Menjadi Bapak Rumah Tangga seperti Irfan Bachdim: Tukar Peran Itu Tak Masalah!
Lagi ramai nih di jagat media sosial, tentang pengakuan Jennifer Bachdim kalau sekarang menjadi tulang punggung keluarga. Pasalnya, suaminya, pesepakbola Irfan Bachdim, sudah habis kontrak dengan Persis Solo, dan belum menemukan klub bola baru yang pas dengan kebutuhannya. Alhasil, Irfan Bachdim pun menjadi bapak rumah tangga—stay at home dad, mengurus 4 anak mereka.
Cerita ini dituturkan sendiri oleh Jennifer Bachdim dalam sebuah podcast, yang langsung viral tak lama kemudian. Tak ditemukan rasa yang gimana-gimana sih pada Jennifer Bachdim saat menceritakan hal ini. Justru dengan bangga, Jennifer menggambarkan betapa Irfan sekarang sedang menikmati masa-masa rehatnya, lantaran sudah bertahun-tahun bekerja keras jauh dari keluarga.
Sekarang, ada kesempatan bagi mereka untuk bertukar peran sejenak; Jennifer menjadi tulang punggung mencari nafkah, dan Irfan menjadi bapak rumah tangga, mengurus anak-anak.
Tukar Peran Rumah Tangga dalam Perspektif Masyarakat

Mengapa kisah ini viral? Sepertinya sih, tak jauh-jauh dari perspektif masyarakat di Indonesia ya. Pasalnya, yang dianggap umum selama ini adalah ketika istri di rumah saja dan mengurus keluarga, dan suami yang pergi bekerja mencari nafkah.
Dikutip dari CNBC, dalam pasal 31 ayat tiga UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan di Indonesia, dinyatakan bahwa suami berperan sebagai kepala keluarga, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga. Begitulah posisi formal seorang suami istri dalam sebuah keluarga.
Selanjutnya, diatur pula dalam Pasal 80 ayat 4 Kompilasi Hukum Islam mengenai kewajiban nafkah yang harus dipenuhi suami, yang mencakup kebutuhan dasar istri, biaya hidup sehari-hari, dan biaya pendidikan anak. Apabila suami tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya, istri memiliki hak untuk mengajukan gugatan nafkah berdasarkan Pasal 34 ayat 3 UU Perkawinan.
Nah, itu dia menurut hukum. Namun, seiring berubahnya waktu, fenomena pertukaran peran dalam mencari nafkah menjadi semakin umum dan dianggap wajar. Situasi dan kondisi yang berbeda dalam setiap rumah tangga sering kali menjadi alasan di balik keputusan ini.
Penyebab Istri Menjadi Tulang Punggung seperti Jennifer Bachdim

Dalam hidup berumah tangga sendiri, ada hal-hal yang bisa terjadi dan akhirnya “memaksa” suami dan istri harus bertukar peran: si suami tinggal di rumah–jadi bapak rumah tangga, dan istri yang bekerja sebagai pencari nafkah utama.
Apa saja yang bisa memicu hal ini terjadi?
1. Kehilangan Pekerjaan
Seperti kondisi yang dialami oleh Irfan Bachdim, pertukaran peran dalam rumah tangga bisa terjadi karena suami kehilangan pekerjaan. Sepertinya sih, ini adalah penyebab yang paling banyak terjadi, ketika kemudian istri maju dan menggantikan suami sebagai tulang punggung keluarga.
2. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan bisa menjadi kondisi lain yang menyebabkan suami memutuskan untuk menjadi bapak rumah tangga. Bisa jadi ada penyakit yang mengharuskannya untuk bed rest, atau lebih banyak beristirahat di rumah. Enggak hanya mengidap penyakit, bisa juga suami mengalami kecelakaan, atau cedera. Juga enggak selalu fisik, bisa juga secara mental.
3. Karier Istri Lebih Menjanjikan
Sementara, ada juga pasangan yang memang bersepakat istri sebagai pencari nafkah utama karena karier istri lebih menjanjikan. Hal tersebut juga sangat wajar terjadi belakangan, ketika kesetaraan gender sudah diakui di mana-mana.
4. Suami Fokus ke Pendidikan
Beberapa kondisi lain yang juga bisa menjadi penyebab istri beralih peran menjadi pencari nafkah utama adalah suami ingin fokus untuk melanjutkan pendidikannya. Ada banyak perusahaan yang memberikan benefit untuk melanjutkan pendidikan bagi karyawannya. Meski pendidikannya difasilitasi, tetapi bisa jadi juga ada efek pada penghasilan yang rutin didapatkan. Karena dirasa tidak cukup lega untuk kebutuhan, maka istri bisa saja memutuskan untuk mencari nafkah ekstra.
Atur Keuangan sebagai Bapak Rumah Tangga

Ya, sebenarnya sih, kondisi ini tidak menjadi masalah. Menilik kasus Irfan dan Jennifer Bachdim, terlihat bahwa memilih untuk menjadi seorang bapak rumah tangga dapat memiliki keuntungan tersendiri, asalkan diambil berdasarkan kesepakatan bersama antara suami dan istri.
Untuk pasangan yang ingin menerapkan model ini dalam kehidupan rumah tangga mereka, ada beberapa hal yang kemudian perlu dilakukan. Mengapa perlu? Karena ada perubahan fase hidup di sini. So, bisa jadi akan mengubah rencana keuangan keluarga juga nantinya.
Buat Anggaran yang Realistis
Kalau biasanya istri menjadi manajer keuangan, maka mungkin sekaranglah waktunya bagi bapak rumah tangga untuk menguasai keterampilan yang sama.
Yang pertama harus dilakukan adalah mengidentifikasi semua pengeluaran bulanan tetap, seperti tagihan utilitas, cicilan rumah, atau biaya sekolah anak, juga kebutuhan rutin lainnya. Jika istri sudah punya catatan keuangan, tugas ini pastinya sih lebih ringan. Tinggal duduk berdua, dan tektokan.
Jangan lupa untuk menetapkan dana khusus untuk pengeluaran tidak terduga untuk menghindari stres finansial. Dengan kata lain, cek dan pantau dana daruratnya.
Tabungan dan Investasi
Dengan tetap berdiskusi dengan istri, tetap sisihkan sebagian pendapatan keluarga di awal sebisa mungkin untuk tabungan jangka panjang. Kalaupun harus disesuaikan, tentu enggak masalah. Kan, menyesuaikan dengan penghasilan juga.
Cek posisi dan rencana investasi dan tabungan yang sudah ada, dan lakukan review untuk berbagai tujuan finansial yang sudah ditentukan sebelumnya. Kalau perlu mengubah rencana, jangan ragu ya.
Belanja secara Efisien
Bapak-bapak juga harus belajar belanja dengan cermat dan bijak, kalau sebelumnya hal ini dilakukan oleh istri saja. Kenali apa saja kebutuhan keluarga dan belajar membedakannya dari keinginan, lalu sesuaikan ya. Belajar dari istri bagaimana melakukan perbandingan harga untuk mendapatkan penawaran terbaik: harganya bersahabat di dompet, sementara daya gunanya tetap terbaik.
Pengendalian Utang
Ada utang keluarga? Jika iya, cek apakah sudah ada rencana pembayaran yang realistis dan cermat untuk mengurangi beban finansial. Jika memang penghasilan berkurang, akan lebih baik untuk menghindari penambahan utang baru, terutama yang bersifat konsumtif.
Belajar Keuangan
Sebagai bapak rumah tangga, yuk, belajar keuangan dan meningkatkan pengetahuan tentang manajemen keuangan. Bisa dari berbagai buku, baca-baca artikel atau postingan media sosial, sampai ikut FCOS, kelas keuangan online dari QM Financial.
So, memutuskan untuk berperan sebagai bapak rumah tangga itu juga tak mudah. Karena itu, harus tetap dihargai sebagai suatu pilihan yang layak. Bagaimanapun, kita harus menghormati keputusan setiap keluarga dengan kondisi yang berbeda.
Kesepakatan dengan pasangan, perspektif dan visi yang sama memang menjadi hal penting demi menjalankan rumah tangga yang sehat. Enggak hanya soal beban pekerjaan, tetapi juga empati, pengertian, dan cinta.
Dalam menjalankan peran sebagai bapak rumah tangga, tetaplah memprioritaskan komunikasi terbuka dan saling menghargai. Bukan hanya soal membagi tanggung jawab, tetapi juga tentang membangun sebuah tim yang solid. Faktanya, setiap anggota keluarga berhak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman, stabil, dan penuh kasih sayang.
Semoga dengan tip dan pedoman ini, para bapak rumah tangga di seluruh dunia dapat merangkul peran mereka dengan penuh keyakinan, kemandirian, dan kebanggaan, membawa kesejahteraan dan kebahagiaan yang berkelanjutan bagi keluarga mereka.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Tinggal di Rumah Sendiri vs Orang Tua vs Kontrak: Pilih Mana?
Tinggal di rumah sendiri, tetap tinggal bareng orang tua, atau kontrak saja ya? Barangkali itu pertanyaan yang mampir di hampir semua pasangan yang baru saja menikah.
Namun, keputusan tersebut sering kali tidak semudah yang dibayangkan. Dilema ini bisa menimbulkan kebingungan dan ketegangan, terutama bagi pasangan baru yang berusaha menemukan solusi terbaik untuk membangun kehidupan bersama yang harmonis dan sejahtera.
Yang pasti sih, masing-masing pilihan, baik tinggal di rumah sendiri atau yang lainnya, memiliki kelebihan dan kekurangannya, terutama dari sisi finansial. So, kita akan bahas lebih dalam ke dalam ketiga pilihan ini, membahas keunggulan dan kelemahan masing-masing dari perspektif finansial, serta memberikan wawasan untuk membantumu dan pasangan membuat keputusan yang tepat.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan, tujuan, dan kemampuan finansial, kamu akan lebih siap untuk menghadapi dilema memilih untuk tinggal di rumah sendiri atau yang lainnya. Semua demi kesejahteraan hidup di masa depan.
Tinggal di Rumah Sendiri dari Sisi Finansial

