3 Langkah Mengatur Keuangan dan Memperbaiki Kondisi yang Sudah Tak Sehat bagi Karyawan
Sebagai karyawan, banyak di antara kita yang masih terjebak dalam kondisi paycheck to paycheck, alias hidup dari gaji ke gaji. Baru terima gaji, banyak uang, lalu habis. Tanggal tua, merana, menghitung hari kapan gajian lagi. Kondisi ini jamak banget dijumpai, padahal sebenarnya bisa diatasi dengan satu hal saja: mengatur keuangan dengan lebih baik.
Yang namanya gaji, memang relatif. Kadang gaji kecil, ya cukup-cukup saja dipakai buat hidup. Gaji besar kadang terjadi sebaliknya. Kok bisa gitu? Banyak sebab sih, karena kondisi orang juga berbeda satu dengan yang lain.
Ada yang memang tanggungannya banyak. Ada yang memang belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatur uang, dan sebagainya.
Padahal, keuangan yang sehat adalah pangkal hidup sejahtera. Kita kan tak bisa memungkiri, bahwa hidup itu butuh biaya. Karena itu, sudah pasti harus siap dengan biaya yang sepadan juga. Baik yang punya tanggungan banyak, ataupun yang memang belum punya keterampilan, semua bisa diatasi dengan satu cara: belajar mengatur keuangan.
Memang personal finance is very personal. Tak ada rumus yang sama untuk memperbaiki setiap masalah keuangan yang terjadi, karena semua tergantung kondisi masing-masing. Tetapi, untuk memperbaiki dan mengatur keuangan yang sudah telanjur tak sehat, kamu bisa mulai dari 3 langkah sederhana ini.
Memperbaiki Kondisi dan Mengatur Keuangan yang Sudah Tak Sehat
1. Perkecil rasio utang
Biasanya, utang memang jadi biang kerok tidak sehatnya keuangan kita. Rerata sih karena rasionya besar, lebih dari 30%.
Apakah ini yang juga terjadi padamu? Ayo, coba dihitung. Ada berapa cicilan yang harus kamu bayar setiap bulannya? Coba dibuat daftar yang terdiri atas besarnya utang total, besarnya bunga, berapa cicilannya, berapa lama lagi lunasnya, dan kepada siapa.
Memang harus detail ya, agar kamu bisa mendapatkan gambaran betapa tidak sehatnya kondisi keuangan kamu, sehingga kamu bisa membuat rencana untuk memperbaiki dan mengatur keuangan kamu.
Setelah daftarnya selesai, coba lihat, berapa total cicilannya? Apakah melebihi 30% dari penghasilan rutinmu? Jika iya, bisa jadi memang ini yang jadi ‘penyakit’-nya.
Segera cari solusi untuk bisa mengurangi rasio utang, hingga di bawah 30% ya. Butuh tekad dan niat yang besar, juga kerja keras untuk melakukannya.
2. Catat dan pantau cash flow
Salah satu ciri keuangan sehat adalah cash flow yang positif.
Cash flow adalah kelancaran antara uang masuk dan uang keluar. Jika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, maka itu berarti cash flow kamu negatif. Sedangkan, jika pemasukan lebih besar daripada pengeluaran, maka ini artinya cash flow positif, dan inilah yang disebut dengan kondisi keuangan yang sehat.
Untuk bisa menentukan apakah positif atau negatif, maka kamu perlu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan dalam satu bulan. Nanti akan terlihat bagaimana kondisinya, apakah pengeluaran lebih besar daripada pemasukan?
Jika pengeluaran sama dengan atau memang lebih besar daripada pemasukan, maka kamu perlu untuk segera mengatur keuangan kamu. Cari bagian mana dalam pengeluaran kamu yang memiliki porsi besar. Lalu cermati, apakah memang perlu sebesar itu? Bisakah dikurangi? Teliti juga bagian lainnya yang mungkin bisa membuatmu boncos berkepanjangan.
3. Buat tujuan keuangan dan disiplin
Bisa jadi, kondisi keuanganmu tak sehat disebabkan karena kamu tak punya tujuan keuangan. Buatmu, hidup ya gini-gini aja. Just go with the flow. Mengikuti ke mana angin berarah. Tsah.
Yah, enggak salah sih. Kadang memang ada tipe orang santuy seperti ini. Kita toh enggak boleh menghakimi, ya kan?
Namun, tanpa tujuan memang hanya membuatmu di situ-situ saja. Ibarat mau pergi, pastinya kita akan menentukan tujuan. Baru kemudian mencari tahu, berapa lama perjalanannya, dan bisa naik apa agar sampai ke tujuan tersebut.
Begitu juga dengan hidup. Tujuan keuangan itu penting untuk kita miliki, agar kita bisa maju dan lebih baik. Setelah ada tujuan keuangan, baru deh kita tentukan jangka waktu dan instrumen yang cocok agar bisa mewujudkan tujuan tersebut.
So, enggak heran kan, kalau keuangan kamu nggak jelas, karena tujuan hidup aja enggak ada.
Jadi, mau ngapain ke depannya? Mau menikah? Mau sekolah lagi, lanjut ke jenjang berikutnya? Mau liburan ke luar negeri? Mau beli mobil baru? Mau beli rumah? Mau umrah? Kesemua inilah yang disebut tujuan keuangan. Tentukan dulu, baru kemudian tanyakan, kapan mau mewujudkannya?
Dengan adanya tujuan, hidup kamu akan lebih fokus dan tertarget. Kamu juga termotivasi untuk mengatur keuangan lebih baik, dan akhirnya bisa menyehatkan kondisi keuanganmu.
Yuk, belajar mengatur keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Itu Portofolio Investasi, dan Bagaimana Cara Menyusunnya secara Pas?
Portofolio investasi ibarat rapor untuk seorang investor. Dalam sebuah portofolio, akan terlihat rincian bagaimana seseorang mengalokasikan aset investasinya.
Portofolio investor bisa terdiri atas berbagai macam aset, yang dikumpulkan dengan tujuan dan pertimbangan tertentu. Bisa mencakup kumpulan saham, obligasi, tabungan, juga bisa terdiri atas mata uang asing, emas, properti, dan nft art, misalnya.
Mari kita lihat lebih lanjut mengenai portofolio investasi ini.
Apa Itu Portofolio Investasi?
Portofolio investasi merupakan kumpulan seluruh aset yang dimiliki, yang terdiri atas berbagai instrumen yang dapat membantu sang investor untuk mencapai imbal terbaik, sesuai dengan profil risiko yang dimiliki oleh si investor.
Portofolio bisa terdiri dari beragam bentuk investasi, atau bisa juga terdiri atas satu kelas aset saja. Misalnya reksa dana, atau saham.
Dalam sebuah portofolio investasi, ada berbagai instrumen yang dikumpulkan sesuai dengan berapa banyak dana yang ingin diperoleh, tergantung tujuan investasi yang dimiliki. Hal ini terkait juga dengan gaya hidup, tingkat toleransi terhadap risiko, serta kemampuan finansial si investor.
Tujuan Membuat Portofolio Investasi
Tujuan seorang investor membangun portofolio investasi adalah untuk menyediakan media kerja agar uang dapat menghasilkan uang lagi bagi si investor. Portfolio ini yang akan menjadi alat kendali dan pemantau akan hasil kinerja investasi yang sudah dilakukan.
