Zaman semakin berkembang. Sekarang, untuk bekerja, orang kadang nggak perlu lagi ngantor nine to five; pagi berangkat, terjebak macet, kerja di kubikel, makan siang di kantin, meeting di ruang rapat, dan pulang dengan masih sambil menembus macet. Orang bisa bekerja di mana saja–di rumah, di kafe, di taman kota–berbekal internet dan laptop. Yes, kerja remote.
Ada survei yang menunjukkan, bahwa saat ini 34% tenaga kerja produktif di Amerika memilih untuk kerja remote, ketimbang harus ngantor setiap harinya. Dan, di tahun 2020 nanti, bahkan diprediksi bahwa 50% tenaga kerja Amerika akan bekerja di luar kantor. Bagaimana dengan kondisi dunia kerja di Indonesia? Well, memang belum ada data yang bisa menunjukkan kondisi yang sama dengan Amerika sih. Tapi bukan tak mungkin, kecenderungan ini akan terjadi juga di Indonesia–meski entah berapa lama ke depan.
Buktinya, sekarang saja sudah mulai banyak yang lebih suka kerja remote di sini. Coba saja kunjungi coworking space atau kafe-kafe di hari dan jam kerja. Pasti akan banyak menemukan pemandangan orang-orang yang tampak serius di depan laptop, ditemani secangkir kopi dan sepiring camilan. Kalau lihat penampilannya, sudah pasti bukan mahasiswa lagi. So, siapa mereka? Dugaan terbesar ya, para freelancer dan orang-orang yang kerja remote.
Seperti juga setiap hal selalu ada dua sisi yang berbeda, demikian pula kerja remote. Di satu sisi, kerja remote–menurut penelitian–mampu memberikan kebahagiaan dan kepuasan lebih pada para pekerja; mereka bisa mengatur jadwal kerja mereka sendiri, lebih produktif, gaji pun kadang malah lebih besar diterimanya ketimbang yang setiap hari mesti ngantor. Sedangkan, sisi lain, pekerja remote juga harus menghadapi banyak tantangan yang tak bisa dibayangkan oleh mereka yang bekerja di kantor.
So, ada yang berminat untuk kerja remote? Nggak heran sih banyak yang memang pengin untuk kerja remote. Tapi, sebelum mulai, pastikan dulu punya beberapa bekal berikut.
5 Hal yang Harus Dipersiapkan Jika Ingin Kerja Remote
1. Disiplin dan manajemen diri yang baik
Salah satu tantangan terberat bagi yang kerja remote adalah godaan gagal fokus. Yups, namanya kerja di rumah, kerja di kafe, atau di tempat-tempat yang bebas seperti itu, kadang karena terlalu nyaman, malah jadi keenakan.
Di rumah misal. Godaan untuk lebih baik tidur, atau nonton drakor, atau main games, akan lebih besar. Di kafe, sama saja. Apalagi kalau enggak sendirian. Ditemani pacar? Wah, sudah pasti gagal kerja deh.
Tidak adanya seseorang yang mengawasi pekerjaan kita–seperti halnya di kantor, kita bisa punya atasan yang memonitor langsung atau HR yang siap-siap pecut kalau kita malas-malasan-membuat para pekerja remote harus punya bekal disiplin dan manajemen diri yang baik.
Belum lagi nih, kalau si pekerja remote ini seorang yang workaholic. Bisa-bisa malah kerja terus, nggak pakai istirahat. Waduh. Kan masalah banget ke kesehatan.
Karena itu, kalau mau kerja remote pastikan kita punya jadwal sendiri; kapan mulai kerja, kapan istirahat, kapan berhenti kerja sekadar buat jalan-jalan, hangout, ataupun liburan. Mesti bisa diatur sendiri, dan disiplin terhadap jadwal yang sudah diatur sendiri ini.
2. Punya semangat belajar yang tinggi
Tidak seperti para pekerja kantoran yang bisa selalu dimonitor oleh HR untuk meningkatkan kompetensi, para pekerja remote harus selalu siap untuk belajar sendiri.
