1-2-3 Cara Karyawan Biasa Punya Mimpi Besar
Sebagai karyawan biasa, mungkin gaji atau penghasilan kita memang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yah, kadang kepikirannya, mau mimpi apa ya, gaji pas-pasan begini?
Eits, jangan dulu pesimis dong! Karyawan biasa kan sekarang, nanti pastinya kamu juga akan mengalami peningkatan karier hingga akhirnya bisa sesuai dengan kompetensimu.
Dan, asal kamu tahu ya. Bahwa jenjang karier dan mimpi itu nggak saling berhubungan. Mimpi besar, nggak perlu menunggu sampai karier memuncak kok. Kamu bahkan bisa mulai merencanakan mimpi besarmu sedari sekarang. Justru, kalau kamu baru mulai merencanakan ketika karier sudah ada di puncak, bisa jadi malahan terlambat.
Jadi, apa sih mimpi besarmu? Wait, sebelum kamu jawab, sembari saja kamu ikuti beberapa tip mewujudkan mimpi meskipun kamu “hanyalah” karyawan biasa.
Wujudkan Mimpi Karyawan Biasa
1. Tentukan mimpi dan titik berangkat
Nah, mari kita kembali lagi ke pertanyaan di atas: Apa sih mimpi besarmu? Mimpi yang akan menjadi tujuan finansialmu.
Punya rumah di tengah kota Jakarta? Mau sekolahkan anak di sekolah bertaraf internesyenel? Punya dana pensiun yang cukup dan bisa hidup sejahtera?
Nah, kalau kamu punya mimpi-mimpi seperti itu, itu sudah betul. Jadi, jangan jadikan “mau jadi kaya” sebagai mimpimu ya. “Kaya” itu bukan merupakan tujuan finansial, karena tak memberikan arah yang jelas. Buatlah daftar mimpimu yang spesifik, realistis, sesuai dengan kebutuhan, dan terukur.
Jika sudah ada daftar tujuan, sekarang tentukan dari mana kamu mau. Ibarat mau pergi ke Raja Ampat, kamu berangkat dari mana? Titik keberangkatan akan menentukan ongkos perjalananmu. Titik berangkat mencapai mimpi ini penting, karena dengan tahu dari mana kita berangkat, kita bisa cari tahu jalannya.
Bagaimana caranya menentukan titik berangkat? Dengan mengetahui kondisi keuanganmu sekarang; berapa penghasilanmu, dan berapa pengeluaranmu. Adalah penting bagi kamu untuk mengetahui pola penghasilan dan pengeluaran ini, agar kemudian kamu bisa membuat rencana keuangan yang lebih pasti.
Ada keuntungan tersendiri menjadi karyawan biasa, yaitu penghasilannya tetap; tetap waktunya, relatif tetap pula nominalnya. Jadi, seharusnya, mencari pola ini bukan hal yang sulit untuk kamu lakukan.
2. Susun prioritas
Bisa jadi, kamu punya lebih dari satu mimpi. Berbekal dengan pola pengeluaran dan pemasukan yang sudah kamu miliki, susunlah prioritasmu.
Ingat, setiap orang punya linimasa masing-masing, sehingga berbeda prioritas itu hal yang biasa. Tak perlu kamu berpikir, ‘Duh temanku yang satu ini sudah pergi ke 7 benua, aku kok belum bisa ya?’ Bisa jadi, prioritas kalian berbeda. Kamu ada prioritas dana pendidikan anak—misalnya—yang harus segera disiapkan karena dalam 3 tahun lagi, anakmu sudah harus masuk playgroup. Sedangkan temanmu memang memprioritaskan mimpi travelingnya, karena dia toh masih single.
Biasanya, ada 3 kebutuhan terbesar yang harus diprioritaskan oleh seorang karyawan biasa, yaitu dana darurat, dana pendidikan, dan dana pensiun.
Harus tiga itu ya? Enggak harus, maka dari itu, susunlah prioritasmu sendiri. Bisa jadi beda, yang penting sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisimu.
Setelah ada prioritas, maka akan lebih mudah bagimu untuk membuat rencana keuangan yang lebih realistis dan komprehensif, meliputi menjaga cash flow agar tetap positif, mengelola utang, berinvestasi, dan memiliki proteksi yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Evaluasi
Jangan lupakan evaluasi ya. Lakukanlah secara berkala selama perjalananmu mewujudkan mimpi.
Mengapa sih perlu melakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan kita? Karena kehidupan terus berubah. Tujuan finansial pun bisa menyesuaikan, prioritas harus disusun ulang.
Jadi, mengubah rencana dong! Ya, enggak apa. Hal tersebut wajar terjadi kok, kamu harus bersiap untuk menghadapi situasi hidup yang selalu dinamis.
Nah, bagaimana? Bisa kan, sebagai karyawan biasa, kamu punya mimpi besar? Yang penting sih, harus sesuai kondisi dan kemampuan ya. Adalah penting bagi kita untuk nggak halu, supaya kita tetap realistis dan tujuan finansial pun bisa berhasil dicapai dengan baik.
Cara menyusun rencana untuk mewujudkan mimpi karyawan biasa ini bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Naik Gaji = Utang Naik Juga? Oh, No!
Biasanya dalam kesempatan satu kali dalam setahun, gaji karyawan akan direview ulang. Jika memang layak, perusahaan akan memberikan kebijakan naik gaji.
Wah, tentu saja, hal ini akan disambut baik, kan ya?
Tetapi ada fakta menarik nih. Dalam survei yang dilakukan oleh QM Financial pada akhir 2020 terhadap sejumlah klien korporasi, ditemukan fakta bahwa sebesar 24.2% karyawan memiliki pinjaman besar di kantor, dan 24.2% lainnya juga meminta rekomendasi HR untuk mengajukan kredit bank.
Menariknya lagi, ternyata selain gaya hidup juga naik mengiringi kenaikan gaji, utang juga bertambah.
So, masalah utang ini memang bisa dibilang menjadi problema keuangan sejuta umat karyawan kantor ya?
Naik Gaji, Nambah Kebutuhan?
Ya, siapa sih yang enggak pengin dan enggak seneng kalau naik gaji? Ini adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mereka yang bekerja sebagai karyawan perusahaan di seluruh dunia.
Kenaikan gaji bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya saja seperti masa “pengabdian” yang sudah cukup lama, prestasi mencapai target tertentu, keuangan perusahaan yang membaik, ataupun kenaikan jabatan.
