Mau Pensiun Sejahtera? Bisa kok, Tapi Ada Syaratnya!
Siapa yang enggak pengin pas pensiun bisa tercukupi kebutuhannya, syukur-syukur malah bisa bantu-bantu anak cucu, traktir mereka sesekali, kasih cucu angpau di hari Lebaran, dan sebagainya? Ya, seperti itulah gambaran dari pensiun sejahtera.
Mandiri dan sejahtera. Duh, impian banget deh.
Namun, menurut survei Future of Retirement yang dilakukan oleh HSBC tahun 2019 menyatakan dengan jelas bahwa 9 dari 10 orang Indonesia ternyata tidak siap pensiun sejahtera.
Dari sumber yang sama, juga terungkap fakta bahwa 68% responden berharap untuk bisa menjalani pensiun dengan nyaman, tetapi baru 30% yang sudah mulai mempersiapkannya sejak masih produktif. Padahal, rata-rata dari responden—sebesar 83%–mengaku khawatir akan kenaikan biaya perawatan kesehatan di masa depan, dengan 77% khawatir bakal kehabisan dana saat pensiun.
Tapi kenyataannya, buat anak muda, memikirkan dana pensiun itu sangatlah tidak asyik. Tidak seasyik kalau membuat rencana liburan, beli mobil, beli gadget terbaru, dan sebagainya.
Padahal, sebenarnya, jika persiapan untuk pensiun ini dilakukan sejak dini, bahkan kalau bisa ketika kita mulai bisa memiliki penghasilan sendiri, kita tak perlu lagi khawatir lo. Bebannya akan semakin ringan, seiring waktunya yang juga lebih panjang. Jaminan tercapainya juga lebih besar, karena memang waktulah yang menjadi teman kita dalam hal mempersiapkan dana pensiun yang memadai.
Pasalnya simpel. Secara logika saja, untuk menabung tiap bulan hingga mencapai Rp1 miliar akan lebih ringan bebannya kalau kamu mengumpulkannya dalam waktu 30 tahun, ketimbang harus mengumpulkan dalam waktu 10 tahun kan? Apalagi kalau usia sekarang lagi di puncak produktivitas. Ibaratnya, banyak peluang bisa dimanfaatkan untuk semakin gaspol membangun dana pensiun.
Kalau kondisinya seperti ini sekarang, jadi pesimis nggak sih buat bisa merasakan pensiun sejahtera? Apalagi dengan kebutuhan di saat ini yang juga tak boleh diabaikan. Mana inflasi tinggi, lagi! Duh!
Tenang, tenang. Nggak usah panik.
Sebenarnya mencapai pensiun sejahtera itu bisa kok kita wujudkan. Asal …
Syarat yang Harus Dipenuhi agar Bisa Pensiun Sejahtera
Memiliki kebiasaan keuangan yang baik
Yuk, coba dicek lagi yang sekarang dilakukan. Sudah benar belum? Apakah kamu sudah membagi penghasilanmu ke dalam pos-pos sesuai kebutuhan dan prioritas? Sudahkah kamu mengalokasikan investasi untuk bangun dana pensiun seperti halnya alokasi pengeluaran penting lain? Sudah investasi di awal atau masih pakai sisa uang belanja?
Kebiasaan mengeluarkan uang sehari-hari juga akan menentukan bisa tidaknya mimpi pensiun sejahtera dicapai. Kalau sekarang saja sudah sulit berhemat, di masa pensiun besar kemungkinan akan menemui kesulitan juga. Yuk, mumpung masih lama, coba jalani gaya hidup secukupnya. Pasalnya, yang mahal memang gaya hidup, biaya hidup mah bisa diatur.
Kebiasaan keuangan yang kita lakukan saat ini akan menentukan hasil yang akan kita dapatkan nantinya.
Disiplin melunasi utang
Utang merupakan salah satu hal keuangan terbesar yang harus dibereskan sebelum kamu memasuki usia pensiun.
Memangnya kalau tidak, kenapa? Ya, bayangkan saja kalau kamu masih harus membayar utang, sementara sudah pensiun—yang artinya sudah tidak produktif dan tidak ada sumber dana aktif.
Utang adalah satu beban yang harus segera dikurangi menjelang masa pensiun. So, hitung lagi posisinya sekarang, jika kamu baru mau bangun dana pensiun. Semoga sih, dengan disiplin membayar cicilan, menjelang pensiun nanti semua utang sudah lunas ya.
Memiliki proteksi yang memadai
Nah, kembali lagi ke hasil survei HSBC di atas, bahwa 83% responden mengaku khawatir akan kenaikan biaya perawatan kesehatan di masa depan. Karena itu, adalah penting bagi kamu untuk memastikan bahwa asuransi kesehatanmu terus aktif hingga masuk usia pensiun nanti. Jangan sampai terputus ya, iurannya.
Cek juga apakah kamu perlu memiliki tambahan asuransi kesehatan swasta, jika sudah punya BPJS Kesehatan. Siapa tahu, ada perlindungan tambahan yang kamu perlukan seiring waktu kan?
Namun, pastikan juga agar tetap sesuai dengan kemampuan finansialmu. Jangan sampai terbebani membayar premi, tetapi kebutuhan lain malah tak terpenuhi.
Yuk, Siapkan Jalan Menuju Pensiun Sejahtera!
Siapa pun bisa kok mewujudkan pensiun sejahtera, asalkan ketiga syarat di atas dipenuhi, siapkan selagi muda, dan buat rencana pensiun yang komprehensif dan realistis untuk mewujudkannya.
Tak hanya dari sisi karyawan, sudah sewajarnya juga bagi perusahaan untuk ikut andil dalam menyiapkan karyawan untuk siap pensiun sejahtera sejak dini. Pasalnya, ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan, seperti bisa menghindarkan perusahaan dari beban arus kas yang berlebihann di masa depan, bisa meningkatkan nilai tambah pada perusahaan itu sendiri, dan sebagainya.
Yuk, isi survei persiapan masa pensiun sejahtera ini, dan dapatkan learning kit melalui email! Tinggal klik saja tautannya, dan isi formnya. Learning kit SIAP PENSIUN SEJAHTERA akan dikirimkan setelah survei di-submit.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Berbagai Alasan Orang Mengajukan Pinjaman Uang, dan Kondisi Tidak Idealnya
Beberapa hal butuh biaya yang besar, sedangkan kondisi keuangan kita tidak memungkinkan untuk bisa menabung lebih dulu. So, mengajukan pinjaman uang menjadi opsi solusinya.
Memang, berutang bisa jadi solusi untuk beberapa hal. Bahkan hal ini sangat lazim dilakukan di dunia bisnis. Uang berputar, pihak satu meminjamkan pada pihak lain, yang kemudian dibayar setelah pihak yang lain mendapatkan uang dari hasil usahanya. Dan begitu seterusnya.
Skema ini skema yang sangat wajar terjadi, bahkan sejak zaman nenek moyang. Hanya saja, akhir-akhir ini, perkara pinjaman uang ini seringnya berujung pada masalah keuangan baru. Apalagi dengan segala kemudahan yang diberikan—thanks to technology—akhirnya semakin banyak orang tergiur untuk berutang. Padahal ya, enggak butuh-butuh amat.
Dari Databoks dilansir, bahwa Otoritas Jasa Keuangan sendiri mencatat, bahwa tak kurang terdapat akumulasi pinjaman online pada fintech peer to peer lending hingga Rp13.78 triliun per Januari 2022, yang artinya naik 1.32% month to month.
Berikut beberapa alasan orang mengajukan pinjaman uang.
Alasan Mengajukan Pinjaman Uang
Memenuhi kebutuhan hidup
Kadang memang terjadi, pemenuhan kebutuhan rutin terganggu akibat banyak hal, misalnya seperti menurunnya atau kehilangan penghasilan secara mendadak, misalnya terkena PHK. Atau, kebutuhan yang tiba-tiba membengkak, misalnya sakit dan yang dicover oleh asuransi hanya biaya rumah sakit. Sementara, butuh untuk obat ataupun vitamin. Jika kondisinya berkepanjangan, maka berutang biasanya lantas menjadi pilihan solusi.
Sebenarnya ini bukan alasan yang bijak untuk mengajukan pinjaman uang, ke pihak mana pun, termasuk pada saudara atau teman. Pasalnya, utang seperti ini terdorong oleh ketiadaan uang. Biasanya yang terjadi kemudian adalah seiring kebutuhan yang terus ada, utang juga akan terus dilakukan. Akan semakin rumit, jika melakukan utang untuk kebutuhan ini dari fasilitas pemberi pinjaman uang dengan bunga yang tinggi.
Membeli barang yang harganya di luar jangkauan
Utang juga biasa dilakukan jika kita ingin membeli sesuatu yang harganya di luar jangkauan kemampuan kita.
