Investasi Saham Tanpa FOMO: 5 Cara untuk Melakukannya
Kami di QM Financial sering merasa sedih, ketika membaca atau mendengar berita mengenai terjebaknya banyak orang dalam berbagai bentuk investasi yang tak bertanggung jawab. Termasuk adalah investasi saham.
Memang, saham menjadi salah satu instrumen investasi yang dikatakan dapat memberikan keuntungan yang relatif besar, sehingga banyak orang pun tergiur.
Tapi sayangnya, hal ini tak dibarengi dengan kedewasaan dalam berinvestasi. Pasalnya, saat kita memutuskan untuk mulai berinvestasi—terutama pada instrumen dengan risiko tinggi—maka akan ada faktor psikologis yang harus dikendalikan. FOMO, atau fear or missing out, adalah salah satunya.
Apa Itu FOMO?
FOMO, atau fear of missing out, adalah perasaan takut atau khawatir yang berlebihan akibat ketinggalan tren atau update kekinian.
FOMO pertama kali diperkenalkan sebagai istilah untuk menyebut perasaan cemas atau berlebih yang dirasakan seseorang, ketika tahu bahwa orang-orang di sekitarnya bisa berkumpul, tanpa dirinya. Misalnya, ketika kamu tahu, bahwa semua rekan kerjamu diundang pesta pernikahan atasan di kantor, sedangkan kamu tidak menerima undangan sama sekali. Nah, perasaan ‘left out’ itulah yang disebut sebagai FOMO.
Meski bisa saja disebabkan oleh berbagai hal, tetapi rata-rata FOMO dikaitkan dengan kecanduan media sosial.
Ya enggak heran sih, karena media sosial sekarang menjadi salah satu sumber berita (dan ajang pamer) terbesar akhir-akhir ini. Jadi salah kalau main media sosial? Ya, pastinya enggak salah. Hanya saja, kembali pada kita bagaimana memanfaatkannya.
Tanpa ada kecerdasan dan kebijakan yang menyertai, media sosial memang bisa menjerumuskan. Kayak yang terjadi pada kasus investasi saham selama pandemi. Jumlah investor baru yang meningkat ternyata juga dibarengi oleh angka kerugian yang juga bertambah. Semua karena postingan dan berita di media sosial yang hanya ditelan begitu saja, tanpa dicermati dan dicerna dengan baik.
FOMO dan Investasi Saham
Investasi saham sendiri—seperti yang sudah kita pelajari—memiliki risiko yang tinggi. Risikonya berupa risiko pasar, yaitu ketika harga atau nilainya anjlok dalam tempo yang cukup cepat, selain juga bisa meningkat tajam dalam hitungan jam saja.
Roller coaster ini, kalau untuk investor yang sudah senior sih B aja. Tapi, bagi pemula, bisa menyebabkan panic attack, yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk panic selling ataun panic buying.
Nah, inilah yang bahaya. FOMO. Serbatakut; takut ketinggalan nggak kebagian cuan, takut juga rugi terlalu banyak.
Mengatasi FOMO saat Investasi Saham
Jadi gimana dong ya? FOMO bisa dikatakan sebagai ‘gangguan emosi’ jika dalam konteks investasi saham. Karena merasa FOMO, kita jadi takut ketinggalan tren, hingga melupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menganalisis kondisi saham. Akibatnya, bisa terjadi salah beli. Pastinya, hal ini akan menimbulkan kerugian. Besar ataupun kecil, kerugian dalam investasi saham, ya tetaplah kerugian. Seharusnya, hal ini bisa dihindari.
Karena itu, penting bagi kita untuk bisa mengatasi FOMO jika ingin berinvestasi saham.
1. Sadari risiko investasi
Setiap instrumen investasi akan menyimpan risiko, dan hal ini berbanding lurus dengan potensi keuntungannya. So, ketika kamu berinvestasi pada instrumen yang memberikan potensi keuntungan besar, seperti saham, kamu juga harus siap dengan segala risikonya yang tinggi.
Ini sudah dalil, dan merupakan basic knowledge banget buat investor pemula di semua instrumen.
Masalahnya, keuntungan yang besar inilah yang sering kali menjadi penyebab utama timbulnya FOMO. So, coba deh, mindset-nya dibuat benar terlebih dulu. Bahwa risiko akan meningkat, seiring potensi keuntungan yang besar. Siap enggak menerima segala risikonya, kalau seumpama mengejar profit yang tinggi seperti ini?
Kalau tidak, nah, ini bisa jadi rem buatmu agar tidak FOMO.
2. Balik ke #TujuanLoApa
Yes, ini akan selalu jadi “senjata” ampuh untuk kembali ke track, saat kita tergoda untuk berjalan ke arah yang lain.
Tujuan pertama mau investasi itu untuk apa sih? Untuk dana pendidikan anak, dana pensiun, … dan lainnya?
Investasi tanpa tujuan, pada akhirnya pasti akan sia-sia belaka. Memiliki tujuan investasi yang pasti, akan menghindarkanmu dari sekadar ikut-ikutan apa yang lagi tren. Punya rencana investasi yang komprehensif akan membuatmu tetap bisa berada di jalur yang benar, dan tidak akan membahayakan tujuan keuanganmu sendiri karena pengin coba ini dan itu.
3. Endapkan berita dan cerna dengan baik
Berita dan isu-isu biasanya adalah pemantik timbulnya FOMO. So, kalau mau supaya FOMO-nya nggak muncul, ya hindari membaca berita-berita atau isu-isu yang enggak jelas sumbernya. Jika memang sumbernya tepercaya, maka kamu juga sebaiknya mencernanya dulu dengan baik, sebelum bereaksi.
Jika bombardir isu membuatmu terus menerus merasa cemas akan rencana investasimu—hingga tergoda untuk FOMO—segera tinggalkan dulu media sosial. Hindari dulu membaca berita, kalau perlu jeda sejenak dari internet.
Lakukan hal lain yang mengasyikkan, sembari mengendapkan segala berita dan isu yang ada, sehingga pikiran akan menjadi lebih jernih untuk mengambil keputusan.
4. Cek statistik
Data tak pernah bohong, betul? Karena itu, jika kamu melihat lonjakan harga pada instrumen investasi saham tertentu, coba deh cermati statistik harga yang selama ini ada. Di situ, kamu akan melihat, apakah kenaikan itu tren sesaat semata, ataukah memang fundamental yang memengaruhinya?
Jika terlihat hanya tren semata, maka lebih baik kamu hindari saja. Kecuali jika kamu berniat (dan berkemampuan) untuk trading jangka pendek, demi mengejar keuntungan singkat.
5. Evaluasi
Kita sudah banyak melihat, betapa orang banyak yang terjebak kerugian akibat FOMO. So, ada baiknya, kamu tak mengulangi kesalahan yang sama.
Lakukan evaluasi terhadap rencana keuangan dan realisasinya sampai sejauh ini; apakah ada yang perlu disesuaikan, atau semua masih berkembang sesuai harapan? Jika masih berkembang, maka ada baiknya kamu biarkan investasimu bertumbuh sesuai rencana. Jangan diutak-atik, kecuali ada situasi dan kondisi yang berubah lagi.
So, investasi saham tanpa FOMO? Harus!
FOMO bisa banget dihindari dengan 5 hal di atas. jadi, sudah enggak ada alasan lagi buat takut ketinggalan dapat cuan.