Naik gaji pastinya akan memengaruhi pemasukan kita. Artinya, uang yang kita terima setiap bulannya akan lebih besar ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Nah, biasanya sih, hal ini juga akan diiringi berbagai kebutuhan yang (rasanya) ikut meningkat. Tiba-tiba butuh lebih banyak barang untuk sehari-hari, tiba-tiba butuh lebih banyak self-reward, dan seterusnya.
Parahnya lagi, untuk semua “kebutuhan tambahan” itu dibayarnya pakai kartu kredit.
Nah, kalau sudah begini, mari kita lanjut ke poin berikutnya.
Naik Gaji, Abai Pentingnya Berhati-hati dalam Berutang
Tanpa kita sadari, seiring naik gaji, naik pula “kebutuhan” kita akan belanja. Pemasukan naik, pengeluaran jadi ikut naik. Imbasnya lagi, utang pun ikut naik—salah satu indikatornya, nambah belanja pakai kartu kredit—karena menganggap diri sendiri semakin mampu secara finansial. Keyakinan dapat mencicil utang juga bertambah besar.
Nah loh!
Kartu kredit sendiri sebenarnya banyak manfaatnya, kalau kita bisa menggunakannya dengan bijak. Jadi, bukan berarti lantas diharamkan untuk memakai kartu kredit loh ya.
Selain itu, memang ada benarnya sih. Bahwa setiap kali kita mau mengambil pinjaman atau utang, ada baiknya kita mempertimbangkan kemampuan finansial kita; apakah kita mampu membayar cicilannya hingga lunas?
Tetapi, kan bukan berarti, setiap naik gaji, utang pun ditambah karena keyakinan kita akan kemampuan diri sendiri juga meningkat? Memang bagus sih, bahwa naik gaji akhirnya ikut mendongkrak kepercayaan diri untuk mampu secara finansial. Tapi, nggak lantas setiap kali “ditandai” dengan naiknya utang, kan?
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Kalau Naik Gaji?
Ya, lagi-lagi nih, ayo, kita atur lagi keuangan kita. Ingat, naik gaji memang betul membuat kita semakin baik dalam kemampuan finansial, tetapi tidak lantas selalu dialokasikan ke hal-hal yang kurang berfaedah. Apalagi kalau kita mengingat bahwa masa depan kita masih panjang.
Cita-cita masih ada kan? Tujuan keuangan masih jauh kan?
Jadi, coba deh lakukan beberapa hal berikut, whenever kamu naik gaji. Duh, whenever. Kayak bakalan dapat setiap bulan gitu, ya? Yah, positive vibe aja dulu, reality bisa menunggu.
1. Bersyukur
Iya dong, yang pertama kali dilakukan adalah bersyukur. Kapan lagi sih kita naik gaji? Barangkali, ada di antara kamu yang sudah cukup lama bekerja, baru kali ini mengalami kenaikan gaji.
Apa pun kondisinya, tetap saja, ini adalah hal yang patut disyukuri, terutama di saat-saat seperti ini. Pasalnya, tak semua orang bisa mendapatkan rezeki seperti kita. Betul?
2. Cek anggaran
Salah satu yang lain yang harus segera dicek adalah anggaran rutin kita. Ini adalah langkah yang penting, karena sebelum kita merasa ingin menambah kebutuhan lain, kita harus memastikan dulu bahwa kebutuhan itu memang perlu, dengan cara melihat lagi daftar kebutuhan kita biasanya.
Cek di bagian kewajiban dulu—seperti cicilan utang yang masih berjalan. Jika memungkinkan, tambahkan dulu selisih kenaikan gaji untuk melunasi utang. Lalu cek di bagian kebutuhan rutin. Adakah yang memang perlu ditambahkan? Pertimbangkan ulang, dengan memilah antara keinginan dan kebutuhan ya.
Dan kemudian cek di bagian investasi. Tentu akan lebih bermanfaat kalau kita menambah porsi investasi demi tercapainya tujuan keuangan lebih cepat, ya kan?
3. Bukan berarti tak boleh self reward, tapi …
Harus bijak.
Pikirkanlah segala hal yang prioritasnya lebih penting; yang menyangkut kehidupan kita di masa mendatang, kehidupan kita di masa sulit, dan demi orang-orang yang kita cintai.
Boleh kok self reward, karena itu juga penting demi kesehatan mental. Tetapi, alokasikan secukupnya, dan sebaiknya tak berlebihan.
Nah, dengan memanfaatkan kenaikan gaji dengan lebih bijak, pastinya kita akan lebih semangat lagi kan, dalam bekerja? Iya dong.
So, naik gaji tak harus selalu berarti utang naik. Tapi bisa jadi, kualitas hidup memang naik sekaligus kita bisa menjamin hidup kita sendiri di masa depan nanti.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Melakukan Investasi Karena Memaksakan Diri Menimbulkan 3 Bahaya Ini!
Setiap orang menginginkan masa depan yang cerah tanpa adanya masalah finansial. Dengan alasan tersebut, kini banyak orang yang melakukan investasi. Bahkan, menurut data KSEI, proporsi investor yang mendominasi pasar modal per akhir April 2021 kemarin adalah dari kalangan pelajar. Tentu, ini adalah berita baik. Ya kan?
Memang, saat ini teknologi yang semakin berkembang pesat ikut memicu semakin mudahnya kita melakukan investasi. Semakin banyak opsi, dengan prosedur yang mudah, membuat siapa saja bisa berinvestasi sesuai tujuan masing-masing.
Namun, di sisi lain, popularitas investasi juga membawa suatu fenomena lain yang bisa menimbulkan masalah.
Salah satunya, ketika banyak orang yang menjadikan investasi sebagai sebuah gaya hidup atau tren belaka. Banyak influencer menampilkan portofolio, bahkan sampai menyebutkan “merek” emiten saham di media sosial, maka orang pun jadi kepingin melakukan investasi yang sama. Sayangnya, hal ini kurang diiringi dengan persiapan serta ilmu yang cukup. Akibatnya, banyak orang memaksakan diri melakukan investasi, tanpa banyak persiapan, dan pada akhirnya, menemui masalah yang justru membuat mereka berada dalam kesulitan.
Investasi yang seharusnya bisa membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan, malah menambah beban hidup deh.
Padahal, untuk melakukan investasi, kamu perlu melakukan banyak persiapan dulu. Misalnya seperti memastikan cash flow kamu lancar, utang kamu sehat, dan memiliki proteksi yang cukup. Jika belum siap untuk melakukan investasi, maka sebaiknya tunda dulu investasimu.
Tak perlu memaksakan diri berinvestasi, apalagi jika belum mengenal risikonya.
Berikut 3 Hal yang Bisa Terjadi Jika Memaksakan Diri Melakukan Investasi Tanpa Persiapan
1. Lebih berisiko
Investasi tanpa ilmu akan membuatmu hanya berorientasi pada keuntungan, tanpa dapat juga memperhitungkan risikonya. Padahal, dalam investasi, risiko akan datang sepaket denga imbal atau return.