Dari data yang ada dalam portofolio investasi, kamu sebagai investor juga kemudian dapat membuat rencana diversifikasi dan penyeimbangan aset, sehingga tidak terkumpul pada satu sektor saja. Aset ini disebar agar meminimalkan risiko dan mengoptimalkan potensi imbal yang bisa diperoleh.
Diversifikasi adalah salah satu langkah penting dalam investasi loh! Dan, hal ini bisa dilakukan jika kamu punya portofolio investasi yang sudah solid.
Cara Menentukan Portofolio Investasi yang Tepat
Kalau begitu, gimana cara menentukan portofolio investasi yang tepat ya?
Ya, sebenarnya mudah saja. Semua kembali ke kamu, dan 3 pertanyaan berikut ini.
1. #TujuanLoApa
Kamu mau investasi untuk apa? Untuk dana menikah? Dana pendidikan anak? Dana pensiun? Dana liburan?
Setelah tahu mau dipakai untuk apa, selanjutnya kamu harus menentukan jangka waktunya. Masih berapa lama lagi tujuan itu ingin kamu targetkan untuk tercapai. Misalnya dana menikah, akan dipakai untuk menikah satu tahun lagi. Atau, dana pendidikan anak, akan dipakai untuk anak masuk SD 3 tahun lagi. Atau juga dana pensiun, yang akan dipakai 20 tahun lagi?
Untuk tujuan investasi jangka panjang, maka kelas aset yang seharusnya lebih besar adalah saham, dibandingkan kelas aset yang lain. Sebaliknya, jika tujuan investasinya jangka pendek, maka kelas aset pasar uanglah yang mendapatkan proporsi terbesar.
2. Profil risiko
Ada 3 profil risiko yang bisa dikenali pada diri investor, yaitu:
- Konservatif, adalah mereka yang kurang toleran terhadap risiko kerugian. Jantungan banget deh, kalau lihat kondisi keuangan yang krisis.
- Moderat, adalah mereka yang sudah dapat menoleransi risiko, tetapi juga masih suka cari aman.
- Agresif, adalah mereka yang fokus untuk meraih keuntungan yang semaksimal mungkin dengan memanfaatkan setiap instrumen yang sesuai.
Nah, kamu termasuk yang mana nih?
Memang, untuk bisa menyusun portofolio investasi yang pas, adalah penting bagimu untuk mengenali diri sendiri lebih dulu. Hal ini penting, agar kamu nggak emosian, nggak mudah tergoda tren sesaat, dan nggak panik ketika nilai investasimu turun seiring kondisi pasar yang juga menurun.
3. Modal
Jika kamu punya modal yang besar, tentu saja kamu akan lebih fleksibel dalam menentukan portofoliomu. Banyak instrumen yang bisa kamu eksplorasi, dan pilih yang sesuai dengan kebutuhan.
Namun, jika modalmu minim, maka kamu juga harus menyesuaikannya, dan kemudian membuat strategi tertentu agar tetap dapat berinvestasi secara konsisten.
Contoh Membangun Portofolio Investasi
Sebut saja Bunga (sudah pasti bukan nama sebenarnya). Ia adalah seorang karyawan mid-management, dengan gaji Rp20 juta per bulan. Untuk investasi, Bunga mengalokasikan 20% dari gajinya, yang berarti sebesar Rp4 juta.
Bunga ingin membangun dana pensiun untuk dirinya sendiri. Setelah dihitung-hitung dan dianalisis, Bunga ingin membangun portofolionya pada saham. Dipilihlah saham dividend-aristocrate dengan harapan dividennya bisa menjadi passive income di kemudian hari.
Namun, dengan kondisi yang belum stabil pasca pandemi seperti sekarang, dan juga Bunga masih merasa newbie dan belum berani menanggung risiko yang terlalu besar, Bunga pun memperluas pilihan investasinya. Dipilihlah Reksa Dana Pendapatan Tetap, yang proporsi alokasi investasinya ada pada obligasi untuk melengkapi portofolionya.
Dari diversifikasi tersebut, Bunga mempertimbangkan, bahwa risiko investasi saham paling maksimum yang bisa ditoleransi baginya adalah 60%. Dengan demikian, Bunga menempatkan dana sebesar Rp2.400.000 pada saham pilihannya. Sedangkan sisanya, ia setorkan ke manajemen investasi untuk alokasi Reksa Dana Pendapatan Tetapnya.
Dengan demikian, selanjutnya Bunga tinggal setor sesuai alokasi yang sudah dibuatnya pada dua instrumen pilihannya.
Mau Belajar Cara Membangun Portofolio Investasi yang Pas?
Nah, itu contoh sederhana dari Bunga, yang merasa cukup dengan 2 jenis instrumen saja. Dari portofolio sahamnya, sebenarnya juga bisa kalau mau diulik lagi. Misalnya, sekian persen untuk saham dividend aristocrate, lalu sebagian yang lain dialokasikan untuk saham jenis growth stock, untuk memaksimalkan pertumbuhannya.
Mau belajar menyusun portofoliomu sendiri? Yuk, join Special Class Saham dari QM Financial! Cek jadwalnya, dan segera daftarkan diri supaya nggak kehabisan seat
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal pada Investasi Saham: Apa sih Bedanya?
Dalam investasi saham, kita perlu untuk mempelajari juga teknik analisisnya. Untuk apa? Tentu saja, agar kita dapat memilih saham terbaik, yang bisa memberikan imbal yang optimal demi tercapainya tujuan keuangan kita. Ada 2 teknik analisis yang bisa digunakan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Masing-masing analisis punya teknik dan manfaatnya sendiri-sendiri untuk kamu yang pengin berinvestasi saham dalam jangka menengah maupun panjang. Bisa juga loh, digunakan untuk trading, jika memang kamu berminat untuk menjadi seorang trader saham.
Teknik analisis ini akan dapat membantumu untuk memperhitungkan dan memproyeksikan sampai sejauh mana imbal yang bisa kita dapatkan dari satu saham yang diincar dan pengin dibeli. Kalau kamu bisa menguasainya dengan baik, kamu bahkan tak perlu pusing-pusing mencari rekomendasi saham sana-sini, dan bisa membuat keputusan sendiri.
Tapi, apa ya bedanya analisis fundamental dan analisis teknikal saham? Bakalan pusing nggak ya, kalau belajar keduanya? Kalau umpamanya belajar satu per satu dulu, mana yang bisa lebih dahulu dipelajari?
Banyak pertanyaan yang muncul, ya kan? Tapi mari kita awali dulu dari pengertian analisis saham itu sendiri.
Apa Itu Analisis Saham?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis artinya adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
So, bisa disimpulkan kalau analisis saham itu berarti penyelidikan atau penelaahan terhadap emiten penerbit saham tertentu, untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terkait saham itu dan perusahaannya. Tujuan penyelidikan ini jelas, yaitu untuk menentukan apakah saham perusahaan tersebut menguntungkan atau tidak.
Dalam melakukan analisis saham, ada 2 pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis Fundamental Saham
Prinsip analisis fundamental saham ini adalah melakukan penelaahan terhadap hal-hal yang bersifat umum dalam kinerja perusahaan atau emiten.
