Strategi Melunasi Utang Paylater yang Efektif
Utang paylater telah menjadi bagian dari keseharian dalam dunia keuangan modern. Kemudahan akses dan proses cepat dalam pengajuannya sering kali membuat pengguna terjebak dalam siklus utang yang terasa tak berujung.
Mencari solusi untuk keluar dari beban ini bukan hanya penting tapi juga mendesak untuk menjaga kesehatan finansial.
Table of Contents
Apa Itu Utang Paylater?
Kalau menurut OJK, paylater merupakan sistem pembayaran yang memungkinkan pembelian barang atau jasa tanpa harus membayar langsung di awal. Sistem ini mengizinkan pembayaran secara bertahap setiap bulan, termasuk bunga yang ditetapkan. Dengan begitu, pengguna lebih leluasa untuk mendapatkan apa yang diinginkan meskipun belum memiliki dana penuh pada saat itu.
Intinya sih, paylater adalah layanan yang bertujuan untuk menunda pembayaran. Layanan ini dirancang sebagai solusi bagi yang ingin melakukan pembayaran atau berutang dengan kesepakatan pelunasan di masa yang akan datang.
Sekilas memang terlihat simpel, dan membantu banget buat kamu yang pengin memenuhi keinginan-keinginan. Namun, masih menurut artikel yang ada di DJKN Kemenkeu di atas, paylater juga bisa menimbulkan kecanduan. Faktor-faktor seperti kemudahan transaksi, kebiasaan menyetujui persyaratan tanpa membaca detail bunga dan denda, serta gaya hidup konsumtif dapat mendorong terjadinya kecanduan paylater.
Risiko Utang Paylater
Jadi, kalau dilihat-lihat secara prinsip, paylater itu hanya sebuah sistem pembayaran. Namun, kalau penggunanya enggak bijak, dampaknya bisa sangat signifikan terhadap perilaku.
Sebenarnya prinsip ini kurang lebih sama dengan kartu kredit. Bedanya, untuk bisa mendapatkan kartu kredit, data calon nasabah harus melalui tahap validasi oleh pembuat kartu kredit. Paylater, enggak. Karena ada tahap verifikasi yang diskip, maka tak heran, risiko pun naik. Sayangnya, hal inilah yang banyak tak disadari dan dipahami.
Memangnya apa yang bisa terjadi, kalau kita sampai kecanduan utang paylater?
1. Bikin Kacau Keuangan
Fitur paylater memudahkan transaksi tetapi dapat mengacaukan pengaturan keuangan. Sering kali, dana yang dialokasikan untuk membayar cicilan terpakai untuk kebutuhan mendesak lainnya. Ini menyebabkan terlambat atau gagal membayar cicilan tepat waktu. Situasi ini bisa berulang dan menimbulkan kesulitan finansial jangka panjang, yang akhirnya mengganggu stabilitas keuangan.
2. Ada Biaya Tambahan
Ada biaya tambahan yang mungkin enggak langsung disadari ketika kita pakai paylater. Contohnya seperti biaya administrasi hingga denda.
Ketika tagihan datang, biaya tambahan ini dapat menambah beban keuangan, membuat pengelolaan anggaran bulanan menjadi lebih sulit. Penumpukan biaya ini sering kali menyebabkan kejutan finansial ketika menyadari jumlah total yang harus dibayar jauh lebih besar dari perkiraan awal.
3. Jadi Suka Belanja Impulsif
Penggunaan paylater dapat meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja secara impulsif. Fasilitas ini membuat pengguna lebih rentan terhadap godaan diskon dan promosi yang menarik. Dampaknya, belanja menjadi kurang terkendali karena adanya kemudahan akses terhadap kredit instan. Hal ini sering kali memicu pengeluaran yang tidak direncanakan, meningkatkan risiko pembelian berlebihan yang dapat mengganggu stabilitas keuangan.
4. Skor Kredit Buruk
Kegagalan dalam membayar cicilan utang paylater bisa berdampak negatif pada skor kredit yang tercatat di SLIK OJK. Skor kredit yang rendah ini dapat menimbulkan berbagai kesulitan di masa depan.
Misalnya, menjadi lebih sulit untuk mendapatkan kredit produktif dari lembaga keuangan. Selain itu, skor kredit yang buruk juga dapat memengaruhi peluang dalam proses seleksi pekerjaan, karena beberapa perusahaan mempertimbangkan laporan kredit dalam proses rekrutmen. Bahkan, peluang untuk mendapatkan beasiswa atau bantuan pendidikan lainnya juga bisa terpengaruh, karena beberapa penyedia beasiswa memeriksa kelayakan finansial calon penerima.
Baca juga: BI Checking: Pengertian dan Hal-Hal yang Sebaiknya Kamu Tahu
So, masih saja “ngeyel” menunda pelunasan paylater? Yang pasti sih—bukan menakut-nakuti, karena ini memang fakta—semakin lama menunda, upaya melunasi paylater akan semakin sulit, karena denda akan terus berjalan.
Strategi Melunasi Utang Paylater
Melunasi utang paylater secara efektif membutuhkan perencanaan dan disiplin keuangan yang baik. Berikut adalah strategi aplikatif yang bisa dilakukan untuk melunasi paylater.