Keunggulan
Ada beberapa keuntungan atau keunggulan yang bisa didapatkan jika kamu tinggal di rumah sendiri, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Aset. Ketika kamu memiliki dan tinggal di rumah sendiri, kamu akan membangun aset di properti tersebut seiring waktu. Aset ini bisa menjadi sumber kekayaan yang penting dan bisa digunakan sebagai agunan untuk meminjam uang, jika diperlukan di masa depan.
- Stabilitas. Tinggal di rumah sendiri memberimu stabilitas finansial jangka panjang karena pembayaran bulanan cicilannya cenderung tetap atau enggak berubah selama masa pinjaman. Hal ini cukup membantu dalam merencanakan anggaran dan mengurangi risiko kenaikan harga sewa yang tidak terduga.
- Potensi apresiasi nilai. Jika nilai properti yang kamu miliki meningkat seiring waktu, kamu akan mendapatkan keuntungan dari apresiasi nilai tersebut jika nantinya ingin menjual rumah. Ini bisa menjadi sumber keuntungan finansial yang signifikan.
- Kemapanan. Bagaimanapun kita tinggal di Indonesia yang menjadikan kepemilikan rumah sebagai simbol kemapanan. Rasanya, belum mapan kalau sudah berkeluarga tetapi belum tinggal di rumah sendiri.
Risiko
Nah, selain keunggulannya, ada pula beberapa risiko yang harus diperhatikan jika kamu tinggal di rumah sendiri. Di antaranya:
- Adanya biaya awal. Pembelian rumah biasanya memerlukan uang muka yang cukup besar, serta biaya tambahan seperti bea balik nama, biaya notaris, dan biaya asuransi. Ini bisa menjadi hambatan finansial bagi banyak orang yang tidak memiliki tabungan yang cukup.
- Biaya perawatan dan perbaikan. Tinggal di rumah sendiri, kamu akan bertanggung jawab atas biaya perawatan dan perbaikan yang diperlukan, baik yang rutin maupun yang tidak terduga. Ini bisa menjadi beban finansial yang signifikan dan sulit diprediksi.
- Keterikatan finansial. Membeli rumah merupakan komitmen finansial jangka panjang, dan menjual rumah bisa memakan waktu dan usaha. Jika kamu perlu pindah karena pekerjaan atau alasan lain, kamu mungkin akan mengalami kesulitan menjual rumah dalam waktu yang singkat atau dengan harga yang diinginkan.
- Risiko pasar. Nilai properti bisa naik atau turun seiring waktu, tergantung pada kondisi pasar dan faktor eksternal lainnya. Jadi, ada risiko bahwa nilai rumah mungkin turun, menyebabkan kerugian finansial jika kamu perlu menjualnya.
Tinggal di Rumah Orang Tua dari Sisi Finansial

Keunggulan
Nah, sekarang mari kita lihat sisi finansial dari tinggal di rumah orang tua. Beberapa hal yang mungkin menjadi keunggulannya adalah sebagai berikut.
- Penghematan biaya. Tinggal di rumah orang tua biasanya mengurangi atau menghilangkan biaya sewa atau cicilan bulanan. Tentu saja ini artinya penghematan, sehingga kamu bisa mengalokasikan dana tersebut untuk tujuan finansial lain, seperti bikin rencana dana pendidikan anak atau dana pensiun.
- Berbagi biaya rumah tangga. Ketika kamu tinggal dengan orang tua, biaya rumah tangga seperti utilitas, internet, dan makanan dapat dibagi antara anggota keluarga, sehingga mengurangi beban finansial pada masing-masing individu.
- Dukungan finansial. Dalam beberapa kasus, orang tua mungkin bersedia membantu anak-anak mereka secara finansial.
Risiko
Sementara, ada juga beberapa risiko atau kerugian secara finansial kalau kamu tinggal di rumah orang tua. Di antaranya:
- Ketergantungan finansial. Tinggal di rumah orang tua bisa membuatmu terbiasa dengan dukungan finansial mereka sehingga bisa jadi menghambat kemandirian finansial. Hal ini bisa menjadi masalah jika kamu perlu pindah atau hidup mandiri di kemudian hari.
- Kurangnya privasi dan otonomi. Tinggal dengan orang tua sering kali berarti harus mengikuti aturan dan rutinitas mereka, serta berbagi ruang dengan anggota keluarga lain. Ini bisa memengaruhi kualitas hidup keluarga kamu sendiri, sehingga membuatmu dan pasanganmu merasa kurang otonom dalam mengatur kehidupan sehari-hari.
- Potensi konflik. Tinggal bersama orang tua dapat menyebabkan konflik dalam hubungan, terutama jika kamu dan pasanganmu memiliki gaya hidup atau pandangan yang berbeda. Ini dapat menyebabkan stres dan ketegangan yang berdampak negatif pada kehidupan finansial dan emosional juga nantinya.
- Tidak membangun aset. Dengan tinggal di rumah orang tua, kamu enggak punya kesempatan untuk membangun aset dalam properti. Ini berarti kamu mungkin melewatkan potensi keuntungan finansial jangka panjang yang terkait dengan kepemilikan rumah.
Tinggal di Rumah Kontrakan dari Sisi Finansial

Keunggulan
Selain tinggal di rumah sendiri atau di rumah orang tua, kamu juga punya pilihan untuk tinggal di rumah kontrakan. Ada beberapa keunggulan secara finansial di sini. Apa saja?
- Fleksibilitas. Tinggal di rumah kontrakan memberikan fleksibilitas dalam hal durasi kontrak dan lokasi tempat tinggal. Jika kamu perlu pindah karena pekerjaan atau alasan pribadi, kamu dapat mencari kontrakan baru dengan lebih mudah daripada menjual rumah milik sendiri.
- Biaya awal lebih rendah. Berbeda dengan membeli rumah, tinggal di rumah kontrakan biasanya memerlukan biaya awal yang lebih rendah, seperti uang muka sewa dan deposit. Ini bisa lebih terjangkau bagi kamu yang memang belum memiliki tabungan yang cukup untuk membeli rumah.
- Tidak ada biaya perawatan dan perbaikan besar. Sebagai penyewa, kamu umumnya enggak bertanggung jawab atas biaya perawatan dan perbaikan besar pada properti yang disewa. Biaya tersebut biasanya ditanggung oleh pemilik rumah, sehingga mengurangi beban finansialmu.
Risiko
Dan, seperti opsi yang lain juga, ada beberapa risiko atau kerugian yang harus dihadapi dari tinggal di rumah kontrakan. Di antaranya:
- Enggak ada pembangunan aset. Ketika kamu menyewa, maka enggak ada proses membangun aset di properti. Sebagai hasilnya, kamu tidak akan mendapatkan keuntungan nilai aset yang bertumbuh dari waktu ke waktu.
- Kenaikan harga sewa. Harga sewa dapat meningkat dari waktu ke waktu, tergantung pada kondisi pasar dan kebijakan pemilik rumah. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan finansial, terutama jika kenaikan harga sewa tidak sebanding dengan pendapatanmu.
- Kurangnya kontrol atas properti. Sebagai penyewa, kamu mungkin memiliki keterbatasan dalam mengubah atau memperbaiki properti sesuai keinginan. Selain itu, pemilik rumah dapat memutuskan untuk menjual properti atau tidak memperpanjang kontrak sewa kamu secara sepihak.
- Biaya sewa tidak kembali. Uang yang kamu bayarkan untuk sewa tidak akan kembali, berbeda dengan pembayaran cicilan yang kamu gunakan untuk membangun aset. Dalam jangka panjang, menyewa bisa menjadi lebih mahal daripada memiliki rumah sendiri.
Nah, itu dia berbagai pertimbangan untuk membantumu memutuskan hendak tinggal di mana: tinggal di rumah sendiri, di rumah orang tua, atau kontrak.
Adalah penting untuk mempertimbangkan keuntungan dan kerugian finansial yang terkait dengan tinggal di rumah kontrakan. Keputusan terbaik akan bergantung pada situasi pribadi, preferensi, dan tujuan finansial kamu, pastinya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Di Balik Keuangan Rumah Tangga yang Sehat: Peran Istri Sebaiknya sebagai Kasir atau Menteri Keuangan?
Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, terdapat sekitar 60% rumah tangga di Indonesia yang memiliki perempuan sebagai pengelola keuangannya. Hal ini menunjukkan bahwa peran istri dalam mengelola keuangan rumah tangga di Indonesia sangatlah penting dan signifikan.
Sementara keuangan rumah tangga sendiri merupakan salah satu aspek penting yang perlu dikelola dengan baik untuk mencapai stabilitas dan keberlangsungan hidup keluarga. Namun, ternyata, data juga membuktikan, bahwa meskipun perempuan sering kali menjadi pengelola keuangan di rumah tangga, terdapat pula fakta bahwa banyak perempuan di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan.
Sebagai contoh, berdasarkan data dari Bank Indonesia pada tahun 2019, hanya sekitar 30% perempuan di Indonesia yang memiliki akses terhadap produk keuangan formal, seperti tabungan dan kredit.
Kalau dipikir-pikir, kan ada data 60% rumah tangga yang dipegang dan dikelola oleh istri, apakah itu artinya hanya sebagian istri saja yang bisa mengakses produk keuangan formal? Berarti, ke mana sisanya? Enggak bisa mengakses produk keuangan formal, apakah itu artinya istri menjadi semacam kasir? Hanya mengeluarkan dan memasukkan uang doang, tanpa punya wewenang untuk ikut mengambil keputusan keuangan?
Lebih jauh lagi, ke mana 40% istri yang lain? Nah, seru nih. Karena QM Financial selalu percaya bahwa perempuan—di mana pun berada, apa pun status sosialnya, berapa pun penghasilan keluarganya—haruslah berdaya secara finansial, maka yuk, hal ini kita bahas. Tanpa bertendensi provokatif, tentu saja.
Istri: Sebagai Kasir atau Menteri Keuangan?