Hal ini sebenarnya juga tidaklah salah, apalagi jika barang yang akan kita beli itu nantinya akan memberikan nilai tambah pada aset kita. Misalnya saja untuk membeli rumah, yang nantinya akan disewakan, sehingga memberikan penghasilan. Atau, beli laptop dengan spesifikasi yang lebih canggih, untuk membantu pekerjaan agar lebih lancar sehingga penghasilan juga bisa ditingkatkan. Atau, bisa juga untuk membeli kendaraan agar mobilitas lebih lancar, sampai di kantor lebih cepat.
Membayar utang
Mengajukan pinjaman uang untuk membayar utang yang lain juga sering dilakukan oleh masyarakat kita.
Ada memang yang melakukan konsolidasi utang seperti ini, dengan mengambil pinjaman yang lebih lunak untuk melunasi utang lain dengan bunga yang tinggi. Tetapi, butuh keterampilan mengatur keuangan yang mumpuni agar rasio utang tetap berada di bawah batas yang seharusnya.
Kalau tidak, ya, bisa jadi malah semakin melilit dan gali lubang tutup lubang terus menerus, tak berkesudahan. Tahu-tahu sudah berutang ke ratusan pihak, dengan jumlah nominal yang membengkak berkali-kali lipat.
Renovasi rumah
Kebutuhan untuk merenovasi rumah bisa jadi ditimbulkan oleh kerusakan akibat usia, alam, ingin menambah fasilitas, hingga bertambahnya anggota keluarga. Renovasi yang dibutuhkan ini bisa besar, bisa juga kecil.
Seperti halnya KPR, ada beberapa lembaga yang menawarkan pinjaman uang khusus untuk kebutuhan renovasi rumah. Dan, memang banyak orang yang memanfaatkan layanan ini. Jika berutang untuk renovasi rumah yang dilakukan dengan keyakinan mampu membayarnya kembali, atau nantinya akan memberikan nilai tambah pada aset tersebut, tentu tidak terlalu jadi masalah. Sekali lagi, seperti yang selalu direkomendasikan oleh trainers QM Financial, bahwa salah satu utang sehat adalah ada “lawan”-nya yaitu aset yang kemudian dimiliki dan nantinya nilainya bisa berkembang.
Namun, jika tidak, akan lebih baik jika lebih bijak dalam mengambil keputusan berutang.
Biaya menikah
Tak jarang orang juga mengajukan pinjaman uang untuk keperluan biaya menikah, dan kemudian mengandalkan amplop dari para undangan sebagai sumber dana untuk pengembaliannya.
Apakah salah? Sebenarnya tidak, tetapi bisa dibilang kurang bijak. Menikah adalah suatu fase hidup yang sebenarnya bisa direncanakan. Dengan rencana keuangan yang baik dan disesuaikan dengan kemampuan, dana untuk biaya pernikahan bisa dibangun beberapa waktu sebelum hari H, sehingga bisa menghindari utang.
Modal bisnis
Ada juga orang yang mengajukan pinjaman utang untuk dipakai sebagai modal bisnis. Untuk hal ini, pastinya ada mekanisme yang berbeda.
Pinjaman uang untuk membangun atau mengembangkan bisnis bisa jadi dianggap sebagai investasi, sehingga perlu adanya kesepakatan untuk pembayaran kembali. Seperti berapa persen cicilannya dan berapa bunganya, serta seperti apa prosedur pengembaliannya. Apakah dicicil plus bunga, ataukah bunga akan diberikan setiap bulan, sementara pokok pinjaman akan dibayarkan di akhir jatuh tempo seluruhnya.
Karena itu perlu dibuat rencana keuangan yang komprehensif atas nama bisnis tersebut.
Kapan Mengajukan Pinjaman Uang Merupakan Opsi yang Kurang Bijak?
Utang memang bisa jadi solusi untuk beberapa masalah keuangan yang terjadi. Tetapi, harus dipertimbangkan dengan baik dan bijak, karena begitu kita mengajukan pinjaman uang, maka saat itu pula muncul kewajiban untuk mengembalikannya dan juga ada bunga. Jika tanpa pertimbangan bijak, kewajiban pengembalian dan bunga ini bisa jadi beban tambahan untuk keuangan kita.
Ingat kan, ada 3 syarat utang sehat? Yaitu memastikan ada kebutuhannya, ada yang jangka waktu yang pas, dan ada sumber dana yang akan dipakai untuk pengembalian. Jadi, untuk bisa berutang, kita harus memastikan dulu, bahwa memang benar-benar butuh, tahu kapan harus dilunasi dan seperti apa pembayarannya, serta ada uang yang akan dipakai untuk mengembalikan.
Namun, ada beberapa situasi yang sebaiknya dihindari untuk mengajukan pinjaman uang, di antaranya:
- Ketika kita sedang mengalami kesulitan untuk membayar utang pada satu pihak
- Kalau kita merasa bunga terlalu tinggi
- Arus kas keuangan pribadi kita sedang negatif
- Belum punya dana darurat yang cukup
- Belum memiliki asuransi yang memadai, sesuai dengan kebutuhan
- Utang untuk membeli barang yang manfaatnya lebih pendek daripada jangka waktu pembayaran utangnya
Kondisi-kondisi di atas adalah kondisi yang sangat tidak ideal bagi kita untuk mengajukan pinjaman uang, karena pinjaman tersebut pada akhirnya pasti akan menambah beban berat keuangan. Jadi, hindarilah berutang, jika masih ada salah satu atau beberapa kondisi di atas yang terjadi pada kita.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 “Penyakit” yang Bikin Anak Muda Gagal dalam Perencanaan Keuangan
Jadi anak muda sekarang tuntutannya banyak. Betul? Dari mulai soal karier, jodoh, sampai soal perencanaan keuangan. Ya maklum sih, anak muda kan harapan bangsa. Tsah.
Iya, kok memang berat. Apalagi kalau dari si anak muda itu sendiri punya “penyakit”. Penyakit apa? Penyakit keuangan yang disebabkan oleh banyak hal. Ada yang memang literasinya kurang, atau ya karena memang merasa masih muda—masih berhak untuk senang-senang, menikmati hidup. Nanti ya dipikirkan nanti saja.
Pada akhirnya, kalau yang bersangkutan enggak sadar juga akan penyakitnya, boro-boro bisa membuat perencanaan keuangan, hidup pun hanya paycheck to paycheck. Memang tak semua gaya hidup paycheck to paycheck akibat adanya penyakit ini. Namun, yang punya penyakit berikut pada umumnya akan hidup paycheck to paycheck, terlilit utang, dan gagal dalam perencanaan keuangan untuk masa depannya sendiri.
Penyakit apa sajakah itu?
5 Penyakit yang Bikin Perencanaan Keuangan Gagal
1. Kebiasaan lapar mata
Lihat ini, beli. Lihat itu, eh lucu, beli. Belanja secara impulsif, menuruti kata hati dan keinginan, tanpa berpikir panjang.
Yang punya penyakit ini, jangankan bisa membuat perencanaan keuangan yang komprehensif. Sering sabotase tabungan sendiri malah. Uang yang dikumpulkan untuk apa, jadinya apa. Maunya cuma beli pasta gigi sama sabun, eh, pulang bawa baju, sepatu, sampai tas.
2. YOLO
You only live once. Begitu kepanjangan YOLO ini.
Sebenarnya, jargon ini digunakan untuk memotivasi agar kita tak menyia-nyiakan peluang bagus atau kesempatan emas yang datang pada kita. Sayangnya, akhir-akhir ini justru maknanya jadi bergeser.
Jadi pembenaran, bahwa hidup hanya sekali, maka kita berhak untuk bersenang-senang terus setiap waktu. Tanpa ingat menabung, tanpa sadar juga bahwa banyak risiko hidup yang harus dihadapi ke depannya. Pun, enggak sadar, bahwa masih ada masa depan yang panjang, yang seharusnya jadi kesempatan untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita. Semua karena “hari ini masih bisa hidup, maka ayo, senang-senang.”
3. FOMO
Fear of Missing Out, begitulah. Alias, enggak mau ketinggalan tren. Lihat orang-orang heboh apa, pengin ikutan.
Zamannya ramai pada liburan luar negeri, ikut liburan. Trennya beli tas branded, ikutan beli. Ramai orang-orang antre inden smartphone tercanggih, enggak lupa ikut inden juga. Zamannya orang-orang beli kripto atau NFT, tentu saja enggak mau ketinggalan.
Tujuannya satu: supaya dianggap keren dan mendapatkan pujian. Padahal, ya, enggak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Dampak dari FOMO ini bisa sangat merugikan kita loh. Yang tadinya berharap untung, tapi akhirnya buntung, tidak sadar risiko yang dihadapi, hingga bisa terjerat utang, karena pada dasarnya orang-orang FOMO juga tidak sadar akan kemampuan diri sendiri.
4. Latte Factor
Latte factor adalah pengeluaran kecil yang kita lakukan setiap hari, bahkan bisa sampai beberapa kali sehari, tetapi sayangnya kita enggak sadar bahwa ketika diakumulasikan ternyata menjadi sangat besar.
