3 Perbedaan Berdagang dan Berbisnis yang Paling Mendasar
Banyak orang mengira, bahwa begitu ia memulai bisnis, maka saat itu pula ia sudah menjadi pengusaha. Padahal ada beberapa perbedaan berdagang dan berbisnis, yang seharusnya membuat “bisnis” itu kelasnya lebih baik ketimbang berdagang.
Enggak salah sama sekali kok dengan berdagang. Bahkan semua pebisnis sukses itu juga mengawalinya dengan berdagang. Tapi tak serta merta semua yang berdagang bisa disebut sebagai bisnis, karena ada beberapa perbedaan mendasar di antaranya.
Apa sih perbedaan berdagang dan berbisnis? Mari kita lihat satu per satu.
Perbedaan Berdagang dan Berbisnis
1. Cara membuat rencana untuk usahanya
Orang yang berdagang umumnya tidak memiliki rencana yang komprehensif akan usaha yang sedang dijalankannya. Sekarang dipikir sekarang, besok ya dipikir besok saja. Apa yang akan terjadi besok, ya udah bisa terjadi besok.
Akibatnya, tidak ada pemantauan secara detail terhadap perkembangan usahanya.
Berbeda dengan pebisnis. Orang yang berbisnis akan memiliki rencana dan strategi bisnis yang detail, bahkan ia juga bisa memproyeksikan risiko yang mungkin harus dihadapi. Karenanya, ia juga punya manajemen risiko yang baik.
2. Cara memberikan servis
Seseorang yang berdagang biasanya memandang konsumen sebagai pihak yang akan memberinya uang. Karenanya, orientasi usahanya pun sebisa mungkin sebanyak-banyaknya memindahkan uang dari si konsumen ke dirinya. Karena mindset ini, maka sudah biasa bagi pedagang memiliki konsumen yang berbeda setiap harinya. Tidak ada pelanggan yang loyal.
Berbeda dengan pebisnis, yang biasanya menjalin hubungan yang baik dengan klien ataupun pelanggannya. Ia akan berpikir jangka panjang, dan mencari cara bagaimana agar si pelanggan menjadi pelanggan setianya. Di masa depan, ia berharap si pelanggan akan balik lagi terus, sehingga pelayanan terbaiklah yang menjadi poin utama bisnisnya.
3. Caranya mengelola keuangan
Orang yang berdagang tidak punya laporan keuangan yang detail. Hanya berdasarkan uang masuk (dari pembeli) dan uang keluar (untuk modal beli bahan dan stok), ia akan langsung mengambil selisihnya sebagai laba.
Di sinilah perbedaan berdagang dan berbisnis yang paling besar, karena seorang pebisnis akan memiliki laporan keuangan yang detail, dengan memperhitungkan berbagai hal yang memengaruhi bisnisnya.
Seseorang yang berdagang biasanya juga mencampuradukkan keuangan pribadi dengan bisnis. Tidak memiliki rekening terpisah, apalagi buku catatan pengeluaran yang tersendiri. Berbeda dengan pebisnis yang akan memisahkan keuangan bisnis dari keuangan pribadinya.
Karena memang kurang memiliki manajemen risiko yang baik, keuangan bisnis dan pribadi yang bercampur aduk nanti bisa menimbulkan masalah keuangan. Biasanya sih, hal ini juga kurang disadari oleh si pedagang, sampai akhirnya modalnya tergerus untuk kepentingan pribadi. Akibatnya, ya sudah bisa ditebak seperti apa kan?
Itulah 3 perbedaan berdagang dan berbisnis yang paling mendasar.
Bagaimana dengan kamu? Kamu sudah ada di posisi mana? Apakah masih berdagang, atau sudah berbisnis? Tak perlu dijawab, kamu sendiri yang tahu :)
Memang sekilas, maknanya tak jauh berbeda. Namun, kekurangpahaman akan makna sebenarnya dan ketidaktahuan tentang perbedaan berdagang dan berbisnis ini membuat banyak orang akhirnya terjebak. Niat awal pengin punya bisnis, tapi akhirnya stuck di berdagang.
Sebenarnya enggak masalah, cuma biasanya yang bersangkutan baru menyadari bahwa ada kesalahan, ketika usahanya tidak berkembang sampai bertahun-tahun. Kok gini-gini aja sih?
