Financial Infidelity: “Perselingkuhan” yang Jadi Penyebab No. 2 Terbanyak Perceraian
Pernah dengar “infidelity” kan? Yes, artinya perselingkuhan. Kalau ini terjadi dalam sebuah pernikahan, sudah pasti bakalan terlihat dampaknya seperti apa. Nah, kalau financial infidelity, sudah pernah dengar juga?
Apa itu financial infidelity?
Kalau dilihat dari dua asal katanya seharusnya makna istilah ini sudah jelas sih.
Financial adalah keuangan, atau finansial. Dan, infidelity adalah perselingkuhan. So, financial infidelity adalah perselingkuhan keuangan. Ini adalah keadaan ketika terjadi ketidakjujuran antara pasangan suami istri tentang keuangan dalam rumah tangga mereka. Ada rahasia di antara mereka. Tsah.
Dari mana asal munculnya istilah financial infidelity ini?
Kalau mau mencari asal muasal yang paling awal sih belum ketemu. Tetapi, syahdan, ada sebuah survei yang terbit tahun 2018 di Journal of Financial Therapy yang mengungkap fakta mengejutkan. Bahwa sebanyak 27% pasangan melakukan financial infidelity terhadap pasangannya.
Lalu, apa saja bentuk financial infidelity ini?
Ternyata menurut Investopedia, ini dia bentuk-bentuknya.
Kalau diterjemahkan secara bebas, adalah sebagai berikut:
- Menyembunyikan pembelian sesuatu
- Berbohong mengenai harga barang yang sudah dibeli
- Berbelanja untuk anak-anak, tanpa memberi tahu pasangan
- Bilang kalau beli diskon, padahal enggak
- Barang baru diakui sudah lama beli
- Ambil tabungan nggak bilang-bilang pasangan
- Apply kartu kredit tanpa sepengetahuan pasangan
- Menyembunyikan tagihan kartu kredit
- Tidak jujur kalau punya utang
- Punya rekening rahasia
- Uang dipakai untuk judi, tanpa memberi tahu pasangan
- Menyembunyikan bonus atau kenaikan gaji
Ini menarik, meskipun surveinya diadakan di Amerika Serikat. Berarti, berlakunya untuk warga AS doang dong? Yah, sepertinya di Indonesia juga belum pernah ada survei dan penelitian terkait hal ini sampai dengan hari ini. Namun, ini menarik karena yakin deh, hal seperti ini juga terjadi di Indonesia.
Kok sampai bisa terjadi yang namanya financial infidelity ini ya?
Salah satu penyebabnya yang terbesar bisa jadi adalah mindset. Faktanya, sebanyak 32% responden dalam survei yang sama berpendapat, bahwa kondisi keuangan itu tetap merupakan privacy masing-masing pihak—baik suami maupun istri—meski mereka berdua telah menikah secara sah.
Penyebab lain bisa jadi adalah rasa kekhawatiran untuk tidak disetujui.
Ingat akan kasus bapak-bapak yang menyembunyikan nota pembelian printilan games dari istri? Atau, bapak-bapak yang meminta pihak olshop untuk “memalsukan” harga barang menjadi setengahnya?
Ingatkah juga dengan ungkapan, “Lebih mudah meminta maaf ketimbang meminta izin.”?
Nah, jadi sepakat kan, bahwa fenomena financial infidelity ini juga terjadi di Indonesia? Hanya angkanya saja yang belum diketahui secara pasti.
Padahal, tak perlu terjadi “perselingkuhan”, nyatanya masalah ekonomi menjadi penyebab terbesar pasangan akhirnya memutuskan untuk bercerai.
Financial infidelity adalah bagian dari masalah ekonomi yang bisa terjadi dalam rumah tangga.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Keuangan memang bisa menjadi bahan perdebatan besar di antara pasangan suami istri. So, adalah penting bagi setiap pasangan untuk terbuka mengenai situasi keuangan, pengeluaran, dan sikap masing-masing terhadap uang.
Salah satu hal yang harus segera dilakukan untuk mengatasi (atau mencegah) terjadinya financial infidelity adalah dengan mengecek komitmen antara suami istri terkait pengaturan keuangan keluarga.
Coba kembali pada: apa yang dulu disepakati? Apa tujuan utama dalam pernikahan? Apa saja tujuan finansial keluarga yang harus dicapai?
Setelah sudah kembali “ke jalan yang benar”, selanjutnya cari solusi yang paling tepat agar kedua belah pihak dapat menjalankan rencana keuangan dengan nyaman, tanpa harus merasa perlu untuk berahasia, berbohong, dan sebagainya. Misalnya saja, supaya suami nggak mesti harus menyembunyikan nota pembelian printilan games, beri saja jatah alokasi dana khusus untuk hobinya. Suami sendiri juga harus berkomitmen, ketika pengeluaran uang sudah mendekati limit, maka harus ada rem darurat yang harus segera diinjak. Ingat akan tujuan finansial yang lebih besar dan penting bagi keluarga.
Hmmm, kalau hal-hal seperti financial infidelity dan keuangan pasangan suami istri ini kayaknya asyik nih ya, kalau diobrolkan bersama dalam sebuah forum bersama pakar-pakar multidisiplin di bidangnya. Ya kan? Kita jadi bisa mendengar pengalaman orang lain, yang barangkali sama dengan yang kita alami juga. Bahkan bisa mendengarkan kupasan mengenai ini dari sisi psikologis.
Bagaimana menurutmu?
Urus Rumah Tanpa Asisten Rumah Tangga: Bisa!
Sebagian besar dari kita mengalami ketergantungan terhadap asisten rumah tangga untuk membantu mengurus rumah. Betul?
Tapi, sementara virus corona menyebar dan diberlakukannya pembatasan sosial skala besar, memaksa sebagian dari para asisten itu untuk sementara berhenti dulu lantaran banyak sebab. Ada yang nekat mudik, lantaran kemarin Lebaran, tapi akhirnya nggak bisa balik. Atau, memang kita setop dulu, karena kita sendiri harus mengurangi pengeluaran sementara penghasilan kita juga berkurang.
