Bebas Finansial atau Mau Jadi Orang Kaya? Mending yang Mana?
Kalau ditanya, menjadi kaya itu memang lebih populer ketimbang menjadi bebas finansial. Bahkan kenal dengan seorang anak kecil yang kalau ditanya cita-citanya saat sudah besar nanti mau jadi apa, jawabannya, “Mau jadi horang kayah!”
Memang, jadi kaya itu impian semua orang, kalau boleh digeneralisasi. Memangnya ada yang enggak mau kaya?
Mungkin saja hal ini karena adanya anggapan, bahwa dengan jadi kaya, kita bebas melakukan sesuatu. Mau apa pun bisa, mau melakukan apa saja juga bisa. Kalau jadi orang kaya, bisa jadi punya banyak privilege, berbagai peluang pun terbuka dengan lebar.
Bahkan sudah jadi idiom: lu punya uang, lu punya kuasa.
Kaum mendang mending, mana nih suaranya? Kamu memilih jadi orang kaya, atau pengin bebas finansial? Apa sih yang terlintas di benakmu kalau mendengar istilah ‘bebas finansial’? Sebebas apa, memangnya?
Apa Sih Sebenarnya Definisi Kaya?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kaya” diartikan sebagai kepemilikan harta berlimpah, termasuk uang serta barang-barang mewah atau berharga. Namun, penting untuk memahami bahwa kekayaan bersifat relatif dan dapat bervariasi tergantung pada situasi, konteks, dan lokasi seseorang.
Sebagai contoh, seseorang mungkin dianggap kaya jika memiliki serangkaian mobil mewah, properti di berbagai kota, atau bahkan jet pribadi. Ini menunjukkan bahwa penilaian kekayaan sering kali berdasarkan pada aset yang terlihat secara fisik. Namun, realitas yang tersembunyi di balik barisan mobil mewah, properti yang beragam, atau jet pribadi, itu adalah misteri dan enggak sepenuhnya diketahui.
Bagaimana dengan Bebas Finansial?
“Bebas” berarti tidak ada yang mengikat kita, dan “finansial” berhubungan dengan uang. Jadi, “bebas finansial” sederhananya berarti kita enggak terikat oleh uang.
Robert Kiyosaki, penulis Rich Dad, Poor Dad bilang, kalau kita bebas finansial, kita enggak punya masalah keuangan, dan bisa lakukan hal yang kita mau. Kita enggak takut kehabisan uang saat melakukan kegiatan karena kita sudah punya cukup uang untuk hidup sehari-hari.
Kalau kita sudah bebas finansial, kita bisa memilih untuk tidak kerja kapan saja. Mau berhenti kerja hari itu juga, silakan! Kita melakukan hal-hal bukan untuk dapat bayaran. Jadi, tidak masalah kalau kita tidak kerja satu hari, satu bulan, atau bahkan lebih lama. Uang untuk kebutuhan sehari-hari sudah ada.
Dan kalau kita ingin beli sesuatu, kita tidak perlu cemas, karena uangnya sudah ada.
Kaya versus Bebas Finansial

Jadi, gimana nih kesimpulannya?
“Kaya” dan “bebas finansial” bisa terdengar sama, tapi sebenarnya berbeda.
Ketika kita bilang seseorang itu “kaya”, biasanya kita maksudkan mereka punya banyak uang atau barang berharga. Mereka mungkin punya rumah besar, mobil mewah, dan bisa beli apa saja yang mereka inginkan. Tapi, kadang-kadang orang kaya masih merasa mereka harus terus bekerja keras untuk menjaga kekayaan mereka. Jadi, meskipun mereka punya banyak harta, mereka belum tentu merasa “bebas”.
Sementara itu, “bebas finansial” lebih ke arah bisa hidup nyaman tanpa khawatir tentang uang. Orang yang bebas finansial mungkin tidak selalu kaya, sesuai dengan standar orang banyak, tetapi mereka punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan mereka dan tidak stres memikirkan uang. Mereka bisa memilih tidak bekerja setiap hari, tetapi masih bisa menikmati hidup. Mungkin dengan pergi liburan atau menghabiskan waktu dengan keluarga, karena mereka sudah merencanakan keuangan dengan baik.
Jadi, intinya, “kaya” itu lebih banyak tentang berapa banyak harta yang kita punya, sedangkan “bebas finansial” itu tentang bagaimana perasaan kita terhadap uang dan hidup kita.
Seseorang bisa kaya tetapi belum tentu bebas finansial, dan sebaliknya, bisa jadi bebas finansial tanpa harus sangat kaya. Yang terpenting dalam bebas finansial adalah kita bisa hidup dengan nyaman dan melakukan hal-hal yang kita suka tanpa khawatir tentang uang.
Apakah lantas salah, kalau memilih kaya? Enggak juga. Kan, masing-masing boleh memilih sesuai kondisi dan kemampuan.
Jadi, Mau yang Mana?

Memutuskan antara ingin kaya atau bebas finansial itu penting, dan pilihannya bisa berbeda untuk setiap orang. Berikut beberapa tip sederhana untuk membantu kamu membuat keputusan.
Pahami Apa yang Kamu Inginkan
Kalau kamu ingin “kaya”, mungkin kamu berpikir tentang memiliki banyak uang, rumah mewah, mobil keren, dan liburan mahal. Ini tentang memiliki banyak barang dan status.
Kalau kamu ingin “bebas finansial”, kamu mungkin lebih suka hidup tanpa stres tentang uang. Kamu ingin cukup uang untuk hidup nyaman, bisa melakukan hal-hal yang kamu sukai, dan tidak khawatir tentang tagihan atau utang.
Tentukan yang mana yang kamu inginkan, lalu jadikanlah sebagai tujuan.
Tentukan Prioritasmu
Pikirkan apa yang paling penting buat kamu. Apakah kamu lebih senang memiliki banyak barang atau lebih senang punya waktu luang dan ketenangan pikiran?
Rencanakan dengan Baik
Baik ingin kaya atau bebas finansial, kamu harus punya rencana. Ini bisa berarti menabung, berinvestasi, dan belajar cara mengelola uangmu dengan bijak.
Ingat Keseimbangan Hidup
Kaya atau bebas finansial, ingatlah bahwa uang bukan segalanya—meskipun memang, untuk bisa segalanya, kamu akan butuh uang. Namun, ada yang perlu diingat selain uang. Hubungan, kesehatan, dan kebahagiaan juga sangat penting.
Buat Keputusan yang Sesuai dengan Nilai Hidupmu
Tidak ada yang salah dengan memilih pengin kaya ataupun bebas finansial. Pikirkan nilai-nilai apa yang paling penting bagimu dalam hidup. Apakah itu keluarga, kebebasan, kesuksesan, atau sesuatu yang lain? Biarkan nilai-nilai ini membimbing keputusanmu.
Setiap orang beda, jadi penting untuk memilih apa yang membuatmu paling bahagia dan nyaman. Tidak ada jawaban yang salah antara mau kaya atau bebas finansial, yang penting adalah kamu menemukan apa yang pas buat kamu dan kehidupanmu.
Dan yang harus selalu diingat: bahwa semua butuh proses. Mau kaya atau bebas finansial, kamu perlu untuk membuat rencana dan berproses. Karena, tidak pernah ada yang instan di dunia ini. Mi instan saja perlu diseduh, ya kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pemilik Gaji UMR, Ini Cara Efektif untuk Menabung
Gaji UMR sering kali dipandang sebagai tantangan keuangan terbesar dalam hidup. Ya, enggak heran sih. Dengan biaya hidup yang tinggi dan kebutuhan yang terus berkembang seperti sekarang, rasanya gaji mepet UMR itu pas-pasan banget.
Boro-boro buat dinikmati, sulit banget untuk menabung. Namun, memiliki pendapatan terbatas bukan berarti kamu enggak bisa mengumpulkan tabungan lo! Dengan strategi yang tepat dan disiplin yang kuat, menabung bahkan dengan gaji UMR adalah hal yang dapat dicapai.
Pada kenyataannya, banyak orang yang memiliki gaji UMR merasa tidak mampu menabung karena berbagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Tak jarang, gaji yang diterima sudah habis sebelum tanggal tua. Dalam situasi seperti ini, penting untuk mengubah cara pandang terhadap manajemen keuangan. Memandang menabung sebagai bagian dari pengeluaran bulanan dan bukan sebagai pilihan opsional, adalah langkah pertama yang perlu dilakukan.
Memahami bahwa setiap rupiah yang ditabung memegang peranan penting dalam menciptakan stabilitas finansial di masa depan, juga penting. So, kali ini, kita akan membahas beberapa strategi efektif untuk menabung bagi pemilik gaji UMR. Tips dan trik ini ditujukan untuk memungkinkanmu mencapai tujuan finansial, bahkan dengan penghasilan yang terbatas.
Namun sebelumnya, ayo, kita lihat dulu beberapa masalah keuangan yang sering dihadapi oleh pemilik gaji UMR pada umumnya.
Masalah Keuangan Pemilik Gaji UMR
Berikut beberapa masalah keuangan yang sering dihadapi oleh pemilik gaji UMR.