Nah makanya nih, jika kamu pengin naik kelas, ayo gabung di Financial Dialogue 05: Life & Money Dari Dagang Jadi Bisnis.
Menghadirkan berbagai pakar multidisiplin, mulai dari Ligwina Hananto – Lead Financial Trainer QM Financial dari perspektif finansial, Mo Sidik – Standup Comedian, Founder Ketawa Comedy Club, Online Seller, serta Kania A. Anggiani — Entrepreneur & Mom of 2 dari perspertif bisnis, dan William Budiman – Founder Aethra Learning Center, Positive Psycology Practitioner dari perspektif psikologis. Event ini akan diadakan di hari Sabtu, 28 November 2020, pukul 13.00 – 15.00 WIB via Webinar Zoom. Segera ini ya, supaya enggak kehabisan tempat! ya!
Menarik kan? Kita akan berdiskusi bareng tentang berdagang dan berbisnis sampai tuntas!
Biar kamu semakin tertarik dan ada gambaran Financial Dialogue ini seperti apa, coba tonton video recap Financial Dialogue 03 yang lalu berikut ini.
Pantengin terus media sosial QM Financial, supaya kamu enggak ketinggalan daftar ya! Informasi akan terus diupdate melalui akun-akun media sosial QM Financial, baik Instagram maupun Twitter.
Bisnis Offline Jadi Bisnis Online: 5 Hal untuk Bersiap
Memulai bisnis di masa new normal pasca pandemi mungkin butuh ekstra effort, demi bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan baru masyarakat. Yang tadinya punya peluang bagus menjadi bisnis offline, sekarang perlu banget dipikirkan untuk bisa dikonversi juga menjadi bisnis online.
Ya, hal itu tak lepas dari perubahan kebiasaan belanja selama pandemik, ketika orang-orang sekarang lebih suka berbelanja dari rumah ketimbang harus datang ke gerai ataupun toko konvensional.
Tapi sebenarnya, mengubah bisnis offline menjadi bisnis online ini enggak terlalu rumit kok. Hanya saja, kita harus siap untuk bergaul dengan teknologi yang sekarang sudah canggih. Bagi pemilik bisnis yang termasuk milenial, ini mudah saja sih. Tapi buat generasi sebelumnya–generasi X dan generasi Y awal, yang sekarang masih produktif–mungkin perlu adaptasi yang lumayan juga.
Untuk memudahkan, berikut ada 5 checklist yang bisa disiapkan jika pengin mengonversi bisnis offline menjadi bisnis online.
5 Hal yang Harus Disiapkan untuk Mengubah Bisnis Offline Menjadi Bisnis Online
1. Buat rencana bisnisnya
Yes, rencana bisnis adalah koentji. Termasuk di dalamnya adalah rencana keuangan bisnis. Untuk membuat rencana yang realistis dan komprehensif, maka kita perlu membuat tujuan terlebih dulu. Tujuannya juga harus realistis dan jelas, nggak boleh ngambang bin abstrak.
Sama kayak konsep #TujuanLoApa di pengelolaan keuangan pribadi. Bedanya, pada “tujuan bisnis” ini kita harus meletakkan target-target bisnis online dalam beberapa waktu ke depan.
Misalnya saja, satu bulan ke depan, harus sudah punya akun di setiap media sosial yang ada; dari mulai Facebook Page, Instagram, kalau perlu sampai TikTok. Tiga bulan ke depan, punya lapak di semua marketplace terkenal. Enam bulan ke depan, sudah bisa bekerja sama dengan beberapa ecommerce terkenal. Satu tahun ke depan, sudah punya website ecommerce sendiri.
Nah, sesuaikan dengan kemampuan ya, dan pertimbangkan sumber daya yang ada.
2. Siapkan modalnya
Sudah punya rencana dan tujuan bisnis, maka siapkan modalnya juga. Bagaimanapun, “hukum alam” berdagang berlaku, ada usaha ada modal tentu akan ada hasil.
Memang untuk menjalankan bisnis online cenderungnya enggak butuh modal sebesar kalau kita hendak membuat bisnis offline yang butuh tempat fisik. Tetapi, yang namanya modal tetap diperlukan. Bahkan semisal kita menjadi dropshipper atau reseller pun, juga butuh modal kok, meski tipis. Kan butuh kuota buat internetan, butuh beli handphone yang mumpuni, dan seterusnya juga?
