Keuangan Ideal ala Pasangan Menikah Zaman Dulu vs Zaman Sekarang
Menikah adalah salah satu momen paling membahagiakan dalam hidup. Menjadi pasangan menikah ada banyak hal yang mesti diperhatikan, dikomunikasikan dan juga saling menghormati. Termasuk di dalamnya tentang masalah keuangan.
Masalah keuangan ini jangan dianggap sepele karena bisa berujung pertengkaran dan yang tak mengenakan adalah perpisahan. Duh, jangan sampai deh ya.
Sebenarnya jika dilihat ada banyak perubahan yang terjadi dengan pasangan menikah sekarang ini dibandingkan zaman dulu. Ini tak lepas dari peran arus informasi yang kini sangat terbuka. Banyak pasangan menikah mendapatkan insight baru dalam hal pengelolaan keuangan.
Contoh kecil nih, dulu kaum perempuan sangat minim akan pengetahuan tentang investasi. Sekarang ini menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, investor perempuan meningkat signifikan sebesar 55,8% untuk pembelian instrumen obligasi ritel seri ORI017, 57,82% untuk ORI018 dan 58,25 sukuk ritel seri SR014.
Apa saja perubahan yang terjadi terhadap keuangan ideal pasangan menikah zaman dulu vs zaman sekarang? Berikut ulasannya!
Keuangan Ideal ala Pasangan Menikah Zaman Dulu vs Zaman Sekarang
Zaman Dulu
1. Suami sebagai pencari nafkah utama
Sudah menjadi mindset umum bahwa suami adalah pencari nafkah utama di keluarga. Semua beban keuangan ada di pundak suami. Berat? Sudah pasti.
Inilah yang sering kali menjadi pemicu terjadinya ‘jarak’ antara ayah dan anak karena minimnya waktu untuk berinteraksi karena tuntutan hidup seorang ayah mesti memenuhi kebutuhan keluarga. Seorang ayah, bekerja tanpa lelah demi kesejahteraan keluarga.
2. Istri atur uang
Ya, suami menjadi pencari nafkah utama, istri yang mengatur uang. Ini udah pakem pasangan menikah zaman dulu.
Di zaman dulu memang kedua hal inilah yang menjadi financial goals dari pasangan menikah. Tak ada muluk-muluk karena zaman dulu belum secanggih saat ini. Belum ada kafe kekinian, teknologi pun belum semaju sekarang ini.
Sayangnya, sering ditemui ‘lubang’ di keuangan ideal ala pasangan zaman dulu, yaitu tidak terbukanya masalah keuangan. Banyak kasus terjadi ketika seorang istri tidak mengetahui dengan pasti berapa besaran gaji suaminya.
Belum lagi soal sangat minimnya pengetahuan akan investasi. Jika dilihat, pasangan menikah zaman dulu lebih menyukai instrumen investasi berupa emas dan properti. Tak heran kan, kalau orang kaya zaman dulu memiliki itu banyak tanah.
Bagaimana dengan keuangan ideal ala pasangan menikah zaman now?
Ternyata terjadi banyak pergeseran. Selain karena arus informasi yang terbuka lebar, sekarang ini sudah adanya kesadaran dari pasangan menikah ingin memperbaiki hal-hal yang mereka lihat dari orang tua zaman dulu.
Ya, memperbaiki agar tidak terjadi hal yang sama. Lalu, apa saja nih keuangan ideal ala pasangan menikah zaman now?
Zaman sekarang
1. Jujur akan keuangan
Sekarang ini sudah jamak terjadi suami-istri bekerja, maka diperlukan keterbukaan akan keuangan masing-masing. Gaji yang diterima dibuka secara rinci pada pasangan.
Dengan mengetahui pendapatan masing-masing, akan dengan mudah merinci pengelolaan keuangan seperti apa dan juga menentukan tujuan keuangan ke depannya bagaimana.
2. Pendapatan utama
Jika kedua pasangan sama-sama bekerja, tentukan mana yang akan dijadikan pendapatan utama. Ini yang nantinya akan menjadi fondasi utama dalam keuangan, sedangkan gaji lainnya akan menopang agar fondasi ini tetap kuat.
3. Memiliki bujet bersama juga punya bujet pribadi
Yang namanya menikah berarti keuangannya harus dikelola bersama. Sebaiknya memiliki bujet bersama untuk keperluan seperti dana pendidikan, dana darurat dan lain-lain. Misalnya, untuk dana pendidikan dari gaji suami sebesar 20%, dari istri 20% juga. Pembagian ini sesuai kesepakatan, setiap keluarga bisa jadi berbeda.
Tapi, selain punya bujet bersama, banyak pasangan menikah zaman sekarang juga punya pemisahan bujet untuk kebutuhan sendiri-sendiri. Bujet ini biasanya digunakan untuk melakukan hobi, misalnya. Seperti membeli tanaman, buku, dan lain sebagainya. Dengan demikian, hobi tersalurkan, bujet keluarga tak terganggu.
4. Pembagian tugas keuangan
Kalau dulu istri yang menangani semua pembayaran ini-itu, sekarang bisa jadi berbeda. Yang penting memang kesepakatan. Mau semua diatur istri, boleh. Diatur suami, bisa. Atau mau dibagi, suami urus keperluan A, istri B.
Yang penting, samakan pandangan dan buat kesepakatannya, seperti gaji suami membayar cicilan, kebutuhan bulanan, gaji istri untuk investasi dan menabung. Atau suami membayar cicilan secara online tanpa menunggu istri yang melakukannya.
Ini juga berlaku akan pembagian keuangan ke masing-masing keluarga jika masih menanggung kebutuhan orang tua atau saudara yang masih sekolah.
5. Financial goals
Setiap pasangan menikah wajib memiliki financial goals atau tujuan keuangan yang ingin dicapai. Tujuan keuangan ini bisa berupa dana pendidikan, dana pensiun, dana darurat. Dengan adanya tujuan keuangan, kamu akan lebih detail dalam memilah keinginan dan kebutuhan.
Kamu akan lebih disiplin lagi dalam mengelola keuangan dan nantinya bisa saja kamu akan mencapai fase bebas finansial.
Kunci: Komunikasi dan punya visi yang sama
Yang namanya menikah, mau cara aturnya apa saja, sebaiknya memiliki visi yang sama, terutama dalam visi keuangan. Pasalnya, keuangan itu sensitif. Ada masalah kecil, efeknya bisa ke mana-mana dan akhirnya jadi sandungan.