Gaji Tidak Cukup
Ini adalah masalah utama yang sering dialami oleh banyak orang dengan gaji UMR. Biaya hidup yang tinggi sering kali membuat gaji yang diterima tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk ditabung.
Utang
Karena gaji yang tidak cukup, banyak orang dengan gaji UMR yang akhirnya terjebak dalam utang. Hutang ini bisa datang dari kartu kredit, pinjaman online, atau pinjaman dari kerabat dan teman.
Ketidakmampuan untuk Berinvestasi
Dengan gaji UMR, seringkali sulit untuk memiliki dana yang cukup untuk berinvestasi. Padahal, investasi adalah salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan kekayaan.
Tidak Ada Dana Pensiun
Tanpa tabungan atau investasi, seseorang dengan gaji UMR bisa jadi juga enggak memiliki dana pensiun. Padahal, kalau sampai gagak pensiun, itu berarti mereka harus terus bekerja bahkan setelah seharusnya mereka beristirahat.
Segala masalah di atas kebanyakan harus dihadapi oleh pemilik gaji UM, apalagi mereka yang belum tahu cara mengelola keuangan dengan baik. Nah, padahal, agar bisa mengatasi semua masalah masalah keuangan tersebut, mulai belajar tentang manajemen keuangan dan mulai menabung sejak dini, sekecil apa pun itu, bisa menjadi solusi yang baik lo.
Menabung Efektif untuk Pemilik Gaji UMR

Memahami berbagai masalah keuangan yang sering dihadapi oleh pemilik gaji UMR adalah langkah awal yang penting. Setelah memahami tantangan tersebut, langkah berikutnya adalah mencari solusi.
Salah satu cara paling efektif adalah dengan belajar cara menabung yang baik. Dengan strategi menabung yang tepat, pemilik gaji UMR bisa meraih kestabilan finansial dan meredam sejumlah masalah yang sebelumnya dihadapi.
Berikut adalah beberapa tip yang bisa dilakukan untuk menabung dengan efektif bagi pemilik gaji UMR.
1. Pahami Kondisi Keuangan
Untuk mulai menabung, langkah pertama adalah memahami pengeluaran dan pendapatan kamu. Catat semua sumber penghasilan dan pengeluaran setiap bulannya. Kamu bisa menggunakan aplikasi manajemen keuangan untuk membantu melakukan hal ini dengan lebih mudah.
2. Buat Anggaran
Setelah mengetahui dengan pasti, berapa uang masuk dan keluar setiap bulannya, buatlah anggaran. Tentukan berapa banyak yang kamu butuhkan untuk biaya hidup dan berapa yang bisa ditabung.
Sisihkan uang tabungan di depan, bukan sisakan di belakang. Pasalnya, uang gaji emang pernah sisa?
3. #TujuanLoApa?
Apa tujuan kamu menabung? Apakah itu untuk liburan, uang darurat, pendidikan, atau untuk membeli rumah? Menentukan tujuan akan membantu kamu tetap termotivasi untuk menabung.
Untuk permulaan, buat tujuan finansial yang paling urgent dulu: dana darurat. Setelah itu, susun prioritas tujuan yang lain sesuai kondisi, kemampuan, dan cita-citamu.
4. Mulai dengan Jumlah Kecil
Jika menabung sejumlah besar uang terasa sulit, mulailah dengan jumlah kecil. Sekecil apa pun itu, yang penting adalah membiasakan diri untuk menabung.
Dengan menjadi habit, maka ke depannya, menabung bukan hal yang sulit lagi. Apalagi jika kamu bisa menyisihkannya di depan, bukan menyisakannya di belakang dengan patokan persentase yang sudah kamu tentukan sesuai kemampuan.
5. Membuat Tabungan Otomatis
Banyak bank yang menawarkan fitur ini, di mana sejumlah uang secara otomatis ditransfer dari rekeningmu ke rekening tabungan pada tanggal tertentu setiap bulannya. Hal ini pastinya akan lebih memudahkanmu untuk menabung.

6. Pengelolaan Utang
Kalau kamu memiliki utang, buatlah rencana keuangan yang realistis untuk melunasinya. Mengurangi utang juga bagian dari menabung, karena kamu mempersiapkan diri untuk masa depan tanpa beban finansial.
7. Mengurangi Pengeluaran
Cobalah untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Misalnya, jika kamu terbiasa makan di luar setiap hari, cobalah untuk memasak sendiri di rumah.
8. Investasi
Jika kamu sudah memiliki dana darurat dan kondisi keuangan juga berangsur membaik dan akhirnya punya cash flow positif, pertimbangkan untuk berinvestasi. Investasi bisa bisa memberimu penghasilan pasif dan membantu uangmu berkembang.
Akhirnya, pemilik gaji UMR memang harus tak lelah belajar keuangan agar bisa terus lebih baik lagi. Banyak sumber online atau buku yang bisa membantu memahami lebih banyak tentang bagaimana cara mengelola uangmu dengan baik. Besar, kecil, asal dikelola dengan baik, nantinya pasti akan memberikan hasil yang baik juga.
Ingatlah bahwa kunci dari menabung adalah konsistensi. Mulai dari sekarang dan lakukan secara konsisten. Semoga tips ini membantumu dalam mencapai tujuan finansialmu, dengan gaji UMR.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi Hotline QM Financial ini ya! Financial training oleh QM Financial dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Dia Cara Mengatasi Karyawan Toxic yang Harus HR Tahu
Mengatasi karyawan toxic bisa jadi merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh HR dan manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.
Pasalnya, perilaku toxic tidak hanya menghancurkan hubungan antar karyawan loh, tetapi juga menurunkan kinerja tim secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengatasi perilaku toxic sejak dini, guna meminimalkan dampak negatifnya terhadap organisasi.
Salah satu aspek penting dalam mengatasi karyawan toxic adalah memahami penyebab yang mendasari perilaku tersebut. Karena, pasti sesuatu itu ada pemicunya kan? Termasuk perilaku toxic yang dilakukan oleh karyawan. Pasti ada alasannya deh, mengapa mereka melakukan hal-hal yang tidak mengenakkan tersebut.
Memahami penyebab ini penting, karena dengan begitu, pihak perusahaan—dalam hal ini diwakili oleh divisi HR—akan dapat memikirkan solusi terbaik untuk mengatasi hal ini.
Apa Itu Perilaku Toxic di Lingkungan Kerja?

Perilaku toxic di lingkungan kerja adalah tindakan atau sikap negatif yang dilakukan oleh individu atau kelompok di tempat kerja, yang dapat merusak suasana kerja, hubungan antar karyawan, dan produktivitas.
Perilaku ini cenderung merugikan baik individu yang terlibat maupun organisasi secara keseluruhan. Contohnya seperti apa sih, perilaku toxic yang ditunjukkan oleh karyawan itu?
Misalnya, menyampaikan komentar negatif atau merendahkan terhadap kemampuan, penampilan, atau karakter karyawan yang lain. Atau, menyebarkan informasi yang tidak benar atau merugikan tentang rekan kerja, yang dapat merusak reputasi mereka. Sikap tidak kooperatif atau tidak berbagi informasi, seperti sengaja menyembunyikan informasi penting atau menolak bekerja sama dengan rekan kerja, yang menghambat kerja sama, itu juga termasuk perilaku karyawan toxic lo! Juga misalnya ada karyawan yang suka mengabaikan tugas atau tanggung jawabnya.
Nah, ternyata, jika karyawan memiliki perilaku toxic di lingkungan kerja salah satunya bisa berasal dari masalah keuangan yang mereka hadapi.
Ketika karyawan mengalami stres keuangan atau kesulitan dalam mengelola utang, tekanan dan kecemasan yang ditimbulkan dapat mempengaruhi keseimbangan emosional mereka. Emosi negatif tersebut kemudian dapat berdampak pada perilaku karyawan di tempat kerja, yang dalam beberapa kasus, bisa berujung pada perilaku toxic.
Masalah keuangan dapat menyebabkan karyawan merasa tidak mampu untuk fokus pada pekerjaan mereka, sehingga mereka mungkin menunjukkan sikap tidak kooperatif, mudah tersinggung, atau bahkan agresif terhadap rekan kerja. Mengakui dan mengatasi masalah keuangan sebagai salah satu penyebab potensial perilaku toxic sangat penting dalam upaya menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif bagi semua karyawan.
Cara Mengatasi Karyawan Toxic yang harus HR Tahu

Jika hal ini terjadi, maka pihak perusahaan harus segera ambil tindakan untuk mengatasi karyawan toxic.
Pasalnya, ada sejumlah dampak yang bisa terjadi jika perusahaan tak segera mengatasi karyawan toxic ini. Seperti misalnya perilaku toxic dapat menghancurkan hubungan antar karyawan dan menghambat kerja sama tim, yang pada akhirnya akan memengaruhi pencapaian tujuan bersama. Saat suasana kerja tidak kondusif, karyawan cenderung sulit berkonsentrasi dan produktivitas menurun, belum lagi stres, kecemasan, dan depresi pada karyawan yang terkena dampaknya juga bisa terjadi.
Hingga akhirnya, rekan kerja yang terus-menerus mengalami perilaku toxic mungkin memilih untuk meninggalkan perusahaan, yang dapat menyebabkan biaya rekrutmen dan pelatihan yang tinggi, yang kemudian bisa menimbulkan dampak lebih besar lagi.
So, sebelum terlambat, ada baiknya bagi perusahaan—dalam hal ini Human Resources (HR) yang menjadi bagian terdekat dengan karyawan—untuk segera melakukan beberapa hal.
Identifikasi karyawan yang berpotensi mengalami masalah keuangan
Jika memang disinyalir penyebab perilaku toxic ini adalah masalah keuangan, maka HR dapat memonitor kinerja dan perilaku karyawan, serta mencari tahu apakah ada perubahan yang mungkin terkait dengan masalah keuangan tersebut.
Dukungan yang tepat dan empati dari HR dapat membantu karyawan merasa didengar dan dihargai.
Pelatihan keuangan
Salah satu cara untuk membantu karyawan mengatasi masalah keuangan adalah dengan menyediakan pelatihan keuangan atau financial training.
Pelatihan ini dapat mencakup topik seperti mengelola gaji dan anggaran pribadi, pengelolaan utang, investasi, dan perencanaan pensiun. Dengan meningkatkan pemahaman karyawan tentang keuangan, mereka akan lebih mampu mengatasi masalah keuangan pribadi, sehingga mengurangi stres dan potensi perilaku toxic.

