan, maka saat itu pula, kita sedang merancang mimpi dan cita-cita kita. Pun soal kebutuhan keluarga yang akan bertambah dari waktu ke waktu.
Bagilah tujuan keuangan dalam 3 kategori, yaitu tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah, dan jangka pendek.
Contohnya bagaimana? Seperti ini contohnya.
- Tujuan keuangan jangka pendek: dana darurat yang ideal dan proteksi yang memadai.
- Tujuan jangka menengah: biaya persalinan (bagi pasangan muda yang baru saja menikah) dan DP rumah
- Tujuan jangka panjang: pelunasan kredit rumah, biaya pendidikan anak, dan dana pensiun
Tentu bisa saja menambahkan sesuai kebutuhan. Dana liburan misalnya, yang akan dilakukan 2 – 3 tahun lagi, ke Eropa.
4. Niat dan komitmen
Sebelum membuat perencanaan keuangan keluarga, buatlah niat dan komitmen terlebih dahulu di antara pasangan suami istri. Karena bakalan percuma saja bukan, kalau rencana keuangan keluarga sudah dibuat tetapi masing-masing tak mau berkomitmen pada kesepakatan yang dibuat bersama?
Karenanya, pastikan dua pihak punya niat, perspektif, dan komitmen yang sama, agar masing-masing mampu berdisiplin dan menjalankan rencana yang sudah disepakati.
5. Duduk dan rencanakan
Setelah ada tujuan dan komitmen, maka sekarang waktunya untuk membuat perencanaan keuangan keluarga yang sesungguhnya.
Pada dasarnya, aktivitas ini meliputi 3 hal, yaitu atur cash flow, budgeting, dan prioritizing.
Atur cash flow penting untuk memastikan keuangan tetap positif dan sehat, meski harus dibagi ke dalam banyak pos pengeluaran. Budgeting adalah salah satu cara untuk mengontrol cash flow. Sedangkan prioritizing penting, untuk memastikan semua kebutuhan bisa dipenuhi dengan baik pada waktunya.
Masih kesulitan untuk menyusun rencana keuangan keluarga? Coba saja yuk, ikut online course di Udemy yang dikhususkan bagi pasangan suami istri. Modulnya bernama Journey for Married Couples. Di sini kamu dan pasanganmu bisa mempelajari tentang:
- Dana Melahirkan
- Dana Pendidikan Anak
- Dana Rumah Pertama
- 5 Hal Finansial yang Perlu Didiskusikan dengan Pasangan
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!