Jadi, sebelum menikah, bicarakan dengan pasangan, seperti apa masalah keuangan nanti. Sekarang ini sudah tidak tabu lagi kok membicarakan keuangan. Apabila dalam perjalanan pernikahan ada yang tidak sesuai, komunikasikan dengan pasangan jangan dipendam. Karena yang namanya pernikahan pasti akan ada ups and downs.
Nah, kalau dilihat-lihat, ternyata banyak juga ya pergeseran pengaturan keuangan ideal antara pasangan zaman dulu dengan zaman sekarang. Tentunya ini terjadi dengan harapan agar pasangan menikah zaman sekarang bisa lebih bisa mengelola keuangan lebih baik karena kehidupan sekarang ini lebih kompleks dibanding zaman dulu.
Agar kamu dan pasangan bisa mengelola keuangan dengan baik agar terwujud financial goals, yuk belajar keuangan sendiri di Udemy. QM Financial punya modul khusus untuk pasangan yang sudah menikah yaitu Journey for Married Couples. Di kursus ini kamu akan belajar menyusun rencana pencapaian prioritas tujuan finansial keluargamu.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Sandwich Generation dan Karyawan: Pentingnya Menyadarkan Akan Risikonya
Survei HSBC di tahun 2018 menyebutkan bahwa lebih dari 75% responden usia kerja mengharapkan anaknya akan membantu mereka di masa pensiun, sedangkan kenyataannya saat ini hanya kurang dari 1/3 responden usia pensiun menerima bantuan dari anaknya. Ouch, ini dia nih tanda-tanda sandwich generation akan diwariskan ke keturunan.
Apa Itu Sandwich Generation?
Apakah kamu sudah tahu, apa arti sandwich generation?
Sandwich generation adalah sebutan bagi mereka yang masuk ke dalam usia produktif, yang selain harus membiayai hidup keluarga kecilnya sendiri—yang terdiri atas pasangan dan anak-anaknya—mereka juga harus menanggung hidup orang tua ataupun keluarga besarnya.
Dan menariknya, sebagian besar dari mereka yang termasuk ke dalam sandwich generation adalah yang berstatus sebagai pekerja atau karyawan.
Potret ini cukup lazim ditemukan pada generasi milenial dewasa ini. Banyak yang akhirnya merasakan beban hidup yang terlalu berat, karena menjadi tulang punggung keluarga besar, tanpa ada kesempatan untuk memikirkan kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri. Boro-boro punya tujuan keuangan untuk masa depan, buat makan saja harus ngirit bin hemat supaya bisa mengirim uang ke orang tua atau kampung halaman.
Akibat dari tuntutan-tuntutannya ini, seseorang yang termasuk ke dalam sandwich generation akan mengalami beberapa hal yang nantinya akan berdampak dalam keuangan jangka panjang. Berikut beberapa dampaknya.
Bahaya dan Masalah yang Bisa Ditimbulkan dari Menjadi Sandwich Generation
1. Pengeluaran lebih banyak
Sudah pasti, pengeluaran akan lebih banyak. Efeknya, mereka akan bekerja lebih keras lagi. Namun, dengan bekerja lebih keras lagi, kebutuhan juga akan bertambah seiring waktu. Hingga akhirnya, kejar-kejaran antara bertambahnya pengeluaran dan kebutuhan ini seakan tanpa ujung.
Sungguh melelahkan.
2. Peluang terlilit utang lebih tinggi
Karena penghasilan dirasa tak pernah cukup, maka seseorang yang merupakan sandwich generation akan berpeluang memiliki utang yang lebih tinggi. Parahnya, utang ini akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tentu saja, ini bukan merupakan kriteria utang yang benar.
3. Tidak punya tabungan
Pengeluaran yang membengkak dari yang seharusnya, peluang terlilit utang yang juga terlalu tinggi akhirnya membuat para sandwich generation tidak memiliki tabungan, baik untuk dana daruratnya maupun untuk masa depannya.
Bisa diduga dong, masalah keuangan bisa berpeluang lebih besar lagi untuk menghampirinya. Tak hanya sekarang, tetapi di suatu saat nanti.
4. Kurang bisa fokus memenuhi kebutuhan sendiri
Karena ada banyak kepentingan dan kebutuhan keluarga lain yang harus diprioritaskan, maka seseorang yang merupakan generasi roti isi akan mengenyampingkan kebutuhannya sendiri.
Sebenarnya, ini merupakan bukti bahwa kamu bukan merupakan orang yang egois—yang hanya mementingkan diri sendiri—tetapi terlalu banyak mikirin orang lain dan melupakan kebutuhan kita sendiri itu juga kurang bijak.
5. Lebih rentan stres
Akibat dari beban yang terlalu berat, dan lupa memikirkan diri sendiri, akan membuat sandwich generation lebih rentan stres. Dan, pasti setuju kan, kalau stres bisa menjadi penyebab dari segala penyakit?
Lalu, sekarang, coba bayangkan jika kita termasuk ke dalam 75% responden survei HSBC yang mengharapkan bantuan anak-anak kita ketika kita sudah memasuki masa pensiun itu. Anak-anak kita nantinya juga akan merasakan setidaknya 5 efek menjadi sandwich generation di atas.
Waduh, apa iya bakalan tega?
Nah, di sinilah kita harus menyadari, betapa pentingnya kita bisa siap menghadapi masa pensiun mendatang. Pastinya, enggak mau dong, anak-anak merasakan hal yang sama dengan yang dihadapi sekarang.
Masa pensiun seharusnya menjadi saat-saat seorang merupakan saat seseorang idealnya menikmati masa istirahat bersama keluarga setelah bertahun-tahun bekerja. Namun hal ini harus direncanakan dengan matang sedari dini. Sayangnya kesadaran ini biasanya timbul saat kita sudah mendekati masa pensiun.
Lalu, Bagaimana dari Sisi Perusahaan Sendiri?
Dari sisi perusahaan sendiri, di mana karyawan bekerja dan pada akhirnya memberikan masa istirahat pensiun ketika waktunya tiba, juga ada baiknya mendukung karyawan untuk segera menyadari akan pentingnya memutus mata rantai sandwich generation ini.
Tak hanya memberikan berbagai financial training untuk membantu meningkatkan keterampilan pengelolaan keuangan bagi mereka yang sudah menjadi sandwich generation saja, tetapi juga memberi bekal pemahaman mengenai arti pentingnya menyiapkan masa pensiun sejak sekarang. Tujuannya jelas, agar tak menciptakan sandwich generation baru terjadi pada anak-anak kita.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Nasihat Keuangan dari yang Sudah Menikah untuk Para Lajang
Being single is a privilege. Belum punya tanggungan, dan berada di usia yang sangat produktif. Meski demikian, ada perlunya juga untuk membaca beberapa nasihat keuangan berikut ini, yang datang dari kami yang sudah menikah.