1. Buat Anggaran yang Realistis
Mulailah dengan menyusun anggaran bulanan yang mencakup semua pengeluaran tetap dan variabel. Prioritaskan pembayaran cicilan utang paylater dalam anggaran untuk menghindari keterlambatan dan memastikan bahwa dana selalu tersedia.
2. Tetapkan Prioritas Pembayaran
Jika memiliki lebih dari satu paylater, prioritaskan pembayaran berdasarkan tingkat bunga dan jumlah utang. Mulailah dengan yang memiliki bunga tertinggi atau saldo terbesar untuk mengurangi beban bunga secepat mungkin.
3. Pembayaran Otomatis
Atur pembayaran otomatis dari rekening bank untuk cicilan utang paylater. Dengan begitu, pembayaran bisa dipastikan tepat waktu setiap bulan sehingga menghindari denda keterlambatan.
4. Kurangi Pengeluaran Tidak Perlu
Evaluasi pengeluaran sehari-hari dan kurangi belanja impulsif atau enggak penting. Gunakan penghematan dari pengeluaran ini untuk menambah pembayaran cicilan, mempercepat pelunasan utang.
5. Gunakan Insentif atau Bonus
Manfaatkan uang tambahan seperti bonus kerja, THR, atau insentif lainnya untuk membayar cicilan. Membayar lebih dari jumlah minimal yang ditetapkan dapat mengurangi saldo lebih cepat dan menghemat bunga.
6. Pantau dan Evaluasi Progres
Secara rutin periksa saldo dan progres pembayaran utang paylater. Memantau kemajuan dapat memberikan motivasi tambahan dan membantu mengidentifikasi masalah lebih awal sebelum menjadi lebih serius.
Baca juga: Menyelesaikan Utang Pinjol dengan Cepat
Memahami cara efektif untuk melunasi utang paylater bisa membawa perubahan signifikan dalam pengelolaan keuangan. Strategi yang dirancang dengan bijak enggak hanya akan membantu melunasi utang lebih cepat, tetapi juga mencegah pembentukan utang baru di masa depan. Pastinya hal ini dapat memberikan kelegaan dan kebebasan untuk mencapai tujuan finansial yang lebih besar.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bayar Premi Asuransi Pakai Kartu Kredit? Yay or Nay?
Beberapa waktu yang lalu ada kasus yang cukup ramai dibahas di media sosial. Tentang seseorang yang tak bisa mengklaim asuransinya karena lapse. Ternyata, selama ini premi asuransi tersebut dibayar dengan kartu kredit, dan kemudian kartu kreditnya tidak aktif selama beberapa lama.
Mungkin kemudian ada yang bertanya-tanya, kok bayar premi asuransi pakai kartu kredit sih? Emang boleh?
Table of Contents
Membayar Premi Asuransi Pakai Kartu Kredit, Emang Boleh?
Kenapa enggak boleh? Faktanya, memilih metode pembayaran untuk premi asuransi menjadi pertimbangan penting dalam pengelolaan keuangan.
Ada beberapa hal yang bisa menguntungkan jika kita membayar premi asuransi dengan kartu kredit. Namun, juga penting untuk memahami berbagai aspek yang terlibat dalam penggunaan metode pembayaran ini, terutama ketika berkaitan dengan transaksi finansial besar seperti pembayaran premi asuransi.
Dengan mempertimbangkan pro dan kontra, pembayaran premi asuransi melalui kartu kredit dapat menjadi pilihan yang bijaksana atau sebaliknya, tergantung pada situasi keuangan masing-masing.
Membayar Premi Asuransi dengan Kartu Kredit: Pro
Menurut penjelasan dari trainer QM Financial, Mba Emiralda, ada kemungkinan pembayaran premi dengan kartu kredit bisa menguntungkan, karena orang jadi bisa membayar secara tahunan—yang umumnya nominalnya besar. Banyak perusahaan asuransi yang menawarkan beberapa keringanan jika pemegang polis membayar premi tahunan, misalnya ada gratis premi satu bulan, atau keuntungan yang lain.
Jika dilihat-lihat, memang ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dari pembayaran dengan kartu kredit ini.
1. Kemudahan dan Kenyamanan
Pembayaran premi asuransi menggunakan kartu kredit itu lebih mudah. Dengan hanya beberapa klik atau ketukan pada layar, transaksi dapat diselesaikan dari mana saja, tanpa perlu mengunjungi kantor asuransi atau melakukan transfer bank manual. Ini menghemat waktu dan mengurangi usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembayaran.
Fitur auto-debit juga menjadi keuntungan tambahan, memastikan premi dibayar tepat waktu setiap bulan atau setiap tahun, enggak perlu susah-susah mengingat. Dengan mengaktifkan fitur ini, risiko keterlambatan pembayaran dan potensi denda dapat diminimalkan.
2. Bisa Dapat Poin dan Rewards
Menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran bisa membuat kita mendapatkan banyak manfaat tambahan berupa poin, cashback, atau rewards. Poin-poin ini nantinya dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah atau keuntungan, seperti voucher belanja, tiket pesawat, atau bahkan pengurangan pada tagihan kartu kredit berikutnya.