Program dukungan karyawan
HR dapat menyediakan program dukungan karyawan yang membantu mereka mengatasi berbagai masalah pribadi, termasuk keuangan. Dukungan ini dapat mencakup konseling, akses ke sumber daya keuangan, dan layanan bantuan darurat.
Budaya perusahaan yang inklusif dan positif
Membangun budaya perusahaan yang mendorong kerja sama, komunikasi terbuka, dan saling mendukung dapat membantu mengurangi perilaku toxic.
Karyawan yang merasa didukung oleh rekan kerja dan manajemen lebih mungkin untuk mengatasi masalah pribadi, termasuk masalah keuangan, tanpa mengganggu kinerja keseluruhan.
Pelatihan komunikasi dan penyelesaian konflik
HR dapat menyediakan pelatihan dalam komunikasi efektif dan penyelesaian konflik untuk membantu karyawan mengatasi situasi yang sulit dan menghindari perilaku toxic. Keterampilan ini akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, HR dapat membantu mengatasi karyawan toxic yang timbul akibat dari masalah keuangan karyawan. Efeknya, dampak perilaku toxic bisa ditekan, sehingga kinerja perusahaan secara keseluruhan tetap terjaga dengan baik.
Sebagai perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif, saatnya mengambil tindakan proaktif dalam mengatasi penyebab perilaku toxic di tempat kerja, termasuk masalah keuangan pribadi. Dalam upaya ini, mengundang QM Financial untuk mengadakan pelatihan keuangan di kantor atau perusahaan kamu bisa jadi langkah yang sangat tepat.
QM Financial memiliki keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menyediakan pelatihan keuangan yang efektif, membantu karyawan mengelola keuangan pribadi mereka dengan lebih baik, mengurangi stres, dan secara tidak langsung mengatasi karyawan toxic.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi Hotline QM Financial ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bagaimana Cara Mengoptimalkan Pemasukan dan Pengeluaran untuk Mencapai Keseimbangan Keuangan yang Sehat
Sudah tanggal tua begini, biasanya baru deh terasa kalau pemasukan dan pengeluaran kita tidak seimbang. Cirinya gampang banget dikenali: uang di dompet tinggal beberapa lembar yang pecahan kecil, atau saldo di e-Wallet tinggal 4 digit, begitu juga dengan saldo di ATM.
Siapa nih yang relate?
Mengapa Pemasukan dan Pengeluaran Kita Tidak Seimbang?

Ada banyak alasan mengapa banyak orang mengalami pemasukan dan pengeluaran uang yang tidak seimbang, di antaranya adalah sebagai berikut.
Kurangnya pengetahuan tentang manajemen keuangan
Banyak orang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang manajemen keuangan dan tidak tahu bagaimana membuat anggaran atau mengelola uang mereka dengan efektif.
Kebiasaan pengeluaran yang kurang efektif
Banyak orang memiliki kebiasaan pengeluaran yang kurang efektif, seperti membeli barang yang tidak diperlukan atau makan di luar terlalu sering.
Tidak adanya anggaran atau bujet
Banyak orang tidak memiliki anggaran atau bujet yang jelas untuk pengeluaran mereka sehingga mereka sering menghabiskan uang mereka tanpa memperhatikan apakah itu dalam batas yang wajar atau tidak.
Pengaruh lingkungan atau teman sebaya (atau media sosial)
Banyak orang terpengaruh oleh lingkungan atau teman sebaya mereka—dan juga media sosial—dalam membelanjakan uang. Mereka mungkin merasa perlu untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan hanya karena teman-teman mereka memiliki barang serupa.
Biaya hidup yang tinggi
Biaya hidup yang tinggi, seperti harga sewa rumah atau biaya pendidikan, bisa membuat seseorang kesulitan untuk menyeimbangkan pengeluaran dan pendapatannya.
Kebiasaan hidup konsumtif
Kebiasaan hidup konsumtif, di mana seseorang terus-menerus membeli barang-barang baru dan mewah, bisa menyebabkan pengeluaran yang tidak seimbang dengan pendapatan yang dimiliki.
Utang yang menumpuk
Banyak orang memiliki utang yang menumpuk, seperti kredit mobil, kredit rumah, atau kartu kredit yang belum dibayar, dengan cicilan yang terlalu besar. Utang tersebut bisa membuat seseorang kesulitan untuk menyeimbangkan pemasukan dan pengeluarannya.
Dampak yang Bisa Terjadi

Jika pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang, maka akan timbul beberapa konsekuensi yang mungkin akan mempengaruhi keuangan kamu. Apa saja?
Masalah keuangan
Ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran dapat menyebabkan masalah keuangan yang serius, seperti utang yang menumpuk, kehilangan aset, dan bahkan kebangkrutan.
Stres dan tekanan mental
Masalah keuangan dapat menyebabkan stres dan tekanan mental, karena kamu lantas mungkin merasa cemas, khawatir, atau bahkan depresi karena situasi keuangan yang sulit.
Kesulitan dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang
Jika kamu tidak dapat mengelola keuangan dengan baik, maka mungkin akan sulit bagimu untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang, seperti membeli rumah, pensiun dengan nyaman, atau membiayai pendidikan anak-anak.
Hilangnya kesempatan investasi
Ketidakseimbangan pemasukan dan pengeluaran juga dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan investasi yang baik, karena kamu mungkin tidak memiliki uang yang cukup untuk berinvestasi atau tidak memiliki dana darurat yang cukup.
Hilangnya kepercayaan diri
Jika kamu enggak mampu mengelola keuangan dengan baik, maka mungkin akan merasa rendah diri dan kehilangan kepercayaan diri dalam kehidupan sehari-hari.
So, sampai di sini apakah kamu sepakat, bahwa sangat penting untuk mencapai keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran ini?
Kamu perlu banget untuk memastikan bahwa pengeluaranmu enggak melebihi pemasukan dan memiliki anggaran yang jelas untuk membantumu mengelola uang dengan lebih efektif. Dengan cara ini, kamu dapat menghindari masalah keuangan dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang dengan lebih mudah.
Cara Menyeimbangkan Pemasukan dan Pengeluaran

Untuk mengoptimalkan pemasukan dan pengeluaran agar mencapai keseimbangan keuangan yang sehat, kamu bisa mencoba langkah-langkah berikut.
Buatlah anggaran atau bujet yang realistis
Buatlah daftar pendapatan dan pengeluaran bulanan yang detail dan realistis. Buatlah prioritas pada pengeluaran yang penting dan usahakan untuk membatasi pengeluaran pada hal-hal yang tidak terlalu penting.
Pelajari kebiasaan pengeluaran
Perhatikan pengeluaranmu dalam sebulan dan identifikasi kebiasaan pengeluaran yang kurang efektif dan menguras kantong, seperti makan di luar, belanja tidak perlu, atau kegiatan lain yang tidak penting.
Kemudian, coba untuk mengurangi pengeluaran tersebut atau bahkan menghilangkan kebiasaan pengeluaran yang kurang efektif tersebut.
Lakukan pembayaran utang
Jika ada utang yang perlu dibayar, usahakan untuk membayar secepat mungkin dan hindari pembayaran dengan kartu kredit atau pinjaman dengan bunga yang tinggi.
Simpan uang secara teratur
Coba untuk menyisihkan sebagian dari pendapatanmu setiap bulan untuk disimpan dalam rekening tabungan. Kamu bisa memulai dengan menyisihkan sekitar 10% dari pendapatan bulanan sebagai tabungan.
Dengan cara ini, kamu akan terbiasa untuk mengalokasikan sebagian dari pendapatan untuk masa depan dan juga sebagai dana darurat jika terjadi sesuatu yang tidak terduga.
Cari sumber penghasilan tambahan
Cari peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan, seperti bekerja paruh waktu atau mengambil pekerjaan sampingan yang sesuai dengan waktu luangmu. Ini bisa membantu menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran bulanan sehingga dapat mengurangi tekanan finansial.
Hindari utang baru
Jangan menambah hutang baru kecuali jika itu benar-benar diperlukan. Ingatlah bahwa utang akan memberikan beban finansial yang lebih besar dan mempengaruhi keseimbangan keuanganmu.
Review dan evaluasi keuangan secara berkala
Review keuanganmu setiap bulan dan evaluasi apakah anggaran yang sudah dibuat berhasil dicapai atau tidak. Jika tidak, coba cari tahu apa yang salah dan cari solusinya.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kamu dapat mengoptimalkan pemasukan dan pengeluaran untuk mencapai keseimbangan keuangan yang sehat. Selalu ingatlah untuk memprioritaskan pengeluaran yang penting dan menghindari pengeluaran yang kurang efektif.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Money Scripts: Pola Pikir Tersembunyi yang Memengaruhi Pengelolaan Keuangan
Keuangan, meskipun sering dianggap sebagai alat praktis dalam kehidupan sehari-hari, memiliki makna yang lebih dalam bagi setiap orang. Dalam psikologi keuangan, istilah “money scripts” menggambarkan keyakinan bawah sadar yang kita miliki tentang uang, yang sangat memengaruhi perilaku keuangan kita.
Money scripts muncul dari berbagai sebab, seperti pengalaman masa kecil, pengaruh keluarga, dan budaya.
Nah, ini menarik, karena memang apa yang kita dapatkan di masa lalu akan memengaruhi pengambilan keputusan kita ke depannya. Memahami money scripts kita sendiri dan mengakui pengaruhnya terhadap keputusan keuangan yang kita buat, akan membantu kita mengelola uang dengan lebih bijaksana dan menciptakan kehidupan finansial yang lebih sehat.
Apa Itu Money Scripts?