Jadi, meski mungkin sambil jalan, modal bisnis tetap harus disiapkan.
3. Manfaatkan media sosial dan marketplace
Sebenarnya di era teknologi maju ini, kita sebagai pebisnis sudah banyak diuntungkan dengan berkembangnya berbagai hal loh. Mau survei pasar, bisa dilakukan online. Mau mencari vendor, juga bisa online. Mau jualan, juga online.
Yang namanya media sosial dan marketplace bisa banget kita manfaatkan sebagai titik tolak untuk memulai bisnis online kecil-kecilan. Seiring waktu kita bisa merambah ke platform lain.
O iya, jangan lupa juga untuk mempertimbangkan kemungkinan bekerja sama dengan platform ojek online ya! Ini perlu banget, terutama jika bisnis kita adalah bisnis kuliner nih.
4. Siapkan berbagai model payment dan ekspedisi
Semakin banyak pelanggan, semakin banyak pula keinginan dan aspirasi yang harus ditampung. Biasanya yang menjadi permasalahan adalah pembayaran dan pengiriman barang.
Pertimbangkan untuk mempunyai berbagai opsi model payment, mulai dari COD, transfer, kartu kredit, dompet digital, melalui gerai minimarket, sampai virtual account dan paylater. Begitu juga dengan pengiriman barang; pertimbangkan untuk menyediakan banyak pilihan, mulai dari kurir reguler, ojek online, sampai COD juga.
Semakin banyak pilihan, semakin leluasa pelanggan memilih, semakin suka mereka akan servis kita. Tentu saja, ini akan membuka peluang bisnis online kita berkembang lebih baik lagi.
5. Integrasikan dengan offline
Bukan berarti kita kemudian harus menutup gerai offline kita, jika memang ada. Kadang gerai offline juga diperlukan, untuk melayani pelanggan yang lebih suka mampir ke toko fisik dan memilih sendiri produk yang mereka inginkan. Apalagi jika mereka pelanggan baru.
Tetapi, ada baiknya kita juga mengintegrasikan teknologi ke gerai offline kita itu. Misalnya, menyediakan berbagai gerbang pembayaran online juga di situ, tinggal scan QR code, lalu terhubung ke dompet digital. Sediakan pula berbagai alternatif lain, seperti pembayaran dengan kartu debit dan kartu kredit, dan lain-lain.
Of course, untuk berbagai fasilitas itu, kita akan perlu biaya dan modal. Masukkan dalam rencana bisnis, dan realisasikan satu per satu.
So, gimana nih? Siap untuk memulai bisnis online di masa new normal? Good luck ya!
Bersiap juga untuk selalu update berita dan berbagai fitur teknologi terbaru, supaya enggak ketinggalan memanfaatkan apa yang ada. Bersiap juga untuk mengelola keuangan bisnis sebaik mungkin, yang terpisah dari keuangan pribadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Memulai Bisnis Kecil di Masa New Normal: 5 Hal yang Harus Disiapkan
Pemerintah telah menetapkan bahwa Indonesia sudah memasuki masa the new normal, demi bisa mengembalikan kegiatan ekonomi seperti semula. Lalu, bagaimana dengan kamu yang sudah memiliki cita-cita untuk memulai bisnis di tahun 2020, tetapi harus terhambat karena pandemi COVID-19? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk mulai membangun bisnis kecil yang sudah kamu idamkan?
Ya, kenapa enggak? Selalu ada waktu terbaik untuk memulai bisnis, termasuk sekarang: pasca pandemi. Hanya saja, memang perlu persiapan yang berbeda. Nah, kita bahas yuk! Kamu boleh menambahkan jika sekiranya ada hal yang terlewatkan di kolom komen nanti.
5 Persiapan untuk Memulai Bisnis Kecil Kamu di Masa New Normal
1. Buat rencana bisnis
Rencana bisnis adalah hal terpenting yang harus kamu buat saat hendak memulai bisnis, kapan pun, terlebih sekarang saat kamu akan membangun bisnis di masa new normal.
Mengapa? Karena kebiasaan orang (yang mungkin termasuk dalam target pasarmu) yang berubah.