Saat melakukan analisis fundamental, kita akan banyak mencermati hal-hal mendasar yang terjadi pada sebuah perusahaan, misalnya melihat laporan keuangannya, meneliti neracanya, mengamati tingkat persaingan dan perkembangan bisnis ke depannya, hingga melihat juga kondisi makro dan mikro yang dapat membentuk sentimen hingga memengaruhi harga saham.
Karena cakupannya lebih umum, maka teknik pendekatan analisis fundamental ini akan sesuai digunakan oleh kamu yang memiliki tujuan investasi jangka panjang.
Analisis Teknikal Saham
Seperti istilahnya, teknik analisis ini akan dilakukan dengan pendekatan teknis terhadap statistik grafik historis harga saham. Kamu barangkali akan perlu untuk menelusuri berbagai grafik—salah satunya adalah yang berbentuk candlestick—dan juga utak atik rumus matematis. Di sini, kita juga akan banyak mengulik kecenderungan pergerakan tren, support and resistance, sampai waktu transaksi yang tepat.
Analisis teknikal dilakukan agar investor—dan juga trader—tahu kondisi pasar saat ini berdasarkan jejak rekam pergerakan harga di masa lalu, yang kemudian dapat diproyeksikan untuk pergerakan harga ke depannya.
Kayak meramal dong? Nggak juga sih, karena di sini ada hitung-hitungannya, dan hasilnya bisa cukup akurat. Nggak sama banget dengan meramal nasib perjodohan kamu dengan dia.
Analisis teknikal biasanya dimanfaatkan oleh para trader harian, demi bisa mendapatkan keuntungan optimal dalam jangka pendek. Tapi, banyak investor jangka panjang yang juga menggunakan analisis ini, karena dengan analisis ini, kita bisa memperkirakan dengan lebih akurat, kapan waktu yang tepat untuk membeli saham.
Jadi, Lebih Bagus yang Mana?
Nah, kalau ada pertanyaan yang lebih bagus yang mana, ya tak bisa tidak, kita harus kembali pada: #TujuanLoApa?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa masing-masing pendekatan analisis saham punya teknis dan manfaatnya sendiri-sendiri. Analisis fundamental akan lebih bagus digunakan untuk investasi jangka panjang, sedangkan analisis teknikal untuk trading jangka pendek.
Namun, sebenarnya keduanya ini juga saling melengkapi. Analisis fundamental yang kamu lakukan hasilnya akan lebih komprehensif jika juga kamu lakukan analisis teknikal. Begitu juga sebaliknya. Karena pada dasarnya, kita bisa memanfaatkan keduanya untuk sebaik-baiknya hasil yang bisa kita dapatkan.
So, mau belajar untuk analisis saham? Kebetulan nih, QM Financial punya kelas khusus untuk belajaar analisis saham. Tertarik? Yuk, cek jadwal kelas finansial online QM Financial, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gaya Hidup Childfree Dipilih karena Dana Pendidikan Anak yang Tinggi?
Dunia maya heboh dengan gaya hidup childfree yang dipopulerkan oleh salah satu influencer. Jadi topik hangat deh di mana-mana, dan tentu saja, diwarnai dengan pro dan kontra.
Bagaimana dengan kamu? Kamu termasuk tim pro atau tim kontra? Atau, bodo amat, asal nggak ngerugiin orang lain?
Yah, yang namanya gaya hidup memang jadi hak setiap orang buat memilih mana yang akan dijalani, betul? Dan, memang, asalkan tidak membuat rugi pihak lain, juga sehat untuk diri sendiri, ya kenapa enggak dijalankan?
Alasan Seseorang Memilih Childfree
Childfree adalah keputusan untuk tidak punya anak oleh pasangan yang sudah menikah. Keputusan seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Bahkan, sudah lama banyak yang memang memutuskan untuk tidak punya anak setelah menikah, meskipun ini menjadi unpopular opinion di Indonesia yang budaya nenek moyangnya masih kental. Cuma ya, tadinya—entah karena alasan privacy, atau juga karena peran media sosial—nggak seheboh ini.
Sebenarnya keputusan untuk childfree atau pilihan yang lainnya, itu menjadi privilege masing-masing pasangan. Tapi apa yang mendasari sepasang suami istri memutuskan untuk childfree alias tak punya anak? Ada beberapa alasan sih:
- Masalah kesehatan, karena mungkin salah satu pasangan kesehatannya rentan jika punya anak
- Tak siap mental menjadi orang tua, karena yah, memang berat banget tuh tuntutan untuk menjadi orang tua.
- Ingin fokus pada karier
- Masalah finansial
Nah, yang menarik tentu saja alasan terakhir. Of course, QM Financial akan membahasnya dari sisi finansial, karena QM Financial bukan konsultan pernikahan, apalagi tempat praktik dokter kandungan.
Biaya-Biaya Punya Anak
Kita sudah mafhum, bahwa biaya untuk punya anak itu tidaklah murah. Mulai dari saat ibu hamil, sampai nanti ketika anak selesai kuliah, selama itu pula semua hal yang terjadi pada anak menjadi tanggung jawab orang tua.
Ada beberapa biaya yang kemudian muncul, begitu kita memutuskan untuk punya anak.
1. Biaya kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan
Dari mulai program hamil, selama masa kehamilan, hingga menjelang persalinan, orang tua harus siap dengan berbagai biaya, mulai dari biaya kontrol dokter, vitamin-vitamin, asupan gizi yang baik, dan sebagainya. Biaya kontrol dokter bisa saja gratis, kalau kontrolnya ke puskesmas. Tapi biaya lain, tetaplah ada.
Tiba saatnya bersalin, kalau bisa melahirkan secara alami sudah pasti akan terjangkau. Tapi, kalau ada masalah kesehatan, ya mesti siap operasi. Ini belum termasuk ongkos rumah sakitnya.
Pascapersalinan, ibu dan bayi juga akan butuh perawatan ekstra. Belum lagi kalau butuh jasa babysitter, daycare, atau ART juga kan?
2. Biaya kebutuhan dasar anak
Mulai dari pangan, sandang, papan, hingga kenyamanan, sudah pasti harus dipenuhi oleh orang tua yang baik.
Di sini termasuk juga kebutuhan hiburan untuk anak, yang ternyata tak dikategorikan ke biaya kebutuhan pokok, tapi justru banyak juga bujetnya. Ajak anak-anak main, jajan, mainan, ini itu, … yang nominalnya kadang kecil, tapi karena cukup sering ya, jadinya lumayan juga. Dengan childfree, pasangan sudah pasti hanya perlu fokus pada kebutuhan berdua saja.
3. Biaya pendidikan
Nah, ini nih, yang sepertinya paling banyak dinilai menjadi yang terbesar dari semua biaya yang muncul begitu punya anak. Kita juga nggak bisa memungkiri kok, kalau biaya pendidikan di Indonesia kian mahal dari tahun ke tahun. Dan maklum banget, jika ada yang memutuskan childfree untuk menghindari biaya di sisi ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik, rata-rata inflasi yang timbul dari sektor pendidikan periode 2009 – 2019 mencapat 3.75%. Tapi pada praktiknya, kita bisa melakukan survei sendiri, dan biaya pendidikan itu naik antara 10-20% setiap tahunnya.
Kenapa biaya pendidikan bisa begitu mahal? Nah, ini sudah pernah kita bahas pada artikel sebelumnya. Boleh diintip ya.