Jadi, istri itu sebagai kasir atau menteri keuangan keluarga sih?
Peran istri sebagai kasir dan menteri keuangan dalam keuangan rumah tangga sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Sebagai kasir, istri bertanggung jawab untuk mengatur dan mencatat semua transaksi keuangan yang terjadi di dalam rumah tangga, seperti pemasukan dan pengeluaran uang. Ia akan membuat catatan keuangan, menyimpan struk belanja, dan memastikan bahwa semua transaksi tercatat dengan akurat.
Sedangkan, sebagai menteri keuangan, istri memiliki peran yang lebih strategis dalam mengatur keuangan keluarga. Ia akan membuat rencana anggaran, memprioritaskan pengeluaran, mengatur investasi, serta memantau kinerja keuangan keluarga secara keseluruhan.
Nah, jadi kalau kita lihat dari definisi perannya, peran istri sebagai kasir itu lebih berfokus pada pengaturan transaksi harian. Sedangkan peran istri sebagai menteri keuangan lebih berfokus pada perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih strategis dalam mengelola keuangan keluarga.
Sebenarnya kedua peran ini sama-sama penting untuk menjaga keuangan keluarga tetap sehat dan berkelanjutan.
Namun, sebagai seorang istri, uang tidak hanya dialokasikan doang ke pos-pos keuangan yang sudah ditentukan. Namun, uang itu perlu untuk dikembangkan juga sedemikian rupa agar bisa menjamin tercapainya tujuan keuangan keluarga yang sudah disepakati bersama.
Kalau hanya membatasi diri diri sebagai kasir doang, peran istri jadi enggak penting lagi. Apalagi sekarang sudah ada aplikasi yang lebih canggih buat mencatat cash flow. Kasihan dong, potensi istri yang cerdas kalau begini caranya. Mereka jadi tidak kritis dan kreatif.
Sebaliknya, sebagai menteri keuangan atau bendahara keluarga, istri tidak hanya harus mendistribusikan uang, tetapi juga mengembangkan uang yang dipercayakan kepadanya, karena keputusan seperti itu umumnya berada lebih banyak di tangan istri.
Faktanya, kalau mau kita lihat lebih jauh lagi, banyak peran dalam keuangan keluarga yang dapat dipercayakan pada istri loh!
Bermacam Peran Istri dalam Keuangan Rumah Tangga

Ada beberapa peran yang dapat dimainkan oleh istri dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Beberapa di antaranya adalah:
Pengelola Kas
Istri dapat berperan sebagai pengelola kas dalam rumah tangga, yaitu bertanggung jawab untuk mencatat semua transaksi keuangan dan mengelola uang tunai yang ada di rumah tangga. Sebagai kasir, memang bisa dikatakan begitu. Tapi, tak hanya berhenti di situ saja.
Menteri Keuangan
Istri dapat berperan sebagai menteri keuangan yang bertanggung jawab untuk membuat rencana keuangan, memantau kinerja keuangan, dan mengambil keputusan strategis dalam pengelolaan keuangan rumah tangga.
Investor
Istri dapat berperan sebagai investor dengan mengatur investasi untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang bagi keluarga, seperti investasi pada aset properti, saham, atau instrumen keuangan lainnya.
Trainer Keuangan
Istri dapat berperan sebagai trainer keuangan untuk anggota keluarga lainnya, seperti mengajari anak-anak atau suami cara mengatur keuangan pribadi dan merencanakan anggaran keluarga.
Konsultan Keuangan
Istri juga dapat berperan sebagai konsultan keuangan yang memberikan saran dan masukan kepada keluarga tentang pengelolaan keuangan, termasuk cara mengurangi hutang, mengatur anggaran, atau memilih produk keuangan yang tepat.
See, banyak kan yang bisa dilakukan oleh istri?
Namun, sayangnya, memang belum semua istri memiliki kemampuan atau pengetahuan dalam mengelola keuangan rumah tangga. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dan kerja sama antara pasangan suami istri dalam mengelola keuangan keluarga agar dapat mencapai tujuan keuangan bersama.
Tip untuk Para Istri untuk Meningkatkan Keterampilan Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Berikut beberapa tip yang dapat membantu istri meningkatkan keterampilan keuangan dan mengelola keuangan rumah tangga dengan lebih baik sebagai menteri keuangan.
Mengikuti pelatihan atau kursus keuangan
Istri dapat mengikuti pelatihan atau kursus keuangan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan keuangan. QM Financial punya banyak topik kelas online FCOS yang bisa dipilih sesuai kebutuhan keluarga lo! Sudah cek jadwalnya belum untuk bulan ini?
Membaca buku atau artikel tentang keuangan
Istri dapat membaca buku atau artikel tentang keuangan untuk memperluas pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, termasuk tentang investasi, asuransi, dan rencana keuangan jangka panjang.
Mengatur anggaran keluarga
Istri dapat membuat dan mengatur anggaran keluarga dengan hati-hati, termasuk menentukan prioritas pengeluaran dan memantau pengeluaran harian keluarga.
Menggunakan aplikasi keuangan
Istri dapat menggunakan aplikasi keuangan yang dapat membantu memantau pengeluaran dan pemasukan keuangan keluarga dengan mudah dan akurat.
Berdiskusi dengan suami
Istri dapat berdiskusi dengan suami tentang pengelolaan keuangan keluarga dan bekerja sama dalam membuat rencana keuangan jangka panjang yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keluarga.
Dalam pengelolaan keuangan rumah tangga, peran istri sangat penting dalam menjaga keuangan keluarga tetap sehat dan berkelanjutan. Dengen demikian, penting bagi istri untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan rumah tangga, apalagi istri bisa berperan banyak dalam hal keuangan ini. Penting pula bagi istri untuk bisa bekerja sama dengan suami dalam membuat keputusan keuangan yang tepat dan mencapai tujuan keuangan bersama.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, keluarga dapat menghindari risiko keuangan dan memastikan kesejahteraan keuangan di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jokowi: Rakyat Harus Lebih Banyak Belanja – Begini Cara Belanja Hemat tanpa Kalang Kabut
Beberapa waktu yang lalu, Presiden Jokowi mendesak agar masyarakat mau belanja lebih banyak demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Tak berarti Presiden mengajak kamu untuk boros sih. Pernyataan beliau didasari oleh data bahwa ada sebanyak Rp690 triliun tabungan bank mengendap di tahun 2022. Ini artinya masyarakat kita terlalu banyak menabung, dan lupa belanja.
Loh, bukannya bagus ya kalau kita rajin menabung, dan mengurangi belanja? Bukannya itu kan yang terus disarankan oleh perencana-perencana keuangan?
Well, enggak gitu juga sih, tapi. Faktanya, negara ini tuh butuh peredaran uang yang lancar agar ekonomi terus bergerak. Menabung memang bagus, tetapi uang tidak akan bergerak kalau hanya ‘ngendon’ di tabungan. Berbeda dengan misalnya kamu investasikan. Nah, investasi ini adalah uang yang bergerak. Menabung artinya kamu hanya menaruh uang di rekening, uangnya dianggurin saja.
Masih belum paham?
Yuk, kita lihat penjelasannya.
Belanja Membuat Pertumbuhan Ekonomi Menjadi Lebih Baik

