Apakah kamu pernah mendengar skema Ponzi? Mungkin kurang familier, tetapi skema ini sering banget digunakan sebagai modus dalam investasi bodong. Biasanya bentuknya setor uang untuk dapat pengembalian besar, arisan online, tabungan berjangka, kripto, dan sebagainya.
Sebenarnya konsep besarnya sih enggak salah, dan nggak salah juga untuk berinvestasi dalam instrumen apa pun. Ingat, bahwa tujuan investasi itu adalah baik, yaitu untuk merencanakan keuangan yang lebih baik di masa depan. Apalagi sekarang, bentuk investasi berkembang sebegitu rupa. Yang paling gampang ya yang bermodalkan handphone saja.
Namun, memang ada yang salah dalam prinsip skema Ponzi, sampai-sampai sering disebut dengan money game. Seperti apa sih sebenarnya? Ikuti artikel ini sampai selesai ya.
Apa Itu Skema Ponzi?
Skema Ponzi merupakan salah satu modus penipuan keuangan yang digagas oleh Charles Ponzi, seorang warga negara Italia tahun 1920. Idenya adalah mengumpulkan sekelompok investor untuk menyetorkan dana, dan menjanjikan keuntungan sebesar 40% dalam waktu 45 hari, atau 100% dalam 90 hari. Namun, untuk mendapatkan keuntungan sebesar itu, masing-masing investor harus merekrut atau mengajak orang lain untuk bergabung. Jadi, kurang lebih seperti MLM.
Sebenarnya keuntungan yang dijanjikan itu terlalu fantastis hingga tak masuk akal. Tetapi, karena pandainya Ponzi membujuk, maka banyak yang akhirnya tergiur dan bergabung dalam bisnisnya.
Padahal, keuntungan ini bukan didapatkan dari pengelolaan bisnis seperti halnya bisnis MLM, melainkan merupakan dana yang disetorkan oleh investor yang baru bergabung melalui perekrutan investor lama. So, pantas saja Ponzi bisa memberikan testimoni-testimoni luar biasa dari investor-investor lama untuk kemudian menarik investor baru. Pasalnya, investor lama pastinya akan mendapatkan keuntungan yang besar dengan banyaknya orang yang bergabung.
Skema piramida ini bisa saja tetap utuh, kalau bisa mempertahankan jumlah anggota baru. Sayangnya, begitu tidak ada lagi yang mau bergabung, piramida tersebut pasti akan goyah. Apalagi kalau kemudian investor yang bergabung terakhir tidak juga menerima keuntungan.
Dan, itulah memang yang kemudian terjadi pada bisnis Charles Ponzi. Runtuh, karena investor baru sadar bahwa mereka ditipu.
Lalu, bagaimana mengenali skema Ponzi ini?
Ciri Utama Skema Ponzi yang Sebenarnya Mudah Dikenali
1. Ada uang pendaftaran
Sudah sempat disinggung di atas, bahwa keuntungan yang didapatkan dari skema Ponzi ini adalah dari perputaran uang dari investor baru yang dibagikan pada investor yang lebih dulu bergabung, yang dianggap sebagai profit. Sementara, ada sebagian yang diambil untuk si pemilik bisnis.
Jika ingin terus mendapatkan profit, maka investor lama harus terus berusaha merekrut, dan kemudian meminta uang pendaftaran sebagai anggota baru. Hal ini tentu saja berbeda dengan investasi pada umumnya, yang tanpa uang pendaftaran. Memang ada setoran awal, tetapi dari setoran awal, dana tersebut kemudian dibelikan produk investasi, seperti saham atau bisa juga dipinjamkan kalau di platform P2P lending. Di sini, ada aset yang ditukar. Sementara pada investasi skema Ponzi, tidak ada aset riil yang bisa kita terima.
2. Keuntungan besar tanpa risiko dalam waktu yang sangat cepat
Keuntungan yang dijanjikan oleh skema Ponzi berkedok investasi biasanya memang sangat menggiurkan. Buat yang tingkat literasinya masih rendah, tentu saja hal ini sangat menarik. Bahkan ada yang berani menjanjikan keuntungan 50% dalam satu bulan, tanpa risiko, dalam waktu yang sangat cepat. Bisa hitungan bulan, bahkan harian.
