Mengatur arus kas pribadi memang nggak semudah kita membaca postingan media sosial tentang keuangan, ataupun webinar yang diikuti. Karena perihal ini berkaitan erat dengan perilaku kita dalam mengelola keuangan, entah itu menyimpan uang atau melakukan pengeluaran.
Padahal, salah salah satu kunci menuju tahapan bebas finansial adalah bisa mengatur arus kas. So, ini merupakan tantangan bagi kita semua yang ingin mencapai fase tersebut; yang bisa menikmati hidup tanpa memikirkan beban utang, memiliki waktu luang untuk melakukan hal yang disukai dan memiliki penghasilan yang bisa dipakai untuk memenuhi biaya hidup.
Mari simak dulu, video berikut ini sebelum lanjut.
Pengaturan Pengeluaran Uang
Robert T. Kiyosaki pernah mengungkapkan di salah satu bukunya Rich Dad, Poor Dad bahwa salah satu kunci jika kamu ingin meraih bebas finansial adalah mengatur kebiasaan pengeluaran atau spending habit. Jadi, bisa dibilang, spending habit ini merupakan hal esensial yang penting untuk kita kelola sebelum lanjut ke tahapan berikutnya seperti berinvestasi. Jangan dibalik ya urutannya.
Di masyarakat sekarang ini dikenal adanya dua bias yang sering terjadi dan memengaruhi pengeluaran. Apa saja?
Optimism bias
Ini berkaitan dengan kecenderungan manusia dalam melihat masa depan dengan semangat yang terlalu positif. Contohnya, ada anggapan bahwa pekerjaan yang sekarang kita lakukan ini bisa memberikan penghasilan stabil, dan ketika masuk usia pensiun, pengeluaran kita akan menurun hingga tak butuh banyak uang.
Padahal kenyataannya, tidak ada penghasilan yang benar-benar stabil. Pun di usia pensiun nanti, kebutuhan kita bisa jadi tak menurun, hanya berubah saja posnya.
Optimism bias ini wajar terjadi, jadi nggak perlu khawatir. Bahkan untuk sekelas investor senior pun bisa terjebak di bias ini. Yang perlu kamu catat adalah bias ini akan memengaruhi kita, hingga kita akan hanya bisa menabung lebih sedikit untuk pos dana pensiun, tapi justru melakukan investasi terlalu banyak untuk hal yang bersifat spekulatif.
Mental Accounting
Sekarang ini seiring teknologi semakin maju, maka cara untuk menabung pun menjadi bervariasi. Di sinilah mental accounting akan terjadi.
Mental accounting bisa menyebabkan kamu menilai subjektif penghasilan ataupun pos keuangan yang dimiliki.
Maksudnya gimana tu?
Begini, kita sudah menyisihkan sumber pendapatan ke beberapa rekening untuk pos pengeluaran juga tabungan. Rasanya semua sudah baik-baik saja karena menyisihkan gaji, sehingga ketika melakukan impulsive buying, ya nggak apa deh, aman. Padahal, yang kayak gini bisa sangat memengaruhi kondisi keuangan.
Mengutip dari The Decision Lab, cara kita memberikan respons dari uang yang diperoleh akan memengaruhi cara kita belanja. Karena itu, sering terjadi ketika penghasilan naik, maka biaya lifestyle pun naik, sehingga bisa mengacaukan keuangan.
Kedua bias ini sebaiknya kamu waspadai dalam hal mengatur arus kas pribadi. Di sinilah Ilmu Perilaku dalam mengatur arus kas akan berperan.
Pendekatan Ilmu Perilaku
Ada 3 pendekatan yang bisa kita lakukan untuk bisa mengatur arus kas dengan berpedoman pada Ilmu Perilaku ini.
Commitment device
Dari penelitian Universitas Harvard, penggunaan commitment device bisa memberikan pengaruh secara signifikan akan perubahan perilaku.
Commitment device adalah suatu alat untuk membuatmu bisa berkomitmen terhadap perilaku pengaturan keuanganmu. So, temukan commitment device versi kamu agar bisa termotivasi dalam mengatur arus kas yang sehat.
Bentuk commitment device ini bisa beragam. Salah satunya kamu bisa memanfaatkan aplikasi, seperti money manager sebagai bentuk komitmen mencatat semua pengeluaran juga pendapatan bulanan.
Salience
Salience adalah kecenderungan individu untuk lebih waspada akan hal-hal yang terlihat jelas. Nah, perilaku ini juga bisa kita manfaatkan sebagai alat menjaga arus kas agar tetap sehat.
Mudahnya, semakin kita sadar bahwa ada tujuan yang mesti dicapai, maka secara tidak langsung akan membentuk sebuah kebiasaan baru di diri. Ketika kita sudah sering melakukannya, percayalah yang awalnya terasa berat akan menjadi ringan.