Sebenarnya, untuk biaya pendidikan, ini bisa loh kita siapkan lebih dulu, sehingga tak memberatkan ketika sudah waktunya untuk menyekolahkan anak, dan tak harus membuat keputusan untuk childfree. Kapan mulai bisa dipersiapkan? Sesegera mungkin. Kalau bisa, bahkan, sejak ibu mulai hamil.
Bisa kok, bisa, asalkan disiplin dan rencana keuangannya sudah komprehensif. Bahkan, kita juga bisa merencanakan dana pendidikan anak, sekaligus membuat rencana untuk tujuan finansial lain, seperti punya rumah hingga dana pensiun.
Gimana ya, caranya membuat rencana dana pendidikan anak yang baik? Apa saja pilihan cara menyisihkan uang? Lalu, bagaimana triknya supaya selain dana pendidikan anak terpenuhi, kebutuhan hidup yang lain juga tercukupi, sementara penghasilan orang tua pasti bukannya tak terbatas juga.
Nah, gabung saja yuk, di kelas Dana Pendidikan di Financial Clinic Online Series QM Financial. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kiat Amankan Tabungan untuk Karyawan yang Suka Sabotase Keuangan Sendiri
Bukan orang jahat atau scammer yang menjadi ancaman bagi keuangan kita. Kadang, ancaman itu justru datang dari kita sendiri yang suka menyabotase tabungan. So, kita perlu trik khusus nih, demi amankan tabungan.
Berarti, kita sebenarnya lebih “berbahaya” daripada para scammer itu ya? Iya.
Hal ini juga diungkap oleh sebagian besar klien dan peserta training keuangan karyawan yang diselenggarakan oleh QM Financial. Ternyata cukup banyak karyawan yang enggak bisa menabung, lantaran lebih sering disabotase sendiri.
Bayangkan saja. Kita sudah susah payah menyisihkan sebagian gaji kita sebagai karyawan untuk bisa ditabung. Padahal, kita menabung (dan juga berinvestasi) agar kita bisa mewujudkan mimpi kita, betul? Sayangnya, tujuan dan mimpi nggak jadi kenyataan, lantaran tak jarang kita malah menyabotasenya sendiri.
Usaha menabung itu enggak mudah. Apalagi kalau kita adalah karyawan dengan gaji yang masih pas-pasan, pun buat sebagian orang yang memang punya beberapa kebiasaan kurang baik dalam keuangan. Bagi mereka, menabung jadi perjuangan tersendiri. Kebayang kan, sudahlah susah menabung, eh masih saja terus disabotase.
So, kita memang perlu tahu cara amankan tabungan nih. Bagaimana menghindarkan tabungan dari “tangan usil” kita sendiri.
Simak ya, ulasannya berikut ini.
5 Kiat Amankan Tabungan dari Usaha Sabotase Kita Sendiri
1. Tetapkan tujuan untuk berbagai aktivitas keuanganmu
Sabotase keuangan sendiri itu kadang terjadi lantaran kita enggak punya motivasi atau target dalam melakukan pengelolaan keuangan, sehingga kita pun jadi tak fokus pada apa yang ingin kita raih dalam hidup.
Taruhlah, menabung. Kita enggak tahu mau untuk apa uang di tabungan itu kalau nanti sudah terkumpul. Karena toh enggak ada target, nggak ada kebutuhan apa-apa, ya sudah, dipakai saja buat kebutuhan sekarang.
Coba rasakan bedanya, ketika kita memberikan “judul” untuk tabungan kita.
Misalnya, dana yang akan terkumpul dalam tabungan ini untuk dana darurat. Dana ini nanti akan dipakai kalau-kalau perlu uang dadakan, untuk keperluan urgent, misalnya biaya servis laptop rusak, ganti ban bocor, kendaraan atau elektronik rewel, dan sebagainya.
Karena ada dana di tabungan itu nanti bakalan ada gunanya, maka kita pun bisa amankan tabungan dari upaya sabotase sendiri.
2. Kenali pos mana yang sering menjadi “pemancing” sabotase tabungan
Apa yang sering menjadi penyebab kamu menyabotase tabungan sendiri? Ini penting untuk kamu sadari agar bisa amankan tabungan.
Apakah kamu mudah tergoda diskon dan promo? Apakah kamu terlalu gampang mengiyakan ajakan untuk hangout di kafe setiap afterhours? Apakah kamu kecanduan games yang mengharuskanmu membeli gems, rubies, atau sejenisnya untuk naik level?
Cermati, apakah hal-hal tersebut bisa dikurangi, dihindari, atau dihemat?
Misalnya, karena kamu mudah tergoda diskon dan promo, maka kurangi kegiatan window shopping—baik secara offline maupun online. Kamu boleh ambil promo dan diskon hanya untuk barang-barang esensial yang benar-benar kamu butuhkan, bukan keinginan semata.
Atau, karena kamu memang enjoy hanging out dengan teman-temanmu, maka tak apa sekali waktu mengiyakan ajakan mereka. Tetapi, batasi, misalnya sebulan dua kali saja.
Lakukan langkah penghematan di sana-sini, lalu mari kita ke poin berikutnya.
3. Pisahkan rekening
Pisahkan rekening yang alokasinya untuk hal-hal yang termasuk dalam poin dua di atas demi amankan tabungan.
Misalnya, kamu memanfaatkan salah satu aplikasi dompet digital sebagai rekening khusus buat belanja promo dan diskon di marketplace. Atau khusus untuk hangout, kamu pakai rekening khusus juga. Kalau saldo dalam rekening khusus ini habis, maka kamu harus menunggu sampai diisi kembali untuk digunakan lagi.
4. Batasi keinginan utang
Oke, sudah membatasi saldo di rekening alternatif, bakalan percuma kalau lantas kepikiran buat utang.
Batasi keinginan utang untuk amankan tabungan, apalagi jika hendak kamu pakai untuk segala keperluan yang bisa memancing kamu menyabotase tabungan sendiri.
Sebenarnya, utang seperti misalnya kartu kredit itu banyak juga manfaatnya. Bahkan, dalam satu dan lain kasus, kartu kredit juga cukup bisa bantu kita mengendalikan pengeluaran loh. Tapi, ya butuh kejelian untuk mengaturnya.
Gunakan dan manfaatkan fasilitas utang yang tersedia, hindari utang yang tak perlu—yang malah menambah beban keuanganmu.
5. Disiplin
Disiplin adalah koentji kalau mau amankan tabungan dari upaya sabotase dari diri sendiri. Kamu bisa mencontoh cara orang Jepang nih dengan cara atur uang kakeibonya.
Kita harus mengakui, bahwa setiap orang pasti punya kebiasaan buruk yang terkait dengan keuangan. Namun, dengan pemahaman diri sendiri yang baik, dan kemudian diiringi dengan disiplin demi hidup yang lebih baik, pastinya kita kemudian bisa dong pelan-pelan mengubah kebiasaan tersebut.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Keuangan Ideal ala Pasangan Menikah Zaman Dulu vs Zaman Sekarang
Menikah adalah salah satu momen paling membahagiakan dalam hidup. Menjadi pasangan menikah ada banyak hal yang mesti diperhatikan, dikomunikasikan dan juga saling menghormati. Termasuk di dalamnya tentang masalah keuangan.