Lalu, kalau biasanya sudah dibantu oleh asisten rumah tangga dan kemudian enggak lagi, pastilah jadinya kelimpungan sendiri. Bingung, antara mau ngerjain apa duluan sampai baru nyadar kalau kerjaan rumah tangga itu ternyata banyak bangats!
Terus gimana dong?
Tenang, QM Financial selalu punya solusi untuk segala kericuhan hidup kok, termasuk soal “kehilangan” asisten rumah tangga ini. Kita sebenarnya bisa kok melepaskan ketergantungan terhadap mereka, dan memang harus pelan-pelan sih melakukannya. Mulailah dari beberapa hal berikut.
Melepas Ketergantungan terhadap Asisten Rumah Tangga
1. Petakan rutinitas
Apa yang akan kita lakukan setelah ketidakhadiran asisten rumah tangga akan sangat bergantung pada rutinitas kita sehari-hari. Kita bisa mengatur waktu dan tugas, jika kita sudah tahu kesibukan macam apa yang kita kerjakan setiap harinya.
Jadi, mari petakan rutinitas lebih dulu, mulai dari pagi hingga malam hari. Pukul berapa sarapan? Pukul berapa harus berangkat sekolah atau ke kantor? Pukul berapa pulangnya? Pukul berapa makan malam? Apakah kita biasa makan siang di rumah? Pukul berapa saja semua anggota keluarga ngumpul di rumah? Butuh apa saja kalau ngumpul?
Nah, kalau rutinitas ini sudah dipetakan, kita kan jadi mudah melihat, di bagian mana kita akan sibuk, di bagian mana kita bisa “mengaryakan” seluruh anggota keluarga untuk ikut andil dalam mengurus rumah, dan di bagian mana kita bisa ambil waktu untuk rebahan, bekerja, atau ya sekadar ngumpul aja.
Iya, kalau di rumah enggak ada asisten rumah tangga, maka seluruh anggota keluarga harus jadi asisten ya. Jangan diurus sendiri. Rumah kan milik bersama, jadi ya harus diurus bareng-bareng.
2. Cari alternatif bantuan
Dari peta rutinitas itu, kita juga bisa memilah, mana yang bisa dikerjakan sendiri, dan mana yang harus dicarikan bantuan.
Misalnya saja, masalah cucian. Kalau ada mesin cuci yang full otomatis di rumah sih gampang. Tinggal dimasukkan, sementara kita bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lain sampai cucian selesai dengan sendirinya. Tetapi masalah datang ketika harus menyeterika. Ada alternatif lain: setrika bisa dititipkan ke jasa penatu. Pastinya harganya lebih murah kalau kita hanya minta disetrikain aja, ya kan?
Atau, ketimbang ribet masak setiap harinya–karena suami istri sama-sama harus bekerja di kantor–ya sudah langganan katering keluarga saja. Masak sendiri di setiap weekend bareng-bareng, biar beda dan bisa bikin keluarga tambah dekat.
Jadi, carilah bagian mana yang dimintakan bantuan, bagian mana yang bisa dibagi tugas ke anggota keluarga yang lain, dan bagian mana yang harus kita sendiri yang melakukannya. Anak-anak juga harus mendapat tugas ya, tapi pastikan bukan yang berbahaya.
3. Efektifkan waktu
Untuk bisa mengurus rumah tanpa bantuan asisten rumah tangga, kita akan sering multitasking. Tapi, enggak semua pekerjaan bisa dibikin multitask juga. So, mengenali hal-hal mana saja yang bisa dikerjakan seccara lebih efektif akan sangat membantu.
Misalnya saja, sudah memutuskan untuk memasak sarapan sendiri saja setiap pagi, maka siapkanlah bahan-bahannya semalam sebelum tidur. Begitu juga kalau harus bersiap ke kantor, siapkan sejak semalam juga.
Jadwalkan belanja, misalnya seminggu sekali saja. So, daftar belanja dibuat untuk stok seminggu. Dengan demikian, waktu belanja jadi efektif, pun kita jadi enggak belanja berlebihan. Stick to shopping list ya, nggak usah window shopping kelamaan. Awas lo, malah jadi boncos.
4. Manfaatkan teknologi
Mesin cuci adalah penemuan paling genius yang pernah ada. Begitu juga dengan food processor, microwave, slow cooker, freezer, dan sebagainya.
Memang butuh modal banyak untuk memilikinya, tapi kan juga nggak perlu punya semua. Pilih dari yang paling bisa membantu dulu, sesuai kebutuhan masing-masing.
Dengan alat-alat canggih ini, kita pasti bisa melakukan semuanya sendiri tanpa asisten rumah tangga lagi. Hemat waktu dan tenaga, kita pun bisa mengurus hal-hal lainnya di rumah, bahkan bisa rebahan juga.
5. Siapkan bujet
Iya, mungkin kita akan bisa sedikit mengurangi pengeluaran lantaran enggak harus menggaji asisten rumah tangga lagi. Tapi, pasti akan muncul pengeluaran lain sebagai imbas kehilangan ART ini. Misalnya saja, kayak tambahan untuk setrika di jasa penatu itu. Mungkin enggak banyak, tapi kan tetap harus disiapkan.
Begitu juga kalau kita memutuskan untuk berlangganan katering. Pasti akan butuh bujet juga kan? Dan hal-hal lain yang sekiranya bisa membantu, hitung juga kebutuhan anggarannya.
Kalau siap, pastinya akan lebih mudah.
Nah, gimana? Ada trik lain lagi yang bisa kita lakukan untuk mengurus rumah tanpa bantuan asisten rumah tangga? Boleh ditulis di kolom komen ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Prioritas Pengeluaran Rutin yang Harus Tetap Dilakukan Selama Pandemi COVID-19
Selama masa pandemi COVID-19, sebagian dari kita harus menerima penghasilan yang lebih sedikit dari sebelumnya. Hal ini pastinya memaksa kita untuk putar otak, agar setiap kebutuhan tetap terpenuhi dengan baik. Selain dipakai untuk belanja kebutuhan hidup, uang tersebut juga harus cukup dipakai untuk memenuhi setiap pengeluaran rutin per bulannya.