Contohnya adalah biaya ngopi setiap pagi sambil jalan ke kantor, pesan makanan online terus, biaya admin bank, parkir, dan sebagainya. Pengeluaran-pengeluaran ini sebenarnya bisa dihemat jika kita mau loh, tetapi enggak kita lakukan karena berbagai sebab.
Di QM Financial, kita mengenalnya sebagai ‘bocor halus’. Ibarat ban yang mengalami bocor halus, kita enggak menyadarinya hingga akhirnya ban benar-benar kempis bin gembos, kehilangan tekanan. Apalagi jika ditambah kita malas mencatat pengeluaran, saat itulah kita baru bertanya-tanya, ke mana ya perginya uang? Enggak terasa.
5. Tarsok Tarsok
Tarsok tarsok alias bentar besok bentar besok. Artinya, hobi menunda. Istilah keren zaman now: procrastinating. Menunda mulai belajar keuangan, menunda mulai membuat perencanaan keuangan, menunda berinvestasi, dan sebagainya.
Kadang hal ini kita lakukan karena kita enggak tahu cara memulainya, atau justru merasa takut kalau nantinya gagal. Padahal, kalau kita gagal merencanakan, maka saat itu pula kita berencana untuk gagal loh. Jika kita menunda perencanaan, maka kita tidak akan pernah memulai apa pun.
Agar Tak Gagal dalam Perencanaan Keuangan
Gagal dalam perencanaan keuangan bisa cukup fatal akibatnya. Pasalnya, dalam sebuah perencanaan keuangan, biasanya akan terangkum berbagai cita-cita, tujuan hidup, bahkan janji pada diri sendiri untuk memberikan kualitas yang baik pada hidup kita sendiri.
Mumpung masih berstatus anak muda, akan lebih baik jika kita berpikiran jauh ke depan, karena apa yang akan kita dapatkan di masa depan nanti merupakan hasil dari apa yang kita rencanakan sekarang.
Mulai sekarang
Yuk, jangan menunda lagi. Apa yang bisa kamu lakukan sekarang, sekecil apa pun itu, bisa mengubah masa depanmu nanti. Mulai belajar keuangan, mulai membuat rencana keuangan.
Enggak perlu terlalu jauh, kamu bisa mulai dari langkah-langkah kecil dulu. Misalnya, tahu dulu prinsip dasar dari Blueprint of The Money, lalu tahu ciri keuangan yang sehat. Dengan begitu, kamu bisa memperbaiki dulu kondisinya, baru kemudian belajar lagi langkah-langkah berikutnya.
Kamu bisa belajar di FCOS QM Financial, karena sudah disusun sedemikian rupa secara berjenjang, sehingga kamu akan merasa dituntut step by step sesuai kondisi dan kemampuan.
Yang penting, mulai dulu sekarang.
Pengendalian diri
Kalau melihat sebagian besar “penyakit” di atas, akar masalah terbesarnya sebenarnya cuma satu: pengendalian diri.
Belanja impulsif, pengin senang-senang saja di masa sekarang, nggak mau ketinggalan tren, mengeluarkan uang sedikit demi sedikit setiap hari, semua itu berkaitan dengan kemampuan kita dalam mengendalikan diri sendiri.
Dengan adanya perencanaan keuangan, kamu akan punya kontrol mengenai apa yang perlu diprioritaskan dan yang bisa ditunda. Bisa jadi, kamu memiliki penyakit-penyakit di atas karena kamu tidak punya perencanaan keuangan yang baik. Jadi bener kan, bahwa kamu merencanakan untuk gagal?
Disiplin
Kalau sudah punya rencana keuangan, maka selanjutnya yang kamu perlukan adalah disiplin diri. Ini adalah koentji agar semua rencana bisa diwujudkan dengan sukses.
Nah, gimana? Pengin sembuh kan, dari segala penyakit di atas? GWS ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini 3 Masalah Keuangan yang Dihadapi oleh HR dari Karyawannya
Banyak yang mengira, bahwa masalah keuangan muncul sebagai akibat dari penghasilan sebagai karyawan yang terlalu kecil. Lalu, solusinya, karyawan pun menuntut pada perusahaan melalui divisi HR, atau Human Resources, untuk menaikkan gaji.
Nah, pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah dengan begitu, masalah keuangan lantas bisa hilang atau terselesaikan? Ternyata, enggak juga. Faktanya, gaji naik eh … ternyata lifestyle juga naik. Gaji besar pun juga dirasa enggak cukup, karena seiring waktu, kebutuhan juga lebih banyak. Bahkan bisa jadi, gaji besar, utang juga besar. Ouch!
Mau tahu, masalah keuangan apa yang biasanya dihadapi oleh HR dari karyawan? Ternyata 3 hal ini loh yang paling sering.
3 Masalah Keuangan yang Paling Sering Dihadapi oleh Karyawan
1. Kelola gaji
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Virginia Tech Study di Amerika Serikat menyebutkan, bahwa 1 dari 5 karyawan terlilit masalah keuangan, yang lantas menghambat kinerja karyawan itu sendiri selama di kantor; tingkat ketidakhadiran tinggi dan produktivitas menurun. Sementara, QM Financial sendiri pernah melakukan survei, yang hasilnya menyebutkan bahwa 51% karyawan merasa gajinya tidak cukup.
Kedua hasil survei di atas mengungkapkan satu fakta besar: tingkat pengelolaan gaji karyawan masih kurang.
Sebagian besar perusahaan sudah memberikan gaji yang sesuai dengan aturan, yakni sama dengan atau di atas UMR. Tentu saja, banyak faktor lain yang juga memengaruhi besaran gaji karyawan. Tetapi, pada dasarnya, UMR ditentukan sudah melalui prosedur yang panjang, dengan beracuan pada besaran kebutuhan hidup minimal seorang lajang di domisili yang sama dengan kantornya. Jadi, seharusnya besaran gaji akan cukup jika digunakan dengan bijak.
So, besar kemungkinan akar masalahnya memang pada skill untuk mengelola gaji dengan baik. Tanpa pengelolaan keuangan yang benar, gaji seberapa besarnya pun pasti akan enggak cukup. Karyawan tidak dapat mengatur prioritas, sehingga tak pernah ada rencana keuangan. Kalau sudah begini, berbagai kebutuhan hidup bisa terhambat untuk dipenuhi.
2. Utang
Utang juga merupakan salah satu masalah keuangan yang kerap dihadapi oleh HR dari karyawan.
Salah satu contohnya adalah karyawan terlilit utang pinjaman online, alias pinjol. Faktanya, karyawan memang sasaran empuk penipu-penipu utang pinjol. Tak sedikit kasus lilitan pinjaman online, dari yang hanya Rp1 juta menjadi puluhan juta yang muncul dengan korban para karyawan. Dan, salah satu yang sering dibuat repot oleh karyawan karena utang pinjol adalah bagian HR kantor. Terutama jika pinjol yang bersangkutan adalah pinjol ilegal. Teman-teman sekantor ikut menjadi korban teror. Belum lagi banyaknya penawaran jenis utang lainnya, seperti paylater, kartu kredit, KTA, dan berbagai jenis utang lainnya.
Posisi sebagai karyawan sebenarnya menguntungkan, jika dilihat dari sudut pandang yang lain. Penghasilan yang teratur membuat skema pengembalian utang dengan cicilan seharusnya bisa dilakukan dengan baik. Memang utang sekali waktu bisa menjadi solusi, terutama untuk tujuan produktif. Namun, bahkan masih banyak yang belum paham beda utang yang perlu dan tidak perlu. Tanpa pertimbangan matang dan skema pengembalian yang sesuai, utang bisa jadi masalah keuangan yang cukup besar di kemudian hari.
3. Pensiun
Masalah keuangan lain yang juga sering harus dihadapi oleh HR dari karyawan adalah soal pensiun.
Masalah pensiun ini memang seharusnya menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing karyawan. Tetapi, perusahaan yang baik juga akan ikut mempersiapkan pensiun bagi karyawannya. Hal ini sesuai dengan UU No. 13 Taun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa perusahaan punya kewajiban untuk membayarkan imbalan pascakerja, yang termasuk di dalamnya adalah dana pensiun. Memang sudah ada Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun, dengan alokasi dana yang dibagi antara karyawan dan perusahaan, tetapi apakah memang cukup? Mengingat angka harapan hidup masyarakat Indonesia juga naik di tahun 2022 ini, dari 73.4 menjadi 73.5.
Tanpa menyiapkan dana pensiun yang memadai, bisa jadi nantinya cash flow perusahaan terganggu karena mendadak harus membayar dana pesangon pensiun untuk karyawannya. Apalagi jika ternyata, si karyawan juga tak siap dana pensiun secara mandiri.