Jadi, milikilah rencana dan strategi bisnis yang realistis, yang kemudian bisa kamu breakdown atau pecahkan dalam beberapa tahap.
Misalnya, kamu ingin mulai bisnis online jualan baju ala-ala Korea. Satu bulan ke depan, kamu targetkan untuk sudah punya beberapa saluran penjualan online, mulai dari membuat Instagram, membuat Facebook Page (supaya bisa jualan di marketplace-nya), dan buka lapak di beberapa platform marketplace yang paling ramai.
Dalam 3 bulan ke depan, semua lapak sudah harus aktif transaksi. Enam bulan lagi, sudah bisa bekerja sama dengan beberapa ecommerce besar di Indonesia. Satu tahun nanti, kamu sudah punya website ecommerce sendiri. Dan seterusnya.
Dengan rencana yang realistis, kamu akan bisa menentukan langkah-langkah pengembangan bisnis kecil ini dengan sistematis.
2. Survei pasar
Nah, ini juga adalah hal yang sangat penting untuk kamu lakukan. Temukan kebutuhan dan permasalahan orang-orang yang akan menjadi target pasarmu.
Jangan sampai, kamu buka bisnis yang tidak dibutuhkan pasar, karena bisnis pada dasarnya adalah “membantu” orang lain menemukan solusi atas permasalahan yang mereka alami atau rasakan.
Berbekal permasalahan pasar ini, maka berikutnya, kamu akan mudah untuk berinovasi dalam pengembangan produk, pun untuk mengembangkan bisnis kecil yang kamu rintis ini.
3. Go digital
Inilah yang dimaksud dengan perubahan perilaku pasar. Selama pandemi, sudah bisa dilihat, bahwa orang-orang lebih suka berbelanja secara online ketimbang offline dengan mengunjungi toko konvensional.
So, kamu harus bersiap pula dengan hal ini.
Belajar menggunakan berbagai perangkat teknologi yang bisa membantumu memasarkan produk yang kamu jual. Jangan lupa untuk sediakan juga layanan antar, dengan menggunakan fitur apa pun.
Banyak bisnis yang harus terhambat aktivitasnya, lantaran belum siap untuk berpindah ke platform digital loh.
4. Siapkan laporan keuangan
Yes, laporan keuangan, meski bisnismu adalah bisnis kecil, itu sangat penting untuk disiapkan sejak awal, karena inilah yang akan membedakan bahwa kamu sedang berbisnis, dan bukan sekadar berdagang.
Enggak ada yang salah dengan berdagang, karena bisa dibilang setiap bisnis kecil selalu berawal dari berdagang. Tetapi ternyata, tidak semua usaha dagang bisa berkembang menjadi bisnis yang mendatangkan keuntungan dalam jangka panjang.
Dan, biasanya, yang membuat usaha dagang itu failed adalah laporan keuangan.
Dengan laporan keuangan yang rapi sejak awal, banyak hal bisa kamu dapatkan dan gunakan untuk mengembangkan bisnis kecil yang kamu bangun. Misalnya saja, untuk bisa mendapatkan suntikan modal dari investor, kamu harus bisa mengajukan laporan keuangan bisnis yang komprehensif pada mereka.
Untuk lebih detailnya, kamu bisa membaca artikel tentang berdagang versus berbisnis yang sudah ditautkan di atas.
5. Update, update, update!
Perubahan akan sering terjadi, seiring pemulihan ekonomi yang terjadi. So, sebagai pemilik bisnis kecil yang serius menggarap bisnisnya, kamu harus selalu update dengan perkembangan yang ada, supaya kamu pun bisa menyesuaikan model bisnismu sesuai kebutuhan pasar.
Menjadi pemilik bisnis kecil, berarti kamu mesti siap untuk bekerja keras dan terus berinovasi. Sudah terlalu banyak kasus bisnis gagal, hanya karena strategi bisnisnya tidak dikembangkan.
Sayang kan, sudah berusaha sejauh itu, tapi hanya karena kurang disesuaikan dengan kebutuhan pasar, akhirnya ditinggalkan oleh pelanggannya. Pasti kamu juga tidak pengin bisnis yang dirintis akan berakhir seperti ini.
Nah, bagaimana? Sudah semakin besar niatmu untuk memulai bisnis kecil yang kamu idamkan di masa new normal ini?