Teruslah belajar dan membuka pikiranmu akan perubahan dunia investasi, agar kamu kemudian bisa membuat rencana yang sesuai, tanpa harus terjebak FOMO.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Literasi Keuangan Adalah Kunci Sukses Mencapai Tujuan Hidup: Kok Bisa?
Setiap orang seharusnya memang punya tujuan hidup. Kenapa? Tanpa tujuan hidup, apalah arti kita hidup di dunia ini? Tsah. Dan, yang namanya tujuan hidup, kadang ya butuh modal untuk bisa dicapai. Nah, literasi keuangan adalah kunci untuk bisa melapangkan jalan mencapainya.
Faktanya, literasi keuangan adalah salah satu dari 6 literasi dasar yang wajib dikuasai oleh setiap orang. Literasi dasar yang kalau terampil kita lakukan, kita dapat membawa hidup kita ke arah dan kualitas yang lebih baik.
Nah, barangkali kamu adalah salah satu yang sudah ‘aware’ akan pentingnya literasi keuangan ini, tetapi masih belum paham betul apa maksudnya. Kita akan ulas secara khusus dalam artikel ini. So, yuk, simak sampai selesai!
Literasi Keuangan Adalah Keterampilan Dasar, Apa Artinya?
Literasi keuangan adalah pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan kita untuk mengatur keuangan kita, termasuk di dalamnya mengenali berbagai produk dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan, sehingga kita bisa membuat keputusan keuangan dengan baik demi meningkatkan kualitas hidup ke depannya.
Karena itulah, maka disebutkan bahwa literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Jika seseorang tidak memiliki literasi keuangan yang baik, maka ia bisa saja terlibat masalah. Seperti terlilit utang, tidak bisa menabung, selalu merasa penghasilannya kurang, tak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, sampai tak siap untuk pensiun.
Meski pengertiannya cukup definitif, tetapi aturan literasi keuangan ternyata tidak bisa dibuat sebaku itu. Pasalnya, ini akan tergantung pada kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Itulah mengapa sering dikatakan, ‘personal finance is very personal’. Yang berlaku untuk satu orang, belum tentu bisa berlaku dan memberikan hasil yang sama bagi orang lain.
4 Tingkat Literasi Keuangan
Literasi keuangan memiliki 4 tingkatan, selayaknya saat kita terampil melakukan sesuatu ada tingkat basic hingga advanced.
Not Literate
Pada tingkatan ini, seseorang bisa dibilang sama sekali belum memiliki literasi keuangan yang baik. Bisa jadi, ia juga tak pernah—atau jarang banget—menggunakan berbagai produk keuangan dan kurang percaya pada lembaga keuangan juga. Bisa jadi, bahkan, ia tak punya rekening tabungan di bank.
Less Literate
Pada tingkatan ini, seseorang akan mulai ingin tahu pentingnya memiliki keterampilan mengelola keuangan. Ia mulai ‘aware’ bahwa ada sesuatu yang salah, dan ia harus segera memperbaikinya.
Tetapi, orang tersebut belum mulai memanfaatkan produk apa pun.
Sufficient Literate
Ketika sampai pada tingkat ini, maka orang tersebut sudah cukup banyak menggali informasi seputar produk dan lembaga keuangan yang bisa membantunya mengatasi masalah-masalahnya. Ia sudah tahu manfaat, fungsi, fitur, hingga risiko dalam memanfaatkan produk dan jasa keuangan tersebut.
Tetapi, ia belum mulai menggunakannya secara optimal.
Well Literate
Tingkatan ini dalam literasi keuangan adalah tingkatan yang ‘advanced’, katakanlah begitu. Jika sudah sampai pada level ini, orang tersebut sudah punya banyak ‘bekal’ pengetahuan mengenai berbagai produk, jasa, dan lembaga keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Ia juga sudah memanfaatkan beberapa di antaranya dengan baik, dengan sadar betul berbagai keuntungan dan risikonya.
Aspek-Aspek dalam Literasi Keuangan
Lalu, kalau belajar literasi keuangan, maka itu artinya kita belajar apa saja sih? Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari secara bertahap untuk bisa memiliki literasi keuangan yang baik.
- Basic knowledge, misalnya kalau di QM Financial ada Blueprint of Your Money, yang merupakan konsep orisinal perencanaan keuangan pribadi yang dirancang oleh lead trainer QM Financial, Ligwina Hananto.
- Tabungan dan pinjaman, misalnya seperti bagaimana mengalokasikan penghasilan agar bisa menabung, bagaimana mengelola utang jika lagi butuh pinjaman, dan seterusnya. Di sini, kita belajar mengenai prinsip cash flow.
- Asuransi, yang akan memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko keuangan yang mungkin terjadi.
- Investasi, yang meliputi belajar berbagai produk investasi beserta risik-risikonya.
Nah, ternyata cukup banyak ya, yang harus kita pelajari agar bisa memperoleh literasi keuangan yang baik, sehingga bisa membantu kita mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidup.
Literasi keuangan adalah keterampilan dasar yang wajib banget dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, perlu untuk memilikinya sedini mungkin. Meski demikian, tidak akan pernah ada kata terlambat untuk memulai juga. Karena itu, buat kamu yang merasa masih belum memiliki tingkat literasi keuangan yang memadai, semangat yuk, untuk belajar lebih banyak lagi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jadi Karyawan dan Susah Menabung? Mungkin Ini Sebabnya!
Sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan kebiasaan menabung. Biasanya sih dimulai dengan celengan receh, dengan bentuk lucu-lucu, yang terbuat dari tanah liat ataupun kaleng. Yes, menabung memang menjadi pelajaran pertama kita soal keuangan. Lalu, kenapa sekarang malah jadi susah menabung?
Tanya kenapa?
Sudah memasuki usia produktif dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri dengan gaji yang didapatkan secara tetap, mengapa malah susah menabung? Berapa pun uang yang didapat selalu habis tak bersisa. Gajian lagi masih lama, uang di dompet tinggal selembar, dan saldo di rekening pun sudah minimal. Meskipun kadang sudah mencoba untuk menabung di awal bulan, pada akhirnya diambil juga dan digunakan.
Jika kondisi kamu seperti ini, mari kita lihat beberapa hal yang bisa membuatmu susah menabung. Barangkali salah satunya (atau malah beberapa di antaranya) menjadi biang keroknya.
Mengapa Susah Menabung?
1. Nggak punya tujuan
Saat kita punya niat untuk menabung, maka saat itu pula ada kemungkinan besar kita juga dihadapkan pada kebutuhan yang lain: cicilan, kebutuhan hidup, kebutuhan sosial, dan sebagainya. Rencana menabung pun diturunkan prioritasnya, lantaran kita lebih mementingkan hal lain.
Itulah yang terjadi kalau kita tak memiliki tujuan ketika hendak mulai menabung. Lain halnya kalau kita memiliki “judul” untuk tabungan kita. Secara bawah sadar, kita akan memprioritaskan tabungan, karena bakalan ada manfaatnya. Misalnya, untuk membeli gadget terbaru. Kalau enggak menabung, gadget pun enggak akan terbeli. Dengan demikian, kita pun rela mengurangi pos lain yang kurang penting demi tabungan gadget baru.