Dikutip dari Detik Finance, dalam survei yang dilakukan oleh HSBC global bertajuk Future of Retirement, yang dilakukan terhadap 17.405 orang di 16 negara dengan 1.050 di antaranya responden dari Indonesia, menunjukkan fakta yang menarik. Tiga dari 4 responden dalam survei ini mengaku bahwa mereka mengharapkan bantuan dari orang lain—dalam hal ini, anak-anak mereka—untuk dapat memenuhi kebutuhan di masa pensiun. Sementara, sebanyak 2 dari 3 responden usia kerja bertekad akan terus bekerja setelah masa pensiun tiba, dengan 54% di antaranya ingin berwirausaha dan 25%-nya ingin kembali mencari pekerjaan.
Padahal seharusnya, masa pensiun adalah masa-masa karyawan menikmati hasil kerja kerasnya selama puluhan tahun bekerja. Betul?
Kesimpulan
Kalau dilihat per masalahnya, kunci permasalahan yang umum terjadi adalah pada mindset karyawan yang masih keliru dalam pemahaman pengelolaan dan perencanaan keuangannya.
Bahwa bukan masalah besar kecilnya gaji yang jadi akar masalah keuangan yang dihadapi oleh karyawan, melainkan bahwa gaji yang tidak dikelola dengan baik maka tetap saja kebutuhan akan sulit dipenuhi. Alih-alih memanfaatkannya untuk hal-hal esensial, gaji malah dihabiskan untuk hal-hal yang kurang penting. Bahkan sering kali, karyawan malah enggak tahu ke mana saja gajinya pergi.
Tanpa pengelolaan dan perencanaan keuangan yang baik, tujuan keuangan—baik jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang—akan sulit untuk dicapai.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Belajar Keuangan: Ini 5 Alasan Pentingnya dan Cara Memilih Kelas Online Terbaik
Percayakah kamu, bahwa pada dasarnya setiap orang itu punya kemampuan dasar tentang keuangan? Iya dong, pastinya kan siapa pun kamu pasti bisa menghitung jumlah uang, dan kemudian bisa juga bertransaksi menggunakan uang. Nah, kemampuan dasar inilah yang harus dikembangkan, dengan cara belajar keuangan secara lebih intensif, jika kamu ingin mengelola keuangan dengan lebih baik lagi.
Pasalnya, keuangan itu enggak sebatas cuma menghitung penghasilan dan belanja. Terus apa saja dong? Yuk, kita lihat apa saja yang bisa kita lakukan dengan belajar keuangan lebih dalam.
Pentingnya Belajar Keuangan
1. Mengatur prioritas dalam hidup
Mana nih yang harus diprioritaskan: barang-barang branded atau bahan makanan? Handphone terbaru atau bikin dana darurat dulu? Liburan ke Eropa apa dana DP rumah?
Yes, belajar keuangan artinya belajar memprioritaskan. Punya barang-barang branded, handphone terbaru, liburan ke Eropa tentu tidak dilarang. Toh, yang menjalani kamu dengan uang kamu sendiri, ya kan?
Tetapi ingat, bahwa bisa jadi ada beberapa hal lain yang perlu diprioritaskan lebih dulu karena sifatnya lebih esensial dan bakalan bermanfaat dalam jangka waktu panjang. Hal-hal yang kalau kamu lakukan sekarang, akan menghindarkanmu dari kesulitan di masa depan.
2. Memastikan kebutuhan terpenuhi
Dengan mengatur prioritas, kita pun bisa memastikan bahwa semua kebutuhan bisa dipenuhi dengan baik. Baik itu kebutuhan dasar dan penting, juga kebutuhan yang bersifat tersier.
Iya dong, meskipun termasuk tersier, tetapi kebutuhan-kebutuhan untuk healing, self reward, dan sebagainya itu juga penting. Hanya saja, pemenuhannya jangan sampai mengganggu kebutuhan lain yang harus diprioritaskan.
Dengan belajar keuangan, kamu pun bisa memastikan, bahwa tak hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok, tetapi kamu juga akan dapat memenuhi kebutuhan tersier tersebut.
3. Tak takut terlilit utang
Berutang juga bukan merupakan hal yang dilarang. Namun, tentu harus dikelola dengan baik. Dengan belajar keuangan, kamu pasti tahu, bahwa rasio utang maksimal adalah 30% dari penghasilan.
Mengapa “hanya” 30%? Pastinya untuk menjamin agar kebutuhan lain juga terpenuhi, dan penghasilan kamu tidak hanya habis untuk cicilan. Utang yang berlebihan akan sulit untuk dilunasi, apalagi yang melebihi kemampuanmu.
Dengan belajar keuangan juga, kamu akan tahu, mana yang memang bisa dibiayai dengan utang (dan kemudian dikelola dengan baik), dan mana yang sebaiknya dibiayai dengan tabungan atau investasi. Karena utang dan investasi serta tabungan adalah dua hal keuangan yang sangat berbeda makna dan fungsi.
4. Bisa mengelola risiko dengan baik
Dalam hidup, adalah biasa jika kita harus menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Untuk mengatasinya, tak jarang butuh biaya tambahan. Di sinilah dana darurat dan asuransi berperan penting.
Dana darurat adalah tabungan cadangan yang akan dapat membantumu di saat-saat darurat. Misalnya terkena musibah yang membuatmu jadi harus mengeluarkan uang ekstra. Banyak orang terbukti sulit untuk survive di masa pandemi karena tak memiliki dana darurat yang memadai, sehingga saat harus terpaksa mengalami PHK, mereka pun panik dan kebingungan.
Begitu juga dengan asuransi. Jika tidak dikelola dengan baik, bisa jadi kita kesulitan untuk membayar premi secara teratur. Akibatnya, jika premi tak dibayar, maka kamu tak bisa mendapatkan manfaat perlindungan lagi. Lalu, bagaimana jika jatuh sakit? Atau sesuatu terjadi, sehingga kita tak dapat lagi mencari nafkah?
Dengan belajar keuangan, selain dapat memastikan dapat memenuhi kebutuhan utama, kamu juga dapat sekaligus membangun dana darurat dan membayar premi tanpa kesulitan.
5. Bisa memproyeksikan kebutuhan hingga jauh ke depan
Misalnya untuk kebutuhan pensiun, yang mungkin akan baru kita jalani 20 – 30 tahun lagi. Jika kita tidak belajar keuangan, rasanya mustahil kita bisa menghitung kebutuhan pensiun kita 20 sampai 30 tahun lagi.
Bahkan mungkin enggak kepikiran sama sekali, bahwa pensiun itu mesti dipersiapkan sejak sekarang. Terus, kita jadi kerja terus deh sampai tua. Oh no!
Nah, itu dia beberapa alasan mengapa belajar keuangan itu penting. Tapi tak ada kata terlambat kok. Jika kamu baru tergerak untuk mau belajar sekarang, itu pun sangat baik.
Dari Mana Mulai Belajar Keuangan?
Zaman sekarang, semuanya dipermudah. Thank to technology! Termasuk belajar keuangan. Kamu bisa memanfaatkan banyak hal untuk bisa belajar keuangan. Nah, salah satunya yang cukup efektif adalah dengan ikut kelas online.
Kelas online tak sembarang kelas online. Masalahnya, jika kamu belajar keuangan dari sumber yang kurang kompeten, pasti hasilnya juga tidak akan memuaskan. So, ini dia beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk memilih kelas online untuk belajar keuangan.
1. Ada kurikulumnya
Belajar tanpa arah sudah pasti hasilnya tidak akan maksimal. Karena itu pilihlah kelas online yang memiliki kurikulum. Akan lebih baik lagi jika ada kurikulum yang disusun secara berjenjang, mulai dari basic, intermediate, dan advanced.
Kurikulum yang baik akan sistematis, sehingga membuat proses belajar keuangan menjadi lebih efektif, efisien, dan menyenangkan.
2. Mudah diakses
Kelas online tentu harus mudah diakses oleh siapa pun yang butuh belajar keuangan lebih mendalam. Aplikasi yang digunakan harus cukup familier, sehingga tak menyulitkanmu dalam proses belajarnya.
Selain itu, yang lain juga harus memudahkan. Misalnya saja sistem pembayarannya beragam, sampai adanya admin yang gercep membantu jika ada kesulitan.
3. Tak hanya satu format
Yang terakhir ini juga akan membuat proses belajar keuangan kamu semakin menyenangkan lo!
Tak hanya tersedia materi di dalam kelas online, tetapi juga banyak format lainnya yang bisa mendukung proses pembelajaran akan membuatnya tidak membosankan. Mulai dari berbagai video, podcast, forum diskusi, sampai ebook.
Nah, bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan kelas online yang cocok untuk mendukung niat kamu belajar keuangan? Jika belum, QM Financial bisa membantumu loh!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Jenis Utang Jangka Pendek yang Bisa Dimanfaatkan oleh Karyawan
Berbicara soal keuangan, tak jarang kita berurusan dengan utang. Meski dipandang negatif dan kerap kali dihindari, sebenarnya utang juga punya dampak positif dan keuntungan loh buat kita, khususnya utang jangka pendek.