Hal ini akan dapat membahayakanmu. Ketika kamu tak dapat mengelola risiko dengan baik dalam investasi—apalagi jika kamu melakukan investasi pada instrumen yang cukup agresif—maka sekali nilai investasi turun karena kondisi pasar yang berubah, kamu pun akan mengalami kerugian yang besar.
Modal kamu berinvestasi dapat tergerus, bahkan habis sama sekali.
Meskipun memiliki peluang mendapatkan keuntungan yang tinggi, sebaiknya jangan terlalu tergiur untuk mengambil terlalu banyak risiko saat melakukan investasi dengan harapan mendapatkan return yang lebih tinggi.
Pendekatan terbaik yang perlu kamu lakukan adalah membangun portofolio investasi sesuai tujuan keuangan, dan memastikan kamu memilih investasi yang sesuai dengan profil risiko.
Salah satu cara mengelola risiko yang baik adalah ketika kamu sudah memilih instrumen investasi berupa saham, maka padukan dengan instrumen lain yang lebih lebih rendah risiko. Kamu bisa memilih instrumen investasi seperti emas, deposito atau obligasi.
Tanpa persiapan yang baik, rasanya akan mustahil untuk bisa memikirkan risiko ini dengan baik pula.
2. Melakukan investasi dengan dana hasil utang
Ini yang banyak terjadi belakangan. Karena tanpa persiapan yang baik, hanya ikut-ikutan dan FOMO, akhirnya memakai dana “panas” untuk berinvestasi.
Dana panas itu yang seperti apa? Misalnya, memakai dana yang bukan milik sendiri, atau bahkan sampai berutang untuk dibelikan saham. Padahal pasar modal tak pernah menjanjikan hasil yang selalu positif. Akan ada masa-masa ketika pasar bergerak negatif.
Inilah yang terjadi jika kita memaksakan investasi tanpa persiapan yang baik, mulai dari memastikan kondisi cash flow kita sehat sampai memiliki dana darurat yang memadai.
3. Menimbulkan trauma
Memaksakan diri melakukan investasi hanya karena ikut-ikutan biasanya juga tidak akan menimbulkan motivasi pada seseorang. Ketika investasi turun, biasanya niat untuk berinvestasi pun akan surut. Bahkan akan berakhir kekecewaan dan akhirnya trauma untuk melakukan investasi lagi.
Hal ini akan merugikan diri sendiri kan, akhirnya?
Padahal, ketika investasi dikelola dengan baik, banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapatkan. Tapi, karena trauma, akhirnya seseorang bisa menjauhi investasi, bahkan menghindarinya dan memilih untuk menabung dananya saja di bawah bantal.
Sebenarnya ini juga tak masalah sih. Hanya saja, hal ini juga dapat menyebabkan kamu semakin sulit untuk mewujudkan mimpi dan tujuan keuanganmu.
Itulah hal yang bisa saja kamu hadapi jika kamu memaksakan diri untuk melakukan investasi karena hanya ikut-ikutan dan tanpa persiapan serta ilmu yang cukup.
Investasi merupakan salah satu hal yang bisa kamu jadikan alat untuk membantu kamu di masa yang akan datang. Namun, jangan memaksakan diri melakukan investasi karena banyak risiko investasi yang siap menyambutmu. Ada baiknya, kamu belajar dulu, terutama dalam mengenali berbagai instrumen investasi agar dapat memanfaatkannya secara maksimal.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengelola Keuangan Pribadi Secara Syariah dan 5 Hal yang Harus Diperhatikan
Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengelola keuangan pribadi secara syariah ini? Ikuti artikel ini sampai selesai ya.
Financial Check Up dan 5 Alasan Mengapa Penting untuk Dilakukan
Dalam proses membuat rencana keuangan, ada satu hal yang sangat penting untuk kita lakukan lebih dahulu. Yes, financial check up.
Ibarat medical check up yang akan memberikan informasi seberapa sehat fisik kita, pemeriksaan finansial ini juga akan memberikan gambaran bagaimana sebenarnya kondisi kesehatan keuangan kita. Hasilnya, tentu saja, rincian yang akan memperlihatkan apa saja yang sudah baik maupun yang belum baik agar kemudian kita bisa mencari solusinya.
Kalau kamu belum pernah melakukan financial check up, berikut manfaat yang bisa kamu dapatkan jika melakukannya sekarang dan secara rutin.
Manfaat Financial Check Up
1. Membantu mengetahui detail pengeluaran
Buat kamu yang sering banget mengalami uang gajian cuma sekadar lewat di rekening, nggak tahu uang ke mana saja, atau gaji satu koma empat, kamu perlu melakukan financial check up.
Financial check up akan membantumu memahami pengeluaran apa saja yang sudah kamu lakukan, sehingga kamu pun bisa mencari tahu bagian mana dari keuanganmu yang menyebabkan cash flow kamu kacau. Dengan mengetahui detail cash flow, kamu pun bisa mengetahui mana saja pengeluaran yang bisa dikurangi, dihemat, bahkan dihilangkan dari anggaran belanja ke depannya.
2. Membuat Kita Lebih Berhati-Hati
Tentu saja, kita perlu untuk berhati-hati setiap kali mengeluarkan uang.
Penghasilan yang kita dapatkan sudah pasti harus dikelola dengan baik, agar bisa memenuhi semua kebutuhan dan juga bisa membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan kita. Namun, tanpa melakukan financial check up lebih dulu, kita tak akan tahu harus berhati-hati seperti apa.
Dengan financial check up, dan melihat hasilnya, kita akan dapat menentukan prioritas kebutuhan dengan lebih mudah. Contohnya saja, dari hasil pemeriksaan kesehatan finansial ini, kita tahu ternyata bahwa pos pengeluaran lifestyle kita lebih besar dari seharusnya. Padahal, kita butuh alokasi lebih untuk investasi, misalnya. So, next, kita bisa lebih berhati-hati dan dapat lebih mudah mengendalikan diri.
3. Membantu kita menjaga kesehatan keuangan
Yes, seperti halnya medical check up, yang kemudian dapat membantu kita untuk tetap menjaga kesehatan tubuh, financial check up dapat membantu kita untuk menjaga kondisi finansial kita tetap sehat sampai jauh ke depan.
Apalagi jika financial check up dilakukan secara rutin, misalnya setiap 6 bulan sekali atau setahun sekali. Jika kamu memang merasa kondisi keuangan kamu lagi ruwet banget, kalau perlu, lakukanlah pemeriksaan kesehatan finansial ini 3 bulan sekali. Hal ini perlu, agar kamu bisa memastikan bahwa langkah-langkah penyehatan finansialmu sudah berada di jalur yang benar.