Itu baru “judul” tabungan untuk gadget. Coba bayangkan, jika judulnya untuk sesuatu yang sangat penting. Misalnya, untuk DP rumah, atau tabungan untuk menikah. Atau yang lebih ‘grand’ lagi, seperti tabungan agar bisa bebas finansial, dan pensiun dini.
2. Terlalu banyak tanggungan
Sudah menjadi rahasia umum, ketika di masa-masa produktif seperti sekarang ini, kita banyak memiliki tanggungan. Nggak hanya keluarga kecil kita sendiri, banyak dari kita yang juga harus menanggung biaya hidup keluarga besar.
Yes, kita adalah sandwich generation.
Karena itulah, kebutuhan keuangan menjadi lebih besar daripada seharusnya. Jangankan menabung, untuk memenuhi kebutuhan dasar saja, kadang harus berjuang. Selain mendapatkan gaji, tak jarang kita juga harus melakukan side hustling demi mendapatkan tambahan pemasukan.
3. Terlalu banyak utang
Ada banyak alasan ketika seseorang berutang. Paling banyak ya karena kepepet kebutuhan. Entah kebutuhan yang sesungguhnya, atau sekadar memenuhi gaya hidup.
Memang keduanya berbeda. Tetapi, keduanya seharusnya juga tak harus dipenuhi dengan cara berutang, apalagi yang sampai melebihi kemampuan.
Idealnya, rasio cicilan utang yang sehat adalah 30% dari penghasilan rutin setiap bulannya. Rasio ini ada sudah pasti bukan sekadar angka. Dengan membuat batasan maksimal cicilan utang 30%, maka diharapkan kita tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup dan juga menabung.
Kalau akhirnya susah menabung, maka mungkin saja rasio utang ini lebih besar dari batas maksimal ideal.
4. Pos lifestyle terlalu tinggi
Seperti halnya cicilan utang, sebenarnya juga ada batas maksimal ideal untuk pos lifestyle, yaitu 10%.
Pos lifestyle adalah pos pengeluaran khusus untuk biaya aktivitas sosial, hobi, self reward, dan sebagainya. Kita enggak bisa memungkiri, bahwa kita juga butuh biaya-biaya ini, tetapi jangan sampai porsinya justru lebih besar daripada pos tabungan. Masa sih mengaku susah menabung, tapi gaya hidup hedon banget?
Boleh kok, kita nongkrong sesekali bareng teman-teman di kafe, atau mungkin membelikan diri sendiri berbagai barang yang memang kita inginkan. Namun, tentu harus dipikirkan dengan bijak.
5. Nggak punya catatan keuangan
Jika memang ingin menabung, maka kita pun harus membuat rencana keuangan yang benar. Apalagi manusia itu memang banyak maunya. Tanpa rencana keuangan, maka—seperti yang sudah dipaparkan di poin pertama di atas—bisa jadi kita memang tak punya tujuan menabung. Bahkan, kita tak tahu ke mana saja uang kita pergi.
Dengan adanya catatan keuangan—yang di dalamnya ada catatan penghasilan dan pengeluaran—kita jadi tahu, pos mana yang bisa dihemat, dikurangi, dan disesuaikan, sehingga kita pun bisa mulai menabung.
Nah, jadi, dari kelima hal di atas, manakah yang masih menjadi alasanmu susah menabung?
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Dana Darurat dan Tabungan: Beda atau Sama?
Kamu pasti sudah tahu, betapa pentingnya memiliki tabungan dan membangun dana darurat yang ideal dalam rencana keuangan. Dengan adanya dua hal ini, keuangan di masa depan yang lebih aman.
Tapi ternyata, masih banyak yang rancu mengartikan keduanya. Dianggap sama, padahal keduanya punya fungsi yang berbeda.
Apa beda dana darurat dan tabungan? Nah, mari kita bahas dalam artikel kali ini.
Dana Darurat
Mari kita mulai dari pengertian dana darurat.
Dana darurat merupakan cadangan dana yang bisa kita manfaatkan untuk menghadapi kondisi yang darurat. Seperti yang selalu ditekankan oleh trainer QM Financial, bahwa dana ini merupakan salah satu tujuan keuangan yang paling penting dan utama yang harus dipenuhi dulu oleh setiap orang.
Jadi, bisa dibilang, bahwa dana darurat merupakan tulang penopang untuk rencana keuangan. Tanpa adanya cadangan dana ini, rencana keuangan akan dibayangi oleh risiko-risiko yang bisa terjadi di sepanjang perjalanan kita mewujudkan rencana.
Pastinya hal itu tidak kita inginkan, bukan?
Penggunaan Dana Darurat
Tujuan dari dana darurat adalah agar kita mempunyai dana yang cukup, yang bisa dipakai dulu untuk mengatasi masalah yang ada atau ketika muncul kondisi darurat, tanpa harus mengganggu cash flow harian.
Apa sih yang disebut dengan kondisi darurat ini?
Di antaranya:
- Tertimpa musibah, misalnya rumah kena banjir, untuk bersih-bersih dan memperbaiki yang rusak setelah banjir.
- Kehilangan mata pencaharian, misalnya terkena dampak pandemi sehingga bisnis menurun, atau terkena PHK, untuk menyambung napas sampai mendapatkan pekerjaan atau pemasukan lagi.
- Peralatan rusak, misalnya laptop yang biasa dipakai kerja, untuk biaya servisnya.
- Sakit, tetapi belum bisa mengklaim asuransi karena satu dan lain sebab.
Dengan adanya cadangan dana ini, kita bisa mengatasi masalah dan menyambung napas tanpa harus mengambil tabungan, yang mungkin sudah punya tujuannya sendiri.
Berapa Besarnya?
Idealnya, buat kamu yang masih single dan belum ada tanggungan, dana darurat harus mencukupi untuk hidup selama 4 kali pengeluaran bulanan.
Nah, jika kamu sudah menikah, apalagi sudah punya anak, maka besarannya harus disesuaikan juga. Sila cek artikel yang mengulas khusus tentang dana darurat ini ya, supaya lebih jelas.
Dana darurat bisa disimpan dalam bentuk rekening bank, reksa dana, juga deposito, sejauh instrumen tersebut dijamin keamanannya dan bisa dengan cepat dicairkan.
Tabungan
Tabungan adalah dana yang sudah ada peruntukannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan terbesarnya, lantaran dana darurat disimpan untuk “kondisi darurat” tanpa kita tahu kondisi daruratnya seperti apa.
Biasanya tabungan bisa dalam bentuk rekening bank, atau juga bentuk lain. Berbeda dengan dana darurat yang lebih mengutamakan keamanan dan likuiditas—atau kecepatan pencairan—tabungan bisa jadi dalam bentuk investasi, yang artinya dalam dikembangkan dengan potensi imbal yang menjanjikan. Meski demikian, tetap harus juga memperhatikan aspek keamanan dan likuiditasnya.
Besarnya Berapa?
Dalam ilmu mengelola keuangan, biasanya disarankan untuk kita bisa menabung setidaknya 10% dari penghasilan rutin kita setiap bulan. Nah, mau dialokasikan di mana, itu pastinya tergantung kondisi dan tujuan menabung masing-masing.
Target jumlahnya sudah pasti enggak tergantung pada berapa kali pengeluaran bulanan, melainkan secara nominal dengan jelas. Misalnya, satu juta, dua puluh juta, tiga miliar, dan seterusnya.