Manfaat ini, meskipun tampak kecil per transaksi, tapi kalau terakumulasi ya jadinya banyak juga. Apalagi kalau kamu punya premi asuransi besar atau membayar untuk beberapa polis.
Membayar Premi Asuransi dengan Kartu Kredit: Kontra
Di sisi lain, terdapat beberapa hal yang patut menjadi perhatian jika pembayaran premi asuransi dilakukan dengan kartu kredit.
1. Total Biaya Asuransi Jadi Lebih Besar
Penggunaan kartu kredit untuk membayar premi asuransi memang membawa kemudahan, tetapi juga risiko keuangan berupa bunga kartu kredit yang bisa meningkatkan total biaya asuransi.
Jika saldo yang terutang dari pembayaran premi tidak dilunasi sebelum periode bebas bunga berakhir, bunga kartu kredit akan mulai dikenakan. Akibatnya, hal ini akan memberatkan beban keuangan.
2. Memengaruhi Riwayat Kredit
Penggunaan kartu kredit yang tinggi, terutama ketika mendekati atau melebihi batas kredit, dapat berdampak negatif terhadap skor kredit. Skor kredit dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya kelancaran pembayaran.
Jika sampai pembayaran dengan kartu kredit ini memberatkanmu, sehingga membuatmu tersendat melunasinya, maka hal ini ke depannya bisa memengaruhi skor kredit. Jika skor kredit kurang baik, hal ini bisa membawa dampak pada hal keuangan lain. Misalnya, kamu kesulitan mengajukan KPR, atau bahkan dalam beberapa kasus, menghambat karier juga loh.
Jadi, pastikan bahwa kamu selalu bijak dalam mengelola utang kartu kredit untuk membayar premi ini ya. Berikut beberapa ceklis yang perlu selalu kamu ingat terkait hal ini:
- Secara rutin memeriksa saldo kartu kredit dan memastikan penggunaannya tetap dalam batas yang aman.
- Membayar lebih dari pembayaran minimum bulanan dapat mengurangi saldo lebih cepat dan menurunkan rasio utang terhadap kredit. Jika memungkinkan, bayar saja langsung lunas.
- Gunakan sumber pembayaran lain untuk premi asuransi selama periode keuangan yang ketat untuk menghindari peningkatan utang kartu kredit.
- Membuat anggaran dan rencana keuangan jangka panjang dapat membantu menghindari ketergantungan berlebihan pada kartu kredit.
Dengan mempraktikkan pengelolaan kartu kredit yang bijak, risiko terhadap skor kredit dapat diminimalkan. Kesehatan finansial dapat tetap terjaga sambil memanfaatkan kemudahan dan manfaat yang ditawarkan oleh kartu kredit.
Tip Pembayaran Premi Asuransi yang Aman
Menurut trainer QM Financial, Mba Emiralda, memiliki asuransi sejatinya adalah untuk memperingan hidup kita. Jadi, jangan sampai pembayaran premi asuransi justru memberatkan. Kalau dengan punya asuransi, hidup menjadi lebih berat, berarti ada sesuatu yang salah.
Untuk pembayaran premi, masih menurut Mba Emiralda, sebaiknya lebih baik menabung dulu untuk dibayarkan tahunan, jika memang pembayaran tahunan. Dengan demikian, tidak ada risiko utang yang justru menambah beban perlindungan.
Pasalnya, dengan membayar baru mencicil, itu artinya kita mengambil hak masa depan untuk kebutuhan saat ini. Pertanyaannya, apakah kita seyakin itu kalau cash flow di masa depan aman?
Pastikan pembayaran premi menjadi salah satu prioritas, dengan cara memasukkannya ke dalam anggaran rutin kamu, dan alokasikan dari penghasilan. Dengan demikian, enggak akan terjadi dana terpakai untuk keperluan lain yang kurang penting.
Premi asuransi yang dibayar dengan kartu kredit menawarkan kemudahan dan potensi manfaat tambahan, tetapi juga memerlukan pertimbangan matang terhadap risiko finansial. Keputusan ini harus didasarkan pada pemahaman menyeluruh terhadap situasi keuangan pribadi dan kebijakan penyedia layanan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kesalahan Umum dalam Mengambil Pinjaman Karyawan, Akibat yang Bisa Terjadi, dan Cara Menghindarinya
Pinjaman karyawan sering dianggap menjadi solusi cepat bagi banyak pekerja yang membutuhkan dana tambahan untuk berbagai keperluan. Ada yang butuh untuk kebutuhan mendesak, ada juga yang butuh untuk melunasi utang yang lain.
Memang memprihatinkan sih. Namun, kita tak bisa menutup mata. Fenomena ini benar-benar terjadi, dan meningkat seiring dengan semakin rumitnya kehidupan modern.
Inilah salah satu hal yang membuat keterampilan mengelola keuangan itu menjadi penting. Bukannya dilarang, pinjaman karyawan kadang memang perlu diambil—apalagi jika nantinya bisa menambah aset.
Namun, tanpa pemahaman dan perencanaan yang tepat, pengambilan pinjaman karyawan bisa berubah menjadi beban finansial yang berat.