Nasihat keuangan ini bukan untuk menggurui, bukan untuk menghakimi. Simply just because kami ingin supaya kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama, yang pernah kami lakukan.
Nasihat Keuangan untuk Para Lajang
1. You Only Live Once
Yes, that’s right. Kita semua memang hidup cuma sekali. Ini adalah ungkapan yang seharusnya encourage kita untuk live our life to the fullest. Tapi, kadang malah disalahartikan untuk “bersenang-senanglah mumpung bisa”.
Ya, kita memang hidup hanya sekali. Masa waktu yang sangat berharga, yang enggak bisa dikembalikan, nggak bisa diulang lagi ini disia-siakan untuk hal-hal yang nggak penting?
Hidup cuma sekali, dan kita cuma punya satu kesempatan untuk membuat hidup lebih berarti. Bersenang-senanglah mumpung kamu bisa, dan rencanakanlah masa depanmu juga karena mumpung masih bisa.
Ketika usia sudah merangkak lebih jauh, kita nggak bisa balik lagi ke masa muda untuk memperbaiki kesalahan lo.
2. Mengelola keuangan berarti merencanakan masa depan
Money is about dream and achievement. Uang memang tak bisa membeli segalanya, tetapi segalanya butuh uang untuk diwujudkan. Termasuk berbagai cita-cita dan mimpimu.
Nasihat keuangan kedua: kelolalah keuangan dengan baik. Dengan demikian, kamu sudah selangkah maju dalam perencanaan pencapaian mimpi dan cita-citamu.
So, ini beberapa nasihat keuangan dan langkah mudah untuk memulainya:
- Live below your mean, hidup sesuai kemampuan. Sadar diri dan jangan halu.
- Segera buat tujuan keuangan, dan cari jalan paling mudah untukmu mencapainya. Mulai dari membangun dana darurat yang cukup, menabung untuk dana menikah kalau memang sudah berencana menikah, dan seterusnya.
- Boleh banget bersenang-senang, tapi sesudah buat anggaran sebelumnya, sehingga acara senang-senangmu enggak mengganggu tujuan hidup jangka panjangmu. Gampangnya, rencanakan dana liburan, supaya nggak harus merogoh tabungan dana darurat.
3. Akan tiba hari ketika kamu tak bisa produktif lagi
Waktu adalah kepastian. Usia nggak bisa dibohongi, meski kamu bisa selalu bilang pada dirimu sendiri untuk menolak tua. Meski kamu rajin skincare-an, tapi usia nggak akan tunduk kalau cuma sama serum antiaging. Ia akan tetap melaju, apa pun yang terjadi.
Saat sudah tak produktif, kamu hanya akan bergantung pada dirimu sendiri untuk bisa hidup. Persiapkanlah dengan baik, agar di masa-masa ini kamu tak harus menghadapi masalah keuangan yang terlalu serius.
Seenggaknya, meski sudah tak produktif, kamu harus tetep bisa belanja skincare merek-merek kesayanganmu tanpa utang.
Nasihat keuangan ini sebenarnya hanya satu: punyai dana pensiun sekarang juga.
4. Hidup bak roda yang berputar
Ungkapan yang klise, tapi ini bisa jadi nasihat keuangan yang rasanya masih relevan dan cukup efektif untuk mengingatkan kita bahwa akan ada waktu kita di atas, dan ada waktunya kita berada di bawah.
So, ketika kamu berada di atas, jangan lupa bahwa mungkin besok kamu harus berada di bawah. Bersiaplah untuk kondisi-kondisi sulit. Milikilah jaring pengaman yang cukup untuk berbagai kebutuhan mendadak dan tiba-tiba.
So, nasihat keuangan keempat: punyai dana darurat yang cukup, dan proteksi yang memadai, sesuai dengan kebutuhanmu.
5. Susun prioritas hidup
Salah satu problema khas para lajang di usia produktif di zaman now adalah ketika kita silau akan achievement orang lain, dan kemudian menilai diri kita sendiri yang suram. Akhirnya, quarter life crisis pun tak terhindarkan.
Padahal, setiap orang sudah punya jalurnya sendiri-sendiri. Tinggal bagaimana kita mempersiapkan jalur tersebut agar enak dan nyaman untuk dijalani.
Setiap orang punya prioritas sendiri-sendiri dalam hidup. Tak perlu silau dengan pencapaian orang lain; mengapa mereka lebih sukses di usia sekarang, mengapa kamu belum ke mana-mana juga.
Ingat, nasib itu kita yang tentukan sendiri. Biarkan orang lain menjalani jalur hidupnya sendiri, kamu juga punya jalur sendiri yang harus dijalani. Persiapkanlah dengan baik, dan balik lagi ke poin 2.
Yuk, belajar keuangan, mumpung masih muda dan lajang! Nggak perlu khawatir bentrok dengan jadwal sibukmu. Kamu bisa belajar keuangan bareng QM Financial di Udemy. Ada modul Journey for Singles yang cocok banget buatmu nih.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
1-2-3 Cara Karyawan Biasa Punya Mimpi Besar
Sebagai karyawan biasa, mungkin gaji atau penghasilan kita memang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yah, kadang kepikirannya, mau mimpi apa ya, gaji pas-pasan begini?
Eits, jangan dulu pesimis dong! Karyawan biasa kan sekarang, nanti pastinya kamu juga akan mengalami peningkatan karier hingga akhirnya bisa sesuai dengan kompetensimu.
Dan, asal kamu tahu ya. Bahwa jenjang karier dan mimpi itu nggak saling berhubungan. Mimpi besar, nggak perlu menunggu sampai karier memuncak kok. Kamu bahkan bisa mulai merencanakan mimpi besarmu sedari sekarang. Justru, kalau kamu baru mulai merencanakan ketika karier sudah ada di puncak, bisa jadi malahan terlambat.
Jadi, apa sih mimpi besarmu? Wait, sebelum kamu jawab, sembari saja kamu ikuti beberapa tip mewujudkan mimpi meskipun kamu “hanyalah” karyawan biasa.
Wujudkan Mimpi Karyawan Biasa
1. Tentukan mimpi dan titik berangkat
Nah, mari kita kembali lagi ke pertanyaan di atas: Apa sih mimpi besarmu? Mimpi yang akan menjadi tujuan finansialmu.
Punya rumah di tengah kota Jakarta? Mau sekolahkan anak di sekolah bertaraf internesyenel? Punya dana pensiun yang cukup dan bisa hidup sejahtera?