Penggunaan Tabungan
Tabungan biasanya sudah punya jatah sendiri, mau dipakai untuk apa. Misalnya untuk membeli gadget baru, buat kurban dan ngerayain Lebaran, atau yang lainnya.
Berikut beberapa hal yang biasanya menjadi alasan kita memiliki tabungan:
- Untuk pensiun, kita bisa menabung melalui DPLK, DPPK, atau bisa membuat tabungan sendiri. Dengan saham, misalnya, atau dengan instrumen yang lain.
- Untuk DP rumah, buat yang pengin punya rumah sendiri. Selain memikirkan skema untuk kredit, jika memang mau ambil, DP rumahnya sendiri juga butuh nominal yang enggak sedikit loh!
- Buat nikah, karena sudah enggak zamannya menikah dengan menjadi beban orang tua, betul?
- Liburan, beli mobil, beli gadget baru, dan seterusnya
Nah, itu dia perbedaan mendasar antara dana darurat dan tabungan yang perlu kamu tahu.
Mau tahu lebih banyak tentang dana darurat? Kamu bisa mempelajarinya di Udemy loh! QM Financial punya modul yang mencakup ilmu membangun dana darurat ini di Journey for Singles.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Financial Freedom Bukan Garis Finis, Ini yang Harus Kamu Lakukan Kalau Nggak Mau Turun Level Lagi!
Financial freedom barangkali adalah tujuan keuangan level tertinggi yang bisa dicapai oleh seseorang. Pasalnya, ya pada level ini, kita tak lagi harus merisaukan masalah keuangan.
Kita dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar plus menjalani gaya hidup yang kita inginkan, tanpa memusingkan lagi masalah ketersediaan dana. Bahkan dalam level ini, seandainya kita memutuskan untuk pensiun hari ini juga, kita bisa melakukannya tanpa ragu.
Berarti saat sudah mencapai level financial freedom, kita bebas mau ngapain saja? Iya, bebas. Tapi, ada satu fakta yang belum banyak disadari soal financial freedom ini. Yaitu, bahwa financial freedom itu bukanlah garis finis. Bahkan, kita bisa saja turun level, sehingga tak lagi merasakan kebebasan finansial lagi, jika kita tak berupaya mempertahankannya.
Loh, kok bisa?
Nah, yuk, disimak dulu artikel ini sampai selesai ya.
Apa Itu Financial Freedom?
Mari kita mulai dulu dari makna financial freedom itu sendiri. Sebenarnya ini akan dengan mudah kita pahami, kalau kita sudah tahu ciri dari orang-orang yang sudah mengalami kebebasan finansial.
Biasanya mereka itu:
- Sudah enggak punya utang
- Bisa menjalani gaya hidup, hobi mahal, atau hal-hal yang menarik minat tanpa khawatir tabungan berkurang
- Punya penghasilan pasif, dari aset aktif
Jadi, intinya, financial freedom adalah kondisi ketika orang sudah memiliki aset tertentu yang kemudian dapat memberinya penghasilan tanpa ia harus bekerja aktif, dan dengan penghasilan itu, ia bisa memenuhi segala kebutuhan dasar plus gaya hidup yang ingin dijalaninya.
Lalu, bagaimana cara mewujudkan kondisi financial freedom ini?
Jalan Menuju Financial Freedom
Kalau melihat definisinya, barangkali nyali bisa ciut. Tapi, sebenarnya hal ini bukan hal yang mustahil untuk dicapai oleh semua orang. Hanya butuh niat dan konsistensi.
1. Atur cash flow
Hal pertama yang harus dipastikan dulu demi bisa mencapai financial freedom adalah keuangan yang sehat. Ini artinya adalah cash flow positif, tidak besar pasak daripada tiang.
Karena itu, pengetahuan dan skill mengatur keuangan yang baik menjadi hal yang sangat penting. Mulailah belajar mengatur keuangan sejak kamu menerima gaji pertama. Namun, bukan berarti terlambat juga, bagi kamu yang sekarang baru mulai belajar mengelola keuangan dengan baik. Yang penting, mulai dulu.
2. Bangun aset aktif
Jika keuangan sudah sehat, maka step berikutnya adalah membangun aset aktif, yang nantinya dapat meng-generate penghasilan secara pasif. Dengan begini, kamu akan bisa mendapatkan pemasukan tanpa kamu harus bekerja secara aktif, dan menukarkan waktu, tenaga, dan pikiran dengan imbalan berupa uang.
Di sinilah inti dari financial freedom, yaitu ketika kamu bebas menggunakan waktumu untuk berbagai hal, tanpa mengkhawatirkan masalah keuangan.
3. Miliki jaring pengaman yang kuat
Apalah artinya memiliki penghasilan pasif, jika kamu tak punya perlindungan terhadap aset terpenting: dirimu sendiri.
So, ini juga merupakan salah satu aspek penting dalam perjalanan mewujudkan financial freedom kamu, yang tak boleh diabaikan. Yaitu memiliki asuransi yang cukup dan dana darurat yang ideal.
Setelah Mencapai Financial Freedom
Setelah mencapai financial freedom, lalu apa? Bersenang-senang? Kan, katanya, tak perlu lagi mengkhawatirkan keuangan?
Betul. Memang di level ini, kondisi keuangan kita sudah sangat baik dan sehat, sehingga tanpa kita harus bekerja secara aktif pun, kita tetap bisa memenuhi kebutuhan. Namun, ada satu hal yang perlu disadari juga: bahwa level ini bukanlah garis finis.
Mencapai financial freedom bukann akhir dari perjalanan kita. Justru, ini adalah langkah awal menapaki fase baru dalam hidup. Kalau kita tak bisa mengupayakan untuk mempertahankannya, kita bisa saja turun level dari financial freedom.
Lalu, apa yang harus kita lakukan?
1. Kelola aset dengan baik
Aset bisa habis? Bisa banget, kalau enggak dikelola dengan baik. Misalnya saja, punya bisnis resto yang bisa memberimu penghasilan pasif. Karena pengelolaannya kurang baik, resto pun bisa bangkrut. Begitu juga jika kamu memiliki surat berharga sebagai aset aktif. Risiko untuk menurun nilainya akan selalu ada.
Karena itu, kita perlu melakukan review dan evaluasi terhadap portofolio aset secara berkala, untuk memastikan, bahwa semua berjalan sesuai rencana kita. Jika ada yang kurang baik perkembangannya, kita bisa langsung mencari solusi untuk mengatasinya.
2. Tetap menabung
Meski sudah mencapai financial freedom, kita juga masih tetap perlu menabung. Mengapa? Karena kondisi bisa saja berubah.
Seperti ketika terjadi penurunan nilai surat berharga, atau bisnis terkendala, atau bisa juga properti kita belum ada yang menyewa lagi. Kondisi-kondisi yang di luar kendali kita bisa terjadi kapan pun, bukan?
Karena itulah, tabungan dan dana darurat harus selalu dipastikan aman.
3. Hidup sesuai kemampuan
Adalah penting untuk tetap bisa hidup sesuai kemampuan, meskipun kita tak perlu lagi mengkhawatirkan terjadinya masalah keuangan.