Jadi, coba temukan tujuan untuk setiap perilaku dan keputusan keuanganmu. Mau bikin anggaran supaya apa, mau investasi untuk apa, mau mengeluarkan uang manfaatnya apa, dan seterusnya. Dengan begini, kalau memang tak ada tujuannya, kamu bisa mencoretnya dari keputusan keuangan.
Endowment Effect
Ini adalah kecenderungan individu dalam menahan sesuatu yang sudah dimiliki. Endowment effect akan terjadi ketika kita menabung di awal.
Uang tabungan memang seharusnya bukan dari sisa uang bulanan. Dengan menabung di awal waktu, kita akan memiliki kecenderungan untuk menahan keinginan untuk tidak berbelanja dengan uang tersebut.
Endowment effect bisa mengendalikan kita untuk tidak melakukan pembelian yang tak terkontrol dan bisa menjaga arus kas tetap sehat hingga akhir bulan.
5 Tip Mengatur Arus Kas Pribadi
Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatur kas pribadi dengan berdasarkan pada Ilmu Perilaku ini?
Alokasikan pendapatan
Bisa dibilang membuat anggaran bulanan ini hal yang membosankan dan bikin pening. Tapi, jika kamu ingin sukses mengelola arus kas maka lakukan budgeting ini.
QM Financial punya formula pembagian pos pengeluaran seperti ini:
- Kebutuhan hidup: 40%
- Cicilan utang: 30%
- Sosial: 2.5%
- Investasi: 20%
- Lifestyle 10%
Kamu bisa menggunakannya, atau bisa juga menyesuaikannya dengan kondisimu. Yang pasti, apabila kamu punya cicilan, maka prioritaskan untuk membayarnya, ya.
Memisahkan antara kebutuhan dan keinginan
Inilah yang sering kali membuat banyak orang terjebak ke dalam utang dan pengeluaran membengkak.
Coba kamu lihat tagihan utang bulanan, apakah nominalnya bertambah atau berkurang? Jika terus bertambah, maka kamu harus evaluasi lagi apa saja yang sudah dibelanjakan.
Contohnya nih, godaan flash sale di e-commerce ini kuat banget, kamu ingin membeli skincare A karena diskon, padahal di meja rias skincare dengan bahan sama masih sebotol penuh. Inilah yang kerap membuat ‘bocor halus’ dalam pengelolaan keuangan.
Cara terbaik adalah mengendalikan diri, tahan sejenak dan berpikir ulang apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak.
Sisihkan di awal
Membuat anggaran dan menentukan formula akan sangat membantu untuk mengalokasikan pendapatan. So, ketika gaji sudah masuk ke rekening, langsung bagi semua ke pos-pos yang sudah ditentukan.
Karena jika ditahan dan menunggu di akhir, yakin deh semua itu nggak akan bersisa.
Buatlah catatan keuangan
Mencatat pengeluaran itu ngeri-ngeri sedap, memang. Tapi, tak perlu takut karena justru inilah yang akan menyelamatkan arus kas kamu.
Dengan mencatat segala pengeluaran harian juga bulanan, kamu akan memiliki catatan apa saja yang bisa dipangkas untuk pengeluaran bulan depan agar tidak over budget. Kalaupun ada berlebihan dalam pengeluaran, dicek kembali apakah itu penting atau tidak untuk dilakukan di bulan berikutnya.
Tahan diri dari transaksi online
Teknologi sekarang sungguh memanjakan kita. Betul?
Sekali swipe, kita bisa memesan makanan di aplikasi delivery online. Dan teknologi pun menumbuhkan kebiasaan baru di masyarakat. Seperti lebih memilih transaksi lewat internet banking dibandingkan mesti ke bank. Atau lebih senang belanja online daripada ke mal.
Tak ada yang salah dengan munculnya kebiasaan tersebut, tapi mesti diingat, kita harus bisa mengendalikan diri agar tidak terjerumus melakukan banyak transaksi online yang justru bisa membuat pengeluaran membengkak dan terjerat utang.
Cara terbaik adalah alokasikan dana untuk transaksi online, misalnya Rp500 ribu sebulan. Sisihkan uang ini ketika menerima gaji, apabila sudah habis ya tahan diri untuk tidak melakukan transaksi online hingga bulan berikutnya.
Pengalaman dalam mengatur arus kas akan membawa kita ke next level karena ada banyak hal positif yang bisa kita peroleh salah satunya adalah mengerem kebiasaan. Memang sih, ini semua butuh proses yang tidak mudah, tapi yakinlah kalau kita bisa untuk melaluinya.
Mengatur arus kas dan menjaganya agar tetap sehat, kelak akan membawa kita masuk ke fase bebas finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.