Ya, sebagai manusia kita memang selalu “dipepet” oleh kondisi sih. Mau enggak mau, harus selalu siap untuk setiap situasi yang mendadak datang. Siapa sih yang mau merencanakan untuk mengalami kesulitan keuangan? Nggak ada, pastinya. Semua orang juga pengin kondisi baik-baik saja, semua lancar-lancar saja.
Tapi yah, kita memang lagi diuji, jadi mari kita segera cari solusi saja, ketimbang kelamaan menekuri nasib.
Jadi begitulah, ada beberapa pengeluaran rutin yang enggak boleh dilupakan, meski sekarang lagi krisis. Sebisa mungkin kelima hal ini tetap harus dijadikan prioritas keuangan, supaya hidup menjadi lebih nyaman dan mudah.
5 Pengeluaran Rutin yang Harus Jadi Prioritas
1. Tagihan rutin rumah tangga
Seperti apa, misalnya? Listrik. Beberapa hari belakangan, banyak orang yang mengeluh tagihan listrik mereka tiba-tiba melonjak naik. Terlepas dari kehebohan ini, tetap saja, listrik ya harus dibayar.
Ya masa kita mau pakai obor buat penerangan?
Boleh saja kalau mau mengajukan komplain atau protes, kalau membawa hasil kan ya lumayan. Naiknya enggak kira-kira, katanya. Tapi, kan teteup … harus dibayar!
Coba deh, sekarang–selain mengajukan komplain–dari kita sendiri juga berusaha untuk menghemat listrik. Semoga bisa mengurangi tagihannya bulan depan.
Yang kedua, air. Buat kamu yang memakai layanan PDAM, karena enggak mungkin juga kamu #dirumahaja tanpa air. Kalau yang di rumah pakai sumur, ya berarti bebas dari pengeluaran rutin satu ini. Selamat!
Yang ketiga, internet, baik untuk Wifi ataupun kuota smartphone. Ini juga jadi pengeluaran rutin yang harus diprioritaskan. Apalagi semua-semua sekarang dikerjakan dari rumah, mulai dari kerja, sekolah, sampai kongko juga online kan?
2. Cicilan pinjaman online
Kalau kamu ada pinjaman online, maka ini juga harus menjadi prioritas utama pengeluaran rutin setiap bulannya, enggak peduli sekarang lagi masa pandemi atau bukan.
Mengapa harus diprioritaskan? Untuk menghindari bunga berbunga yang bisa menggulung-gulung keuanganmu bak tsunami yang datang tanpa peringatan.
Jangan sampai, pengurangan pemasukan saat pandemi masih diperburuk lagi dengan gulungan ombak bunga utang pinjol ini ya.
3. Cicilan kartu kredit
Syahdan, di awal pandemi kita terserang panic buying. Karena belom ada gaji, maka kita pun belanja dengan menggunakan kartu kredit. Ouch! Kalau ini terjadi sama kamu, that means utang satu ini harus pula menjadi prioritas pengeluaran rutin setiap bulannya.
Kalau memang kamu ada uang lebih, mendingan lunasi saja langsung. Jika enggak, ya prioritaskan dalam daftar pengeluaran rutin kamu.
Jangan sampai kita kena segala macam biaya yang enggak perlu, mulai dari denda telat pembayaran, denda pembayaran di bawah minimum, biaya over limit, masih plus bunganya. Ini benar-benar pengeluaran yang harus dihilangkan dari catatan keuangan selama masa pandemi ini.
4. Cicilan leasing
Kamu ada kendaraan yang baru saja dibeli melalui utang leasing? Kalau iya, tempatkan juga pembayaran cicilannya sebagai prioritas pengeluaran rutin bulananmu.
Kabar baiknya, kamu bisa meminta relaksasi kredit leasing selama masa pandemi virus corona ini. Yes, kamu yang harus mengajukan permohonan keringanan kredit ini ya, karena keringanan ini enggak datang begitu saja.
So, coba hubungi kantor leasing tempat kamu mengambil kredit dan tanyakan prosedur untuk mengajukan permohonan keringanan kredit. Keringanannya juga bukan berarti kamu bebas tidak membayar cicilan, tetapi berupa keringanan bunga, perpanjangan waktu, hingga pengurangan jumlah cicilan pokok. Semua tergantung pada kebijakan masing-masing leasing.
Semoga bisa sedikit membantu keuanganmu yang lagi krisis sekarang.
5. Cicilan bank
Misalnya seperti KTA atau cicilan KPR, atau jenis cicilan pinjaman lain yang kamu lakukan melalui bank, harus jadi prioritas dalam daftar pengeluaran rutin setiap bulannya.
Di sini juga ada kabar baik nih. Seperti juga pada leasing, pemerintah juga memberikan stimulus berupa keringanan kredit bank selama masa pandemi virus corona. Tentu saja, ada kriteria dan syarat yang harus kamu penuhi terlebih dahulu. Hubungi bank tempat kamu mengambil kredit ya, dan tanyakan prosedurnya.
Nah, itu dia 5 pengeluaran rutin yang harus menjadi prioritas selama masa pandemi berlangsung.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pertengkaran Rumah Tangga Bisa Dipicu oleh 5 Masalah Keuangan Ini – Beresin Yuk!
Namanya rumah tangga, biasalah jika terjadi riak-riak kecil di sana-sini. Namun, dari semua akar permasalahan, akan terasa lebih berat dan kompleks ketika ada hubungannya dengan masalah keuangan. Sepertinya ini memang menjadi penyebab klasik pertengkaran rumah tangga.
Memang kan, begitu kita mulai membangun rumah tangga dan keluarga–saat sudah punya anak–kebutuhan hidup juga akan meningkat. Sebenarnya ini wajar, dan terjadi pada semua orang. Hanya saja, pada beberapa pasangan, kurang lancarnya komunikasi juga ikut “membumbui” sehingga akhirnya pertengkaran rumah tangga pun terjadi.