Kebiasaan hidup sesuai kemampuan membuat kita enggak halu, sehingga kita akan tetap waspada jika ada risiko-risiko yang berpotensi muncul.
Nah, bagaimana? Paham kan, kenapa financial freedom bukanlah garis finis kita dalam pengelolaan keuangan. Level financial freedom sama seperti fase lain dalam kehidupan kita; tetap perlu upaya untuk mengelola dalam mempertahankannya, agar kita tak turun level.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
3 Langkah Mengatur Keuangan dan Memperbaiki Kondisi yang Sudah Tak Sehat bagi Karyawan
Sebagai karyawan, banyak di antara kita yang masih terjebak dalam kondisi paycheck to paycheck, alias hidup dari gaji ke gaji. Baru terima gaji, banyak uang, lalu habis. Tanggal tua, merana, menghitung hari kapan gajian lagi. Kondisi ini jamak banget dijumpai, padahal sebenarnya bisa diatasi dengan satu hal saja: mengatur keuangan dengan lebih baik.
Yang namanya gaji, memang relatif. Kadang gaji kecil, ya cukup-cukup saja dipakai buat hidup. Gaji besar kadang terjadi sebaliknya. Kok bisa gitu? Banyak sebab sih, karena kondisi orang juga berbeda satu dengan yang lain.
Ada yang memang tanggungannya banyak. Ada yang memang belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatur uang, dan sebagainya.
Padahal, keuangan yang sehat adalah pangkal hidup sejahtera. Kita kan tak bisa memungkiri, bahwa hidup itu butuh biaya. Karena itu, sudah pasti harus siap dengan biaya yang sepadan juga. Baik yang punya tanggungan banyak, ataupun yang memang belum punya keterampilan, semua bisa diatasi dengan satu cara: belajar mengatur keuangan.
Memang personal finance is very personal. Tak ada rumus yang sama untuk memperbaiki setiap masalah keuangan yang terjadi, karena semua tergantung kondisi masing-masing. Tetapi, untuk memperbaiki dan mengatur keuangan yang sudah telanjur tak sehat, kamu bisa mulai dari 3 langkah sederhana ini.
Memperbaiki Kondisi dan Mengatur Keuangan yang Sudah Tak Sehat
1. Perkecil rasio utang
Biasanya, utang memang jadi biang kerok tidak sehatnya keuangan kita. Rerata sih karena rasionya besar, lebih dari 30%.
Apakah ini yang juga terjadi padamu? Ayo, coba dihitung. Ada berapa cicilan yang harus kamu bayar setiap bulannya? Coba dibuat daftar yang terdiri atas besarnya utang total, besarnya bunga, berapa cicilannya, berapa lama lagi lunasnya, dan kepada siapa.
Memang harus detail ya, agar kamu bisa mendapatkan gambaran betapa tidak sehatnya kondisi keuangan kamu, sehingga kamu bisa membuat rencana untuk memperbaiki dan mengatur keuangan kamu.
Setelah daftarnya selesai, coba lihat, berapa total cicilannya? Apakah melebihi 30% dari penghasilan rutinmu? Jika iya, bisa jadi memang ini yang jadi ‘penyakit’-nya.
Segera cari solusi untuk bisa mengurangi rasio utang, hingga di bawah 30% ya. Butuh tekad dan niat yang besar, juga kerja keras untuk melakukannya.
2. Catat dan pantau cash flow
Salah satu ciri keuangan sehat adalah cash flow yang positif.
Cash flow adalah kelancaran antara uang masuk dan uang keluar. Jika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, maka itu berarti cash flow kamu negatif. Sedangkan, jika pemasukan lebih besar daripada pengeluaran, maka ini artinya cash flow positif, dan inilah yang disebut dengan kondisi keuangan yang sehat.
Untuk bisa menentukan apakah positif atau negatif, maka kamu perlu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan dalam satu bulan. Nanti akan terlihat bagaimana kondisinya, apakah pengeluaran lebih besar daripada pemasukan?
Jika pengeluaran sama dengan atau memang lebih besar daripada pemasukan, maka kamu perlu untuk segera mengatur keuangan kamu. Cari bagian mana dalam pengeluaran kamu yang memiliki porsi besar. Lalu cermati, apakah memang perlu sebesar itu? Bisakah dikurangi? Teliti juga bagian lainnya yang mungkin bisa membuatmu boncos berkepanjangan.
3. Buat tujuan keuangan dan disiplin
Bisa jadi, kondisi keuanganmu tak sehat disebabkan karena kamu tak punya tujuan keuangan. Buatmu, hidup ya gini-gini aja. Just go with the flow. Mengikuti ke mana angin berarah. Tsah.
Yah, enggak salah sih. Kadang memang ada tipe orang santuy seperti ini. Kita toh enggak boleh menghakimi, ya kan?
Namun, tanpa tujuan memang hanya membuatmu di situ-situ saja. Ibarat mau pergi, pastinya kita akan menentukan tujuan. Baru kemudian mencari tahu, berapa lama perjalanannya, dan bisa naik apa agar sampai ke tujuan tersebut.
Begitu juga dengan hidup. Tujuan keuangan itu penting untuk kita miliki, agar kita bisa maju dan lebih baik. Setelah ada tujuan keuangan, baru deh kita tentukan jangka waktu dan instrumen yang cocok agar bisa mewujudkan tujuan tersebut.
So, enggak heran kan, kalau keuangan kamu nggak jelas, karena tujuan hidup aja enggak ada.
Jadi, mau ngapain ke depannya? Mau menikah? Mau sekolah lagi, lanjut ke jenjang berikutnya? Mau liburan ke luar negeri? Mau beli mobil baru? Mau beli rumah? Mau umrah? Kesemua inilah yang disebut tujuan keuangan. Tentukan dulu, baru kemudian tanyakan, kapan mau mewujudkannya?
Dengan adanya tujuan, hidup kamu akan lebih fokus dan tertarget. Kamu juga termotivasi untuk mengatur keuangan lebih baik, dan akhirnya bisa menyehatkan kondisi keuanganmu.
Yuk, belajar mengatur keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Itu Portofolio Investasi, dan Bagaimana Cara Menyusunnya secara Pas?
Portofolio investasi ibarat rapor untuk seorang investor. Dalam sebuah portofolio, akan terlihat rincian bagaimana seseorang mengalokasikan aset investasinya.
Portofolio investor bisa terdiri atas berbagai macam aset, yang dikumpulkan dengan tujuan dan pertimbangan tertentu. Bisa mencakup kumpulan saham, obligasi, tabungan, juga bisa terdiri atas mata uang asing, emas, properti, dan nft art, misalnya.
Mari kita lihat lebih lanjut mengenai portofolio investasi ini.
Apa Itu Portofolio Investasi?
Portofolio investasi merupakan kumpulan seluruh aset yang dimiliki, yang terdiri atas berbagai instrumen yang dapat membantu sang investor untuk mencapai imbal terbaik, sesuai dengan profil risiko yang dimiliki oleh si investor.
Portofolio bisa terdiri dari beragam bentuk investasi, atau bisa juga terdiri atas satu kelas aset saja. Misalnya reksa dana, atau saham.
Dalam sebuah portofolio investasi, ada berbagai instrumen yang dikumpulkan sesuai dengan berapa banyak dana yang ingin diperoleh, tergantung tujuan investasi yang dimiliki. Hal ini terkait juga dengan gaya hidup, tingkat toleransi terhadap risiko, serta kemampuan finansial si investor.