Nah, kalau kamu punya mimpi-mimpi seperti itu, itu sudah betul. Jadi, jangan jadikan “mau jadi kaya” sebagai mimpimu ya. “Kaya” itu bukan merupakan tujuan finansial, karena tak memberikan arah yang jelas. Buatlah daftar mimpimu yang spesifik, realistis, sesuai dengan kebutuhan, dan terukur.
Jika sudah ada daftar tujuan, sekarang tentukan dari mana kamu mau. Ibarat mau pergi ke Raja Ampat, kamu berangkat dari mana? Titik keberangkatan akan menentukan ongkos perjalananmu. Titik berangkat mencapai mimpi ini penting, karena dengan tahu dari mana kita berangkat, kita bisa cari tahu jalannya.
Bagaimana caranya menentukan titik berangkat? Dengan mengetahui kondisi keuanganmu sekarang; berapa penghasilanmu, dan berapa pengeluaranmu. Adalah penting bagi kamu untuk mengetahui pola penghasilan dan pengeluaran ini, agar kemudian kamu bisa membuat rencana keuangan yang lebih pasti.
Ada keuntungan tersendiri menjadi karyawan biasa, yaitu penghasilannya tetap; tetap waktunya, relatif tetap pula nominalnya. Jadi, seharusnya, mencari pola ini bukan hal yang sulit untuk kamu lakukan.
2. Susun prioritas
Bisa jadi, kamu punya lebih dari satu mimpi. Berbekal dengan pola pengeluaran dan pemasukan yang sudah kamu miliki, susunlah prioritasmu.
Ingat, setiap orang punya linimasa masing-masing, sehingga berbeda prioritas itu hal yang biasa. Tak perlu kamu berpikir, ‘Duh temanku yang satu ini sudah pergi ke 7 benua, aku kok belum bisa ya?’ Bisa jadi, prioritas kalian berbeda. Kamu ada prioritas dana pendidikan anak—misalnya—yang harus segera disiapkan karena dalam 3 tahun lagi, anakmu sudah harus masuk playgroup. Sedangkan temanmu memang memprioritaskan mimpi travelingnya, karena dia toh masih single.
Biasanya, ada 3 kebutuhan terbesar yang harus diprioritaskan oleh seorang karyawan biasa, yaitu dana darurat, dana pendidikan, dan dana pensiun.
Harus tiga itu ya? Enggak harus, maka dari itu, susunlah prioritasmu sendiri. Bisa jadi beda, yang penting sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisimu.
Setelah ada prioritas, maka akan lebih mudah bagimu untuk membuat rencana keuangan yang lebih realistis dan komprehensif, meliputi menjaga cash flow agar tetap positif, mengelola utang, berinvestasi, dan memiliki proteksi yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Evaluasi
Jangan lupakan evaluasi ya. Lakukanlah secara berkala selama perjalananmu mewujudkan mimpi.
Mengapa sih perlu melakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan kita? Karena kehidupan terus berubah. Tujuan finansial pun bisa menyesuaikan, prioritas harus disusun ulang.
Jadi, mengubah rencana dong! Ya, enggak apa. Hal tersebut wajar terjadi kok, kamu harus bersiap untuk menghadapi situasi hidup yang selalu dinamis.
Nah, bagaimana? Bisa kan, sebagai karyawan biasa, kamu punya mimpi besar? Yang penting sih, harus sesuai kondisi dan kemampuan ya. Adalah penting bagi kita untuk nggak halu, supaya kita tetap realistis dan tujuan finansial pun bisa berhasil dicapai dengan baik.
Cara menyusun rencana untuk mewujudkan mimpi karyawan biasa ini bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Naik Gaji = Utang Naik Juga? Oh, No!
Biasanya dalam kesempatan satu kali dalam setahun, gaji karyawan akan direview ulang. Jika memang layak, perusahaan akan memberikan kebijakan naik gaji.
Wah, tentu saja, hal ini akan disambut baik, kan ya?
Tetapi ada fakta menarik nih. Dalam survei yang dilakukan oleh QM Financial pada akhir 2020 terhadap sejumlah klien korporasi, ditemukan fakta bahwa sebesar 24.2% karyawan memiliki pinjaman besar di kantor, dan 24.2% lainnya juga meminta rekomendasi HR untuk mengajukan kredit bank.
Menariknya lagi, ternyata selain gaya hidup juga naik mengiringi kenaikan gaji, utang juga bertambah.
So, masalah utang ini memang bisa dibilang menjadi problema keuangan sejuta umat karyawan kantor ya?
Naik Gaji, Nambah Kebutuhan?
Ya, siapa sih yang enggak pengin dan enggak seneng kalau naik gaji? Ini adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mereka yang bekerja sebagai karyawan perusahaan di seluruh dunia.
Kenaikan gaji bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya saja seperti masa “pengabdian” yang sudah cukup lama, prestasi mencapai target tertentu, keuangan perusahaan yang membaik, ataupun kenaikan jabatan.
Naik gaji pastinya akan memengaruhi pemasukan kita. Artinya, uang yang kita terima setiap bulannya akan lebih besar ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Nah, biasanya sih, hal ini juga akan diiringi berbagai kebutuhan yang (rasanya) ikut meningkat. Tiba-tiba butuh lebih banyak barang untuk sehari-hari, tiba-tiba butuh lebih banyak self-reward, dan seterusnya.
Parahnya lagi, untuk semua “kebutuhan tambahan” itu dibayarnya pakai kartu kredit.
Nah, kalau sudah begini, mari kita lanjut ke poin berikutnya.
Naik Gaji, Abai Pentingnya Berhati-hati dalam Berutang
Tanpa kita sadari, seiring naik gaji, naik pula “kebutuhan” kita akan belanja. Pemasukan naik, pengeluaran jadi ikut naik. Imbasnya lagi, utang pun ikut naik—salah satu indikatornya, nambah belanja pakai kartu kredit—karena menganggap diri sendiri semakin mampu secara finansial. Keyakinan dapat mencicil utang juga bertambah besar.
Nah loh!
Kartu kredit sendiri sebenarnya banyak manfaatnya, kalau kita bisa menggunakannya dengan bijak. Jadi, bukan berarti lantas diharamkan untuk memakai kartu kredit loh ya.
Selain itu, memang ada benarnya sih. Bahwa setiap kali kita mau mengambil pinjaman atau utang, ada baiknya kita mempertimbangkan kemampuan finansial kita; apakah kita mampu membayar cicilannya hingga lunas?
Tetapi, kan bukan berarti, setiap naik gaji, utang pun ditambah karena keyakinan kita akan kemampuan diri sendiri juga meningkat? Memang bagus sih, bahwa naik gaji akhirnya ikut mendongkrak kepercayaan diri untuk mampu secara finansial. Tapi, nggak lantas setiap kali “ditandai” dengan naiknya utang, kan?