Table of Contents
Kesalahan Umum dalam Mengambil Pinjaman Karyawan
Dari pengamatan, ada beberapa kesalahan yang sering terjadi saat karyawan mengambil pinjaman untuk berbagai keperluan. Kesalahan ini sepertinya kecil dan tidak berarti pada awalnya, tetapi menjadi sangat signifikan di kemudian hari.
Tentu saja, kesalahan ada untuk dipelajari dan kemudian diperbaiki. Bahkan, mungkin kita memang perlu untuk salah dulu, sebelum akhirnya melakukan hal yang benar, bukan? Begitu juga soal keuangan.
Mengambil pinjaman karyawan bukan hal yang dilarang, tetapi sekali lagi perlu kebijakan untuk melakukannya.
Kesalahan #1: Tidak Membaca Syarat dan Ketentuan dengan Teliti
Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan karyawan saat mengambil pinjaman adalah tidak memperhatikan detail syarat dan ketentuan. Pentingnya membaca secara teliti terletak pada pemahaman terhadap berbagai aspek penting seperti:
- Bunga dan Biaya: Memahami tingkat bunga dan biaya terkait lainnya adalah krusial. Bunga yang tinggi dapat meningkatkan jumlah pembayaran secara signifikan.
- Syarat Pembayaran: Memahami jadwal pembayaran, termasuk tenggat waktu, dan denda keterlambatan.
- Ketentuan Khusus: Beberapa pinjaman bisa jadi memiliki ketentuan khusus seperti penalti atas pelunasan dini atau syarat tertentu saat kondisi finansial berubah, seperti kehilangan pekerjaan.
Segala macam ketentuan ini—termasuk yang diberi huruf kecil-kecil—mesti dipahami dengan baik lo!
Kesalahan #2: Mengambil Pinjaman Lebih dari Kebutuhan
Mengambil pinjaman lebih dari yang sebenarnya dibutuhkan dapat menimbulkan beban finansial yang tidak perlu. Risiko dari kesalahan ini antara lain:
- Ketergantungan Finansial: Mengambil lebih banyak uang daripada yang dibutuhkan bisa menciptakan siklus utang yang berpeluang enggak ada habisnya.
- Pembayaran Bunga yang Lebih Tinggi: Semakin besar jumlah pinjaman, semakin besar juga jumlah bunga yang harus dibayar.
- Tekanan Finansial Jangka Panjang: Pembayaran bulanan yang lebih tinggi dapat mengganggu anggaran bulanan dan menyebabkan tekanan keuangan jangka panjang.
Kesalahan #3: Mengabaikan Kemampuan Pembayaran
Kesalahan kritis lainnya adalah mengabaikan kemampuan sendiri untuk membayar kembali pinjaman. Risiko yang bisa timbul dari kesalahan ini di antaranya adalah:
- Peningkatan Utang: Kegagalan membayar cicilan pinjaman tepat waktu dapat mengakibatkan penambahan bunga dan denda. Hal ini bisa meningkatkan jumlah utang secara signifikan, membuatnya semakin sulit untuk dilunasi.
- Dampak terhadap Skor Kredit: Pembayaran pinjaman yang terlambat atau tidak lengkap bisa berdampak negatif pada skor kredit. Skor kredit yang rendah akan menyulitkan untuk mendapatkan pinjaman di masa depan atau bisa mengakibatkan dikenakannya suku bunga yang lebih tinggi.
- Stres dan Kecemasan: Kesulitan finansial dan tekanan untuk memenuhi kewajiban pembayaran dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang signifikan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga bisa mempengaruhi kinerja kerja dan hubungan pribadi.
Cara Menghindari Kesalahan dalam Mengambil Pinjaman
Terus, kalau melakukan kesalahan-kesalahan seperti di atas, harus bagaimana dong?
Ya yang pasti, harus diperbaiki kesalahannya, dan belajar dari kesalahan tersebut. Jangan sampai terulang lagi.
Untuk bisa menghindarinya, maka butuh pengetahuan yang cukup mengenai kondisi finansial kita sendiri dan juga cara kerja pinjaman karyawan yang berlaku. Terutama, jangan mager membaca syarat dan ketentuan.
Berikut ini penjelasan selengkapnya mengenai cara menghindari kesalahan yang bisa terjadi saat melakukan pinjaman karyawan.
Strategi #1: Membuat Rencana Pembayaran
Merencanakan pembayaran pinjaman secara efektif adalah kunci untuk mengelola hutang dengan bijak. Langkah-langkah ini dapat membantu:
- Menentukan Jumlah Pembayaran: Hitung jumlah total pembayaran termasuk bunga dan tentukan jumlah bulanan yang realistis sesuai dengan pendapatan kamu.
- Jadwal Pembayaran: Buat jadwal pembayaran yang konsisten, dan pertimbangkan untuk membayar lebih dari jumlah minimum jika memungkinkan untuk mengurangi total bunga.
- Otomatisasi Pembayaran: Pertimbangkan untuk menggunakan fasilitas pembayaran otomatis untuk menghindari keterlambatan pembayaran yang dapat menimbulkan denda.
Strategi #2: Membuat Anggaran Keuangan yang Realistis
Mengelola keuangan dengan bijak melalui anggaran yang realistis dapat mencegah terjebak dalam utang yang tidak terkendali. Ikuti tip berikut ini:
- Evaluasi Pendapatan dan Pengeluaran: Catat semua sumber pendapatan dan semua pengeluaran rutin untuk memahami aliran keuanganmu.