Utang jangka pendek adalah pinjaman dana dengan tenor pembayaran maksimal 1 tahun. Tapi, sama saja dengan utang jangka panjang, kalau utang jangka pendek ini tak dikelola dengan baik, pada akhirnya ya bikin kita mengalami kesulitan keuangan. Apalagi kalau kita karyawan nih, yang lebih banyak mengandalkan gaji.
Sebenarnya, status sebagai karyawan itu ada keuntungannya sendiri juga loh, kalau dilihat dari sisi kemampuannya untuk berutang. Karyawan itu punya penghasilan tetap, sehingga seharusnya sih masalah berutang dan membayarnya kembali itu enggak akan kesulitan. Tapi, faktanya … *sebagian kalimat menghilang*
Yah, begitulah. Menjadi karyawan itu satu sisi memang lebih menguntungkan, tetapi di sisi lainnya ya ada perjuangannya. Tapi, hei, untuk itulah kita hidup kan? Jadinya, seru!
Nah, jadi, dalam artikel kali ini, mari kita belajar lagi tentang utang jangka pendek, terutama yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh karyawan.
Mengenal Lebih Banyak tentang Utang Jangka Pendek
Dalam ilmu akuntan, utang jangka pendek merupakan kewajiban suatu pihak untuk melunasi pembiayaan menggunakan sumber aktiva lancar dengan kekayaan pribadi, misalnya dengan gaji karyawan atau penghasilan lainnya yang dimiliki.
Utang jangka pendek akan lebih mudah diselesaikan jika sumber aktiva lebih besar daripada jumlah pinjamannya. Nah, jika kamu berada di kondisi sebaliknya, maka sudah pasti, kamu akan mengalami kendala berupa tunggakan, denda, dan lainnya.
Utang jangka pendek tidak dilarang untuk diambil. Tetapi, kesehatan keuangan harus dijaga dengan baik, begitu juga pengelolaannya harus banget dilakukan dengan baik. Misalnya nih, kadang kita memang butuh yang praktis-praktis, so, oke aja buat belanja, kamu gesek kartu kredit. Tetapi, sebelum jatuh tempo, langsung lunasi sehingga tak membebanimu dengan bunga ataupun denda. Dengan demikian, hidupmu lebih praktis, dan credit score kamu juga terjaga dengan baik.
So, prinsipnya utang boleh, tapi kamu harus memastikan bahwa memang ada dana untuk membayarnya kembali. Pembayaran utang jangka pendek harus segera dilunasi dan menjadi prioritas pembiayaan rutin sesuai waktu jatuh tempo.
Saat ini pinjaman jangka pendek dapat ditemui dengan mudah seiring munculnya pinjaman online. Nah, ini nih yang sekarang kadang bikin runyam. Ya kan?
Keuntungan Utang Jangka Pendek
Meski dinilai negatif, utang bukannya nggak punya manfaat loh. Justru, utang bisa membantu kita juga di saat-saat tertentu. Jenis pinjaman ini memiliki manfaat terutama bagi kamu yang tengah berada di kondisi darurat.
Pasalnya, sering terjadi juga, ketika kita sedang butuh uang dengan cepat, tetapi aset belum bisa dicairkan dengan segera. Misalnya, kalau punya emas ya mesti dijual dulu. Atau kalau deposito atau reksa dana, ya mesti dicairkan dulu dan itu butuh waktu.
Nah, kalau sudah begini, utang jangka pendek bisa jadi opsi solusi.
Persyaratan Mudah
Pinjaman dana dengan tenor yang pendek umumnya hanya memerlukan syarat dokumen lebih sederhana dan mudah, terutama jika memilih pinjaman tanpa jaminan.
Perusahaan pinjaman online atau fintech bahkan membebaskan pengguna untuk keperluan apa pun asal bukan tindakan ilegal atau kejahatan. Tak sedikit fintech yang hanya memberikan pinjaman dengan modal KTP.
Tenor Singkat
Daya tarik utang jangka pendek yaitu waktu pelunasan yang cepat dengan durasi 3, 6 sampai 12 bulan untuk pinjaman tanpa agunan non-bank, atau lewat fintech.
Waktu pelunasan yang singkat dapat mempermudah kamu dalam mengatur arus kas keuangan dan menciptakan perasaan aman karena tidak ada beban jangka panjang. Pasalnya, semakin panjang tenor, maka jumlah uang yang harus disisihkan pun semakin besar.
Pencairan Cepat
Keuntungan lain dari pinjaman jangka pendek adalah waktu pencairan yang cepat biasanya di antara 1 – 3 hari masa pengajuan. Bahkan, beberapa fintech dapat mencairkan dana hanya dalam hitungan menit atau jam saja, hanya bermodal KTP dan foto diri untuk pengajuannya.
Jumlah dan waktu terbatas
Meminjam dengan dana yang besar tentunya bukan hal yang disarankan, terutama jika pendapatan kamu memang masih minim. So, pastikan kamu hanya meminjam ketika memang sangat butuh, pinjamlah sesuai kebutuhan, dan pastikan ada dana yang bisa dipakai untuk membayar kembali.
Jumlah pinjaman yang besar berujung pada besarnya bunga yang harus dibayar. Dengan adanya utang jangka pendek, akan ada batasan. Secara tak langsung, hal ini dapat menolongmu dari keinginan untuk berutang lebih banyak lagi. Kamu bisa fokus pada jumlah yang dibutuhkan untuk waktu yang singkat, sehingga tidak membebani perencanaan keuangan kamu,
Melihat beberapa keuntungan di atas, tak heran jika jasa peminjaman dana dalam jangka pendek diminati. Terlebih untuk kebutuhan yang belum terpenuhi dengan gaji karyawan saat ini, yang kadang dirasa pas-pasan.
3 Jenis Utang Jangka Pendek yang Biasa Dimanfaatkan Karyawan
Utang jangka pendek jadi salah satu alternatif solusi mudah di kala darurat. Nah, bagi karyawan umumnya ada beberapa contoh utang jangka pendek yang bisa dimanfaatkan, tetapi dengan catatan; harus dibarengi dengan pengelolaan yang baik.
Paylater
Paylater adalah metode yang saat ini banyak diadaptasi oleh aplikasi atau platform digital. Memiliki kegunaan untuk menunda dan mencicil pembayaran ketika kamu ingin membeli sesuatu.
Perusahaan digital dan start-up adalah yang paling banyak menawarkan layanan Paylater ini untuk penggunanya. Konsep umumnya kurang lebih sama dengan kartu kredit, tetapi penggunaannya dibuat lebih sederhana dan praktis.
Tak heran, jika banyak orang yang tak segan mengaktifkan fitur pinjaman jangka pendek ini. Kamu juga boleh saja memanfaatkannya, tetapi ingat! Pastikan kamu menggunakan Paylater untuk kebutuhan mendesak, dan pastikan kamu mampu membayarnya.
Kartu kredit
Sebagian besar masyarakat pasti sudah tahu banget jenis utang pendek ini. Kartu kredit dapat digunakan untuk melunasi pembayaran dari transaksi untuk keperluan apa pun.
Sebagai karyawan, kamu juga bisa banget memanfaatkan layanan kartu kredit ini. Misalnya, kamu bepergian, ketimbang terlalu banyak bawa-bawa uang tunai yang kurang aman dan nyaman, mendingan pakai kartu kredit saja.
Nah, tapi lagi-lagi ya, pastikan semua sudah sesuai bujet dan kebutuhan, sehingga kamu bisa membayarnya tepat waktu.
Utang koperasi
Sebagai lembaga keuangan nonbank, koperasi simpan pinjam merupakan salah satu jenis usaha yang dibuat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, terkhusus bagi anggotanya. Ketika kamu berada di situasi genting, sebagai anggota koperasi kamu beruntung karena kegiatan usaha ini dapat memberikan pinjaman uang kepada anggotanya.
Saat ini koperasi simpan pinjam banyak menawarkan jasa dengan akad syariah, sehingga kamu tak perlu khawatir riba. Selain itu, OJK juga merilis koperasi yang mengeluarkan aplikasi pinjaman online. Namun, pinjaman ini hanya berlaku untuk anggota koperasi saja dan tidak diperbolehkan untuk orang lain di luar lembaga ini. Syarat untuk pengajuan pinjaman cukup sederhana seperti KTP, KK, slip gaji, pembayaran PBB, dan biaya listrik.
Nah, biasanya perusahaan-perusahaan besar juga punya koperasi untuk karyawan. Niatnya—pada umumnya—untuk membantu meningkatkan kesejahteraan karyawan. So, boleh saja kalau kamu pengin memanfaatkan fasilitas ini. Lagi-lagi pastikan, kamu mampu membayarnya kembali.
Menjadi karyawan memang tak sepenuhnya menjamin kebutuhan hidup terpenuhi. Apalagi jika kamu merupakan generasi sandwich yang menanggung biaya orang tua dan keluargamu sendiri di rumah.