Apa saja masalah keuangan yang bisa memicu pertengkaran rumah tangga ini? Kita lihat satu per satu yuk!
5 Masalah Keuangan yang Dapat Memicu Pertengkaran Rumah Tangga
1. Sandwich generation
Ini adalah masalah yang biasa dialami oleh generasi milenial di zaman sekarang; menjadi sandwich generation.
Seharusnya sih enggak masalah untuk membantu keluarga. Bagus, malah. Namun, kadang karena begitu menjiwai perannya sebagai sandwich generation, ada lo yang lantas “melupakan” keluarganya sendiri. Ini dia yang lantas menjadi bibit pertengkaran rumah tangga, apalagi jika pasangan sudah mulai merasa dinomorduakan.
Kalau mau membantu keluarga besar, pastikan keuangan kita sehat terlebih dahulu. Alokasikan dana sesuai kesanggupan–bicarakan hal ini dengan pasangan ya–di pos pengeluaran sosial. Misalnya, 5 – 10% dari penghasilanmu. Lalu, berani menolak ketika bantuanmu sudah melebihi jatah yang disepakati.
2. Penghasilan istri lebih besar ketimbang penghasilan suami
Yang sering terjadi di Indonesia adalah suami seharusnya berperan sebagai tulang punggung keluarga, yang menafkahi keluarga untuk segala kebutuhan hidupnya.
Namun, di zaman sekarang, peran ini sudah banyak bergeser. Kadang, para istri juga turut bekerja di luar rumah–bahkan punya karier yang lebih bagus sehingga penghasilan pun menjadi lebih tinggi ketimbang suami.
Seharusnya hal ini juga enggak jadi masalah, ketika keduanya sepakat untuk pembagian peran yang adil pada masing-masing pihak. Toh, rezeki itu selalu berputar. Mungkin akan tiba saatnya, si suami menanjak pula kariernya sehingga bisa mendapat gaji yang sepadan.
Diskusikan hal ini dengan pasangan secara terbuka. Jangan biarkan ada gaji di antara kita. Jangan jadikan hal ini sebagai penyebab pertengkaran rumah tangga. Ingat, yang penting kebutuhan bisa terpenuhi. Masalah pintu rezeki dari mana pun, harus disyukuri. Sepakat kan?
3. Peran yang kurang seimbang
Pembagian peran keuangan antara pasangan suami istri memang penting untuk dilakukan. Bahkan hal ini harus dilakukan sejak awal menikah dan masih berstatus sebagai pengantin baru.
Pembagian peran ini haruslah seimbang dan atas dasar kesepakatan bersama. Jangan sampai salah satu pihak merasa bebannya lebih besar ketimbang yang lain, karena bisa memicu pertengkaran rumah tangga. Ini bukanlah hal yang sepele lo!
Kalau ada yang merasa kurang adil, segeralah duduk dan berdiskusi, sebelum pertengkaran rumah tangga terjadi. Sepakati, siapa bertugas di bagian apa, siapa in-charge di mana. Misalnya saja, suami berperan di topup investasi setiap bulannya dan membayar asuransi. Istri memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ingat, tujuan keluarga kan sama, jadi harus ditanggung dan diperjuangkan bersama juga.
4. Masing-masing memiliki rahasia keuangan
Beberapa waktu yang lalu, sempat viral di media sosial, pengakuan-pengakuan para suami yang punya hobi tertentu dan belanja keperluan hobinya di online shop, yang meminta pada admin olshop untuk “memalsukan” nota pembelian.
Lucu sih. Kebanyakan beralasan supaya enggak dibawelin istri. Tapi, waspada, karena hal seperti ini bisa menjadi masalah besar lo. Pertengkaran rumah tangga bisa terjadi, kalau istri merasa dibohongi.
Begitu juga dengan istri. Sering ada kasus, istri berutang untuk panci, tas branded, atau apa pun deh, tanpa sepengetahuan suami. Ketika nunggak cicilan, istri kabur, eh … suaminya yang ditelpon dan ditagih. Wah, bisa kebayang deh akhirnya gimana. Ya kan?
Yuk, kurangi kebiasaan ini. Bukankah semua bisa didiskusikan bareng pasangan? Apalagi masalah keuangan seperti ini.
5. Gaya hidup yang enggak sinkron satu sama lain
Namanya suami istri, biarpun sudah disatukan dalam ikatan pernikahan, tetap saja terdiri atas 2 kepala dan 2 hati. Kadang ya kurang sinkron satu sama lain. Sebenarnya juga wajar, tinggal bagaimana kompromi satu sama lain demi tujuan keuangan keluarga bersama.
Jika salah satu merasa kurang sreg dengan keputusan yang diambil oleh pasangannya, ya enggak ada jalan lain selain mendiskusikannya dengan duduk bareng. Kalau enggak, ya bisa jadi pertengkaran rumah tangga terjadi. Kalau sudah begini, masing-masing pasti saling menyalahkan, bukan?
Jadi, terbukalah dengan pasangan kamu, tentang apa pun itu. Terutama jika menyangkut masalah keuangan.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Merencanakan Pesta Ulang Tahun Perkawinan yang Bermakna dalam 5 Langkah
Mengarungi hidup rumah tangga berdua selama sekian lama itu sungguh sesuatu, ya kan? Dibilang susah ya enggak juga, dibilang gampang ya enggak banget. Makanya, untuk sebagian pasangan suami istri, merayakan pesta ulang tahun perkawinan itu dianggap perlu, demi mengingat sebegitu lama kebersamaan tersebut.
Nggak mudah lo, bisa awet hidup bareng begini. Inget ups and downs-nya, kayak roller coaster. Bahkan sebagian kadang terpikir untuk menyerah di satu titik. Ups!