- Prioritaskan Pengeluaran: Tentukan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan, dan alokasikan dana untuk pengeluaran esensial terlebih dahulu.
- Sisihkan Dana Darurat: Sisihkan sebagian pendapatan untuk dana darurat, yang dapat membantu dalam situasi tak terduga tanpa harus mengambil pinjaman lebih lanjut.
Strategi #3: Mencari Alternatif Pinjaman atau Bantuan Keuangan
Sebelum mengambil pinjaman karyawan, pertimbangkan alternatif lain yang mungkin lebih menguntungkan. Misalnya:
- Pinjaman Tanpa Bunga: Cari sumber pinjaman yang mungkin menawarkan suku bunga rendah atau bahkan tanpa bunga, seperti lembaga kredit mikro atau mungkin keluarga.
- Bantuan Keuangan dari Pemerintah atau LSM: Teliti program bantuan keuangan yang disediakan oleh pemerintah atau organisasi non-profit, khususnya untuk situasi darurat atau bantuan pendidikan.
- Pinjaman koperasi: Pertimbangkan pinjaman koperasi komunitas sekitar, misalnya di RT atau RW, yang mungkin menawarkan kondisi yang lebih fleksibel dibandingkan dengan pinjaman bank tradisional.
Mengadopsi strategi-strategi ini tidak hanya membantu dalam menghindari kesalahan umum saat mengambil pinjaman karyawan, tetapi juga memperkuat kesehatan finansialmu secara keseluruhan.
Membuat rencana pembayaran yang efektif, mengelola anggaran dengan bijak, dan mengeksplorasi alternatif pinjaman adalah langkah-langkah penting untuk mengelola keuangan pribadi dan menghindari beban utang yang tidak perlu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pentingnya Menilai Kebutuhan sebelum Mengajukan Pinjaman Bank untuk Karyawan
Pinjaman bank untuk karyawan sering dipilih sebagai solusi keuangan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Sayangnya, pentingnya menilai kebutuhan sebelum mengajukan pinjaman sering kali terabaikan, sehingga memunculkan berbagai risiko finansial di kemudian hari.
Enggak heran makanya, banyak karyawan yang bermasalah dengan pinjaman. Bahkan masalah ini banyak diungkapkan oleh HR, tak terkecuali kepada QM Financial.
Alasan Karyawan Mengajukan Pinjaman
Alasan karyawan mengajukan pinjaman bisa bervariasi tergantung pada kebutuhan personal dan situasi pribadi mereka. Berikut adalah beberapa alasan umum mengapa banyak pengajuan pinjaman bank untuk karyawan.
Kebutuhan Darurat
Yah, namanya hidup. Sudah biasa kita akan menemui banyak situasi darurat tak terduga di luar rencana. Seharusnya, hal ini bisa diatasi dengan adanya dana darurat. Namun, ya kondisi orang bisa saja berbeda, sehingga tak semua orang memiliki dana darurat. Atau, bisa juga punya dana darurat, tetapi ternyata tidak cukup.
So, solusi pinjaman bank untuk karyawan pun menjadi opsi.
Pembelian Rumah
Alias KPR. Memang pinjaman bank untuk karyawan demi kebutuhan satu ini diperlukan. Pasalnya, enggak semua orang punya privilege berupa rezeki yang berlimpah sehingga bisa membeli rumah dengan cash keras. So, opsi untuk KPR ini merupakan salah satu cara untuk bisa punya aset properti yang terbaik.
Kredit Kendaraan
Banyak juga yang memanfaatkan pinjaman bank untuk karyawan agar dapat membeli kendaraan dengan cara mengangsur atau cicilan. Karyawan yang memiliki kendaraan pribadi akan memiliki keleluasaan dalam mobilitas sehari-hari.
Kendaraan pribadi bisa mempermudah perjalanan dari dan ke tempat kerja, dan menghemat waktu yang seharusnya dihabiskan untuk menunggu transportasi umum atau mencari alternatif transportasi lain. Karena itu, memiliki kendaraan yang bisa diandalkan kemudian menjadi kebutuhan.
Modal Usaha
Ada sebagian karyawan yang selain bekerja di kantor, mereka juga merintis usaha secara mandiri. Sementara, membangun bisnis dari awal memerlukan pembiayaan yang enggak sedikit. Pinjaman bank dapat membantu menyediakan dana yang diperlukan untuk memulai usaha, seperti menyewa tempat, membeli peralatan, dan biaya operasional.
Renovasi Rumah
Renovasi rumah juga menjadi salah satu motivasi pengajuan pinjaman bank untuk karyawan.
Salah satu hal yang bisa menjadi latar belakang kebutuhan ini muncul adalah ketika karyawan ingin memiliki rumah dengan fitur-fitur yang lebih bagus. Mungkin saat membelinya, mereka membeli rumah bekas dan bukan rumah yang baru dibangun. Seiring waktu, ada kebutuhan yang meningkat atau sekadar keinginan agar rumah menjadi lebih bagus. Maka, pengajuan pinjaman untuk renovasi rumah pun dipilih menjadi opsi.