Rutin melakukan financial check up akan membantu kita untuk mengevaluasi apa saja yang sudah kita capai, dan mempermudah kita untuk melakukan review atas rencana-rencana keuangan kita.
4. Membantu memastikan rencana kita berjalan sesuai harapan
Financial check up akan membantu menunjukkan apakah kita sudah melakukan apa yang perlu dilakukan demi merealisasikan rencana keuangan yang sudah kita buat.
Misalnya saja, untuk tujuan dana rumah. Dengan melakukan financial check up, kita akan tahu kemampuan kita untuk membayar cicilan KPR yang akan berlangsung cukup lama dengan nominal yang cukup besar. Jika memang belum oke, kita juga jadi bisa tahu, pos pengeluaran mana yang bisa lebih dihemat agar alokasi dananya bisa dialihkan ke pos yang lebih diprioritaskan.
5. Menggambarkan kondisi keuangan di masa depan
Memang sih, enggak ada yang bisa memprediksi masa depan. Tetapi, dengan melakukan financial check up, kita jadi bisa tahu bagaimana kondisi keuangan di masa depan.
Maksudnya begini. Kalau misalnya kondisi *amit-amit* memburuk—seperti ketika pertama kalinya negara api bernama pandemi menyerang—dengan melakukan financial check up, kita akan jadi tahu, seberapa berat “masa-masa kegelapan” itu harus dilalui, dan kemudian bisa bersiap dengan lebih baik.
Kita akan tahu, seberapa lama kita bisa bertahan, meskipun tanpa penghasilan, dan kemudian mencari solusi yang paling baik untuk mengatasi keadaan ini.
Nah, sampai di sini sudah tahu kan, apa pentingnya melakukan financial check up—apalagi jika dilakukan secara rutin—dan juga manfaatnya?
Gimana? Mau melakukan financial check up terhadap keuanganmu?
Agar bisa melakukannya dengan lebih baik, mendingan belajar dulu yuk, di kelas Blueprint of Your Money dan How to Manage Your Cash Flow. Di kedua kelas finansial online ini, kamu akan mendapatkan berbagai ilmu dasar mengelola keuangan, dan memulainya dengan melakukan financial check up. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bisakah Kita Membuat Rencana Keuangan Sendiri?
Setiap orang sebaiknya membuat rencana keuangan untuk mencapai tujuan finansial mereka sendiri di masa yang akan datang. Misalnya saja seperti sebagai biaya pernikahan, dana menyekolahkan anak, bahkan sampai hal-hal kecil seperti membeli barang tertentu ataupun liburan.
Jika kamu memiliki rencana keuangan yang tepat maka tujuan keuangan kamu lebih mudah tercapai.
Apa Fungsi Rencana Keuangan
Yah, mungkin masih ada yang bertanya-tanya, memangnya penting ya, rencana keuangan itu? Jika iya, apa fungsinya?
Ya, barangkali ada yang berpikir bahwa rencana keuangan itu tidak sepenting itu. Nggak mau ribet, kalau ingin membeli barang ya beli saja, karena toh hidup ini perlu dinikmati.
Well, nggak salah kok. Hidup memang harus dinikmati kan? Tapi, ada beberapa hal yang pastinya menjadi cita-cita besar kamu, dan butuh biaya yang superbesar untuk mencapainya. Kalau sudah begini—punya cita-cita besar, tapi juga pengin menikmati hidup yang sekarang dijalani—maka kamu perlu membuat rencana keuangan. Kalau enggak, either cita-cita yang harus terus ditunda karena nggak pernah ada uang untuk mewujudkannya, atau kamu hidup dengan bekerja terus-terusan tanpa dinikmati karena kamu terlalu fokus pada cita-cita besar saja.
Bukankah akan lebih baik kalau kita bisa menikmati hidup yang sekarang dijalani, sekaligus secara perlahan mewujudkan cita-cita?
Alasan Penting Punya Rencana Keuangan
Menggambarkan kondisi kesehatan keuangan
Ketika sedang membuat rencana keuangan, kamu akan menyadari bagaimana sesungguhnya situasi dan kondisi kesehatan keuanganmu. Dengan begitu, kamu bisa memilah antara keinginan dan kebutuhan, juga memilih gaya hidup yang sesuai dengan kondisi keuangan kamu.
Kamu dapat mengetahui seberapa banyak pengeluaran kamu dan dan berapa banyak alokasi dana, sehingga kamu tak perlu hidup melebihi kemampuan finansial kamu.
Dengan rencana finansial yang baik, kamu dapat dengan jelas bagaimana uang kamu gunakan.
Misalnya kamu menggunakan uang kamu untuk memenuhi kebutuhan yang sudah sesuai dengan anggaran? Jika belum, kamu pun jadi bisa menyesuaikan lagi dengan kondisi yang ada.
Memotivasi
Jika kamu memiliki rencana keuangan yang jelas, maka kamu pun akan termotivasi, either untuk lebih giat mengumpulkan uang atau lebih bijak dalam menggunakannya.
Selain itu, dengan adanya rencana yang detail, kamu dapat melihat horizon waktu untuk mencapai tujuan finansialmu.
Ternyata banyak ya, keuntungan memiliki rencana keuangan.
Tapi, bagaimana cara membuatnya? Rumit enggak ya? Bisa nggak ya, membuat rencana keuangan sendiri?
Jawabannya bisa. Kamu membuat rencana keuanganmu sendiri, bahkan ini lebih bagus, karena kamu sendirilah yang paling tahu kondisi dan keinginanmu.
Begini langkah-langkah membuat rencana keuangan
#TujuanLoApa
Selalu mulailah dari sini. Apa tujuan keuanganmu? Apa cita-cita terbesarmu? Apa keinginanmu yang paling pengin dicapai dengan segera?
Tetapkanlah secara spesifik. Misalnya, alih-alih ingin kaya, kamu bisa merincikan aset apa saja yang ingin kamu miliki. Misalnya, punya rumah di dalam kota Jakarta, biar dekat dengan kantor. Atau, pengin menyekolahkan anak di sekolah taraf internasional, dan kemudian lanjut sekolah ke Singapura.
Mengapa harus begitu? Karena “kaya” itu tak terdefinisikan. Sedangkan, kamu butuh target yang jelas, agar dapat membuat rencana yang realistis dan komprehensif.
Tanpa tujuan yang jelas, nantinya hanya seperti niat diet kamu. Mulainya besok melulu. Eh, kok nuduh ya?