Masalah keuangan ini jangan dianggap sepele karena bisa berujung pertengkaran dan yang tak mengenakan adalah perpisahan. Duh, jangan sampai deh ya.
Sebenarnya jika dilihat ada banyak perubahan yang terjadi dengan pasangan menikah sekarang ini dibandingkan zaman dulu. Ini tak lepas dari peran arus informasi yang kini sangat terbuka. Banyak pasangan menikah mendapatkan insight baru dalam hal pengelolaan keuangan.
Contoh kecil nih, dulu kaum perempuan sangat minim akan pengetahuan tentang investasi. Sekarang ini menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, investor perempuan meningkat signifikan sebesar 55,8% untuk pembelian instrumen obligasi ritel seri ORI017, 57,82% untuk ORI018 dan 58,25 sukuk ritel seri SR014.
Apa saja perubahan yang terjadi terhadap keuangan ideal pasangan menikah zaman dulu vs zaman sekarang? Berikut ulasannya!
Keuangan Ideal ala Pasangan Menikah Zaman Dulu vs Zaman Sekarang
Zaman Dulu
1. Suami sebagai pencari nafkah utama
Sudah menjadi mindset umum bahwa suami adalah pencari nafkah utama di keluarga. Semua beban keuangan ada di pundak suami. Berat? Sudah pasti.
Inilah yang sering kali menjadi pemicu terjadinya ‘jarak’ antara ayah dan anak karena minimnya waktu untuk berinteraksi karena tuntutan hidup seorang ayah mesti memenuhi kebutuhan keluarga. Seorang ayah, bekerja tanpa lelah demi kesejahteraan keluarga.
2. Istri atur uang
Ya, suami menjadi pencari nafkah utama, istri yang mengatur uang. Ini udah pakem pasangan menikah zaman dulu.
Di zaman dulu memang kedua hal inilah yang menjadi financial goals dari pasangan menikah. Tak ada muluk-muluk karena zaman dulu belum secanggih saat ini. Belum ada kafe kekinian, teknologi pun belum semaju sekarang ini.
Sayangnya, sering ditemui ‘lubang’ di keuangan ideal ala pasangan zaman dulu, yaitu tidak terbukanya masalah keuangan. Banyak kasus terjadi ketika seorang istri tidak mengetahui dengan pasti berapa besaran gaji suaminya.
Belum lagi soal sangat minimnya pengetahuan akan investasi. Jika dilihat, pasangan menikah zaman dulu lebih menyukai instrumen investasi berupa emas dan properti. Tak heran kan, kalau orang kaya zaman dulu memiliki itu banyak tanah.
Bagaimana dengan keuangan ideal ala pasangan menikah zaman now?
Ternyata terjadi banyak pergeseran. Selain karena arus informasi yang terbuka lebar, sekarang ini sudah adanya kesadaran dari pasangan menikah ingin memperbaiki hal-hal yang mereka lihat dari orang tua zaman dulu.
Ya, memperbaiki agar tidak terjadi hal yang sama. Lalu, apa saja nih keuangan ideal ala pasangan menikah zaman now?
Zaman sekarang
1. Jujur akan keuangan
Sekarang ini sudah jamak terjadi suami-istri bekerja, maka diperlukan keterbukaan akan keuangan masing-masing. Gaji yang diterima dibuka secara rinci pada pasangan.
Dengan mengetahui pendapatan masing-masing, akan dengan mudah merinci pengelolaan keuangan seperti apa dan juga menentukan tujuan keuangan ke depannya bagaimana.
2. Pendapatan utama
Jika kedua pasangan sama-sama bekerja, tentukan mana yang akan dijadikan pendapatan utama. Ini yang nantinya akan menjadi fondasi utama dalam keuangan, sedangkan gaji lainnya akan menopang agar fondasi ini tetap kuat.
3. Memiliki bujet bersama juga punya bujet pribadi
Yang namanya menikah berarti keuangannya harus dikelola bersama. Sebaiknya memiliki bujet bersama untuk keperluan seperti dana pendidikan, dana darurat dan lain-lain. Misalnya, untuk dana pendidikan dari gaji suami sebesar 20%, dari istri 20% juga. Pembagian ini sesuai kesepakatan, setiap keluarga bisa jadi berbeda.
Tapi, selain punya bujet bersama, banyak pasangan menikah zaman sekarang juga punya pemisahan bujet untuk kebutuhan sendiri-sendiri. Bujet ini biasanya digunakan untuk melakukan hobi, misalnya. Seperti membeli tanaman, buku, dan lain sebagainya. Dengan demikian, hobi tersalurkan, bujet keluarga tak terganggu.
4. Pembagian tugas keuangan
Kalau dulu istri yang menangani semua pembayaran ini-itu, sekarang bisa jadi berbeda. Yang penting memang kesepakatan. Mau semua diatur istri, boleh. Diatur suami, bisa. Atau mau dibagi, suami urus keperluan A, istri B.
Yang penting, samakan pandangan dan buat kesepakatannya, seperti gaji suami membayar cicilan, kebutuhan bulanan, gaji istri untuk investasi dan menabung. Atau suami membayar cicilan secara online tanpa menunggu istri yang melakukannya.
Ini juga berlaku akan pembagian keuangan ke masing-masing keluarga jika masih menanggung kebutuhan orang tua atau saudara yang masih sekolah.
5. Financial goals
Setiap pasangan menikah wajib memiliki financial goals atau tujuan keuangan yang ingin dicapai. Tujuan keuangan ini bisa berupa dana pendidikan, dana pensiun, dana darurat. Dengan adanya tujuan keuangan, kamu akan lebih detail dalam memilah keinginan dan kebutuhan.
Kamu akan lebih disiplin lagi dalam mengelola keuangan dan nantinya bisa saja kamu akan mencapai fase bebas finansial.
Kunci: Komunikasi dan punya visi yang sama
Yang namanya menikah, mau cara aturnya apa saja, sebaiknya memiliki visi yang sama, terutama dalam visi keuangan. Pasalnya, keuangan itu sensitif. Ada masalah kecil, efeknya bisa ke mana-mana dan akhirnya jadi sandungan.
Jadi, sebelum menikah, bicarakan dengan pasangan, seperti apa masalah keuangan nanti. Sekarang ini sudah tidak tabu lagi kok membicarakan keuangan. Apabila dalam perjalanan pernikahan ada yang tidak sesuai, komunikasikan dengan pasangan jangan dipendam. Karena yang namanya pernikahan pasti akan ada ups and downs.
Nah, kalau dilihat-lihat, ternyata banyak juga ya pergeseran pengaturan keuangan ideal antara pasangan zaman dulu dengan zaman sekarang. Tentunya ini terjadi dengan harapan agar pasangan menikah zaman sekarang bisa lebih bisa mengelola keuangan lebih baik karena kehidupan sekarang ini lebih kompleks dibanding zaman dulu.