Selain beberapa hal di atas, keinginan dan kebutuhan lainnya juga bisa menjadi alasan pengajuan pinjaman bank untuk karyawan. Misalnya seperti pengin liburan, pengin membeli barang-barang konsumtif, dan sebagainya.
Yah, memang. Berutang itu tidak dilarang. Namun, sebelum mengajukan pinjaman, ada baiknya kita menilai dengan cermat lebih dulu alasan dan kebutuhan, serta kemampuan untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
Risiko Mengajukan Pinjaman Tanpa Menilai Kebutuhan dengan Benar
Mengajukan pinjaman bank untuk karyawan tanpa menilai kebutuhan dengan benar dapat menimbulkan berbagai risiko bagi peminjam. Berikut adalah beberapa risiko yang bisa dihadapi.
Over-leverage
Meminjam lebih dari yang kita butuhkan dapat menyebabkan “over-leverage”. Hal ini kemudian mengakibatkan kita memiliki lebih banyak utang daripada yang mampu untuk dibayar kembali. Akibatnya bisa diduga kan? Yes, cash flow akan kacau.
Bunga dan Biaya Tambahan
Semakin besar jumlah pinjaman, semakin besar pula bunga yang harus dibayar. Jika kita meminjam lebih dari yang dibutuhkan, sementara ada bunga, kita pun akan diwajibkan untuk juga membayar bunga atas uang yang sebenarnya enggak kita perlukan. Pastinya, hal ini akan menambah beban keuangan, tetapi jadinya mubazir.
Tambahan Denda
Jika kita tidak menilai kebutuhan dengan cermat dan tepat, peluangnya kita akan mengalami kesulitan membayar cicilan bulanan, yang dapat menyebabkan keterlambatan pembayaran. Nah, hal ini akan semakin berat jika ada denda terhadap keterlambatan.
Dampak pada Skor Kredit
Keterlambatan pembayaran dan default (gagal bayar) dapat berdampak buruk pada skor kredit kita. Nah, hal ini pernah dibahas lo, terkait permasalahan skor kredit yang memengaruhi karier. Kalau di artikel sebelumnya dijelaskan bahwa skor kredit bisa memengaruhi lamaran kerja, bukan tak mungkin hal ini juga bisa terjadi pada karyawan yang sudah bekerja di perusahaan beberapa lama.
Hal ini akan semakin runyam kalau kemudian utang tersebut memengaruhi suasana dan kondisi di kantor, dan mengganggu kenyamanan rekan kerja yang lain.
So, intinya, mengajukan pinjaman bank untuk karyawan adalah keputusan finansial besar. Adalah sangat penting untuk menilai kebutuhan dengan benar, memahami syarat dan ketentuan pinjaman, dan memastikan bahwa kita memiliki rencana yang solid untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
Langkah-langkah untuk Menilai Kebutuhan Pinjaman Bank untuk Karyawan dengan Benar
Menilai kebutuhan pinjaman dengan benar sangat penting agar kita tidak terjebak dalam masalah keuangan di kemudian hari. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menilai kebutuhan pinjaman dengan benar.
Tentukan Tujuan Pinjaman
Enggak cuma saat mau berinvestasi pertanyaan “Tujuan lo apa?” muncul. Pertanyaan ini sebaiknya juga ditanyakan pada diri sendiri, ketika hendak mengajukan pinjaman bank untuk karyawan.
Tujuan kamu apa, kok memerlukan pinjaman? Apakah untuk pembelian rumah? Untuk membayar keperluan darurat? Untuk kredit kendaraan? Atau, ada kebutuhan lain?
Tak hanya berhenti di sini, kamu juga harus memastikan, bahwa tidak ada sumber lain lagi yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut selain mengajukan pinjaman.
Buat Daftar Detail Kebutuhan
Catat rincian semua biaya yang akan kamu hadapi. Misalnya, jika kamu meminjam untuk renovasi rumah, buat daftar kebutuhan keseluruhan, mulai dari kebutuhan bahan bangunan, upah tukang, dan biaya tambahan lainnya jika ada.
Dengan anggaran yang detail, nantinya kamu akan lebih mudah menentukan berapa kebutuhan pinjaman yang kamu perlukan, dan kamu pun enggak over leveraging.
Buat Rencana Keuangan
Sebaiknya diingat, bahwa kita mengajukan pinjaman bukan karena alasan tidak punya uang. Justru, kita mengajukan pinjaman ketika kita yakin kita punya uang, untuk mengembalikan pinjaman tersebut nantinya. Ingat ya, berani utang berarti berani bayar.
So, tentukan berapa banyak pendapatan kamu setiap bulan, dan alokasikan maksimal 30% dari penghasilan tersebut untuk cicilan.
Pertimbangkan Jangka Waktu Pinjaman
Pertimbangkan berapa lama kamu bisa menanggung beban pinjaman ini.
Pinjaman jangka pendek umumnya aan memiliki cicilan yang lebih tinggi tetapi bisa selesai lebih cepat. Sedangkan, pinjaman jangka panjang mungkin memiliki cicilan yang lebih rendah tetapi kamu juga akan berada dalam kewajiban yang lebih lama.