Utang jangka pendek menjadi pilihan alternatif yang bisa digunakan untuk menutupi kebutuhan di masa genting. Namun, pastikan pendapatan kamu mampu untuk melunasi utang tersebut tepat waktu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Squid Game dan Pelajaran Keuangan Terpenting yang Bisa Kita Petik
Dunia digegerkan dengan miniseries asal Korea yang tayang di Netflix saat ini. Yes, Squid Game. Sebuah drama Korea genre survival thriller yang menyuguhkan cerita sisi gelap manusia tetapi dengan sangat menarik.
Di samping cerita permainannya sendiri, ternyata banyak pelajaran penting—lebih khusus lagi tentang keuangan—yang dapat kita petik dari serial ini loh.
Apa saja? Ini dia.
Pelajaran Keuangan dari Squid Game
1. Asuransi itu penting
Mari jujur saja. Masih banyak di antara kita yang masih menaruh asuransi bukan pada prioritas utama. Seperti halnya dalam Squid Game, ibu Gi Hun yang mendesak untuk pulang karena nggak punya uang lagi untuk membayar tagihan rumah sakit, padahal beliau mengidap diabetes. Gi Hun mengatakan, bahwa asuransi dapat meng-cover biaya itu, tetapi kemudian diingatkan bahwa ia tidak dapat membayar premi secara teratur.
So, dari sini kita belajar, bahwa asuransi itu penting artinya, terutama sebagai jaminan akan munculnya risiko keuangan bisa terjadi sewaktu-waktu. Asuransi bukan hal yang akan memberatkan keuangan kita. Sebaliknya, asuransi justru dapat menjamin masa depan kita. Betul?
2. Don’t put eggs in one basket
Di salah satu scene Squid Game, Sang Woo, teman Gi Hun, mengatakan, “Don’t put your eggs in one basket”. Hmmm, pasti familier banget kan dengan pepatah bijak investasi ini? Ini juga terjadi pada kita.
Zaman sekarang, orang dapat berinvestasi di berbagai instrumen. Ada potensi keuntungan, tetapi kita juga harus memahami risikonya. High risk, high return.
Ketika kita mengambil instrumen yang terlalu tinggi, maka risiko juga akan sangat tinggi. Bahkan bisa jadi modal kita ikut hilang. Namun, jika hanya mengandalkan investasi risiko rendah, bisa jadi tujuan keuangan takkan tercapai.
Jangan lupa untuk berinvestasi pada diri sendiri juga ya.
3. Awas jebakan keinginan sesaat
Kadang kita bias. Keinginan sesaat justru malah diutamakan, dan kita lupa pada hal-hal yang lebih penting.
Seperti Gi Hun dalam Squid Game yang kecanduan judi. Judi dianggap sebagai solusi terbaik atas masalah keuangan yang dialami. Nggak punya uang, malah judi. Dikiranya, nanti kalau menang, kan dapat uang. Ia mempertaruhkan semua yang ia punya untuk sesuatu yang tak pasti.
Padahal ya, nggak gitu mainnya. Kalah judi justru membuatnya jadi berutang.
Hal ini juga sering terjadi ketika kita hanya ikut-ikutan apa kata orang untuk berinvestasi di instrumen-instrumen yang tak kita pahami betul. Maunya sih pengin kena ciprat cuan juga. Syukur-syukur cuan gede. Semacam dapat lotere. Sampai dibelain nyari utang, supaya bisa ikut beli saham.
Akibatnya, bisa diduga, ketika terjadi risiko kerugian, tak cuma modal berkurang, kita pun kehilangan segalanya.
4. Bijak berutang
Utanglah yang menjadi penyebab semua kekacauan di Squid Game. Sebagian besar peserta butuh uang untuk membayar utang pada rentenir.
Percaya atau tidak, utang itu bikin kecanduan. Sering kali terjadi, belanja pakai kartu kredit misalnya. Keasyikan gesek, hingga akhirnya hanya bisa bayar minimum payment.
Akan lebih parah, kalau sampai utang pada rentenir. Seperti halnya pada pinjol. Utang sekali, nggak bisa bayar, malah ambil utang lagi untuk menutup utang lama. Gali lubang tutup lubang, akhirnya bergulung-gulung dan kita pun tercekik.
5. Prioritas adalah koentji
Alih-alih menggunakan uang hasil pinjaman untuk menutup pengeluaran atau dijadikan modal untuk mendapatkan penghasilan, Gi Hun malah memakai uang tersebut untuk judi.
Melalui serial ini, kita belajar untuk memprioritaskan hal-hal yang lebih penting. Sudah dapat uang, lalu mau dipakai untuk apa? Untuk menutup kebutuhan hidup? Untuk berobat, seperti kasus Gi Hun dan ibunya? Atau malah habiskan saja untuk hal-hal tak berfaedah yang “kenikmatan”-nya hanya sesaat seperti judi?
It’s not about how to earn money, but how to spend it.
6. Keserakahan adalah kunci kegagalan hidup
Squid Game is all about upaya survival menghadapi segala tantangan. Agar dapat bertahan dan menang, kita memang harus melakukan apa pun yang perlu dilakukan.
Namun, kala (hampir) menang, kadang keserakahan mendatangi kita. Kita pengin lebih! Hingga akibatnya kita jadi lengah, dan malah menderita kerugian yang berlipat ganda. Mau untung, malah buntung.
Mengenal kata ‘cukup’ itu memang jadi hal yang krusial, apalagi kalau soal keuangan.
7. Keuangan yang sehat tak dapat diraih dalam semalam
Kita semua tentu pengin kondisi keuangan yang stabil. Nggak perlu berlebihan, tapi ketika ada hal yang dibutuhkan, uangnya sudah ada.
Mau nyekolahin anak, uangnya sudah ada. Mau beli rumah, uangnya sudah siap. Mau nikah, tinggal bongkar tabungan. Tapi, semua itu tak dapat diraih hanya dalam semalam. Butuh waktu dan perjuangan.
Squid Game mengajarkan, bagaimana kita harus berjuang, bekerja, dan berusaha lebih keras meskipun rasa-rasanya dunia memperlakukan kita secara tak adil. Tapi memang kan, kisah sukses itu tak datang dengan cepat. Baik dalam permainan seperti Squid Game, ataupun di dunia nyata.
8. Nikmati hasil yang sudah dicapai
Dari Squid Game, kita juga belajar bersyukur atas apa yang sudah bisa kita dapatkan dan miliki.
Seperti si kakek yang bertanya pada Gi Hun, mengapa ia tak mempergunakan uangnya sama sekali? Kita pantas memanfaatkan apa pun yang sudah kita dapatkan. Kita berhak menikmatinya.
Dalam hidup, kadang hal ini juga terjadi. Punya banyak mau dan cita-cita, membuat kita hanya tahu menabung saja. Padahal, kita boleh loh mempergunakan sebagian dari uang yang kita hasilkan itu sebagai self reward. Nggak ada yang melarang, malahan harus. Namun, tentu saja harus terukur dan tercatat.
“That money was the reward you got for your luck and hard work. You have the right to use it.”
9. Uang bukan segalanya
Last but not least, dalam adegan menjelang akhir, kita juga dihadapkan pada pelajaran, bahwa berapa pun uang yang kita miliki, toh hidup tetap akan butuh perjuangan. Mungkin bentuknya saja yang berbeda. Bahkan, kita kadang bosan menjalani hidup, yang tak dapat ditolong dengan adanya uang.
Squid Game memberi kita pelajaran, tak hanya soal bertahan hidup, tetapi juga soal menghargai dan melihat keindahan dalam hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Bahkan ketika kita kaya raya seperti Paman Gober pun, kalau memang kita tak bahagia dengan hidup kita, maka uang itu juga tak berguna.
Uang bukan segalanya, meskipun segalanya butuh uang.
Banyak banget kan, yang bisa kita pelajari dari serial Korea yang terdiri atas 9 episode dan menjadi nomor satu most popular show di AS. Di sini, kita belajar moral dasar dalam hidup. Bahwa betapa pun sulitnya hidup, akan selalu ada jalan keluar dari semua masalah yang kita perjuangkan. Kita hanya perlu berjuang lebih keras agar bisa mencapai garis finish.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Karyawan Menjadi Sasaran Empuk Pinjaman Online Ilegal, 5 Kasus Ini Buktinya
Maraknya pinjaman online ilegal kini semakin meresahkan masyarakat. Aksi yang dilakukan pun kini dengan berbagai modus baru. Mulai dari iklan jaminan bunga ringan dengan jangka waktu panjang hingga yang terbaru dengan transfer langsung ke rekening korban.
Dan, sasaran empuknya, siapa lagi kalau bukan mereka yang belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai modus ini. Termasuk para karyawan.
Melihat kondisi saat ini—ketika ekonomi kembali di ambang kondisi darurat, dengan ancaman PHK yang masih membayangi, dan kebutuhan yang semakin meningkat—pinjaman online dianggap sebagai solusi cepat. Namun, alih-alih meringankan, pinjaman online justru bagai jebakan.