Mengetahui nilai dan biaya saat ini
Rencana keuangan yang baik adalah rencana yang detail. Karenanya, kamu harus mengetahui seberapa besar nilai dan biaya yang kamu miliki saat ini, dan kemudian punya proyeksi nilainya di masa depan.
Kumpulkanlah informasi sebanyak-banyaknya, karena kamu butuh gambaran nilai aset pada saat sekarang.
Lakukan financial check up, untuk mengetahui kondisi finansialmu secara menyeluruh. Baru kemudian dari situ, kamu bisa membuat rencana yang detail.
Jangan lupa untuk juga mencatat utang yang kamu miliki, misalnya cicilan mobil, kartu kredit, dan sebagainya. Semua penghasilan dan utang harus kamu catat secara detail, dan jangan lupa untuk mencatat pengeluaran kamu.
Membuat Bujet/Anggaran
Selanjutnya, ya kamu harus merealisasikan rencana yang sudah kamu buat.
Salah satu kunci sukses dalam merealisasikan rencana keuangan adalah berhemat. Berusahalah untuk selalu berpedoman pada anggaran, setiap kali kamu hendak mengeluarkan uang.
Ingat, kebutuhan vs keinginan. Mana yang jadi kebutuhan pokok, mana yang hanya keinginan jangka pendek semata. Apalagi FOMO, kamu harus mengenalinya dengan baik.
Merencanakan investasi
Salah satu langkah yang harus kamu lakukan dalam membuat rencana keuangan adalah merencanakan investasi. Investasi memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan hanya menabung. Mengapa? Inflasi.
Akan tetapi sebelum melakukannya, tentu kamu harus belajar dulu. Ingatlah bahwa investasi memiliki risiko dan hasil yang didapat akan sepadan dengan risiko tersebut. Kelola dengan baik, agar memberikan manfaat yang optimal.
Lengkapi dengan asuransi
Asuransi akan memberikan perlindungan terhadap risiko keuangan yang bisa terjadi, sehingga dapat membantumu merealisasikan rencana secara optimal.
Milikilah setidaknya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa, dan pastikan iuran preminya juga masuk ke dalam anggaran rencana keuanganmu.
Review dan evaluasi
Setelah membuat rencana keuangan dan kemudian merealisasikannya, maka secara berkala juga, lakukanlah review dan evaluasi.
Itulah cara-cara untuk membuat rencana keuangan sendiri.
Rumit? Enggak dong.
Kalau pengin belajar, QM Financial menawarkan cara belajar yang barangkali bisa membantumu membuat rencana keuangan sendiri, yaitu dengan ikut kelas di Udemy. Ada modul basic Berkenalan dengan Financial Planning di mana kamu bisa mulai dulu.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Pengelolaan Keuangan Pasangan Suami Istri dan 5 Fakta Menariknya
Masalah keuangan itu bisa saja terjadi pada siapa pun, termasuk pada pasangan suami istri yang sudah berkeluarga. Faktanya memang, pengelolaan keuangan keluarga itu memang enggak gampang kok, karena melibatkan dua kepala dan menyangkut hajat hidup beberapa orang sekaligus.
Ngomongin soal keuangan keluarga ini menarik, apalagi sekarang di masa pandemi, ketika tantangan ekonomi harus dialami oleh sebagian besar orang. Setelah menelusuri berbagai sumber, QM Financial bisa menemukan beberapa fakta mengenai pengelolaan keuangan keluarga nih, yang cenderung dialami oleh banyak pasangan suami istri, baik secara global maupun di Indonesia. Mau tahu? Yuk, ikuti selengkapnya berikut ini.
Fakta-fakta Menarik Mengenai Pengelolaan Keuangan Pasangan Suami Istri
1. Hanya 20% pasangan yang berdiskusi tentang finansial sebelum menikah
Sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa hanya 1 dari 5 pasangan yang sudah berdiskusi soal keuangan sebelum menikah.
Hal ini tentu saja menarik, karena seharusnya soal keuangan sudah dibicarakan bahkan sebelum menikah. Apa saja yang harus didiskusikan? Mulai dari kondisi masing-masing saat ini terkait kondisi keuangannya, persepsi tentang keuangan, peran pengaturan keuangan, hingga tujuan-tujuan keuangan yang penting dari jangka pendek hingga jangka panjang.
Banyak ya? Iya.
2. 27% pasangan melakukan financial infidelity
Apa itu financial infidelity?
Yaitu kondisi ketika pasangan suami istri tidak saling jujur satu sama lain tentang urusan keuangan. Hal ini pernah dibahas dalam satu artikel dalam situs ini juga. Sila cek link yang sudah ditautkan untuk detailnya ya.
Ini adalah fenomena yang menarik ya, karena ini terjadi cukup jamak juga di sini.
3. 4 dari 10 istri yang bekerja memiliki penghasilan lebih besar daripada suami
Fakta ini diungkapkan oleh statistik US Bureau of Labor. Seharusnya sih soal gaji istri yang lebih besar ini tak jadi masalah, jika memang keduanya sudah sepakat dalam hal ini.
Namun, jika tidak, bisa jadi masalah yang cukup pelik juga. Ditambah lagi dengan persepsi gender roles yang dipegang oleh masyarakat pada umumnya, menjadikan hal yang seharusnya tidak akan jadi masalah jika didiskusikan baik-baik jadi masalah besar.
4. 28.2% perceraian suami istri disebabkan oleh faktor ekonomi
Fakta ini diungkapkan Data Dirjen Peradilan Agama Mahkamah Agung, seperti yang dilansir oleh Lokadata, yang menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 2016 – 2018 terdapat 1,1 juta kasus perceraian, yang 28.2%-nya disebabkan oleh masalah ekonomi.
Masalah ekonomi yang menyebabkan karamnya bahtera rumah tangga ini bisa dari berbagai sebab. Namun, yang menarik adalah salah satu alasan timbulnya masalah ekonomi ini adalah penghasilan istri yang lebih besar daripada suami, dan membuat sang suami menjadi merasa inferior.
Nah, ini berhubungan dengan fakta ketiga di atas, ya kan?
Tambahan lagi, hal seperti ini tak hanya terjadi di Indonesia saja. American Sociological Review pernah mempublikasikan penelitian yang mengungkapkan bahwa suami yang tidak bekerja dapat meningkatkan peluang perceraian hingga 30% dibandingkan dengan pasangan berkarier stabil.
5. 70% pasangan suami istri berselisih soal keuangan setiap waktu
Wah, banyak juga ya?
Ditambah lagi nih, 67% di antaranya ternyata perselisihan soal utang. Hal ini diungkapkan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Fidelity Investment di tahun 2020.