Money scripts adalah keyakinan atau pandangan bawah sadar tentang uang yang dikembangkan sepanjang hidup seseorang, biasanya berakar pada pengalaman masa kecil dan pengaruh dari keluarga, budaya, dan lingkungan sosial. Money scripts membentuk perilaku, sikap, dan keputusan keuangan individu, sering kali tanpa mereka menyadarinya.
Teori Money Scripts dikembangkan oleh Dr. Brad Klontz, seorang psikolog keuangan, penulis, dan pendidik yang telah banyak melakukan penelitian tentang hubungan antara keyakinan bawah sadar tentang uang dan perilaku keuangan. Dr. Klontz adalah salah satu pakar utama dalam bidang psikologi keuangan, dan melalui karyanya, ia telah membantu banyak orang mengidentifikasi dan mengatasi masalah keuangan yang muncul dari money scripts mereka.
Mengidentifikasi dan memahami money scripts pribadi dapat membantu kita mengenali pola perilaku keuangan yang tidak sehat dan mengubah keyakinan yang tidak produktif, sehingga nantinya bisa mengembangkan strategi keuangan yang lebih efektif dan seimbang.
Intinya—dan gampangannya—dengan memahami money scripts, kita tahu apa saja yang bisa memengaruhi perilaku dan keputusan keuangan kita, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dengan mengenali dan mengatasi money scripts, kita dapat mengembangkan strategi keuangan yang lebih sehat dan mencapai kesejahteraan finansial yang lebih baik.
Jenis-Jenis Money Scripts, Karakteristik, dan Perilakunya

Money Avoidance
Orang dengan karakter oney avoidance yakin bahwa uang adalah sesuatu yang buruk, yang bisa menciptakan masalah. Biasanya mereka yang punya money scripts ini adalah yang menganggap uang sebagai sumber stres atau kekhawatiran, yang sering merasa bersalah atau tidak pantas ketika memiliki uang, hingga mereka yang selalu memiliki stereotip bahwa orang kaya itu selalu berperilaku tidak etis atau tidak bahagia. Ya, intinya mereka antipati terhadap uang.
Karena anti, maka money avoidance ini selalu menghindari topik keuangan. Sudah bisa ditebak kan, bahwa money avoidance tidak akan punya catatan keuangan, enggak pernah punya anggaran, pun catatan pengeluaran. Mereka juga menghindari risiko sama sekali, meskipun ada potensi keuntungan. Mereka juga akan lebih suka menyimpan uang di bawah kasur, ketimbang menyimpan di bank atau berinvestasi.
Untuk bisa mengatasinya, seorang money avoidance memang harus mengubah mindset-nya terlebih dulu. Setidaknya, ia harus punya pemahaman dan keyakinan yang lebih sehat tentang uang. Hal ini dapat mencakup belajar tentang pengelolaan keuangan, berbicara dengan profesional keuangan, dan bekerja untuk mengubah pola pikir negatif tentang uang dan kekayaan.
Money Worship
Money Worship merupakan salah satu jenis money scripts yang mencakup keyakinan bahwa uang adalah solusi untuk semua masalah dan dapat membawa kebahagiaan.
Seorang money worship percaya bahwa kekayaan materi adalah ukuran kesuksesan dan kebahagiaan, karena uang adalah prioritas utama dalam hidup, hingga tak jarang mereka mengasosiasikan status sosial dan harga diri dengan kekayaan. Karena itu, mereka juga cenderung mengukur nilai orang lain berdasarkan kekayaan mereka.
Money worship akan cenderung lebih suka menghabiskan secara berlebihan untuk barang mewah atau status. Mereka juga sering mengambil risiko keuangan yang tidak perlu atau berlebihan demi keuntungan finansial.
Untuk mengatasi money worship, mindset lagi-lagi harus diubah. Setidaknya, yang bersangkutan harus punya pandangan yang lebih seimbang tentang uang dan kebahagiaan. So, mungkin akan perlu untuk melakukan refleksi terhadap nilai-nilai pribadi, sehingga dapat menjalin hubungan yang lebih sehat dengan uang, dan menciptakan keseimbangan antara keuangan dan aspek penting lainnya dalam hidup.

Money Status
Money Status merupakan salah satu jenis money scripts yang mencakup keyakinan bahwa nilai seseorang terkait langsung dengan seberapa kaya mereka, sehingga seseorang mungkin mengejar kekayaan sebagai cara untuk meningkatkan harga diri dan status sosial.
Mungkin ini mirip ya dengan money worship, yaitu suka menganggap kekayaan dan status sosial sebagai tanda keberhasilan dan nilai diri, dan mengukur diri dan orang lain berdasarkan kekayaan materi. Namun selain itu, money status juga suka menunjukkan kekayaan secara terbuka untuk memperoleh pengakuan dan penghargaan. Flexing, itu dia.
Karena suka menunjukkan kekayaannya, maka seorang yang punya money scripts ini juga tak segan berutang untuk mempertahankan gaya hidup yang tampak mewah atau untuk menjaga penampilan. Mereka juga mengejar pekerjaan atau investasi dengan penghasilan tinggi, terlepas dari minat pribadi atau risiko yang terlibat. Sedihnya, mereka juga sering mengabaikan atau meremehkan orang yang dianggap memiliki status sosial atau kekayaan yang lebih rendah.
Lagi-lagi memang soal mindset. Orang dengan pandangan money status harus berusaha agar punya pandangan yang lebih sehat tentang nilai diri dan keberhasilan, jika ingin mengubah kondisinya. Artinya, mungkin perlu untuk lebih menghargai pencapaian non-materi, dan fokus pada hubungan dan kebahagiaan yang tidak bergantung pada kekayaan materi.
Money Vigilance
Orang dengan karakter money vigilance yakin bahwa mereka harus selalu berhati-hati dan waspada dalam mengelola uang. So, mereka memang sadar betul arti pentingnya pengelolaan keuangan yang baik, seperti penganggaran, menabung, dan berinvestasi. Mereka juga cenderung menghindari utang dan risiko keuangan yang tidak perlu.
Di satu sisi, mereka juga sangat menjaga privasi tentang keuangan pribadi dan tidak merasa nyaman membahas masalah uang dengan orang lain. Sesekali mereka juga cenderung merasa cemas atau khawatir tentang keuangan, bahkan meskipun sebenarnya situasi finansial mereka relatif stabil.
Karena karakteristiknya ini, mereka pun menyusun anggaran rumah tangga yang ketat dan mengikuti rencana pengeluaran, menabung secara teratur, dan memprioritaskan dana darurat. Kalau mau berinvestasi, mereka cenderung konservatif, dan selalu membayar utang sesegera mungkin karena mereka tidak suka beban yang ditimbulkan dari utang tersebut.
Kalau dilihat-lihat money scripts yang terakhir ini memang adalah jenis money script yang paling ‘aman’ ya. Meski demikian, kehati-hatian dan kekhawatirannya yang terlalu berlebihan juga bisa saja membuat orang dengan money scripts ini menjadi kurang bisa mengembangkan kekayaannya dengan optimal. Pasalnya, mereka terlalu takut akan risiko. Mereka juga kadang mengesampingkan hiburan yang juga penting untuk kesehatan mentalnya, karena mereka terlalu takut kalau keuangannya bisa terpengaruh.
So, bagi orang-orang dengan money scripts money vigilance, ada baiknya memang untuk memiliki perencanaan keuangan pribadi yang komprehensif, sehingga ada keseimbangan yang tepat antara menabung, berinvestasi, dan menikmati hidup dengan cara yang sehat dan bertanggung jawab.
Kesimpulan
Dalam perjalanan memahami hubungan kita dengan uang, penting untuk mengevaluasi money scripts yang telah memengaruhi keputusan finansial kita sepanjang hidup.
Dengan menyadari dan mengakui keyakinan bawah sadar kita tentang uang, kita dapat mulai menggantikan pola pikir yang tidak sehat dengan pandangan yang lebih seimbang dan realistis. Keterampilan ini akan membantu kita mengelola uang pegangan dengan lebih efektif, mencapai tujuan keuangan kita, dan, yang terpenting, menciptakan kehidupan finansial yang lebih sehat dan sejahtera.
Yuk, lebih baik lagi! Namun ingat, bahwa perubahan tidak terjadi dalam semalam; dengan kesabaran, kegigihan, dan kesadaran yang lebih baik, kita dapat mengubah cara kita berpikir tentang uang dan membangun hubungan yang lebih positif dengan uang kita.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Cara Kamu Bisa Meningkatkan Pendapatan Tahunan
Sudah tahu kan, bahwa ada beberapa jenis pendapatan yang bisa kita terima? Salah satunya ada pendapatan tahunan, selain juga pendapatan bulanan seperti gaji dan sejenisnya. Jenis pendapatan tahunan ini misalnya seperti bonus tahunan, THR, dan segala jenis pemasukan yang kita terima setahun sekali.
Punya pendapatan tahunan itu penting lo, terutama pendapatan ini akan sangat berperan terhadap stabilitas keuangan jangka panjang. Nah, makanya, kalau memang perlu, coba yuk, kita tingkatkan pendapatan tahunan kita. Caranya sih ada beberapa. Namun, ya, enggak semuanya sama efektifnya untuk setiap orang.
Nah, dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang cara-cara efektif untuk meningkatkan pendapatan tahunan dan bagaimana kita dapat menerapkan strategi tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.
Mengapa Penting untuk Bisa Meningkatkan Pendapatan Tahunan?