Semoga bisnis kecil yang kamu bangun ini memberi kontribusi positif untuk negeri ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Hal untuk Membangun Bisnis sebagai Aset Aktif yang Sukses
Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas mengenai membangun aset aktif berupa properti dan surat berharga. Nah, kali ini kita akan lanjut ngobrolin soal membangun bisnis sebagai aset aktif.
Bisnis bisa menjadi salah satu aset aktif yang sangat menguntungkan, apalagi jika bisnis tersebut kemudian bisa berjalan otomatis. Tentu saja, banyak PR yang kemudian menyertainya. Konon, mengelola dan mempertahankan bisnis itu lebih sulit ketimbang membangunnya. So, niat punya bisnis saja enggak cukup, kita juga mesti punya mental baja agar dapat mengelola bisnis kita itu hingga akhirnya bisa mendatangkan penghasilan.
Tapi, pada dasarnya, setiap orang punya kesempatan dan peluang yang sama untuk bisa sukses dalam berbisnis. Salah satu mentor saya menulis begini, dalam salah satu buku beliau.
Setiap orang memiliki sisi entrepreneur dalam dirinya. Kita hanya bertugas untuk menggali dan menemukannya.
Entrepreneur Talks – Herlina P Dewi
Karena itu, kalau ada yang bilang, “Duh, gue gak bakat bisnis. Gak bisa dagang!”, itu nonsense. Tinggal mau atau enggak, niat atau enggak aja sih.
Tapi, membangun bisnis–untuk tujuan apa pun, termasuk sebagai aset aktif–itu juga enggak mudah. Kadang ya cuma berhenti sampai di niat. Untuk memulai, maju mundur cantik. Banyak kendala, katanya. Salah satunya soal modal. Padahal ya ada bisnis yang butuh modal enggak banyak, pun effort yang relatif minim.
Bisnis waralaba misalnya. Bisnis ini cocok banget dilakukan oleh para pemula. Enggak perlu pusing-pusing memikirkan model dan konsep bisnis, pun strategi marketing. Sediakan saja modal dan tempat sesuai ketentuan, bisnis pun segera bisa dijalankan.
However, itu saja tetap butuh persiapan. Buat kamu yang berniat membangun bisnis sebagai aset aktif, berikut ini ada 5 hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan sebelumnya.
5 Hal Persiapan Membangun Bisnis sebagai Aset Aktif
1. Buat rencana bisnis yang matang
Ada yang bilang, “Mau bisnis, jalan aja dulu! Kita bisa belajar sambil jalan kok. Kalau kebanyakan mikir, enggak akan mulai juga.”
Pendapat ini ada benarnya. Tapi yang namanya rencana harus tetap ada. Mau bepergian tanpa rencana mau ke mana, kan susah juga mencari jalannya. Iya nggak sih?
Karena itu, rencana bisnis yang mantap itu penting. Meski teteup, kita bisa belajar sambil jalan.
Dalam training-training bisnisnya, Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–sering menyebutkan ada 4 poin yang harus dijawab oleh pemilik bisnis sebelum kemudian mengeksekusi rencana bisnisnya, yaitu APA, SIAPA, BAGAIMANA, dan siapa kompetitornya.
Nah, kalau kamu pengin tahu bagaimana merencanakan sebuah bisnis secara detail, stay tuned di akun-akun media sosial QM Financial jika sewaktu-waktu kami membuka kelas bisnis.
2. Riset target market
Target market ini sebenarnya juga sudah tercakup dalam 4 poin rencana bisnis di atas, yaitu pada SIAPA.
Agar bisnis bisa berjalan, kamu harus tahu dulu siapa dan seperti apa orang yang akan menjadi pelangganmu. Kamu enggak bisa bilang, “Semua orang boleh beli. Target market gue semua orang!”
Nggak gitu mainnya.
Agar lebih fokus dan tepat sasaran–serta demi bisa memberikan solusi yang paling tepat melalui produk yang kita jual–kita harus mendefinisikan target market secara detail.
Karena itu, riset. Mulai dari usia, kebutuhan, jenis kelamin, hingga gaya hidup mereka-mereka yang akan menjadi pelangganmu. Dengan demikian, kamu akan bisa “berbicara” dalam bahasa mereka, dan kemudian bisa mengenali kebutuhan mereka.