Berhubung kondisi yang berbeda, kamu pasti punya pertimbangan yang berbeda juga, yang harus disesuaikan dengan kemampuanmu.
Pertimbangkan Suku Bunga
Suku bunga akan memengaruhi jumlah total yang harus dibayar kembali. So, cari tahu apakah suku bunga itu tetap atau variabel. Cek juga, apakah bunga yang tetap atau variabel ini akan memengaruhi pembayaran cicilanmu ke depannya. Kamu boleh meminta ilustrasi dari bank sehingga mendapatkan gambaran yang lebih baik.
Bandingkan Penawaran dari Beberapa Bank atau Lembaga Keuangan
Tak perlu terburu-buru menerima tawaran pertama yang kamu terima. Bandingkan suku bunga, biaya, dan syarat lainnya dari beberapa penyedia pinjaman untuk mendapatkan kesepakatan terbaik.
Pada dasarnya, mengajukan pinjaman bank untuk karyawan ini sama prinsipnya dengan saat kita membeli barang. Kita boleh membandingkan, mana yang lebih menguntungkan dari semua penawaran itu.
Jangan lupa, sebelum menandatangani perjanjian pinjaman, pastikan kamu telah membaca dan memahami semua syarat dan ketentuan, termasuk biaya atau sanksi jika kamu membayar lebih awal atau terlambat.
So, adalah penting untuk benar-benar memahami dan menilai kebutuhan finansial sebelum mengajukan pinjaman bank untuk karyawan ini. Baik itu untuk membeli kendaraan, modal usaha, atau renovasi rumah, langkah ini tidak hanya akan membantu dalam merencanakan dan mengelola pinjaman dengan lebih efisien, tetapi juga dalam membangun fondasi finansial yang sehat.
Selain itu, dengan evaluasi kebutuhan yang tepat, karyawan dapat menghindari risiko over-leverage dan kesulitan finansial yang mungkin timbul di kemudian hari. Oleh karena itu, sebelum mengambil langkah besar ini, luangkan waktu untuk merenungkan, merencanakan, dan mempersiapkan diri dengan baik, sehingga pinjaman yang diambil benar-benar bisa menjadi beban yang menguntungkan, bukan beban yang memberatkan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
BI Checking: Pengertian dan Hal-Hal yang Sebaiknya Kamu Tahu
BI Checking lagi seru dibahas. Semua berawal dari tweet seseorang di media sosial X, yang bilang bahwa 5 orang pelamar di kantornya bekerja semuanya ditolak gara-gara setelah dilakukan BI Checking skor kreditnya mencapai KOL5. Setelah ditelusur lebih jauh, ternyata semua gara-gara paylater ratusan ribu yang terlambat dibayar sampai berbulan-bulan.
Sungguh sulit dibayangkan, “hanya” gara-gara pinjaman ratusan ribu, hilang kesempatan karier yang bisa berdampak seumur hidup. So, apakah kamu tahu apa itu BI Checking? Atau, kamu juga belum pernah mendengar mengenai BI Checking?
Apa Itu BI Checking?
“BI Checking” dalam konteks perbankan di Indonesia mengacu pada pemeriksaan catatan kredit perseorangan atau korporasi di Bank Indonesia. Bank Indonesia memiliki sistem yang dikenal sebagai Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), yang sebelumnya dikenal sebagai Sistem Informasi Debitur (SID). Melalui sistem ini, bank dan lembaga keuangan lainnya dapat memeriksa riwayat kredit nasabah atau pihak yang akan mengajukan kredit.
FYI, sistem ini sebelumnya memang dikelola oleh Bank Indonesia. Namun, saat ini sistem ini merupakan bagian dari OJK, dan sudah sering disebut juga sebagai SLIK OJK.
Ketika seseorang atau perusahaan ingin mengajukan pinjaman atau kredit, bank biasanya akan melakukan BI Checking, atau melakukan cek pada SLIK OJK, untuk melihat riwayat kredit, seperti apakah ada tunggakan pinjaman, seberapa sering telat membayar, dan lainnya. Informasi ini membantu bank atau lembaga keuangan dalam menentukan apakah pihak yang mengajukan pinjaman memiliki kelayakan kredit atau tidak.
Skor kredit di Indonesia diberi nilai berdasarkan rentang dari 1 hingga 5, yang dikenal sebagai kolektibilitas (Kol). Berikut rinciannya.
Kol 1: Lancar
Mereka yang punya rating Kol 1 selalu melakukan pembayaran baik pokok maupun bunganya tepat pada waktunya. Catatan pembayarannya menunjukkan prestasi yang baik, tanpa adanya keterlambatan, dan sesuai dengan ketentuan pinjaman.
Kol 2: Memerlukan Pengawasan
Rating ini menandakan adanya keterlambatan pembayaran. Mereka yang memiliki rating Kol 2 biasanya memiliki keterlambatan pembayaran antara 1 hingga 2 bulan, atau 1 hingga 90 hari.
Kol 3: Tertunda
Mereka yang memiliki rating Kol 3 memiliki catatan pembayaran yang lebih buruk, dengan keterlambatan antara 3 hingga 4 bulan atau 91 hingga 120 hari. Upaya untuk menghubungi debitur juga sering kali tidak berhasil.