Masih diungkapkan oleh Presiden Jokowi, pada 2022, konsumsi masyarakat atau rumah tangga adalah sebesar 4,93 persen. Pemerintah berharap, agar konsumsi masyarakat tahun ini bisa meningkat sebesar 5,4 persen hingga 2024.
Jika hal ini terjadi, otomatis pertumbuhan ekonomi juga akan terakselerasi. Karena itu, yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat sebaiknya ya didorong.
Saat tabungan banyak di bank, maka itu artinya kita sedang banyak menahan diri; nggak belanja; nggak kulineran; nggak healing-healing. Nah, hal ini jika berlarut-larut bisa membuat perekonomian terhenti lo!
Belanja menciptakan permintaan di pasar
Belanja masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional karena dapat menciptakan permintaan di pasar.
Ketika masyarakat membelanjakan uang mereka untuk membeli barang dan jasa, ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi permintaan yang ada. Dengan meningkatkan produksi, maka akan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi dalam masyarakat.
Belanja meningkatkan pendapatan banyak pihak
Dalam skala yang lebih besar, belanja masyarakat juga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional melalui mekanisme multiplier effect.
Ketika masyarakat membelanjakan uang mereka, maka uang tersebut akan beredar di dalam perekonomian dan meningkatkan pendapatan perusahaan, pekerja, dan pemerintah. Pendapatan yang meningkat ini akan mendorong konsumsi lebih lanjut dan menghasilkan lebih banyak pendapatan di dalam perekonomian. Ini akan menciptakan efek domino yang pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas ekonomi nasional.
Belanja memperbaiki neraca perdagangan
Selain itu, belanja masyarakat juga dapat memperbaiki neraca perdagangan suatu negara. Jika masyarakat membelanjakan uang mereka untuk membeli barang dan jasa buatan dalam negeri, maka ini akan meningkatkan permintaan untuk barang dan jasa lokal, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.
Hal ini akan mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan ekspor dalam negeri, yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
So, sampai di sini paham ya, bahwa untuk memaksimalkan potensi spending money masyarakat sebagai faktor penentu pertumbuhan ekonomi nasional, penting bagi pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan dan stabilitas dalam perekonomian, dan memberikan insentif bagi masyarakat untuk spending lebih banyak.
Belanja Tanpa Kalang Kabut

Tapi ya gimana ya, Pak? Mau belanja itu sekarang juga waswas, karena kondisi perekonomian ke depan itu kok ya masih gelap. Bahkan kemarin juga ada prediksi resesi kan?
Mungkin kamu adalah salah satu yang berpikir demikian.
Ya, pemikiranmu itu betul. Meski sangat dianjurkan agar pertumbuhan ekonomi negara kita membaik, tetapi ya tetap harus dilakukan dengan bijak. Seneng-seneng aja sih, tapi kalau cash flow terus kacau dan duitnya terus habis, gimana?
Ada beberapa strategi yang dapat membantu kita belanja banyak tanpa menguras dompet dan pada saat yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Gimana caranya?
Buatlah daftar belanjaan dan anggaran yang realistis
Sebelum membeli barang atau jasa, buatlah daftar belanjaan dan tetapkan anggaran yang realistis sesuai dengan perencanaan keuangan yang sudah kita buat, penghasilan dan kebutuhan kita. Dengan cara ini, kita dapat menghindari pemborosan dan memastikan bahwa apa yang kita beli sesuai dengan anggaran.
Pilih barang yang berkualitas
Memilih barang atau jasa berkualitas memang memerlukan biaya lebih tinggi, tetapi hal ini justru bisa membantu kita menghemat uang dalam jangka panjang.
Barang berkualitas cenderung lebih tahan lama dan memerlukan biaya perbaikan atau penggantian yang lebih sedikit, sehingga dapat membantu kita menghemat uang dalam jangka panjang.
Manfaatkan promo dan diskon
Cari tahu tentang promo dan diskon dari toko atau penyedia jasa yang kita pilih.
Dengan memanfaatkan promo dan diskon yang tersedia, kita dapat menghemat uang dan pada saat yang sama masih bisa membeli barang atau jasa yang kita butuhkan.

Gunakan kartu kredit dengan bijak
Jika kita menggunakan kartu kredit untuk belanja, pastikan untuk membayar tagihan secara penuh setiap bulan untuk menghindari biaya bunga yang tinggi.
Selain itu, cari tahu tentang program cashback atau rewards dari kartu kredit kita yang dapat membantu kita menghemat uang atau mendapatkan keuntungan tambahan.
Prioritaskan produk lokal
Ketika membeli barang atau jasa, prioritaskan produk dalam negeri untuk membantu meningkatkan ekonomi lokal dan memperkuat pasar dalam negeri. Ini dapat membantu membangun industri dalam negeri yang lebih kuat dan pada saat yang sama membantu kita memenuhi kebutuhan kita.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat belanja banyak tanpa membuat dompet kita jebol dan pada saat yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Gimana? Sudah siap mau belanja sekarang?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Sepertiga Pengeluaran Rumah Tangga Habis untuk Makan di Luar: Trik Hemat Kulineran Ini Wajib Dilakukan
Dari Household Spending Survey yang dilakukan oleh NielsenIQ memberikan fakta cukup mengejutkan, bahwa pada Q2 2022, ada peningkatan pengeluaran rumah tangga pada pos leisure activity khususnya soal makan di luar. Peningkatannya lumayan lo, dari 27% di tahun Q2 2021 menjadi 30% di Q2 2022.
Memang ya, makan di luar apalagi yang dilakukan bareng keluarga, teman, atau siapa pun itu jadi aktivitas healing tersendiri. Enggak selalu perlu ke restoran mahal atau mevvah, kadang bisa menemukan warung emperan atau kaki lima, atau sekadar penjual keliling yang ditemui saat jogging bareng saja, tetap seru kok.
Dan, ternyata, hal ini enggak cuma sedikit yang melakukan. Bahkan konon, sepertiga pengeluaran rumah tangga rata-rata penduduk Indonesia banyak digunakan untuk makan di luar.
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu juga salah satu yang hobi makan di luar, apalagi ramai-ramai bareng keluarga atau teman? Pernah menghitung enggak, sebulan habis berapa?
Ya memang, kalau sudah ada pos atau alokasinya, kita akan lebih mudah menghitung berapa banyak habisnya sebulan buat makan di luar. Pun lebih mudah juga untuk mengendalikan atau mengontrolnya. Pasalnya, makan di luar ini termasuk pos pengeluaran bukan kebutuhan esensial, betul? Makannya sih kebutuhan esensial, tapi ‘di luar’-nya bukan esensial, karena sebenarnya kan kita bisa masak dan makan di rumah saja supaya lebih hemat.
Tapi ya, gitu. Kadang kita butuh healing, sesuatu yang berbeda, yang mengasyikkan, supaya hidup enggak flat doang. Kayak keripik.
Jadi, gimana dong ya, cara mengatur keuangan supaya acara makan di luar tetap jalan, sementara keuangan juga enggak boncos, cash flow juga tetap sehat?
Trik Hemat Makan di Luar

1. Kumpulkan referensi
Sebelum makan di luar, tentukan dulu mau makan apa atau makan di mana. Lalu kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Kadang, yang terasa mahal sih bukan harganya saja. Tapi misalnya, kita sudah memilih resto atau warung, harganya terjangkau sih, tapi suasananya enggak nyaman, makanannya enggak enak … nah, terasa mahal deh jadinya. Betul?
So, enggak sekadar viral, tapi carilah yang memang sreg di hati. Cari ratingnya di Google Map, atau reviewnya di akun-akun media sosial foodies, dan sebagainya. Zaman sekarang mah gampang kan, mencari referensi?
2. Cek harganya
Di Google Map, pada umumnya resto atau warung akan menampilkan menu, atau setidaknya diposting oleh orang-orang yang sudah pernah datang berkunjung sebelumnya. Nah, kamu bisa cek dulu harganya.
Pastikan, kamu hanya makan di tempat yang memang sesuai dengan kemampuanmu. Memang sih, ada kemungkinan harga menu berubah. Mungkin karena orang-orang sudah mempostingnya setahun atau beberapa tahun yang lalu. Tetapi, biasanya juga tidak akan terlalu banyak selisihnya.
So, informasi harga yang kamu dapatkan ini bisa dipakai untuk membuat anggaran atau bujet makan di luar bareng-bareng nanti.

3. Siapkan anggaran
Yes, dalam hal apa pun—terutama yang berkaitan dengan keuangan—anggaran adalah koentji. Termasuk ketika kita pengin makan di luar bareng keluarga atau teman-teman. Jadi, ayo, dibuat dulu bujetnya sebelum berangkat. Tentukan mau makan di mana, dengan bujet berapa.
Bujet ini bisa kamu ambilkan dari alokasi penghasilan sebesar 10% yang disisihkan untuk lifestyle, agar pos kebutuhan rutinmu enggak terganggu, dan kalau acara makan di luar ini menjadi acara healing rutin. Namun, jika memang tidak mengganggu atau kamu bisa mengendalikan dengan baik, anggaran makan di luar ini kamu ambil dari pos kebutuhan sehari-hari juga enggak masalah.
So, semua tergantung pada kondisi masing-masing.
4. Manfaatkan promo atau program diskon
Zaman sekarang, banyak bisnis kuliner yang royal memberikan program promo dan diskon. Mereka juga butuh untuk mendongkrak penjualan, bukan? Salah satunya ya dengan mengadakan program promo.
Cari informasi mengenai berbagai program promo dan diskon kuliner yang sedang berlangsung. Biasanya cukup banyak programnya nih kalau kamu adalah pengguna kartu kredit. Jika memang kamu hendak memanfaatkan berbagai reward kartu kredit demi bisa ajak keluarga makan di luar, kamu harus berhati-hati ya. Jangan sampai justru membuatmu jatuh ke dalam kesulitan keuangan karena berutang tanpa berpikir dengan bijak. Ingat akan syarat utang sehat ya.
Selain kartu kredit, berbagai layanan dompet digital juga sering menawarkan diskon dan promo. Terutama jika kamu kemudian menggunakan layanan mereka sebagai alat pembayarnya. Banyak juga bank atau layanan yang menawarkan cashback jika menggunakan kartu debit atau QRIS. Nah,, ini juga bisa kamu manfaatkan lo.
Informasi promo dan diskon lain juga bisa kamu dapatkan dari media sosial. Biasanya sih ada syarat tertentu yang diminta. Jadi, cermati dulu ya, supaya programnya bisa kamu manfaatkan semaksimal mungkin.