Tujuan Membuat Portofolio Investasi
Tujuan seorang investor membangun portofolio investasi adalah untuk menyediakan media kerja agar uang dapat menghasilkan uang lagi bagi si investor. Portfolio ini yang akan menjadi alat kendali dan pemantau akan hasil kinerja investasi yang sudah dilakukan.
Dari data yang ada dalam portofolio investasi, kamu sebagai investor juga kemudian dapat membuat rencana diversifikasi dan penyeimbangan aset, sehingga tidak terkumpul pada satu sektor saja. Aset ini disebar agar meminimalkan risiko dan mengoptimalkan potensi imbal yang bisa diperoleh.
Diversifikasi adalah salah satu langkah penting dalam investasi loh! Dan, hal ini bisa dilakukan jika kamu punya portofolio investasi yang sudah solid.
Cara Menentukan Portofolio Investasi yang Tepat
Kalau begitu, gimana cara menentukan portofolio investasi yang tepat ya?
Ya, sebenarnya mudah saja. Semua kembali ke kamu, dan 3 pertanyaan berikut ini.
1. #TujuanLoApa
Kamu mau investasi untuk apa? Untuk dana menikah? Dana pendidikan anak? Dana pensiun? Dana liburan?
Setelah tahu mau dipakai untuk apa, selanjutnya kamu harus menentukan jangka waktunya. Masih berapa lama lagi tujuan itu ingin kamu targetkan untuk tercapai. Misalnya dana menikah, akan dipakai untuk menikah satu tahun lagi. Atau, dana pendidikan anak, akan dipakai untuk anak masuk SD 3 tahun lagi. Atau juga dana pensiun, yang akan dipakai 20 tahun lagi?
Untuk tujuan investasi jangka panjang, maka kelas aset yang seharusnya lebih besar adalah saham, dibandingkan kelas aset yang lain. Sebaliknya, jika tujuan investasinya jangka pendek, maka kelas aset pasar uanglah yang mendapatkan proporsi terbesar.
2. Profil risiko
Ada 3 profil risiko yang bisa dikenali pada diri investor, yaitu:
- Konservatif, adalah mereka yang kurang toleran terhadap risiko kerugian. Jantungan banget deh, kalau lihat kondisi keuangan yang krisis.
- Moderat, adalah mereka yang sudah dapat menoleransi risiko, tetapi juga masih suka cari aman.
- Agresif, adalah mereka yang fokus untuk meraih keuntungan yang semaksimal mungkin dengan memanfaatkan setiap instrumen yang sesuai.
Nah, kamu termasuk yang mana nih?
Memang, untuk bisa menyusun portofolio investasi yang pas, adalah penting bagimu untuk mengenali diri sendiri lebih dulu. Hal ini penting, agar kamu nggak emosian, nggak mudah tergoda tren sesaat, dan nggak panik ketika nilai investasimu turun seiring kondisi pasar yang juga menurun.
3. Modal
Jika kamu punya modal yang besar, tentu saja kamu akan lebih fleksibel dalam menentukan portofoliomu. Banyak instrumen yang bisa kamu eksplorasi, dan pilih yang sesuai dengan kebutuhan.
Namun, jika modalmu minim, maka kamu juga harus menyesuaikannya, dan kemudian membuat strategi tertentu agar tetap dapat berinvestasi secara konsisten.
Contoh Membangun Portofolio Investasi
Sebut saja Bunga (sudah pasti bukan nama sebenarnya). Ia adalah seorang karyawan mid-management, dengan gaji Rp20 juta per bulan. Untuk investasi, Bunga mengalokasikan 20% dari gajinya, yang berarti sebesar Rp4 juta.
Bunga ingin membangun dana pensiun untuk dirinya sendiri. Setelah dihitung-hitung dan dianalisis, Bunga ingin membangun portofolionya pada saham. Dipilihlah saham dividend-aristocrate dengan harapan dividennya bisa menjadi passive income di kemudian hari.
Namun, dengan kondisi yang belum stabil pasca pandemi seperti sekarang, dan juga Bunga masih merasa newbie dan belum berani menanggung risiko yang terlalu besar, Bunga pun memperluas pilihan investasinya. Dipilihlah Reksa Dana Pendapatan Tetap, yang proporsi alokasi investasinya ada pada obligasi untuk melengkapi portofolionya.
Dari diversifikasi tersebut, Bunga mempertimbangkan, bahwa risiko investasi saham paling maksimum yang bisa ditoleransi baginya adalah 60%. Dengan demikian, Bunga menempatkan dana sebesar Rp2.400.000 pada saham pilihannya. Sedangkan sisanya, ia setorkan ke manajemen investasi untuk alokasi Reksa Dana Pendapatan Tetapnya.
Dengan demikian, selanjutnya Bunga tinggal setor sesuai alokasi yang sudah dibuatnya pada dua instrumen pilihannya.
Mau Belajar Cara Membangun Portofolio Investasi yang Pas?
Nah, itu contoh sederhana dari Bunga, yang merasa cukup dengan 2 jenis instrumen saja. Dari portofolio sahamnya, sebenarnya juga bisa kalau mau diulik lagi. Misalnya, sekian persen untuk saham dividend aristocrate, lalu sebagian yang lain dialokasikan untuk saham jenis growth stock, untuk memaksimalkan pertumbuhannya.
Mau belajar menyusun portofoliomu sendiri? Yuk, join Special Class Saham dari QM Financial! Cek jadwalnya, dan segera daftarkan diri supaya nggak kehabisan seat
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal pada Investasi Saham: Apa sih Bedanya?
Dalam investasi saham, kita perlu untuk mempelajari juga teknik analisisnya. Untuk apa? Tentu saja, agar kita dapat memilih saham terbaik, yang bisa memberikan imbal yang optimal demi tercapainya tujuan keuangan kita. Ada 2 teknik analisis yang bisa digunakan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Masing-masing analisis punya teknik dan manfaatnya sendiri-sendiri untuk kamu yang pengin berinvestasi saham dalam jangka menengah maupun panjang. Bisa juga loh, digunakan untuk trading, jika memang kamu berminat untuk menjadi seorang trader saham.
Teknik analisis ini akan dapat membantumu untuk memperhitungkan dan memproyeksikan sampai sejauh mana imbal yang bisa kita dapatkan dari satu saham yang diincar dan pengin dibeli. Kalau kamu bisa menguasainya dengan baik, kamu bahkan tak perlu pusing-pusing mencari rekomendasi saham sana-sini, dan bisa membuat keputusan sendiri.
Tapi, apa ya bedanya analisis fundamental dan analisis teknikal saham? Bakalan pusing nggak ya, kalau belajar keduanya? Kalau umpamanya belajar satu per satu dulu, mana yang bisa lebih dahulu dipelajari?
Banyak pertanyaan yang muncul, ya kan? Tapi mari kita awali dulu dari pengertian analisis saham itu sendiri.
Apa Itu Analisis Saham?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis artinya adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
So, bisa disimpulkan kalau analisis saham itu berarti penyelidikan atau penelaahan terhadap emiten penerbit saham tertentu, untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terkait saham itu dan perusahaannya. Tujuan penyelidikan ini jelas, yaitu untuk menentukan apakah saham perusahaan tersebut menguntungkan atau tidak.