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Kalau Naik Gaji?
Ya, lagi-lagi nih, ayo, kita atur lagi keuangan kita. Ingat, naik gaji memang betul membuat kita semakin baik dalam kemampuan finansial, tetapi tidak lantas selalu dialokasikan ke hal-hal yang kurang berfaedah. Apalagi kalau kita mengingat bahwa masa depan kita masih panjang.
Cita-cita masih ada kan? Tujuan keuangan masih jauh kan?
Jadi, coba deh lakukan beberapa hal berikut, whenever kamu naik gaji. Duh, whenever. Kayak bakalan dapat setiap bulan gitu, ya? Yah, positive vibe aja dulu, reality bisa menunggu.
1. Bersyukur
Iya dong, yang pertama kali dilakukan adalah bersyukur. Kapan lagi sih kita naik gaji? Barangkali, ada di antara kamu yang sudah cukup lama bekerja, baru kali ini mengalami kenaikan gaji.
Apa pun kondisinya, tetap saja, ini adalah hal yang patut disyukuri, terutama di saat-saat seperti ini. Pasalnya, tak semua orang bisa mendapatkan rezeki seperti kita. Betul?
2. Cek anggaran
Salah satu yang lain yang harus segera dicek adalah anggaran rutin kita. Ini adalah langkah yang penting, karena sebelum kita merasa ingin menambah kebutuhan lain, kita harus memastikan dulu bahwa kebutuhan itu memang perlu, dengan cara melihat lagi daftar kebutuhan kita biasanya.
Cek di bagian kewajiban dulu—seperti cicilan utang yang masih berjalan. Jika memungkinkan, tambahkan dulu selisih kenaikan gaji untuk melunasi utang. Lalu cek di bagian kebutuhan rutin. Adakah yang memang perlu ditambahkan? Pertimbangkan ulang, dengan memilah antara keinginan dan kebutuhan ya.
Dan kemudian cek di bagian investasi. Tentu akan lebih bermanfaat kalau kita menambah porsi investasi demi tercapainya tujuan keuangan lebih cepat, ya kan?
3. Bukan berarti tak boleh self reward, tapi …
Harus bijak.
Pikirkanlah segala hal yang prioritasnya lebih penting; yang menyangkut kehidupan kita di masa mendatang, kehidupan kita di masa sulit, dan demi orang-orang yang kita cintai.
Boleh kok self reward, karena itu juga penting demi kesehatan mental. Tetapi, alokasikan secukupnya, dan sebaiknya tak berlebihan.
Nah, dengan memanfaatkan kenaikan gaji dengan lebih bijak, pastinya kita akan lebih semangat lagi kan, dalam bekerja? Iya dong.
So, naik gaji tak harus selalu berarti utang naik. Tapi bisa jadi, kualitas hidup memang naik sekaligus kita bisa menjamin hidup kita sendiri di masa depan nanti.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Melakukan Investasi Karena Memaksakan Diri Menimbulkan 3 Bahaya Ini!
Setiap orang menginginkan masa depan yang cerah tanpa adanya masalah finansial. Dengan alasan tersebut, kini banyak orang yang melakukan investasi. Bahkan, menurut data KSEI, proporsi investor yang mendominasi pasar modal per akhir April 2021 kemarin adalah dari kalangan pelajar. Tentu, ini adalah berita baik. Ya kan?
Memang, saat ini teknologi yang semakin berkembang pesat ikut memicu semakin mudahnya kita melakukan investasi. Semakin banyak opsi, dengan prosedur yang mudah, membuat siapa saja bisa berinvestasi sesuai tujuan masing-masing.
Namun, di sisi lain, popularitas investasi juga membawa suatu fenomena lain yang bisa menimbulkan masalah.
Salah satunya, ketika banyak orang yang menjadikan investasi sebagai sebuah gaya hidup atau tren belaka. Banyak influencer menampilkan portofolio, bahkan sampai menyebutkan “merek” emiten saham di media sosial, maka orang pun jadi kepingin melakukan investasi yang sama. Sayangnya, hal ini kurang diiringi dengan persiapan serta ilmu yang cukup. Akibatnya, banyak orang memaksakan diri melakukan investasi, tanpa banyak persiapan, dan pada akhirnya, menemui masalah yang justru membuat mereka berada dalam kesulitan.
Investasi yang seharusnya bisa membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan, malah menambah beban hidup deh.
Padahal, untuk melakukan investasi, kamu perlu melakukan banyak persiapan dulu. Misalnya seperti memastikan cash flow kamu lancar, utang kamu sehat, dan memiliki proteksi yang cukup. Jika belum siap untuk melakukan investasi, maka sebaiknya tunda dulu investasimu.
Tak perlu memaksakan diri berinvestasi, apalagi jika belum mengenal risikonya.
Berikut 3 Hal yang Bisa Terjadi Jika Memaksakan Diri Melakukan Investasi Tanpa Persiapan
1. Lebih berisiko
Investasi tanpa ilmu akan membuatmu hanya berorientasi pada keuntungan, tanpa dapat juga memperhitungkan risikonya. Padahal, dalam investasi, risiko akan datang sepaket denga imbal atau return.
Hal ini akan dapat membahayakanmu. Ketika kamu tak dapat mengelola risiko dengan baik dalam investasi—apalagi jika kamu melakukan investasi pada instrumen yang cukup agresif—maka sekali nilai investasi turun karena kondisi pasar yang berubah, kamu pun akan mengalami kerugian yang besar.
Modal kamu berinvestasi dapat tergerus, bahkan habis sama sekali.
Meskipun memiliki peluang mendapatkan keuntungan yang tinggi, sebaiknya jangan terlalu tergiur untuk mengambil terlalu banyak risiko saat melakukan investasi dengan harapan mendapatkan return yang lebih tinggi.
Pendekatan terbaik yang perlu kamu lakukan adalah membangun portofolio investasi sesuai tujuan keuangan, dan memastikan kamu memilih investasi yang sesuai dengan profil risiko.
Salah satu cara mengelola risiko yang baik adalah ketika kamu sudah memilih instrumen investasi berupa saham, maka padukan dengan instrumen lain yang lebih lebih rendah risiko. Kamu bisa memilih instrumen investasi seperti emas, deposito atau obligasi.
Tanpa persiapan yang baik, rasanya akan mustahil untuk bisa memikirkan risiko ini dengan baik pula.
2. Melakukan investasi dengan dana hasil utang
Ini yang banyak terjadi belakangan. Karena tanpa persiapan yang baik, hanya ikut-ikutan dan FOMO, akhirnya memakai dana “panas” untuk berinvestasi.