Faktanya, banyak kasus jeratan pinjaman online ilegal ini melibatkan para karyawan. Mari kita lihat beberapa di antaranya.
5 Kasus Pinjaman Online Ilegal yang Melibatkan Karyawan
1. PNS Juga Jadi Sasaran
Ya, ini sungguh miris, ketika seorang pegawai pemerintahan harus terlibat dengan pinjol, tetapi demi karier, ia memilih untuk tetap melunasi dan tak lapor polisi.
Ini terjadi pada seorang PNS kantor pemerintahan Kabupaten Boyolali yang mengaku menjadi korban pinjaman online ilegal. Kasusnya ramai di pertengahan bulan Juni 2021 ini.
Terdesak kebutuhan membuatnya tergiur untuk mencoba meminjam dana dari pinjaman online. Ia meminjam uang sebesar Rp900.000, akibat tergiur sebuah iklan di media sosial dengan iming-iming waktu pengembalian lama dan bunga ringan. Setelah menyetujui dan mengikuti syarat, ia terkejut melihat waktu pengembalian hanya 7 hari dan bunganya tinggi.
Dua bulan sejak dirinya meminjam uang dari pinjol ilegal, tagihannya membengkak hingga Rp75 juta. Ia juga mengaku diteror dengan kata-kata kasar, lantaran belum bisa membayar pada saat jatuh tempo.
2. Tagihan Utang sampai ke Atasan, dan Dipecat
Kasus lain menceritakan korban pinjaman online ilegal yang mengaku mengalami pemecatan karena penagih utang meneror atasannya.
Utangnya senilai Rp1,2 juta, namun pinjaman online ilegal tersebut menyebar SMS ke teman-teman, ketika yang bersangkutan tidak bisa membayar tepat waktu. Teror ini pun sampai ke atasannya, yang diteror di malam hari melalui WhatsApp dan SMS.
Karena merasa terganggu, atasannya pun meminta yang bersangkutan untuk keluar dari pekerjaan.
3. Guru TK di Malang, dan Pinjamannya di 19 Pinjaman Online Ilegal
Yang sempat viral juga adalah kasus pinjaman online ilegal yang dialami oleh seorang guru TK di Malang, yang awalnya meminjam Rp600.000 namun kemudian lantas bergulung-gulung dan akhirnya membengkak jadi Rp40 juta.
Dari 24 aplikasi pinjol yang meminjamkannya dana, 19 di antaranya adalah pinjol ilegal.
Si Ibu Guru bahkan sempat kehilangan pekerjaan juga akibat yayasan sekolah di mana ia mengajar mengetahui hal ini. Untunglah, kasus pinjaman online si Ibu Guru sudah dibereskan melalui bantuan banyak pihak.
4. Dari Pinjaman Online Berakhir ke Kriminalitas
Seorang kepala toko waralaba di Tasikmalaya diberitakan nekat membobol brankas tempatnya bekerja. Hal ini dilakukannya untuk membayar utang pinjaman online. Ia mengambil uang tunai Rp47.749.000 di brankasnya sendiri dan beberapa slop rokok berbagai jenis di toko yang ia pimpin.
Awalnya, pelaku melaporkan toko waralaba yang dipimpinnya telah dibobol maling. Namun, hasil penyelidikan justru mengarah ke pelapor sendiri. Sampai akhirnya ia mengakui perbuatannya, dan menyerahkan barang bukti sisa hasil curian.
5. Modus Baru Pinjol, Transfer Langsung ke Rekening Korban
Baru-baru ini seorang pengguna akun Twitter bercerita dirinya mendapat kiriman uang melalui bank transfer sebesar Rp1,51 juta di rekeningnya. Ia curiga, dana tersebut berasal dari pinjol ilegal. Setelah ditelusur, ada kemungkinan bahwa pengirim salah transer.
Meski begitu, kalau kita telusur lebih jauh pada thread-nya, ada banyak komen dari pengguna Twitter yang lain yang menceritakan kisah yang mirip. Mereka tiba-tiba mendapatkan dana dengan ditransfer, dan kemudian ditagih pengembalian plus bunganya.
Beberapa kasus di atas menjadi pengingat untuk kita selalu berwaspada dalam keadaan mendesak sekalipun.
Dari kasus yang ada, peminjam dana banyak yang berstatus karyawan. In fact, salah satu masalah keuangan terbesar yang dialami oleh karyawan memang adalah utang. Sudah pasti akan lebih fatal lagi, jika utangnya dari pinjaman online ilegal.
Yuk, bijak untuk memilih pinjaman yang legal dan sudah berada di bawah pengawasan OJK dan telah menjadi anggota AFPI. Dan, dari pihak si karyawan sendiri, kita bisa lihat betapa pentingnya mendapatkan literasi keuangan yang baik, terutama soal pengelolaan utang.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tanda Arus Kas Pribadi Kamu Bermasalah
Masalah keuangan pribadi biasanya selalu berawal dari satu akar penyebab terbesar: pengelolaan arus kas yang kurang tepat.
Dari sini, lalu muncul serentetan masalah lainnya secara domino, dan kalau dibiarkan saja, bakalan semakin besar menggulungmu tanpa ampun. Salah satunya adalah terjerat utang yang tak ada habisnya.
Sayangnya, banyak dari kita yang kurang paham dan nggak sadar, bahwa kondisi arus kas keuangan kita sedang bermasalah. Rasanya sih baik-baik saja, ya cuma paling belum waktunya gajian lagi, uang di ATM sudah kosong. Yang kalau di tanggal muda, pesan makanan online bisa tiga kali sehari, pas tanggal tua bingung mau numpang makan di mana lagi.
Duh, kok sedih nian.
Coba deh, apakah kamu mengalami beberapa hal berikut ini sekarang?
5 Tanda Arus Kas Keuangan Pribadi yang Bermasalah
1. Pengeluaran lebih besar ketimbang pemasukan
Nah, untuk kasus belum waktunya gajian kok uang di ATM sudah habis di atas, kamu perlu melihat lagi arus kas pribadimu. Jangan-jangan memang pengeluaranmu lebih besar ketimbang pemasukan. Kalau benar begini, ya enggak heran arus kas kamu negatif terus.
Pernahkah kamu mencatat pemasukan dan pengeluaranmu dalam satu waktu? Satu bulan, misalnya? Belum? Coba deh, lakukan dalam satu bulan saja dulu. Lalu lihat, apakah pengeluaranmu memang lebih besar ketimbang pemasukan?
Kalau memang benar demikian, dari catatan itu, seharusnya kamu bisa melihat apa saja pos pengeluaran uang yang kamu lakukan dalam satu bulan. Apakah sudah memenuhi proporsi ideal ala QM Financial:
- Kebutuhan rutin: 40%
- Cicilan utang maksimal 30%
- Investasi 10%
- Sosial 5 – 10%
- Lifestyle maksimal 10%
Tentu saja, kamu tidak harus persis memproporsikannya seperti itu. Kamu bisa mengubahnya sesuai kondisimu. Tetapi, yang penting, kamu memang harus mempunyai pemisahan pos pengeluaran dengan jelas, agar lebih mudah mengatur arus kas pribadimu.
2. Nggak bisa menabung atau investasi
Gaji lumayan (atau bahkan besar) tapi kok susah sekali menabung? Ada apa? Coba cek lagi catatan pengeluaranmu.
Tabungan dan investasi itu penting loh!
Oke, mungkin kamu belum bisa menabung karena memang ada prioritas lain. Untuk membantu keluarga dulu, misalnya. Atau sekarang, di masa pandemi ini, kamu masih harus berhemat karena penghasilanmu berkurang. That’s ok.
Namun, ada baiknya kamu atur lagi arus kas pribadimu. Cari cara supaya kamu bisa menabung, walaupun hanya sedikit. Setidaknya, untuk dana darurat. Coba sisihkan pos investasi di awal, hitung lagi.
Cermati catatan pengeluaran, cari pos mana yang bisa dihemat lagi, dan upayakan menambah penghasilan lagi supaya kamu bisa menabung ya.
3. Hidup paycheck to paycheck
Sudah sering dengar curhatan, gaji baru diterima, besoknya sudah menipis kan ya? Sudah bayar tagihan ini itu, terus buat kebutuhan hidup hingga sebulan ke depan. Nggak kurang sih, tapi pas banget. Menabung? Investasi? Nggak bisa.
Iya, ya kayak kasus di atas.
Dapat gaji, buat bayar ini itu. Terus habis. Tanggal gajian berikutnya lantas ditunggu, jadi tanggal “keramat”.
Ini bisa jadi indikasi bahwa kamu hanya hidup paycheck to paycheck. Kalau kayak gini, bukan gaji kamu yang salah karena terlalu kecil. Mungkin memang arus kas keuangan kamu memang bermasalah.
4. Selalu terlambat membayar cicilan
Terlambat membayar cicilan utang ini akan menimbulkan masalah lebih besar. Kamu harus membayar denda yang sebenarnya enggak perlu jadi tambahan pengeluaran, salah satunya. Apalagi kalau kamu selalu terlambat membayar cicilan.