So, apakah kamu dan pasangan pengin merencanakan pesta ulang tahun perkawinan untuk berdua? Mau besar ataupun pesta kecil–atau bahkan hanya dirayakan berdua–semua tetap butuh persiapan lo! Tanpa siap-siap, bisa jadi bikin bocor anggaran, bahkan anggaran bulanan bisa terganggu.
Jadi, berikut ini ada beberapa tip untuk merencanakan pesta ulang tahun perkawinan, yang on budget tapi bermakna. Mau? Simak artikel ini sampai selesai ya.
5 Langkah Mempersiapkan Pesta Ulang Tahun Perkawinan yang Berkesan Tanpa Boros
1. Fokuskan pada relationship berdua
Mau merayakan pesta ulang tahun perkawinan semewah apa pun, sebaiknya kembali lagi untuk fokus pada hubungan yang sudah dibangun berdua. Pada keluarga.
Apa makna pesta ulang tahun perkawinan bagi keluarga? Apa arti perayaan tersebut? Mensyukuri yang sudah dijalani, dan dipunyai, lalu membuat rencana baru yang lebih baik ke depan? Atau, apa?
Kembalikan semuanya pada keluarga, dan terutama kualitas hubungan berdua sebagai pasangan suami istri.
Dengan begini, mau merayakan dengan cara apa pun, maknanya tetap mendalam.
2. Tentukan acara
Nah, kalau niat sudah ada dan baik, maka selanjutnya mau merencanakan acara apa pun, pasti akan jadi baik juga.
Jadi, mau ngapain nih? Mau ngadain private party saja, atau mau mengundang sejumlah tamu untuk bisa diajak bersyukur bareng? Biasanya sih, pasangan suami istri merayakan pesta ulang tahun perkawinan dengan lebih meriah ketika berulang tahun perak, emas, ataupun intan. Selain itu, juga bisa saja sih dirayakan, tapi pada umumnya hanya di lingkup keluarga saja.
Acaranya bisa makan malam bareng di resto, atau mau masak sendiri di rumah secara lebih istimewa juga bisa. Atau, ada yang merayakan pesta ulang tahun perkawinan sambil honeymoon kedua, atau backpackeran bareng.
Banyak cara untuk merayakan pesta ulang tahun perkawinan ini. Yang penting, kembali lagi, mau seperti apa pun acaranya, selalu ingat bahwa kualitas relationship berdualah yang utama.
3. Tentukan bujet
Setelah tahu acaranya mau seperti apa, maka berikutnya tentukan bujetnya. Lagi-lagi ingat, bukan kemewahan yang utama, tapi makna di balik pesta ulang tahun perkawinan itu sendiri.
Jadi, mau bujet berjuta-juta, atau beberapa ratus ribu saja, enggak jadi masalah, seharusnya. Tapi tetap harus direncanakan, lebih baik lagi dibuat anggarannya–apalagi jika pengin membuat pesta yang meriah.
Misalnya nih, mau membuat pesta di resto, sambil mengundang sejumlah tamu: saudara atau sahabat-sahabat terdekat. Berarti yang harus dipikirkan adalah berapa jumlah tamu undangan, makanan, minuman, dan barangkali juga harus menyiapkan suvenir.
4. Tentukan tempat
Tempat ini sudah pasti harus menyesuaikan jenis acara dan juga bujet.
Misalnya, mau merayakan pesta ulang tahun perkawinan di restoran atau mau private party di rumah? Kalau di restoran, di restoran mana? Kalau di rumah, bagaimana menyiapkan tempat untuk para tamu?
Atau kalau mau merayakan ulang tahun perkawinan sembari honeymoon kedua, tentukan tujuannya yang sesuai bujet. Enggak harus terlalu jauh juga kok, yang penting sweet escape berdua.
5. Siapkan kejutan
Biar lebih meriah, siapkan kejutan khusus untuk pasangan. Ya namanya kejutan, jangan sampai ada yang tahu dong. Siapkan sesuatu di luar dugaan pasangan, ataupun yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain, secara khusus.
Duh, pasti lebih heboh deh pesta ulang tahun perkawinan tahun ini.
Nah, gimana? Sudah siap untuk membuat rencana dan menyusun anggaran untuk pesta ulang tahun perkawinan kalian? Boleh banget lo, kalau mau mengundang tim QM Financial untuk ikut hadir di pesta. Biar lebih meriah kan?
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Sering Bikin Bocor Dadakan dan Tanpa Sadar
Ya gitu deh. Kadang adaaa aja pengeluaran rumah tangga di luar anggaran rutin bulanan, yang kemudian bikin tabungan bocor dadakan, atau bahkan tanpa sadar terjadi.
Yah, begitulah. Kadang kita sudah berusaha sungguh-sungguh untuk menyusun anggaran yang pas, tapi pengeluaran kadang ada saja. Atau mungkin, kita sudah membuat anggaran bulanan berdasarkan pengeluaran bulan sebelumnya tanpa sadar bahwa anggaran bulan sebelumnya juga bocor. Jadi auto bocor juga kan, anggaran bulan ini?
Jadi, ayo kenali pengeluaran rumah tangga apa saja yang bikin anggaran jadi bocor, supaya bulan depan kita bisa menyusun anggaran yang lebih pas dan lebih baik? Yuk, kita lihat satu per satu.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Bisa Bikin Anggaran Bocor
1. Keseringan pesan makan layan antar
Sibuk sih. Iya, tahu kok. Memang keluarga zaman sekarang semakin sibuk. Tuntutan dan gaya hidup yang semakin tinggi juga akhirnya “memaksa” kedua orang tua harus bekerja. Akhirnya, demi kepraktisan, pesan makanan online aja deh.
Well, semoga pada sadar kalau ada selisih harga antara yang di aplikasi dengan harga di warung sebenarnya. Juga ada ongkos buat nganter makanan ke rumah. Memang ada diskon untuk delivery fee, kadang ya? Besarnya bisa setengah lebih. Tapi misalnya nih, ada selisih Rp5.000 untuk harga makanan, plus ongkos kirim Rp10.000 (meski ini sudah diskon dari Rp18.000, misalnya). Nah, sudah Rp15.000 tambahan sendiri untuk makanan kan?