Kol 4: Risiko Tinggi
Rating Kol 4 diberikan kepada mereka yang memiliki keterlambatan pembayaran antara 5 hingga 6 bulan atau 121 hingga 180 hari.
Kol 5: Kredit Macet
Level terakhir, Kol 5, diberikan kepada kredit yang sudah terlambat lebih dari 6 bulan. Meskipun sudah ada usaha untuk mengaktifkan kembali kredit tersebut, tetapi tetap tidak ada perkembangan, sehingga dikategorikan sebagai kredit macet.
Cara Mengecek BI Checking atau SLIK OJK
Nah, dengan kasus ini, kita akhirnya jadi tahu, bahwa BI Checking tak hanya dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga keuangan, tetapi juga oleh manajer dan HR perusahaan saat rekruitmen karyawan baru.
Berarti BI Checking ini bisa dilakukan oleh siapa saja dong ya? Yes, betul sekali.
Pada bulan November 2022, OJK memperkenalkan aplikasi iDebKu yang dirancang untuk lembaga jasa keuangan (LJK), termasuk institusi perbankan dan non-perbankan. Aplikasi ini memudahkan LJK dalam menentukan kebijakan kredit atau pembiayaan berdasarkan informasi debitur.
iDebKu memfasilitasi perusahaan dan individu dalam mengakses informasi debitur. Dengan integrasi antara kantor-kantor di berbagai level, informasi menjadi lebih terjangkau melalui satu aplikasi.
Mengacu pada panduan resmi dari OJK, berikut langkah-langkah untuk melakukan BI Checking melalui iDebKu yang bisa dilakukan oleh siapa saja.
- Kunjungi website iDebKu di https://idebku.ojk.go.id dan pilih opsi “Pendaftaran” yang tersedia di halaman utama.
- Isi semua informasi yang diminta dengan tepat, dan unggah foto sesuai dengan petunjuk aplikasi.
- Setelah berhasil mendaftar, kamu akan menerima konfirmasi melalui email yang berisi nomor registrasi.
- Untuk mengetahui status pendaftaran, gunakan menu “Status Layanan” dan masukkan nomor registrasi yang diterima.
- OJK akan mengirimkan laporan iDeb ke email kamu, maksimal dalam waktu 1 hari kerja setelah proses pendaftaran.
Jika memerlukan informasi tambahan seputar iDeb, kamu dapat menghubungi OJK melalui telepon di 157, email ke [email protected], atau WhatsApp di 081-157-157-157.
Cara Membersihkan Skor Kredit yang Buruk di BI Checking
Dengan adanya kasus ini, maka seharusnya sih terus pada sadar bahwa melunasi utang—seberapa pun kecilnya—itu penting. Bahwa ternyata, skor kredit buruk tidak hanya akan memengaruhi pengajuan pinjaman kita ke depannya, bahkan juga memengaruhi peluang kita untuk berkarier.
Kalau sudah begini, apa yang harus dilakukan? Di sinilah definisi “mencegah lebih baik daripada mengobati” yang sebenarnya. Pasalnya, tidak mudah untuk membersihkan skor kredit yang buruk di SLIK. Namun, bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi masalah ini.
Selesaikan Tunggakanmu
Jika kamu mengetahui adanya keterlambatan pembayaran kredit, segera tuntaskan utang tersebut bersama lembaga keuangan terkait. Jika jumlah yang harus dibayar cukup besar, kamu bisa meminta kemudahan dalam pembayaran, walaupun ini mungkin memperpanjang periode pelunasan.
Dalam banyak kasus, lembaga keuangan dapat memberikan potongan hingga 50 persen dari jumlah total pinjaman. Menghindari pembayaran tidak akan meningkatkan skor kredit kamu.
Dapatkan Surat Bebas Utang
Setelah melunasi utang, pastikan kamu mendapatkan surat keterangan bahwa kamu sudah melunasi seluruh kewajiban yang ada.
Surat ini bisa dalam format cetak atau digital. Dokumen ini nantinya bisa kamu gunakan sebagai referensi ketika mengajukan pinjaman di kemudian hari. Namun, perlu diingat bahwa mendapatkan surat ini mungkin membutuhkan waktu beberapa hari.
Hubungi Lembaga Keuangan untuk Memperbaharui Riwayatmu
Dengan surat bebas utang di tangan, segera kontak lembaga keuangan untuk memperbarui informasi kredit kamu di OJK. Nah, data kredit yang diperbarui ini akan menjadi pertimbangan bagi bank ataupun pihak lain, jika diperlukan. Ya, seperti kalau melamar kerja.
Jika kamu berencana mengambil pinjaman setelah memperbaiki riwayat kredit, pastikan kamu mengelola keuangan dengan bijak. Alokasikan pendapatanmu, kelola keuangan, dan buat rencana keuangan sehingga kamu bisa membayar cicilan tepat waktu dan kamu terhindar dari denda serta penumpukan utang yang bisa berlipat-lipat besarnya.
So, sampai di sini sudah tahu ya, apa itu BI Checking, bagaimana cara kerjanya, bagaimana mengeceknya, dan bagaimana pengaruhnya terhadap beberapa aspek hidup kita? Mari belajar dari kasus yang sudah ada, agar kita tak mengulangi kesalahan yang sama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!