5. Pilih porsi besar atau paket
Ada kalanya restoran menawarkan menu paket atau porsi besar yang memungkinkan untuk dimakan bareng-bareng. Yang kayak gini, biasanya jatuhnya lebih hemat lo, kalau kamu makan di luar bareng keluarga dalam jumlah yang cukup banyak, ketimbang memesan sendiri-sendiri per porsi perseorangan.
So, coba cermati menunya. Kalau memang banyak yang punya kesamaan selera, lebih baik pesan paket saja. Biasanya sudah termasuk menu pembuka, menu utama, nasi, dan minuman.
Nah, bagaimana? Apakah kamu sudah melakukan semua trik di atas agar lebih hemat saat makan di luar bareng keluarga atau teman-teman?
Makan di luar memang bisa menjadi sarana mendekatkan antarindividu, baik itu dalam keluarga atau dalam pertemanan. Rasa bonding satu sama lain akan lebih kuat, dan pastinya tercipta kebahagiaan dengan makan bareng ini. Boleh saja kok sering-sering makan di luar, malahan ini bagus untuk perekonomian kan? Namun tentu saja, harus dikendalikan dan disesuaikan dengan kemampuan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengatur Keuangan Keluarga Saat Suami Tak Berpenghasilan
Baru-baru ini ada thread viral tentang keputusan seorang istri mengikhlaskan suaminya resign dari kantor tempatnya bekerja, karena alasan kesehatan. Setelah menelusur, ada satu hal yang cukup menarik yang bisa ditarik sebagai pelajaran ketika akhirnya suami tak berpenghasilan dan mengandalkan penghasilan istri saja.
Memang ya, hidup di Indonesia itu cukup challenging. Beberapa norma yang berlaku masyarakat kadang lantas membuat pihak-pihak tertentu menjadi tampak “tidak normal” jika tidak diikuti. Termasuk soal penghasilan untuk keluarga. Umumnya, suami memang dianggap seseorang yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga; memberi nafkah istri dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, kadang, fakta di lapangan berkata lain. Karena berbagai sebab, suami tak dapat melakukan tugas, dan harus melimpahkan tanggung jawab sebagai penafkah kepada istri. Salahkah suami jika melakukan hal tersebut? Enggak selalu, karena banyak alasannya. Kesehatan adalah salah satu alasan terbesarnya. Tapi ya begitulah, saat gaji istri lebih besar saja kadang jadi masalah. Apalagi kalau suami tak berpenghasilan. Di Indonesia, ini adalah masalah yang besar.
Mengatur keuangan dari penghasilan satu pintu tentu bukan perkara mudah. Apalagi kalau kedua pasangan tadinya sama-sama bekerja. Penurunan pemasukan keluarga pasti akan memengaruhi kondisi ekonomi. Sedikit atau banyak, itu relatif.

Terlepas dari soal stigma sosial yang harus dihadapi, persoalan keuangan ini juga akan menjadi tantangan besar bagi pasangan dengan suami tak berpenghasilan. Pasalnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada gap antara penghasilan perempuan dan pria di Indonesia. Masih banyak perempuan bekerja yang digaji lebih rendah daripada pria untuk level jabatan yang sama. Tak hanya soal feminis, tapi data yang menyatakannya. Jadi, walaupun istri mengambil alih peran penafkah keluarga, tetapi bisa jadi penghasilan ya tetap saja tidak akan sebesar penghasilan suami yang bekerja.
Artinya, masalah keuangan ini adalah masalah yang serius. Apalagi kita masih dalam situasi tak berkepastian seperti sekarang. Kebutuhan makin banyak, sekaligus semakin sulit didapatkan.
Lalu, bagaimana ya cara mengatur keuangan bagi keluarga dengan suami tak berpenghasilan?
Atur Keuangan untuk Keluarga dengan Suami Tak Berpenghasilan

Pastikan pertimbangan dan persiapannya matang
Kalau menelusur dari thread viral yang disebutkan di awal tadi, ada penjelasan bahwa sebelum suami tak berpenghasilan, keluarga tersebut sudah punya tabungan 10x gaji dan sempat membeli asuransi yang memadai. Seiring waktu, malahan tabungan ini tidak perlu digunakan sama sekali, dan kebutuhan hidup dapat dipenuhi dari penghasilan istri sepenuhnya.
So, apa moral of the story? Yes, persiapan yang matang.
Memutuskan resign tak boleh dilandasi emosi, karena bisa membuat kita bias dalam mengambil keputusan hingga akhirnya tak melakukan persiapan. Padahal, hidup ke depan setelah resign harus dipikirkan dengan baik, apalagi jika sudah ada tanggungan.
Atur kembali rencana dan anggaran
Mengelola keuangan rumah tangga dari penghasilan 2 pintu menjadi satu pintu bukan perkara gampang. Karena itu, persiapan adalah koentji dan kemudian lakukan financial check up untuk membuat evaluasi dan mengetahui secara pasti kondisi keuangan keluarga saat suami tak berpenghasilan lagi.
Atur kembali rencana keuangan yang mungkin tadinya sudah ada. Kamu bisa meninjau kembali tujuan-tujuan keuangan, dan menyusun ulang berdasarkan hasil financial check up yang sudah dilakukan. Buat anggaran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Cicilan utang dan kebutuhan primer menjadi prioritas utama. Yang lain, kamu bisa sesuaikan dengan kemampuan. Bahkan investasi bisa dikurangi dulu, selama keuangan belum stabil lagi. Ke depannya, fokuslah pada menjaga cash flow agar tetap positif.
Amankan Dana Darurat dan Asuransi
Punya asuransi kesehatan adalah hal yang tak bisa ditawar. Asuransi kesehatan akan dapat memberikan perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan. Apalagi biaya kesehatan terus meningkat. Meskipun iurannya naik, tapi BPJS Kesehatan tetap bisa jadi pilihan pertama. Selanjutnya, tergantung kebutuhan.
Jika istri kemudian menjadi penafkah utama karena suami tak berpenghasilan, maka pastikan istri memiliki asuransi jiwa. Setelah itu, pastikan dana darurat dalam kondisi yang memadai juga.

Tinjau kembali cicilan utang
Memang dalam praktiknya, cicilan utang harus menjadi prioritas apa pun kondisinya. Tapi saat suami tak berpenghasilan, maka bisa jadi cicilan akan menambah beban. So, coba cari cara untuk meringankannya.
Barangkali ada beberapa cicilan yang bisa dilunasi dulu sebelum akhirnya suami resign. Terutama untuk cicilan konsumtif yang berbunga besar. Pastikan untuk tidak menambah utang besar dan konsumtif saat nanti keuangan belum stabil.
Jika memang perlu, kamu bisa mengajukan restrukturisasi utang yang cicilannya terlalu besar dan membebani. Mungkin ada diskon bunga, atau tenor bisa diperpanjang. Apa pun kondisinya, sebaiknya dijelaskan pada pihak pemberi pinjaman. Prinsipnya, mereka akan lebih memilih melunakkan pinjaman daripada risiko gagal bayar meningkat. Termasuk KPR.
Tambah penghasilan
Jika memang perlu dan memungkinkan, cobalah untuk mencari alternatif lain demi mendapatkan penghasilan tambahan. Baik untuk suami maupun hal yang bisa dilakukan berdua.
Memang, kualitas hidup tak hanya tergantung pada penghasilan yang didapatkan, tetapi pada cara kelola uang yang ada. Tapi bagaimanapun, keluarga dengan keuangan yang sehat pastilah akan lebih mudah menjalani kehidupan. Karena itu, kita tetap realistis dan berusaha agar ‘dapur tetap mengepul’, apa pun caranya asal halal.
Dana Pensiun
Suami tak berpenghasilan bukan berarti pensiun, jika sekarang masih mengandalkan penghasilan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. So, tetap ada PR besar untuk bisa membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan passive income. Pasalnya, bagaimanapun juga, nantinya jika istri yang akan menjadi tulang punggung keluarga, akan ada waktu juga baginya untuk pensiun.
So, meski berat, persiapkan sejak sekarang.
Itu dia cara mengatur keuangan keluarga jika suami tak berpenghasilan, dan hanya mengandalkan dari penghasilan satu pintu, yaitu dari istri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ramai Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Kekerasan Finansial, Keduanya Perkara yang Serius!
Lagi ramai soal kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT kayaknya ya?
Yang paling heboh sih ya soal seorang selebriti yang melaporkan suaminya ke polisi karena melakukan KDRT lantaran isu orang ketiga. Padahal baru saja punya anak bayi. Sungguh prihatin mendengar ceritanya, jika memang itu benar. Apalagi semakin ke sini, ditambah juga dengan adanya dugaan terjadi juga masalah finansial dalam rumah tangga selebriti tersebut.
Konon, si suami menghabiskan uang hasil kerja keras istri untuk berbagai kemewahan. Sempat juga dibagikan visual ketika suami beli kapal, dan katanya sang istrilah yang akan membayar cicilannya.
Tahukah kamu, bahwa kekerasan finansial yang terjadi antara suami dengan istri juga merupakan satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga lo. Coba yuk, kita bahas dalam artikel kali ini.