Kalau Rp15.000 dipakai buat masak sendiri, barangkali sudah jadi tambahan lauk ekstra deh.
It’s ok sih kalau sesekali pesan online, apalagi kalau capek banget. Tapi ada baiknya kalau beri proporsi dalam pengeluaran rumah tangga secara tersendiri. Selebihnya, usahakan untuk memasak saja. Atau kalau enggak ya, mampir ke warungnya lalu pesan takeaway, sembari pulang dari kantor.
Lebih hemat, cobain deh.
2. Belanja kecil di minimarket
Duh, pasta gigi habis. Wah, minyak goreng tinggal sedikit. Ouch, butuh sabun pel nih. Lalu berangkatlah ke minimarket yang terdekat.
Minimarket memang cukup menolong, kalau butuh sesuatu yang sifatnya darurat. Tapi, belanja-belanji kecil di minimarket keseringan juga bisa bikin pengeluaran rumah tangga jadi bocor alus.
Lagi-lagi karena ada selisih harga antara minimarket franchise itu dengan harga barang misalnya di hypermarket besar, apalagi di pasar tradisional. Lumayan juga lo, antara Rp2.000 sampai belasan ribu.
3. Boros listrik
Pergi dari rumah, lupa mematikan lampu kamar. AC juga masih menyala. Tidur sambil ditonton sama televisi, alih-alih kita yang nonton tivi.
Saking menjadi kebiasaan, kita jadi enggak ngeuh kalau hal-hal seperti ini bakalan memengaruhi tagihan listrik, atau jadi bikin beli token lebih sering.
Coba yuk, dikurang-kurangi dan dihemat pemakaian listriknya. Matikan alat-alat yang tidak digunakan. Kalau perlu, buat ceklis di dekat pintu rumah, berisi alat apa saja yang harus dimatikan; lampu, AC, kipas angin, TV, pompa air, kompor, dan lain-lain. Selain agar lebih hemat, juga faktor safety lo!
Oh iya, ganti juga lampu-lampu pendar dan neonnya dengan lampu hemat energi. It works lo, untuk memangkas tagihan listrik di pengeluaran rumah tangga bulanan.
4. Boros air
Penyebab pengeluaran rumah tangga bocor yang keempat ini sama aja kayak poin ketiga di atas. Saking begitu terbiasa.
Keran bocor enggak segera diperbaiki. Siram tanaman dengan air leding dua kali sehari.
Itu beberapa contoh dari borosnya kita menggunakan air. Coba deh, segera perbaiki keran bocor, biar enggak nambah tagihan PDAM. Begitu juga dengan menyiram tanaman. Kalau lagi musim hujan begini, coba tampung air hujan. Bisa dipakai untuk menyiram tanaman nanti.
Ibu saya di rumah malah rajin banget menampung air cucian bahan makanan–air cucian beras, air cucian sayur dan buah, dan lain sebagainya–untuk kemudian disiramkan ke tanaman. Malah koleksi tanamannya jadi subur banget.
5. Langganan ini-itu yang enggak maksimal dinikmati
Langganan TV kabel, padahal sehari-hari saja sudah pergi pagi pulang malam, dan weekend lebih suka pergi sekeluarga nonton film ke bioskop. Langganan majalah dan koran, tapi lebih suka baca berita di gadget. Langganan aplikasi musik premium, padahal ya, kalau pakai yang gratisan juga bisa (meski “terganggu” iklan). Jadi member gym, padahal rajin olahraganya cuma 1 minggu pertama.
Mubazir banget kan, pengeluaran rumah tangga yang kelima ini, kalau misalnya memang ada? Coba yuk, diperiksa lagi. Apakah ada langganan-langganan yang enggak bisa dinikmati maksimal? Kalau ada, mending berhenti saja.
6. Perbaikan rumah dan kendaraan
Rumah dan kendaraan pada umumnya akan mulai “rewel” begitu masuk usia kelima tahun.
Kalau rumah ya misalnya atap bocor, dinding mulai mengelupas, lantai pecah–belum lagi alat dan perabotan yang rusak dan perlu diperbaiki. Demikian juga dengan kendaraan–mobil misalnya. Memasuki tahun kelima, pasti mulai minta ganti parts ini itu–accu, ban, kampas, dan seterusnya.
Jadi, mesti disiapkan deh dana pos pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan satu ini. Ini sih bukan bocor halus ya, karena bakalan kerasa banget. Tapi, dadakan biasanya, dan enggak bisa ditunda.
7. Mupeng sama diskon, tanpa perhitungan
“Buy 2 get 3”–nah, kan jadi beli 2 item, padahal butuhnya cuma satu.
“Diskon 10% untuk pembelian kedua”–nah, ini juga sama saja, jadi beli 2 biji, padahal butuhnya ya satu doang.
“Gratis planner cantik untuk pembelanjaan minimal Rp500.000”–yha! Jadi cari-cari barang lagi biar bisa genap Rp500.000, plannernya lucuk soalnya!
Siapa nih yang sering kejadian begini?
Enggak hanya sebagai penyebab bocor pengeluaran rumah tangga, bocor ketujuh ini juga sering terjadi pada mereka yang masih singles. Iya apa iya?
Cara mengatasinya gampang sebenarnya: belilah sesuai kebutuhan. Sudah, begitu saja kok.
Nah, jadi, pengeluaran rumah tangga yang mana nih yang sampai sekarang masih jadi “monster” pembuat anggaran bulanan keluarga bocor? Atau, ada yang lain? Coba tulis di kolom komen ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pengantin Baru, Lakukan 5 Langkah Mengatur Keuangan Ini!
Selamat menempuh hidup baru! Begitu akad ataupun janji perkawinan telah diucapkan, maka saat itu pula, sepasang laki-laki dan perempuan menjadi keluarga baru, menjadi pengantin baru. Bahagia, pastinya. Bayangan “live happily ever after” semakin jelas di pelupuk mata.