Padahal, kalau kita lihat reksa dana saham dengan tingkat imbal hasil paling tinggi saja tidak sampai 20% per tahun. Itu pun masih diiringi dengan tingkat risiko yang tinggi.
3. Cara kerja yang enggak jelas
Saat kita hendal berinvestasi di reksa dana, misalnya, maka di situ jelas, cara kerjanya seperti apa. Kita bisa tahu apa yang dilakukan oleh manajer investasi dengan dana yang kita investasikan. Kita juga disuguhi berbagai data historis, yang bisa menjadi sumber analisis kita.
Namun, tidak demikian dengan investasi dengan skema Ponzi. Boro-boro ada laporan keuangan, formula untuk menghasilkan profit saja enggak jelas. Bahkan kadang yang dirahasiakan atas nama ‘rahasia dapur’.
Tak hanya cara kerja yang enggak jelas, perusahaan atau orang-orangnya juga fiktif. Pokoknya, serba-enggak-jelas.
4. Enggak punya produk yang menjadi sumber keuntungan
Nah, ini dia yang kita singgung sedikit pada poin pertama. Kalau investasi saham, jelas ada saham yang diperjualbelikan. Dalam P2P lending, ada kesepakatan pengembalian modal dan bunga yang menjadi jaminan. Dalam reksa dana, juga ada produknya. Emas, apalagi. Kelihatan banget bentuknya.
Sedangkan bisnis MLM saja juga jelas ada produk yang diperjualbelikan untuk menghasilkan keuntungan. Seperti produk kecantikan, fashion, hingga alat kesehatan.
Inilah ciri terbesar skema Ponzi: tidak ada produk riil yang menjadi sumber penghasilan dan keuntungan.
5. Tidak terdaftar di lembaga otoritas
Para penipu dengan skema Ponzi biasanya tidak akan terdaftar sebagai penyedia layanan jasa keuangan di Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, maupun pihak otoritas lainnya. Berbeda dengan manajer investasi, sekuritas, pun platform P2P lending yang harus mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek Indonesia, dan berbagai pihak lain untuk dapat beroperasi.
Menghindari Skema Ponzi
Well, meski ciri-cirinya sepertinya mudah untuk dikenali, faktanya, masih saja ada yang menjadi korban penipuan dengan skema Ponzi ini.
Sebenarnya, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya?
Jangan mudah tergiur
Ada yang menawari keuntungan superbesar, bahkan sangat lebih besar dari instrumen investasi pada umumnya? Apalagi ditambah klaim bebas risiko, atau risiko 0%, atau tanpa risiko? Dalam waktu cepat, hanya dalam beberapa bulan, atau bahkan hari?
Segera waspada! Karena itu adalah ciri terbesar dari skema Ponzi. Jangan tergiur, dan lebih baik pilih instrumen investasi yang wajar saja.
Cek legalitas
Selalu lakukan cek dan ricek terhadap perusahaan atau pihak-pihak yang menawarkan berbagai bentuk instrumen investasi. Kamu bisa ubek-ubek website resmi Otoritas Jasa Keuangan untuk mengeceknya.
Ingat, bahwa setiap layanan jasa keuangan harus selalu mutlak di bawah pengawasan OJK. Jika tidak, maka lebih baik urungkan saja niat untuk berinvestasi pada pihak tersebut.
Pastikan jelas
Apanya yang jelas? Ya, model bisnisnya, cara kerjanya, perusahaannya, alamat perusahaan, orang-orang di baliknya. Semua yang “menempel” pada perusahaan yang akan menerima dana investasi kita harus jelas.
Kamu bisa menelusuri jejaknya di media sosial, ataupun melalui Google.
Nah, itu dia beberapa hal mengenai skema Ponzi yang perlu kamu ketahui. Yuk, share artikel ini ke teman, saudara, atau keluarga kamu, agar mereka teredukasi sehingga tak ada lagi korban jatuh lantaran iming-iming yang tak jelas.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!