Berbicara soal keuangan dengan pasangan memang bukan perkara gampang bagi semua orang. Salah satunya karena ada budaya tabu untuk membicarakan keuangan.
Kalau dilihat-lihat lagi, fakta-fakta di atas bisa jadi muncul akibat kurangnya komunikasi antara suami istri. Buat yang sudah memiliki komunikasi yang baik dengan pasangan terutama untuk masalah keuangan, bagus! Tinggal lanjutkan.
Nah, buat yang masih bermasalah dengan komunikasi, hmmm, ini nih yang harus segera dicari jalan keluarnya.
Bagaimana kalau bergabung saja di Financial Dialogue vol. 06—sebuah ruang untuk mendiskusikan segala yang finansial, yang sudah disiapkan khusus oleh tim QM Financial. Kali ini mengangkat tema Relationship & Money: Diskusi Finansial bareng Pasangan: Seru atau Buntu?
Menghadirkan:
- Ligwina Hananto, financial lead trainer QM Financial sebagai Nyonya Rumah, yang akan membahas dari perspektif finansial
- Kalis Mardiasih – Penulis & Gender Equality Campaigner, bersama Agus Magelangan – Redaksi Pelaksana Mojok.co dari perspektif keluarga.
- Serta Dra. Rani A. Dewi, M.A. – Couple Relationship Therapist, Pre-Marital Consultant, Inner Self Improvement Coach dari perspektif psikologi.
Financial Dialogue vol. 06 ini akan diadakan di hari Sabtu, 20 Februari 2021, pukul 13.00 – 15.00 WIB melalui webinar ZOOM.
Yuk, segera !
Ditunggu ya!
Tip Investasi Terbaik untuk Tahun 2021
Apa rekomendasi investasi paling menguntungkan di tahun 2021? Apa saja tip investasi terbaik di tahun 2021, agar bisa mendapatkan untung maksimal?
Kalau begini pertanyaannya, jawabannya mudah saja kok. Nggak pakai berpikir terlalu panjang.
Tip investasi terbaik untuk diterapkan tahun 2021 sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya. Yaitu, kembali ke tujuan masing-masing, alias #TujuanLoApa.
Investasi di tahun 2021 masih tetap akan menghadirkan beberapa instrumen investasi yang sudah kita kenal sekarang ini. Mulai dari deposito, reksa dana, obligasi, saham, hingga properti. Mana yang paling menguntungkan? Semuanya dapat memberikan keuntungan yang maksimal asalkan kamu tahu cara pengelolaannya.
Jadi, apa tip investasi yang bisa kita terapkan di tahun 2021 ini?
Meskipun masih sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya, tapi mari kita lihat lagi sekadar untuk merefresh ingatan.
Tip Investasi untuk Tahun 2021
Tujuan Lo Apa?
Mari merefresh kembali berbagai tujuan keuangan yang sudah pernah kita rumuskan, dan cek. Pasalnya, apalah arti investasi jika kamu tak tahu tujuannya untuk apa.
Untuk memudahkan, coba jawab beberapa pertanyaan berikut:
- Apa saja tujuan keuangan yang sudah dapat dicapai di tahun lalu?
- Apa saja tujuan keuangan yang masih jadi PR?
- Apa saja tujuan keuangan yang kira-kira bisa diselesaikan tahun ini?
- Dengan apa tujuan keuangan itu bisa dicapai?
- Seberapa jauh kamu dari tujuan keuangan itu? Kalau dalam konteks nominal, mesti mengumpulkan uang berapa banyak lagi?
Nah, kamu bisa menambahkan pertanyaan yang sesuai dengan kondisimu sendiri.
Jika semua sudah terjawab, maka dari situ kamu bisa membuat rencana investasi yang paling cocok untuk dilakukan di tahun 2021. Perlu ada rebalancing? Perlu menambah instrumen? Atau malah mengurangi?
Kamu sendiri yang menentukan.
Berinvestasilah secara cerdas
Beberapa waktu yang lalu, sempat viral di media sosial, tentang orang-orang yang berinvestasi saham dengan menggunakan uang arisan, uang gadai BPKB mobil, uang titipan, sampai rela berutang di pinjol untuk beli saham yang sedang naik daun.
Well, ini bisa dijadikan sebagai pelajaran. Dengan berinvestasi, kita mengharapkan keuntungan yang dapat menolong kita untuk mencapai tujuan finansial kita—apa pun itu.
Karenanya, perlu analisis yang mendalam untuk bisa menentukan instrumen investasi yang paling cocok—dapat memberikan imbal yang optimal, risiko ditekan, sekaligus jangka waktunya juga pas.
Jadi, untuk tahun 2021 nanti—meski beberapa pihak sudah memprediksikan bahwa dunia investasi akan segera bangkit lagi seiring vaksin COVID-19 yang sudah mulai diedarkan, plus beberapa kabar baik yang kita terima di awal tahun ini—namun tidak ada yang bisa memastikan kondisi akan seperti apa. So, sikap penuh perhitungan tetap diperlukan.
Berinvestasilah dengan dana yang memang sudah dialokasikan untuk investasi. Jaga rasionya, agar tetap seimbang, terutama dengan pos lainnya. Misalnya, belanja kebutuhan sehari-hari, bayar cicilan utang, bayar tagihan utilitas rumah, dan sebagainya. Hal-hal ini jangan sampai diganggu oleh pos investasi.
Konsisten
Konsistensi dan disiplin tetap menjadi senjata utama di setiap tip investasi di awal tahun. Ya, karena memang dua hal tersebutlah koentji dari kesuksesan investasi untuk tujuan keuangan apa pun.
Salah satu strategi investasi yang bisa kamu terapkan demi konsistensi dan disiplin ini adalah praktik Dollar Cost Averaging, atau DCA. Tekniknya adalah dengan strategi cicilan rutin setiap bulan, dalam jumlah yang sama, diinvestasikan ke sejumlah instrumen hingga mencapai nominal target.
Teknik ini bisa kamu lakukan mulai dari nominal Rp100 ribu. Pastinya bukan nominal yang terlalu besar dong ya, buat kamu?
Nah, itu dia 3 tip investasi untuk menghadapi 2021 yang masih belum pasti ini.
Pantau terus portofoliomu ya, jangan sampai kendor. Memang kondisi belum pasti, tetapi kondisi keuanganmu bisa kok dipastikan. Yaitu dengan mengelolanya sebaik mungkin. Tip investasi di tahun 2021 tak begitu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, memang sesederhana itulah prinsip investasi sesungguhnya. Mau tahun 2021, 2022, 2030, prinsipnya mungkin akan tetap sama.