Begitulah yang sering terjadi. Apalagi dengan persiapan yang menguras energi dan akhirnya bisa menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah, kadang bikin sang pasangan pengantin baru ini lupa bahwa ada banyak hal lain yang lebih penting untuk segera dipikirkan setelah pesta.
Yah, memang. Kadang hidup setelah menikah itu malah dilupakan, padahal justru di situlah awal hidup yang sebenarnya. Banyak PR yang harus segera dipikirkan agar ke depannya hidup kita jadi terjamin.
Sudah bagus kalau pesta pernikahannya enggak pakai utang. So, tinggal menata saja mau gimana hidup ke depannya. Lah, kalau masih menyisakan utang? Ya berarti harus segera dibereskan! Jadikan sebagai top priority, begitu hidup berpasangan sudah mulai.
So, yuk, segera moveon dari pesta-pesta dan juga honeymoon-nya. Segera bersiap untuk menghadapi tantangan baru sebagai pasangan pengantin baru–sepasang suami istri yang sama-sama belajar dari nol lagi.
5 Langkah Mengatur Keuangan Pengantin Baru
1. Bangun komunikasi
Segera luangkan waktu untuk ngobrol berdua soal kondisi keuangan masing-masing. Malahan ya, ngobrol berdua ini sebenarnya sih sudah harus dilakukan sebelum menjadi pengantin baru sih.
Tapi, kalau memang baru sekarang bisa dilakukan, ya enggak masalah. Enggak pernah terlambat untuk tujuan baik kan?
So, segera ajak pasangan kamu untuk mulai ngobrolin uang. Mulailah dari saling terbuka dengan penghasilan masing-masing, apakah ada utang di antara kalian, sudah punya aset apa saja, punya mimpi dan cita-cita apa ke depannya, pengin hidup seperti apa, dan seterusnya.
Jangan khawatir, meski bahasannya serius, tapi sebagai pengantin baru, kalian pasti masih bisa membawa romansa romantis dalam obrolan kalian. Percaya deh. Jadikan sesi ngobrol keuangan ini menjadi salah satu agenda wajib yang rutin dilakukan. Bisa kalian agendakan sambil dinner berdua, atau sambil jalan-jalan, rekreasi, dan sebagainya. Atau mau di rumah saja pas weekend juga bisa kan?
2. Rumuskan tujuan keuangan bersama
Nah, langkah kedua ini lantas menjadi follow up dari ngobrolin soal cita-cita. Bisa jadi, kalian sebagai pengantin baru punya cita-cita dan visi yang berbeda, dan baru ketahuan sekarang.
Enggak masalah, balik lagi ke poin satu di atas: komunikasikan dan kompromikan.
Yes, it’s all about compromizing kok. Nggak ada yang nggak bisa dibicarakan kan? Apalagi kalau ngobrolnya sambil ngadem. Duh.
Jadi, apa yang kalian cita-citakan? Berapa lama lagi target kalian untuk mencapainya? Sudah punya cita-cita dan jangka waktu target, lalu rumuskan jalan menuju ke cita-cita.
Saran sih, sebagai langkah awal pengantin baru, buatlah dulu dana darurat keluarga. Ini adalah hal yang paling penting, dan yang paling mudah untuk dicapai lebih dulu. Baru setelah itu, apakah kalian pengin punya rumah pertama atau mau segera membuat dana pendidikan anak, tergantung pada hasil obrolan kalian.
3. Segera tentukan peran
Sebagai pengantin baru, nantinya kalian harus berbagi peran dalam rumah tangga. Jadi, segera putuskan, siapa membayar apa, siapa berkewajiban apa.
Sebagai pasangan suami istri, kamu dan pasanganmu adalah partner hidup. Sudah seharusnya kalian saling membahu agar bisa segera mewujudkan mimpi dan cita-cita yang sudah dibuat.
4. Buat anggaran
Mumpung masih pengantin baru, segeralah buat catatan pengeluaran keluarga. Kalian bisa membuatnya dengan excel di PC, atau dengan aplikasi smartphone yang sekarang semakin mudah diunduh dan digunakan. Atau mau pakai cara old school: dicatat di buku tulis.
Enggak masalah caranya mau gimana, yang penting kalian mesti punya catatan pengeluaran dan kemudian membuat anggaran untuk belanja sampai tiba waktunya ada penghasilan masuk lagi.
Jangan tunggu sampai minus, baru mencatat ya.
5. Evaluasi dan perbaiki terus
Evaluasi catatan keuangan itu penting, untuk mengetahui apakah ada yang perlu diperbaiki. Jika memang sudah dibagi tugas, siapa yang bertugas ini-itu, dan kamulah yang bertugas membuat catatan keuangan, maka partnermu pun harus tahu bagaimana kondisi keuangan kalian.
So, kebiasaan untuk mengobrol keuangan seperti yang disebutkan di poin pertama memang harus diteruskan, iya kan? Seenggaknya, kamu bisa mengajak pasanganmu untuk menganalisis, sisi sebelah mana yang harus kalian perbaiki dalam catatan keuangan tersebut.
Nah, gimana? Semoga dengan 5 langkah awal mengatur keuangan pasangan pengantin baru di atas, kamu dan pasanganmu bisa mendapatkan gambaran dari mana harus mulai ya? Kalau sudah mulai, maka seterusnya tentu akan lebih lancar.
Selamat menempuh hidup baru, sekali lagi! Semoga kamu bisa segera moveon dari ingar bingar pesta, dan segera bisa merencanakan hidup yang lebih baik lagi bersama pasanganmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Keuangan Keluarga Juga Harus Lebih Baik di Tahun 2020 Ini
Yes, keuangan keluarga juga harus lebih baik di tahun ini, kalau tahun sebelumnya masih saja ada yang kurang atau belum dilakukan. Tahun 2020 ini harus lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Tantangan utama dalam pengaturan keuangan keluarga itu biasanya adalah ada saja keperluan darurat yang muncul mendadak, tanpa memberi kita kesempatan buat siap-siap. Kadang ya cuma kecil-kecil, tapi ya lumayan juga sih memengaruhi kondisi dompet dan tabungan. Misalnya saja, tiba-tiba ada yang rusak di bagian rumah. Atau ada keperluan mendadak untuk anak-anak terkait sekolahnya, dan seterusnya.