Kekerasan Finansial Termasuk Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
Selama ini, kita mengetahui bahwa kalau ada kasus kekerasan dalam rumah tangga terjadi, itu adalah kekerasan fisik, verbal, ataupun mental. Kalau kekerasan dalam rumah tangga secara fisik biasanya terjadi pemukulan atau hal yang menyakiti fisik lainnya. Kekerasan verbal terjadi ketika keluar kata-kata yang merendahkan, menghina, dan sejenisnya. Sementara kekerasan mental biasanya terjadi ketika terjadi intimidasi, ditutup akses sosialnya, atau sejenisnya.
Nah, ternyata tak hanya itu. Salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang juga harus diwaspadai lainnya adalah kekerasan finansial.
Apa Itu Kekerasan Finansial?
Kekerasan finansial adalah salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban, dengan cara mengontrol penuh dan mengintimidasi korban dalam hal finansial.
Dijelaskan dalam salah satu artikel Verywell Mind, bahwa 99% kasus kekerasan dalam rumah tangga melibatkan juga kekerasan finansial. Sementara secara keseluruhan, bentuk kekerasan finansial ini bisa beragam.
Sering kali, kekerasan finansial terjadi ketika salah satu pasangan tidak memiliki sumber penghasilan sendiri, yang akhirnya membuatnya harus tunduk dan patuh pada yang lain—yang memiliki penghasilan dan menanggung hidupnya. Nah, yang memiliki penghasilan ini jadi merasa superior, dan kemudian berlaku semena-mena terhadap pasangannya.
Sayangnya, kadang kekerasan dalam rumah tangga seperti ini tidak banyak muncul di permukaan. Apalagi kalau korbannya enggak speak up, diam saja, karena adanya intimidasi, doktrin, ataupun ancaman dari pelakunya, meskipun cirinya mudah dikenali.
Tapi sering juga terjadi, ketika salah satu pasangan tidak berpenghasilan, tetapi ia memanfaatkan pasangannya untuk bekerja keras untuk keperluannya, di luar batas atau kemampuan pasangannya tersebut.
Apa pun bentuknya, kekerasan dalam bentuk apa pun tidak dapat dibenarkan. Karena itu, edukasi dan share awareness sangat dibutuhkan, agar masyarakat tahu seperti apa bentuk kekerasan itu, sehingga bisa membantu ke depannya jika ada korban. Selanjutnya, tentu saja, upaya pencegahan harus dilakukan.

Ciri Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga
Ada beberapa ciri yang sangat ‘obvious’ kalau terjadi kekerasan dalam rumah tangga dalam hal finansial. Di antaranya:
1. Adanya upaya eksploitasi
Yang terjadi di sini misalnya pemanfaatan aset untuk kepentingan salah satu orang, tanpa persetujuan pasangannya. Seperti mengambil uang atau kartu kredit tanpa izin, meminjam uang atas nama korban, termasuk ambil cicilan atas nama pasangan tanpa persetujuan.
2. Mengontrol sumber daya uang
Misalnya seperti membatasi pasangan untuk membuat rencana dan mengambil keputusan keuangan yang dalam lingkup rumah tangga, bahkan untuk dirinya sendiri. Biasanya pelaku kekerasan finansial akan membuat anggaran atau menentukan bujet tanpa berdiskusi. Bahkan, pelaku tak segan-segan meminta laporan pertanggungjawaban lengkap pada korban atas pengeluaran uang yang dilakukan.
Bisa juga si pelaku mendominasi pemakaian sumber daya uang; menggunakannya untuk kebutuhannya sendiri, atau kalau si korban menggunakan uang, maka si pelaku akan menginterogasinya.
3. Mengisolasi korban
Salah satu contohnya adalah ketika salah satu pasangan memaksa agar pasangannya berhenti bekerja dengan berbagai alasan. Bahkan, ada kejadian ketika si pelaku membuat korbannya diberhentikan dari pekerjaan dengan segala macam cara.
Sesudah itu, pelaku pun memaksa korban untuk hanya berada di rumah dengan berbagai tugas, dan tidak memperbolehkannya memiliki penghasilan sendiri tanpa persetujuan.
Bisa juga terjadi, ketika pelaku tidak memperbolehkan korban untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, dan hanya diminta untuk mencari uang terus.
4. Memanipulasi
Ciri kekerasan finansial lainnya yang sering terjadi adalah membatasi finansial si korban. Pelaku memang memberikan uang atas nama nafkah, tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan hidup. Jika uang habis dengan cepat, korban akan dianggap tidak becus mengelola keuangan.
Atau bisa juga dalam bentuk lain. Misalnya, si pelaku meminta uang si korban. Dan, kalau korban tidak mau memberi, si pelaku lantas playing victim—membuat korban merasa bersalah, menuduh korban tidak mencintainya, dan sebagainya.
Apa pun alasannya, itu semua manipulasi belaka—hanya merupakan upaya si pelaku agar keinginannya dituruti oleh korban.
5. Adanya ancaman
Intinya, di setiap hal, akan ada pemaksaan, manipulasi, dan ancaman terhadap korban. Dalam hal finansial, biasanya yang akan dijadikan ancaman adalah pemutusan pemberian nafkah. Dengan demikian, si korban akan menuruti apa kata si pelaku.

Dampak bagi Korban Kekerasan Finansial
Korban kekerasan finansial—seperti halnya korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya—sudah pasti akan merasakan dampak yang fatal.
Apalagi sebenarnya ciri kekerasan dalam rumah tangga itu sebenarnya cukup mudah dikenali. Namun, adanya normalisasi terhadap apa yang dilakukan oleh pelaku sering membuat masyarakat menjadi takut untuk turut campur apalagi membantu korban. Korban pun menjadi denial, dan menganggap apa yang dialami merupakan hal yang wajar menimpa dirinya.
Secara mental, fisik, dan spiritual, jelas tidak akan baik.
Dalam jangka pendek, bisa jadi akan terjadi luka fisik dan mental. Sementara dalam jangka panjang, ancaman depresi akan menghantui. Untuk bisa meninggalkan pelaku, biasanya juga akan sulit dilakukan oleh korban. Terutama jika kekerasannya dalam bentuk menutup akses finansial; membuatnya berhenti bekerja sehingga tidak produktif lagi. Akan sulit bagi seseorang untuk bisa menghasilkan uang lagi jika sebelumnya dipaksa berhenti bekerja.
Apakah Ada Cara untuk Mencegah Kekerasan Finansial?
Ada. Salah satunya adalah membuat perjanjian pranikah. Bicarakan term & condition seperti apa yang diinginkan setelah nanti menikah. Termasuk—yang sangat penting untuk didiskusikan—adalah masalah finansial.
Jika memang tidak berniat untuk membuat perjanjian pranikah, setidaknya sudah ada kesepakatan di awal, mengenai bagaimana hidup yang ingin dijalani nanti setelah menikah. Bicarakan setidaknya mengenai peran masing-masing nantinya setelah menikah. Ungkapkan juga mengenai kondisi sekarang yang sedang dijalani; apakah sedang punya utang yang besar, ada tanggungan ini itu, berapa pengeluaran bulanan, bahkan sampai gaji kalau memang sudah benar-benar menuju serius.
Terbuka dengan pasangan secara finansial, dan satu sama lain harus berkomitmen. Dua hal ini harus dipertahankan hingga setelah menikah dan bertahun-tahun sesudahnya.
Menikah memang merupakan kompromi antara dua orang. It takes two to tango, siapa pun tidak bisa sendirian untuk membangun keluarga idaman.
Semoga ke depannya tidak ada lagi kasus serupa yang dialami oleh selebriti kesayangan Indonesia ini ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Cara Tips Mengatur Keuangan Rumah Tangga Kecil yang Sederhana
Pernah mendengar celotehan “modal cinta saja tidak cukup untuk membangun rumah tangga?” Yap, faktanya membangun rumah tangga memang tidak bisa hanya mengandalkan cinta saja dalam menjalankannya. Terutama kamu butuh cara tips mengatur keuangan rumah tangga yang tepat, tapi simpel.
Yes, dan di sebuah rumah tangga, yang terutama dibutuhkan adalah kesiapan fisik, mental, hingga finansial yang stabil. Maksud dari finansial stabil ini bukan dengan nominal yang saklek ya, tapi setidaknya cukup untuk menghidupi rumah tangga.
Kamu nggak perlu punya harta banyak sampai harus punya gaji minimal dua digit. Pendapatan berapa pun asalkan dikelola dengan baik kemungkinan besar sih cukup buat menjalankan kehidupan rumah tangga secara sederhana; bisa beli kebutuhan sehari-hari untuk dua orang, buat ongkos kerja, buat tabungan, dan buat bayar kuota per bulannya.
Berapa pun harta yang dimiliki, mau besar mau cukup akan percuma kalau kamu tidak bisa mengelolanya dengan baik. Pengeluaran perlu dikontrol supaya uang nggak cepat habis. Tanggung jawab dan kebutuhan nantinya akan bertambah, maka penting sekali untuk kamu ketahui bagaimana cara mengatur keuangan rumah tangga yang baik.
Jangan sampai kamu kerja keras tapi hasilnya nggak kelihatan, bahkan sudah habis di tengah bulan. Meskipun punya uang sedikit kalau paham cara tips mengatur keuangan yang benar, kamu bisa hidup dalam kecukupan untuk waktu yang lebih lama.