Agar kamu dan pasangan bisa mengelola keuangan dengan baik agar terwujud financial goals, yuk belajar keuangan sendiri di Udemy. QM Financial punya modul khusus untuk pasangan yang sudah menikah yaitu Journey for Married Couples. Di kursus ini kamu akan belajar menyusun rencana pencapaian prioritas tujuan finansial keluargamu.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Sandwich Generation dan Karyawan: Pentingnya Menyadarkan Akan Risikonya
Survei HSBC di tahun 2018 menyebutkan bahwa lebih dari 75% responden usia kerja mengharapkan anaknya akan membantu mereka di masa pensiun, sedangkan kenyataannya saat ini hanya kurang dari 1/3 responden usia pensiun menerima bantuan dari anaknya. Ouch, ini dia nih tanda-tanda sandwich generation akan diwariskan ke keturunan.
Apa Itu Sandwich Generation?
Apakah kamu sudah tahu, apa arti sandwich generation?
Sandwich generation adalah sebutan bagi mereka yang masuk ke dalam usia produktif, yang selain harus membiayai hidup keluarga kecilnya sendiri—yang terdiri atas pasangan dan anak-anaknya—mereka juga harus menanggung hidup orang tua ataupun keluarga besarnya.
Dan menariknya, sebagian besar dari mereka yang termasuk ke dalam sandwich generation adalah yang berstatus sebagai pekerja atau karyawan.
Potret ini cukup lazim ditemukan pada generasi milenial dewasa ini. Banyak yang akhirnya merasakan beban hidup yang terlalu berat, karena menjadi tulang punggung keluarga besar, tanpa ada kesempatan untuk memikirkan kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri. Boro-boro punya tujuan keuangan untuk masa depan, buat makan saja harus ngirit bin hemat supaya bisa mengirim uang ke orang tua atau kampung halaman.
Akibat dari tuntutan-tuntutannya ini, seseorang yang termasuk ke dalam sandwich generation akan mengalami beberapa hal yang nantinya akan berdampak dalam keuangan jangka panjang. Berikut beberapa dampaknya.
Bahaya dan Masalah yang Bisa Ditimbulkan dari Menjadi Sandwich Generation
1. Pengeluaran lebih banyak
Sudah pasti, pengeluaran akan lebih banyak. Efeknya, mereka akan bekerja lebih keras lagi. Namun, dengan bekerja lebih keras lagi, kebutuhan juga akan bertambah seiring waktu. Hingga akhirnya, kejar-kejaran antara bertambahnya pengeluaran dan kebutuhan ini seakan tanpa ujung.
Sungguh melelahkan.
2. Peluang terlilit utang lebih tinggi
Karena penghasilan dirasa tak pernah cukup, maka seseorang yang merupakan sandwich generation akan berpeluang memiliki utang yang lebih tinggi. Parahnya, utang ini akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tentu saja, ini bukan merupakan kriteria utang yang benar.
3. Tidak punya tabungan
Pengeluaran yang membengkak dari yang seharusnya, peluang terlilit utang yang juga terlalu tinggi akhirnya membuat para sandwich generation tidak memiliki tabungan, baik untuk dana daruratnya maupun untuk masa depannya.
Bisa diduga dong, masalah keuangan bisa berpeluang lebih besar lagi untuk menghampirinya. Tak hanya sekarang, tetapi di suatu saat nanti.
4. Kurang bisa fokus memenuhi kebutuhan sendiri
Karena ada banyak kepentingan dan kebutuhan keluarga lain yang harus diprioritaskan, maka seseorang yang merupakan generasi roti isi akan mengenyampingkan kebutuhannya sendiri.
Sebenarnya, ini merupakan bukti bahwa kamu bukan merupakan orang yang egois—yang hanya mementingkan diri sendiri—tetapi terlalu banyak mikirin orang lain dan melupakan kebutuhan kita sendiri itu juga kurang bijak.
5. Lebih rentan stres
Akibat dari beban yang terlalu berat, dan lupa memikirkan diri sendiri, akan membuat sandwich generation lebih rentan stres. Dan, pasti setuju kan, kalau stres bisa menjadi penyebab dari segala penyakit?
Lalu, sekarang, coba bayangkan jika kita termasuk ke dalam 75% responden survei HSBC yang mengharapkan bantuan anak-anak kita ketika kita sudah memasuki masa pensiun itu. Anak-anak kita nantinya juga akan merasakan setidaknya 5 efek menjadi sandwich generation di atas.
Waduh, apa iya bakalan tega?
Nah, di sinilah kita harus menyadari, betapa pentingnya kita bisa siap menghadapi masa pensiun mendatang. Pastinya, enggak mau dong, anak-anak merasakan hal yang sama dengan yang dihadapi sekarang.
Masa pensiun seharusnya menjadi saat-saat seorang merupakan saat seseorang idealnya menikmati masa istirahat bersama keluarga setelah bertahun-tahun bekerja. Namun hal ini harus direncanakan dengan matang sedari dini. Sayangnya kesadaran ini biasanya timbul saat kita sudah mendekati masa pensiun.
Lalu, Bagaimana dari Sisi Perusahaan Sendiri?
Dari sisi perusahaan sendiri, di mana karyawan bekerja dan pada akhirnya memberikan masa istirahat pensiun ketika waktunya tiba, juga ada baiknya mendukung karyawan untuk segera menyadari akan pentingnya memutus mata rantai sandwich generation ini.
Tak hanya memberikan berbagai financial training untuk membantu meningkatkan keterampilan pengelolaan keuangan bagi mereka yang sudah menjadi sandwich generation saja, tetapi juga memberi bekal pemahaman mengenai arti pentingnya menyiapkan masa pensiun sejak sekarang. Tujuannya jelas, agar tak menciptakan sandwich generation baru terjadi pada anak-anak kita.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Nasihat Keuangan dari yang Sudah Menikah untuk Para Lajang
Being single is a privilege. Belum punya tanggungan, dan berada di usia yang sangat produktif. Meski demikian, ada perlunya juga untuk membaca beberapa nasihat keuangan berikut ini, yang datang dari kami yang sudah menikah.
Nasihat keuangan ini bukan untuk menggurui, bukan untuk menghakimi. Simply just because kami ingin supaya kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama, yang pernah kami lakukan.
Nasihat Keuangan untuk Para Lajang
1. You Only Live Once
Yes, that’s right. Kita semua memang hidup cuma sekali. Ini adalah ungkapan yang seharusnya encourage kita untuk live our life to the fullest. Tapi, kadang malah disalahartikan untuk “bersenang-senanglah mumpung bisa”.
Ya, kita memang hidup hanya sekali. Masa waktu yang sangat berharga, yang enggak bisa dikembalikan, nggak bisa diulang lagi ini disia-siakan untuk hal-hal yang nggak penting?
Hidup cuma sekali, dan kita cuma punya satu kesempatan untuk membuat hidup lebih berarti. Bersenang-senanglah mumpung kamu bisa, dan rencanakanlah masa depanmu juga karena mumpung masih bisa.
Ketika usia sudah merangkak lebih jauh, kita nggak bisa balik lagi ke masa muda untuk memperbaiki kesalahan lo.
2. Mengelola keuangan berarti merencanakan masa depan
Money is about dream and achievement. Uang memang tak bisa membeli segalanya, tetapi segalanya butuh uang untuk diwujudkan. Termasuk berbagai cita-cita dan mimpimu.
Nasihat keuangan kedua: kelolalah keuangan dengan baik. Dengan demikian, kamu sudah selangkah maju dalam perencanaan pencapaian mimpi dan cita-citamu.