Iya, kenapa penting sih?
Well, memangnya ada yang nggak pengin pendapatan—pendapatan apa pun itu—meningkat? Banyak hal yang bisa kita lakukan dan dapatkan kalau pendapatan kita meningkat. Termasuk pendapatan tahunan. Di antaranya adalah beberapa hal berikut ini.
Meningkatkan kemampuan menabung
Ketika pendapatan meningkat, kita dapat mempertimbangkan untuk menabung atau menginvestasikan uang tambahan tersebut, yang akan membantu memperkuat stabilitas keuangan jangka panjang.
Membantu mengurangi utang
Jika kita memiliki utang, meningkatkan pendapatan dapat membantu membayar utang lebih cepat dan mengurangi beban finansial yang mungkin terjadi terkait dengan utang.
Meningkatkan fleksibilitas keuangan
Dengan pendapatan yang lebih tinggi, kita juga memiliki lebih banyak opsi untuk mengejar impian dan tujuan keuangan, seperti membeli rumah, menyiapkan dana pendidikan anak, naik haji, sampai mengumpulkan modal untuk memulai bisnis sendiri.
Menjadi lebih mandiri secara finansial
Dengan pendapatan yang lebih tinggi, kita juga dapat lebih mandiri secara finansial dan menghindari kebergantungan pada bantuan keuangan dari orang lain.
Mengurangi stres keuangan
Ketika kita merasa tidak terbebani oleh masalah keuangan, cash flow lancar, stres pun menjauh. Kesejahteraan mental dan fisik dapat meningkat. Ingat kan, betapa pentingnya bagi kita untuk selalu sehat fisik, mental, dan finansial?
Cara Meningkatkan Sumber Pendapatan Tahunan

Yes, banyak hal memang bisa kita dapatkan dengan pendapatan tahunan yang meningkat. Nggak cuma soal material, tapi sampai ke mental dan akhirnya berpengaruh juga ke fisik.
Lalu, gimana caranya untuk bisa meningkatkan sumber pendapatan ini?
1. Menambah sumber pendapatan baru
Menambah sumber pendapatan baru adalah salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan pendapatan tahunan. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan:
- Bisnis sampingan. Kamu bisa pertimbangkan jenisnya. Misalnya jualan online, buka usaha warung kopi atau toko kelontong, atau menjadi reseller produk.
- Menjadi pekerja lepas, misalnya seperti menjadi penulis, desainer grafis, virtual assistant, atau konsultan keuangan lepas. Kamu bisa menyesuaikan dengan keahlian yang kamu punya.
- Investasi, misalnya seperti berinvestasi dalam saham, yang memungkinkanmu mendapatkan pendapatan dari dividen yang umumnya dibagikan sekali dalam setahun. Bisa juga mendapatkan bunga atau kupon dari obligasi. Of course, kamu harus memahami dulu risiko dan potensi keuntungan dari investasi yang kamu pilih.
2. Mengembangkan keterampilan baru
Mengembangkan keterampilan baru adalah cara lain yang juga efektif untuk meningkatkan pendapatan tahunan. Dengan mengembangkan keterampilan baru, kita dimungkinkan untuk dapat meningkatkan nilai jual di pasar kerja dan mendapatkan gaji yang lebih tinggi.
Terus, gimana caranya? Nih, ada beberapa hal yang mungkin bisa kamu coba:
- Belajar keterampilan baru yang sesuai dengan minat atau bidang pekerjaan. Misalnya, kamu bekerja di bidang teknologi informasi, kamu dapat mempertimbangkan untuk belajar bahasa pemrograman baru atau mengembangkan keterampilan analisis data.
- Mengambil kursus online atau offline, baik yang gratis ataupun yang berbayar. Sesuaikan dengan minat dan kemampuan ya.
- Menjadi relawan di organisasi yang relevan juga dapat membantumu memperoleh pengalaman baru dan mengembangkan keterampilan baru. Selain itu, pengalaman ini juga dapat membantumu untuk networking.
- Menghadiri seminar agar memperoleh wawasan baru tentang tren dan perkembangan terbaru dalam bidang kerjamu, selain juga untuk networking.
Nggak hanya 4 hal itu saja, kamu bisa melakukan banyak hal untuk menambah keterampilan baru ini. Yang penting, pilihlah keterampilan yang relevan dengan bidang kerja atau minat kamu, dan memilih sumber belajar yang sesuai dengan gaya belajar kamu.

3. Kreatif dalam mencari pekerjaan
Menjadi kreatif dalam mencari pekerjaan juga dapat membantumu menemukan pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi atau meningkatkan gaji di pekerjaan yang sudah kamu miliki. Selain itu, mungkin juga membuka peluang untuk mendapatkan pendapatan tahunan yang lain, misalnya ada tambahan tunjangan, insentif, dan sebagainya.
Gimana caranya?
- Mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Gunakan situs web pencari kerja, LinkedIn misalnya, untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan pengalamanmu.
- Meningkatkan kualifikasi, misalnya dengan menambah sertifikasi, gelar, atau keterampilan yang relevan.
- Mendiskusikan kemungkinan kenaikan gaji dengan atasan, dengan syarat dan ketentuan berlaku tentunya.
- Menjadi freelancer atau konsultan di luar jam kerja, yang memungkinkanmu menawarkan keterampilanmu secara mandiri dan menetapkan tarif yang lebih tinggi daripada gaji yang biasa kamu terima.
Bener kan? Ada banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk dapat meningkatkan pendapatan tahunan. Namun, kamu harus tetap realistis dengan target kamu ya, dan mempertimbangkan tuntutan dan tantangan yang lebih tinggi.
So, agar kita bisa meningkatkan pendapatan tahunan, penting bagi kita untuk terus mempelajari tentang keuangan dan mengasah kemampuan dalam mengelola uang.
Meskipun beberapa cara untuk meningkatkan pendapatan memerlukan usaha dan waktu, namun dengan belajar keuangan dan terus memperbarui rencana keuangan kita, kita dapat mencapai stabilitas keuangan jangka panjang dan meraih tujuan finansial kita. So, yuk belajar bareng!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Psikologi Pengeluaran Akhir Bulan: Memahami Mengapa Kita Mengeluarkan Lebih Banyak dan Bagaimana Menghindarinya
Siapa nih, yang suka panik di akhir bulan karena saldo udah limit banget, bahkan tinggal saldo minimal saja?
Well, kamu enggak sendirian sih. Faktanya, banyak orang mengalami masalah keuangan di akhir bulan alias di tanggal tua; ketika mereka merasa sulit untuk membayar tagihan, memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau bahkan menabung.
Penyebabnya sih bisa banyak, tapi tahukah kamu, bahwa hal ini ada juga kaitannya dengan masalah psikologis?
Yes, gaes, uang dan psikologi manusia itu ternyata berhubungan erat lo! Nah, makanya nih, di artikel kali ini, kita akan membahas salah satu faktor penting yang memengaruhi pengeluaran akhir bulan, yaitu psikologi pengeluaran. Yuk, simak sampai selesai ya, karena di akhir nanti juga akan ada tip praktis untuk menghindari pengeluaran yang nggak perlu di akhir bulan.
Masalah yang Sering Timbul di Akhir Bulan