Dana panas itu yang seperti apa? Misalnya, memakai dana yang bukan milik sendiri, atau bahkan sampai berutang untuk dibelikan saham. Padahal pasar modal tak pernah menjanjikan hasil yang selalu positif. Akan ada masa-masa ketika pasar bergerak negatif.
Inilah yang terjadi jika kita memaksakan investasi tanpa persiapan yang baik, mulai dari memastikan kondisi cash flow kita sehat sampai memiliki dana darurat yang memadai.
3. Menimbulkan trauma
Memaksakan diri melakukan investasi hanya karena ikut-ikutan biasanya juga tidak akan menimbulkan motivasi pada seseorang. Ketika investasi turun, biasanya niat untuk berinvestasi pun akan surut. Bahkan akan berakhir kekecewaan dan akhirnya trauma untuk melakukan investasi lagi.
Hal ini akan merugikan diri sendiri kan, akhirnya?
Padahal, ketika investasi dikelola dengan baik, banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapatkan. Tapi, karena trauma, akhirnya seseorang bisa menjauhi investasi, bahkan menghindarinya dan memilih untuk menabung dananya saja di bawah bantal.
Sebenarnya ini juga tak masalah sih. Hanya saja, hal ini juga dapat menyebabkan kamu semakin sulit untuk mewujudkan mimpi dan tujuan keuanganmu.
Itulah hal yang bisa saja kamu hadapi jika kamu memaksakan diri untuk melakukan investasi karena hanya ikut-ikutan dan tanpa persiapan serta ilmu yang cukup.
Investasi merupakan salah satu hal yang bisa kamu jadikan alat untuk membantu kamu di masa yang akan datang. Namun, jangan memaksakan diri melakukan investasi karena banyak risiko investasi yang siap menyambutmu. Ada baiknya, kamu belajar dulu, terutama dalam mengenali berbagai instrumen investasi agar dapat memanfaatkannya secara maksimal.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengelola Keuangan Pribadi Secara Syariah dan 5 Hal yang Harus Diperhatikan
Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengelola keuangan pribadi secara syariah ini? Ikuti artikel ini sampai selesai ya.
Financial Check Up dan 5 Alasan Mengapa Penting untuk Dilakukan
Dalam proses membuat rencana keuangan, ada satu hal yang sangat penting untuk kita lakukan lebih dahulu. Yes, financial check up.
Ibarat medical check up yang akan memberikan informasi seberapa sehat fisik kita, pemeriksaan finansial ini juga akan memberikan gambaran bagaimana sebenarnya kondisi kesehatan keuangan kita. Hasilnya, tentu saja, rincian yang akan memperlihatkan apa saja yang sudah baik maupun yang belum baik agar kemudian kita bisa mencari solusinya.
Kalau kamu belum pernah melakukan financial check up, berikut manfaat yang bisa kamu dapatkan jika melakukannya sekarang dan secara rutin.
Manfaat Financial Check Up
1. Membantu mengetahui detail pengeluaran
Buat kamu yang sering banget mengalami uang gajian cuma sekadar lewat di rekening, nggak tahu uang ke mana saja, atau gaji satu koma empat, kamu perlu melakukan financial check up.
Financial check up akan membantumu memahami pengeluaran apa saja yang sudah kamu lakukan, sehingga kamu pun bisa mencari tahu bagian mana dari keuanganmu yang menyebabkan cash flow kamu kacau. Dengan mengetahui detail cash flow, kamu pun bisa mengetahui mana saja pengeluaran yang bisa dikurangi, dihemat, bahkan dihilangkan dari anggaran belanja ke depannya.
2. Membuat Kita Lebih Berhati-Hati
Tentu saja, kita perlu untuk berhati-hati setiap kali mengeluarkan uang.
Penghasilan yang kita dapatkan sudah pasti harus dikelola dengan baik, agar bisa memenuhi semua kebutuhan dan juga bisa membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan kita. Namun, tanpa melakukan financial check up lebih dulu, kita tak akan tahu harus berhati-hati seperti apa.
Dengan financial check up, dan melihat hasilnya, kita akan dapat menentukan prioritas kebutuhan dengan lebih mudah. Contohnya saja, dari hasil pemeriksaan kesehatan finansial ini, kita tahu ternyata bahwa pos pengeluaran lifestyle kita lebih besar dari seharusnya. Padahal, kita butuh alokasi lebih untuk investasi, misalnya. So, next, kita bisa lebih berhati-hati dan dapat lebih mudah mengendalikan diri.
3. Membantu kita menjaga kesehatan keuangan
Yes, seperti halnya medical check up, yang kemudian dapat membantu kita untuk tetap menjaga kesehatan tubuh, financial check up dapat membantu kita untuk menjaga kondisi finansial kita tetap sehat sampai jauh ke depan.
Apalagi jika financial check up dilakukan secara rutin, misalnya setiap 6 bulan sekali atau setahun sekali. Jika kamu memang merasa kondisi keuangan kamu lagi ruwet banget, kalau perlu, lakukanlah pemeriksaan kesehatan finansial ini 3 bulan sekali. Hal ini perlu, agar kamu bisa memastikan bahwa langkah-langkah penyehatan finansialmu sudah berada di jalur yang benar.
Rutin melakukan financial check up akan membantu kita untuk mengevaluasi apa saja yang sudah kita capai, dan mempermudah kita untuk melakukan review atas rencana-rencana keuangan kita.
4. Membantu memastikan rencana kita berjalan sesuai harapan
Financial check up akan membantu menunjukkan apakah kita sudah melakukan apa yang perlu dilakukan demi merealisasikan rencana keuangan yang sudah kita buat.
Misalnya saja, untuk tujuan dana rumah. Dengan melakukan financial check up, kita akan tahu kemampuan kita untuk membayar cicilan KPR yang akan berlangsung cukup lama dengan nominal yang cukup besar. Jika memang belum oke, kita juga jadi bisa tahu, pos pengeluaran mana yang bisa lebih dihemat agar alokasi dananya bisa dialihkan ke pos yang lebih diprioritaskan.
5. Menggambarkan kondisi keuangan di masa depan
Memang sih, enggak ada yang bisa memprediksi masa depan. Tetapi, dengan melakukan financial check up, kita jadi bisa tahu bagaimana kondisi keuangan di masa depan.
Maksudnya begini. Kalau misalnya kondisi *amit-amit* memburuk—seperti ketika pertama kalinya negara api bernama pandemi menyerang—dengan melakukan financial check up, kita akan jadi tahu, seberapa berat “masa-masa kegelapan” itu harus dilalui, dan kemudian bisa bersiap dengan lebih baik.