Yang pasti, berinvestasilah dengan cerdas, dan bertolaklah dari kebutuhan, kemampuan, dan tujuan finansialmu. Perhitungkan dengan saksama, agar terhindar dari kesalahan sehingga menyebabkan tujuanmu jadi tak tercapai.
Semoga tahun 2021 ini menjadi tahun yang lebih baik untuk berinvestasi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Dana Pendidikan: Kapan Sebaiknya Mulai Dipersiapkan dan Bagaimana Caranya?
Anak-anak sekolah sudah hampir menyelesaikan semester pertamanya. Sebentar lagi semester kedua dimulai, dan ini berarti buat yang sudah tingkat akhir–kelas 6, kelas 9, dan kelas 12–harus juga segera bersiap untuk kelulusan. Mau nggak mau nih, ujung-ujungnya akan berakhir pada pertanyaan: Dana Pendidikan, apa kabar?
Yes, dana pendidikan bisa dibilang sebagai “proyek” panjang para orang tua. Jangka waktunya bisa mencapai puluhan tahun, kalau dihitung mulai dari playgroup sampai strata-2 atau bahkan strata-3. Berbeda dengan gaya hidup di Amerika Serikat, yang para orang tua rata-rata hanya menyediakan dana untuk pendidikan anak hingga setara SMA alias high school, dan ketika harus kuliah atau masuk college, remajanya harus bekerja paruh waktu atau mengambil student loan, orang tua Indonesia “cukup bertanggung jawab” dan mau membiayai pendidikan anaknya bahkan sampai ke strata 3.
Karenanya, dana pendidikan menjadi salah satu tujuan keuangan terbesar yang dimiliki oleh sebagian besar keluarga.
Lalu, kapan sih sebaiknya mulai menyiapkan dana pendidikan yang paling pas, supaya kalau investasi juga nggak terlalu membebani, jangka waktu juga bisa pas gitu–pas mau dipakai pas sudah terpenuhi target nominalnya?
Jawabannya simpel sebenarnya: sedini mungkin. Semakin cepat semakin baik.
Tapi ya, bagi sebagian orang tua, urgensi dana pendidikan ini kadang kalah dengan yang lain–apalagi kalau si kecil belum usia sekolah. Banyak yang baru kepikiran untuk membuat tabungan khusus dana pendidikan setelah anak-anak mulai sekolah–which is sudah agak terlambat.
Akan tetapi, terlambat itu masih lebih baik ketimbang enggak sama sekali bukan? Jadi, meski terlambat, ayo siapkan dana pendidikan sekarang, dengan memperhatikan beberapa hal berikut.
3 Hal untuk Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak
1. Jangka waktu
Kita sebenarnya bisa membuat planning dana pendidikan ini sesuai kemampuan kita. Memang paling baik adalah memperhitungkan total keseluruhan kebutuhan dana, mulai dari masuk playgroup sampai target pendidikan tertinggi yang bisa dicapai.
Namun kadang, ini bisa membuat orang tua menjadi overwhelming. So, it’s ok kalau misalnya membuat rencana per jenjang pendidikan. Intinya, sesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.
Jika hendak langsung merencanakan kebutuhan total, maka hitung kapan anak mulai start sekolah dan berapa lama ia menempuh pendidikan. Misalnya, si kecil sekarang usia 2 tahun, maka mungkin 2 tahun lagi, kita harus menyiapkan dana untuk masuk TK. Dua tahun kemudian, harus siap untuk masuk SD, 6 tahun kemudian, siap untuk masuk SMP, dan seterusnya.
Kalau mau menyiapkan per jenjang, hati-hati, di sini kadang orang tua salah hitung. Misalnya, anak tahun ini masuk SD. Berarti bukan berarti 6 tahun lagi dia akan lulus loh, tetapi 5 tahun lagi. Dananya kan harus benar-benar sudah siap ketika si kecil nanti naik kelas 6 SD. Kalau 6 tahun lagi, itu artinya dia sudah harus daftar SMP. Terlambat dong, berarti?
2. Jenis dan lokasi sekolah
Terkadang, di sinilah letak masalah dana pendidikan yang paling krusial, yaitu ketika orang tua menentukan jenis sekolah untuk anaknya.
Yah, maklum sih. Namanya orang tua, pasti pengin yang terbaik untuk anaknya. Sayangnya, kadang di sini mereka lupa, bahwa nantinya yang akan bersekolah itu si kecil, dan bukan mereka. Sehingga seharusnya kebutuhan si kecillah yang seharusnya diutamakan.
Banyak kasus anak-anak yang dipaksa di suatu sekolah kurang cocok dengan metode ajar maupun lingkungan sekolah, sehingga si anak menjadi stres. Hal ini tentu saja akan berefek pada hasil belajarnya.
So, lebih baik sesuaikan dengan kebutuhan anak. Apa sih yang bisa memaksimalkan potensi mereka? Lingkungan apa yang paling baik bagi mereka untuk belajar? Metode ajar seperti apa yang cocok?
Setelah kebutuhan anak ketemu, barulah kita screening sekolah yang sesuai–tentunya dengan memperhatikan kemampuan finansial kita juga.
Lokasi sekolah juga menjadi pertimbangan penting loh. Ada yang memang merasa lebih baik menyekolahkan anak di sekolah yang jauh dari rumah, tetapi lebih dekat ke kantor, biar lebih praktis menjemputnya. Ada yang lebih nyaman menyekolahkan si kecil di sekolah yang dekat rumah.
Yang pasti, soal lokasi ini nanti berkaitan erat dengan transportasi. Meski jauh dari rumah, tapi kalau memang transportasinya memungkinkan dan lebih praktis–karena dekat dengan kantor tempat kita bekerja, misalnya–ya kenapa enggak? Kalau dekat dengan rumah, malah repot. Nggak ada yang antar dan jemput, pun juga tak ada siapa pun di rumah kalau si kecil pulang lantaran suami dan istri sama-sama bekerja?
Berbagai pertimbangan seperti ini patut dipikirkan dengan baik, sesuai kondisi masing-masing.
3. Kebutuhan
Biasanya yang dibutuhkan adalah uang pangkal, uang gedung, biaya seragam, uang SPP pertama, dan berbagai kebutuhan lain. Ini berlaku untuk yang hendak bersekolah di sekolah swasta ya.
Untuk yang bersekolah negeri, kebutuhannya pasti berbeda. Kita tinggal menyesuaikan saja. Tetapi, meski sekolah di negeri jauh lebih ringan, bukan berarti juga kita lantas tak menyiapkan dana pendidikan si kecil juga.