Kadang yang terjadi adalah job desc-nya sudah disepakati A, tapi dalam perjalanan ternyata mesti ngerjain B juga. Padahal tugas B ini belum dikuasai betul. Jadilah autodidak, belajar sendiri. Utak-atik sendiri, coba-coba, dan error. Itu biasa banget.
Kalau enggak punya semangat belajar yang tinggi, pasti kerjaan juga akan terhambat.
3. Komunikasi yang baik
Dalam kerja remote, kita akan berhubungan dengan klien melalui berbagai aplikasi komunikasi mobile. Mungkin WhatsApp, Skype, Zoom, ataupun aplikasi chatting lainnya. Akan butuh keterampilan komunikasi yang baik, karena bagaimanapun berkomunikasi melalui alat akan berbeda dengan komunikasi langsung–yang memungkinkan kita bisa melihat perubahan wajah ataupun bahasa tubuh lawan bicara kita.
Kita hanya akan bisa mendengar suara atau melihat muka saja, tanpa melihat suasana sekitar lawan bicara kita. Dan, ini tuh PR banget kalau enggak punya skill komunikasi yang baik.
Belum lagi kalau kita kerja remote dengan orang luar. Kemampuan berbahasa asing pasti dibutuhkan banget.
4. Mandiri
Kalau kerja kantoran, kita akan bisa banyak didukung oleh tim. Kalau keteteran, kita bisa meminta bantuan pada rekan kerja yang lain untuk ikut menyelesaikan suatu pekerjaan.
Tapi tidak demikian dengan kerja remote. Akan ada kemungkinan, semua tugas harus bisa kita kerjakan sendiri. Barangkali sih memang kita bekerja bersama tim, tapi kalau enggak selokasi ya sama saja dengan kerja sendiri. Pastinya berbeda dengan kerja tim yang semua terlibat langsung kan?
5. Punya alat kerja yang cukup
Yang pasti, minimal biasanya sih kita harus punya handphone dan internet sebagai alat kerja. Untuk beberapa jenis tugas lainnya, ada kemungkinan akan perlu juga laptop, dan alat kerja lain.
Ada kemungkinan, kita harus bisa memenuhi alat kerja kita sendiri. Berbeda dengan para karyawan kantoran yang biasanya alat kerjanya dipenuhi oleh pihak perusahaan.
Gimana nih, sampai di sini? Masih tetap tertarik dengan kerja remote? Dengan 5 persiapan di atas, siapa saja memang bisa kerja remote dan lebih produktif kok.
Oh iya, dan salah satu hal yang harus kita kembangkan juga adalah kemampuan untuk mengelola keuangan. Sebagian besar para pekerja remote tak menerima upah yang sama lo setiap bulannya, karena dihitung berdasarkan hasil kerjanya–meski ada juga yang diberi upah tetap. Perlu trik khusus untuk mengelola pemasukan yang tak tetap ini, supaya pengeluaran tetap rutin dan terukur.
Coba cek berbagai kelas finansial online di QM Financial yuk, ikuti yang sesuai dengan kebutuhan keuangan seorang pekerja remote. Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip keuangan yang applicable untuk siapa saja.
QM Financial
Related Posts
3 Comments
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] banyak hal untuk menjamin kesehatan karyawan dengan mudah. Tapi, bagaimana dengan mereka, para pekerja remote, yang tidak setiap saat bisa hadir di kantor, yang melakukan pekerjaannya di lokasi yang […]
[…] bisa meeting atau melakukan koordinasi enggak perlu lagi harus bertemu secara fisik. Contohnya, para pekerja remote yang bisa saja punya atasan di belahan dunia […]
[…] enggak membawa perubahan yang terlalu drastis, karena sebagian karyawan QM Financial memang sudah bekerja secara remote. Namun, beberapa yang lain–terutama yang sering bertugas di event-event offline, terlebih […]