So, masalah keuangan memang ada banyak. Penyebabnya juga beragam. Tapi ada beberapa masalah cash flow tertentu yang secara klasik muncul di akhir bulan. Apa saja? Yuk, kita lihat, bisa jadi beberapa di antaranya juga sering (atau selalu?) kamu alami.
Kurangnya uang tunai
Banyak orang mengalami masalah keuangan di akhir bulan karena mereka tidak memiliki cukup uang tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Tagihan yang belum dibayar
Di akhir bulan, tagihan rutin seperti listrik, air, gas, atau tagihan kartu kredit ternyata belum dibayar. Jika kita enggak bisa membayar tagihan tersebut, bisa jadi kita akan terkena denda atau bunga yang dapat menambah beban keuangan.
Sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari
Beberapa di antara kita juga mungkin merasa kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan transportasi di akhir bulan, karena uang sudah habis untuk membayar tagihan atau pengeluaran lainnya di sepanjang bulan yang dijalani.
Ketergantungan pada kartu kredit
Banyak orang mungkin mengandalkan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan di akhir bulan, tetapi jika mereka tidak membayar tagihan kartu kredit secara penuh, mereka akan dikenakan bunga dan biaya yang dapat menambah beban keuangan mereka.
Nah, mana nih yang paling sering kamu alami?
Faktor Psikologis yang Memengaruhi Keuangan di Akhir Bulan

Nah, tahukah kamu, bahwa semua masalah tersebut sebenarnya dipicu oleh hal-hal yang bersifat psikologis? Seperti apa misalnya?
1. Procrastination effect
Procrastination effect, atau efek penundaan, adalah suatu fenomena ketika kita menunda-nunda pengeluaran hingga akhir periode waktu tertentu, seperti akhir bulan.
Hal ini dapat terjadi karena kita merasa lebih bebas untuk mengeluarkan uang pada waktu tertentu, atau karena kita punya semacam “prediksi” akan mendapatkan lebih banyak uang dalam beberapa waktu ke depan.
Contohnya nih, banyak dari kita suka window shopping di marketplace dengan memasukkan berbagai produk ke troli, tapi enggak di-checkout. Alasannya, checkoutnya ntar aja, kalau sudah gajian. Saat gajian tiba, maka kita pun langsung checkout-checkout belanjaan tanpa ragu lagi.
Akhirnya, efek penundaan ini menyebabkan kita jadi mengeluarkan uang tanpa terkontrol, dan akan ngefek juga ke keuangan kita di akhir bulan.
Fenomena ini terkait dengan bias psikologis yang disebut efek hiperbolik diskon (hyperbolic discounting effect). Efek ini menyebabkan seseorang cenderung berpikiran bahwa mereka punya nilai yang lebih besar di masa depan dibandingkan dengan nilai yang ada saat ini. Misalnya, kita akan berpikir, ah, kan ada gaji bulan depan buat bayar. Padahal, ya sebenarnya kita juga tahu, bahwa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, gaji tersebut harus secara ketat dibagi per posnya.
Akibat dari efek ini, kita jadi lebih mudah menunda-nunda pengeluaran saat ini dan mengalokasikan uang “yang bahkan belum kita punya” untuk pengeluaran di masa depan. Tak peduli jika itu berarti kita akan menghadapi kesulitan keuangan di akhir bulan.
Efek psikologis ini bisa membuat kita cenderung spending secara tidak perlu dan tidak terencana. So, untuk mengatasinya, kamu bisa membuat anggaran dan rencana belanja.
2. Last minute decision effect
Last minute decision effect, atau efek keputusan di menit-menit terakhir, adalah suatu ketika kita cenderung membuat keputusan yang impulsif dan tidak terencana pada akhir periode waktu tertentu, seperti akhir bulan.
Hal ini dapat terjadi karena kita merasa terburu-buru, biasanya karena ada batasan waktu yang mepet. Misalnya nih, kita akan cenderung membuat keputusan impulsif dan membeli barang yang tidak dibutuhkan hanya karena kita melihat diskon besar-besaran di akhir bulan, padahal sebenarnya kita tidak membutuhkan barang tersebut.
Fenomena ini terkait dengan bias keputusan yang disebut efek framing. Efek framing terjadi ketika kita membuat keputusan berdasarkan pada bagaimana informasi tersebut disajikan. Dalam kasus efek keputusan terakhir, waktu merupakan bentuk framing yang memengaruhi keputusan tersebut. So, efeknya, kita jadi merasa terburu-buru dan cenderung membuat keputusan impulsif, karena kita merasa bahwa kita harus mengambil keputusan secepat mungkin.
Efek keputusan terakhir bisa memberikan konsekuensi negatif bagi keuangan lo. Pasalnya, kita jadi cenderung mengeluarkan uang yang tidak perlu dan tidak terencana. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali efek keputusan terakhir dan menghindarinya.
Banyak cara bisa dilakukan, salah satunya dengan membuat rencana belanja yang terencana sejak awal periode waktu dan membatasi diri untuk tidak mengambil keputusan penting pada akhir periode waktu ketika kita mungkin merasa terburu-buru atau tergesa-gesa.

3. Overconfidence effect
Efek overconfidence adalah suatu fenomena psikologis ketika kita merasa terlalu percaya diri tentang situasi keuangan kita di akhir periode waktu tertentu, seperti akhir bulan. Kalau dilihat-lihat, efek ini erat hubungannya dengan procrastination effect yang sudah dijelaskan di atas.
Fenomena ini terkait dengan bias psikologis yang disebut efek kelebihan keyakinan (overconfidence effect). Efek ini menyebabkan kita cenderung meremehkan risiko keuangan dan membuat keputusan pembelian yang impulsif. Kita merasa bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengatasi risiko keuangan yang mungkin muncul di masa depan, sehingga kita tidak terlalu memperhatikan risiko keuangan tersebut saat memutuskan pengeluaran yang akan kita lakukan.
Untuk menghindari efek ini, teteup ya, solusinya adalah membuat rencana belanja dan anggaran yang realistis, serta dengan mempertimbangkan risiko keuangan yang mungkin terjadi di masa depan saat membuat keputusan pembelian.
4. Accounting mental effect
Efek mental accounting adalah suatu fenomena psikologis ketika kita memisahkan uang dalam kategori tertentu dan membuat keputusan pembelian berdasarkan pada kategori tersebut.
Sebenarnya, accounting mental ini bagus sih, dan menjadi basic dari pengelolaann anggaran dengan pos-pos pengeluaran, seperti yang kita kenal sekarang. Namun, ternyata ada juga “efek samping” yang bisa jadi merugikan. Wah, apa efek sampingnya?
Konon, efek mental accounting dapat menyebabkan seseorang mengeluarkan uang lebih banyak pada suatu kategori dan kurang pada kategori lain, tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya.
Fenomena ini terkait dengan bias psikologis yang disebut efek akuntansi mental (mental accounting effect). Sebagai contoh, kita mungkin menyisihkan dana ke alokasi tertentu untuk hiburan sebagai “uang ekstra”. Dana ini bisa kita gunakan tanpa merasa bersalah. Tetapi, kecenderungan yang bisa terjadi adalah, kita pengin punya uang ekstra lebih banyak, sehingga “merasa harus” mengurangi pengeluaran kita pada kategori lain yang lebih penting, seperti makanan atau tagihan listrik.
Akibatnya, kita jadi mengeluarkan uang lebih banyak pada pos tertentu, dan jadi kurang pada pos lainnya. Fatalnya kalau ternyata pos yang lain tersebut ternyata lebih kita butuhkan. Pantas saja di akhir bulan, kita mengalami kesulitan keuangan kan?
So, untuk menghindari efek ini terjadi pada kita, ada baiknya kita belajar memprioritaskan pengeluaran yang lebih penting, seperti kebutuhan sehari-hari dan tagihan, serta dengan mempertimbangkan semua kategori pengeluaran dan memastikan bahwa uang kita bisa teralokasikan secara bijak.
So, sampai di sini sudah paham ya, bahwa dalam mengelola keuangan, terdapat banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi keputusan dan perilaku pengeluaran seseorang, terutama pada akhir bulan.
Salah satu cara untuk mempelajari lebih lanjut tentang manajemen keuangan dan menghindari pengaruh psikologis dalam pengeluaran adalah dengan belajar dari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Yuk, kita tingkatkan pemahaman kita tentang manajemen keuangan, sehingga kita dapat mengatur keuangan kita dengan bijak dan mencapai tujuan keuangan kita di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Ceklis Keuangan yang Harus Dibicarakan Berdua Sebelum Menikah
Banyak orang yang bilang, menikahlah maka masalah hidup akan lebih ringan. Tapi, apa benar menikah adalah solusi? Bukannya menikah itu justru awal dari hidup yang sebenarnya ya? Karena itu, kita harus mempersiapkan banyak hal sebelum menikah.
So, buat kamu yang setuju dengan pernyataan terakhir, mari sini ngumpul! Kita akan mengobrol lebih jauh soal ini.
Menikah Awal Hidup yang Sebenarnya
Jika kamu masih melanjutkan bacanya sampai bagian ini, berarti kamu setuju ya dengan pernyataan di atas?
Memang benar, sebelum memutuskan untuk menikah atau merencanakannya, ada banyak hal yang harus kamu pahami, perhatikan, dan persiapkan dulu bersama pasangan. Mengapa? Karena kamu akan hidup bersamanya sampai cukup lama lo! Tentu saja kamu pengin menikah sekali untuk selamanya kan? Bisa jadi kamu akan hidup sampai lebih dari 50 tahun bareng-bareng, kalau iya.
So, untuk menempuh perjalanan yang sebegitu panjang, sudah pasti butuh persiapan yang baik. Satu hal terbesar yang enggak boleh lupa untuk dihayati adalah bahwa kamu akan hidup bersama pasanganmu itu 100% tanpa ragu lagi. Pasalnya, setelah menikah itu bisa jadi berbeda banget dengan masa-masa pacaran—sebelum menikah.
Untuk bisa 100% enggak ragu dan bisa mantap melangkah menempuh perjalanan hidup berdua, salah satu masalah yang harus dipersiapkan sejak awal adalah keuangan.
Enggak bisa memungkiri, bahwa topik keuangan itu memang topik yang sensitif banget, bahkan buat kamu yang sudah berpasangan. Kamu tahu, bahwa masalah ekonomi merupakan penyebab kedua terbesar perceraian suami istri?