Carilah informasi sebanyak-banyaknya terkait kebutuhan dana ini. Setelah ketemu total nominalnya, dengan memperhitunkan future value, kita pun dapat menghitung kebutuhan dana pendidikan secara keseluruhan ketika nanti waktunya sudah tiba.
Karena uang pangkal sekolah yang tahun ini sebesar Rp1 juta, misalnya, dalam waktu 6 tahun lagi, pasti sudah berubah.
Setelah mengantongi nominal kebutuhan, rencana sekolah, dan juga jangka waktu, maka selanjutnya kita bisa mulai membuat rencana yang realistis untuk mulai membangun dana pendidikan anak.
Pertanyaan terbesarnya adalah, dengan kebutuhan yang sebesar itu, bisa enggak kita kumpulkan dengan penghasilan kita yang sekarang–sedangkan kebutuhan lain yang penting juga tak kalah banyaknya?
Bisa saja, dengan investasi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Akhir Tahun 2020, Saatnya Lakukan Review Keuangan Keluarga
Akhir tahun sudah datang. Iya, nggak terasa sudah bulan Desember nih. Gimana kabarnya sampai dengan hari ini? Apakah tahun 2020 cukup berat untukmu? Ataukah, malah merupakan tahun yang justru memberimu banyak rezeki?
Iya, memang tahun 2020 ini luar biasa. Pandemi COVID-19 yang menyerang membuat kita seakan lumpuh hampir setahun penuh. Mungkin kamu termasuk mereka yang terkena imbas hingga membuatmu mengalami kesulitan keuangan. Tapi ada juga yang merasa pandemi ini justru membuka peluang-peluang baru yang sebelumnya cuma jadi keinginan belaka, tanpa sempat mewujudkanya.
Namun, apa pun kondisinya, setuju kan, bahwa kita patut tetap bersyukur? Baik atau buruk, kita bisa mengambil pelajaran yang berharga dari tahun 2020 ini.
Nah, jelang akhir tahun, berarti ini waktunya melakukan review keuangan–terutama keuangan keluarga.
Memangnya penting ya?
Penting dong. Hasil review keuangan akhir tahun–baik itu keuangan pribadi maupun keluarga–bisa kita gunakan nantinya untuk memperbaiki kondisi keuangan kita di tahun 2021, sekaligus untuk melihat seberapa dekat kita dengan tujuan keuangan yang sudah kita tentukan sebelumnya.
Apalagi soal keuangan keluarga, yang hajat hidupnya banyak. Rencana keuangan banyak, karena kebutuhan dan tujuan keuangannya juga nggak sedikit. Belum lagi melibatkan banyak nyawa; pasangan, dan anak-anak. Oh iya, tak ketinggalan kalau kita adalah sandwich generation. Ada keluarga besar juga yang harus diurus.
Jadi, apa saja nih yang perlu dilakukan review?
3 Hal Keuangan Keluarga yang Harus Direview di Akhir Tahun
1. Pemasukan dan pengeluaran
Ini adalah hal pertama yang harus dilakukan ketika review akhir tahun.
Things changed. Banyak yang berubah di tahun 2020. Kondisi berubah, kebiasaan berubah, dan akhirnya memengaruhi pemasukan dan pengeluaran kita.
Bagaimana kondisi pemasukan uang di tahun 2020? Apakah berkurang, karena adanya pandemi? Atau bahkan hilang sama sekali, dan kamu harus mencari peluang lain? Atau justru malah bertambah?
Lalu, bagaimana dengan kondisi pengeluarannya? Apakah ada yang berubah atau disesuaikan? Pos yang sebelumnya ada jadi enggak ada, yang sebelumnya nggak ada jadi ada? Pengeluaran bertambah? Atau justru berkurang? Bagaimana pergerakannya dari bulan ke bulan? Apakah ada hal-hal yang bikin boncos atau bocor alus?
Cek apakah cash flow tetap positif sampai akhir tahun ini. Apakah kamu tetap bisa menabung? Atau justru kamu sudah memakai tabunganmu untuk menyambung hidup?
Jika ternyata negatif, diskusikan dengan pasangan untuk mencari jalan keluar agar di tahun 2021 nanti, cash flow bisa lebih baik. Memang ini adalah masa yang berat. Karena keluarga adalah tanggungan berdua, maka sebaiknya solusi juga dicari bersama.
2. Tujuan keuangan dan investasi
So far, sudah punya tujuan keuangan apa saja sih? Dana pendidikan anak? Dana renovasi rumah? Dana pensiun? Bagaimana posisinya sampai hari ini? Adakah yang harus disesuaikan dengan rencananya? Semoga sih enggak terlalu banyak yang berubah ya?
Cek juga performa instrumen investasi yang sudah dipilih untuk melayani kebutuhan tujuan keuangan keluargamu. Mungkin memang belum pulih seutuhnya lantaran terkena imbas badai pandemi. Tapi, setidaknya, apakah grafiknya sudah naik lagi?
Di akhir tahun ini, pergerakan instrumen-instrumen investasi sudah cukup menggembirakan. Setidaknya, dibandingkan dengan yang terjadi di awal – pertengahan tahun ya. Untuk tujuan keuangan keluarga yang masih cukup panjang, kamu tak perlu merasa terlalu khawatir. Lakukan saja pemantauan secara rutin dan review investasimu secara berkala. Namun, bagi kamu yang sudah mendekati target tujuan keuangan, ada baiknya pertimbangkan untuk memindahkan dana investasi di instrumen tinggi risiko ke instrumen yang lebih rendah risiko.
Lagi-lagi, diskusikan dengan pasangan, bagaimana baiknya.
3. Aset dan kewajiban
Kewajiban di sini berarti utang. Ini juga menjadi salah satu hal yang wajib direview nih di akhir tahun.
Bagaimana posisi utang sekarang? Sudah berapa persen utang pokok terbayar? Apakah sampai saat ini rasio cicilan masih di bawah 30% dari penghasilan–mengingat mungkin penghasilan berkurang tahun ini? Apakah keluargamu masih terlalu banyak melakukan utang konsumtif?
Apakah kamu punya cukup aset–yang nilainya lebih besar daripada utang? Apakah tahun ini, kamu bisa menambah aset? Apakah aset yang kamu miliki mampu menghasilkan pemasukan?
Lakukan review menyeluruh. Kebiasaan keuangan yang sudah baik dan sehat harus dipertahankan, dan cari solusi untuk mengatasi hal-hal yang masih belum sehat.
Nah, sampai di sini, seharusnya sih kamu sudah punya cukup bahan nih untuk membuat rencana baru agar keuangan di tahun 2021 lebih baik.
So, siap untuk melakukan review akhir tahun terhadap keuangan keluarga sekarang?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.