Tantangan kedua, biasanya keluarga juga punya tanggungan utang yang jumlahnya besar. KPR, misalnya.
Nah, kalau sudah punya catatan keuangan keluarga di tahun lalu, ada baiknya kita buka lagi untuk melihat-lihat di sebelah mana anggaran bocor halus dan bocor ambyar, untuk kemudian kita perbaiki tahun ini. Dan, kemudian lakukan beberapa langkah berikut.
5 Langkah untuk Keuangan Keluarga yang Lebih Baik Tahun Ini
1. Tetap catat dengan cermat
Tetaplah mencatat semua pengeluaran dan anggaran. Hanya dengan cara ini, kita bisa memonitor kondisi keuangan dengan baik. Kita bisa tahu jika ada yang salah sejak awal, dan enggak akan terlambat untuk mengambil langkah antisipasi.
Keuangan keluarga memang lebih kompleks, karena menyangkut hajat hidup 2, 3, 4, … beberapa orang terpenting dalam hidup kita. So, dengan berbekal catatan, kita akan bisa memastikan bahwa setiap orang dalam keluarga bisa terjamin kehidupannya.
Kalau memang belum rapi, kita bisa mulai rapikan sejak awal tahun ini. Buat buku khusus, atau catat melalui aplikasi smartphone yang banyak tersedia–gratis diunduh. Pakai apa pun boleh, yang penting mudah diakses.
2. Prioritaskan utang
Berapa persen porsi utang saat ini? Semoga sih tak lebih dari 30% dari penghasilan total sebulan, sehingga bebannya tidak terlalu besar.
Prioritaskan utang di setiap bulan. Jika ada penghasilan ekstra, ada baiknya juga dialokasikan untuk pembayaran utang ini, agar lebih cepat lunas. Tentu saja disesuaikan dengan syarat dan ketentuan utang yang kita punya ya. Karena ada utang yang justru memberi penalti jika dibayar lunas lebih cepat.
3. Kelola dana darurat dengan baik
Untuk keuangan keluarga, pastikan dana darurat selalu mencukup. Untuk yang belum punya anak, besarnya dana darurat paling ideal adalah 6 kali pengeluaran bulanan rutin. Sudah punya anak satu, besar idealnya 9 kali pengeluaran rutin, sedangkan sudah punya anak dua seharusnya sih 12 kali pengeluaran rutin.
Besaran ideal dana darurat ini enggak harus dipenuhi sekaligus kok, bisa dibangun sedikit demi sedikit dengan menabung di instrumen investasi atau tabungan yang tepat. Di Reksa Dana Pasar Uang, misalnya. Setiap kali dana darurat terpakai, segera rencanakan untuk topup lagi. Jadi enggak sampai kosong melompong, karena kebanyakan diambil.
Pastikan juga bahwa akses ke dana darurat terbuka, paling enggak untuk pasangan. Sehingga jika terjadi apa-apa, bisa dengan cepat melakukan sesuatu.
4. Hemat mulai dari hal-hal kecil
Nah, tahun ini, mari kita hemat hal-hal kecil–yang meski tampak enggak berhubungan dengan keuangan secara langsung–tapi percaya deh, pasti ada efeknya juga.
Seperti misalnya:
- Lebih hemat listrik. Matikan lampu dan peralatan elektronik lain yang enggak dipakai. Cabut charger smartphone kalau enggak dipakai, jangan biarkan menancap terus di stopkontak.
- Lebih hemat pemakaian air. Ingat, bumi kita semakin naik suhunya lo, dan ini berpengaruh pada stok persediaan air tanah yang menipis. Kalau kita bisa hemat air, tagihan PDAM juga terkendali kan?
- Lebih hemat belanja, tepatnya sih lebih bijak dan efektif ya. Misalnya, ketimbang belanja bolak-balik, mendingan sediakan waktu belanja untuk seminggu. Pakai catatan belanja, biar nggak lapar mata. Tahan dari segala macam diskon.
- Beralih dari belanja di supermarket ke belanja di pasar tradisional. Memang kurang nyaman karena enggak ber-AC, tapi selisih harganya itu lo … Lumayan bangat!
- Masak sendiri, ketimbang pesan makanan secara online melulu. Bawa bekal ke kantor atau ke sekolah juga akan lebih hemat dan pastinya sehat.
Dari hal-hal kecil bakalan berefek ke hal besar. Percaya deh.
5. Lebih terbuka
Sekarang sudah enggak zamannya lagi berahasia sama pasangan, atau merasa tabu untuk ngobrolin masalah keuangan keluarga sama pasangan. Kalau di tahun kemarin masih mentok aja, coba di tahun ini, lebih terbuka.
Keuangan keluarga enggak akan bisa terkelola dengan baik tanpa keterbukaan pasangan suami istri satu sama lain. Bahkan, jika memungkinkan, anak-anak juga perlu dilibatkan. Biar mereka lebih melek literasi keuangan lebih dini, kan? Akan baik juga buat mereka nantinya.
Nah, bagaimana? Siap untuk membuat keuangan keluarga lebih baik di tahun 2020?
Semangat!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Tinggal di Rumah Sendiri atau Mertua? Mana yang Lebih Baik?
Apakah kamu baru saja menikah? Memulai kehidupan baru dalam berumah tangga adalah tantangan yang akan dihadapi oleh pengantin baru. Salah satu hal penting yang menjadi bahan pertimbangan saat menikah adalah keputusan untuk tinggal di rumah sendiri atau di rumah orang tua/mertua. Walau terkesan sepele, sebaiknya kamu benar-benar memikirkannya karena tinggal di rumah sendiri atau pun di rumah orang tua atau mertua memiliki nilai plus dan minusnya masing-masing