3. Laporan keuangan yang rapi
Kebanyakan kesalahan yang dilakukan oleh pebisnis pemula adalah enggak punya laporan keuangan yang detail dan rapi. Entah itu tidak pernah mencatat pengeluaran dan pemasukan, atau mencampurnya dengan keuangan pribadi.
Padahal laporan keuangan yang rapi ini sangat penting. Bisnis tanpa laporan keuangan berarti hanya berdagang.
Enggak ada yang salah pastinya, dengan berdagang. Tapi bisnis pun perlu untuk naik kelas secara berkala.
Ya masa sih, membangun bisnis terus udahan aja? Enggak berusaha dikembangkan?
Yuk, belajar bikin keuangan bisnis yang rapi, yang bisa dilihat laba ruginya. Laporan bisnis yang rapi nanti juga akan berguna banget kalau misalnya kamu hendak menambah modal dengan pinjaman ke bank lo!
Coba simak video mengenai menyusun laporan keuangan bisnis yang baik berikut ini ya.
4. Inovasi produk yang sesuai perkembangan kebutuhan
Kebanyakan para pebisnis pemula juga lupa. Setelah bisnis berjalan, produk banyak dibeli atau dipesan bahkan sering dapat repeat order, mereka lupa kalau mereka perlu juga untuk berinovasi mengembangkan produknya sesuai perkembangan.
Misalnya, sudah jualan baju anak. Omzet sudah jutaan. Lancar deh pokoknya. Tapi kemudian, tren fashion sekarang mulai bergeser, berkiblat ke Korea. Anak-anak sekarang juga makin banyak yang suka segala hal yang kekorea-koreaan, termasuk fashion.
Ya, boleh saja sih keukeuh mempertahankan ciri khas sendiri, tapi bisa juga mempertimbangkan “kebutuhan” pelanggan yang pengin nge-hype juga dengan tren Korea-minded ini kan?
So, sejak awal membangun bisnis, kita mesti bersiap untuk terus update dengan kebutuhan pelanggan yang berkembang, pun tren yang sedang berjalan. Biar apa? Ya, biar bisnisnya bisa jalan terus.
5. Deliver great service
Apa pun passion kita, apa pun bisnis kita, melayani pelanggan adalah kunci sukses seorang entrepreneur sejati.
Bisnis kita adalah untuk memberikan solusi pada pelanggan. Sehingga kepuasan mereka akan menjadi “rapor” buat kita. So, pastikan kita bisa deliver great service, enggak hanya good service saja.
Buka saluran komplain, layani setiap keluhan, curhat, atau masukan pelanggan dengan baik. Ini harus dimulai sejak awal kita membangun bisnis hingga nanti kalau bisnis kita sudah sukses.
Itu dia 5 hal persiapan membangun bisnis yang sukses, agar aset aktif kita berjalan dengan lancar.
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kiat-kita membangun bisnis yang sukses sebagai aset aktif. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Business Traction
Selanjutnya, setelah bisnismu memiliki produk atau jasa yang bagus dan sumber daya manusia terbaik, bisnismu perlu daya tarik untuk bertumbuh, inilah yang dinamakan traction.
Walau produk atau jasa bagus dan didukung karyawan yang mumpuni, kalau tidak ada yang membeli, buat apa membuat usaha? Pastinya kamu juga mau agar produk atau jasa yang dijual dapat dibeli oleh yang membutuhkannya.
Coba cek siapa pembelimu, bisa menyebutkan 3 nama dan mendeskripsikannya?
Traction tidak melulu bicara besaran penjualan yang dapat dilakukan tetapi di zaman serba digital sekarang ini, traction juga bisa dilihat dari banyaknya jumlah pengguna. Maka penting bagi bisnismu untuk membuat traction dari konten yang akan disampaikan.
4 POIN Rencana Bisnis
Apakah kamu termasuk orang yang bermimpi menjadi serang pengusaha besar dan sukses? Apakah kamu sudah benar-benar hidup menjalani mimpimu tersebut? Merintis dan mengelola usaha sendiri tidak semudah yang dibayangkan, apalagi kalau kamu sama sekali belum tahu dari mana harus memulai membuat rencana bisnis.