Kenapa kamu selalu terlambat membayar cicilan? Ada masalah apa? Apakah kamu memang kesulitan untuk mengembalikan dana yang kamu pinjam? Apakah cicilan utangmu melebihi 30% dari penghasilanmu sebulan? Ataukah, uang kamu terlalu banyak dialokasikan di pos lain ketimbang untuk membayar cicilan?
Ada berbagai sebab mengapa kamu kesulitan menepati tenggat pembayaran utang. Coba cari apa masalahnya, dan temukan solusinya.
Jika memang cicilan utangmu melebihi 30% penghasilan, coba cek, apakah ada yang bisa kamu percepat pelunasannya. Tentu kamu harus mengeluarkan effort yang lebih untuk mengatur keuanganmu. Tapi, dengan mengurangi cicilan, next, arus kas kamu akan lebih baik dan kamu enggak perlu bayar denda keterlambatan lagi.
5. Mengandalkan kartu kredit untuk hidup sehari-hari
Kartu kredit memang banyak manfaatnya kok. Enggak perlu merasa bersalah jika memang kamu banyak menggunakannya. Kuncinya adalah pengendalian diri dan pengelolaan arus kas pribadi yang baik, and then you’re ok.
Tapi, ketika kamu merasa tak mungkin bisa belanja tanpa kartu kredit, bahkan kamu sampai belanja groceries dengan kartu kredit lantaran kamu enggak punya dana cair untuk belanja dan mengandalkan gaji bulan depan untuk membayar utang belanja bulan ini, itu pun hanya bisa minimum payment, hmmm … Merasa ada sesuatu yang salah dalam pengaturan arus kas pribadimu nggak sih, kalau gitu?
Kalau kamu belanja dengan kartu kredit karena kepraktisannya, dan kemudian kamu bisa langsung melunasi agar tak terkena bunga, maka ini enggak jadi masalah.
Coba yuk, dicek lagi. Mengapa sampai kamu enggak punya dana untuk belanja groceries? Mengapa harus mengandalkan gaji bulan depan untuk membayar belanja bulan ini?
Nah, yang mana di antara kelima hal di atas yang masih kamu alami sampai sekarang. Kalau hanya satu atau dua, kamu masih bisa memperbaikinya. Solusinya ya, selalu kembali ke pengaturan arus kas sehari-hari.
Tapi, kalau kamu mengalami kelimanya, wah, kamu harus segera bertindak. Mulailah dengan melakukan financial check up, dan segera perbaiki satu per satu kesalahan pengaturan arus kas yang ada.
Bingung? Jangan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada kelas pengelolaan arus kas juga loh!
Selain itu, stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Cara Mengelola Utang di Tengah Masa Sulit
Mengelola utang di masa normal pun kadang terasa sulit, apalagi di masa-masa penuh ketidakpastian seperti kala pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
Kesiapan dan kemampuan untuk beradaptasi akan menentukan bagaimana kita harus meneruskan hidup ke depan. Tak sedikit dari kita yang enggak siap, sehingga harus merasakan dampak penurunan ekonomi secara signifikan. Dana darurat misalnya, karena banyak yang enggak punya, akhirnya harus berutang demi menutup kebutuhan hidup di tengah pandemi lantaran penghasilan juga tersendat.
Bisa dibayangkan situasinya; penghasilan enggak ada, dana darurat enggak punya, masih terlibat utang. Duh.
Jadi, apa yang harus dilakukan jika kamu berada di situasi seperti ini? Berdoa? Iya, betul, kita memang harus terus berdoa agar dimudahkan, tapi juga harus berusaha. Usaha apa yang bisa dilakukan untuk mengelola utang agar enggak jadi masalah yang semakin besar?
Mengelola Utang di Tengah Pandemi
1. Cek posisi utang
Sebelum mencari solusi untuk mengelola utang dengan lebih baik di masa pandemi ini, kamu harus memastikan dulu posisi utang sampai dengan hari ini.
Coba cek ya:
- Kapan jatuh tempo masing-masing utangmu?
- Berapa lama lagi utang-utang tersebut menjadi tanggunganmu
- Berapa cicilannya masing-masing?
- Berapa kekurangannya sampai lunas
- Berapa total cicilannya?
- Berapa rasionya dibandingkan dengan pemasukanmu yang sekarang?
- Bagaimanakah sistem pembayaran cicilannya, apakah autodebet atau kamu harus menyetor secara manual?
- Adakah konsekuensi yang harus ditanggung jika kamu menunggak atau malah melunasinya?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka kamu akan mendapat gambaran umum mengenai kondisi utang yang sebenar-benarnya. Hal ini penting agar kemudian kamu bisa mencari solusi yang paling tepat untuk dapat mengelola utang dengan baik.
Karena kondisi keuangan dan kehidupan orang berbeda satu sama lain, sehingga tak pernah ada satu solusi yang paling tepat untuk semua jenis masalah. Harus disesuaikan.
Tapi, yang pasti, kamu lantas bisa melanjutkan ke langkah kedua berikut.
2. Setop utang baru
Jangan buat lagi utang baru untuk sementara. Jauhkan kartu kreditmu. Jangan utang lagi. Prioritaskan waktu dan pikiran untuk mengelola utang yang sedang berjalan sekarang, dan fokuslah untuk membereskan apa yang ada dulu sebelum punya utang baru.
Jika misalnya kamu punya kebutuhan, dan belum ada uang untuk memenuhinya, cobalah untuk menunda selama mungkin. Atau mungkin ada barang substitusi yang lain, yang mungkin bisa kamu dapatkan tanpa harus berutang.
3. Cek aset lancar
Cek aset lancar, siapa tahu bisa kamu manfaatkan untuk mempercepat pembayaran dan pelunasan utang yang sudah ada.
Aset lancar di sini termasuk uang tunai, tabungan, deposito jangka pendek, reksa dana pasar uang, kepemilikan barang yang bernilai jual tinggi seperti logam mulia, kendaraan, atau smartphone juga bisa.
Barang-barang itu bisa kamu beli lagi kan, nanti kalau kondisi keuangan sudah sehat?
4. Minta keringanan
Pemerintah punya program relaksasi kredit untuk membantu kita yang terdampak pandemi COVID-19 hingga setidaknya setahun ke depan. Kamu juga bisa mencoba untuk mendapatkan keringanan ini.
Keringanan kredit ini bukan lantas kamu bebas tidak harus membayar cicilan ya, tetapi bentuknya bisa jadi keringanan bunga, pengurangan cicilan bunga, hanya harus membayar utang pokok saja, perpanjangan tenor, dan sebagainya.
Cicilan tetap ada, tetapi tentunya lebih ringan. Begini saja, pasti sudah lumayan. Ketika kamu sudah mendapat keringanan, maka selanjutnya, kamu harus memikirkan bagaimana caranya supaya tetap bisa berkomitmen untuk mengelola utang.
5. Amankan asuransi kesehatan
Mayoritas utang yang terjadi di masa pandemi adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau untuk membayar biaya sakit di rumah sakit. Sungguh, kesadaran kita untuk memiliki asuransi–minimal asuransi kesehatan–memang masih minim sekali, bukan?
Sering terdengar kasus, awalnya sih sudah mendaftar BPJS Kesehatan untuk bantuan biaya sakit. Ketika sembuh, (sengaja) lupa membayar iuran. Lalu, kepesertaan jadi hilang. Saat sakit lagi, bingung deh.
BPJS Kesehatan merupakan asuransi kesehatan yang paling terjangkau untuk saat ini loh. Asuransi lain tidak ada yang selengkap BPJS Kesehatan dengan premi yang sebegitu terjangkau, meski sekarang sudah dinaikkan kecuali untuk kelas III.
Jadi, yuk, pastikan asuransi kesehatan kita aman. Yang akan memetik manfaatnya juga kita sendiri, sehingga menghindarkan utang untuk biaya rumah sakit.
6. Tambah penghasilan
Punyai penghasilan baru, demi bisa menurunkan rasio utang yang membesar akibat berkurangnya pendapatan selama pandemi COVID-19.
Coba cari peluang; berdagang barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekutarmu, atau jadi freelancer juga bisa, sesuai keahlianmu. Jangan sungkan mempromosikan dagangan ataupun diri sendiri ya.
Semangat!
7. Miliki mindset baru
Pandemi COVID-19 memang memberi kita banyak pelajaran. So, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama.
Beberapa hal yang harus dicatat:
- Harus punya dana darurat, meski kondisi kita baik-baik saja.
- Jangan berutang, jika tak yakin bisa membayar hingga lunas.
- Mengelola utang adalah koentji, baik di saat kondisi baik ataupun buruk.
- Miliki gaya hidup sesuai kemampuan.
- Amankan asuransi kesehatan (dan jiwa jika perlu).
Ayo, ubah mindset dan perilaku kita, mulai dengan belajar mengelola keuangan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.