Dalam melakukan analisis saham, ada 2 pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis Fundamental Saham
Prinsip analisis fundamental saham ini adalah melakukan penelaahan terhadap hal-hal yang bersifat umum dalam kinerja perusahaan atau emiten.
Saat melakukan analisis fundamental, kita akan banyak mencermati hal-hal mendasar yang terjadi pada sebuah perusahaan, misalnya melihat laporan keuangannya, meneliti neracanya, mengamati tingkat persaingan dan perkembangan bisnis ke depannya, hingga melihat juga kondisi makro dan mikro yang dapat membentuk sentimen hingga memengaruhi harga saham.
Karena cakupannya lebih umum, maka teknik pendekatan analisis fundamental ini akan sesuai digunakan oleh kamu yang memiliki tujuan investasi jangka panjang.
Analisis Teknikal Saham
Seperti istilahnya, teknik analisis ini akan dilakukan dengan pendekatan teknis terhadap statistik grafik historis harga saham. Kamu barangkali akan perlu untuk menelusuri berbagai grafik—salah satunya adalah yang berbentuk candlestick—dan juga utak atik rumus matematis. Di sini, kita juga akan banyak mengulik kecenderungan pergerakan tren, support and resistance, sampai waktu transaksi yang tepat.
Analisis teknikal dilakukan agar investor—dan juga trader—tahu kondisi pasar saat ini berdasarkan jejak rekam pergerakan harga di masa lalu, yang kemudian dapat diproyeksikan untuk pergerakan harga ke depannya.
Kayak meramal dong? Nggak juga sih, karena di sini ada hitung-hitungannya, dan hasilnya bisa cukup akurat. Nggak sama banget dengan meramal nasib perjodohan kamu dengan dia.
Analisis teknikal biasanya dimanfaatkan oleh para trader harian, demi bisa mendapatkan keuntungan optimal dalam jangka pendek. Tapi, banyak investor jangka panjang yang juga menggunakan analisis ini, karena dengan analisis ini, kita bisa memperkirakan dengan lebih akurat, kapan waktu yang tepat untuk membeli saham.
Jadi, Lebih Bagus yang Mana?
Nah, kalau ada pertanyaan yang lebih bagus yang mana, ya tak bisa tidak, kita harus kembali pada: #TujuanLoApa?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa masing-masing pendekatan analisis saham punya teknis dan manfaatnya sendiri-sendiri. Analisis fundamental akan lebih bagus digunakan untuk investasi jangka panjang, sedangkan analisis teknikal untuk trading jangka pendek.
Namun, sebenarnya keduanya ini juga saling melengkapi. Analisis fundamental yang kamu lakukan hasilnya akan lebih komprehensif jika juga kamu lakukan analisis teknikal. Begitu juga sebaliknya. Karena pada dasarnya, kita bisa memanfaatkan keduanya untuk sebaik-baiknya hasil yang bisa kita dapatkan.
So, mau belajar untuk analisis saham? Kebetulan nih, QM Financial punya kelas khusus untuk belajaar analisis saham. Tertarik? Yuk, cek jadwal kelas finansial online QM Financial, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gaya Hidup Childfree Dipilih karena Dana Pendidikan Anak yang Tinggi?
Dunia maya heboh dengan gaya hidup childfree yang dipopulerkan oleh salah satu influencer. Jadi topik hangat deh di mana-mana, dan tentu saja, diwarnai dengan pro dan kontra.
Bagaimana dengan kamu? Kamu termasuk tim pro atau tim kontra? Atau, bodo amat, asal nggak ngerugiin orang lain?
Yah, yang namanya gaya hidup memang jadi hak setiap orang buat memilih mana yang akan dijalani, betul? Dan, memang, asalkan tidak membuat rugi pihak lain, juga sehat untuk diri sendiri, ya kenapa enggak dijalankan?
Alasan Seseorang Memilih Childfree
Childfree adalah keputusan untuk tidak punya anak oleh pasangan yang sudah menikah. Keputusan seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Bahkan, sudah lama banyak yang memang memutuskan untuk tidak punya anak setelah menikah, meskipun ini menjadi unpopular opinion di Indonesia yang budaya nenek moyangnya masih kental. Cuma ya, tadinya—entah karena alasan privacy, atau juga karena peran media sosial—nggak seheboh ini.
Sebenarnya keputusan untuk childfree atau pilihan yang lainnya, itu menjadi privilege masing-masing pasangan. Tapi apa yang mendasari sepasang suami istri memutuskan untuk childfree alias tak punya anak? Ada beberapa alasan sih:
- Masalah kesehatan, karena mungkin salah satu pasangan kesehatannya rentan jika punya anak
- Tak siap mental menjadi orang tua, karena yah, memang berat banget tuh tuntutan untuk menjadi orang tua.
- Ingin fokus pada karier
- Masalah finansial
Nah, yang menarik tentu saja alasan terakhir. Of course, QM Financial akan membahasnya dari sisi finansial, karena QM Financial bukan konsultan pernikahan, apalagi tempat praktik dokter kandungan.
Biaya-Biaya Punya Anak
Kita sudah mafhum, bahwa biaya untuk punya anak itu tidaklah murah. Mulai dari saat ibu hamil, sampai nanti ketika anak selesai kuliah, selama itu pula semua hal yang terjadi pada anak menjadi tanggung jawab orang tua.
Ada beberapa biaya yang kemudian muncul, begitu kita memutuskan untuk punya anak.
1. Biaya kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan
Dari mulai program hamil, selama masa kehamilan, hingga menjelang persalinan, orang tua harus siap dengan berbagai biaya, mulai dari biaya kontrol dokter, vitamin-vitamin, asupan gizi yang baik, dan sebagainya. Biaya kontrol dokter bisa saja gratis, kalau kontrolnya ke puskesmas. Tapi biaya lain, tetaplah ada.
Tiba saatnya bersalin, kalau bisa melahirkan secara alami sudah pasti akan terjangkau. Tapi, kalau ada masalah kesehatan, ya mesti siap operasi. Ini belum termasuk ongkos rumah sakitnya.
Pascapersalinan, ibu dan bayi juga akan butuh perawatan ekstra. Belum lagi kalau butuh jasa babysitter, daycare, atau ART juga kan?
2. Biaya kebutuhan dasar anak
Mulai dari pangan, sandang, papan, hingga kenyamanan, sudah pasti harus dipenuhi oleh orang tua yang baik.
Di sini termasuk juga kebutuhan hiburan untuk anak, yang ternyata tak dikategorikan ke biaya kebutuhan pokok, tapi justru banyak juga bujetnya. Ajak anak-anak main, jajan, mainan, ini itu, … yang nominalnya kadang kecil, tapi karena cukup sering ya, jadinya lumayan juga. Dengan childfree, pasangan sudah pasti hanya perlu fokus pada kebutuhan berdua saja.
3. Biaya pendidikan
Nah, ini nih, yang sepertinya paling banyak dinilai menjadi yang terbesar dari semua biaya yang muncul begitu punya anak. Kita juga nggak bisa memungkiri kok, kalau biaya pendidikan di Indonesia kian mahal dari tahun ke tahun. Dan maklum banget, jika ada yang memutuskan childfree untuk menghindari biaya di sisi ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik, rata-rata inflasi yang timbul dari sektor pendidikan periode 2009 – 2019 mencapat 3.75%. Tapi pada praktiknya, kita bisa melakukan survei sendiri, dan biaya pendidikan itu naik antara 10-20% setiap tahunnya.