5 Cara Tips Mengatur Keuangan Rumah Tangga
Mengatur keuangan ada seninya juga lho, begini cara tips mengatur keuangan rumah tangga.
1. Merancang Anggaran Setiap Bulan
Ibarat peta, anggaran akan mengatur dan memberikan petunjuk dalam cara tips mengatur keuangan rumah tangga. Kamu bisa memantau setiap transaksi. Lalu, catat pemasukan dan pengeluaran rumah tangga selama sebulan dengan detail. Catat mulai dari keperluan rutin, listrik, sampai pengeluaran yang sifatnya yang tidak menentu.
Catatan tersebut nantinya akan memudahkan kamu melihat seperti apa gambaran keuangan dalam rumah tangga kamu. Selain itu kamu juga bisa melakukan review dan evaluasi keuangan, sehingga kamu bisa tahu masalah apa saja yang akan dihadapi dan bagaimana mengatasinya.
2. Gunakan Rumus 40/30/20/10
Rumus 40/30/20/10 adalah salah satu cara tips mengatur keuangan rumah tangga bulanan dengan membagi-bagi penghasilan dengan persentase tersebut. Kamu bisa menggunakan 40% untuk memenuhi kebutuhan seperti belanja bulanan, biaya pendidikan anak, dan lain sebagainya.
Lalu, 30% bisa dipakai untuk membayar cicilan jika kamu punya utang. 20% bisa digunakan untuk tabungan, dana darurat, dan investasi. Pastikan dana ini selalu ada ya di setiap bulannya. Sementara 10% untuk biaya lifestyle, dana untuk memuaskan keinginan, misalnya memberikan self reward untuk memuaskan keinginan atau hasil jerih payah kamu bekerja selama satu bulan penuh atau untuk keluarga. Pastikan kamu bahagia dengan menyiapkan anggaran, yang bisa kamu habiskan untuk bersenang-senang. Kalau habis gimana? Ya, menunggu lagi sampai gajian lagi.
3. Punya Skala Prioritas
Banyak yang kesulitan membedakan antara kebutuhan dan keinginan dalam cara tips mengatur keuangan rumah tangga. Supaya tidak boros, kamu harus punya skala prioritas untuk mengetahui mana yang penting dan mana yang bisa ditunda. Misalnya persiapan dana persalinan anak tentu saja lebih penting dari mengganti motor baru.
Sering kali orang yang terjebak dalam menentukan barang mana yang memang benar-benar dibutuhkan. So, sebaiknya fokus pada fungsi daripada sekadar gaya, karena dalam rumah tangga, kebutuhan pribadi bisa jadi bukan selalu yang utama lagi, melainkan kebutuhan keluargalah yang harus diprioritaskan.

4. Buat Tujuan Finansial
Membuat tujuan finansial akan menentukan ke mana arah uang berikutnya. Kamu bisa membuat tujuan keuangan jangka panjang dengan menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Misalnya kamu ingin menabung untuk biaya pendidikan anak, membangun bisnis, dana pensiun, atau yang lainnya.
Tujuan finansial sebenarnya tidak harus sesuatu yang besar dan jangka panjang dalam cara tips mengatur keuangan ini. Berencana membeli laptop, smartphone baru, atau traveling ke suatu tempat juga bisa dijadikan tujuan. Asalkan kamu bisa semakin termotivasi dalam mengatur keuangan.
5. Mengelola Pinjaman dengan Cermat
Saat ini mendapatkan tawaran pinjaman memang sangatlah mudah, baik secara online maupun offline. Kemudahan mengajukan pinjaman ini jangan sampai membuat kamu terlena. Pastikan kamu membatasi diri dalam melakukan pinjaman, jangan sampai kalap karena ingin memiliki banyak hal tapi malah terjerat utang tak berkesudahan.
Hindari menggunakan kartu kredit tanpa perhitungan yang matang dalam cara tips mengatur keuangan yang baik. Bayarlah dengan lunas, atau sesuai kemampuan. Membayar cicilan kartu kredit dengan nominal minimum hanya akan membuat kamu terkena kewajiban bunga yang besar. Pada akhirnya, malah membuat kamu membayar utang tiap bulannya tapi tagihannya tidak berkurang. Perhatikan juga biaya administrasi jika kamu menggunakan paylater, apakah efektif? Jangan sampai tidak sebanding dengan keuntungan yang kamu dapat. Lebih baik bayar tunai atau menggunakan dompet digital biasa.

Contoh Mengatur Keuangan Rumah Tangga Kecil
Nah, supaya lebih jelas gambarannya, berikut ada contoh cara tips mengatur keuangan rumah tangga kecil yang bisa kamu cermati.
Seorang pasangan suami istri baru menikah beberapa bulan, belum mempunyai anak dan masih menyewa tempat tinggal hidup sederhana di daerah Jabodetabek. Suami memiliki gaji bersih dari perusahaan swasta dengan UMR sebesar Rp6 juta rupiah dan istri tidak bekerja. Berikut ini simulasi mengatur keuangannya anti boros.
Kas Masuk | Bulanan | Tahunan |
Gaji bersih suami | 6.000.000 | 72.000.000 |
Tunjangan hari raya | 0 | 6.000.000 |
Total Arus Kas Masuk | 6.000.000 | 78.000.000 |
Arus Kas Keluar | ||
Pengeluaran Tetap | ||
Nafkah Istri | 1.800.000 | 21.600.000 |
Sewa kost | 1.000.000 | 12.000.000 |
Asuransi | 200.000 | 2.400.000 |
Tabungan/Investasi | 500.000 | 6.000.000 |
Total Pengeluaran Tetap | 3.500.000 | 42.000.000 |
Pengeluaran Variabel | ||
Belanja bahan makanan | 1.000.000 | 12.000.000 |
Token listrik | 300.000 | 3.600.000 |
Pulsa dan kuota | 200.000 | 2.400.000 |
Hiburan | 200.000 | 2.400.000 |
Transportasi | 300.000 | 3.600.000 |
Total Pengeluaran Variabel | 2.000.000 | 24.000.000 |
Total pengeluaran | 5.500.000 | 66.000.000 |
Total sisa arus kas bersih | 500.000 | 12.000.000 |
Gimana? Cukup ada gambaran kan? Pastinya, kamu bisa mengganti angka dan jenis kebutuhannya sesuai dengan kondisi serta kemampuanmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online dan training keuangan QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Atur Keuangan untuk Pasangan Long Distance Marriage
Adakah di antara kamu yang kini sedang menjalani long distance marriage?
Long distance marriage adalah kondisi hubungan pasangan suami istri yang setelah menikah harus tinggal secara terpisah, bisa lain kota atau bahkan lain negara. Biasanya hal ini disebabkan oleh tuntutan pekerjaan, dinas, dan berbagai kondisi lainnya.
Kondisi ini umumnya tidak dijalani hanya dalam waktu sebentar. Bahkan ada yang harus menjalani hubungan long distance marriage ini sampai bertahun-tahun. Jika sebelum menikah, hal ini sudah disiapkan dan sudah sepakat, tentu tidak akan ada masalah berarti. Namun, ternyata banyak juga yang tidak siap.
Salah satu masalah terbesar dalam kondisi long distance marriage ini adalah soal keuangan. Kebayang kan, ketika sebuah keluarga harus berjibaku mengurus “dua rumah tangga”. Satu rumah tangga saja kadang terasa begitu berat.
Ditambah lagi, ada data dari Journal of Sex & Marital Therapy yang mengungkapkan fakta, bahwa tinggal berjauhan menjadi salah satu alasan perceraian yang paling umum. Banyak responden mengaku, bahwa hal ini membuat pengelolaan keuangan rumah tangga menjadi kurang transparan, hingga sering kali terjadi masalah.
Meski demikian, kadang seperti blessings in disguise, pasangan long distance marriage ini—karena keadaan—malah jadi terbiasa untuk hidup prihatin, hemat, dan serba perhitungan. Umumnya mereka terbiasa menabung, karena berharap bisa lebih sering berkumpul.
So, bisa kita simpulkan, bahwa komunikasi memang menjadi hal terpenting, terutama jika menyangkut keuangan dalam rumah tangga. Ini tak hanya terjadi pada pasangan long distance marriage, tetapi yang tinggal serumah pun tak luput dari hal yang sama.