Kita akan tahu, seberapa lama kita bisa bertahan, meskipun tanpa penghasilan, dan kemudian mencari solusi yang paling baik untuk mengatasi keadaan ini.
Nah, sampai di sini sudah tahu kan, apa pentingnya melakukan financial check up—apalagi jika dilakukan secara rutin—dan juga manfaatnya?
Gimana? Mau melakukan financial check up terhadap keuanganmu?
Agar bisa melakukannya dengan lebih baik, mendingan belajar dulu yuk, di kelas Blueprint of Your Money dan How to Manage Your Cash Flow. Di kedua kelas finansial online ini, kamu akan mendapatkan berbagai ilmu dasar mengelola keuangan, dan memulainya dengan melakukan financial check up. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bisakah Kita Membuat Rencana Keuangan Sendiri?
Setiap orang sebaiknya membuat rencana keuangan untuk mencapai tujuan finansial mereka sendiri di masa yang akan datang. Misalnya saja seperti sebagai biaya pernikahan, dana menyekolahkan anak, bahkan sampai hal-hal kecil seperti membeli barang tertentu ataupun liburan.
Jika kamu memiliki rencana keuangan yang tepat maka tujuan keuangan kamu lebih mudah tercapai.
Apa Fungsi Rencana Keuangan
Yah, mungkin masih ada yang bertanya-tanya, memangnya penting ya, rencana keuangan itu? Jika iya, apa fungsinya?
Ya, barangkali ada yang berpikir bahwa rencana keuangan itu tidak sepenting itu. Nggak mau ribet, kalau ingin membeli barang ya beli saja, karena toh hidup ini perlu dinikmati.
Well, nggak salah kok. Hidup memang harus dinikmati kan? Tapi, ada beberapa hal yang pastinya menjadi cita-cita besar kamu, dan butuh biaya yang superbesar untuk mencapainya. Kalau sudah begini—punya cita-cita besar, tapi juga pengin menikmati hidup yang sekarang dijalani—maka kamu perlu membuat rencana keuangan. Kalau enggak, either cita-cita yang harus terus ditunda karena nggak pernah ada uang untuk mewujudkannya, atau kamu hidup dengan bekerja terus-terusan tanpa dinikmati karena kamu terlalu fokus pada cita-cita besar saja.
Bukankah akan lebih baik kalau kita bisa menikmati hidup yang sekarang dijalani, sekaligus secara perlahan mewujudkan cita-cita?
Alasan Penting Punya Rencana Keuangan
Menggambarkan kondisi kesehatan keuangan
Ketika sedang membuat rencana keuangan, kamu akan menyadari bagaimana sesungguhnya situasi dan kondisi kesehatan keuanganmu. Dengan begitu, kamu bisa memilah antara keinginan dan kebutuhan, juga memilih gaya hidup yang sesuai dengan kondisi keuangan kamu.
Kamu dapat mengetahui seberapa banyak pengeluaran kamu dan dan berapa banyak alokasi dana, sehingga kamu tak perlu hidup melebihi kemampuan finansial kamu.
Dengan rencana finansial yang baik, kamu dapat dengan jelas bagaimana uang kamu gunakan.
Misalnya kamu menggunakan uang kamu untuk memenuhi kebutuhan yang sudah sesuai dengan anggaran? Jika belum, kamu pun jadi bisa menyesuaikan lagi dengan kondisi yang ada.
Memotivasi
Jika kamu memiliki rencana keuangan yang jelas, maka kamu pun akan termotivasi, either untuk lebih giat mengumpulkan uang atau lebih bijak dalam menggunakannya.
Selain itu, dengan adanya rencana yang detail, kamu dapat melihat horizon waktu untuk mencapai tujuan finansialmu.
Ternyata banyak ya, keuntungan memiliki rencana keuangan.
Tapi, bagaimana cara membuatnya? Rumit enggak ya? Bisa nggak ya, membuat rencana keuangan sendiri?
Jawabannya bisa. Kamu membuat rencana keuanganmu sendiri, bahkan ini lebih bagus, karena kamu sendirilah yang paling tahu kondisi dan keinginanmu.
Begini langkah-langkah membuat rencana keuangan
#TujuanLoApa
Selalu mulailah dari sini. Apa tujuan keuanganmu? Apa cita-cita terbesarmu? Apa keinginanmu yang paling pengin dicapai dengan segera?
Tetapkanlah secara spesifik. Misalnya, alih-alih ingin kaya, kamu bisa merincikan aset apa saja yang ingin kamu miliki. Misalnya, punya rumah di dalam kota Jakarta, biar dekat dengan kantor. Atau, pengin menyekolahkan anak di sekolah taraf internasional, dan kemudian lanjut sekolah ke Singapura.
Mengapa harus begitu? Karena “kaya” itu tak terdefinisikan. Sedangkan, kamu butuh target yang jelas, agar dapat membuat rencana yang realistis dan komprehensif.
Tanpa tujuan yang jelas, nantinya hanya seperti niat diet kamu. Mulainya besok melulu. Eh, kok nuduh ya?
Mengetahui nilai dan biaya saat ini
Rencana keuangan yang baik adalah rencana yang detail. Karenanya, kamu harus mengetahui seberapa besar nilai dan biaya yang kamu miliki saat ini, dan kemudian punya proyeksi nilainya di masa depan.
Kumpulkanlah informasi sebanyak-banyaknya, karena kamu butuh gambaran nilai aset pada saat sekarang.
Lakukan financial check up, untuk mengetahui kondisi finansialmu secara menyeluruh. Baru kemudian dari situ, kamu bisa membuat rencana yang detail.
Jangan lupa untuk juga mencatat utang yang kamu miliki, misalnya cicilan mobil, kartu kredit, dan sebagainya. Semua penghasilan dan utang harus kamu catat secara detail, dan jangan lupa untuk mencatat pengeluaran kamu.
Membuat Bujet/Anggaran
Selanjutnya, ya kamu harus merealisasikan rencana yang sudah kamu buat.
Salah satu kunci sukses dalam merealisasikan rencana keuangan adalah berhemat. Berusahalah untuk selalu berpedoman pada anggaran, setiap kali kamu hendak mengeluarkan uang.
Ingat, kebutuhan vs keinginan. Mana yang jadi kebutuhan pokok, mana yang hanya keinginan jangka pendek semata. Apalagi FOMO, kamu harus mengenalinya dengan baik.
Merencanakan investasi
Salah satu langkah yang harus kamu lakukan dalam membuat rencana keuangan adalah merencanakan investasi. Investasi memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan hanya menabung. Mengapa? Inflasi.