Kenapa biaya pendidikan bisa begitu mahal? Nah, ini sudah pernah kita bahas pada artikel sebelumnya. Boleh diintip ya.
Sebenarnya, untuk biaya pendidikan, ini bisa loh kita siapkan lebih dulu, sehingga tak memberatkan ketika sudah waktunya untuk menyekolahkan anak, dan tak harus membuat keputusan untuk childfree. Kapan mulai bisa dipersiapkan? Sesegera mungkin. Kalau bisa, bahkan, sejak ibu mulai hamil.
Bisa kok, bisa, asalkan disiplin dan rencana keuangannya sudah komprehensif. Bahkan, kita juga bisa merencanakan dana pendidikan anak, sekaligus membuat rencana untuk tujuan finansial lain, seperti punya rumah hingga dana pensiun.
Gimana ya, caranya membuat rencana dana pendidikan anak yang baik? Apa saja pilihan cara menyisihkan uang? Lalu, bagaimana triknya supaya selain dana pendidikan anak terpenuhi, kebutuhan hidup yang lain juga tercukupi, sementara penghasilan orang tua pasti bukannya tak terbatas juga.
Nah, gabung saja yuk, di kelas Dana Pendidikan di Financial Clinic Online Series QM Financial. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kiat Amankan Tabungan untuk Karyawan yang Suka Sabotase Keuangan Sendiri
Bukan orang jahat atau scammer yang menjadi ancaman bagi keuangan kita. Kadang, ancaman itu justru datang dari kita sendiri yang suka menyabotase tabungan. So, kita perlu trik khusus nih, demi amankan tabungan.
Berarti, kita sebenarnya lebih “berbahaya” daripada para scammer itu ya? Iya.
Hal ini juga diungkap oleh sebagian besar klien dan peserta training keuangan karyawan yang diselenggarakan oleh QM Financial. Ternyata cukup banyak karyawan yang enggak bisa menabung, lantaran lebih sering disabotase sendiri.
Bayangkan saja. Kita sudah susah payah menyisihkan sebagian gaji kita sebagai karyawan untuk bisa ditabung. Padahal, kita menabung (dan juga berinvestasi) agar kita bisa mewujudkan mimpi kita, betul? Sayangnya, tujuan dan mimpi nggak jadi kenyataan, lantaran tak jarang kita malah menyabotasenya sendiri.
Usaha menabung itu enggak mudah. Apalagi kalau kita adalah karyawan dengan gaji yang masih pas-pasan, pun buat sebagian orang yang memang punya beberapa kebiasaan kurang baik dalam keuangan. Bagi mereka, menabung jadi perjuangan tersendiri. Kebayang kan, sudahlah susah menabung, eh masih saja terus disabotase.
So, kita memang perlu tahu cara amankan tabungan nih. Bagaimana menghindarkan tabungan dari “tangan usil” kita sendiri.
Simak ya, ulasannya berikut ini.
5 Kiat Amankan Tabungan dari Usaha Sabotase Kita Sendiri
1. Tetapkan tujuan untuk berbagai aktivitas keuanganmu
Sabotase keuangan sendiri itu kadang terjadi lantaran kita enggak punya motivasi atau target dalam melakukan pengelolaan keuangan, sehingga kita pun jadi tak fokus pada apa yang ingin kita raih dalam hidup.
Taruhlah, menabung. Kita enggak tahu mau untuk apa uang di tabungan itu kalau nanti sudah terkumpul. Karena toh enggak ada target, nggak ada kebutuhan apa-apa, ya sudah, dipakai saja buat kebutuhan sekarang.
Coba rasakan bedanya, ketika kita memberikan “judul” untuk tabungan kita.
Misalnya, dana yang akan terkumpul dalam tabungan ini untuk dana darurat. Dana ini nanti akan dipakai kalau-kalau perlu uang dadakan, untuk keperluan urgent, misalnya biaya servis laptop rusak, ganti ban bocor, kendaraan atau elektronik rewel, dan sebagainya.
Karena ada dana di tabungan itu nanti bakalan ada gunanya, maka kita pun bisa amankan tabungan dari upaya sabotase sendiri.
2. Kenali pos mana yang sering menjadi “pemancing” sabotase tabungan
Apa yang sering menjadi penyebab kamu menyabotase tabungan sendiri? Ini penting untuk kamu sadari agar bisa amankan tabungan.
Apakah kamu mudah tergoda diskon dan promo? Apakah kamu terlalu gampang mengiyakan ajakan untuk hangout di kafe setiap afterhours? Apakah kamu kecanduan games yang mengharuskanmu membeli gems, rubies, atau sejenisnya untuk naik level?
Cermati, apakah hal-hal tersebut bisa dikurangi, dihindari, atau dihemat?
Misalnya, karena kamu mudah tergoda diskon dan promo, maka kurangi kegiatan window shopping—baik secara offline maupun online. Kamu boleh ambil promo dan diskon hanya untuk barang-barang esensial yang benar-benar kamu butuhkan, bukan keinginan semata.
Atau, karena kamu memang enjoy hanging out dengan teman-temanmu, maka tak apa sekali waktu mengiyakan ajakan mereka. Tetapi, batasi, misalnya sebulan dua kali saja.
Lakukan langkah penghematan di sana-sini, lalu mari kita ke poin berikutnya.
3. Pisahkan rekening
Pisahkan rekening yang alokasinya untuk hal-hal yang termasuk dalam poin dua di atas demi amankan tabungan.
Misalnya, kamu memanfaatkan salah satu aplikasi dompet digital sebagai rekening khusus buat belanja promo dan diskon di marketplace. Atau khusus untuk hangout, kamu pakai rekening khusus juga. Kalau saldo dalam rekening khusus ini habis, maka kamu harus menunggu sampai diisi kembali untuk digunakan lagi.
4. Batasi keinginan utang
Oke, sudah membatasi saldo di rekening alternatif, bakalan percuma kalau lantas kepikiran buat utang.
Batasi keinginan utang untuk amankan tabungan, apalagi jika hendak kamu pakai untuk segala keperluan yang bisa memancing kamu menyabotase tabungan sendiri.
Sebenarnya, utang seperti misalnya kartu kredit itu banyak juga manfaatnya. Bahkan, dalam satu dan lain kasus, kartu kredit juga cukup bisa bantu kita mengendalikan pengeluaran loh. Tapi, ya butuh kejelian untuk mengaturnya.
Gunakan dan manfaatkan fasilitas utang yang tersedia, hindari utang yang tak perlu—yang malah menambah beban keuanganmu.
5. Disiplin
Disiplin adalah koentji kalau mau amankan tabungan dari upaya sabotase dari diri sendiri. Kamu bisa mencontoh cara orang Jepang nih dengan cara atur uang kakeibonya.
Kita harus mengakui, bahwa setiap orang pasti punya kebiasaan buruk yang terkait dengan keuangan. Namun, dengan pemahaman diri sendiri yang baik, dan kemudian diiringi dengan disiplin demi hidup yang lebih baik, pastinya kita kemudian bisa dong pelan-pelan mengubah kebiasaan tersebut.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!