So, ini beberapa nasihat keuangan dan langkah mudah untuk memulainya:
- Live below your mean, hidup sesuai kemampuan. Sadar diri dan jangan halu.
- Segera buat tujuan keuangan, dan cari jalan paling mudah untukmu mencapainya. Mulai dari membangun dana darurat yang cukup, menabung untuk dana menikah kalau memang sudah berencana menikah, dan seterusnya.
- Boleh banget bersenang-senang, tapi sesudah buat anggaran sebelumnya, sehingga acara senang-senangmu enggak mengganggu tujuan hidup jangka panjangmu. Gampangnya, rencanakan dana liburan, supaya nggak harus merogoh tabungan dana darurat.
3. Akan tiba hari ketika kamu tak bisa produktif lagi
Waktu adalah kepastian. Usia nggak bisa dibohongi, meski kamu bisa selalu bilang pada dirimu sendiri untuk menolak tua. Meski kamu rajin skincare-an, tapi usia nggak akan tunduk kalau cuma sama serum antiaging. Ia akan tetap melaju, apa pun yang terjadi.
Saat sudah tak produktif, kamu hanya akan bergantung pada dirimu sendiri untuk bisa hidup. Persiapkanlah dengan baik, agar di masa-masa ini kamu tak harus menghadapi masalah keuangan yang terlalu serius.
Seenggaknya, meski sudah tak produktif, kamu harus tetep bisa belanja skincare merek-merek kesayanganmu tanpa utang.
Nasihat keuangan ini sebenarnya hanya satu: punyai dana pensiun sekarang juga.
4. Hidup bak roda yang berputar
Ungkapan yang klise, tapi ini bisa jadi nasihat keuangan yang rasanya masih relevan dan cukup efektif untuk mengingatkan kita bahwa akan ada waktu kita di atas, dan ada waktunya kita berada di bawah.
So, ketika kamu berada di atas, jangan lupa bahwa mungkin besok kamu harus berada di bawah. Bersiaplah untuk kondisi-kondisi sulit. Milikilah jaring pengaman yang cukup untuk berbagai kebutuhan mendadak dan tiba-tiba.
So, nasihat keuangan keempat: punyai dana darurat yang cukup, dan proteksi yang memadai, sesuai dengan kebutuhanmu.
5. Susun prioritas hidup
Salah satu problema khas para lajang di usia produktif di zaman now adalah ketika kita silau akan achievement orang lain, dan kemudian menilai diri kita sendiri yang suram. Akhirnya, quarter life crisis pun tak terhindarkan.
Padahal, setiap orang sudah punya jalurnya sendiri-sendiri. Tinggal bagaimana kita mempersiapkan jalur tersebut agar enak dan nyaman untuk dijalani.
Setiap orang punya prioritas sendiri-sendiri dalam hidup. Tak perlu silau dengan pencapaian orang lain; mengapa mereka lebih sukses di usia sekarang, mengapa kamu belum ke mana-mana juga.
Ingat, nasib itu kita yang tentukan sendiri. Biarkan orang lain menjalani jalur hidupnya sendiri, kamu juga punya jalur sendiri yang harus dijalani. Persiapkanlah dengan baik, dan balik lagi ke poin 2.
Yuk, belajar keuangan, mumpung masih muda dan lajang! Nggak perlu khawatir bentrok dengan jadwal sibukmu. Kamu bisa belajar keuangan bareng QM Financial di Udemy. Ada modul Journey for Singles yang cocok banget buatmu nih.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
1-2-3 Cara Karyawan Biasa Punya Mimpi Besar
Sebagai karyawan biasa, mungkin gaji atau penghasilan kita memang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yah, kadang kepikirannya, mau mimpi apa ya, gaji pas-pasan begini?
Eits, jangan dulu pesimis dong! Karyawan biasa kan sekarang, nanti pastinya kamu juga akan mengalami peningkatan karier hingga akhirnya bisa sesuai dengan kompetensimu.
Dan, asal kamu tahu ya. Bahwa jenjang karier dan mimpi itu nggak saling berhubungan. Mimpi besar, nggak perlu menunggu sampai karier memuncak kok. Kamu bahkan bisa mulai merencanakan mimpi besarmu sedari sekarang. Justru, kalau kamu baru mulai merencanakan ketika karier sudah ada di puncak, bisa jadi malahan terlambat.
Jadi, apa sih mimpi besarmu? Wait, sebelum kamu jawab, sembari saja kamu ikuti beberapa tip mewujudkan mimpi meskipun kamu “hanyalah” karyawan biasa.
Wujudkan Mimpi Karyawan Biasa
1. Tentukan mimpi dan titik berangkat
Nah, mari kita kembali lagi ke pertanyaan di atas: Apa sih mimpi besarmu? Mimpi yang akan menjadi tujuan finansialmu.
Punya rumah di tengah kota Jakarta? Mau sekolahkan anak di sekolah bertaraf internesyenel? Punya dana pensiun yang cukup dan bisa hidup sejahtera?
Nah, kalau kamu punya mimpi-mimpi seperti itu, itu sudah betul. Jadi, jangan jadikan “mau jadi kaya” sebagai mimpimu ya. “Kaya” itu bukan merupakan tujuan finansial, karena tak memberikan arah yang jelas. Buatlah daftar mimpimu yang spesifik, realistis, sesuai dengan kebutuhan, dan terukur.
Jika sudah ada daftar tujuan, sekarang tentukan dari mana kamu mau. Ibarat mau pergi ke Raja Ampat, kamu berangkat dari mana? Titik keberangkatan akan menentukan ongkos perjalananmu. Titik berangkat mencapai mimpi ini penting, karena dengan tahu dari mana kita berangkat, kita bisa cari tahu jalannya.
Bagaimana caranya menentukan titik berangkat? Dengan mengetahui kondisi keuanganmu sekarang; berapa penghasilanmu, dan berapa pengeluaranmu. Adalah penting bagi kamu untuk mengetahui pola penghasilan dan pengeluaran ini, agar kemudian kamu bisa membuat rencana keuangan yang lebih pasti.
Ada keuntungan tersendiri menjadi karyawan biasa, yaitu penghasilannya tetap; tetap waktunya, relatif tetap pula nominalnya. Jadi, seharusnya, mencari pola ini bukan hal yang sulit untuk kamu lakukan.
2. Susun prioritas
Bisa jadi, kamu punya lebih dari satu mimpi. Berbekal dengan pola pengeluaran dan pemasukan yang sudah kamu miliki, susunlah prioritasmu.
Ingat, setiap orang punya linimasa masing-masing, sehingga berbeda prioritas itu hal yang biasa. Tak perlu kamu berpikir, ‘Duh temanku yang satu ini sudah pergi ke 7 benua, aku kok belum bisa ya?’ Bisa jadi, prioritas kalian berbeda. Kamu ada prioritas dana pendidikan anak—misalnya—yang harus segera disiapkan karena dalam 3 tahun lagi, anakmu sudah harus masuk playgroup. Sedangkan temanmu memang memprioritaskan mimpi travelingnya, karena dia toh masih single.
Biasanya, ada 3 kebutuhan terbesar yang harus diprioritaskan oleh seorang karyawan biasa, yaitu dana darurat, dana pendidikan, dan dana pensiun.
Harus tiga itu ya? Enggak harus, maka dari itu, susunlah prioritasmu sendiri. Bisa jadi beda, yang penting sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisimu.
