Ada well literate keuangan, tentu saja ada less literate keuangan. Faktanya, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia itu masih cukup rendah. Contoh less literate paling jelas adalah masih tingginya korban pinjol.
Yes, tingkat literasi keuangan yang rendah sering kali berujung pada meningkatnya korban pinjaman online ilegal. Meskipun akses ke layanan keuangan terbilang luas, dengan 85 dari 100 orang telah mengaksesnya, hanya 49 yang benar-benar memahami aspek keuangan dengan baik.
Data dari OJK menunjukkan bahwa, meskipun ada peningkatan signifikan dalam inklusi keuangan hingga 85,1 persen di tahun 2024 ini, tingkat pemahaman atau literasi keuangan masih terpaut jauh di angka 49,68 persen. Kesenjangan ini menciptakan ruang bagi masalah serius, termasuk maraknya pinjaman online ilegal yang merugikan banyak orang.
Table of Contents
Contoh Less Literate yang Masih Banyak Ditemui di Indonesia
Memang masih banyak contoh less literate yang bisa ditemukan di sekitar kita. Bahkan, mungkin di antara kita pun masih banyak yang melakukannya.
1. Merasa Enggak Butuh Anggaran
Ada orang yang merasa enggak butuh bikin anggaran. Alasannya, karena duit saja enggak ada, apanya yang dibikin anggaran?
Nah, ini jelas contoh less literate, karena kalau well literate maka orang tersebut akan membuat anggaran agar kemudian ada uang untuk dipakai memenuhi kebutuhan. Memang mindsetnya berbeda di sini. Makanya, sudah uangnya enggak ada, masih juga enggak bikin anggaran. Enggak heran kan, kalau sering kehabisan uang sebelum akhir bulan?
Baca juga: Stop Mental Miskin: Ini Cara Kamu Berdaya dan Berhenti Merendahkan Diri Sendiri
2. Kartu Kredit Dianggap sebagai ATM
Ada orang yang menganggap kartu kredit sebagai ATM, dan uang yang didapatkan dari menggesek kartu kredit adalah penghasilan tambahan, atau bahkan uang kaget.
Penggunaan kartu kredit tanpa memahami sepenuhnya cara kerjanya, termasuk paham kalau ada bunga dan biaya yang berlaku, dapat menyebabkan utang yang terus bertambah. Ini adalah contoh less literate yang juga masih sering ditemukan sekarang ini.
3. Investasi Sama dengan Judi
Menganggap investasi sama dengan judi menunjukkan kurangnya pemahaman tentang dasar-dasar keuangan dan merupakan salah satu contoh less literate secara finansial. Investasi dan judi adalah dua konsep yang sangat berbeda dalam hal tujuan, strategi, dan risiko.
Investasi dilakukan dengan tujuan mengembangkan nilai aset melalui berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, properti, atau instrumen lainnya. Pengembangan ini dilakukan berdasarkan analisis dan strategi yang matang. Untuk bisa mendapatkan hasil yang baik—sesuai dengan harapan—investasi harus dibarengi dengan riset tentang profil risiko, pasar dan instrumen investasi, serta mempertimbangkan faktor eksternal dan internal yang bisa memengaruhi nilai aset. Dengan begitu, risiko bisa diminimalkan melalui diversifikasi portofolio dan manajemen yang bijaksana.
Sebaliknya, judi bergantung sepenuhnya pada keberuntungan dan peluang. Tidak ada strategi nyata yang dapat memprediksi hasil dari judi secara akurat. Risiko kerugian dalam judi sangat tinggi dan tidak bisa dikontrol.
4. FOMO
FOMO dan mengikuti tren konsumsi tanpa pertimbangan merupakan salah satu contoh less literate secara finansial. Karena FOMO, orang akan sering melakukan belanja yang impulsif dan enggak terencana. Pastinya, hal ini dapat mengganggu kestabilan keuangan jangka panjang.
Biasanya sih, memang ini sering kejadian terutama kalau ada barang baru yang populer atau banyak digunakan oleh orang lain. Apalagi sering wira-wiri di media sosial, diendorse sama influencer. Banyak orang akhirnya beli tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut memang dibutuhkan, atau sesuai dengan kemampuan.
Tak hanya soal belanja barang sih. Di sini juga berlaku tentang investasi. Beberapa waktu yang lalu, pernah booming investasi saham. Banyak orang mencoba “peruntungan” membeli saham yang saat itu sedang naik daun, tanpa disertai riset yang cukup—hanya berbekal rekomendasi influencer di media sosial. Akibatnya, banyak orang membeli saham dengan uang panas—dengan uang arisan, uang pajak, uang hasil pinjaman, dan sebagainya.
5. Menganggap Semua Asuransi sebagai Penipuan
Menganggap setiap asuransi sebagai penipuan adalah salah satu contoh less literate yang cukup fatal. Kalau sampai ada orang yang menganggap asuransi adalah penipuan, maka itu menunjukkan kurangnya pemahaman tentang konsep dan fungsi asuransi dalam manajemen risiko.
Asuransi dirancang untuk memberikan perlindungan finansial terhadap risiko yang tidak terduga, seperti sakit, kecelakaan, atau kerusakan properti. Sikap skeptis terhadap asuransi bisa mengakibatkan keputusan yang merugikan dalam mengelola risiko tersebut.
Baca juga: 5 Ciri Orang yang Bisa Jadi Contoh Well Literate secara Finansial
6. Menganggap Utang sebagai Solusi Kekurangan Uang
Ada banyak orang menganggap utang sebagai solusi kekurangan dana. Padahal, justru ketika kita berani mengambil pinjaman, saat itu juga kita harus yakin bahwa kita punya uang untuk mengembalikannya.
Menganggap utang sebagai solusi kekurangan uang merupakan salah satu contoh less literate yang juga banyak ditemukan di masyarakat. Tak cuma berutang ke bank atau pinjaman online, bahkan berutang juga ke teman—yang kalau ditagih malah galakan yang ditagih.
7. Judi Dianggap sebagai Penghasilan
Ini lebih parah lagi daripada menganggap kartu kredit sebagai ATM dan utang sebagai solusi kekurangan uang. Tapi yang beneran anggap judi sebagai penghasilan itu benar-benar ada. Ini adalah contoh less literate terbesar sepertinya.
Judi berbeda jauh dari sumber penghasilan yang dapat diandalkan. Pasalnya, judi didasarkan pada keberuntungan dan kemungkinan yang tidak terprediksi, bukan pada keterampilan atau upaya yang konsisten.
Memahami contoh less literate secara finansial dan menghindari sikap-sikap tersebut dapat mencegah kerugian finansial. Melalui edukasi dan kesadaran, dapat tercipta pengelolaan keuangan yang lebih baik dan kehidupan finansial yang lebih stabil.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!