Akan tetapi sebelum melakukannya, tentu kamu harus belajar dulu. Ingatlah bahwa investasi memiliki risiko dan hasil yang didapat akan sepadan dengan risiko tersebut. Kelola dengan baik, agar memberikan manfaat yang optimal.
Lengkapi dengan asuransi
Asuransi akan memberikan perlindungan terhadap risiko keuangan yang bisa terjadi, sehingga dapat membantumu merealisasikan rencana secara optimal.
Milikilah setidaknya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa, dan pastikan iuran preminya juga masuk ke dalam anggaran rencana keuanganmu.
Review dan evaluasi
Setelah membuat rencana keuangan dan kemudian merealisasikannya, maka secara berkala juga, lakukanlah review dan evaluasi.
Itulah cara-cara untuk membuat rencana keuangan sendiri.
Rumit? Enggak dong.
Kalau pengin belajar, QM Financial menawarkan cara belajar yang barangkali bisa membantumu membuat rencana keuangan sendiri, yaitu dengan ikut kelas di Udemy. Ada modul basic Berkenalan dengan Financial Planning di mana kamu bisa mulai dulu.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Pengelolaan Keuangan Pasangan Suami Istri dan 5 Fakta Menariknya
Masalah keuangan itu bisa saja terjadi pada siapa pun, termasuk pada pasangan suami istri yang sudah berkeluarga. Faktanya memang, pengelolaan keuangan keluarga itu memang enggak gampang kok, karena melibatkan dua kepala dan menyangkut hajat hidup beberapa orang sekaligus.
Ngomongin soal keuangan keluarga ini menarik, apalagi sekarang di masa pandemi, ketika tantangan ekonomi harus dialami oleh sebagian besar orang. Setelah menelusuri berbagai sumber, QM Financial bisa menemukan beberapa fakta mengenai pengelolaan keuangan keluarga nih, yang cenderung dialami oleh banyak pasangan suami istri, baik secara global maupun di Indonesia. Mau tahu? Yuk, ikuti selengkapnya berikut ini.
Fakta-fakta Menarik Mengenai Pengelolaan Keuangan Pasangan Suami Istri
1. Hanya 20% pasangan yang berdiskusi tentang finansial sebelum menikah
Sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa hanya 1 dari 5 pasangan yang sudah berdiskusi soal keuangan sebelum menikah.
Hal ini tentu saja menarik, karena seharusnya soal keuangan sudah dibicarakan bahkan sebelum menikah. Apa saja yang harus didiskusikan? Mulai dari kondisi masing-masing saat ini terkait kondisi keuangannya, persepsi tentang keuangan, peran pengaturan keuangan, hingga tujuan-tujuan keuangan yang penting dari jangka pendek hingga jangka panjang.
Banyak ya? Iya.
2. 27% pasangan melakukan financial infidelity
Apa itu financial infidelity?
Yaitu kondisi ketika pasangan suami istri tidak saling jujur satu sama lain tentang urusan keuangan. Hal ini pernah dibahas dalam satu artikel dalam situs ini juga. Sila cek link yang sudah ditautkan untuk detailnya ya.
Ini adalah fenomena yang menarik ya, karena ini terjadi cukup jamak juga di sini.
3. 4 dari 10 istri yang bekerja memiliki penghasilan lebih besar daripada suami
Fakta ini diungkapkan oleh statistik US Bureau of Labor. Seharusnya sih soal gaji istri yang lebih besar ini tak jadi masalah, jika memang keduanya sudah sepakat dalam hal ini.
Namun, jika tidak, bisa jadi masalah yang cukup pelik juga. Ditambah lagi dengan persepsi gender roles yang dipegang oleh masyarakat pada umumnya, menjadikan hal yang seharusnya tidak akan jadi masalah jika didiskusikan baik-baik jadi masalah besar.
4. 28.2% perceraian suami istri disebabkan oleh faktor ekonomi
Fakta ini diungkapkan Data Dirjen Peradilan Agama Mahkamah Agung, seperti yang dilansir oleh Lokadata, yang menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 2016 – 2018 terdapat 1,1 juta kasus perceraian, yang 28.2%-nya disebabkan oleh masalah ekonomi.
Masalah ekonomi yang menyebabkan karamnya bahtera rumah tangga ini bisa dari berbagai sebab. Namun, yang menarik adalah salah satu alasan timbulnya masalah ekonomi ini adalah penghasilan istri yang lebih besar daripada suami, dan membuat sang suami menjadi merasa inferior.
Nah, ini berhubungan dengan fakta ketiga di atas, ya kan?
Tambahan lagi, hal seperti ini tak hanya terjadi di Indonesia saja. American Sociological Review pernah mempublikasikan penelitian yang mengungkapkan bahwa suami yang tidak bekerja dapat meningkatkan peluang perceraian hingga 30% dibandingkan dengan pasangan berkarier stabil.
5. 70% pasangan suami istri berselisih soal keuangan setiap waktu
Wah, banyak juga ya?
Ditambah lagi nih, 67% di antaranya ternyata perselisihan soal utang. Hal ini diungkapkan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Fidelity Investment di tahun 2020.
Berbicara soal keuangan dengan pasangan memang bukan perkara gampang bagi semua orang. Salah satunya karena ada budaya tabu untuk membicarakan keuangan.
Kalau dilihat-lihat lagi, fakta-fakta di atas bisa jadi muncul akibat kurangnya komunikasi antara suami istri. Buat yang sudah memiliki komunikasi yang baik dengan pasangan terutama untuk masalah keuangan, bagus! Tinggal lanjutkan.
Nah, buat yang masih bermasalah dengan komunikasi, hmmm, ini nih yang harus segera dicari jalan keluarnya.
Bagaimana kalau bergabung saja di Financial Dialogue vol. 06—sebuah ruang untuk mendiskusikan segala yang finansial, yang sudah disiapkan khusus oleh tim QM Financial. Kali ini mengangkat tema Relationship & Money: Diskusi Finansial bareng Pasangan: Seru atau Buntu?
Menghadirkan:
- Ligwina Hananto, financial lead trainer QM Financial sebagai Nyonya Rumah, yang akan membahas dari perspektif finansial
- Kalis Mardiasih – Penulis & Gender Equality Campaigner, bersama Agus Magelangan – Redaksi Pelaksana Mojok.co dari perspektif keluarga.
- Serta Dra. Rani A. Dewi, M.A. – Couple Relationship Therapist, Pre-Marital Consultant, Inner Self Improvement Coach dari perspektif psikologi.
Financial Dialogue vol. 06 ini akan diadakan di hari Sabtu, 20 Februari 2021, pukul 13.00 – 15.00 WIB melalui webinar ZOOM.
Yuk, segera !
Ditunggu ya!