Atur Keuangan Pasangan Long Distance Marriage
Buat gambaran detail
Gambaran detail mengenai apa? Mengenai kondisi satu sama lain.
Misalnya, masing-masing tinggal di mana? Di lingkungan seperti apa? Bagaimana kebiasaan di sana? Bagaimana harga-harga barang kebutuhan pokoknya? Punya sendiri atau sewa? Bagaimana akses transportasinya? Bagaimana kebutuhan makannya? Apakah mau masak sendiri setiap hari, atau bagaimana?
Selain seputar lingkungan tempat tinggal, juga jangan lupa untuk survei transportasi antarkota, yaitu dari kota pasanganmu ke kota tempat tinggalmu. Untuk bolak-balik, butuh biaya berapa? Cek juga jadwal kerja, apakah memungkinkan untuk bertemu dalam periode tertentu? Jika tidak, apa yang bisa dilakukan agar tetap terasa dekat? Mungkin ongkos komunikasi yang ditambah; memperbanyak video call atau pakai aplikasi meeting?
Buat rencana detail untuk masing-masing pihak, dan harus diketahui oleh pihak yang lainnya. Perhitungkan dengan lebih saksama jika beda negara ya. Pastinya akan berbeda sekali.
Buat kesepakatan
Setelah masing-masing ada gambaran, buatlah kesepakatan. Tentang apa? Ya, semuanya, terutama soal pos pengeluaran dan anggaran belanja rumah tangga. Misalnya, pertimbangkan apakah perlu membuat rekening bersama di samping memiliki rekening pribadi? Rekening bersama nantinya bisa dipakai untuk pengeluaran bersama, misalnya untuk setiap kali bertemu, atau jika ada keperluan bersama lainnya.
Lalu sepakat berbagi peran. Karena ada dua rumah tangga, kemungkinan masing-masing akan punya pengeluaran kebutuhan sendiri-sendiri. Sepakatilah bagaimana pengaturannya. Misalnya soal uang sewa tempat tinggal. Bagaimana dengan kebutuhan anak-anak? Apakah akan membuat rekening khusus lagi?

Jaga agar komunikasi tetap lancar
Kuncinya memang pada kompromi dan kesepakatan. Jadi, buat waktu untuk mengobrol. Memang enggak mudah, karena yang hidup seatap pun kadang juga menemui kesulitan untuk bisa ngobrolin keuangan dengan pasangan, apalagi ini terpisah. Kalau dua-duanya enggak berkomitmen, ya memang akan lebih sulit.
So, ongkos komunikasi memang akan lebih banyak. Jadi, diatur ya, supaya tetap terkendali tetapi tetap lancar. Pilih cara berkomunikasi yang paling nyaman. Kalau memungkinkan, jadwalkan kapan mau video call supaya masing-masing enggak mengganggu jadwal kerja, misalnya. Kan, kalau beda negara, kemungkinan juga akan beda zonasi waktu.
Kepercayaan
Kalau mau sukses dalam hal ini, ya kepercayaan pada pasangan harus dibangun dengan baik. Apalagi soal keuangan ya—belum termasuk hal-hal lainnya lo.
Menyadari bahwa long distance marriage adalah bukan hal yang mudah adalah penting, saling terbuka adalah koentji. Ketidakpastian akan terus dihadapi, jadi kebutuhan akan dana darurat menjadi sangat penting. Apalagi di masa-masa awal, bakalan terasa berat.

Rajin menabung dan investasi
Tetap miliki cita-cita dan mimpi bersama, lalu jadikan sebagai tujuan keuangan. Boleh atas nama anak, boleh atas nama suatu saat nanti kamu dan pasangan akan melewati juga fase long distance marriage ini. Kalian akan pensiun bersama, sejahtera dan mandiri.
Untuk mewujudkan semua impian itu, berinvestasilah. Duduk bareng, dan pilihlah instrumen yang sesuai. Sepakati, mau seberapa banyak berinvestasi, dan ke mana.
Punya cita-cita dan mimpi bareng ini jadi semacam janji, dan bisa memperkuat ikatan suami istri. Jadi, boleh saja hidup terpisah. Tapi mimpi punya bersama. Tsah.
Harus menjalani long distance marriage, tetapi memiliki keuangan yang sehat. Mungkin ini bisa jadi silver lining untuk kondisi yang berat itu. Kalau dengan jalan ini lantas bisa mencapai tujuan keuangan lebih cepat dan lebih baik, kenapa tidak? Betul?
Nah, itu dia beberapa tip mengatur keuangan rumah tangga untuk pasangan long distance marriage. Mungkin saja kondisi setiap pasangan berbeda, tetapi semoga tip tersebut bisa sedikit memberi inspirasi untuk tetap bertahan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Atur Keuangan Setelah Lebaran Biar Nggak Auto Bokek Berkepanjangan
Hai halo! Setelah Lebaran, ada cerita apa aja nih? Semoga semuanya seru ya, termasuk dari sisi finansialmu.
Yes, semoga setelah Lebaran, kamu enggak auto bokek. Kalaupun iya, ya wajar sih. Pasalnya, pengeluaran memang pasti luar biasa ya. Pasti memengaruhi kondisi keuangan rumah tangga secara keseluruhan. Namanya juga Lebaran, sekaligus liburan. Yang enggak mudik Lebaran, pasti juga ada saja yang ekstra di saat-saat seperti ini.
So, sekarang saatnya kita menata ulang keuangan keluarga lagi. Pasalnya, hidup di depan sudah menunggu. Mau enggak mau, kita punya kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Jangan sampai kesulitan datang. Segera moveon dari liburan, dan lakukan beberapa cara mengatur keuangan berikut.

Atur Keuangan Setelah Lebaran
1. Financial check up
Yang pertama harus kamu lakukan untuk mengelola keuangan lagi setelah Lebaran adalah melakukan financial check up.
Yuk, buat rekap pengeluaran selama libur Lebaran kemarin. Pasti banyak pengeluaran tak terduga. Buat rinciannya sedetail mungkin, sehingga nantinya akan lebih mudah kamu evaluasi. Setelah itu, cek juga sisa uang yang masih ada saat ini. THR apa kabar? Apakah masih ada sisa?
Jadi, habis berapa? 20 juta seperti cerita yang lagi viral itu?
Semoga sih, kamu tidak perlu mengganggu dana darurat ya di masa liburan kemarin. Tetapi, jika misalnya dana darurat ikut terpakai, maka sekaligus buatlah rencana untuk memulihkannya kembali setelah Lebaran ini. Pasalnya, dana darurat ini adalah pos paling penting dan tidak boleh sampai kosong, karena merupakan safety net untuk keuangan pribadimu sewaktu-waktu.
2. Lunasi utang
Financial check up yang kamu lakukan seperti di atas termasuk juga mengecek apakah ada utang baru selama liburan Lebaran kemarin. Jika memang ada, setelah Lebaran ini, ada baiknya untuk segera kamu bayar. Jika bisa dilunasi akan lebih bagus.
Ingat kan, bahwa untuk berutang, kamu harus yakin mampu membayarnya? Jadi, supaya enggak jadi beban tambahan buat hidup yang sudah berat, sebaiknya segera lunasi utang libur Lebaran. Apalagi utang kartu kredit untuk kebutuhan konsumtif. Jangan sampai nih manfaat barangnya sudah habis, kamu masih saja berurusan dengan cicilannya.

3. Buat anggaran sesuai kemampuan
Sudah cek pengeluaran, syukur-syukur masih ada sisa THR setelah Lebaran. Juga sudah melunasi utang. Jadi, sekarang tinggal membuat anggaran dan mengatur gaji yang masih ada untuk beberapa waktu ke depan, setidaknya sampai akhir bulan lagi.
Yang sudah biasa membuat anggaran bulanan, pastinya sudah gampang. Yang belum, yuk, segera dibiasakan membuat anggaran agar kamu punya kendali atas pengeluaranmu. Apalagi kalau setelah Lebaran, tabungan juga berkurang. Wah, harus bener-bener diatur lagi, dan membuat anggaran adalah awal pengelolaan keuangan yang benar.
4. Hemat
Yuk, waktunya berhemat lagi! Apalagi kalau ternyata pengeluaran sudah begitu banyak. Jadi, harus kencangkan ikat pinggang lagi setelah Lebaran.
Beberapa trik menghemat yang bisa kamu lakukan:
- Buat prioritas, geser yang kebutuhan yang bisa ditunda atau dikurangi.
- Manfaatkan promo atau diskon member untuk belanja berbagai kebutuhan esensial
- Cari produk pengganti, dengan harga yang lebih murah tetapi kualitasnya sama. Misalnya produk-produk lokal
- Kurangi jajan di luar. Sebisa mungkin memasak sendiri dan makan di rumah saja.
- Jangan belanja dalam kondisi perut kosong
- Buat catatan belanja, dan hanya belanja barang yang ada dalam daftar
Apa lagi ya? Kamu punya trik menghemat pengeluaran yang lain? Silakan ditulis di kolom komen ya, untuk melengkapi trik di atas.

5. Mulai menabung dan investasi lagi
Kalau memang ada dana tabungan atau investasi yang terpakai, setelah Lebaran ini, yuk, kita kembalikan! Perhitungkan seberapa besar kamu bisa menyisihkan uang yang ada sesuai kemampuan.
Of course, ini bukan keharusan ya, karena kembali lagi pada kemampuan masing-masing. Kalau dana yang ada memang masih dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok, ya tak mengapa belum ditabung lagi. Namun, kamu harus membuat komitmen terhadap dirimu sendiri, kapan hendak mengembalikannya. Dan, kamu harus disiplin dengan komitmenmu sendiri.
Kalau masih ada sisa dana, yuk, segera ditransfer ke rekening tabungan atau investasi yang kamu punya. Ingat loh, setelah Lebaran, kamu harus sudah menyiapkan kurban! Jangan sampai tahun ini enggak kurban, hanya karena dananya sudah habis untuk libur Lebaran.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!