Ini dia datanya, sesuai yang dirilis oleh Pengadilan Agama Indonesia tahun 2021.
So, jangan sampai masalah ini menjadi masalah kamu dan pasangan deh ke depannya ya, karena pada dasarnya masalah keuangan ini bisa kok diatasi sejak dini. Terutama, dari sisi kamu sendiri.
Lalu, bagaimana cara mengantisipasi munculnya masalah keuangan saat sesudah menikah? Ya, dengan mempersiapkannya sebelum menikah.
Berikut beberapa hal keuangan yang harus benar-benar kamu cek dan pastikan kalau kondisinya aman sebelum menikah.

Ceklis Keuangan Sebelum Menikah
Bisa terbuka enggak satu sama lain?
Terbuka ini penting banget lo. Bisa dikatakan, ini dulu yang harus dicek, sebelum ke yang lain-lainnya. Kalau keterbukaan ini tidak bisa dicapai, maka kamu bisa anggap bahwa sudah muncul satu red flags di sini, dan harus segera kamu atasi sebelum menikah.
Pasalnya, masih banyak yang menganggap tabu untuk ngomongin duit. Sebatas, “Besok nikah, biayanya bujet berapa ya? Siapa yang tanggung? Kalau patungan, berapaan?” seperti itu saja ada yang merasa risih untuk membicarakannya. Salah satu penyebabnya adalah takut dibilang matre.
Padahal, kita harus realistis. Karena terbuka soal keuangan artinya kamu mengakui batasan-batasan finansial yang bisa dicapai oleh kamu dan pasanganmu.
So, sebelum menikah, biasakan untuk mengobrol apa saja termasuk keuangan. Memang sih, mungkin akan belum terlalu terbuka semacam gaji juga masih diomongin kisaran saja. Atau belum punya rekening bersama. Tapi setidaknya, sudah mulai saling tahu pola pengelolaan keuangan masing-masing. Ibaratnya, siapa yang boros, siapa yang hemat, siapa yang impulsif, dan seterusnya harus sudah diketahui sebelum menikah.
Sumber penghasilan
Semakin serius hubungan, maka bisa jadi obrolan keuangan juga semakin serius. Pada akhirnya, kamu dan pasanganmu harus saling tahu sumber penghasilan masing-masing. Memang enggak gampang sih, apalagi kalau ada ketimpangan penghasilan antara kedua pasangan. Ya, itu tadi, soal dianggap matre.
Tapi, apa pun itu, harus dicoba untuk diobrolkan. Karena ke depannya akan lebih mudah bagi kamu dan pasanganmu untuk mengelola keuangan keluarga saat sudah menikah. Efeknya akan jangka panjang.
Peran masing-masing
Nah, ini juga sangat penting dan sebaiknya sudah ditentukan sejak sebelum menikah. Siapa yang jadi pencari nafkah utama, siapa yang akan jadi bendahara, siapa bayar apa, siapa bagian apa, sistemnya seperti apa, dan seterusnya. Jangan sampai terkena sindrom Papa Bos, Mama Bos—dua-duanya bos, yang jadinya malah membuat pembagian peran enggak jelas.
Ini penting, karena pola pengelolaan keuangan—terutama soal anggaran—ini akan berbeda sekali antara sesudah dan sebelum menikah. Pertama, karena dua orang pasti berbeda juga cara pengelolaannya. Kedua, kondisi berubah dan kebutuhan juga bisa jadi bertambah.
Sampai di sini, kalau sudah terbiasa terbuka seperti yang dijabarkan di point pertama di atas sih biasanya tidak akan banyak menemui kesulitan untuk bersepakat.
Utang piutang
Kamu dan pasanganmu juga harus tahu persis, apakah masing-masing punya utang atau tidak.
Jika punya, berapa jumlahnya? Bagaimana cara pembayarannya? Masih berapa lagi nyicilnya? Hal ini perlu diobrolkan baik jika kamu ataupun pasanganmu yang memiliki utang.
Meskipun secara hukum, utang yang dibuat sebelum menikah tidak menjadi tanggung jawab bersama, tetapi nantinya hal ini akan berdampak ke pengaturan keuangan keluarga. Banyak lo, pasangan yang tidak berterus terang soal utang ini sebelum menikah, dan pada akhirnya jadi merasa terjebak.

Sandwich generation?
Hal lain yang juga harus dicek dan dibicarakan sebelum menikah apakah kamu dan pasanganmu merupakan sandwich generation atau bukan.
Kondisi ini nantinya seakan banyak dapur yang dibiayai oleh satu orang. Pastinya, akan berpengaruh ke keuangan kan, nantinya? Dan, pengaruhnya enggak kecil lo!
So, cobalah bahas secara santai dengan pasanganmu ya, bagaimana pengaturan anggarannya supaya masing-masing tidak terganggu.
Tujuan keuangan
Sejak sebelum menikah, akan baik adanya jika kamu dan pasangan sudah mulai membicarakan juga berbagai tujuan keuangan keluarga yang hendak dicapai berdua.
Misalnya, mau tinggal di mana? Kapan mulai merencanakan punya rumah sendiri? Mau punya anak berapa? Bagaimana pendidikannya nanti? Mau beli mobil? Mau punya tabungan liburan? Pengin beribadah ke tanah suci? Kira-kira bakalan pensiun usia berapa?
Kok banyak ya? Ya memang banyak, bestie. Karena itu, susun prioritas. Buat tujuan jangka pendek, menengah, hingga panjang. Enggak harus semua langsung dieksekusi, yang harus dibicarakan berdua adalah rencana dulu. Selanjutnya, bisa dimatangkan sambil jalan. Dengan demikian, keuangan bisa terarah sesuai tujuan dan cita-cita masing-masing.
Boleh bekerja?
Nah, ini juga masalah yang sering jadi batu sandungan. Bahkan, kadang bisa mengarah ke tindak kekerasan finansial kalau misalnya tidak ada kesepakatan sejak awal.
So, ada baiknya dibicarakan sejak sebelum menikah. Setidaknya, persepsi haruslah sama. Kalau tidak, ya harus ada kompromi agar tercapai solusi yang baik untuk semuanya. Pada dasarnya boleh saja jika memang memutuskan untuk satu penghasilan, asalkan merupakan hasil kesepakatan.
Nah, itu dia 7 ceklis keuangan yang harus dibicarakan berdua dengan pasangan sebelum menikah. Banyak ya, ternyata persiapannya? Iya, karena menikah adalah sebuah tahapan hidup. Berani melangkah ke pelaminan artinya kita siap untuk naik kelas. Untuk naik kelas, ya harus usaha dan bersiap, karena di kelas selanjutnya, biasanya juga bakalan ada ujian yang tidak mudah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Judi Online: Mengapa Orang Masih Saja Terjebak?
Beberapa kali baca pemberitaan tentang seseorang yang terkena kasus lilitan pinjaman online. Kalau ditelusur lebih jauh, alasan orang utang pinjol ini memang beragam. Namun, yang sungguh terasa miris di hati adalah ketika seseorang terjerat pinjol lantaran judi online.
Akhir-akhir ini, teknologi memang berkembang luar biasa. Selain membantu dan memudahkan hidup kita, teknologi juga ternyata mampu menjerat ke hal-hal yang negatif. Terbukti judi pun merambah ke dunia digital, dan bahkan semakin marak beredar. Didukung dengan semakin terjangkaunya harga smartphone, murahnya kuota, maka lengkap sudah. Setiap orang bisa melakukan dan menjajal peruntungan melalui judi online atas motivasi apa pun.

Penyebab Maraknya Judi Online
Dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika, sejak tahun 2018 hingga 2022, sejumlah 499.645 konten judi online sudah diblokir dari berbagai platform. Namun sayangnya—seperti halnya aplikasi pinjol ilegal yang mati satu tumbuh seribu, platform judi online kembali bermunculan dengan nama berbeda begitu diblokir. Pagi diputus aksesnya, sore sudah muncul kembali dengan nama baru.
Di sinilah kerumitan pemberantasan judi online tersebut berakar.
Semua itu juga ada sebabnya. Ingat kan, bahwa dalam bisnis berlaku hukum supply and demand? Supply (= platform judi online) ada karena adanya demand, yaitu orang-orang yang hobi berjudi.
Menurut Mark Griffiths, seorang psikolog dari Nottingham Trent University, ada banyak motivasi yang muncul dari dalam diri seorang penjudi, dan hal itu enggak melulu soal prospek menang. Memang sih, motivasi “bisa dapat uang banyak” menempati urutan tertinggi. Namun ada juga faktor pendorong lain. Dua di antaranya adalah “karena menyenangkan” dan “karena seru”. Bahkan, ketika kita kalah berjudi saja, tubuh tetap akan menghasilkan adrenalin dan endorfin yang deras. Hal inilah yang kemudian memunculkan rasa penasaran dan ingin melanjutkan permainan.
Sementara para peneliti dari University of Stanford California menemukan fakta bahwa 92% orang tidak akan berhenti berjudi kalau mereka sudah merasakan sensasinya.
Dari sinilah muncul demand, yang kemudian dijawab oleh para developer dengan menyediakan platform sesuai yang diminta. Hubungan sebab akibat antara supply dan demand judi online ini akan terus saling mendorong tumbuhnya satu dengan yang lain, sehingga memunculkan siklus yang tak terhenti.