Setelah ada prioritas, maka akan lebih mudah bagimu untuk membuat rencana keuangan yang lebih realistis dan komprehensif, meliputi menjaga cash flow agar tetap positif, mengelola utang, berinvestasi, dan memiliki proteksi yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Evaluasi
Jangan lupakan evaluasi ya. Lakukanlah secara berkala selama perjalananmu mewujudkan mimpi.
Mengapa sih perlu melakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan kita? Karena kehidupan terus berubah. Tujuan finansial pun bisa menyesuaikan, prioritas harus disusun ulang.
Jadi, mengubah rencana dong! Ya, enggak apa. Hal tersebut wajar terjadi kok, kamu harus bersiap untuk menghadapi situasi hidup yang selalu dinamis.
Nah, bagaimana? Bisa kan, sebagai karyawan biasa, kamu punya mimpi besar? Yang penting sih, harus sesuai kondisi dan kemampuan ya. Adalah penting bagi kita untuk nggak halu, supaya kita tetap realistis dan tujuan finansial pun bisa berhasil dicapai dengan baik.
Cara menyusun rencana untuk mewujudkan mimpi karyawan biasa ini bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Naik Gaji = Utang Naik Juga? Oh, No!
Biasanya dalam kesempatan satu kali dalam setahun, gaji karyawan akan direview ulang. Jika memang layak, perusahaan akan memberikan kebijakan naik gaji.
Wah, tentu saja, hal ini akan disambut baik, kan ya?
Tetapi ada fakta menarik nih. Dalam survei yang dilakukan oleh QM Financial pada akhir 2020 terhadap sejumlah klien korporasi, ditemukan fakta bahwa sebesar 24.2% karyawan memiliki pinjaman besar di kantor, dan 24.2% lainnya juga meminta rekomendasi HR untuk mengajukan kredit bank.
Menariknya lagi, ternyata selain gaya hidup juga naik mengiringi kenaikan gaji, utang juga bertambah.
So, masalah utang ini memang bisa dibilang menjadi problema keuangan sejuta umat karyawan kantor ya?
Naik Gaji, Nambah Kebutuhan?
Ya, siapa sih yang enggak pengin dan enggak seneng kalau naik gaji? Ini adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mereka yang bekerja sebagai karyawan perusahaan di seluruh dunia.
Kenaikan gaji bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya saja seperti masa “pengabdian” yang sudah cukup lama, prestasi mencapai target tertentu, keuangan perusahaan yang membaik, ataupun kenaikan jabatan.
Naik gaji pastinya akan memengaruhi pemasukan kita. Artinya, uang yang kita terima setiap bulannya akan lebih besar ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Nah, biasanya sih, hal ini juga akan diiringi berbagai kebutuhan yang (rasanya) ikut meningkat. Tiba-tiba butuh lebih banyak barang untuk sehari-hari, tiba-tiba butuh lebih banyak self-reward, dan seterusnya.
Parahnya lagi, untuk semua “kebutuhan tambahan” itu dibayarnya pakai kartu kredit.
Nah, kalau sudah begini, mari kita lanjut ke poin berikutnya.
Naik Gaji, Abai Pentingnya Berhati-hati dalam Berutang
Tanpa kita sadari, seiring naik gaji, naik pula “kebutuhan” kita akan belanja. Pemasukan naik, pengeluaran jadi ikut naik. Imbasnya lagi, utang pun ikut naik—salah satu indikatornya, nambah belanja pakai kartu kredit—karena menganggap diri sendiri semakin mampu secara finansial. Keyakinan dapat mencicil utang juga bertambah besar.
Nah loh!
Kartu kredit sendiri sebenarnya banyak manfaatnya, kalau kita bisa menggunakannya dengan bijak. Jadi, bukan berarti lantas diharamkan untuk memakai kartu kredit loh ya.
Selain itu, memang ada benarnya sih. Bahwa setiap kali kita mau mengambil pinjaman atau utang, ada baiknya kita mempertimbangkan kemampuan finansial kita; apakah kita mampu membayar cicilannya hingga lunas?
Tetapi, kan bukan berarti, setiap naik gaji, utang pun ditambah karena keyakinan kita akan kemampuan diri sendiri juga meningkat? Memang bagus sih, bahwa naik gaji akhirnya ikut mendongkrak kepercayaan diri untuk mampu secara finansial. Tapi, nggak lantas setiap kali “ditandai” dengan naiknya utang, kan?
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Kalau Naik Gaji?
Ya, lagi-lagi nih, ayo, kita atur lagi keuangan kita. Ingat, naik gaji memang betul membuat kita semakin baik dalam kemampuan finansial, tetapi tidak lantas selalu dialokasikan ke hal-hal yang kurang berfaedah. Apalagi kalau kita mengingat bahwa masa depan kita masih panjang.
Cita-cita masih ada kan? Tujuan keuangan masih jauh kan?
Jadi, coba deh lakukan beberapa hal berikut, whenever kamu naik gaji. Duh, whenever. Kayak bakalan dapat setiap bulan gitu, ya? Yah, positive vibe aja dulu, reality bisa menunggu.
1. Bersyukur
Iya dong, yang pertama kali dilakukan adalah bersyukur. Kapan lagi sih kita naik gaji? Barangkali, ada di antara kamu yang sudah cukup lama bekerja, baru kali ini mengalami kenaikan gaji.
Apa pun kondisinya, tetap saja, ini adalah hal yang patut disyukuri, terutama di saat-saat seperti ini. Pasalnya, tak semua orang bisa mendapatkan rezeki seperti kita. Betul?
2. Cek anggaran
Salah satu yang lain yang harus segera dicek adalah anggaran rutin kita. Ini adalah langkah yang penting, karena sebelum kita merasa ingin menambah kebutuhan lain, kita harus memastikan dulu bahwa kebutuhan itu memang perlu, dengan cara melihat lagi daftar kebutuhan kita biasanya.
Cek di bagian kewajiban dulu—seperti cicilan utang yang masih berjalan. Jika memungkinkan, tambahkan dulu selisih kenaikan gaji untuk melunasi utang. Lalu cek di bagian kebutuhan rutin. Adakah yang memang perlu ditambahkan? Pertimbangkan ulang, dengan memilah antara keinginan dan kebutuhan ya.
Dan kemudian cek di bagian investasi. Tentu akan lebih bermanfaat kalau kita menambah porsi investasi demi tercapainya tujuan keuangan lebih cepat, ya kan?
3. Bukan berarti tak boleh self reward, tapi …
Harus bijak.
Pikirkanlah segala hal yang prioritasnya lebih penting; yang menyangkut kehidupan kita di masa mendatang, kehidupan kita di masa sulit, dan demi orang-orang yang kita cintai.
Boleh kok self reward, karena itu juga penting demi kesehatan mental. Tetapi, alokasikan secukupnya, dan sebaiknya tak berlebihan.
Nah, dengan memanfaatkan kenaikan gaji dengan lebih bijak, pastinya kita akan lebih semangat lagi kan, dalam bekerja? Iya dong.
So, naik gaji tak harus selalu berarti utang naik. Tapi bisa jadi, kualitas hidup memang naik sekaligus kita bisa menjamin hidup kita sendiri di masa depan nanti.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.