Alasan Orang Melakukan Judi Online
Kondisi Ekonomi Sulit
Kondisi ekonomi dunia yang memburuk, seperti contohnya pandemi COVID-19, adalah salah satu faktor penyebab orang mengalami kesulitan keuangan berkepanjangan. Hingga akhirnya, banyak di antara orang-orang yang kesulitan ini memilih main judi online sebagai alternatif ‘solusi’. Yah, siapa tahu bisa dapat pendapatan tambahan. Begitu pikir mereka.
Kebutuhan akan Rekreasi
Beban hidup semakin berat. Inflasi, krisis, naiknya harga BBM memberikan dampak bagi semua orang. Kebutuhan hidup naik, tuntutan naik, tekanan naik. Termasuk kebutuhan rekreasi juga naik. Sayangnya, seiring harga kebutuhan pokok yang makin mahal, rekreasi jadi turun prioritas. Cari yang murah, dan bisa dilakukan di rumah saja. Judi online dianggap sebagai salah satu rekreasi yang murah meriah.
Judi online itu seru, membuat orang tertantang, termotivasi, dan penasaran, seperti yang dijelaskan oleh Mark Griffiths di atas. Dengan modal “hanya” puluhan ribu, orang berpeluang untuk mendapatkan puluhan juta.
Lebih jauh lagi, kalau sampai kalah, mereka akan berpikir bahwa kemenangan selanjutnya bisa membantu menutup kekalahan. Karena itu, mereka berutang untuk modal judi lagi. Selanjutnya, bisa diduga kan, jadinya seperti apa?

Menghilangkan Kecanduan Judi Online
Jika kecanduan judi online ini dibiarkan, gangguan ini tak hanya memberikan dampak buruk bagi si pelaku. Tetapi akan menimbulkan masalah juga pada keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Apalagi jika kemudian berutang pinjol ilegal. Semakin nyata terornya.
Bagaimanapun, masalah perjudian dan keuangan ini berjalan beriringan. Krisis keuangan yang terjadi tidak akan mampu diatasi, kalau gangguan kecanduan judi online tidak disembuhkan lebih dulu.
Faktanya, banyak keluarga yang tidak sadar bahwa salah satu dari mereka kecanduan judi online, sampai kemudian muncul masalah keuangan. Banyak kejadian tiba-tiba saja keluarga mendapat panggilan pengadilan karena ada utang, atau rumah didatangi debt collector, atau aset-aset disita. Baru di sini sadar, kalau ada yang kecanduan judi.
So, solusi terbaik bisa jadi adalah terapi. Pasalnya, kecanduan judi ini merupakan salah satu bentuk gangguan mental, seperti yang dijelaskan dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-5). Artinya, gangguan ini sebenarnya bisa disembuhkan, dan kalau perlu secara klinis.
Setelah gangguan tersebut teratasi, masalah keuangan pun bisa diatasi. Memang tidak mungkin untuk bisa mengatasi semuanya sekaligus. Karena itu, susun prioritas.
Yah, semoga segera teratasi ya, jika kamu mengalami masalah ini. Yang pertama harus dilakukan memang adalah mengakui adanya masalah dulu. Baru kemudian kamu bisa mencari “obat” atau solusi terbaiknya.
Carilah bantuan pada yang profesional, jika perlu. Meski mungkin pecandu judi online akan mengalami fase penyangkalan, seperti umumnya pecandu yang lain. Namun, pendampingan oleh keluarga dan orang-orang terdekat seharusnya bisa membantu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pelajaran Keuangan yang Bisa Didapatkan dari Drama Korea All of Us Are Dead
Sudah nonton drama Korea All of Us Are Dead belum? Drama ini bergenre survival, yah kurang lebih seperti Squid Game yang sempat populer banget tahun lalu.
Ceritanya sih serem, yaitu serangan wabah zombie ke sebuah sekolah, bernama Hyosan High School, sehingga murid, guru, dan semua orang dalam sekolah itu harus berupaya bertahan agar tak tertular dan jadi zombie juga.
Meski serem dan kayaknya enggak ada kaitannya dengan finansial, tapi kalau dicermati, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita petik dari kisah On-jo, Nam-ra, Le Su-Hyeok, dan kawan-kawan di drama Korea ini loh. Apa saja? Yuk, kita lihat!

Pelajaran Keuangan dari Drama Korea All of Us Are Dead
1. Kondisi yang sulit akan mampu membawa sisi terbaik dan terburuk kita
Dalam drama Korea ini, virus zombie yang terjadi di Hyosan terjadi tanpa adanya peringatan, langsung melanda seluruh sekolah hanya dalam waktu beberapa jam. Tak pernah ada yang memprediksikan hal ini terjadi. Sebagian besar lantas berusaha survive, ada yang mengunci diri di kelas, ada yang bersembunyi di bawah meja, sedangkan yang lainnya berusaha melawan para zombie dengan senjata seadanya yang bisa didapatkan.
Krisis selalu datang tanpa peringatan. Dan saat krisis datang, berbagai hal pun kita lakukan. Ada yang memilih sembunyi dan denial, ada yang menyalahkan keadaan, ada yang menyerah, ada juga yang berusaha mencari “senjata” di sekitar agar dapat melawan krisis sebisa mungkin. So, semua terserah kita, mau memilih yang mana.
Akhirnya bisa dilihat kan, yang survive yang mana?
2. Hanya kitalah yang bisa menyelamatkan diri sendiri
Di drama Korea All of Us Are Dead, para murid melawan zombies dalam tim. Namun, ada juga situasi-situasi ketika mereka harus menghadapi zombie sendirian.
Seperti halnya dalam hidup, kita tak selamanya bisa hanya mengandalkan orang lain untuk menolong dan mengeluarkan kita dari situasi rumit. Utang, misalnya, hanya kita sendirilah yang bisa melunasinya. Bukan orang lain. Juga ketika kita kehabisan uang, ya kalaupun minta bantuan orang lain bisanya hanya sekali dua kali saja. Selebihnya, harus segera mencari solusi sendiri agar kesulitan keuangan itu nggak berkepanjangan.
Begitu juga dengan bisnis. Ketika ada masalah, maka kamu sebagai pemilik bisnislah yang bertanggung jawab untuk segera mencari solusinya. Bukan orang lain.
Jadi, singkatnya, we have to fight our own battles. No one is going to rescue us all the time.

3. Bantu jika mampu
Barangkali saat krisis, kita beruntung karena kita lebih mampu bertahan. Karena itu, ada baiknya kita membantu yang lain yang mengalami kesulitan.
Seperti semua tokoh dalam drama Korea All of Us Are Dead, mereka semua sebenarnya memiliki niat untuk saling bantu. Apa daya, kadang memberi bantuan malah berubah jadi misi bunuh diri. So, buat kita, ada baiknya tetap harus melihat kemampuan diri sendiri ya. Jangan sampai membantu orang, tetapi kita sendiri akhirnya malah “bunuh diri”.
4. Siap berkorban
Setiap karakter dalam drama Korea All of Us Are Dead tahu banget makna pengorbanan. Jika mereka melihat satu peluang untuk survive, meski dengan berkorban, maka mereka akan memperjuangkannya.
Begitu juga dalam hal keuangan dan hidup. Kadang kita harus mengorbankan berbagai keinginan di masa sekarang, agar bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan. Jangan salah, ini pengorbanan yang besar loh!

5. Akan selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah
Sekelompok manusia harus melawan sepasukan zombie. Sepertinya hal yang mustahil untuk dimenangkan oleh pihak manusia, ya kan? Tapi nyatanya tidak demikian dalam drama Korea ini. Para siswa ternyata bisa survive, dengan cara apa pun. On-jo, Nam-ra, Le Su-Hyeok, Cheong-san, dan siswa yang tersisa mampu melewati tantangan demi tantangan.
Serangan zombie bisa saja kita ibaratkan dengan kesulitan-kesulitan yang melanda hidup kita. Seperti pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai ini. Saat baru saja datang, bisa dibilang setiap orang terdampak. Meski belum pulih sepenuhnya seperti sebelum pandemi, tetapi sekarang sudah banyak dari kita yang sudah optimis lagi. Mulai membangun lagi bisnisnya, mulai mencari pekerjaan lagi, atau malah mencoba usaha kecil secara mandiri.
Dengan pola pikir yang lebih positif, kemauan untuk bekerja keras, dan disiplin, kita masih bisa mengubah keadaan, dan mungkin bahkan bisa menjadikannya lebih baik lagi.
Nah kan, belajar keuangan itu memang bisa dari mana saja, dengan cara apa pun, dengan siapa pun. Termasuk dari drama Korea. Siapa sangka, All of Us Are Dead yang sepertinya nggak membahas soal finansial, bisnis, ataupun ekonomi sama sekali, ternyata juga bisa memberikan banyak pelajaran berharga soal keuangan, ya kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!